santri melek teknologi_150310

1
TEPI MANUSIA Santri Melek Teknologi “Santri tak boleh gaptek”, sindir seorang santri pada temannya, per- caya diri. Menurut Direktur Al-Azhar Peduli Ummat, M Anwar Sani, ke- giatan Santri Melek Teknologi ini, merupakan rangkaian pemanfaa- tan RGI sebagai pusat pendidikan dan latihan untuk masyarakat. “Ini bentuknya kursus pen- dek. Selain program reguler men- jahit, desain grafis, videografi, dan fotografi. Santri-santri dari berba- gai pondok dapat memanfaatkan kursus komputer di RGI ini, juga kursus-kursus keterampilan lain yang sedang kami siapkan”, terang Anwar Sani. “Tapi jangan dicurigai. Hanya bela- jar komputer nanti dikira mau jadi teroris”, kelakar Sani. Namun, karena keterbatasan ruang dan fasilitas, kursus singkat untuk santri ini baru dibuka kelas Sabtu dan Ahad. Jangan terkejut, jika hari Sabtu bersilaturahim ke RGI akan bersua santri-santri yang masih polos dan penuh jenaka. Tiba-tiba, salah satu santri mengeluarkan ide kreatif, “Nanti kalau kita sudah bisa komputer kita buka rental. Lumayan untuk meng- hidupi pondok”. Pesantren Khulatosussalam, Rumah Gemilang Indonesia Se- tiap Sabtu, rombongan santri dari Pondok Pesantren, Khulatosussa- lam, Kampung Kaum, Desa Pabuaran, Kemang, Bogor bertandang ke Rumah Ge- milang Indonesia (RGI). RGI, pusat pendidikan dan pelatihan yang dibangun Al-Azhar Peduli Ummat. Rombongan yang berjum- lah 17 santri itu, didampingi langsung Ustad Dimyati, pen- gasuh pondok. Santri laki- laki, berbusana seder- hana lengkap dengan sarung. Sementara santri putri berjil- bab rapi. Mereka datang pukul 08.00, di- antar mobil tua warna putih. Kendaraan itu disewa dari te- tangga pondok. Jadi langganan, meski kerap mogok. Kalau ngadat di jalan, santri yang ganti mendorong, agar mobil itu bisa jalan kembali. Tiba di RGI, me- reka langsung dibawa ke ruang laboratorium komputer. Di antara santri, bertingkah malu-malu. Se- bagian berbisik mengaku deg- degan. Selama ini, namanya komputer hanya akrab di pendengaran mereka, be- lum pernah menyentuh. “Pernah memegang komputer?” “Belum!” jawab santri seren- t a k , tatkala pengajar kom- puter mengajukan pertanyaan. Semua jadi terbahak-bahak, lugu. “Pak, anak-anak san- tri nggak ada yang bisa bahasa Inggris, kan komputer pakai bahasa Inggris. Bisanya cuma I love you”, celetuk Di- myati yang membuat semua orang tertawa. Tapi, meski belum per- nah belajar komputer, para santri tampak antu- sias. Pandangan pertama, membuat mereka jatuh hati untuk terus belajar. 021-7221504 www.alazharpeduli.com dirintis tiga tahun lalu oleh Dimya- ti. Sepulang mondok dari berbagai pesantren di Jawa Barat dan Ban- ten, ia pulang kampung dan mem- buka majelis. Muridnya kini 60 orang, dari warga sekitar sampai pendatang dari Jawa Barat. Pen- gajian seputar tafsir Al-Quran dan kitab kuning. Pondok itu, tak begitu be- sar. Ruang utama dari bilik bambu dan serba sederhana. Operasional pondok dari usaha empang, wa- rung kelontong, dan membuat peti kayu. Selain mendaras ilmu, santri juga dapat penghasilan dari usaha itu. Dimyati, menyerahkan semua urusan bisnis pada santrinya. Jika ada untung, semua untuk meno- pang kehidupan pondok, termasuk memberi makan santri. Dimyati bersama istri dan satu anaknya, memilih tinggal di sudut ruang ma- jelis yang dibangun dari bilik bam- bu. Ia, jauh dari kesan mewah. “Saya hanya mengetahui saja. Se- mua santri yang menjalankan, kita ajarkan pada santri untuk tahu bisnis sebagaimana Nabi dulu juga pengusaha”, terang Dimyati yang kini menginjak 27 tahun. Jika para santri sudah paham komputer, Dimyati akan membu- ka ruang belajar kursus komputer untuk anak-anak sekolah di sekitar pondok. Meski di pinggiran jantung kota, kehidupan warga di sekitar pondok itu masih tertinggal. Keba- nyakan generasinya hanya lulus SD. “Komputer dari Al-Azhar Peduli Ummat, nanti untuk dimanfaatkan pondok dan masyarakat. Kita tidak hanya ngaji agama, tapi santri juga harus melek teknologi”, kata Di- myati. “Dunia akhirat harus seimbang. Ke- luar dari pondok, mereka tidak ha- nya memahami agama dengan baik dan mengamalkannya. Tapi juga punya bekal untuk menjalani kehi- dupan agar masa depannya sejahte- ra”, tandas kyai muda itu visioner. Semoga. CIMB Niaga Syariah: 5020 1000 63000 BCA. 070 303 1011 Mandiri 126 000 711 1130 Rekening ZAKAT a.n. YPI Al-Azhar sunaryo adhiatmoko | Al-Azhar Peduli Ummat g Kaum, Desa mang, Bogor Rumah Ge- esia (RGI). didikan dan g dibangun uli Ummat. ang berjum- , didampingi Dimyati, pen- Santri laki- a seder- dengan ntara rjil- ng di- ua h. tu te- ok. an, ap au an, nti gar alan me- bagian berbisik mengak degan. Selama ini, na komputer hanya ak pendengaran merek lum pernah menyen Pernah mem komputer? Be l j a s s t t at pengaja puter meng pertanyaan. Sem terbahak-bahak, lu Pak, anak-anak tri nggak ada yan bahasa Inggris komputer pakai Inggris. Bisanya I love you”, celet myati yang me semua orang terta Tapi, meski belum nah belajar kom para santri tampak sias. Pandangan pe membuat mereka hati untuk terus be

