sampul depan sumber foto : agus budiyanto desain cover...
TRANSCRIPT
Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
STUDI BASELINE EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI LOKASI DPL KABUPATEN RAJA AMPAT
TAHUN 2008
Koordinator Tim Penelitian
ANNA E.W. MANUPUTTY
Disusun oleh :
HENDRIK A. W. CAPPENBERG
ABDULLAH SALATALOHY
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
PENDAHULUAN
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan.
Informasi tentang kondisi ekosistem terumbu karang dengan berbagai komponen bentik yang membentuknya sangat dibutuhkan dalam penilaian status keberadaannya. Pulau-Pulau Sekitar Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam gugusan pulau-pulau yang ada di Provinsi Papua Barat. Secara umum pulau-pulau yang ada di kabupaten ini mempunyai ekosistem pantai yang didominasi oleh terumbu karang dan ada sebagian pulau memiliki hutan bakau serta ekosistem lamun.
Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Dalam fase sebelumnya fase ini telah banyak kegiatan yang dilakukan untuk mengamati kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, perkembangan yang terjadi, apakah itu ke arah yang lebih baik ataupun semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan di ujicobakan dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode-metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode “Rapid Reef Resources Inventory” (RRI), dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi sipengamat. Metode pemantauan dengan “Line Intercept Transect” dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Lagi pula metode ini sulit diterapkan bagi pemula yang notabene baru dilatih satu atau dua kali, karena perlu waktu yang lama untuk memahami bentuk pertumbuhan karang, sampai ke tingkat taxon bahkan sampai ke jenis karang itu sendiri. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok.
ii
Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun kehadiran karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode “Point Intercept Transect” (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi daerah perlindungan laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase tutupan kehadiran karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan monitoring kondisi terumbu karang di lokasi-lokasi DPL yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat. Dengan demikian informasi akurat tentang perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi di lokasi DPL dapat dicatat, untuk kemudian dilakukan langkah pengelolaan selanjutnya.
HASIL
Dari pengamatan yang dilakukan di 38 lokasi transek dari 18 lokasi DPL di Kabupaten Raja Ampat diperoleh hasil sebagai berikut :
Jumlah jenis karang batu di 18 lokasi DPL sebanyak 120 jenis yang mewakili 15 suku.
Jumlah jenis terbanyak dijumpai di stasiun RJAP03 (DPL Yanbeser) sebanyak 23 jenis yang mewakili 8 suku dan lokasi yang sedikit jumlah jenis karang batu adalah di stasiun RJAP15 (DPL Meosmanggara) yaitu 2 jenis yang mewakili 2 suku.
Persentase kehadiran karang batu tertinggi untuk marga Acropora yaitu 66 % dengan jumlah individu sebanyak 33 individu yang dijumpai di Stasiun RJAP 10. Karang batu non-Acropora tertinggi yaitu 76 % dengan jumlah individu sebanyak 38 individu yang dijumpai di Stasiun RJAP 37. Komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralge (DCA) yaitu 62 % dengan frekuensi kehadiran sebanyak 31 yang dijumpai di Stasiun RJAP 32. Berikutnya komponen karang lunak (SC) sebesar 46 % dengan jumlah individu sebanyak 23 individu yang dijumpai di Stasiun RJAP 24.
Biota megabentos yang diamati di lokasi DPL, didominasi oleh Karang jamur (CMR) dan bulu babi (Diadema setosum). Jumlah rata-rata individu/transek biota megabentos hasil
iii
baseline, tertinggi yaitu 129 individu yang diwakili oleh karang jamur (CMR) Fungia spp, yang dijumpai di lokasi Serpele. Sedangkan biota berikut yang dijumpai terbanyak yaitu Diadema setosum sebanyak 25 individu yang dijumpai di lokasi Manyaifun.
Pemantauan terhadap ikan karang di 38 lokasi pengamatan, dicatat sebanyak 172 jenis yang termasuk dalam 21 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 15576 individu/transek.
Jenis Lutjanus biguttatus merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 1194 individu/transek.
SARAN
Dari pengamalaman dan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
• Pengamatan yang dilakukan di perairan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, hanya diwakili oleh beberapa lokasi yang tersebar sehingga kesimpulan yang diambil mungkin saja tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan jumlah jenis karang batu dan komponen lainnya secara keseluruhan dan mengingat jumlah jumlah stasiun penelitian yang terbatas (38 stasiun). Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang sangat terbatas. Untuk itu sebaiknya jumlah stasiun bisa ditambahkan pada penelitian selanjutnya.
• Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar Kabupaten Raja Ampat, pasti akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penelitian kembali di daerah ini sangatlah penting dilakukan untuk melihat perkembangan karang batu dan komponen lainnya, sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para stakeholder dan mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah.
Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini beberapa penelitian telah dilakukan, dengan penyandang dana dari ”World Bank” (WB). Salah satu diantaranya penelitian ekologi terumbu karang untuk mendapatkan data dasar (baseline data) di lokasi-lokasi COREMAP. Khususnya di lokasi ”Daerah Perlindungan Laut” (DPL) yang dicanangkan oleh penduduk setempat, dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode ”Point Intercept Transect” (PIT), yang lebih sederhana tapi menghasilkan data yang lebih cepat dan terukur.
Kegiatan baseline ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal terumbu karang di lokasi tersebut. Hasil studi baseline akan dipakai sebagai data dasar, berupa data rujukan untuk pengamatan selanjutnya dengan metode yang sama dan di lokasi yang sama.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa data, sehingga buku tentang studi baseline terumbu karang dengan metode ”PIT” dapat tersusun dengan baik.Kami menyadari, buku ini belum sempurna dan banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan, demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2008
Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………….... i
A. PENDAHULUAN ………………………………………………......... i
B. HASIL …………………………………………………………........... ii
C. SARAN ………………………………………………………............. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………….................... iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………..................... v
DAFTAR TABEL ……………………………………………........................ vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………................... x
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………................. 1
I. LATAR BELAKANG ………………………............... 1
I. TUJUAN PENELITIAN ………………………............ 1
I. RUANG LINGKUP PENELITIAN …………............ 3
BAB II. METODE PENELITIAN ……………………………….............. 4
II LOKASI PENELITIAN ………………………............. 4
II WAKTU PENELITIAN ………………………............. 6
II PELAKSANAAN PENELITIAN ……………............ 6
II. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA ................................................
6
II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) 6
II.4.2. Karang ................................... 10
II.4.3. Megabentos ............................. 11
II.4.4. Ikan Karang ............................. 11
BAB III. HASIL PENGAMATAN..... .................................. 13
III.1. HasilPengamatan SIG.............................. 13
III.2. Hasil Pengamatan Karang ........................ 16
III.3. Hasil Pengamatan Megabentos..... ............. 46
III.4. Hasil Pengamatan Ikan Karang..... ............. 49
UCAPAN TERIMA KASIH................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 53
LAMPIRAN ............................................................... 54
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan
substrat di lokasi DPL Saonek, Kabupaten Raja Ampat, 2008…………………………………......................
17
Tabel 2. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Saporkren, Kabupaten Raja Ampat, 2008................................................
19
Tabel 3. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Yanbeser, Kabupaten Raja Ampat, 2008................................................
21
Tabel 4. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Friwen, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
23
Tabel 5. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Yennavpnor, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
25
Tabel 6. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Kapisawar, Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………………….........................
26
Tabel 7. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Yenbuba, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
28
Tabel 8. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Kurkapa, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
30
Tabel 9. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Sawingrai, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
31
Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Jenbekwan, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
33
vii
Tabel 11. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Arborek, Kabupaten Raja Ampat, 2008………………………………………….................
34
Tabel 12. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Warsilap, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
37
Tabel 13. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Bianci, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
38
Tabel 14. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Mutus, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
39
Tabel 15. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Meosmanggara, Kabupaten Raja Ampat, 2008..........................................
41
Tabel 16. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Manyaifun, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
42
Tabel 17. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Serpele, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
44
Tabel 18. Frekuensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………………………
52
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1a. Peta stasiun DPL di bagian tenggara Waigeo, di
selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008 ...............
4
Gambar 1b. Peta stasiun DPL di bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008 ...........
5
Gambar 1c. Peta stasiun DPL di bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.........................
5
Gambar 2. Citra Landsat Komposit 453........................... 7
Gambar 3. Peta bentuk dan luas DPL di bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008..
13
Gambar 4. Peta bentuk dan luas DPL di bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008………………………......................................
14
Gambar 5. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008………………….
14
Gambar 6. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL di bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………
22
Gambar 7. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………….
35
Gambar 8. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008………………..............
46
Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………………………..................
47
Gambar 10. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008 ………………………………………………….......
48
ix
Gambar 11. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat,....................................................
48
Gambar 12 Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008…............................................
50
Gambar 13. Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008……………………………………………………………
51
Gambar 14. Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008…
51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Posisi lokasi DPL di Kabupaten Raja Ampat,
2008.................................................
54
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu lokasi DPL stasiun RAJP 01 – RAJP 13, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
55
Lampiran 3. Sebaran jenis karang batu lokasi DPL stasiun RAJP 14 – RAJP 26, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
59
Lampiran 4. Sebaran jenis karang batu lokasi DPL stasiun RAJP 27 – RAJP 38, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
62
Lampiran 5. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 01 – RJAP 13, Kabupaten Raja Ampat, 2008.......................................
67
Lampiran 6. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 14 – RJAP 26, Kabupaten Raja Ampat, 2008.......................................
68
Lampiran 7. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 27 – RJAP 38, Kabupaten Raja Ampat, 2008.......................................
69
Lampiran 8. Sebaran jenis ikan karang lokasi DPL stasiun RAJP 01 – RJAP 13, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
70
Lampiran 9. Sebaran jenis ikan karang lokasi DPL stasiun RJAP 14 – RJAP 26, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
78
Lampiran 10. Sebaran jenis ikan karang lokasi DPL stasiun RJAP 27 – RJAP 38, Kabupaten Raja Ampat, 2008.................................................
85
1
BAB I. PENDAHULUAN
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan.
Informasi tentang kondisi ekosistem terumbu karang dengan berbagai komponen bentik yang membentuknya sangat dibutuhkan dalam penilaian status keberadaannya. Pulau-Pulau Sekitar Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam gugusan pulau-pulau yang ada di Provinsi Papua Barat. Secara umum pulau-pulau yang ada di kabupaten ini mempunyai ekosistem pantai yang didominasi oleh terumbu karang dan ada sebagian pulau memiliki hutan bakau serta ekosistem lamun.
Hasil pengamatan kondisi terumbu karang Indonesia yang dilakukan oleh COREMAP menunjukkan bahwa hanya tinggal 6 % karang yang sangat baik dan 32 % kurang baik. Informasi ini menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun badan internasional untuk dapat mengurangi tekanan yang terjadi terhadap terumbu karang. Salah satu solusi yang diajukan adalah menciptakan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) dengan fokus utamanya adalah daerah perlindungan laut (DPL). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi karang yang ada di kawasan daerah perlindungan laut Pulau-Pulau Kabupaten Raja Ampat, dengan harapan hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi semua “stakeholders” (instansi pemerintah, perusahan, LSM, akademisi dan kelompok masyarakat) dalam memanfaatkan kawasan laut sebagai sumber kehidupannya.
I.1. LATAR BELAKANG
Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Dalam fase sebelumnya fase ini telah banyak kegiatan yang dilakukan untuk mengamati kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, perkembangan yang terjadi, apakah itu ke arah yang lebih baik ataupun semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan di ujicobakan dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
2
ingin dicapai. Metode-metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode “Rapid Reef Resources Inventory” (RRI), dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi sipengamat. Metode pemantauan dengan “Line Intercept Transect” dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun kehadiran karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode “Point Intercept Transect” (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi daerah perlindungan laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase tutupan kehadiran karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan monitoring kondisi terumbu karang di lokasi-lokasi DPL yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat. Dengan demikian informasi akurat tentang perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi di lokasi DPL dapat dicatat, untuk kemudian dilakukan langkah pengelolaan selanjutnya.
I.2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Untuk mendapatkan data dasar tentang kondisi karang dan terumbu karang termasuk ikan karang. Juga data biota bentik lainnya yang memiliki nilai ekonomis penting di lokasi daerah perlindungan laut (DPL) Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat.
