sarga edisi mei 2010

97
SARGA Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Volume XVI Edisi I Bulan Mei Tahun 2010 Fakultas Teknik UNTAG Semarang Penerbit : Lembaga Penerbitan Fakultas Teknik UNTAG SEMARANG ISSN : 0853-4748 Foto by, Tim KKL SINGAMATA. Lokasi : Nanyang Technologycal University (NTU) - Singapore Pengembangan Pembelajaran Program Studi Arsitektur ~ Ir. Anwar, MT. Menggunakan E-learning Freebies Dalam Pembelajaran ~ Ir. Eko Nursanty, MT Kota dan Penyediaan Ruang Publik (Pengantar)~ Ir. Loekman Mohammadi MSc. Peran Ruang Terbuka Hijau Kota Pada Ruang Publik Perkotaan ~ Ir. Soemarwanto, M.T. Klenteng Modal Utama Wisata Pecinan di Semarang ~ Ir. Djoko Dharmawan, MT Material Lunak (tanaman) Dalam Tata Ruang Dalam ~ Ir. Budi Adi Slamet. MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR ~ Ir. Retno Ambarwati SL, MT., Ir. Rudi Firyanto, MT., Ir. Fahmi Arifan, MT. Perencanaan Kembali Gunung Kidul Menjadi Bangunan Lumbung Air ~ Ir. F.M. Roemiyanto, MS.

Upload: eko-nursanty

Post on 30-Mar-2016

260 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

SARGA e_journal ilmiah Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang.

TRANSCRIPT

Page 1: SARGA edisi Mei 2010

i

SARGA Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik

Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)

Semarang

Volume XVI Edisi I Bulan Mei Tahun 2010 Fakultas Teknik UNTAG Semarang Penerbit : Lembaga Penerbitan Fakultas Teknik UNTAG SEMARANG ISSN : 0853-4748

Foto by, Tim KKL SINGAMATA. Lokasi : Nanyang Technologycal University (NTU) - Singapore

Pengembangan Pembelajaran Program Studi Arsitektur ~

Ir. Anwar, MT.

Menggunakan E-learning Freebies Dalam Pembelajaran ~ Ir. Eko Nursanty, MT

Kota dan Penyediaan Ruang Publik (Pengantar)~ Ir. Loekman Mohammadi MSc.

Peran Ruang Terbuka Hijau Kota Pada Ruang Publik Perkotaan ~ Ir. Soemarwanto, M.T.

Klenteng Modal Utama Wisata Pecinan di Semarang ~ Ir. Djoko Dharmawan, MT

Material Lunak (tanaman) Dalam Tata Ruang Dalam ~ Ir. Budi Adi Slamet.

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR ~ Ir. Retno Ambarwati SL, MT., Ir. Rudi Firyanto, MT., Ir. Fahmi Arifan, MT.

Perencanaan Kembali Gunung Kidul Menjadi Bangunan Lumbung Air ~ Ir. F.M. Roemiyanto, MS.

Page 2: SARGA edisi Mei 2010

MAJALAH ILMIAH TEKNIK – VOLUME XVI - EDISI 1 - BULAN MEI 2010

SARGA merupakan Jurnal Teknik yang diterbitkan oleh Fakultas Teknik Universitas 17

Agustus 1945 (UNTAG) Semarang, sebagai media publikasi ilmiah. Sajian tulisan dalam

Jurnal Teknik ini dimaksudkan agar komunikasi antar pakar ataupun insane akademik selalu

terjadi dan terakomodasi, sehingga akan terwujud perkembangan IPTEK sesuai dengan

tuntutan pembangunan.

Ketentuan penulisan naskah;

1. Tulisan merupakan naskah asli dan belum pernah dimuat atau diterbitkan pada media

lain,

2. Naskah ditulis dengan tata bahasa ilmiah menggunakan bahasa Indonesia ataupun

bahasa Inggris,

3. Naskah diketik rapi 1,5 spasi dengan model huruf “Times New Roman 12” atau “Arial

11”,

4. Jumlah halaman naskah minimal 15 halaman termasuk INTISARI atau ABSTRAK sekitar

200 kata,

5. Naskah dilengkapi dengan biodata penulis, yang memuat nama, tempat dan tanggal

lahir, pendidikan tertinggi (S1, S2, dan S3) serta pengalaman pekerjaan,

6. Redaksi berhak untuk menolak atau tidak menebitkan naskah yang kurang memenuhi

persyaratan sebagai tulisan ilmiah,

7. Redaksi dapat menyesuaikan, mengedit penggunaan istilah atau bahasa sepanjang tidak

mengubah isi maupun pengertiannya tanpa memberitahu penulis. Redaksi akan

menghubungi penulis jika dipandang perlu mengubah isi naskah.

R e d a k s i :

Pelindung: Dekan Fakultas Teknik UNTAG Semarang; Pembina: Prof.DR. Sarsintorini, SH.

Mhum: Penanggungjawab: Pembantu Dekan I FT UNTAG Semarang; Pemimpin Umum: Ir. St.

Muryanto, MEng.Sc.Ph.D.

Dewan Redaksi: Ir. FM.Roemiyanto.MS; Ir. Darwati, MSi; Ir. Loekman Mohamadi. MSc, Eko

Nursanty. ST. MT. Distributor: Novi Hendriyanto, Supardi,SH

A l a m a t : Fakultas teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Jl. Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur, Telp: 024-8320920 Fax: 024-8310939 Semarang.

Page 3: SARGA edisi Mei 2010

i

Dari Redaksi

Pembangunan IPTEK diarahkan agar pemanfaatan, pengembangan dan

penguasaannya dapat mempercepat peningkatan kecerdasan dan kemampuan

bangsa, mempercepat proses pembaharuan, meningkatkan kualitas, harkat dan

martabat bangsa serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan dan

penerapan IPTEK harus didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas melalui

pendidikan dan pelatihan, penataan sistim kelembagaan serta penyediaan sarana dan

prasarana yang memadai.

Majalah Ilmiah “SARGA” merupakan salah satu sarana yang disediakan bagi para

sivitas akademika Fakultas Teknik UNTAG Semarang dalam upaya mengembangkan

IPTEK, sehingga Kampus sebagai wahana kehidupan masyarakat ilmiah akan selalu

tercipta.

Majalah Ilmiah ‘SARGA” terbit dengan menanmpilkan karya-karya ilmiah yang

diangkat dari berbagai fenomena, sehingga materi yang disajikan pada terbitan kali ini

cukup bermanfaat untuk dibaca dan dijadikan referensi.

1. Ir. Anwar.MT; “Pengembangan Pembelajaran Program Studi Arsitektur”

2. Ir. Eko Nursanty. .MT.; “Menggunakan E-Learning Freebies Dalam Pembelajaran”.

3. Ir. Loekman Mohamadi. MSc; ”Kota Dan Penyediaan Ruang Publik (Pengantar)”

4. Ir. Sumarwanto. MT. “Peran Ruang Terbuka Hijau Kota Pada Ruang Publik Di

Perkotaan”

5. Ir Djoko Darmawan, MT; “Kelenteng Modal Utama Wisata Pecinan Di Semarang.”

6. Ir. Budiadi Slamet, ”Material Lunak ( Tanaman ) Dalam Tata Ruang Dalam”.

7. Ir. Retno Ambarwati SL, MT., Ir. Rudi Firyanto, MT., Ir. Fahmi Arifan, MT,

Model Termodinamik Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Dan Perpindahan Massa Pada

Distilasi Ekstraktif Pathcouli Alkohol Minyak Nilam.

8. Ir. F.M. Roemiyanto, MS., Perencanaan Kembali Gunung Kidul Menjadi Bangunan

Lumbung Air”.

Page 4: SARGA edisi Mei 2010

ii

Daftar Isi

Dari Redaksi ............................................................................................................................................................... i

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR............................................. 1

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN ............................................ 13

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar) ....................................................................... 22

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN ...................... 41

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG .................................................... 48

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM ......................................................... 54

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR DAN PERPINDAHAN MASSA PADA DISTILASI EKSTRAKTIF PATHCOULI ALKOHOL MINYAK NILAM ....................................... 58

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR 72

Page 5: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

1

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Oleh : Ir. Anwar.MT

ABSTRAKSI

Arah pendidikan didasarkan kepada empat pilar pendidikan yang dicanangkan

oleh UNESCO (Education for the 21st century), yaitu “learning to know”,

“learning to do”, “learning to live together” dan “learning to be”. Segala wujud

gagasan atau ide yang diolah melalui proses analisis menjadi konsep atau teori

dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah harus dilanjutkan dalam proses

rancang bangun (perancangan arsitektur) atau desain dan rekayasa (engineering).

Pada hakekatnya proses desain adalah menata (“order”) melalui landasan

teori/konsep dan proses yang prosedural atau metodologis.

A. Orientasi Pendidikan

Terdapat pergeseran orientasi

pendidikan yang menuju kepada sistem

pembentukan “kemampuan belajar

sepanjang hidup”. Oleh karena itu

teknologi pembelajaran perlu dirubah

sehingga memungkinkan adanya

pembekalan diri ke “mampu berpikir”

serta “mampu mempelajari dan mampu

belajar hidup bersama”, yang tujuannya

adalah pengenalan tentang keaneka

ragaman kebudayaan dan sikap

bertoleransi. Dalam hal ini dibutuhkan

“lingkungan pembelajaran” yang kondusif

sehingga tercipta suasana dan cara-cara

pembelajaran yang kolaboratif, fleksible,

dan kontekstual dalam memecahkan

permasalahan bersama.

Dalam hal ini arah pendidikan

didasarkan kepada empat pilar pendidikan

yang dicanangkan oleh UNESCO

(Education for the 21st century), yaitu

“learning to know”, “learning to do”,

“learning to live together” dan “learning

to be”. Pengertian prinsip dari masing-

masing pilar dijabarkan sebagai berikut;

1) Learning to know

Tujuannya adalah untuk belajar

seumur hidup sebagai upaya

membangun kemampuan untuk

melihat, memahami, dan mencerap

informasi dan pengetahuan agar

wawasan terhadap “dunia sekitar”

semakin membuka kesadaran untuk

mengembangkan kemampuan

kerjasama dan komunikasi dengan

orang lain. Sasarannya agar tercipta

tata kehidupan yang lebih

bermartabat.

Dalam hal ini sumber-sumber informasi

baru sesuai dengan perkembangan

IPTEKS perlu selalu direspons melalui

keberagaman multimedia dan modus

pembelajaran dalam masyarakat yang

Page 6: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

2

berdasar pada “jejaring” (network

society).

Dengan demikian aspek penting

yang perlu dikembangkan adalah

“metoda mengajar” dengan

unsur-unsur bahasa, komunikasi,

dan meningkatkan kemampuan

berpikir pada diri mahasiswa.

2) Learning to do

Adalah belajar bagaimana kita

bekerja dan bekerjasama dengan

orang lain. Dalam hal ini proses

pendidikan ditujukan untuk

memberi bekal kepada mahasiswa

untuk melakukan jenis-jenis

pekerjaan yang diperlukan dimasa

depan.

Kemampuan yang diperlukan

adalah “kompetensi pribadi” yang

diperoleh melalui gabungan antara

ketrampilan (skill) dan

pengetahuan (knowledge) dalam

proses pembelajaran yang

berprinsip pada “learning by

doing” dan “doing by learning”

dengan memperhatikan perilaku

sosial, inisiatif pribadi dan

keberanian mengambil resiko.

Dengan demikian arah

pembelajaran bukan hanya belajar

pada ketrampilan teknis, tetapi juga

pengembangan diri dengan

menekankan materi untuk

mengembangkan;

- ketrampilan diri

- ketrampilan bersertifikat

- kerja fisik, kerja jasa

- apresiasi terhadap aspek

ekonomi

- kesiapan berkomunikasi

dalam membangun jaringan

3) Learning to live together

Sasaran pembelajarannya ditujukan

untuk mengantisipasi

meningkatnya perpecahan antar

etnis. Untuk itu yang penting

diperhatikan adalah bagaimanakah

kita dapat bekerja dan bekerjasama

dengan orang lain, serta mampu

meredakan konflik dan kekerasan

yang ada.

Dalam kaitan ini materi

pembelajaran perlu diarahkan pada

pengembangan kemampuan

bekerjasama dan menghargai orang

lain. Artinya adalah membangun

ambang kohesi masyarakat dengan

mengembangkan sistem nilai inti

untuk pembentukan identitas

kewarganegaraan sebagai wahana

pembentukan budaya perdamaian.

Hal ini dipandang penting dalam

upaya mengantisipasi arus

informasi global terutama yang

mempunyai dampak negatif

(kekerasan, konflik etnis dsb).

Melalui pendalaman materi

pembelajaran mahasiswa diajak

untuk memahami keanekaragaman

manusia, kebutuhan dan

Page 7: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

3

perilakunya, saling ketergantungan

antar manusia, semangat empati

dan solidaritas, serta pengakuan

atas hak-hak orang lain.

4) Learning to be

Arahnya adalah bagaimanakah

mengembangkan diri, eksistensi

dan karisma diri dalam kehidupan

kelompok. Untuk itu proses

pembelajaran diarahkan agar dalam

diri mahasiswa terbentuk idealisme

yang sarat dengan muatan aspek

spiritualitas, imajinasi dan

kreativitas yang berguna dalam

menempatkan dirinya pada

lingkungan masyarakat.

Dalam hal ini, pendidikan sebagai

alat pelatihan kepribadian harus

merupakan proses yang bersifat

pribadi sekaligus pada saat yang

sama merupakan pengalaman

interaksi sosial.

Metoda pembelajaran perlu

dikembangkan untuk membantu

mahasiswa mengembangkan cara

berpikir dan mengambil keputusan

yang bebas dan kritis sehingga

mereka dapat menentukan sendiri

aktifitas terbaiknya dalam berbagai

kondisi yang berbeda selama

hidupnya. Tujuannya adalah

pemenuhan kebutuhan manusia

secara menyeluruh meliputi

kekayaan kepribadiannya,

kompleksitas bentuk ekspresinya,

dan berbagai komitmennya sebagai

pribadi, anggota keluarga, anggota

masyarakat, serta sebagai warga

negara.

Bidang Ilmu (Domain of Knowledge)

1. Pemahaman Pengertian

Arsitektur

Memahami arsitektur dapat

dilakukan dengan cara melihatnya sebagai

suatu “produk” dan sebagai suatu

“proses”. Arsitektur adalah lingkungan

buatan yang dibuat oleh arsitek guna

mengatasi permasalahan pembangunan

pada jamannya. Rumusan tunggal

mengenai arsitektur adalah hal yang

“ahistory”, karena dari jaman-ke jaman

peran dan pengertian arsitek dan arsitektur

selalu dirumuskan ulang. Beberapa

pengertian arsitektur disampaikan oleh

para pakar di bidang arsitektur, seperti;

1) Auguste Perret (dalam Jurgen,

Joedick, 1963)

Architecture is the art of organizing

space.

2) Eugene Ruskin (dalam Jurgen

Joedick, 1963)

Architecture mirrors the various

aspects of our lifes, social economic,

spiritual. Architecture is a statement

of society’s pattern.

3) Le Corbusier (Louis Hellman,

1994)

Architecture is the masterly, correct

and magnificent play of masses

brought together in light.

4) Mies Van der Rohe (Louis

Hellman, 1994)

Page 8: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

4

Architecture is the epoch translate

into space.

5) Mario G. Salvadori (Curt Siegel,

1964)

Architecture is an art, science, human

beings, material, politic and money.

Dari beberapa pengertian tersebut

di atas menunjukkan bahwa dalam

mewujudkan arsitektur dilakukan proses

aktif berupa perancangan yang di dalamnya

memuat aspek-aspek; seni dan estetika,

teknologi, serta fungsi. Senada dengan

pendapat tersebut, pakar lain menyatakan

seperti yang tersaji dalam tabel berikut;

Vitruvius

Polio

(100 AD)

Alexander

Wotton

(1642)

Walter

Gropius

(Bauhaus,

1920)

Christian

Norberg

Schultz

(1970)

Utilitas Commodity Function Building

Task

Venustas Delight Expression Form

Firmistas Firmness Technics Technics

Dalam hal ini unsur-unsur fungsi,

ekspresi bentuk dan estetika, serta teknik

dan teknologi yang menciptakan kekuatan

dalam sosok arsitektur merupakan unsur-

unsur pokok yang perlu diperhatikan

dalam proses perancangan.

Kegiatan perancangan dalam

pengembangannya merupakan kegiatan

kreativitas yang mendasarkan pada

metoda-metoda perancangan guna

menghasilkan karya arsitektur yang

memenuhi kebutuhan, memiliki nilai

manfaat, dan memperhatikan kemungkinan

perkembangan pada masa yang akan

datang, serta mengarah kepada keselarasan

nafas alam. Hal itu ditujukan untuk

memberikan kepuasan kepada para

pemakainya (owner and user), serta dalam

upaya mewujudkan tercapainya

perancangan yang berkelanjutan

(sustainable design).

Kegiatan perancangan dengan

metoda/cara berfikir telah banyak

dikembangkan, yang salah satunya

dilakukan oleh Nigel Cross (Designerly

Ways of Knowing, 1982) yang mengubah

“budaya ganda” (two cultures, oleh

CP.Snow, 1959) menjadi “budaya tiga”

(three cultures). Adapun konsep tersebut

tersaji dalam tabel berikut;

Aspek

Ways of

Knowing

Pokok

Bahasan

Cara/

Metoda

Pusat Perhatian

Scientificall

y

(pengetahua

n)

Alam Analisis Truth

(kebenaran)

Scholarly

(kepujangga

an)

Pengalam

an

Relation

al

Justice

(keadilan)

Designerly

(perancanga

n)

Benda

buatan

Sintesis - Fitness (kuat)

- Adaptation

(adaptasi)

- Appropriatten

ess

(kecocokan)

Dalam kaitannya dengan konsep

tersebut, dituntut terwujudnya sosok

arsitek sebagai pemikir dan penggagas ide

yang memiliki kemampuan dalam

mengantisipasi permasalahan

Page 9: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

5

pembangunan secara cerdik dan arif.

Arsitek harus arif, sehingga karya yang

dihasilkannya mempunyai muatan sosial-

kemanusiaan (ingat istilah Romo Mangun;

Vasthu-Vidya). Dalam pengertiannya

sebagai vasthu-vidya tersirat tentang unsur

kebenaran yang lengkap sebagai dasar

dalam merealisasi “dharma”-nya. Ilmu

yang dimilikinya dimanfaatkan sebagai

alat untuk menyantuni alam dan

lingkungan.

2. Arsitektur sebagai IPTEKS

Penerapan IPTEKS “Arsitektur”

ditujukan agar memiliki sifat “produktif”

dan “untuk melayani masyarakat”. Itulah

sebabnya IPTEKS Arsitektrur

dikelompokkan ke dalam “Ilmu positif

atau praktis” yang terdiri atas dua faktor

penting, yaitu;

a. Normatif, dengan tujuan untuk

menentukan kriteria yang ideal,

b. Profesional, dengan tujuan untuk

menerapkan ilmu dalam

pemenuhan kebutuhan hidup nyata.

Proses belajar-mengajar

diselenggarakan melalui dua proses yang

berjalan secara paralel. Melalui

Perkuliahan dipelajarai pengenalan,

pemahaman, dan ungkapan atau

pernyataan formal yang disebut “teori”.

Sedangkan dengan proses “studio”

dilakukan pelatihan ketrampilan

menerapkan IPTEKS ke dalam karya

arsitektural.

Walaupun tidak hanya analisis

yang menjadi tujuan suatu teori, akan

tetapi sebagai dasar kemampuan

penguasaan ilmu pengetahuan “analisis”

adalah paling dominan. Melalui proses

timbal-balik dan berdaur ulang dalam

kegiatan studio, pelatihan adalah

diutamakan untuk memperoleh

ketrampilan merancang atau desain yang

sifatnya lebih berupa “sintesis”. Tujuan

kegiatan perkuliahan dan studio adalah

agar terjadi sinergi IPTEKS khususnya

dalam bidang Arsitektur guna

menyelaraskan aspek kinerja

fungsional/teknis/ teknologis dan aspek

perwujudan spasial dan rupa fisikal.

Pada kenyataannya proses

penerapan IPTEKS adalah berdaur, karena

penerapan unsur-unsur yang normatif dan

teoritis untuk diberlakukan sebagai

standar masih harus dikaji secara arif dan

bijaksana melalui proses pikir yang

filsafati. Secara logika pengkajian

ditujukan apakah hal tersebut masuk akal

atau tidak. Bahkan dalam proses

perwujudan arsitektur, pengkajian

didasarkan pula pada aspek ekologi, sosial

budaya, dan ekonomi.

Dalam proses pemaknaan

(interpretasi) sebagai akumulasi dari

sumber teori maupun informasi kondisi

lapangan dan lain-lain sangat menentukan

hasil karena terdapat unsur-unsur obyektif

dan subyektif. Banyak proses yang

berlainan sehingga melahirkan desain yang

banyak alternatifnya. Namun demikian

masalah pokok bagi arsitek adalah

kemampuan dalam membuat pernyataan

Page 10: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

6

dalam interpretasinya melalui hasil

perancangan yang dapat

dipertanggungjawabkan berdasarkan

responsibilitas moral, akontabilitas

profesional.

A. Pengetahuan Dasar Pendidikan

Arsitektur

Dalam upaya mengantisipasi

kondisi global dalam semua aspek

kehidupan, maka dunia pendidikan

arsitektur perlu segera mereformasi pola

dan proses pembelajaran serta teknologi

pembelajaran agar dapat memenuhi

kriteria dan standar IPTEKS yang

diberlakukan secara internasional.

Tujuannya adalah lulusan yang dihasilkan

dapat segera terserap dalam pasar kerja

baik dalam lingkup lokal, nasional,

maupun global.

Kriteria yang diberlakukan sebagai

dasar pengembangan IPTEKS Arsitektur

adalah standar dari ”Union Internationale

des Architectes” (UIA), berupa 37 materi

pengetahuan dasar pendidikan arsitektur

sebagai berikut;

1) Ketrampilan Verbal (Verbal Skills)

Kemampuan untuk berbicara dan

menulis secara efektif mengenai

materi dalam kurikulum profesional.

2) Ketrampilan Grafis (Graphic

Skills)

Kemampuan untuk menggunakan

media presentasi yang tepat, termasuk

teknologi komputer, untuk

menyampaikan pada setiap tahapan

perancangan, unsur-unsur penting

dalam program bangunan serta

perancangan arsitektur dan urban.

3) Ketrampilan Riset (Research

Skills)

Kemampuan untuk melakukan metoda

dasar pengumpulan data dan analisis

untuk menerangkan semua aspek

pemrograman dan proses perancangan.

4) Ketrampilan Berpikir Kritis

(Critical Thinking Skills)

Kemampuan untuk membuat analisis

dan evaluasi menyeluruh dari sebuah

bangunan, kompleks bangunan atau

ruang urban.

5) Ketrampilan Dasar Merancang

(Fundamental Design Skills)

Kemampuan untuk menerapkan

prinsip-prinsip dasar pengorganisasian

ruang, struktur dan konstruksi ke

dalam konsepsi dan pengembangan

ruang interior dan eksterior, unsur-

unsur serta komponen bangunan.

6) Ketrampilan Bekerjasama

(Collaborative Skills)

Kemampuan untuk mengidentifikasi

dan mengambil peran yang

memaksimalkan bakat individual, dan

kemampuan untuk bekerjasama

dengan mahasiswa lain ketika bekerja

dalam suatu tim perancangan.

7) Perilaku Manusia (Human

Behavior)

Kepekaan terhadap teori dan metoda

perancangan yang bertujuan

memperjelas hubungan antara perilaku

manusia dan lingkungan fisik.

8) Keragaman Manusia (Human

Diversity)

Page 11: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

7

Kepedulian akan keragaman

kebutuhan, nilai, etika, norma

perilaku, serta pola sosial dan spasial

yang membedakan berbagai

kebudayaan, dan implikasi dari

keragaman tersebut untuk menunjang

peran sosial dan tanggungjawab

arsitek.

