sap nyeri lansia

34
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN Pokok bahasan : Nyeri sendi Hari, tanggal : Senin, 15 Desember 2014 Waktu Pertemuan : 65 menit Tempat : Ruang Pertemuan di UPT PSLU Pasuruan Sasaran : Lansia di UPT PSLU Pasuruan I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mendapatkan penyuluhan, para lansia diharapkan mengerti, memahami dan mampu mengaplikasikan materi penyuluhan, yaitu nyeri sendi dalam aktivitas sehari-hari. II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mendapatkan penyuluhan para lansia mampu : 1. Mampu menjelaskan pengertian Nyeri Sendi 2. Mampu menjelaskan penyebab Nyeri Sendi 3. Mampu menjelaskan tanda dan gejala Nyeri Sendi 4. Mampu menjelaskan tentang diagnosa Nyeri Sendi 5. Mampu menjelaskan dan melaksanakan cara pencegahan Nyeri Sendi 6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan Nyeri Sendi III. Sasaran Lansia di UPT PSLU Pasuruan, sebagai berikut : 1. Di wisma mawar : a. Mbah Rustuti (73 tahun)

Upload: timothy-elliott

Post on 22-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

ingin unduh

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok bahasan : Nyeri sendi

Hari, tanggal : Senin, 15 Desember 2014

Waktu Pertemuan : 65 menit

Tempat : Ruang Pertemuan di UPT PSLU Pasuruan

Sasaran : Lansia di UPT PSLU Pasuruan

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan, para lansia diharapkan mengerti,

memahami dan mampu mengaplikasikan materi penyuluhan, yaitu nyeri

sendi dalam aktivitas sehari-hari.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan para lansia mampu :

1. Mampu menjelaskan pengertian Nyeri Sendi

2. Mampu menjelaskan penyebab Nyeri Sendi

3. Mampu menjelaskan tanda dan gejala Nyeri Sendi

4. Mampu menjelaskan tentang diagnosa Nyeri Sendi

5. Mampu menjelaskan dan melaksanakan cara pencegahan Nyeri Sendi

6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan Nyeri Sendi

III. Sasaran

Lansia di UPT PSLU Pasuruan, sebagai berikut :

1. Di wisma mawar :

a. Mbah Rustuti (73 tahun)

b. Mbah rusmini ( 72 tahun)

c. Mbah katemi ( 62 tahun)

2. Di wisma teratai

a. Mbah lilik ( 78 tahun)

b. Mbah endi ( 90 tahun)

c. Mbah waginem ( 75 tahun)

3. Di wisma kenanga

a. Mbah nasiah ( 60 tahun)

b. Mbah Suharo (74 tahun)

4. Di wisma cendana

a. Mbah srivatoni ( 75 tahun)

b. Mbah tira ( 80 tahun)

c. Mbah romlah ( 72 tahun)

5. Di wisma melati

a. Mbah suyati ( 64 tahun)

b. Mbah sriyah ( 78 tahun)

c. Mbah kasiah (60 tahun)

d. Mbah sumiati ( 75 tahun)

e. Mbah kustilah ( 66 tahun)

f. Mbah sulikatin ( 73 tahun )

g. Mbah rosiani ( 75 tahun)

6. Di wisma dahlia

a. Mbah tohir ( 74 tahun )

7. Di wisma anggrek a. Mbah amiono ( 69 tahun)

8. Di wisma kemuning a. Mbah cipto ( 80 tahun)

b. Mbah agus (69 tahun)

c. Mbah fredy (72 tahun)

d. Mbah sumardjo (80 tahun)

9. Di Wisma Serunia. Mbah Wahyono (72 tahun)b. Mbah Waryono (75 tahun)c. Mbah Anam (67 tahun)d. Mbah Udin (82 tahun)

IV. Materi Pembelajaran

1. Pokok Bahasan : Rematik

2. Sub Pokok Bahasan :

a) Pengertian Rematik

b) Penyebab Rematik

c) Tanda dan Gejala Rematik

d) Diagnosa Rematik

e) Cara pencegahan Rematik

f) Pengobatan Rematik

V. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Diskusi

VI. Media

1. Leafleat

2. LCD

VII. Setting

a. Setting Waktu

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Pelaksana

Pra Kegiatan

15Desember 2014

08.00 - 08.15 WIB

Mempersiapkan bahan

dan alat yang digunakan

dalam kegiatan

penyuluhan

-Seluruh anggota

kelompok

15Desember 2014

08.15 – 08.30 WIB Mempersiapkan peserta,

alat dan pemateri

Masyarakat

menyiapkan diri di

ruang tunggu

Seluruh anggota

kelompok

Pembukaan

15Desember 2014

08.30- 08.35 WIB 1. Pembukaan acara oleh

MC, lalu acara

diserahkan ke

moderator:

