sastra dan bahasa: pembaharuan pengajaran. bambang ... filedi masyarakat.rosidi menyatakan bahwa...

38
Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 1 JUDUL: KREATIVITAS, KEBIASAAN MEMBACA, DAN KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerpen merupakan salah satu jenis sastra yang berkembang luas dalam masyarakat.Banyaknya buku kumpulan cerpen yang diterbitkan, majalah yang khusus memuat cerpen atau sebagian besar isinya berupa cerpen, bahkan banyaknya majalah hiburan atau surat-surat kabar mingguan yang menyediakan rubrik khusus untuk cerpen, adalah bukti bahwa cerpen telah berkembang luas di masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam dunia kesastraan Indonesia sesudah Perang Dunia kedua”.(Rosidi, 1983:97). Meskipun cerpen telah terbukti tersebar luas di masyarakat, di lain pihak masih ditemui hal-hal yang masih memprihatinkan, khususnya dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra. Oemarjati menyatakan bahwa,”pengajaran sastra Indonesia, lebih menekankan pada sejarah sastra, siswa kurang diarahkan pada pelajaran apresiasi sastra sehingga kemampuan siswa dalam apresiasi sangat kurang (Oemarjati, 1979:3).Pertanyaan sekarang adalah apakah meluasnya cerita pendek di masyarakat dapat dijadikan sebagai indikator berkualitasnya hasil pembelajaran apresiasi di sekolah?Sepengetahuan penulis, belum ditemukan penelitian yang khusus menjawab pertanyaan di atas. Namun demikian, masalah cerita pendek sebagai salah satu materi kajian dalam pembelajaran sastra merupakan fenomena yang cukup 76 Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang Kaswanti Purwo (Ed.). Yogyakarta: Kanisius, 1991. Rosidi, Ajip., Pembinaan Minat Baca. Surabaya: Bumi Karya, 1983. Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra (Saduran bebas ) The Teaching of Literature. H.L.B. Moddy. Yogyakarta:Kanisius. 1988. Rusyana, Yus. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV. Gunung Larang, 1982. ——. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Dipenogoro, 1984. Sarwadi. “Peningkatan Pengajaran Cerpen dalam Rangka Pengembangan Budaya Bangsa” Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia. Darmiyati Zuchdi, dkk. (Eds). Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta. 1991. Sayuti. Suminto A. “Peranan Sastra dalam Kehidupan Kita” Semi- nar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia.Darmiyati Zuchdi, dkk. (Eds). Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta. 1991. Semi, M. Atar. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandung: Angkasa, 1993. Semiawan, Conny R. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Rajawali, 1992. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Suharianto, S. “Membina Keterampilan Membaca”. Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. No. 3. Thn. 10.September 1989. Sukada, Made. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung:Angkasa. 1987. Tampubolon. D.P. Kemampuan Membaca: Teknik dalam Membaca Efektif dan Efisien. Bandung:Angkasa, 1997. ........., Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung:Angkasa. 1993.

Upload: dangcong

Post on 10-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 1

JUDUL: KREATIVITAS, KEBIASAAN MEMBACA,DAN KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahCerpen merupakan salah satu jenis sastra yang berkembang

luas dalam masyarakat.Banyaknya buku kumpulan cerpen yangditerbitkan, majalah yang khusus memuat cerpen atau sebagianbesar isinya berupa cerpen, bahkan banyaknya majalah hiburanatau surat-surat kabar mingguan yang menyediakan rubrik khususuntuk cerpen, adalah bukti bahwa cerpen telah berkembang luasdi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi,bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalamdunia kesastraan Indonesia sesudah Perang Dunia kedua”.(Rosidi,1983:97).

Meskipun cerpen telah terbukti tersebar luas di masyarakat,di lain pihak masih ditemui hal-hal yang masih memprihatinkan,khususnya dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra.Oemarjati menyatakan bahwa,”pengajaran sastra Indonesia, lebihmenekankan pada sejarah sastra, siswa kurang diarahkan padapelajaran apresiasi sastra sehingga kemampuan siswa dalamapresiasi sangat kurang (Oemarjati, 1979:3).Pertanyaan sekarangadalah apakah meluasnya cerita pendek di masyarakat dapatdijadikan sebagai indikator berkualitasnya hasil pembelajaranapresiasi di sekolah?Sepengetahuan penulis, belum ditemukanpenelitian yang khusus menjawab pertanyaan di atas. Namundemikian, masalah cerita pendek sebagai salah satu materi kajiandalam pembelajaran sastra merupakan fenomena yang cukup

76

Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang KaswantiPurwo (Ed.). Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Rosidi, Ajip., Pembinaan Minat Baca. Surabaya: Bumi Karya, 1983.Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra (Saduran bebas ) The Teaching

of Literature. H.L.B. Moddy. Yogyakarta:Kanisius. 1988.Rusyana, Yus. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV. Gunung

Larang, 1982.——. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.

Dipenogoro, 1984.Sarwadi. “Peningkatan Pengajaran Cerpen dalam Rangka

Pengembangan Budaya Bangsa” Seminar Nasional Bahasa danSastra Indonesia. Darmiyati Zuchdi, dkk. (Eds).Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta. 1991.

Sayuti. Suminto A. “Peranan Sastra dalam Kehidupan Kita” Semi-nar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia.Darmiyati Zuchdi,dkk. (Eds). Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta. 1991.

Semi, M. Atar. Rancangan Pengajaran Bahasa dan SastraIndonesia.Bandung: Angkasa, 1993.

Semiawan, Conny R. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa SekolahMenengah. Jakarta: Rajawali, 1992.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Suharianto, S. “Membina Keterampilan Membaca”. MajalahPembinaan Bahasa Indonesia. No. 3. Thn. 10.September 1989.

Sukada, Made. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung:Angkasa.1987.

Tampubolon. D.P. Kemampuan Membaca: Teknik dalam MembacaEfektif dan Efisien. Bandung:Angkasa, 1997.

........., Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak.Bandung:Angkasa. 1993.

Page 2: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen2

menarik, yaitu: 1) pada umumnya cerita pendek memiliki bentukyang relatif lebih singkat dibandingkan dengan bentuk novel dandrama, 2) cerita pendek sebagai materi pembelajaran mudahdiperoleh dibandingkan dengan materi novel dan drama, 3) sesuaidengan semangat zaman yang tidak memungkinkan lagi oranguntuk berlama-lama menikmati suatu cerita, karena cerita pendekdapat dibaca pada waktu yang singkat bahkan di sela-selakesibukan, 4) cerita pendek mempunyai keanekaragaman topikyang mencerminkan keanekaragaman kehidupan, dan 5) dalamproses belajar- mengajar, penyajian cerita pendek lebihmemungkinkan untuk pengembangan pikiran kritis dan kreatif.

Pembelajaran apresiasi sastra di sekolah pada dasarnyabertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastrayang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untukmembacanya. Pendidikan dan pembelajaran sastra itu sendiridiartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku siswadalam usaha mendewasakannya melalui berbagai caramengajarkan kesusasteraan di sekolah.Selanjutnya, denganmembaca karya sastra para siswa memperoleh pengertian yangbaik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai, danmendapatkan ide-ide baru.Dengan demikian, tujuan pokokpembelajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasikreatif.Apresiasi kreatif, adalah berupa respons sastra yangmencakup aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan, imajinasi,dan daya kritis.Dengan memiliki respons sastra, siswa diharapkanmempunyai bekal kemampuan untuk merespons kehidupansecara artistic imajinatif, karena sastra itu sendiri sebenarnyamuncul dari pengolahan tentang kehidupan ini secara artistic danimajinatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Sayutimenyatakanbahwa melalui karya sastra yang memungkinkan berbagai

75

Good, Thomas L., & Jere E. Brophy. Educational Psychologie: ARealistic Approach. New York: Longman, 1990.

Harsojo. Pengantar Antropologi. Cet. Ke 7. Bandung:Binacipta.1988.

Hick, W.M. Vernon. et.al. The News Elementary School Curriculum.New York:Van Nonstrand Reinhold Company, 1970.

Mantra. Ida Bagus dan Kasto. “Penentuan Sampel”. MetodePenelitian Survai. Ed. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.Yogyakarta:LP3S. 1989.

Mulyono, Kautsar S. dkk. “Pengembangan Kreativitas Anak Usia3-7 tahun melalui Pemberian Dongeng yang Komunikatif ”.Parameter. No. 127 Tahun XII/XIII Februari-April 1995.

Munandar, S.C. Utami. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta:PustakaSinar Harapan. 1988.

........, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta:Gramedia. 1992.

........, Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajakan.Jakarta:Rajawali. 1982.

Natawijaya, S. Parman. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta:Intermasa, 1982.

Nurgiantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1988.

Nuryatin, Agus. “Cerita Pendek sebagai Bahan Apresiasi danAjang Penulisan Kreatif Siswa Sekolah Menengah”. MajalahPembinaan Bahasa Indonesia. No. 4 Thn. 10. Desember 1989.

Oemarjati, Boen S. “Pembinaan Apresiasi Sastra dalam ProsesBelajar-Mengajar”. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa: PembaharuanPengajaran. Bambang Kaswanti Purwo (Ed.). Yogyakarta:Kanisius, 1991.

—— . “Pengajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Lanjutan Atas:Keakraban Guru-Murid dengan Karya Sastra. Bulir-Bulir

Page 3: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 3

kemungkinan pesan moral, sosial, dan psikologis, orang akan lebihcepat mencapai kemantapan bersikap, yang terjelma dalamperilaku dan pertimbangan pikiran yang dewasa (Sayuti,1991:121).

Menurut hemat penulis, dapat disinyalir bahwa kemeluasandan kemendalaman baik penguasaan kode bahasa maupun kodebudaya seseorang sebagaimana dikemukakan di atas, salah satunyadipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca orang itu.Sedangkan, aspek sikap sadar, sikap kritis, sikap dewasa, danadanya sikap kesungguhan dalam berusaha yang semuanya itumerupakan cerminan adanya pengertian, penghayatan, kepekaan,pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap masalahhidup dan kehidupan seseorang adalah dipengaruhi terutama olehfaktor kreativitas orang itu. Berdasarkan sinyalemen di atas secarategas dikatakan bahwa tinggi-rendahnya tingkat kemampuanapresiasi satra seseorang juga terkait dengan faktor kebiasaanmembaca dan kreativitas orang itu.

Untuk dapat mempunyai kemampuan apresiasi ceritapendek yang memadai, siswa dituntut untuk mempunyaikebiasaan membaca yang baik dan kreativitas yang tinggi.Tumbuh dan berkembangnya sikap sadar, kritis, dewasa, dankesungguhan pada diri seseorang akan terwujud manakala orangitu mempunyai penguasaan terhadap kode bahasa, kode budaya,serta kode sastra. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkanadanya kebiasaan membaca (bacaan sastra) yang baik dankreativitas yang meyakinkan.

Perkiraan-perkiraan jawaban yang dikemukakan di atasbelum teruji kebenarannya.Oleh sebab itu, untuk memastikanada tidaknya keterkaitan positif antara kreativitas dan kebiasaanmembaca dengan kemampuan apresiasi cerita pendek siswa,diperlukan penelitian ini.

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. Kontribusi Kreativitas, Sikap terhadap Sastra Indonesia,dan Pengetahuan Unsur Intrinsik Cerita terhadap KemampuanApresiasi Cerita Pendek Siswa SMA Negeri Kota MadyaPadang.Tesis, Jakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta.1995.

Akhmadi, Mukhsin. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasadan Apresiasi Sastra. Malang: YA3, 1990.

Allen, Harold B., dan Russel N. Campbell. Teaching English as aSecond Language. New York: Tata McGraw-Hill PublishingCompany Ltd., 1992.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.Bloomberg, Morton. Creativity: Theory and Research. New

Haven:College & University Press-Publishers, 1973.Chomsky, Noam., Aspect of the Theory of Syntax. Massachusetts:

The MIT Press, 1977.Czikszentmihalyi, Mihalyi. Creativity: Flow and The Psycology of Dis-

covery and Invention. New York:Harper Collins Publishers,1996.

Damono, Sapardi Djoko. “Sastra di Sekolah Menengah”Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid I Thn. 1980.

Edwards, David C. General Psychology. New York:Macmillan Pub-lishing Co. 1972.

Effendi, S. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,2002.

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. Principles of IntructionalDesign. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1977.

Gagne, Ellen D. The Cognitive Psychology of School Learning. Bos-ton: Little Brown and Company, 1985.

Page 4: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen4

B. Identifikasi MasalahSebagaimana disebutkan di atas bahwa tujuan pokok

pembelajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasikreatif yang berupa respons sastra yang mencakup aspekkejiwaan, terutama berupa perasaan, imajinasi, dan daya berpikirkritis.Dengan memiliki respons sastra, siswa diharapkanmempunyai bekal kemampuan untuk merespons kehidupansecara artistik imajinatif. Sehubungan dengan itu, munculmasalah-masalah penelitian sebagai berikut:1) Bagaimana caramengapresiasi sastra yang baik?, 2) Faktor-faktor apa saja yangmenentukan kemampuan apresiasi sastra itu?, 3) Karya sastrayang bagaimana yang mampu meningkatkan kemampuan rasionaldan kemampuan emosional pembaca, khususnya siswa?, 4)Dapatkah kemampuan mengapresiasi karya sastra itu ditingkatkanmelalui pembelajaran sastra atau aspek lainnya?, 5) Bagaimanacara meningkatkan kemampuan apresiasi sastra?, dan 6) Seberapajauh peranan guru/ sekolah dalam meningkatkan kemampuanapresiasi sastra itu?.

Serentetan pertanyaan di atas merupakan masalah yang pastimuncul apabila membahas upaya peningkatan apresiasisastra.Permasalahan di atas pada kenyataannya saling berkaitanantara satu dengan yang lainnya.Oleh karena itu, untukmempertegas uraian hasil penelitian ini diperlukan pembatasanmasalah penelitian.

C. Pembatasan MasalahMengingat cakupan karya sastra itu sendiri terdiri atas

berbagai macam jenis (genre), dan terdiri berbagai faktor yangmempengaruhi tingkat kemampuan apresiasi sastra, makatidaklah mungkin seluruh permasalahan dibahas di dalampenelitian ini.Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan

73

sastra, perlu mengarahkan kemampuan tidak saja pada kreativitastetapi juga pada upaya membiasakan kegiatan membacamahasiswanya.

Keempat, kaitannya dengan saran ketiga dan disesuaikandengan hasil penelitian ini, dosen perlu menyikapi secaraproporsional.Dalam hal ini, kebiasaan membaca perlu mendapatporsi perhatian yang lebih banyak dibandingkan aspek kreativitas.Untuk itu, perlu diciptakan motivasi yang efektif, hal itu antaralain dapat dilakukan dengan memilih materi bacaan yang dapatmenumbuhkan kegemaran membaca, seperti bacaan yangmenarik, ada suasana kebaruan, menghibur atau menyenangkan.Dengan materi yang disiapkan sedemikian rupa, diharapkanmakin tumbuh kegemaran membaca bagi mereka yang masihrendah kebiasaan membacanya, dan makin meningkatkansetidaknya mempertahankan kebiasaan membaca bagi yangmemiliki kebiasaan membaca yang baik.

Kelima, penelitian ini telah menemukan dan mengungkapkandua faktor yang berhubungan dengan kemampuan apresiasi ceritapendek. Namun, masih banyak faktor lain yang belum terungkapdalam penelitian ini yang diduga memiliki kontribusi yang berartiterhadap kemampuan apresiasi sastra (cerita pendek). Hal inimemberikan peluang yang luas pada peneliti lain untukmelaksanakan pengembangan penelitian lebih lanjut. Untuk ituhasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukanbanding dari segi teknis maupun temuannya bagi penelitianselanjutnya.

Page 5: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 5

masalah.Genre karya sastra yang dijadikan objek kajian adalahcerita pendek (cerpen), sedangkan faktor-faktor yang dipandangdominan dalam penelitian ini sebagaimana dipaparkan dalamidentifikasi masalah di atas adalah faktor kreativitas dan faktorkebiasaan membaca.Jelasnya, dalam penelitian ini kemampuanapresiasi cerita pendek dipandang sebagai variabel terikat;sedangkan dua faktor yang lain, yakni faktor kreativitas dan faktorkebiasaan membaca dijadikan variabel bebas.Kreativitas yangdimaksudkan di sini ditekankan pada kemampuan berpikir kreatifatau kemampuan berpikir divergen karena pemahaman terhadapkarya sastra pada umumnya termasuk tindak kreatif, sedangkankebiasaan membaca yang dimaksudkan di sini adalah kebiasaanmembaca bacaan sastra.

Adanya pembatasan masalah seperti ini, bukan dimaksudkanuntuk memandang kecil faktor-faktor lain, melainkan semata-mata demi lebih terfokusnya permasalahn yang dibahas,mengingat adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan dana padapihak peneliti.

D. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

dan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut:1) Apakah terdapat keterkaitan antara kreativitas dengan

kemampuan apresiasi cerita pendek?2) Apakah terdapat keterkaitan antara kebiasaan membaca

dengan kemampuan apresiasi cerita pendek?3) Apakah terdapat keterkaitan antara kreativitas dan kebiasaan

membaca dengan kemampuan apresiasi cerita pendek secarabersama-sama?

72

amat penting karena mahasiswa tersebut sebagai calon gurubahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Sebagai calon guru,mereka dituntut untuk mengembangkan ketiga bidang tersebutlewat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas yang di dalamnyaterintegrasi pembelajaran apresiasi sastra pada khususnya dandidalam masyarakat pada umunya. Di samping itu calon gurujuga dituntut memiliki kemampuan atau kesanggupan yangmemadai terhadap ketiga bidang tersebut, tanpa memilikikemampuan yang memadai, mereka tidak bisa berbuat banyakdi depan kelas.

Hal yang demikian ini pada gilirannya, akan berpengaruhtidak baik terhadap mutu keluaran atau lulusan sekolah yangdijadikan tempat mengembangkan dan melaksanakan profesinya.Dengan demikian ketiga bidang itu perlu dikembangkankualitasnya secara integrativ secara bersama-sama, namun dalamkonteks yang sesuai.

Kedua, keadaan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia pada umumnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda (heterogen).Menghadapi mahasiswa yang memilikikemampuan yang beragam tersebut, pengajar/dosen perlumenyesuaikan teknik pengajarannya agar dapat diterimamahasiswa, khususnya yang berkaitan dengan bidang apresiasisastra. Dengan demikian, dalam diri mahasiswa akan timbulsemangat dan gairah untuk mengikuti perkuliahan dengan baik,dan pada gilirannya kegemaran pada bidang apresiasi makinmeningkat.

Ketiga, dalam upaya peningkatan kemampuan apresiasi sastra(cerpen), pengajar/dosen perlu memperhatikan aspek kreativitasdan kebiasaan membaca secara bersama-sama (terpadu).Karenakedua aspek tersebut telah terbukti memiliki peran yang pentingdalam apresiasi sastra. Dengan kata lain, dalam kegiatan apresiasi

Page 6: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen6

E. Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

tentang ada tidaknya keterkaitan positif antara kreativitas dankebiasaan membaca (terutama bacaan sastra) dengan kemampuanapresiasi cerita pendek, baik secara sendiri-sendiri maupun secarabersama-sama, juga dapat memberi masukan berapa besar kadarkekuatan hubungan di antara variabel-variabel prediktor denganvariabel respon. Dengan mengetahui kadar kekuatan hubunganantara kedua belah variabel, hasil penelitian ini dapat digunakansebagai bahan pertimbangan apakah faktor kreativitas dankebiasaan membaca penting atau tidak dalam pengembangankemampuan apresiasi cerita pendek. Hasil penelitian ini jugadiharapkan dapat menunjukkan tentang besarnya sumbangankreativitas dan kebiasaan membaca terhadap kemampuanapresiasi cerita pendek.

Diharapkan konfirmasi tentang besar kecilnya sumbangankedua variabel tersebut dapat menunjukkan derajat pentingnyavariabel-variabel itu terhadap kemampuan apresiasi cerita pendek,dan selanjutnya dapat digunakan untuk menelaah lebih lanjuttentang kemungkinan adanya variabel lainnya yangmempengaruhi kemampuan apresiasi cerita pendek itu.Lebihlanjut, diharapkan hasil penelitian ini memberi masukan kepadadosen apresias sastra pada umumnya, dan pemegang mata kuliahsastra prosa (cerita pendek) pada khususnya, dalam menentukanstrategi pembelajaran apresiasi sastra secara optimal.Hasilpenelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangankeilmuan dalam bidang apresiasi cerita pendek.Bagi penelitibidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikanstimulus untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis secaraintensif.

71

variabel kreativitas sebagaimana telah dikemukakan di bagianterdahulu, adalah perlunya meminimalisasikan hambatan bagikebebasan berekspresi, baik dalam bentuk kata (seperti karya-karya tulis) maupun karya sastra.Untuk itu, guru/dosen di kelasperlu menumbuhkan dengan menciptakan suasana agar parasiswa memiliki kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yangkokoh, kemampuan apresiasi dalam diri seseorang akan makinberbobot.

Ketigabelas, kaitannya dengan kebiasaan membaca, jelaslahbahwa apresiasi memiliki kaitan dengan masalah tinggi rendahnyakebiasaan membaca.Karena itu, penting menciptakan kebiasaanmembaca bagi anak didik.Untuk itu, penguasaan memotivasi,pemberian keinginan atau kemauan oleh para guru terhadap anakdidiknya merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan begitusaja.Kebiasaan membaca lebih diarahkan pada penangkapanberbagai pengalaman batin, pengalaman aneka ragamkehidupan.Kebiasaan membaca itu tentu juga perlumemperhatikan perilaku membaca yang efisien.Hal ini agar or-ang-orang disekitarnya dapat meneladani dan mengikutiperbuatan membaca yang baik.Sehingga siswa tertarik pada bukubacaan lalu membacanya merupakan hal yang diharapkan.

C. Saran-saranBerdasarkan uraian yang termuat dalam kesimpulan dan

implikasi hasil penelitian di atas, diajukan beberapa saran sepertidi bawah ini.

Pertama, kreativitas dan kebiasaan membaca., sertakemampuan apresiasi sastra dalam hal ini apresiasi cerpenmahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFKIP Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta perluditingkatkan lagi. Peningkatan mengenai hal tersebut dirasakan

Page 7: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 7

BAB IIKAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi TeoritisPada bagian ini, dikemukakan konsep-konsep mengenai

hakikat: 1) kreativitas, 2) kebiasaan membaca, dan 3) kemampuanapresiasi cerita pendek.

1. KreativitasKreativitas, menurut Csikszentmihalyi, merupakan sumber

pengertian pusat dalam kehidupan kita. Faktor kreativitas inilahyang membedakan manusia dari simpanse, karena berkatkreativitas manusia memiliki bahasa, nilai, ekspresi keindahan,pemahaman ilmu, teknologi, dan hal penting dan menarik lainnyayang diperoleh melalui proses pembelajaran, dan penambahankekayaan dan kekompleksan untuk masa depannya(Csikszentmihalyi, 1996:1-2).

Palmer dan Harding dalam Lefrancois, merumuskankreativitas sebagai hasil karya cipta baru yang telah diterima olehumum dan selama masih dapat dipertahankan atau bergunaatau memuaskan kepentingan kelompok yang lainpada beberapa poin waktu (Lefrancois, 1988:226).Munandar mengajukan pendapat dari Hurlock (1978) dan dariRogers (1982). Hurlock mendefinisikan kreativitas sebagaisuatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, entahberupa gagasan, atau objek dalam bentuk susunan yang baru.Sedangkan Rogers dalam Munandar merumuskan proseskreatif sebagai kemunculan tindakan berupa produk barumelalui keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian,

70

mengapresiasi sastra mahasiswa perlu diperhatika. Hal tersebutberkaitan erat dengan teori yang dipaparkan di muka, bahwaapresiasi sastra mencakup kegiatan membaca, serta kegiatan lainseperti menyaksikan pementasan karya sastra, mendengarkanpembacaan atau rekaman karya sastra. Menulis kreatif karyasastra. Dalam menggiatkan peningkatkan kemampuan apresiasimahasiswa, dosen dituntut memiliki kemampuan, kemauan, danstrategi khusus untuk membangkitkan keinginan, kemauan danmotivasi yang baik agar mahasiswa tergerak dengan sendirinyauntuk melakukan kegiatan membaca secara kontinu, dan tentusaja disertai penyuluhan tentang membaca yang benar agar sedikitmungkin kendala mahasiswa di lapangan terminimalisasikan.Dengan demikian, akan tercipta kebiasaan membaca yangdiinginkan dan pada gilirannya kemampuan apresiasi sastra(cerpen) sebagaimana diharapkan akan meningkat.

Keduabelas, faktor kreativitas sebagaimana ditunjukkan dalamhasil penelitian memiliki peranan penting dalam halpengembangan kemampuan apresisasi.Karena itu, dalampengajaran apresiasi sastra pada khususnya dan pengajaranbidang-bidang lainnya.Perlu diciptakan kondisi yangmemungkinkan orang-orang atau anggota kelompok di dalamnyadapat mengembangkan kreativitasnya. Penciptaan kondisi dapatbersujud pemberian fasilitas berupa kegiatan atau wadah apa sajayang memungkinkan ekspresi kreativitas teraktualisasikan, danlebih dari itu pemberian perhatian yang positif bagi kemunculankarya atau usaha kreatif anak didiknya akan mendorongberkembangnya kreativitas. Kreativitas di lingkungan pendidikanmemang perlu dikembangkan bukan saja dalam kerangkapengajaran apresiasi, tetapi termasuk juga untuk pencapaianpendewasaan anak didik secara umum.Salah satu kontribusi yangmemang sesuai dengan pengembangan komponen-komponen

Page 8: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen8

orang-orang, dan keadaan hidupnya di lain pihak (Munandar,1988:2-3).

Hicks et.al menyatakan bahwa kreativitas merupakanekspresi karena hasil pengalaman atau keinginan, yang berupaimajinasi, spontanitas, dan keunikan (Hicks, 1970:225). Mengingattimbulnya kreativitas salah satunya adalah karena faktorpengalaman, maka kreativitas itu dapat juga dibentuk melaluiproses belajar. Dalam megembangkan kreativitas, faktorpengalaman atau proses belajar belumlah cukup untukmembentuk kreativitas, tetapi perlu adanya faktor bakat. MenurutSemiawan, konsep kreativitas mencakup integrasi dari kondisiempat ranah, yaitu (a) afektif, (b) psikomotorik, (c) kognitif, dan(d) intuitif. Ketiga ranah yang pertama dikembangkan melaluiproses belajar, sedangkan ranah yang keempat lebih banyakdipengaruhi oleh faktor bakat. Selanjutnya dikatakan, bahwaperkembangan kreativitas individu akan terjadi secara optimalmanakala terdapat bakat, dengan ditandai oleh tingkah lakukreatif yang merupakan perpaduan dan interaksi, interpretasi daridimensi rasio, kehidupan, emosi, intuisi, dan bakat khusus yangmenghasilkan produk tertentu (Semiawan, 1992:26). Di pihaklain, Csikszentmihalyi mendeskripsikan orang yang memiliki ciri-ciri kreatif, yang masing-masing karakter itu sekaligusmenunjukkan hubungan saling kontradiktif. Ada sepuluh ciri padaorang yang kreatif, yakni (1) memiliki energi fisik, tetapi jugatenang dan santai; (2) cenderung pintar, tetapi juga naif padasaat bersamaan; (3) kadangkala berperilaku paradoksal antaraiseng (main-main) dan disiplin (serius), antara sifat betanggungjawab dan tidak bertanggung jawab; (4) menggunakan dayaimajinasi dan fantasi di satu sisi, namun berpikir secara mendasardan realistis di sisi lain; (5) menempatkan tendensiberlawanan pada suatu kontinum antara kontroversi dan

69

untuk penguasaan kata sebagai sarana kunci dalam proses kreatifsastra adalah dunia rekaan yang disusun dari kata. Tokoh-tokohcerita ditampilkan dengan kata, bergerak dari satu peristiwa keperistiwa lain yang terjadi melalui kata, dan seluruhnya merupakandunia kata: untuk itu, untuk memahami sastra dituntut selalumeningkatkan penguasaan atas kata.

Kesepuluh, kenyataan bahwa rata-rata nilai kebiasaanmembaca cukup menarik, karena rata-ratanya paling tinggi daripada yang lain. Hal ini kemungkinan mahasiswa sudah terbiasaatau sering melakukan dan sudah bersikap sebagaimana yangditanyakan dalam angket.Kebiasaan membaca mahasiswatergolong cukup karena seringnya mereka melakukan kegiatanmembaca, sehingga mereka banyak menemukan danmemperoleh kosakata baru.Dengan kebiasaan membaca yangmemadai mahasiswa dapat menelusuri makna kata-kata danmodel-model pengungkapan karya sastra yang belumdiketahui.Kenyataan ini di lapangan dapat ditingkatkan lagi dantidak terbatas pada kegiatan membaca di dalam gedung sekolah,tetapi juga di luar dinding sekolah.Hal ini mengingat peluangdan waktu yang dimiliki siswa untuk memperoleh berbagaipengalaman baca di luar sekolah lebih besar dibandingkan denganpara guru.

Kesebelas, bahwa rata-rata nilai kemampuan apresiasi cerpenlebih rendah daripada rata-rata nilai kebiasaan membaca.Olehkarena itu, upaya untuk mengembangkan kemampuan apresiasicerita pendek mahasiswa masih perlu lebih ditingkatkanlagi.Khususnya pada pengajaran apresiasi sastra hendaknya tidakmenekankan pada aspek teoritis. Pengajaran yang demikiankiranya perlu ditangguhkan lebih dahulu: sebab menyebabkansiswa kurang memiliki kemampuan menghargai, menghayali, danmenikmati secara langsung. Dengan demikian proses

Page 9: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 9

introversi; (6) rendah hati, namun angkuh pada waktuberasamaan; (7) dalam berbagai budaya, pihak laki-laki makinmaskulin, acuh dan menekankan aspek temperamennya,sedangkan wanita makin feminism, yang kedua pihak diterimanyasebagai difat berlawanan; (8) suka menentang dan bebas;(9) sangat bergairah dengan tugas/ pekerjaannya, namunkadangkala juga suka apa adanya; dan (10) kejujuran dankepekaannya sering menganggap dirinya “menderita” namun iasangat menikmati “penderitaannya” itu (Csikszentmihalyi,1996:57).

Guilford yang dikutip oleh Good & Brophy, mengajukansuatu perspektif kreativitas dalam model kemampuan mentalyang diyakini secara kolektif dari suatu peta atau struktur intelek,yang di dalamnya mencakup daftar operasional mental.Hal inidimaksudkan agar informasi yang dicari dan simpanan memoridapat mencakup dua jenis operasi, yakni produksi konvergenatau produksi divergen. Dalam pandangan Guilford ini, kreativitasmerupakan pelibatan pemikiran yang divergen, seperti kelancaran,keluwesan, dan keaslian proses pemikiran (Good & Brophy,1990:618).

Kreativitas sebagaimana dideskripsikan pada paparan di atassecara umum mencakup berbagai aspek dalam diri seseorang.Karena itu Bloomberg memandang bahwa kreativitas dapatditinjau dari berbagai pendekatan psikoanalisis, lingkungan,asosiatif, faktorial, perkembangan kognitif, dan holistik. Pertama,pada pendekatan psikoanalisis dengan tokohnya Sigmund Freud,kreativitas dipandang sebagai representasi pertahanan melawanenergy libido dalam masyarakat.Karena itu, konsep kreativitasdipahami sebagai manifestasi perilaku mekanisme pertahanan,sublimasi, yang prosesnya di luar kesadaran, melalui doronganseksual energi agresif ke dalam perilaku yang mendukung sifat

68

nilai etika dan estetikanya. Hal sesuai dengan pendapat Damono,bahwa membaca karya sastra berarti dalam dunia rekaan, bertemudengan berbagai macam tokoh, dan yang terlibat dengan sederetperistiwa. dengan cara membaca, pembaca dapat ,makinberkembang dan matang pandangan hidupnya. Dengan kata lain,mahasiswa makin menghargai sastra karena dengan membacanyaia dapat senantiasa mempertimbangkan kembali sikap danpandangan hidupnya agar tidak menjadi kaku (Damono, 1980:57).

Kedelapan, dengan melihat begitu luasnya pengajaran apresiasisastra, termasuk di dalamnya cerpen, maka kiranya sangat tepatperlunya upaya peningkatan bidang apresiasi sastra melaluikhususnya dua bidang atau faktor yang dijadikan variabel bebasdalam penelitian ini.Oleh karena itu implikasi hasil penelitianuntuk hal tersebut adalah bahwa peningkatan atau pengembanganapresiasi sastra bidang tersebut perlu mempertimbangkanbeberapa asumsi tentang kemungkinan penyebab adanyaperbedaan prestasi belajar ketiga bidang itu.