9) Sejarah dan Preseden (History and

Presedent)

Kemampuan membuat rasionalisasi

preseden bentuk dan program serta

mampu menerapkannya pada konsep

dan pengembangan proyek-proyek

arsitektur dan urban.

10) Tradisi Nasional dan Lokal

(National and Local Traditions)

Pemahaman tentang tradisi nasional

dan warisan lokal regional dalam

rancangan arsitektur, lansekap dan

urban, termasuk tradisi vernakular.

11) Tradisi Timur (Eastern Traditions)

Pemahaman tentang peraturan dan

tradisi Timur dalam perancangan

arsitektur, lansekap, dan urban, serta

faktor cuaca, teknologi, sosio-ekonomi

dan faktor-faktor lainnya yang telah

membentuk dan mempertahankannya.

12) Tradisi Barat (Western Traditions)

Kepekaan terhadap keseragaman

sekaligus keragaman aturan dan tradisi

perancangan arsitektur dan urban di

dunia Barat.

13) Pelestarian Lingkungan

(Environmental Conservation)

Pemahaman tentang prinsip-prinsip

dasar ekologi dan tanggungjawab

arsitek dalam hubungannya dengan

pelestarian sumber daya dan

lingkungan dalam perancangan

arsitektur dan urban.

14) Aksesibilitas (Accessibility)

Kemampuan untuk merancang tapak

dan bangunan untuk

mengakomodasikan kebutuhan

individu dengan kemampuan fisik

yang bermacam-macam.

15) Kondisi Tapak (Site Conditions)

Kemampuan untuk menjawab karakter

alam dan lingkungan buatan pada

tapak dalam pengembangan program

dan perancangan proyek.

16) Sistem Tata Bentuk (Formal

Ordering Systems)

Pemahaman tentang dasar-dasar

persepsi visual dan prinsip-prinsip

sistem tatanan pada rancangan dua dan

tiga dimensi, komposisi arsitektur dan

perancangan urban.

17) Sistem Struktur (Structural

Systems)

Pemahaman mengenai perilaku

struktur dalam menahan gravitasi dan

gaya-gaya lateral serta evolusi rentang

dan penerapan yang tepat dari sistem

struktur kontemporer.

18) Sistem Penyelamatan Pada

Bangunan (Building Life Safety

Systems)

Pemahaman mengenai prinsip-prinsip

dasar rancangan dan pemilihan sistem

dan subsistem penyelamatan pada

bangunan.

19) Sistem Sampul Bangunan

(Building Envelope Systems)

Pemahaman tentang prinsip-prinsip

rancangan sistem penutup luar

bangunan.

Page 12: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

8

20) Sistem Lingkungan Ruang

Bangunan (Building Environmental

Systems)

Pemahaman tentang prinsip-prinsip

dasar rancangan sistem struktur

bangunan, sistem lingkungan,

termasuk pencahayaan, akustik dan

pengkondisian ruang serta pemakaian

enerji.

21) Sistem Pelayanan Bangunan

(Building Service Systems)

Pemahaman tentang prinsip-prinsip

dasar rancangan sistem pelayanan

bangunan, termasuk pemipaan,

transportasi vertikal, komunikasi,

keamanan dan perlindungan

kebakaran.

22) Integrasi Sistem-sistem Bangunan

(Building Systems Integration)

Kemampuan untuk menilai, memilih

dan menyatukan sistem struktur,

sistem penutup bangunan, sistem

lingkungan, pelayanan dan

penyelamatan, ke dalam suatu

rancangan bangunan.

23) Tanggungjawab Hukum (Legal

Responsibilities)

Pemahaman tentang tanggungjawab

hukum bagi arsitek dalam kaitannya

dengan kesehatan, keselamatan dan

kesejahteraan masyarakat; hak

properti, aturan dalam zoning dan

subdivisi; peraturan bangunan,

aksesibilitas dan faktor-faktor lain

yang mempengaruhi rancangan

bangunan, konstruksi dan praktek

arsitektur.

24) Kepatuhan Terhadap Peraturan

Bangunan (Building Code

Compliance)

Pemahaman tentang persyaratan dan

peraturan bangunan, standar yang

dapat diterapkan pada tapak tertentu,

termasuk klasifikasi penggunaan,

tinggi dan luasan bangunan yang

diijinkan, tipe konstruksi yang

diijinkan, persyaratan pemisahan,

persyaratan penggunaan, alat

evakuasi, perlindungan kebakaran dan

struktur.

25) Bahan Bangunan dan

Pemasangannya (Building

Materials and Assemblies)

Pemahaman tentang prinsip-prinsip

konvensi, standar-standar, aplikasi dan

batasan pembuatan, penggunaan dan

pemasangan bahan-bahan bangunan.

26) Ekonomi Bangunan dan

Pengendalian Biaya (Building

Economics and Cost Control)

Kepekaan terhadap dasar-dasar

pembiayaan bangunan, ekonomi

bangunan dan pengendalian biaya

konstruksi dalam kerangka proyek

perancangan.

27) Pengembangan Detail Rancangan

(Detailed Design Development)

Kemampuan untuk menilai, memilih,

menyusun dan merinci sebagai suatu

bagian utuh perancangan, serta

menyusun dengan tepat bahan dan

komponen bangunan untuk memenuhi

persyaratan program bangunan.

28) Dokumentasi Grafis (Graphic

Documentation)

Kemampuan untuk membuat deskripsi

teknis yang akurat dan dokumentasi

Page 13: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

9

suatu proposal perancangan untuk

tujuan penilaian dan konstruksi.

29) Perancangan Menyeluruh

(Comprehensive Design)

Kemampuan untuk menghasilkan

sebuah proyek arsitektur diawali

dengan program yang menyeluruh

sejak rancangan skematik hingga

pengembangan detail termasuk

program ruang, sistem struktur dan

lingkungan, perlengkapan

penyelamatan, dinding-dinding dan

elemen bangunan, serta untuk menilai

hasil akhir proyek itu sesuai dengan

kriteria perancangan.

30) Penyiapan Program (Program

Preparation)

Kemampuan untuk menyusun

program komprehensif untuk proyek

perancangan arsitektur, termasuk

menilai kebutuhan pemberi tugas,

telaah kritis mengenai presentasi

bentuk, inventarisasi ruang dan

persyaratan peralatan, definisi kriteria

pemilihan tapak, analisis kondisi

tapak, telaah hukum dan standar-

standar yang berlaku, penilaian

implikasi unsur-unsur tersebut

terhadap proyek, serta definisi kriteria

penilaian perancangan.

31) Konteks Hukum Praktek Arsitektur

(The Legal Context of Architecture

Practice)

Kepekaan terhadap berkembangnya

konteks hukum tempat arsitek

berpraktek, dan hukum-hukum yang

berkaitan dengan registrasi

profesional, kontrak jasa profesional

serta pembentukan usaha jasa

perancangan.

32) Organisasi dan Manajemen Praktek

(Practice Organization and

Management)

Kepekaan terhadap prinsip-prinsip

dasar organisasi kantor;

kepemimpinan, rencana usaha,

pemasaran, negosiasi dan manajemen

keuangan, sebagaimana dapat

ditetapkan pada praktek arsitektur.

33) Dokumentasi dan Kontrak

(Contracts and Documentation)

Kepekaan terhadap berbagai metoda

penyelesaian proyek, format kontrak

jasa yang sesuai, dan tipe dokumentasi

yang diperlukan untuk memberikan

jasa profesional yang kompeten dan

bertanggungjawab.

34) Pemagangan (Professional

Internship)

Pemahaman mengenai peran

pemagangan dalam pengembangan

profesional, serta hak-hak dan

tanggungjawab silang antara

pemagang dan pembimbing.

35) Penghayatan Peran Arsitek

(Breadth of the Architect’s Role)

Kepekaan terhadap pentingnya peran

arsitek dalam insepsi proyek

perancangan dan pengembangan

rancangan, administrasi kontrak,

termasuk pemilihan dan koordinasi

disiplin ilmu lain, evaluasi setelah

penggunaan dan manajemen fasilitas.

36) Kondisi Masa Lalu dan Akan

Datang (Past and Present

Conditions for Architecture)

Pemahaman tentang perubahan-

perubahan yang terjadi karena

pengaruh sosial, politik, teknologi, dan

Page 14: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

10

ekonomi -masa lalu dan masa kini-

atas peran arsitek terhadap lingkungan

binaan.

37) Etika dan Penilaian Profesional

(Ethics and Professional

Judgement)

Kepekaan terhadap masalah etika

dalam pengambilan keputusan yang

profesional dalam praktek dan

perancangan arsitektur.

B. STUDIO PERANCANGAN

ARSITEKTUR

Segala wujud gagasan atau ide

yang diolah melalui proses analisis

menjadi konsep atau teori dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah

harus dilanjutkan dalam proses rancang

bangun (perancangan arsitektur) atau

desain dan rekayasa (engineering). Pada

hakekatnya proses desain adalah menata

(“order”) melalui landasan teori/konsep

dan proses yang prosedural atau

metodologis.

Sebelum hasil rancangan

dinyatakan “final” atau selesai masih perlu

dikaji terhadap validitas peraturan-

peraturan dan hukum perundangan yang

terkait dengan keberadaan arsitektur

tersebut, termasuk dalam hal ini adalah

analisis terhadap dampak lingkungan,

peraturan pembangunan dsb.

Diskusi dan praktek studio

merupakan proses berdaur ulang guna

memperoleh kristalisasi atau optimalisasi

pemikiran dalam penciptaan karya

arsitektural. Studio perancangan

diprogramkan sebagai simulasi tempat

kerja arsitek (profesional), sedangkan

kegiatannya menjadi tulangan pokok

(dalam istilah “fish bone”) yang didukung

oleh teori-teori dari kegiatan perkuliahan.

Terdapat tiga masalah pokok yang

menjadi faktor perancangan arsitektural

atau obyek studi, yaitu bentuk, teknik,

dan fungsi (lihat pengertian arsitektur),

namun secara bertahap perhatian harus

difokuskan kepada aspek “bentuk” sebagai

bahan latihan awal, berikutnya bentuk

dipadukan dengan aspek teknik, dan

selanjutnya dapat secara bersamaan

diwujudkan karya arsitektur sebagai

sinergi dari aspek-aspek bentuk, teknik,

dan fungsi.

Studio arsitektur merupakan tempat

mahasiswa menekuni dan berpikir dengan

berbagai variasi dan kombinasi IPTEKS –

filsafat – seni. Di dalam kegiatan studio

arsitektur tersebut mahasiswa dilatih dan

dibimbing oleh dosen-dosen yang

bertindak selaku fasilitator sekaligus nara

sumber guna mengasah pengetahuan,

ketrampilan dan nilai-nilai dari aspek

arsitektural secara terencana yang

dikembangkan dalam diri mahasiswa

melalui latihan, interaksi dengan sesama

mahasiswa maupun dengan dosen.

Latihan-latihan dan diskusi-diskusi

yang dilakukan dalam studio secara

bertahap akan

mengembangkan/membentuk suatu konsep

arsitektural dalam pikiran mahasiswa.

Latihan dalam studio juga ditujukan untuk

menyeimbangkan ketrampilan

tangan/grafis (aspek psikomotoris)

Page 15: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

11

dengan pikiran (aspek kognitif) serta

pengembangan pengetahuan terhadap

pengertian akan arsitektur (aspek afektif).

A. TANTANGAN

1. Bidang ilmu arsitektur berpokok

pada aspek perancangan atau

desain menyangkut pada dua hal,

yaitu pendalaman teori dan praktek

studio,

2. Pendalaman teori ditujukan sebagai

wahana pembekalan agar

mahasiswa dapat mengerti,

memahami, dan menghayati

berbagai pengetahuan dan

wawasan sebagai alat untuk

memecahkan masalah

perancangan, sebagai alat untuk

menguji hasil perancangan, serta

sebagai wahana pengembangan

kemampuan berpikir spasial dan

arsitektural.

3. Praktek studio merupakan wahana

pelatihan ketrampilan perancangan

arsitektur, dengan penguasaan

berbagai jenis metoda pemecahan

permasalahan perancangan,

kemampuan menghasilkan konsep

pemecahan, dan kemampuan

mengambil keputusan dalam proses

perancangan arsitektural.

4. Di dalam studio itulah mahasiswa

dilatih berfikir, menekuni dan

mengenali masalah, menganalisis

masalah dan mensintesakan

konsep-konsep perancangan

berdasarkan sistem proses secara

metodologis dan tematis.

5. Teknologi pembelajaran diarahkan

agar dalam diri mahasiswa

terbentuk sikap dan kesadarannya

sebagai salah aktor pembangunan

yang menjunjung tinggi nilai-nilai

moral, etika profesi, dan kepatuhan

pada peraturan dan hukum yang

berlaku, serta kesadaran untuk

dapat saling bekerjasama.

6. Teknologi pembelajaran juga

ditujukan agar mahasiswa memiliki

kemampuan-kemampuan

berkomunikasi secara verbal dan

tertulis, komunikasi representasi

grafis, model, maupun dengan

komputer.

7. Peran dosen sebagai fasilitator

perlu membekali dirinya dengan

kecakapan yang memadai, sebagai

nara sumber yang memiliki

kelatifan (cerdas), sebagai

motivator yang memiliki jiwa

kepemimpinan, sebagai evaluator

yang memiliki sifat bijaksana dan

ketegasan, sebagai inovator yang

selalu mengikuti perkembangan

IPTEKS dan memiliki program

serta persiapan cukup dalam

menyampaikan materi

perkuliahannya, serta

menumbuhkan suasana belajar

yang kondusif.

Page 16: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

12

B. Bahan Bacaan

Budihardjo, Eko, 1997.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

DAN PENDIDIKAN ARSITEK DI

INDONESIA. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Harold, Alexander,H, 1976. DESIGN,

CRITERIA FOR DECISIONS, Mac

Millan, New York.

Hellman, Louis, 1984. ARCHITECTURE

FOR BEGINNERS, Writes and

Readers Publishing Incorpored.

Joedick Jurgen, 1963. HISTORY OF

ARCHITECTURE, Praeger

Publisher.

Saliya, Yuswadi, 1998. KELEMBAGAAN

DAN PRANATA DALAM

ARSITEKTUR, Makalah Penataran,

Cisarua Bogor.

Snyder, JC dan Catanese AJ, 1994.

PENGANTAR ARSITEKTUR, Erlangga Jakarta.

-----------, 2000. Makalah Lokakarya

Terbatas dan Seminar Nasional 50

tahun Pendidikan Arsitektur di

Indonesia, Bandung.

Page 17: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

13

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

Oleh : Ir. Eko Nursanty, MT

Abstraksi

E-learning adalah semua bentuk elektronik yang mendukung proses pengajaran

dan pembelajaran. Secara umum E-learning mencakup beberapa kegiatan

pendidikan (belajar mandiri, ceramah online, diskusi dan kerja kelompok online )

dilakukan digunakan dengan menggunakan berbagai teknologi dan peralatan

(pelatihan di Internet, intranet perusahaan, CD, perangkat portable dll). Dalam

eLearning, teknologi modern dipakai pada setiap tahap proses mengajar, dari

perencanaan dan pengembangan pelatihan, melalui implementasi dan distribusi,

untuk pengadministrasian dan evaluasi hasil.

Pengertian E-learning.

E-learning adalah semua bentuk elektronik

yang mendukung proses pengajaran dan

pembelajaran, seperti yang dikatakan oleh

(Tavangarian D., Leypold M., Nölting K.,

Röser M.,2004) : E-learning comprises all

forms of electronically supported learning

and teaching. The Information and

communication systems, whether networked or

not, serve as specific media to implement

the learning process.

Pernyataan diatas mengacu pada pada

sebuah kelas baik didalam maupun diluar

kelas yang menjadi pengalaman proses

pendidikan dengan menggunakan

teknologi, bahkan secara lebih lanjut

mengacu pada perlengkapan dan

kurikulum yang menggunakan teknologi.

E-learning secara esensi berupa perangkat

komputer beserta jaringan yang mampu

melakukan proses transfer ketrampilan dan

pengetahuan. E-learning applications and

processes include Web-based learning,

computer-based learning, virtual

classroom opportunities and digital

collaboration. E-learning meliputi aplikasi

dan proses pembelajaran berbasis web,

pembelajaran berbasis komputer, peluang

kelas virtual dan kolaborasi digital. Hal

ini dapat dilakukan secara mandiri atau

dengan bantuan instruktur melalui media

dalam bentuk teks, gambar, animasi,

streaming video dan audio.

Page 18: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

14

Gambar 1: Ilustrasi e-learning

Secara umum E-learning mencakup

beberapa kegiatan pendidikan ( belajar

mandiri, ceramah online, diskusi dan kerja

kelompok online ) dilakukan digunakan

dengan menggunakan berbagai teknologi

dan peralatan (pelatihan di Internet,

intranet perusahaan, CD, perangkat

portable dll). Dalam eLearning, teknologi

modern dipakai pada setiap tahap proses

mengajar, dari perencanaan dan

pengembangan pelatihan, melalui

implementasi dan distribusi, untuk

pengadministrasian dan evaluasi hasil.

Gambar 2: Diagram Kegiatan didalam E-learning

E-Learning adalah pembelajaran jarak

jauh (distance Learning) yang

memanfaatkan teknologi komputer,

jaringan komputer dan/atau Internet. E-

Learning memungkinkan pembelajar

untuk belajar melalui komputer di tempat

mereka masing-masing tanpa harus secara

fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan

di kelas. E-Learning sering pula dipahami

sebagai suatu bentuk pembelajaran

berbasis web yang bisa diakses dari

intranet di jaringan lokal atau internet.

Sebenarnya materi e-Learning tidak harus

didistribusikan secara on-line baik melalui

jaringan lokal maupun internet, distribusi

secara off-line menggunakan media

CD/DVD pun termasuk pola e-Learning.

Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar

dikembangkan sesuai kebutuhan dan

didistribusikan melalui media CD/DVD,

selanjutnya pembelajar dapat

memanfatkan CD/DVD tersebut dan

belajar di tempat di mana dia berada.

Ada beberapa pengertian berkaitan dengan

e-Learning sebagai berikut :

Pembelajaran jarak jauh.

E-Learning memungkinkan pembelajar

untuk menimba ilmu tanpa harus secara

fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa

berada di Semarang, sementara

“instruktur” dan pelajaran yang diikuti

berada di tempat lain, di kota lain bahkan

di negara lain. Interaksi bisa dijalankan

Page 19: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

15

secara on-line dan real-time ataupun

secara off-line atau archieved.

Pembelajar belajar dari komputer di kantor

ataupun di rumah dengan memanfaatkan

koneksi jaringan lokal ataupun jaringan

Internet ataupun menggunakan media

CD/DVD yang telah disiapkan. Materi

belajar dikelola oleh sebuah pusat

penyedia materi di kampus/universitas,

atau perusahaan penyedia content tertentu.

Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu

belajar, dan tempat dari mana ia

mengakses pelajaran.

Pembelajaran dengan perangkat

komputer

E-Learning disampaikan dengan

memanfaatkan perangkat komputer. Pada

umumnya perangkat dilengkapi perangkat

multimedia, dengan cd drive dan koneksi

Internet ataupun Intranet lokal. Dengan

memiliki komputer yang terkoneksi

dengan intranet ataupun Internet,

pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-

Learning. Jumlah pembelajar yang bisa

ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan

kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat

diketengahkan dengan kualitas yang lebih

standar dibandingkan kelas konvensional

yang tergantung pada kondisi dari

pengajar.

Pembelajaran formal vs. informal

E-Learning bisa mencakup pembelajaran

secara formal maupun informal. E-

Learning secara formal, misalnya adalah

pembelajaran dengan kurikulum, silabus,

mata pelajaran dan tes yang telah diatur

dan disusun berdasarkan jadwal yang telah

disepakati pihak-pihak terkait (pengelola

e-Learning dan pembelajar sendiri).

Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat

interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh

perusahaan pada karyawannya, atau

pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh

universitas dan perusahaan-perusahaan

(biasanya perusahan konsultan) yang

memang bergerak di bidang penyediaan

jasa e-Learning untuk umum. E-Learning

bisa juga dilakukan secara informal

dengan interaksi yang lebih sederhana,

misalnya melalui sarana mailing list, e-

newsletter atau website pribadi, organisasi

dan perusahaan yang ingin

mensosialisasikan jasa, program,

pengetahuan atau keterampilan tertentu

pada masyarakat luas (biasanya tanpa

memungut biaya).

Pembelajaran yang ditunjang oleh para

ahli di bidang masing-masing.

Walaupun sepertinya e-Learning diberikan

hanya melalui perangkat komputer, e-

Learning ternyata disiapkan, ditunjang,

dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli

di bidang masing-masing, yaitu:

1. Subject Matter Expert (SME) atau

nara sumber dari pelatihan yang

disampaikan

2. Instructional Designer (ID),

bertugas untuk secara sistematis

mendesain materi dari SME

menjadi materi e-Learning dengan

memasukkan unsur metode

pengajaran agar materi menjadi

Page 20: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

16

lebih interaktif, lebih mudah dan

lebih menarik untuk dipelajari

3. Graphic Designer (GD), mengubah

materi text menjadi bentuk grafis

dengan gambar, warna, dan layout

yang enak dipandang, efektif dan

menarik untuk dipelajari

4. Ahli bidang Learning Management

System (LMS). Mengelola sistem

di website yang mengatur lalu

lintas interaksi antara instruktur

dengan siswa, antarsiswa dengan

siswa lainnya.

Di sini, pembelajar bisa melihat modul-

modul yang ditawarkan, bisa mengambil

tugas-tugas dan test-test yang harus

dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi

secara maya dengan instruktur, nara

sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui

LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai

tugas dan test serta peringkatnya

berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang

diperoleh.

Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa

personal computer (PC), jaringan

komputer, internet dan perlengkapan

multimedia. Termasuk didalamnya

peralatan teleconference apabila kita

memberikan layanan synchronous

learning melalui teleconference.

Sistem dan Aplikasi e-Learning:

Sistem perangkat lunak yang mem-

virtualisasi proses belajar mengajar

konvensional. Bagaimana manajemen

kelas, pembuatan materi atau konten,

forum diskusi, sistem penilaian (rapor),

sistem ujian online dan segala fitur

yang berhubungan dengan manajemen

proses belajar mengajar. Sistem

perangkat lunak tersebut sering disebut

dengan Learning Management System

(LMS). LMS banyak yang opensource

sehingga bisa kita manfaatkan dengan

mudah dan murah untuk dibangun.

Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada

e-Learning system (Learning

Management System). Konten dan

bahan ajar ini bisa dalam bentuk

Multimedia-based Content (konten

berbentuk multimedia interaktif) atau

Text-based Content (konten berbentuk

teks seperti pada buku pelajaran biasa).

Biasa disimpan dalam Learning

Management System (LMS) sehingga

dapat dijalankan oleh mahasiswa

kapanpun dan dimanapun. Ini langkah

menarik untuk mempersiapkan

perkembangan e-Learning dari sisi

konten.

Page 21: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

17

Gambar 3: Komponen E-learning

Sedangkan Aktor yang ada dalam

pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan

sama dengan proses belajar mengajar

konvensional, yaitu perlu adanya pengajar

(dosen) yang membimbing, siswa

(mahasiswa) yang menerima bahan ajar

dan administrator yang mengelola

administrasi dan proses belajar mengajar.

Manfaat e-learning.

Ada tiga hal yang dapat dimanfaatkan dari

e-learning ini :

Fleksibilitas. Dapat diakses dari mana

saja yang memiliki akses internet.

Berbagai tempat juga sudah menyediakan

sambungan internet gratis (café, bandara),

dengan demikian dalam perjalanan pun,

kita bisa memanfaatkan waktu untuk

mengakses e-learning.

“Independent Learning.”

Pembelajar diberi kebebasan untuk

menentukan kapan pembelajaran dimulai,

selesai, dan bagian mana dalam modul

yang ingin dipelajari terlebih dahulu.

Biaya. E-learning sudah jelas dapat

menghemat jumlah biaya yang dibutuhkan

dari pada dengan pembelajaran secara

langsung di kelas. Berbagai factor

misalnya; biaya transportasi dan

akomodasi selama belajar (kos misalnya),

biaya administrasi pengelolaan,

penyediaan sarana fasilitas fisik untuk

belajar.

