sap perioperasi

33
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERSIAPAN PRE DAN POST OPERASI DI RUANG MERAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA OLEH : KELOMPOK E PERIODE I Yayuk Debi Nilasari, S.Kep. Kristina Blandina Wea, S.Kep. Krisna Eka Kurniawan, S.Kep. Aprilya Puspita Sari, S.Kep. Hamdan Hariawan, S.Kep. Maria Nining Kehi, S.Kep. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

Upload: hamdan-hariawan

Post on 12-Sep-2015

365 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

sap perioperasi

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERSIAPAN PRE DAN POST OPERASIDI RUANG MERAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

oleh :kelompok e periode iYayuk Debi Nilasari, S.Kep.Kristina Blandina Wea, S.Kep.Krisna Eka Kurniawan, S.Kep.Aprilya Puspita Sari, S.Kep.Hamdan Hariawan, S.Kep.Maria Nining Kehi, S.Kep.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSFAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2015BekerjasamaTIM PKRS RUANG MERAKRSUD Dr. SOETOMOSURABAYA

SATUAN ACARA PENYULUHANBidang Studi: Keperawatan MaternitasTema: Persiapan Pre dan Post OperasiSasaran: Pasien dan keluarga pasien di Ruang Merak RSUD Dr. Soetomo SurabayaTempat: Ruang tunggu di Merak RSUD Dr. Soetomo SurabayaWaktu: 45 menitHari/Tanggal: Rabu, 20 Mei 2015

I. Tujuan Instruksional UmumSetelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat memahami dan mengerti tentang persiapan pre operasi dan post operasi.

II. Tujuan Instruksional KhususSetelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang persiapan pre dan post operasi, diharapkan pasien dan keluarga pasien mampu:1. Menjelaskan pengertian operasi.2. Menjelaskan tujuan operasi.3. Menjelaskan persiapan pasien sebelum operasi.4. Menjelaskan persiapan pasien setelah operasi.

III. SasaranAdapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan keluarga pasien di Ruang Merak RSUD Dr. Soetomo Surabaya IV. Metode Ceramah/ Tanya Jawab

V. Media1. Flip chart2. Leaflet

VI. Materi1. Pengertian operasi2. Tujuan tindakan operasi3. Persiapan pasien sebelum operasi4. Persiapan pasien pasca operasi

VII. Pelaksanaan

No.WaktuKegiatan PenyuluhanKegiatan peserta

1.

2 menitPembukaan Penyampaian salam Perkenalan Menjelaskan topik penyuluhan Menjelaskan tujuan Kontrak waktu Membalas salam Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan

2.30 menitPenyajian materi Mengajukan pertanyaan tentang operasi Pengertian tindakan operasi

Tujuan tindakan operasi

Persiapan pasien sebelum operasi Persiapan pasien pasca operasi

Diskusi (tanya jawab) Menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan

Bertanya dan mengemukakan pendapat

3.10 menit

Evaluasi Memberi pertanyaan kepada peserta Umpan balik Menjawab pertanyaan

Memperhatikan dan mendengarkan

4.3 menitTerminasi Menyimpulkan hasil penyuluhan Mengucapkan terima kasih

Mengakhiri dengan salam Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan Menjawab salam

VIII. PengorganisasianPembimbing: Tyas Kusuma Ningrum, S.Kep., Ns., M.KepModerator: Kristina Blandina WeaPenyaji: Yayuk Debi NFasilitator: Hamdan Hariawan Maria Nining KehiObserver: Aprilya Puspita Sari Krisna Eka Kurniawan

Keterangan : Observer : Mengobservasi jalanya acara penyuluhan dari awal sampai akhir, mengobservasi performa penyuluh, mencatat pertanyaan dan mengobservasi keantusiasan peserta penyuluhan.Penyaji: Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari menggali pengetahuan peserta tentang mobilisasi pasca operasi dan sesi diskusi (tanya jawab).Moderator: Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari pembukaan, penyampaian materi, evaluasi, dan yang terakhir terminasi.Fasilitator: Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan agar dapat berjalan dengan baik.

