sanksi pidana bagi dokter.doc

14
SANKSI PIDANA BAGI DOKTER/DOKTER GIGI YANG TIDAK MEMBUAT REKAM MEDIK SESUAI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis ( UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ). Sedangkan tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan kesehatan disebut dengan sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan lain- lain. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H Ayat(1). Berdasarkan bunyi pasal tersebut, sudah jelas bahwa penyelenggaraan kesehatan merupakan hak asasi atau hak dasar setiap orang yang dijamin oleh negara. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh

Upload: dessy-puteri

Post on 25-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SANKSI PIDANA BAGI DOKTER/DOKTER GIGI YANG TIDAK MEMBUAT REKAM MEDIK

SESUAI UNDANG-UNDANG RI NOMOR 29 TAHUN 2004

TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis ( UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ). Sedangkan tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan kesehatan disebut dengan sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan lain- lain. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H Ayat(1). Berdasarkan bunyi pasal tersebut, sudah jelas bahwa penyelenggaraan kesehatan merupakan hak asasi atau hak dasar setiap orang yang dijamin oleh negara. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Untuk menjamin hak- hak pasien tersebut dibuatlah Undang Undang yang mengatur tentang hak dan kewajiban dokter diantaranya adalah Rekam medic.

Rekam medis itu adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien ( Permenkes nomor 286 Tahun 2008 tentang Rekam medic Pasal 1 ). Begitu pentingnya rekam medic dalam pelayanan kesehatan sehingga dituangkan dalam peraturan perundang undangan dan menjadi kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan. Menurut Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 46 bahwa Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.

Kewajiban ini juga tercantum dalam Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 Pasal 5 berbunyi (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan. (3) Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. (4) Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.Rekam medic sangat dibutuhkan dalam rangka pelayanan kesehatan maupun dalam rangka penegakan hokum pelayanan kesehatan. Rekam medic dibutuhkan untuk mengetahui riwayat penyakit pasien terdahulu beserta pengobatannya. Begitu pentingnya Rekam Medik sehingga perlu dibuat sanksi pidananya apabila Rekam medic dalam pelayanan kesehatan tidak dibuat oleh dokter. Hal Rekam Rekam Medik diatur dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 dan 79.

Pasal 79 UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran berbunyi , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :

a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1);

b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagai mana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atau

c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagai mana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf ewalaupun sanksi pidana jelas dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktiik Kedokteran , namun masih banyak rekam medic yang belum dibuat sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang- undangan. Hasil penelitian penelitian tentang rekam medic di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Kabupaten Takalar Tahun 2012 pada penulisan kelengkapan identitas pasien MR 2 dari total kunjungan 13.386 pasien, penulisan nama pasien yang lengkap 5.622 status (42%), dan terdapat 7.764 status (58%) yang tidak lengkap pencatatan namanya. Penulisan nomor rekam medik yang lengkap 6.693 status (50%) dan terdapat 6693 status (50%) yang tidak lengkap nomor rekam mediknya. Pada penulisan umur yang lengkap 3.881 status (29%) dan terdapat 9.505 status (71%) yang tidak lengkap penulisan umurnya. Pada penulisan ruangan atau tempat rawat yang lengkap 3.480 status (26%) dan terdapat 9.906 status (74%) yang tidak lengkap penulisan ruangannya.Jadi rekam medic merupakan dokumen penting dalam pelayanan kedokteran sebagai pertanggung jawaban hokum dalam tindakan kedokteran. Rekam medic juga mempunyai fungsi perlindungan hokum bagi dokter itu sendiri dalam memberikan pelayanan. Permasalahannya apakah dokter yang tidak membuat rekam medic layak diberikan sanksi pidana sebagaimana layaknya penjahat ?

Oleh karena itulah kami tertarik untuk memilih judul sanksi pidana bagi dokter / dokter gigi yang tidak membuat Rekam medic menurut UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran. Judul ini merupakan tindakan melawan hokum dalam praktik kedokteran karena telah diperintahkan oleh Undang- Undang.B. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Maksud

: Memberikan gambaran yang jelas tentang rekam medic bagi para mahasiswa kedokteran.2. Tujuan

:

a. para mahasiswa kedokteran memahami kewajiban dokter dalam membuat rekam medic.

b. mencegah terjadinya masalah hokum dalam pelayanan kedokteran

c. meningkatkan pelayanan kedokteran yang prima.

BAB II

REKAM MEDIK DALAM PELAYANAN KESEHATANA. Kewajiban dokter dalam Rekam medik Hubungan dokter dan pasien merupakan hubungan hokum yang menimbulkan hak dan kewajiban anatar pasien dan dokter secara timbal balik. Hak dokter menjadi kewajiban pasien untuk memenuhinya, sedangkan hak pasien merupakan kewajiban dokter untuk memenuhi hak pasien. Salah satu halm pasien sebagaimana tertuang dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 adalah Rekam medic.

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien ( Permenkes Nmor 268 tahun 2008 tentang Rekam Medik ). Pembuatan rekam medic merupakan suatu kewajiban yang dibebankan kepada dokter dan atau dokter gigi untuk membuat rekam medic ( Pasal 46 UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ). Pasien memiliki hak untuk memperoleh isi rekam medic sebagaimana diperintahkan UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 bahwa Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan isi rekam medis.