Upload: al-azhar-peduli-ummat

Post on 23-Jun-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Setiap Sabtu, rombongan santri dari Pondok Pesantren, Khulatosussalam, Kampung Kaum, Desa Pabuaran, Kemang, Bogor bertandang ke Rumah Gemilang Indonesia (RGI). RGI, pusat pendidikan dan pelatihan yang dibangun Al-Azhar Peduli Ummat. Rombongan yang berjum-lah 17 santri itu, didampingi langsung Ustad Dimyati, pengasuh pondok. Santri laki-laki, berbusana sederhana lengkap dengan sarung. Sementara santri putri berjil-bab rapi

TRANSCRIPT

Page 1: SANTRI MELEK TEKNOLOGI_150310

TEPI MANUSIA

Santri Melek Teknologi “Santri tak boleh gaptek”, sindir seorang santri pada temannya, per-caya diri. Menurut Direktur Al-Azhar Peduli Ummat, M Anwar Sani, ke-giatan Santri Melek Teknologi ini, merupakan rangkaian pemanfaa-tan RGI sebagai pusat pendidikan dan latihan untuk masyarakat. “Ini bentuknya kursus pen-dek. Selain program reguler men-jahit, desain grafis, videografi, dan fotografi. Santri-santri dari berba-gai pondok dapat memanfaatkan kursus komputer di RGI ini, juga kursus-kursus keterampilan lain yang sedang kami siapkan”, terang Anwar Sani.“Tapi jangan dicurigai. Hanya bela-jar komputer nanti dikira mau jadi teroris”, kelakar Sani. Namun, karena keterbatasan ruang dan fasilitas, kursus singkat untuk santri ini baru dibuka kelas Sabtu dan Ahad. Jangan terkejut, jika hari Sabtu bersilaturahim ke RGI akan bersua santri-santri yang masih polos dan penuh jenaka. Tiba-tiba, salah satu santri mengeluarkan ide kreatif, “Nanti kalau kita sudah bisa komputer kita buka rental. Lumayan untuk meng-hidupi pondok”. Pesantren Khulatosussalam,

Rumah Gemilang Indonesia — Se-tiap Sabtu, rombongan santri dari Pondok Pesantren, Khulatosussa-lam, Kampung Kaum, Desa Pabuaran, Kemang, Bogor bertandang ke Rumah Ge-milang Indonesia (RGI). RGI, pusat pendidikan dan pelatihan yang dibangun Al-Azhar Peduli Ummat. Rombongan yang berjum-lah 17 santri itu, didampingi langsung Ustad Dimyati, pen-gasuh pondok. Santri laki-laki, berbusana seder-hana lengkap dengan sarung. Sementara santri putri berjil-bab rapi.Mereka datang pukul 08.00, di-antar mobil tua warna putih. Kendaraan itu disewa dari te-tangga pondok. Jadi langganan, meski kerap mogok. Kalau ngadat di jalan, santri yang ganti mendorong, agar mobil itu bisa jalan kembali. Tiba di RGI, me-

reka langsung dibawa ke ruang laboratorium komputer. Di antara santri, bertingkah malu-malu. Se-

bagian berbisik mengaku deg-degan. Selama ini, namanya komputer hanya akrab di pendengaran mereka, be-lum pernah menyentuh.