IX. Evaluasi1. Evaluasi Struktur Kesiapan materi Kesiapan SAP Kesiapan media: flip chart dan leaflet Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa Tempat dan alat tersediasesuai perencanaan Peserta hadir ditempat penyuluhan Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Merak RSUD Dr. Soetomo Surabaya Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari sebelumnya.

2. Evaluasi Proses Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar Suasana penyuluhan tertib Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan3. Evaluasi Hasil Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan dengan benar yang diajukan penyaji.

MATERI PENYULUHANPERSIAPAN PRE DAN POST OPERASI

PENGERTIANOperasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan.Operasi atau pembedahan adalah penyembuhan penyakit dengan jalan memotong, mengiris anggota tubuh yang sakit. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesia atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare, 2001). Proses pembedahan memerlukan perawatan perioperatif yang terdiri dari pra-operasi, intra-operasi, pasca-operasi sehingga dapat memberi kenyamanan pada pasien setelah operasi dan tidak terjadi infeksi nosokomial. Pembedahan juga memerlukan tindakan anestesi untuk menghilangkan kesadaran dan nyeri untuk sementara (Hidayat, 2007).

TUJUANPembedahan dilakukan untuk berbagai alasan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 20011. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang inflamasi3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipel4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan

Menurut Smeltzer & Bare (2001), pembedahan dibagi menjadi 3 macam yaitu pembedahan menurut faktor resiko yang ditimbulkan, pembedahan menurut tujuannya dan berdasarkan urgensinya.a. Pembedahan menurut faktor resiko yang ditimbulkan:1. MinorMerupakan pembedahan yang menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minimal. Contohnya insisi dan drainase kandung kemih atau sirkumsisi2. MayorMerupakan pembedahan yang dapat menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian yang serius. Contohnya adalah laparotomi total, bedah caesar, mastektomi, bedah torak, bedah otak.b. Pembedahan menurut tujuannya1. DiagnostikDigunakan untuk mengetahui penyakit yang diderita seperti ketika dilakukan biopsi atau laparotomi eksplorasi2. KuratifDilakukan sebagai pengobatan untuk menyembuhkan penyakit seperti ketika mengeksisi massa tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi3. ReparatifDigunakan untuk memperbaiki deformitas atau menyambung daerah yang terpisah4. PaliatifDigunakan untuk mengurangi gejala tetapi tidak menyembuhkan seperti ketika menghilangkan nyeri5. Rekonstruksi atau kosmetikUntuk memperbaiki bentuk tubuh seperti ketika melakukan perbaikan wajahc. Pembedahan menurut waktunya menurut Baradero et al (2008):1. KedaruratanProsedur bedah yang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa atau bagian tubuh2. UrgenProsedur bedah yang tidak direncanakan atau memerlukan intervensi tepat waktu tetapi tidak segera membahayakan nyawa pasien3. ElektifProsedur bedah yang bisa direncanakan dan tidak membutuhkan waktu segera.

PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASIPerawatan praoperatif dapat meliputi yaitu pemeriksaan kembali persiapan pasien, diantaranya:1) Kelengkapan status / rekam medisSecara umum rekam medis pasien harus memuat:a. Keluhan utama atau keluhanb. Informasi riawayat alergi, pengobatan, sensivitas terhadap obat dan vis-a-vis yang signifikanc. Riwayat sosial termasuk penyalahgunaan obat dan alkohol. Masalah emosional pasien dan keluarga.d. Riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat operasi dan luka.e. Pemeriksaan fisik termasuk semua temuan yang positif dan negatif.f. Semua prosedur diagnostikg. Semua hasil pemeriksaan laboraorium dan rontgen termasuk tanggal permintaan, pemeriksaan dan hasil. Begitu juga dengan pemeriksaan mikroskopik.h. Catatan perkembangan penyakit psieni. Diagnosis provisional yang merefleksikan keadaan awal pasien saat diperiksa oleh dokter sebelumnya.j. Laporan hasil konsultasi tertulis dan ditandatangani oleh konsultank. Obat yang diresepkan, terapi yang disediakan dan spesimen yang diambil termasuk dimana spesimen tersebut diperiksa.l. Respon terhadap terapi yang diberikan.m. Catatan tentang kurangnya kerjasama psien dalam pengobatan, tidak mengikuti nasehat, dan jarang menepati janji untuk konsultasi berikutnya termasuk peringatan yang telah diberikan melalui telepon dan surat.n. Informed consent yang telah ditandatangani tentang prosedur yang dilakukan, terapi dan pembedahan.o. Tanggal dan identitas dokter tempat berkonsultasi termasuk hasil konsultsi.p. Catatan tentang keluhan pasien, responnya dan tanggal kejadianq. Diagnosis akhir berdasarkan terminologi yang berlaku.r. Resume saat passien keluar dari rumah sakit termasuk temuan dan kejadian yang signifikan saat pasien masuk dan saat pasien keluar.s. Hasil autopsi yang jelas dan lengkapt. Resume kronologis dari pencatatan yang dilakukan terhadap pasien yang diletakkan pada bagian terdepan dari rekam medis.2) Surat persetujuan operasiPersetujuan Operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak diperlukan sebelum pembedahan dilaksanakan untuk menghindarkan tim bedah/rumah sakit dari tuntutan hukum bila ada hal-hal yang terjadi sehubungan dengan operasi yang dilakukan serta untuk melindungi pasien dari mal praktek.Contoh form dari inform consent:PERNYATAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS OPERASINAMA PASIEN: (L/P)No. RM :UNIT RAWAT :

Saya yang bertnda tangan di bawah ini :Nama : .................Umur : .................. tahunJenis kelamin : ................Alamat : .................

Suami/istri/ayah/ibu/ keluarga dari pasien yang bernama : ..................................................1. Menyatakan SETUJU TIDAK / SETUJU bahwa pasien tersebut akan dilakukan tindakan medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien.2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resikokomplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan medisoperasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematiankecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum dalam kaitannya dengan tindakan medisoperasi tersebut. Saya juga mengerti dan memahami tujuan dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebagai manusia ddan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematiankecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit.

Surabaya, ........................2015Mengetahui, Saya yang menyatakan,Dokter yang merawat Suami/istri/ayah/ibu/keluarga

__________________________ __________________________(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,

__________________________ _________________________ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut dianggap terkontaminasi.? hal0rasi. apping.incisi saja(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)

coret yang tidak perlu

3) Pemeriksaan laborat, rontgen, EKG, dllBerbagai macam pemerikasaan laboratorium diperlukan terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.4) Memeriksa gigi palsu, kontak lensa, perhiasan, cat kuku, peniti, jepit rambut, lipstik, dllSemua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandainya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.5) Mengganti baju pasienMembantu memakaikan baju ruangan pada klien agar klien tetep bersih dan merasa lebih nyaman sebelum masuk ke ruang operasi.6) Menilai keadaan umum / tanda-tanda vitalTanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan pasien. karena mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital tersebut berarti menandakan terjadi gangguan fungsi dari tubuh atau perubahan dari kondisi pasien, hal ini perlu mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan segera. Tiap individu mempunyai variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, umur, keadaan emosional, olahraga, makan, dsb.7) Pastikan pasien dalam keadaan puasaPengosongan lambung oleh klien dewasa bisa dilakukan selama 6-8jam sebelum operasi dimulai, sedangkan pada anak-anak dilakukan selama 4-6 jam sebelum operasi. Sebelum melakukan puasa dianjurkan agar klien mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak cairan. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadinya aspirasi pada klien saat berada di posisi tidak sadar yang memiliki reflek lemah.8) Menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemihPengosongan kandung kemih dimaksudkan untuk mengobservasi keseimbangan cairan dalam tubuh, dilakukan dengan pemasangan kateter9) PremedikasiDitujukan pada pasien agar terlepas dari rasa cemas, namun tetap melalui banyak pertimbangan diantaranya berat badan klien dan respon terhadap obat-obat depresan, termasuk efek samping yang tidang diinginkan termasuk alergi. Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral (mulut) maupun intravena (melalui vena). Sedangkan pemberian dosis obatnya dipengaruhi banyak faktor seperti usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan jenis penyakit yang sedang dialami pasien. Obat-obat yang sering digunakan dalam premedikasi adalah obat antikolinergik, obat sedatif (penenang) dan obat analgetik narkotik (penghilang nyeri). Karena khasiat obat premedikasi yang berlainan tersebut, dan praktik sehari-hari dipakai kombinasi beberapa obat untuk mendapat hasil yang diinginkan.10) Membawa pasien ke ruang tindakan11) Memindahkan pasien ke meja operasi12) Pemberian obat pencaharPemberian obat pencahar sehari sebelum operasi. Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga buana air besar dapat lancar, pemberiaan obat pencahar ini bertujuan untuk memgosongkan perut pasien sebelum dilakukannya operasi. Sistem reflex tubuh jelas akan menurun apabila sudah masuk ruang operasi karena pengaruh dari anestesi yang diberikan sebelum operasi dimulai, sehingga untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi akibat fases yg belum terbuang dan juga mengurangi resiko pasien buang air besar di kamar operasi maka dibutuhkan obat pencahar yang diberikan beberapa jam sebelum dilakukannya operasi.13) Pemeriksaan Status AnestesiPemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Pada tahap preoperative, fase ini sangat perlukan agar dapat menentukan implant dan cairan apa yang dibutuhkan oleh pasien