E-learning bisa memberikan manfaat yang

optimal jika beberapa kondisi berikut

terpenuhi.

Tujuan : Sebelum memutuskan untuk

mengikuti e-learning, Anda perlu

menentukan tujuan belajar Anda, sehingga

Anda bisa memilih topik, modul, lama

Page 22: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

18

belajar, biaya dan sarana belajar secara

elektronik yang sesuai.

Pembelajaran : Cara belajar dengan e-

learning memberikan peluang untuk

menjadi pembelajar independen. Jadi,

untuk memdapatkan manfaat optimal dari

e-learning, Anda juga harus senang belajar

secara independen.

Dukungan : E-learning akan lebih

mudah jika mendapat dukungan dari

orang-orang terkait.

Konsep Freebie Marketing Freebie Marketing seringkali disebut razor

and blades business model (Martin,

Richard 2001)., karena konsep bisnis ini

diperkenalkan oleh King C. Gillete,

penemu safety razor. Hal ini adalah

sebuah model bisnis yang memberikan

harga sangat murah pada sebagian produk

bahkan terkadang gratis dalam rangka

meningkatkan penjualan dari produk

utama mereka, seperti proses penjualan

printer dan cartidge, dimana harga catridge

hampir sama dengan membeli perangkat

printer baru lengkap dengan gratis

catridge.

Setiap bisnis online memiliki internet

sendiri strategis rencana pemasaran untuk

meningkatkan dan pemasaran pengaruh

popularitas produk, merek atau jasa

mereka. Hal ini sesuai dengan kepentingan

mereka untuk menciptakan sebuah

komunitas konsumen yang bertindak untuk

membeli merek atau jasa mereka.

Memberikan gratis merupakan salah satu

teknik termudah untuk mempromosikan

merek. Menggunakan fasilitas gratis

sebagai bagian dari rencana internet

marketing strategis yang dapat

meningkatkan pengaruh internet marketing

yang menyenangkan bagi siapapun. Orang

sangat menyukai untuk menerima item

yang diberikan kepada mereka tanpa biaya

sama sekali. Ketika mereka menggunakan

freebie, mereka juga, dengan cara, secara

sukarela mendukung merek tersebut. Hal

ini terutama sekali, jika mereka merasa

sangat bermanfaat atau terbantu dalam

beberapa hal.

Multiply

Multiply adalah layanan jaringan sosial

dengan penekanan yang memungkinkan

pengguna untuk berbagi media - seperti

foto, video dan entri blog - dengan "dunia

nyata" jaringan mereka. Situs ini

diluncurkan pada bulan Maret 2004

dengan dukungan oleh VantagePoint Gambar 4: Contoh E Learning yang dimiliki oleh multiply

Page 23: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

19

Venture Partners , Point Judith Capital ,

Transcosmos, dan investor swasta.

Multiply memiliki lebih dari 11 juta

pengguna terdaftar. Perusahaan ini

berpusat di Boca Raton, Florida .

Quantcast memperkirakan Multiply

memiliki 3,5 juta unik pengunjung unik

setiap bulannya. Di Multiply, jaringan

seorang pengguna terbentuk dari kontak

langsung mereka, serta yang lain yang

berhubungan erat kepada mereka melalui

hubungan mereka tingkat pertama. Selain

itu, pengguna didorong untuk menentukan

sifat hubungan mereka dengan satu sama

lain, sehingga memungkinkan untuk

berbagi konten dengan seluruh jaringan

mereka terkait masing-masing orang, atau

himpunan bagian daripadanya termasuk

teman, keluarga, kontak profesional, dan

sebagainya.

Cara menggunakan Multiply sebagai

fasilitas freebies e-learning, adalah sebagai

berikut :

Menjadikan multiply sebagai

penyimpanan berkas pekerjaan

siswa, seperti buku tugas pada

proses pembelajaran online. Setiap

mahasiswa memiliki personal blog

multiply, dan didalamnya

digunakan untuk menyimpan

berkas-berkas tugas berupa data

foto, analisis, link-link sumber

pustaka, dsb.

Menciptakan komunitas sejenis

yang berisi para peserta online

class pada subject yang sama,

saling berbagi data dan informasi

sesama group ini secara tersendiri.

Dosen dapat langsung memberi

komentar pada data yang diupload,

dan menggunakan ini sebagai

media sistensi / bimbingan tugas

mahasiswa.

Scribd

Scribd adalah dokumen-sharing berbasis

Web 2.0. Website yang memungkinkan

pengguna untuk mengirim dokumen dari

berbagai format, dan menanamkan mereka

ke dalam halaman web menggunakan

format iPaper nya. Scribd didirikan oleh

Trip Adler tahun 2006.

Cara menggunakan Scribd sebagai fasilitas

freebies e-learning, adalah sebagai berikut

:

Dosen dapat mengupload

dokumen-dokumen pembelajaran

dan materi perkuliahannya secara

Gambar 5: Contoh Scribd sebagai media penyimpanan sekaligus publikasi dokumen seorang dosen.

Page 24: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

20

online dan mahasiswa dapat

langsung membaca tanpa perlu

mendownload terlebih dahulu.

Dengan cara ini, seorang dosen

dapat melakukan proses publikasi

pada karya-karyanya.

Dosen dapat dengan mudah

membagi informasi ebook yang

telah dibacanya melalui rangkaian

aktivitas yang dilakukan oleh sang

dosen.

Mahasiswa dapat menemukan

literatur lain sehubungan dengan

materi yang dibutuhkan milik para

ilmuwan lain yang juga diupload di

Scribd.

Page 25: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MENGGUNAKAN E-LEARNING FREEBIES DALAM PEMBELAJARAN

21

Youtube

YouTube adalah video-sharing website di

mana pengguna dapat meng-upload,

berbagi, dan tampilan video. Didirikan

pada Febuari 2005 (Hopkins, Jim, October

11, 2006). Sebelum peluncuran YouTube

pada tahun 2005, ada beberapa metode

yang mudah tersedia bagi pengguna

komputer biasa yang ingin memposting

video secara online. Dengan antarmuka

sederhana, YouTube memungkinkan bagi

siapa saja dengan koneksi Internet untuk

mengirim video yang pemirsa di seluruh

dunia bisa menonton dalam beberapa

menit. Berbagai macam topik yang dibahas

oleh YouTube telah berubah berbagi video

ke salah satu bagian yang paling penting

dari budaya internet .

Contoh awal dampak sosial dari YouTube

adalah keberhasilan “Paman Bus” video

pada tahun 2006. Ini menunjukkan

percakapan panas antara pemuda dan

orang tua di sebuah bus di Hong Kong,

dan telah dibahas secara luas di media

mainstream.

Cara menggunakan Youtube sebagai

fasilitas freebies e-learning, adalah sebagai

berikut :

Sebagai media penyimpanan dan

publikasi video-video tutorial dari

proses pembelajaran yang

memerlukan langkah-langkah

detail dalam setiap sesi

pembelajaran.

Sebagai media informasi tentang

obyek yang tidak dapat dikunjungi

secara detail menyangkut suasana

yang terekam dalam gerak dan

suara.

Daftar Pustaka :

Hopkins, Jim (October 11, 2006).

http://www.usatoday.com/tech/news/

2006-10-11-youtube-karim_x.htm.

Retrieved November 29, 2008.

Martin, Richard (2001-08-06). "The

Razor's Edge". The Industry

Standard.

Red Herring, "VCs Count on

Multiply.com".

http://www.redherring.com/Home/22

757

"Publishers, Authors Weigh Merits of

Scribd".

http://www.publishersweekly.com/article/

CA6640708.html?q=scribd/.

Gambar 6 : Youtube sebagai media e-learning berupa video-video turorial.

Gambar 7: Contoh tampilan youtube untuk penyimpanan video tutorial

Page 26: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

22

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar) Oleh: Ir. Loekman Mohamadi. MSc.

Abstraksi

Peranan Ruang Publik dapat memberikan kharakter kotanya dan pada

umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan

ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Secara langsung nilai

komersial yang ditawarkan tidak begitu menjanjikan bagi investor yang

berminat berkiprah menanamkan modalnya, karena pangsa pasar yang

sebagain besar terdiri dari masyarakat ber-penghasilan rendah, sehingga

tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modalnya.

1. Latar Belakang

Pembangunan perkotaan hampir selalu

disertai dengan alih fungsi lahan. Hal

ini telah menimbulkan gejala

menurunnya daya dukung lingkungan

terutama lahan yang menopang

kehidupan masyarakat di kawasan

perkotaan.

Pembangunan daerah perkotaan

mempunyai kecenderungan untuk

meminimalkan ruang terbuka hijau.

Lahan-lahan hijau yang ditanami

tumbuhan banyak dialih-fungsikan

menjadi pertokoan, pemukiman,

tempat rekreasi, industri dan lain-lain.

Ternyata pembangunan perkotaan

selama ini hanya maju secara ekonomi

namun mundur secara ekologi.

Padahal kestabilan kota secara ekologi

sangat penting, sama pentingnya

dengan nilai kestabilannya secara

ekonomi.

Oleh karena terganggunya

kestabilan ekosistem perkotaan,

maka alam

menunjukkan reaksinya berupa :

meningkatnya suhu udara di

perkotaan, penurunan air tanah,

banjir/genangan, penurunan

permukaan muka tanah, pencemaran

air, pencemaran udara seperti

meningkatnya kadar CO,

karbondioksida, oksida nitrogen dan

belerang, debu, suasana yang gersang,

bising dan

kotor.

Hijaunya kota tidak hanya menjadikan

kota itu indah dan sejuk namun aspek

kelestarian, keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan sumberdaya alam,

yang pada gilirannya akan membawa

dampak berupa kenyamanan,

kesegaran, terbebasnya kota dari

polusi dan kebisingan serta sehat dan

cerdasnya warga kota.

Peranan Ruang Publik dapat

memberikan kharakter kotanya dan

pada umumnya memiliki fungsi

interaksi sosial bagi masyarakat,

kegiatan ekonomi rakyat dan tempat

apresiasi budaya. Secara langsung

Page 27: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

23

nilai komersial yang ditawarkan tidak

begitu menjanjikan bagi investor yang

berminat berkiprah menanamkan

modalnya, karena pangsa pasar yang

sebagain besar terdiri dari masyarakat

ber-penghasilan rendah, sehingga

tidak dapat diandalkan untuk

pengembalian modalnya. Padahal

fungsi Ruang publik dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Sebagai pusat interaksi,

komunikasi masyarakat baik formal,

seperti upacara upacara bendera,

sholat Ied pada Hari Idul Fitri, dan

peringatan peringatan yang lain;

informal, seperti pertemuan pertemuan

individual, kelompok masyarakat

dalam acara santai dan rekreatif atau

tempat bermain/ olahraga anak2 dan

dewasa.

b. Sebagai ruang terbuka yang

menampung koridor koridor jalan

yang menuju kearah ruang publik

tersebut dan sebagai ruang pengikat

dilihat dari struktur kota, sekaligus

sebagai pembagi ruang ruang fungsi

bangunan disekitamya serta ruang

untuk transit bagi masyarakat yang

akan pindah kearah tujuan lain.

c. Sebagai tempat kegiatan

Pedagang Kaki Lima yang menjajakan

makanan dan minuman, pakaian,

souvenir, dan jasa entertaimen seperti

tukang sulap, tarian kera dan ular, dan

sebagainya terutama dimalam hari.

Sebagai paru paru kota yang semakin

padat, sehingga masyarakat banyak

yang memanfaatkan sebagai tempat

olah raga, bermain dan santai bersama

keluarga.

Seiring dengan perkembangan

perekonomian kota yang semakin

meningkat banyak investor yang

mengincar ruang ruang publik kota

sebagai tempat bisnis. Karena secara

langsung dinilai beberapa pihak

bahwa pemanfaatan ruang ruang

publik kota tersebut tidak banyak

memberikan kontribusi yang berarti,

sehingga banyak yang bersikeras

untuk merubah ke fungsi ekonomi

yang lebih menguntungkan. Dimasa

mendatang pada setup program yang

akan merubah fungsi ruang publik

dengan fungsi lain harus melalui

proses yang melibatkan pendapat atau

aspirasi masyarakat kota. Sehingga

tidak menimbulkan kerawanan sosial

yaqg berdampak pada suasana kota.

Page 28: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

24

Hijaunya kota tidak hanya menjadikan

kota itu indah dan sejuk namun aspek

kelestarian, keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan sumberdaya alam,

yang pada gilirannya akan membawa

dampak berupa kenyamanan,

kesegaran, terbebasnya kota dari polusi

dan kebisingan serta sehat dan

cerdasnya warga kota.

Peranan Ruang Publik dapat

memberikan kharakter kotanya dan

pada umumnya memiliki fungsi

interaksi sosial bagi masyarakat,

kegiatan ekonomi rakyat dan tempat

apresiasi budaya. Secara langsung

nilai komersial yang ditawarkan

tidak begitu menjanjikan bagi

investor yang berminat berkiprah

menanamkan modalnya, karena

pangsa pasar yang sebagain besar

terdiri dari masyarakat ber-

penghasilan rendah, sehingga tidak

dapat diandalkan untuk

pengembalian modalnya. Padahal

fungsi Ruang publik dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Sebagai pusat interaksi,

komunikasi masyarakat baik

formal, seperti upacara upacara

bendera, sholat Ied pada Hari Idul

Fitri, dan peringatan peringatan

yang lain; informal, seperti

pertemuan pertemuan individual,

kelompok masyarakat dalam acara

santai dan rekreatif atau tempat

bermain/ olahraga anak2 dan

dewasa.

b. Sebagai ruang terbuka yang

menampung koridor koridor jalan

yang menuju kearah ruang publik

tersebut dan sebagai ruang

pengikat dilihat dari struktur kota,

sekaligus sebagai pembagi ruang

ruang fungsi bangunan disekitamya

serta ruang untuk transit bagi

masyarakat yang akan pindah

kearah tujuan lain.

c. Sebagai tempat kegiatan Pedagang

Kaki Lima yang menjajakan

makanan dan minuman, pakaian,

souvenir, dan jasa entertaimen

seperti tukang sulap, tarian kera

dan ular, dan sebagainya terutama

dimalam hari.

Sebagai paru paru kota yang

semakin padat, sehingga

masyarakat banyak yang

memanfaatkan sebagai tempat olah

raga, bermain dan santai bersama

keluarga.

Page 29: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

25

Seiring dengan perkembangan

perekonomian kota yang semakin

meningkat banyak investor yang

mengincar ruang ruang publik kota

sebagai tempat bisnis. Karena secara

langsung dinilai beberapa pihak bahwa

pemanfaatan ruang ruang publik kota

tersebut tidak banyak memberikan

kontribusi yang berarti, sehingga banyak

yang bersikeras untuk merubah ke fungsi

ekonomi yang lebih menguntungkan.

Dimasa mendatang pada setup program

yang akan merubah fungsi ruang publik

dengan fungsi lain harus melalui proses

yang melibatkan pendapat atau aspirasi

masyarakat kota. Sehingga tidak

menimbulkan kerawanan sosial yang

berdampak pada suasana kota.

Sebagai paru paru kota yang semakin

padat, sehingga masyarakat banyak yang

memanfaatkan sebagai tempat olah raga,

bermain dan santai bersama keluarga.

Dengan berkembangnya kawasan

perkotaan yang cenderung

mengalihfungsikan lahan dan kurang

mempertimbangkan ruang terbuka hijau,

maka dampak yang dirasakan adalah

menurunnya kualitas lingkungan hidup.

Page 30: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

26

Beberapa kota besar telah membangun

dan mengembangkan hutan kota untuk

mengantisipasi masalah tersebut di atas,

namun ada juga pembangunan hutan

kotanya masih dalam tarap

perencanaan.

1. Pengertian Kota.

HARRIS dan ULLMAN (1945)

melihat kota sebagai pusat untuk

permukiman dan pemanfaatan bumi

oleh manusia. Manusia disitu unggul

untuk mengekspolitasi bumi, hal ini

dibuktikan dengan adanya pertumbuhan

kota yang sangat pesat dan mekar

secara terus menerus. Tetapi

senyampang mekar dan tumbuh, terjadi

pula pemiskinan dan masalah bagi

manusianya, sehingga muncul berbagai

permasalahan sosial didalamnya.

Adapun dizaman modern seperti

sekarang ini, pusat pusat kota dinegara

negara kapitalis berupa Central

Business District, sedang pencakar

langit sebagai status simbol peradaban

melambangkan kekuatan dan

kemampuan teknologi manusia.

Sementara di indonesia perkembangan

kota dicerminkan dengan menjamurnya

mall-mall, super mall, dan hyper

market yang nota bene adalah kegiatan

usaha padat modal. Di negara negara

sosialis/ komunis pusat pusat kotanya

selalu diisi dengan bangunan pemimpin

partai. Jelas bahwa kota kota itu bukan

hanya sekedar kumpulan dari bangunan

bangunan gedung, tetapi dibalik itu

semua melambangkan kemajuan aneka

ragam budaya, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, serta kekuatan

perekonomian.

Sedang dalam Sensus Penduduk

Indonesia tahun 1990, Biro Pusat

Statistik (BPS) mendefinisikan daerah

perkotaan secara fungsional. Daerah

daerah yang jumlah penduduknya

66.000 jiwa lebih dikatagorikan sebagai

daerah perkotaan, asal memenuhi

beberapa persyaratan sebagai berikut :

Mempunyai kepadatan lebih dari

5.000 jiwa per kilometer persegi,

Kurang dari 25 persen rumah

tangganya bekerja disektor

pertanian,

Memiliki sekurang kurangnya

delapan fasilitas modern yang

meliputi listrik, air leideng, rumah

sakit, Sekolah Lanjutan Atas

Page 31: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

27

(SMA), pasar, bank, kantor pos, dan

sebagainya.

Kesan orang orang terhadap bangunan,

utamanya lingkungan, atau kota secara

keseluruhan lebih dari sekedar dari

kesan visual semata. Tetapi dibalik itu

semua terkandung banyak sekali

berbagai kesan lainnya, kenangan,

pengalaman, harapan, bau/ aroma,

kekacauan, kemacetan, kenangan

perjuangan hidup dan mati, dan

kenangan lainnya yang masing masing

ini akan memberi pengaruh khusus

pada masing masing orang yang

mengalami/ melihatnya. Dari suasana

ini bagian bagian kota akan

memberikan kesan tersendiri bagi

warga kota dan kadang satu dan lainnya

tidak sama pengaruhnya atau

sebaliknya. Hal paling penting dalam

memberikan image/ kesan pada

warganya adalah adanya kesamaan

kesan bagi masing masing orang,

misalnya pada bangunan tertentu

didalam kota atau bagian bagian

lainnya.

Beberapa tahun yang lalu Prof. Kevin

Lynch (1960) mengadakan suatu studi

yang meneliti kesan orang orang warga

suatu kota terhadap kota mereka. Hasil

penelitiannya ini kemudian diterbitkan

dalam suatu buku berjudul ”The Image

of City”, dan ia menemukan suatu

temuan adanya kesamaan persepsi/

kesan/ image dari warga kota terhadap

bagian kota mereka yaitu berupa bentuk

bentuk kota dan karya arsitektur

sebagai bagian dari bentuk kota

tersebut. Dari penemuannya tersebut

didapatkan adanya 5 (lima ) elemen

dasar dalam pembentukan image kota

pada warganya atau orang lain/

pendatang pada suatu kota. Kelima

elemen dasar yang membentuk image

kota tersebut ialah :

saling bertemu dimasing masing batas

wilayahnya, maka akan terjadi suatu

bentuk pertemuan.

Page 32: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

28

1) Districts,

Suatu kota terbentuk dari beberapa

komponen permukiman atau distrik,

wilayah pusatnya, pinggiran,

wilayah permukiman, wilayah

industri, daerah kampus/

pendidikan, terminal, dan

sebagainya. Kadang ada bagian dari

wilayah/ daerah ini lebih dikenal

dari bagian yang lain. Misalnya,

kawasan Simpang lima merupakan

daerah persimpangan yang paling

terkenal di kota Semarang, atau

kawasan Malioboro untuk kota

Yogyakarta, atau kawasan kauman

hampir semua kota kota di Jawa

mempunyai dan pasti berada di

belakang Masjid besar kota

bersangkutan.

Gb.1). Districts,

2) E d g e s,

Akhir dari suatu distrik adalah

edge/ batas. Beberapa distrik tidak

mempunyai edge sama sekali, tetapi

secara samar batas ini menyatu

dengan daerah distrik lainnya yang

bersebelahan. Ketika dua distrik

saling bertemu dimasing masing

batas wilayahnya, maka akan

terjadi suatu bentuk pertemuan.

Bentuk pertemuan ini kadang

sangat kabur dan tidak jelas, apalagi

untuk kota kota di Indonesia yang

pembagian wilayah distrik biasanya

hanya dibatasi oleh adanya jaringan

jalan.

Gb.2). E d g e s.

3) Landmarks,

Sosok visual yang paling menonjol

dari satu kota disebut dengan landmarks.

Page 33: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

29

Beberapa landmarks biasanya sangat besar/

luas dan tetap dapat terlihat dari kejauhan,

misalnya patung Liberty di New York,

Tugu Monumen Nasional di Jakarta, dan

sebagainya. Tetapi ada beberapa landmarks

yang tidak begitu besar dan hanya terlihat

pada jarak yang relatif dekat, seperti

misalnya sebuah taman, jam kota, atau

sebuah patung kecil disuatu taman kota.

Landmarks merupakan elemen yang

penting, karena ia bisa memberikan arahan

orientasi dan pengenalan wilayah

sekitarnya pada warga kota atau pendatang.

Landmark yang bagus adalah bila ia bisa

menyatu secara harmonis dengan

lingkungan sekitar kota bersangkutan.

Gb.3). Landmarks.

4) N o d e s,

Node adalah sebuah pusat suatu

kegiatan. Secara aktual ini bisa

berupa salah satu landmarks, tetapi

ia dikenali lebih karena peran

aktifnya. Dimana landmarks lebih

dikenal karena bentuk phisiknya

sebagai suatu obyek, nodes dikenal

karena adanya peran aktif untuk

menjalankan aktifitasnya.

Gb.4). N o d e s .

Pada skala kota, perancangan kota sangat

berkaitan dengan kelima elemen visual

utama ini (Lynch, 1960). Konsep yang

dikemukan para teoritisi dan praktisi

Page 34: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

30

terkemuka tersebut telah diterapkan

dibeberapa banyak rencana tataguna lahan

kota. Apapun konsep khusus yang

digunakan, ada kesepakatan umum bahwa

perancangan kota haruslah mengenali dan

menunjang elemen visual tersebut dengan

meningkatkan kualitas esetetika, derajad

kepentingan sebagai acuan titik

pemandangan kota, dan kontribusinya

kepada kesadaran dan gengsi warga kota.

Ia (Lynch) menyimpulkan bahwa orang

sangat memperhatikan lingkungan fisik

kota, mereka sering membicarakan,

menggambarkan dan membuat peta

lingkungannya dalam subyek-subyek yang

berbeda serta menerapkan beberapa

peraturan untuk mendukung

keberadaannya. Hal ini juga sangat jelas

bahwa orang orang mempunyai kesan yang

berbeda pada masing masing kota, kesan

yang mereka dapat setiap datang kesuatu

kota akan terakumulasi dan menjadi kesan

yang sangat pribadi pada kota tersebut.

