sanghyang anala psl 1- 67

31
KEPUTUSAN SANGHYANG ANALA Om Awighnamastu nama sidhyam (Ya Hyang Widhi, semoga tak terhalang sujudku, semoga berhasil) I Iki Kaketusan Wiswakarmatmaja Tatwangaran, kaputusan ira Sanghyang Anala. Inilah petikan Wiswakaratmaja Tatwa namanya, dari Keutusan Sanghyang Anala. 01 PAGUMAN SANGHYANG ANALA RING PARA SISYA Byatita paguman ira Sanghyang Anala ring para sisyan ira kabeh, kang malakwana Wiswakarma Tatwa, angametana smara karya, angering sira Sanghyang Aji Wiswakarma, kang wang wus winastuning tata parikramania nihan. Disebut setelah berlangsung persidangan Sanghyang Anala bersama para murid beliau semua, yang menjalankan dan mendalamin hakikat ajaran Wiswakarma, para pecinta lapangan kerja (di bidang bangunan), bersama dengan Sanghyang Aji Wiswakarma yang sudah masyur diberkati tentang tata cara pelaksanaan sebagai berikut. >> 01 Persidangan Sanghyang Anala bersama para murid Beliau, mendalami Ajaran Wiswakarma mengenai bidang pembangunan. 02 LING NIRA SANGHYANG ANALA Keputusan Sanghyang Anala - 1

Upload: adhimastra

Post on 16-Jun-2015

616 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

Materi kuliah untuk agama dalam arsitektur tradisional Bali

TRANSCRIPT

KEPUTUSAN

SANGHYANG ANALA

Om Awighnamastu nama sidhyam(Ya Hyang Widhi, semoga tak terhalang sujudku, semoga berhasil)

I

Iki Kaketusan Wiswakarmatmaja Tatwangaran, kaputusan ira Sanghyang Anala.

Inilah petikan Wiswakaratmaja Tatwa namanya, dari Keutusan Sanghyang Anala.

01PAGUMAN SANGHYANG ANALA

RING PARA SISYA

Byatita paguman ira Sanghyang Anala ring para sisyan ira kabeh, kang malakwana Wiswakarma Tatwa, angametana smara karya, angering sira Sanghyang Aji Wiswakarma, kang wang wus winastuning tata parikramania nihan.

Disebut setelah berlangsung persidangan Sanghyang Anala bersama para murid beliau semua, yang menjalankan dan mendalamin hakikat ajaran Wiswakarma, para pecinta lapangan kerja (di bidang bangunan), bersama dengan Sanghyang Aji Wiswakarma yang sudah masyur diberkati tentang tata cara pelaksanaan sebagai berikut.

>> 01Persidangan Sanghyang Anala bersama para murid Beliau, mendalami Ajaran Wiswakarma mengenai bidang pembangunan.

02 LING NIRA SANGHYANG ANALA

Ling nira Sanghyang Anala, mojar ing sisyan ira aji kabeh, miteketana warah sira Aji den ira.

Adapun maksud beliau Sanghyang Anala, mengajar kepada para murid Beliau semua, mengingatkan ucapan/isi pustaka suci oleh beliau sebgagai berikut,

Keputusan Sanghyang Anala - 1

03TELU MALA

Yata para sraya mami kabeh, mami rumeketana pacaritan ira Aji ring sarira, haywa ima-ima rumesep haneng angen apan hana telu mala, angliput ring bwana sariranta,akweh jugekang mamala, lwir ambubu lumiput ring awan kramania, den prayatna juga kita rinadinaken bwana sarira, apan sira dika, winawiseka Undagi de Aji.

Nah kepada anda sekalian, saya mempertegas keterangan pengetahuan suci didalam diri,janganlah anda segan-segan menghayati dalam imanmu, sebab (dalam diri) terdapat tiga macam yang disebut mala(cemar), yang meliputi diri, juga banyak mala lagi, seperti halnya awaqn yang meliputi angkasa, karenanya hendaklah anda berhati-hati menyucikan dirimu, sebab Sanghyang Suksmalah yang memberkahimu selaku Undagi, melalui ilmu keimanan.

04 SANGKAN LUMAKWA

Itatkalaning rumagating Padmasana patarana, sangke ring sira wenang amalaku ngamet smara karya, sangke rika juga kami kabeh, kionkon de Aji, lumakwa angarepana sarwa karya Aji.

Pada waktu itulah (Hyng Suksma) dituntun disthanakan pada Padmasana (Padma Hredaya), karena dari berkat Beliaulah maka anda dapat melakukan pekerjaan, dan dari sana pulalah kita sekalian, diperintah oleh pustaka suci, berlaksana mengutamakan semua isi ajaran suci.

05WINAWA HARAN UNDAGI

Kla irika, kami kabeh winawa haran Undaga, haran ing mangkana, sira Aji rumaga licin. Undaginira wenang lumacana juga, den prasidha sira manggeh ring Padmasana patarana.

Pada saat yang demikian, kita sekalian membawa nama Undagi, dan dengan nama yang demikian, maka ajaran suci itu berwujud Sanghyang Suksma Licin. Karena itulah Undagi tersebut berhak merencanakan, namun seharusnya mereka mensthanakan (Hyng Suksma) pada Padmasarira.

06 AGAWE KALICINING SARIRA

Yata marmaning, mangke sira wenang mandining bwana sariranta, satata magawe kalicing sarira.

Keputusan Sanghyang Anala - 2

Itulah sebabnya, dari sejak kini anda berhak menyucikan kodrat hidup pripadi anda, dengan jalan selalu melaksanakan kesucian tubuh.

07ANGAMET SMARA KARYA

Yan kita wus licin, teher juga rinakwana, lemah lembhuning pangkajang ira aji, kang yogyana kita lumakwa angamet smara karya, setata ngiring aji, saha gelarana haran kita.

Seandainya anda telah suci, selanjutnya juga disebut tanah tempat tumbuhnya Teratai Ajaran Suci, ketika itu sudah sepatutnya anda melaksanakan swakarya anda dengan selalu mengikuti ajaran suci, serta lakukan sebagaimana predikat anda.

08 TUMITAHING SARAJA KARYA

Undagi wenang tumitahing saraja karya nkabeh, amastu-wastu salahkna.

Orang yang berpredikat Undagi, berhak menentukan segala pekerjaannya dan menyatakan baik, salah, maupun benarnya keadaan bangunan.

02/08 Maksud Sanghyang Anala, untuk mengingatkan agar para muridnya menghayati isi Pustaka Suci dengan hati-hati, melalui penyucian diri terlebih dahulu., untuk tumbuhnya keimanan, sebab selaku Undagi melalui keimananlah penghayatan hakikat ke-undagi-an itu didapatkan, yang disemayamkan dalam Padma Hredaya (hati nurani) seseorqang oleh Ida Sang Hyang Widhi, sehingga beha menyandang Undagi. Selanjutnya agar orang yang berpredikat Undagi, berhak merencanakan, menentukan dan menyatakan salah maupun benarnya keadaan bangunan.

