sanksi poligami tanpa izin dari pengadilan...

143
SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH SYARIAH SELANGOR (MALAYSIA) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : ARIYALL HIKAM PRATAMA 11150440000059 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 10-Apr-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI

INDONESIA DAN MAHKAMAH SYARIAH SELANGOR (MALAYSIA)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ARIYALL HIKAM PRATAMA

11150440000059

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 2: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

i

Page 3: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

ii

Page 4: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

iii

Page 5: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

iv

ABSTRAK

Ariyall Hikam Pratama, NIM 11150440000059, SANKSI POLIGAMI TANPA

IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

SYARIAH SELANGOR (MALAYSIA), Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal

Syakhsiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xii + 96 Halaman + 32 Lampiran

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sanksi poligami tanpa

izin dari Pengadilan Agama di Indonesia dan Mahkamah Syariah Malaysia di

Negeri Selangor. Dalam ketentuannya di Indonesia sanksi poligami tanpa izin

Pengadilan diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan pasal 45 PP No. 9 tahun 1975

yang memberikan sanksi denda Rp.7.500, kemudian aturan khusus bagi PNS yang

melakukan poligami diatur dalam PP No. 45 Tahun 1990 perubahan atas PP No.

10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS, hanya

memberikan sanksi displin pegawai yang terdapat pada pasal 15 yaitu penurunan

pangkat dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Sedangkan di

Malaysia diatur dalam Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Selangor tahun

2003 yang memberikan sanksi denda tidak lebih dari RM 1000, dan juga di

hukum penjara tidak lebih dari 6 bulan, atau kedua-duanya, denda dan penjara.

Penelitian ini menggunakan jenis peneliitian yuridis normatif dengan

pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan perbandingan hukum

dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, putusan

hakim, buku-buku, kitab-kitab fikih yang berkaitan pada skripsi ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Indonesia tentunya di

Pengadilan Agama tidak memberikan sanksi bagi poligami tanpa izin Pengadilan.

Hanya saja aturan dan syarat yang ketat tidak memberikan peluang bagi poligami

liar sehingga berdampak pada sanksi moril pelaku yaitu anaknya tidak mendapat

keabsahan secara sah oleh negara dan tidak akan mendapatkan hak waris yang

sah. Di Malaysia sanksi poligami diterapkan apabila seorang suami terbukti tidak

mendapat izin terlebih dahulu dari Mahkamah Syariah meskipun suami telah

mendapatkan izin dari istri, tetapi izin Mahkamah lebih utama sehingga apabila

tidak ada izin dari Mahkamah maka akan mendapatkan sanksi denda kurang dari

RM 1000 dan penjara tidak lebih dari 6 bulan. Tetapi jika istri merasa sangat

dirugikan sanksi tersebut bisa lebih atau bisa mendapat kedua sanksi tersebut

denda dan penjara.

Kata Kunci: Poligami, Mahkamah Syariah, Sanksi, Indonesia, Malaysia.

Pembimbing : Dr. Abdul Halim, M. Ag.

Daftar Pustaka : 1994 s.d. 2018

Page 6: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih

terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B be ب

T te خ

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet س

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

Page 7: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

vi

K ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A fathah

I kasrah

U dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Page 8: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

vii

Arab Latin

 a dengan topi di

atas

Î i dengan topi di

atas

Û u dengan topi di

atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd =اإلجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الزخصح

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah =الشفعح

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbȗtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah

tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

syarî’ah شزيعح 1

al-syarî’ah al-islâmiyyah الشزيعح اإلسالميح 2

muqâranat al-madzâhib مقارنح المذاهة 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Page 9: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

viii

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri

didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: الثخاري

= al-Bukhâri tidak ditulis Al- Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut

berasal dari bahasa Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn

al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

الضزورج تثيح المحظىراخ 1al-darûrah tubîhu al-

mahzûrât

al-iqtisâd al-islâmî االقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصىل الفقه 3

األشياء اإلتاححاألصل في 4 al-„asl fî al-asyya al-

ibâhah

al-maslahah al-mursalah المصلحح المزسلح 5

Page 10: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat

beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis

ajukan adalah “Sanksi Poligami Tanpa Izin Dari Pengadilan Agama di Indonesia

dan Mahkamah Syariah Selangor (Malaysia)”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin

Umar Lubis Lc. MA.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M. Ag Ketua Program Studi Hukum Keluarga

sekaligus dosen pembimbing skripsi dan Bapak Indra Rahmatullah, SH. I,

M.H. Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, M.A., selaku dosen pembimbing

akademik yang selalu menasihati dan membimng penulis selama kuliah.

5. Segenap dosen, staf perpustakaan, karyawan-karyawan, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberi ilmu dan

memfasilitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Puan Nenney Shushaidah binti Shamsuddin Hakim Mahkamah Tinggi

Syariah Selangor dan Puan Nur Hatika binti Ismail pegawai Jabatan

Kehakiman Selangor yang telah membantu penulis dalam memberikan data

dan wawancara.

7. Tuan Prof. Madya. Dr. Irwan bin Mohd Subri, Lc. Ketua Institut Pengurusan

dan Penyelidikan Fatwa Sedunia dan selaku dosen Universiti Sains Islam

Page 11: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

x

Malaysia (USIM) yang telah membantu penulis dalam memberikan

wawancara.

8. Tuan Dr. Mohd Norhusairi Dosen Senior Lecturer in Departement Sharia and

Law, Academy of Islamic Studies Universiti of Malaya yang telah membantu

penulis dalam memberikan wawancara.

9. Ayahanda dan Ibunda orantua penulis dan juga keluarga besar. Terimakasih

atas setiap cinta dan kasih sayang, doa restu, bimbingan, dan dukungan yang

selalu mengiringi setiap langkah penulis.

10. Teman penulis saudara Megat Ahmad Najeeb Bin Amir Sharifuddin dan

keluarga, yang telah banyak membantu penulis selama berada di Malaysia.

11. Teman-teman sahabat seperjuangan dan sepermainan, Dita Safitrianaz, Izza

Hidatul Nihla, Ananda Khumaira, Halimatusadiyah, Ilham Ramdhani, Lutfi

Zakaria Mubarok, M. Syarifuddin Amarullah, Ghina Husna Fithriyyah dan

group Hebring lainnya, terima kasih saya ucapkan atas doa, dukungan, dan

semangat. Serta rasa bahagia, sedih, dan susah selama ini selama kuliah.

Tidak lupa juga terkhusus kepada sahabat penulis Ahmad Zulfi Aufar yang

senantiasa saling memberi semangat, pendapat, saran, dan kerja sama selama

kuliah hingga bareng-bareng penelitian di Malaysia semoga sehat dan sukses

selalu

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan dan manfaat kepada

para pembaca. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis akan dibalas

berlipat ganda serta keberkahan oleh Allah SWT. Penulis juga amat menyadari

bahwa masih ada kekurangan, khilafan, dan kesalahan. Maka kritik dan saran

yang bersifat konstruktif sangat diharapkan di dalam rangka perbaikan dan

kesempurnaan penulisan ini.

2019 Maret 21Jakarta,

Ariyall Hikam Pratama

Page 12: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………… iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 8

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9

F. Kajian Pustaka atau Studi Review Terdahulu ........................................ 10

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ............................................... 11

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

BAB II POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Poligami .............................................................................. 16

B. Sejarah Poligami .................................................................................... 16

C. Hukum Poligami .................................................................................... 20

D. Syarat- Syarat Poligami .......................................................................... 24

E. Faktor- faktor dalam Melakukan Poligami ........................................... 30

F. Hikmah Poligami ................................................................................... 32

BAB III REGULASI POLIGAMI DI INDONESIA DAN MALAYSIA

A. Sejarah dan Sistem Hukum di Indonesia dan Malaysia ......................... 35

1. Sejarah dan Sistem Hukum di Indonesia ........................................... 35

2. Sejarah Malaysia................................................................................ 40

3. Sistem Hukum Malaysia .................................................................... 43

4. Mahkamah Syariah Malaysia ............................................................ 46

B. Peraturan Perundang-Undangan Poligami di Indonesia dan Malaysia . 48

1. Undang-Undang Poligami di Indonesia ............................................ 48

2. Peraturan Perundang-Undangan Poligami di Malaysia ..................... 57

a. Undang-undang Poligami di Selangor .......................................... 57

b. Syarat-Syarat Poligami Menurut Undang-Undang Selangor ........ 60

BAB IV KOMPERASI PENERAPAN SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN

MAHKAMAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA

A. Prosedur dan Praktik Poligami di Pengadilan Agama di Indonesia ....... 62

1. Prosedur dan Praktik Poligami di Indonesia...................................... 62

2. Prosedur dan Praktik Poligami di Selangor ....................................... 66

B. Penerapan Sanksi Poligami Dalam Regualsi Indonesia dan Malaysia .. 69

1. Penerapan Sanksi Poligami di Pengadilan Agama ............................ 69

2. Penerapan Sanksi Poligami Tanpa Izin Mahkamah di Selangor ....... 76

Page 13: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

xii

C. Perbandingan Perbedaan dan Persamaan Regulasi Poligami di Indonesia

dan Malaysia .......................................................................................... 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ........................................................................................... 88

B. Saran… ................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 91

LAMPIRAN

Page 14: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Poligami merupakan diskursus yang menjadi perbincangan dikalangan

masyarakat, tidak terkecuali di Indonesia. Poligami termasuk masalah yang

sangat kontroversi, banyak mengundang berbagai pro dan kontra. Karena

dianggap terlalu memihak dengan lelaki.1

Menurut Nasaruddin Umar yang dikutip oleh Anik Farida berpendapat

bahwa kaum perempuan menganggap poligami adalah hal yang negatif.

Mereka berpandangan bahwa poligami itu melanggar HAM, poligami

merupakan bentuk eksploitasi dan bentuk pelecehan dalam martabat kaum

perempuan, karena dianggap sebagai memuaskan nafsu dan gejolak birahi

semata tetapi dibenarkan oleh agama. Sedang mereka yang pro dengan

poligami memandang bahwa poligami adalah bentuk perkawinan yang sah,

yang di sunahkan oleh nabi dan memiliki dasar teologi yang jelas sesuai Q.S.

al-Nisȃ (04):3.2 Kemudian poligami juga dianggap bisa mengangkat martabat

perempuan yaitu melindungi hak-hak perempuan melalui perkawinan yang

sah agar tidak terhindar dari perbuatan zina.3

Menurut Musdah Mulia poligini atau di masyarakat lebih dikenal

dengan poligami yaitu perkawinan laki-laki (suami) mengawini beberapa

(lebih dari satu) istri pada waktu yang bersamaan.4 Secara implisit al-Qur‟an

membolehkan poligami, tentunya dengan persyaratan yang ketat, oleh karena

“itu ayat-ayat poligami dalam al-Qur‟an sudah memberikan “warning” salah

1Chuzaimah T. Yanggo, et.al, ed. Problematika Hukum Islam Kontemporer.

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), cet.3, h. 118. 2 Anik Farida, Menimbang Dalil Poligami Antara Teks, Konteks, dan Praktek.

(Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008), 78 3 Reza fitra Ardhian, Satrio Anugrah, dan Setyawan Bima, “ Poligami dalam

Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin Poligami di

Pengadilan Agama”, Privat Law, 3, 2, (Desember, 2015), h. 101 4 Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami. (Jakarta: Atas Kerja Sama,

1999), h. 1

Page 15: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

2

satunya yaitu “apakah kamu yakin jika berpoligami dapat berlaku adil ?”,5

karena adil sangat berat, Allah SWT sebagai pencipta manusia maha

mengetahui bahwa kamu tidak akan mampu berlaku adil secara hakiki,

namun berhati-hatilah jangan sampai kamu mencintai sebagian istrimu dan

mengabaikan yang lain” itulah yang disebutkan dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3.6

Diantara bentuk reformasi hukum Islam di dunia adalah

diberlakukannya sanksi hukum pada hukum keluarga. Pembaharuan-

pembahruan hukum di dunia modern ini sudah sangat banyak dilakukan oleh

beberapa negara muslim. Salah satunya yaitu pembaharuan dari hukum klasik

yang cenderung sangat jarang diterapkannya sanksi hukum. Kemudian beralih

pada aturan-aturan hukum negara yang tidak saja membatasi dan

mempersulit, namun bahkan melarang dan mengkategorikan suatu masalah

seputar hukum keluarga sebagai perbuatan kriminal (kriminalisasi).

Sejumlah negara-negara muslim saat ini sudah membentuk

pembaharuan hukum yang baru dan memberlakukan aturan untuk

mempersulit ruang gerak salah satunya poligami liar. Setidaknya ada 8 negara

muslim yang telah memberlakukan penjatuhan sanksi hukum terhadap

masalah poligami ini. Kedelapan negara tersebut adalah Iran, Pakistan,

Yaman, Irak, Turki, Tunisia, Malaysia, dan Indonesia.7 Namun didalam

penulisan ini penulis fokus terhadap kedua negara saja yaitu Malaysia dan

Indonesia.

Indonesia sebagai negara hukum yang mengatur tentang poligami

yang terdapat pada UU No. 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975, PP No. 10

5 Q.S. an-Nisȃ (4): 3

6 Reza Fitra Ardhian, “Poligami dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin Poligami di Pengadilan Agama”, h. 102. 7 M. Zaki, “ Dinamika Introduksi Sanksi Poligami dalam Hukum Negara Muslim

Modern”, Al- Risalah, 14, 2, (Desember, 2014), h. 308-309.

Page 16: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

3

Tahun 1983 yang di ubah menjadi PP No. 45 Tahun 1990, dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI).8

Pada prinsipnya antara UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam selaras dengan ketentuan hukum Islam. Menurut Perundang-undangan

Indonesia menganut prinsip perkawinan dengan azas monogami. Karena

dalam azas tersebut juga sesuai hukum Islam yaitu al-Qur‟an surat An-nisa

ayat 3.

Berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 jika seseorang yang ingin

melakukan poligami harus melalui perizinan dan mengajukan permohonan

kepada pengadilan sesuai dengan (pasal 4 ayat 1) dan Pengadilan hanya

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang

apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.9

Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 45 Tahun 1990 tentang perubahan atas PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang

izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam pasal

4 berbunyi:

1) Pegawain Negeri Sipil yang akan beristri lebih dari seorang, wajib

memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat.

2) Bagi Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan menjadi istri

kedua/ketiga/keempat.

3) Permintaan izin sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan

secara tertulis.

4) Dalam surat permintaan izin sebagaimana dimaksud ayat (3), harus

dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan izin untuk

beristri lebih dari seorang.10

8Atik Wartini, “ Poligami: dari Fiqih Hingga Perundang-Undangan”, Studia

Islamika, 10, 2, ( Desember, 2013), h. 238. 9 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan, pasal. 4 ayat 1

10 PP Nomer 45 Tahun 1990, Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi

Pegawai Negeri Sipil, ps. 4.

Page 17: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

4

Apabila dari anggota PNS ada yang melanggar pasal tersebut maka

mereka akan terkena pasal 15 yang berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010

Tentang Peraturan Displin Pegawai Negeri Sipil. Bagi mereka yang tidak

melaporkan perkawinannya yang kedua,ketiga, dan keempat terhitung sejak

dilangsungkannya perkawinan itu maka mereka akan terkena sanksi hukuman

disiplin berat.

Dari gambaran tersebut, Indonesia sudah menerapkan sanksi-sanksi

bagi mereka yang melakukan poligami tanpa izin istri yang sah akan tetapi

pada praktiknya di Indonesia dirasa kurang tegas karena belum ada efek

jera.11

Oleh karena itu penulis ingin menggali lebih dalam lagi tentang sanksi

yang diberikan di Indonesia.

Malaysia merupakan negara federal yang menyatakan resmi Islam

sebagai agama negara. Malaysia memiliki sistem federal yang membagi

kekuasaan pemerintahan menjadi pemerintahan negara bagian. Walaupun

Undang-undang dasar di Malaysia menggunakan sistem federal, tetapi sistem

kekuasaannya terpusat kepada kerajaan. Sebagian dari kewenangan

pemerintahan federal diantaranya yaitu urusan luar negeri, keamanan

nasional, pertahanan, hukum perdata dan pidana sekaligus prosedur dan

administrasi peradilan, kewarganegaraan, perdagangan, perniagaan.

Beberapa kewenangan negara bagian adalah hal-hal yang berkaitan

dengan praktik keagamaan Islam. Seperti hak kepemilikan tanah, pertanian,

kependudukan, kekeluargaan, dan lain-lain. Ketika hukum federal dan Negara

bagian saling bertentangan maka hukum federal yang berlaku, karena dalam

aturannya Konstitusi Malaysia menganggap kekuasaan federal lebih kuat

dibanding dengan negara-negara bagian. Pada setiap negara-negara bagian

memiliki Peraturan Perundang-undangan masing-masing. Hal ini juga

menyatakan bahwa Malaysia tidak hanya negara federal, tetapi juga monarki

konstitusi, dan demokrasi parlementer. Ketentuan ini juga menyatakan bahwa

11

Nurcahaya,dkk, “ Sanksi Pelaku Poligami di Indonesia Prespektif Fiqh”,

Hukum Islam, XVII, 1 ( Juni, 2007), h. 78

Page 18: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

5

Islam sebagai agama negara tetapi dengan tetap menghargai perbedaan agama

atau keyakinan, dan dalam setiap negara bagian juga menyediakan sistem

pemerintahan eksekutif, parlementer, dan yudikatif.

Sistem hukum yang ada di Malaysia masih memeliki model plural

yang muncul di Inggris Melayu Koloni. Karena Malaysia merupakan salah

satu contoh dari beberapa negara yang menganut sistem hukum yang

dinamakan Coomonwealth Country atau negara-negara persemakmuran

Inggris yang biasa disebut dengan sistem hukum Anglo Saxon atau juga

Common Law. Prinsip yang dianut dan di praktikan di malaysia secara umum

mengikuti hukum adminstratif Inggris sebagaimana yang dikembangkan

dalam Pengadilan Malaysia. Sehingga sistem pengadilan sebagian besar

mengikuti hukum federal. Hanya pengadilan syariah yang terdapat pada

negara bagian menggunakan sistem Hukum Islam. Selain itu juga terdapat

Session‟s Court (Pengadilan Sesi) dan Magistrate‟s Courts (Pengadilan

Majistret). Pengadilan Tinggi dan tingkat dibawahnya memiliki yurisdiksi

yang diatur oleh hukum federal, dan tidak memiliki yurisdiksi dalam hal yang

berkaitan dengan Pengadilan Syariah.12

Kaitannya mengenai poligami, Selangor adalah negeri pertama di

Malaysia yang mengambil langkah awal diberlakukannya aturan poligami

pada tahun 1962. Negeri Selangor telah menyediakan suatu form undang-

undang yang bertujuan untuk memberikan keputusan kepada Qadi di dalam

membuat pertimbangan yang adil dan mengizinkan laki-laki yang

berpoligami dengan beberapa syarat tertentu. Oleh karena itu jika seorang

laki-laki di Malaysia hendak ingin berpoligami maka harus mengikuti aturan

yang sudah ada dengan membuat suatu permohonan untuk melakukan

poligami. Namun dalam hal putusan pengadilan terdapat perbedaan dalam

beberapa mahkamah, yang mana perbedaan itu dalam hal membolehkan dan

tidak membolehkannya poligami. Hal itu lah yang menjadi kritikan bagi

12

Yusrizal. “Studi Komperatif Pelaksanaan Peradilan Islam di Negara Malaysia

dan Saudi Arabia”, De Lega Lata, 2, 2 (Desember, 2017), h. 452-453

Page 19: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

6

kalangan aktivis perempuan di Malaysia karena tidak adanya keseragaman

dalam putusan pengadilan. Menurut Mahkamah hal itu adalah hal yang sudah

biasa karena mahkamah juga memiliki alasan tersendiri untuk membolehkan

poligami. Tetapi untuk permasalahan poligami, Malaysia memberikan aturan

yang ketat untuk seseorang yang melakukan poligami.

Selain perlunya persyaratan untuk mendapatkan kebenaran dari

Mahkamah secara tertulis, pasangan yang telah menikah tanpa adanya izin

dari mahkamah dan juga melanggar undang-undang yang ada di negara

bagian termasuk di Selangor, mempunyai konsekuensi yang berat karena

perkawinan mereka tidak dapat di daftarkan di negara bagian tersebut, dan

mereka akan mendapatkan denda sekitar RM 1000 dan juga mendapatkan

kurungan selama 6 bulan penjara.13

Adapun permohonan berpoligami di Malaysia diatur dalam Syeksen

23 ayat 1Enakmen Undang-undang Keluarga Islam (Negeri Selangor) 2003

dibawah tentang Poligami menyebutkan bahwa:

“Tiada seorang pun lelaki semasa wujudnya suatu perkahwinan boleh,

kecuali dengan mendapat kebenaran terlebih dahulu secara bertulis daripada

Mahkamah, membuat akad nikah perkahwinan yang lain dengan perempuan

lain.”

Kemudian dalam Syeksen 124, Selangor sudah menerapkan sanksi

poligami tanpa kebenaran mahkamah di dalam Syeksen 124 menyatakan:

“Jika seseorang lelaki berkahwin lagi di mana-mana jua pun dalam

masa perkahwinannya yang sedia ada masih berterusan tanpa mendapat

kebenaran secara bertulis terlebih dahulu dari Mahkamah maka ia adalah

melakukan suatu kesalahan dan hendaklah dihukum dengan denda tidak

melebihi daripada satu ribu ringgit atau dengan penjara tidak lebih dari enam

bulan atau dengan kedua-duanya denda dan penjara itu.”

Dalam aturan permohonan untuk mengajukan poligami seseorang

yang ingin menikah lagi harus terlebih dahulu meminta izin kepada istri

pertamanya hal ini ditulis dalam Syeksen 23 ayat 4 Enakmen Undang-

undang Keluarga Islam Negeri Selangor tahun 2003, yaitu:

13

Noraziah Ali Jawiah Dakir, Isu-isu Wanita di Malaysia. (Selangor:

International Law Book Services, 2008. Cet. Pertama), h. 209

Page 20: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

7

“Permohonan untuk kebenaran hendaklah dikemukakan kepada

Mahkamah mengikuti cara yang ditetapkan dan hendaklah disertai dengan

suatu iqrar menyatakan alasan-alasan mengapa perkahwinan yang

dicadangkan itu dikatakan patut dan perlu, pendapatan pemohon pada masa

itu, butir-butir komitmennya dan kewajiban tanggungan kewangannya yang

patut ditentukan, bilangan orang tanggungannya, termasuk orang yang akan

menjadi orang tanggungannya berikutan dengan perkahwinan yang

dicadangkan itu, dan sama ada izin atau pandangan istri atau istri-istrinya

yang ssedia ada telah diperolehi atau tidak terhadap perkahwinan yang

dicadangkan itu.”

Dari Undang-undang Malaysia diatas mengatur denda dan hukuman

poligami tanpa kebenaran. Sedangkan untuk memperoleh kebenaran dari

Mahkamah seorang suami harus mampu membuktikan dan menyatakan

alasan untuk berpoligami dari segi pendapatan suami, kemudian komitmen-

komitmen dalam untuk melakukan poligami serta tanggung jawabnya yang

akan dipenuhi untuk berpoligami, suami juga harus menyatakan tanggungan-

tanggungan terhadap orang yang dipoligami itu, siapa-siapa saja yang harus

ditanggung seperti istri pertama dan anak-anaknya kemudian istri kedua dan

anak-anaknya dan seterusnya.

Ada empat syarat utama suami untuk mendapatkan kebenaran di

Mahkamah:

1. Perkawinan yang dicadangkan itu patut dan perlu memandang keadaan

istri seperti kemandulan, cacat jasmani, gila.

2. Pemohon mempunyai kemampuan untuk menanggung semua nafkah dari

orang yang ditanggungkannya sesuai hukum syarak

3. Pemohon harus dapat berbuat adil kepada semua istrinya.14

4. Perkawinan yang dipoligami tidak akan menyebabkan darar syarie

kepada istri-istrinya.15

14

Seksyen 23 ayat (5), Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri

Selangor) Tahun 2003. 15

Zainul Rijal, Sinar Harian, Hak-hak Poligami,

http://www.sinarharian.com.my/kolumnis/zainul-rijal-abu-bakar/ketahui-hak-anda-dalam-

berpoligami-1.625692. Diakses pada tanggal 11 Desember 2018, pukul 10:45

Page 21: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

8

Dari kasus itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena

menarik untuk dibahas dan mengangkat perbandingan hukum dalam

penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik poligami di Malaysia?

2. Bagaimana aturan poligami yang diterapkan di Selangor Malaysia?

3. Bagaimana sistem hukum di Malaysia?

4. Bagaimana hakim dalam memutuskan perkara poligami tanpa izin

mahkamah di Selangor Malaysia?

5. Apa yang melatarbelakangi Malaysia memberikan sanksi terhadap

seseorang yang melakukan poligami tanpa izin istri dan izin Mahkamah?

6. Apakah sanksi tersebut memberikan efek jera pada pelaku poligami yang

tidak resmi?

7. Bagaimana aturan poligami di Indonesia dalam UUP dan PP No. 45

tahun 1990?

8. Bagaimana sanksi poligami yang diterapkan di Indonesia?

9. Bagaimana praktik poligami di Indonesia?

10. Apakah sanksi poligami yang ada di UU No. 1 tahun 1974, KHI dan PP

No. 45 tahun 1990 sudah sangat tegas?

C. Pembatasan Masalah.

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini,

penulis membatasi yang akan dibahas sehingga pembatasannya lebih jelas

dan terarah sesuai yang diharapkan penulis. Penulis hanya akan membahas

sanksi poligami dan penerapannya baik di Indonesia dan Malaysia.

Didalam membahas ini penulis fokus pada UU No. 1 Tahun 1974 dan PP

No. 9 Tahun 1975, KHI, PP No. 45 Tahun 1990 tentang pemberian izin

perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, serta melihat

putusan dan sanksinya yang ada di Pengadilan Agama. Sedangkan di

Page 22: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

9

Malaysia penulis fokus pada Negeri Selangor yang mengatur poligami

dalam Enakmen Undang-undang Hukum Keluarga Islam Selangor,

penerapan sanskinya, serta juga pada putusan hakim di Mahkamah Syariah

Selangor.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketentuan poligami di Indonesia dan Malaysia?

2. Bagaimana bentuk sanksi poligami praktik dan penerapannya di

Indonesia dan Selangor Malaysia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis paparkan sebelumnya,

maka dapat di pahami bahwa tujuan yang ingin penulis capai adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penerapan aturan poligami yang diterapkan oleh

Mahkamah Rendah Selangor Malaysia.

b. Untuk mengetahui sanksi yang diberikan oleh negara Malaysia dan

Indonesia apabila ada seseorang yang ingin berpoligami tetapi tidak

mematuhi aturan.

c. Untuk mengetahui penerapan regulasi dan sanksi poligami yang ada

di Indonesia.

d. Untuk mengetahui perbedaan regulasi poligami di Indonesia dan

Malaysia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai input dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan

Hukum terutama Program Studi Hukum Keluarga, untuk mengetahui

aturan dan sanksi Poligami yang diterapkan di Malaysia.

b. Bagi kalangan Civitas Akademisi, diharapkan penelitian ini menjadi

tambahan khazanah ilmu pengetahuan di Universitas Syarif

Page 23: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

10

Hidayatullah dan khususnya Fakultas Syariah dan hukum di jurusan

Hukum Keluarga.

c. Bagi Masyarakat diharapkan menjadi pengetahuan dan referensi

mengenai perbedaan aturan hukum poligami yang ada di Indonesia

dan Malaysia.

F. Kajian Pustaka Terdahulu

Dalam penulisan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan

penelitian lebih lanjut dan menyusun menjadi sebuah karya ilmiah berupa

skripsi. Peneliti telah melakukan beberapa studi terdahulu. Maksudnya dari

pengkajian ini adalah agar dapat kita ketahui bersama bahwa apa yang penulis

teliti berbeda dengan peneliti skripsi sebelumnya, diantaranya:

Skripsi mengenai “Kontroversi Atas Wacana Revisi Aturan Poligami

Di Indonesia” oleh Arifin, Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam,

Program Studi Ahwal Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi ini fokus

kepada regulasi di Indonesia yang mengatur poligami serta pembahasan

tentang adanya wacana revisi tentang undang-undang hukum keluarga saat ini

yang dirasa sudah tidak relevan. Perbedaan dengan skripsi ini adalah jika

skripsi ini membahas tentang aturan poligami secara umum serta mengenai

wacana revisi undang-undang hukum keluarga di indonesia, sedangkan

penulis fokus terhadap sanksi poligami yang ada di Indonesia terutama

mengkaji PP No. 45 Tahun 1990 dan peneliti juga membahas sanksi poligami

yang ada di malaysia sebagai perbandingannya.

Selanjutnya, skripsi tentang “Sanksi Peraturan Terhadap Aturan

Poligami Dan Pencatatan Perkawinan Di Indonesia, Malaysia, Dan Negara

Brunei Darussalam” oleh Fajar Devan Afrizon, Program Studi Hukum

Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Skripsi ini membahas perbandingan hukum

poligami dan pencatatan perkawinan secara umum di Indonesia, Malaysia,

dan Brunei Darussalam, serta membahas regulasi Malaysia hanya secara

umum sedang malaysia adalah negara federal yang terbagi dalam beberapa

Page 24: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

11

wilayah. Perbedaan dengan skripsi ini adalah yaitu penulis membahas secara

khusus sanksi poligami dan undang-undang Negeri Selangor yang membahas

hal itu.

Kemudian yang terakhir adalah skripsi tentang “Ketidakadilan Pelaku

Poligami sebagai Alasan Perceraian di Mahkmah Syariah Bentong Pahang,

Malaysia (Analisis Putusan Hakim)” oleh Mohamad Efendi Bin Azmi.

Program Studi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara Medan. Tahun 2017. Skripsi ini membahas tentang

penerapan sanksi poligami di wilayah Bentong Pahang. Perbedaan skripsi ini

adalah mengenai tupoksi dalam penelitian, dalam skripsi ini tempat

penelitiannya adalah di Pahang sedang penulis tupoksinya berada di Selangor,

kemudian penulis juga membandingkan sanksi poligami yang ada di

Indonesia dan Selangor, Malaysia.

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Metode Penelitian

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu

cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek

penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya,

adapun penelitian merupakan proses pengumpulan dari analisis data yang

dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,

pengumpulan dari analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat

kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non-eksperimental,

maupun interaktif.16

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian

16

Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris. (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016), h. 3

Page 25: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

12

Jenis penelitian yang diambil dalam penulisan skripsi ini

penelitian hukum normatif yuridis yaitu menurut Soerjono Soekanto

dan Sri Mamudji adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti kaidah-kaidah dan norma-norma hukum yang

mencangkup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian

terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap peraturan

perundang-undangan, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.17

Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan perbandingan

(comparative approach). Pendekatan perundang-undangan

didasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum

yang ada. Maksudnya adalah fokus pada hubungan kaidah-kaidah

atau norma-norma hukum yang satu dengan norma hukum lainnya.

Kemudian pendekatan perbandingan yang digunakan dalam

penelitian normatif untuk membanding-bandingkan satu lembaga

hukum, sistem hukum, dan perundang-undangan yang satu dengan

lembaga hukum, sistem hukum, dan perundang-undangan lainnya

untuk melihat unsur-unsur persamaan dan perbedaan dari kedua

sistem hukum tersebut.18

b. Sumber Data

Penulisan skripsi ini menggunakan dua sumber pokok dalam

mengumpulkan data, yakni sumber primer dan skunder, yang secara

teknis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer disandarkan kepada penelitian dari putusan

yang penulis dapat secara random, di Indonesia 4 putusan tahun

2015, 2017, dan 2018 mengenai izin Poligami nikah sirri atau

itsbat nikah poligami di Pengadilan Agama Luwuk, Pengadilan

17

I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta:

kencana, 2016. Cet. Pertama), h. 2 18

Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, h. 131.

Page 26: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

13

Agama Sukabumi, Pengadilan Tinggi Agama bandung yang

masih berkaitan dengan Pengadilan Agama di Sukabumi,

Pengadilan Agama Bantul. Kemudian putusan secara random di

Mahkamah Syariah Selangor penulis mendapatkan 3 data putusan

di tahun 2017 dan 2018 mengenai putusan poligami tanpa

kebenaran Mahkamah. Serta penulis melakukan Studi Undang-

undang dan bahan-bahan hukum lainnya yang mempunyai

relevansi terhadap perbandingan hukum terkait aturan sanksi

poligami di Pengadilan Agama Indonesia dan Mahkamah

Syari‟ah Selangor.

2) Data Skunder

Merupakan data pendukung primer, yang berasal dari

wawancara langsung terhadap para hakim yang menangani suatu

kasus, dan juga wawancara terhadap beberapa subjek yang ada di

Selangor untuk menguatkan data-data yang ada di data primer.

Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan sebagai salah satu proses

mendapatkan data empiris melalui responden dengan

menggunakan metode tertentu. Adapun sumber data yang

dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan teknik diantaranya:

a) Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dengan mencari konsepsi-

konsepi, teori-teori, pendapat-pendapat, atau penemuan

hukum yang berhubungan dengan permasalahan pada

penulisan ini.

b) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat

mengumpulkan data penelitian untuk mengetahui sumber

kejadian secara langsung melalui beberapa narasumber.