Kesembilan, dalam kaitannya dengan kreativitas sebagai saranapengembangan apresiasi sastra dapat dipaparkan sebagaiberikut.Pada hakikatnya kreativitas yang dimaksudkan di siniadalah kreativitas berpikir.Khususnya melalui aspekverbal.Sebagaimana dipaparkan dalam deskripsi teoritis di atasyakni mencakup kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian.Di lain pihak sastra, Sukada dengan mengutip Wellek dan War-ren, pada hakikatnya terdiri atas 4 aspek yang berkaitan denganpsikologi. Masing-masing (1) studi psikologis terhadap pengarangsebagai tipe dan indvidu. (2) studi mengenai proses kreativitas.(3) studi mengenal tipe dan hukum-hukum karya sastra, dan (4)studi mengenai efek sastra terhdap pembacanya (Sukada,1987:102). Dari dua paparan di atas, tampak bahwabagaimanapun juga kreativitas perlu dikembangkan terutama

Page 10: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen10

berbudaya.Kedua, pada pendekatan lingkungan dengan tokohnyaTorrance, kreativitas dipandang sebagai hasil interaksi denganfaktor-faktor situasional yang secara fungsional saling berkaitan.Pendekatan ini diterapkan di dalam kelas dalam bentuk saranyang diajukan oleh Torrance agar produktivitas kreatif siswameningkat, yakni;a) perhatikan pertanyaan-pertanyaan yang luarbiasa dari siswanya, b) perhatikan ide-ide luar biasa dari siswanya,c) tunjukkan ide-ide dari mereka yang bernilai, d) dukungkepetualangan dan berikan kepercayaan siswa untuk belajarmandiri, e) biarkan siswa berpenampilan sesuai dengankeinginannya tanpa petunjuk atau acaman penilaian. Pendekatanlingkungan untuk peningkatan kreativitas pada siswa di kelas inididasarkan oleh asumsi bahwa dengan pemberian penguatan padaperilaku tertentu akan ada peningkatan level kreativitas. Ketiga,pada pendekatan asosiatif dengan tokohnya Mednick, kreativitasdipandang sebagai proses kombinasi saling menguntungkan diantara unsur-unsur asosiatif yang berbeda dari pikiran. Denganmenggunakan teori S–R (Stimulus–Respons), kreativitasdidefinisikan sebagai perangkaian yang baru, sebagai hasil asosiasiyang luar biasa untuk stimulus tertentu.Keempat, pada pendekatanfaktorial dengan tokohnya Guilford, kreativitas dipandang sebagaisuatu fungsi dari beberapa faktor intelek yang terpisah.Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis dengan perangkat matematis, yaknidengan materi tes yang disusun berdasarkan pertimbanganteoretis dan diolah untuk sejumlah subjek sampel yangbesar.Kelima, pada pendekatan perkembangan kognitif, kreativitasdipandang sebagai suatu hasil perpaduan di antara beberapa aspekpsikologi, seperti persepsi, formasi konsep, bahasa, motivasi,psikopatologi, dan retardasi mental.Keenam, pada pendekatanholistis dengan tokohnya Schachtel, kreativitas dipandang sebagaigabungan unsur-unsur sistem teori dari pendekatan terhadap

67

dilihat dari nilai koefisien regresi (koefisien arah).Secara sendiri-sendiri koefisien regresi kreativitas dan kebiasaan membaca adalahberarti dan secara bersama-sama koefisien regresinya juga berarti.Sementara itu pengujian terhadap koefisien regresi yang berkaitandengan kreativitas dan koefisien regresi yang berkaitan dengankebiasaan membaca secara sendiri-sendiri, kadar hubunganmasing-masing variabel prediktor dengan variabel respons tidakseimbang. Hubungan antara kebiasaan membaca dengankemampuan apresiasi cerita pendek jauh lebih kuat dibandingkandengan hubungan antara kreativitas dengan kemampuan apresiasicerita pendek.Daya penjelas kebiasaan membaca terhadapkemampuan apresiasi cerita pendek sebesar 72.65 persen;sedangkan daya penjelas kreativitas terhadap kemampuanapresiasi cerita pendek hanya sebesar 69.43 persen.Kenyataantersebut mengindikasikan bahwa dalam upaya mengembangkanmaupun meningkatkan kemampuan apresiasi sastra (ceritapendek) mahasiswa, guru (dosen) perlu lebih memperhatikanaspek kebiasaan membaca daripada kreativitas.Hal ini tidak berartibahwa aspek kreativitas tidak penting dan dapat diabaikan,melainkan hal kebiasaan mempunyai peran penting dalammeningkatkan kemampuan apresiasi sastra.

Ketujuh, terkelolanya pengajaran apresiasi sastra secara efektifdapat menjadikan mahasiswa mampu mengembangkankemampuan apresiasi sastranya, termasuk di dalamnya apresiasicerita pendek, dan selalu meningkatkan dan mengembangkankemauannya tersebut.Hal itu penting sebab mahasiswa sebagaicalon ilmuan dituntut mampu meningkatkan wawasanapresiasinya melalui kegiatan apresiasi sastra, baik melalui mediabahasa tulisan maupun media lisan.Oleh karena itu, sebagaikonsekuensinya, mereka harus banyak membaca buku dalamrangka memperluas dan memperdalam pandangan serta wawasan

Page 11: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 11

objek dunia dipandang sebagai prasyarat kreativitas (Bloomberg,1973:1-21).

Sejalan dengan luasnya aspek kreativitas yang terdapat dalamkehidupan seorang manusia, dan sejalan dengan adanya berbagaitinjauan kajian terhadap kreativitas itu, maka pengukurankreativitas juga dilakukan dengan berbagai macam cara GagnedanBerliner yang mengutip pendapat Hocevar mengemukakan10 macam cara pengukuran kreativitas, yakni dengan;1) tesberpikir divergen, 2) daftar sikap dan minat, 3) daftar kepribadian,4) daftar riwayat hidup, 5) daftar nominasi guru, 6) daftar nominasikelompok, 7) daftar peringkat supervisor dalam pekerjaan, 8)daftar penilaian terhadap produk, 9) daftar keunggulan-keunggulan, dan 10) laporan diri tentang kegiatan kreatif danpreatasi krearif (Gage &Berliner, 1984:182).

Dari beberapa pendapat tentang definisi kreativitas dan jugadeskripsi tentang orang yang kreatif dapat dikemukakan bahwaterdapat kesamaan dasar yang cukup dominan pada seseorangyang memiliki kreativitas.Mereka lebih luwes (fleksibel), lancar,mandiri, berpikir orisinil dan mendasar, elaborative (berpikirsecara rinci) dan realistis dalam menangggapi gagasan ataumampu menghadapi tantangan.Bahkan Munandar secara tegasdan operasional mendefinisikan pengertian kreativitas sebagaikemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dankeorisinalan berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi(mengembangkan, memperkaya, memerinci) gagasan (Munandar,1992:50). Hal yang sama juga dikemukakan Edwards, yakni bahwakonsep kretivitas lebih diarahkan pada aspek berpikir kreatif(Edwards, 1972:309). Oleh karena itu, pengukuran yang relevanuntuk kreativitas disini adalah dengan tes berpikir divergen, yangmengukur aspek kelancaran, keaslian, pendefinisian ulang(redevinisi), dan kerincian gagasan.

66

demikian pengembangan kedua bidang terakhir tersebut(kreativitas dan kebiasaan membaca) menjadi bagian pentingdalam pengajaran apresiasi cerita pendek khususnya dan apresaisisastra pada umumnya.Terlebih kebiasaan membaca, seperti yangtelah dikemukakan pada kesimpulan, terbukti memberikankontribusi (sumbangan) yang lebih besar pada kemampuanapresiasi cerita pendek.Hal tersebut berbeda dengan praktikpengajaran apresiasi sastra di sekolah-sekolah yang sering kurangmemberikan pengalaman dan pengenalan langsung pada karyasastra sehingga tidak menandai untuk peningkatan kemampuanapresiasi sastra secara wajar. Pernyataan ini didukung olehRusyana yang mengambil data pada siswa-siswa SMA di JawaBarat, bahwa rata-rata hanya 42,38 persen siswa terlibat dalamkegiatan apresiasi (Rusyana, 1980:186).

Kelima, persentase dari sumbangan sebesar 84,19 persenmenunjukkan bahwa sumbangan kreativitas dan kebiasaanmembaca secara bersama-sama kepada kemampuan apresiasicerita pendek, sekaligus mengaplikasikan bahwa terdapat 15,81persen aspek pendukung kemampuan apresiasi yang belumterjelaskan dalam penelitian ini. Artinya, agar peningkatankemampuan apresiasi sastra (cerita pendek) mahasiswa, tidakdapat dilakukan hanya melalui pengembangan dan pembinaankreativitas dan kebiasaan membaca saja, melainkan masih terdapatsejumlah komponen lain yang turut membentuk atau mendukungitu yang kemungkinan berkaitan dengan faktor sikap apresiasi.Faktor bahan bacaan, faktor sosial ekonomi, faktor perbedaanjenis kelamin, atau faktor guru seperti tidak tepatnya metodedan strategi pembelajaran apresiasi yang dipilih, faktor sistempenilaian yang kurang pas (tepat) dan lain-lain.

Keenam, derajat pentingnya peranan kreativitas dan kebiasaanmembaca terhadap kemampuan apresiasi cerita pendek juga dapat

Page 12: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen12

Kelancaran ialah hal pengungkapan sebanyak mungkingagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaanseseorang terhadap sesuatu yang direspons. Kelancaran terdiriatas empat kategori, yaitu kata, ide, asosiasi, danekspresi.Kelancaran kata mengacu pada pengungkapanbanyaknya kata yang mengandung huruf tertentu yang dihasilkanberkenaan dengan stimulus yang dihadapi sesorang.Kelancaranide mengacu pada pengungkapan banyaknya pikiran atau gagasanyang diungkapkan dan tergolong dalam unit tertentu.Kelancaranasosiasi mengacu pada pengungkapan banyaknya kata yangmemiliki kesamaan makna dengan kata tertentu.Kelancaranekspresi mengacu pada pengungkapan sebanyak mungkin katayang mempunyai makna tertentu.

Keluwesan ialah hal pengungkapan berbagai macam ideuntuk memecahkan suatu masalah diluar kategoribiasa.Keluwesan mencangkup dua kategori.Pertama, keluwesanspontan, yakni yang berhubungan dengan klasifikasi, dan kedua,keluwesan adaptif (penyesuaian diri), yakni yang berhubungandengan pembuatan perubahan.

Keaslian adalah hal yang mengacu pada pengungkapancetusan gagasan yang bersifat unik, baru, atau kombinasinya.Respons keaslian ini bersifat tak berfrekuensi.Maksudnya,bilapermasalahan itu diajukan pada suatu kelompok, tanggapan/respon yang disampaikan salah seorang anggota kelompok itujarang ditunjukan oleh anggota lainnya. Respon keaslianpada umumnya tampak melalui tugas-tugas mengemukakanide-ide, judul-judul, serta isi karangan, dan lain-lain yang bersifatunik.

Keterincian adalah hal yang menunjuk pada kemampuandalam pemerkayaan, pengembangan, perincian dalammengungkapkan suatu ide, objek, atau situasi sehingga menjadi

65

sehari-hari dalam hubungan antarsesama anggota masyarakat.Dengan kata lain, tes kreativitas terlalu bersifat teoritis sehinggamahasiswa yang tidak sedang mempelajarinya mengalamikesulitan untuk mengoperasionalkan pokok-pokok permasalahanyang diteskan, mereka hanya mengingat kembali yang sifatnyapraktis: kedua dalam mengerjakan tes kemampuan apresiasi ceritapendek pada khususnya. Peserta tes cenderung menghindaripemaparan detil yang semestinya rinci agar tercermin keluasandan kedalaman apresiasi. Melainkan pengungkapan secara pokokatau garis besar saja sehingga pengungkapan hal yang tersiratkurang mendapat penekanan.Penghindaran terhadap aspek-aspekyang tersirat pada waktu menjawab tes apresiasi sastra memangbelum tentu dapat dijadikan ukuran atau bobot tentangkemampuan apresiasi sastranya, tetapi ada kemungkinan kendaladalam aspek pengungkapan interpretasi-interpretasinya yangberdampak pada pencapaian nilai.Dari kenyataan tersebut,tampak bahwa mahasiswa di lapangan masih potensial untukdikembangkan kemampuan apresiasi sastranya melalui aspekkreativitas dan kebiasaan membaca.Terlebih kebiasaan membacaterbukti memberikan kontribusi yang lebih besar kepadakemampuan apresiasi sastra.

Keempat, kuatnya hubungan antara kreativitas dan kebiasaanmembaca secara bersama-sama dengan kemampuan apresiasicerita pendek yang tercermin dari besarnya koefisien korelasi(Ry.12) sebesar 0.92 dan besarnya kontribusi (angka sumbangan)yaitu 84.19 persen menunjukkan bahwa secara bersama-samakreativitas dan kebiasaan membaca dapat terjadi prediktor yangbaik bagi kemampuan apresiasi cerita pendek. Dengan temuanhasil penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa pengembangankemampuan apresiasi cerita pendek dapat dilakukan melaluipeningkatan kreativitas dan kebiasaan membaca.Dengan

Page 13: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 13

lebih menarik.Ada tiga kategori keterincian, yakni akibat,kemungkinan pekerjaan, dan sketsa.

Berdasarkan uraian di atas, konsep kreativitas dapatdisimpulkan sebagai kemampuan, kesanggupan, ataukekuatan yang mencerminkan kelancaran (kata, ide, asosiasi,ekspresi), keluwesan (spontan, adaptif), keaslian (ungkapan baru,ungkapan unik/tidak lazim, kombninasi ungkapan barudanungkapan unik/tidak lazim, penggunaan judul unik/tidak lazim,penggunaan isi unik/tidak lazim, penggunaan ideunik/tidak lazim), dan keterincian (akibat, kemungkinanpekerjaan, dan sketsa) suatu gagasan. Kemampuan kreatifbiasanya diakui dan diterima dalam arti memiliki manfaat bagiyang lain.

2. Kebiasaan MembacaPengertian “kebiasaan membaca” setidaknya tergabung dari

dua konsep, yakni konsep kebiasaan dan konseopmembaca.Karena itu, pada bagian berikut dibahas konsepkebiasaan dan konsep membaca, dan selanjutnya konsepkebiasaan membaca.

Menurut Pavlov dalam Good & Brophy, prilaku manusiadapat di bentuk melalui pembiasaan atau dikondisikan. Bilasesuatu prilaku dilakukan berulang-ulang maka prilaku itu akanterbentuk. Pada tahap permulaan akan terlihat perubahan suatutingkah laku. Hal ini akan terus berubah sesuai dengan kegiatanyang dilakukan secara terus menerus sehingga muncul kinerjayang baik atau kebiasaan yang baik (Good & Brophy, 1990:153).

Sehubungan dengan apa yang di kemukakan diatas,Thorndike dalam Gagne melontarkan suatu teori yang disebut“laws of exercice and effect”. Menurut teori ini bila seseorangmelakukan sesuatu secara berulang-ulang akan dapat

64

hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kesanggupanmahasiswa pada kedua bidang yang diteskan (kreativitas dankemampuan apresiasi cerita pendek) dan satu bidang yangdijadikan angket (kebiasaan memabca) cukup beragam(heterogen), ada yang tinggi dan ada pula yang rendah. Nilaisimpangan baku untuk masing-masing variabel tersebutselengkapnya dapat disajikan berikut ini. Nilai simpangan bakuuntuk kreativitas sebesar 15.33: nilai simpangan baku kemampuanapresiasi cerita pendek sebesar 12.21. kondisi demikian harusdiperhatikan oleh para guru/dosen di lapangan dalammeningkatkan apresiasi sastra (cerpen) untuk melakukan titiktolak pengembangan dan pembinaan awal terhadap upayapeningkatan kualitas apresiasi sastra. Terutama dari segikeanekaragaman dalam kemampuan awalnya.

Ketiga, sebagaimana telah diuraikan di muka bahwakreativitas.Kebiasaan membaca, dan kemampuan apresiasi ceritapendek hanya dapat digolongkan ke dalam kategori sedang.Haltersebut tampak pada rata-rata nilai yang mereka peroleh melaluiketiga pengukuran pada ketiga bidang tersebut. Rata-rata nilaites kreativitas sebesar 55.76: rata-rata nilai angket kebiasaanmembaca sebesar 59.50., dan rata-rata nilaia tes kemampuanapresiasi cerita pendek sebesar 58.40. dari rata-rata nilai ketiganyadi atas terlihat bahwa rata-rata nilai yang paling tinggi adalahkebiasaan membaca dan yang paling rendah adalah kreativitas.Walaupun perbedaan rerata nilai itu kecil.Kenyataan tersebutmenarik untuk diperhatikan. Mengapa rata-rata nilai kebiasaanmembaca paling tinggi bila dibandingkan dengan rerata keduanilai yang lain. Kenyataan bahwa rerata nilai kreativitas palingrendah dari yang lain. Diduga disebabkan oleh pertama teskreativitas mencukup elemen yang cukup banyak dan rumit yangbeberapa diantaranya belum tentu digunakan dalam kehidupan

Page 14: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen14

meningkatkan kinerja orang itu. Ia juga menambahkan bahwasuatu kegiatan dapat dilakukan dengan baik bahkan sempurnabila kegiatan itu dilakukan secara kontinyu atau terbiasa (Gagne,1977:8). Kinerja yang baik akandapat memotivasi orang itumelakukan hal yang sama agar memperoleh hasil yangmemuaskan.