• Menganalisa hasil pengamatan untuk selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengetahui perubahan yang terjadi di Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan mencari jalan keluar untuk mengatasi perubahan atau kerusakan yang terjadi.
3
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup pengamatan kondisi karang ini meliputi empat tahapan yaitu :
1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat. Pengadaan dan mobilisasi peralataan penelitian serta perencangan penelitian untuk memperlancar perlaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.
2. Tahap pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang karang, bentos dan ikan karang.
3. Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengelolaan data sehingga data lapangan bias disajikan dengan lebih informatif.
4. Tahap pelaporan, berupa laporan sementara dan laporan akhir dari kegiatan penelitian.
BAB II. METODE PENELITIAN
II.1. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian dipusatkan di Kabupaten Raja Ampat khususnya di lokasi DPL yang telah ditentukan, di pulau-pulau sekitar Kabupaten Raja Ampat. Mengingat lokasi pengamatan yang sangat luas dan tersebar, maka untuk lebih informative, peta lokasi maupun peta tematik dibuat dalam beberapa gambar. Lokasi DPL ini terletak di 18 pulau yang meliputi 38 stasiun pengamatan yaitu P. Saonek (RJAP 01, RJAP 02, RJAP 03 DAN RJAP 04), Pulau Saporkren (RJAP 5 dan RJAP 06), P. Yanbeser (RJAP 07, RJAP 08 dan RJAP 09), P. Friven (RJAP 10 dan RJAP 11), P. Yennavpnor (RJAP 12 dan RJAP 13), P. Kapisawar (RJAP 14 dan RJAP 15), P. Yenbuba ( RJAP 16 dan RJAP 17), Kurkap (RJAP 18, RJAP 19 dan RJAP 20), P. Sawingrai (RJAP 21 dan RJAP 22), P. Jenbekwan (RJAP 23), P. Arborek 2 (RJAP 24 dan RJAP 25), P. Arborek (RJAP 24, RJAP 25, RJAP 26 dan RJAP 27), P. Waisilap (RJAP 28 dan RJAP 29), P. Bianci (RJAP 30), P. Mutus (RJAP 31 dan RJAP 32), P. Meosmangara (RJAP 33 dan RJAP 34), P. Manyaifun (RJAP 35 dan RJAP 36), P. Serpele (RJAP 37 dan RJAP 38). (Gambar 1a, 1b dan 1c).
Gambar 1a. Peta stasiun DPL di bagian tenggara Waigeo (Peta 1), di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
4
Gambar 1b. Peta stasiun DPL di bagian selatan Waigeo (Peta 2), di
barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008. Gambar 1c. Peta stasiun DPL di bagian barat Waigeo (Peta 3), di
barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.
5
6
II.2. WAKTU PENELITIAN
Pengamatan kondisi karang dan biota lainnya di lokasi DPL Kabupaten Raja Ampat dilakukan pada bulan November 2008.
II.3. PELAKSANA PENELITIAN
Penelitian dilakukan oleh Staf CRITC-COREMAP-LIPI Jakarta, dibantu oleh beberapa Staf dan teknisi Puslit Oseanografi LIPI Jakarta dan personal CRITC daerah setempat
II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA
Metode penarikan sampel diuraikan berdasarkan masing-masing metode dari substansi yang terlibat dalam penelitian ini.
II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) Penyiapan Peta Dasar
Peta dasar terumbu karang dibuat dengan memanfaatkan data citra satelit Landsat. Saluran panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini adalah saluran tampak hingga inframerah dekat. Pada citra Landsat, saluran tersebut terdapat pada saluran 1, 2, 3, 4, dan 5. Liputan citra yang digunakan adalah liputan 2 scene Landsat dengan ukuran masing – masing 185 km x 185 km persegi pada liputan path/row 113/064 dan 113/065, yang merekam keseluruhan Kepulauan Kabupaten Raja Ampat. Ukuran terkecil objek yang diwakili oleh satu piksel pada citra multispektral (saluran 1, 2, 3, 4, 5, dan 7) mewakili area permukaan bumi dengan ukuran 30 m x 30 m persegi.
Citra yang digunakan merupakan citra satelit Landsat ETM+ 7 level 1G, sehingga citra tersebut sudah mengalami restorasi citra yang mencakup koreksi radiometri dan koreksi geometri. Koreksi radiometri dilakukan untuk mengatasi distorsi citra yang menyebabkan gangguan yang sifatnya spektral, sedangkan koreksi geometri dilakukan untuk gangguan yang sifatnya spasial. Pada citra level 1G, koreksi geometri yang dilakukan adalah koreksi geometri untuk kesalahan atau distorsi yang sifatnya sistematis sehingga sudah diperhitungkan sebelumnya (NASA, 1999).
Identifikasi objek pada terumbu karang dilakukan dengan memanfaatkan kombinasi saluran 1, 2, dan 3 yang merupakan saluran tampak. Saluran tampak digunakan untuk identifikasi objek
di terumbu karang, karena pada panjang gelombang ini, sinar sanggup menembus kolom air hingga kedalaman 20 meter (Campbell, 1996). Saluran 4 yang merupakan saluran inframerah dekat, digunakan untuk membatasi wilayah daratan dan perairan serta untuk membedakan objek vegetasi, dalam hal ini mangrove. Pembedaan objek vegetasi mangrove dengan vegetasi lainnya dilakukan dengan memanfaatkan saluran 5. Hal ini disebabkan karena saluran 5 merupakan saluran inframerah tengah yang peka terhadap kelembaban lahan. Mangrove tumbuh pada lahan basah, sehingga dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya menggunakan saluran 5 ini. Ciri khas lahan yang ditumbuhi mangrove pada citra komposit saluran 453 adalah berwarna jingga gelap (Gambar 2). Warna jingga mewakili warna vegetasi yang ditonjolkan oleh saluran 4, dan warna gelap menunjukkan pada objek tersebut terletak pada lahan yang basah.
Mangrove
Vegetasi lainnya
Gambar 2. Citra Landsat komposit 453
Peta sebaran terumbu karang dan mangrove tentative dibuat terlebih dahulu di laboratorium sebelum dilakukan kerja lapangan. Peta ini digunakan sebagai bahan untuk pemilihan lokasi sampling dan alat bantu navigasi di lapangan. Peta tentatif ini selanjutnya akan dijadikan sebagai peta dasar terumbu karang setelah diuji/dikoreksi dengan keadaan sesungguhnya dilapangan. Langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut:
7
8
1. Penyiapan citra, yang meliputi penghilangan pengaruh gangguan atmosfer dengan jalan mengurangi nilai piksel pada seluruh liputan citra dengan nilai digital minimum citra. Hal ini dilakukan dengan asumsi nilai digital minimum citra seharusnya nol. Apabila nilai piksel minimum tidak sama dengan nol, maka ada nilai bias yang dipandang sebagai hasil dari hamburan atmosfer.
2. Menghilangkan pengaruh awan dengan cara meng-eliminasi liputan awan dengan metode ”masking”. ”Masking” liputan awan dilakukan dengan jalan mengambil beberapa sampel (training area) nilai digital awan dan kemudian nilai digital tersebut dijadikan acuan untuk pembuatan citra ”masking”. Citra ”masking” tersebut kemudian digunakan untuk meng-ekstrak liputan citra yang tidak tertutup awan.
3. Setelah citra bebas dari tutupan awan, maka dilakukan proses digitisasi garis pantai untuk memisahkan objek daratan/pulau dan perairan/laut. Digitisasi dilakukan dengan teknik ”on-screen digitizing”, yaitu digitisasi langsung pada layar monitor computer. Kebaikan metode ”on-screen digitizing” dibanding metode digitasi manual (Stefanovic, 1991) adalah :
Tugas operator lebih mudah dari pada menggunakan alat “digitizer”.
Lebih teliti, adanya fasilitas “zooming” memungkinkan operator meletakkan posisi tepat ditengah garis yang didigitasi.
Lebih cepat, proses digitasi dan perbaikan dalam satu tempat dan satu waktu.
Digitisasi dilakukan dengan memanfaatkan saluran 4 untuk mempertegas batas antara daratan dan zona perairan. Agar diperoleh hasil yang memadai, digitisasi dilakukan pada perbesaran/skala 1:25.000.
4. Setelah objek perairan dipisahkan dari daratan, dengan cara yang sama pada mintakat laut didigitisasi batas terluar dari mintakat terumbu. Komposit citra yang digunakan adalah komposit citra 321, dan di tajamkan dengan teknik ”linier stretching”. Untuk identifikasi mangrove, juga dilakukan dengan jalan digitisasi pada batas areal mangrove dengan memanfaatkan komposit citra 453, juga ditajamkan dengan teknik ”linier stretching”.
9
5. Berdasarkan peta tentative tersebut kemudian dipilih lokasi-lokasi sampel secara acak. Lokasi sampel yang berupa informasi koordinat, digunakan sebagai panduan pada saat ke lapangan dengan bantuan alat navigasi GPS (Global Positioning System). GPS yang digunakan saat kerja lapangan adalah GPS Map GARMIN 76 C dengan ketelitian posisi absolut sekitar 15 meter, bahkan di atas laut ketelitiannya bias mencapai 5 meter. Data hasil lapangan digunakan selanjutnya untuk interpretasi ulang dan digitisasi ulang sehingga diperoleh batas yang lebih akurat.
Pemetaan Daerah Perlindungan Laut (DPL)
Pemetaan DPL dilakukan dengan memanfaatkan informasi koordinat batas DPL yang tersedia di daerah kajian. Informasi koordinat tersebut bersifat sementara, sehingga informasi lebih lanjut/detil didapatkan melalui keterangan penduduk setempat. DPL yang dibuat oleh penduduk/masyarakat, merupakan DPL yang digunakan untuk perlindungan ekosistem terumbu karang. Letak DPL bervariasi tergantung pada karakteristik lingkungan disekitarnya. Pada wilayah dengan rataan terumbu karang yang sempit dan menempel pada pulau, garis batas DPL ditarik mulai dari wilayah yang terdapat karang hingga kea rah garis pantai. Untuk wilayah dengan rataan terumbu karang yang luas, batas DPL dibuat mulai dari tubir terumbu hingga batas wilayah yang memiliki karang. Langkah-langkah pemetaannya adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan peta tentative posisi DPL dilakukan dengan jalan memasukkan koordinat DPL sementara berdasarkan informasi awal ke dalam peta dasar terumbu karang yang dikombinasikan dengan data citra satelit. Peta tentative ini nantinya digunakan sebagai panduan untuk mendatangi lokasi yang diduga sebagai DPL pada saat kerja lapangan.
2. Setelah peta dibawa ke lapangan, melalui informasi yang didapat di lapangan baik melalui informasi penduduk maupun dari dinas terkait, maka ujung-ujung batas DPL dipetakan dengan mencatat koordinatnya menggunakan alat GPS. Pembuatan sket bentuk DPL juga dilakukan agar dapat digunakan sebagai panduan dalam penarikan garis batas pada saat pembuatan peta DPL.
3. Pembuatan peta DPL dilakukan di laboratorium dengan memanfaatkan perangkat lunak SIG dan pengolah data tabular (excel). Data yang diambil dari GPS merupakan data koordinat ujung-ujung batas DPL yang bentuknya berupa
10
data tabular. Data tabular GPS mencatat informasi koordinat longitude dan latitude, identitas titik, serta informasi tambahan lainnya seperti waktu pengambilan titik, elevasi dari permukaan laut rata-rata bidang ellipsoid, dan symbol titik. Data ini diolah didalam perangkat lunak SIG menjadi peta sebaran titik. Kemudian, titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis sehingga membentuk sebuah batas DPL. Hasil peta garis batas tersebut kemudian dibangun topologinya menjadi sebuah topologi polygon agar dapat diketahui luasan area DPL tersebut.
II.4.2. Karang
Bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan karang, biota bentik dan substrat (komponen bentik) ialah peralatan selam lengkap (SCUBA), perahu motor (rubber boat), alat tulis dalam air (kertas, pensil), papan pengalas, pita berskala (100 m), besi (diameter ±20 mm) dengan panjang 30 cm yang digunakan sebagai patok, martil (palu) dan tali plastik (nilon) ukuran diameter 6 mm.
