sasasay no to drug!ug!ug! -...

2
8 MPA 306 / Maret 2012 Dra. Aniek Purwantini tak pernah menyangka kehidupan rumah tangganya akan berakhir tragis. Ba- ngunan rumah tangganya hancur berantakan setelah suaminya me- ninggal di usia muda akibat kecan- duan Narkoba. Di awal perkawinannya, ru- mah tangganya masih berjalan nor- mal. Namun setelah melahirkan anak pertama, kejanggalan pada diri suaminya mulai terlihat. Suaminya mulai suka mengkonsumsi obat ter- larang untuk doping. Hingga lam- bat laun, suaminya pun kecanduan Narkoba. “Kalau sakaw, seperti o- rang pilek yang gak berhenti me- ngeluarkan liur dan lendir. Sangat terlihat kesakitan,” ujarnya. Tapi Aniek saat itu tak bisa berbuat banyak. Sebab dirinya tak tahu apa yang harus diperbuat. Kondisi suami hanya bisa tertolong ketika ada teman yang membawa- kan obat. “Kalau sudah dapat o- batnya, dalam sekejap langsung bangkit dan dapat beraktivitas kem- bali. Seperti tak terjadi apa-apa,” tu- turnya keheranan. Hartanya pun ludes untuk me- menuhi konsumsi barang haram itu agar suaminya tak sampai sakaw. Akibat mengonsumi barang haram itu, sang suami terjangkiti virus HIV/ AIDS lantaran kerap bergantian ja- rum suntik saat mengkonsumsi Nar- koba. Karena tak kuat menahan pe- nyakit dan kecanduan, suaminya pun akhirnya meninggal. Berangkat dari pengalaman pahit sebagai pasangan pecandu Narkoba, Aniek pun merintis Couple Commu- nity (CC), sebuah komunitas untuk pendampingan bagi pasangan pecan- du yang telah menjadi korban. Hingga saat ini, setelah dibentuk dua tahun lalu, anggotanya berjumlah 18 orang yang berasal dari Surabaya. “Dari jum- lah itu, 80 persen positif HIV/AIDS,” terang wanita kelahiran Blitar, 6 Agustus 1964 ini prihatin. Sesuai dengan UU No. 35/ 2009 Tentang Narkotika dan PP 25/ 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, maka ba- gi pecandu dan korban penyalah- gunaan Narkotika wajib lapor dan wajib pengobatan melalui Rehabi- litasi Medis/Sosial Korban Penya- lahgunaan. “Jika tidak lapor maka akan dijerat hukum pidana. Tapi jika lapor, maka mereka hanya akan Sa Sa Sa Sa Say No to Dr y No to Dr y No to Dr y No to Dr y No to Drug! ug! ug! ug! ug! Berawal dari Pengalaman yang Mengenaskan Dra. Aniek Purwantini

Upload: ngodieu

Post on 29-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8 MPA 306 / Maret 2012

Dra. Aniek Purwantini takpernah menyangka kehidupan rumahtangganya akan berakhir tragis. Ba-ngunan rumah tangganya hancurberantakan setelah suaminya me-ninggal di usia muda akibat kecan-duan Narkoba.

Di awal perkawinannya, ru-mah tangganya masih berjalan nor-mal. Namun setelah melahirkananak pertama, kejanggalan pada dirisuaminya mulai terlihat. Suaminyamulai suka mengkonsumsi obat ter-larang untuk doping. Hingga lam-bat laun, suaminya pun kecanduanNarkoba. “Kalau sakaw, seperti o-rang pilek yang gak berhenti me-ngeluarkan liur dan lendir. Sangatterlihat kesakitan,” ujarnya.

Tapi Aniek saat itu tak bisaberbuat banyak. Sebab dirinya taktahu apa yang harus diperbuat.Kondisi suami hanya bisa tertolongketika ada teman yang membawa-kan obat. “Kalau sudah dapat o-batnya, dalam sekejap langsungbangkit dan dapat beraktivitas kem-bali. Seperti tak terjadi apa-apa,” tu-turnya keheranan.

Hartanya pun ludes untuk me-menuhi konsumsi barang haram ituagar suaminya tak sampai sakaw.Akibat mengonsumi barang haram itu,

sang suami terjangkiti virus HIV/AIDS lantaran kerap bergantian ja-rum suntik saat mengkonsumsi Nar-koba. Karena tak kuat menahan pe-

nyakit dan kecanduan, suaminyapun akhirnya meninggal.