II

09ANUHUN PADHA

Mangkana pawitan kami kabeh, anuhun padhanira Aji Wiswakarma.

Demikianlah awal kata kami pada anda semua, lalu bersujudlah para siswa beliau pada kaki Bhagawan Wiswakarma.

Keputusan Sanghyang Anala - 3

10 MWAH PAWARAH IRA AJI

Ana mwah kengetakena pawarah ira Aji, ri sadakala angametana kerti, saswakaryan ira kawenang, wastu tan wastu, wyapaka, idep tan kaidep, dharma tan dharma, putusan suksma, adyatmika tan acintya. Ada lagi ajaran beliau yang patut diingat setiap saat selaku guru, pada waktu mengambil pekerjaan, seperti halnya pekerjaan Beiau sebagai guru. Janganlah ragu-ragu memikirkan, mana yang wajib dan mana yang tidak diwajibkan,mana yang patut dan mana yang tidak patut dikembangkan, yang patut ditanggapi dan yang tidak patut ditanggapi, yang patut dituntun, yang akan menjadi kesimpulanyang utama, yang bersifat lahir dan batin.

11 MWAH PAWARAH IRA AJI

Mangkana juga kawenang kami kabeh, rumesep ing bwana sarira, den wruh pwa kita ameta rasaning swakarya kabeh, ring bwana sarira juga, hunggwang ira salah lawan kenaning sakarya kabeh.

Demikian juga yang menjadi kewenang kita semuanya, patut dihayati didalam diri, dan juga supaya anda sadar mengambil hakikat pekerjaan anda semuanya, sebab didalam dirio anda jugalah tempatnya, yang disebut salah dan benarnya pekerjaan anda semua.

12MWAHPAWARAH IRA AJI

Ya juga wenang wigena ring manadhana tepet ing buwana sarira, maka sadhana yasa kabeh, saka lwir ing brata tapa.

Itu jugalah yang berhak merusak di dalam kehormatan yang tetap pada diri pribadi anda, yang dapat menyelesaikan jasa anda semuanya, termasuk segala bentuk ikrar anda.

13MWAH PARAWAH IRA AJI

Yan weruh tan weruh sira ri mulaning sadhana buwana sarira, makadi yasa, brata, tapa, ayma kita amalakwa kapalihaning Undagi, tumamah sapan ira aji sanghyang Wiswakarma, ila –ila dahat tan sidha phalania.

Andaikata anda sabar, bahwa anda tidak mengetahui kakikat dasar penyelesaian diri pribadi, terutama tentang jasa, ikrar dan pengendalian diri, janganlah anda

Keputusan Sanghyang Anala - 4

melaksanakan pemecahan ke-undagi-an, sebab akan di kutuk oleh sumpah guru ( alpaca guru ) terhadap sanghyang Wiswakarma, amatlah berbahaya menyebabkan tidak mencapai hasil yang diharapkan

14SMARA KARYA KEUNDAGIAN

Yan kita mahyun lumakwa, ngarepana mara karya keundagian, den wruh kita ring mulaning sadhananing yasa, brata, tapa, ring bwana sariranta.

Andaikata anda pingin berlaksana, mengutamakan pekerjaandi bidang ke-undai-an , agar anda tahu pada permulaan (penyempurnaan) dari apa yang disebut yasa, brata dan tapa, di dalam diri anda.

15SMARA KARYA KEUNDAGIAN

Mwah rikalaning Wiswakarma tatwa wenang kita met keundagian, ngarepana sarwa karya kabek, luput ing wastu winastu kita.

Lagi pula pad waktu mendalami hakikat Wiswakarma, maka berhaklah anda mengambil pekerjaan ke-undagi-an, dalam usaha mengutamakan segala pekerjaan (pembangunan) semua, dan terluputlah anda dari bahaya kutukan.

16

SADHANA TARPANA

Yadyapin kita wruh ri katatwaning Wiswakarma Tatwa, ring yasa, brata mwah tapa, yan tan pakasadhana tarpana suksma, denira Sanghyang Ajisarw wises, tan ktaman pwa kita, hayuning keundagian, apan bina karma, tatwaning keputusan lawan kadharmania.

Meskipun anda tahu tentang palsapahnya Wiswakarma, demkian juga tentang yasa, brata dan tapa kalau tidak disertai dengan penyelesain widhi widhana penyucian, yang ditujukan untuk Sanghyang Aji seru sekalian alam (sang Hyang Widhi), tidak akan tersapai cita – cita anda, untuk mendapatkan keberhasilan dalam ke-undagi-an, sebab berlainan perbuatan dngan kakikat keputusan yang dicapai, dengan cara mencapainya ( dharma karya )

>> 09 s/d 16Demikialah ajara dari Sanghyang Anala kepada muridnya, lalu bersujudlah para murid Beliau pad kaki Bhagawan Wiswakarma (sanghyang Anala), tanda mengikutinya. Juga para murid Beliau mendaat penegasan dari Bhagawan Wiswakarma, bahwa orang yang menjadi Undagi berkewajiban sebagai guru (Swakaryan iro haji), agar tidak ragu memikirkan, mengerjakan dan merespon

Keputusan Sanghyang Anala - 5

swadharmanya, serta mengambil keputusan bersifat wahya-adyatmika. Slah dan benarnya sikap seorang Undagi, merupakan jawaban terhadap ikrar, yang membawa akibat baik atau buruknya kehormatan diri pribadinya. Maka kalau belum menghayati hakikat dasar yasa, brata dan tapa pada diri pribadi, takabu melaksanakan ke-undagi-an menurut ajaran di atas tidak akan berhasil baik, karena dikutuk oleh Sanghyang Wiswakarma. (Tumamah sapan ira Haji, tan sidha phalania). Sebaliknya, walaupun seorang Undagi telah paham tentang falsafah Wiswakarma, yasa, brata dan tapa kalau tidak disertai dengan penyelesaian widhi widana penyucian untuk Sanghyang Aji, mustahil tercapainya keberhasilan, sebab lain perbuatan dengan kakikat keputusan dan cara mencapainya (Binakarma, Tatwa lawan Kadharmania).

III

17KEPUTUSAN SIRA

SANGHYANG UNDAGI

Nihan palakwaning keputusan ira Sanghyang Undagi, wenang sira umungguha ring bwana sarira, apatra Padma sira ring madhyaning ANG, wenang sira angamet saraja karya kabeh, tan pasadhana tarpana suksma.