Metode yang digunakan adalah metode transek garis, panjang transek 25 meter, dibentangkan sejajar garis pantai dimana daratan/pulau berada di sebelah kiri. Pencatatan kehadiran koloni karang dilakukan dengan “Point Intercept Transect” (PIT). Tiap koloni karang, biota bentos maupun substrat yang dilewati atau berada di bawah garis transek dicatat dengan interval 50 cm. Secara teknis di lapangan, yang dicatat ialah komponen bentik dimulai dari titik 0,50; 1; 1,50; 2; 2,5 dan seterusnya sampai ke titik 25. Total jumlah titik yang dilalui dan dicatat, 50 titik. Transek dilakukan di daerah lereng terumbu bagian atas dengan asumsi pertumbuhan karang batu cukup baik di area ini. Data pengamatan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel untuk kepentingan analisa lanjutan antara lain untuk melihat persentase kehadiran jenis karang, biota bentik dan substrat. Disamping itu untuk melengkapi laporan ini dibuat deskripsi lokasi dan gambar bentuk dasar perairan tiap lokasi. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk Tabel maupun peta tematik. Untuk analisa data hanya dilakukan secara deskriptif, dengan perhitungan persentase komponen bentik sebagai berikut :
Jumlah Tiap Komponen
(%) Jumlah Individu = ----------------------------- x 100 %
Total Komponen
11
II.4.3. Megabentos
Sampling dilakukan sesudah kegiatan PIT, dengan metode ”Reef Check” pada transek yang sama sepanjang 25 m dan dengan lebar 1 meter ke kanan dan 1 meter ke kiri dari garis transek. Total bidang pengambilan/pencatatan biota makrobentik : (2 X 25) m2 = 50 m2. Biota yang dicatat jumlah individunya sepanjang transek ialah :
• Lobster (udang barong)
• ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di sela cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Seriatopora spp.)
• Acanthaster planci (bintang bulu seribu)
• Diadema setosum (bulu babi hitam)
• “Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil)
• “Large Holothurian” (teripang ukuran besar, panjangnya ≥ 20 cm )
• “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil, panjangnya < 20 cm)
• “Large Giant Clam” (kima ukuran besar, panjangnya ≥ 20 cm)
• “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil, panjangnya < 20 cm)
• Trochus niloticus (lola)
• Drupella (sejenis keong, berukuran kecil yang hidup disela-sela karang)
• “Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.)
I I.4.4. Ikan Karang
Seperti halnya karang, pengamatan ikan dilakukan di sepanjang garis transek. Metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 25 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 25 ) = 125 m2. Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk
12
ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randall (1993). Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/transek. Data kelimpahan tiap jenis ikan karang yang dicatat dimasing-masing stasiun transek, ditampilkan dalam bentuk tabel dan peta tematik.
Jenis-jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu :
a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang / daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakatua) dan Acanthuridae (ikan pakol);
b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);
c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik warna yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada diperairan terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
III. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan akan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi yang diamati, yaitu SIG, karang, megabentos dan ikan karang. Karena luasnya pulau, untuk menjadikan lebih informatif, peta-peta yang ditampilkan dipilah menjadi beberapa gambar.
III.1. Hasil Pengamatan SIG
Hasil pengamatan SIG disajikan dalam bentuk peta yang menggambarkan polygon dan luas daerah DPL (Gambar 3, 4 dan 5). Posisi masing-masing DPL disajikan dalam lampiran.
Gambar 3. Peta bentuk dan luas DPL di di bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
13
Gambar 4. Peta bentuk dan luas DPL di bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Gambar 5. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Waigeo, di
barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.
14
15
Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Kabupaten Raja Ampat sebagian besar tersebar di sebelah selatan pulau Waigeo dan hanya satu yang berada di pesisir utara pulau Waigeo. DPL yang telah ditetapkan oleh masyarakat setempat berjumlah 18 DPL. Lokasi DPL terletak pada kawasan terumbu karang, baik yang menempel pada pulau (fringing reef) ataupun pada bentukan gosong (patch reef). Bentuk DPL pada bentukan gosong atau yang berada di laut cenderung memiliki bentuk area segiempat, hal ini dimaksudkan agar mudah didalam pengelolaannya. Wilayah DPL pada terumbu karang yang menempel pulau, bentuk areanya cenderung tidak beraturan karena batas DPL ditarik mulai dari ujung tubir terumbu hingga ke garis pantai, sehingga bentuknya tidak beraturan mengikuti bentuk garis pantai dan tubir terumbu.
Area DPL biasanya dipilih oleh masyarakat pada daerah yang memiliki karang yang baik, sehingga bagi masyarakat setempat layak untuk dijadikan wilayah konservasi atau perlindungan. Luas DPL bervariasi mulai dari yang paling kecil yaitu DPL Indip seluas 9,43 Ha (Gambar 5) hingga yang terluas pada DPL Mutus seluas 146,05 Ha. DPL Indip berada pada lokasi gosong yang tidak terlalu luas dan berada di sebelah Pulau Gam tepatnya 5,27 Km Tenggara Pulau Yangelo. Gosong tersebut merupakan bagian dari gugusan gosong dan pulau-pulau kecil yang berada mengelompok di sebelah Selatan Pulau Gam. Daerah ini memang memiliki karang yang cukup baik, sehingga cocok untuk daerah konservasi. DPL terluas yaitu DPL Mutus, terletak di sebelah Tenggara Pulau Mutus Besar yang berada pada gugusan pulau-pulau kecil di Barat Daya Pulau Waigeo. DPL Mutus jika dilihat pada peta (Gambar 4) areanya merupakan penghubung antara dua gosong. Oleh karena itu area DPL tersebut menjadi lebih luas daripada DPL lainnya.
DPL Viaduru (Desa Yanbeser), DPL Yenmankwan (Desa Saporkren), dan DPL Gurabessy, (Desa Saonek) pada Gambar 3 terletak di wilayah pesisir Selatan Pulau Waigeo. Ketiga DPL tersebut terletak di rataan terumbu (fringing reef) yang relatif sempit dengan lebar ± 200 meter. DPL yang tergambar pada peta di Gambar 3 wilayahnya meliputi rataan terumbu mulai dari tubir hingga garis pantai dan memanjang mengikuti bentuk pantai dan tubir rataan terumbu. Khusus untuk DPL Gurabessy, wilayah DPL meliputi dua sistem rataan terumbu yang terpisah, sehingga memiliki ukuran wilayah DPL yang lebih luas daripada 2 DPL lainnya pada wilayah pesisir selatan Pulau Waigeo tersebut.
Berdasarkan perhitungan luasan DPL melalui analisa SIG (Sistem Informasi Geografi) maka didapatkan jumlah total luasan 14 DPL yang terdapat di Kabupaten Rajaampat yaitu sebesar 692.55 ha
16
atau 6,93 km2. Jika dibandingkan dengan total luasan terumbu karang di Kabupaten Rajaampat yaitu 76,8 km2 (LIPI, 2006), maka persentase total luas DPL terhadap luasan terumbu karang adalah 9,02%. Berdasarkan data tersebut, maka 90,98% luasan terumbu karang di Kabupaten Rajaampat merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan positif lainnya. III.2. Hasil Pengamatan Karang
Pengamatan karang di lokasi DPL Kabupaten Raja Ampat dilakukan di 38 lokasi. Masing-masing lokasi DPL dibuat 2 - 3 transek permanen, bahkan ada yang hanya 1 transek permanen, mengingat area yang tidak terlalu luas, rata-rata panjang (sejajar garis pantai) 200 – 1200 meter. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan peta tematik. Untuk menampilkan peta yang yang lebih jelas dan informatif, hasil maupun peta tematik ditampilkan dalam beberapa gambar. Hasil pengamatan diuraikan berdasarkan pembagian peta lokasi (gambar 1a, 1b dan 1c) sehingga lebih mudah di lihat dan tidak saling tumpang tindih antara lokasi satu dan lainnya. Penamaan lokasi DPL berdasarkan nama DPL itu sendiri atau nama desa yang berdekatan dengan stasiun DPL. Hasil pengamatan diuraikan selanjutnya.
Hasil pengamatan di bagian selatan Kabupaten Raja Ampat
Pengamatan dilakukan di bagian selatan Kabupaten Raja Ampat, tepatnya di bagian tenggara Pulau Waigeo ini meliputi DPL di tiga desa, yaitu Desa Saonek, Desa Saporkren dan Desa Yanbeser (Gambar 6). 1. DPL Saonek
Lokasi ini terletak di desa Saonek yang termasuk gugusan pulau-pulau Kabupaten Raja Ampat. Pengamatan dilakukan pada 4 stasiun DPL (RJAP01, RJAP02, RJAP03 dan RJAP04). Secara umum vegetasi pantai didominasi oleh semak belukar diselingi dengan adanya pohon kelapa. Kondisi pantainya berupa pasir dan berbatu, dengan panjang rataan terumbu bervariasi dimana stasiun RJAP01 dan RJAP02 mempunyai lebar rataan terumbu sepanjang 50 m, sedangkan stasiun RJAP03 dan RJAP04 mempunyai lebar rataan terumbu sejauh 100 m dari garis pantai. Karang batu yang dominan di rataan terumbu adalah Acropora spp., Porites spp., Favia spp. dan Porites lutea. Disamping itu zona ini juga didominasi oleh karang lunak dari marga Sinularia sp. dan Sarcophyton sp. Bentuk dasar perairan memiliki tingkat kemiringan ± 30. Jenis karang batu yang dominan di daerah slope untuk stasiun RJAP01 adalah
17
Goniastrea spp., Porites spp. dan Acropora spp., serta karang lunak dari marga Sinularia sp. Stasiun RJAP02 didominasi oleh karang batu dari jenis Acropora palifera dan karang lunak dari marga Sarcophyton sp. serta jenis alga dari marga Halimeda sp. Stasiun RJAP03 lebih didominasi oleh jenis karang batu dari jenis Acropora spp. dan stasiun RJAP04 didominasi oleh jenis karang batu Acropora brueggemanni dan karang lunak jenis Sinularia sp. Pertumbuhan karang batu sampai pada kedalaman 15 m dengan substrat dasar berupa karang mati. Kecerahan perairan pada saat pengamatan berlangsung yaitu 10 m dan berarus. Indikasi tingkat kerusakan pada terumbu karang disebabkan oleh adanya penggunaan bom dan potasium sianida (potas) dalam penangkapan ikan. Hasil persentase kehadiran karang batu marga Acropora sp. tertinggi dijumpai di stasiun RJAP04 sebanyak 17 individu dengan persentase kehadiran yaitu 34 % dan terendah dijumpai di stasiun RJAP02 yaitu 2 individu dengan persentase tutupan sebesar 4 %. Karang batu non-Acropora terbanyak ditemukan di stasiun RJAP03 sebanyak 20 individu dengan persentase tutupan sebesar 40 % dan terendah dijumpai di stasiun RJAP04 sebanyak 11 individu dengan persentase tutupan sebesar 22 %. Komponen lain yang mempunyai persentase tutupan tertinggi adalah karang mati beralge (DCA), sebesar 28 % yang dijumpai di stasiun RJAP02. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Saonek, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jumlah Individu % Jumlah Individu
Jenis karang Batu RJAP 01
RJAP 02
RJAP 03
RJAP 04
RJAP 01
RJAP 02
RJAP 03
RJAP 04