Dalam penulisan ini penulis melakukan wawancara terhadap

hakim Pengadilan Agama dan Mahkamah Rendah untuk

Page 27: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

14

menggali informasi tentang tema penelitian ini dan juga

pakar atau dosen-dosen Syariah yang ada di Malaysia. Dalam

hal ini penulis mewawancarai Nenney Shushaidah Binti

Shamsuddin selaku hakim di Mahkamah Tinggi Syariah Shah

Alam, Selangor. Kemudian Mohd Norshusairi selaku Dosen

Academy of Islamic Studies University of Malaya, Irwan Bin

Mohd Subri, Dosen Fakulti Syariah Universiti Sains Islam

Malaysia, dan terakhir Bapak Naim selaku hakim di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deduktif yaitu metode yang

dilakukan pada proses analisis data yang bersifat umum dan memiliki

kesamaan unsur sehingga dapat di generalisasikan menjadi kesimpulan

khusus.19

Analisa yang dilakukan yaitu mengenai poligami yang bersifat

umum kemudian ditarik menjadi aturan poligami dikedua negara yang

berbeda kemudian sanksi dari poligami yang diberikan oleh Pengadilan

Agama dan Mahkamah Rendah Selangor yang ditarik menjadi khusus.

Kemudian penulis juga menguraikan data yang penulis dapat yaitu data

statistik perkara yang masuk mengenai poligami tanpa izin Mahkamah,

dan juga beberapa putusan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian skripsi ini dibagi

menjadi lima bab yang saling berkaitan.

Bab pertama dalam penelitian ini berisi pendahuluan yang meliputi

latar belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

19

Ulber Silalahi, Metode penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009). h.

280

Page 28: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

15

Bab kedua, membahas secara umum teori poligami menurut ketentuan

hukum Islam. mulai dari pengertian, sejarah poligami, hukum poligami

menurut hukum Islam, syarat-syarat poligami menurut hukum Islam dan

Hikmah poligami.

Kemudian pada Bab ketiga penulis akan membahas regulasi Undang-

undang poligami yang ada di Indonesia dan Malaysia. Kemudian

menguraikan sejarah dan perundang-undangan Indonesia mengenai aturan

poligami dan sanksi poligami. Penulis juga akan menjelaskan sistem hukum

dan perundang-undangan Malaysia beserta profil Mahkamah Rendah

Selangor dan negeri Selangor

Selanjutnya pada Bab keempat penulis akan menguraikan hasil

analisis yang didapat dari beberapa temuan penulis yaitu menjelaskan praktik

poligami dan penerapan sanksi poligami di Indonesia, juga penulis akan

menjelaskan penerapan sanksi di Malaysia, dan analisis data yang didapat

dari beberapa putusan Mahkamah Rendah Selangor beserta menguraikan

wawancara yang didapat

Pada Bab ke lima yaitu merupakan bab terkahir dari rangkaian skripsi

ini, penulis akan memberikan hasil kesimpulan dan menjelaskan dari hasil

perbandingan hukum yaitu sanksi poligami di Pengadilan Agama dan

Mahkamah Rendah Selangor, dan pada bab ini merupakan rangkaian penutup.

Page 29: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

16

BAB II

POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Poligami

Poligami dalam KBBI adalah sistem perkawinan yang membolehkan

seseorang mengawini perempuan atau suami lebih dari seorang.1 Menurut

kamus Hukum Poligami adalah sistem perkawinan yang membolehkan

seorang pria menikahi beberapa wanita sebagai istri dalam waktu yang

bersamaan. Sesuai dengan kehendak pihak yang terkait.2

Poligami, menurut etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus

yang berarti banyak dan gomus yang berarti perkawinan. Jika pengertian ini

digabungkan, maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang lebih dari

seorang.

Para ahli membedakan istilah untuk seorang laki-laki yang

mempunyai lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang berasal dari

kata polus berarti banyak dan gune yang artinya perempuan.

Jadi, kata yang paling tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai

istri lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan adalah poligini bukan

poligami, meskipun demikian, dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud

dengan poligami itu adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari

seorang perempuan dalam waktu yang bersamaan.3

B. Sejarah poligami

Poligami dalam bentuknya beragam sudah ada sejak tahap-tahap awal

manusia, poligami muncul pertama kali sejak munculnya perbudakan

perempuan dan sikap kaum yang kuat dan kaya yang menjadikan wanita

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia, 2008. Cet. Pertama edisi IV). h. 1089 2 Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia. (Bandung:

Wipress, 2007). h. 383 3 Tihamidan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap.

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009). h. 352

Page 30: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

17

sebagai bahan untuk bersenang-senang dan sebagai pelayan pada masa itu.

Oleh karena itu hal ini biasa dilakukan oleh para raja, pangeran, dan para

penguasa. Munculnya praktik poligami pada zaman Yunani kuno seorang pria

mengawini wanita merdeka sekaligus melakukan hubungan seksual dengan

wanita-wanita yang menjadi budaknya. Orang-orang Yunani kuno yang

bermukim di Athena memperdagangkan wanita dipasar-pasar serta

membenarkan poligami tanpa batas.4

Poligami juga sudah banyak dipraktikan oleh para nabi sebelumnya

seperti Nabi Ibrahim yang menikahi Siti Hajar dan Siti Sarah. Jauh sebelum

Islam datang pun bangsa-bangsa di dunia selain bangsa Yunani juga sudah

melakukan praktik poligami yaitu bangsa Persia, bangsa Mesir Kuno, bangsa

Medes bahkan di Jazirah Arab sebelum Islam datang sudah banyak

melakukan praktik poligami tanpa adanya batasan.

Jadi poligami telah dianut oleh agama-agama sebelumnya, yang utama

adalah dua agama besar sebelum Islam yaitu Bani Israil dan Masehi dengan

tujuan dan nilai yang tentunya berbeda. Ajaran Bani Israil membolehkan

poligami tidak terbatas sesuai keinginan dan kemampuan suami. Mereka

menganut dari berita Perjanjian Lama yang menjelaskan bahwa Nabi Daud

dan Nabi Sulaiman memiliki seratus istri yang sah dan beberapa selir.

Adapun dalam ajaran Masehi, tidak ada teks yang melarang melakukan

poligami, walaupun ada perintah untuk beristri satu atau menghindarinya bagi

mereka yang mampu melakukannya.5

Agama terdahulu juga menjelaskan tidak ada yang melarang poligami.

Seperti yang terdapat dalam kitab Taurat membolehkan poligami tanpa batas

jumlah tertentu, sebagaimana Taurat menyebutkan tentang para nabi

terdahulu yang melakukan poligami tanpa menyebutkan batasan dan jumlah

tertentu. Taurat juga menyebutkan bahwa Nabi Daud memiliki Sembilan

4 Muhammad Rasyid Rida, Nida‟ Li al-Jins al- Lathif, Penerjemah Afif

Mohammad, Panggilan Islam Terhadap Wanita. (Bandung: Pustaka, 1994), h. 51 5 Danu Aris Setyanto, “Poligami dalam Prespektif Filsafat Hukum Islam (Kritik

Terhadap Hukum Perkawinan di Indonesia”, Al- Ahwal, 10, 1 (Juni, 2017), h. 51

Page 31: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

18

puluh Sembilan istri dan tiga ratus budak perempuan, dan Isa bin Ishaq

memiliki istri lebih dari seorang, tertulis dalam Taurat. Hal ini jelas bahwa

agama yang menganut kitab taurat ini yaitu orang-orang Yahudi atau kaum

Bani Israil mengakui bahwa membolehkan Poligami.6

Tetapi pada abad pertengahan banyaknya pertentangan mengenai

poligami yang ditentang oleh rahib-rahib kaum yahudi dan kemudian

melarangnya. Karena kondisi ekonomi yang dihadapi oleh kaum Yahudi pada

masa itu. Larangan poligami dikeluarkan pada abad XI dan kemudian

disahkan oleh perhimpunan gereja di kota Warms di Jerman. Pada mulanya

memang larangan itu dikeluarkan poligami diperuntukan hanya untuk kaum

Yahudi di Jerman dan Perancis Utara, tetapi kemudian mencangkup semua

dataran Eropa hingga akhirnya dibuatkan undang-undang yang melarang

poligami.7

Di dalam Agama Nasrani juga menjelaskan tidak ada redaksi yang

melarang penganutnya mengawini dua orang perempuan atau lebih dan tidak

ada batasan juga baginya dalam berpoligami. Poligami masih suatu kebolehan

hingga pada abad pertengahan gereja melarang poligami tetapi gereja pulalah

yang memberikan dispensasi untuk para raja dan para pejabat menteri untuk

berpoligami. Paus Paulus mengahramkan poligami bagi orang-orang gereja

dari kalangan uskup dan para rahib, tetapi pada kenyataannya, mereka ada

juga yang keluar dari pandangan-pandangan gereja dari pelanggaran

poligami.8

Para raja yang menganut agama Nasrani seperti raja Irlandia, De

Tharmit memiliki dua orang istri, Raja Romawi yaitu Raja Friedrich II yang

6 Hilmi Farhat, Kalam Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan, Penerjemah

Abdurrahman NuryamanI, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi.

(Jakarta: Darul Haq, 2007), h.8 7 Hilmi Farhat, Kalam Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan, Penerjemah

Abdurrahman NuryamanI, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi, h.10 8 Taufiq Al-Atthar, Abdul Nasir, Ta‟adduduz Zaujati Minan Nawaahid Diiniyyati

Wal Ijtimaaa‟ Iyyati Wal Qaa Nuniyyati, Penerjemah Chadidjah Nasution, Poligami

ditinjau Dari Segi Agama, Sosial, dan Perundang-Undangan. (Jakarta: Bulan Bintang, t.

th), h. 81.

Page 32: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

19

diberi gelar Kaisar Romawi Suci juga memiliki dua orang istri dengan restu

dari gereja, yang lebih terkenalnya lagi yaitu Kaisar Ferdinand II dari Spanyol

Valencia yang menganut katolik mengeluarkan keputusan kekaisaran, yang

menyebutkan dengan jelas kepada rakyatnya agar mengawini beberapa orang

istri jika mereka menginginkannya. Tetapi dengan keputusannya Paulus dan

uskup-uskup tidak menentang para raja berpoligami.9 Dengan fakta ini jelas

lah bahwa Agama Nasrani tidak menolak poligami tetapi hanya sebagai

formalitas dalam menolaknya karena dari ajaran Nabi Isa yang diturunkannya

tidak ada sama sekali yang melarang poligami. Hanya saja Nabi Isa melarang

kaumnya untuk menceraikan istrinya hal ini terdapat dalam Kitab Injil Matius

dalam perjanjian baru.

Kemudian adat Arab pra-Islam yang menikahi perempuan semau

mereka. Bahkan pada masa itu perempuan adalah makhluk yang direndahkan

karena bangsa Arab jahiliyah hanya memandang perempuan sebagai makhluk

yang rendah menganggap wanita tidak dapat berbuat apa-apa mereka

diperlakukan sebagai budak dan tubuhnya dapat diperjual belikan bahkan

diwariskan, dan diletakkan dalam keadaan marginal. Karena pada masa itu

bangsa arab disebut sebagai jahiliah atau zaman kebodohan. Pada zaman

jahiliyah juga hak-hak kebebasan perempuan terabaikan seperti, perempuan

tidak dapat memliki hak memelihara anaknya. Karena pada masa itu masih

menganut sistem garis keturunan kepada ayahnya yang bersifat patrilinier.

Kemudian selanjutnya perempuan tidak boleh membelanjakan hartanya

sendiri karena menganggap bahwa perempuan sendiri adalah harta,

bagaimana membelanjakan harta sedangkan dia adalah harta, dan yang paling

dikenal pada zaman itu bahkan sampai disebut dalam al-Qur‟an yaitu

penguburan bayi perempuan secara hidup-hidup.10

9 Hilmi Farhat, Karam, Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan, Penerjemah

Abdurrahman Nuryaman, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi. h. 13 10

Agus Hermanto, “Islam, Poligami dan Perlindungan Kaum Perempuan”, Jurnal

Studi Agama dan Pemilkiran Islam, IX, 1 (Juni, 2015), h. 175

Page 33: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

20

Hal ini menunjukan bahwa ribuan tahun sebelum Islam masuk di

Jazirah Arab, masyarakat dari belahan dunia telah mengenal dan

mempraktikan poligami. Termasuk dikalangan bangsa Arab jahiliah.

Masyarakat Arab jahiliyah pada saat itu tidak mengenal batasan jumlah istri.

Malah laki-laki bisa menikah kapan saja, dengan siapa saja, dan berapapun

jumlahnya. Dengan kata lain, tradisi poligami bukan diprakarsai oleh Islam

melainkan sudah menjadi kebiasaan, ajaran, dan budaya masyarakat

terdahulu. Islam hanya menetapkan batasan dan syarat-syarat berpoligami.

Adanya syarat-syarat ini dikarenakan praktik yang terjadi sebelum Islam

datang tanpa batas dan aturan.11

C. Hukum Poligami

Pada dasarnya asas perkawinan Islam adalah monogami, Islam yang

lurus tidak melarang poligami, tetapi juga tidak membiarkannya bebas tanpa

aturan, akan tetapi Islam mengaturnya dengan syarat-syarat Imaniyah yang

jelas,12

sebagaimana dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3.

بع من إمن ساء مثن وثملث ورم وإ ما طاب مكم وإ ف إميتامى فانكحم ألا ثمقسطم ن خفتممموإ وإ ألا ث ن خفتم

فا

وممو م ل أدن ألا ث ذ ة أو ما ملكت أيمانمكم فوإح

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-

wanita(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu

takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau

budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.”

Makna poligami termaktub dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3 yang artinya:

“Maka kawinilah perempuan-perempuan yang baik menurut kamu, dua, tiga,

atau empat.” Pengungkapan ini berkaitan juga dalam hal keadilan terhadap

perempuan yatim. Dalam ayat itu jelas bahwa poligami dapat dilakukan

11

Zaitunah Subhan, Al-Qur‟an dan Perempuan Menuju kesetaraan Gender

dalam Penafsiran, (Jakarta: Kencana, 2015). h. 147 12

Hilmi Farhat, Karam, Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan, Penerjemah

Abdurrahman Nuryaman, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi.

(Jakarta: Darul Haq, 2007), h. 20

Page 34: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

21

apabila memenuhi syarat yaitu, tidak boleh melebihi dari empat istri dan

harus berlaku adil.

Terdapat beberapa versi riwayat mengenai turunnya ayat atau asbab

al-nuzul ayat tersebut. Pertama, riwayat yang berasal dari Siti Aisyah,

turunnya ayat itu adalah untuk menjelaskan keberadaan anak yatim yang pada

saat itu terlantar karena ditinggal mati oleh ayahnya yang gugur dalam medan

perang dan meninggalkan harta peninggalan kepada anak yatim itu. Tentunya

anak yatim yang ditinggal butuh diawasi, dilindungi, dan di rawat dengan

baik. Tetapi ironisnya, hal ini menjadi kesempatan oleh penduduk jahiliyah

untuk mengeruk atau mengambil hartanya dengan cara cukup mengawininya

dengan mas kawin dibawah standar, dan berbuat tidak adil kepada anak yatim

tersebut.13

Kedua, ayat ini berkaitan dengan seorang laki-laki dari Ghathafan

yang memegang harta penuh milik anak yatim. Ketika anak yatim itu telah

mencapai akil baligh, ia meminta hartanya kembali kepada pamannya, tetapi

pamannya tidak mau menyerahkannya. Lalu keduanya pergi mengadukan

kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini. Ketika mendengar ayat ini si

paman langsung berkata “kami taat kepada hukum Allah dan kepada Rasul-

Nya”. Lalu harta tersebut dikembalikanlah kepada anak yatim itu.14

Dalam ayat tersebut jika dilihat dari sebab turunnya ayat dijelaskan

bahwa ada beberapa kasus yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu tema

yaitu bagaimana mengayomi dan berlaku adil dan memberikan hak-hak

terhadap anak-anak yatim. Begitu pentingnya keadilan terhadap anak yatim

tersebut sehingga ayat ini menjelaskannya.15

13

Abu Yasid, Fiqh Realitas (Respon Ma‟had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam

Kontemporer). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 349. 14

Az-Zuhaili, Wahbah, At- Tafsiirul-Muniir: Fil „Aqiidah wasy-Syarii‟ah wal

Manhaj, Penerjemah Abdul Hayyie al- Kattani, dkk, Tafsir al- Munir Jilid 2 (Juz 3-4).

(Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 567. 15

Rodli Makmun dkk, Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur. (Ponorogo:

STAIN Ponorogo Press, 2009), h. 23.

Page 35: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

22

Hukum poligami bisa di dianalogikan dengan pernikahan. Karena

hukum poligami juga tergantung pada kondisi suami, kebutuhannya untuk

menikah, dan kemampuannya untuk memenuhi hak dan kewajiban. Hukum

asal dari poligami sendiri yaitu ibȃhah (boleh), sebagaimana yang telah

disyariatkan dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3.

ة... مموإ فوإح ألا ث ن خفتمبع فا من إمن ساء مثن وثملث ورم وإ ما طاب مكم فانكحم

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senang: dua, tiga,

atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berbuat adil, maka

(kawinilah) seorang saja.”

Ayat diatas menegaskan bahwa poligami hukumnya adalah boleh,

dengan syarat bisa berbuat adil. Dalam berbuat adil allah melanjutkan dalam

firmannya Q.S. al-Nisȃ (4):129.

ن اقة وإ ل م ا إمليل فتذروها كمل موإ بني إمن ساء ومو حرصتم فل ثميلوإ كم نا ومن جس تطيوإ أن ث

ثمصلحوإ وثتاقوإ فا

كن غفورإ رحميا إللا

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-

istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu

janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu

biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan

dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah maha

pengampun dan penyayang.”

Ayat ini masih sangat berkaitan sekali dengan poligami, karena

disebutkan dalam ayat sebelumnya yaitu Q.S. al-Nisȃ (4):3 yaitu harus

berlaku adil, tetapi dalam hal keadilan untuk berpoligami, adil yang seperti

apa yang harus dilakukan. Maka Allah menjelaskan lagi dalam firmannya

surat Q.S. al-Nisȃ (4):129. Sesungguhnya manusia tidak akan mampu

mewujudkan keadilan sempurna dan mutlak. Karena manusia mempunyai

kecenderungan untuk memilih. Oleh karena itu sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat itu, Allah meringankan beban bersikap adil kepada manusia yaitu

adil dalam hal materi seperti masalah bermalam, nafkah, pakaian, tutur kata

yang baik dan lain sebagainya. Suami bisa saja mewujudkan keadilan materi

tetapi dalam hal bersifat non materi manusia tidak akan bisa bersikap adil.

Seperti cinta dan kasih sayang pada salah satu istri, suami dalam hal ini masih

Page 36: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

23

memiliki kecenderungan hati, jika terjadi kecenderungan hati maka akan

sangat berbahaya dalam hubungan pernikahan yaitu istri-istri nya yang lain

bisa terlantarkan, bisa terjadi iri hati. Oleh karena itu adil merupakan syarat

paling utama dan sudah disebutkan pula dalam ayat ini.16

Dengan demikian, maka hukum asal poligami adalah boleh.17

Para

ulama fikih klasik telah sepakat (ijma) bahwa hukum berpoligami adalah

boleh asal dapat berlaku adil, hanya saja Imam al-Syȃfi‟i lebih merincikan

lagi dalam memandang hukum berpoligami. Dimana poligami dapat berubah

hukumnya menjadi sunnah, makruh, atau haram dalam keadaaan tertentu. Hal

ini tergantung pada keadaan orang yang berpoligami.

Poligami bisa berhukum sunnah, apabila seorang suami tersebut ingin

berpoligami karena alasan tertentu yaitu seperti, istri tidak bisa mengurus

suami sehingga suami merasa terlantarkan, kemudian istri mempunyai

mempunyai penyakit atau mandul sedang si suami ingin sekali mempunyai

keturunan. Sementara suami yakin jika ingin berpoligami dia dapat berlaku

adil kepada kedua istrinya. Poligami yang demikian ini adalah berhukum

sunnah karena terdapat kemaslahatan yang disyariatkan.

Poligami berhukum makruh, apabila seorang suami berpoligami

karena bukan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Suami berpoligami niatnya

hanya ingin menambah istri saja dan untuk kenikmatan dan kemegahan saja.

Tetapi dalam hal ini suami ragu dalam berlaku adil kepada istri-istrinya, maka

poligami hukumnya menjadi makruh karena bukan kebutuhan semata.

Barangkali juga dapat menimbulkan kemudharatan karena tidak bisa berbuat

adil.

Poligami berhukum haram, apabila sang suami yakin tidak dapat

berlaku adil bila menikah dengan istri lebih dari satu, dan apabila dipaksakan

16

Az-Zuhaili, wahbah, At- Tafsir Al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, Tafsir Al-

Wasith. (Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 346. 17

Ariij Binti Abdur Rahman. Etika Berpoligami Adil Terhadap Para Istri, (

Jakarta: Darus Sunnah Press, 2018), h. 45

Page 37: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

24

dapat menimbulkan kemudharatan dari hal yang tidak bisa berbuat adil yaitu

dapat menimbulkan aniaya, ketelantaran dan lain sebagainya maka poligami

dalam hal demikian haram karena terdapat unsur mencelakakan dan

mudharatnya lebih besar.18

D. Syarat-syarat Poligami

Allah SWT telah mensyariatkan poligami dan mengizinkan hambanya

untuk berpoligami. Tetapi dalam berpoligami Islam memberikan syarat-syarat

yang ketat karena telah diuraikan dalam sejarah poligami bahwa Islam datang

membahas poligami hanya untuk melindungi hak-hak perempuan dan

memberikan batasan berpoligami. Diantara syarat-syarat seperti jumlah istri,

pembagian nafkah, dan adil kepada seluruh istri.19

1. Jumlah Istri

Peraturan poligami telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno

dahulu, bahkan agama-agama samawi telah mengenal poligami, agama-

agama tersebut tidak memberikan batasan jumlah istri yang mereka

nikahi. Aturan poligami juga telah dikenal oleh para kabilah-kabilah

Arab zaman jahiliah tanpa batasan tertentu.

Dikatakan pula dalam hadis yang mengatakan terdapatnya

poligami dikalangan orang-orang Arab ketika mereka baru memeluk

Islam. Diriwayatkan dari Ghailan bin Salmah al-Tsaqafi bahwa dirinya

mempunyai istri sepuluh orang. Kemudian setelah masuk Islam,

Rasulullah SAW. Bersabda: “Pilih dari mereka empat orang”. Setelah

Islam datang dasar-dasar dan syarat poligami diatur sedemikian rupa

sehingga jelaslah mengenai jumlah yang diperbolehkan adalah empat

orang.

18

Musthafa Dib Al-Bugha, dkk, Al- Fiqh Al- Manhaji‟ala Al- Madzhab Al- Imam

Asy- Syafi‟I, Penerjemah Misran, Fikih Manhaji Jilid I. (Yogyakarta: Darul Uswah,

2008), h. 635 19

Abu Malik Kamal Ibn Sayyid Salim, Fiqh As- Sunnah li an-Nisa‟, Penerjemah

Firdaus Sanusi, Fikih Sunnah Wanita. (Jakarta: Qisthi Press, 2013), h. 562

Page 38: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

25

Namun jika dilihat dari tafsir ada tiga golongan yang berbeda

pendapat dengan jumlah wanita dalam poligami:

a. Ibnu al-Shabagh, al-Umarani, dan sekelompok syiah yang

berpendapat bahwa poligami bisa dilakukan dengan lebih dari empat

orang. Bagi mereka, kata al-Nisa dalam ayat tersebut merupakan

kata yang umum yang tidak bisa dihitung dengan angka (matsna,

tsulatsa, ruba‟). Angka itu disebutkan untuk menunjukan bahwa

laki-laki boleh menikah dengan banyak wanita. Ditambah lagi al-

Qur‟an mengungkapkan “ بع من إمن ساء مثن وثملث ورم yang artinya ”ما طاب مكم

“…wanita-wanita yang kamu senangi” jelas bahwa pendapat ini

hanya melihat dari zahir dalilnya saja.

b. Kemudian pendapat Syiah dan al-Razi menyatakan bahwa batasan

perempuan yang dinikahi adalah 18. Ini didasarkan pada kata

matsna. tsulatsa, dan ruba‟. Menurut mereka kata matsna tidak

merujuk pada kata itsnaini yang bermakna dua, melainkan itsnaini

tersebut adalah kata yang diartikan berulang-ulang yang bermakna

dua-dua atau tambah yang berarti 4 (empat). Begitu juga kata

tsulatsa dalam ayat ini bermakna tiga-tiga yang jika digabung

menjadi 6 (enam). Kemudian kata ruba‟ bermakna empat-empat

sama dengan menjadi delapan, dengan demikian 4+6+8= 18.20

c. Kemudian pendapat Mazhab Zahiri dan menurut Nakhai, Ibn Abi

Laila, dan Qasim bin Ibrahim memandang kebolehan poligami

terbatas hanya pada Sembilan istri, juga mengatakan dalam surat an-

Nisa: 3 “ من إمن ساء وإ ما طاب مكم بع فانكحم مثن وثملث ورم …” maka kawinilah wanita-

wanita yang kamu senangi, dua, dan tiga, dan empat…” dengan

menikahi wanita hingga sembilan orang, alasannya bahwa lafal

mufrad (sendiri-sendiri) dan huruf wau artinya jama‟. Dan kalimat

pada matsna, wa tsulatsa, wa ruba‟ yang berarti deret tambah dari

2+3+4= 9.

20

Abd Moqsith, “Tafsir Atas Poligami dalam Al- Qur‟an”, Jurnal Karsa, 23, 1

(Juni, 2015), h. 137.

Page 39: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

26

d. Sedangkan menurut Jumhur ulama memandang kebolehan poligami

hanya terbatas empat orang berdasarkan dari Q.S. al-Nisȃ (4):3

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,

tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak berlaku adil maka

kawinilah seorang saja… jumhur berpendat huruf “wawu” dalam

kata “wa tsulatsa” bermakna “aw” yang artinya “atau” tidak

bermakna aslinya “dan”. Demikian juga dengan arti pada “matsna,

tsultsa, ruba‟a” dimaknai dengan tegas dua, tiga, empat, tidak

dimaknai dua-dua, tiga-tiga, empat-empat.21

Adapun kita dapat menjelaskan pada dasarnya mengenai kalimat

matsna (dua), wa tsulatsa (tiga), wa ruba‟ (empat). Mengenai wau yang

ada dikalimat-kalimat tersebut menduduki fungsi sebagai littakhyir

(memilih), bukan wau jamak (umum). Dalam hal ini juga umat muslim

juga telah sepakat (ijma) menyatakan dengan tegas bahwa tidak boleh

melakukan poligami dengan lebih dari empat istri.22

2. Nafkah

Yang termasuk dalam nafkah adalah makanan, minuman, pakaian,

tempat tinggal dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lazim. Wajib

hukumnya bagi setiap laki-laki yang ingin menikah untuk

mempersiapkan kemampuannya memberikan nafkah kepada calon

istrinya.23

Dalam pemberian nafkah tidak hanya yang zahir saja suami harus

memberi nafkah, suami harus adil dalam memberi nafkah. Adil disini

berkaitan dengan nafkah batinnya, yaitu seperti membagi waktu

bermalam, dan membagi cinta dan kasih sayangnya. Tetapi hal ini sulit

dilakukan bagi laki-laki untuk memberikan kecenderungan hatinya

21

Ahmad Khoirul Fata dan Mustofa, “Menyoal Kontektualisasi Hukum Islam

Tentang Poligami”, Jurnal Al-Ulum, 13, 2, (Desember, 2013), h.419 22

Jahrani, Musfir Husain, Nazhratun fi Ta‟addudi az-Zaujati, Penerjemah Muh.

Suten Ritonga. Poligami dari Berbagai Presepsi. (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.

53-54 23

Isham Muhammad al-Syarif dan Muhammad Musfir al-Thawil, Poligami

Tanya Kenapa? ,(Jakarta: Mihrab, 2008), h. 115

Page 40: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

27

kepada semua istrinya. Salah seorang istrinya mungkin mendapatkan

bagian yang lebih baik, boleh jadi karena usianya yang lebih muda, atau

karena kecantikannya. Itulah sebabnya Allah SWT. Memberikan

persyaratan yang ketat yaitu keadilan dalam memberi nafkah zahir dan

batin. Poligami dengan segala konsekuensinya, dalam hal mengurus

anak-anak pasti membutuhkan harta yang lebih untuk mencukupi

kebutuhan anak-anak disamping sikap adil. Hal ini tidak dapat

diwujudkan apabila seorang suami tidak mampu memberi nafkah tetapi

memaksakan poligami. Karena bertambahnya istri dan anak-anaknya

bertambah pula kebutuhan dan biaya hidup yang tinggi 24

3. Adil Kepada Seluruh Istri

Sebagaimana telah disebutkan diatas mengenai hukum poligami yang

terdapat pada surat Q.S. al-Nisȃ (4):3 dan Q.S. al-Nisȃ (4):129 bahwa

dalam berpoligami hal yang digaris bawahi adalah konsep keadilan,

sehingga tidak heran keadilan dijadikan syarat utama dalam berpoligami

salah satunya adalah adil merata kepada seluruh istrinya yang

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Adil yang dimaksud seperti

adil dalam hal sandang, pangan, rumah, dan kebutuhan lainnya. Adapun

keadilan dalam urusan yang tidak mampu untuk diwujudkan dan di

samaratakan mungkin adalah keadilan hati sesuai yang dijelaskan dari

surat An-Nisa‟: 129. Karena hal yang menyangkut pada kecenderungan

rasa cinta atau perasaan sayang besar kemungkinan antara istri satu

dengan yang lainnya terdapat perbedaan dimensi perasaan.

Menurut Riffat Hasan dan ulama ushul fikih konsep keadilan dari

asbab al-nuzul mengenai ayat poligami melihat dari sisi „am (perintah)

dan „khass (kekhususan) ayat poligami yang berhubungan dengan

seseorang menikahi anak yatim tetapi ia tidak dapat melakukan keadilan.

24

Hilmi Farhat, Kalam, Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan, Penerjemah

Abdurrahman Nuryama, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi.

(Jakarta: Darul Haq, 2007), h. 47-48.

Page 41: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

28

Ayat ini melihat dari kondisi seseorang dalam berlaku adil poligami

berhukum rukhsah (pengecualian terhadap hukum yang masih umum)

yang dimaksud hukum rukhsah disini adalah tergantung pada kondisi

darurat seseorang,25

sementara itu kondisi darurat dibagi menjadi dua,

yaitu pertama kondisi darurat individu (fardiyyah) dan kondisi darurat

social atau kolektif (ijtima‟iyyah). Kondisi darurat fardiyyah misalnya

ketika seorang istri terdapat cacat atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan dan tidak dapat mempunyai keturunan, sehingga dia tidak

dapat berhubungan intim dengan suaminya. Hal ini dibolehkan untuk

berpoligami tetapi disertai keyakinan bahwa suami dapat memenuhi

kebutuhan istri-istrinya baik kasih sayang, nafkah, serta kebutuhan-

kebutuhan lain. Kemudian kondisi darurat sosial (ijtima‟iyyah) misalnya

jika ada seorang janda yang mempunyai anak (yatim) dan terlantar.

Sehingga membutuhkan perlindungan untuk menghidupi kebutuhan

mereka serta anak yatim tersebut, sehingga suami dibolehkan untuk

berpoligami tentunya dengan persetujuan dan inisiatif istri.26

Sedangkan beberapa ulama ushul klasik menganggap bahwa poligami

berhukum azimah (berlawanan dengan rukhsah) mereka melihat dari

Q.S. al-Nisȃ (4):129 yang mengatakan “Dan kamu sekali-kali tidak akan

dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu)” yang menjadikan illat

hukum untuk melarang berpoligami, mereka melarang poligami karena

berpendapat bahwa manusia tidak akan dapat berlaku adil sekalipun

suami dapat memberi nafkah, tetapi dalam hal berbagi kasih sayang atau

soal hati suami tidak dapat berlaku adil karena manusia memiliki sifat

kecenderungan sehingga dinukilkan bahwa keadilan adalah mutlak milik

25

Muhammad bin Ahmad bin Abd al- Bȃrȋ‟, Al- Kawȃkȋb al-Durriyah, (Beirut:

Dar Ibnul Khotob, 2001), h. 54 26

Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Perkawinan, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2003), h. 144

Page 42: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

29

Allah, maka poligami dihukumkan azimah untuk menghindari perbuatan

aniaya. 27

Sehingga dapat dikatakan bahwa poligami berhukum rukhsah dan

azimah tergantung pada keadilan yang harus dipenuhi suami. Jika

rukhsah terdapat keadaan dimana istri tidak dapat mempunyai keturunan

dan tidak bisa memberikan kebutuhan biologis suami maka di bolehkan

poligami agar terhindar dari hal-hal buruk, tetapi dengan syarat suami

harus seadil-adilnya dalam membina istri-istrinya. atau terdapat keadaan

dimana ada seorang janda yang terlantar dan mempunyai anak sehingga

membutuhkan perlindungan. Tetapi jika suami tidak yakin dalam berbuat

adil dalam kasih sayang. Kemudian bergantian bermalam dengan istri-

istrinya, atau tidak terpenuhinya nafkah maka poligami dihukumkan

azimah atau dilarang hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi

kesewenangan suami yang ingin berpoligami

Sementara menurut ibnu Mas‟ud yang dikutip oleh Ayang Utriza

yang menyangkut isu-isu kontemporer bahwa surat Q.S. al-Nisȃ (4):129

adil disini yang dimaksud adalah dalam pembagian jatah hubungan

suami-istri (jima‟) sementara dalam hal masalah cinta hampir dapat

mustahil dapat dilaksanakan. Oleh karena itu Q.S. al-Nisȃ (4):129

merupakan teguran kepada rasul, bahwa sekalipun nabi, ia sulit untuk

berbuat adil karena dalam kenyataannya beliau lebih mencintai Aisyah

dari pada istri-istrinya yang lain.28

Dari hal ini kita dapat mengetahui

bahwa hanya Allah SWT yang mampu adil dan dia adalah maha adil,

sementara Rasulullah hanya berusaha berbuat adil.