Inilah cara melaksanakan keputusan Sanghyang Undagi, berhak bagi mereka yang tahu menempatkan di dalam dirinya bersurat (merajah) padma di dalamnya

bertuliskan huruf sakti ANG ( ), mereka boleh mengambil segala pekerjaan, walaupun tidak disertai dengan upacara penycian.

18KAPUTUSAN SIRA

SANGHYANG UNDAGI

Yan tan kita wruh ring kawitan mwang lungguh ira Sanghyang, tan wenang kita angarepana smara karya, ila estu halania, sinapa d3en ira Sanghyang Undagi, tan sidha linukatan, den ira Brahmana Siwa Sogatha, kang wenang amrascita, sira Sanghyang Aji Wiswakarma juga, dening kaputusaning adnyana wisesanira, wenang saha shadana, tarpana suksma, kwala ginelar dening kaputusaning yasa brata, tapa, sira.

Andaikan anda tidak mengetahui tentang asal mula dan sthana Sanghyang Undagi, tidak berhak anda melakanaan pekerjaan, terkena bahaya kutukan halangannya, dinodai oleh Sanghyang Undagi, tidak dapat diruwat, baik oleh Pendeta Siwa maupun Pendeta Budha, yang berhak meruwat, hanyalah beliau Sang Aji Wiswakarma, karena kesucian daripada Adnyana dan kemaha wisesaan-Nyalah yang menyebabkan, maka hendaklah memoho kepada-Nya disertai dengan penyelesaian upacara widhi widana penyucian, namun agar diatur menurut keputusan yasa, brata dan tapa Sanghyang Aji Wiswakarma.

Keputusan Sanghyang Anala - 6

19 Kaputusan sira

Sanghyang undagi

Yapwan kita amalakwa kadharma ira Sanghyang Undagi, wenang pwa kita wruh ring pawetan mwang kahanan ira Sanghyang ring bwana sariranta tepet, den asila patarana ring madyan ikang kumuda, ya ring madyaning ANG.

Namun kalau anda akan melakukan kewajiban Sanghyang Undagi, anda harus mengetahui (secara membatin), azas dan keadaan dari Sanghyang Undagi di dalam diri anda secara tepat, supaya duduk bersila I tengah-tengah Padma, yakni de3ngan hiruf sakti ANG.

20 KAPUTUSAN SIRA

SANGHYANG UNDAGI

Sangke irika ta kita umastwa sira, saha sadhana tarpana sari-sari mangen-angen sira Aji, wenang kita melaku ngarepana saraja karya kabeh, sira lingga umungguh ring bwana sarira, maka ngaran Sas, saraja karya kabeh, pinget maka dharma ira Sanghyang Undagi, yan tan mangkana ila-ila phalania.

Dari sanalah anda memuja Beliau, disertaiupacara/upakara sewaktu memusatkan pikiran kepada Sanghyang Undagi, maka anda mampu melakukan semua segala pekerjaan anda, karena Beliau menjadi tanda bersemaym dalam diri anda, dan pada keadaan demikian Beliau bersama Sas (jiwa, taksu), semua dari segaa pekerjaan, juga merupakan simbul kekuatan dari orang yang melakukan kewajiban ke-undagi-an, kalau tidak demikian akan menemui halangan.

21 YASA, BRATA, TAPA

Mwah yan pawatana, watara lugraning Hyang, yadyapin tan asasana aksara, twi idep, utama dahat ika, nanging den pageh juga amalakwaken, katepat ing wara lugraha ika, haywa karo-karo ring yasa, brata, tapa apan lewih temen ngarania mangkana.

Lagi pula kalau memang menjadi pembawaan, atau barang kali ada juga karena berkah Hyang walaupun tidak berpegang kepada huruf, juga tidak karena kecerdasan pikiran, sangat utama yang demikian, tetapi supaya kuat iman didalam melakukannya, menepati petunjuk berkah-berkah itu jangan ragu-ragu meningkatkan yasa, brata dan tapa, sebab orang yang menaati, sangat mulia namanya yang demikian.

Keputusan Sanghyang Anala - 7

22 GINUMEN IKANG WARA

Yan tan pageh ing warah ika, ila dahat kojarania, tan paguna ikang dadi, mwah tan yogya ginunemaken ikang wara, lawan wan glen sangke sesamening waralugrahaning mangkana juga. Kalau tidak kuat iman terhadap berkah itu, amat berbahaya disebutkan, tiada bermanfaat hidup menjadi manusia, dan lagi tidak wajar memusyawarahkan tentang hari(padewasan) itu, terhadap orang yang lain dari sesame kesiswaan.

23 DHARMA TAN SADHU ADHYATMIKA

Yan kita wruh ring kadharmaning rasa tatwa suksma, twi kaputusania, yan tan sangkeng anawita, yasa, brata, tapa tan patut gunaning linakkwan tan sidaning dadi ika, dharma tan sadhu adyatmika, tan acinta ngarania.

Apabila anda tahu tentang dasar, tentang hakikat rasa, tentang kesucian, demikian pula tentang ilmu kesempurnaan, kalau tidak didasari dengan pengabdian jasa, kesetiaan dan ketahanan, juga tidak benar melaksanaan kekaryaan itu, sebab tidak dapat mencapai tujuan kemanusiaan yang demikian, dasar yang tidak mengandung kesucian kejiwaan (spiritual), tidak suci namanya >> 17 s/d 23 Bagi mereka (Undagi) dibolehkan tidak disertai upacara penyuian (widhi widana), manakala mereka tidak bisa menempatkan dan menghidupkan huruf sakti pada dirinya, yang tersurat Padma bertuliskan ANG. Bagi mereka yangbelum bisa, diajarkan agar disertai dengan widhi widana penyucian menurut yasa, brata dan tapa Sanghyang Aji Wiswakarma, dengan hrapan mendapat hikmah atau ketaksuan dari Sanghyang Undagi. Kalau karena bakat, kecerdasan, dank arena berkah dari Sang Hyng Widhi, maka orangbisa melaksanakan ke-undagi-an, boleh tidak berpegang dengan huruf, tetapi mereka agar kuat iman dan mentaati berkah itu, inipun mulia. Kalau iman lelah, amat berbahaya, karena melanggarkesucia.

IV

24 TARPANA AGUNG ALIT

Wenang juga ginegwanan paguronaken, dening tarpanagung alit.

Dapat juga dipercaya berdasarkan pendidikan (aguron-guron), asalkan agar melalui penyucian widhi widhana, baik yang benar maupun yang sederhana.

Keputusan Sanghyang Anala - 8

25 PADYUT SANGHYANG GRU

Maka padyuting Sanghyang Guru ring kita, maweha dalan apadang yeka maka pacukin wargania, sang malakwaning kapalingan ing tatwa dharma kebhiksuaan.

