sapta resi

Upload: agung-wiranata

Post on 29-Oct-2015

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Sapta Resi

TRANSCRIPT

Slide 1

GRTSAMADAMaha Resi Grtsamada adalah maha Resi yang dihubungkan turunnya sloka-sloka Weda, Rg. Weda, terutama mandala II. Hanya sayangnya sejarah kehidupan Maha Resi Grtsamada tidak banyak diketahui. Dari beberapa cukilan kita ketahui bahwa beliau adalah keturunan dari Sunahotra dari keluarga Angira. Anehnya didalam catatan lainnya kita jumpai bahwa Grtsamada lahir dari keluarga Bhrgu sehingga dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa nama Grtsamada sejarahnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Beliau dikatakan putra Senaka, salah seorang Maha Resi terkenal pula pada zaman itu. Bahkan didalam kitab Mahabharata terdapat cerita yang menyebutkan bagaimana Maha Resi Senaka merupakan Maha Resi terhormat dalam sejarah Hindu. Grtsamada adalah keturunan dari Senaka yang terkenal ini.

Adapun Sunahotra dikatakan juga kelompok keluarga Bharadwaja keluarga mana juga terkenal sebagai Maha Resi penerima Wahyu.

Dari uraian ini ada tanda-tanda yang membuktikan bahwa Grtsamada adalah anggota keluarga yang sama dengan Maha Resi Bharadwaja yang kemudian banyak dihubungkan dengan nama-nama Bhagawan Bhrgu. Keluarga Bhrgu ini adalah keluarga yang namanya banyak disebut-sebut. Dari Grtsamada lahir putra bernama Kurma. Lebih dari pada itu tentang cerita keluarga ini tidak banyak diketahui kecuali dikatakan bahwa ada pula terdapat sloka-sloka yang diturunkan melalui Putra-putra beliau.

WISWAMITRAWiswamitra adalah Maha Resi yang kedua yang banyak disebut-sebut. Dan catatan yang ada diduga beliau menerima Wahyu yang kemudian dihimpun dalam Weda. Seluruh mandala III diduga berasal dari keluarga Maha Resi Wiswamitra.Kitab mandala III ini terdiri atas yang terdiri atas beberapa pasal. Ada pula yang mengatakan bahwa diantara pasal-pasal itu diturunkan melalui Kusika putra dan Maha Rsi Isiratha. Cerita lain mengemukakan bahwa Wiswamitra adalah putra Musika. Karena itu dapat diduga bahwa sloka-sloka Weda mandala II ini ada yang diturunkan sebelum Wiswamitra yang kemudian oleh Wiswamitra menggabungkannya dengan sloka-sloka yang diterima olehnya dalam satu mandala.

Hubungan antara ketiga nama ini menunjukkan bahwa antara Isiratha dan Wiswamitra adalah satu keluarga.

Ada pembuktian lain yang menunjukkan adanya sloka-sloka yang telah diturunkan melalui Prajapati sedangkan Prajapati dikatakan putra dan Wiswamitra. Sayangnya seluruh sloka-sloka keluarga Wiswamitra tidak banyak diketahui. Kalau kita perhatikan dua sukta terakhir ada petunjuk yang menunjukkan bahwa mantra-mantra itu diturunkan melalui Maha Resi Yamadagni, sedangkan hubungan antara Maha Resi Yamadagni dengan maha Resi Wiswamitra tidak banyak diketahui, sehingga sulit untuk memastikannya. Hal lain yang perlu diketahui tentang Wiswamitra ialah sehubungan dengan kedudukan Wiswamitra bukan sebagai Brahmana, tetapi sebagi Kesatria atau golongan penguaasa yang kemudian terkenal sebagai Maha Resi. Dalam sejarah agama Hindu nama Wiswamitra banyak disebut-sebut.

WAMADEWAWamadewa dihubungkan dengan sloka-sloka dalam Mandala IV didalam sloka-sloka Rg. Weda itu. Hanya sayang riwayat hidup Wamadewa banyak diketahui. Hampir semua mantra-mantra yang terdapat dimandala IV dikatakan diterin oleh Wamadewa. Hanya dinyatakan salah satu dari pada mantra yang terpenting yaitu Gayatri tidak terdapat didalam mandala IV tetapi diletakkan di Mandala III.

