santosa haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/filsafat batik.pdf ·...

19
i Santosa Haryono Penerbit: ISI PRESS ISI Press FILSAFAT BATIK

Upload: others

Post on 05-Nov-2019

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

i

Santosa Haryono

Penerbit:ISI PRESS

ISI P

ress

Penerbit :

FILSAFAT BATIK

Page 2: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

ii

FILSAFAT BATIK

Cetakan I, ISI Press. 2019Halaman: vii+ 51Ukuran: 15,5 X 23 cm

PenulisSantosa Haryono

Lay outNila Aryawati

Desain sampulAgus Sutedjo

ISBN:978-602-5573-46-0

Anggota APPTI:No. 003.043.1.05.2018

PenerbitISI Press Bekerjasama dengan LP2MP3M ISI SurakartaJl. Ki Hadjar Dewantara 19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126Telp (0271) 647658, Fax. (0271) 646175

All rights reserved© 2019, Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyaksebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis.

Sanksi pelanggaran pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002)1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidanadengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ataudenda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana paling lama7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyarrupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, ataumenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Ciptasebagaimana diumumkan dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).

Page 3: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

iii

KATA PENGANTAR

Modernisasi membawa dampak terhadap perkembanganseni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan senibudaya tradisi Jawa. Modernisasi dan kemajuan teknologiinformasi telah memicu tumbuhnya genre seni lukis kontemporeryang mengandung makna ‘kekinian’ atau sesuai kondisi saat ini.Sebagai genre baru, seni lukis kontemporer tidak terikat olehaturan-aturan (pakem sebelumnya, tetapi berkembang sesuaijaman sekarang. Gagasan penciptaannya sering menggunakanstrategi peminjaman bentuk dari budaya yang berbeda. Citrateknologi modern seperti kecepatan, kesederhanaan, rasional,berkesan metalik, dan keakuratan diekspresikan dalam bentuk,garis, warna, dan material pada karya seni lukis sehingga tampakadanya kebaruan dari aspek visual (Haryanto, 2015:4).

Meskipun terlihat baru, melalui praktik seni lukiskontemporer yang dipengaruhi citra modern tersebut, sulitditemukan adanya ‘identitas lokal’ di dalamnya. Secara visual,karya-karya seni lukis yang dihasilkan terlihat stereotif danmemiliki citra modern yang hampir sama, karya antar senimansulit dibedakan dan kurang memunculkan karakter budayanya.Dalam kondisi ini diperlukan kontrol yang baik pada diri senimansaat menentukan arah dan pengembangan penciptaan karya senilukisnya. Terlebih bagi seniman yang tinggal di Surakarta, perluupaya menggali kembali kekayaan seni rupa tradisi/klasik untukmenemukan nilai-nilai estetika dan filosofisnya agar karya senilukis yang dihasilkan memiliki identitas dan karakter kuat.

Salah satu karya seni rupa tradisi Surakarta yang bisadijadikan sumber inspirasi penciptaan seni lukis adalah nilaiestetika batik klasik. Sebagai warisan seni rupa tradisi Surakarta,batik klasik hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat.Aktualisasinya dalam bentuk kain jarit, masih sering dijumpai

Page 4: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

iv

dalam upacara adat, ritual tradisi, dan peristiwa-peristiwa pentinglainnya di wilayah Surakarta. Batik klasik dipercaya sebagaicerminan sofistikasi ketrampilan, konsepsi, dan ideologimasyarakat Surakarta. Di dalam estetika motif dan simbolisasivisualnya termuat makna, petuah serta nilai-nilai filosofis yangmendalam. Karya batik klasik Surakarta mengajarkan nilai-nilaitentang cita-cita, harapan hidup, eksistensi, kemapanan, perilaku,kemuliaan, dan tuntunan luhur, sebagaimana contoh nilai filosofisyang terdapat dalam simbol-simbol motif batik; sidodadi,sidomulyo, sidomukti, sidodrajat, sidoluhur (Budi, 2017:39-44).