Sebagai bencana dari Sanghyang Guru kepada anda, adalah untuk memberikan jalan yang suci, itulah sebagai ujung jalan keluarnya, bagi orang yang mencari pengertian tentang hakikat dharma kawikon (rokhaniawan).

26WENANG PALAKWAN

Yan wus mangkana, wenang hayu palak-wanta sakama-kama.

Kalau sudah selesai tentang itu (mengerti hakikat dharma kawikon), maka anda akan mampu mencapai keselamatan yang amat sangat.

27NGAWE SUKAT WAWANGUNAN

Muwah kengetakna, yang ri kalaning kita ngawe sukat wewangunan, tulakakna ring bwana sariranta, para ikang inamet, sakeng rika uga pasuk wetunia, yata hurip lawan patinia, paweh lawan walinia, suksma mwah maring nguni.

Yang patut diingat, kalau pada waktu anda membuat ukuran bangunan, ukurlah diri anda, dari sanalah diambil bagian-bagiannya, sebab dari sana juga lah keluar masuknya, demikian pula hidup dqan matinya, memberi dan mengembalikannya, (pada akhirnya) kembali musnah pada asalnya dahulu.

28 PAWAH WANGUNIA

Yan kita wange sukat, sehananing sukat pawangunan, yan wus puput ing narpana, prade hana pawah wangunia, sukat ikang kinuwahan, wenang pinatyan ng praline, walikakna ring mulania, simpenana ring pahunggwania nguni, yogya muwah angaweanyar, den pinrascita kadi nguni.

Kalau anda membuat ukuran, segala ukuran bangunan, kalau sudah selesai diupacarai, umpama terjadi perubahan bentuk bangunannya, ukuran semula yang diubah patut dihapus dengan upacara pamralina (pembasmian)., kembalikanlah pada asal mulanya, sthanakan (disimpan) bpada tempatnya semula, dengan demikian bolehlah lagi membuat ukuran yang baru, namun agar diupacarai sebagaimana mestinya.

Keputusan Sanghyang Anala - 9

29 PINATIAN TAN WALIKA MUWAH

Yan pinatyana juga, tan walika mwah ring unggwania nguni, tinemah kita dening Sanghyang Sinuhun, ila astu temas sira.

Kalau hanya dmusnahkan begitu saja, dengan tidak dikembalikan lagi pada tempatnya semula, dikutuklah anda oleh Sanghyang Sinuhun (Sanghyang Wiswakarma), sangat berbahaya kutukan beliau.

30 PANGWAHIN SUKAT

Yan angwahin sukat, samapta twi sawiji, sinalih tunggil sama kramania.

Kalau merubah ukuran, baik seluruhnya maupun satu, masing-masing sama caranya.

31 WUS KINWAHAN

Kang wus kinwahan, ika tan wenang mwah angga wenang gentosin batangania.

Batangan ukuran yang sudah selesai diubah, tidak boleh dipakai lagi, patut diganti dngan batangan yang lain.

32 SUKAT WUS PUPUT

Muwah yan hana sukat wus puput, pagawn wwang len riwekas hana idep manguwah-uwuhin, yan tan kita wruh ring mulanig pawitan, sukat ikang mwang pasuk wetunia lawan pati huripnia, tekaning Sas nia kabeh, tan wenang wahin, gentosana kabeh wenang.

Lagi pula kalau ada ukuran sudah selesai, dibuat menurut ukuran orang lain, lama kelamaan anda niat untuk merubah (menambah-mengurangi), kalau anda tidak tahu awal mulanya, (dasar bilangan) panjang, lebar ukuran itu, demikian pula tentang keluar masuk sampai pada hidu matinya, dan juga sampai pada Sas (inti hakikat secara spiritual) secara menyeluruh, maka (ukuran yang mendahului itu) tidak boleh diubah, tetapi kalau diganti seharusnya boleh.

33 SUKATE GINENTOSAN

Sukate kang ginentosan, wenang ulihakna maring patinia, dinuluring praline, yan tan mangkana,ila-ila dahat, katemah dn ia Sanghyang Sinuhun.

Keputusan Sanghyang Anala - 10

Ukuran yang telah diubah, patut dikembalikan pada matinya,disertai dengan upacara pamralina. Kalau tidak dilakukan demikian, amat berbahaya, dikutuk oleh Sanghyang Sinuhun.

34MULIHANA RING UNGGWAN

Yan kita wus pratyaksa ring pawitaniya, sangkan astu tan wastuniya, cintya nirbawania, unggwakna ring bwana sarira, wenang juga inguwahakna kang pinatyan, mulihana ring unggwang ira swang, kang anyar wehana prascita, kadi nguni, parokana ring batakania kari, hayu ika.

Kalau anda telah waspada pada asal mulanya, baik dan buruk asal mulanya, demikian pula dengan kesuciannya, tempatkanlah hal itu pada diri, maka bolehlah diadakan perubahan, yang dimusnahkan kembalikanlah pada tempatnya masing-masing, sedangkanpada pengganti yang baru, lakukanlah upacara prascita sebagaimana mestinya, lalu pertemukan pada batangnyayang masih dipergunakan, hal yang demikian benarlah adanya.

35 TAN KATAMAN UPADRAWA

Sang manguwahin, tan ketaman upadrawa, teher kadi nguni phalania.

Orang yang melakukan perubahan, tidak terkena dosa, melainkan ebagai sedia kala pahalanya.

>> 24-35 Pancaran Sanghyang Guru merupakan ujung jalan keluar bagi orang yang mendalami dharma kawikon,mencapai keselamatan. Waktu membuat ukuran, ukurlah diri sendiri, sebab dalam diri sedirilah adanya permulaan, berakhir kembali pada asalnya. Segala ukuran pembangunan yang sudah diupacarai, kemudianingin diubah, agar agar ukuran (sukat) itu dipralina lebih dulu dengan upakara. Kalau hal diatas dilanggar, dikutuk oleh Sanghyang Wiswakarma, demikian juga dengan merubah ukuran. Ukuran yang diubah tidak boleh dipakai lagi. Ukuran yang sudah selesai dibuat menurut ukuran badan orang lain, tidak boleh diubah begitu saja dari ukuran badan anda, kecuali diganti keseluruhannya. Apabila anda tahu secara spiritual mendapatkan dalam diri sendiri, bolehlah merupakan ukuran orang lain, yang sudah tentu disertai upacara. Orang yang melakukan perubahan seperti tersebut diatas, tidak terkena dosa.

Keputusan Sanghyang Anala - 11

V

36 SUKAT WUS PUPUTING NARPANA

Yan sukat wus puputing narpana, wastu tan durus mangge, mamirudaya, halaniya ring sang maminta, sadhana sukat ika, keneng sapan ira Sanghyang Aji Wiswakarma, kapiruda de Sanghyang Anala, tan kena inukat sapan ira Sanghyang Anala.