27

Muhammad Rȃsyid Rȋdhȃ, At- Tȃfsȋr Qur‟ȃn al- Hakȋm as- Syăhir Bittafsȋr al-

Manȃr. (Beirut: Dar al- Fikr, t.th), h. 368-370 28

Ayang Utriza, Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer. (Jakarta: Kencana,

2016), h. 180.

Page 43: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

30

Oleh karena itu Allah senantiasa mengingatkan kita dan Rasul-Nya

agar berhati-hati dalam hal kecenderungan hati dan perasaan.29

Masalah

keadilan adalah masalah yang paling serius dan sering diperdebatkan

baik dari ulama-ulama klasik maupun kontemporer. Quraish Shihab

berpendapat dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3 mengisyaratkan adanya rasa takut,

yang juga dapat berarti mengetahui. Maksudnya adalah jika seseorang

yang hendak berpoligami tetapi dalam niat dan hatinya tidak ada

keyakinan untuk berlaku adil sama sekali atau berniat lain hanya

mengikuti nafsunya saja walaupun dia mampu dalam hal memberi

nafkah, maka dia tidak diperkenankan untuk berpoligami bahkan

diharamkan. Tetapi jika seseorang berpoligami berniat yakin berlaku adil

dan berniat menjunjung hak wanita yang mungkin terlantar karena sebab-

sebab tertentu, yakin akan benar-benar adil maka diperkenankan untuk

berpoligami. Maka demikian dalam izin berpoligami seharusnya tidak

perlu dilarang atau diperdebatkan dan dikecam karena itu sudah bagian

dari ajaran Islam, tetapi yang perlu dikecam adalah jika ada seseorang

yang berpoligami, tetapi dia tidak dapat melaksanakan ayat ini dengan

baik.30

E. Faktor-faktor Melakukan Poligami

Terdapat beberapa faktor dibolehkannya poligami. Berdasarkan

keterangan dari pada dalil yang membolehkan poligami, baik dari ulama fikih

klasik sampai ahli-ahli tafsir telah merumuskan secara terperinci tentang

sebab-sebab yang membolehkan poligami.

1. Tidak mempunyai anak

Apabila seorang istri mempunyai penyakit tertentu atau mandul

dan telah menjalani beberapa usaha untuk mendapatkan anak, tetapi sang

istri mandul. Tentulah membuat putus asa sang suami karena kehadiran

29

Jahrani, Musfir Husain, Nazhratun fi Ta‟addudi az-Zaujati, Penerjemah Muh.

Suten Ritonga, Poligami dari Berbagai Presepsi. (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),

h.58-59 30

Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang

Patut Anda Ketahui. (Jakarta: Lentera Hati, 2015), h. 76.

Page 44: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

31

anak merupakan faktor terpenting dalam keluarga. Dalam kategori ini

Islam membolehkan suami untuk melakukan poligami karena terdapat

unsur darurat didalamnya. Karena dengan jalan ini lah sang suami bisa

mendapatkan seorang anak.

2. Istri mempunyai penyakit yang berkepanjangan

Apabila seorang istri mempunyai suatu penyakit atau riwayat

penyakit yang berkepanjangan dan sulit untuk diobati sekalipun telah

banyak melakukan berbagai usaha untuk memulihkannya. Jika ini terjadi

maka istri tersebut tidak dapat menjalani kehidupannya seperti pada

umumnya dan hubungan suami istri. Malah dalam hal ini dikhawatirkan

istri tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu

dalam mendidik dan mengurus anak-anaknya dan mengurus rumah

tangganya.

3. Tabiat kemanusiaan suami memerlukan istri lebih dari satu.

Sudah menjadi tabiat bagi seorang laki-laki memerlukan istri lebih

dari seorang. Jika cara poligami ini tidak dapat terwujud. Kemungkinan

besar para lelaki tidak dapat menahan hawa nafsunya dikhawatirkan

seorang lelaki dapat membuat perilaku yang tidak terpuji bisa jadi dapat

melakukan perbuatan zina dan lain-lain untuk memenuhi tabiat

kemanusiaannya itu.

4. Jumlah kaum wanita yang lebih banyak jumlahnya dari kaum laki-laki.

Semenjak terjadi peperangan dan pertumpahan darah dari zaman

Rasulullah hingga zaman khalifah-khalifah Islam. Sehingga

menyebabkan banyaknya janda atau anak perempuan yang kehilangan

suami atau tunangannya. Jika dilihat dari segi sosial dan kemanusiaan,

nasib wanita-wanita dan janda ini adalah suatu keadaan sosial yang perlu

dibela dan diperhatikan. Dikhawatirkan janda dan wanita-wanita tersebut

kebutuhan kehidupannya terlantarkan. Sehingga dengan adanya poligami

maka lelaki yang mempunyai kemampuan serta telah mendapatkan izin

Page 45: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

32

dari istri pertamanya dengan niat baik untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya agar terlindungi.31

5. Istri yang sulit dididik

Dalam kehidupan keluarga pastinya terdapat beberapa istri yang

memang dengan sifatnya dapat dikatakan kurang baik, tetapi dalam hal

itu sudah menjadi tanggung jawab suami untuk mendidik istri dan anak-

anaknya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Akan tetapi apabila istri

dididik tidak mau dan menganggap remeh serta dalam sikapnya yang

biasa menimbulkan kemarahan suami dan susah untuk dibentuk

walaupun sudah berbagai usaha dijalankan untuk merubah sikap istrinya.

Maka dalam hal ini suami boleh untuk menalaknya atau pun berpoligami

dengan harapan bertemu dengan wanita yang bersikap baik, dalam segi

agama maupun kehidupan sosialnya.

6. Suami selalu bermusafir

Terdapat juga seorang lelaki yang mendapatkan tugas bermusafir

yang sangat lama. Akan tetapi dia tidak sanggup atau tidak bisa

membawa anak dan istrinya berpindah-pindah mengikuti pekerjaannya

yang memang bermusafir dalam keadaan yang sangat lama. Sedangkan

pada masa itu suami tidak lagi dapat sanggup menjalani kehidupannya

yang sendirian. Maka dalam hal ini lelaki tersebut dibolehkan untuk

melakukan poligami tentunya harus dengan persetujuan istri, agar

terhindar dari perbuatan buruk yang dapat berlaku.32

F. Hikmah Poligami

Sebagian orang berpendapat bahwa berpoligami merupakan

penganiayaan terhadap istri, karena menurut mereka seorang suami tidak

akan bisa berbuat adil terhadap para istri.33

Namun jika dilihat kondisinya

31

„Itr, Nuruddin, Madza‟an al -Mar‟ah, Penerjemah Hasbullah, Hak dan

Kewajiban Perempuan Mempertanyakan: Ada Apa dengan Wanita. (Yogyakarta: Bina

Media, 2005), h. 189. 32

Zaini Nasohah, Poligami Hak Keistimewaan Menurut Syariat Islam. (Kuala

Lumpur: PT Cergas, 2000), h. 13-15. 33

Ariij Binti Abdur Rahman. Etika Berpoligami Adil Terhadap Para Istri, h. 37

Page 46: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

33

pada saat ini, hukum syara‟ telah mengatur perkara poligami. Jika tidak ada

alasan yang bisa diterima menurut hukum syara‟ atau tidak ada sesuatu hal

yang bersifat sangat mendesak, maka seseorang itu hanya beristrikan satu

orang saja. Karena Islam memperbolehkan sistem poligami yang hanya

bersifat sangat mendesak saja. Oleh karena itu diatas sudah dijelaskan sebab-

sebab diperbolehkannya berpoligami. Diperbolehkannya berpoligami karena

adanya hikmah tertentu yang diberikan oleh Allah, yaitu hikmahnya adalah :34

1. Poligami mengangkat martabat seorang perempuan, karena poligami

dapat melindungi moral agar tidak terkontaminasi oleh perbuatan keji

dari laki-laki yang hypersex. Mengingat pernikahan adalah jalan yang

diperbolehkan oleh syar‟i agar terhindar dari gejolak hawa nafsu.

2. Sunnatullah, jika dilihat dari segi sebab-sebabnya berpoligami yaitu

populasi kaum lelaki lebih sedikit dibanding jumlah wanitanya yang ada

di seluruh penjuru bumi. Dan laki-laki itu memliki resiko kematian yang

besar karena banyaknya peperangan yang di dominasai oleh kaum laki-

laki karena dianggap kuat. Maka dari itulah jika dia hanya memiliki

seorang wanita saja, maka akan banyak wanita-wanita yang akan hidup

tanpa adanya suami, sehingga dikhawatirkan mendorong mereka berbuat

zina.35

3. Dengan di syariatkannya poligami tentunya dengan syarat dan tertentu

pula diharapkan menjadi suatu jalan untuk memperbanyak keturunan

yang banyak dan pada saat itu jumlah kaum muslimin akan bertambah

banyak juga dapat memperbaiki keturunan jika istri pertama mandul.36

4. Poligami juga dapat dikatakan berprikemanusiaan karena dengan

poligami, secara tidak langsung lelaki meringankan beban suatu

34

Az-Zuhaili, Wahbah, At-Tafsiirul-Muniir: Fil „Aqidah wasy- Syari‟ah wal

Manhaj, Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk, Tafsir Al-Munir Jilid 2 (Juz 3-4).

(Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 581 35

Muhammad bin Sayyid Al-Khauli, Al-Mausuu‟ah Al- Muyassah fi Fiqhil Mar-

ah Al- Muslimah, Penerjemah Umar Mujtahid, Ensiklopedia Fikih Wanita. ( Jakarta:

Pusataka Imam Asy-Syafi‟i, 2016), h. 475 36

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah At- Tasyri‟ wa Falsafatuhu, Penerjemah

Faisal Saleh, Indahnya Syariat Islam. ( Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 313

Page 47: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

34

masyarakat ketika ia mendapati seorang wanita yang janda dan kemudian

menjadikannya seorang istri yang terjamin kehidupannya karena sudah

ada yang menafkahinya lagi.37

5. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga dengan istri pertama tanpa

menceraikan, walaupun istri pertamanya tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai istri, ataupun ia mendapatkan cacat badan atau

penyakit yang tidak dapat disembuhkan.38

37

Musthafa As- Shiba‟I, Al Mar‟ah Baina Fiqh wal Qonun. Penerjemah Ali

Ghufron, Wanita dalam Pergumulan Syariat dan Konvensional. (Jakarta: Insan

Cemerlang, T.th), h. 101 38

Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat. ( Jakarta: Kencana, 2000), h.136

Page 48: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

35

BAB III

REGULASI POLIGAMI DI INDONESIA DAN MALAYSIA

A. Sejarah dan Sistem Hukum Indonesia dan Malaysia

1. Sejarah dan Sistem Hukum di Indonesia

Sebelum datangnya Belanda di Indonesia telah terbentuk masyarakat

Islam. Yaitu Muawiyah (661-690) Khalifah pertama Bani Umayah yang

kemudian dilanjutkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik telah

mengadakan misi suci agama Islam, dan telah mengIslamkan raja-raja

untuk masuk Islam yaitu raja Sriwijaya di Jambi Sri Maharaja

Lokitawarman dan Sri Maharaja Inderawarman di Palembang menganut

mazhab ahlu sunnah wal jamaah di tahun 99 H, dan juga Ratu dari Jepara

yaitu Ratu Simon, sejarah ini tertulis dan tersimpan baik di Granada

Spanyol sampai saat ini.

Hukum Islam di Indonesia merupakan hukum yang tidak tertulis dalam

kitab perundang-undangan, tetapi menjadi hukum yang hidup, berkembang

dan berlaku serta di patuhi oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dalam

penyelesaian sengketa di masyarakat Islam dikenal dengan 3 periode yaitu

yang pertama periode Tahkim, dalam periode Tahkim untuk

menyelesaikan suatu sengketa atau permasalahan yang ada di masyarakat.

Mereka bertahkim kepada seorang pemuka agama yang ada di tengah-

tengah masyarakat. Kemudian periode kedua disebut dengan Ahlul Hili

wal Aqdi, dimana mereka membai‟at seorang ulama Islam untuk diangkat

menjadi qadhi dalam menyelesaikan setiap perkara yang ada di

masyarakat. Ketiga metode Thauliyah. dalam metode ketiga ini secara

filosofis dapat dilihat mulai adanya perlembagaan yang dianut oleh ajaran

Trias Politica dari Montesque, metode Thauliyah dapat di definisikan

yaitu penyerahan wewenang kepada suatu badan yaitu yudikatif, tetapi

Page 49: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

36

tidak mutlak. Seperti yang dilakukan di Minangkabau ada pucuk nagari

dan ada qadhi dalam menyelesaikan sengketa.1

Setelah Belanda datang ke Indonesia sistem hukum di Indonesia banyak

mengalami kodifikasi. Indonesia merupakan negara yang dijajah oleh

Belanda selama 350 tahun dan kemudian di jajah oleh Jepang selama 3,5

tahun, akibat dari penjajahan itu pastinya mempengaruhi kondisi sosial,

budaya, dan sistem hukum yang ada di Indonesia. Kemudian pada zaman

penjajahan Belanda, mereka membentuk konstitusi yang di berlakukan

untuk Indonesia. Konstitusi tersebut dinamakan Grondwet yang dalam

pasal 1 dijelaskan bahwa Kerajaan Belanda meliputi wilayah Belanda

(Netherland) kemudian Hindia-belanda, (Suriname dan Curasao). Yang

dimaksud dengan Hindia-Belanda disini adalah Indonesia, dengan

demikian secara otomatis karena Indonesia adalah jajahan Belanda

menggunakan sistem hukum yang berlaku di Belanda yaitu konstistusi

Grondwet.2

Disaat Belanda menjajah, membentuk Vereenigde Oost Indische

Compagnie (VOC) di Batavia pada tahun 1602. Belanda membentuk VOC

dengan menerapkan sistem hukum hak octrooi yaitu untuk memonopoli

sektor perdagangan dan pelayaran, mengumumkan perang bagi yang

melanggar aturan dan mencetak mata uangnya sendiri pada saat itu agar

Belanda di untungkan dan tidak terjadi persaingan usaha dengan pribumi.

Peraturan tersebut merupakan hukum positif Belanda untuk mendominasi

sistem perekonomian Belanda. Pada masa Gubernur Jenderal Pieter Both

VOC diberi wewenang untuk mebuat peraturan sendiri pada daerah yang

dikuasainya maka dibuatlah Statuta Betawi atau Statuten Van Batavia

tahun 1642. Setelah perekonomian jatuh ke tangan Belanda, dan Belanda

1 Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam Sejarah Timbul dan Berkembangnya

Kedudukan Islam dalam Sistem hukum di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h.

52-54 2 Mudakir Iskandar, Pengantar Ilmu hukum & Tata Hukum Indonesia, ( Jakarta:

CV. Sagung Seto, 2008), h. 33.

Page 50: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

37

terus ikut campur dalam politik dan peradilan adat yang ada di Indonesia.

Politik Belanda memberlakukan RR (Regering Regelement) yang akhirnya

di Undang-undangkan pada tanggal 1 januari 1920 sampai tahun 1926.

Berlakunya RR ini memberikan pengaruh, dimana belanda memberi

golongan penduduk yaitu memisahkan 3 golongan hukum penduduk yaitu:

Golongan Eropa; Golongan Timur Asing dan; Golongan Pribumi.

Tujuan dari Belanda membagikan golongan penduduk tersebut adalah

untuk menentukan sistem-sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing

golongan, yaitu:

1. Golongan Eropa sebagaimana yang tercantum dalam hukum perdata

yaitu Burgelijk Wetboek (BW) dan Wetboek Van Koophandel (WVK)

yang diundangkan dan berlaku pada tanggal 1 Mei 1848, dengan asas

konkordansi, hukum pidana materiil yaitu Wetboek Van Strafecht

(WVS) yang diundangkan tanggal 1 Januari 1981. Untuk hukum acara

dalam proses pengadilan bagi golongan Eropa di Jawa dan Madura

diatur dalam “Reglement op de Burgelijke Recht Vordering”.

Sedangkan untuk di luar Madura diatur dalam R.Bg (Regelement

Biutengewesten).

2. Bagi golongan pribumi, masih memakai sistem hukum adat tidak

tertulis, tetapi dengan adanya pasal 131 ayat (6) IS kedudukan hukum

adat itu tidak mutlak, dan dapat diganti dengan ordonansi jika

dikehendaki oleh pemerintah Hindia Belanda.

3. Bagi golongan Timur Asing, diberlakukan hukum perdata dan hukum

pidana mereka sesuai ketentuan pasal 11 AB, berdasarkan S. 1855: 79

(untuk semua golongan Timur Asing). Untuk golongan Timur Asing

Cina masih memakai Hukum perdata dari golongan Eropa yaitu BW.

Kemudian dalam penyelenggaraan peradilan yaitu menggunakan

peradilan:

a. Pengadilan Swapraja

b. Pengadilan Agama

Page 51: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

38

c. Pengadilan Militer.3

Pada saat itu juga hukum perkawinan yang berlaku adalah Compendium

Freije, yaitu kitab hukum yang berisi tentang hukum perkawinan dan

hukum waris menurut Islam yang ditetapkan pada 20 Mei 1760, atas usul

Resident Cirebon P.C. Hasselaar (1757-1765).4

Selanjutnya, lahirlah teori Receptio in Complexu yang dikemukakan

oleh Van den Berg (1845-1927). Teori ini berpendapat bahwa “Hukum

Islam diperlukan bagi orang-orang Islam bumiputera”, pendapat ini sesuai

dengan Regeerings Reglement (Stbl.1884 No. 129 di Negeri Belanda jo.

Stbl. 1885 No. 2). Dalam pasal 75 ayat 3 disebutkan: “apabila terjadi

sengketa antara orang-orang Indonesia yang beragama Islam oleh Hakim

Indonesia haruslah diperlakukan Hukum Islam”.5

Kemudian muncul lagi Receptie Theory atas usulan Van Vollenhouven

(1874-1933) dan Snouck Hoergronje (1857-1936). Akibat dari munculnya

teori ini dirubahnya Regeerings Reglement Stbl. 1855 No. 2 menjadi

Indishce Staats Regeling tahun 1925 (Stbl. 1925 No.416), yang

menyatakan Hukum Islam tidak lagi mempunyai kedudukan tersendiri.

Hukum Islam baru dianggap sebagai hukum apabila memenuhi 2 syarat,

yaitu: (1) Norma hukum Islam harus diterima terlebih dahulu oleh Hukum

Adat, (2) Kalaupun sudah diterima oleh hukum adat, norma dan kaidah

Hukum Islam itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perundang-

undangan Hindia Belanda.6

3 H. Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), (Jakarta: PT. RajaGradindo

Persada, 2014), h. 9-14. 4 Nafi‟ Mubarok, “Sejarah Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia”, Jurnal

Justica Islamica, 14, 1, (Desember, 2017), h. 77. 5 Khoiruddin Buzama, “Pemberlakuan Teori-Teori Hukum Islam di Indonesia”,

Jurnal Al-„Adalah, 10, 4,( Juli, 2012), h. 468. 6 Idris Ramulyo, Bunga Rampai Tentang Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Acara Peradilan Agama dan Intesifikasi Zakat. (Jakarta: PT Nur Intan Surya, t.

th), h. 114.

Page 52: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

39

Dalam perkembangan Hukum Keluarga di Indonesia setelah Orde Baru

Indonesia melakukan pembaharuan Hukum Islam yaitu membentuk UU

No. 1 Tahun 1974, terbentuknya UU ini tidaklah mudah dengan

melibatkan masyarakat tentunya. Hingga ada demonstrasi mahasiswa yang

masuk gedung DPR ketika sedang melakukan rapat, karena mereka

berpandangan bahwa keputusan Menteri Agama RI adalah keputusan yang

Sekularisasi hukum. Perkawinan yang berasaskan monogami, tetapi

membuka kemungkinan poligami atas izin pengadilan, kemudian

pencatatan pernikahan menjadi syarat sah nya pernikahan, dan

pembolehan nikah lintas agama.7

Pada masa ini UU perkawinan masih mengalami perdebatan yang

Panjang dan pemberlakuannya masih berangsur-angsur karena disebabkan

Indonesia masih banyak prepare terhadap instansi-instansi yang

berhubungan dengannya yaitu DPR, namun pada akhirnya bisa efektif

pada 1 Oktober 1975.

Setelah lahirnya UU perkawinan, lahir pula aturan pelaksanaan dari UU

No. 1 Tahun 1974, seperti PP No. 9 Tahun 1975, Peraturan Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri, dan Petunjuk MA RI untuk para

Hakim di Indonesia (agar terjadi keseragaman putusan dan dalil-dalil

dalam memutuskan perkara). Kemudian muncul pula UU No. 10 tahun

1983, UU ini muncul karena ulah pegawai negeri sipil atau pejabat negara

yang menikahi secara tidak tercatat menikahi babysitternya sendiri

kemudian mempunyai anak, yang anaknya tidak tercatatkan. Sehingga istri

pertamanya tidak mendapat perlindungan hukum.8

Setelah itu KHI muncul sesudah beberapa tahun MA membina bidang

teknis yustisial Peradilan Agama, ide munculnya KHI ini diusulkan oleh

Busthanul Arifin, dan munculnya KHI ini dilatar belakangi karena

7 Muhammad Ashsubli, “Undang-Undang Perkawinan dalam Pluralitas Hukum

Agama”, Jurnal Cita Hukum, 3, 2, (Desember, 2015), h. 293. 8 Wahid Syarifuddin, “Status Poligami dalam Hukum Islam”, Jurnal Al-Ahwal,

VI, 1, (t. tb, 2013), h. 54

Page 53: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

40

Mahkamah Agung dalam melaksanakan tugas dalam pembinaan teknis

yustisial Peradilan Agama merasakan adanya beberapa kelemahan, yaitu

kesimpangsiuran hakim Peradilan Agama dalam memutuskan suatu

perkara karena menggunakan rujukan yang berbeda-beda dan belum

terakomodasi, oleh karena itu perlunya penetapan hukum yang bisa

dijadikan patokan atau undang-undang sebagai rujukan yang pasti,

tentunya dengan menghimpun rujukan-rujukan dari semua kitab fikih

klasik yang dijadikan satu buku hukum sebagai rujukan para hakim.

Berdasarakan surat edaran biro Peradilan Agama No. 45 tahun 1957

tentang Pembentukan Peradilan Agama untuk menggunakan tiga belas

kitab kuning sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan.9

2. Sejarah Malaysia

Penduduk asli Malaysia dahulu disebut dengan sebutan “Orang Asli”

yang tinggal diwilayah Semenanjung, “Orang Penan” di Serawak dan

“Orang Rungus” di Sabah diperkirakan eksistensinya sudah dari 5000

tahun yang lalu. Para suku asli Malaysia diperkirakan berasal dari Cina

dan Tibet kemudian mereka bergerak ke Selatan melalui dataran Asia

Tenggara dan Semenanjung Malaysia kemudian terus ke Indonesia.

Kemudian pada tahun 1000 SM telah banyak kelompok melayu dan

imigran berdatangan yang akhirnya mereka membuat kelompok atau suku

asli “Orang Asli” atau (Proto-Melayu).

Malaysia merupakan daerah tempat lalu lintas perdagangan yang

banyak dari para pedagang India, Timur Tengah, dan Eropa datang ke

Melayu bermaksud untuk mencari rempah-rempah.10

Kemudian pada abad

ke- 7 hingga ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya di Palembang melakukan

ekspansi hingga tanah Melayu dan Mendirikan kerajaan baru dengan nama

Kesultanan Melaka sekitar tahun 1400 M. Kesultanan Melaka merupakan

9 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 98 10

Oscar Harris, KBRI Kuala Lumpur, Country Profile Malaysia:

http://kbrikualalumpur.org/w/2017/02/25/country-profile-malaysia/. Diakses pada tanggal

08 April 2019, pukul 10.35

Page 54: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

41

Kesultanan yang sebagian besar tumbuh, berkembang dengan budaya

Islam dan rajanya pun telah memeluk Islam. Pada masa keemasannya

Kesultanan Melaka memperluas kerajaannya hingga ke Semenanjung

Sumatera. Wilayah yang berhasil ditaklukan oleh Kesultanan Melaka yaitu

Sumatera, Kepulauan Riau, Kedah, Perak, Pahang, Kelantan, Inderagiri,

Bengkalis, Rokan, Betan, Lian dan lain-lain hampir seluruh Tanah Melayu

dikuasai. Karena wilayah kekuasaan Kesultanan Melaka sangat luas

Melaka membagi wilayahnya menjadi beberapa kesultanan. Seperti

Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan

Selangor, Kesultanan Kedah, Kesultanan Kelantan, Kesultanan Trengganu,

dan Kesultanan Perlis.

Kemudian Portugis datang untuk menjajah Melaka karena mempunyai

kekayaan alam yang sangat banyak, dan pada tahun 1511 Melaka jatuh ke

Portugis. Pada tahun inilah Malaysia mulai merasakan era penjajahan.

Tetapi hal ini tidak membuat Kesultanan Melaka melemah, Kesultanan

Melaka dengan dibantu Kesultanan Johor dan Belanda mencoba

memberikan perlawanan kepada Portugis, yang akhirnya Portugis kalah

pada peperangan pada Tahun 1641. Kejatuhan Portugis tidak membuat

Kesultanan Melaka dan Johor merasakan kemerdekaan, karena Belanda

juga berniat untuk menjajah tanah Melayu yang akhirnya memonopoli

hasil kekayaan tanah Melayu yaitu timah. Tetapi hal ini tidak membuat

tanah Melayu jatuh sepenuhnya di tangan Belanda. Pada saat itu

kesultanan Selangor masih berdiri kokoh dan mencoba mengembalikan

kembali tanah Melayu. Kesultanan Selangor telah lama menjalin

kerjasama perdagangan dengan Inggris sehingga Sultan Ibrahim Selangor

memilih kerjasama merebut kembali dengan meminta bantuan Inggris,

yang pada akhirnya Belanda jatuh di Melayu. Tanpa disadari dengan

beberapa konsekuensi dari kerjasama Inggris dan Selangor, Inggris

menjajah Selangor di tahun 1795, kemudian menjajah hingga ke seluruh

kerajaan Melayu karena pada saat itu Inggris mempunyai sistem

persenjataan yang kuat. Inggris berjaya di tanah Melayu hingga

Page 55: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

42

mempengaruhi seluruh aspek dari mulai ekonomi, politik, pemerintahn,

hukum, pertahanan, dan lain-lain.

Pada tahun 1941 tanpa disadari Inggis, Jepang menyerang Inggris di

tanah Melayu melalui jalur laut dengan dibantu oleh sekutu-sekutunya

yaitu Jerman dan Uni Soviet, yang akhirnya Jepang menguasai tanah

Melayu. Tetapi penjajahan Jepang tidak berlangsung lama sejak Hirosima-

Nagasaki di bom atom oleh Amerika yang membuat Jepang kalah pada

perang dunia II. Tentunya kekalahan Jepang dimanfaatkan oleh Inggris

dan Melayu jatuh kembali di jajah oleh Inggris11

Setelah kekalahan Jepang, Inggris menjajah kembali dengan mengubah

sistem pemerintahan Malaysia yang dari kerajaan menjadi Kerajaan

Federal. Maka dibentuklah Malayan Union pada 10 Oktober 1945. Tujuan

Malayan Union untuk memudahkan Inggris dalam melakukan sistem

pemerintahan dan penyatuan politik agar setiap Kesultanan Federal bisa

menjalankan sistem pemerintahannya sendiri seperti sistem desentralisasi.

Sistem Malayan Union atau dikenal dengan “Perjanjian Persekutuan Tanah

Melayu” yang ditandatangani oleh 9 raja-raja Melayu dan wakil

pemerintahan Inggris. Dengan munculnya Malayan Union mulai banyak

dari elemen masyarakat maupun akademisi membuat partai-partai politik

seperti UMNO, MIC, MCA, dan lain-lain mendesak dan mengancam

pemerintahan Inggris untuk memberi kemerdekaan kepada masyarakat

Melayu dengan melakukan perlawan. Untuk mencegah banyaknya

pertumpahan darah dewan keamanan PBB mengadakan pertemuan dengan

Inggris dan perwakilan Malayan yang pada saat itu Tuanku Abdul Rahman

yang mewakili. Pada tanggal 8 Februari 1956 akhirnya dibentuklah

Perjanjian London yang menyatakan bahwa tanah melayu membenarkan

untuk bisa mengurus atau mentadbirkan negaranya sendiri. Pada tanggal

27 Mei 1961 sekembalinya dari London Tuanku Abdul Rahman didalam

11

Portal Pusat Resmi Penerangan, Ringkasan Sejarah Malaysia:

http://pmr.penerangan.gov.my/index.php/profil-malaysia/7954-ringkasan-sejarah-

malaysia. Diakses pada tanggal 08 April 2019, Pukul 12:45.

Page 56: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

43

pidatonya untuk membentuk Negara Malaysia dan penyatuan ekonomi dan

politik yang melibatkan seluruh Persekutuan Tanah Melayu.12

3. Sistem Hukum di Malaysia

Malaysia merupakan negara federasi dari beberapa negara-negara

bagian, pemerintahan Malaysia bersifat plural dengan Islam sebagai agama

yang resmi, serta kedudukan Islam yang sangat istimewa. Islam disini

menjadi identitas dan kebudayaan bagi Bangsa Melayu yang kental. Islam

juga merupakan sumber legitimasi hukum bagi para sultan di setiap negara

bagian. Malaysia bersifat pluralistis karena Malaysia merupakan negara

yang penduduknya tidak hanya masyarakat Melayu saja, banyak terdapat

etnis di Malaysia yaitu etnis Cina dan India, hal ini dikarenakan dahulu

semenanjung Melayu merupakan jalur perdagangan Asia Tenggara yang

menjadi pusat berkumpulnya agama dan kebudayaan, Cina dan India lah

termasuk yang melakukan imigrasi besar-besaran.13

Dalam penerapan hukum Islam di Malaysia tidak hanya faktor kultur

saja yang mempengaruhi tetapi dalam aspek politik juga

mempengaruhinya. Dalam politik di Malaysia terdapat dua kelompok

besar, yaitu UMNO (United Malaya Natinal Organitation) dan PAS (Partai

Islam se Malaysia). UMNO yang diketuai oleh Mahatir Muhammad

berupaya mengangkat dan menerapkan hukum Islam di negerinya, tetapi

juga tidak mengabaikan warga aslinya serta ras lainnya. Sedangkan PAS

yang diketuai Datuk Seri Tuan Guru Hj Abdul Hadi bin Awang juga

menggagas konsep yang sama yaitu menerapkan hukum Islam secara

menyeluruh tetapi PAS juga ingin menjadikan negara Malaysia sebagai

negara Islam. Dari kedua partai tersebut UMNO dan PAS dapat dilihat

bahwa keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menerapkan hukum

12

Merdiana Nordin dan Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia Edisi Keenam.

(Selangor: Oxford Fajar Sdn. Bhd, 2018), h. 78-87 13

John L. Esposito dan John O. Voll, Islam and Democracy, Penerjemah

Rahmani Astuti, Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek.

(Bandung: Mizan, 1999), 167.

Page 57: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

44

Islam. Hal ini lah yang menjadikan Hukum Islam bisa di terapkan secara

menyeluruh di seluruh Negara bagian, meskipun jumlah penduduknya

yang beragama Islam hanya 56%.14

Sistem hukum Malaysia sebelum di jajah oleh Inggris memakai

Undang-undang Negeri Melayu adat pepatih baik di Negeri Sembilan dan

beberapa Kawasan Naning di Malaka, dan adat Temanggung. Undang-

undang adat tersebut yang banyak dipakai isi nya banyak mengandung

hukum Syariat Islam, terutama yang kental hukum syariatnya pada bagian

perkawinan dan perceraian.

Kemudian setelah Inggris datang dan menjajah Malaysia, perundang-

undangan Inggris mulai berpengaruh pada Malaysia. Bermula pada Negeri

Perak yang menerima perjanjian Negeri Pangkor. Dengan adanya

perjanjian tersebut bahwa Negeri Perak dan Negara Bagian Malaysia yang

lain telah menyetujui sistem British Resident.15

Jadi Malaysia sebagai

bekas jajahan Inggris masih menerapkan tradisi kebiasaan Inggris

Common Law Sistem, dan tradisi Common Law ini juga berada pada

sistem hukum Islam dan Adat Melayu. Tetapi dalam praktiknya Malaysia

memisahkan antara Common Law dan Hukum Islam yang ada di

masyarakat.

Common Law sendiri diperkenalkan melalui Undang-undang hukum

perdata pada tahun 1878 M, kemudian barulah setelah itu diterapkan

hukum pidana juga sistem hukum kontrak. Kemudian pada tahun 1956

hukum perdata di revisi dan mengubah isi nya yang membatasi adanya

aturan agama dan adat setempat, oleh karena itu hakim pada saat itu terlalu

menggunakan Undang-undang Civil dan mengesampingkan hukum adat

yang berlaku di masyarakat Melayu, dan tidak bisa dipungkiri bahwa

sampai sekarang hakim dalam memutuskan mencoba mengambil dari

14

Ramli Makatungkang “Penerapan Hukum Islam di Malaysia”, Al-Syari‟ah, 1, 1

(Agustus, 2016), h. 6. 15

Abdul Monir Yacoob, Kehakiman Islam dan Mahkamah Syari‟ah. (Selangor:

UKM, 2015), h.131

Page 58: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

45

prinsip hukum Islam dan juga mengambil hukum Common dari Inggris.