a. Moderator

mengucapkan

salam

b. Moderator

memperkenalkan

diri dan anggota

c. Moderator

menyampaikan

judul materi

penyuluhan

1. a. Peserta

menjawab

salam

b. Peserta

mendengarkan

c. Peserta

mendengarkan

Rully

Rizal

Isi

08.35 - 08.50 WIB 2. Penyampaian materi

oleh pemateri :

a. Pengertian

Rematik

b. Penyebab

Rematik

c. Tanda dan Gejala

Rematik

d. Diagnosa Rematik

e. Cara Pencegahan

Rematik

f. Pengobatan

Rematik

2. Peserta

mendengarkan

dan memberikan

umpan balik

terhadap materi

yang

disampaikan.

Mariati

15Desember 2014

08.50 – 09.00 WIB

Sesi tanya jawab dan

evaluasi hasil yang

dipandu oleh moderator.

a.Mengajukan

pertanyaan

mengenai materi

yang kurang

dipahami.

b.Menjawab

pertanyaan yang

diajukan.

Mariati

Penutup

15Desember 2014

09.00 – 09.05WIB

Penutup oleh moderator,

lalu acara dikembalikan

ke MC:

a. MC mengucapkan

salam penutup

b. MC mengucapkan

tarima kasih atas

perhatian dan

partisipasi peserta

c.

a.Peserta menjawab

salam

b.Peserta bertepuk

tangan

Rizal

Rully

b. Setting Tempat

VIII.Pengorganisasian

Penyaji/penyuluh : Mariati Dwi Nuraini

Moderator : Rizal Al-Fisyar

Fasilitator : Dhea Cecillia

Dita Eka C.S

Edwin Reza

Eka Wahyuni

Eka Yenita

Elly Elvira

Eva Pratama Ayu. Sna

Henny Enarotalis

Ika Mahardini

Keterangan gambar :

= Moderator = Dokumentasi

= Pemateri = Peserta

= fasilitator = LCD

= Observer = Notulen

Lailiyah Indri

Linda Prima S

Mardiyanto

Medio Hari

Niken Isnaria

Priska Agustin

Rio Hudi

Sarah Anindita H

Tri Wahyuni

Utary Dwi Anggita

Observer : Nuril Fadlila

Notulen : Endah Ettriyani

Dokumentasi : M. Shaleh

IX. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1. Semua peserta hadir dalam kegiatan.

2. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja

sama dengan staf atau pengurus di UPT PSLU Pasuruan

3. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan

penyuluhan.

b. Evaluasi Proses

1. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.

2. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.

3. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

c. Evaluasi Hasil

1. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.

2. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan pemateri.

3. Jumlah peserta 28 orang.

MATERI PENYULUHAN

OSTEOARTRITIS

A. PENGERTIAN

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi

kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan

usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung

beban.

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour.

2005)

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan

kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini

juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran

sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali

berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,

stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

B.    KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1.      Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik

sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang

paling sering ditemukan yaitu:

2.      Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang

tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di

luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan

struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa

persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang

selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan

pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan

kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis

Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena

mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.

Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi

autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah

ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-

tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak

yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya.

Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan

menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian

(nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal

kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat

menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan

pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi

dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

3.      Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang

belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan

keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan

sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang

subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat

sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi

mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan

ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak

diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis

kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit

metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan,

kepadatan tulang, dan lain-lain.

4.      Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .

Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan

efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan

sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian

meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang

memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99%

penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan

kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan

metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat

atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan

kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok

asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga

bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-

obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah

obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang

tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya

terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang

meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat

juga ikut meninggi.

5.      Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar

sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar

sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering

ditemukan yaitu:

a.       Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan

anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia

lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.

b.      Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri

lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada

sarung pembungkus tendon.

c.       Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis

ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini

bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan,

degenerasi, atau radang sendi.

d.      Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau

otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout

dan pseudogout.

e.       Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses

degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan

fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,

berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan

sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.

f.       Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah

mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral

dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

g.      Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal

lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan

bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan

kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1.  Reumatoid arthritis klasik

Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2.  Reumatoid arthritis defisit

Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3.  Probable reumatoid arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4. Possible reumatoid arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1.  Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak

maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

2.  Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi

juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3.  Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap

C. PENYEBAB (ETIOLOGI)

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa

hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1.  Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan

faktor Reumatoid

2.  Gangguan Metabolisme

3.  Genetik

4.  Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial).