Berangkat dari pemikiran di atas maka nilai estetika dancorak ragam motif simbolik dalam batik klasik Surakarta dapatdijadikan dasar pijakan dan sumber inspirasi untuk menciptakankarya seni lukis kontemporer. Materi yang berkaitan denganbentuk, makna, norma dan nilai-nilai estetika dapatdikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan kehidupansaat ini. Dengan demikian, nilai-nilai karakter dan kearifan lokalakan terimplementasi ke dalam ide, tema, bentuk, teknis, sertamedia karya seni lukis kontemporer yang sesuai dengan jiwazaman namun tetap memiliki identitas dan karakter. Upaya inisekaligus menjadi bentuk rekontekstualisasi nilai filosofis darikhasanah seni rupa tradisi.

Gagasan rekontekstualisasi nilai filosofis dalam ragam jenisbatik klasik ini menjadi pijakan dalam proses penciptaan karyalukisan kontemporer yang akan dikaji dalam penulisanmanuskrip ini. Fenomena budaya yang erat dengan komodifikasidan wacana pasar, diskontinuitas nilai, hingga upaya-upayamenggali mode pengetahuan dari khasanah tradisi menjaditarikan isu dalam penulisan ini. Maka dalam praktiknya, akanada beberapa metode kajian dan pembacaan seni batik.Diantaranya adalah sebagai berikut :1. Mendudukkan batik sebagai khasanah medium, sebuah karya

seni serat (tekstil), yang memiliki keunikan dari medium dan

Page 5: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

v

material pembuatan. Implementasi yang muncul nantinyaadalah penciptaan karya seni lukis batik kontemporer.

2. Batik sebagai metodologi pengetahuan. Batik dibaca dalamkeunikan dalam metode penciptaan, secara konsep maupunteknis. Implementasi dalam konsep ini adalah kajian kritis danpenulisan tentang nilai-nilai filosofis yang muncul dalamtradisi batik klasik khas Surakarta.

3. Batik sebagai bagian dari gramatika tubuh, kaitan batikdengan performativitasnya, singgungan dengan aspek-aspekdiluar material seperti ; isu gender, strategi legitimasi, danproses pemaknaan dari fungsinya. Implementasi dalam kajianini nantinya adalah terciptanya produk-produk fashion yangmempunyai nilai dan filosofi tradisi batik klasik, yang inovatifdan bernilai kebaruan sesuai dengan konteks masa kini.

4. Batik sebagai perspektif baru dalam pemikiran maupunpenciptaan karya. Bagaimana batik (material, konsep,wacana), mampu menjadi pemicu pemikiran untukmenciptakan praktik kekaryaan yang baru, melompat danmenyintas dari medium awalnya.

Dalam spektrum ini pula penulis melihat luasnyacakrawala gagasan dalam batik klasik yang ketika dikaji nantinyaakan memunculkan praktik resepsi dan dialog estetik, yangbernilai kebaruan, inovasi sesuai dengan perkembangan ipteksdan sosial kebudayaan, sehingga produksi makna atas khasanahbatik klasik Surakarta menemu simpul pengetahuan yang lebihluas. Gagasan penulisan buku ini berpijak pada sekian pertanyaanreflektif dalam proses penciptaan karya batik lukis, seperti ;1. Bagaimana mendeskripsikan dan mendokumentasikan bentuk

visual, material, teknis, dan makna filosofis pada karya batikklasik Surakarta sehingga dapat dijadikan sumber penciptaanseni lukis batik kontemporer ?

2. Bagaimana menciptakan bentuk karya seni lukis batikkontemporer dengan pengembangan ide, tema, bentuk, teknis,dan media yang bersumber dari nilai-nilai filosofis, estetika,dan ragam corak artistic batik klasik Surakarta ?

Page 6: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

vi

Penulisan buku ini bertujuan untuk menemukan kembalinilai-nilai kearifan lokal dan estetika tradisi dalam batik klasikSurakarta sehingga dapat dijadikan sumber penciptaan karya senilukis batik kontemporer yang berkarakter dan memiliki identitasyang kuat. Mempertemukan tradisi klasik dan pendekatan senirupa modern dalam wujud penciptaan karya seni lukis batikkontemporer sehingga diciptakan karya seni yang inovatif danbernilai kebaruan.

Adapun manfaat dari kajian-kajian yang dituliskan dalambuku ini diantaranya adalah,1. Sebagai dokumentasi ilmiah dalam bidang penelitian terapan,

khususnya ragam praktik seni kontemporer, secara khusus senilukis batik kontemporer.