Didalam cerita dikatakan bahwa Malia Resi Wamadewa telah mencapai penerangan sempurna sejak masih berada dalam kandungan ibunya. Diceriterakan bahwa semasih dalam kandungan Wamadewa berdialog dengan malaekat Indra dan Aditi. Rupanya ceritera tentang dialog ini dihubungkan dengan kedudukan Wamadewa yang telah dianggap mencapai kesucian, sehingga Wamadewa dilahirkan tidak melalui saluran biasa. Hanya itulah ceritera yang kita peroleh tentang Wamadewa sebagai Maha Resi.

ATRI

Maha Resi Atri banyak dirangkaikan dengan turunnya sloka-sloka yang dihimpun dalam Mandala V. Tetapi sebagai Maha Resi, Atri tidak banyak dikenal. Ada banyak dugaan yang membuktikan bahwa nama Atri dan keluarganya banyak dirangkaikan dengan turunnya wahyu-wahyu. Nama Atri juga dihubungkan dengan keluarga Angira.

Nama-nama yang banyak disebutkan didalam Mandala ini adalah, Dharuna, Prabhuwasu, Samwarana, Ghaurawiti. Putra Sakti dan Samwarana, putra Prjapati. Didalam mandala ini terdapat 87 Sukta. Dri 87 ini 14 sukta diturunkan melalui Atri sedangkan Lainnya diturunkan melalui keluara Atri Dalam catatan yang ada, anggota keluarga Atri yang dianggap sebagai penerima Wahyu.BHARADWAJA

Mandala VI tergolong himpunan sloka-sloka yang diturunkan melalui Maha Resi Bharadawja. Buku ini memuat 75 sukta.

Menurut otensitasnya tampaknya lebih tua dari buku yang ke V, tetapi dalam urutan ditetapkan sesudah buku ke V.

Hampir seluruh isi mandala VI ini dikatakan kumpulan dari Bharadwaja, hanya sedikit saja yang diduga turun dari keluarganya, antara lain disebut nama Sahotra dan Sarahotra.

Nama-nama lainnya seperti Nara, Gargarjiswa, yang merupakan keluarga dari Bharadwaja termasuk pula sebagai penerima wahyu. Diceriterakan Bharadwaja adalah putra Brhaspati. Akan tetapi kebenaran tentang cerita ini belum dapat dipastikan, karena disamping nama Bharadwaja terdapat pula nama Samyu yang dianggap sebagai putra Brhaspati, sedangkan hubungan antara Samyu dan Bharadwaja tidak diketahui.

WASISTASeluruh buku ke VII dianggap merupakan himpunan yang diturunkan melalui Maha Resi Wasista, atau keluarganya. Putra Maha Resi Wasista bernama Sakti. Dari catatan yang ada seperempat dari mandala VII diturunkan melalui putranya. Tentang keluarga Wasista tidak banyak kita kenal. Didalam Mahabharata nama Wasista sama terkenalnya dengan Wiswamitra. Didalam ceritera itu Maha Resi Wasista bertempat tinggal di hutan, KAMYAKA ditepi sungai Saraswati.

KANWAMaha Resi Kanwa merupakan Maha Resi yang ke 7 yang banyak disebut-sebut namanya. Maha Resi ini dianggap penerima wahyu yang dihimpun kemudian yang merupakan buku yang ke VIII yang isinya macam-macam.

Buku ke VIII ini sebagian besar memuat sloka-sloka yang diturunkan melalui keluarga Kanwa sedangkan Maha Resi Kanwa sendiri menerima sebagian kecil saja. Maha Resi Kanwa inilah yang ceriteranya hanyak disebut-sebut didalam kisah cintanya Sakuntala, sebagaimana diceriterakan sastrawan Kalidasa. Disamping nama Kanwa terdapat pula Bhagawan Kasyapa putra Maha Resi Marici. Maha Resi Kanwa sendiri berputra Praskanwa. Disamping sloka-sloka yang seolah-olah tiap-tiap mandala itu merupakan kelompok sendiri, yang sulit ditentukan adalah mandala-mandalanya. Disamping itu masih ada banyak nama-nama yang dihubungkan dengan Mandala VIII ini seperti Gosukti, Aswasukti, Pustigu, Bhrgu, Manu Waiwasa Nipatithi dsbnya.