Kalau ukuran (sikut) sudah selesai diupacarai, namun tidak jadi dipakai, dapat menimbulkan bahaya adanya, bahayanya menimpa yang memohon sikut, akibat dari pengaruh upacara yang telah dilakukan pada sikut itu, dapat dikutuk Sanghyang Aji Wisw3akarma, juga dikutuk oleh Sanghyang Anala, tak dapat dilukat lagi kutukan Sanghyang Anala.

37 WALIKANA SUKAT

Wenang walikana sukat ika ring sang maweh, unggwakna ring ring genah pesimpenan nia mula swang, tan kena kapisuda pwa kita, mulih ing jati sira mwah.

Maka kembalikanlah sewajarnya ukuran itu kepada orang yang memberikan, kemudian tempatkanlah pada tepat penyimpanannya masing-masing, maka tidan terkena kutuk anda, sebab sudh kembali kepada asal mulanya lagi.

38 SADHANA ING WISWAKARMA

Yan hana wang aminta sadhana ing Wiswakarma, tilikana juga deateng sira, tumekang hati, datenge maminta sadhana, wenang weh anangkap,sakeng mulanira Sanghyang, kang wus umasuking bwana sarira, saha tarpana, canang daksina, banyotan asoroh jangkep, taluh bukasem, wangi-wangi duang tanding, artha pada solas, daksina artha : 125,250,500 ika pada wenang.

Kalau ada orang yang memohon pengantar upacara pada Wiswakarma (panugrahan Sanghyang Wiswakarma), perhatikanlah terlebih dahulu kedatanganny, sehingga memberikan keyakinan pada hati sanubari anda, tentang kesungguhannya mohon upacara panugrahan itu, bolehlah diberikan menanggapi dari semulamengenai Sanghyang Wiswakarma, setelah meresapa pada dirinya, agar menyiapkan upakarayakni : canang daksina, banjotan satu soroh lengkap dengan taluh bukasem, wangi-wangian dua tanding, sesari masing-masing 11 kepeng, sedangkan sesari daksina, boleh dipakai salah satu dari jumah 125,250, dan 500 kepeng.

Keputusan Sanghyang Anala - 12

39 SEDAH JANGKEP

Sedah jangkep sapanginang atanding artha : 11,33,125, ika pada wenang, iki kang pinh alit. Agengan yogya, mwang panyeneng 1, jangkep tekaning tetabuhan kadi lagi.

Canang (sedah sapanginang) lengkap satu tanding, sesari : 11,33,125 kepeng, masing-masing jumlah itu boleh dipaka, inilah upacara yang terkecil. Kalau lebih besar pun boleh, ditambah panyenengsebuah, lengkap dengan tetabuhannya seperti biasa.

40 TAN YOGYA WEHANA KECAP

Yan mandra twi eman datenge sang aminta sadhana, yadyan agung alit twi saha tarpana jangkep, tan yogya wehana kecap.

Kalau meragukan bahkan sangat disayangkan kedatangannya orang yang meminta pengantar, besar maupun kecil juga disertakan upakara yang lengkap, tidak wajar akan diberi penjelasan.

41 WENANG WEHANA KECAP

Saking Sanghyang Sinuhun, ing sarira wenang wehana kecap, saking sira tuwi.

Sebab (dari) orang yang keluar cetusan hati nurani yang tulus itula, wajar diberikajn penjelasan oleh anda, yng sebenarnya.

42 TAN YOGYA LABHANING AMINTA

SADHANA LEWIH

Tan yogya labhaningb aminta sadhana lewih saking idepnia manawita.

Tidak wajar memberikan kepada orang yang meminta perantaran, lebih dari ukuran hati orang yang memohon/mengabdi.

43 TUNA UCAP KURANG SADHANA

Disolahe, tuna ucap kurang sadhana, nghing putus idepe manawite tan wenang winawehana ucap,saking kita juga wakyan ira Sanghyang Sinuhun, pawehana ring sang manawita, mapan ika ngaran sang putus ing aji nmanawita.

Keputusan Sanghyang Anala - 13

Kalau utama laksananya, kurang ucapannya, kurang pula pengantar upacaranya, tapi jiwa pengabdinya tinggi, tidak wajar diberikan penjelasan yang ngawur, dari anda juga ucapan Sang Junjungan (Sanghyang Aji), patut diberikan bagi orang yang mengabdi, sebab hal yang demikian, orang yang tepat budi (tilinging ambek) namanya.

44 DHARMA PRAWETI

Yan kita nora manut, kadi ucap ing manawita ing wwang mangkara, wenang kita tinemah dening sapan ira Sanghyang Anala, wenang manawita, tan kataman sapan ira Sanghyang Anala, apan dharma prawerti nga, solah wenang mangkana.

Kalau anda tidak menepati, sebagaimana yang diucapkan oleh orang yang mengabdi demikian, wajarlah anda dikutuk oleh kutukan Sanghyang Anala, dan wajarlah orang yang mengabdi itu tidak terkena kutuk Sanghyang Anala, sebab orang yang berperilaku demikianadalah dharma prawerti namanya (kewajiban seorang engabdi).

>> 36/44 Ukuran (sukat)yang sudah selesai diupacarai, kemudian tak jadi dipergunakan, maka orang yang mohon ukuran tersebut dikutuk Sanghyang Anala, manakala ukuran itu tidak dikembalikan kepada orang yang membuat ukuran (sikut). Orang yang meminta kepada anda pengantar upacara panugrahan kewikonan, bolh dilayani, kalau memenuhi syrat seperti tersebut diangka 38 dan 39. kalau meragukan tak usah dilayani. Jangan melayani orang lewat dari isi permohonannya, dan tepat pada sasaran. Kalau anda menyimpang, andalah yang terkena kutukan Sanghyang Anala.

VI

45 ANUTTATANING DEWA TATWA

Yan hana pawangunan, kang wus puput pinrascita muwah, anutaken waranira Sanghyang, anut tataning dewa tatwa, nga, apandiri kang wus jangkep, kreta waranira Sanghyang Sinuhun ring sutan ira, nga, Sanghyang Anala.

Kalau ada suatu bangunan, yang telah selesai diupacarai penyucian, kemudian ada orang yang mengatakan bahwa diduga bangunan itu cacat, boleh bangunan itu diupacarai kembali, dengan mengikuti ajaran Sanghyang Wiswakarma, menuruti aturan bersembah kepada dewa-dewa namanya, lengkap dengan segala perwujudan mendapatkan berkahnya Sanghyang Sinuhun pada putra Beliau, yang disebut Sanghyang Anala.

Keputusan Sanghyang Anala - 14

46 MADYANING PADMA ASTADALA

Apan rikalaning brata, yoga,tapa, sira Sanghyang Anala maraga yasa, Sanghyang Anala pinaka pakekes ring rahasya kuncin ira, makadi pangitung ira Sanghyang Yasa, ginelaran ing astha brata, yeka parokana kabeh, karananning hana lungguh ira ring madyaning padma astadala ngaran.