2. Sebagai bahan rujukan dan referensi dalam pelestarian nilai-nilai estetik dan filosofis batik klasik Surakarta.

3. Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi seniman lain,khususnya dalam strategi penciptaan karya seni lukis berbasisbudaya tradisi/lokal.

4. Sebagai pendukung citra industri kreatif di Kota Surakarta,karena karya seni lukis batik kontemporer yang diciptakanmemiliki identitas budaya lokal dan menunjukkan potensi-potensi estetik-artistik seni rupa tradisi Surakarta.

Terwujudnya buku Filsafat Batik tidak terlepas daribantuan berbagai pihak oleh karenanya penulis sampaikanucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Kemenristek Dikti,Ketua dan seluruh staf LP2MP3M ISI Surakarta sehingga bukuini dapat diterbitkan. Penulis menyadari dalam penulisan bukuini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis berharapsumbang dan saran dari pembaca dan penikmat seni demikesempurnaan penelitian ini.

Penulis

Page 7: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................KATA PENGANTAR ...............................................................DAFTAR ISI ............................................................................

BAB ISEJARAH BATIK .......................................................................

BAB IIKONSEP PENCIPTAAN BATIK KLASIK .......................

BAB IIIPENDEKATAN SENI ABSTRAK DALAMPENCIPTAAN LUKISAN BATIK ..........................................

BAB IVPROSES PENCIPTAAN BATIK LUKIS ...........................

BAB IVKESIMPULAN .......................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................

iiii

vii

1

12

36

38

47

49

Page 8: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

viii

Page 9: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

1Filsafat Batik

BAB 1. SEJARAH BATIK

Batik telah berabad-abad lamanya dikenal sebagaipakaian adat Jawa yaitu sejak jaman Hindu. Bukti-buktinyadapat dilihat pada candi-candi peninggalan zaman kejayaanHndu dan Budha yang menggunakan motif batik pada ragamhiasnya. Di arca candi Ngrimbi dekat Jombang, Jawa timurdiberi hiasan seperti motif batik “kawung”, yaitu pada arcaKertarajasa, Raja Majapahit I (1216- 1231).1 Candi Borobudurdan candi Prambanan pada beberapa pahatannya juga dihiasdengan motif-motif batik.2

Asal mula seni batik berdasar dua pendapat yangsaling bertentangan, pertama mengatakan bahwa batikberasal dari India karena Indonesia pernah berhubungandengan India; pendapat kedua mengatakan bahwa batikmerupakan seni asli Indonesia. G.F. Rouffer berpendapatbahwa asal mulanya seni batik Jawa adalah dari India.Padagang-pedagang India mempengaruhi Jawa dalam agamadan kebudayaan sejak kurang lebih abad ke-4.3 Pendapattersebut didukung oleh Fruin Mess yang mengatakan:

1 A.N.J. Th. A Th. Van der Hoop, Ragam-ragam Perhiasan Indonesia,(Koninklijk Bataviasch: Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1949), hlm.81.

2 Joseph Fischer, op. cit., hlm. 49.3 G.P Rouffaer dan H.H. Joynboll, De Batikkunst in Nederlandsch-Indie en

Haar Geschiedenis, (Utrecht: A Gosthookte, 1914), hlm. 36.

Page 10: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

2 Santosa Haryono

..... tetapi orang Pasundan meniru juga kepandaian orangHindu seperti membuat kain batik.4 Pendapat-pendapattersebut bertentangan dengan teori Dr. J. Brandes yangmengatakan kalau seni batik betul- betul dari Jawa danmerupakan kebudayaan yang memerlukan banyak belajardan bukan dari Hindu.5 Sebelum kebudayaan Indonesiabertemu dengan kebudayaan India, bangsa Indonesiatelah mengenal seni membuat batik6 hanya dalamperkembangannya terdapat pengaruh agama Hindu terutamadalam motif- motifnya. Misalnya pintu gerbang candi telahdistilir dan dipakai dalam motif batik Jawa.

Pada abad ke 6-7 di India sudah mengenalkanpekerjaan membatik dan menenun seperti tenun ikat Lasem/Tuban atau model batik Grobogan yang ditenun dan dibatik.Di Benggala, India Selatan modal batik purbawi, warnanyacoklat, kuning, dan hitam (Sastroatmodjo.1993:27). Dalamcatatan sejarah diketahui pada abad 17, bahwa para pedagangdari Gujarat (India) yang datang ke Jawa antara lainmembawa batik (Tempo. 11 April 1987:51). MattiebelleGittinger (1979:31), berpendapat bahwa batik di Jawamempunyai persamaan dengan Cina dalam bentuk stensil.Desian pertama-tama dicetak di atas kertas, lalu dipotong-potong kemudian proses pembekasan dengan jalan perekatanstensil pada kain. Proses stensil bersama-sama denganperkatan dipergunakan sebagai penutup saat kain dicelup.