a. Persiapan PsikologisPersiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya, antara lain:1) Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan 2) reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long), Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain: Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. 3) Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain: a. Takut nyeri setelah pembedahan b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image) c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit yang sama. e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi. g. Takut operasi gagal.

b. Persiapan Fisik1) Status kesehatan fisik secara umumSebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dll. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.2) Kebersihan lambung dan kolonLambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembedahan. Refluks esophagus mudah terjadi terutama pada permulaan anesthesia sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan suatu penyulit berbahaya pernah menimbulkan pneumonia yang tidak mudah diatasi. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).3) Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5/5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70/1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa. Pada penderita diabetes mellitus, jika perlu dilakukan koreksi kadar gula darah dan ketonuria. Penyulit pasca bedah paling banyak terjadi di paru. Perokok harus berhenti merokok sekurang-kurangnya satu minggu sebelum rencana operasi.4) Status NutrisiKebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. 5) Pencukuran daerah operasiPencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan, sedangkan operasi pada daerah kepala dilakukan pencukuran sekitar 1,5 - 2 cm dari daerah yang akan dilakukan operasi.Konvensional, area untuk sterilisasi adalah dalam jarak 15 cm 15 cm sekitar insisi. Bedah saraf terbiasa mencukur rambut seluruh pasien sebelum operasi untuk mencegah infeksi yang potensial.. Hal ini juga diakui bahwa rambut cukur di daerah besar dapat mengurangi tingkat infeksi pasti.. Dalam operasi lubang kunci, panjang irisan sekitar 4 cm, dan mencukur rambut tidak lagi diperlukan. Hanya rambut pada area seluas 1 cm di sekitar sayatan perlu dicukur, dan daerah ini termasuk rambut dekat adalah disterilkan dengan iodophor dan kemudian ditutup dengan kain kasa kecil dan membran plastik. Tidak seperti rambut, alis tidak mencukur jika pendekatan lubang kunci alis diterapkan. Hal ini juga menyarankan bahwa rambut cukur di sekitar sayatan adalah menghindari, tetapi itu adalah menyisir terpisah dari garis insisi dan tetap sebelum draping. Bukti telah menunjukkan bahwa operasi tengkorak tanpa mencukur rambut adalah mustahil untuk meningkatkan risiko infeksi. (Cina medical jounal, 2006, Vol. 119 Nomor 16 :1327-1330)6) Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Kulit tubuh harus bersih, penderita harus mandi atau dimandikan dengan larutan sabun atau larutan antiseptic, seperti klorheksidin atau larutan yang mengandung yodium. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. 7) Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan. c. Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:1. Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