Sebab pada saat melakukan brata, yoga, dan tapa, Sanghyang Anala berwujud yasa, Sanghyang Anala juga sebagai tempat menyimpan kunci rahasianya, dan yang merupakan juru hitung ialah Sanghyang Yasa, diatur dalam Asta Brata, lalu kesemuanya itu digabung, yang menyebabkan adanya sthana Beliau ditengah tunjung berdaun delapan namanya.

47 CACAD LAWAN IWANG

Mangkana juga umidep ing bwana sarira, karananing hana pawangunan dinalihana cacad, dudu ingawe saking cacahan. Yan ingawe saking pastuning sukat, dudu ngaran cacad iwang juga ika ngaran.

Demikian pula dapat disadari dalam diri, karenanya terhadap adanya pembangunan yang disangka cacat, bukanlah dibuat dari keberadaan ukuran, namun hal itu karena dari keberadaan pecahan (bangunan itu sendiri). Andaikata dibuat dari keberadaan ukuran, hal itu bukan disebut cacat melaikan disebut salah.

48 MIRUDANING SANGHYANG ANALA

Haywa kita salah pahingayan, ngaranin iwang lawan cacad. Yan iwang tumanah sapaning mirudaning Sanghyang Anala. Haywa ta ima-ima, pasung cridaning yasa para kreti.

Janganlah anda salah pengertian, menamai salah dengan cacat. Kalau bangunan yang salah akan kena kutuk Sanghyang Anala, yang mengakibatkan marabahaya. Janganlah anda ragu-ragu memilih tempat mendirikan bangunan.

49 SAPULUH WARA

Apan sira Sanghyang Sinuhun, mawehana sapulu wara. Yasa kinaranan lewih, kang during asat ing pangrancana tumuwus puput pinra yoga, lwir kang munggah ing astha kosali. Sebab Sanghyang Sinuhun, memberikan sepuluh wara ( dasa wara ). Suatu bangunana dinamakan lebih (berwibawa baik), yang belum mengingkari

Keputusan Sanghyang Anala - 15

perencanaan tambahan lagi, telah selesai langsung dipergunakan/diupacarai sebagaimana mestinya, seperti yang tercantum dalam ajaran Hasta Kosali.

50 WANGUNAN MAJALARAN YASA

Wus sahika sira Sanghyang Guru maweh warah ri sutanira, kawarah rinancana salu mapirang-pirang puluh, nghing tan sinamer ing pawetunira Sanghyang . tan kinayogyan juga sira apasah lawan Hyang Guru, raket rumaketana wastu sira. Yan ngawe pawangunan sane majalaran yasa, manakadinia yan ngawug sunduk, yasan ira smara atemu lawan ratih, muwah yan hana salu tan pasunduk, sama kramaniam, ameta ring bwana sarira, hideping yasa, sasaka lawan tembu sasaka lawan lambang, ika yogya. Yan nora masasaka, ring dasar juga yasane yata agni lawan banyu aksarania, ANG, AH sa, toya twi sekar petokang utama pada wenang.

Setelah demikian maka Sanghyang Guru memberikan warah-warah kepada putra Beliau, petunjuk yang menjadi perencanaan berupa bangunan (bale) berpuluh-puluh, tetapi terkadang tidak menyamai hal-hal yang bersumber dari Sanghyang (ajaran Asta Kosala). Tidak dibenarkan juga Beliau berpisah dengan Hyang Guru, (sebab) karena perintah Hyang Gurulah keadaan beliau menjadi saling kait mengait. Kalau membuat bangunan yang berdasarkan sikut (Asta Kosali), terutamanya kalau memasang sunduk menggunakan puja/doa pertemuan Smara dengan Ratih (Pertemuan Purusa dengan Pradana), dan kalau ada bangunan tidak memakai sunduk, sama saja pelaksanaannya, ambillah dari renungan diri pribadi, itu dihayati sebagai puja untuk tiang dengan tumbu (canggah wang), tiang dengan lambang hal itu boleh. Kalau tidak memakai tiang, didasari juga tempat pemujaannya, yakni menggunakan huruf sakti ANG, AH, sebagai api dengan air, dengan memakai air dan bunga putih sebagai sarana yang utamapun, sama-sama boleh.

>> 45 s/d 50 Kalau bangunan yang sudah selesai diupacarai, ternyata disebut cacat, boleh diupacarai lagi, sesuaikan dengan sastra Agama (ajaran Sanghyang Wiswakarma) diatur dalam Asta Brata dan Astasdala. Bangunan cact, disebabkan oleh Pedum. Bangunan salah, disebabkan oleh sikut. Bangunan yang disebut baik ialah, tepat seperti perencanaan, terselesaikan, dimanfaatkan serta melalui upacara sesuai petunjuk Hasta Kosali. Sanghyang Guru memberikan perencanaan berpuluh-puluh bangunan, yang tidak mengaburkan terhadap sumber dari Sanghyang (Ajaran Hasta Kosali). Memasang sunduk menggunakan puja pertemuan Smara Ratih (Purana Pradana melalui upacara), termasuk puja untuk bangnan yang tak memakai sunduk, antara lain : canggah wang, tiang dengan lambang. Kalau tidak memakai tiang, tempat memuja didasar bangunan (mulang dasar), pujanya sama denga diatas, hanyan memakai aksara sakti, ANG, AH (simbul dari api dan air) serta bunga putih.

Keputusan Sanghyang Anala - 16

VII

51 SARANA BATA BANG

Muwah hana,sa, bata bang 2 wiji, pada rinajah, kang sawiji rajah ing lanang, sawiji muwah rajah ing wadon, wenang pada binusanan, kadi carania sowang, wenang saha pahyas kadi nguni, rinengganing sarwa mule, raris takepang rajah ika, hidep matemu masarira yasa, genahakena, ring yasa pawangunan, pratekania, saha prascita kadi nguni.

Dan lagi ada sarana (alat) yakni bata merah 2 buah, keduanya dirajah ( dengan huruf sakti ), yang sebuah ditulisi rajah laki ( ANG ), dan yang satu lagi dirajah dengan rajah wanita ( AH ), kedua bata merah itu boleh dihiasi bersama, sesuai dengan (kelamin) keadaannya masing-masing dan boleh dihiasi sebagaimana mestinya, perhiasan serba mulia, lalu batu yang dirajah itu dipadukan menjadi satu, rasakan itu menyatu berwujud bangunan, tempatkan pada dasar bangunan, dengan upakara serta prascita seperti biasa.