KODIFIKASI WEDAPengumpulan berbagai mantra menjadi himpunan buku-buku adalah merupakan usaha kodifikasi Weda. Sloka-sloka yang ribuan banyaknya telah diturunkan ke dunia ini tidak diturunkan sekaligus atau bersamaan ditempat yang sama, melainkan tidak bersamaan dan dari jaman ke jaman meliputi ribuan tahun. Untuk mencegah agar sloka-sloka itu jangan hilang dan selalu dapat diingat banyaklah usaha-usaha dilakukan untuk menyusun atau mengumpulkan sloka-sloka itu. Didalam menyusun kembali ribuan sloka-sloka itu tidaklah mudah mengingat umur yang sudah tua dan kemungkinan telah banyak hilang. Ilmu menulis baru dikenal tidak lebih dari + 800 S.M. sehingga dapatlah dibayangkan kalau sloka yang telah turun 2000 -1500 S.M. sampai pada saat penulisannya banyak kemungkinan telah terjadi. Disinilah kesukaran-kesukaran yang dijumpai oleh Para Wipra atau Maha Rsi didalam menghimpun dan mensistematisir isinya. Kodifikasi yang dilakukan terhadap sloka-sloka Weda memiliki sistem yang khusus. Kalau kita perhatikan sistem kodifikasi itu ada beberapa kecenderungan yang dipergunakan sebagai cara perhimpunannya yaitu :

Kalau kita perhatikan sistem kodifikasi itu ada beberapa kecenderungan yang dipergunakan sebagai cara perhimpunannya yaitu :Didasarkan atas usia sloka-sloka termasuk tempat geografis turunnya sloka-sloka itu.Didasarkan atas sistem pengelompokan isi. fungsi dan guna mantra-mantra itu.Didasarkan atas resensi menurut sistim keluarga atau kelompok geneologi.

Berdasarkan sistem pertimbangan materi dan luas ruang lingkup isinya itu jelas kalau jumlah jenis buku Weda itu banyak. Walaupun demikian kita harus menyadari bahwa Weda itu mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia.

Maha Resi Manu membagi jenis isi Weda itu kedalam dua kelompok besar yang disebut 1) Weda ruti dan2) Weda Smrti.Pembagian dalam dua jenis dipakai selanjutnya untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebugai kitab Weda baik secara tradisional maupun secara institusional ilmiah. Dalam hal ini kelompok Weda Sruti merupakan kelompok buku yang isinya hanya memuat Wahyu (sruti) sedangkan kelompok kedua Smrti adalah kelompok yang sifat isinya sebagai penjelasan terhadap Sruti. Jadi merupakan manual, buku pedoman yang isinya tidak bertentangan dengan sruti.

A. RUTIKelompok ruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya, atau Weda originair. Menurut sifat isinya Weda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu :

a. Bagian Mantra.b. Bagian Brahmana (Karma Kanda).c. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jna kanda).

Ad. a. Mantra.Bagian Mantra terdiri atas empat himpunan (samhita) yang disebut catur Weda samhita, yaitu :Rg. Weda atau Rg Wedasamhita.Sama Weda atau Samawedasamhita. Yajur Weda atau Yajurwedasamhita. Atharwa Weda atau Atharwaweda samhita

Pengenalan catur Weda hanya karena kenyataan Weda itu secara sistematik telah dikelompokkan atas empat Weda.Pembagian empat kelompok ini itu yaitu :Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan (Rc. atau Rcas). Arc. = memuja (Arc. Rc). Samawedasamhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran umum. mengenai lagu-lagu pujaan (saman).Yajur Weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yajus, (pluralnya Yajumsi). Jenis Weda ini ada dua macam, yaitu:Yajurweda hitam (Kra Yajurweda) yang terdiri atas beberapa resensi a.l. Taiyiriya samhita dan Maitrayanisamhita.Yajur weda putih (ukla yajurweda). yang juga disebut Wajasaneji samhita. Atharwa weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (atharwan).