4 Fruin Mees, Sedjarah Tanah Djawi Jilid 1, diterjemahkan oleh S.M. Latief,(Weltevreden: Balai Pustaka, 1921), hlm. 12.

5 J. Brandes, “Een JaJayapatta of Acte van eene Rechterlijke Uitspraak vanCaka 849”, Tijdshrijf voor Indische Taal-Land-en Volenkunde vol. XXXII, 1889, hlm.125

6 Sutjipto Worjosuprapto, Bunga Rampai Sedjarah Budaja Indonesia, (Djakarta:Jembatan, 1964), hlm.

Page 11: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

3Filsafat Batik

Unsur Cina tampak sekali mulai Kerajaan Majapahitsekitar tahun 1368, yaitu ketika utusan Majapahit pergi keNegara Cina sampai pulangnya memboyong putri Cina (putriCempo). Dibabat Tanah Jawa juga disebut- sebut bahwa putriCempo adalah isteri Prabu Brawijaya di Majapahit yangmenghasilkan keturunan Raden Patah (Romawi.1989:39).Unsur Cina terhadap batik Keraton tampak pada motif yangditampilkan, seperti Naga sebagai simbol hujan dankesuburan, Burung Huk sebagai simbol umur panjang, danKupu menunjukkan kemujuran dalam perkawinan(Veldhuisen.1988:28).

Dari pendapat tersebut di atas seakan- akan batik yangada di negara kita khususnya Jawa dipengaruhi atau berasaldari negara lain. Namun kalau diperhatikan arca peninggalanzaman Sriwijaya-Syailendra dalam penerapan pakaian yangditampilkan menggambarkan perkembangan desain batik.Patung Syiwa dan Singosari Malang (abad 13) terdapat motifKawung dengan isen yang hampir menyerupai Ceplok(Susanto.1980:2).

Dasar-dasar tersebut menunjukkan bahwa motif yangada pada batik hampir sama dengan relief candi. Hal inimenunjukkan adanya hubungan penerapan ragam hiasbatik. Apakah relief candi terlebih dahulu atau motif batikyang mempengaruhi relief candi, tapi yang jelas bahwamotif batik sudah ada semenjak berdirinya candi di Jawa.Pada abad 500 Masehi, Kerajaan Taruma Negaramenggunakan mengkudu (jenis tumbuh-tumbuhan) untukmencelup warna merah yang tidak didapat di daratan India(Sutaarga,1964:3). Motif Swastika pada batik yang telah adapada zaman Perunggu, yaitu ornamen untuk menghormatimatahari yang berarti kebahagiaan.

Page 12: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

4 Santosa Haryono

Motif Kawung sudah ada sejak zaman Hindu-Jawayaitu zaman Majapahit tahun 1216-1231 (Van Der Hop,1949:80). Begitu juga di Patung Budha Prajnyaparamita tahun1350 dan Patung Ganesha di Kediri tahun 1239 (Rouffaer danDe Batik-Kunst in Nederlansch-Indie). J .G. Hijsermenunjukkan adanya kemungkinan ragam hias pilinberganda berhubungan dengan motif Parang Rusak. Iamemberi contoh ragam hias pilin yang terdapat di PapuaUtara yang bersamaan dengan kebudayaan Perunggu (PraSejarah) atau kebudayaan Dong-Son (Van Der Hop,1949:38-47).

Gambar motif ceplok yang juga memiliki kesamaandengan motif dari india selatan, dimana motif-motif

tersebut digayakan di GresikSumber : Djajasoebrata. 1972:39

 

Page 13: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

5Filsafat Batik

Sekalipun tidak mungkin menemukan lembar kainbatik sebagai bukti arkeologi pada masa silam, tetapi buktisejarah tentang teknik rintang celup warna, ragam hiasdekoratif, simbolik, keseimbangan dinamis dan menjiwaibentuk batik sudah dikenal sejak zaman pra sejarah.