2. Ruang Publik (Ruang Terbuka

Hijau/ RTH)

a) Pengertian/Definisi:

Sebagai salah satu unsur kota yang penting

khususnya dilihat dari fungsi ekologis,

maka betapa sempit atau kecilnya ukuran

RTH Kota (Urban Green Open Space)

yang ada, termasuk halaman

rumah/bangunan pribadi, seyogyanya dapat

dimanfaatkan sebagai ruang hijau yang

ditanami tetumbuhan. Dari berbagai

referensi dan pengertian tentang eksistensi

nyata sehari-hari, maka RTH dapat

dijabarkan dalam pengertian, sebagai:

Pengertian RTH, (1) adalah suatu lapang

yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan,

pada berbagai strata, mulai dari penutup

tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman

tinggi berkayu); (2) “Sebentang lahan

terbuka tanpa bangunan yang mempunyai

ukuran, bentuk dan batas geografis

tertentu dengan status penguasaan apapun,

yang di dalamnya terdapat tetumbuhan

hijau berkayu dan tahunan (perennial

woody plants), dengan pepohonan sebagai

tumbuhan penciri utama dan tumbuhan

lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan

tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai

tumbuhan pelengkap, serta benda-benda

lain yang juga sebagai pelengkap dan

penunjang fungsi RTH yang bersangkutan”

(Purnomohadi, 1995).

Sedang Ruang Terbuka (RT), tak harus

ditanami tetumbuhan, atau hanya sedikit

terdapat tetumbuhan, namun mampu

berfungsi sebagai unsur ventilasi kota,

seperti plaza dan alun-alun. Tanpa RT,

apalagi RTH, maka lingkungan kota akan

menjadi „Hutan Beton‟ yang gersang, kota

menjadi sebuah pulau panas (heat island)

yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak

manusiawi, sebab tak layak huni.

Secara hukum (hak atas tanah), RTH bisa

berstatus sebagai hak milik pribadi

(halaman rumah), atau badan usaha

Page 35: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

31

(lingkungan skala

permukiman/neighborhood), seperti:

sekolah, rumah sakit, perkantoran,

bangunan peribadatan, tempat rekreasi,

lahan pertanian kota, dan sebagainya),

maupun milik umum, seperti: Taman-

taman Kota, Kebun Raja, Kebun Botani,

Kebun Binatang, Taman Hutan

Kota/Urban Forest Park, Lapangan

Olahraga (umum), Jalur-jalur Hijau (green

belts dan/atau koridor hijau): lalu-lintas,

kereta api, tepian laut/pesisir pantai/sungai,

jaringan tenaga listrik: saluran utama

tegangan ekstra tinggi/SUTET, Taman

Pemakaman Umum (TPU), dan daerah

cadangan perkembangan kota (bila ada).

b) Karakter dan Kriteria ruang

publik

Ruang publik harus dapat

menciptakan karakter kota dan pada

umumnya memiliki fungsi tempat

berinteraksi sosial bagi masyarakat.

1). Sebagai ruang publik, fungsi

Ruang Terbuka Hijau (open

Space) dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Sebagai pusat interaksi dan

komunikasi masyarakat,

baik formal maupun

informal,

b. Sebagai ruang terbuka yang

menampung koridor koridor

jalan yang menuju kearah

ruang publik tersebut dan

sebagai pengikat fungsi kota

lain disekitarnya sekaligus

sebagi area transit bagi

masyarakat yang akan

berpindah kearah lain,

c. Sebagai paru paru kota yang

semakin padat, sehingga

masyarakat banyak yang

dapat memanfaatkan

sebagai tempat bermain dan

santai bersama handai

taulan.

2). Sedang kriteria sebagai ruang

publik secara esensial ada tiga

yakni:

a. Dapat memberi makna atau

arti bagi masyarakat

(meaningful),

b. Tanggap terhadap semua

keinginan pengguna dan

dapat mengakomodasi

kegiatan yang ada

(responsive),

c. Dapat menerima kehadiran

berbagai lapisan masyarakat

dengan bebas tanpa ada

diskriminasi (democratic).

3). Selanjutnya menurut Kevin

Lynch (1981), sebuah ruang

publik harus mempunyai lima

dimensi tampilan (Five

performance dimension), yaitu:

Page 36: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

32

a. Vitalitas (vitality),

Menitik beratkan pada suatu

sistim keamanan, kecocokan

ukuran atau kelayakan

antara tuntutan manusia

dalam hal temperatur,

anatomi tubuh, dan fungsi

tubuh,

b. Kepekaan (sense),

Dimensi kepekaan yang

dimaksud disini meliputi

bentuk, kualitas, dan

identitas lingkungan,

c. Kelayakan (fit),

Menitik beratkan pada

kelayakan antara ruang dan

karakter bentuk yang ada,

d. Pencapaian (access),

Memperhatikan kemampuan

orang menuju ketempat satu

ke yang lain melalui ruang

publik ini,

e. Pemeriksaan (control),

Diarahkan pada ruang ruang

kegiatan, tempat rekreasi.

c) Bentuk Ruang Terbuka Hijau

(RTH):

Berdasarkan bobot

kealamiahannya:

1). RTH Alami antara lain; habitat

liar/alami, kawasan lindung

2). RTH Non Alami atau RTH

Binaan antara lain; pertanian

kota, pertamanan kota,

lapangan olah raga,

pemakaman.

3). Berdasarkan sifat dan karakter

ekologisnya

(a). RTH kawasan (areal,

non linear)

(b). RTH jalur (koridor,

linear)

4). Berdasarkan penggunaan

lahan atau kawasan

fungsionalnya:

(a). RTH kawasan

perdagangan,

(b). RTH kawasan

perindustrian,

(c). RTH kawasan

permukiman,

(d). RTH kawasan pertanian,

dan

(e). RTH kawasan-kawasan

khusus, seperti

pemakaman, hankam,

olah raga, alamiah.

5). Berdasarkan Status

kepemilikannya:

(a). RTH publik, yaitu yang

berlokasi pada lahan-

lahan publik atau lahan

yang dimiliki oleh

pemerintah (pusat,

daerah),

(b). RTH privat atau non

publik, yaitu yang

berlokasi pada lahan-

lahan milik privat.

Page 37: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

33

d) Fungsi dan Manfaat:

Fungsi RTH terdiri dari fungsi

utama (intrinsik) yaitu fungsi

ekologis, dan fungsi tambahan

(ekstrinsik) yaitu fungsi

arsitektural, sosial, dan fungsi

ekonomi. Dalam suatu wilayah

perkotaan empat fungsi utama ini

dapat dikombinasikan sesuai

dengan kebutuhan, kepentingan,

dan keberlanjutan kota.

Manfaat RTH dibagi atas manfaat

langsung (dalam pengertian cepat

dan bersifat tangible) seperti

mendapatkan bahan-bahan untuk

dijual (kayu, daun, bunga),

kenyamanan fisik (teduh, segar),

keinginan dan manfaat tidak

langsung (berjangka panjang dan

bersifat intangible) seperti

perlindungan tata air dan konservasi

hayati atau keanekaragaman hayati.

e) Pola dan Struktur Fungsional

Pola RTH terdiri dari:

1). RTH struktural, merupakan

pola RTH yang dibangun oleh

hubungan fungsional antar

komponen pembentuknya

yang mempunyai pola hierarki

planologis yang bersifat

antroposentris. RTH tipe ini

didominasi oleh fungsi-fungsi

non ekologis dengan struktur

RTH binaan yang

berhierarkhi.

2). RTH non struktural.

RTH non struktural

merupakan pola RTH yang

dibangun oleh hubungan

fungsional antar komponen

pembentuknya yang

umumnya tidak mengikuti

pola hierarki planologis

karena bersifat ekosentris.

RTH tipe ini memiliki fungsi

R T

H

Fisik Struktur Kepemilikan

RTH

Alami

RTH Non-

alami

Pola

Ekologis

Pola

Planologis

RTH Publik

RTH Privat

Fungsi

Ekologis

Sosial/

Budaya

Arsitektural

Ekonomi

Page 38: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

34

ekologis yang sangat dominan

dengan struktur RTH alami

yang tidak berhierarki.

f) Tipologi Ruang Terbuka Hijau

Dari perkembangan sejarah ruang

publik kota memberi pandangan

yang lebih luas tentang bentuk

variasi dan karakternya. Ruang

publik ini berkembang sejalan

dengan kebutuhan manusia dalam

melakukan kegiatan bersama,

apakah berkaitan dengan sosial,

ekonomi, dan budaya. Sikap dan

perilaku manusia yang dipengaruhi

oleh perkembangan teknologi juga

berpengaruh terhadap tipologi

ruang publik kota yang

direncanakan. Asesori ruang

publik yang harus disediakan

semakin berkembang, baik dari

segi kualitas desain, bahan dan

perawatannya. Tipologi ruang

publik ini banyak variasi yang

kadang kadang memiliki perbedaan

yang tipis sehingga seolah olah

memberi pengertian yang tumpang

tindih (overlapping) .

Menurut Stephen Carr (1992)

tipologi ruang publik dibagi

menjadi beberapa tipe dan

karakter sebagai berikut :

1). Taman Nasional (National

Park)

Skala pelayanan taman ini

adalah tingkat nasional,

lokasinya berada dipusat

kota seperti Jakarta yang

berpengaruh terhadap

kegiatan nasional.

Bentuknya berupa zona

ruang terbuka yang memiliki

peran sangat penting dengan

luasan melebihi taman taman

kota yang lain. Contohnya

adalah Taman Monumen

Nasional ( Monas ) Jakarta.

Kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan disini berskala

nasional. Disamping

sebagai landmark kota

Jakarta juga dapat sebagai

landmark nasional,

terutama tugu monumen

yang didukung dengan

elemen asesori kota yang

lain seperti air mancur,

jalan pedestrian yang

diatur dengan pola pola

yang menarik, disamping

taman dan penghijauan

disekitar kawasan tersebut.

2). Taman Pusat kota (Downtown

parks )

Taman ini berada

dikawasan pusat kota,

berbentuk lapangan hijau

yang dikelilingi pohon

Page 39: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

35

pohon peneduh atau berupa

hutan kota dengan pola

tradisional atau dapat pula

dengan desain

pengembangan baru. (

Contoh : Alun-alun kota

/Simpang 5 )

Areal hijau kota yang

digunakan untuk kegiatan

kegiatan santai dan berlokasi

dikawasan perkantoran,

perdagangan atau

perumahan kota.(Contoh :

Lapangan Hijau di

lingkungan perumahan atau

perdagangan/perkantoran ).

3). Taman Lingkungan (

Neighborhood park )

Ruang terbuka yang

Dikembangkan dilingkungan

perumahan untuk kegiatan

umum seperti bennain anak

anak, olah raga dan

bersantai bagi masyarakat

disekitarnya. (Contoh :

Taman kompleks perumahan

).

4). Taman kecil ( Mini park )

Taman kecil yang dikelilingi

oleh Bangunan bangunan,

kemungkinan termasuk air

mancur yang digunakan untuk

mendukung suasana taman

tersebut. (Contoh : taman

taman dipojok-pojok

lingkungan/setback bangunan

).

3. Ruang Publik dalam konteks Tata

Ruang Kota

Pada prinsipnya tujuan tata ruang

berdasarkan Undang undang RI No. 26

Tahun 2007 adalah Penyelenggaraan

penataan ruang bertujuan untuk

mewujudkan ruang wilayah nasional

yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan berlandaskan Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional

dengan:

a). terwujudnya keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan

buatan;

b). terwujudnya keterpaduan dalam

penggunaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan

memperhatikan sumber daya

manusia; dan

c). terwujudnya pelindungan fungsi

ruang dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang.

Sedang dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia, penataan

ruang diselenggarakan berdasarkan

asas:

a). keterpaduan;

b). keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan;

Page 40: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

36

c). keberlanjutan;

d). keberdayagunaan dan

keberhasilgunaan;

e). keterbukaan;

f). keterbukaan;

g). kebersamaan dan kemitraan;

h). pelindungan kepentingan umum;

i). kepastian hukum dan keadilan; dan

akuntabilitas.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Wilayah Perkotaan

1). Kota mempunyai luas yang

tertentu dan terbatas

Permintaan akan pemanfaatan

lahan kota untuk pembangunan

berbagai fasilitas perkotaan

banyak menyita lahan-lahan

ruang terbuka. Keberadaan RTH

sering dianggap sebagai lahan

cadangan dan tidak ekonomis.

Di lain pihak, kemajuan alat dan

pertambahan jalur transportasi

dan sistem utilitas, telah

menambah jumlah bahan

pencemar dan telah menimbulkan

berbagai ketidak nyamanan di

lingkungan perkotaan.

Untuk mengatasi kondisi

lingkungan kota seperti ini sangat

diperlukan RTH sebagai suatu

teknik bioengineering dan

bentukan biofilter yang relative

lebih murah, aman, sehat, dan

menyamankan.

2). Tata ruang kota penting dalam

usaha untuk efisiensi sumberdaya

kota dan juga efektifitas

penggunaannya, baik sumberdaya

alam maupun sumberdaya

lainnya.

Ruang-ruang kota yang ditata

terkait dan saling

berkesinambungan ini

mempunyai berbagai pendekatan

dalam perencanaan dan

pembangunannya. Tata guna

lahan, sistem transportasi, dan

sistem jaringan utilitas merupakan

tiga faktor utama dalam menata

ruang kota. Dalam perkembangan

selanjutnya, konsep ruang kota

selain dikaitkan dengan

permasalahan utama perkotaan

yang akan dicari solusinya juga

dikaitkan dengan pencapaian

tujuan akhir dari suatu penataan

ruang yaitu untuk kesejahteraan,

kenyamanan, serta kesehatan

warga dan kotanya.

3). Berbagai fungsi RTH (fungsi

ekologis, sosial, ekonomi, dan

arsitektural) dan nilai estetika

yang dimilikinya (obyek dan

lingkungan) dapat meningkatkan

kualitas lingkungan juga dapat

menjadi nilai kebanggaan dan

identitas kota.

Page 41: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

37

4). Keberadaan RTH penting dalam

mengendalikan dan memelihara

integritas dan kualitas

lingkungan. Pengendalian

pembangunan wilayah perkotaan

harus dilakukan secara

proporsional dan berada dalam

keseimbangan antara

pembangunan dan fungsi-fungsi

lingkungan.

5). Kelestarian RTH suatu wilayah

perkotaan harus disertai dengan

ketersediaan dan seleksi tanaman

yang sesuai dengan arah rencana

dan rancangannya.

6).

Page 42: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

38

RENCANA TATA RUANG

Rencana

Sistem Pusat Permukiman

Rencana Sistem

Jaringan Prasarana

Peruntukan Kawasan

Lindung

Peruntukan

Kawasan Budidaya

Sistem Wilayah

Sistem internal

Perkotaan

Rencana Pola Ruang Rencana Struktur Ruang

Sistem Jaringan

Transportasi

Sistem Jaringan

Energi

Sistem Jaringan

Telekomunikasi

Sistem Persampahan &

Sanitasi

Sistem Jaringan

SDA, dll.

Kegiatan Pelestarian

Lingkungan Hidup

Kegiatan Sosial

Kegiatan Budaya

Kegiatan Ekonomi

Kegiatan Pertahanan &

Keamanan

Ps. 17 ayat (1)

Ps. 17 ayat (2) Ps. 17 ayat (3)

Ps. 17 ayat (4)

dalam RTRW ditetapkan kawasan hutan

paling sedikit 30 %dari luas DAS Ps. 17 ayat (5)

UU No: 26/ 2007

CONTOH DAERAH ALIRAN SUNGAI YANG LUAS KAWASAN HUTANNYA

KURANG DARI 30 %

KAWASAN HUTAN DI DAS

CILIWUNG KURANG LEBIH 15 %

Pasal 17 ayat (5) UUPR memuat: dalam rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga

puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.

Penguatan Aspek Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Rencana Tata Ruang

UU No: 26/ 2007

Page 43: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

39

RUANG TERBUKA

RUANG TERBUKA HIJAU

(MIN 30% LUAS KOTA)

RTH PRIVAT

RUANG TERBUKA NON HIJAU

RUANG TERBUKA NON HIJAU PUBLIK

RTH PUBLIK

(20% LUAS KOTA)

RUANG TERBUKA

NON HIJAU PRIVAT

Ps. 29 ayat (1) Ps. 29 ayat (2)

Ps. 29 ayat (3)

PENGATURAN PROPORSI RUANG TERBUKA HIJAU PADA WILAYAH KOTA

UU No: 26/ 2007

Page 44: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KOTA dan PENYEDIAAN RUANG PUBLIK (pengantar)

40

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) WILAYAH PERKOTAAN

FUNGSI EKOLOGIS

FUNGSI EKONOMI

FUNGSI SOSIAL

FUNGSI ARSITEKTURAL

BENTUK EKOLOGIS

BENTUK ARSITEKTURAL

BENTUK SOSIAL

BENTUK EKONOMI

DAYA DUKUNG EKOLOGIS

KESELARASAN, KESESUAIAN, KEINDAHAN

Taman lingkungan & perumahan, lapangan OR,

kebun raya, green belt

DAYA DUKUNG SOSIAL

Pertanian kota, perkebunan, wisata agro, kebun pem-bibitan, green

belt

MANFAAT EKONOMI

Taman kota, taman rekreasi, parkway,

kawasan fungsional & khusus

Hutan kota, koridor sungai, sempadan badan

air pantai, bird sanctuary, green belt

Ma

n-f

aa

t

tak

La

ng

sun

g

Ma

n-f

aa

t L

an

gsu

ng

Ma

n-f

aa

t

tak

La

ng

sun

g

Ma

n-f

aa

t L

an

gsu

ng

Ma

n-f

aa

t

tak

La

ng

sun

g

Ma

n-f

aa

t L

an

gsu

ng

Ma

n-f

aa

t

tak

La

ng

sun

g

Ma

n-f

aa

t L

an

gsu

ng

Page 45: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

41

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

Ir. Sumarwanto, MT

ABSTRAK

Mengacu pada Undang-Undang Penataan Ruang serta dikeluarkannya Instruksi

Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau

Kota yang bertujuan (1) Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang

nyaman, segar, bersih, dan sebagai sarana pengamanan lingkungan dan (2) mencitakan

keserasian lingkungan alam dan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

Dalam konteks pemanfaatan, pengertian ruang terbuka hijau kota mempunyai

lingkup lebih luas dari sekedar pengisian hijau tumbuh-tumbuhan, sehingga mencakup

pula pengertian dalam bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan masyarakat.

Menurut Dinas Tata Kota, ruang terbuka hijau kota meliputi : (a) Ruang

Terbuka Hijau Makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan

kota, dan landasan pengaman bandar udara, (b) Ruang Terbuka Medium, sepertia

kawasan area pertamanan (city park), sarana olahraga, sarana pemakaman umum, (c)

Ruang Terbuka Hijau Makro, lahan terbuka yang ada di setiap kawasan permukiman

yang disediakan dalam bentuk fasilitas umum seperti taman bermain (play ground),

taman lingkungan (community park), dan lapangan olahraga.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota kondisi ruang publik

yang ada seperti lapangan (open space) dan taman kota justru mengalami degradasi

karena adanya alih fungsi tata guna lahan.

1. Ruang Terbuka Umum Dan Khusus

Pengertian tentang Ruang Terbuka

Umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu

terletak di luar massa bangunan.

2) Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan

oleh setiap orang (warga)

3) Memberi kesempatan untuk

bermacam-macam kegiatan (multi

fungsi)

Contoh ruang terbuka umum

adalah jalan, pedestrian taman

lingkungan, plaza, lapangan olahraga,

taman kota, dan taman rekreasi.

Sedangkan pengertian dari Ruang Terbuka

Khusus, dapat diuraikan sebagai berikut :

Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak

di luar massa bangunan.

Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan

dipergunakan untuk keperluan

khusus/spesifik.

Contoh ruang terbuka khusus adalah taman

rumah tinggal, taman lapangan upacara,

daerah lapangan terbang dan daerah untuk

latihan kemiliteran.

Page 46: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

42

2. Ruang Terbuka Ditinjau Dari

Kegiatannya

Menurut kegiatannya, ruang terbuka terbagi atas

2 (dua) jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka

aktif dan ruang terbuka pasif.

1) Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka

yang mempunyai unsur-unsur kegiatan

didalamnya misalkan bermain, olahraga,

jalan-jalan. Ruang terbuka ini dapat berupa

plaza, lapangan olahraga, tempat bermain

anak dan remaja, penghijauan tepi sungai

sebagai tempat rekreasi.

2) Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka

yang didalamnya tidak mengandung unsur-

unsur

kegiatan

manusia

misalkan,

penghijauan

tepian jalur

jalan,

penghijauan tepian rel kereta api,

penghijauan tepian bantaran sungai,

ataupun penghijauan daerah yang bersifat

alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi

sebagai keindahan visual dan fungsi

ekologis belaka.

3. Ruang Terbuka Ditinjau Dari Segi

Bentuk

Menurut Rob Rimer (Urban Space)

bentuk ruang terbuka secara garis besar dapat

dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu ruang

terbuka berbentuk memanjang (koridor) dan

ruang terbuka berbentuk membulat.

1) Ruang terbuka bentuk memanjang (koridor)

pada umumnya hanya mempunyai batas

pada sisi-sisinya, misalkan bentuk ruang

terbuka jalan, dan bentuk ruang terbuka

sungai.

2) Ruang terbuka bentuk membulat pada

umumnya mempunyai batas

disekelilingnya, misalkan, bentuk ruang

lapangan upacara, bentuk ruang area

rekreasi, dan bentuk ruang area lapangan

olahraga.

4. Ruang Terbuka Ditinjau Dari Sifatnya

Berdasarkan sifatnya ada 2 (dua) jenis ruang

terbuka, yakni ruang terbuka lingkungan dan

ruang terbuka antar bangunan.

1) Ruang terbuka lingkungan adalah ruang

terbuka yang terdapat pada suatu

lingkungan dan sifatnya umum.

2) Ruang terbuka antarbangunan adalah

ruang terbuka yang terbentuk oleh massa

bangunan. Ruang terbuka ini dapat bersifat

umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi

bangunannya.

Page 47: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

43

5. Fungsi Ruang Terbuka

1) Fungsi sosial

Fungsi sosial dari ruang terbuka antara

lain :

a) Tempat bermain dan olahraga;

b) Tempat bermain dan sarana olahraga;

c) Tempat komunikasi sosial;

d) Tempat peralihan dan menunggu;

e) Tempat untuk mendapatkan udara segar;

f) Sarana penghubung antara satu tempat

dengan tempat lainnya;

g) Pembatas di antara massa bangunan;

h) Sarana penelitian dan pendidikan serta

penyuluhan bagi masyarakat utnuk

membentuk kesadaran lingkungan;

i) Sarana untuk menciptakan kebersihan,

kesehatan, keserasian, dan keindahan

lingkungan.

2) Fungsi ekologis

Fungsi ekologis dari ruang terbuka

antara lain :

a) Penyegaran udara, mempengaruhi dan

memperbaiki iklim mikro;

b) Menyerap air hujan;

c) Pengendali banjir dan pengatur tata air;

d) Memelihara ekosistem tertentu dan

perlindungan plasma nuftah;

e) Pelembut arsitektur bangunan.\

6. Sistem Ruang Terbuka Hijau Kota

Secara sistem, ruang terbuka hijau kota

pada dasarnya adalah bagian dari kota yang

tidak terbangun, yang berfungsi menunjang

kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan

kualitas lingkungan dan pelestarian alam, dan

umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear

atau koridor dan ruang pulau atau oasis

(Spreigen, 1965). Pendapat tersebut juga

ditunjang oleh Krier (1975) yang menyatakan

bahwa ruang terbuka terdiri dari path and

room, sebagai jalur pergerakan dan yang

lainnya sebagai tempat istirahat, kegiatan, atau

tujuan. Hal senada dinyatakan Gosling (1989)

bahwa ruang terbuka di dalam kota dapat

berbentuk man made and natural yang terjadi

akibat teknologi seperti koridor jalan dan

pejalan kaki, bangunan tunggal dan majemuk,

hutan kota, aliran sungai, dan daerah alamiah

yang telah ada sebelumnya. Pada dasarnya

ruang terbuka kota merupakan totalitas

kesatuan yang memiliki keterkaitan dan dapat

digunakan sebagai suatu sistem orientasi.

Mengingat cakupan fungsinya yang

cukup luas, maka ruang terbuka memiliki arti

penting kesehatan, kesejahteraan, keamanan,

dan mampu mendatangkan spirit, kebanggan

melalui penampilannya sedangkan menurut

klasifikasinya dapat dibagi atas : utility open

space, green open space, corridor open space,

multiuse classification (De Chiara, 1982)

Page 48: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

44

Ruang terbuka kota banyak menentukan

pola bentuk dan tatanan ruang kota untuk

tujuan kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

peningkatan kualitas lingkungan serta

pelestarian alam.