Skinner dalam Good & Brophy, melalui teorinya yakni “op-erant conditioning” menyatakan bahwa kebiasaan sering disebutsebagai “sifat ke dua”.Maksudnya, bila kebiasaan itu telahtertanam, kebiasaan itu tampak hampir seperti sifat bawaan(Good & Brophy, 1990:160).

Pola prilaku yang di pelajari dan menampilkan prilaku yangtelah mantap dan berlangsung secara otomatis dalam masyarakatsebagaimana dikemukakan di atas biasanya disebut pola prilakuyang membudaya.Istilah kebudayaan itu sendiri, menurutHarsojo, memiliki banyak definisi, bahkan sampai sekitar 160buah definisi tentang arti kebudayaan. Beberapa definisi yangpenting tentang kebudayaan adalah;1) keseluruhan, kepercayaan,kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lainserta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebaqgai anggotamasyarakat, 2) konfigurasi tingkahlaku yang dipelajari danhasil tingkah laku, yang unsur pembentukannya didukungdan diteruskan oleh masyarakat, 3) pola hidup yang terciptadalam sejarah, yang eksplisit, implisit, rasional, irasional, yangterdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagitingkah laku manusia, dalam ilmu sosial diartikan sebagai seluruhkelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tatakelakuan, yang harus didapat dengan cara belajar dan yangsemuanya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat (Harsojo,1988:92).

63

bergantung pada kemampuan si pembaca untuk berkomunikasisecara akrab dengan karya yang dihadapi (Oemarjati, 1991:42).

Oleh sebab itulah, pengajaran apresiasi sastra (cerpen) yangberorientasi pada pengetahuan teoritis kiranya perlu ditangguhkanlebih dahulu; sebab pengajaran apresiasi yang demikianmenyebabkan mahasiswa kurang memiliki pengalaman batindalam menghayati, menilai, menghargai, dan menafsirkanberbagai nilai dan nuansa kehidupan yang disampaikan melaluibacaan sastra. Bagaimana mahasiswa mengapresiasikan sastra(cerpen) secara sungguh-sungguh, hal ini berkaitan erat denganteori yang telah dipaparkan di muka, bahkan mengapresiasi padahakikatnya adalah kegiatan menggauli karya sastra sehinggamuncul pikiran kritis dan perasaan yang baik terhadap karya sastra(cerpen) kiranya makin memberikan tekanan yang jelas terhadapbagaimana pelaksanaan apresiasi sebagaimana dipertanyakan diatas. Dengan kata lain, sesungguhnya mengapresiasi cerpenbertalian dengan dua hal yang mendasar, yakni menikmatikeindahan (dulce) dan kedua mengambil manfaat (utile) dari apabagaimana penulis memaparkan persoalan atau substansikan idemelalui proses kreatif yang tertuang dalam karya tulisannya.Kedua hal inilah yang disebut inti hakiki apresiasi sastra.Olehkarena itu, pengajaran apresiasi sastra yang berorientasi padaaspek teoretis kiranya perlu dilengkapi secara luas dengan berbagaipengalaman keakraban dengan berbagai karya sastra. Hal inimengingat bahwa sastra termasuk seni bahasa, yang tidak hanyacukup dipahami teorinya, tetapi perlu diakrabi dalam proseskreatif. Keterlibatan dalam proses kreatif dapat merupakan caraefektif menumbuhkan pemahaman dan pengahargaan terhadaphasil seni sastra (Damono, 1980:60).

Kedua, hasil analisis deskriptif juga diketahui bahwa nilaisimpangan baku masing-masing variabel cukup besar, yaitu 15.24.

Page 15: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 15

Apabila kita bandingkan antara konsep kebiasaan dengankonsep kebudayaan (terutama bila membandingkan definisikebiasaan di satu pihak dengan definisi kebudayaan di pihak lain)akan terlihat memiliki kaitan erat, bahkan terpadu. Karena itudengan memasukan aspek budaya, Tampubolon mendefinisikankebiasaan sebagai kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental,yang telah membudaya dalam suatu masyarakat, dan kebiasaanitu merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat(Tampubolon, 1993:228). Penekanannyapada unsur konfigurasi(pola) tingkahlaku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yangdidukung dan diteruskan, unsur pola hidup yang tercipta dalamsetiap waktu, dan unsur kelakuan yang teratur yang tersusun dalamkehidupan, kiranya yang diacu oleh definisi kebiasaan berkaitanerat dengan minat, yang merupakan perpaduan antara keinginandan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.Selanjutnya, kebiasaan didefinisikan sebagai prilaku yang telahmendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang.Minatdan motivasi memiliki peranan yang menentukan terhadapterbentuknya suatu kebiasaan.

Pada bagian lain, Tampubolonmengemukaan pengertianmembaca sebagai berikut.Membaca merupakan satu dari empatkemampuan bahasa dan merupakan bagian/komponen darikomunikasi tulis. Membaca menurut Tampubolon pada dasarnyamerupaka proses kognitif meskipun pada taraf penerimaanlambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan motoris berupagerakan-gerakan mata (Tampubolon, 1993:41). Proses kognitifyang dimaksud mencakup kegiatan-kegiatan pikiran ataupenalaran termasuk ingatan untuk menemukan dan memahamiinformasi yang dikomunikasikan oleh pengarang melaluikarangan yang bersangkutan. Melalui kegiatan membaca,pembaca dapat memperoleh dua jenis pengetahuan sekaligus,

62

logisnya, mahasiswa harus banyak membaca atau memilikikebiasaan membaca yang baik.Terutama membaca bacaansastra.Dalam rangka memperluas dan memperdalampengetahuan dan pandangannya.

Ada 3 alasan penting yang saling berkaitan mengapa orangperlu membaca bacaan sastra.Sebagaimana dikemukakan olehAkhmadi.Yakni alasan (1) kesenangan, (2) informasi yang berbedadari informasi dalam ensiklopedia, dan (3) pelestarian danpengembangan warisan budaya (Akhmadi, 1990:54). Lebih dariitu, karena mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indoensia di UHAMKA Jakarta pada akhirnya menjadiguru bahasa dan sastra Indonesia, maka mereka dituntut mampumengajarkan kemampuan apresiasi sastra yang diintegrasikandalam pengajaran bahasa Indonesia dengan baik, Implikasitersebut diuraikan berikut ini.

Pertama, berdasarkan analisis deskriptif terhapa masing-masing variabel yang diteliti., yaitu kreativitas., kebiasaanmembaca, dan kemampuan apresiasi cerita pendek. Diketahuibahwa rerata nilai dari ketiga bidang itu hanya dapat digolongkanke dalam kategori sedang.Oleh sebab itu, upaya peningkatankemampuan ketiga bidang tersebut sangat diperlukan.Khususnyamengenai pengajaran kemampuan apresiasi cerita pendek (danapresiasi sastra pada umumnya) hendaklah tidak menekankanpada segi pengetahuan teoritis saja.Tetapi harus ditingkatkan pulasegi afektif dan pengalamannya agar tercipta suasana keakrabandengan karya sastra. Sebagaimana dikemukakan oleh Oemarjatibahwa apresiasi sastra hanya dapat dilaksanakan atas dasarkeakraban si pembaca dengan apa yang dihadapinya., terutamamelalui pengenalan langsung dengan karya-karya sastra. Hanyadengan cara itu pengalaman baca dapat dibina, diarahkan, dandikembangkan. Sehingga bernilai tidaknya sastra sangat

Page 16: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen16

yakni informasi-informasi baru dari bacaan dan cara-carapenyajian pikiran dalam karangan.Kedua pengetahuan itu dapatmembina dan meningkatkan pengalamandalam diri pembacanya.

Suharianto menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnyaadalah suatu usaha memahami dan merasakan apa yangdinyatakan penulis dalam wacana yang ditulisnya tersebut(Suharianto, 1989:154). Kegiatan membaca mempunyai anekatujuan.Sebagaimana dikemukakan oleh Anderson yang dikuttipoleh Suharianto, bahwa membaca mempunya tujuh tujuan, yakni(1) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (untukmengetahui masalah-masalah yang terdapat didalam cerita, hal-hal yang dialami tokoh); (2) membaca untuk memperoleh faktaatau rincian-rincian (untuk mengetahui temuan-temuan yangdilakukan tokoh, hal-hal yang diperbuat tokoh, peristiwa yangdialami tokoh, pemecahan masalh-masalah yang dilakukantokoh); (3) membaa unutuk mengetahiu urutan dan organisasicerita ( untuk mengetahui tiap bagia cerita); (4) membaca untukmenyinmpulkan (untuk mengetahui sebab-akibat tokoh berbuatsesuatu); (5) membaca untuk mengelompokan (untukmenemukan/mengetahui hal-hal yang tidak biasa, lucu, benaratau tidak benar); (6) membaca untuk menilai (untuk mengetahuikeberhasilan tokoh); dan (7) membaca untuk membandingkandan mempertentangkan (untuk mengetahui cara tokoh berubah,perbedaan kebiasaan hidup, kesamaan dua cerita, dan sebagainya(Suharianto, 1989:154).Berdasarkan uraian tentang aneka tujuanmembaca ini dapat dikatakan bahwa keakraban pada kegiatanmembaca makin memungkinkan peningkatan kekayaanpengalaman batin yang menjadi bekal utama bagi peningkatankemapuan apresiasi sastra.

Setelah di ketahui pengertian kebiasaan dan pengertianmembaca, selanjutnya dapat dipaparkan pengertian kebiasaan

61

Berdasarkan paparan yang diuraikan di atas.Dapat diketahuibahwa ketiga hipotesis penelitian yang diajukan diterima.Yaitukreativitas dan kebiasaan membaca baik secara sendiri-sendirimaupun secara bersama-sama mempunyai hubungan positifdengan kemampuan apresiasi cerita pendek.Namun, jika dilihatbesar nilai sumbangan prediktor kepada respon, tampak bahwakebiasaan membaca meberikan sumbangan atau kontribusi yanglebih besar daripada kreativitas.

Keempat, hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwakreativitas. Kebiasaan membaca dan kemampuan apreasiasi ceritapendek mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan SastraIndoensia FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamkadi Jakarta yang menjadi objek penelitian ini tergolong dalamkategori sedang. Ini terbukti dengan skor ideal sebagian besarsiswa yang berada pada kategori sedang.Jika ditinjau dari besarnyarerata, kebiasaan membaca memiliki rerata yang paling tinggi(59.50).kemudian rerata kemampuan apresiasi cerita pendek(58.40), dan rerata yang terendah, yaitu kreativitas.

B. Implikasi Hasil PenelitianKesimpulan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas,

mempunyai sejumlah implikasi penting terhadap upayapeningkatan kemampuan apresiasi cerita pendek.Pengajaranapresiasi cerita pendek khususnya, dan apresiasi sastra padaumumnya, memerlukan peningkatan penyelenggaraan pengajaranyang efektif.Hal ini bisa menjadikan mahasiswa memilikikemampuan apresiasi sastra yang menandai dan selalumeningkatkan kemampuan itu.Hal semacam ini penting bagimahasiswa sebab mahasiswa sebagai calon cendekiawan dituntutmemiliki wawasan yang luas baik mencukup nilai etika maupunnilai estetika dalam hidup dan kehidupannya.Konsekuensi

Page 17: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 17

membaca.Dalam mengungkap bagaimana kebiasaan membacaberlangsung, Munandar merinci konsep kebiasaan membacamenjadi 12 aspek. Kedua belas aspek itu dipergunakan untukmemperoleh data deskriptif dalam penelitian yang di lakukan,yakni mencakup;1) kesenangan membaca, 2) frekuensi membaca,3) jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu, 4) asal bukubacaan diperoleh, 5) frekuensi mengunjungi perpustakaan, 6)macam buku yang disenangi, 7) frekuensi membaca surat kabar,8) hal berlangganan surat kabar, 9) bagian surat kabar yang senangdibaca, 10) hal berlangganan majalah, 11) jenis majalah yangdilanggani, 12) majalah yang paling senang di baca (Munandar,1982:59). Sedangkan Tampubolon merinci komponen kebiasaanmembaca menjadi bagian-bagian yang mencangkup keinginan,kemauan, dan tindakan aspek motoris berupa keterampilanmembaca yang efisien.Komponen-komponen itu menentukanbaik tidaknya kebiasaan membaca yang terbentuk (Tampubolon,1993:229).

Bertolak dari berbagai pandangan tentang konsep kebiasaandan tentang konsep membaca yang dikemukakan di atas, dapatdisimpulkan bahwa konsep kebiasaan membaca setidaknyamempunyai ciri-ciri sebagai berikut, pertama terdapat suatuperilaku dari anggota masyarakat terhadap kegiatan membaca,kedua perilaku itu membentuk pola yang tersusun/ tertata,didukung, dan diteruskan dari waktu ke waktu yang dapatdiidentifikasikan dari segi fisik dan mental, ketiga perilaku yangmembentuk pola dan sifatnya tersusun, didukung, dan diteruskandari waktu ke waktu itu dapat juga diidentifikasikan dari segi dantindakan motoris dalam hubungannya dengan membaca. Ciripertama, kebiasaan membaca tersebut ditandai oleh ada-tidaknyaatau kuat-tidaknya kecenderungan atau keinginan perilakumembaca itu sendiri, kualitas jenis objek yang dijadikan sasaran

60

v = 24.33 + 0.57X2. dengan kata lain, kebiasaan membacamemberikan kontribusi sebesar 72.65 persen kepada kemampuanapresiasi cerita pendek. Sementara itu, berdasarkan persamaandan atau penurunan satu nilai kebiasaan membaca diikuti olehpeningkatan dan atau penurunan nilai kemampuan apresiasi ceritapendek sebesar 0.57.

Ketiga, selain analisis regresi dan korelasi sederhana jugadilakukan analisis regresi dan korelasi ganda.Hasil analisis korelasidan regresi ganda menunjukkan terdapat hubungan positif yangsignifikan antara kreativitas dan kebiasaan membaca secarabersama-sama dengan kemampuan apresiasi cerita pendek.Keduavariabel prediktor tersebut berjalan seiring dengan variabelrespons.Kadar hubungan itu ditunjukkan oleh koefisienkorelasinya sebesar 0.92.dari koefisien korelasi itu dapat dicarikoefisien determinasinya. Yaitu sebesar 0.8419. Hal itu berarti84.19 persen variasi yang terjadi dalam kecenderungankemampuan apresiasi cerita pendek dapat dijelaskan olehkreativitas dan kebiasaan membaca melalui persamaan regresi v= 16.423 + 0.373X1 + 0.356X2. Dengan kata lain, kreativitas dankebiasaan membaca memberikan kontribusi sebesar 84.19 persenkepada kemampuan apresiasi cerita pendek. Berdasarkanpersamaan regresi tersebut dapat dikemukakan bahwapeningkatan dan atau penurunan satu unit nilai kreativitas akandiikuti oleh peningkatan dan atau penurunan nilai kemampuanapresiasi cerita pendek sebesar 0.373 dengan catatan variabelkebiasaan membaca dalam keadaan konstan. Demikian jugapeningkatan dan atau penurunan satu nilai unit nilai kebiasaanmembaca akan diikuti oleh peningkatan dan atau penurunan nilaikemampuan apresiasi cerita pendek sebesar 0.356 apabila variabelkreativitas dalam keadaan konstan.

Page 18: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen18

atau yang diinginkan dari perilaku membaca itu, kualitas bagiansuatu objek bacaan yang dijadikan sasaran perilaku membaca atauobjek bacaan yang disenangi, tingkat kemantapan perilakumembaca atau kualitas tingkat kesenangan terhadap suatu objekbacaan; ciri kedua ditandai oleh ada-tidaknya atau kuat-tidaknyafrekuensi perilaku membaca suatu bacaan, sedikit-banyaknyabacaan yang menjadi sasaran perilaku membaca, sedikit-banyaknya memanfaatkan sarana yang berkaitan dengan objekperilaku membaca, tinggi-rendahnya tingkat persepsi ataupenilaian atas ketersediaan kesempatan perilaku membaca, tinggi-rendahnya kualitas tingkat persepsi atau penilaian atasketersediaan kesempatan perilaku membaca, tinggi-rendahnyakualitas tingkat persepsi atau penilaian terhadap doronganperilaku membaca suatu bacaan, banyak-sedikitnya macamdorongan perilaku membaca bacaan, tinggi-rendahnya kualitaspenilaian terhadap kebermanfaatan perilaku membaca bacaan;dan ciri ketiga ditandai oleh ada-tidaknya fenomena perilakumembaca yang efektif yang mencakup dimensi mekanisme suara(artikulasi, alat bicara), mekanisme gerakan anggota badan(kepala, tangan), mekanisme suatu objek bacaan (kata demi kataatau satuan informasi), dan mekanisme mental (konsentrasi,ingatan, pemahaman pokok pikiran). Tanda-tanda atauidentifikasi seperti inilah yang hendak dipergunakan untukmengetahui sejauhmana tinggi-rendahnya tingkat kebiasaanmembaca, yang dalam hal ini kebiasaan membaca bacaansastra.