ACROPORA Acropora microphthalma 1 1 0 0 2 2 0 0 A. nasuta 1 0 0 0 2 0 0 0 A. palifera 3 0 1 0 6 0 2 0 A. valida 1 0 0 0 2 0 0 0 A. cytherea 0 0 1 0 0 0 2 0 A. divaricata 0 0 3 0 0 0 6 0 A. echinata 0 0 1 0 0 0 2 0 A. florida 0 0 1 0 0 0 2 0 A. acuminata 0 0 2 0 0 0 4 0 A. hyacinthus 0 0 2 0 0 0 4 0 A. millepora 0 0 1 0 0 0 2 0 A. valenciennesi 0 0 1 0 0 0 2 0 A. aspera 0 0 0 3 0 0 0 6 A. brueggemanni 0 0 0 12 0 0 0 24
18
A. formosa 0 0 0 1 0 0 0 2 A. secale 0 0 0 1 0 0 0 2 Total 6 1 13 17 12 2 26 34 NON-ACROPORA Astreopora myriophthalma 0 1 0 0 0 2 0 0 Cyphastrea chalcidicum 1 0 0 0 2 0 0 0 Favia matthaii 1 0 0 0 2 0 0 0 F. maxima 1 0 0 0 2 0 0 0 Favites flexuosa 0 1 0 0 0 2 0 0 Goniastrea favulus 1 0 1 0 2 0 2 0 Montipora grisea 1 0 0 0 2 0 0 0 M. informis 2 1 1 0 4 2 2 0 M. venosa 0 0 1 1 0 0 2 2 Pachyseris speciosa 1 1 1 0 2 2 2 0 Porites lichen 1 1 0 0 2 2 0 0 P. lutea 3 6 1 2 6 12 2 4 P. nigrecens 1 0 0 0 2 0 0 0 P. cylindrica 0 1 0 1 0 2 0 2 P. lobata 0 0 2 0 0 0 4 0 Fungia concinna 0 0 1 0 0 0 2 0 Podabacea crustacea 0 0 1 0 0 0 2 0 Merulina scabricula 0 0 0 0 0 0 0 0 Millepora tenella 0 0 0 0 0 0 0 0 Symphyllia radians 0 0 0 0 0 0 0 0 Diploastrea heliopora 0 0 2 0 0 0 4 0 Hydnophora rigida 0 0 1 0 0 0 2 0 Pavona varians 0 0 1 0 0 0 2 0 Platygyra sinensis 0 0 1 0 0 0 2 0 P. lamellina 0 0 0 1 0 0 0 2 Seriatophora hystrix 0 0 4 1 0 0 8 2 Stylophora pistillata 0 0 2 3 0 0 4 6 Mycedium elephantotus 0 0 0 1 0 0 0 2 Tubipora musica 0 0 0 1 0 0 0 2 Total 13 16 20 11 26 32 40 22 Komponen Lain DC 0 0 0 0 0 0 0 0 DCA 11 14 7 11 22 28 14 22 SC 10 7 7 6 20 14 14 12 SP 0 0 1 0 0 0 2 0 OT 0 1 0 0 0 2 0 0 FS 7 9 0 2 14 18 0 4 R 1 1 1 0 2 2 2 0 S 2 1 1 3 4 2 2 6 RCK 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 31 33 17 22 62 66 34 44 Jumlah Total 50 50 50 50 100 100 100 100
19
2. DPL Saporkren
Pengamatan dilokasi ini dilakukan pada suatu pada areal daerah perlindungan laut (DPL) yaitu RJAP05 dan RJAP06. Bagian daratan (pantai) lokasi ini didominasi oleh pohon kelapa yang tumbuh ditengah semak belukar dan pantainya berpasir. Panjang daerah rataan ± 100 m dari garis pantai yang diatasnya didominasi oleh karang batu jenis Acropora spp., Porites spp., Favia spp., Acropora brueggemanni dan Acropora hyacinthus. Selanjutnya dasar laut agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan 35º dan merupakan areal pengamatan LIT dan didominasi oleh karang batu jenis Acropora brueggemanni, Porites lutea dan Pectinia lactuca dan juga karang lunak dari marga Sinularia sp. dan Gorgonium spp. Pertumbuhan karang batu masih ditemukan hingga kedalaman 15 meter, dengan substrat dasar berupa pasir dan karang mati. Kecerahan pada saat pengamatan ± 10 meter. Indikasi kerusakan karang batu diduga akibat arus yang cukup kuat. Jumlah individu karang batu terbanyak dijumpai di stasiun RJAP05 yaitu dari marga Acropora sebanyak 21 individu dengan persentase tutupan sebesar 42%. Sedangkan komponen lain tertinggi yaitu karang mati beralge (DCA) sebanyak 23 individu dengan persentase tutupan sebesar 46 % yang dijumpai di stasiun RJAP06. Hasil selengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di
lokasi DPL Saporkren, Kabupaten Raja Ampat 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu RJAP 05 RJAP 06 RJAP 05 RJAP 06
ACROPORA Acropora nasuta 1 0 2 0 A. palifera 5 1 10 2 A. brueggemanni 15 17 30 34 Total 21 18 42 36 NON-ACROPORA Goniastrea favulus 1 0 2 0 Porites lichen 0 1 0 2 P. cylindrica 2 0 4 0 P. lobata 1 0 2 0 Herpolitha limax 1 0 2 0 Pavona explanulata 0 1 0 2 Echinopora horrida 5 0 10 0 Leptoria phrygia 1 0 2 0 Total 11 2 22 4 Komponen Lain DC 0 0 0 0
20
DCA 9 23 18 46 SC 4 0 8 0 SP 0 0 0 0 OT 0 0 0 0 FS 5 7 10 14 R 0 0 0 0 S 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 18 30 36 60 Jumlah Total 50 50 100 100
3. DPL Yanbeser
Pengamatan di lokasi DPL Yanbeser dilakukan pada 3 stasiun transek, yaitu RJAP07, RJAP08 dan RJAP09. Bagian pantai lokasi ini ditumbuhi oleh pohon kelapa yang berada di tengah semak belukar dan pantainya terdiri dari karang mati dan pasir bercampur karang mati. Panjang daerah rataan berkisar antara 5 m (RJAP08) sampai 100 m (RJAP09) dan diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Acropora spp. dan Porites spp. serta karang lunak dari marga Sinularia sp. dan Lobophyton sp. terutama di stasiun RJAP 08. Selajutnya dasar perairan agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan ± 75º (RJAP08), sedangkan pada RJAP07 dan RJAP09 mempunyai kemiringan dasar perairan ± 30º. Di daerah slope karang batu yang dominan yaitu Acropora spp. dimana pertumbuhannya sampai kedalaman 9,5 m dengan substrat dasar berupa karang mati dan pasir. Kecerahan perairan pada saat pengamatan mencapai 10 m. Indikasi kerusakan pada terumbu karang disebabkan oleh adanya penggunaan bom dalam penangkapan ikan. Persentase tutupan karang batu tertinggi yaitu karang non-Acropora sebesar 32 % dengan jumlah individu sebesar 16 individu yang ditemukan di stasiun RJAP07. Komponen lain yang tertinggi yaitu karang mati beralge (DCA) dengan jumlah individu sebanyak 26 individu yang ditemukan di stasiun RJAP08. Hasil selengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya dapat dilihat pada Tabel3.
Tabel 3. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Yanbeser, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
RJAP 07
RJAP 08
RJAP 09
RJAP 07
RJAP 08
RJAP 09
ACROPORA Acropora cytherea 0 0 2 0 0 4 A. hyacinthus 0 0 2 0 0 4 A. brueggemanni 0 0 1 0 0 2 A. tenuis 1 0 0 2 0 0 Acropora sp 6 0 0 12 0 0 A. nobillis 1 0 1 2 0 2 A. granulosa 1 0 0 2 0 0 A. clathrata 0 3 0 0 6 0 A. horrida 0 1 0 0 2 0 Total 9 4 6 18 8 12 NON-ACROPORA Goniastrea pectinata 0 0 2 0 0 4 Goniastrea sp 1 0 0 2 0 0 Montipora sp 1 0 1 2 0 2 M. verrucosa 0 1 0 0 2 0 Porites nigrecens 10 2 0 20 4 0 P. cylindrica 0 0 4 0 0 8 Fungia sp 1 1 0 2 2 0 F. echinata 0 0 1 0 0 2 Platygyra sp 0 0 1 0 0 2 Seriatophora hystrix 0 1 0 0 2 0 Stylophora pistillata 3 0 1 6 0 2 Galaxea fascicularis 0 3 0 0 6 0 G. astreata 0 0 1 0 0 2 Oulophyllia crispa 0 1 0 0 2 0 Pocillopora verrucosa 0 1 0 0 2 0 Total 16 10 11 32 20 22 Komponen Lain DC 0 0 0 0 0 0 DCA 12 26 13 24 52 26 SC 10 10 8 20 20 16 SP 0 0 0 0 0 0 OT 1 0 3 2 0 6 FS 1 0 0 2 0 0 R 0 0 0 0 0 0 S 1 0 9 2 0 18 SI 0 0 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 0 0 Total 25 36 33 50 72 66
Jumlah Total 50 50 50 100 100 100
21
Gambar 6. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan
substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL, bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Hasil pengamatan di bagian barat daya Kabupaten Raja Ampat
Pengamatan dilakukan di bagian barat daya Kabupaten Raja Ampat, tepatnya di bagian selatan Pulau Waigeo ini meliputi delapan DPL yaitu DPL Friwen, DPL Yennavpor, DPL Kapisawar, DPL Yenbuba, DPL Kurkapa, DPL Sawingrai, DPL Jenbekwan dan DPL Arborek (Gambar 7).
4. DPL Friwen
Pada lokasi DPL Friwen, dilakukan transek permanen sebanyak 2 kali. Daerah pantai lokasi ini banyak ditumbuhi oleh vegetasi mangrove (bakau), terutama jenis Rhizopora sp. Kedua stasiun DPL ini memiliki panjang rataan terumbu atas (reef flat) ± 50 m dari garis pantai dan ditumbuhi oleh karang batu dari jenis Acropora spp., Porites lobata dan Goniapora spp. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring dengan tingkat kemiringan ± 40 dan didominasi oleh jenis karang batu Acropora spp. Pertumbuhan karang batu pada lokasi ini sampai pada kedalaman 10 m dengan substrat dasar perairan berupa pasir dan karang mati. Kecerahan perairan pada
22
23
saat pengamatan yaitu 10 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dan potasium sianida (potas) dalam penangkapan ikan serta pola sirkulasi arus yang cukup kuat. Persentase jumlah individu karang batu dari kelompok Acropora di stasiun RJAP10 adalah sebesar 66% (33 individu). Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan stasiun RJAP11 yang hanya sebesar 28% (14 individu). Jenis karang dari kelompok Non-Acropora memiliki nilai persentase tertinggi di stasiun RJAP11, yaitu 30% (15 individu) dan hanya 8% (4 individu) di stasiun RJAP10. Komponen lain yang tertinggi persentase tutupannya yaitu karang mati beralga (DCA) sebesar 20 % dengan jumlah individu sebanyak 10 individu yang dijumpai pada stasiun RJAP11. Hasil selengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Friwen, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP 10 RJAP 11 RJAP 10 RJAP 11
ACROPORA Acropora cytherea 0 2 0 4 A. florida 10 0 20 0 A. millepora 2 0 4 0 A. valenciennesi 0 4 0 8 A. formosa 3 1 6 2 A. tenuis 0 1 0 2 Acropora sp 0 2 0 4 A. nobillis 11 1 22 2 A. clathrata 0 1 0 2 A. humillis 1 0 2 0 A. grandis 6 0 12 0 A. microclados 0 2 0 4 Total 33 14 66 28 NON-ACROPORA Montipora venosa 0 1 0 2 Montipora sp 0 1 0 2 Millepora tenella 0 1 0 2 Platygyra lamellina 0 2 0 4 P. daedalea 0 1 0 2 Seriatophora calcidicum 0 2 0 4 Stylophora pistillata 0 4 0 8 Echinopora lamellosa 2 0 4 0 Pocillopora verrucosa 1 0 2 0 Oxypora lacera 1 1 2 2 Heliopora coerulea 0 1 0 2 Pectinia lactuca 0 1 0 2
Total 4 15 8 30 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 1 10 2 20 SC 3 7 6 14 SP 0 1 0 2 OT 0 3 0 6 FS 1 0 2 0 R 0 0 0 0 S 8 0 16 0 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 13 21 26 42 Jumlah Total 50 50 100 100
5. DPL Yennavpnor
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun daerah perlindungan laut (DPL) yaitu stasiun RJAP12 dan RJAP13. Bagian pantai secara umum didominasi oleh semak belukar dan beberapa jenis tumbuhan mangrove dengan kondisi pantai berupa pasir dan berbatu. Lokasi ini mempunyai panjang daerah rataan berkisar antara 100 m (RJAP12) dan 150 m (RJAP13) serta diatasnya dijumpai karang batu dari jenis Acropora vallenciennesi dan Porites lutea. Disamping itu tumbuhan lamun dari jenis Thallasia hemprichii dan Enhalus acoroides. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan sebesar 45º dimana pada areal ini dijumpai karang batu dari jenis Acropora brueggemanni, Porites cylindrica, Acropora hyacinthus dan Acropora cytherea. Pertumbuhan karang batu mencapi kedalaman 20 m dengan substrat dasar perairan berupa karang mati dan pasir. Disamping itu juga dijumpai adanya pertumbuhan algae terutama dari marga Halimeda sp. dan karang lunak dari jenis Xenia sp. Kecerahan perairan pada saat pengamatan yaitu antara 10 – 15 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dan potasium sianida (potas) pada saat penangkapan ikan karang. Persentase tutupan karang batu dari marga Acropora berkisar antara 8 sampai 32 % dan karang non-Acropora berkisar antara 8 – 12 %. Komponen lain yang tertinggi persentase tutupannya yaitu karang mati beralge (DCA) yaitu 28 % dengan jumlah individu sebanyak 14 individu yang dijumpai pada stasiun RJAP13. Hasil selengkapnya dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 5.