52PEWANGUNAN MASADHANA YASA

Salwiring pawangunan salu mwang parhyangan, kangmasadhana yasa, sama kramania, tan adoh Sanghyang Sinuhun lawan sutanira, pada masarira yasa

Segala bangnan bale dan parhyangan, yang penyelesaiannya menggunakan upakara/pujian, samalah prosesnya, tidaklah jauh dari Sanghyang Jungjungan dengan putra (sifat suci) beliau, semuaberwujud upacara/pujian.

53MAPAJIMATAN

Saka lwir pawangunan, kang maadhana yasa, wnang pada maajimatan, nghing hana juga nista madya utama, lwirnia, tembaga selaka, mas genahnia ring sor mwang duwur pada wenang. Yan ring sor, pandeman ira ring patwanganing wewangunan, yan ring pucak, ring lalangite wenang, yan ring sasaka, ring pucuk genahnia. Mangkana kramania.

Segala bentuk bangunan, yang berdasarkan, yang berdasarkan upacara (widhi widana), harus semua memakai jimat (padagingan) tetapi ada juga yang bentuknya kecil, sedang dan kasar, di antar: tembaga selaka dan emas, tematnya di bawah dan di atas, sama-sama boleh kalau tempatnya di bawah , pandemannya ialah di hulu bangunan, kalau di atasdi langit-langit, kalau di tiang padaujung atasnya iletakkan. Demikianlah caranya.

Keputusan Sanghyang Anala - 17

54WESWA TATWA

Genahin pawangunan, etaka kena genahe, hanut ing wsma tatwa, nga lirnia : hana bale patengahnga, madya, hana umah meten, tiang sanga, saka wolu, saka nem, saka pa, saka lima mwang bandung, sinalih tunggil genah,jangkep ing tatwaning wsma nga.

Mengenai tempat pembangunan, hitunglah tempatnya, menurutajaran yang bernama Wesma Tatwa (ilmu pengetahuan tentang filsafah perumahan) yakni : ada yang disebut bale petengah/madya, ada rumah meten, tiang sembilan, ting sepuluh, tiang enam, tiang empat, tiang lima dan tiang 12 ( bandung), setiap tempatnya itu, lengkap dengan hakikat perumahan namanya.

55NGANGGE SUKATAN

Nihan pitata genahe, pawitan pawitan saking bale patengah lwire : bandung wyadin sane lian pada wenang. Sakeng salu patengahe panglarinia anukat, nghing sukate ngangge katekan, lwih ing pahurip, samusthi, askila, atampak ngandang pada yogya sowang-sowang.

Inilah aturan tentang tampak (tegak), dimulai dari bale petengah yakni bale bandung atau yang lain sama-sama boleh (yang macam itu). Dari bale petengah itulah jalurnya mengukur, tetap ukuran itu supaya mempergunakan bilangan, ditambah dengan pangurip, samusthi askila, atampak ngandang, sama-sama boleh masing-masing.

56 JAJAR LEMAH JANA KRAMA

Nihan petanganingsalu sakuwu-kuwu, yan bale patengah lawan umah meten, jajar lemah, nga asing wang yogya maumah jana krama, nga, tataning genah mangkana, Pitata jajar lemah ika mawuwuh salu tiang sanga magenah ring kulon, ring uluning salu tiang sanga ika hana salu saka wolu Ratu Magurnita, nga, genahing panyarikan mwang paku bumi kayu pitata, nga, pedum mangkana.

Inilah perhitungan/pedum mengenai rumah pada tiap-tiap karang paumahan, halnya bangunan bale patengahan dengan rumah meten (tempat tidura), yang demikian dinamakan Jajar Lemah, setiap orang (orang kebanyakan) berhak menempati, dan aturan tempat-tempat yang demikian dinamakan Jana krama. Adapun aturan yang disebut Jajar Lemah atau ditambah bale bertiang sembilan, bertempat di sebelah barat, di hulu bale yang bertiang sembilan itu ada bangunan yang bertiang 8 (delapan) dinamai Ratu Magurnita bangunan itu tempat bagi yang

Keputusan Sanghyang Anala - 18

berkedudukan panyarikan dan Paku Bumi Kayu Pitaka namanya pedum yang demikian.

>> 51 s/d 56Dijelaskan dua kata bang yang satu aksara ANG yang satu aksara AH, dihiasi laki dan perempuan lalu dipadukan menjadi satu. Sebagai simbul bangunan, di letakkan di dasar bangunan tadi prascita dan perlengkapannya. Semua bangunan bale dan semacamnya sama prosesnya. Segala bangunan yang berdasarkan upakara widhi widana harus semua mmakai jimat, hanya bentuknya berpariasi, ada tembaga, slaka (perak0, emas, (bahkan ada yang kwangn saja). Kalau dipasang di bawah tanam di hulu bangunan, kalau di atas langit- langit, kalau di tiang letakkan di ujung tiang, menempatkan bangunan, ikuti petunjuk Wesma Tatwa. Setiap mengukur tempat bangunan harus ditambah (mahurip). Ditentukan jajaran bangunan, Jajar Lemah, yang berhak ditempati oleh siapapun (Jana Karma). Yang bernama Ratu Magurnita, untuk orang yang berfungsi sebagai penyarikan, yang disebut Pedum Kayu Pitaka.

VIII

57PURWA TATWA, RATU CAKRA WERTI

Yan pitata jajar lemah ika masalu tiang sanga, megenah ring wetan Purwa Tatwa ngaron, tumenggung, para arya, papatih awesma irika, Ratu Cakra Werti ngaran pedum pitata mangkana.

Kalau penataran jajaran dalam pelemahan itu dibangun bale memakai tiang sembilan, tempatnya disebelah timurdinamai Purwa Tatwa, dan tumenggung, para arya, serta pepatihlah yang bermukim disana, pedum yang demikian bernama Ratu Cakra Werti.

58 PRABU KATANGKILAN

Yan pitata jajar lemah ika masalu tiang sanga, megenah ring purwa mwah hana ring kulon, yogya hana salu saka wolu, magenah ring uloning salu tiang sanga kulon, mwah ring soring salu tiang sanga kulon, wenang han wangunan salu saka pat wyadin saka nem, ika pada wenang, Prabhu Katangkilan ngaran pitatania mangkana, Sang Pranawa wenang awesma, lungguh ira sang nyakra nagara.

Kalau penataan jajaran palemahan itu terdapat bangunan bale bertiang sembilan, bertempat disebelah timur dan ada yang bertempat disebelah barat, boleh dibangun bale bertiang delapan, bertempat diatas bale bertiang sembilan disebelah barat, dan dibawah bale bertang sembilan sebelah barat, boleh dibangun bale bertiang empatatau yang bertiang enam, itu sama-sama boleh, Prabhu

Keputusan Sanghyang Anala - 19

Katangkilan namanya tanaman yang demikian, orang yang berwibawa utamalah yang boleh bermukum disana, kedudukan orang yang mengemban negara.