Karena pada dasarnya Hakim lah pencipta Undang-undang itu.16

Setelah Malaysia merdeka, 11 dari 13 negara jajahan Inggris di Melayu

menjadi Negara Bagian dari Negara Federasi yang dinamakan Negara

Malaysia. Sebagai Negara Federasi, yurisdiksi kekuasaannya harus dibagi

antara pemerintahan Federal dan Negara Bagian, yang membedakan antara

pemerintahan Federal dan Negara bagian adalah, pemerintahan Federal

mengatur segala hal baik dari politik, hukum internasional, keamanan,

ekonomi serta hukum, pemerintah Federal disini hanya menjalankan

hukum perdata dan pidana umum. Untuk Negara Bagian juga diberikan

kewenangan untuk mengatur hal yang menjadi kewenanangan Negara

Bagian itu tetapi secara khusus hukum Islam dijadikan kewenangan

pemerintahan Negara Bagian. Mengenai Hukum keluarga bagi non-

Muslim termasuk wilayah kewenangan pemerintah Federal atau Hukum

Civil.

Negara bagian diberikan kebebasan memberlakukan Undang-undang

yang terkait dengan hukum Islam sesuai dengan versi dari mereka, dan

juga bebas mendirikan Peradilan Islam untuk memutus perkara

persengkatan yang timbul dari hukum Islam termasuk diantaranya dalam

hukum keluarga yaitu perkawinan, perceraian, maskawin, nafkah, adopsi

anak, poligami, dan lain-lain, kecuali persoalan waris di Malaysia, belum

ada satu Negara bagian yang membuat Undang-undang mengenai waris,

sehingga dalam persoalan waris diputuskan dengan menggunakan merujuk

kitab-kitab fiqh.17

Dalam perkembangannya Undang-undang di Malaysia masih

mengalami beberapa perbedaan disetiap Negeri, perbedaan ini

menyebabkan masalah seperti isi perintah dari pemerintahan pusat yang

16

Basar dikuraisyin, “Sistem Hukum dan Peradilan Islam di Malaysia”, Terateks,

I, 3, (September,2017), h. 4. 17

Nabiela Naily, “Hukum Keluarga Islam Asia Tenggara Kontemporer: Sejarah,

Pembentukan, dan Dinamikanya di Malaysia” (Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat: Executive Summary, IAIN Surabaya, 2013), h. 9-10.

Page 59: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

46

seharusnya diberlakukan sama akan tetapi dalam penerapannya kepada

Negeri-negeri berbeda. Dalam hal ini Jabatan Kehakiman (JAKIM)

bekerja sama dengan Majlis Hal Ehwal Kebangsaan Agama Islam (MKI)

telah memberikan rancangan Undang-undang yang telah diseragamkan

dan kemudian dirapatkan oleh perkumpulan para Raja Negara Bagian,

yang kemudian disahkan. Mengenai Undang-undang yang telah

diseragamkan yaitu; Undang-Undang Pentadbiran Agama Islam, Undang-

undang Acara Jenayah, Undang-undang Tata Cara Mal Mahkamah

Syariah, Undang-undang Keterangan Mahkamah Syariah dan Undang-

undang Keluarga Islam. Kebanyakan Negeri sudah menyetujui dan

memakai undang-undang tersebut, kecuali Negeri Pahang yang hanya

menyetujui dua UU, yaitu UU tentang acara Jenayah dan acara Mal.18

4. Mahkamah Syariah di Malaysia

Mahkamah Syariah dibawah pada perlembagaan persekutuan.

Mahkamah Syariah dibentuk untuk menyelesaikan setiap perselisihan,

tuntutan dan permohonan yang di selisihkan oleh pihak yang berperkara.

Disamping itu juga, Mahkamah Syariah juga dibutuhkan bagi pihak

kerajaan untuk menentukan seseorang yang apabila tertuduh bersalah atau

tidak bersalah, hal ini berkaitan dengan Kesalahan Jenayah Syariah.

Mengenai yuridiksi, tugas dan kewenangan Mahkamah Syariah disebutkan

dalam Jadual Kesembilan Senarai 2, bahwa negeri-negeri dalam

Persekutuan memberikan kewenangan Mahkamah Syariah untuk

berperkara dalam bidang hukum Syarak dan undang-undang keluarga

Islam, seperti pertunangan, pernikahan, perceraian, ruju‟, waris, wakaf,

zakat, nazar, wasiat dan hibah. Mahkamah Syariah juga hanya akan

mengadili perkara-perkara bagi orang yang beragama Islam.19

18

Abdul Munir Yacoob, “Perlaksanaan Perundangan Islam di Malaysia: Satu

Penilaian”, Jurnal Fiqh, VI, 6, (Desember, 2009), h.13-16 19

Zulkifli Hasan, dkk, Amalan Kehakiman dan Guaman Syarie di Malaysia,

(Selangor: Univiersiti Islam Malaysia, 2007), h. 2.

Page 60: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

47

Mahkamah Syariah dalam strukturnya masih merupakan turunan dari

warisan jajahan Inggris, ketika itu Mahkamah Syariah atau Mahkamah

Kadi masih dalam satu hierarki sistem yang sama dan tugas dari

Mahkamah Syariah sendiri hanya mengurus perkara perkawinan dan

perceraian, hal ini tertuang dalam Carta Organisasi Courts Ordinance

1946. Setelah penjajahan Inggris, pemerintah mulai sadar akan pentingnya

hukum Islam yang sekaligus menjadi hukum adat di Malaysia. Dalam

strukturnya Mahkamah Syariah telah dipisahkan antara Mahkamah Civil

dan Mahkamah Syariah. Hal ini dimaksudkan agar tidak adanya

ketumpangtindihan kewenangan di Mahkamah Civil tertuang dalam Court

Ordinance 1948. Kemudian dalam perlembagaan persekutuan menjadikan

Mahkamah Syariah sebagai Mahkamah Negeri-Negeri.20

Dalam struktur yang ada sekarang Mahkamah Syariah menjadi satu

Lembaga yang dinamakan JKSM (Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia),

JKSM sebagai lembaga yang mengelola Mahkmah Syariah. Hal ini

dimaksudkan untuk membenahi Mahkamah Syariah dalam administrasi

perkara agar lebih cepat dan professional. JKSM juga berfungsi sebagai

Mahkamah Syariah tertinggi Negeri untuk mendengar perkara pada tingkat

banding.21

Mahkamah Syariah dalam otoritas nya secara khusus terdapat dalam

Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Negeri-Negeri seperti

1. Mahkamah Rayuan Syariah adalah Mahkamah yang mempunyai

tugas untuk menerima, mendengar dan memutuskan perkara-perkara yang

telah diputuskan dari Mahkamah Tinggi Syariah dan juga Mahkamah

Rendah Syariah. Kewenangan ini jelas diatur dalam Enakmen Pentadbiran

Agama Islam Selangor tahun 2003 Syeksen 67 ayat 1-3.22

Mahkamah

20

Abdul Monir Yacoob, Kehakiman Islam dan Mahkamah Syari‟ah, h. 89 21

Ramizah Wan Muhammad, “Sejarah Pentadbiran Kehakiman Islam di

Malaysia: Satu Sorotan”, Jurnal Kanun, 21, 1, (Maret, 2009), h. 10. 22

Portal Resmi Mahkamah Syariah Wilayah Persekutuan. Perkhidmatan

Mahkamah Rayuan Syariah. mswp.gov.my/index.php/ms/mengenai-

Page 61: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

48

Rayuan terdiri dari tiga anggota. Yaitu mufti dan dua orang lainnya yang

telah ditunjuk dan dilantik oleh Sultan, dalam hal ini Sultan Selangor.

Dapat dikatakan bahwa Mahkamah Rayuan ini merupakan pengadilan

tingkat Kasasi.23

2. Mahkamah Tinggi Syariah mempunyai yurisdiksi di seluruh

Negeri misalnya Negeri Selangor di seluruh wilayah Selangor dan diketuai

oleh Hakim Mahkamah Tinggi Syariah. Dalam tugas jinayahnya mengenai

kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang beragama Islam dan

kesalahannya mendapatkan sanksi dibawah Enakmen Jenayah Syariah

(Selangor) 1995, dalam kewenangan mal nya menghukum seseorang yang

melanggar kesalahan terhadap rukun-rukun agama Islam, juga

memutuskan perkara yang berhubungan dengan pertunangan, perkawinan,

ruju‟, perceraian, fasakh, nusyuz, dan perkara yang berhubungan dengan

suami istri.24

3. Mahkmah Rendah Syariah, adalah Pengadilan tingkat pertama

yang mempunyai yurisdiksi di seluruh Negeri-Negeri, atau Mislanya

yuridiksi Wilayah Negeri Selangor, di ketuai oleh hakim Mahkamah

Rendah. Dalam wewenang Jenayahnya, mengenai perkara orang Islam

dibawah Enakmen Jenayah Syariah Selangor 1995. Dan menetapkan

hukuman bagi orang yang melakukan kesalahan terhadap rukun Islam,

Mahkamah Rendah juga memberikan wewenang sanksi denda bagi

seseorang yang bersalah akan tetapi denda tersebut tidak boleh lebih dari

RM 3000. Dan dalam kewenangan mal nya mendengar dan memprosedur

perkara yang ada pada tingkat Mahkamah Tinggi Syariah tetapi hanya

memproses perkara yang dendanya tidak melebebihi RM 1000. 25

mswp/perkhidmatan/bidang-kuasa/mahkamah-rayuan-syariah. Diakses tanggal 14

Februari 2019. 23

Nurhidayah, “Sejarah Peradilan Islam Malaysia,” (Tesis S-2, STAIN

Watampoe, 2014), h. 15. 24

Zulkifli Hasan, dkk, Amalan Kehakiman dan Guaman Syarie di Malaysia, h. 4 25

Seksyen 62, Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor) Tahun

2003.

Page 62: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

49

B. Peraturan Perundang-undangan Poligami di Indonesia dan Malaysia

1. Undang-undangan Poligami di Indonesia

a. Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

Seperti yang telah dijelaskan mengenai poligami di Indonesia

diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan

diperjelas dalam PP No. 9 Tahun 1975 tentang aturan pelaksanaan

dari UU No. 1 tahun 1974. Pada prinsipnya UU No. 1 Tahun 1974

sebenarnya merujuk pada ketentuan yang ada di kitab-kitab fikih.26

Dalam UU perkawinan juga menganut asas monogami seperti yang

terdapat dalam pasal 3 menyatakan, “seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai

seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami.”27

Tetapi dengan adanya pasal tersebut UU perkawinan bukan

berarti melarang penuh poligami. Indonesia membolehkan poligami

dengan syarat dan ketentuan yang ketat untuk menghindari

penyelewangan praktik dari poligami itu sendiri, syarat poligami di

Indonesia di jelaskan dalam pasal 4 UU No. 1 tahun 1974 yang

merupakan syarat alternatif, yaitu: 1). Istri tidak dapat menjakankan

kewajibannya, 2). Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak

dapat disembuhkan, 3). Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Kemudian dalam pasal 5 ayat 1 UU perkawinan, mengenai

persyaratan kumulatif poligami yaitu: 1). Adanya persetujuan dari

istri, 2). Adanya jaminan nafkah dan keperluan hidup untuk istri dan

anak-anak mereka, 3). Suami harus berlaku adil terhadap istri dan

anak-anak mereka.

Berkaitan dengan pasal 4 dan 5 UU perkawinan untuk

membedakan persyaratan tersebut, pada pasal 4 disebut dengan

persyaratan alternatif yang artinya salah satu dari alasan persyaratan

26

Fatimah Zuhrah, “Problematika Hukum Poligami di Indonesia (Analisis

Terhadap UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI”, Jurnal Al-Usrah, V, 1 (t. tb, 2017), h. 31. 27

Pasal 3 ayat 1, UU No. 1 Tahun !974. Tentang perkawinan.

Page 63: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

50

tersebut harus ada jika ingin mengajukan poligami, kemudian di pasal

5 adalah persyaratan kumulatif dimana seluruh persyaratan itu harus

dapat dipenuhi suami jika ingin melakukan poligami.28

Dalam hal kewenangan perkara poligami jelaslah bahwa

melibatkan Pengadilan Agama sebagai institusi yang penting bagi

pencari keadilan bagi yang beragama Islam berwenang

mengabulkan/tidak mengizinkan permohonan izin berpoligami yang

diajukan oleh suami, sesuai dengan pasal 49 UU No. 7 Tahun 198929

dan pasal 3 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974.30

Dari semua ketentuan

yang ada dalam UU No. 1 Tahun 1974 jelaslah bahwa Indonesia tidak

menganut asas monogami tersebut, tetapi setidaknya hukum di

Indonesia tidak memberikan keleluasaan bagi para suami untuk

melakukan poligami, akan tetapi suami harus memenuhi syarat-syarat

yang ada terlebih dahulu yang ditetapkan oleh undang-undang.31

b. PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Sebagai Undang-undang, UU No 1 Tahun 1974 membutuhkan

peraturan pelaksana untuk dapat dijalankan secara baik. Peraturan

pelaksana diberikan dengan tujuan memberikan penjelasan lebih

lanjut terkait undang-undang tersebut agar tidak terjadi kerancuan

karena tidak adanya penjelasan.32

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun

1975 disebut sebagai aturan pelakssan dari UU No. 1 tahun 1974.

28

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No. 1/ 1974 sampai

KHI). (Jakarta: Kencana, 2004), h.161-164. 29

Pasal 49 ayat 1, “pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa

perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang:

perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf dan shadaqah” 30

Pasal 3 ayat 2, berbunyi “Pengadilan, dapat memberikan izin kepada seorang

suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan” 31

Ridwan Jamal, “Hukum Poligami Menurut Undang-Undang dan Fikih”, Jurnal

Al- Syari‟ah, 2, 1, (Agustus, 2004), h. 3. 32

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan 1. (Yogyakarta: Kanisius,

2007), h. 194.

Page 64: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

51

Apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang

maka ia wajib mengajukan permohonan secara bertulis kepada

pengadilan. PP No. 9 tahun 1975 mengatur tentang prosedur

berpoligami di Pengadilan Agama pada pasal 41 dinyatakan:

Setelah suami mengajukan permohonan berpoligami, kemudian

pengadilan memeriksa mengenai:

a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami

kawin lagi.

b. ada atau tidaknya persetujuan istri. Baik persetujuan lisan maupun

tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan,

persetujuan itu harus diucapkan didepan pengadilan.

c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin

keperluan hidup istri-istri dan anak-anak, dengan

memperlihatkan:

Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditanda

tangani oleh bendahara tempat kerja; atau

surat keterangan pajak penghasilan

surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.

d. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil

terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau

janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk

itu.33

Setelah itu Pengadilan akan memeriksa permohonan poligami

salambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya permohonan

tersebut,34

kemudian pengadilan harus memanggil istri pertamanya

untuk mendengarkan penjelasan dan kesaksian dalam hal izin

poligami. Dalam PP No 9 tahun 1975 juga dijelaskan ketentuan

pidana bagi pegawai pencatatan sipil dan pasangan yang ingin

berpoligami tanpa adanya izin pengadilan terlebih dahulu, terdapat

dalam pasal 45 ayat 1 butir:

a. Barang siapa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal

3, 10 ayat (3), 40 Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan

hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 7.500, (tujuh ribu lima

ratus rupiah)

33

Pasal 41, PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan dari UU No. 1 tahun 1974 34

Pasal 42, PP No. 9 tahun 1975

Page 65: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

52

b. Pegawai pencatat yang melanggar ketenutuan yang diatur dalam

pasal 6, 7, 8, 9, 10 ayat (1), 11, 13, 44 Peraturan Pemerintah

dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga)

bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 7.500 (tujuh ribu lima

ratus rupiah).35

c. PP No. 10 Tahun 1983 Perubahan PP No. 45 Tahun 1990

Selain aturan poligami yang terdapat pada aturan UU No. 1 Tahun

1974 dan PP No. 9 Tahun 1975, perkawinan poligami tidak hanya

dilakukan oleh masyarakat tetapi terdapat juga dilakukan oleh aparat

negeri sipil, militer, dan pejabat negara. Hanya saja bagi mereka yang

berstatus PNS mempunyai aturan khusus yang harus ditaati. Peraturan

tersebut terdapat dalam aturan khusus Peraturan Pemerintah No. 10

Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai

negeri sipil sebagaimana yang juga telah diubah dalam PP No. 45

Tahun 1990, di dalam aturan tersebut sudah terdapat tata cara,

prosedur, syarat-syarat, dan prakteknya tentang perkawinan dan

poligami, juga dalam aturan tersebut terdapat sanksi administrasi yang

diberikan dalam melakukan poligami.36

Latar belakang di berlakukannya PP No. 10 Tahun 1983, adalah

karena PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi

masyarakat seharusnya menjadi contoh yang baik dalam hal tingkah

laku, tindakan, dan taat kepada peraturan yang berlaku. Selain itu,

dalam melaksanakan tugasnya PNS tidak boleh terganggu dalam

urusan rumah tangganya dalam melakukan tugasnya sebagai pegawai

negeri, maksud dari tidak boleh terganggu dalam urusan rumah tangga

adalah masalah perizinan perkawinan poligami dan perceraian.37

35

PP No. 9 tahun 1975, Aturan pelaksanaan dari UU No. 1 tahun 1974, Pasal 45

Ayat 1 butir: A dan B. 36

Badrudin, “Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil (Studi Pendapat JudexFactie

Pengadilan Agama Kota Malang)” (Central Library: Tesis, UIN Malang, 2013), h. 32, t.d. 37

Hamka Siregar, Kontroversi Poligami di Kalangan PNS Tinjauan Kritis dalam

Prespektif Fiqh, (Pontianak: TOP Indonesia, 2015), h. 45

Page 66: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

53

Dalam PP No. 10 Tahun 1983 aturan poligami diatur dalam pasal

4, 5, 10, 11, 15, 16, dan 17. Disebutkan dalam pasal 4:

1. Pegawai Negeri sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang

wajib memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat.

2. Pegawai Negeri sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri

kedua/ketiga/keempat dari Pegawai Negeri Sipil

3. Pegawai Negeri sipil wanita tidak di izinkan menjadi istri

kedua/ketiga/keempat dari bukan pegawai negeri sipil, wajib

memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat.

4. Permintaan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan secara

tertulis

5. Dalam surat permintaan izin sebagaiman dimaksud dalam ayat

(4). Harus dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari

permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang atau untuk

menjadi istri kedua, ketiga, keempat.38

Kemudian dalam pasal 5 disebutkan mengenai prosedur pengajuan

izin berpoligami kepada pejabat atau atasan untuk memberikan

pertimbangan dan memproses perizinannya selambat-lambatnya 3

bulan terhitung mulai adanya pengajuan izin tersebut.39

Dalam

persyaratan untuk berpoligami di pasal 10 disebutkan:

1. Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh

pejabat apabila memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat

alternatif dan ketiga syarat komulatif sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (2) dan ayat (3)

2. Syarat alternatif sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)

ialah:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri

b. Istri mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

3. Syarat kumulatif sebagaimana yang dimaksud dalam pasal (1)

ialah:

a. Ada persetujuan tertulis dari istri

b. Pegawai Negeri Sipil pria mempunyai penghasilan yang

cukup untuk membiayai lebih dari seorang istri dan anak-

anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak

penghasilan

38

Pasal 4 ayat 1, 2, 3, 4, 5, PP No. 10 tahun 1983. tentang izin perkawinan dan

perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. 39

Pasal 5 ayat 2, PP No. 10 tahun 1983.

Page 67: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

54

c. Ada jaminan tertulis dari Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan bahwa ia dapat berlaku adil terhadap istri-istri

dan anak-anaknya.

4. Izin untuk beristri lebih dari seorang tidak diberikan oleh pejabat

apabila:

a. Bertentangan dengan ajaran/ peraturan agama yang dianut

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

b. Tidak memenuhi syarat alternative sebagaimana yang

dimaksud dalam ayat (2) dan (3)

c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

d. Alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat

dan atau ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas

kedinasan.40

Kemudian dalam pasal 15 hanya disebutkan mengenai teguran

pertama bagi PNS yang melakukan poligami tanpa melalui

perkawinan sah atau yang tidak dicatatkan dan tidak ada izin poligami

terhadap pejabat atasannya41

, selanjutnya dalam pasal 16 jika PNS

yang melanggar pasal 3 ayat (1) dan pasal 4 ayat (1), (2), (3) akan

dijatuhi hukuman yaitu pemecatan,42

kemudian dalam pasal 17 hanya

disebutkan bagi PNS yang melanggar pasal 15 dan telah ditegur

berkali-kali oleh atasannya maka juga akan dipecat.43

Sedangkan pada PP No. 45 tahun 1990 diterbitkan pada tanggal 6

September 1990. Pasal ini dibuat hanya untuk memperkuat PP No. 10

tahun 1983, tetapi pada dasarnya PP No. 45 tahun 1990 yang isi nya

sama saja dengan PP No. 10 tahun 1983 hanya saja perbedaan disini

di dalam pasal 4 bagi pegawai negeri sipil wanita tidak diizinkan

untuk menjadi istri kedua/ketiga/ dan keempat.44

Yang artinya bagi

PNS wanita dilarang sama sekali untuk menjadi istri yang dipoligami,

hal ini juga dianggap memperlemah PNS wanita karena melarang

40

Pasal 10 ayat 1, 2, 3, 4, PP No. 10 tahun 1983. 41

Pasal 15 ayat 2, PP No. 10 Tahun 1983. 42

Pasal 16 PP No. 10 Tahun 1983. 43

Pasal 17, PP No. 10 Tahun 1983. 44

PP No. 45 Tahun 1990. Pasal 4 ayat 2, tentang perubahan dari PP No. 10

tahun1983 izin poligami bagi PNS.

Page 68: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

55

sama sekali dipoligami sedangkan bagi PNS laki-laki masih bisa

diperbolehkan untuk berpoligami. Kemudian setelah itu pada tanggal

5 Desember 2006 presiden berencana memberlakukan kedua PP ini

untuk seluruh masyarakat, tidak hanya untuk PNS. tetapi hal itu

ditentang oleh beberapa tokoh Islam, yang kemudian presiden

memutuskan bagi masalah perkawinan dan poligami dikembalikan ke

PP dan UU yang ada yaitu merujuk UU No. 1 Tahun 1974.45

d. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) dibentuk dan disusun oleh

kehendak penguasa (political will), dalam hal ini dibentuk oleh Ketua

Mahkamah Agung bekerjasama dengan Menteri Agama (melalui surat

keputusan bersama) serta KHI ini juga mendapat dukungan dari

berbagai ormas Islam dan para ulama melihat dari berbagai unsur.

KHI merupakan hasil dari konsensus ulama nasional dan juga dari

berbagai macam golongan kemudian diberikan legislasi dari negara.

Tujuan diberlakukannya KHI adalah untuk mentransformasikan

Hukum Islam di Indonesia. Dalam hal ini yaitu hukum perdata tetapi

yang di khususkan oleh masyarakat yang menganut agama Islam.

Dalam proses pembentukan dan perumusan KHI juga merujuk pada

al-Qur‟an dan Hadits serta kitab-kitab fikih, dalam penyusunannya

KHI juga melihatg pada tatanan hukum barat, hukum adat yang

mememiliki titik temu dengan hukum Islam. Dengan demikian KHI

dapat disebut dengan merupakan suatu perwujudan hukum Islam yang

bercorak khas keindonesiaan.46

Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 atau yang disebut dengan KHI

mengatur perkara poligami diatur dalam pasal 55, 56, 57, dan 58.

45

Arifin, “Kontroversi Atas Wacana Revisi Aturan Poligami di Indonesia”

(Perpus FSH: Skripsi, UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 45, t.d. 46

Warkum sumitro dkk, Politik Hukum Islam Reposisi Eksistansi Hukum Islam

dari Masa Kerajaan Hingga Era Reformasi di Indonesia. (Malang: UB Press, 2014), h.

201.

Page 69: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

56

Dalam pasal 55 disebutkan bahwa adil adalah syarat utama untuk

mengajukan poligami, sebagaimana disebutkan:

1. Beristri lebih satu orang dalam waktu bersamaaan, terbatas hanya

sampai empat istri.

2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu

berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

3. Apabila syarat utama yang disebutkan dalam pasal (2) tidak

mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari seorang.47

Pasal 56 menjelaskan mengenai jika seseorang ingin melakukan

poligami harus ada izin terlebih dahulu dari Pengadilan dan

permohonan tersebut sesuai dengan tata cara yang diatur dalam BAB

VIII pasal 56 KHI disebutkan:

1. Suami hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin

dari Pengadilan Agama.

2. Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan

menurut pada tata cara sebagaimana diatur dalam Bab. VIII

Peraturanm Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

3. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai

kekuatan Hukum.48

Dalam pasal 57 Pengadilan Agama hanya boleh mengizinkan

kepada suami yang ingin beristri lebih dari seorang jika: (1). Istri tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, (2). Istri mendapatkan

cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. (3). Istri

tidak dapat melahirkan keturunan.49

Kemudian yang terdapat dalam pasal 58 KHI menjelaskan tentang

syarat utama suami melakukan poligami yaitu harus ada izin dahulu

dari istri pertama, jika tidak ada izin dari istri pertamanya maka suami

47

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 55 ayat (1), (2), dan (3), Tentang Beristri

Lebih Satu Orang. 48

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 56 ayat (1), (2), dan (3), Tentang Beristri

Lebih Satu Orang. 49

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 57, Tentang Beristri Lebih Satu Orang.

Page 70: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

57

tidak dapat melakukan perkawinan untuk kesekian kalinya.50

Pasal 58

menyebutkan:

1. Selain syarat utama yang disebutkan pasal 55 ayat (2) maka untuk

memperoleh izin Pengadilan Agama, harus memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan dalam pasal 5 UU No. 1 tahun 1974 yaitu:

a. Adanya persetujuan dari istri

b. Adanya kepastian bahwa suami suami dapat menjamin

kebutuhan istri-istri dan anak-anak mereka.

2. Dengan tidak mengurangi pasal 41 huruf b PP No. 9 tahun 1975,

persetujuan istri atau istri-istri dapat diberikan secara tertulis atau

dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan tertulis,

persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan istri pada

siding pengadilan agama.51

2. Peraturan Perundang-undangan Poligami di Malaysia

a. Undang-Undang Poligami di Selangor

Secara umum semua Negeri di Malaysia mempunyai peraturan

khusus masing-masing tentang praktik berpoligami di dalam Enakmen

Undang-Undang Keluarga Islam masing-masing Negeri, namun

sebelum adanya penyeragaman Akta dan Enakmen Undang-Undang

Keluarga Islam dalam aturan permohonan poligami di beberapa negeri

seperti di Perak, Terengganu, dan Klantan. Dari ketiga negeri ini

masih didapati aturan yang masing melonggarkan poligami.

Maksudnya adalah syarat utama dalam melakukan poligami hanyalah

mendapatkan kebenaran bertulis daripada Qadi atau hakim Syarie,

sedangkan syarat lain seperti kemampuan suami dari segi

keuangannya untuk menanggung semua istri dan anak-anaknya,

kemudian izin dan pandangan istri pertama tentang permohonan

poligami, serta perkawinan yang dikhususkan patut dan perlu untuk

berlaku adil terhadap semua istri, belum dijadikan prosedur poligami

di negeri tersebut.52

50

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 99. 51

Pasal 56 ayat (1) dan (2), Kompilasi Hukum Islam (KHI). 52

Najibah Mohd Zin, Siri Perkembangan Undang-Undang di Malaysia: Undang-

Undang Keluarga (Islam) Jilid 14. (Selangor: Dawama Sdn. Bhd, 2007), h.45

Page 71: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

58

Kemudian untuk wilayah persekutuan seperti Selangor, Kedah,

Pulau Pinang, Pahang, Johor, Serawak, Perlis dan Sabah, telah

mengatur permohonan poligami sebelum di luluskan yaitu dengan

beberapa syarat dalam Syeksen 23 (3) Akta 1984:53

Permohonan kepada Mahkamah mengikut cara yang ditetapkan dan

hendaklah disertai dengan suatu akuan menyatakan alasan-alasan

mengapa perkahwinan yang dicadangkan ini patut dan perlu,

pendapatan pemohon pada masa itu, butir-butir komitmennya dan

kewajiban tanggungannya, termasuk orang-orang yang akan menjadi

tanggungannya berkaitan dengan perkahwinan yang dicadangkan itu,

dan semada izin atau pandangan istri atau istri-istrinya yang sedia ada

telah diperolehi atau tidak terhadap perkahwinan yang dicadangkan

itu.”54

Setelah terjadinya penyeragaman dan perubahan Enakmen Undang-

Undang keluarga Islam. Pada tahun 2003 Selangor dan diikuti wilayah

persekutuan lainnya telah mengalami beberapa amandemen,

amandemen ini disebabkan karena kritikan NGO yang mendesak agar

Undang-undang keluarga Islam segera di amandemen karena

dianggap masih adanya celah kesewenangan para suami yang ingin

berpoligami tanpa karena berkaitan dengan nafkah istri pertama yang

masih ditelantarkan dan tidak adanya keadilan suami, hal ini lah yang

membuat Enakmen Undang-Undang keluarga Islam diamandemen

menjadi Enakmen Undang-Undang keluarga Islam 2003.55

Di Malaysia semua negeri terutama di Selangor telah mengatur

prosedur poligami, aturan mengenai poligami diatur dalam Enakmen

Keluarga Islam Selangor tahun 2003 setelah adanya perubahan dan

53

Raihanah Haji Abdullah, “Poligami di Malaysia”, Jurnal Syariah, 5, 2 (1997),

h. 171 54

Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah Persekutuan) 1984, tentang

Perkawinan, Seksyen 23 ayat (3) 55

Ana Faiza Nor dan Zulaiza Mohd Kusrin. Prosiding Persidangan Antarabangsa

Fiqh Semasa dan Perundangan Islam Undang-Undang Islam Menelursuri Globalisasi.

(Selangor: Jabatan Syariah Fakulti Pengajian Islam, 2015), h.183

Page 72: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

59

penyeregaman dari Enakmen Keluarga Islam Tahun 1984.56

Dalam

aturan poligami di Selangor jika suami ingin berpoligami haruslah

mendapatkan izin atau kebenaran dari Mahkamah secara tertulis dan

juga berlakunya izin istri setelah adanya pembaharuan EUKIS tahun

2003.57

Akta atau Enakmen Undang-undang Keluarga Islam

menganggap bahwa perkawinan poligami tanpa adanya izin atau

kebenaran dari Mahkamah dianggap sebagai suatu pelanggaran.

Karena pada praktiknya banyak suami yang berpoligami karena hanya

nafsu, kemudian ia menikah di luar Malaysia yaitu seperti di Pattani

atau perbatasan Thailand Selatan dengan Malaysia. Karena itulah

Malaysia memberi aturan ketat bahkan memberi sanksi denda RM

1000 atau kurungan 6 bulan.58

Berikut adalah prosedur dan aturan yang mengatur poligami di

Selangor dalam Enakmen Keluarga Islam Selangor Syeksen 23:

1. Tiada seorang pun lelaki semasa wujudnya suatu perkahwinan

boleh, kecuali dengan mendapat kebenaran terlebih dahulu secara

bertulis dari pada Mahkamah, membuat akad nikah perkahwinan

yang lain dengan perempuan lain”

2. Tiada perkahwinan yang diakadnikahkan tanpa kebenaran di

bawah subsyeksen (1) boleh didaftarkan di bawah Enakmen ini

melainkan jika Mahkamah berpuas hati bahawa perkahwinan

sedemikian adalah sah mengikut hukum syarak dan Mahkamah

telah memerintah supaya perkahwinan itu didaftarkan tertakluk

kepada syeksen 124.”

3. Subsyeksen (1) terpakai bagi perkahwinan dalam Negeri Selangor

seorang lelaki yang bermastautin dalam atau di luar Negeri

Selangor dan perkahwinan di luar Negeri Selangor seorang lelaki

yang bermastautin dalam Negeri Selangor.”