Berangkat dari pengalaman pahitsebagai pasangan pecandu Narkoba,Aniek pun merintis Couple Commu-nity (CC), sebuah komunitas untukpendampingan bagi pasangan pecan-du yang telah menjadi korban. Hinggasaat ini, setelah dibentuk dua tahunlalu, anggotanya berjumlah 18 orangyang berasal dari Surabaya. “Dari jum-lah itu, 80 persen positif HIV/AIDS,”terang wanita kelahiran Blitar, 6Agustus 1964 ini prihatin.

Sesuai dengan UU No. 35/2009 Tentang Narkotika dan PP 25/2011 tentang Pelaksanaan WajibLapor Pecandu Narkotika, maka ba-gi pecandu dan korban penyalah-gunaan Narkotika wajib lapor danwajib pengobatan melalui Rehabi-litasi Medis/Sosial Korban Penya-lahgunaan. “Jika tidak lapor makaakan dijerat hukum pidana. Tapi jikalapor, maka mereka hanya akan

SaSaSaSaSay No to Dry No to Dry No to Dry No to Dry No to Drug!ug!ug!ug!ug!Berawal dari Pengalaman yang Mengenaskan

Dra. Aniek Purwantini

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 2/28/2012, 7:47 PM8

9MPA 306 / Maret 2012

menjalani rehab medis dan terbebasdari tuntutan pidana,” terangnya.

Di akhir tahun 2011 lalu, CCbergabung dengan DFC, After CareMahameru dan juga Yayasan BangunSehat Indonesiaku untuk mensiner-gikan program Harm Reductionnyaterutama pecandu IDU dan Pem-berdayaan Korban Narkoba. “TerapiMethadone adalah satu-satunya te-rapi yang dilegalkan pemerintah bagipecandu putaw untuk menekan ang-ka penularan HIV/AIDS melalui jarumsuntik,” ujar Koordinator LapanganCC ini. Methadone atau heroin sinte-tis yang dikonsumsi secara oral me-rupakan terapi substitusi atau penga-lihan pecandu narkoba suntik (Pe-nasun).

Tapi faktanya, perilaku penggu-naan Narkoba melalui jarum suntik diSurabaya sulit dibendung. Meski adaprogram pengalihan melalui TerapiRumatan Methadone (PTRM), tetapipasien terapi methadone di Surabayamayoritas masih menggunakan Nar-koba lain (polydrugs); seperti meng-konsumsi obat-obat daftar G (camlet,amitriphiline, xanak, codein, dan lain-lain).

Di Surabaya, dari empat klinikrumatan Methadone yang ada yakniRSU dr Soetomo, Rumah Sakit JiwaMenur, Puskesmas Jagir, dan Pus-kesmas Manukan jumlah pasien me-thadone lebih 100 orang. Dari jumlahtersebut kebanyakan mereka masihmemakai camlet. Bahkan mereka jugamasih menggunakan heroin. Padahalsesuai aturan bahwa pasien terapimethadone tidak dibolehkan mema-kai obat-obat lain sebagai campuran.“Kata beberapa pecandu, menggu-nakan methadone mabuknya tidakterasa kalo gak di mix pakai camlet.Beli putaw ya mahal. Akhirnya ya pa-ke camlet itu,” urainya.

Perempuan yang juga aktif se-bagai Koordinator Lapangan padapendampingan pecandu IDU (jarumsuntik) wilayah Sidoarjo ini menje-laskan, pecandu Narkoba harus terusdidukung demi pemulihannya. Du-kungan pada pecandu dan mantanpecandu dilakukan dengan cara mem-bagi pengalaman, harapan, dan ke-kuatan agar mereka bisa diterimakembali oleh lingkungannya, kembaliproduktif, dan punya tanggung ja-wab.

Itulah yang membuat Metty Pu-dji Arini bersedia menjadi aktivis diBNP Jawa Timur. Sebagai mantan pe-candu Narkoba, dirinya ingin meng-abdikan dirinya untuk mencegah or-ang lain terjangkiti kecanduan Nar-koba. Sebab Narkoba telah mengintaisetiap orang di mana-mana. Tak pe-duli strata sosial, ekonomi, usia, mau-pun jenis kelamin.