59 BALE TIANG SANGA

Yan bale patengah lawan bale ting sangane ring kulon, wenang mapatwang kateben, hanambak juga wenang.

Kalau bale patengah dengan bale bertiang sembilan berada disebelah barat, boleh membujur kehilir, bertanggulpun boleh.

60 RATU KIDUNUNGAN

Yan bale patengah lawan bale ti8ang sanga ring purwa, wenang mapatwang juga kateben, tan wenang hanamba, yan matambengan, Ratu Kidunungan ngaran, hila-hila kojarnia, kapiruda dening Sang Kala Raja, wenang pinerestitanen, sa, ayam putih tulus, ingolah banyuh 5 (lima) tanding jangkep, saha karangan kadi nguni, mapamuput ring Kemulan amalaku ring dina purnama.

Kalau bale patengah dengan bale bertiang sembilan bertempat di timur, boleh juga membujur ke hilir, tak boleh bertanggul, sebab kalau sampai bertedung, dinamakan Ratu Kidunungan, berbahay disebutkan, diganggu oleh Sang Kala Raja, karenanya patut diupacarai dengan prascita, yakni berupa caru (suguhan) ayam berbulu putih mulus, diolah menjadi lima tanding bayuhan, lengkap disertai karangan sebagai biasa, diselesaikan (diupacarakan) di Sanggah Kemulan, dilaksanakan pada hari purnama.

61 KALA GREHA

Yan baleen ting sanga, ne kulon lawan wetan, tan wenang matumbak pada sasakane, wenang kang wetan ring ulon kayu ika. Yan matumbakan, kapinda dening Kala Greha, tan pegat wyadi sang mowah. Pamurnaniya : sa :manca sata, sinambat Sang Kala Rja nunggu rat, mapamuput ring Bhatara Surya, pinuja dening Senggu Putus. Yan sane kulon ring ulon, hila-hila kojarnia.

Kalau letak bale bertiang sembilan, yang berada disebelah barat dengan yang disebelah timur, tidak boleh bertumbakan (berpapasan tepat) dasar tiangnya (antara yang di barat demngan yang di timur), dan boleh dasar tiang yang di timur bertempat dihulu (luan), yang demikian disebut hayu (baik). Andaikata bertumbakan, diganggu oleh Kala Greha, tidak henti-hentinya cekcok orang yang mendiami rumah itu. Untuk meredakannya yakni : caru/sesuguh dengan ayam berbulu berwarna lima, dalam doa haturkan kepada Sang Klaraja Anunggu Rat,

Keputusan Sanghyang Anala - 20

diselesaikan memohon kepada Dewa Surya, dipuja oleh Pendeta Senggu. Kalau yang dibarat. Letaknya di hulu (luan), berbahaya disebutkan.

62 PANCA RSI

Mwah yan hana salu panca rsi ngaran, wenang genahe ring madya ing pitataning wesma, maulon wetan, suci ngaran pitata genah ika, lungguh ira sang subhiksa, sang Padita Putus, yan tan para wiku putus, tan wenang hila-hila kojarania.

Lagi pula kalu ada bale yang bernama Panca Rsi, boleh bertempat ditengah-tengah. Penataan di dalam rumah itu, boleh berhulu ke timur, suci namanya penataan tempat itu, kedudukan orang kaya makmur, orang Pendeta suci, kalau tidak para Pendeta yang suci, tidak berhak menempati, berbahaya disebutkan.

63 KAPENINGAN

Yan salu Panca Rsi magenah ring kulon mahulon utara, tan wenang ngenahin wong harabi kakung, kapeningan ngaran pitatqa mangkana, genahin wong anglaraken yasa, brata, tapa Samadhi dewa.

Kalau bale Panca Rsi itu bertempat di sebelah barat berhulu utara, tidak boleh ditempati oleh orang yang bersuami istri, sebab kapeningan namanya penataan yang demikian, tempat orang yang melakukan yas, brata, tapa dan memuja dewa-dewa.

>> 57 s/d 63 Disebutkan dalam palemahan bangunan yang bernama Purwa Tatwa tempat para tumenggung, dan bangunan dengan pedum bernama Ratu Cakrawerti, Prabu Katangkilan dan Rtu Kidunungan. Namun ada juga yang disebut Kala Greha , sehingga harus ada pemayuh kepada Sang Kalaraja Anunggu Rat.ada juga disebut bale Panca Rsi,(hanya) sebagai tempat orang suci (Pendeta), dan berbahaya kalau menjadi tempatborang kebanyakan. Ada juga bale Panca Rsi disebut Kapeningan, kalau bertempat di barat berhulu utara.

IX

64 KILING SWARI

Yan salu Panca Rsi magenah ring purwa mahulu lor, Kiling Swari ngaran pitata mangkana, lungguh ira sang dharma twi putus genah mahuruk wenang.

Keputusan Sanghyang Anala - 21

Kalau bale Panca Rsi bertempat disebelah timur berhulu utara, Kiling Swari namanya penataan yang demikian, tempat bagi orang suci, boleh juga untuk tempat pendidikan.

65 PURWA DEWA

Yan salu Panca Rsi magenah ring purwa mahulu wetan, tan yogya genah ing wwang hila-hila kojarnia, Parhyangan Dewa wenang, Purwa Dewa ngaran pitata mangkana.

Kalau bale Panca Rsi bertempat disebelah timur berhulu timur, tidak boleh ditempati orang, berbahaya konon, boleh sebagai Parhyangan, Purwa Dewa namanya penataan yang demikian.

66 JAJAR LEMAH

Yan Panca Rsi magenah ring lor, mahulu lor atmania purwa, jajar lemah ngaran pedum pidata mangkana, tan sidhaning pakerti phalania.

Kalau bale Panca Rsi bertempat di utara, berhulu utara menghadap ke timur, Jajar Lemah namanya ukuran yang demikian, akibatnya segala usaha yang dilakukan tidak berhasil.

67KABANDUNGAN KALA

Yan hana wesmansalunia bandung padania bandung, kang wus ngangge pitata pedum asalu brahma saksat, kabandungan kala ngaran, pedum pitata mangkana, kapiruda dening Kala Greha, hila dahat pamirudan ira, tan pegat wyadi mwang kageringan sang mowah.

Kalau ada rumah balenya bersaing (berpapasan) pada palemahan yang berpapasan, yang sudah memakai penataan ukuran (pedum asta bumi), seolah-olah berumah kemurkaan, (sebab) dihadang Kala namanya, ukuran penataan yang demikian diganggu oleh Kala Greha, sangat berbahaya gangguan itu, tidak putus-putusnya cekcok dan kesakitan orang yang tinggal dirumah itu.

Keputusan Sanghyang Anala - 22

Keputusan Sanghyang Anala - 23