Ketiga ciri tersebut saling berkait secara terpadu.Besarkecilnya kualitas, kuantitas, dan pendayagunaan aspek-aspek yangberkaitan dengan realisasi perilaku membaca (sebagai manifestasidari hasil belajar, dilakukan terus menerus, dan dipertahan hinggamerupakan pola perilaku dari kegiatan membaca) menunjukkan

59

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan analisis data dan uji hipotesis yang telah

diuraikan dalam bab IV dapat ditarik kesimpulan penelitian sepertidi bawah ini.

Pertama, hasil analisis korelasi dan regresi sederhanamenunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antarakreativitas dengan kemampuan apresiasi cerita pendek.Kadarhubungan antara keduanya ditujukkan oleh koefisien korelasinyasebesar 0.833.dari koefisien korelasi dapat dicari koefisiendeterminasinya. Yaitu sebesar 0.6943, hal ini berarti bahwa 69.43persen variasi kecenderungan kemampuan apresiasi cerita pendekmahasiswa bisa diramalkan atau dijelaskan oleh kreativitas melaluipersamaan regresi v = 21.39 + 0.66X1. dengan kata lain, bahwakreativitas memberikan kontribusi sebesar 69.43 persen kepadakemampuan apresiasi cerita pendek. Sementara itu, bertolak daripersamaan regresi tersebut dapat dikatakan bahwa setiappeningkatan dan atau penurunan satu nilai kreativitas diikuti olehpeningkatan dan atau penurunan nilai kemampuan apresiasi ceritapendek sebesar 0.66.

Kedua, hasil analisis korelasi dan regresi sederhana jugamenunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antarakebiasaan membaca dengan kemampuan apresiasi cerita pendekmahasiswa.Kadar hubungan antara keduanya ditunjukkan olehkoefisien korelasinya sebesar 0.852.Dari koefisien korelasi itudapat dicari koefisien determinasinya.Yaitu sebesar 0.7265. Halitu berarti 72.65 persen variasi yang terjadi dalam kecenderungankemampuan apresiasi cerita pendek dapat dijelaskan ataudiramalkan oleh kebiasaan membaca melalui persamaan regresi

Page 19: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 19

tingkat tinggi rendahnya kebiasaan membaca yang dimiliki olehsetiap anggota masyarakat.

Berdasarkan paparan di atas dapat didefinisikan bahwakebiasaan membaca adalah perilaku atau perbuatan membacayang telah memola, bersifat terus-menerus dari waktu ke waktu,yang ditandai oleh adanya kemantapan (yang mencakup keinginanatau kemauan) dan adanya kecenderungan dalam hal kegiatanmembaca, dan adanya perilaku yang efisien dalam kegiatanmembaca atau bacaan. Adapun objek kebiasaan membaca yangdimaksudkan di sini adalah dalam hal kebiasaan membaca bacaansastra.

3. Kemampuan Apresiasi Cerita PendekIstilah kemampuan apresiasi cerita pendek mencakup

setidaknya tiga konsep, yakni kemampuan, apresiasi, dancerita pendek sebagai salah satu bentuk sastra yang dijadikanobjek.

Konsep kemampuan (competence) di sini mendasarkan padakonsep “kemampuan” menurut pandangan Chomsky dalamlinguistic,competence dipandanga sebagai “pengetahuan penutur –pendengar tentang bahasanya”, sedangkan performance dipandangsebagai “penggunaan bahasa secara aktual dalam situasi konkret”(Chomsky, 1965:4). Dengan mengutip konsep kemampuan yangdikemukakan Chomsky tesebut, kemampuan apresiasi ceritapendek dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang apresiasicerita pendek.

Kata apresiasi banyak disorot oleh berbagai ahli.MenurutWitherington yang dikutip oleh Rusyana, apresiasi berartipengenalan nilai pada bidang nilai-nilai yang lebih tinggi.Orangyang telah memiliki apresiasi tidak sekadar yakin bahwa sesuatuitu dikehendaki sebagai perhitungan akalnya, tetapi benar-benar

58

ini. Diyakini oleh penulis bahwa masih luas dan banyak prosedurlain dalam suatu kejadian teori yang diterapkan untukmemperoleh data lapangan. Pemilihan salah satu prosedur dengansendirinya, dengan segala kelebihan dan kelemahannya, telahmenutup kemungkinan kelebihan prosedur yang lainnya yangtentu saja berdampak pada bobot, kedalaman, dan keluasan datayang dihasilkan.Dari berbagai alasan tersebut kiranya adakemungkinan bisa data yang diperoleh peneliti dari sampelpenelitian. Untuk itu sudah selayaknya bila topik yang samapenelitian ini masih terus dikembangkan, diteliti, terutama dalamlingkup yang luas dan tentu saja melibatkan berbagai faktor yanglebih kompleks.

Page 20: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen20

menghasratkan sesuatu, dan menjawab dengan sikap yang penuhkegairahan terhadapnya (Rusyana, 1980:178).

Sedangkan menurut Oemarjati, kata apresiasi mengandungarti “tanggapan sensitif terhadap sesuatu”. Selanjutnya dikatakan,apresiasi sastra berarti “tanggapan ataupun pemahaman sensitifterhadap karya sastra”.Jadi, penekanannya pada pengertiansensitif, yang mengacu pada aspek afektif terutama menyangkuttanggapan seseorang terhadap nilai-nilai yang dikandung dalamkarya sastra. Dengan demikian, mengapresiasi karya sastra berartimenanggapi karya sastra dengan kemampuan afektif yang di satupihak peka terhadap nilai-nilai yang dikandung karya sastra yangbersangkutan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, dalamkerangka tematik yang mendasarinya; dan di lain pihak, kepekaantanggapan tersebut bermanfaat bagi upaya memahami polatatanilai yang diperolehnya dari bacaan di dalam proporsi yangsesuai dengan konteks persoalannya (Oemarjati, 1991:58).

Apresiasi menurut Natawidjaja adalah, penghargaan danpemahaman atas suatu hasil karya seni atau budaya.Denganmengutip West, Natawidjaja menyebutkan bahwa kegiatanapresiasi adalah usaha menimbang suatu nilai; merasakan bahwasesuatu itu baik dan mengerti mengapa itu baik(Natawidjaja,1982:1). Dengan demikian, kegiatan apresiasi terhadap sesuatu(misalnya, terhadap sastra) itu akan membentuk pengalamanberkenaan dengan sesuatu itu (misalnya sastra).

Menurut Effendi, apresiasi adalah kegiatan menggauli karyasastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yangbaik terhadap karya sastra (Effendi, 1995:8).

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Effendi, Semimengemukakan bahwa untuk mengetahui atau menilai siswa yangtelah memiliki apresiasi sastra dapat dipergunakan seperangkat

57

kreativitas dan kebiasaan membaca secara bersama-sama dengankemampuan apresiasi cerita pendek.

D. Keterbatasan PenelitianPenulis telah berusaha maksimal dalam melakukan penelitian

ini. Walaupun begitu, hal ini tidak berarti bahwa apa yang telahdihasilkan itu sempurna, karena penulis mengakui akankelemahan, kekurangan, serta keterbatasannya. Hal ini akandipaparkan berikut ini.

Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel bebas atauvariabel prediktor, yaitu kreativitas dan kebiasaan membaca.Variabel-variabel lain yang bisa diduga memiliki kontribusiterhadap kemampuan apresiasi cerita pendek tidak atau belumditeliti.

Terbatasnya jumlah sampel yaitu kurang lebih 115orang.Dari 115 orang itu 30 orang diantaranya diambil sebagaisubjek uji coba instrument penelitian.

Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah relatif kurangnyadapat menggunakan seluruh variabel yang berpengaruh terhadapkemampuan apresiasi cerita pendek. Di samping itu, penelitianhanya dilakukan pada satu lembaga pendidikan, yakni ProgramPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHAMKA diJakarta sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan untuk lembagapendidikan sejenis lainnya. Berbagai keerbatasan ini diharapkanmenjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang terkaitdengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini terutama Bab II diuraikan tentangkreativitas, kebiasaan membaca dan kemampuan apresiasi ceritapendek.Kiranya pembatasan pada ruang lingkup penelitian danpemilahan salah satu prosedur evaluasi dalam mendapatkan datakuantitatif ini merupakan kelemahan pertama dalam penelitian

Page 21: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 21

indikator berikut; 1) siswa mampu menginterpretasikan perilaku(perwatakan) yang ditemuinya dalam karya sastra yang dibacanya,2) siswa memiliki sensitivitas terhadap bentuk dan gaya bahasakarya sastra yang dibacanya, 3) siswa mampu menangkap idedan tema, 4) siswa menunjukkan perkembangan atau kemajuanselera personal terhadap karya sastra. Oleh karena itu, yangmenjadi tujuan pembelajaran sastra adalah apresiasi kreatif, yangdalam wujud kegiatan belajar sastra terdiri atas tiga tingkatan,yakni pertama tingkat penerimaan (siswa memperlihatkan bahwadia mau belajar, mau bekerja sama, dan mau menyelesaikan tugasmembaca, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan itu); kedua,tingkat memberi respons (siswa suka terlibat dalam kegiatanpenelaahan karya sastra); dan ketiga, tingkat apresiasi (siswamenyadari manfaat pembelajaran sastra, sehingga dengankemauannya sendiri ingin menambah pengalamannya, inginmembaca karya sastra, baik dianjurkan atau tidak, inginberpartisipasi dalam kegiatan diskusi, memberikan ulasan, danbahkan berkeinginan untuk dapat menghasilkan karya sastra)(Semi, 1993:153).

Natawidjaja mengemukakan bahwa apresiasi masyarakatakan tumbuh dengan baik manakala masyarakat itu seringmelakukan kegiatan apresiasi hasil seni, baik seni pertunjukanumum, seperti film, pameran, atraksi, pementasan, maupun senimurni seperti seni tari, seni suara, seni pahat, seni batik, senilukis, seni drama, seni sastra (membaca prosa, membaca puisi,deklamasi). Dikatakan selanjutnya bahwa dalam diri seseorangitu dapat tumbuh apresiasi, yang dapat diklasifikasikan menjadilima tingkatan, yakni;1) tingkat penikmatan, yakni bersifatmenonton dalam arti merasakan senang: a) mendengarkan, b)menyaksikan, dan c) membaca karya sastra; 2) tingkatpenghargaan, yakni bersifat ingin memiliki dan adanya rasa kagum

56

terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dan kebiasaanmembaca secara bersama-sama dengan kemampuan apresiasicerpen.

Analisis regresi linier ganda Y atas X1 dan X2 menghasilkanpersamaan garis = 16,423 + 0,373X1 + 0,356X2. Uji keberartiankoefisien regresi secara keseluruhan diperoleh harga F0 sebesar125,12. Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 2 dan dkpenyebut 47 pada taraf nyata a = 0,05 diperoleh harga Ft sebesar3,195. Tampak bahwa nilai F0 lebih besar daripada nilai Ft. hal inimenunjukkan bahwa F0 signifikan sehingga persamaan garisregresi yang diperoleh secara keseluruhan berarti. Disamping itu,uji keberartian koefisien regresi yang berkaitan dengan X1 danX2 (yaitu 0,373 dan 0,356) secara sendiri-sendiri menghasilkanharga t01 sebesar 5,92 dan harga t01 sebesar 6,72. Dari daftardistribusi t dengan dk = 57 dan taraf nyata a = 0,05 diperolehharga tt sebesar 1,68. Terlihat bahwa baik harga t01 maupun t02

(5,92 dan 6,72) lebih besar dari pada tt (1,68). Hal ini menunjukkanbahwa koefisien regresi berkaitan dengan X1 dan X2 (yaitu 0,373dan 0,356) secara sendiri-sendiri berarti. Jadi, persamaan garisyang diperoleh berarti.

Analisis korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Ymenghasilkan koefisien korelasi (Ry.12) sebesar 0,92. Dari analisisuji keberartian koefisien korelasi ganda diperoleh hasil nilai F0

sebesar 125,12. Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 2dan dk penyebut 47 pada taraf nyata a = 0,05 diperoleh hasil Ft1

sebesar 3,195. Didapat bahwa nilai F01 jauh lebih besar daripadanilai Ft1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F0

signifikan.Kesimpulannya koefisien korelasinya berarti.Dengandemikian, hipotesis nol yang dinyatakan di atas ditolak; dankonsekuensinya, hipotesis alternatif tidak dapatditolak.Kesimpulannya telah terdapat hubungan positif antara

Page 22: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen22

akan suatu karya seni yang dihadapinya sehingga timbul rasauntuk;a) mengambil manfaat, b) menangkap nilai-nilai ataukebaikan, c) memperoleh kesan positif, d) mendapat pengaruhatau masukan ke dalam jiwa sanubari, dan e) mengagumi terhadaphal yang menarik; 3) tingkat pemahaman, yakni bersifat kajian,dalam arti mencari pengertian terhadap unsur ekstrinsik danintrinsik, mencari sebab dan akibat, dan menganalisis, sertamenyimpulkan; 4) tingkat penghayatan, yakni bersifat meyakiniapa dan bagaimana hakikat objek sastra yang diapresiasi itu, dalamwujud; a) mengungkapkan nilai pandangan objek sastra yangdikaji itu, b) mencari hakikat arti materi dengan argumentasi, c)menemukan tafsiran atau interpretasi, dan d) menyusun pendapatberdasarkan butir (b) dan (c); dan 5) tingkat implikasi, yaknibersifat makrifat dalam arti memperoleh daya tepat guna,bagaimana dan untuk apa, dalam wujud tindakan;a) merasakanmanfaat, b) melahirkan ide baru, c) memperoleh daya improvisasiberdasarkan objek apresiasi, d) memperoleh afeksi yangberlandaskan argumentasi ilmiah, dan e) mendayagunakan hasilapresiasi dalam mencapai nilai material, moral, dan spiritual untukkepentingan sosial, politik, budaya (Natawijaya, 1982:2-3).

Selanjutnya dipaparkan tentang hakikat cerita pendek.Ceritapendek menurut Oemarjati merupakan salah satu ragam sastra,karena menunjuk pada keanekaan jenis karya tulis, selain ceritabersambung, sajak, novel, cerita rekaan, dan sejenisnya. Ragamdibedakan dari “genre”, yang lazimnya diartikan sebagai “bentuk”sastra, seperti prosa, puisi, dan drama (Oemarjati, 1991:41).

Sarwadi menjelaskan bahwa cerita pendek merupakan ceritafiksi bentuk prosa yang singkat padat dengan unsurcerita berpusatpada satu peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembanganpelaku terbatas, dan keseluruhan ceritanya memberikan kesantunggal. Ciri utama cerita pendek dari segi struktur luar dapat

55

Analisis korelasi sederhana antara X2 dan Y menghasilkankoefisien korelasi (r) sebesar 0,85. Dari daftar nilai kritis r untukn = 50 dengan taraf nyata a = 0,05 diperoleh nilai rt sebesar0,279. Dari kedua nilai r tersebut tampak bahwa nilai r0> rt; berartikoefisien korelasi sebesar 0,85 pun signifikan.

Dengan uji menggunakan Uji-t, untuk pengujian keberartiankoefisien korelasi diperoleh harga t0 sebesar 11,29. Dari daftardistribusi t untuk dk 48 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh hargatt sebesar 1,68. Dengan demikian, nilai yang didapat dari analisis(t0) lebih besar daripada nilai t table (tt).ini berarti bahwa harga t0

signifikan. Dengan demikian hipotesis alternatif tidak dapatditolak.Jadi, terdapat hubungan positif antara kreativitas dankemampuan apresiasi cerpen.

Dari analisis korelasi parsial diketahui hubungan antarakreativitas dengan kemampuan apresiasi cerpen apabila variabelkebiasaan membaca dikontrol. Analisis ini menghasilkan koefisienkorelasi (ry1.2) sebesar 0,69. Pengujian terhadap koefisien korelasitersebut dengan menggunakan teknik uji-t menghasilkan hargat01 sebesar 6,55. Dari daftar distribusi t dengan dk = 57 dan tarafnyata a = 0,05 diperoleh harga tt sebesar 1,68. Terlihat bahwaharga t01 (6,55) lebih besar daripada harga tt (1,68). Hal ini berartibahwa ry1.2 sebesar 0,69 juga signifikan. Jadi, dari analisis korelasiparsial ini, dapat diketahui pula adanya hubungan positif yangsignifikan antara kreativitas dengan kemampuan apresiasi cerpenapabila kebiasaan membaca dikehendaki untuk dikontrol.