Temuan arkeologi berupa arca dalam Candi Ngrimbidekat Jomban menggambarkan sosok Kertajasa, Raja pertamaMajapahit yang memerintah pada tahun 1294-1309 memakaikain beragam hias kawung (Van der Hoop 1949:9)

 Gambar motif ceplok yang muncul pada patung siwa

di candi Singosari

Selain itu, bila mengungkap seni sastra Jawa Tengahandi zaman Majapahit, seperti Kudang Sundayana, RanggaLawe, Serat Pararaton dan Bima Suci yang mengetengahakanpemikir-pemikir agama dan menceritakan keadaan padazaman tersebut, salah satunya adalah perkembangan batik(Hardjonagoro.1978:1). Karya-karya tersebut antara lain:

Page 14: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

6 Santosa Haryono

1. Serat Pararaton Serat Pararaton berisi antara lain adalahsebagai berikut :“Raden Wijaya amacal sisisngkalaning amaluku,Dadanipun Kebo mundarung tekeng mukanipun kebekendut,Mundur tur anguncap :‘Aduh, tuhu yan dewa si pakeniraRaden’Semangka Raden wijaya adum lancingan gerising Ringkawunalira sawiji sowing Ayun sira angamuka Kangdinuman sira sora, sira Rangga Lawe, Sira Pedang, SiraDangdi, Sira Gajah”

Artinya :Raden Wijaya menginjakkan kaki untukmemulai perjalanannya,Dada Kebo Mundarung hingga mukanya penuh Lumpur,Jalan mundur sambil berkata :‘ Aduh, pasrah kepadadewaku ya Raden’Saat itu Raden Wijaya sedang membagikan celana gerisingKepada rakyatnyaA gar segera menentang Yang kamubicarakan sora, kamu RanggaLawe, Kamu Pedang, KauDangdi, Kamu Gajah.

2. Tembang Durma

Tembang Durma no. 74 dalam Rangga Lawe yangditerbitkan oleh C.CBerg (1939: 148) menerangkan tentangpemakaian kain dodot untuk penutup mayat di zamanMajapahit seperti yang tertulis di bawah ini:

“Tan-Dwana usungan pan atawan branaSang Nata kon nastariMangkat tan ingundangTeka adodot petakWiningkis pupune kalihTikeng KacuranAtuntnan limaris.”

Artinya :Tidak bermaksud menangis karena mayatSang Raja suruh lestariBarangkat tidak diundang

Page 15: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

7Filsafat Batik

Dengan memakai dodot putihDigulung pada kedua kakinya

Semenjak runtuhnya Kerajaan Majapahit yang ditandaidengan Condrosangkolo Sirno Hilang Kertaning Bumi yangberarti tahun 1400 (tahun Jawa), yang diperintah oleh SangPrabu Brawijaya V yang beragama Budha, maka berdirilahKerajaan Demak di Bawah pemerintahan Raden Patah atauSultan Alam Akbar I seorang Putra Raja Majapahit dari IstriCina (H.J. De Graff dan Pigend,1986:56). Perkembangankekuasaan Demak yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang dialami oleh pusat Kerajaan Majapahitakibat pemberontakan perebutan kekuasaan di kalangankeluarga Raja setelah wafatnya Gajah Mada (1364) dan HayamWuruk (1389). Dengan demikian runtuhnya Majapahitbukanlah semata- mata disebabkan oleh kaum Muslim,melainkan dinasti Girindra Wardhana dari Kediri yangberhasil merebut kekuasaan dari Majapahit (1468). AgamaIslam terus berkembang, mula- mula dari daerah Pesisir,kemudian bergerak sampai ke daerah Pajang dan akhirnyake pedalaman lagi seperti Kerajaan Mataram(Prabawati,1991:9 dan 75).

Masuknya agama Islam ke Kerajaan Mataram yangberagama Hindu-Jawa menambah kasanah baru dalam karyaseni yang diciptakan oleh punggawa-punggawa atau senimanKerajaan, seperti wayang kulit, sastra, falsafah dalam batikseperti “manunggaling kawula Gusti”, dan munculnya sifat-sifat manusia di dalam mitologi Jawa seperti amanah, luamah,supiah, dan muthmainah. Hardjonagoro (1989:31)menyatakan bahwa pada zaman Borobudur, putri dariPajajaran sering mengenakan pakaian yang terbuat dari suterayang dicelup rintang menggunakan ketan sebagai perintang.Barangkali inilah yang dipakai sebagai ide untuk

Page 16: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

8 Santosa Haryono

menciptakan batik. Pada zaman Sultan Agung, batikdipersembahkan untuk upacara, kepercayaan atau tradisisebagai perlambang sejarah, sehingga setiap coretan dalammotifnya memiliki makna sejarah yang melambangkantradisi-tradisi, filsafat hidup, dan kepercayaan.