“Pernah memegang komputer?”

“ B e l u m ! ” j a w a b s a n t r i s e r e n -t a k ,

t a t k a l a pengajar kom-

puter mengajukan pertanyaan. Semua jadi

terbahak-bahak, lugu.“Pak, anak-anak san-tri nggak ada yang bisa bahasa Inggris, kan komputer pakai bahasa Inggris. Bisanya cuma I love you”, celetuk Di-myati yang membuat

semua orang tertawa.Tapi, meski belum per-nah belajar komputer,

para santri tampak antu-sias. Pandangan pertama, membuat mereka jatuh hati untuk terus belajar. 021-7221504

www.alazharpeduli.com

dirintis tiga tahun lalu oleh Dimya-ti. Sepulang mondok dari berbagai pesantren di Jawa Barat dan Ban-ten, ia pulang kampung dan mem-buka majelis. Muridnya kini 60 orang, dari warga sekitar sampai pendatang dari Jawa Barat. Pen-gajian seputar tafsir Al-Quran dan kitab kuning. Pondok itu, tak begitu be-sar. Ruang utama dari bilik bambu dan serba sederhana. Operasional pondok dari usaha empang, wa-rung kelontong, dan membuat peti kayu. Selain mendaras ilmu, santri juga dapat penghasilan dari usaha itu. Dimyati, menyerahkan semua urusan bisnis pada santrinya. Jika ada untung, semua untuk meno-pang kehidupan pondok, termasuk memberi makan santri. Dimyati bersama istri dan satu anaknya, memilih tinggal di sudut ruang ma-jelis yang dibangun dari bilik bam-bu. Ia, jauh dari kesan mewah.“Saya hanya mengetahui saja. Se-mua santri yang menjalankan, kita ajarkan pada santri untuk tahu bisnis sebagaimana Nabi dulu juga pengusaha”, terang Dimyati yang kini menginjak 27 tahun.Jika para santri sudah paham komputer, Dimyati akan membu-

ka ruang belajar kursus komputer untuk anak-anak sekolah di sekitar pondok. Meski di pinggiran jantung kota, kehidupan warga di sekitar pondok itu masih tertinggal. Keba-nyakan generasinya hanya lulus SD.“Komputer dari Al-Azhar Peduli Ummat, nanti untuk dimanfaatkan pondok dan masyarakat. Kita tidak hanya ngaji agama, tapi santri juga harus melek teknologi”, kata Di-myati. “Dunia akhirat harus seimbang. Ke-luar dari pondok, mereka tidak ha-nya memahami agama dengan baik dan mengamalkannya. Tapi juga punya bekal untuk menjalani kehi-dupan agar masa depannya sejahte-ra”, tandas kyai muda itu visioner.Semoga.

CIMB Niaga Syariah: 5020 1000 63000BCA. 070 303 1011 Mandiri 126 000 711 1130

Rekening ZAKAT a.n. YPI Al-Azhar

sunaryo adhiatmoko | Al-Azhar Peduli Ummat

g Kaum, Desa mang, Bogor

Rumah Ge-esia (RGI). didikan dan g dibangun uli Ummat. ang berjum-, didampingi Dimyati, pen-Santri laki-a seder-

dengan ntara rjil-

ng di-uah. tu te-ok.an,apauan, ntigar alan

me-

bagian berbisik mengakdegan. Selama ini, nakomputer hanya akpendengaran mereklum pernah menyen

“Pernah memkomputer?

“ B e lj asst

t a tpengaja

puter mengpertanyaan. Sem

terbahak-bahak, lu“Pak, anak-anaktri nggak ada yanbahasa Inggriskomputer pakai Inggris. BisanyaI love you”, celetmyati yang me

semua orang tertaTapi, meski belumnah belajar kom

para santri tampaksias. Pandangan pemembuat merekahati untuk terus be