Secara rinci sistem ruang terbuka kota

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ruang terbuka untuk kaitan produksi,

terdiri dari lahan untuk kehutanan,

pertanian, produksi mineral, sumber air,

komersial, dan rekreasi.

2. Ruang terbuka untuk preservasi sumber

daya alam dan manusia terdiri dari rawa

untuk habitat tertentu, hutan sebagai

kehidupan satwa, bentukan geologi, batu

karang, tempat-tempat bersejarah dan

pendidikan.

3. Ruang terbuka untuk kesehatan dan

kesejahteraan umum terdiri dari lahan untuk

melindungi kualitas air, ruang untuk

penimbunan sampah buangan, ruang untuk

memperbaiki kualitas udara, area rekreasi,

area untuk menyajikan efek visual yang

menarik (bukit, pegunungan, lembah,

danau, dan pantai).

4. Ruang terbuka untuk keamanan umum

terdiri dari waduk pencegahan banjir kanal

dan lapangan terbang.

5. Ruang terbuka sebagai koridor terdiri dari

koridor kabel tegangan tinggi, koridor

jaringan pipa, bantaran sungai, dan jaringan

transportasi kereta api.

7. Peranan RTHK Terhadap Kehidupan

Kota

Kota tidak

hanya

merupakan

kumpulan

gedung-

gedung dan

sarana fisik lainnya. Akan tetapi, sebuah kota

adalah kesatuan antara lingkungan fisik kota

dan warga kota. Dua komponen ekosistem ini

akan selalu berinteraksi selama proses

berkembangnya kota. Perubahan-perubahan

yang bersifat positif akan memberi manfaat bagi

kehidupan warga kota. Kebanyakan kota di

negara berkembang seperti Indonesia dibangun

berdarkan latar belakang agraris, demikian juga

perkembangan kota Jakarta.

Lahan-lahan pertanian di perkotaan yang

merupakan ruang terbuka hijau sudah banyak

berubah fungsi menjadi kawasan permukiman

akan memberikan pengaruh terhadap

kehidupan warga kota. Lahan-lahan pertanian

yang berasa di dalam kota merupakan ruang

terbuka hijau produktif yang memberikan

penghidupan dan sebagian kebutuhan hasil

pertanian bagi warga kota.

8. Peranan RTHK Terhadap Kualitas

Lingkungan Kota

Page 49: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

45

Penataan ruang terbuka hijau secara

tepat akan mampu berperan meningkatkan

kualitas armosfer kota, penyegaran udara,

menurunkan kadar polusi udara, dan meredam

kebisingan. Penelitian Embleton (1963)

menyatakan bahwa 1 (satu) hektar ruang

terbuka hijau dapat meredam suara pada db

per 30 meter jarak dari sumber suara pada

frekuensi kurang dari 1.000 CPS atau

penelitian Carpenter (1975) dapat meredam

kebisingan 25-80%.

Pada umumnya ruang terbuka hijau

didominasi oleh tanaman dan tumbuhan, di

mana unsure ini banyak berpengaruh terhadap

kualitas udar kota. Tanaman dapat

menciptakan iklim mikro, yaitu adanya

penurunan suhu sekitar, kelembapan yang

cukup dan kadar O2 yang bertambah. Hal ini

dikarenakan adanya proses asimilasi dan

evapotranspirasi dari tanaman. Di samping itu,

tanaman juga dapat menyerap/mengurangi

CO2 di udara yang dihasilkan oleh berbagai

kegiatan industri, kendaran bermotor, dan

sebagainya. Menurut hasil penelitian Gerakls,

1(satu) hektar ruang terbuka hijau dapat

menghasilkan 0.6 ton Oksigen untuk konsumsi

1.500 orang perhari.

Beberapa penelitian juga mengukapkan

bahwa tanaman dengan criteria tertentu dapat

meredam/ mengurangi kebisingan. Kota yang

baik seyogianya dapat menyajikan kebutuhan

yang berhubungan dengan kenyamanan dan

kualitas lingkungan pada tingkat kewajaran

sesuai dengan standar hidup sehat bagi warga

kota.

9. Peranan RTHK Terhadap Kelestarian

Lingkungan

a. Menunjang Tata Guna dan Pelestarian

Air. Kondisi tata air tanah pada cekungan

artesis Jakarta yang sudah semakin buruk

telah tanpak gejalanya, yaitu merembes-

nya air laut jauh ke daratan (salt

intrusion), semakin keringnya sumber-

sumber air bawah tanah, menurunnya kua-

litas air. Keadaan ini dapat diperbaiki

dengan pengembangan system ruang

terbuka hijau yang terencana seperti

program recharging basin, recharging

sink hole, mengeliminir banjir, perbaikan

daerah aliran sungai, dan perluasan area

daerah peresapan air hujan.

b. Menunjang Tata Guna dan Pelestarian

Tanah. Suatu penetapan peruntukan yang

kurang bijaksana dapat menyebabkan

ekosistem terganggu. Oleh karenanya pola

ruang terbuka hijau dalam system tata

Page 50: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

46

ruang kota dapat dipergunakan sebagai

alat pengendali tata guna tanah secara luas

dan dinamis. Di samping itu,

pengembangan ruang terbuka hijau

mempunyai kemampuan utnuk

memperbaiki kondisi tanah itu sendiri

secar alamiah. Sehingga perlu adanya

program-program perbaikan tanah kritis,

pencegahan erosi, peningkatan kualitas

lingkungan (permukiman, industry, jalur

transportasi, dan sebagainya).

c. Menunjang Pelestaraian Plasma Nuftah.

Dengan adanya pengembangan ruang

terbuka hijau maka diharapkan dapat

diterapkan program penghijauan pada

ruang-ruang terbuka kota. Hal ini

memungkinkan adanya penerapan

berbagai jenis tanaman yang dapat

memberikan keanekaragaman hayati. Di

samping itu, dengan adanya berbagai jenis

vegetasi yang terdapat pada ruang terbuka

hijau, dapat menjadi habitat kehidupan

satwa liar, terutama berbagai jenis burung.

Satwa-satwa tersebut sudah langka/jarang

ditemui di lingkungan perkotaan. Dengan

demikian, ruang terbuka hijau dapat

berfungsi sebagai tempat pelestarian

keanekaragaman jenis flora maupun fauna

dalam upaya pelestarian plasma nutfah.

Bagi pengembangan kota, ruang terbuka

hijau mempunyai peran :

1) Sebagai alat pengukur iklim amplitude

(klimatologis). Penghijauan memperkecil

amplitude variasi yang lebih besar dari

kondisi udara panas ke kondisi udara

sejuk.

2) Penyaring udara kotor (protektif).

Penghijauan dapat mencegah terjadinya

pencemaran udara yang berlebihan oleh

adanya asap kendaraan, asap buangan

industri, dan gas beracun mengambang ke

udara. Melalui proses kimiawi zat hijau

daun dapat mengubah CO2 menjadi O2

juga gas-gas lainnya seperti zat lemas (N)

dan sulfur (S).

3) Sebagai tempat hidup satwa. Pohon

peneduh tepi jalan sebagai tempat hidup

satwa burung/unggas.

4) Sebagai penunjang keindahan (estetika).

Tanaman memiliki bentuk tekstur dan

warnanya yang menarik. Kelebihan ini

menjadikan tanaman sebagai salah satu

elemen yang dapat menunjang keindahan

lingkungan.

5) Mempertinggi kualitas ruang kehidupan

lingkungan. Ditinjau dari sudut planologi,

penghijauan berfungsi sebagai pengikat

dan pemersati elemen-elemen (bangunan)

yang ada di sekelilingnya. Dengan

Page 51: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PADA RUANG PUBLIK DI PERKOTAAN

47

6) demikian, dapat tercipta lingkungan yang kompak dan serasi.

Adapun manfaat raung terbuka hijau di wilayah

perkotaan antara lain sebagai berikut.

1) Memberikan kesegaran, kenyamanan, dan

keindahan lingkungan sebagai paru-paru

kota.

2) Memberikan lingkungan yang bersih dan

sehat bagi penduduk kota.

3) Memberikan hasil produksi berupa kayu,

daun, bunga, dan buah.

4) Sebagai tempat hidup satwa dan plasma

nuftah.

5) Sebagai resapan air guna menjaga

keseimbangan tata air dalam tanah,

mengurangi aliran air permukaan.

6) menangkap dan menyimpan air, menjaga

keseimbangan tanah agar kesuburan tanah

tetap terjamin.

7) Sirkulasi udara dalam kota.

8) Sebagai tempat sarana dan prasarana

kegiatan rekreasi.

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, M, 1998. Makalah

Pengelolaan Kualitas Lingkungan dan

Lansekap Perkotaan di Indonesia dalam

Menghadapi Dinamika Abad XXI.

Garret Eckbo, 1988. Urban Landscape

Design, Element and to Tehe Concept,

Graphic. Sha Publishing Co Ltd.

Rustan Hakim, 1996. Tahapan dan

Proses Perancangan dalam Arsitektur

Lansekap. Jakarta : Penerbit Bina

Aksara.

Rustan Hakim, Hardi Utomo, 2003.

Komponen Perancangan Arsitektur

Lansekap. Jakarta : Penerbit Bumi

Aksara.

Biodata Penulis

Ir. Sumarwanto, MT, lahir di Semarang

tanggal 20 Februari 1952. Pendidikan yang

diselesaikannya adalah S.1 di Universitas

Diponegoro Semarang, dan S.2 di Universitas

Diponegoro Semarang bidang Studi Urban

Design. Bekerja sebagi dosen di Program

Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

17 Agustus 1945 Semarang, dengan jabatan

akademik Lektor, mengajar pada mata kuliah

Perancangan Arsitektur, Tata Ruang Luar dan

Kota dan Permukiman.

Page 52: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

48

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG Oleh : Ir Djoko Darmawan, MT

Abstrak

Kelenteng adalah bangunan untuk peribadatan dan pemujaan dewa-dewi dalam

kepercayaan atau agama Tri Dharma (Tao-Konfusius-Budha). Pecinan adalah

sebutan untuk kawasan pemukiman masyarakat Cina dengan ciri khas budaya dan

tradisi dari negara asal mereka.

Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa, pada masa awal pembentukan kawasan

Pecinan sampai saat ini, identitas/citra kawasan Pecinan adalah kelenteng-kelenteng

yang terdapat di kawasan tersebut. Demikian pula sebaliknya, lokasi tempat

kelenteng berdiri berada di sekitar pemukiman masyarakat Cina (Pecinan). Oleh

karena itu Kelenteng dan Pecinan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan masyarakat Cina di Indonesia.

1. Pendahuluan

Seperti halnya kota-kota besar

lainnya di Indonesia, Semarang

merupakan kota niaga yang memiliki

kawasan Pecinan yang dinamis.

Kepadatan kegiatan pada kawasan

Pecinan ini ditunjukkan dalam berbagai

aktivitas masyarakatnya, baik aktivitas

budaya, agama, sosial dan ekonomi.

Kekhasan kawasan Pecinan yang lain

adalah arsitektur bangunan rumah-toko

(ruko) yang padat serta arsitektur

bangunan kelenteng yang meriah dengan

berbagai warna dan ragam hias simbolik.

Gambar 8: Peta Permukiman Tiong Hoa di Semarang.

1. Klenteng Sio Hok Bio,

2. Klenteng Tak Hay Bio,

3. Klenteng Tak Kay Sie,

4. Klenteng Tong Pek Bio,

5. Klenteng Hoo Hok Bio,

6. Klenteng Wie Wie Kiong,

7. Klenteng Tik Sio,

8. Klenteng Liong Hok Bio,

9. Klenteng Sie Hoo Kiong

Page 53: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

49

2. Kronologis Berdirinya Kelenteng

Di Semarang

Berdirinya sebuah klenteng tidak lepas

dari sejarah perkembangan kawasan

pecinan. Kira-kira th 1628 komunitas

Tionghoa di Simongan yang dipimpin

Souw Pan Djiang ikut serta dalam

pemberontakan melawan Mataram yang

berpihak kepada VOC. Tetapi para

pemberontak Tionghoa ini kalah dan

akibatnya mereka dipindahkan ke daerah

di bawah pengawasan VOC .

Pada Th 1672 diterapkan desentralisasi di

kampung tionghoa oleh VOC. Untuk

mengatur permukiman tersebut VOC

menunjuk salah seorang pedagang

Tionghoa yang bernama Kwee Kiauw

Loo sebagai kapten.

Pada Th 1684 kapten Kwee Kiauw Loo

kembali ke Batavia, kedudukannya

kemudian digantikan oleh Kwee An Say .

Pada masa itu masyarakat Tionghoa

mendominasi kegiatan perekonomian

yaitu ekspor dan impor. Oleh karena itu

terjadi dua inti kota yaitu pusat

kekuasaan dipegang Belanda/VOC

sedangkan pusat perekonomian dikuasai

masyarakat Tionghoa.

Pada Th 1740 terjadi kerusuhan di

Batavia, kerusuhan ini disebabkan

adanya pembunuhan kurang lebih 10000

masyarakat Tionghoa oleh

VOC/Belanda . Akibat kekejaman VOC,

banyak masyarakat Tionghoa yang

melarikan diri dari Batavia menuju

Semarang dan kemudian bergabung

dengan kapten Kwee An Say. Kapten

Kwee An Say dan masyarakat Tionghoa

pelarian mengadakan perlawanan

terhadap VOC, tetapi dikalahkan dan

kapten Kwee An Say sendiri ditangkap.

Selain ke Semarang orang-orang

Tionghoa dari Batavia juga melarikan

diri ke Kudus dan Lasem dan menetap di

desa-desa sekitarnya.

Pada Th 1743 Kwee Gang seorang letnan

Tionghoa dari Batavia telah ditunjuk

VOC untuk menjadi kapten di pecinan

Semarang . Berbeda dengan Kwee An

Say, kapten Kwee Gang mengadakan

kerjasama yang baik dengan VOC. Tiga

tahun kemudian yaitu pada Th 1746

dibangun kelenteng Kwan Im Ting,

kelenteng ini adalah kelenteng pertama

di Semarang.

Sepuluh tahun kemudian yaitu pada Th

1753 kapten Kwee Gang digantikan oleh

Oei Tje , pada masa itu kawasan pecinan

makin tertata dan pertumbuhan ekonomi

makin membaik. Sebagai ungkapan

syukur keberhasilan dalam kehidupan di

permukiman tersebut, maka warga

Pecinan Lor dan Pecinan Wetan

bersepakat membiayai pembangunan

kelenteng Sioe Hok Bio. Kelenteng ini

mempunyai dewa utama Hok Tek Tjeng

Sien (dewa dagang), hal ini diduga

karena kebanyakan masyarakat tionghoa

saat itu berprofesi sebagai pedagang.

Page 54: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

50

Kelenteng Sioe Hok Bio 1753

Sumber : Data lapangan

Tiga tahun berselang yaitu pada Th 1756

di kawasan permukiman tionghoa ini

kembali membangun sebuah kelenteng.

Marga Kwee sebagai inisiator

pembangunan kelenteng Tek Hay Bio,

kelenteng ini dibangun untuk

menghormati tuan Kwee Lak Wa.

Kelenteng Tek Hay Bio 1756

Sumber : Data lapangan

Dua puluh lima tahun sejak berdirinya

kelenteng Kwan Im Ting yaitu Th 1771,

kelenteng ini dirubuhkan dan

dipindahkan. Kelenteng ini kemudian

dibangun kembali dilokasi lain dengan

nama yang berbeda yaitu Tay Kak Sie.

Dewa utama pada kelenteng ini adalah

Tri Ratna Budha. Alasan pemindahan

kelenteng ini adalah Feng Shui,

diharapkan dengan pindahnya lokasi

kelenteng keadaan masyarakatnya dapat

lebih baik lagi.

Kelenteng Tay Kak Sie 1771

Sumber : Data lapangan

Di permukiman tionghoa Semarang pada

Th 1782 letnan Khouw Ping membangun

kelenteng Tong Pek Bio yang dapat

diartikan kelenteng batas timur. Dewa

utama dari kelenteng ini adalah Hok Tek

Tjeng Sien (dewa dagang).

Kelenteng Tong Pek Bio 1782

Sumber : Data lapangan

Sepuluh tahun kemudian yaitu pada Th

1792 warga Pecinan Lor Semarang

memprakarsai mendirikan kelenteng

Page 55: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

51

Hoo Hok Bio. Seperti halnya kelenteng

Sioe Hok Bio, kelenteng Hoo Hok Bio

dewa utamanya adalah Hok Tek Tjeng

Sien dan juga merupakan kelenteng kecil.

Kelenteng Hoo Hok Bio 1792

Sumber : Data lapangan

Th 1799 adalah tahun kejatuhan VOC

karena bangkrut, kemudian kekuasaan

diambil alih pemerintah Belanda. Th

1811 P Jawa dikuasai Inggris. Tiga tahun

sejak Inggris menguasai P Jawa yaitu

pada Th 1814, di kawasan permukiman

Tionghoa Semarang Marga Tan

membangun kelenteng Wie Wie Kiong.

Kelenteng ini mempunyai dewa utama

Gay Tjiang Seng Ong dan merupakan

kelenteng terbesar dengan lapisan

terbanyak di kawasan permukiman

tionghoa Semarang ini.

Kelenteng Wie Wie Kiong 1814

Sumber : Data lapangan

Th 1866 Liem Giok Sing seorang

wijkmeester di permukiman tionghoa

Semarang memprakarsai pembangunan

kelenteng Liong Hok Bio. Dewa utama

pada kelenteng ini adalah Hok Tek Tjeng

Sien, kelenteng ini termasuk kelenteng

kecil.

Kelenteng Liong Hok Bio 1866

Sumber : Data lapangan

Th 1881 Marga Liem membangun

kelenteng See Hoo Kiong atau Ma Tjouw

Kiong yang diprakarsai Liem Siong

Djian dan Liem Kiem Ling. Dewa utama

kelenteng ini adalah Thian Sian Sing

Boo.

Kelenteng See Hoo Kiong 1881

Sumber : Data lapangan

Page 56: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

52

Kelenteng ini diduga ada hubungan

marga dengan kelenteng Cu An Kiong

Lasem maupun kelenteng Thian Sian

Sing Boo Rembang.

\

Kelenteng Cu An Kiong Lasem dan

Kelenteng Thian Sian Sing Boo di

Rembang

Sumber : Data lapangan

Permasalahan

Menurut data penelitian,

Semarang adalah salah satu kota yang

memiliki potensi wisata pecinan selain

Lasem, Rembang, Welahan, Tegal,

Pekalongan, Cirebon dan Tuban. Potensi

wisata pecinan yang layak disuguhkan

antara lain wisata arsitektur, wisata

kuliner dan wisata budaya. Wisata

arsitektur yang dimaksud adalah

bangunan tradisional Cina yaitu

kelenteng maupun rumah tinggal.

Sedangkan wisata kuliner berupa

makanan khas Tiong Hoa seperti lumpia,

wedang ronde, wedang tahu, bakpao.

Sementara itu wisata budaya antara lain

wayang potehi, barongsai, upacara arak-

arakan kongco (dewa kelenteng) dan

mungkin masih banyak lagi jika digali.

Hingga saat ini pemda setempat

bekerja sama dengan perguruan tinggi

dan komunitas Tiong Hoa telah

mengadakan berbagai kegiatan

kepariwisataan. Pasar Semawis

merupakan salah satu upaya

menghidupkan kawasan Pecinan

Semarang pada malam hari. Walaupun

kegiatan ini tidak setiap hari diadakan

(hanya Jumat, Sabtu dan Minggu),

langkah ini bisa diacungi jempol karena

mampu menghidupkan kawasan ini saat

sang surya tenggelam. Berbagai kuliner

khas Tiong Hoa dan pernak-pernik

element Feng Shui , ramalan dan jasa

lukisan khas Tiong Hoa turut

memeriahkan pasar malam ini. Lomba

sketsa kawasan ini pun telah dilakukan

oleh kalangan perguruan tinggi dalam

upaya mengenalkan kawasan ini pada

masyarakat umum.

Di kawasan permukiman Tiong

Hoa di Semarang atau yang lebih dikenal

dengan Pecinan Semarang terdapat 8

buah kelenteng tua. Masing-masing

kelenteng mempunyai keistimewaan

sendiri baik dari sisi arsitektur maupun

dewa utamanya. Eksotika dari kedelapan

kelenteng di kawasan permukiman Tiong

Hoa ini memang tidak terbantahkan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah

keberadaan kelenteng pada kawasan

Page 57: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

KELENTENG MODAL UTAMA WISATA PECINAN DI SEMARANG

53

permukiman masyarakat Tiong Hoa ini

sudah diberdayakan secara optimal

sebagai asset Wisata Pecinan?

3. Konsep Wisata Pecinan Yang

Berimbang

Untuk lebih memberdayakan

kelenteng sebagai modal utama potensi

wisata pecinan di Semarang sebaiknya

dibuat konsep perencanaan wisata

pecinan yang terpadu dan berimbang.

Artinya antara wisata kuliner, wisata

arsitektur dan wisata budaya menjadi

satu kesatuan dan mempunyai bobot

yang sama dalam mengekspose.

Dibutuhkan kerja sama masing-

masing instansi yang menangani

kepariwisataan baik swasta maupun

negeri, dimana wisatawan yang datang

pada kelenteng di kawasan pecinan

Semarang diupayakan juga mengunjungi

kelenteng Sampokong dan demikian pula

sebaliknya. Kerja sama ini juga dapat

diperluas antar pelaku wisata pecinan

dikabupaten/kota untuk membangun

jejaring wisata pecinan antar

kabupaten/kota.

Semoga upaya yang telah

dilakukan oleh Pemda dan seluruh

elemen masyarakat Semarang dalam

meningkatkan, mengenalkan wisata

pecinan ini dapat diikuti daerah-daerah

lain yang mempunyai aset wisata pecinan

di Jawa Tengah.

Daftar Pustaka

Amen Budiman 1978, Semarang

Riwayatmu Dulu, Semarang,

Tunjungsari.

Eko Budihardjo,1997, Arsitektur

Sebagai Warisan Budaya, Penerbit

Djambatan, Jakarta.

James C Snyder, Anthony J Catanese,

1985, Pengantar Arsitektur,

Penerbit Erlangga

Liem Thian joe, 1933, Riwayat

Semarang, Boekhandel Ho Kim

yoe.

Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional

Indonesia

UURI No 4 Th 1992 tentang Perumahan

dan Pemukiman.

Wiranto, 2000, Tipologi Bentuk dan

Makna Arsitektur suatu respon

perkembangan arsitektur abad 21,

Makalah Seminar Undip Semarang.

Page 58: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM

54

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM

Oleh: Ir. Budi Adi Slamet

Abstraksi

Peran tanaman dalam penataan ruang dalam disamping sebagai “ Pelunak “

ruangan juga unsur dekoratif / penghias yang tak kalah pentingnya dengan

elemen interior lainnya yang boleh dikatakan relatif keras.

Macam tanaman untuk tujuan pengisi ruang dalam atau penunjang interior

ternyata cukup banyak ragamnya, serta mempunyai persyaratan persyaratan

tertentu agar tanaman dapat hidup, antara lain adalah syarat akan kebutuhan air,

udara, dan sinar matahari. Selain itu juga tanaman harus mampu bertahan hidup

selama beberapa waktu di dalam ruangan,

PENDAHULUAN

Kebutuhan hidup manusia

tentang rumah dari masa ke masa

menuntut sempurna dari segi

penampilan dan persyaratan yang

cocok dengan tingkat daya cipta dan

apresiasi manusia dengan tidak

meninggalkan keserasian dan

keselarasan dengan lingkungan

sekitarnya. Juga dalam lingkup

penataan ruang dalam teras

bertambah kompleks

permasalahannya.

Tata Ruang Dalam (interior)

merupakan salah satu profesi yang

menempatkan elemen-elemen

pembentuk ruang, lantai, dinding,

dan plafond terutama kaitannya

dengan ruang ( space ) atau dimensi

ruang yang dibutuhkan, serta

elemen-elemen penunjang yang

paling dekat pemakainnya dalam

sehari-hari misalnya : meja, kursi,

lemari, partisi, lukisan dan lain-

lainnya.