Rekam medic memegang peranan penting dalam mengungkap kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter/ dokter gigi. Hakim Agung Prof Suryajaya mengungkapkan sudah seharusnya tindakan malpraktik yang dilakukan dokter bisa dipidanakan tak hanya berhenti sebatas sanksi etik. Menurut dia, tidak terungkapnya unsur pidana dalam praktik terkait tindakan malpraktik kedokteran disebabkan bukti medical record (rekam medis) tidak pernah dibuka dalam proses penyidikan dengan dalih kerahasiaan praktik kedokteran.

Begitu pentingnya Rekam medic dalam pelayanan kesehatan ( kedokteran ) sehingga perlu diatur lengkap dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menjadi kewajiban dokter dan menjadi hak bagi pasien. Untuk menjamin terlaksananya Rekam Medik yang sesuai dengan peraturan perundangan maka pemerintah juga memberikan sanksi pidana bagi dokter / dokter gigi yang tidak membuat rekam medic. Sanksi pidananya tertuang pada Pasal 79 poin b , Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- ( Lima puluh juta rupiah ) setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medic sebagaimana dimaksud Pasal 46 ayat (1).

Tujuan dari sanksi pidana ini dimaksudkan untuk memberikan penekanan agar hak pasien berupa rekam medic dalam diberikan kepada pasien sehinga hak pasien terpenuhi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rekam medic inipun bermanfaat bagi dokter / dokter gigi sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat profesi dokter dalam praktik kedokteran.

Namun demikian siapakah yang bisa menjamin implementasi rekam medic bisa dilaksanakan sesuai dengan UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran ? Tidak seorangpun bisa melihat rekam medic dengan dalih rahasia kedokteran. Orang yang bisa melihat rekam medic hanyalah dokter dan petugas kesehatan terkait , sedangkan pasien hanya bisa meminta kopi rekam medic atau salinan rekam mediknya. Siapakah yang mempunyai kewenangan melakukan audit rekam medic dan memberikan sanksi apabila rekam medic dibuat belum sesuai dengan UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran ?Kegunaan Rekam medic dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya :

1) Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkanwewenang dan tanggung jawab tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2) Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

3) Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan hukum.

4) Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan, karena isinya mengandung data/informasi yangdapat digunakan sebagai aspek keuangan.

5) Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena informasi yang dikandungnya dapatdigunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

6) Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi tentangperkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasitersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai.

7) Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yangharus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban laporan rumah sakit.

B. Sanksi Pidana

Hukum pidana adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana ( Mezger ). Perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memungkinkan adanya pemberian pidana. Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu.

Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib. Sanksi Pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu atau membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.

Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-syarat tertentu , sedangkan Roslan Saleh menegaskan bahwa pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada pembuat delik.

Syarat- syarat tertentu dimaksud adalah asas legalitas sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 KUHP, Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada , sebelum perbuatan itu dilakukan . Sanksi pidana dalam hal Rekam Medik sebagaimana tercantum dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 79 merupakan asas legalitas dalam menegakkan Rekam Medik pada praktik kedokteran. Sudah selayaknya para dokter menyadari bahwa Rekam medic bukan hanya untuk kepentingan pasien semata- mata melainkan juga untuk kepentingan perlindungan hokum bagi para dokter itu sendiri.

Sanksi pidana bagi dokter dan atau dokter gigi yang tidak mau membuat rekam medic tentunya mempunyai tujuan mulia yaitu memberikan perlindungan hokum bagi pasien dan dokter / dokter gigi itu sendiri.BAB III

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM PIDANA DOKTER DALAM REKAM MEDIK

Untuk memidana seseorang , disamping orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang , dikenal pula asas Geen straf zonder schuld ( tiada pidana tanpa kesalahan ). Asas ini merupakan hokum yang tidak tertulis, tetapi berlaku di masyarakat dan juga berlaku di KUHP, misalnya Pasal 44 KUHP tidak berlaku pemidanaan bagi perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu bertanggung jawab, Pasal 48 KUHP tidak memberikan ancaman pidana bagi pelaku yang melakukan perbuatan pidana karena adanya daya paksa. Demikian juga dengan Pasal 50 , Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tidak dipidana.

Oleh karena itulah untuk dapat dipidananya suatu kesalahan dapat diartikan sebagai pertanggung jawaban dalam hokum pidana haruslah memenuhi 3 unsur, sebagai berikut :

1)Adanya kemampuan bertanggung jawab pada petindak artinya keadaan jiwa petindak haruslah normal.

2)Adanya hubungan bathin antar petindak dan perbuatannya yang dapat berupa kesengajaan ( dolus ) atau kealpaan ( Culpa ).

3)Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau pemaaf.

Lantas bagaimana dengan pertanggung jawaban dokter/ dokter gigi yang belum membuat rekam medic sesuai dengan Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ? Apakah dokter / dokter gigi dapat dipidana sebagaimana halnya penjahat yang melakukan tindak pidana ? Seorang dokter dalam melaknsanakan tugasnya merupakan tugas dalam hal penyelamatan jiwa pasien dan hal ini merupakan kewajiban bagi doktter .BAB IV

PENUTUPSilahkan dibuat penutupnya he he