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun

factor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor

metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis

reumatoid adalah;

a. Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya

adalah 2-3:1.

b. Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun

penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis

reumatoid juvenil)

c. Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis

Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

d. Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor

resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah

yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat

penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan

eprubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki

lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara

keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama

antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah

menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.

Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku

bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko

untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan

ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang

menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain

(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang

berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain

(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus

berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang

sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis

yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya

oateoartritis paha pada usia muda.

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya

osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)

tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan

sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

D.    PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)

terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-

enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi

edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus

akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya

adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot

akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif

dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &

Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti

vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan,

sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada

persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi

kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago

menjadi nekrosis. 

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,

karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan

tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan

subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa

menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan

adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang

sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada

sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan

sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

E. Manifestasi klinik

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,

etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula

terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat.

Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi

dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan

krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,

mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan

gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan

gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu

kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan

yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan

dengan bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti

duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan

yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan

fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian

pasien yang umumnya tua (lansia).

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat

peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika

jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara

spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan

atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya

merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali

(Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,

kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.

Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga

manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya

mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan,

panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik

untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari

Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan

menurun, anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada

persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai

persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks,

dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian

dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari

30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1.  Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,

bengkak dan kekakuan.

2.  Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga

pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3.  Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit

yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi

yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak,

tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi

tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas

dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang

tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare,

2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi

pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,

bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan

kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba

akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak

tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan

awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi

dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

2.      Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

3.      Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/

degenerasi tulang pada sendi

4.      Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari

normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,

produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,

penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

5.      Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

6.      Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau

atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan

kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

7.      Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang

simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta

menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul

subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

G. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai

analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses

patologis

b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada

sendi yang sakit.

c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

e. Dukungan psikososial

f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan

yang tepat

g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

h. Diet rendah purin, tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi

pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk

dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh

dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan

makanan

Makanan yang boleh

diberikan

Makanan yang tidak boleh

diberikan

Karbohidrat

Protein hewani

Protein nabati

Lemak

Sayuran

Semua

Daging atau ayam, ikan

tongkol, bandeng 50 gr/hari,

telur, susu, keju

Kacang-kacangan kering 25

gr atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah

terbatas.

Semua sayuran sekehendak

kecuali: asparagus, kacang

polong, kacang buncis,

kembang kol, bayam, jamur

maksimum 50 gr sehari

--

Sardin, kerang, jantung,

hati, usus, limpa, paru-paru,

otak, ekstrak daging/ kaldu,

bebek, angsa, burung.

--

--

Asparagus, kacang polong,

kacang buncis, kembang

kol, bayam, jamur

maksimum 50 gr sehari

Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang

mengandung soda

Semua macam bumbu

--

Alkohol

Ragi

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.

Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan

memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu

diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat

yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-

inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis

menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang

lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan

penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer &

Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,

sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat

pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa

mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara

berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu

seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.

Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung

Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara

persendian agar tetap lentur.

H. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID

Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi

1987.

No Kriteria Definisi

1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan

disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum

perbaikan maksimal

2 Artritis pada 3  daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian

atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada

sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan

yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam

kriteria ini terdapat 14 persendian yang memenuhi

kriteria yaitu PIP, MCP, pergelangan tangan, siku

pergelangan kaki dan MTP kiri dan kanan.

3 Artritis pada      

persendian tangan

Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

persendian tangan seperti yang tertera diatas.

4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera

pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan

PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima

walaupun tidak mutlak bersifat simetris.

5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular

yang diobservasi oleh seorang dokter.

6 Faktor Reumatoid

serum

Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid

serum yang diperiksa dengan cara yang

memberikan hasil positif kurang dari 5%

kelompok kontrol yang diperiksa.

7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis

khas bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar

X tangan posteroanterior atau pergelangan tangan

yang harus menunjukkan adanya erosi atau

dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi

atau daerah yang berdekatan dengan sendi

(perubahan akibat osteoartritis saja tidak

memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid

jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4

harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak

dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit,

probable atau possible tidak perlu dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar

Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta: EGC