Tata Ruang Dalam muncul

karena adanya kesadaran dari pemakai

ruang untuk menata tempat tinggal

maupun tempat kerja guna

meningkatkan efisiensi dan

kenyamanan kerja.

SENYAWA TATA HIJAU

(Landscape) DAN TATA RUANG

DALAM ( interior ).

Persenyawaan antara interior

dan landscape dalam lingkup yang

detail dan nyata dapat menimbulkan

kesan akrab, harmonis dan asri serta

tak lepaas dari tujuan melestarikan

keindahan lingkungan.

Peran tanaman dalam penataan

ruang dalam disamping sebagai “

Pelunak “ ruangan juga unsur dekoratif

/ penghias yang tak kalah pentingnya

Page 59: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM

55

dengan elemen interior lainnya

yang boleh dikatakan relatif keras.

Macam tanaman untuk

tujuan pengisi ruang dalam atau

penunjang interior ternyata cukup

banyak ragamnya, serta mempunyai

persyaratan persyaratan tertentu

agar tanaman dapat hidup, antara

lain adalah syarat akan kebutuhan

air, udara, dan sinar matahari.

Selain itu juga tanaman harus

mampu bertahan hidup selama

beberapa waktu di dalam ruangan,

juga tentunya tidak akan tumbuh

menjadi besar.

Gb..1 Tanaman hidup sebagai

aksesori yang dihadirkan dalam

ruang. Penempatan nya yang tepat

hingga tak mengganggu sirkulasi

maupun mudah dalam

perawatannya. Besar dan bentuk

tanaman sangat serasi dengan

besaran ruang.

JENIS TANAMAN UNTUK

RUANGAN

Menata ruangan dengan

memasukkan kehadiran tanaman

sangatlah baik dan dianjurkan guna

mendapatkan rasa keasrian di dalam

ruangan. Ada beberapa jenis tanaman

bila dilihat dari syarat tumbuhnya.

a. Jenis tanaman yang membutuhkan

sinar matahari. Pada jenis tanaman

ini secara fisual akan cepat

diketahui perubahan atau ketidak

beresan pertumbuhannya (kondisi

tanaman) misalnya tanaman

kelihatan segar, daunnya lebat,

daun warna sangat hijau atau

kondisinya malah sebaliknya.

Jenis tanaman ini misalnya kaktus,

palem, dan tanaman yang tumbuh

merambat dengan perawatan yang

mudah dan umurnya cukup

panjang. Dengan melihat kondisi

tanaman dan batasan-batasan

seperti tersebut diatas maka

tanaman bisa diletakkan dibawah

jendela yang mana sinar matahari

dapat menembus masuk, atau pada

bukaan dinding lainnya.

b. Jenis tanaman yang membutuhkan

sinar matahari tidak langung ( semi

cahaya ).

Jenis tanaman ini masih

mampu betahan hidup walau dalam

sehari hanya mendapatkan sinar

matahari beberapa jam saja.

Sedangkan penempatannya dapat

diletakkan diantara ruang / space

furniture atau agak jauh dari

Page 60: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM

56

bukaan jendela / pintu yang

terkena sinar matahari langsung.

c. Jenis tanaman yang tidak

membutuhkan sinar matahari.

Tanaman ini sangat

tumbuh subur pada daerah /

ruang yang tidak mendapatkan

sinar matahari, sehingga

perannanya dalam ruangan

sangat flexibel dan mudah untuk

dipindahkan ( sifat movable ).

Gb. 2. Salah satu sudut ruang yang

menunjukan perpaduan antara fungsi

duduk/ kursi, benda seni/ lukisan,

aksesori tanaman dalam pot, aksesori

lain/ pernik yang diletakkan diatas meja

dengan desain yang artistik

menciptakan suatu sequence dalam

ruang yang sangat artistik.

PEMELIHARAAN

Jika dilihat dari tempat /

wadah dari tanaman jenis tersebut

diatas, diantaranya bisa dalam pot

atau vas-vas bunga dengan tujuan

dapat mudah dipindahkan atau digeser

tanpa merusak tanaman.

Secara vertikal tempat tanaman

maksimal dibentuk dengan pola /

bentuk yang diatur dengan ketinggian

lebih dari 90 cm atau sama dengan

jarak terdekat tirai terhadap lantai,

dimana apabila tanaman tersebut sudah

mencapai tirai dapat dengan mudah

digantikan ( apabila perlu ) atau

ditukar dengan tanaman yang lebih

rendah atau kecil, agar bukaan yang

dimaksud tidak terhalang oleh

rimbunan tanaman / dedaunan yang

dimiliki tanaman tersebut.

Tak terlepas dari kesemuanya

itu yang patut menjadikan perhatian

pula adalah masalah untuk dipindah-

pindahkan serta faktor kelonggaran

wadah / pot haruslah luwes terhadap

perkembangan akar serta seyogyanya

pot tersebut kedap air.

KESIMPULAN

Tanaman bisa dipakai guna

mengidentifikasikan status

memisahkan jarak dalam pengaturan

interior dan juga bisa sebagai pengarah

/ pembatas dari lorong / koridor, serta

tanaman prinsipnya dapat membuat

semua menjadi terasa estetis, alami,

harmonis dan lembut.

Bagaimanapun juga faktor

ketelitian serta hambatan-hambatan

yang menjadikan semuanya dikatakan

sulit dalam memadukan dan

menyelaraskan interior dari perangkat

Page 61: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MATERIAL LUNAK ( tanaman ) DALAM TATA RUANG DALAM

57

keras dan perangkat lunak sehingga

tanaman dapat tumbuh dan

berkembang sesuai yang kita

kehendaki, bukanlah menjadikan

faktor penghalang untuk mencobanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Meiril Isa Arc. 1972. Pokok-

Pokok Merencana Interior.

Ir. Sri Purwati. 1981. Tata Ruang

Rumah Tinggal.

Membuat Rencana Taman Rumah

Ir. Rustan Hakim. 1991. Unsur

Perancangan dalam Arsitektur

Landsekap.

Dinas Pertanaman DKI. Jakarta.

1979. Dekorasi Taman.

Drs. wDjaja AB

Page 62: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

58

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR DAN PERPINDAHAN MASSA PADA DISTILASI EKSTRAKTIF

PATHCOULI ALKOHOL MINYAK NILAM

Oleh:

Retno Ambarwati SL*, Rudi Firyanto*, dan Fahmi Arifan**

* Dosen Teknik Kimia UNTAG Semarang

** Dosen Teknik Kimia Polines UNDIP Semarang

Abstrak

Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari daun nilam dengan cara

penyulingan. Minyak tersebut merupakan komoditas ekspor non migas paling besar diantara

ekspor minyak atsiri di Indonesia. Minyak nilam selain digunakan sebagai bahan pewangi,

juga dapat digunakan sebagai penahan aroma wangi-wangian bahan pewangi lain sehingga

bau wangi tidak cepat hilang dan lebih tahan lama (fiksatif) dalam pembuatan parfum,

kosmetik dan sabun. Salah satu komponen minyak nilam yang berpotensi dan memiliki nilai

jual yang sangat tinggi yaitu patchouli alkohol. Hampir seluruh komponen dari patchouli

alkohol dapat menghasilkan flavor, dan beberapa peneliti telah berupaya untuk

memisahkannya. Oleh karenanya, dalam penelitian ini diupayakan memisahkan patchouli

alkohol dari minyak nilam dengan menggabungkan proses ekstraksi dan distilasi dalam satu

kolom menggunakan pelarut minyak jarak. Proses ini dikenal dengan distilasi ekstraktif.

Kegiatan yang dilakukan adalah studi penyusunan model empirik tentang kesetimbangan fasa

sistem uap-cair. Studi kesetimbangan fasa dibagi dalam dua tahapan kerja. Tahap pertama

adalah mengukur data kesetimbangan fasa langsung di laboratorium dengan menggunakan

ebuliometer pada berbagai variabel umpan yang merupakan larutan model. Sedangkan tahap

kedua adalah memodelkan data kesetimbangan fasa uap-cair lewat perhitungan dengan

menggunakan Matlab sebagai bahasa program. Pengaruh berbagai komponen terlarut seperti

pathcouli camphor, candinene benzaldehyde, patchoulene dan senyawa-senyawa lain dalam

jumlah kecil yang biasa ditemui pada pathcouli alcohol minyak nilam terhadap kesetimbangan

fasa uap-cair dipelajari dengan melakukan pengukuran langsung di laboratorium dan prediksi

dengan menggunakan persamaan UNIFAC. Pengukuran kesetimbangan fasa secara langsung

dilaksanakan dengan ebuliometer Fowler-Norris. Data hasil percobaan untuk sistem biner

minyak nilam-minyak jarak konsisten secara termodinamika, ditinjau dari uji dengan metoda

luas area, sehingga peralatan pengukur data kesetimbangan layak digunakan untuk mengukur

kesetimbangan fasa uap-cair. Model empiris kesetimbangan fasa uap-cair sistem minyak

nilam-minyak jarak-pathcouli alcohol direkomendasikan dengan menggunakan persamaan

UNIFAC. Pelarut minyak jarak mampu menggeser kesetimbangan fasa uap cair pada kondisi

vakum.

Kata kunci: kesetimbangan fasa; minyak nilam; minyak jarak; unifac

Pendahuluan

Minyak nilam merupakan minyak

atsiri yang diperoleh dari daun nilam

(Pogostemon cablin Benth) dengan cara

penyulingan. Minyak tersebut merupakan

komoditas ekspor non migas paling besar

diantara ekspor minyak atsiri di

Indonesia. Tahun 2004 ekspor minyak

nilam sebesar 1.295 ton, sedangkan

ekspor minyak atsiri keseluruhan adalah

2.633 ton (BPS, 2006). Sehingga hampir

50% ekspor minyak atsiri, didominasi

oleh minyak nilam. Negara pengimpor

minyak nilam Indonesia yaitu Amerika

Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura,

Austrlia, Hongkong dan India. Namun

Page 63: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

59

demikian, sejak tahun 2000 hingga

sekarang volume ekspor minyak nilam

Indonesia mengalami penurunan yang

sangat drastis, yaitu dari 1.356 ton

menjadi 1.189 ton (BPS, 2005).

Minyak nilam selain digunakan

sebagai bahan pewangi, juga dapat

digunakan sebagai penahan aroma

wangi-wangian bahan pewangi lain

sehingga bau wangi tidak cepat hilang

dan lebih tahan lama (fiksatif) dalam

pembuatan parfum, kosmetik dan sabun.

Bahkan saat ini, minyak nilam banyak

dikembangkan ke arah produk obat-

obatan. Hal ini dikarenakan minyak

nilam mengandung lebih dari 24 jenis

sesquiterpene, yang berpotensi sebagai

senyawa anti kanker, anti mikroba, anti

inflamatory, antibiotik dan anti mikroba

dan anti tumor (Deqverry, dkk., 2006.,

Rafi, 2001).

Meskipun Indonesia sudah mampu

mengekspor minyak nilam keluar negeri,

namun sampai saat ini masih mengimpor

derivat-derivat minyak nilam yang

digunakan sebagai bahan baku

pembuatan obatan-obatan dan flavor. Hal

ini sangat disayangkan, sehingga perlu

diupayakan untuk mengolah minyak

nilam lebih lanjut sebelum diekspor.

Salah satu komponen minyak nilam

yang berpotensi dan memiliki nilai jual

yang sangat tinggi yaitu patchouli

alkohol. Hampir seluruh komponen dari

patchouli alkohol dapat menghasilkan

flavor dan produk kesehatan serta obat-

obatan, dan beberapa peneliti telah

berupaya untuk memisahkannya. Bakti

Jos, dkk (2004) telah mengestrak minyak

nilam dengan menggunakan n-Heksan.

Namun demikian, teknologi

konvensional ini hanya mampu

meningkatkan kadar patchouli alkohol

dari 30% menjadi 36%. Kelemahan

utama proses ini adalah biaya peralatan

lebih mahal, karena dibutuhkan alat

distilasi untuk merekoveri n-Heksan.

Metode konvensional yang lain juga

telah dilakukan oleh Silviana dkk,

(2005). Peneliti ini mencoba memisahkan

dengan menggunakan distilasi vakum,

meskipun demikian kadar patchouli

alkohol hanya meningkat 11%.

Upaya untuk meningkatakan kadar

patchouli alkohol yang telah dilakukan

oleh para peneliti relatif masih rendah.

Hal ini terjadi karena adanya impuritas

yang terikat pada minyak nilam,

disamping itu komposisi masing-masing

minyak nilam memiliki titik didih yang

berdekatan dan dimungkinkan terbentuk

azeotrop.

Untuk itu, perlu memisahkan

patchouli alkohol dari minyak nilam

dengan menggabungkan proses ekstraksi

dan distilasi dalam satu kolom

Page 64: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

60

menggunakan pelarut minyak jarak.

Proses ini dikenal dengan distilasi

ekstraktif. Minyak jarak merupakan

pelarut yang dapat mengikat impuritas

dan mengubah volatilitas relatif

komponen-komponen semula pada

kondisinya. Keunggulan proses ini

adalah: biaya peralatan lebih murah,

hemat energi, dapat mengubah relatif

volatility, dapat menggeser

kesetimbangan fasa, warna produk lebih

jernih dan kadar patchouli alkohol yang

dicapai lebih tinggi. Studi pendahuluan

telah dilakukan dalam skala laboratorium

dengan kajian penentuan kondisi proses

distilasi ekstraktif minyak nilam dalam

keadaan vakum. Studi awal ini sangat

prospektif dan proses ini sangat

menjajikan untuk dikomersialkan, karena

menghasilkan pathcouli alkohol sekitar

63% (Arifan, dkk., 2007). Oleh

karenanya, perlu pengembangan proses

distilasi ekstraktif minyak nilam pada

keaadaan vakum untuk memisahkan

derifat-derifatnya.

Proses pemisahan patchouli alkohol

minyak nilam dengan menggunakan

distilasi ekstraktif ini banyak memiliki

keunggulan. Akan tetapi, keberhasilan

proses ini akan bergantung pada

kemampuan minyak jarak sebagai pelarut

dalam melepaskan impuritas yang terikat.

Selain itu, kondisi proses yang

bagaimana, sehingga akan dihasilkan

kadar pathcouli alkohol secara optimum.

Oleh karenanya, perlu menelaah

kesetimbangan fasa sistem uap-cair yang

berguna dalam menentukan kondisi

operasi. Disisi lain sangat diperlukan

data-data teknis yang berguna dalam

perancangan, scale-up, pengoperasian

proses secara optimal dan evaluasi

kinerja distilasi ekstraktif vakum. Untuk

itu, perlu pengembangan proses distilasi

ekstraktif guna mendapatkan data-data

teknis laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian tentang pemisahan

pathcouli alkohol minyak nilam dengan

distilasi ekstraktif menggunakan pelarut

minyak jarak akan diinvestigasi baik

secara eksperimen maupun pemodelan.

Rangkaian penelitian akan dilaksanakan

secara bertahap meliputi:

- Pengukuran data kesetimbangan fasa

uap-cair

- Pemodelan data kesetimbangan fasa

uap-cair dengan UNIFAC

- Pengukuran data perpindahan massa

uap-cair

- Meringkas data perpindahan massa

dalam bentuk model matematis

Bahan dan Alat Penelitian

Page 65: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

61

Bahan-bahan yang digunakan pada

penelitian ditahun pertama maupun tahun

kedua cenderung sama. Diantaranya

minyak nilam, minyak jarak dan bahan-

bahan untuk keperluan analisa. Minyak

nilam diperoleh dari UKM Sami Galuh

Yogyakarta dan Ungaran. Minyak jarak

yang digunakan dalam penelitian dibeli

dari PT Bratachem (Yogyakarta). Bahan-

bahan kimia untuk keperluan analisa

diperoleh dari PT Bratachem

(Yogyakarta).

Peralatan utama yang digunakan

dalam pengukuran data kesetimbangan

fasa uap-air berupa ebuliometer.

Sedangkan pengukuran data perpindahan

massa menggunakan distilasi ekstraktif

vakum. Beberapa alat lain yang

digunakan sebagai pendukung dan

keperluan analisa adalah:

1. Gas Chromatografi

2. Buret, dengan volume 10 ml dan

skala 0,02

3. Piknometer, dengan volume 5 ml

4. Erlenmeyer, dengan volume 250

ml

5. Pipet tetes dan Pipet volum,

dengan volume 10 ml

6. Beaker glass , dengan volume 500

ml dan 100 ml

7. Gelas ukur, dengan volume 10

ml, skala 0,01 dan volume 25,

skala 0,1

8. Saringan

9. Oven dan waterbath

Variabel-variabel Percobaan

Variabel-variabel percobaan

pengukuran kesetimbangan fasa adalah

umpan yang merupakan suatu larutan

model yang dibuat mirip dengan

komposisi minyak nilam. Larutan-larutan

model tersebut adalah:

1. Larutan model A : minyak nilam-

minyak jarak- pathcouli camphor

(0,315 % pathcouli camphor)

2. Larutan model B : minyak nilam -

minyak jarak - candinene

benzaldehyde (1,26 % candinene

benzaldehyde)

3. Larutan model C : minyak nilam -

minyak jarak - patchoulene (1 %

patchoulene)

4. Larutan model D : minyak nilam -

minyak jarak - patchoulene (0, 5 %

patchoulene)

5. Larutan model E : minyak nilam -

minyak jarak - nortetrapatchoulol (1%

nortetrapatchoulol).

Page 66: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

62

B

LV

P

E

T

C

P

W

Keterangan :

B = kolom pendidih

V = penampung fasa uap

L = penampung fasa cair

C = kondenser

P = pompa Cottrell

E = ruang kesetimbangan

T = pengukur temperatur

W = air pendingin

Gambar 1. Alat pengukur kesetimbangan ebuliometer Fowler-Norris termodifikasi

Langkah-langkah Percobaan:

Percobaan kesetimbangan fasa dilakukan

mengikuti metode percobaan yang

dijelaskan oleh Gillespie, 1946. Larutan

model dimasukkan ke dalam alat

pemasukan umpan (B) kemudian

dipanaskan sampai campuran uap-cair

naik melalui pompa kottrel (P) menuju

ruang kesetimbangan (E). Fasa uap

menuju kondensor (C). Uap yang

terkondensasi selanjutnya ditampung

dalam penampung sampel fasa uap (V)

sedangkan cairan yang tidak menguap

jatuh ketempat penampung fasa cair (L).

Setelah kesetimbangan tercapai, sampel

fasa uap dan fasa cair diambil untuk

dianalisa komposisinya dengan

kromatografi gas cair.

Page 67: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

63

Hasil dan pembahasan

Perancangan dan Pabrikasi Alat Ukur

Kesetimbangan

Rangkaian alat ini terdiri dari gelas

silindrik beserta kran dan pipa, pemanas

berupa waterbath untuk mengendali

temperatur. Bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam kegiatan penelitian ini

dibeli dari PT. Bratachem Semarang.

Percobaan kesetimbangan fasa dilakukan

mengikuti metode percobaan yang

dijelaskan oleh Gillespie, 1946. Larutan

model dimasukkan ke dalam alat

pemasukan umpan (B) kemudian

dipanaskan sampai campuran uap-cair

naik melalui pompa kottrel (P) menuju

ruang kesetimbangan (E). Fasa uap

menuju kondensor (C). Uap yang

terkondensasi selanjutnya ditampung

dalam penampung sampel fasa uap (V)

sedangkan cairan yang tidak menguap

jatuh ketempat penampung fasa cair (L).

Setelah kesetimbangan tercapai, sampel

fasa uap dan fasa cair diambil untuk

dianalisa komposisinya dengan

kromatografi gas cair.

Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan

dengan tujuan untuk menentukan tekanan

yang relatif baik untuk digunakan dalam

proses pemurnian pathcouli alkohol

minyak nilam. Tekanan ini divariasikan

pada variabel 2, 3, 4 dan 5 mmHg

dengan temperatur konstan.

Pengukuran data percobaan di

laboratorium dilakukan pada berbagai

tempuhan dengan variasi temperatur

pada tekanan konstan. Selama tempuhan

percobaan, data yang diperoleh tersaji

pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pengukuran pada temperatur 140 oC tekanan 2 mmHg

NO. Volume Nilam (ml) Volume minyak jarak (ml) Pathcouli Alcohol (%)

1

2

3

4

5

350

375

400

425

450

150

125

100

75

50

66

72

81

71

62

Page 68: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

64

Pengukuran Data Percobaan dengan

Alat ebuliometer Fowler-Norris

Pengukuran data kesetimbangan

fasa uap-cair, dilaksanakan terhadap

larutan model sistem biner dan terner

yang merupakan komposisi minyak

nilam dengan pelarut minyak jarak. Dari

hasil analisa, diketahui bahwa minyak

nilam yang diperoleh terdiri dari

berbagai senyawa-senyawa terlarut,

seperti pathcouli camphor, candinene

benzaldehyde, patchoulene dan senyawa-

senyawa lain dalam jumlah kecil. Untuk

mengetahui pengaruh dari senyawa-

senyawa tersebut, dibuat larutan model

yang mirip minyak nilam dengan

komposisi yang disesuaikan dengan hasil

analisa.

Gambar 2. Pengukuran data percobaan

Untuk mengetahui seberapa besar

kenaikan perolehan pathcouli alcohol

pada operasi distilasi ekstraktif akibat

kehadiran impuritas terlarut, dicoba juga

mempelajari sifat kelarutan pathcouli

camphor, candinene benzaldehyde dan

patchoulene pada berbagai konsentrasi

minyak jarak. Metoda percobaan

dilaksanakan menurut metoda yang

dijelaskan oleh Ni dan Hu (1996).

Uji Konsistensi Termodinamika

Uji keabsahan alat pengukur

kesetimbangan fasa uap-cair ebuliometer

Fowler-Norris termodifikasi adalah tes

konsistensi termodinamika berdasarkan

metoda luas area [Herington, 1951 and

Wisniak, 1994]. Gambar 3 – 6

menyajikan hasil tes konsistensi

termodinamika berdasarkan pengukuran

data percobaan dengan menggunakan

Page 69: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

65

alat ebuliometer Fowler-Norris termodifikasi.

Gambar 3. Grafik Hubungan antara ln terhadap x1

Uji konsistensi data biner minyak

nilam-minyak jarak didasarkan atas

perhitungan luas bidang hasil pengaluran

[ln 1/2] terhadap x1. Dari hasil

perhitungan luas area A dan B,

selanjutnya dapat dihitung pula nilai I

yang menjelaskan perbedaan antara luas

A dan B yang disebabkan oleh pengaruh

panas pencampuran. Herington (1951)

mengasumsikan bahwa panas

pencampuran merupakan fungsi dari nilai

x1 dan tergantung dari nilai rentang

temperatur sistem.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9-0.5

0

0.5

1

1.5

2

Fraksi Mol, x1

lngam

a1 a

tau lngam

a2

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA ln(gama) VS x1

lngama1-perc

lngama1-hit

lngama2-perc

lngama2-hit

Page 70: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

66

Gambar 4. Kurva Area Test (Hubungan antara ln (1/2) terhadap x1)

Gambar 5. Kurva Area Test (Hubungan antara ln (1/2) terhadap x1)

(Harga ordinat pada x1=0 dan x1=1 diperoleh melalui ekstrapolasi data)

Hasil tela‟ah terhadap data

percobaan kesetimbangan fasa uap-cair

ternyata konsisten secara termodinamika,

karena diperoleh nilai D J. Hasil

perhitungan sesuai persamaan 24 juga

menunjukkan data percobaan konsisten

secara termodinamika. Ha menjelaskan

nilai panas pencampuran rata-rata pada

rentang konsentrasi total dan 0

2

0

1 TT

yang menjelaskan titik didih komponen

murni pada tekanan operasi.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

Fraksi Mol, x1

ln(g

am

a1/g

am

a2)

Perc

obaan

KURVA AREA TEST

AREA I

AREA II

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Fraksi Mol, x1

ln(g

am

a1/g

am

a2)

Perc

obaan

KURVA AREA TEST

AREA I

AREA II

Page 71: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

67

i

E

m

a

T

TT

G

HI 0

2

0

134100

(24)

Dimana menjelaskan jumlah total luas bidang (A+B) dan E

mG adalah kelebihan energi pencampuran.