Mantan aktris pelawak SrimulatSurabaya ini mengaku jengkel, ketikaada orang yang mencibir kepadakorban Narkoba. Seolah-olah merekamenjadi aib dan tidak dipercaya bisamenjadi orang yang baik lagi. Bahkanada seorang ibu yang mengetahuiputeranya terjerumus Narkoba, diabegitu ketakutan dan khawatir sam-pai-sampai semua harta benda yangada di rumah diamankan betul.

Padahal seharusnya korbanNarkoba itu perlu dirangkul untuk di-tolong. Kalau masyarakat mengetahuitindakan pertama yang dilakukan jikaorang terdekatnya terkena Narkoba,alangkah indahnya hal semacam itu.Sebab kalau dari keluarga sendiri su-dah keliru dalam mensikapinya, lantaskepada siapa korban Narkoba harusmeminta pertolongan?

Padahal menyembuhkan orangyang kecanduan Narboka itu tidaksemudah membalikkan telapak ta-ngan. Secara fisik dan medis mungkinsaja mereka sembuh. Tapi bagaimanasecara psikologisnya. Dan bagaima-na mantan pengguna itu harus meng-hadapi masalah sosialnya. “Lhawong sepuluh tahun tidak pakai sajabisa terkena lagi, kok,” ungkap Mettyserius.

Memang banyak yang mengata-kan, bahwa benteng dari seseorangdalam menghadapi pergaulan ataulingkungan di luar rumah adalah aga-ma. Tapi pertanyaannya apakah ben-tengnya sudah kuat, atau lingkunganyang sungguh sangat luar biasa mem-balikkan karakter seseorang menjadiberubah 180 derajat.

Kurang tahunya informasi me-ngenai Narkoba, kadang menjadikanterlambat penanganan bagi korbanNarkoba. Misalnya hal-hal yangmungkin tidak diketahui oleh masya-rakat, seperti tentang bahan adiktifyang masuk kategori Narkoba. Misal-nya aroma sepatu baru, bensin, spi-dol, lem takol dan beberapa bahan

lain. “Kalau seseorang sudah pernahmerasakan enaknya menghirup aro-ma tersebut dan bila tidak menghirupakan pusing, maka itu sudah masukketegori kecanduan Narkoba walau-pun di tingkat rendah,” jelasnya.

Namun yang patut disyukuri,tutur anggota satgas Family SportGroup BNP Jatim ini, perkembanganhukum di negeri ini telah memberikankelonggaran pada pengguna Narko-ba. Undang-undang No.35 tahun2009 pasal 35 menegaskan, bahwasetiap korban wajib disembuhkan darikecanduan, juga wajib lapor padaPuskesmas, LSM, Badan Narkotikayang ada di kabupaten/kota yang su-dah ditunjuk.

Pemerintah, LSM maupun Or-mas sebenarnya sudah berusaha se-cara maksimal menghambat lajunyaperkembangan atau penyebaran Nar-koba. Baik dengan tindakan maupunlisan melalui penyuluhan, sosialisasimaupun dakwah. Pemerintah jugatelah menyediakan secara gratis tem-pat rehabilitasi pengguna Narkobayang ada di tingkat provinsi.

Di sisi lain, masyarakat bisa me-nilai penegakkan hukum di Indone-sia terhadap pengedar Narkoba. In-formasinya pun bisa diperoleh de-ngan mudah. Masyarakat dapat de-ngan cepat mengetahui hal-hal yangtadinya tabu menjadi konsumsi pu-blik. Media berlomba-lomba mencariberita dan tayangan gambar eksklusifsecara faktual. Dengan adanya me-dia yang sudah merasakan era keter-bukaan public seperti ini, maka me-dia dan masyarakat bisa melakukankontrol atau monitor terhadap pene-gakan hukum beserta implementa-sinya.

Secara mental Metty merasa ikutbertanggungjawab membantu kor-ban Narkoba. Hikmah pengalamanhidup yang pernah jadi penggunaNarkoba sangat besar. Dia ingin se-kuat tenaga memberikan waktu, tena-ga dan pikiran bagi korban Narkoba.

Narkoba memang menggiurkan.Enak dirasa tapi menggerogoti organtubuh kita, menghancurkan karir, me-misahkan persaudaraan dan perte-manan. Yang pasti, hancur masa de-pan jika tak segera dihentikan dandengan tegas “Say No to Drug”.

Laporan: Dedy Kurniawan,Anni Athi’ah (Surabaya).

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 2/28/2012, 7:47 PM9