4. Permohonan untuk kebenaran hendaklah dikemukakan kepada

Mahkamah mengikut cara yang ditetapkan dan hendaklah disertai

dengan suatu iqrar menyatakan alasan-alasan mengapa

56

Ana Faiza Md Nor dan Zulaiza Mohd Kusrin. Prosiding Persidangan

Antarabangsa Fiqh Semasa dan Perundangan Islam Undang-Undang Islam Menelursuri

Globalisasi, h. 182. 57

Nik Noraini Nik Badli Shah, Perkahwinan dan Perceraian di Bawah Undang-

Undang Islam. (Selangor: International Law Book Services, 2012), cet. 3, h. 43-44. 58

Zaitun Mohamed Kassim, Islam dan Poligami. (Selangor: Sister in Islam,

2003), h. 7

Page 73: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

60

perkahwinan yang dicadangkan itu dikatakan patut atau perlu,

pendapatan pemohon pada masa itu, butir-butir komitmennya dan

kewajipan tanggungan kewenangannya yang patut di tentukan,

bilangan orang tanggungannya, termasuk orang yang menjadi

tanggungannya berikutan dengan perkahwinan yang di cadangkan

itu, dan sama ada izin atau pandangan istri atau istri-istrinya yang

sedia ada telah diperolehi atau tidak terhadap perkahwinannya

yang dicadangkan itu.59

Sementara itu mengenai sanksi tanpa kebenaran Mahkamah diatur

dalam Syesken 124 EUKIS

Jika seseorang lelaki berkahwin lagi di mana-mana jua pun dalam

masa perkahwinannya yang sedia ada masih berterusan tanpa

mendapat kebenaran secara bertulis terlebih dahulu daripada

Mahkamah maka dia adalah melakukan suatu kesalahan dan

hendaklah dihukum denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara

tidak melebihi enam bulan atau kedua-duanya denda dan penjara itu.60

Bagi suami yang telah berpoligami tetapi istri merasa suami tidak

adil dan hak-haknya diterlantarkan maka istri berhak menuntut kepada

Mahkamah dibawah Syeksen 129 EUKIS

Seseorang yang tidak memberi keadilan sewajarnya kepada istri-

istrinya mengikut Hukum Syarak adalah melakukan suatu kesalahan

dan hendaklah dihukum denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau

penjara tidak melebihi enam bulan atau kedua-duanya denda dan

penjara itu.61

b. Syarat-Syarat Poligami Menurut Undang-Undang Selangor

Dalam melakukan poligami terdapat syarat-syarat yang ditentukan

oleh Undang-undang Malaysia terutama di Selangor. Dalam syarat-

syarat poligami diatur dalam Syeksen 23 ayat 5, syarat ini bertujuan

untuk memastikan keadilan bagi istri-istri sesuai dengan tuntunan al-

Qur‟an.62

Sebelum adanya permohonan poligami suami harus

59

Syeksen 23 ayat 1-4., Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri

Selangor) 2003 dan Kaedah-Kaedah. 60

Syeksen 124, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor)

2003 dan Kaedah-Kaedah. 61

Syeksen 129, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor)

2003 dan Kaedah-Kaedah. 62

Raihanah Haji Abdullah, “Poligami di Malaysia”, h. 173

Page 74: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

61

memenuhi persyaratan tersebut didepan mahkamah. Syeksen 23 ayat 5

sebagai berikut:

Apabila menerima permohonan itu, mahkamah hendaklah

memanggil pemohon, istri atau istri-istrinya yang sedia ada, bakal

istri, wali kepada bakal istri, dan mana-mana orang lain yang

difikirkan oleh Mahkamah boleh memberi keterangan mengenai

perkahwinan yang dicadangkan itu supaya hadir apabila permohonan

itu didengar, yang hendaklah dilakukan dalam mahkamah tertutup,

dan mahkamah boleh memberi kebenaran yang dipohon itu jika

berpuas hati:

1. bahawa perkahwinan yang dicadangkan itu adalah patut atau

perlu, memandang kepada, antara lain, keuzuran jasmani, tidak

layak dari segi jasmani untuk persetubuhan, sengaja ingkar

mematuhi perintah untuk pemulihan hak-hak persetubuhan, atau

gila di pihak istri atau istri-istri sedia ada;

2. bahawa pemohon mempunyai kemampuan yang membolehkan

dia menanggung, sebagaimana dikehendaki oleh Hukum Syarak,

semua istri dan orang tanggungannya, termasuk orang yang akan

menjadi orang-orang tanggungannya berikutan dengan

perkahwinan yang dicadangkan itu;

3. bahawa pemohon akan berupaya memberi layanan adil kepada

semua istrinya mengikut kehendak Hukum Syarak; dan

4. bahawa perkahwinan yang dicadangkan tidak akan meyebabkan

darar syari‟e kepada istri atau istri-istri yang sedia ada.63

Oleh karena itu jika seorang suami yang ingin berpoligami haruslah

mengikuti aturan yang ada di Selangor, ia tidak boleh lari atau

mengesampingkan prosedur dan syarat yang sudah ditentukan.

Dengan adanya syarat ini tentunya tidak jauh dari aktivis wanita dan

NGO yang ada karena sebelum diaturnya syarat yang tetap untuk

Mahkamah, terkadang Mahkamah dalam memutuskan banyak

perbedaan mengenai syarat yang layak dan hakim terkadang

membenarkan alasan-alasan tertentu dalam ijtihadnya dan tidak

membenarkan alasan-alasan tertentu. Oleh karena itu EUKIS tahun

63

Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor) 2003 dan

Kaedah-Kaedah, tentang Prosedur poligami dan Syarat Poligami, Syeksen 23 ayat 5

butir a, b, c, dan d

Page 75: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

62

2003 menetapkan syarat yang ketat dalam melakukan permohonan

poligami.64

64

Noraziah Ali Jawiah Dakir, Isu-isu Wanita di Malaysia, h. 208

Page 76: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

63

BAB IV

KOMPARASI PENERAPAN SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DI

INDONESIA DAN MALAYSIA

A. Prosedur dan Praktik Poligami di Indonesia dan Malaysia

1. Prosedur dan Praktik Poligami di Indonesia

Dalam Undang-undang perkawinan jelas disebutkan bahwa Indonesia

menganut asas monogami sesuai dengan pasal 3 UU perkawinan, tetapi

Indonesia tidak sepenuhnya menganut asas monogami, karena Indonesia

juga negara yang pluralisme yang menganut asas ketuhanan dalam

ideologi Pancasila. Karena Mayoritas orang Indonesia beragama Islam,

maka agama juga berpengaruh dalam kondisi dan tata hukum di

Indonesia, karena hukum di Indonesia juga mengadopsi hukum yang ada

di al-Qur‟an yaitu syari‟at Islam, salah satu ajaran Islam yang terdapat

dalam al-Qur‟an yaitu poligami yang terdapat dalam Q.S. al-Nisȃ (4):3.

Secara ringkas sebenarnya perkawinan poligami tidak dianjurkan oleh al-

Qur‟an karena al-Qur‟an hanya menghendaki perkawinan monogami,

mengingat bahwa seorang suami yang beristri lebih dari satu

dikhawatirkan tidak akan dapat berbuat adil. Allah SWT membolehkan

poligami tentunya harus memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk

syarat dapat berbuat adil.1

Di Indonesia dalam prosedur mengajukan poligami di Pengadilan,

suami harus memenuhi beberapa syarat kumulatif dan alternatif dan juga

harus menjelaskan beberapa alasan-alasan ia ingin berpoligami, dan

syarat kumulatif seperti: persetujuan istri, adanya jaminan nafkah suami

kepada istri dan anak-anaknya, Adanya jaminan suami dapat berlaku

adil.2 Kemudian syarat alternatif yang harus dipenuhi seperti: Istri tidak

1 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di

Indonesia, (Jakarta: SInar Grafika, 2006), h. 266 2 Pasal 5 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974

Page 77: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

64

dapat menjalankan kewajibannya, istri mendapat cacat atau penyakit

yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan.3

Lebih lanjut Beni Ahmad Saebani menjelaskan pasal 4 ayat 2

mengenai istri tidak dapat menjalankan kewajibannya dalam hal poligami

karena makna ini hampir mendekati alasan untuk dibolehkannya

menceraikan istri, kata “tidak tepat” kurang tepat diartikan sebagai “tidak

mau melaksanakan kewajibannya sebagai istri”. Maksudnya adalah

kalimat “tidak tepat” didalam pasal ini diartikan sebagai istri yang

terganggu fisik dan batinnya atau karena sebab lain, bukan karena sebab

disengaja atau direncanakan, sehingga kewajibannya tidak dapat

dilaksanakan.

Begitu juga alasan selanjutnya yang disebutkan dalam pasal 4 yaitu

istri mendapat cacat atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, yang

semata-mata maksudnya adalah penyakit ini datangnya dari kehendak

Allah bukan disengaja atau direncanakan.4 Dalam hal ini istri terjebak

dalam kondisi dilematis, yaitu istri terjebak dalam dua pilihan antara

mengakhiri perkawinannya (bercerai) jika tidak distujui poligaminya atau

mempertahankan rumah tangganya sedangkan suami menginginkan

keturunan dengan cara poligami.

Kemudian pasal 41 PP No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU

No. 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa untuk melindungi istri yang sakit

dan juga istri yang tidak dapat melahirkan keturunan suami harus

memberikan jaminan bahwa ia akan berlaku adil dibuktikan dengan surat

pernyataan dan pernjanjian bahwa dia tidak pilih kasih terhadap istri-

istrinya, dan juga suami harus memenuhi semua kebutuhan istri-istri nya

dengan cara pembuktian kepada pengadilan tentang surat penghasilan

3 Pasal 4 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, Syarat-Syarat Berpoligami

4 Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-Undang

(Prespektif Fiqh dan UU No 1/1974 Tentang Poligami dan Problematikanya, (Bandung:

Pustaka Setia, 2008), h. 67

Page 78: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

65

suami, surat pajak suami, surat aset-aset yang dimiliki suami harus di

perlihatkan di pengadilan.5

Setelah syarat-syarat itu dipenuhi kemudian Pengadilan Agama akan

memeriksa berkas permohonan poligami tentunya disertai dengan izin

istri baik lisan maupun tulisan, pengadilan memeriksa berkas

permohonan 30 hari setelah diterimanya surat permohonan poligami

tersebut. Setelah memeriksa permohonan tersebut Pengadilan Agama

akan memanggil pihak-pihak yang terkait yaitu istri pertamanya untuk

dimintai keterangan secara lisan dihadapan pengadilan, apakah istri

mengizinkan suaminya untuk berpoligami atau tidak. Setelah

mendengarkan keterangan istri-istri yang bersangkutan. Apabila

pengadilan berpendapat bahwa alasan yang di katakana suami cukup dan

memenuhi syarat serta mendatangkan maslahat, maka Pengadilan Agama

akan mengabulkan dan memberikan izin untuk beristri lebih dari seorang.

Apabila suami melanggar ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU

perkawinan dan tidak melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan

oleh Pengadilan Agama melalui surat pernyataan. Maka akan dikenakan

denda stinggi-tingginya Rp.7.500,00. Untuk pegawai pencatatan nikah

yang melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan juga denda yang

sama. Jadi sanksi ini termasuk dalam ketentuan tindak pidana

pelanggaran.6

Untuk prosedur pengajuan poligami bagi PNS mengenai aturannya

sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Pada prinsipnya bagi PNS yang

ingin berpoligami harus mengikuti aturan PP No. 10 Tahun 1983 dan

juga PP No. 45 Tahun 1990 tentang perubahan PP No. 10 Tahun 1983.

Sebenarnya antara PP No 10 Tahun 1983 dan PP No. 45 Tahun 1990

tidak ada perubahan dalam ketentuan izin poligami bagi PNS, akan tetapi

5 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga. (Bandung: Pustaka Setia, 2011),

h. 250. 6 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (jakara:

Prenada Media Group, 2006), h. 23-24

Page 79: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

66

perubahan pada PP No. 45 Tahun 1990 mengatur lebih tegas bagi PNS

perempuan untuk tidak dipoligami, untuk tidak dijadikan istri kedua,

ketiga, dan keempat. Sedangkan PP No. 10 Tahun 1983 PNS perempuan

masih diperbolehkan untuk dipoligami tentunya dengan syarat yang ketat

juga.

Bagi PNS yang ingin mengajukan poligami dalam PP No, 10 Tahun

1983 sudah disebutkan yaitu harus ada izin terlebih dahulu dari pejabat

yang bersangkutan, dan juga harus memenuhi syarat alternatif dan

kumulatif. Syarat alternatif yang diatur bagi PNS hampir sama dengan

Undang-undang perkawinan UU No. 1 Tahun 1974, yaitu; (1) istri tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri; (2) Istri mengalami cacat

badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; (3) Istri tidak dapat

melahirkan keturunan. Untuk syarat kumulatif nya adalah; (1)

persetujuan tertulis dari istri; (2) PNS laki-laki harus memliki

penghasilan yang cukup untuk untuk membiayai istri-istri dan anak-

anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak; (3) dan jaminan

tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia harus berlaku adil terhadap

istri-istri dan anak-anaknya. Semua syarat itu harus dipenuhi untuk

mengajukan perizinan poligami kepada pejabat yang bersangkutan.

Tentunya pejabat yang bersangkutan juga harus memberikan

pertimbangannya setelah menerima permohonan izin, terhitung selambat-

lambatnya tiga bulan setelah ia menerima permohonan izin tersebut.7

PNS yang hendak menghantarkan surat permohonan izin poligami

tersebut harus sampai pada Bupati melalui kantor Badan Kepegawaian

Daerah (BKD), BKD akan memeriksa surat tersebut dan identitas si

pemohon kemudian BKD akan meninjau langsung keadaan si pemohon

PNS, kemudian menanyakan juga kepada warga atau tetangga di

lingkungan PNS tinggal tersebut guna mengumpulkan data-data tentang

7 Jaih Mubarok, Pembaruan Hukum Perkawinan di Indonesia. (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 157-158

Page 80: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

67

kehidupannya sehari di masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan.

Setelah mengumpulkan data BKD akan melakukan mediasi juga terhadap

si pemohon beserta istri pertama dan calon istri keduanya untuk

menjelaskan resiko-resiko yang harus dihadapi pada saat menjalin

kehidupan poligami agar pada saat suami berpoligami tidak melalaikan

tugas-tugasnya sebagai PNS, menjelaskan hak-hak yang didapat pada

istri pertama dan kedua, dan suami harus berlaku adil.

Setelah meminta permohonan izin kepada pejabat terkait dalam hal ini

BKD akan meneruskan permohonan poligami tersebut ke Pengadilan

Agama, kemudian Pengadilan Agama akan diproses kembali dan

disidangkan di muka Pengadilan. Pada praktiknya hakim dalam

menyelesaikan perkara ini tidak akan memandang status jabatan

pemohon sebagai PNS, tidak juga memakai PP No. 45 Tahun 1990

karena aturan tersebut bukan termasuk hukum acara dan hukum materiil

di Pengadilan Agama. PP tersebut berhubungan langsung PNS dengan

pemerintah. Pengadilan Agama tetap menggunakan sumber hukum UU

No. 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975 aturan pelaksanaan dari UU

perkawinan, KHI, dan sumber hukum lainnya. Hakim dalam memutus

perkara juga tidak hanya melihat syarat-alternatif dan kumulatif yang ada

di PP No. 45 Tahun 1990, KHI, dan UU perkawinan. Jadi hakim akan

melihat pertimbangan keadilan lainnya dengan melihat kedepan apakah

akan menimbulkan madharat atau akan menimbulkan manfaat yang besar

bagi istri pertama dan calon istri keduanya sehingga akan muncul

keadilan bagi pernikahan poligami.8

2. Prosedur dan Praktik Poligami di Selangor

Dalam perkembangannya menurut Mohd Norshusairi sebenarnya

Malaysia sudah memberlakukan poligami yang mengharuskan seseorang

yang berpoligami harus melalui izin dari Mahkamah sejak tahun 1990,

8 Eko Wahyu Budiharjo, “Praktik Poligami PNS Ditinjau dari Sistem Hukum

Perkawinan”, Pandecta, 8, 1 (Januari, 2013), h. 70-71

Page 81: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

68

karena pada masa itu raja-raja di Malaysia sudah melakukan poligami

dan poligami sudah mulai marak. Regulasi ini dibuat karena sebelumnya

praktik poligami banyak menuai protes di kalangan wanita beserta NGO

mereka berpandangan bahwa poligami haruslah dibuat aturan yang ketat

agar tidak menimbulkan madharat kepada kaum wanita. Oleh karena itu

poligami perlu diatur yang tujuannya supaya orang tidak

menyalahgunakan praktik poligami sehingga menyebabkan mudharat dan

menagkibatkan terabaikannya hak-hak perempuan dan anak.9

Dalam banyak kasus-kasus poligami di Malaysia pada umumnya

mempunyai kemampuan lebih untuk melakukan praktik poligami tetapi

tidak di dalam Negeri Malaysia, mereka yang melakukan poligami secara

diam-diam biasanya di luar negeri Malaysia. Karena mereka menganggap

jika melakukan poligami di dalam Negeri Malaysia prosesnya lebih lama

dan rumit sehingga banyak dari mereka memilih berpoligami di luar

negeri Malaysia. Biasanya mereka memilih mendaftarkannya di di

Thailand Pattaya perbatasan Negeri Klantan dengan Thailand.10

Banyaknya kasus poligami liar di Malaysia dengan dalih prosedur

poligaminya yang sangat rumit sehingga mereka banyak melakukan

poligami di luar negeri salah satunya di Pattani Thailand, hal ini

dianggap suatu kesalahan atau pelanggaran karena tidak mematuhi

prosedur dan dapat dikenakan sanksi. Oleh karena itu Malaysia mengatur

prosedur, aturan dan sanksi dalam Akta Undang-Undang Keluarga Islam

Wilayah Persekutuan di setiap Negeri di Syeksen 23. Walaupun dalam

Setiap Negeri berbeda dalam aturannya tetapi Setiap Negeri merujuk

pada Akta Persekutuan Undang-Undang Keluarga Islam. Seperti halnya

di Negeri Selangor dalam Akta Persekutuan tersebut diatur lebih rinci

9 Mohd Norshusairi, Dosen Academy of Islamic Studies University of Malaya,

Interview Pribadi, Selangor, 25 Oktober 2018

10 Irwan Bin Mohd Subri, Dosen Fakulti Syariah Universiti Sains Islam Malaysia,

Interview Pribadi, Selangor, 23 Oktober 2018

Page 82: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

69

diatur lagi di dalam Enakmen Keluarga Islam Negeri Selangor di

Syeksen 23.11

Dalam prosedur mengajukan poligami pada dasarnya di Setiap Negeri

di Malaysia harus terlebih dahulu mendapatkan izin atau kebenaran

bertulis melalui Mahkamah. Begitu juga di Negeri Selangor, penulis

menemukan data bagi pemohon berpoligami harus terlebih dahulu

melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai berikut:

1. Surat Permohonan (Borang Ms 3) dan Afidavit

2. Salinan kartu identitas/ passport

3. Salinan Surat pengesahan dari atasan bagi anggota polisi/ tentara

4. Surat pengakuan nikah/ surat nikah

5. Akte kelahiran anak

6. Surat dokumen harta

7. Kemudian surat kelahiran/ akte kelahiran pemohon 2 (calon istri

kedua)

8. Salinan surat identitas Nikah wali (bapak) dari pemohon 2

9. Salinan surat cerai dari pemohon 2 jika pernah bercerai

10. Salinan surat kematian suami dari pemohon 2 jika pernah menikah

sebelumnya

11. Salinan surat Pengakuan Nikah jika menikah di Luar Negeri

12. Salinan surat pengesahan dari kedutaan atau konsulat

13. Salinan dokumen berkaitan lafadz Ta‟liq untuk pernikahan luar

Negeri

14. Salinan surat pengesahan dari Pejabat Agama Islam (JAIS)

15. Salinan tanda terima bayaran denda (jika ada dari Mahkamah

Rendah)

16. Mengisi borang MS 27 yaitu pernyataan tertulis dan sumpah tentang

pertanggung jawaban suami yang berpoligami.

11

Mohd Norshusairi, Dosen Academy of Islamic Studies University of Malaya,

Interview Pribadi, Selangor, 25 Oktober 2018

Page 83: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

70

Setelah mengumpulkan dokumen kemudian mengisi borang yang

dijelaskan diatas juga harus disertai pengakuan mengenai alasan

perkawinan poligami yang dikatakan patut atau perlu, dan menyertai

surat pendapatan pemohon, beserta komitmen-komitmennya dan syarat-

syarat yang telah disebutkan. Terutama syarat khusus yaitu persetujuan

pembagian harta bersama antara suami dengan istri pertama. Setelah

semua dokumen lengkap dan Mahkamah sudah mempelajari dokumen

tersebut. Kemudian Mahkamah akan memanggil suami, istri pertama,

istri kedua, dan para wali dari istri pertama dan kedua untuk wajib

menghadiri sidang. Setelah dipersidangan hakim akan bertanya kepada

istri pertama apakah setuju atau tidak? kemudian apa yang diminta, dan

hakim juga akan tanya bagaimana kondisi keuangan, pendapatannya dari

mana, berapa pendapatan yang akan diberikan kepada istri pertama dan

kedua dan anak-anaknya. Hakim terus akan bertanya sampai detail

hingga semua pihak setuju dan menandatangani surat pembagian harta

bersama, suami juga harus menandatangani surat pertanggung jawaban

untuk berbuat adil. 12

B. Penerapan Sanksi Poligami dalam Regulasi di Indonesia dan Malaysia

1. Penerapan Sanksi Poligami di Pengadilan Agama

Poligami di Indonesia merupakan perkara yang kontentius yaitu

perlunya izin poligami bagi seorang suami yang ingin menikah lagi harus

melalui Pengadilan Agama kemudian perkara poligami juga mendudukan

istri yang di poligami atau istri pertamanya sebagai pihak dalam hukum

acara Pengadilan Agama.13

Banyak praktik poligami dijadikan alat yang tidak tepat untuk

mengumbar hawa nafsu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,

dan sering kali menjadi penyebab perkara rumah tangga, sehingga tidak

12

Nenney Shushaidah Binti Shamsuddin, Hakim Mahkamah Tinggi Syariah

Selangor, Interview Pribadi, 7 Desember 2018. 13

Hakim Naim, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Interview Pribadi,

Jakarta, 12 Juni 2019.

Page 84: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

71

jarang di Indonesia banyak ditemukan kasus poligami, salah satunya

yang menyebabkan keluarga jadi berantakan, anak-anak menjadi korban

broken home, dan seringkali berakhir perceraian. Wanita dan anak-anak

sering menjadikan pihak yang dirugikan. Hal ini menjadikan praktik

poligami liar, yang seharusnya agama tidak melegitimsi perbuatan laki-

laki yang tidak bertanggung jawab. Poligami liar biasanya dilakukan

secara diam-diam tanpa adanya izin dan sepengetahuan dari istri dan

tentunya tidak melewati prosedur yang disebutkan UU perkawinan yaitu

tanpa adanya izin dari Pengadilan.

Untuk itu perlu adanya perlindungan hukum dan menurut penulis

perlu adanya sanksi untuk meminimalisir maraknya poligami liar

dikalangan masyarakat, yang mendasari hal ini yaitu UU perkawinan

untuk melindungi kaum hawa dan anak-anak.14

Menurut hakim Naim selaku hakim di Pengadilan Agama Jakarta

Pusat menjelaskan bahwasannya sanksi poligami di Indonesia adalah

sanksi yang bersifat moril karena pada praktiknya seseorang yang

melakukan poligami liar akan menanggung resiko yang berdampak pada

anak atau keturunannya dari hasil poligami liar, karena anak dari hasil

poligami liar tidak akan mendapatkan perlindungan hukum dari negara

dan tidak terdaftar sebagai warga negara karena dia tidak mempunyai

akte kelahiran sehingga akan berdampak pada identitasnya serta pada

kedudukannya sebagai ahli waris dari kedua orang tuanya.

Selama ini juga dalam beracara Pengadilan Agama tidak menerapkan

sanksi denda dan pidana karena dalam hal ini lembaga Pengadilan

Agama bukanlah sebagai pelaksana putusan tetapi Pengadilan hanya

memutuskan perkara izin poligami berdasarkan syarat kumulatif dan

alternatif yang terdapat pada pasal 3 dan 4. Pengadilan Agama juga

dalam hal ini bersifat pasif karena Pengadilan bukan yang mencari-cari

14

Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasionali, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press, 2011), h. 157

Page 85: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

72

perkara diluar Pengadilan, Pengadilan hanya menerapkan menerima

perkara yang diajukan ke Pengadilan.15

Lebih lanjut, UU No. 1 Tahun 1974 dalam pelaksanaannya yang

diatur dalam PP No. 9 Tahun 1975 sanksi bagi seseorang yang

melakukan poligami liar diatur dalam Bab IX tentang ketentuan pidana di

pasal 45 hanya dikenakan sanksi berupa denda Rp. 7500. Tentunya jika

diselaraskan pada masa sekarang denda tersebut sangatlah ringan bagi

seseorang yang melakukan poligami liar didalam UU perkawinan, tetapi

di dalam KUHP juga terdapat sanksi bagi poligami liar dengan

menetapkan ancaman penjara 5 tahun bila seseorang menyembunyikan

fakta bahwa perkawinan pertamanya bisa menjadi penghalang

perkawinan kedua dan seterusnya, aturan ini terdapat dalam pasal 279

KUHP.16

Menurut Hakim aturan ini dijalankan jika memang seorang istri

melaporkan poligami liar tersebut kepada kepolisian dan menjadi delik

aduan tetapi pada kenyataannya mereka tidak berani melaporkannya

karena menganggap bahwa perkara ini adalah aib keluarga sehingga tidak

melaporkannya. Jika sudah terkait dengan delik aduan maka perkara ini

juga bukan lagi kewenangan Pengadilan Agama tetapi Pengadilan Umum

karena termasuk dalam delik aduan dan menyumbunyikan fakta

perkawinan.17

Bagi PNS sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya bahwa PNS yang melakukan poligami tetapi tidak

mendapatkan persetujuan dari atasannya dan juga terutama istrinya akan

dikenakan sanksi sesuai PP No. 45 Tahun 1990 sanksi yang diberikan

adalah pelanggaran terhadap disiplin pegawai bukan sanksi pidana. Sama

15

Hakim Naim, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Interview Pribadi,

Jakarta, 12 Juni 2019. 16

Liana Kushidayanti, “Perempuan dan Isu Poligami di Indonesia”, Yudisia, 9, 2,

(Juli, 2018), h. 285 17

Hakim Naim, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Interview Pribadi,

Jakarta, 12 Juni 2019.

Page 86: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

73

halnya dengan UU perkawinan sanksi tersebut hanya sekedar sanksi

administratif, hal ini dijelaskan pada pasal 15 ayat 1, PNS yang

melanggar tidak melaporkan perceraian dalam jangka waktu selambat-

lambatnya satu bulan terhitung mulai terjadinya perceraian, dan tidak

melaporkan perkawinan kedua, ketiga, atau keempat dalam jangka waktu

selambat-lambatnya satu tahun terhitung sejak perkawinan itu

dilangsungkan, dijatuhi dengan hukuman disiplin berat berdasarkan PP

No. 30 Tahun 1980 tentang peraturan disiplin PNS, kemudian

selanjutnya di ayat 2 bagi PNS yang melanggar pasal 4 ayat 2 yaitu bagi

PNS perempuan dijadikan istri kedua, ketiga atau keempat mendapatkan

sanksi disiplin pemberhentian dengan tidak hormat. 18

Tetapi dalam praktiknya di Pengadilan Agama sanksi bagi PNS

tersebut bukanlah juga kewenangan dari Pengadilan Agama, karena

Pengadilan Agama hanya berwenang menangani dan memeriksa perkara

perkawinan, perceraian, hadhanah, waris, wakaf, zakat, hibah, ekonomi

syariah sesuai dengan pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 bukan bertugas

memberi sanksi bagi PNS dan juga sesuai dengan asas personalitas

keIslaman bahwa Pengadilan Agama hanya menangani perkara orang-

orang Islam, jadi jika ada PNS yang ingin izin poligami atau ingin

mengesahkan isbat nikah poligami maka Pengadilan Agama berhak

memeriksa perkara tersebut, jika terbukti bahwa PNS tersebut melakukan

poligami liar maka Pengadilan Agama akan menolak izin atau isbat

poligami tersebut dan selanjutnya Pengadilan Agama akan melaporkan

perkara tersebut kepada atasannya untuk selanjutnya yang memberikan

sanksinya adalah atasannya.19

Dalam kaitannya sanksi displin PNS yang diatur dalam PP No. 30

Tahun 1980 sudah diubah menjadi PP No. 53 Tahun 2010. Penulis

18

Haryani Sulistyowati, “Efektifitas Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 45

Tahun 1990 Tentang Perkawinan dan perceraian Terhadap Perkawinan Poligami Bagi

PNS”, Hukum dan Dinamika Masyarakat, 14, 1, (Oktober, 2016), h.83 19

Hakim Naim, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Interview Pribadi,

Jakarta, 12 Juni 2019

Page 87: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

74

melihat dalam PP No. 53 Tahun 2010 mengenai sanksi disiplin PNS. Ada

tiga tahapan jenis hukuman (1) Hukuman disiplin ringan (2) Hukuman

disiplin sedang (3) Hukuman disiplin berat. Pada jenis Hukuman ringan

yaitu; (1) Teguran lisan, (2) Teguran tertulis, (3) dan pernyataan tidak

puas secara tertulis; Sedangkan pada hukuman disiplin memuat; (1)

Penundaan kenaikan gaji, (2) Penurunan gaji berkala, (3) dan penundaan

kenaikan pangkat. Dan untuk hukuman pelanggaran berat; (1) Penurunan

tingkat pangkat, (2) Pembebasan dari jabatan, dan (3) Pemberhentian

dengan tidak hormat.20

Lebih lanjut penulis akan memaparkan beberapa putusan yang penulis

dapat dari putusan Mahkamah Agung untuk Pengadilan Agama yang

berhubungan dengan poligami atau istbat nikah poligami dari pernikahan

sirri tanpa adanya izin dahulu dari istri dan Pengadilan.

1. Kasus Pertama Isbat Poligami di Pengadilan Agama Luwuk

No. 84/Pdt.P/2018/PA.Lwk. Dengan duduk Ramli Pakaya bin Masri

Pakaya Sebagai suami yang bekerja sebagai PNS, berstatus duda,

menjadi Pemohon 1. Kemudian Rismawati Djahum binti Ariyanto

sebagai istri sirri pemohon 1 sebagai ibu rumah tangga berstatus

perawan. Mereka ingin mengajukan permohonan isbat nikah agar

disahkan oleh Pengadilan. Selama pernikahan yang telah terjadi pada 7

Februari 2012 mereka melangsukan pernikahan secara Islam yang

dinikahkan oleh seorang imam desa bernama Wahab Dani, dan dari

pernikahan tersebut sudah dikaruniai 1 orang anak laki-laki. Tetapi saat

terjadinya pernikahan antara pemohon 1 dan 2, pemohon 1 pada saat itu

masih terikat perkawinan dengan perempuan lain walaupun mereka telah

bercerai resmi pada tahun 2017, sedangkan pemohon 1 dan 2 sudah

melangsungkan pernikahan pada tahun 2012.

20

Haryani Sulistyowati, “Efektifitas Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 45

Tahun 1990 Tentang Perkawinan dan perceraian Terhadap Perkawinan Poligami Bagi

PNS”, h.85.

Page 88: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

75

Dalam hal ini hakim berpendapat melihat bukti yang terjadi antara

pemohon 1 dan 2 yang mengajukan isbat nikah pada saat terjadinya

pernikahan pemohon 1 dan 2 tidak dilaksanakan dihadapan Pegawai

Pencatatan Nikah sehingga tidak memiliki buku nikah, kemudian saat

terjadinya pernikahan antara pemohon 1 dan 2, pemohon 1 masih

berstatus menjadi suami dari istri orang lain walaupun pada tahun 2017

mereka baru bercerai resmi tetapi dalam melangsungkan perkawinannya

pemohon 1 tidak meminta izin dari istri dan Pengadilan sehingga

menganggap pemohon 1 sudah melakukan poligami liar. Sehingga

melanggar pasal 40 PP No. 9 Tahun 1975 dan permohonan itsbat tersebut

ditolak oleh Pengadilan Agama.

2. Kasus Kedua Isbat Poligami di Pengadilan Agama Sukabumi

Sampai dengan Banding di Pengadilan Tinggi Agama Bandung

Di tingkat pertama dengan putusan No. 0067/Pdt.G/2017/PA.Smi.

tentang duduknya perkara Pemohon 1 sebagai suami, Pemohon 2 yang

masih mahasiswa sebagai istri kedua dari Pemohon 1, dan Termohon

sebagai istri pertama dari pemohon 1. Pemohon 1 dan Pemohon 2 telah

melakukan perkawinan sirri pada tanggal 19 Oktober 2012 dan tidak

tercatat di KUA, sebelum melakukan perkawinan Pemohon 1 sudah

mempunyai hubungan khusus dengan pemohon 2, dan Pemohon 2 telah

hamil diluar nikah dengan pemohon 1. Kemudian Pemohon 1 berniat

menikahi Pemohon 2 tetapi karena Pemohon 1 tahu bahwa harus

melakukan izin poligami kepada Termohon terlebih dahulu. Kemudian

Pemohon 1 memberitahukan kepada Termohon dengan membawa

Pemohon 2 yang sedang hamil sekitar 4 bulan kepada Termohon,

bermaksud untuk meminta izin poligami karena Pemohon 1 telah

menghamili Pemohon 2. Akhirnya dengan terpakasa Termohon

mengizinkannya. Sebelumnya Pemohon 1 dengan termohon sudah

melakukan perkawinan pada 11 Maret 1995.

Kemudian dalam hal ini hakim berpendapat meskipun sudah terdapat

izin dari Termohon karena terpaksa dengan keadaan melihat Pemohon 2

Page 89: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

76

sudah hamil terlebih dahulu dan Termohon hadir dalam memberikan

kesaksian izin poligami di depan hakim, hakim memandang pernikahan

yang dilakukan Pemohon 1 dan 2 tidak mendapatkan izin Pengadilan

terlebih dahulu, dan mereka baru mengajukan isbat pada tahun 2017.

Hakim melihat juga berdasarkan fakta hukum bahwa Pemohon 1 dan 2

telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan sebagaimana pasal 6 UU

No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan Jo pasal 14 KHI, akan tetapi pada

saat perkawinan dilangsungkan status pemohon 1 ternyata masih terikat

perkawinan dengan Termohon selaku istri sahnya. Majelis Hakim

menilai pernikahan yang diisbatkan telah melanggar Pasal 9 UU No. 1

tahun 1974 dan permohonan Pemohon harus di tolak berdasarkan dengan

putusan MARI No. 02 K/AG/2001 tanggal 29 Agustus 2002, bahwa

suatu perkawina yang dilakukan oleh seseorang yang telah mempunyai

istri, seyogyanya harus disertai izin Pengadilan Agama sebagaimana

Pasal 3, 9, 24 dan 25 UU No. 1 tahun 1974. Sehingga perkara ini ditolak.