3. Hipotesis KetigaDi sini diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan positif antara kreativitas dan kebiasaanmembaca secara berama-sama dengan kemampuan apresiasicerpen, melawan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa

Page 23: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 23

dikenali dari bentuk yang singkat dan padat, sedangkan dari segidalam dapat dikenali bahwa ceritanya berpusat pada satukonflik.Kedua macam ciri utama cerita pendek ini banyakmemberikan peluang bagi ragam cerita pendek itu sendiri dalammenangkap dan mengungkap berbagai peristiwa dalam kehidupanmanusia (Sarwadi, 1991:99).

Menurut Sudjiman yang dikutip oleh Nuryatin, cerita pendekialah kisahan pendek yang dimaksudkan untuk memberikan kesantunggal yang dominan, dan yang berpusat pada satu tokoh dalamsatu situasi dan pada satu ketika. Ciri lain cerita pendek adalahkepaduan, yakni menampilkan tokoh atau kelompok tokoh secarakreatif dalam satu latar dan lewat lakuan lahir atau batin dalamsatu situasi. Sedangkan, inti cerpen itu adalah tikaian dramatik,yaitu pembentukan antara kekuatan yang berlawanan (Nuryatin,1989:225).

Damono yang dikutip oleh Sarwadi mengemukakan bahwacerpen, sebagaimana halnya karya sastra lainnya, memilikipertautan budaya dengan tempat tumbuhnya karya sastra itu.Oleh karena itu, cerpen dan karya sastra pada umumnya tidakakan dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan darilingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telahmenghasilkannya. Kehadiran cerpen tidak akan terlepas darisituasi budaya masyarakat zamannya. Hal ini berarti setiap karyasastra mengandung unsur kreativitas, baik menyangkutpermasalahannya maupun media bahasa yang digunakan,sedangkan peristiwa yang ditampilkan dapat menunjuk ke masasilam, masa kini, atau pun masa datang. Mengingat adanya unsurkreativitas ini, cerpen mempunyai peranan penting dalampengembangan budaya bangsa.Dengan membaca cerpen,orang dapat tergugah terhadap suatu ideatau gagasan baru,suatu kemungkinan baru, sehingga diharapkan mampu

54

Ft2 sebesar 2,11. Dengan membandingkan harga F0 dan F1

tersebut, hipotesis nol (1) H0 ditolak karena F01 = 125,36> Ft1 =4,04. Jadi koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga dari segiini regresi yang diperoleh berarti. Sebaliknya, hipotesis nol (2)H0 tidak dapat ditolak karena F02 = 0,39< Ft2 = 2,11. Sehingga,diterima pernyataan bahwa bentuk regresi untuk Y atas X2

linier.Penghitungan selengkapnya untuk uji keberartian danliniearitas regresi dapat dilihat pada Lampiran 18b.

Diagram pencar dan garis untuk regresi Y atas X2 dapatdilihat pada gambar 6 berikut ini :

Page 24: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen24

menumbuhkan kemampuan berpikir yang lebih dinamis (Sarwadi,1991:99).

Rahmanto menjelaskan bahwa cerita pendek, sebagaimanabentuk cerita prosa yang lain, sering memiliki struktur yangkompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur; a) latar, b)perwatakan, c) cerita, d) teknik cerita, e) bahasa, dan f) tema.Latar menyangkut pada lingkungan geografi, sejarah, sosial, danbahkan kadangkala lingkungan politik atau latar belakang tempatkisah cerita itu berlangsung.Perwatakan dalam cerita mengandungsetidaknya dua maksud, yakni pertama, perwatakan sebagaidramatik persona yang menunjuk pada pribadi yang mengambilbagian di dalamnya; dan kedua, perwatakan yang menunjukkankarakter khas pada pribadi tertentu.Letak daya tarik cerita biasanyaterpancar melalui imajinatif kreatif si pengarang tentangperwatakan ini.Usaha untuk menemukan nilai setiap tokoh yangdisuguhkan oleh pengarang ini merupakan bagian amat pentingyang dilakukan dalam kegiatan apresiasi sastra. Ada banyak caradalam melukiskan perwatakan tokoh cerita yang dilakukan olehpengarang, antara lain dengan; 1) disampaikan sendiri olehpengarang pada pembaca, 2) disampaikan oleh pengarang melaluiapa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh cerita itu sendiri, 3)disampaikan melalui apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentangtokoh tertentu, dan 4) disampaikan melalui apa yang terwakilioleh tokoh itu sebagai pemikiran, perasaan, pekerjaan danulangan-ulangan perbuatan. Cerita merupakan unsur yang dipakaiuntuk menjelaskan “apa yang terjadi” dan “mengapa terjadi”peristiwa-peristiwa dalam cerita prosa.Peristiwa-peristiwa dalamsuatu cerita umumnya dipengaruhi oleh pranata sosial, kekuatansejarah, bahkan kekuatan di luar kemampuan kontrolmanusia.Peristiwa-peristiwa yang terjadi bisa saja berupa fisik(seperti perampokan, kematian, pembunuhan, dan sejenisnya)

53

terdapat hubungan positif antara kebiasaan membaca dengankemampuan apresiasi cerpen.Pengujian hipotesis tersebutdilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi dankorelasi sederhana.

Langkah uji hipotesis kesatu ini dilakukan setelah persamaanregresi linier sederhana Y atas X2 didapat. Analisis regresi liniersederhana Y atas X2 menghasilkan persamaan garis linier = 24,33+ 0,57X2. Untuk menguji keberartian dan liniearitas regresitersebut dilakukan dengan Teknik Analisis Varian (ANAVA) yanghasilnya terangkum dalam kutipan table 9 berikut ini.

Tabel 9 : Tabel ANAVA untukRegresi Linier = 24,33 + 0,57X2 atas X2

Keterangan : dk = derajat kebebasan JK = Jumlah KuadratKT = Kuadrat tengah Ft = Nilai F tableF0 = Nilai F hasil penelitian (pengamatan)

Dari tabel Anava untuk uji keberartian dan liniearitas regresitersebut terlihat harga F01 = 125,36 F02 = 0,39. Dari daftar nilaikritis untuk distribusi F pada taraf nyata a = 0,05 dengan dkpembilang 1 dan dk penyebut 48 (untuk hipotesis nol (1) regresitidak berarti) diperoleh Ft1 sebesar 4,04 dan dengan dk pembilang30 dan dk penyebut 18 pada taraf nyata a = 0,05 diperoleh harga

Page 25: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 25

tetapi juga peristiwa kejiwaan (seperti konflik batin, perubahanpemikiran, dan sejenisnya).Dalam kegiatan apresiasi sastra, yangpenting bukan pada peristiwa yang tampak itu, melainkan di balikperistiwa itulah yang sesungguhnya penting dalam pandanganhidup manusia.Unsur cerita ini kadangkala sangat sederhanaseperti otobiografi, dan kadangkala berbelit-belit dan penuhkejutan.Teknik cerita menyangkut “bagaimana kita mempelajariapa yang terjadi itu”. Ada beberapa teknik cerita yang yangdilakukan oleh pengarang, yakni dengan cara orang I, orang III,dan campuran melalui beberapa tokoh secara bergantian. Bahasamenyangkut berbagai dialek, register, idiolek personal, dansebagainya yang terdapat dalam cerita.Pemahaman terhadapaspek bahasa ini berguna untuk makin mendalami pikiran-pikiran,perasaan, perwatakan khusus yang diref leksikanpengarangnya.Tema merupakan kesimpulan yang terangkaimelalui berbagai fakta dan peristiwa dalam cerita.Menemukantema cerita merupakan “puncak” kegiatan mempelajari cerita itu(Rahmanto, 1988:70-75).Setiap unsur cerita dalam cerita pendekmemfokus pada persoalan yang ditampilkan dan disajikan secaraefisien dengan prinsip cerpen yang singkat dan padat.

Berdasarkan paparan di atas dapat dikemukakan bahwacerita pendek menunjuk pada pengertian cerita yang: 1) bersifatfiksi dan khayali dan yang berbentuk prosa, 2) isinya singkat padat,3) memiliki satu kesan yang kuat, 4) berpusat pada satu konflikpokok, dan 5) memiliki tautan budaya dengan tempat tumbuh-kembangnya karya sastra cerpen itu sendiri. Sedangkan,pengertian apresiasi cerita pendek tentu saja mencakup konsepmengenal atau mengerti, menyenangi atau menikmati,menghargai atau mengagumi, menginterpretasi atau memberimakna, dan menilai atau memberi nilai terhadap karya sastra yangberupa cerita pendek.

52

Analisis korelasi sederhana antara X1 dan Y menghasilkankoefisien korelasi (r) sebesar 0,83. Dari daftar nilai kritis r untukn = 50 dengan taraf nyata a = 0,05 diperoleh nilai rt sebesar0,279. Dari kedua nilai r tersebut tampak bahwa nilai r0> rt; berartikoefisien korelasi sebesar 0,83 pun signifikan.

Dengan uji menggunakan Uji-t, untuk pengujian keberartiankoefisien korelasi diperoleh harga t0 sebesar 10,44. Dari daftardistribusi t untuk dk 48 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh hargatt sebesar 1,68. Dengan demikian, nilai yang didapat dari analisis(t0) lebih besar daripada nilai t table (tt).ini berarti bahwa harga t0

signifikan. Dengan demikian hipotesis alternatif tidak dapatditolak.Jadi, terdapat hubungan positif antara kreativitas dankemampuan apresiasi cerpen.

Dari analisis korelasi parsial diketahui hubungan antarakreativitas dengan kemampuan apresiasi cerpen apabila variabelkebiasaan membaca dikontrol. Analisis ini menghasilkan koefisienkorelasi (ry1.2) sebesar 0,64. Pengujian terhadap koefisien korelasitersebut dengan menggunakan teknik uji-t menghasilkan hargat01 sebesar 5,73. Dari daftar distribusi t dengan dk = 57 dan tarafnyata a = 0,05 diperoleh harga tt sebesar 1,68. Terlihat bahwaharga t01 (5,73) lebih besar daripada harga tt (1,68). Hal ini berartibahwa ry1.2 sebesar 0,64 juga signifikan. Jadi, dari analisis korelasiparsial ini, dapat diketahui pula adanya hubungan positif yangsignifikan antara kreativitas dengan kemampuan apresiasi cerpenapabila variabel kebiasaan membaca dikehendaki untuk dikontrol.

2. Hipotesis KeduaPengujian hipotesis kedua dilakukan terhadap hipotesis nol

(H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positifantara kebiasaan membaca dengan kemampuan apresiasi cerpen,melawan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa

Page 26: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen26

Kata “mengenal” berarti mengetahui. Orang yang mengenalcerita pendek tentunya dapat menyebutkan apa yang dimaksuddengan cerita pendek, jenis, unsur-unsur, fakta-fakta didalamnya,dan dapat mengungkap ciri-ciri yang berbeda dari karya sastrayang lain. Kata “mengerti/ memahami” berarti mengetahuisesuatu dari berbagai aspek atau menangkap sesuatu berupakualitas abstrak.Pemahaman merupakan jenjang kemampuanberpikir yang setingkat lebih tinggi daripada mengingat/hafalan atau pengenalan (Sudijono, 1996:50).Orangdikatakan memahami cerita pendek, apabila orang itu mampumembedakan, menjelaskan fakta, menjelaskan hubunganantarkonsep, dan lain-lain yang sifatnya lebih dari sekadarmengingat. Kemampuan pemahaman itu ditunjukkan antara lainberupa kemampuan menangkap isi cerita, meringkas ataumembuat sinopsis cerita, dan sebagainya (Nurgiyantoro,1988:302).

Kata “menghargai” atau “mengagumi” cerita pendek berartimemberi penghargaan atau tumbuh rasa kagum terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam cerita pendek.Tindakan menghargai/mengagumi cerpen di antaranya mengidentifikasikan manfaat,nilai-nilai, atau kebaikan, mengungkapkan kesan positif;mengagumi hal-hal yang menarik baik secara utuh maupun bagianper bagian.

Kata “menginterpretasi” atau “memberi makna” ceritapendek adalah menafsirkan atau menjelaskan arti yang munculdari proses penghayatan cerita pendek itu. Tindakanmenginterpretasi mencakup kegiatan menafsirkan unsur yangtersirat dan tersurat, memberi tafsiran tertentu mengenai suatupernyataan, mengaitkan antara realitas fisik dengan konsepyang memberi arti bagi realitas tersebut, mengaitkan realitassastra dengan sesuatu makna/arti yang tepat bagi realitas

51

Keterangan : dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat tengah Ft = Nilai F table F0 = Nilai F hasil penelitian (pengamatan)

Dari tabel Anava untuk uji keberartian dan liniearitas regresitersebut terlihat harga F01 = 107,10 F02 = 0,73. Dari daftar nilaikritis untuk distribusi F pada taraf nyata a = 0,05 dengan dkpembilang 1 dan dk penyebut 48 (untuk hipotesis nol (1) regresitidak berarti) diperoleh Ft1 sebesar 4,04 dan dengan dk pembilang29 dan dk penyebut 19 (untuk hipotesis nol (2) bahwa regresilinier) diperoleh harga Ft2 sebesar 2,10. Tampak hipotesis nol (1)H0 ditolak karena F01 = 107,10> Ft1 = 4,04. Jadi koefisien arahregresi nyata sifatnya sehingga dari segi ini regresi yang diperolehberarti. Sebaliknya, hipotesis nol (2) H0 tidak dapat ditolak karenaF02 = 0,73< Ft2 = 2,10. Jadi, diterima pernyataan bahwa bentukregresi linier.Penghitungan selengkapnya untuk uji keberartiandan liniearitas regresi dapat dilihat pada Lampiran 18a.

Diagram pencar dan garis untuk regresi Y atas X1 dapatdilihat pada gambar 5 berikut ini :

Page 27: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 27

dunia yang sebenarnya bagi si penafsir, serta menafsirkanbagaimana dan untuk apa suatu fakta itu dalam ceritapendek.

Kata “memberi nilai” atau “menilai” cerita pendek berartimemberikan kualitas atau pengakuan tertentu kepada ceritapendek dengan maksud menentukan seberapa jauh cerita pendekitu memenuhi tolak ukur yang telah ditetapkan.Menilai berartimelakukan perbandingan terhadap sesuatu dengan menggunakankriteria.

Kemampuan mengapresiasi karya sastra seseorang,sebagaimana kemampuan pencapaian belajar yang lainnya, dapatdiukur.Pengukuran dapat dilakukan dengan metode tes.Khususdalam pembelajaran sastra digunakan taksonomi tingkatan teskategori Moody dalam The Teaching of Literature, yakni terdapat 4tingkatan dari yang sederhana hingga kompleks. Keempattingkatan itu ialah: 1) tingkat informasi, berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan data-data atau fakta-faktadalam cerita, 2) tingkat konsep, berkaitan dengan persepsi tentangbagaimana data-data/ fakta-fakta atau unsur-unsur cerita itudiorganisasikan, 3) tingkat perspektif, berkaitan dengan padangansiswa/pembaca sehubungan dengan unsur-unsur cerita yangdibacanya, dan 4) tingkat apresiasi, berkaitan denganpermasalahan pemakaian bahasa atau unsur linguistik yangdipandang dari aspek keefektifan dalam pengungkapan cerita itu(Nurgiyantoro, 1988:308).

Dari paparan yang mengungkapkan konsep ‘kemampuan’,‘apresiasi’, ‘cerita pendek’, dan ‘apresiasi cerita pendek’ di atasdapatlah ditarik kesimpulan bahwa kemampuan apresiasi ceritapendek adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yangdipunyai seseorang untuk mengenal, menghargai ataumengagumi, mengiterpretasi atau memberi makna, mengerti atau

50

bahwa data kemampuan apresiasi cerpen (Y) berasal dari populasiyang berdistribusi normal diterima.Kesimpulannya, data Y berasaldari populasi yang berdistribusi normal.

C. Pengujian HipotesisSetelah pengujian atau pemeriksaan data dilakukan dan

hasilnya sesuai dengan persyaratan yang dituntut, langkahselanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis denganmenggunakan teknik regresi dan korelasi.

1. Hipotesis KesatuPengujian hipotesis kesatu dilakukan terhadap hipotesis nol

(H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positifantara kreativitas dengan kemampuan apresiasi cerpen, melawanhipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapathubungan positif antara kreativitas dengan kemampuan apresiasicerpen.Pengujian hipotesis tersebut dilakukan denganmenggunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana.

Langkah uji hipotesis kesatu ini dilakukan setelah persamaanregresi linier sederhana Y atas X1 didapat. Analisis regresi liniersederhana Y atas X1 menghasilkan persamaan garis linier =21,39 + 0,66X1. Untuk menguji keberartian dan liniearitas regresitersebut dilakukan dengan Teknik Analisis Varian (ANAVA) yanghasilnya terangkum dalam kutipan table 8 berikut ini.

Tabel 8 : Tabel ANAVA untuk Regresi Linier = 21,39 + 0,66X1

Page 28: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen28

memahami, menyenangi atau menikmati, dan menilai sebuahcerita pendek.