Kesetimbangan uap-cair sistem

minyak nilam-minyak jarak-

pathcouli alcohol

Pengaruh berbagai komponen

terlarut seperti pathcouli camphor,

candinene benzaldehyde, patchoulene

dan senyawa-senyawa lain dalam jumlah

kecil yang biasa ditemui pada pathcouli

alcohol minyak nilam terhadap

kesetimbangan fasa uap-cair dipelajari

dengan melakukan pengukuran langsung

di laboratorium dan prediksi dengan

menggunakan persamaan UNIFAC.

Pengukuran kesetimbangan fasa secara

langsung dilaksanakan dengan

ebuliometer Fowler-Norris. Data hasil

percobaan untuk sistem biner minyak

nilam-minyak jarak konsisten secara

termodinamika, ditinjau dari uji dengan

metoda luas area, sehingga peralatan

pengukur data kesetimbangan layak

digunakan untuk mengukur

kesetimbangan fasa uap-cair.

Hasil tela‟ah model dengan

menggunakan persamaan UNIFAC

(terlampir) diperoleh harga koefisien

aktivitas untuk berbagai kompisisi cair

minyak nilam. Hasil kajian menunjukkan

bahwa koefisien aktivitas antara

percobaan dengan perhitungan cenderung

berimpit. Oleh karenanya, model empiris

kesetimbangan fasa uap-cair sistem

minyak nilam-minyak jarak-pathcouli

alcohol direkomendasikan dengan

menggunakan persamaan UNIFAC.

Page 72: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

68

0.50.2284

333.9

334.5

T(K)

xA, y

A

Gambar 6. Kurva Area Test (Hubungan antara ln (1/2) terhadap x1)

Meskipun demikian, kehadiran

komponen terlarut diduga menyebabkan

peristiwa azeotrop pada pemisahan

pathcouli alcohol minyak nilam. Untuk

itu, perlu menela‟ah Energi Gibbs Excess

untuk suatu sistem biner minyak nilam-

minyak jarak yang tersaji pada Gambar

12. Hasil kajian menunjukkan bahwa,

dengan penambahan minyak jarak pada

berbagai variabel proses, menyebabkan

bergesernya kesetimbangan fasa uap-

cair. Hal ini disebabkan bahwa senyawa

seperti pathcouli camphor, candinene

benzaldehyde, patchoulene dan senyawa-

senyawa lain dalam jumlah kecil larut

sempurna dalam minyak jarak pada

kondisi vakum.

Kesimpulan

Pengaruh berbagai komponen terlarut

seperti pathcouli camphor, candinene

benzaldehyde, patchoulene dan senyawa-

senyawa lain dalam jumlah kecil yang

biasa ditemui pada pathcouli alcohol

minyak nilam terhadap kesetimbangan

fasa uap-cair dipelajari dengan

melakukan pengukuran langsung di

laboratorium dan prediksi dengan

menggunakan persamaan UNIFAC.

Pengukuran kesetimbangan fasa secara

langsung dilaksanakan dengan

ebuliometer Fowler-Norris. Data hasil

percobaan untuk sistem biner minyak

nilam-minyak jarak konsisten secara

termodinamika, ditinjau dari uji dengan

metoda luas area, sehingga peralatan

pengukur data kesetimbangan layak

digunakan untuk mengukur

kesetimbangan fasa uap-cair. Model

empiris kesetimbangan fasa uap-cair

sistem minyak nilam-minyak jarak-

pathcouli alcohol direkomendasikan

Page 73: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

69

dengan menggunakan persamaan

UNIFAC. Pelarut minyak jarak mampu

menggeser kesetimbangan fasa uap cair

pada kondisi vakum.

Saran

Teknik separasi dengan menggunakan

distilasi ekstraktif untuk memisahkan

patcouli alcohol minyak nilam dengan

menggunakan minyak jarak sangat

prospektif dan menjanjikan. Oleh

karenanya, perlu kajian lain mengenai

peristiwa perpindahan massa untuk

melengkapi data teknis dalam merancang

alat proses secara komersial.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada

Direktur DP2M DIKTI yang telah

membiayai penelitian ini hingga selesai.

Ucapan terimakasih juga kami

sampaikan kepada Ketua LEMLIT

UNTAG Semarang, Dekan Fakultas

Teknik, Ketua Prodi Teknik Kimia

UNTAG Semarang, serta Ketua Prodi

Teknik Kimia Polines UNDIP Semarang

yang telah memfasilitasi kegiatan

penelitian ini.

Daftar Pustaka

Akhila and Tewari, 1984 “ Chemistry of

Patchouli : A Review, “ Current

Res, Aromat Plants, 6 (1), hal 38-

54

Arifan, F., 2007,”Aplikasi Distilasi

Ekstraktif Pemisahan Pathcouli

Alkohol Minyak Nilam Dengan

Menggunakan Pelarut Minyak

Jarak”, Laporan Sementara

Penelitian PKM.

Baird, Malcolm, H.I., Lo, T.C., Hanson,

C., 1983, Handbook of Solvent

Extraction, John Wiley and Sons.

Brodkey, R. S., & Hershey, H. C. 1988.

Transport phenomena: A unified

approach. McGraw-Hill

International Editions. New York.

Buchi, G. And N Wakabayashi, 1961,”

Constitution of Patchouli Alcohol

and Absolute Configurartion of

Cedrene”, Journal American

Chemical Society, hal 83,927.

Buchi, G. And Nobel Wakabayashi,

1961, “The Structure of Two

Alkaloids from Patchouli Oil”,

Jouernal American Chemical

Society, hal 88:13,3109

Buckingham, J. , 1982 ,”Dictionary of

Organic Compounds” , 5th

edition, Chapman and Hall, New

York.

Crank, J. 1975. The mathematics of

diffusion. Clarendon Press. Oxford.

Page 74: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

70

Deperindag, 2000 “ Data Ekspor Minyak

Nilam Indonesia tahun 1995-2000”

Jakarta.

Fredenslund, A et al., 1986, “Vapor

Liquid Equilibrium Using

UNIFAC”, Elsevier Scientific

Publishing Company.

Fredenslund, A., Jones, R.L., Prautnitz,

J.M., 1975, “Group–Contribution

Estimation of Activity

Coefficients in Nonideal Ideal

Liquid Mixtures”, Journal

AIChE,, November, p.1086-1099.

Geankoplis, C. J. 1983. Transport

processes: Momentum, heat, and

mass. Allyn and Bacon, Inc.

London.

Guenther, E. 1948, The Essential Oil.

Vol. I. D. Van Nostrand Company

Inc., New York.

Guenther E. 1948, The Essential Oils.

Volume 2. New York : D van

Nostrand Company Inc.Hassler

JW. 1945. The Nature of Active

Carbon. New York:Mc Graw

Hill.

Hanna, O. T., dan Sandal, O.C. 1995.

Computational methods in

chemical engineering. Prentice

Hall. New Jersey.

Hanson, C., 1971, Recent Advances in

Liquid-Liquid Extraction,

Pergamon Press.

http://www.indiamart.com/muezhest/

http://www.freepatentsonlinePatent67

06502.htm

ICBS, PT., 1997, “Studi Tentang

Analisis Pasar dan Prospek

Investasi Industri Oleokimia

(Oleochemical) Indonesia”.

Jos, B., 2004. Ekstraksi Pathcouli

Alkohol Minyak Nilam Dengan

Perlarut n-Heksan. Laporan

Penelitian UNDIP. Semarang.

Karmelita L. 1991, Mempelajari cara

pemucatan minyak daun cengkeh

(Sysyngium aromaticum L)

dengan asam tartarat Skripsi.

Bogor : Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Teknologi Pertanian.

Ketaren, S. 1985, Pengantar Teknologi

Minyak Atsiri. PN. Balai

Pustaka, Jakarta.

Laddha, G.S., 1976, Degaleesan, T.E.,

Transport Phenomena in Liquid

Extraction, Tata Mc Graw Hill

Publishing, Tokyo.

Magnussen, T., Rasmussen, P., 1981,

“UNIFAC Parameter Table for

Prediction of Liquid-Liquid

Equilibria”, Industrial

Engineering Chemistry Process

Page 75: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

MODEL TERMODINAMIK KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

71

Design Development, Vol 20, p.

331-339.

McCabe, W. L., Smith, C. S., & Harriott,

P. 1993. Unit operation of

chemical engineering. Mc. Graw-

Hill. Int. Book Co.

Mukhopadhyay, M., Dongaunkar, K.R.,

1983, Prediction of Liquid-Liquid

Equilibria in Multicomponent

Aromatics Extraction Systems by

Use of the UNIFAC Group

Contribution Model”, Industrial

Engineering Process Design

Development, Vol. 22, p.521-532.

Reid, R.C., 1987, Prausnitz, J.M., Poling,

B.E., The Properties of Gases and

Liquids, 4th

edition, McGraw Hill

Book Company.

Rusli S. 2000, Penanganan bahan baku,

penyulingan dan pemurnian

minyak atsiri. Makalah pada

Pendidikan dan Pelatihan Minyak

Atsiri; di Garut 7-16 September.

Shah, B.H., Ramkrishna, D., 1973, “A

Population Balance Model For

Mass Transfer in Lean Liquid-

Liquid Dispersions”, Chemical

Engineering Science, Vol 28, p.

389-399.

Silviana, Widayat, dan Bakti Jos, 2004,

”Aplikasi Teknologi Pengolahan

Minyak Atsiri Dalam Industri

Kecil Menengah: Pengambilan

Dan Peningkatan Mutu Minyak

Nilam”, Seminar Nasional,

Jurusan Teknik Kimia, Universita

Setia Budi Surakarta

Page 76: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

72

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

Oleh : Ir. F.M. Roemiyanto, MS *)

Abstraksi

Sumberdaya air perlu dimanfaatkan, dikelola dan dilestarikan untuk menunjang

keberlangsungan pembangunan dan penyediaan kebutuhan air di suatu daerah. Pemanfaatan

air ini perlu dilakukan dengan cermat agar dapat mengurangi dampak negatif dari eksploitasi

sumberdaya air yang berlebihan.

Kondisi telaga yang ada di Kabupaten Gunung Kidul perlu dikembangkan dengan

berbagai rekayasa teknik yang mengacu pada upaya konservasi telaga dan daerah tangkapan

hujannya, dengan merubah sistem pengelolaannya sebagai sebuah lumbung air yang

dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat, dengan disertai usaha pemberdayaan masyarakat

sekitar telaga. Telaga merupakan sumber air permukaan yang potensial untuk dipergunakan

sebagai lumbung air yang menjadi salah satu sumber air cadangan untuk musim kemarau,

terutama air untuk kebutuhan ternak

Untuk mengurangi jumlah sedimen yang masuk kolam telaga selain dilakukan dengan

pembuatan bak penangkap sedimen di sekitar telaga, sebaiknya secara bertahap dilakukan

perbaikan pengelolaan lahan (bukit-bukit) di sekitar telaga dengan pembuatan teras bangku,

sedangkan pada tahapan selanjutnya perlu diupayakan penggantian jenis tanaman yang

ditanam pada area tersebut

Kata kunci : telaga, Gunung Kidul, lumbung air,pengelolaan lahan

*) Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Untag Semarang.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya air perlu

dimanfaatkan, dikelola dan dilestarikan

untuk menunjang keberlangsungan

pembangunan dan penyediaan

kebutuhan air di suatu daerah.

Pemanfaatan air ini perlu dilakukan

dengan cermat agar dapat mengurangi

dampak negatif dari eksploitasi

sumberdaya air yang berlebihan.

Kebutuhan air akan meningkat

sebanding dengan peningkatan jumlah

penduduk, peningkatan taraf hidup dan

perkembangan sosial budaya manusia.

Hujan merupakan salah satu sumber air

utama yang dipergunakan oleh manusia

dalam upaya pemenuhan kebutuhan air.

Keberadaan hujan tidak bisa diatur

kedatangan dan volumenya, maka dapat

dikatakan bahwa air merupakan

sumberdaya alam yang kelangkaannya

semakin meningkat.

Kabupaten Gunung Kidul,

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

sampai saat ini masih kekurangan air

Page 77: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

73

baku, terutama pada saat kemarau.

Daerah tersebut di antaranya meliputi

Kecamatan Rongkop, Kecamatan

Tanjungsari, Kecamatan Saptosari dan

Kecamatan Panggang. Hal ini

disebabkan karena kondisi tanah di

daerah tersebut berupa batuan kapur,

sehingga tidak dapat menyimpan air.

Hujan yang jatuh akan terbuang melalui

lubang atau terowongan di bawah

tanah. Sarana peyimpanan air untuk

musim kemarau yang ada saat ini

berupa bak penampungan air. Bangunan

bak penampungan air yang dimiliki

oleh sebagian kecil masyarakat pada

umumnya berkapasitas kecil dan

dipergunakan hanya untuk keperluan

memasak, sehingga tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan air selama musim

kemarau.

Telaga merupakan sumber air

permukaan yang potensial untuk

dipergunakan sebagai salah satu sumber

air bersih. Jumlah telaga di Kabupaten

Gunung Kidul tercatat sekitar 289

telaga, tersebar di sembilan Kecamatan

meliputi Panggang, Paliyan, Tepus,

Rongkop, Tanjungsari, Semanu,

Ponjong, Wonosari dan Saptosari.

Luas genangan telaga cukup

beragam, berkisar antara 0,7 ha sampai

dengan 3 ha, kedalaman rata-rata antara

1,2 meter sampai dengan 4 meter dan

lama masa tampung bervariasi antara 4

bulan sampai dengan lestari. Kondisi

telaga perlu dikembangkan dengan

berbagai rekayasa teknik yang mengacu

pada upaya konservasi telaga dan

daerah tangkapan hujannya, dengan

merubah sistem pengelolaannya sebagai

sebuah lumbung air yang dilaksanakan

oleh dan untuk masyarakat, dengan

disertai usaha pemberdayaan

masyarakat sekitar telaga.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan

perencanaan kembali 4 unit Telaga di

Kabupaten Gunung Kidul adalah untuk

memperbaiki kondisi telaga serta

merencanakan agar dapat berfungsi

kembali sebagai sebuah lumbung air

secara optimal, baik kapasitas maupun

kualitas bangunannya, dengan

mengambil sampel pada salah satu di

antara Telaga Ngroyo, Mencukan,

Melengan dan Saproal, yaitu pada

telaga Ngroyo di desa Karangwuni

Kecamatan Rongkop.

Sedangkan tujuan dari

perencanaan kembali Telaga Rongkop

di desa Karangwuni, Kecamatan

Rongkop, Kabupaten Gunung kidul ini

adalah untuk menyediakan cadangan air

selama musim kemarau bagi

Page 78: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

74

masyarakat di sekitar telaga untuk

dimanfaatkan sebagai air minum,

mandi, cuci, mandi/minum hewan,

recharge air tanah maupun irigasi (jika

kapasitas memenuhi)

1.3 Jenis dan Lingkup Pekerjaan

Jenis dan lingkup pekerjaan yang

harus dilakukan merubah telaga

menjadisebuah lumbung air, adalah

terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

a) Menyelidiki potensi-potensi

rembesan yang berlebihan yang

dapat mengakibatkan kolam

tampungan cepat kering.

b) Mempelajari rata-rata volume

pemanfaatan air telaga (jumlah

pemakai, jenis pemakaian selama

ini, kondisi sosial masyarakat

pemakai, dll).

c) Melakukan kajian hidrologi, yang

meliputi inflow, out flow, losses

dan debit banjir.

d) Melakukan penyelidikan tanah

untuk mengetahui parameter

tanah di lokasi rencana bangunan

dan permeabilitas lapisan didasar

telaga.

e) Mencari lokasi borrow area dan

melakukan uji batas-batas

kosistensi maupun

permeabilitasnya (test pit).

f) Melakukan pengukuran situasi

tampungan waduk dan daerah

tangkapan hujan.

g) Melakukan kajian terhadap

upaya-upaya yang perlu

dilakukan guna menanggulangi

erosi yang berlebihan.

1.4 Lokasi Pekerjaan

Lokasi telaga Ngroyo yang

merupakan lokasi studi berada di desa

Karangwuni Kecamatan Rongkop,

Kabupaten Gunung Kidul. Situasi desa

Karangwuni dapat dilihat pada peta

desa Gambar-1 di bawah ini.

Page 79: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

75

Gambar 1

Peta Desa Karangwuni Kecamatan Rongkop

Pada umumnya keadaan telaga

yang ada mengalami kerusakan karena

terjadinya kebocoran pada dasar dan

dinding telaga, sehingga berakibat lama

masa tampungan berkurang, kualitas air

tidak baik dan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan air di musim

kemarau. Juga tidak terdapat fasilitas

khusus yang disediakan untuk mandi

dan cuci untuk masyarakat maupun

mandi/minum ternak. Akibatnya

banyak orang maupun hewan yang

mandi atau mencuci dengan cara masuk

ke telaga, sehingga mencemari air dan

merusak dinding telaga.

II. LANDASAN TEORI

Umum

Dalam konteks pemanfaatan

sumber air, secara umum permasalahan

yang dihadapi adalah laju peningkatan

ketersediaan air masih kurang

dibanding peningkatan kebutuhan air.

Kebutuhan air untuk berbagai keperluan

terus meningkat sejalan dengan laju

pembangunan di berbagai bidang. Di

sisi lain penyediaan prasarana dan

jumlah penyediaan air baku saat ini

sangat terbatas, sehingga belum mampu

memenuhi kebutuhan tersebut. Telaga

merupakan sumber air permukaan yang

potensial untuk dipergunakan sebagai

Page 80: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

76

lumbung air yang menjadi salah satu

sumber air cadangan untuk musim

kemarau, terutama air untuk kebutuhan

ternak.

2.2 Analisis Debit Ketersediaan Air

Hitungan nilai debit aliran yang

masuk ke telaga dilakukan dengan dua

cara yaitu metode NRECA dan metode

Rasional (Puslitbang Pengairan,1994).

Metode Rasional merupakan metode yang

sederhana dan sesuai digunakan untuk

analisis hitungan perkiraan besarnya

inflow di telaga yang relatif kecil, yaitu

telaga dengan batasan kapasitas

tampungannya kurang dari 100.000 m3

dan batasan luas daerah tangkapan hujan

kurang dari 100 ha.

a. Perhitungan Debit Bulanan

dengan Cara Nreca Sederhana

Cara perhitungan ini paling sesuai

untuk daerah cekungan yang setelah

hujan berhenti, masih ada aliran air

di sungai selama beberapa hari.

Kondisi semacam ini bisa terjadi

apabila tangkapan hujan cukup luas,

sehingga sangat cocok untuk

embung besar, yaitu dimensi

embung yang lebih besar dari

batasan embung kecil.

Langkah perhitungan model Nreca

ini mencakup 18 tahap, yang

perhitungannya dapat dilakukan

kolom per kolom sebagai berikut ini.

Tahap-1

Nama bulan, yaitu bulan Januari

sampai Desember

Tahap-2

Nilai hujan rata-rata bulanan (Rb)

yang dihitung dengan rumus di

depan.

Tahap-3

Nilai evapotranspirasi potensial

(PET).

Tahap-4

Nilai tampungan kelengasan awal

(Wo), di mana besarnya ilai ini harus

dicoba-coba dengan percobaan

pertama diambil 600 mm/bulan di

blan Januari.

Tahap-5

Tampungan kelengasan awal (soil

moisture storage- Wi) yang dihitung

dengan rumus :

Wo

Wi = --------------

Nominal

Page 81: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

77

Dengan :

Nominal = 100 + 0,2 Ra

Ra = hujan tahunan (mm)

Tahap-6

Rasio Rb/PET = kolom (2) : kolom

(3)

Tahap-7

Rasio AET/PET

AET = evapotranspirasi aktual, yang

tergantung dari Tahap 6 dan 5

Tahap-8

AET

AET = --------- x PET x koefisien reduksi

PET

Tahap-9

Neraca air = Rb – AET = kolom

(2) – kolom (8)

Tahap-10

Rasio kelebihan kelengasan (excess

moisture) yang dapat diperoleh :

Bila neraca air (kolom (9))

positif, maka rasio tersebut

dapat diperoleh dengan

memasukkan nilai tampungan

kelengasan tanah Wi di kolom

(5),

Bila neraca air negatif, rasio =

0

Tahap-11

Kelebihan kelengasan

= rasio kelebihan kelengasan x

neraca air

= kolom (10) x kolom (9)

Tahap-12

Perubahan tampungan

= neraca air – kelebihan

tampungan

= kolom (9) – kolom (11)

Tahap-13

Tampungan air tanah = P1 x

kelebihan kelengasan

= P1 x

kolom (11)

P1 = parameter yang

menggambarkan karasteristik

tanah permukaan yaitu

kedalaman 0 sampai dengan

2 meter, nilainya 0,1–0,5

tergantung pada sifat lulus air

lahan,

P1 = 0,1 bila bersifat kedap air, dan

P1 = 0,5 bila bersifat lulus air

Tahap-14

Tampungan air tanah awal yan harus

dicoba-coba dengan nilai awal = 2

Page 82: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

78

Tahap-15

Tampungan air tanah ahir

= tampungan air tanah +

tampungan ar tanah awal

= kolom (13) + kolom (14)

Tahap-16

Aliran air tanah = P2 x tampungan

air tanah akhir

= P2 x

kolom (15)

Tahap-17

Larian langsung (direct run off)

= kelebihan kelengasan –

ampungan ar tanah

= kolom (11) – kolom (13)

Tahap-18

Aliran total = larian langsung +

aliran air tanah

= kolom (17) +

kolom (16), dalam mm/bulan

Bila aliran total akan dinyatakan

dalam m3/bulan, maka :

Aliran total = kolom (18) x 10 x

luas areal tadah hujan

Untuk perhitungan bulan berikutnya,

diperlukan nilai tampungan

kelengasan (kolom (4)) untuk bulan

berikutnya dan tampungan air tanah

(kolom (14)) bulan berikutnya yang

dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

a) tampungan kelengasan

= tampungan kelengasan bulan

sebelumnya + perubahan

tampungan

= kolom (4) + kolom (12),

semuanya dari kolom

sebelumnya

b) tampungan air tanah

= tampungan air tanah bulan

sebelumnya – aliran air tanah

= kolom (15) - kolom (16),

semuanya dari bulan

sebelumnya.

Sebagai patokan, di akhir

perhitungan, nilai tampungan

kelengasan awal (Januari) harus

mendekati besarnya tampungan

kelengasan bulan Desember. Jika

perbedaan antara keduanya ckup

jauh, yaitu > 200 mm, perhitungan

harus diulang lagi mulai bulan

Januari dengan mengambil nilai

tampungan kelengasan awal

(Januari) = tampungan kelengasan

bulan Desember.

Perhitungan biasanya dapat

diselesaikan dalam 2 kali jalan.

Page 83: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

79

b. Perhitungan Debit Rencana dengan

Metode Rasional

Methode ini dapat menggambarkan

hubungan antara debit limpasan

dengan besarnya luasan DAS,

khususnya untuk luasan DAS < 100

km2 Dengan menganggap bahwa

proses transformasi hujan menjadi

limpasan langsung mengikuti proses

linier dan tidak berubah oleh waktu,

maka besarnya debit limpasan

langsung yang dinyatakan dengan

intensitas curah hujan netto jam-

jaman (In) dapat dinyatakan secara

empiris dengan Rumus Rasional.

Metode ini paling banyak

dikembangkan sehingga didapat

beberapa rumus di antaranya adalah

sebagai berikut :

Qr = 6.3

AIC = 0,278. C.I.A

Di mana : Qr = debit

maksimum

rencana (m3/det)

I = intensitas

curah hujan untuk

lama hujan t

(mm/jam)

A = luas daerah

aliran (km2)

C = koefisien run

off

Intensitas hujan adalah jumlah hujan

per satuan waktu.