2. Latihan Batuk EfektifLatihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) 3. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). d. Persiapan PenunjangDibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain : (a) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.(b) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.(c) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. (d) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

e. Pemeriksaan Status AnastesiPemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

f. Perawatan Klien di Ruang Sementara (Premedikasi)Pada sebagian besar rumah sakit klien lebih dulu masuk ke ruang tahanan sementara yang berada di luar ruang operasi. Di sana perawat akan menjelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani pembedahan. Perawat di ruang tahanan sementara biasanya adalah bagian dari petugas ruang operasi dan mengenakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang operasi sesuai kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada beberapa tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi perawat sirkulator selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta kepulangan klien.Di dalam ruang tahanan sementara, perawat, perawat anestesi, atau ahli anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang berukuran besar agar pemasukan cairan jadi lebih mudah. Perawat juga memasang manset tekanan darah. Manset tetap terpasang pada tangan klien selama pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien. Akibat pengaruh obat-obatan preoperatif, klien mulai merasa pusing. Karena suhu ruang tahanan sementara dan ruang operasi biasanya dingin maka klien harus diberikan selimut tambahan. Klien yang tetap berada di ruang tahanan sementara harus dalam keadaan berani menghadapi operasi.

PERSIAPAN PASIEN PASCA OPERASIFase pascaoperasi dimulai saat masuknya klien ke ruang pasca-anestesi dan berakhir saat penyembuhan klien selesai (Kozier & Erb, 2009). Selama fase pascaoperasi, aktivitas keperawatan meliputi mengkaji respons klien (fisiologis dan psikologis) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberikan penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan individu pendukungnya, serta merencanakan perawatan di rumah. Tujuan dari fase ini adalah membantu klien untuk mencapai status kesehatan paling optimal yang dapat diraih.Tahapan perawatan pasca operasi (Majid et al, 2011):a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihanPemindahan pasien ke ruang pemulihan harus mempertimbangkan posisi agar pasien tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain atau selang drainase. b. Perawatan pasien di ruang pemulihanPasien dirawat sementara di ruang pemulihan sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan/bangsal. Alat monitoring digunakan untuk menilai kondisi pasien yang meliputi pemantauan hemodinamika. Kriteria penilaian yang digunakan untuk pemindahan pasien ke ruang perawatan/bangsal meliputi fungsi pulmonal yang tidak terganggu, hasil oksimetri menunjukkan saturasi oksigen adekuat, tanda-tanda vital stabil, orientasi pasien pada tempat, waktu dan orang, urin output tidak kurang dari 30 ml/jam, mual dan muntah terkontrol, nyeri minimal (Majid et al, 2011).c. Perawatan pasien di ruang rawat/bangsalKetika pasien sudah dipindahkan ke bangsal, yang harus perawat lakukan adalah (Majid et al, 2011):1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainase, tube/selang dan komplikasi2. Manajemen luka3. Mobilisasi diniMobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (Range of Motion), nafas dalam dan batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.4. RehabilitasiRehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.5. Discharge planningMerencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakit pasca operasi.

KOMPLIKASI PASCA OPERASIKomplikasi yang dapat muncul pada pasien pasca operasi meliputi:a PernafasanKomplikasi pernafasan yang dapat muncul termasuk hipoksemia yang tidak terdeteksi, bronkhitis, bronkopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal hipostatik (Smeltzer & Bare, 2001).b KardiovaskulerKomplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi misalnya hipotensi. Hipotensi merupakan tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, penyakit kardiovaskuler dan reaksi obat maupun reaksi transfusi (Baradero et al, 2008).c PerdarahanPenatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijaga tetap lurus. Manifestasi klinis meliputi gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin, basah dan pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.d Hipertermi malignaHipertermi maligna terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anastetik. Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (haloten, enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi malignan.e HipotermiHipotermi yang tidak diinginkan dapat terjadi akibat suhu rendah di kamar operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, et al, 2008, Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGCEffendy, Christantie, 2002, Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah: Preoperatif Nursing, Yogyakarta: tidak dipublikasikanGruendeman, Barbara J, and Bilie Fernsebner, 2006, Buku ajar keperawatan perioperatif volume 2, Jakarta: EGC Hidayat, A, Aziz, A, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Pemulihan Ilmiah, Jakarta: Salemba MedikaMajid, Abdul et al, 2011, Keperawatan Perioperatif edisi 1, Yogyakarta: Goysen PublishingSmelzer, S.C & Bare, B.G 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGCShodiq, Abror, 2004, Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta: tidak dipublikasikan