Sedangkan di tingkat keduanya dengan putusan No.

0142/Pdt.G/2017/PTA.Bdg menurut pertimbangan hakim di tingkat

banding berpendapat bahwa putusan Pengadilan Agama Sukabumi

memberi pertimbangan hukum yang bersifat normatif dan tidak adil dan

juga surat pernyataan persetujuan izin poligami dari Termohon tidak

dijadikan pertimbangan. Padahal perkawinan Pemohon 1 dengan

Pemohon 2 telah memenuhi syarat dan rukun agama Islam dan juga telah

mendapatkan izin. Maka dalam hal ini hakim Pengadilan Tinggi

berpendapat mengenai anak yang dikandung dalam Pemohon 2 adalah

hasil dari hubungan di luar nikah dan Pemohon 1 juga sudah melakukan

pembicaraan terhadap Termohon istri pertamanya bahwa bermaksud

ingin melakukan permohonan izin poligami maka dalam hal ini demi

terwujudnya hak-hak anak yang dikandung dan Termohon juga telah

memberikan izin poligami di muka hakim oleh karena itu permohonan

isbat nikah di PTA Bandung dikabulkan.

Page 90: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

77

3. Kasus Ketiga Permohonan Izin Menikah Poligami di Pengadilan

Agama Bantul

Putusan dengan No. 1121/Pdt.G/2016/PA.Btl. Tentang duduknya

perkara Dengan Pemohon 1 sebagai suami, Termohon sebagai istri

pertama, dan Pemohon 2 sebagai calon istri kedua. Bahwa dalam hal ini

Pemohon 1 dan Termohon merupakan pasangan suami istri yang sah

telah menikah dihadapan KUA pada 21 Agustus 2003, selama

pernikahannya telah dikaruniai 3 orang anak. Kemudian dalam hal ini

suami ingin mengajukan izin poligami terhadap istri dan izin terhadap

Pengadilan Agama, sebelum melakukan izin poligami ke Pengadilan

Pemohon 1 dan Termohon telah bermusyawarah bahwa si Pemohon 1

ingin berpoligami karena dirasa Termohon kurang maksimal dalam

melayani Pemohon 1 dan masih menginginkan keturunan. Tetapi dilihat

dari kondisi Pemohon 2 telah hamil 4 bulan sehingga dalam hal ini hakim

mencurigai bahwa Pemohon 1 dan 2 telah melakukan hubungan di luar

perkawinan dan ketika dalam keadaan hamil mereka baru meminta izin

kepada Termohon. Pemohon 1 dan Pemohon 2 juga saat sidang tidak

berbicara dengan sebenar-benarnya dan tidak menghadirkan bukti-bukti

saksi. Sehingga Pengadilan menganggap bahwa alat bukti Pemohon 1

tidak ada seperti saksi dan surat penyataan istri untuk izin. Permohonan

ini menurut hakim patut di tolak karena melihat alasan Pemohon 1 tidak

memenuhi syarat yang patut dan perlu kemudian alat bukti nya tidak ada.

2. Penerapan Sanksi Poligami Tanpa Izin Mahkamah di Selangor

Pengaturan mengenai sanksi poligami di Selangor diatur dalam

Syeksen 124 yang merupakan sanksi dari perbuatan poligami tanpa

melewati izin atau kebenaran dari Mahkamah. Seperti yang telah

disebutkan diatas terdapat dua hukuman yang diberikan bagi yang

melanggar syeksen 124 tersebut yaitu penjara dan denda. Sanksi tersebut

menurut Dr. Mohd Norshusairi sanksi yang di jelaskan dalam syeksen

124 tersebut termasuk dalam kategori Jinayah Metrimonial offence atau

bisa di sebut kesalahan-kesalahan matrimony. Matrimony dalam Bahasa

Page 91: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

78

inggris bisa diartikan sebagai perkawinan, Jinayah matrimony termasuk

kedalam hukuman jinayah yang bersangkutan dengan perkawinan. Atau

bisa juga disebut pelanggaran terhadap perkawinan yang menghasud

untuk bercerai, dan dalam hubungan suami istri tersebut untuk tinggal

bersama seperti halnya kehidupan suami istri dan termasuk juga dalam

poligami tanpa kebenaran. Jadi bagi pelanggar metromony termasuk

pelanggaran dalam perkawinan yang dibolehkannya diberikan sanksi.

Dihukum denda atau penjara. Hukuman denda tersebut dalam aturannya

di Selangor membatasi maksimal hukuman tidak boleh melebihi dari RM

1000 atau penjara tidak boleh melebihi 6 bulan penjara

Meskipun masyarakat Malaysia bermadzhab Syafi‟i, dan dalam

mazhab Syafi‟i banyak kitabnya yang tidak menerangkan mengenai

sanksi orang yang berpoligami. Produk EUKIS 2003 pada asal-usulya

adalah merupakan produk dari Siyasah Syari‟iyyah atau produk yang

berasal dari pemerintahan kerajaan Malaysia.21

. kemudian tujuan

hukuman itu diberlakukan menurut keterangan Nenney Shushaidah yaitu

hakim Mahkamah Tinggi Selangor, sanksi itu diberlakukan dengan

tujuan utama yaitu memberikan kemaslahatan kepada istri dan anak-anak

yang merasa dirugikan akibat praktik poligami liar dan juga untuk

memberikan ancaman kepada para suami agar taat kepada undang-

undang.

Dalam penanganan kasus-kasus poligami merupakan yuridiksi dari

Mahkamah Rendah Syariah, jika didapati seorang suami berkawin tanpa

adanya persetujuan istri kemudian tanpa juga ada izin Mahkamah orang

tersebut akan dikenakan dua jenis sanksi, yaitu sanksi tanpa adanya

kebenaran dari Mahkamah dan sanksi subhat, bahkan sanksi itu tidak

hanya untuk suami yang melakukan poligami tetapi istri kedua yang juga

belum adanya izin dari Mahkamah dan surat keterangan nikah sah juga

21

Mohd Norshusairi, Dosen Academy of Islamic Studies University of Malaya,

Interview Pribadi, Selangor, 25 Oktober 2018

Page 92: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

79

akan dikenakan dua jenis tersebut. Karena subhat disini dianggap suami

atau istri yang menikah tanpa adanya pencatatan nikah dianggap subhat

karena belum diakui secara legal oleh Mahkamah dan Negara sesuai

dengan Syeksen 134.

Seorang yang sudah terbukti bersalah tanpa adanya kebenaran

Mahkamah, hakim akan memutuskan sanksi yang diberikan tergantung

pada jenis kerugian atau kemudharatan besar atau kecil kepada pihak

yang dirugikan. Jika dampak kemudharatan yang ditimbulkan itu besar

maka bisa saja hakim memutuskan sanksi penjara saja, atau bisa

keduanya penjara dan denda, begitu juga untuk kemudharatan yang

dampak nya kecil bisa saja hakim memutuskan denda saja atau bisa juga

denda dan penjara tentunya penjara yang ringan. Tetapi kebanyakan

hakim memutuskan perkara poligami tanpa kebenaran mahkamah adalah

penjara.

Biasanya juga seseorang yang dihukum penjara akan takut dan

kebanyakan cenderung memilih hukuman denda. Karena jika hukuman

penjara yang dipilih akan berdampak pada karir dan pendapatan mereka,

mereka khawatir dipecat karena dianggap menyalahi aturan dan

pendapatan mereka juga bisa terganggu. Oleh karena itu banyak dari

mereka yang mengajukan rayuan atau banding ke Mahkamah Tinggi

Syariah agar bisa diberi hukuman denda saja. Tetapi untuk mengajukan

banding di Mahkamah Tinggi biayanya tidak murah dan memakan waktu

lama. Bisa saja dalam mengajukan banding setelah hukumannya diputus

hukumannya masih sama atau bisa juga dikabulkan menjadi denda

tergantung hakim yang memutuskan. Menurut Nenney Shushaidah

sebagai hakim tinggi biasanya memutuskan dengan mempertimbangkan

seberapa besar penderitaan dan uang yang keluar untuk mengajukan

permohonan banding dan juga akan mempertimbangkan setelah dia

menerima hukuman apakah jera atau tidak dan biasanya dia memutuskan

Page 93: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

80

seseorang untuk penjara, karena penjara akan membuat dia jera akibat

perbuatannya.22

Disini penulis juga akan mencantumkan data statistik dari kasus-kasus

poligami tanpa kebenaran Mahkamah dari mulai tahun 2014-2018 yang

penulis peroleh langsung dari Jabatan Kehakiman Syariah Selangor:

STATISTIK KESALAHAN JENAYAH POLIGAMI TANPA KEBENARAN

MAHKAMAH SYARIAH SELANGOR DI BAWAH SEKSYEN 166

ENAKMEN JENAYAH SYARIAH SELANGOR

TAHUN BILANGAN KES

2018 417

2017 397

2016 343

2015 284

2014 211

Jumlah 1.625 Sumber: Jabatan Kehakiman Syariah Selangor, Shah Alam

Dari data diatas penulis menganalisis bahwa jumlah perkara-perkara

poligami di Selangor Malaysia tanpa kebenaran Mahkamah terus

bertambah setiap tahunnya dari tahun 2014-2018. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin banyaknya perkara yang diputus oleh Mahkamah

semakin banyak juga seseorang melakukan poligami tanpa mengikuti

prosedur yang diatur dan tanpa melalui kebenaran terlebih dahulu.

Implikasi nya juga bisa terhadap wanita berarti semakin banyak juga hak-

hak wanita sebagai istri yang terabaikan karena dirasa izin istri tidak

penting. Keefektifan peraturan pun juga dirasa dipertanyakan karena

semakin meningkatnya jumlah perkara poligami setiap tahunnya

menunjukkan bahwa peraturan tersebut menurut penulis juga belum

dirasa cukup jera seseorang melakukan poligami liar.

Untuk menguatkan data yang akurat penulis telah melakukan

observasi langsung ke Mahkamah Rendah Shah Alam Selangor dan

22

Nenney Shushaidah Binti Shamsuddin, Hakim Mahkamah Tinggi Syariah

Selangor, Interview Pribadi, 7 Desember 2018.

Page 94: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

81

didapati putusan-putusan mengenai kasus poligami tanpa kebenaran

Mahkamah. Akan tetapi karena ada aturan khusus dari pihak Mahkamah

yang tidak memperbolehkan membawa Salinan atau copy mengenai

putusan tersebut, dan penulis hanya diperbolehkan mencatat nomor

perkara, duduknya perkara dan putusan tersebut. Jadi penulis akan

menguraikan catatan penulis mengenai perkara-perkara poligami tanpa

kebenaran Mahkamah yang penulis dapat:

1. Kasus Pertama:

No. Kes. 10021-166-0195-2018 dan Kes. 10021-147-0196-2018.

Antara Mohammed Sharief Bin Abu Bakar sebagai suami dan Noor

Aisyah Binti Jamhari. Dengan hakim yang memutuskan adalah Puan

Firdawaty Binti Mohammad. Diputuskan pada tanggal 5 Desember

2108. Bahwa dalam Kes ini Mohammed Sharif bin Abu Bakar

dituduh dengan 2 tuduhan. Pertama berpoligami tanpa kebenaran

Mahkamah dan kedua bersubhat dan mengaku bersalah dan tidak ada

paksaan untuk dihukum. Dihukum diawah EUUKIS tahun 2003.

Kemudian Noor Aisyah Binti Jamhari juga dituduh dengan 2

pertuduhan. Pertama melakukan pernikahan tanpa kebenaran

Mahkamah dan kedua subhat. Dalam hal ini mengaku bersalah dan

tidak ada paksaan untuk dihukum dibawah EUKIS tahun 2003.

Kemudian para tergugat meminta keringanan kepada hakim bahwa

tertuduh pertama yaitu suami meminta keringanan hukumannya

karena mempunyai 7 anak. 4 orang anak dari istri pertama dan 3

orang anak dari istri keduanya, dan juga orang tua masih dalam

tanggungannya dalam hal ini tertuduh 1 memohon untuk tidak

dipenjarakan dan denda nya di ringankan begitu juga dengan

tertuduh 2 yaitu istri kedua meminta keringanan hukum karena dia

tidak bekerja dan memohon untuk tidak dipenjara dan diringankan

denda

Hakim memutuskan dalam pertimbangannya bahwa tertuduh 1 dan

tertuduh 2 telah melakukan kesalahan poligami tanpa kebenaran dan

Page 95: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

82

bersubhat dibawah kesalahan Syeksen 124 & 134 & 40 ayat (2)

EUKIS tahun 2003. Bahwa untuk tertuduh 1 dijatuhkan hukuman

dengan denda RM 900 atau 5 bulan penjara untuk kesalahan 124.

Mahkamah juga menjatuhi tertuduh 1 dengan denda RM 400 atau 2

bulan penjara untuk kesalahan 134. Untuk tertuduh 2 dijatuhi

hukuman denda RM 900 atau 2 bulan penjara untuk kesalahan 40

ayat (2), dan dijatuhi hukuman RM400 atau 2 bulan penjara untuk

kesalahan 134.

2. Putusan kedua

No. Kes: 10021-166-0163-2017 dan 10021-147-0164-2017. Antara

Azhari Bin Seral (tertuduh 1) dengan istri ke dua Azura Binti Abdul

Aziz (tertuduh 2). Diputus 28 September 2018 oleh hakim Tuan

Yuszairi. Bahwa menetapkan tertuduh 1 terbukti melakukan

kesalahan dibawah Syeksen 124 EUUKIS/ 2003 dan tertuduh 2

terbukti melakukan kesalahan b ersubhat dibawah Seksyen 134

EUUKIS tahun 2003. Dalam hal ini mahkamah meniliti dan

mendengar sesuai ketentuan Seksyen 50 (1) dan (2) EJSS/ EUKIS

tahun 2003. Mahkamah juga telah meneliti rayuan yang

dikemukakan oleh pihak tertuduh 1 dan 2 yaitu meminta keringanan

hukuman. Dalam hal ini keputusan Mahkamah adalah untuk tertuduh

1 dihukum denda RM 850 atau penjara 10 hari karena kesalahan

124. Dan tertuduh 2 dihukum denda RM 800 atau 7 hari penjara

karena kesalahan 134.

3. Putusan Ketiga

Dengan No. Kes 10021-165-0135-2018 dan 10021-147-0136-2018.

Antara Fawam bin Hassan sebagai suami (tertuduh 1) dan Aiziah

Binti Mentaril. Diputus tanggalm 21 September 2018 oleh Puan

Firdawty Binti Mohammad. Dalam hal ini mahkamah menimbang

bahwa tertuduh 1 dan 2 bersalah. Tertuduh 1 telah melakukan

kesalahan 124 dan tertuduh dua melakukan kesalahan 40 (2) & 134

EUKIS 2003. Dalam persidangan tertuduh 1 tidak pernah hadir dan

Page 96: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

83

tidak patuh Undang-undang dan fakta lainnya adalah tertuduh 1 dan

2 telah melakukan pernikahan di Thailand di Majelis Agama Islam

Wilayah Songkhla. Maka dalam hal ini hakim memutuskan bahwa

tertuduh 1 dihukum denda RM 400 atau penjara selama 20 hari

untuk kesalahan 124 dan 134. Untuk tertuduh 2 dihukum dengan

denda sebanyak RM 800 atau 5 hari penjara untuk kesalahan

Seksyen 40 (2).

Berdasarkan penelitian penulis, ternyata hasil dari penulis temukan

adalah setiap kasus yang berhubungan dengan kesalahan tanpa kebenaran

poligami tidak hanya dihukum dengan satu kesalahan saja tapi ditemukan

beberapa kesalahan yang menyertai yaitu Seksyen 134 tentang bersubhat

(bersekongkol) dan syeksen 40 ayat (2) yaitu tentang kesalahan-

kesalahan yang berhubungan dengan akad nikah perkawinan dan

hukumannya sama tidak melebihi RM 1000 dan 6 bulan penjara.23

Adapun dari ketiga kasus tersebut mendapati hukuman itu berbeda-

beda adalah sesuai dengan keputusan hakim yang telah memutuskan

bagaimana dan seberapa besar kemudharatan yang ditimbulkan dari

poligami liar. Kemudian kenapa dalam putusan tersebut tidak ada yang

dihukum RM 1000 atau penjara 6 bulan? Karena dalam hal pemberian

sanksi sebenarnya diatur oleh Perlembagaan dan Akta Persekutuan

Negeri-Negeri yang menyatakan bahwa “Mahkamah Syariah hanya

diberi kuasa boleh menjatuhkan hukuman denda tidak melebihi RM 5000

atau penjara tidak boleh lebih 3 tahun atau sebatan (cambuk) tidak lebih

dari 6 kali atau kombinasi daripada mana-mana hukuman tersebut”. Akta

tersebut mengatur pada skala nasional di seluruh Negeri-Negeri Malaysia

dan secara khusus diperuntukkan oleh Mahkamah Syariah yang terdapat

dalam Undang-Undang Pentadbiran Agama Islam Negeri-Negeri. Oleh

karena itu di Mahkamah Syariah Selangor dalam EUKIS Negeri Selangor

23

Lihat Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Selangor Tahun 2003,

(Selangor: International Law Book Service, 2018), h. 33 & 83

Page 97: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

84

mengatur poligami tidak lebih dari RM 1000 atau penjara 6 bulan.

Terkadang juga hakim bisa memberikan hukuman yang lebih dari RM

1000 atau 6 bulan penjara apabila suami dirasa sangat memberikan

ketidakadilan atau bahkan sangat merugikan pihak istri pertamanya.

Menurut penulis mengenai efektifitas aturan tersebut penulis

berpendapat bahwa aturan tersebut masih belum efektif karena dimulai

dari data statistik yang penulis dapat dipaparkan diatas bahwa setiap

tahunnya poligami tanpa kebenaran mahkamah kasus yang masuk setiap

tahunnya terus meningkat dari tahun 2014-2018 yang artinya efek jera

yang diberikan terhadap sanksi tersebut masih kurang memberikan

pembelajaran kepada masyarakat seberapa pentingnya kepercayaan,

keutuhan keluarga, menjunjung kehormatan perempuan dan memenuhi

hak-hak perempuan.

Hakim nenney juga berpendapat mengenai efektifitas sanksi ini

bahwa sanksi denda RM 1000 dirasa kurang efektif dan masih sedikit,

karena kebanyakan orang yang melakukan melakukan perkawinan di luar

Malaysia, biasanya di Thailand bisa memakan biaya yang banyak,

kisaran biaya nya untuk menikah di Thailand sekitar RM 5000 sampai

RM 10.000 untuk satu paket pernikahannya dan mereka yang melakukan

poligami tanpa kebenaran mampu dalam membayar hal itu, apalagi jika

untuk membayar RM 1000 mungkin bagi mereka masih bisa

membayarnya dan nilainya pun masih kecil.24

Tetapi dalam konteks memberlakukan sanksi tersebut Malaysia

sudah konsisten memberlakukan sanksi poligami tanpa kebenaran

Mahkamah di semua negeri-negerinya setelah diadakannya keseragaman

Undang-undang walaupun Malaysia berbentuk negara federal.25

Oleh

karena itu penulis berpendapat seperti yang sudah dijelaskan sanksi

24

Nenney Shushaidah Binti Shamsuddin, Hakim Mahkamah Tinggi Syariah

Selangor, Interview Pribadi, 7 Desember 2018. 25

Najibah Mohd Zin, Siri Perkembangan Undang-Undang di Malaysia: Undang-

Undang Keluarga (Islam) Jilid 14, h. 55.

Page 98: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

85

tersebut hanya bertujuan untuk memberikan pelajaran bagi seseorang

untuk menghindari kemudharatan bagi istri pertama, maka sanksi yang

diberikan Mahkamah merupakan produk siyasah syari‟iyyah untuk

memberikan konsep dalam hukum Islam yaitu asas jalbu al-mashalihi wa

daf‟u al-mafasidi (mengambil kemaslahatan dan menolak kemudharatan).

C. Perbandingan Perbedaan dan Persamaan Regulasi Poligami di Indonesia

dan Malaysia

Meski memiliki beberapa kesamaan antara aturan poligami di

Indonesia dan Malaysia tentunya juga memiliki perbedaan. Mengingat

perbedaan dari segi cara berfikir, sistem hukum, adat, dan praktik yang terjadi

pada kedua negara.

A. Perbedaan

1. Menurut penulis mengenai perbedaan aturan poligami antara

Indonesia dan Malaysia yang sangat jelas adalah mengenai sanksi di

Pengadilan Agama dan Mahkamah Syariah, jika di Indonesia

Pengadilan Agama tidak memberikan sanksi kepada pelaku poligami

walaupun Pengadilan Agama mempunyai kewenangan memutus

perkara perkawinan yang didalamnya mencangkup poligami. UU No.

1 Tahun 1974 dan aturan pelaksananya PP No. 9 Tahun 1975 yang

memuat sanksi Rp. 7.500 dan kurungan 3 bulan bagi pelaku poligami

tidak dijalankan. Di Indonesia jika ingin memberikan sanksi kepada

pelaku poligami seorang istri harus melaporkannya melalui polisi

dengan delik aduan dan dituntut atas menyembunyikan fakta

perkawinan, tetapi ini adalah ranah Pengadilan Umum biasanya akan

dikenakan pasal 279 KUHP. Sedangkan di Malaysia terutama di

Negeri Selangor tetap konsisten bahwa Mahkamah Syariah sejak

tahun 1983 sampai amandemen 2003 memberikan sanksi kepada

pelaku poligami.

2. Perbedaan dari segi penggolongan. Di Indonesia disebutkan dalam PP

No 45 Tahun 1990 pasal 4 bahwa PNS perempuan tidak boleh

dijadikan istri kedua, ketiga dan keempat. Indonesia juga

Page 99: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

86

memperbolehkan poligami bagi agama yang membolehkan poligami

saja untuk agama yang tidak memperbolehkan dilarang.26 Sedangkan

di Malaysia yang tidak ada penggolongan baik dari pejabat maupun

PNS yang mempunyai aturan khusus tentang poligami semua

mengikuti Syeksen 23 dan sanksinya 124 dan beracara di Mahkamah

Syariah, hanya saja Mahkamah Syariah hanya memutus perkara orang

yang beragama Islam saja tidak untuk golongan lain. Selain orang

Islam maka beracara di Mahkamah Civil.27

3. Perbedaan dari segi pelaksanaan, di Indonesia jika suami terbukti

melakukan poligami liar maka istri pertama harus ada delik aduan

terlebih dahulu kemudian melapor kepada kepolisian jika terbukti

melakukan pelanggaran menyembunyikan fakta perkawinan maka

kasus tersebut bukan termasuk dalam wewenang Pengadilan Agama

padahal Pengadilan Agama adalah adalah Pengadilan yang memeriksa

perkara perkawinan orang Islam termasuk poligami, tetapi dalam hal

ini karena Pengadilan Agama bukanlah yang berwenang dalam sanksi

pidana atau denda maka kewenangan tersebut adalah kewenangan

Pengadilan Umum. Sedangkan di Malaysia atau Selangor lembaga

Mahkamah Syariah yang menerima laporan dari siapa saja baik dari

pihak keluarga maupun istri jika ada suami yang melakukan poligami

liar kemudian Mahkamah akan memerintah Polisi Syariah yang

bertugas dibawah Mahkamah untuk membawa pelaku ke Mahkamah

kemudian dipersidangan Mahkamah akan memeriksa pelaku tersebut

dan menghadirkan istri pertamanya yang merasa dirugikan jika

terbukti pelaku tersebut akan dikenakan sanksi sesuai Syeksen 124.

Atau bisa juga sebaliknya istri yang melapor kepada Polisi Syariah

diwilayah dia tinggal kemudian Polisi Syariah akan menyerahkan

26

Hamka Siregar, Kontroversi Poligami di Kalangan PNS Tinjauan Kritis dalam

Prespektif Fiqh, 41 27

Najibah Mohd Zein, dkk, Siri Perkembangan Undang-Undang di Malaysia,

Undang-Undang Keluarga Islam, Jilid 14, h. 46

Page 100: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

87

kepada Mahkamah Syariah untuk memeriksa dan menghukumnya jika

terbukti bersalah.

4. Perbedaan mengenai izin poligami. Jika di Indonesia izin poligami

istri lebih diutamakan jika suami yang hendak ingin berpoligami

kemudian setelah mendapat izin istri selanjutnya harus mendapatkan

izin Pengadilan Agama baru Pengadilan akan memeriksa permohonan

poligami tersebut. Sedangkan di Selangor Malaysia izin Mahkamah

Syariah yang paling diutamakan hal ini ditujukan agar Mahkamah

tahu maksud seseorang untuk berpoligami tersebut tidak beradasarkan

nafsu dan memeriksa syarat-syarat atau alasan suami berpoligami,

baru setelah itu Mahkamah akan memanggil para pihak yaitu istri

pertama untuk berunding dan mengetahui apakah istri mengizinkan

atau tidak. Jadi apabila seseorang tidak melakukan permohonan izin

terlebih dahulu kepada Mahkamah walaupun sudah diberikan izin hal

ini bisa saja termasuk melanggar Syeksen 23 dan bisa dikenakan

Sanksi 124, tetapi sanksi yang diberikan hanya denda saja.

5. Perbedaan dalam sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum dari

jajahan belanda yang masih dipakai saat ini, sistem hukum Indonesia

menganut sistem hukum Civil Law, dan sistem hukum Civil Law ini

tentunya memiliki karakteristik yaitu adanya kodifikasi, undang-

undang menjadi sumber hukum utama, dan sistem peradilan yang

bersifat inkuisitorial.28 Sedangkan untuk Malaysia adalah bekas

jajahan Inggris yang menganut sistem hukum Common Law.

Malaysia juga memakai hukum Islam karena mereka mengikuti sistem

hukum adatnya yaitu adat perpatih. Salah satu karakteristik sistem

hukum common law ini adalah sumber hukum utama nya

merukapakan dari yurisprudensi atau putusan hakim.29

B. Persamaan

28

Fajar Nurhardiyanto, “Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”, Jurnlal

Tapis, 11, 1, (2015), h. 36 29

Astim Riyanto, “Sistem Hukum Negara-Negara Asia Tenggara”, Jurnal

Hukum dan Pembangunan, 37, 2, (April 2007), h. 279

Page 101: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

88

1. Persamaan aturan poligami antara di Indonesia dan Malaysia yaitu

kedua negara termasuk yang menarapkan aturan mengenai poligami

dari mulai prosedur sampai dengan sanksi nya, walaupun di Indonesia

aturan yang ada di UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 Tahun 1975

sudah menerapkan sanksi tetapi dalam praktiknya belum diterapkan

secara maksimal, tetapi untuk aturan poligami bagi PNS Indonesia

sudah menerapkannya dalam instansi-instansi negara bagi seseorang

yang melakukan poligami akan dikenakan hukuman administrasi

kepegawaian.

2. Persamaan mengenai perkara poligami antara di Indonesia dan

Malaysia yaitu perkara tersebut masuk dalam kategori kontentius

yaitu pihak istri didudukkan sebagai termohon yang dalam hal ini

perlunya ada izin dari seorang istri untuk memohon poligami.

3. Selanjutnya persamaan dalam hal pembagian harta poligami, baik di

Pengadilan Agama Indonesia dan Mahkamah Syariah Malaysia,

mereka menerapkan pembagian harta bersama poligami terlebih

dahulu antara suami dengan istri pertamanya, hal ini dimaksudkan

agar tidak tercampurnya harta suami dengan istri pertamanya dan

calon istri keduanya jika sudah menikah nanti dikhawatirkan terjadi

sengketa harta bersama dan menimbulkan kerugian kepada istri

pertamanya dahulu yang menemaninya dari awal hingga suami

tersebut sukses. Oleh karena itu pentingnya pembagian harta bersama.

4. Persamaan mengenai asas monogami, di Indonesia maupun di

Malaysia menganut asas monogami. Meskipun adanya asas

monogami tersebut kedua negara ini masih membolehkan dan

melegalkan poligami, karena memandang bahwa poligami adalah

syariat Islam sehingga asas monogami tersebut tidak dianut secara

menyeluruh. Tetapi asas monogami tersebut menjadi acuan antara

Indonesia dan Malaysia untuk memberikan prosedur dan syarat yang

sulit bagi seseorang yang melakukan poligami. Hal ini dimaksudkan

agar tidak terjadi poligami yang dapat merugikan pihak perempuan

Page 102: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

89

karena pada praktiknya poligami hanya dijadikan sebagai legalitas

nafsu saja sehingga perlu adanya syarat dan prosedur yang ketat untuk

mencegah itu.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas dari penelitian ini yang sudah penulis paparkan

dari bab-bab sebelumnya. Maka dari hasil penelitian ini penulis dapat

menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini,

setelah penulis melakukan analisis data dan kajian pustaka, kesimpulannya

adalah sebagai berikut:

1. Di Indonesia sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974

dan aturan pelaksananya PP No 9 Tahun 1975 memberikan syarat-syarat

yang ketat untuk mengajukan poligami tidak hanya syarat berbuat adil saja

tetapi suami harus memberikan bukti bahwa istri mendapatkan cacat badan

atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan, istri tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai istri, istri tidak dapat memberikan keturunan.

Kemudian dalam mengajukan prosedur poligami harus ada izin istri

terlebih dahulu dan setelah itu izin dari pengadilan. Begitu juga dalam PP

No 45 Tahun 1990 persyaratan yang diberikan sama dengan UU

perkawinan tetapi yang membedakannya dalam perizinan harus melalui

pejabat dahulu kemudian setelah itu izin dari istri. Dakam PP tersebut juga

dijelaskan bahwa untuk PNS wanita tidak diperbolehkan dipoligami

menjadi istri kedua, ketiga dan keempat. Sedangkan syarat dimalaysia

sama dengan Indonesia tetapi di Malaysia syarat utama untuk mengajukan

poligami adalah melalui Mahkamah Syariah, untuk izin dari istri sebagai

Page 103: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

90

persyaratan poligami di Malaysia tidak mutlak. Jadi izin dari Mahkamah

Syariah yang mutlak.

2. Kedua Negara ini tentunya memiliki persamaan dan perbedaan. Salah satu

persamaannya adalah kedua negara ini sama-sama menerapkan asas

monogami, dan juga menerapkan izin poligami melalui pengadilan atau

mahkamah secara tertulis. Dalam praktiknya di Indonesia asas monogami

ini tidak menjadi suatu ketetapan, jadi Indonesia menerapkan asas

monogami terbuka dan masih membolehkan poligami. Kemudian jika

ingin mengajukan poligami di Indonesia harus ada izin istri dan

pengadilan. Di Malaysia karena sejak dulu menerapkan syariat Islam dan

sistem hukum Malaysia juga kebanyakan mengatur syariat Islam, maka

monogami di Malaysia hanya sebuah anjuran saja pada praktiknya juga

poligami adalah suatu kebolehan di Malaysia tetapi tentunya dengan

kawalan yang diterapkan agar tidak terjadi poligami liar. Dan aturan

poligami ini juga di khususkan hanya untuk orang Islam di Malaysia saja.

Mengenai perbedaannya jika di Indonesia poligami dibolehkan bagi agama

yang membolehkannya sesuai UU perkawinan, di Malaysia poligami

dikhususkan bagi orang Islam di Malaysia. kemudian perbedaanya di

Indonesia orang yang melakukan poligami tanpa izin pengadilan dianggap

pernikahannya tidak sah dan dikenakan sanksi Rp. 7500 sebagai sanksi

administrasi. Sedangkan di Malaysia seseorang yang berpoligami tanpa

izin mahkamah akan dikenakan sanksi denda dan penjara, juga akan

dicatat menjadi catatan kriminal sesuai Syeksen 124.

3. Dalam praktiknya sanksi poligami di Indonesia dirasa masih belum

memberikan efek jera karena dikategorikan hanya sebagai sanksi

administrasi saja dan jumlah dendanya yang sedikit, walaupun di dalam

KUHP dalam pasla 279 tetapi pasal ini dianggap bertentangan dalam

budaya agama atau kepercayaan, mereka menganggap di dalam Islam

tidak ada sanksi pidana bagi poligami karena hukum poligami adalah

boleh (mubah). Di Malaysia melihat dari data statistik yang penulis

peroleh perakara poligami tanpa kebenaran mahkamah dartahun 2014-

Page 104: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

91

2018 terus meningkat hal ini memperlihatkan bahwa kurang efektif aturan

tersebut meskipun di malaysia sudah dikenakan sanksi denda dan pidana

tetapi pada kenyataannya denda tersebut masih dalam jumlah yang sedikit

di malaysia yaitu denda maksimal RM 1000 atau jika dirupiahkan Rp

3.000.000 jika dinominalkan ke dalam rupiah. Melihat di Selangor

Malaysia kebanyakan orang yang dikalangan menengah atas

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian di akhir penulisan ini penulis

memberikan beberapa saran berdasarkan dari hasil penelitian penulis adalah

sebagai berikut:

1. Dari penelitian ini penulis berharap kepada pemerintah tentunya

Indonesia dapat memberikan pembaharuan hukum dan pertimbangan

hukum dalam perkawinan yang menyimpang dan memberikan mudharat.

Melihat hukum harus sesuai dengan keadaan zaman. Terutama di

Indonesia melihat aturan poligami ada beberapa yang sudah penulis

paparkan tidak sesuai dengan keadaan masa saat ini mengenai sanksi

poligami di Indonesia yang sangat kecil, dan sebagai perbandingannya

Malaysia yang menerapkan sanksi denda dan pidana. Diharapkan para

pembuat hukum atau aturan bisa mengevaluasi aturan poligami sanksi

yang ada di Indonesia.