24
Tabel 5. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Yennavpnor, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu RJAP12 RJAP13 RJAP12 RJAP13
ACROPORA Acropora microphthalma 1 0 2 0 A. divaricata 3 2 6 4 A. florida 2 0 4 0 A. millepora 0 1 0 2 A. aspera 1 0 2 0 A. brueggemanni 8 0 16 0 A. humillis 1 0 2 0 A. cerealis 0 1 0 2 Total 16 4 32 8 NON-ACROPORA Cyphastrea chalcidicum 1 0 2 0 Porites lutea 0 1 0 2 P. cylindrica 3 3 6 6 Pocillopora verrucosa 0 1 0 2 Coeloseris mayeri 0 1 0 2 Total 4 6 8 12 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 8 14 16 28 SC 6 0 12 0 SP 1 0 2 0 OT 0 0 0 0 FS 0 7 0 14 R 11 13 22 26 S 4 6 8 12 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 30 40 60 80 Jumlah Total 50 50 100 100
6. DPL Kapisawar
Lokasi DPL Kapisawar disebut juga DPL Tanadibun, dimana pada lokasi ini pengamatan dilakukan pada dua stasiun daerah perlindungan laut (DPL) yaitu RJAP14 dan RJAP15. Bagian pantai di stasiun RJAP14 tidak memiliki pantai datar (rataan terumbu) sebaliknya di stasiun RJAP15 bagian pantainya didominasi oleh tumbuhan mangrove terutama dari jenis Rhizopora spp. Daerah
25
26
rataan terumbu hanya ada di stasiun RJAP15 dengan panjang lintasan ± 150 m dari garis pantai kearah laut terbuka dan diatasnya dijumpai karang batu dari jenis Acropora spp, Goniopora spp, Porites spp, Montipora spp dan Seriatophora hystrix. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dimana diatasnya didominasi oleh karang batu dari jenis Acropora spp, Montipora spp dan Porites spp. Pertumbuhan karang batu dijumpai sampai pada kedalaman 20 m dengan substrat dasar perairan berupa karang mati dan pasir. Kecerahan perairan pada saat pengamatan yaitu 10 m. Indikasi kerusakan pada daerah terumbu karang di lokasi ini disebabkan oleh bom dan pola gelombang air laut yang besar sehingga menyebabkan ombak. Persentase tutupan karang batu dari marga Acropora dijumpai sebanyak 4 individu dengan persentase tutupan sebesar 8 % (RJAP14) dan karang non-Acropora dijumpai sebanyak 27 individu dengan persentase tutupan sebesar 54 % (RJAP15). Komponen lain yang mempunyai persentase tutupan tertinggi adalah karang mati beralge (DCA) sebesar 38 % dengan jumlah individu sebanyak 19 individu. Hasil selengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Kapisawar, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP14 RJAP 15 RJAP 14 RJAP15
ACROPORA Acropora microphthalma 1 0 2 0 A. nasuta 1 0 2 0 A. palifera 1 0 2 0 A. granulosa 1 0 2 0 A. elseyi 2 0 4 Total 4 2 8 4 NON-ACROPORA Faviaspeciosa 1 0 2 0 Goniastrea australiensis 1 0 2 0 Montipora sp 7 0 14 0 M. foliosa 0 26 0 52 Pachyseris speciosa 1 0 2 0 Porites lutea 4 0 8 0 Fungia concinna 0 1 0 2 F. fungites 1 0 2 0 Heliofungia actiniformis 1 0 2 0 Merulina ampliata 2 0 4 0 Platygyra daedalea 1 0 2 0
Seriatophora hystrix 1 0 2 0 S. caliendrum 1 0 2 0 Goniopora sp. 1 0 2 0
Lobophyllia hemprichii 1 0 2 0 Total 23 27 46 54 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 8 19 16 38 SC 0 0 0 0 SP 3 0 6 0 OT 6 2 12 4 FS 0 0 0 0 R 0 0 0 0 S 6 0 12 0 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 23 21 46 42 Jumlah Total 50 50 100 100
7. DPL Yenbuba
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun daerah perlindungan laut (DPL) yaitu stasiun RJAP16 dan RJAP17 yang juga disebut DPL Warasnus. Vegetasi pantai pohon kelapa yang tumbuh ditengah semak belukar serta pantai yang berpasir putih. Daerah rataan terumbu di lokasi ini mempunyai panjang ± 50 m dari garis pantai kearah laut terbuka, dimana pada bagian atasnya dijumpai karang batu dari jenis Acropora hyacinthus, Acropora palifera, Porites lutea, Acropora brueggemanni dan beberapa jenis Porites spp. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan mencapai 45º, dimana pada bagian ini dijumpai karang batu dari jenis Acropora yongei, A. microphthalma, A. brueggemanni, Porites cylindrica dan Montipora foliosa. Pertumbuhan karang batu dijumpai sampai pada kedalaman 20 m dengan substrat dasar perairan berupa karang mati dan pasir. Disamping itu dijumpai beberapa jenis karang lunak terutama dari marga Xenia spp. Kecerahan pada saat pengamatan berlangsung yaitu antara 15–16 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dan pola arus yang kuat. Persentase tutupan karang batu dari marga Acropora yaitu 22 % dengan jumlah individu sebanyak 11 individu (RJAP16) dan 40 % dengan jumlah individu sebanyak 20 individu (RJAP17). Karang non-Acropora 34 % dengan jumlah individu sebanyak 17 individu (RJAP16) dan 30 % dengan jumlah individu sebanyak 15 individu (RJAP17). Komponen lain yang mempunyai jumlah individu terbanyak adalah karang mati beralge (DCA) sebesar 9 individu dengan persentase tutupan yaitu 18 % yang
27
dijumpai pada stasiun RJAP16. Hasil selengkapnya dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Yenbuba, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
RJAP16 RJAP17 RJAP16 RJAP17 ACROPORA Acropora microphthalma 0 4 0 8 A. aspera 1 3 2 6 A. brueggemanni 4 0 8 0 A. formosa 2 3 4 6 A. secale 2 0 4 0 A. yongei 2 9 4 18 A. paniculata 0 1 0 2 Total 11 20 22 40 NON-ACROPORA Montipora foliosa 1 0 2 0 M. incrasata 3 0 6 0 M. aequituberculata 1 0 2 0 Pachyseris speciosa 0 1 0 2 P. lutea 1 1 2 2 P. nigrecens 4 1 8 2 P. cylindrica 2 8 4 16 P. rus 0 1 0 2 Seriatophora hystrix 0 1 0 2 Stylophora pistillata 0 1 0 2 Mycedium elephantotus 1 0 2 0 Echinophora lamellosa 3 0 6 0 Pocillophora damicornis 1 0 2 0 Heliopora coerulea 0 1 0 2 Total 17 15 34 30 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 9 8 18 16 SC 3 3 6 6 SP 2 2 4 4 OT 0 0 0 0 FS 1 2 2 4 R 7 0 14 0 RCK 0 0 0 0 Total 22 15 44 30 Jumlah Total 50 50 100 100
28
29
8. DPL Kurkapa (Saowandarek)
Lokasi pengamatan berada di Pulau Mansuar yang terdiri dari stasiun RJAP18 dan RJAP19 serta RJAP20 yang berada di agak ketengah laut (patch reef). Bagian pantai lokasi ini memiliki vegetasi pantai berupa pohon kelapa yang tumbuh ditengah semak belukar dan mempunyai pantai yang berpasir (RJAP19) sedangkan pantai RJAP18 berupa tebing. Stasiun RJAP18 dan RJAP19 memiliki daerah rataan terumbu dengan panjang ±100 m dari garis pantai sedangkan stasiun RJAP20 tidak mempunyai daerah rataan terumbu. Jenis karang batu yang dijumpai pada daerah rataan terumbu yaitu Acropora subglabra, Acropora cytherea, Acropora hyacinthus dan Porites spp. Selanjutnya dasar perairan agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan berkisar antara 40º (RJAP19), 50º (RJAP18) sampai 60º (RJAP20).
Pengamatan PIT dilakukan pada daerah slope, dimana areal ini didominasi oleh karang batu dari jenis Pectinia lactuca dan Seriatophora caliendrum (RJAP19), Acropora yongei, Stylophora pistillata dan Porites cylindrica (RJAP18) sedangkan RJAP20 didominasi oleh Seriatophora hystrix. Pertumbuhan karang batu dijumpai sampai pada kedalaman 15 m (RJAP20), 25 m (RJAP18) dan di lokasi RJAP19 mencapai kedalaman 30 m. Substrat dasar perairan secara umum terdiri dari karang mati dan pasir. Disamping itu areal ini juga ada pertumbuhan karang lunak terutama dari marga Sinularia sp dan Sarcophyton sp. Indikasi kerusakan karang batu disebabkan oleh penggunaan bom, ombak yang besar dan pola arus yang kencang. Persentase tutupan karang batu lokasi ini, untuk marga Acropora tertinggi 24 % dengan jumlah individu sebanyak 12 individu yang dijumpai pada stasiun RJAP19, sedangkan karang non-Acropora tertinggi dijumpai di 2 stasiun yaitu RJAP18 dan RJAP20 sebesar 56 % dengan jumlah individu sebanyak 28 individu. Hasil selengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya dapat dilihat pada Tabel 8.