B. Penelitian yang RelevanMunandar menjelaskan tentang kebiasaan membaca untuk

anak berbakat, yang dipublikasikan dalam buku Pemanduan AnakBerbakat : Suatu Studi Penjajakan(1982) memperoleh temuan bahwakebiasaan membaca yang tercermin pada minat, pernyataansenang, pernyataan keseringan membaca, dan jumlah buku yangdibaca (sebagai indikator penting dalam kebiasaan membaca)lebih besar ditemukan pada kelompok anak berbakat intelektualdibandingkan dengan kelompok dengan IQ rata-rata. Terungkappula bahwa umumnya anak masih jarang pergi ke perpustakaan,dan anak berbakat lebih sering membaca surat kabar daripadakelompok anak IQ rata-rata,yang kemungkinan disebabkan olehfaktor orang tua, yakni bahwa orang tua anak berbakat lebihbanyak berlangganan surat kabar dan majalah daripada orangtua anak IQ rata-rata (Munandar, 1982:59-67).

Kaitannya dengan variabel kreativitas, Mulyono, dkk. Dalamartikel”Pengembangan Kreativitas anak usia 3-7 tahun melalui PemberianDongeng yang Komunikatif ” yang dipublikasikan dalam Parameter(No. 127 Thn. XII/XIII Februari/ April 1995) di antaranyamengemukakan bahwa kreativitas anak dapat dikembangkanmelalui pemberian dongeng, anak mempunyai sikap kritisterhadap informasi dari guru, anak bersikap hormat dan lebihmudah diatur oleh orang tuanya (Mulyono, 1995:23).

Kaitannya dengan variabel kreativitas dan variabelkemampuan apresiasi cerita pendek. Abdurahman dalam tesisyang berjudul “Kontribusi Kreativitas, Sikap terhadap Sastra Indone-sia, dan Pengetahuan Unsur Intrinsik Cerita Terhadap KemampuanApresiasi Cerita Pendek Siswa SMA Negeri Kota Madia Padang”,

49

B. Pengujian Persyaratan AnalisisSebelum analisis data (pengujian hipotesis) dilakukan, perlu

diadakan pemeriksaan data atau pengujian terhadap datatersebut.Pengujian persyaratan analisis data pada penelitian inidigunakan uji normalitas dengan menggunakan teknik uji Lilliefors,yakni untuk memeriksa apakah sampel-sampel berasal daripopulasi yang berdistribusi normal.Hasil pengujian persyaratananalisis terhadap data tentang kreativitas (X1), kebiasaan membaca(X2), dan kemampuan apresiasi cerpen (Y) dipaparkan pada uraianberikut.

Uji normalitas data dengan menggunakan teknik uji Lillieforsterhadap data kreativitas (X1) menghasilkan harga L0maksimumsebesar 0,0799. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengann = 50 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh harga Lt sebesar 0,161yang lebih besar dari pada harga L0 di atas. Ini berarti hipotesisnol yang menyatakan bahwa data kreativitas (X1) berasal daripopulasi yang berdistribusi normal diterima.Kesimpulannya, dataX1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pengujian terhadap data tentang kebiasaan membaca (X2)menghasilkan harga L0 maksimum sebesar 0,0715. Dari daftarnilai kritis untuk uji Lilliefors dengan n = 50 dan taraf nyata a =0,05 diperoleh harga Lt sebesar 0,161 yang lebih besar dari hargaL0 di atas. Ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa datakebiasaan membaca (X2) berasal dari populasi yang berdistribusinormal diterima.Kesimpulannya, data X2 berasal dari populasiyang berdistribusi normal.

Pengujian terhadap data tentang kemampuan apresiasicerpen menghasilkan harga L0 maksimum sebesar 0,1390. Daridaftar nilai kritis untuk uji Lilliefors dengan n = 50 dan tarafnyata a = 0,05 diperoleh harga Lt sebesar 0,161 yang lebih besardaripada L0 di atas. Ini berarti hipotesis nol yang menyatakan

Page 29: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 29

mengemukakan bahwa kreativitas memiliki hubungan yangberarti dengan kemampuan apresiasi cerita pendek denganukuran r = 0,47. Ini berarti, apabila seseorang mempunyaikreativitas yang tinggi, ia mempunyai kemampuan mengapresiasicerita pendek yang tinggi pula (Abdurrahman, 1995:110).

C. Kerangka Berpikir1. Hubungan antara Kreativitas dengan Kemampuan

Apresiasi Cerita PendekTelah dikemukakan dalam bagian terdahulu bahwa

kemampuan apresiasi cerita pendek adalah kesanggupan,kecakapan, atau kekuatan yang dipunyai seseorang untukmengenal, mengerti atau memahami, menyenangi ataumenikmati, menghargai atau mengagumi, menginterpretasi ataumemberi makna, dan memberi nilai terhadap cerita pendek.Untuk mencapai kemampuan apresiasi yang dimaksudkan itu,seseorang dituntut memiliki kemampuan berpikir yangkompleks.Kemampuan berpikir yang kompleks yangdimaksudkan di sini ialah kemampuan yang berkaitan denganberpikir kreatif atau kreativitas.

Dalam melakukan apresiasi, kreativitas pembaca selakupenikmat sastra sangat diperlukan, terutama jika penikmat itumenemui berbagai masalah kehidupan yang dipaparkan dalamkarya sastra itu.Masalah-masalah kehidupan dalam sastra itubersifat beragam.

Meskipun disajikan dalam bentuk fiksi (atau khayalan, dalamarti unsur-unsur cerita bisa saja rekaan atau bukan terjadisebenarnya), logika atau hubungan sebab-akibat yang diceritakanbisa saja dapat terjadi dalam dunia nyata yang ditampilkan baikdalam bentuk yang didramatisasikan (dilebih-lebihkan),disembunyikan (diimplisitkan), maupun yang disusun

48

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi NilaiKemampuan Apresiasi Cerpen

Distribusi frekuensi nilai data kreativitas di atas selanjutnyadigambarkan dalam bentuk histogram distribusi frekuensi yangdapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 4 : Histogram Distribusi Frekuensi NilaiKemampuan Apresiasi Cerpen

Page 30: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen30

untuk menghasilkan efek keterkejutan (suspense) si pembaca.Kemampuan berpikir kompleks, yang mencakup kelancaran,keluwesan, keorisinalan berpikir, dan keterincian gagasan, sangatdiperlukan dalam kegiatan apresiasi sastra. Aspek kelancaranberkaitan dengan kesanggupan dalam menangkap,membayangkan, sekaligus menduga-duga alur cerita dan unsur-unsur cerita yang lain yang amat diperlukan dalam kegiatanapresiasi cerita pendek, dan bahkan apresiasi sastra padaumumnya. Aspek keluwesan berkaitan dengan kesanggupanmelihat atau mengenal, menilai, mengadaptasi, rangkaian alurdan hubungan antar unsur-unsur yang lainnya. Aspek ini jugaberkaitan dengan kesanggupan dalam mentransformasikan segalapengetahuan atau informasi, pengalaman, dan sikap-sikap afeksiyang diperoleh dari karya sastra ke dalam persepsi pembaca yangbersangkutan, untuk kemudian dijadikan pegangan dalammengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi dirinyamanakala dirinya menghadapi persoalan yang sama atau hampirbersamaan dengan yang pernah ia baca dari bacaan sastra itu.Aspek keorsinilan berkaitan dengan kesanggupan menggali ataumengeksplorasi berbagai persoalan yang ditampilkan dalam karyasastra, baik mencakup latar belakang masalah, tendensi, motif-motif, nilai-nilai, maupun hal-hal lain yang memungkinkan dapatdiketahuinya persoalan mendasar yang umumnya secara tersiratdalam setiap karya sastra.Aspek keorsinilan ini sangat bermanfaatdalam sastra, seperti nilai-nilai, amanat, hikmah kejadian dan lain-lain, yang semuanya itu bermanfaat bagi kekayaan pengalamanbatin penikmat.Aspek keterincian (elaborasi) berkaitan dengankesanggupan memperkaya, mengembangkan, dan menguraikanberbagai unsur cerita, termasuk kemungkinan-kemungkinanpermasalahan, penyelesaian masalah, dan sebagainya.Dalamapresiasi sastra, kemampuan berpikir yang berkenaan dengan

47

Gambar 3 : Histogram Distribusi FrekuensiNilai Kebiasaan Membaca

3. Data tentang Kemampuan Apresiasi CerpenData tentang Kemampuan Apresiasi Cerpen merupakan

nilai yang diperoleh melalui tes kemampuan apresiasicerita pendek.Data tersebut memiliki rentang nilai 50 yaituselisih nilai tertinggi 85 dan nilai terrendah 35. Harga rata-ratanya 58,40, sedangkan simpangan bakunya sebesar 12,21.Adapun distribusi frekuensi data kemampuan apresiasicerpen ini dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan gambardalam bentuk histogram distribusi frekuensi dapat dilihat padaGambar 4 berikut.

Page 31: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 31

kegiatan mengelaborasi termasuk komponen yang sangatdiperlukan.

Mengingat kemampuan apresiasi cerita pendek merupakankemampuan menangkap, mengolah, menerapkan, menilai, danmenikmati segala aspek kehidupan manusia yang disajikan dalambentuk bahasa dengan menggunakan media tulisan yangmendasarkan prinsip-prinsip seni sastra, dan yang semuanyamelibatkan kemampuan berpikir kreatif, maka guru atau dosenpemegang mata kuliah apresiasi sastra perlu mempertimbangkanpengembangan komponen-komponen yang menunjangkreativitas berpikir itu. Pengembangan komponen-komponenyang dimaksudkan itu tidak saja dengan latihan-latihan yangmemberikan pengalaman kreatif baik langsung maupun tidaklangsung, melainkan juga perlu menciptakan kondisi dan situasiyang kondusif bagi tumbuh-kembangnya kreativitas siswa/mahasiswa secara optimal.

Komponen kreativitas yang perlu dipertimbangkan untukditumbuh-kembangkan ialah;1) komponen kelancaran, yangmengacu pada banyaknya menghasilkan gagasan, jawaban,penyelesaian masalah, pertanyaan, baik berupa kata, ide, asosiasi,maupun ekspresi kejiwaan lainnya; 2) komponen keluwesan, yangmengacu pada wajar/tidaknya berbagai macam ide atau ekspresikejiwaan yang ditampilkan untuk pemecahan suatu masalah; 3)komponen keaslian, yang mengacu pada asli tidaknya cetusangagasan yang unik, baru, atau kombinasinya yang diwujudkandalam tugas penampilan ide, atau ekspresi kejiwaan lainnya; dan4) komponen keterincian, yang mengacu pada terinci tidaknyadalam proses memperkaya, mengembangkan, dan menguraikandetail objek, gagasan, situasi, atau ekspresi kejiwaan lainnya.Dengan kreativitas yang komponen-komponennya telahdideskripsikan demikian itu, dimungkinkan kepada para siswa/

46

2. Data tentang Kebiasaan membacaData tentang kebiasaan membaca merupakan nilai yang

diperoleh melalui angket kebiasaan membaca.Data tersebutmemiliki rentangan nilai 70, yaitu selisih antara nilai tertinggi 95dan nilai terendah 25. Harga rata-ratanya 59,50, sedangkansimpangan bakunya sebesar 18,17. Adapun tentang distribusifrekuensi data tentang kebiasaan membaca ini dapat dilihatpada tabel 6, sedangkan gambar dalam bentuk histogramdistribusi frekuensinya dapat dilihat pada Gambar 3 bagianberikut.

Tabel 6 : Distribusi FrekuensiNilai Kebiasaan Membaca

Page 32: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen32

mahasiswa dapat memilih, mempertimbangkan, memutuskan,dan mengungkapkan apresiasi tertentu yang sesuai dengan situasidan keadaan yang diperlukan. Dengan dasar pemikirantersebut, diduga bahwa makin tinggi kreativitas seseorang akanmakin tinggi pula kemampuan apresiasi cerita pendek yangdimilikinya.

2. Hubungan antara Kebiasaan Membaca denganKemampuan Apresiasi Cerita Pendek

Berdasarkan konsep-konsep atau definisi yang telahdipaparkan dalam deskripsi teoretis serta paparan hasil penelitianyang relevan, maka dapat dikemukakan bahwa membacamerupakan kegiatan yang lebih banyak mengutamakan aspekmental-intelektual.Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkutkeuntungan, kebermanfaatan, dan sejenisnya pada umumnyalebih bersifat mental-intelektual pula. Keluasan wawasan,keanekaragaman informasi, keterlatihan berkonsentrasi,keakraban dengan teks bacaan, dan sejenisnya merupakan aspekmental-intelektual yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatanmembaca. Makin banyak dan sering melakukan kegiatanmembaca akan makin banyak atau makin kaya pengalaman batinyang dimiliki. Banyak sedikitnya pengalaman batin yang dimilikiseseorang itu biasanya akan berpengaruh pada kualitas hidupseseorang yang tercermin dalam wujud sikap, perilaku, karakter,termasuk di dalamnya cara pandang terhadap sesuatu, caraberpikir, dan cara memutuskan sesuatu masalah.

Makin banyak frekuensi membaca pada seseorang, bahkanbila kegiatan membaca dilakukan itu sudah merupakan kebiasaanyang mendarah daging, orang itu biasanya makin kaya akankonsep, makin kaya wawasan, yang dengan sendirinya makinberkecukupan dalam hal ide-ide yang dimiliki. Kondisi yang

45

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas

Distribusi frekuensi nilai data kreativitas di atas selanjutnyadapat digambarkan dalam bentuk histogram distribusi frekuensiyang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 : Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas

Page 33: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 33

demikian ini sangat menguntungkan, terutama dalam melihatberbagai persoalan kehidupan manusia, baik kehidupan realitasyang langsung dihadapi dalam kesehariannya (realitas dunia)maupun kehidupan realitas yang tidak langsung yang diolah olehpengarang dan yang dituangkan dalam sebuah teks tulisan yangdisebut karya sastra (realitas sastra). Bila ia berlaku sebagaipembaca, wujud respon yang diberikan akan bergantung padatingkat atau seberapa tinggi kemampuan mengolah danmengkoordinasikan informasi dengan pengetahuan yang telahmenjadi persepsi sehingga relevan dengan situasi yang ada.Demikian juga, melalui kegiatan seseorang akan memperolehberbagai pengetahuan tentang bentuk dan organisasi berbagaitulisan dari beragam penulis. Pengetahuan ini amat berguna danbermanfaat manakala ia akan mengungkapkan ataumengekspresikan segala sesuatu maksud, pikiran atau gagasan,dan keinginan lainnya dalam bentuk tulisan yang sesuai denganhasrat jiwanya.

Dalam hal kebiasaan membaca bacaan sastra, aspek-aspekyang dapat dipetik oleh si pembaca dapat berupa aspek teoretis,aspek praktis, dan aspek artistik. Aspek teoretis mencakupberbagai hal yang berhubungan dengan segala kemeluasan dankemendalaman konsep-konsep (ontologis), metodologis(epistemologis), dan kebermanfaatan (aksiologis), yang padaakhirnya ketiganya dapat diperoleh baik secara langsung padabacaan yang bersifat teoretis mengenai sastra maupun secara tidaklangsung pada bacaan yang bersifat karya kreatif. Aspek praktisberkaitan dengan pengetahuan siap pakai yang digunakan untukkeperluan keseharian, yakni berkaitan dengan eksistensinyasebagai makluk individual, sosial, etis, religius, dan susila.Sedangkan aspek artistik berkaitan dengan kadar seni yang dapatbersifat reseptif, yakni kegairahan pada seni untuk menangkap

44

BAB IVHASIL PENELITIAN

Penyusunan uraian tentang hasil penelitian ini dilakukandengan memisahkan pembahasan hasil analisis data secaradeskriptif kualitatif dan inferensial, yakni dengan analisis korelasibeserta uji persyaratan.

A. Deskripsi DataBerdasarkan data yang telah terkumpul dapat disajikan

deskripsi skor subjek penelitian setiap variabel.Pertama, variabelpredictor, yakni kreativitas (X1) dan kebiasaan membaca(X2).Kedua, variabel respons, yakni kemampuan apresiasi ceritapendek (Y). Analisis desktiptif ini hanya mencari harga rerata,simpangan baku, dan distribusi frekuensi. Hal ini karenadata setiap variabel penelitian ini berupa data interval.Selanjutnya, deskripsi data tiap variabel dapat dilihat pada uraianberikut.

1. Data tentang KreativitasData tentang kreativitas merupakan nilai yang diperoleh

melalui tes kreativitas.Data tersebut memiliki rentangannilai 60, yaitu selisih antara nilai tertinggi 84 dan nilaiterendah 24. Harga rata-ratanya 55,76, sedangkan simpanganbakunya sebesar 15,33. Adapun tentang distribusi frekuensidata nilai kreativitas ini dapat dilihat pada Tabel 5 di bawahini.