2. Ketentuan yang terdapat pada EUKIS Selangor tahun 2003 seharusnya

direvisi lagi melihat Selangor mayoritas penduduknya adalah kalangan

menengah keatas dan aturan denda yang tedapat di EUKIS maksimal RM

1000 yang saat ini kurang relevan.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih mendalam

mengenai peraturan poligami diseluruh Negeri Malaysia, dan melakukan

penelitian sanksi poligami di seluruh Negeri bagian di Malaysia, karena

setiap peraturan dan sanksi berbeda. Penulis hanya meneliti langsung di

Page 105: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

92

Negeri Selangor saja mengenai sanksi poligami. Sehingga perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sanksi poligami di seluruh

Negeri bagian di Malaysia.

Page 106: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

93

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bugha, Musthafa Dib, dkk. “Al- Fiqh Al- Manhaji‟ala Al- Madzhab Al- Imam

Asy- Syafi‟I” Penerjemah Misran. Fikih Manhaji Jilid I. Yogyakarta: Darul

Uswah, 2008.

Ali, Zainuddin. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika, 2006.

Al-Jarjawi, Syekh Ali Ahmad. “Hikmah At- Tasyri‟ wa Falsafatuhu” Penerjemah

Faisal Saleh. Indahnya Syariat Islam. Jakarta: Gema Insani, 2006.

Al-Khauli, Muhammad bin Sayyid. “Al-Mausuu‟ah Al- Muyassah fi Fiqhil Mar-

ah Al- Muslimah” Penerjemah Umar Mujtahid. Ensiklopedia Fikih Wanita.

Jakarta: Pusataka Imam Asy-Syafi‟i, 2016.

Al-Syarif, Isham Muhammad dan Muhammad Musfir al-Thawil. Poligami Tanya

Kenapa? ,Jakarta: Mihrab, 2008.

Abd al- Bȃrȋ, Muhammad bin Ahmad, Al- Kawȃkȋb al-Durriyah. Beirut: Dar

Ibnul Khotob, 2001.

As- Shiba‟i, Musthafa. “Al Mar‟ah Baina Fiqh wal Qonun” Penerjemah Ali

Ghufron. Wanita dalam Pergumulan Syariat dan Konvensional. Jakarta:

Insan Cemerlang, T.th.

Az-Zuhaili, Wahbah, “At- Tafsir Al- Wasith” Penerjemah Muhtadi. Tafsir Al-

Wasith. Jakarta: Gema Insani, 2012.

Az-Zuhaili, Wahbah.” At-Tafsiirul-Muniir: Fil „Aqiidah wasy-Syarii‟ah wal

Manhaj” Penerjemah Abdul Hayyie al- Kattani, dkk. Tafsir al- Munir Jilid 2

(Juz 3-4). Jakarta: Gema Insani, 2013.

Dakir, Noraziah Ali Jawiah. Isu-isu Wanita di Malaysia. Selangor: International

Law Book Services, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Diantha, I Made Pasek. Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

kencana, 2016.

Efendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris. Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016.

Farida, Anik. Menimbang Dalil Poligami Antara Teks, Konteks, dan Praktek.

Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008.

Ghazaly, Abd Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2000.

H. Ishaq. Pengantar Hukum Indonesia (PHI). Jakarta: PT. RajaGradindo Persada,

2014.

Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Hasan, Zulkifli, dkk. Amalan Kehakiman dan Guaman Syarie di Malaysia.

Selangor: Univiersiti Islam Malaysia (USIM), 2007.

Hosen, Ibrahim, Fiqh Perbandingan Masalah Perkawinan. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2003.

Husain. Jahrani Musfir, “Nazhratun fi Ta‟addudi az-Zaujati” Penerjemah Muh.

Suten Ritonga. Poligami dari Berbagai Presepsi. Jakarta: Gema Insani

Press, 1996.

Indrati Farida, Maria. Ilmu Perundang-Undangan 1. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Page 107: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

94

Iskandar, Mudakir. Pengantar Ilmu hukum & Tata Hukum Indonesia. Jakarta: CV.

Sagung Seto, 2008.

Kalam, Hilmi Farhat. “Ta‟addud az-Zaujat Baina al-Adyan” Penerjemah

Abdurrahman Nuryamani. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan

Yahudi. Jakarta: Darul Haq, 2007.

Kassim, Zaitun Mohamed. Islam dan Poligami. Selangor: Sister In Islam, 2003.

Makmun, Rodli, dkk. Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur. Ponorogo:

STAIN Ponorogo Press, 2009.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia Jakara:

Prenada Media Group, 2006.

Mardani. Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2016.

Md Nor, Ana Faiza dan Zulaiza Mohd Kusrin. Prosiding Persidangan

Antarabangsa Fiqh Semasa dan Perundangan Islam Undang-Undang Islam

Menelursuri Globalisasi. Selangor: Jabatan Syariah Fakulti Pengajian Islam,

2015.

Mubarok, Jaih. Pembaruan Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2015.

Mulia, Musdah. Pandangan Islam Tentang Poligami. Jakarta: Atas Kerja Sama,

1999.

Naily, Nabiela. Hukum Keluarga Islam Asia Tenggara Kontemporer: Sejarah,

Pembentukan, dan Dinamikanya di Malaysia. Lembaga Penelitian dan

Pengabdian. Surabya: Executive Summary, 2013.

Nasir, Taufiq Atthar, Abdul. “Ta‟adduduz Zaujati Minan Nawaahid Diiniyyati

Wal Ijtimaaa‟ Iyyati Wal Qaa Nuniyyati” Penerjemah Chadidjah Nasution,

Poligami ditinjau Dari Segi Agama, Sosial, dan Perundang-Undangan.

Jakarta: Bulan Bintang, t. th.

Nasohah, Zaini. Pentadbiran Undang-Undang Islam di Malaysia: Sebelum dan

Menjelang Merdeka. Kuala Lumpur: Cegar SDN. BHD, 2004.

Nasohah, Zaini. Poligami Hak Keistimewaan Menurut Syariat Islam. Kuala

Lumpur: PT Cergas, 2000.

Nordin, Merdiana dan Hasnah Hussiin, Pengajian Malaysia Edisi Keenam,

Selangor: Oxford Fajar Sdn. Bhd, 2018

Nuruddin, „Itr. “Madza‟an al -Mar‟ah” Penerjemah Hasbullah, Hak dan

Kewajiban Perempuan Mempertanyakan: Ada Apa dengan Wanita.

Yogyakarta: Bina Media, 2005.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No. 1/ 1974

sampai KHI). Jakarta: Kencana, 2004.

Prajogo, Soesilo. Kamus Hukum Internasional dan Indonesia. Bandung: Wipress,

2007.

Rahman, Ariij Binti Abdur. Etika Berpoligami Adil Terhadap Para Istri. Jakarta:

Darus Sunnah Press, 2018.

Ramulyo, Idris. Asas-Asas Hukum Islam Sejarah Timbul dan Berkembangnya

Kedudukan Islam dalam Sistem hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

1995.

Page 108: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

95

Ramulyo, Idris. Bunga Rampai Tentang Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Acara Peradilan Agama dan Intesifikasi Zakat. Jakarta: PT Nur

Intan Surya, t. th.

Rȋdhȃ, Muhammad Rȃsyȋd. At- Tȃfsȋr Qur‟ȃn al- Hakȋm as- Syăhir Bittafsȋr al-

Manȃr. Beirut: Dar al- Fikr, t. th.

Rida, Muhammad Rasyid. “Nida‟ Li al-Jins al- Lathif” Penerjemah Afif

Mohammad. Panggilan Islam Terhadap Wanita. Bandung: Pustaka, 1994.

Saebani, Beni Ahmad. Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-Undang

(Prespektif Fiqh dan UU No 1/1974 Tentang Poligami dan

Problematikanya. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Salim, Abu Malik Kamal Ibn Sayyid. “Fiqh As- Sunnah li an-Nisa‟” Penerjemah

Firdaus Sanusi, Fikih Sunnah Wanita. Jakarta: Qisthi Press, 2013.

Shah, Nik Noraini Nik Badli. Perkahwinan dan Perceraian di Bawah Undang-

Undang Islam. cet. 3. Selangor: International Law Book Services, 2012.

Shihab, Quraish. M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang Patut

Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati, 2015.

Silalahi, Ulber. Metode penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2009.

Siregar, Hamka. Kontroversi Poligami di Kalangan PNS Tinjauan Kritis dalam

Prespektif Fiqh. Pontianak: TOP Indonesia, 2015.

Sopyan, Yayan. Islam-Negara Transformasi Hikum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press, 2011.

Subhan, Zaitunah. Al-Qur‟an dan Perempuan Menuju kesetaraan Gender dalam

Penafsiran. Jakarta: Kencana, 2015.

Sumitro Warkum, dkk. Politik Hukum Islam Reposisi Eksistansi Hukum Islam

dari Masa Kerajaan Hingga Era Reformasi di Indonesia. Malang: UB

Press, 2014.

Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap. Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Utriza, Ayang. Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2016.

Yacoob, Abdul Monir. Kehakiman Islam dan Mahkamah Syari‟ah. Selangor:

UKM, 2015.

Yanggo, Chuzaimah T, et.al, eds, Problematika Hukum Islam Kontemporer. cet.

3. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Yasid, Abu. Fiqh Realitas (Respon Ma‟had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam

Kontemporer). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Zin, Najibah Mohd. Siri Perkembangan Undang-Undang di Malaysia: Undang-

Undang Keluarga (Islam) Jilid 14. Selangor: Dawama Sdn. Bhd, 2007.

Sumber Skripsi

Arifin. “Kontroversi Atas Wacana Revisi Aturan Poligami di Indonesia”. Skripsi

S1 Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta, 2008.

Page 109: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

96

Badrudin. “Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil (Studi Pendapat JudexFactie

Pengadilan Agama Kota Malang )”. Tesis S2. Fakultas Syari‟ah. Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013. Nurhidayah, “Sejarah Peradilan Islam Malaysia,” Tesis S2. Fakultas Syariah. STAIN

Watampoe, 2014

Referensi Jurnal

Abdullah, Raihanah Haji “ Poligami di Malaysia”. Jurnal Syariah. Vol. 5, 2

(1997).

Anita, Avisena Aulia. “ Perbandingan Pengaturan Asas Monogami Antara Negara

Civil Law (Indonesia) dan Common Law (Malaysia), Notaire Jurnal of

Law. Vol. 1, 1,( 2018).

Ardhian, Reza fitra, dkk .“ Poligami dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin Poligami di Pengadilan Agama”.

Privat Law. Vol. 3, 2, (2015).

Ashsubli, Muhammad. “Undang-Undang Perkawinan dalam Pluralitas Hukum

Agama”, Jurnal Cita Hukum. Vol. 3, 2, (2015).

Budiharjo, Eko Wahyu. “Praktik Poligami PNS Ditinjau dari Sistem Hukum

Perkawinan”, Pandecta. Vol. 8, 1 (2013).

Buzama, Khoiruddin “ Pemberlakuan Teori-Teori Hukum Islam di Indonesia”,

Jurnal Al-„Adalah. Vol. 10, 4,( 2012).

Dikuraisyin, Basar. “Sistem Hukum dan Peradilan Islam di Malaysia”, Terateks.

Vol. 1,3, (2017).

Fata, Ahmad Khoirul dan Mustofa. “ Menyoal Kontektualisasi Hukum Islam

Tentang Poligami”. Jurnal Al-Ulum. Vol. 13, 2, (2013).

Hermanto, Agus “Islam, Poligami dan Perlindungan Kaum Perempuan”, Jurnal

Studi Agama dan Pemilkiran Islam. Vol. 9, 1 (2015).

Jamal, Ridwan. “ Hukum Poligami Menurut Undang-Undang dan Fikih”. Jurnal

Al- Syari‟ah, Vol. II, 1 (2004).

Johar, M. Fadhilah. “ Penerapan Sanksi 279 KUHP Terhadap Tindak Pidana

kejahatan Asal-Usul Perkawinan dalam Kasus Poligami Terhadap

Pernikahan Siri”. JOM Fakultas Hukum, Vol. 4, 2, (2017).

Kushidayanti, Liana. “ Perempuan dan Isu Poligami di Indonesia”. Yudisia. Vol.

9, 2,( 2018).

L. Esposito, John dan John O. Voll, “Islam and Democracy” Penerjemah Rahmani

Astuti. Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek.

Bandung: Mizan, 1999.

Makatungkang, Ramli. “Penerapan Hukum Islam di Malaysia”. Al-Syari‟ah, Vol.

1, 1 (2016).

Moqsith, Abd. “ Tafsir Atas Poligami dalam Al- Qur‟an”. Jurnal Karsa. Vol. 23.,

1, (2015).

Page 110: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

97

Mubarok, Nafi. “ Sejarah Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia”, Jurnal

Justica Islamica. 14, 1, (2017).

Muhammad, Ramizah Wan. “Sejarah Pentadbiran Kehakiman Islam di Malaysia:

Satu Sorotan”, Jurnal Kanun. Vol. 21, 1, (2009).

Nurcahaya, dkk. “ Sanksi Pelaku Poligami di Indonesia Prespektif Fiqh”. Hukum

Islam. Vol. 17, 1 ( 2007).

Nurhardiyanto, Fajar. “SIstem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”. Jurnlal

Tapis. Vol. 11, 1, (2015).

Riyanto, Astim. “Sistem Hukum Negara-Negara Asia Tenggara”. Jurnal Hukum

dan Pembangunan. Vol. 37, 2, (2007).

Roszi, Jurna Petri. “ Problematika Penerapan Sanksi Pidana dalam Perkawinan

Terhadap Poligami Ilegal”. Al Istinbath. Vol. 3, 1, (2018).

Setyanto, Danu Aris. “ Poligami dalam Prespektif Filsafat Hukum Islam (Kritik

Terhadap Hukum Perkawinan di Indonesia”. Al- Ahwal. Vol. 10, 1 (2017).

Siregar, Muhammad Yusuf. “ Sanksi Pidana Terhadap Perkawinan Poligami

Tanpa adanya Persetujuan Istri”, Advokasi. Vol. 5, 1, (2017).

Sudibyo, Ateng. “Kebijakan Kriminal Tindak Pidana Poligami Dikaitkan dengan

Sistem Hukum Perkawinan Indonesia”. Aktualita. Vol. 1, 1, (2018).

Sulistyowati, Haryani. “Efektifitas Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 45

Tahun 1990 Tentang Perkawinan dan perceraian Terhadap Perkawinan

Poligami Bagi PNS”. Hukum dan Dinamika Masyarakat. Vol. 14, 1, (2016).

Syarifuddin, Wahid. “Status Poligami dalam Hukum Islam”. Jurnal Al-Ahwal.

Vol. 6, 1, (2013).

Wartini, Atik. “ Poligami: dari Fiqih Hingga Perundang-Undangan”. Studia

Islamika. Vol. 10, 2, (2013).

Yacoob, Abdul Munir. “Perlaksanaan Perundangan Islam di Malaysia: Satu

Penilaian”. Jurnal Fiqh, Vol. 6, 6, (2009).

Yusrizal. “Studi Komperatif Pelaksanaan Peradilan Islam di Negara Malaysia dan

Saudi Arabia”. De Lega Lata. Vol. 2, 2 (2017).

Zaki, Muhammad. “ Dinamika Introduksi Sanksi Poligami dalam Hukum Negara

Muslim Modern”. Al- Risalah. Vol. 14, 2, (2014).

Zuhrah, Fatimah. “ Problematika Hukum Poligami di Indonesia (Analisis

Terhadap UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI)”. Jurnal Al-Usrah, Vol. 5, 1

(2017).

Sumber Internet

Harris, Oscar. KBRI Kuala Lumpur. Country Profile Malaysia.

http://kbrikualalumpur.org/w/2017/02/25/country-profile-malaysia/. Diakses pada

tanggal 08 April 2019, Pukul 10.35.

Portal Pusat Resmi Penerangan Malaysia. Penerangan Malaysia.

http://pmr.penerangan.gov.my/index.php/profil-malaysia/7954-ringkasan-sejarah-

malaysia. Diakses pada tanggal 08 April 2019, Pukul 12:45.

Page 111: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

98

Portal Resmi Mahkamah Syariah Wilayah Persekutuan. Perkhidmatan Mahkamah

Rayuan Syariah. mswp.gov.my/index.php/ms/mengenai-

mswp/perkhidmatan/bidang-kuasa/mahkamah-rayuan-syariah. Diakses

tanggal 14 Februari 2019, Pukul 10:12.

Rijal, Zainul. Hak-hak Poligami. Sinar Harian. Berita Elektronik.

http://www.sinarharian.com.my/kolumnis/zainul-rijal-abu-bakar/ketahui-

hak-anda-dalam-berpoligami-1.625692. Diakses pada tanggal 11 Desember

2018, pukul 10:45.

Wawancara

Interview Pribadi dengan Irwan Bin Mohd Subri, Dosen Fakulti Syariah

Universiti Sains Islam Malaysia. Selangor. 23 Oktober 2018

Interview Pribadi dengan Mohd Norshusairi, Dosen Academy of Islamic Studies

University of Malaya, Selangor, 25 Oktober 2018

Interview Pribadi dengan Nenney Shushaidah Binti Shamsuddin. Hakim

Mahkamah Tinggi Syariah. Selangor. 7 Desember 2018.

Interview Pribadi dengan Drs. Naim, S.H. Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Pusat. 12 April 2019.

Sumber Perundangan

Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan pelaksanaanya PP No. 9 tahun 1975

PP No. 10 tahun 1983 Perubahan PP No. 45 tahun 1990

Kompilasi Hukum Islam

Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Selangor tahun 2003

Enakmen Pentadbiran Islam Selangor tahun 2003

Page 112: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

LAMPIRAN

Page 113: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Wawancara Hakim

Tanggal Wawancara : 7 Desember 2018

Nama Hakim : Nenney Shushaidah Binti Shamsuddin

No. Tlp : +60 3-55191291

Tanggal Lahir: 26 November 1970

Riwayat Pendidikan hakim :

Diploma Pengajian Islam Syariah wal Qanun Universiti Kebangsaan

Malaysia

Diploma Pentadbiran Kehakiman Agama Islam Malaysia Universiti

Kebangsaan Malaysia

Sarjana counseling mature and informated Universiti Kebangsaan

Malaysia

Riwayat Pekerjaan:

Non- Governmental Organization, sebagai konsultan

Biro Bantuan Guaman Selangor, sebagai Advokat, tahun 2001

lembaga Pentadbiran kehakiman Putrajaya, sebagai Jaksa Agung sampai

tahun 2016

Jabatan Kehakiman Syariah Selangor, sebagai Hakim dari 2016- sekarang

Penghargaan yang diraih:

Mendapatkan penghargaan 100 wanita berpengaruh versi BBC

Pertanyaan

Mohon maaf puan sebelumnya apakah puan sudah memutuskan kasus poligami ?

Hakim

Saya sudah memutuskan beratus-ratus kasus mengenai poligami dihadapan saya,

tetapi more then like persent perkara sudah saya luluskan mengenai kasus

Page 114: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

poligami ini sebab orang ini memang layak untuk berpoligami, dan beberapa

perlu, bukan karena saya perempuan kemudian saya memakai emosi saya untuk

memutuskan itu tidak dibenarkan oleh agama sebabnya itu saya sudah banyak

meluluskan perkara poligami ini

Pertanyaan

Kemudian untuk tahun 2018 ini atau 3 tahun sebelumnya sudah berapa kali anda

menangani perkara poligami ?

Hakim

Dari tahun saya di lantik tahun 2016 sampai sekarang saya sudah menangani

perkara poligami sekitar 200 lebih

Apakah benar puan dari literatur dan beberapa buku yang saya baca bahwa

Selangor adalah yang pertama kali menerapkan Hukuman poligami ini ?

Hakim:

Dari sepengetahuan saya sejak dari tahun 1987 sebelum Enakmen diubah tahun

2003, semua negeri telah mengatur aturan tersebut dan semua negeri sama tidak

ada yang beda Cuma hanya saja poligami tanpa kebenaran di selangor diatur

dalam syeksen 124. Perbedaan nya hanya di penomoran syeksen nya saja dan

hukumannya jika di selangor dihukum penjara tidak melebihi 6 bulan dan denda

tidak lebih dari 1000RM. Tapi untuk peruntukkan semua negeri sama

Pertanyaan

Dimana perkara poligami biasanya diputuskan, apakah di Mahkamah rendah atau

mahkamah tinggi syariah?

Hakim

Perkara mengenai poligami pengesahannya bisa di mahkamah rendah dan juga di

mahkamah tinggi syariah, tetapi biasanya pengesahan poligami kebanyakan di

mahkamah rendah dan hakim-hakim mahkamah rendah yang putuskan terkait

juga dengan hukumannya

Page 115: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Pertanyaan

Lalu bagaimanakah praktek poligami yang terjadi dimasyarakat sendiri ?

Hakim

Ok, bagi perkara-perkara poligami yang ada di saya memang banyak tetapi itu

yang jenis isinya tentang setuju untuk dia berpoligami dan dia akan membawa

wali calon istridan calon istri yang kedua dan istri yang pertama datang untuk

meminta kebenaran poligami secara baik mengikuti undang-undang jadi ini ke

mahkamah tinggi untuk melihat kelayakan dia berpoligami dan kita akan

kabulkan permohonannya. Tetapi ada yang banyak lagi yang memang takut

dengan istri takut akan ketahuan berpoligami maka dia akan pergi ke Thailand,

indonesia atau batam, atau singapore, atau negara-negara lain nikah disana

kemudian balik lagi ke malaysia mendaftarkan pengesahan nikah poligami dan hal

ini kebanyakan didengar di Mahkamah Rendah dan ini yang banyak meminta

untuk kebenaran kemudian di kuasa bandingkan lah dan itu yang terjadi di

Selangor sekarang.

Pertanyaan

Bagaimana syarat-syarat nya poligami di selangor

Hakim

Di dalam Enakmen keluarga Islam 2003, syarat nya adalah harus sesuai dengan

kemampuannya, apakah suami ini mampu atau tidak mampu melakukan poligami,

gaji nya cukup atau tidak untuk membiayai menafkahi istri-istri dan anak-anaknya

kalau cukup mungkin bisa diluluskan. Kemudian apakah ada alasan khusus lain

yang mengharuskan ia beproligami apakah istri sakit kah, istri tidak bisa

memberikan keturunan, atau istri gila kah, atau mungkin ada alasan-alasan yang

memungkinkan ia berpoligami, dan kenapa perlu dia harus menikah lagi, dan itu

faktor-faktor yang mahkamah akan lihat, dari kesemuanya itu mahkamah akan

lihat bahwa suami nya itu mampu menafkahi, mampu berlaku adil terhadap istri

Page 116: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

pertama, mampu menghindari dari mudharat terhadap istri pertama, mampu

membagi rumah. Sesuai dengan syeksen 23

Pertanyaan

Dari puan yang sebutkan tadi yaitu syeksen 23 yang mengatur tentang poligami,

apakah ada regulasi lain selain dari syeksen 23 itu mengenai poligami ?

Hakim

Kalau hakim di selangor ini hanya syeksen 23 saja yang mengatur itu sudah cukup

dilihat engan melihat syarat-syarat nya dan kelayakan apakah suami bertanggung

jawab dan sesuai dengan prosedur poligami

Pertanyaan

Lalu apakah tujuan diberlakukannya hukuman bagi kesalahan berpoligami tanpa

izin mahkamah?

Hakim

Tujuan dari undang-undang itu dibuat adalah untuk memberikan kemaslahatan

bagi anak dan istri yang sebelumnya yang dirasa dirugikan terhadap suami yang

melakukan poligami dan untuk memberikan ancaman juga bagi para pelaku untuk

mematuhi undang-undang. Walaupun hukumannya masih dirasa kurang 1000 RM

itu dirasa sedikit atau kurang, akan tetapi hukuman itu bertujuan untuk

mengajarkan agar tidak melanggar undang-undang itulah prinsip hukum itu

diterapkan. Sebab jika dia melakukan pernikahan diluar tanpa ada izin istri dan

mahkamah dia akan menyebabkan kerugian mengabaikanbagi si anak dan

istrinya yang sebelumnya. Dan itulah hukuman itu dibuat untuk melindungi istri

dan anak-anaknya

Pertanyaan

Dari mana Rujukan nya sehingga di buatlah hukuman yang ada di syeksen 124 ?

Hakim

Page 117: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Dalam formulasi hukumnya sudah lama dilakukan hanya mengacu pada hukuman

ta’zir saja yang diberikan oleh pemerintah untuk kesalahan tersebut soalnya

hukuman itu beracuan kepada ta’zir yang diputuskan oleh kerajaan yang menjadi

pembuat asalnya yang saya tahu, dan aturan ini dibuat untuk pengajaran,

pendidikan masyarakat agar terhindar dari kemudharatan yang dilakukan jika

poligami ini tidak ada izin dari mahkamah

Pertanyaan

Lalu bagaimana praktiknya hukuman tersebut diterapkan dalam beracara di

pengadilan ?

Hakim

Di dalam mahkamah rendah denda maksimum 900 atau 1000RM ataupun bisa

bersama denda dan penjara sekitar 12 hari atau satu bulan atau bisa kedua-duanya

tergantung hakim yang memutuskan,akan tetapi biasanya jika hakim memutuskan

untuk penjara terdakwa akan di rayu, kenapa dirayu sebab semua orang takut

penjara, karena penjara ini menyebabkan akan kehilangannya pekerjaan,

berkurangnya pendapatan. Jadi kebanyakan orang memilih untuk denda sebisa

mungkin jika mendapat hukuman penjara dan mereka akan merayu ke mahkamah

tinggi. Karena denda hanya bayar sekitar 1000 RM.

Pertanyaan

Bagaimana pendapat puan apakah hukuman tersebut efektifkah?

Menurut saya kalau hanya 1000RM itu tidak efektif, karena bagi mereka yang

menikah diluar yaitu di thailand biasanya mereka hanya membayar 5000RM

sampai 10.000RM biasanya untuk membayar satu paket pernikahannya, jadi bagi

saya mereka mampu dalam membayar dendanya. Akan tetapi mereka masih ada

takut dengan hukuman penjaranya, sebab jika dipenjara akan merugikan mereka

dari segi pekerjaan dan penghasilannya kemudian mereka masuk ke dalam daftar

rekam jejak jinayah atau masuk dalam tindakan catatan pelanggaran yang ada, dan

bagi mereka penjara menakutkan lah. Maka dari sekarang ini hakim banyak

Page 118: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

memutuskan hukuman kedua-duanya yaitu denda dan penjara, oleh karena itu

banyak juga dari pada mereka mengajukan rayuan ke mahkamah tinggi. Dan

hakim mahkamah tinggi akan memilih hukuman yang diterimanya atau kah denda

atau penjara atau bisa juga masih tetap hukuman kedua-duanya denda dan penjara,

ada juga hakim mahkamah tinggi akan mengabulkan denda tetapi dengan denda

yang maksimum. Bagi saya bila seseorang itu telah mendapatkan putusan denda

dan penjara di mahkamah rendah dan banyak dari mereka yang akan mengalami

proses rayuan dimana proses rayuan ini akan memakan masa waktu yang lama

dan uang yang banyak bila dia memakai advokat dan memang seharusnya ada

advokat. Jadi bila kasus poligami ini ada dihadapan saya maka akan saya

pertimbangkan beberapa hal yaitu pertimbangan mengenai penderitaan dimana dia

harus melakukan proses rayuan tadi yang memakan banyak waktu dan keluar

uang banyak, biasanya saya akan bilang kepada dia lain kali kamu harus ikut

perintah undang-undang dan saya ingatkan dan hukumannya pun bagi saya

penjara cukup membuatnya jera

Pertanyaan

Mengenai hukuman tersebut puan, apakah ada pertentangan dari beberapa NGO

atau lapisan masyarakat yang tidak menyetujui hukuman tersebut?

Hakim

Sejauh ini saya belum mendengar adanya pertentangan mengenai hukuman

tersebut apalagi dari kaum laki-laki di malaysia sejauh ini belum, sebab orang

yang melakukan poligami tanpa kebenaran pun sudah dinyatakan bersalah jadi

orang pun jika dikatakan tidak adil, tidak adil dalam segi apanya, karena dia jelas

jelas telah melakukan kesalahan

Pertanyaan

Bagaimana pandangan dan cara puan dalam meneliti perkara poligami?

Hakim

Page 119: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Saya akan melihat dari segi kemampuan saya akan melihat apakah dia mampu

membuktikan kepada mahkamah bahwa dia mampu, saya akan melihat dari

berapa gaji nya berapa pendapatannya sebulan, dan ada apa saja tanggungan dia,

apakah ada hutangkah dan berapa hutangnya apakah ada hutang rumah kah hutang

mobilkah atau hutang personal kreditkah, semua saya akan tanya apakah dia

mampu memberikan semuanya yang saya minta. Kemudian saya akan tanya

berapa yang akan dikahsih untuk anak-anaknya, untuk istri nya, kemudian untuk

rumah bayar berapa, semua saya akan tanya detail terutama dalam hal

pendapatannya, dan apakah ada kelebihan dari semua pendapatannya, semua saya

akan perkirakan apakah cukup untuk semua kebutuhan tanggungannya. Kemudian

saya akan panggil semuanya istrinya yang pertama, wali dari istri pertama

kemudian bakal calon istrinya, kemudian wali dari bakal istrinya. Setelah itu saya

akan tanya kepada istri pertama, bakal istri kedua dan walinya apakah mereka

setuju bagian istri pertama sekian, istri kedua sekian, untuk anak-anaknya sekian

jumlahnya. Jadi jika mereka setuju tidak masalah. Sebab mereka biasanya yang

mengajukan permohonan biasanya memang sudah memiliki kemampuan, dan

mereka ke mahkamah hanya meminta kebenaran saja, tidak ada halangan baginya

jika hakim menyatakan bahwa dia benar-benar mampu dan bertanggung jawab.

Dalam hal itu kita sebagai hakim akan menilai dahulu baru setelah itu kita

luluskan permohonannya

Pertanyaan

Apakah memakan waktu lama untuk proses mengajukan permohonan berpoligami

?

Hakim

Ok jika disini dalam dalam proses permohonan nya yang pertama adalah melalui

pendaftar jika sudah melengkapi surat permohonan bersama dengan keterangan-

keterangan pendapatan, slip, gaji, aset pribadi, dan lain-lain kemudian yang kedua

melalui saya, saya akan melihat kelayakan orang tersebut untuk berpoligami dan

saya akan membuat surat panggilan kepada pemohon untuk juga menghadirkan

Page 120: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

istri pertama, calon istri kedua, dan wali-walinya disaat sidang, kemudian disaat

sidang tersebut saya pemohon harus wajib menghadirkan semua yang tadi saya

minta itu kemudian saya akan tanya istri pertama apakah setuju di poligami begitu

juga dengan istri kedua saya akan tanya alasan diam au dipoligami dan lain-lain

sampai pada akhirnya mereka sepakat dan menandatangani surat perjanjian

mengenai harta bersama begitu juga suami juga harus menandatangani untuk bisa

bertanggung jawab dan berbuat adil. Untuk proses kesemuanya itu sekiranya

memakan waktu 2 bulan, tak lama lah bagi saya

Pertanyaan ?

Bagaimana pendapat hakim jika ada suami yang sebelumnya sudah mengajukan

permohonan kebenaran berpoligami kemudian di luluskan, tetapi di pertengahan

dia lalai akan berbuat adil kepada istri-istrinya, akhirnya istri pertama mengajukan

kembali gugatan poligami karena merasa tidak mendapatkan ketidak adilan, lalu

bagaimana selanjutnya mahkamah akan memproses itu ?

Hakim

Ok misalnya, istri pertama dari segi nafkah sudah ok menadapatkan setiap

bulannya 3000RM kemudian untuk anaknya 2000RM perbulan dan suami nya

masih terus menafkahi istri dan anak-anak mereka kemudian pembagian

bermalam misalnya sudah 3 hari 3 hari untuk istri pertama dan kedua tetapi

dipertengahan misalnya suami sudah mulai lalai akan tanggung jawabnya dari

segi pendapatan dia masih memberikan nafkahnya kepada istri pertama tetapi dari

segi bermalam dia malah terus-terusan di tempat istri kedua, istri pertama merasa

tidak adil, kemudian mengajukan kepada mahkamah bahwa suami saya tidak

mengikuti perintah tentang bermalam dari perjanjian sebelumnya dia tidak adil,

ok setelah istri mengajukan permohonan itu mahkamah akan langsung memanggil

suaminya dan menanyakan kenapa dia tidak adil dalam pembagian malam, karena

sesuai dengan syeksen 151 kita boleh perintahkan dia kenapa dia tidak mematuhi

aturan dan kita boleh menghukum dia dengan penjara jika terbukti memang

benar-benar lalai dalam berbuat adil dibawah syeksen 151.

Page 121: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Pertanyaan

Bagaimana pendapat puan mengenai hukuman poligami, para ulama fiqh klasik

tidak memberikan hukuman bagi orang yang berpoligami sedangkan di Malaysia

sudah diberlakukan hukuman, apakah bertentangan dengan hukum islam ?