30
Tabel 8. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Kurkapa (Saowandarek), Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu
RJAP 18
RJAP 19
RJAP 20
RJAP 18
RJAP 19
RJAP 20
ACROPORA Acropora microphthalma 2 0 0 4 0 0 A. palifera 0 2 8 0 4 16 A. cytherea 0 1 0 0 2 0 A. divaricata 0 1 0 0 2 0 A. echinata 0 1 0 0 2 0 A. hyacinthus 0 0 1 0 0 2 A. formosa 1 0 0 2 0 0 A. nobillis 1 0 1 2 0 2 A. secale 0 1 0 0 2 0 A. yongei 2 0 1 4 0 2 A. subglabra 1 6 0 2 12 0 Total 7 12 11 14 24 22 NON-ACROPORA Favia stelligera 1 0 0 2 0 0 Montipora foliosa 0 0 13 0 0 26 M. grisea 1 0 0 2 0 0 Porites lichen 0 1 0 0 2 0 P. lutea 0 0 2 0 0 4 P. nigrecens 0 2 0 0 4 0 P. cylindrica 4 2 0 8 4 0 P. lobata 0 0 0 0 0 0 P. rus 1 0 0 2 0 0 Fungia concinna 1 0 0 2 0 0 Pavona varians 0 1 0 0 2 0 Seriatophora hystrix 1 4 12 2 8 24 S. caliendrum 2 2 0 4 4 0 Stylophora pistillata 14 2 0 28 4 0 Mycedium elephantotus 1 0 0 2 0 0 Echinopora horrida 2 0 0 4 0 0 Heliopora coerulea 0 0 1 0 0 2 Total 28 14 28 56 28 56 Komponen Lain DC 0 0 0 0 0 0 DCA 3 14 9 6 28 18 SC 9 4 0 18 8 0 SP 1 2 0 2 4 0 OT 0 0 0 0 0 0 FS 0 1 0 0 2 0 R 1 2 0 2 4 0 S 1 1 2 2 2 4 SI 0 0 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 0 Total 15 24 11 30 48 22 Jumlah Total 50 50 50 100 100 100
31
9. DPL Sawingrai
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun DPL yaitu RJAP21 dan RJAP22 yang merupakan daerah terumbu karang yang berada di tengah perairan (patch reef). Lokasi ini dikenal dengan nama daerah perlindungan laut (DPL) Mansaswar dan tidak mempunyai zona rataan terumbu (reef flat). Karang batu yang dominan di lokasi stasiun RJAP21 yaitu Acropora brueggemanni dan Euphyllia glabrescens sedangkan stasiun RJAP22 didominasi oleh Acropora spp., Galaxea spp. dan Seriatopora spp. Bentuk dasar perairan agak miring dengan tingkat kemiringan mencapai 60º dan substrat berupa karang mati dan pasir. Pertumbuhan karang batu sampai pada kedalaman 15 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan dan pola ombak yang cukup besar. Persentase tutupan karang batu dari marga Acropora tertinggi yaitu 14 % dengan jumlah individu sebesar 7 individu yang ditemukan di stasiun RJAP22, sedangkan karang batu non-Acropora tertinggi yaitu 62 % dengan jumlah individu 31 individu yang dijumpai di stasiun RJAP21. Komponen lain yang mempunyai nilai persentase tutupan tertinggi yaitu Karang lunak sebesar 46 % dengan jumlah individu sebanyak 23 individu yang ditemukan di stasiun RJAP22 yang didominasi oleh marga Xenia sp. Hasil lengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Sawingrai, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP 21 RJAP 22 RJAP 21 RJAP 22
ACROPORA 0 0 0 0 Acropora brueggemanni 2 0 4 0 A. elseyi 7 14 Total 2 7 4 14 NON-ACROPORA Fungia echinata 0 1 0 2 F. fungites 0 1 0 2 F. repanda 0 1 0 2 Heliofungia actiniformis 2 0 4 0 Herpolitha limax 0 1 0 2 Seriatophora hystrix 2 0 4 0 Euphyllia glabrescens 27 0 54 0 Total 31 4 62 8 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 7 15 14 30
32
SC 10 23 20 46 SP 0 1 0 2 OT 0 0 0 0 FS 0 0 0 0 R 0 0 0 0 S 0 0 0 0 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 17 39 34 78 Jumlah Total 50 50 100 100
10. DPL Jenbekwan
Pengamatan di lokasi ini hanya dilakukan pada 1 stasiun daerah perlindungan Laut (DPL) RJAP23 yang disebut dengan DPL Ikwan Iba. Lokasi ini merupakan zona terumbu karang yang berada di tengah perairan (patch reef) sehingga tidak mempunyai daerah pantai tetapi memiliki panjang daerah rataan sejauh ± 150 m. Bagian atas zona rataan terumbu ditemukan lamun dari jenis Enhalus acoroides, karang batu dari jenis Goniastrea spp. dan Montipora digitata. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 45º dan diatasnya didominasi oleh karang batu jenis Acropora brueggemanni. Pertumbuhan karang batu sampai pada kedalaman 25 m dengan substrat dasar perairan berupa karang mati dan pasir. Disamping itu pada daerah slope ditemukan juga beberapa jenis sponge. Kecerahan perairan pada saat pengamatan mencapai 10 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan dan pola arus yang cukup kuat. Persentase tutupan karang batu tertinggi yaitu karang non-Acropora sebesar 36 % dengan jumlah individu sebanyak 16 individu yang tediri dari 2 jenis yaitu Acropora brueggemanni dan Acropora nasuta. Komponen lain yang tertinggi yaitu karang mati beralge (DCA) sebesar 42 % dengan jumlah individu sebanyak 21 individu. Lengkapnya persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya dapat dilihat pada Tabel 10.
33
Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di DPL Jenbekwan, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu RJAP 23 RJAP 23
ACROPORA Acropora nasuta 1 2 A. brueggemanni 17 34 Total 18 36 NON-ACROPORA Pavona varians 1 2 Stylophora pistillata 1 2 Total 2 4 Komponen Lain DC 0 0 DCA 21 42 SC 0 0 SP 5 10 OT 0 0 FS 0 0 R 3 6 S 1 2 SI 0 0 RCK 0 0 Total 30 60 Jumlah Total 50 100
11. DPL Arborek
Lokasi pengamatan di daerah perlindungan laut (DPL) Arborek, dilakukan pada 4 stasiun DPL yaitu stasiun RJAP24 dan RJAP25 yang disebut dengan DPL Indip dan stasiun RJAP26 dan RJAP27 yang disebut dengan DPL Mambarayu. Keempat lokasi pengamatan merupakan daerah gosong pulau (patch reef) atau zona terumbu karang yang berada di tengah perairan sehingga tidak mempunyai daerah pantai. Zona rataan terumbu tidak terlalu luas dan didominasi oleh karang batu dari jenis Acropora formosa (RJAP26), Acropora spp dan Porites lutea (RJAP 27), sedangkan stasiun RJAP25 didominasi oleh beberapa jenis karang lunak dan patahan karang, selanjutnya RJAP24 didominasi oleh patahan karang, beberapa jenis karang lunak dan karang batu dari jenis Porites nigrescens. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 60º dan substrat dasar berupa karang mati dan pasir serta dijumpai karang lunak dari marga Sinularia sp. dan
34
karang batu jenis Acropora formosa. Pertumbuhan karang batu ditemukan sampai pada kedalaman 10 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan dan pola gelombang air laut yang cukup besar. Persentase tutupan karang batu tertinggi dari marga Acropora yaitu 58 % dengan jumlah individu sebanyak 29 individu ditemukan di stasiun RJAP26. Stasiun RJAP24 tidak ditemukan marga Acropora. Karang non-Acropora tertinggi yaitu 14 % dengan jumlah individu sebanyak 7 individu ditemukan di stasiun RJAP27. Komponen lain yang tertinggi persentase tutupannya yaitu karang lunak (SC) sebesar 46 % dengan jumlah individu sebanyak 23 individu ditemukan di stasiun RJAP24. Hasil lengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Arborek, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu
RJAP 24
RJAP 25
RJAP 26
RJAP 27
RJAP 24
RJAP 25
RJAP 26
RJAP 27
ACROPORA Acropora palifera 0 0 1 0 0 0 2 0 A. cytherea 0 0 5 0 0 0 10 0 A. florida 0 0 7 2 0 0 14 4 A. acuminata 0 1 3 0 0 2 6 0 A. hyacinthus 0 0 6 2 0 0 12 4 A. brueggemanni 0 0 0 2 0 0 0 4 A. formosa 0 0 0 4 0 0 0 8 A. nobillis 0 0 4 0 0 0 8 0 A. secale 0 0 0 4 0 0 0 8 A. clathrata 0 0 1 1 0 0 2 2 A. yongei 0 1 0 4 0 2 0 8 A.digitifera 0 0 1 0 0 0 2 0 A. robusta 0 0 1 0 0 0 2 0 A. loripes 0 0 0 1 0 0 0 2 Total 0 2 29 20 0 4 58 40 NON-ACROPORA Montipora venosa 0 0 1 0 0 0 2 0 Montipora sp 0 0 0 2 0 0 0 4 M. efflorence 0 0 1 0 0 0 2 M. danae 0 0 0 1 0 0 2 Pachyseris speciosa 0 1 0 2 2 0 4 Porites lutea 1 1 0 2 0 2 0 P. nigrecens 2 2 0 1 4 4 0 2 P. cylindrica 1 0 0 0 2 0 0 0 Fungia concinna 0 0 0 1 0 0 0 2
Seriatophora hystrix 1 0 0 0 2 0 0 0 S. caliendrum 0 1 0 0 0 2 0 0 Stylophora pistillata 1 1 0 0 2 2 0 0 Galaxea fascicularis 0 0 1 0 0 0 2 0 Total 6 5 4 7 12 10 8 14 Komponen Lain DC 0 0 0 0 0 0 0 0 DCA 16 8 10 7 32 16 20 14 SC 23 22 6 8 46 44 12 16 SP 0 1 0 1 0 2 0 2 OT 5 2 1 4 10 4 2 8 FS 0 0 0 0 0 0 0 0 R 0 0 0 0 0 0 0 0 S 0 10 0 3 0 20 0 6 SI 0 0 0 0 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 44 43 17 23 88 86 34 46 Jumlah Total 50 50 50 50 100 100 100 100
Gambar 7. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL, bagian barat Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008.
35
36
Hasil pengamatan di bagian barat Kabupaten Raja Ampat
Pengamatan dilakukan di bagian barat Kabupaten Raja Ampat, tepatnya di bagian barat Pulau Waigeo ini meliputi enam DPL yaitu DPL Warsilap, DPL Bianci, DPL Mutus, DPL Meosmanggara, DPL Manyaifun, dan DPL Serpele (Gambar 8). 12. DPL Warsilap
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 daerah perlidungan laut (DPL) yaitu staiun DPL RJAP28 dan RJAP29 yang terletak dibagian Pulau Kabupaten Raja Ampat. Bagian pantai kedua lokasi ini mempunyai vegetasi yang sama yaitu hutan mangrove tetapi berbeda substrat pantainya yaitu pantai berpasir lumpur (RJAP28) dan pantai berpasir (RJAP29). Stasiun RJAP28 mempunyai panjang daerah rataan terumbu sejauh 25 m dan diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Porites cylindrica, Acropora brueggemanni dan Poties lobata, sedangkan stasiun RJAP29 mempunyai panjang rataan terumbu sejauh 200 m dan diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Echinopora horrida dan Porites cylindrica. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 60º, dimana pada areal ini didominasi oleh karang batu dari jenis Acropora spp dan Porites cylindrica. Pertumbuhan karang batu di stasiun RJAP28 mencapai kedalaman 10 m sedangkan di stasiun 29 mencapai kedalaman 5 m. Substrat dasar perairan berupa pasir dan karang mati. Kecerahan perairan pada saat pengamatan mencapai 10 m. Indikasi penyebab kerusakan terumbu karang di lokasi ini lebih dominan disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan dan pola ombak yang cukup besar. Persentase tutupan karang batu tertinggi yaitu karang non-Acropora sebesar 74 % dengan jumlah individu sebanyak 37 individu yang ditemukan di stasiun RJAP29. Karang batu dari marga Acropora hanya ditemukan di stasiun RJAP28 sebanyak 8 individu dengan persentase tutupan sebesar 16 %. Komponen lain yang mempunyai nilai persentase tutupan tertinggi yaitu karang batu beralge (DCA) sebesar 50 % yang ditemukan di stasiun RJAP28. Hasil lengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 12.