Ad. b. Brahmana (Karma Kanda)Bagian kedua yang terpenting dan kitab Sruti ini adalah bagian yang disebut Brahmana atau Karma Kanda. Himpunan buku-buku ini disebut Brahmana. Tiap-tiap mantra (Rg. Sama, Yajur, Atharwa) memiliki Brahmana. Brahmana berarti doa. Jadi kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan doa-doa yang dipergunakan upacara yajna. Kadang-kadang Brahmana diartikan penjelasan yang menjelaskan arti kata ucapan mantra. Kitab Rg. Weda memiliki dua jenis buku Brahmana, yaitu Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana (Sankhyana Brahmana). Kitab Brahmana yang pertama terdiri atas 40 Bab dan yang kedua terdiri atas 30 Bab.

Ad. c. Upanisad dan Arapyaka (Jna kanda).Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang membabas berbagai aspek teori mengenai ke-Tuhan-an. Himpunan ini merupakan bagian Jna Kanda dari pada Weda ruti. Sebagaimana halnya dengan tiap-tiap Mantra memiliki kitab Brahmana, demikian pula tiap-tiap mantra ini memiliki kitab-kitab Aranyaka atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini disebut Rahasiya Jna karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia. Kelompok Wedangga.Adapun kelompok Wedangga ini terdiri atas enam bidang Weda, yaitu :Siksa (Phonetika)Wyakarana (Tata Bahasa)Chanda (lagu)Nirukta (Sinonim dan Antonim)Jyotisa (Astronomi)Kalpa (Ritual).

Ad. a. Sika (Phonetik)Untuk dapat memahami Weda dengan tepat cabang ilmu Weda yang disebut Siksa penting artinya. Kodifikasi Weda yang diuraikan berdasarkan ilmu phonetika erat sekali hubungannya dengan ilmu Weda Sruti. Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendah tekanan suara. Ad. b. Wyakarana (Tata Bahasa).Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran Wyakarana, bersumber pada kitab Pratisakhya.Ad. c. Chanda (lagu).Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan chanda itu semua sloka-sloka itu dapat dipelihara turun-temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Di antara berbagai jenis kitab Chanda yang masih terdapat dewasa ini adalah dua buah buku, yaitu : Nidanasutra dan Chandasutra. Kitab terakhir ini dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.Ad. d. Nirukta.Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutarna memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat didalam Weda. Kitab tertua dan jenis ini dihimpun oleh Bhagawan Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun + 800 S.M. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu :Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya.Naighamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda.Daiwatakanda (menghimpun nama Dewa-Dewa r yang ada diangkasa, bumi dan surga.

Ad. e. Jyotisa (astronomi).Kelompok Jyotisa merupakan pelengkap Weda yang isinya memiuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yaja. Isinya yang penting membahas peredaran tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang rnasih kita jumpai adalah Jyotisawedngga yang penulisnya sendiri tidak dikenal. Kitab ini dihubungkan dengan Yajurweda dan Rg. Weda.

Ad. f . Kalpa.Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang terpenting. Isinya banyak bersumber pada kitab Brahmana dan sedikit pada kitab-kitab Mantra. Menurut jenis isinya kelompok ini terbagi atas beberapa bidang, yaitu:Bidang rauta.Bidang Grhya.Bidang Dharma, danBidang Sulwa.

Sautra atau rautrastra memuat berbagai ajaran mengenai tatacara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, yang berhubungan dengan upacara keagamaan baik upacara besar, upacara kecil dan upacara harian.

Demikian pula kitab Ghya atau Ghyastra memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang yang telah berumah tangga.

Disamping itu terdapat pula jenis kitab-kitab Kalpa yang tergolong dalam bidang Srauta dan Ghya yaitu kitab Srddakalpa dan Pitrimedhatra. Kitab ini memuat pokok-pokok ajaran mengenai tata-cara upacara yang berhubungan dengan arwah orang-orang yang telah meninggal.