Cikal bakal batik Keraton dikerjakan oleh masyarakatluar Keraton (petani), maka tidak mengheranlan motif-motifyang ditampilkan masih di lingkungan atau sekitarkehidupan petani. Pekerjaan membatik pawa awalnyadilakukan oleh petani pada waktu senggang yaitu sebelummereka turun ke sawah apabila musim padi tiba, sehinggapekerjaan membatik sementara dihentikan (Sutaarga,1964: 4).

K.R.T. Hardjonarogo memberikan contoh bahwasemua motif batik klasik menggambarkan alam pertanian,misalnya: Sidoluhur, Sidomukti, dan alas-alasan yangditampilkan dengan ornamen dedaunan atau bunga di negeriagraris. Diperkirakan pula bahwa teknik pembatikan masukKeraton sekitar abad 13 guna membuat perlengkapan yangdihubungkan upacara- upacara ritual di dalam keraton,seperti nyamping (kain panjang).

Kain batik sebagai kreasi sendiri yang berasal darirakyat, dimana motif atau corak yang ditampilkan merupakanrefleksi maya di zamannya. Tidak mengherankan apabilasuasana dan keadaan zaman yang agraris feodalis melahirkankarya seni dengan corak atau motif yang mencerminkan rasamanembah dengan simbol-simbol tentang kesuburan. Corakdan motif yang begitu sederhana selanjutnya direkrutkalangan Keraton, kemudian ditampilkan sebagai produkyang diagungkan serta dilengkapi dengan persepsi kulturaluntuk kepentingan keraton. Penciptaan batik keraton padawaktu itu difungsikan sebagai pakaian upacara ritual. Olehkarena itu, batik yang diciptakan harus mencerminkanupacara dan menambah daya magis. Maka batik tidak hanya

Page 17: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

9Filsafat Batik

enak dipandang saja, tetapi juga memberi makna atau artiyang erat hubunganya dengan falsafah hidup, pesan, danharapan yang tulus serta luhur semoga membawa kebaikandan kebahagiaan bagi si pemakai.

Proses pembuatan batik sebelum mengenal lilinmemakai kanji (aci) seperti yang dilakukan di Banten dandikenal sebagai kain simbut.7 Kain simbut dianggap sebagai kainbatik yang paling tua dan hanya dipergunakan dalam upacarakelahiran, sunatan, pengikiran gigi. Proses pembuatan kaintersebut masih sangat primitif dengan alat dari belahanbambu untuk mengeluarkan kanji di atas kain. Jika kanji telahkering, kain dicelup dalam warna dan diulang beberapa kaliuntuk mendapatkan warna yang dikehendaki. Kain yang telahselesai diberi warna merupakan kain dengan gambar putihdan cara yang sama ditemukan juga di Toraja, Sulawesi Selatandan di Sumatra.

Canting diperkirakan asli Indonesia yang digunakanoleh orang Jawa yang ditempat lain tidak ada. Oleh karenaitu batik Jawa mempunyai ciri khas karena menggunakancanting. Canting dapat menghasilkan gambar yang rapi darigaris- garis dan titik-titik. Canting diperkirakan sudah dikenalpada abad ke-12 jika dilihat dari motif batik pada ragam hiascandi.8 Kata batik juga diperkirakan dikenal setelah adacanting, karena alat tersebut yang dapat menghasilkan gambaryang bermacam-macam. Sebelum canting dikenal, makapotongan bambu dipakai dengan sendirinya tidak dapatmenghasilkan gambar yang rumit.