37
Tabel 12. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Warsilap, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP 28 RJAP 29 RJAP 28 RJAP 29
ACROPORA Acropora palifera 1 0 2 0 A. brueggemanni 4 0 8 0 A. formosa 2 0 4 0 A. granulosa 1 0 2 0 Total 8 16 NON-ACROPORA Montipora sp 0 1 0 2 Porites lutea 2 0 4 0 P. nigrecens 1 0 2 0 P. cylindrica 6 28 12 56 Fungia sp 0 1 0 2 Hydnophora exesa 1 0 2 0 Pavona cactus 1 0 2 0 Seriatophora hystrix 0 2 0 4 Echinopora lamellosa 0 1 0 2 E. mammiformis 0 4 0 8 Total 11 37 22 74 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 25 11 50 22 SC 0 0 0 0 SP 0 1 0 2 OT 0 0 0 0 FS 4 0 8 0 R 1 0 2 0 S 1 1 2 2 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 31 13 62 26 Jumlah Total 50 50 100 100
13. DPL Bianci
Pengamatan di daerah perlindungan laut (DPL) Bianci hanya pada 1 lokasi yaitu stasiun DPL RJAP30. Lokasi ini merupakan sebuah pulau kecil yang dikelilingi oleh beberapa pulau kecil lainnya. Bagian pantai pulau Bianci didominasi oleh tumbuhan mangrove (bakau) dan profil dasar pantainya berupa pasir dan karang mati. Lokasi ini memliki panjang zona rataan terumbu sejauh ± 200 m dari garis pantai kearah laut terbuka dimana
38
diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Porites spp. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 45º dimana pada bagian ini ditemukan karang batu dari jenis Porites cylindrica dan Seriatopora spp. Pertumbuhan karang batu mencapai kedalaman 5 m dengan substrat dasar perairan di kedalaman ini masih berupa pasir dan karang mati. Kecerahan perairan mencapai 10 m pada saat pengamatan berlangsung. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan terutama jenis-jenis ikan karang. Persentase tutupan karang batu tertinggi yaitu dari kelompok karang batu non-Acropora sebesar 44 %. Sedangkan dari kelompok karang Acropora hanya diwakili oleh satu jenis saja, yaitu Acropora sp. Untuk komponen lain, karang mati beralge memiliki nilai persentase tutupan tertinggi, yaitu sebesar 48 % dengan jumlah sebanyak 24 individu. Hasil lengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Bianci, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP30 RJAP30
ACROPORA Acropora sp 1 2 Total 1 2 NON-ACROPORA Montipora sp 1 2 M. digitata 1 2 Porites lutea 1 2 P. cylindrica 17 34 Seriatophora hystrix 1 2 Pocillopora damicornis 1 2 Total 22 44 Komponen Lain DC 0 0 DCA 24 48 SC 2 4 SP 0 0 OT 1 2 FS 0 0 R 0 0 S 0 0 RCK 0 0 Total 27 54 Jumlah Total 50 100
39
14. DPL Mutus
Lokasi pengamatan daerah perlindungan laut (DPL) Mutus merupakan gosong pulau (patch reef) yang terletak dikelilingi oleh beberapa pulau kecil. DPL Mutus disebut juga sebagai DPL Mursika, dimana lokasi ini tidak memiliki daerah pantai dan hanya didominasi oleh pasir karang mati. Panjang zona rataan terumbu (reef flat) cukup jauh yaitu ± 750 m dan diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Porites spp dan Acropora spp (RJAP32) sedangkan di RJAP31 daerah rataan terumbunya didominasi oleh jenis Porites lutea dan Pocillopora verrucosa. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 30º di stasiun RJAP 31 dan 45º di stasiun RJAP32. Pada daerah slope ditemukan karang batu dari jenis Acropora spp. dan karang lunak terutama dari jenis Sinularia sp. (RJAP32) sedangkan di stasiun RJAP31 didominasi oleh Seriatophora caliendrum dan Stylophora pistillata. Pertumbuhan karang batu mencapai kedalaman 6 m di stasiun RJAP32, sebaliknya di stasiun RJAP31 mencapai kedalaman 20 m. Secara umum substrat dasar berupa pasir dan karang mati, kecerahan perairan pada saat pengamatan yaitu 10 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dalam penangkapan ikan dan pola ombak yang cukup besar. Persentase tutupan karang batu pada lokasi ini hanya diwakili oleh karang non-Acropora sebesar 30 % dengan jumlah individu sebanyak 15 individu. Untuk komponen lain, karang mati beralge (DCA) memiliki nilai persentase kehadiran tertinggi, yaitu sebesar 62 % dengan jumlah individu sebanyak 31 individu. Hasil lengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lain lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Mutus, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP31 RJAP32 RJAP31 RJAP32
NON-ACROPORA Montipora venosa 1 0 2 0 Montipora sp 0 1 0 2 Porites lutea 2 0 4 0 P. cylindrica 0 7 0 14 P. lobata 1 0 2 0 Fungia echinata 0 1 0 2 Seriatophora caliendrum 4 0 8 0 Stylophora pistillata 1 0 2 0 Pocillopora verrucosa 3 0 6 0 Coeloseris mayeri 3 0 6 0 Total 15 9 30 18
Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 5 31 10 62 SC 1 5 2 10 SP 0 0 0 0 OT 0 2 0 4 FS 0 0 0 0 R 19 0 38 0 S 10 3 20 6 SI 0 0 0 0 RK 0 0 0 0 Total 35 41 70 82 Jumlah Total 50 50 100 100
15. DPL Meosmanggara
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun yaitu stasiun RJAP33 dan stasiun RJAP34 yang mempunyai bagian pantai yang berbeda. Stasiun RJAP33 mempunyai bagian pantai yang didominasi oleh pohon cemara dan berpasir putih, sedangkan st. RJAP34 tidak memiliki pantai, karena lokasi ini merupakan gosong pulau (patch reef) sehingga tidak memiliki pantai. Demikian juga dengan zona rataan terumbu yang hanya ada di st. RJAP33 dengan panjang lintasan sejauh ± 2000 m, dimana diatasnya dijumpai karang batu dari jenis Acropora spp., Porites spp., Favia sp. dan Favites spp serta beberapa jenis karang lunak. profil dasar perairan agak miring (slope) dengan tingkat kemiringan mencapai 25º (RJAP33) dan 60º (RJAP34) yang ditumbuhi oleh karang batu dari jenis Acropora spp. dan karang lunak (RJAP34) serta Acropora formosa dan Acropora hyacinthus (RJAP33). Pertumbuhan karang batu pada st. RJAP33 masih ditemukan hingga kedalaman 25 m. Sebaliknya di st. RJAP34, pertumbuhan karang hanya mencapai 15m. Substrat dasar perairan kedua stasiun terdiri dari pasir dan karang mati, dengan kecerahan berkisar antara 5 sampai 8 m. Indikasi kerusakan pada terumbu karang disebabkan oleh penggunaan bom dan pola ombak yang cukup besar. Persentase tutupan karang batu tertinggi yaitu dari marga Acropora sebesar 38% dengan jumlah individu sebanyak 19 individu yang dijumpai di stasiun 34. Demikian pula dengan komponen lain yang diwakili oleh karang mati beralge (DCA) sebesar 30 % dengan jumlah individu sebanyak 15 individu yang dijumpai juga di st. RJAP34. Hasil lengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 15.
40
41
Tabel 15. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Meosmanggara, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu %Jumlah Individu RJAP33 RJAP34 RJAP33 RJAP34
ACROPORA Acropora microphthalma 2 0 4 0 A. palifera 3 0 6 0 A. cytherea 1 1 2 2 A. divaricata 1 0 2 0 A. florida 0 1 0 2 A. hyacinthus 2 0 4 0 A. formosa 4 14 8 28 A. nobillis 0 3 0 6 A. yongei 1 0 2 0 Total 14 19 28 38 Non-ACROPORA Favia matthaii 1 0 2 0 Favites flexuosa 1 0 2 0 Montipora hispida 1 0 2 0 Porites lutea 11 1 22 2 P. cylindrica 2 1 4 2 P. lobata 1 0 2 0 Total 17 2 34 4 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 6 15 12 30 SC 1 8 2 16 SP 0 0 0 0 OT 2 1 4 2 FS 0 1 0 2 R 4 1 8 2 S 6 3 12 6 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 19 29 38 58 Jumlah Total 50 50 100 100
16. DPL Manyaifun
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun, yaitu RJAP35 dan RJAP36. Kedua lokasi ini disebut juga dengan nama DPL Mansilo yang merupakan sebuah pulau kecil yang berdekatan dengan Pulau Matagui. Bagian pantai stasiun RJAP35 didominasi oleh mangrove (bakau) dari jenis Rhizopora sp. dan pasir agak
42
berlumpur, sedangkan RJAP36 didominasi oleh semak belukar dan pasir. Kedua lokasi ini mempunyai panjang daerah rataan terumbu sekitar 100 m dari garis pantai, dimana pada bagian atasnya ditutupi oleh karang batu dari jenis Acropora palifera (RJAP35) dan stasiun RJAP36 didominasi oleh Acropora tenuis, Porites lutea dan Alge dari jenis Halimeda sp dan Sarggasum sp. Kemiringan dasar perairan ± 40º serta banyak ditumbuhi karang batu dari jenis Pachyseris rugosa, Acropora palifera dan Stylophora pistillata (RJAP35), sedangkan di stasiun RJAP36, lereng terumbu didominasi oleh karang batu dari jenis Acropora yongei, Acropora florida dan Porites cylindrica. Pertumbuhan karang batu di stasiun RJAP35 sampai kedalaman 20 m sedangkan di stasiun RJAP36 mencapai 25 m dengan substrat dasar berupa karang mati, pasir dan agak berlumpur. Kondisi perairan saat pengamatan cukup cerah dengan jarak pandang ± 12 m. Indikasi kerusakan pada daerah terumbu karang disebabkan oleh pola arus yang kuat dan penggunaan bom dalam penangkapan ikan. Persentase kehadiran karang batu tertinggi yaitu dari kelompok karang non-Acropora sebesar 46 % dengan jumlah individu sebanyak 23 individu dan hanya ditemukan di stasiun RJAP36. Untuk komponen lain, karang mati beralge (DCA) dan patahan karang (R) memiliki nilai persentase tertinggi dibandingkan ketogeri lainnya. Masing-masing sebesar 20 % (10 individu) yang ditemukan pada st. RJAP35 dan st. RJAP36 Hasil lengkap dari persentase tutupan karang batu dan komponen lain dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Manyaifun, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP 35
RJAP 36
RJAP 35 RJAP 36
ACROPORA Acropora microphthalma 0 1 0 2 A. palifera 5 0 10 0 A. echinata 1 0 2 0 A. florida 0 1 0 2 A. brueggemanni 0 1 0 2 A. formosa 1 2 2 4 A. cerealis 1 0 2 0 A. yongei 0 1 0 2 A. samoensis 0 1 0 2 Total 8 7 16 14 NON-ACROPORA Cyphastrea chalcidicum 1 0 2 0
Fungia palida 1 0 2 0 Goniastrea favulus 1 0 2 0 G. retiformis 0 1 0 2 Montipora informis 0 1 0 2 M. venosa 3 0 6 0 M. foliosa 1 0 2 0 M. hispida 1 0 2 0 Porites rugosa 2 0 4 0 P. lutea 1 2 2 4 P. cylindrica 1 9 2 18 P. rus 1 1 2 2 Merulina scabricula 0 2 0 4 Hydnophora rigida 0 1 0 2 Pavona varians 0 1 0 2 P. venosa 0 1 0 2 Platygyra sinensis 0 1 0 2 Seriatophora hystrix 1 0 2 0 S. caliendrum 1 0 2 0 Echinopora gemmacea 0 1 2 Pocillopora verrucosa 3 1 6 2 Psammocora profundacela 0 1 0 2 Physogyra licthensteini 2 0 4 0 Total 20 23 40 46 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 10 7 20 14 SC 3 0 6 0 SP 0 0 0 0 OT 0 0 0 0 FS 6 0 12 0 R 1 10 2 20 S 2 3 4 6 SI 0 0 0 0 RCK 0 0 0 0 Total 22 20 44 40 Jumlah Total 50 50 100 100
17. DPL Serpele
Pengamatan di lokasi ini dilakukan pada 2 stasiun, yaitu st. RJAP37 dan st. RJAP38 yang disebut juga dengan DPL Manfakwak. Lokasi ini berada pada bagian pulau Kabupaten Raja Ampat dengan bagian pantainya didominasi oleh semak belukar (RJAP37) dan pohon bakau dari jenis Rhizopora sp. (RJAP38). Bagian pantai kedua lstasiun ini berupa daerah tebing tetapi memiliki daerah rataan terumbu dengan panjang berkisar antara 15 m (RJAP37) dan diatas
43
44
ditemukan karang batu dari jenis Acropora spp. dan Echinopora mammiformis sedangkan di stasiun RJAP38 panjang daerah rataan terumbu (reef flat) mencapai 25 m dan diatasnya ditemukan karang batu dari jenis Montipora digitata dan Acropora microphthalma. Selanjutnya bentuk dasar perairan agak miring (slope) dengan kemiringan mencapai 35º (RJAP37) dan diatasnya dijumpai karang batu dari jenis Echinopora mammiformis dan Anacropora puertogalarae, sedangkan st. RJAP38 mencapai 25º dan diatasnya dijumpai karang batu dari jenis Acropora grandis, Euphyllia glabrescens dan Montipora hoffmeisteri. Pertumbuhan karang batu di lokasi ini mencapai kedalaman 15 m, dengan substrat dasar perairan berupa pasir, karang mati dan pasir berlumpur. Disamping itu pada lokasi ini juga ditemukan karang lunak dari jenis Sinularia sp. Kecerahan perairan pada saat pengamatan berkisar antara 7 sampai 10 m. Indikasi kerusakan terumbu karang disebabkan oleh pola arus yang kuat. Persentase kehadiran karang batu dari marga Acropora tertinggi distasiun RJAP38 sebesar 28 % dengan jumlah individu sebanyak 14 individu. Karang non-Acropora tertinggi di stasiun RJAP37 sebesar 76 % dengan jumlah individu sebanyak 38 individu. Komponen lain yang mempunyai persentase kehadiran tertinggi yaitu karang mati beralge (DCA) sebesar 18 % yang dijumpai di stasiun RJAP37. Hasil lengkap dari persentase kehadiran karang batu dan komponen lain lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Serpele, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % jumlah Individu RJAP37 RJAP38 RJAP37 RJAP38
ACROPORA Acropora palifera 0 3 0 6 A. aspera 0 2 0 4 A. brueggemanni 1 1 2 2 A. grandis 0 7 0 14 A. teres 0 1 0 2 Total 1 14 2 28 NON-ACROPORA Anacropora puertogalerae 2 2 4 4 Montipora informis 1 0 2 0 M. venosa 1 0 2 0 M. foliosa 0 1 0 2 M. hoffmeisteri 2 3 4 6 Porites lichen 2 0 4 0 P. lutea 0 2 0 4
45
P. cylindrica 0 6 0 12 P. lobata 0 1 0 2 Fungia concinna 1 0 2 0 F.paumotensis 0 1 0 2 Merulina ampliata 0 1 0 2 Hydnophora rigida 0 1 0 2 Seriatophora hystrix 3 0 6 0 Stylophora pistillata 0 1 0 2 Echinopora mammiformis 24 0 48 0 Pocillopora verrucosa 1 0 2 0 Goniopora columna 1 1 2 2 Euphyllia glabrescens 0 3 0 6 Total 38 23 76 46 Komponen Lain DC 0 0 0 0 DCA 9 8 18 16 SC 0 0 0 0 SP 2 1 4 2 OT 0 1 0 2 FS 0 0 0 0 R 0 1 0 2 S 0 2 0 4 SI 0 0 0 0 RK 0 0 0 0 Total 11 13 22 26 Jumlah Total 50 50 100 100
Gambar 8. Persentase jumlah individu karang, biota bentik dan
substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL, bagian selatan Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.