Lama waktu hujan adalah lama

waktu berlangsung hujan, dalam hal

ini dapat mewakili total curah hujan

atau periode hujan yang singkat dari

curah hujan yang relatif seragam.

Waktu konsentrasi (tc) yang diperoleh

dari hasil perhitungan hidrologi

dipakai untuk menentukan intensitas

hujan pada kurva intensitas hujan,

sesuai dengan periode ulangnya.

Intensitas curah hujan dan waktu lama

hujan dapat dihitung dengan rumus

Mononobe sebagai berikut

(Triatmojo)

:Ι = 3

2

24

24

24

ct

R

Page 84: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

80

Di mana : I = intensitas curah

hujan untuk lama hujan t

(mm/jam).

R24 = curah hujan

rerata selama periode ulang T tahun

(mm).

tc = lamanya curah

hujan (menit).

Koefisien run off dipengaruhi oleh

jenis lapis permukaan tanah, dan

setelah melalui berbagai penelitian,

didapatkan besaran seperti berikut :

.

Tabel 2.1

Angka Tetapan Pengaliran Daerah Aliran Sungai

Penutup Lahan Angka Pengaliran

Daerah Pertanian

Daerah Perairan

Daerah Konservasi

Daerah Industri

Daerah Usaha

Daerah Pemukiman

Lain-lain

0,20 – 0,60

0,45 – 0,75

0,05 – 0,25

0,50 – 0.90

0,50 – 0,70

0,25 – 0,40

0,10 – 0,30

Sumber : US Forest Service (1990)

Rumus Rasional di atas hanya

berlaku, manakala seluruh daerah

aliran sungai seluas A, ditutupi

dengan penutup lahan yang sama

sehingga angka kekasaran lahannya

pun juga sama. Pada kenyataannya,

pada sebuah daerah aliran sungai,

tidak mungkin hanya ditutupi dengan

penutup lahan yang sama. Namun

untuk penyederhanaan perhitungan,

kalau luas DAS tidak begitu luas,

jenis penutup lahan dianggap sama

berdasarkan luas yang paling

dominan.

2.3 Analisis Tampungan Lumbung Air

Lumbung air yang akan

dikembangkan diharapkan dapat

menampung penuh air di musim hujan dan

Page 85: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

81

kemudian dioperasikan selama musim

kemarau untuk melayani berbagai

kebutuhan. Dengan demikian kapasitas

tampung yang dibutuhkan harus dapat

memenuhi kebutuhan pada musim

kemarau. Selain itu juga harus

mempertimbangkan kehilangan air oleh

penguapan di kolam dan resapan di dasar

dan dinding kolam, serta menyediakan

ruangan untuk sedimen.

a. Kapasitas Tampung Yang

Dibutuhkan (Vn)

Lumbung air yang berada pada

daerah semi kering, akan

menampung air sampai penuh di

musim hujan. Kemudian pada

musim kemarau masyarakat akan

menggunakan untuk berbagai

kebutuhan penduduk seperti air

baku, air minum, irigasi, dan ternak.

Dengan anggapan bahwa pada akhir

musim hujan lumbung air pada

kapasitas maksimum (penuh), maka

kapasitas tampung dapat

diperhitungkan :

sieun VVVVV

dengan :

Vn = kapasitas tampungan total

yang diperlukan. (m3),

Vu = volume hidup untuk melayani

berbagai kebutuhan (m3),

Ve = jumlah penguapan dari kolam

selama musim kemarau (m3),

Vi = jumlah resapan melalui dasar,

dan dinding lumbung air selama

musim kemarau (m3),

Vs = ruangan yang disediakan untuk

sedimen (m3).

b. Ketersediaan Air (Vh)

Air yang masuk kedalam telaga

terdiri dari dua kelompok, yaitu :

a) air permukaan dari seluruh

daerah tangkapan hujan,

b) air hujan effektif yang jatuh

langsung di atas permukaan

kolam.

Jika kehilangan air akibat penguapan

diperhitungkan, ketersediaan air

dapat dinyatakan :

jktjktjh EARAVV ..10..10

dengan :

Vh = volume air yang

dapat mengisi kolam telaga

(m3),

Vj = aliran bulanan pada

bulan j (m3/bulan),

Page 86: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

82

Vj = jumlah aliran total

selama musim hujan (m3),

Rj = curah hujan bulanan

pada bulan j (mm/bulan),

Rj = curah hujan total

selama musim hujan (mm),

Akt = luas permukaan

kolam telaga (ha),

Ej = jumlah penguapan

(evaporasi) pada bulan j

(mm),

10 = konversi satuan.

Dalam menentukan kapasitas total

dari telaga, volume air maksimum

yang dapat mengisi telaga (Vh), harus

dibandingkan dengan kapasitas

tampung yang diperlukan (Vn). Jika

kapasitas tampung yang diperlukan

(Vn) lebih besar dari volume air yang

dapat mengisi kolam embung (Vh),

maka akan terjadi kekurangan air

pada saat embung digunakan dan

disamping itu biaya konstruksi

menjadi mahal. Sebaliknya jika

kapasitas tampung yang diperlukan

(Vn) lebih kecil dari volume air yang

dapat mengisi kolam telaga (Vh),

maka air akan melimpah melewati

mercu embung, hal ini juga akan

mengakibatkan kerusakan pada

bangunan utama dan

kelengkapannya.

c. Kebutuhan Air dan Tampungan

Hidup (Vu)

Kebutuhan air yang harus dilayani

embung diperhitungkan dari macam

penggunaan air oleh penduduk.

Secara praktis rumusan umum

pernyataan kebutuhan air total untuk

tampungan hidup (Vu) dapat

dituliskan sebagai berikut :

Vu = Jh x JKK x Qu

dengan :

JKK = jumlah KK per desa,

Jh = jumlah hari selama musim

kemarau (hari),

Qu = kebutuhan air total untuk

penduduk, ternak dan kebun

l/hari/KK)

.

Page 87: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

83

Tabel 2.2

Kebutuhan air dan Tampungan Hidup

Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruag

d. Sedimen (Vs)

Berdasarkan pengamatan, terjadinya

pendangkalan telaga disebabkan oleh

terbawanya sedimen oleh aliran yang

masuk ke telaga. Dalam perhitungan

kapasitas tampung telaga ditentukan

secara praktis ruang setinggi 1,00 m

diatas dasar kolam yang akan

dipakai sebagai ruang tampungan

sedimen (Vs). Ruang ini masih dapat

dimanfaatkan selama belum terisi

sedimen.

e. Jumlah Penguapan (Ve )

Pada daerah semi kering penguapan

dari kolam telaga akan relatif besar.

Apalagi aliran air yang masuk pada

musim kering tidak ada. Cara

sederhana menghitung penguapan di

permukaan kolam telaga adalah

sebagai berikut :

kjkte EAV .10

di mana :

Ve = jumlah penguapan dari telaga

selama musim kemarau (m3).

Akt = luas permukaan kolam telaga

pada setengah tinggi (ha),

Ekj = penguapan bulanan musim

kemarau pada bulan ke-j

(mm/bulan).

10 = konversi satuan.

f. Jumlah Resapan (Vi)

Volume tampungan hidup (Vu) Kebutuhan air

Lt/KK/hari

Kebutuhan air penduduk 65

Kebutuhan air ternak besar 15

Kebutuhan air ternak kecil 1,5

kebutuhan air unggas 0,5

Kebutuhan air kebun 10

Total kebutuhan air 92

Page 88: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

84

Air di dalam kolam telaga akan

meresap masuk kedalam pori atau

rongga di dasar dan dinding kolam.

Besarnya resapan ini tergantung

pada jenis butiran tanah atau struktur

batu pembentuk dasar dan dinding

kolam. Secara teoritik perhitungan

resapan air ini cukup rumit dan sulit

dilakukan. Tetapi berdasarkan

beberapa analisis teoritis oleh

Puslitbang Pengairan (1994) dapat

digunakan cara praktis untuk

menentukan besarnya resapan air

kolam telaga.

ui VKV .

dengan :

Vi = jumlah resapan tahunan (m3),

Vu = jumlah air tampungan hidup

(m3),

K = faktor yang nilainya

tergantung dari sifat lulus air

material telaga,

K = 10%, bila dasar dan dinding

kolam telaga praktis rapat air,

(K < 10-5

cm/detik),

K = 25%, bila dasar dan dinding

kolam telaga bersifat semi lulus air,

(K = 10-3

- 10-4

cm/detik).

g. Menentukan Kapasitas Tampung

Desain (Vd)

Untuk menentukan dan memilih

kapasitas tampung desain embung

(Vd), harus diperbandingkan :

(1) volume tampungan yang

diperlukan (Vn) untuk

menyediakan :

(a) kebutuhan penduduk,

hewan dan sawah di suatu

desa (Vu),

(b) volume cadangan untuk

kehilangan air karena

penguapan (Ve) dan

resapan (Vi),

(c) ruangan untuk

menampung sedimen (Vs).

(2) volume air yang tersedia

(potensial) selama musim hujan

(Vh), yang merupakan jumlah

air maksimum yang dapat

mengisi kolam,

(3) daya tampung (potensi) topografi

untuk menampung air (Vp),

yaitu volume maksimum kolam

embung yang terbentuk

Dari ketiga besaran tersebut dipilih

yang terkecil sebagai volume /

Page 89: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

85

kapasitas tampung desain lumbung

air (Vd). Bilamana Vh atau Vp yang

menentukan, maka kemampuan

embung ntuk melayani penduduk

akan berkurang, yaitu tidak sebesar

yang diperlukan (Vn). Dalam hal

seperti ini perlu ditantukan berapa

jumlah KK yang dapat dilayani oleh

lumbung air yang hendak dibangun.

III. Rancangan Desain Telaga Ngroyo

3.1 Desain telaga Ngoyo

Dari hasil perhitungan kapasitas

tampungan di Telaga Ngroyo

diketahui bahwa kebutuhan

tampungan (Vn) adalah sebesar

34.073 m3, sedangkan kapasitas

tampungan Telaga Ngroyo yang ada

mampu menampung air sejumlah

35.515 m3

Jika ditinjau dari potensi

air hujan yang dapat mengisi Telaga

Ngroyo diketahui sebesar 97.466 m3,

sehingga mampu mengisi telaga

dalam satu musim saja.

Permasalahan yang terjadi pada

Telaga Ngroyo adalah terjadinya

penguapan yang relatif besar akibat

luas genangan. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya kehilangan

air akibat penguapan kolam yang

akan berakibat pada berkurangnya

lama masa tampungan telaga.

Sedangkan jika ditinjau dari segi

pembiayaan perbaikan / pembuatan

dinding telaga yang mengelilingi

luasan telaga tersebut juga akan

memerlukan biaya yang relatif besar.

Page 90: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

86

Gambar 3.1

Peta Daerah Tangkapan Hujan Telaga Ngroyo

Hasil penyelidikan tanah di Telaga

Ngroyo yang menjelaskan ketebalan

sedimentasi pada dasar telaga

berkisar 2 – 6 meter dan setiap tahun

diperkirakan terjadi sedimentasi

sekitar 5 – 10 cm. Besarnya

koefisien rembesan di dasar telaga

berkisar 1 x 10-5

- 10-6

cm/det, ini

berarti relatif kedap air. Tanah pada

bagian bawah berpermeabilitas

cukup kecil dan relatif kedap air dan

baik untuk menahan aliran air ke

lapisan bawah.

Tanah dasar telaga sampai dengan

kedalaman 5 meter dapat digunakan

sebagai bahan timbunan, dengan

syarat tanah harus dipadatkan

terlebih dahulu. Rekomendasi hasil

penyelidikan tanah ini menguatkan

pilihan alternatif pengerukan

sedimen di dasar telaga dan

peninggian dinding telaga

PETA DAERAH TANGKAPAN HUJAN

TELAGA NGROYO

LUAS DAERAH TANGKAPAN HUJAN 15,80 HA

TELAGA NGROYO

Ngejring

Sriten

Ngerong

Tirisan

Gandu Lor

Page 91: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

87

merupakan alternatif yang relatif

tepat, aman dan murah.

Dari analisa beberapa pertimbangan

alternatif diatas maka kemudian

ditentukan penentuan rencana desain

untuk Telaga Ngroyo, yaitu dengan

tinggi ruang 2,50 meter, luas area

0,85 Ha. dan volume tampungan

21.250 m3.

3.2 Nilai Manfaat Telaga

Pengembangan sumberdaya air perlu

mempertimbangkan beberapa hal

yang disesuaikan dengan kondisi

yang ada di lapangan. Dalam rangka

mengoptimalkan kelayakan hasil

pekerjaan, perlu dilakukan kajian

dari aspek teknis, ekonomi dan

lingkungan.

Aspek ekonomi merupakan salah

satu faktor penting dalam evaluasi

kelayakan suatu pekerjaan. Tujuan

dari analisa ekonomi proyek

sumberdaya air antara lain adalah

menentukan pilihan antara berbagai

alternatif perencanaan yang ada.

Legono (2002) menyatakan dalam

analisis ekonomi sumberdaya air

diperlukan:

a) Analisis pemanfaatan air untuk

berbagai kebutuhan.

b) Analisis biaya dari alternatif

pembangunan yang dipilih

beserta program

pembangunannya.

c) Perhitungan nilai manfaat

pekerjaan dilakukan untuk

kondisi sebelum pekerjaan dan

setelah ada pekerjaan

d) Perhitungan manfaat dilakukan

dengan berbagai anggapan untuk

memprediksi kejadian di masa

mendatang.

e) Biaya pekerjaan diperhitungkan

mulai dari gagasan, studi

kelayakan, perancangan,

pembangunan, hingga operasi

dan pemeliharaan.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan

di atas maka terlihat jelas, bahwa

penetapan nilai manfaat suatu

pekerjaan merupakan hal yang

kompleks dan dipengaruhi oleh

variabel-variabel yang saling

berkaitan, baik variabel di bidang

ekonomi, bidang sosial, kebijakan

pemerintah dan masih banyak

variabel lainnya yang saling

mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan pengembangan

sumberdaya air.

Perhitungan nilai manfaat dalam

pekerjaan penyediaan air baku pada

telaga Ngroyo di Kabupaten

Page 92: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

88

Gunungkidul tahun 2004 dilakukan

berdasarkan perbandingan nilai

manfaat sebelum ada pembangunan

telaga dengan setelah ada telaga.

Nilai nominal (biaya) dipergunakan

sebagai salah satu ukuran dari

kelayakan pengambilan keputusan

untuk dibangunnya telaga.

Asumsi-asumsi yang dipergunakan

dalam perhitungan nilai manfaat

dalam pekerjaaan ini antara lain

adalah Biaya investasi pembuatan

Bak Penampung Air Hujan (PAH)

yang dipergunakan setiap kepala

keluarga dihitung berdasar jumlah

kepala keluarga yang memanfaatkan

telaga,

a) Volume Bak Penampung Air

Hujan (PAH) pada perhitungan

sebelum ada pekerjaan telaga

lebih besar dari volume Bak

Penampung Air Hujan (PAH)

sesudah ada telaga

b) Total biaya pengeluaran untuk

penyediaan kebutuhan air

diperhitungkan selama 15 tahun

kedepan, hal ini disesuaikan

dengan usia teknis telaga.

c) Biaya bunga dan depresiasi nilai

uang dari investasi pembuatan

telaga tidak diperhitungkan.

d) Nilai manfaat telaga selain

sebagai sumber air baku untuk

mandi, mencuci dan mandi

ternak tidak diperhitungkan.

e) Tidak dilakukan perhitungan

Benefit Cost Ratio dan Break

Event Point.

Hasil perhitungan nilai manfaat

pekerjaan penyediaan air baku pada

telaga Ngroyo di Kabupaten

Gunungkidul tahun 2004 disajikan

dalam Tabel 2.1 dan Tabel 3.2

berikut ini.

Page 93: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

89

Tabel 3.1

Biaya Pengeluaran Kebutuhan Air

Sebelum Pembangunan Telaga Ngroyo

No Komponen Biaya Jumlah Biaya Satuan

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

1 Pembuatan PAH 266 6.000.000 1.596.000.000

2 Rehabilitasi PAH 266 2.500.000 665.000.000

3 Pembuatan talang air 266 1.200.000 319.200.000

4 Rehabilitasi talang air 266 350.000 93.100.000

5 Pembelian Air 31.920 100.000 3.192.000.000

6 Pemeliharaan PAH 3.990 45.000 179.550.000

7 Pemeliharaan talang air 3.990 45.000 179.550.000

Total Biaya 6.224.400.000

Sumber : Hasil hitungan

Tabel 3.2

Biaya Pengeluaran Kebutuhan Air

Sesudah Pembangunan Telaga Ngroyo

No Komponen Biaya Jumlah Biaya Satuan

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

1 Pembuatan PAH 266 3.000.000 798.000.000

2 Rehabilitasi PAH 266 1.000.000 266.000.000

3 Pembuatan talang air 266 400.000 106.400.000

4 Rehabilitasi talang air 266 125.000 33.250.000

5 Pembelian Air 9.975 100.000 997.500.000

6 Pemeliharaan PAH 10.530 45.000 473.850.000

7 Pemeliharaan talang air 3.990 45.000 179.550.000

8 Desain telaga 1 25.000.000 25.000.000

9 Konstruksi Telaga 1 1.815.357.000 1.815.357.000

10 Operasional 180 500.000 90.000.000

11 Pemeliharaan Telaga 15 1.500.000 22.500.000

Total Biaya 4.879.583.000

Page 94: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

90

Gambar 3.1

Gambar Rencana Telaga Ngroyo

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan hasil

perhitungan yang sudah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan seperti

berikut ini.

a) Volume rerata aliran bulanan

pada Telaga Ngroyo adalah

sebesar 13.380 m3, volume rerata

bulanan air masuk telaga (Vh)

sebesar 16.245 m3, volume

kehilangan air akibat penguapan

(Ve) rerata per bulan sebesar

1.583 m3, volume kehilangan air

akibat peresapan (Vi) rata-rata

per bulan sebesar 329 m3,

Kehilangan volume tampungan

akibat sedimentasi (Vs) rata-rata

per bulan sebesar 313 m3,

volume kebutuhan tampungan

hidup (Vu) yang diperlukan bagi

sejumlah Kepala Keluarga yang

diprediksikan tahun 2020 adalah

Page 95: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

91

sebesar 12.744 m3, volume

tampungan total kebutuhan (Vn)

sebesar 34.073 m3, volume

tampungan potensi (Vp) sebesar

35.515 m3, maka ditetapkan

volume tampungan desain adalah

sebesar 40.000 m3. Peningkatan

kapasitas tampungan desain ini

dilakukan dengan melakukan

penggalian sedimen yang

mengendap pada dasar telaga

sedalam 1,5 meter, mempertinggi

dinding telaga sebesar 1,0 meter,

mempersempit luas genangan

telaga menjadi 0.998 Ha. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi

besarnya kehilangan air akibat

penguapan pada kolam telaga.

b) Ketebalan sedimentasi pada

dasar telaga berkisar 2 – 6 meter

dan setiap tahun diperkirakan

terjadi sedimentasi sekitar 5 – 10

cm. Besarnya koefisien rembesan

di dasar telaga berkisar 1 x 10-5

-

10-6

cm/det, ini berarti relatif

kedap air. Material tanah yang

berada di telaga dapat dipakai

sebagai bahan timbunan untuk

tanggul yang kedap air bila

pelaksanaanya sesuai dengan

persyaratan teknis.

c) Berdasarkan hasil perhitungan

besarnya erosi yang yang terjadi

pada lahan tangkapan hujan

Telaga Ngroyo, yang rata-rata

sebesar 607 ton/ha/tahun maka

tingkat erosi yang terjadi

digolongkan dalam kelas bahaya

erosi V atau klasifikasi sangat

berat.

d) Besarnya sedimen yang masuk

pada telaga Ngroyo, ditentukan

berdasarkan Nilai Sediment

Delevary Ratio (SDR) untuk

Telaga Saproal sebesar 0,253,

Telaga Melengan sebesar 0,161,

Telaga Mencukan sebesar 0,189,

dan untuk Telaga Ngroyo sebesar

0,284

4.2 Saran-saran

a) Pada pelaksanaan penggalian

sedimen pada dasar telaga pada

kedalaman yang ditentukan, jika

diketemukan batuan kapur keras

pada bagian sisi (tebing)

sebaiknya bagian tersebut

dihindari. Kemudian dibuat

pasangan batu pada bagian dalam

kolam (bagian yang

bersinggungan langsung dengan

air). Atau jika dipandang

memungkinkan batuan tersebut

dapat dipotong kemudian

permukaan potongan yang

Page 96: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

92

tertinggal dibalut dengan mortar

beton yang dicampur dengan

sekam padi atau serbuk

gergajian.

b) Setelah dilakukan penggalian

sedimen pada dasar telaga,

sebaiknya dilakukan pemadatan

tanah dasar telaga. Hal ini

dimaksudkan agar kepadatan

tanah dasar dapat diperbaiki

dipertahankan.

c) Pada tempat-tempat yang

diidentifikasi sebagai luweng,

sebaiknya dilakukan penggalian

sampai pada permukaan batuan

keras (letak luweng) selanjutnya

ditutup dengan mortar beton

dengan campuran sekam padi /

serbuk gergajian.

d) Untuk mengurangi kehilangan

air akibat penguapan pada kolam

telaga, sebaiknya penanaman

tanaman pelindung pada area

sabuk hijau segera dilakukan.

Teknis penanaman dan

pemeliharaan tanaman serta jenis

tanaman yang ditanam pada area

sabuk hijau sebaiknya

melibatkan masyarakat sekitar

telaga.

e) Untuk mengurangi jumlah

sedimen yang masuk kolam

telaga selain dilakukan dengan

pembuatan bak penangkap

sedimen di sekitar telaga,

sebaiknya secara bertahap

dilakukan perbaikan pengelolaan

lahan (bukit-bukit) di sekitar

telaga dengan pembuatan teras

bangku, sedangkan pada tahapan

selanjutnya perlu diupayakan

penggantian jenis tanaman yang

ditanam pada area tersebut.

f) Untuk lebih menjamin

ketersediaan aliran air

(memperpanjang waktu

limpasan) maka pada alur-alur

air yang masuk telaga dapat

dibuat kantong-kantong pemanen

air hujan. Hal ini disamping

dapat memperpanjang waktu

limpasan air hujan dapat juga

difungsikan sebagai kantong

perangkap sedimen.

g) Pembuangan tanah hasil

penggalian sedimen pada dasar

telaga sebaiknya dipergunakan

untuk menimbun ruang yang

akan dipergunakan sebagai area

sabuk hijau, dan jika terdapat

sisa galian sebaiknya

dimanfaatkan untuk perbaikan

lahan tegalan di sekeliling telaga,

dengan memperhitungkan

kemungkinan kembalinya tanah

timbunan ke dalam kolam telaga.

Page 97: SARGA edisi Mei 2010

SARGA EDISI XVI – Volume 1 – Mei 2010

PERENCANAAN KEMBALI TELAGA GUNUNG KIDULMENJADI BANGUNAN LUMBUNG AIR

93

Daftar Pustaka

Dirjen Pengairan Departemen

Pekerjaan Umum, 1986, Standar

Perencanaan Irigasi, Kriteria

Perencanaan KP-01, P.T. Galang

Persada, Bandung

Dirjen Pengairan Departemen

Pekerjaan Umum, 1986, Standar

Perencanaan Irigasi, Kriteria

Perencanaan, KP-02, P.T. Galang

Persada, Bandung

Dirjen Pengairan Departemen

Pekerjaan Umum, 1986, Standar

Perencanaan Irigasi, Kriteria

Perencanaan KP-04, P.T. Galang

Persada, Bandung

Ibnu Kasiro dkk, 1977, Pedoman

Kriteria Desain Embung Kecil untuk

Daerah Semi Kering di Indonesia,

Departeman Pekerjaan Umum, Jakarta

Sosrodarsono Suyono, 1976,

Bendungan Tipe Urugan, P.T Pradnya

Paramita, Jakarta

Sosrodarsono Suyono, 1985,

Perbaikan dan Pengaturan Sungai, P.T

Pradnya Paramita, Jakarta