7 J.E. Jasper dan Mas Pirngadie, op. cit., hlm. 18.8 Joseph Fischer, op. cit., hlm. 13.

Page 18: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

10 Santosa Haryono

Pengertian Batik

Batik mempunyai banyak pengertian dan arti yangluas, beberapa pengertian diberikan dari akhiran “tik” darikata menitik atau menetes.9 Batikan dalam bahasa Jawa berartiseratan, dibatik sama dengan dipun-serat,10 yaitu diberi gambardengan lilin. Dari pengertian itu maka batik dapat diartikansebagai menulis diatas kain dengan menggunakan alatcanting dan memakai bahan lilin yang disebut rengrengan danapabila telah selesai dibatik diberi warna.11 Kata batik dalamensiklopedi Indonesia adalah:

“cara menulis di atas kain-kain mori, katun, tetoron,adakalanya kain sutera, dengan cara melapisi bagian-bagianyang tidak berwarna dengan lilin yang disebut juga malam....kemudian kain yang telah dilapisi lilin tersebut, dicelupkanke dalam zat warna yang dikehendaki dandikeringkan....Proses demikian diulangi untuk setiap wrnayang digunakan.....”12

Berdasar teknik pembuatannya, maka batik berarti:“pemberian warna dengan pencelupan warna dingin pada kain dasarputih yang sebelumnya telah diberi pola dengan menggunakancanting yang telah diberi lilin.13

9 W Kertscher, Perindustrian Batik di Pulau Djawa, diterjemahkan oleh PoeyKen Sin (Leverkusen: Pabrik Tjat pewarna, 1954), hlm. 4.

10 W.J.S. Poerwodarminto, Bausastra Jawa, (tanpa kota terbit, penerbit dantahun terbit), hlm. 33.

11 S. Soetopo, “Batik” dalam Majalah Batik No. 9, 1956, hlm. 29.12 W. Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, (Bandung: Gravenhage, 1980), hlm.

417.13 Clair Holt, Art in Indonesia Continuitica and Changes, (Ithaca, USA: Uni-

versity Press, 1967), hlm. 149.

Page 19: Santosa Haryono - repository.isi-ska.ac.idrepository.isi-ska.ac.id/3669/1/Filsafat Batik.pdf · seni rupa di kota Surakarta yang kental dengan kekayaan seni budaya tradisi Jawa. Modernisasi

11Filsafat Batik

Batik bagi orang Jawa adalah kata kerja karenamembatik adalah membuat ‘bintik-bintik’.14 Membatik jugaberarti menulis karena alat yang digunakan yaitu canting.Canting adalah sebuah alat dari tembaga yang mempunyaisatu atau beberapa lubang kecil dan melalui lubang-lubangitu aliran lilin dengan berbagai ukuran dapat keluar danmenempel pada kain. 15Pegangan dari bambu danpenggunaannya hampir sama dengan alat tulis tulis yang lain.Gambar yang dihasilkan seolah-olah diciptakan dari titik-titik,maka membatik atau mbatik dapat diterjemahkan sebagaisepotong kain yang telah diberi gambar dengan titik- titik,16

atau menggambar dengan garis patah.17

Kain yang selesai dibatik disebut jarit atau jarik,18

merupakan bahasa Jawa ngoko dan dalam bahasa Jawa Kromoberarti tapih atau bebed,19 yaitu kain panjang yang dipakaiwanita sebagai pakaian adat Jawa. Satu potong kain batikmempunyai ukuran tradisional yang disebut kacu. Kacuadalah sapu tangan yang berbentuk persegi empat, makasekacu adalah ukuran perseginya mori dan satu potong kainbatik memerlukan 2,5 kacu.20

14 S. Koperberg, De Javansche Batik Industrie, (tanpa kota terbit, penerbitdan tahun terbit), hlm. 14.

15 J.E. Jasper dan Mas Pirngadie, De Batikkunst, (‘S Gravenhage:Kunstdrukkerij v/h Mouton & Co., 1916), hlm. 16.

16 Arts and Crafts in Indonesia, (Jakarta: Departmen of Information Repub-lic of Indonesia, 1974), hlm. 38.

17 W.J.S. Poerwodarminto, log. cit.18 Joseph Fischer, ed., Treads of Tradition, (Los Angeles: Andreson Litho-

graph Company, 1979), hlm. 44.19 J. Paulus, “Batikken” dalam Encijclopedie Nederlandsch Indie II, (Leiden:

Martinus Nijhof en J. E. Brill, 1917), hlm. 194.20 Hamzuri, Batik Klasik, (Jakarta: Jambatan, 1981), hlm. 99.