Page 34: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen34

nuansa dan suasanademi terpenuhinya kebutuhan akan rasakeindahan, kenikmatan, kesenangan, hiburan, dan sebagainya;dapat pula bersifat produktif, yakni untuk mengungkapkankegelisahan jiwa dengan media yang bersifat menghibur,mendatangkan rasa kesenangan bagi para penikmat. Hal-hal yangdisebutkan terakhir inilahyang dimaksud dengan kemampuanapresiasi sastra.

Agar dapat memperoleh kemampuan apresiasi sastra yangtinggi, terutama dalam apresiasi cerita pendek, seseorang dituntutmemiliki kebiasaan yang baik terutama dalam hal kebiasaanmembaca bacaan sastra. Bila kondisi demikian ini terdapat dalamdiri seseorang, dimungkinkan ia akan memiliki cukupkesanggupan untuk menghargai, mengagumi, mengerti, menilai,menginterpretasi, dan menyenangi bacaan sastra yang berupacerita pendek. Berdasarkan kenyataan itu, diduga makin baikkebiasaan membaca terhadap bacaan sastra akan makin tinggikemampuan apresiasi cerita pendek.

3. Hubungan antara kreativitas dan kebiasaan membacadengan kemampuan apresiasi cerita pendek

Membaca bagaimanapun juga merupakan salah satu kegiatanyang penting dalam apresiasi sastra, selain mendengarkan,menyaksikan, atau menampilkan.Dengan karakteristik yang khas,membaca secara relatif paling banyak dilakukan oleh penikmatsastrabaik menyangkut kuantitas maupun kualitas, terutama dalamrangka memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam,relatif dapat tahan lama dalam pikiran (serta dapat dilakukanberulang-ulang terhadap bacaan sastra yang tetap objeknya).Mengingat pentingnya kegiatan membaca dalam apresiasi sastra,maka makin banyak kegiatan membaca atau makin baik kebiasaanmembaca (terutama bacaan sastra) dengan sendirinya

43

menikmati, (3) komponen menghargai atau mengagumi, (4)komponen memberi makna atau menginterpretasi, dan (5)komponen menilai atau memberi makna, masing-masing secaraberturut-turut direalisasikan dalam nomor 1, dan 2, 3 dan 4, 5dan 6, 7 dan 8, 9 dan 10.

H. Teknik Analisis DataAnalisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis

penelitian yang telah diajukan.Pada penelitian ini data yang telahdiperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik regresidan korelasi. Untuk menguji hipotesis pertama, yang berbunyi“terdapat hubungan positif antara kreativitas dan kemampuanmembaca apresiasi cerita pendek” dan hipotesis kedua yangberbunyi “terdapat hubungan positif antara kebiasaan membacadan kemampuan apresiasi cerita pendek” digunakan teknikanalisis regresi sederhana dan korelasi sederhana atau teknikkorelasi Product Moment. Untuk menguji hipotesis ketiga yangberbunyi “terdapat hubungan positif antara kreativitas dankebiasaan membaca secara bersama-sama dengan kemampuanapresiasi cerita pendek” digunakan teknik analisis regresi dankorelasi ganda.

Page 35: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 35

akansemakin banyak mendukung terhadap bobot kemampuanapresiasi cerita pendek seseorang. Hal ini wajar, mengingat dalamkonsep kebiasaan membaca terkandung kegiatan yang sudahmendarah daging, didukung, diteruskan dari waktu ke waktu,dan sudah merupakan kebutuhan dari dalam dirinya sendiri, tidakmerasa terpaksa, dan selalu melibatkan objek bacaan yangjumlahnya banyak dan luas.

Pernyataan diatassemakin menguatkan pada fenomenabahwa tinggi- rendahnya kebiasaan membaca bacaan sastra akanberpengaruh langsung terhadap kemampuan apresiasi ceritapendek. Bahkan, di samping faktor kebiasaan membaca, dalamhal kemampuan apresiasi cerita pendek tidak dapat dipisahkandari faktor kreativitas. Hal ini dapat dipahami bahwa kebiasaanmembaca akan mencakup hal-hal yang berkenaan dengankegiatan membaca dan cara masuknya berbagai-informasi (baikteoretis, praktis, maupun artistik) sebelum mencapai tingkat/tataran apresiasi tertentu yang diperlukan, sedangkan kreativitasmencakup aspek kompetensi dan kinerja pikir. Oleh karena itu,dalam kegiatan apresiasi sastra untuk mencapai tujuan apresiasiyang diinginkan, pengapresiasi atau penikmat di samping memilikikomitmen yang kuat terhadap kebiasaan membaca, ia jugadituntut memiliki kreativitas yang memadai agar mampumenerapkan daya kreatif berpikirnya dalam wujud penerimaan,pengakuan, penghargaan, atau penilaian kritis unsur dalam ceritapendek.

Dalam upaya peningkatan kemampuan apresiasi ceritapendek (dan apresiasi sastra pada umumnya)untuk para siswaatau mahasiswa, guru atau dosen dituntut memperhatikan aspekkebiasaan membaca dan aspek kreativitas anak didiknya.Denganadanya kepedulian, kedisiplinan, motivasi, kemauan yang kuat,kecintaan atau rasa senang, dan sejenisnya terhadap bacaan sastra

42

bacaan, selanjutnya berdasarkan kedelapan indikator tersebutdisusunlah sebanyak 8 butir pernyataan (nomor 6 sampai dengannomor 13).Sembilan indikator yang terakhir dimaksudkan untukmengungkapkan aspek aktivitas membaca yang efisien yangdilakukan oleh responden yang bersangkutan.Berdasarkankesembilan indikator tersebut disusunlah 9 butir pertanyaanangket (nomor 14 sampai dengan 22).

Ketiga, instrumen tes kemampuan apresiasi cerita pendekdigunakan nilai atau skor antara 1 sampai dengan 10 untuk setiapunit soal. Skor 10 untuk jawaban yang rinciannya tepat, lengkap,dan jawaban benar; sedangkan skor atau nilai kurang dari 10hingga skor 1 untuk jawaban yang secara kualitas lebih rendahhingga tingkat minimal. Skor 0 untuk yang tanpa jawaban.

Validitas instrumen tes kemampuan apresiasi cerita pendek,sebagaimana halnya validitas instrumen tes kreativitas danvaliditas angket kebiasaan membaca, ditentukan berdasarkanvaliditas isi (validitas logis) untuk validitas seluruh tes, dan ujivaliditas dengan Rumus Korelasi Product Moment Angka Kasaruntuk uji validitas setiap butir soal tes, sedangkan reliabilitasinstrumen dihitung dengan Rumus Alpha Cronbach, mengingatsifat data tes bersifat skor kontinum, sebagaimana pada sifat datates kreativitas dan data angket kebiasaan membaca.

Validitas isi tes ini sebagaimana pada kedua instrumen diatas dilakukan melalui “penjabaran variabel menjadi subvariabel(kategori-kategori), indikator, descriptor, dan butir-butirpernyataan”.Faktor-faktor itu yang dijadikan dasar penyusunankisi-kisi instrumen untuk mencapai validitas isi tes.Hasilperinciannya berupa tes kemampuan apresiasi cerita pendek yangterdiri atas 10 unit butir soal. Butir-butir soal itu merupakanjabaran dari 5 komponen yang dijabarkan sebagai berikut, (1)komponen mengenal, (2) komponen menyenangi atau

Page 36: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen36

dapat dipakai sebagai indikasi adanya kebiasaan membaca bacaansastra yang dimiliki siswa; dan adanya atau munculnya pemikiransegar, atau bersifat alternatif yang kritis dapat dipakai sebagaiindikasi adanya kreativitas. Oleh karena itu, agar kemampuanapresiasi cerita pendek dapat meningkat perlu diperhatikan aspekkebiasaan membaca bacaan sastra dan aspek kreativitas secarabersama-sama. Dengan demikian, dapat diduga bahwa makinbaik kebiasaan membaca bacaan sastra dan makin tinggikreativitas secara bersama-sama pada diri seseorang akan makintinggi pula kemampuan apresiasi cerita pendeknya.

D. Pengajuan Hipotesis PenelitianBerdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir di atas,

dapat diajukan hipotesis penelitian sebagaiberikut :1) Terdapat hubungan positif antara kreativitas dengan

kemampuan apresiasi cerita pendek.2) Terdapat hubungan positif antara kebiasaan membaca

dengan kemampuan apresiasi cerita pendek.3) Terdapat hubungan positif antara kreativitas dan kebiasaan

membaca secara bersama-sama dengan kemampuanapresiasi cerita pendek.

41

pada nomor 1, 16; 2, 17; 3, 18; dan 4, 19); kedua, dimensikeluwesan 4 butir (keluwesan spontan dan adaptif masing-masing2 soal, yakni nomor-nomor 5, 20 dan 6, 21); ketiga, dimensikeaslian 12 butir (keaslian ungkapan baru, keunikan judul,keunikan isi, keunikan ide, yakni nomor-nomor 7, 22; 8, 23; 9,24; 10, 25; 11, 26; dan 12, 27); dan keempat dimensi keterincian6 butir (keterincian akibat, kemungkinan pekerjaan, sketsa,masing-masing nomor 13, 28; 14, 29; dan 15, 30).

Dalam pelaksanaan tes kreativitas ini, responden tinggalmengisi sejumlah tanggapan sesuai dengan soal yang dikehendakidengan dibatasi waktunya dalam pengisian.Penilaian ataupemberian skor dilakukan sebagaimana dipaparkan di atas.

Kedua, instrumen angket kebiasaan membaca digunakannilai/skor antara 1 sampai dengan 5. Skor 1 untuk jawaban A.Jadi, masing-masing pilihan jawaban itu dimaksudkan untukmelambangkan perbedaan kadar atau kualitas kebiasaan membacayang dimiliki secara tafsiran kuantitatif. Validitas instrumenangket, dan uji validitas dengan Rumus Korelasi Product Mo-ment Angka Kasar untuk uji validitas setiap butir pernyataan(soal), sedangkan reliabilitas instrumen dihitung dengan RumusAlpha Croanbach, mengingat sifat data angket bersifat skorkontinum, sebagaimana pada sifat data tes kreativitas.

Hasil perinciannya berupa angket kebiasaan membaca yangterdiri atas 22 butir soal. Butir-butir soal itu tercakup dalam 22indikator yang dijabarkan sebagai berikut, lima indikator yangpertama dimaksudkan untuk mengungkap aspek tingkatkemantapan dalam melakukan aktivitas membaca suatu bacaan,selanjutnya berdasarkan kelima indikator tersebut disusunlahsebanyak 5 butir pernyataan (nomor 1 sampai dengan 5). Delapanindikator berikutnya dimaksudkan untuk mengungkap aspekkecenderungan dalam melakukan aktivitas membaca suatu

Page 37: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen 37

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan PenelitianMengacu kepada masalah yang telah dirumuskan serta

hipotesis yang telah diajukan, penelitian ini bertujuan untukmenentukan :1) Hubungan antara kreativitas dan kemampuan apresiasi cerita

pendek ;2) Hubungan antara kebiasaan membaca dan kemampuan

apresiasi cerita pendek ;3) Hubungan antara kreativitas dan kebiasaan membaca

dengan kemampuan apresiasi cerita pendek.

B. Metode PenelitianMemperhatikan variabel yang terlibat serta untuk

mencapai tujuan penelitian ini, maka metode penelitianyang digunakan adalah metode survai. Dengan metodesurvaitersebut dimaksudkan untuk mengemukakan adatidaknya hubungan antara variabel satu (variabel terikat/respons) dengan variabel yang lain (variabel bebas/prediktor).

C. Variabel PenelitianVariabel penelitian ini terdiri atas: 1) variabel prediktor,

yang meliputi kreativitas (X1) dan kebiasaan membaca (X2);dan 2) variabel respons, yaitu kemampuan apresiasi ceritapendek (Y). hubungan antara ketiga variabel tersebut dapatdilukiskan pada gambar berikut ini.

40

F. Teknik Pengumpulan DataSesuai dengan data variabel yang diperlukan dalam penelitian

ini, yaitu kreativitas, kebiasaan membaca, dan kemampuanapresiasi cerita pendek, maka digunakan instrument penelitianyang berupa tes untuk data kreativitas dan kemampuan apresiasicerita pendek dan angket untuk data kebiasaan membaca.Seluruhdata itu bersifat kuantitatif berupa skor atau nilai.

G. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian merupakan bagian yang penting dalam

suatu penelitian.Ketiga instrumen penelitian yang digunakanuntuk menjaring data, yakni; 1) tes kreativitas, 2) angket kebiasaanmembaca, dan 3) tes kemampuan apresiasi cerita pendek, masing-masing dijelaskan dalam bagian berikut ini.

Pertama, instrumen tes kreativitas digunakan skor 1 untukjawaban yang berjumlah 2 - 3, selanjutnya setiap kelipatan 3mendapat tambahan skor 1 dan seterusnya. Validitas isi (validitaslogis) untuk validitas seluruh tes, dan uji validitas dengan rumusKorelasi Product Moment Kasar untuk uji validitas setiap butir tes.Sedangkan reliabilitas instrumen dihitung dengan Rumus AlphaCronbach, mengingat sifat data tes bersifat skor kontinum.

Arikunto menjelaskan bahwa validitas isi dilakukan melalui“penjabaran variabel menjadi subvariabel untuk (kategori-kategori), indikator, deskriptor, danbutir-butirpernyataan”(Arikunto, 1990:224). Faktor-faktor itulah yang dijadikan dasarpenyusunan kisi-kisi instrumen untuk mencapai validitas isites.Hasil perinciannya berupa tes kreativitas yang terdiri atas 30butir soal. Ketigapuluh butir soal itu terdiri atas empat komponenyang dijabarkan sebagai berikut, pertama, dimensi kelancaran 8butir (kelancaran kata, ide, asosiasi, ekspresi masing-masing 2soal; secara berturutan keempat sub-komponen itu direalisasikan

Page 38: Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Bambang ... filedi masyarakat.Rosidi menyatakan bahwa “di samping puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam

Kreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi CerpenKreativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi Cerpen38

Gambar 1 : Bagan Hubungan Variabel Terikatdan Variabel Bebas

D. Definisi Operasional Variabel PenelitianBerikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional

dari masing-masing variabel penelitian yang telah dikemukakandi atas.

Kreativitas adalah kesanggupan atau kemampuan mahasiswayang mencerminkan kelancaran ide dan asosiasi, keluwesangagasan, keaslian dalam berpikir, dan kemampuan mengelaborasisecara detail gagasan. Kesanggupan ini ditunjukkan oleh siswa/mahasiswa setelah mengikuti tes kreativitas yang mencakup aspek;1) kelancaran ide dan kelancaran asosiasi, 2) keluwesan spontandan keluwesan adaptif, 3) keaslian judul dan keaslian penggunaanluar biasa, dan 4) keterincian akibat dan keterincian makna.Kreativitas mahasiswa ini tercermin pada perolehan nilaimahasiswa atas tes kreativitas tersebut.

Kebiasaan membaca ialah perilaku atau perbuatan membacayang telah memola, bersifat terus-menerus dari waktu ke waktuyang ditandai oleh adanya kemantapan dan kecenderungan dalamhal kegiatan membaca serta adanya perilaku yang efisien dalamkegiatan membaca suatu bacaan.Kebiasaan membaca iniditunjukkan oleh mereka sesudah mengisi angket kebiasaan

39

membaca, yang tercermin pada perolehan nilai mahasiswa atasangket tersebut.

Kemampuan apresiasi cerita pendek ialah kesanggupan,kecakapan, atau kekuatan yang dipunyai seseorang untukmengenal, menghargai atau mengagumi, menginterpretasi ataumemberi makna, mengerti atau memahami, menyenangi ataumenikmati, dan menilai terhadap isi cerita pendek.Kemampuanini tercermin pada nilai atau skor yang diperolehnya atas tes itu.

E. Populasi dan SampelPopulasi penelitian ini ialah mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHAMKA diJakarta yang telah menempuh atau lulus mata kuliah ApresiasiSastra dan Metodologi Penelitian. Mereka merupakan populasiterjangkau yang berjumlah 115 orang.

Nasir menjelaskan bahwa untuk menentukan besar sampeltidak ada ketentuan mutlak (Nasir, 1988:340). Mantra dan Kastomenyatakan bahwa jika data dianalisis dengan statistic parametrik,jumlah sampel harus besar sebab skor yang diperolehdistribusinya harus mengikuti distribusi normal.Sampel yangtergolong besar yang distribusinya normal adalah yang jumlahnyalebih dari 30 (Mantra dan Kasto, 1989:171).

Berdasarkan dua pendapat di atas, besar sampel yang diambildalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Pengambilan sampeldilakukan secara acak dengan undian, yakni peneliti menuliskannomor responden dari 1 s.d. 115 pada guntingan kertas yangtelah dipersiapkan sebanyak 115 lembar lalu tiap guntingan kertasitu digulung, selanjutnya peneliti mengambil secara acak sejumlah50 lembar gulungan untuk kemudian dijadikan sampel penelitianini.