Hakim

Memang pada zaman dulu dibenarkan poligami sampai empat isteri, kemudian

dalam berpoligami juga harus berlaku adil, tidak memudharatkan pihak lain, itu

lah semua yang ada di islam kan intinya, di Malaysia ini jika seseorang dihukum

pastinya ada tujuannya, sebab di Malaysia semenjak perubahan undang-undang di

Malaysia pastinya dibuatnya undang-undang itu pasti ada sebabnya, dan saya

yakinkan pada diri saya ini bahwasannya dibuatnya undang-undang ini adalah

untuk suatu kemaslahatan, kebaikan bagi pihak-pihak yang terlibat, dan pihak-

pihak ini dalam poligami adalah wanita dan anak-anak. Dulu mungkin sebelum

adanya regulasi ini banyak orang-orang yang berpoligami tetapi tidak

memperhatikan kemaslahatan istri pertama dan anak-anak. Jadi banyak yang

memudharatkan pihak wanita dan anak-anak2 oleh karena itu undang-undang ini

dibuat. Jadi menurut pandangan saya tidak bertentangan sebab Allah berkata kita

hidup di dunia ini untuk menghilangkan segala kemudharatan, oleh karena itu kita

sebagai agama islam harus menegakkan kebaikan, syumul, dan terhindar dari

segala kemudharatan. Lalu apa gunanya agama ini jika tidak menjaga kebaikan

karena islam agama yang baik. Jadi Ulul Amrii’ Minkum patuhilah pemerintah,

pemerintah sudah berniat baik untuk menjaga kemaslahatan kaum wanita dan

anak-anak jadi patuhilah pemerintah selama itu baik, dan menurut saya hukum ini

pun perlu berkembang sesuai masa ke masa dan keadaan suatu bangsa. Sebab

Allah tidak pernah melarang suatu kemajuan dan seharusnya hukum itu mengikuti

keadaan dan kemajuan itu.

Pertanyaan

Bagaimana menurut hakim mengenai hak-hak yang harus diperoleh terhadap istri

pertama atau kedua atau istri-istri selanjutnya, apakah hak-hak nya sama secara

Page 122: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

pada umumnya yaitu mengharuskan, nafkah, hak bermalam, hak meminta

keadilan bagi suami, atau adakah hak lain yang harus di berikan kepada istri-istri ?

Hakim

Hak hak dibawah syeksen 23 sudah dijelaskan pada umumnya, tetapi ada hak

yang sebelum nya harus dipenuhi dahulu yaitu hak harta sepencaharian antara

suami dan istri pertamanya dulu, sebab banyak hal yang dperhatikan ketika harta

sepencaharian ini dulu ketika suami dan istri pertamanya membangun dari nol

kemudian bersama-sama menuju sukses, dan biasanya setelah suami sukses

mempunyai harta banyak muncul lah keinginan untuk berpoligami, ketika sudah

berpoligami harta sepencaharian yang dahulu di bangun antara suami dengan istri

pertama kebanyakan harta itu malah banyak diberikan kepada istri keduanya.

Sehingga hal ini dirasa tidak adil. Oleh karena itu dibawah syeksen 23 harta

sepencaharian istri pertama boleh mengajukan terlebih dahulu harta sepencaharian

semasa berkawin pertama dahulu dan pihak laki-laki pun juga boleh menagih

harta sepencaharian nya dahulu. Agar ketika suami menikah lagi dengan istri

kedua hartanya tidak bercampur dengan istri pertama.

Page 123: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Foto bersama dengan Hakim Mahkamah Tinggi Selangor Nenney Shushaidah

Binti Shamsuddin

Page 124: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Wawancara Dosen University of Malaya

Tanggal Wawancara: 25 Oktober 2018

Nama: Dr. Mohd Norshusairi

Pekerjaan: Dosen senior lecturer in Departement Sharia and Law, Academy of

Islamic Studies, University of Malaya

tanggal lahir : 24 desember 1983

Pertanyaan:

Bagaimana perkembangan poligami di Malaysia ?

Dr. Mohd Norshusairi: disini memakai mazhab syafii dijelaskan tidak ada

halangan untuk melakukan poligami, sejak dahulu Malaysia sudah berlaku

poligami termasuk Raja-raja di Malaysia pun sudah melakukan poligami, oleh

karena itu tahun 90an sudah ada aturan peraturan poligami yang mengharuskan

poligami dilakukan dengan kebenaran mahkamah tujuannya supaya orang tidak

menyalahgunakan poligami dan agar hak wanita tidak tertindas dan terabaikan.

Kalau poligami tapi mahkamah harus memberikan perizinan dengan alasan suami

harus memberi tahu pembenaran kenapa suami harus berpoligami, misalnya

karena istri tidak menjalankan kewajibannya, karena istri tidak dapat memberikan

keturunan dan untuk alasan khusus itu mahkamah boleh membenarkan

berpoligami. Di dalam Undang-Undang keluarga sudah diatur lengkap mengenai

prosedur dan tata cara berpoligami.

Pertanyaan

Apakah aturan yang mengatur tentang poligami ?

Dr Mohd Norshusairi: Malaysia mengatur di dalam Syeksen 23 Akta Undang-

Undang Keluarga Islam Wilayah persekutuan, dan juga aturan di setiap wilayah

berbeda tetapi pada umumnya wilayah persekutuan mengatur poligami di Syeksen

23.

Pertanyaan

Mengapa Malaysia menerapkan hukuman untuk poligami, dan apa alasannya ?

Dr Mohd Norshusairi: karena poligami ini sebelum ada aturan khusus mengenai

poligami dalam praktiknya sangat lah leluasa dan tanpa ada kawalan atau aturan

dan jika poligami di lakukan tanpa adanya regulasi yang ketat dia akan

memberikan efek yang negatif terhadap perempuan, pastilah istri akan terabai dan

Page 125: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

istri akan di dzalimi. Karena tidak semuanya lelaki yang melakukan poligami itu

semuanya mampu. Oleh karena itu mahkamah berpendapat dan hakim

berpendapat poligami perlu di terapkan regulasi untuk mengetahui apakah suami

itu benar-benar mampu atau kah hanya sebatas nafsu. Maka dari itu mahkamah

akan bersiasat dalam melakukan poligami suami akan dipanggil beserta istri

pertama ke hadapan mahkamah, untuk mengetahui apakah suami mampu dari segi

keuangan, fisik, dan bahkan kemampuan bathin pun mahkamah harus mengetahui

kemampuan suami dan akan dipersoalkan oleh mahkamah.

Pertanyaan

Kalau untuk rujukan Malaysia menerapkan poligami, Apa rujukan Malaysia dan

bagaimana asal usul nya sehingga diterapkan hukuman poligami ?

Dr Mohd Norshusairi: Asal nya aturan tersebut adalah merupakan hasil dari siyah

ya, siyasah syari’iyyah dari setiap pejabat pemerintah atau setiap kerajaaan kita di

Malaysia.

Pertanyaan

Lalu, untuk mengajukan poligami apakah ada syarat khusus untuk berpoligami ?

Dr Mohd Norshusairi: syarat khusus ada yaitu mestilah suami berkemampuan.

Dan suadah ada dalam Enakmen keluarga islam. Dan yang terpenting adalah

perkawinan itu harus dibuktikan di mahkamah tidak sekedar perkawinan itu patut,

tetapi perlu.patut ini maksudnya suami tidak masalah untuk membagikan nafkah

kepada istri, berlaku adil kepada istri pertama kedua dan ketiga, itulah yang

dimaksud patut, kemudian perlu perkawinan itu perlu memungkinkan walaupun

perlu itu tidak terasa kepada istri dan anak-anaknya yaitu perlu rasa dan harus bisa

bertanggung jawab ke pada istri-istri dan anak-anaknya. Jadi mesti seharusnya

untuk membuktikan kepada mahkamah itu bahwa perkawinan itu patut dan perlu.

Pertanyaan

Bagaimana penerapan hukuman poligami di Malaysia ?

Dr. Mohd Norshusairi: Di Malaysia terdapat dua hukuman yaitu boleh Penjara

dan boleh denda, biasanya orang-rang memilih denda. Mengapa kesalahan

poligami diterapkan hukuman? Karena kesalahan poligami termasuk dalam

kategori matrimonial offence atau kesalahan kesalahan matrimony. Kesalahan

dalam perkawinan yang dibolehkannya dihukum denda atau penjara. Dan

dendanya 1000 RM atau penjara 6 bulan., atau kedua-duanya. Suami boleh

memilih, denda atau penjara, biasanya banyak yeng memilih denda. Tetapi

mahkamah boleh menjatuhkan hukuman kedua-duanya jika dilihat kesalahan

poligami itu banyak merugikan pihak istri.

Pertanyaan

Page 126: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Apakah hukuman poligami di Malaysia termasuk kedalam hukuman Jenayah

dalam tata hukum di Malaysia ?

Dr. Mohd Norsurshairi: Hukuman itu termasuk kedalam Jenayah metrimoni, jadi

jenayah metrimoni itu adalah hukuman jinayah yang bersangkutan dengan

perkawinan. Jadi metrimoni itu dalam dalam Bahasa inggris artinya perkawinan.

Jadi kalau metrimoni offence yaitu kesalahan dalam perkawinan semacam

menghasud pasangan untuk bercerai,tak menizinkan suami atau istri untuk tinggal

bersama atau tidur bersama layaknya kehidupan suami istri, sekaligus termasuk

dalam kelompok poligami tanpa kebenaran mahkamah

Pertanyaan

Jika dilihat di Malaysia menerapkan hukuman poligami berbeda mengenai hukum

islam yang tidak menerapkan hukuman itu sendiri, bagaimana pendapat dr. ,

apakah bertentangan dengan hukum Islam ?

Dr. Mohd Norshushairi: Jika kita lihat dia tidak bertentangan, karena dalam kitab-

kitab mazhab dan kitab peradilan agama membenarkan poligami, sedangkan

pemerintah hanya meregulasikan poligami tersebut supaya masyarakat tidak

menyalah gunakan kebenaran poligami yang telah islam benarkan poligami

tersebut. Sebab jika tidak ada regulasi yang mengkhususkan poligami akan

menyebabkan banyak mudharat pada masyarakat terutama kaum perempuan,

begitu juga akan merusak nilai-nilai maqashid Syariah yang seharusnya menjaga

keturunan, keluarga, dll takut terabaikan. Dibuatnya regulasi sendiri yaitu untuk

mengawal poligami, jadi tidak bertentangan karena itu termasuk kajian

pemerintah yaitu siyasah

Pertanyaan

Menurut pendapat bapak. hak-hak apa saja yang memang harus dipenuhi untuk

melakukan poligami ?

Dr. Mohd Norshusairi: Semua hak sudah wanita dapat, dan di Malaysia ini setelah

mahkamah memberikan regulasi tentang poligami mahkamah juga melakukan

define atau menjaga untuk menetapkan harta bersama, dimana harta pencaharian

istri pertama harus dipisahkan dengan harta pencaharian suami yang ingin

melakukan poligami, walaupun harta pencaharian tidak termasuk dalam kajian

poligami tetapi mahkamah memberikan intruksi kepada suami tersebut untuk siap

siap bahwa harta pencaharian dan harta bawaan akan dipisah antara suami dan

istri pertama. ketika suami sudah melakukan perkawinan dengan istri kedua harta

tersebut tidak boleh dibagi kepada istri kedua, sebab tiada hak istri kedua

mendapatkan harta bersama suami dari pernikahannya dengan istri yang pertama.

Maka dari itu gunanya mahkamah membagi dulu antara harta pencaharian suami

dengan istri pertama sebelum adanya perkawinan dengan calon istri kedua, agar

istri pertama tetap mendapatkan haknya dimana istri pertama sudah menemani

Page 127: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

masa-masa sulit dan jatuh bangun dengan suaminya kemudian setelah suaminya

sudah kaya dan merasa mampu untuk berpoligami istri pertama tadi terabaikan

dan begitulah biasanya yang terjadi di Malaysia, karena perlunya pemisahan harta

agar istri pertama tidak terabaikan maka sebelum mengajukan kebenaran poligami

mahkamah menetapkan persoalan harta terlebih dahulu itulah hak khusus yang

diberikan mahkamah, adapun hak-hak lain seperti biasa hak nafkah, hak tempat

tinggal, dan hak hak adil dalam kebutuhan batin.

Page 128: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Foto Bersama Dr. Mohd Norshusairi Dosen Senior Lecturer in Departement

Sharia and Law, Academy of Islamic Studies Universiti of Malaya

Page 129: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Wawancara Dosen Universiti Sains Islam Malaysia

Nama: Prof. Madya. Dr. Irwan Bin Mohd Subri

Pendidikan: S1 (Al-Azhar), S2 (Universiti Kebangsaan Malaysia), S3 (UIAM)

Pekerjaan: Advokat Syarie (Negeri Sembilan). Dosen Fakulti Syariah Universiti

Sains Islam Malaysia

Email/Tlp: [email protected] / (+6)013 354 359

Interview Poligami:

Saya: Apakah landasan hukaman poligami tanpa izin mahkamah, apakah ada

factor-faktornya sehingga di Malaysia menerapkan hukuman bagi pelaku yang

berpoligami tanpa izin mahkamah?

Dr. Irwan: kalau kita merujuk di Malaysia agak unik ada 14 negeri, 14 negeri ini

mempunyai undang-undang tersendiri yang disebut syeksen, pada dasarnya

undang-undang/syeksen ini hampir sama diseluruh negeri yang membedakan

hanya penomorannya saja. Diantaranya enakmen jenayah Syariah, enakmen

Keluarga Islam, dan Enakmen tatacara Mal. Mengenai secara umumnya bahwa

Poligami Tanpa kebenaran Mahkamah merupakan suatu Kesalahan. Dan

kebiasaan masyarakat berpoligami disini adalah kebanyakan dari mereka

berkawin diluar Malaysia, kebanyakan mereka berkahwin di Thailand (Pattani).

Mereka menikah disana kemudian mendaftarkan perkawinannya disana maka itu

dianggap suatu kesalahan. Dan suatu kesalahan itu akan di Denda sebesar 1,000

RM. Jadi poligami tanpa kebenaran mahkamah itu adalah satu kesalahan itu

termaktub dalam Undang-undang kita

Saya: jika melihat dari hukum islam sendiri bahwa poligami dalam hukum islam

tidak menerapkan hukuman, sedangkan dimalaysia menerapkan hukuman

poligami, bagaimana pendapat prof mengenai hal ini?

Dr. Irwan: seperti yang dikatakan tadi bahwa apapun untuk memutuskan suatu

hukum mesti berdasarkan nash atau dalil, tetapi jika tiada dalil yang menyatakan

hal ini, maka ini kembali lagi terhadap pihak pemerintah untuk melaksanakan apa-

apa saja undang-undang yang dirasakan sesuai, dan ini berdasarkan Siyasah

Syar’iyyah, kenapa?, jika ada pihak yang bertanya kenapa diadakan undang-

undang yang menghukum poligami tanpa kebenaran mahkamah? Karena

sebelum-sebelum itu telah banyak kes/ kasus mengenai poligami yang si suami

telah menzhalimi isteri pertamanya khusus nya karena pada praktiknya bila

dikawin yang kedua banyak yang terabaikan terus kepada isteri pertamanya

terutama dari segi nafkah nya, pendidikannya, kesehatannya diabaikan terus. Jadi

hukuman ini berguna untuk membantu untuk memberikan kebaikan kepada isteri

pertama. Dalam kehati-hatian berkahwin dua. Jadi jika ingin berkahwin dua boleh

tetapi mohon izin dulu. Tetapi jika ingin diadu misalkan, mana ada nash mau

Page 130: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

kahwin dua suami kena ingin izin dahulu terhadap mahkamah. Memang jika

dilihat dari Qur’an dan hadits tidak ada. Tetapi itu sebagai siyasah syar’iyyah

untuk menjaga. Sebab saya sendiri adalah pengamal poligami. Jadi saya harus

minta izin dulu dari mahkamah. Dan itu ada prosedurnya. Yaitu kalau ingin

berkahwin dua kita perlu beri penghujahan atau alasan ingin berpoligami

dihadapan hakim, jadi akan ditanyakan kenapa mau berkahwin dua?. Jadi kita

harus berikan alasannya ditulis, alasan 1,2,3,4, dan seterusnya sebab-sebabnya.

Dan juga akan ditanyakan apa yang mau kamu beri kepada isteri pertama dan

kedua, dari segi bermalam? Berapa hari kamu mau beri bermalam? Itu perlu

ditulis secara bertulis dalam dokumen yang mana dokumen itu perlu diberikan

kepada hakim, jadi hakim akan melihat. Kalau dia puas hati maka dia akan

panggil si suami, istri pertama, dan bakal isteri kedua, dan juga dia akan panggil

wali dari bakal isteri kedua. Dia akan tanya kepada isteri pertamanya “puan/

nyonya, setujukah suami puan berkahwin lagi?”, kalau misalnya si isteri pertama

berkata tidak setuju. Maka si isteri ini perlu membuat penghujahan atau alasan

secara tertulis. Wah ini suami saya tidak pernah beri nafkah, tidak adil dan sering

pukul misalnya alasannya. Maka untuk pembicaraan setelah itu hakim akan

melihat semua itu. Dan tidak semestinya contoh kalau saya misalnya bisnismen

kemudian saya punya duit banyak misalnya, kemudian ada kesepakatan antara

saya dengan isteri pertama dan kedua saya dalam pembagian nafkah. Untuk isteri

pertama 30.000 RM dan isteri kedua pun sama 30.000 RM. Hakim tidak akan

melihat semata-mata hanya terbatas pada duit itu, tetapi hakim akan melihat dari

banyak faktor. Dan tidak semestinya juga kalau gaji yang banyak dua atau tiga

ribu ringgit tidak bisa kahwin dan tidak berpengaruh pada hakim. Semuanya

bergantung pada penelitian hakim, itu prosedurnya. Dan saya juga ada

pengalaman masuk kamar mahkamah berhadapan pada hakim juga berbincang-

bincang kepada pegawai yang ada disitu dan pengalaman saya sendiri mengatakan

bahwa proses berpoligami itu sangat lama sekali kurang lebih 6 bulan. Pada

pertemuan pertama dan kedua isteri tidak datang dan pada pertemuan ketiga

datang tetapi isteri pertama saya langsung bilang tidak setuju langsung hakim

berkata pertemuan ditangguhkan dan diminta untuk pulang untuk membuat

penghujahan atau alasan secara tertulis kemudian berjumpa lagi bulan depan.

Seterusnya seperti itu sampai 6 bulan, bahkan ada yang 1 tahun, 2 tahun,

mengikuti info yang diberikan pegawai mahkamah. Kadang-kadang ada saja yang

ghibah atau mengeluh mengenai prosedur poligami yang sangat lama. Tetapi

kenapa di Malaysia pada paraktiknya banyak yang melakukan kahwin lari ataupun

perkawinan poligami di Siam atau di Thailand ini karena melihat prosedur izin

poligami ini yang sangat lama. Kalau isteri pertama itu mengizinkan itu mudah

prosesnya apa lagi jika datang serentak semua isteri pertama, wali, kemudian

bakal isteri kedua semuanya sepakat setuju itu lebih mudah, karena hanya datang

sekali kemudian bawa penghujahan atau alasan tertulis itu hakim kemudian lihat

dan ok hakim menyetujui nya langsung dan kemudian dia akan bagi surat

lanjutan, itulah mudahnya mungkin hanya butuh satu kali pertemuan saja. Tetapi

Page 131: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

kalau satu kali tidak datang kemudian langsung akan ditangguhkan apalagi dua

kali dan seterusnya. Kalau misalnya contoh kamu hendak ingin berpoligami atau

tiga kali isteri anda langsung tidak datang, kemudian anda langsung meminta

kepada hakim misalnya “yang mulia mohon yang mulia langsung putuskan saja,

saya sudah tidak sabar nih” misalnya. Tetapi Hakim tidak boleh langsung

memutuskan begitu saja hakim mempunyai pendapat sendiri dan kewenangan

sendiri untuk berhak mendengarkan langsung dari isteri pertama anda, karena

hakim ingin tahu cerita sendiri dari isteri apakah si suami layak untuk berpoligami

atau tidak.

Saya : Prof lalu di Malaysia ini terutama di selangor apakah ada fatwa tersendiri

yang mengatur hukuman poligami tanpa kebenaran mahkamah?

Dr. Irwan : sepemahaman saya fatwa hukuman poligami itu tidak ada, dan kenapa

kesalahan poligami itu diadakan karena kesalahan untuk pelaku poligami ini

langsung duduk di dalam perundang-undangan enakmen jenayah Syariah itu

kesalahan berkahwin tanpa kebenaran mahkamah. Kalau disini apa bila mengenai

hukuman jika dijadikan undang-undang itu kedudukannya lebih kuat ketimbang

fatwa, maka oleh sebab itu diberikan hukuman 1000 RM.

Saya : tetapi apakah setelah denda itu apakah ada hukuman lain atau hanya denda

saja prof?

Dr Irwan : tidak karena dia sudah termaktub dalam undang-undang dan memang

hanya denda saja kalaupun kurungan yaitu tidak lebih dari 6 bulan

Saya: kemudian maaf Prof karena tadi prof menyebutkan prof sendiri

mempraktikan poligami itu apakah susah dalam praktiknya?

Dr Irwan: mengenai susah atau tidaknya itu tergantung individu, tetapi yang sudah

saya sebutkan tadi bahwa yang paling mudah dalam prosedurnya itu jika

semuanya setuju, tetapi jika isteri pertama tidak setuju itu memang sedikit

masalah waktunya. Tetapi bukan berarti jika isteri pertama tidak setujupun tidak

membenarkan, tetapi disitu hakim akan melihst tergantung pada keadaan suami

atau isteri tersebut, yang paling menentukan adalah tergantung pada dokumen

penghujahan atau dokumen mengenai tentang alasan-alasan berpoligami.

Sejauhmana si suami ini bisa mengajukan alasan-alasan tertentu terhadap

mahkamah itu. Sebab banyak kasus yang ada walaupun si suami ini mampu atau

gaji nya besar sekitar dua atau tiga ribu ringgit Malaysia itu tetapi tidak

mempengaruhi putusan hakim.

Saya : selanjutnya bagaimana tanggapan prof mengenai prosedur yang sekarang

ini setuju atau tidak kah?

Dr Irwan : bagi saya prosedur yang saat ini sudah bagus, mungkin lah mungkin

orang akan banyak mempertanyakan, kenapa perlu ditangguhkan selama satu

Page 132: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

bulan? Karena pada dasarnya mahkamah itu sendiri ingin memberikan peluang

kepada suami isteri agar bisa mendiskusikan dengan matang dan bisa

memaparkan suatu penghujahan atau alasan yang kuat untuk berpoligami, kalau

bisa dibilang apabila diberikan waktu singkat untuk mengirim penghujahan pun

tidak akan sempat, misalnya ketika istri tidak mengizinkan kemudian

ditangguhkan langsung esok harinya pasti tidak akan sempat untuk memberikan

alasan yang kuat. Tetapi pada dasarnya mungkin untuk penangguhan sendiri tidak

perlu menunggu satu bulan lamanya relatifnya satu minggu pun dirasa sudah

cukup untuk bisa bermediasi antara suami isteri.

Saya : tetapi apakah ada syarat tambahan di dalam aturan berpoligami di

Selangor, misalnya gaji harus sekian punya rumah atau kekayaan sekian?

Dr Irwan : tidak ada, yang penting adalah syarat izin isteri pertama dan

penghujahan, kalau pun isteri tidak setuju hakim juga akan tetap melihat

penghujahan itu.

Saya : pertanyaan terakhir prof apakah ada saran untuk rujukan tema hakim

perempuan dan hukuman poligami

Dr. irwan : untuk teorinya pada dasarnya mengenai tajuk atau judul tersebut

memang itulah yang dipakai kitab-kitab fiqih dan kitab-kitab fiqih muqoronah

Cuma mengenai praktiknya di Malaysia banyak-banyak merujuk pada Amalan

Jabatan Kehakiman Malaysia dan mungkin untuk tema hukuman poligami sendiri

bisa merujuk sama tadi kitab-kitab fiqih perkawinan, rukun-rukunnya dan bisa

merujuk pada enakmen undang-undang keluarga islam Maalaysia atau dan

enakmen kesalahan jenayah Syariah setiap negeri atau salah satu negeri misalnya

di Selangor.

Page 133: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Foto Bersama Prof. Madya. Dr. Irwan Bin Mohd Subri Dosen Fakulti Syariah

Universiti Sains Islam Malaysia

Page 134: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Interview Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Jakarta, 12 Oktober 2019

Nama Hakim: Na’im

Usia: 54 Tahun

Tempat dan tanggal lahir: Medan, 15 Maret 1965

Profil Pendidikan:

S1 Fakultas syari’ah IAIN Sumatera Utara Lulus tahun 1991

S1 Hukum Univ Al washliah Medan Lulus 2002

Profil Riwayat Pekerjaan:

CPNS 1993-2004 di Pengadilan Agama Balige

Sebagai Hakim diangkat 31 Desember 1997 sampai sekarang

Dimutasi ke pengadilan agama kisaran dari 2004-2010

Menjadi wakil ketua Mahkamah Syar’iyyah di Gayo 2014

Pertanyaan

1. Bagaimana perkembangan praktik poligami di Indonesia?

Jawaban hakim :

Jujur saja bahwa poligami yang ada di Indonesia saat ini adalah poligami

liar tidak terdaftar di pengadilan agama karena seyogyanya sesuai dengan

pasal 3 seorang laki-laki yang ingin menikah kembali dengan istri barunya

harus ada izin dari Pengadilan Notabene jika terkait dengan orang Islam

Pengadilan Agama, kemudian pasal 4 dan 5 menentukan syarat-syarat

yaitu ada syarat kumulatif dan fakultatif seperti yang diketahui, jadi

manakala poligami tanpa izin Pengadilan jadi poligami itu tidak dapat

perlindungan hukum artinya nikahnya itu nikah liar

2. Bagaimana praktik poligami di Pengadilan Agama ?

Jawaban Hakim:

Sesuai dengan petunjuk pedoman pelaksanaan Peradilan Agama untuk

Hakim buku 2 edisi revisi tahun 2013 memberikan petunjuk pada hakim,

bahwasannya izin poligami adalah merupakan jenis perkara kontentius

Page 135: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

bahwa seorang laki-laki jika mempunyai seorang istri A kemudian si laki-

laki ingin mempunyai istri lagi yaitu si B jadi si suami harus mengajukan

permohonan izin dahulu kepada Pengadilan Agama supaya diberi izin

untuk menikah kembali dengan calon istrinya si B tetapi dengan

menududukan istri yang pertamanya tadi sebagai pihak, itulah yang

dimaksud dengan kontentius.

3. Bagaimana Sikap Peradilan Agama dalam Menangani perkara

poligami Liar?

Jawaban Hakim:

Pengadilan Agama bersikap pasif, hakim tidak mencari perkara tetapi

menerima segala perkara. Hanya saja jika poligaminya ingin mendapat

perlindungan hukum tentu poligaminya harus didaftarkan ke Pengadilan

Agama. Kalau misalnya meskipun saya seorang hakim kemudian ada

tetangga saya yang poligami liar saya tidak berwenang mencari perkara-

perkara diluar Pengadilan Agama. Artinya poligami tadi tidak mendapat

perlindungan hukum ketika poligami tidak mendapat perlindungan hukum

seketika itu juga anak hasil poligami itu juga tidak akan mendapatkan

perlindungan hukum.

4. Apakah di Indonesia menerapkan sanksi poligami liar?

Jawaban Hakim:

Selama ini di Pengadilan Agama tidak menerapkan sanksi, sanksi nya

hanya tidak mendapat perlindungan hukum anak yang lahir dari poligami

liar tersebut dan dia juga tidak akan terdaftar sebagai warga negara yang

karena dia tidak akan mempunyai kartu keluarga, akta kelahiran, dan lain-

lain. Hal ini karena pernikahan itu tidak tercatat. Oleh karena itu

seharusnya siapapun yang ingin berpoligami seharusnya ke Pengadilan

Agama, di Pengadilan kemudian akan memeriksa poligami tersebut,

kemudian hakim juga akan mendengarkan berbagai alasan para pihak. Jika

memenuhi persyaratan kumulatif dan alternative tersebut maka poligami

itu akan disahkan, kemudian KUA akan segera mencatatkan pernikahan

poligami itu. Maka setelah dicatatkan akan keluar buku nikah. Jika ada

Page 136: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

buku nikahnya maka anak hasil poligami itu akan mendapatkan hak

kewarganegaraannya dan hak-hak lainnya.

5. Di dalam PP No.9 tahun 1975 dalam Pasal 45 menerapkan hukuman

denda 7500 dan penjara 3 bulan apakah undang-undang itu

diterapkan dalam praktiknya?

Jawaban Hakim:

Pengadilan bukan sebagai pelaksana putusan, tetapi pelaksana putusan

adalah tugas dari kejaksaan atau kepolisian. Seandainya ada orang yang

melakukan praktik poligami tanpa izin Pengadilan tentunya bukan tugas

Pengadilan, hal itu sudah termasuk tugas Jaksa atau kepolisian. Apabila

ada pihak yang keberatan misalnya maka menuntut hal tersebut itu bukan

termasuk ranah Pengadilan Agama tetapi masuk ke ranah Pengadilan

Umum karena menangani pidana, “Kenapa poligami tanpa izin

pengadilan” dituntut hal tersebut di Pengadilan Umum dan dikenakan

7.500 dendanya atau kurungan 3 bulan. Dan hal ini sudah termasuk

kedalam delik aduan karena menyembunyikan poligami liar, dan salah

satu pihak yang bisa mengadukan tersebut yaitu istri tuanya atau istri yang

dipoligami.

6. Apakah ada persamaan atau perbedaan dalam beracara di peradilan

bagi poligami liar yang PNS dan poligami liar Non PNS?

Jawaban Hakim:

Justru di PNS aturan ini sangat ketat, diadakannya aturan ini adalah

dengan tujuan tertib masyarakat. Khusus bagi PNS terikat pada aturan PP

No. 10 tahun 1983 Jo. PP No. 45 tahun 1990 tentang izin perceraian dan

izin poligami bagi PNS khusus pasal 4 nya mengatur poligami dan pasal 3

nya mengatur perceraian. Jadi seorang suami yang akan menikah kembali

selain dia harus meminta izin dari Pengadilan Agama dia juga harus

mendapatkan izin dari atasan atau pejabat ditempat dia bekerja.

7. Apakah ada hukuman poligami liar bagi PNS ?

Jawaban Hakim:

Page 137: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Kalau untuk sanksi bagi PNS pasti ada karena banyak aturan yang

mengatur. Pertama sanksi disiplin sesuai PP No. 53 tahun 2010, dan aturan

lain yang berkaitan dengan kepegawaian harus ditaati oleh PNS, ada juga

PP No. 30 tahun 1980 yang mengatur. Sanksi nya bisa ada teguran

pernyataan tidak puas, penundaan gaji berkala, bahkan sampai pemecatan.

8. Apakah sanksi bagi PNS tersebut juga merupakan kewenangan

Pengadilan Agama?

Jawaban Hakim:

Pengadilan Agama adalah pengadilan yang menangani perkara orang-

orang Islam sesuai dengan Asas Personalitas, dan tanpa terkecuali juga

mereka yang PNS. Tetapi dalam hal Sanksi Pengadilan Agama tidak

memberikan sanksi, Pengadilan Agama hanya memutuskan saja, yang

memberikan sanksi bagi PNS itu adalah atasannya dimana dia bekerja,

tanpa terkecuali juga didalam lembaga Pengadilan Agama apabila ada

salah satu anggota PNS yang melakukan poligami liar maka akan

diberikan sanksi oleh atasannya dalam hal ini ketua Pengadilan Agama di

wilayah tersebut.

9. Menurut hakim bagaimana seharusnya undang-undang poligami

diatur agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak wanita?

Jawaban Hakim:

Sebenarnya dengan tidak mendapatkan perlindungan hukum yang

diterapkan saat ini, itu merupakan sanksi moral dalam hal teguran bagi

para pelaku poligami liar itu. Tetapi jika memang ada regulasi yang

mengatur sanksi silahkan saja diatur supaya memang lebih tegas. Tetapi

jika melihat dari segi kerugian baik istri pertama yang dipoligami dan istri

kedua yang berpoligami sama-sama dirugikan. Istri pertama dirugikan

karena merasa dibohongi dan lain-lain istri kedua yang dipoligami liar

akan berdampak pada anaknya yang tidak mendapatkan keabsahan dari

negara, tetapi jika memang ada sanksi untuk mengurangi kerugian itu

silahkan saja diatur. Karena dalam hal ini Pengadilan hanya menjalankan

regulasi yang telah ditetapkan oleh DPR tetapi jika memang diadakan

Page 138: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

aturan secara personal mengenai poligami itu akan lebih bagus karena

jelas hukumnya

10. Bagaimana sikap hakim terhadap seorang istri yang dipaksa untuk

memberikan izin poligami bagi suami?

Jawaban Hakim:

Dalam hal ini memang praktik seperti ini banyak, mungkin karena

memang maksudnya untuk menutupi aib karena sudah mendalam

hubungan suami dengan wanita yang di idamkan itu istri pertama akhirnya

secara terpaksa menyetujuinya karena untuk menutupi aib, Cuma yang

lebih ditekankan lagi ketika ada perkara poligami kemudian hakim

memeriksa “ada” atau “tidak ada” izin dari istri tuanya, suaminya wajib

membuat surat pernyataan akan berlaku adil terhadap para istrinya. Dan

adil termasuk syarat utama dari izin poligami tersebut. Tetapi nyatanya

banyak yang melakukan poligami hanya berlandaskan nafsu saja. Tetapi

bila ada perkawinan poligami yang secara resmi atau poligami yang

disahkan dikabulkan oleh Pengadilan Agama dan suami telah berjanji

untuk berlaku adil, di tengah pernikahan poligami tiba-tiba suami mulai

tidak adil terhadap salah satu istrinya dan merasa dirugikan itu adalah

termasuk tindakan oneprestasi, jalan yang ditempuh di Pengadilan Agama

kebanyakan istri melakukan cerai

Page 139: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH
Page 140: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH

Foto Bersama Bapak Naim Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Page 141: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH
Page 142: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH
Page 143: SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45166...SANKSI POLIGAMI TANPA IZIN DARI PENGADILAN AGAMA DI INDONESIA DAN MAHKAMAH