III.3. Hasil Pengamatan Megabentos
Pengamatan biota megabentos dilakukan di lokasi transek yang sama dengan lokasi pengamatan karang. Panjang transek 25 meter, luas bidang pengamatan: 2 x 25 m = 50 m2. Biota bentik yang dicatat ialah biota-biota yang berperan langsung dalam kesehatan suatu terumbu karang. Dari 38 transek yang dilakukan di 3 lokasi DPL (Waigeo Barat, Waigeo Tenggara dan Waigeo Selatan), biota megabentos didominasi oleh karang jamur (CMR) Fungia spp. dan bulu babi (Diadema setosum), kemudian diikuti oleh kima berukuran kecil (small giant clam), kima berukuran besar (large giant clam). Biota CMR rata-rata tertinggi dicatat di RJAP33 (129 individu/transek) yaitu di lokasi Serpele, dan terendah dicatat di RJAP28 (Meosmanggara)yang hanya ditemukan 2 individu. Hasil pengamatan dapat dilihat dalam Gambar 9, 10 dan 11, dan dalam Lampiran 3.
Untuk biota Diadema setosum, kelimpahan tertinggi dicatat di RJAP36 (36 individu/transek) yaitu di lokasi Bianci, dan terendah dicatat di beberapa lokasi yang tidak ditemukan. Biota Drupella sp.,
46
dicatat tertinggi dijumpai di RJAP05 (7 individu/transek), 2 stasiun lainnya ditemukan 7 1ndividu/transek (RJAP26 dan RJAP28) berikutnya ditemukan di stasiun RJAP13 sebanyak 4 individu. Lokasi lainnya tidak ditemukan.
Untuk kima yang berukuran kecil (small giant clam), dicatat berkisar tertinggi di lokasi Jenbekwar (RJAP 26) sebanyak 3 individu/transek, sedangkan lokasi Saonek, Friven, Yenapnor, Kapisawar, Arborek dan Warsilap ditemukan 1 individu/transek. Lokasi lainnya tidak ditemukan kima dalam ukuran kecil. Kima berukuran besar (large giant clam) ditamukan di beberapa lokasi dalam jumlah kecil (1 – 4 individu/transek) yaitu di RJAP26 (4 individu/transek), 2 individu/transek di RJAP11, RJAP32 dan RJAP33 dan 1 individu/transek yaitu RJAP07 dan RJAP17. Di lokasi lainnya tidak ditemukan kima dengan ukuran besar. Teripang dengan ukuran besar ditemukan dalam jumlah antara 1 – 2 individu/transek di stasiun RJAP27 (2 individu/transek) dan RJAP17, RJAP18, RJAP23, RJAP26 dan RJAP35 masing-masing ditemukan 1 individu/transek. Teripang kecil hanya ditemukan di stasiun RJAP25 sebanyak 1 individu/transek. Biota lain seperti “pencil sea urchin”, trochus niloticus, banded coral shrimp dan lobster, tidak ditemukan di lokasi DPL manapun.
Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline
dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL, bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
47
Gambar 10. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline
dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Gambar 11. Peta kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline
dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL di bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.
48
49
III.4.Hasil Pengamatan Ikan Karang
Hasil pengamatan ikan karang dengan metode “Underwater Fish Visual” (UVC) di 38 stasiun daerah perlindungan laut (DPL) perairan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, ditemukan sebanyak 173 jenis ikan karang yang termasuk dalam 22 suku. dengan jumlah sebanyak 15576 individu, terdiri dari kelompok ikan major 86 jenis dan 9467 individu, ikan target 62 jenis (5606 individu) dan ikan indikator 25 jenis (503 individu). Jenis Lutjanus biguttatus (suku Lutjanidae) merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 1194 individu/transek. Sebaran jenis ikan karang di setiap stasiun transek ditampilkan pada lampiran 5, 6, dan 7.
Dari total individu yang dicatat, stasiun RJAP14 memiliki jumlah individu tertinggi, yaitu 2403 individu (47 jenis). Pada stasiun ini, kelompok ikan target sangat dominan, yaitu sebanyak 1687 individu (16 jenis), sedangkan kelompok ikan major hanya 699 individu (25 jenis) dan ikan indikator 17 individu (5 jenis). Sedangkan jumlah individu dan jenis terendah terdapat di stasiun RJAP06, yaitu 170 individu dan 28 jenis, dan kelompok ikan major adalah yang dominan, dibandingkan ikan target dan ikan indikator. Kelompok ini hadir sebesar 54, 71% dari total individu pada stasiun tersebut. Kelimpahan ikan pada masing-masing stasiun transek ditampilkan pada Gambar 12, 13 dan 14.
Dari 86 jenis ikan kelompok major yang dicatat dalam pengamatan ini, Chromis ternatensisi (Pomacentridae) dan Diploprion bicasciatum (Serranidae) memiliki jumlah individu yang tertinggi, yaitu 1127 individu/transek dan 1090 individu/transek. Sedangkan Balistoides conspicillum (Balistidae), Myripristis hexagonatus, Myripristis sp. (Holocentridae) dan Epibulus insidiator (Labridae) adalah jenis-jenis yang memiliki jumlah individu yang terendah, masing-masing 1 individu/transek. Bila dilihat dari sebaran jenis, hanya Thalassoma lunare dari suku Labridae, yang memiliki sebaran relatif luas. Jenis ini ditemukan hampir pada semua stasiun transek, dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 86,84%.
Gambar 12. Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan
metode UVC di lokasi DPL bagian tenggara Waigeo, di selatan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Kehadiran kelompok ikan target (ekonomis penting) yang dicatat pada masing-masing stasiun, berkisar antara 7 – 22 jenis, dengan jumlah jenis tertinggi terdapat di stasiun RJAP12, RJAP23 dan RJAP35, masing-masing 22 jenis. Sedangkan jenis yang terendah terdapat di stasiun RJAP2 (7 jenis). Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang cukup menonjol, adalah dari Suku Caesionidae (kelompok ikan ekor kuning) sebanyak 2976 individu/transek, ikan kakap (suku Lutjanidae 1336 individu/transek dan ikan kerapu (Suku Serranidae) 99 individu/transek. Namun secara umum kehadiran kelompok ikan target pada masing-masing stasiun memiliki jumlah individu yang relatif sedikit.
Kelompok ikan indikator adalah jenis-jenis ikan karang yang biasa dipakai untuk menduga kondisi kesehatan terumbu karang. Makin banyak jumlah jenis dan jumlah individu ikan yang ditemukan, semakin baik kondisi terumbu karang tersebut, begitu juga sebaliknya. Dari hasil transek di setiap stasiun, Chaetodon kleini adalah jenis yang terbanyak jumlah individunya, yaitu 102 individu/transek dan diikuti oleh Heniochus varius (81 individu/transek) dan Chaetodon baronessa (72 individu/transek).
50
Gambar 13. Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan
metode “UVC” di lokasi DPL bagian selatan Waigeo, di barat daya Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Gambar 14. Kelimpahan ikan karang hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL bagian barat Waigeo, di barat Kabupaten Raja Ampat, 2008.
51
52
Frekuensi relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, Kabupaten Raja Ampat disajikan dalam Tabel 18.
Hasil pengamatan pada masing-masing stasiun transek permanen ditemukan kelompok ikan major sebanyak 9467 individu, ikan target 5606 individu dan ikan indikator 503 individu. Dengan nilai perbandingna sebagai berikut ; 19 : 11 : 1. Artinya bahwa untuk setiap 31 individu ikan yang ditemukan di perairan Kabupaten Raja Ampat, kemungkinan komposisinya terdiri dari 19 individu ikan mayor, 11 individu ikan target dan 1 individu ikan indikator.
Tabel 18. Frekuensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Frekuensi
No. Jenis Relatif Kategori Kehadiran (%) 1 Thalassoma lunare 86,84 Major 2 Chaetodon baronessa 73,68 Indikator 3 Pomacentrus moluccensis 73,68 Major 4 Zebrasoma scopas 73,68 Major 5 Chaetodon kleinii 71,05 Indikator 6 Chromis ternatensis 71,05 Major 7 Labroides dimidiatus 65,79 Major 8 Scarus ghobban 65,79 Target 9 Zanclus cornutus 65,79 Major 10 Abudefduf vaigiensis 63,16 Major 11 Amblyglyphidodon curacao 63,16 Major 12 Caesio teres 60,53 Target 13 Heniochus varius 57,89 Indikator
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa hasil pengamatan didalam laporan ini diuraikan secara deskriptif dan tidak dilakukan analisa secara statistik, sehingga secara detail tidak dapat dibuat suatu kesimpulan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Survei dari
CRITC Jakarta, CRITC daerah dan Peneliti dan Teknisi yang terlibat dalam kegiatan lapangan.
53
DAFTAR PUSTAKA Campbell, J.B. 1996. Introduction to Remote Sensing. London:
Taylor & Francis.
Coral Reef Rehabilitation and Management Project, 2006.Report on Standard Operational Procedures. Consultant Report ADB CRITC COREMAP II/53.
Campbell, J.B. 1996. Introduction to Remote Sensing. London: Taylor & Francis.
English. S.; C. Wilkinson and V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second edition. Australia Institute of Marine Science. Townsville: 390p.
Heemstra. P.C. and Randall. J.E., 1983. FAO Species Catalogue. Vo. 16. Grouper of the World (Family Serranidae. Sub Family Epinephelidae).
Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama.
Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p.
Matsuda, A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press.
NASA. 1999. Guide to Landsat 7. USA : Earth Observing System Project Science Office NASA.
Randall. J.E. and Heemstra. P.C., 1991. Indo-Pacific. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformis: Serranidae: Epinephelidae). With Description of Five New Species.
Stefanovic, P. 1991. Elements of Computer-Assisted Cartography. Revised March.
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Posisi lokasi DPL di Kabupaten Raja Ampat, 2008. Stasiun LONG LAT Nama_DPL RJAP01 130,788100 ‐0,442683 Gurabesy /SaonekRJAP02 130,776450 ‐0,437300 Gurabesy /SaonekRJAP03 130,769483 ‐0,441517 Gurabesy /SaonekRJAP04 130,763317 ‐0,443900 Gurabesy /SaonekRJAP05 130,744833 ‐0,441850 Yenmankwan /Saporkren RJAP06 130,740117 ‐0,440033 Yenmankwan /Saporkren RJAP07 130,696250 ‐0,442470 Viadura /YanbeserRJAP08 130,696630 ‐0,447800 Viadura /YanbeserRJAP09 130,692080 ‐0,453300 Viadura /YanbeserRJAP10 130,653840 ‐0,515080 Kordis /FriwenRJAP11 130,643420 ‐0,515880 Kordis /FriwenRJAP12 130,617883 ‐0,525783 Kormansiwin /Yennavpnor RJAP13 130,612283 ‐0,526517 Kormansiwin /Yennavpnor RJAP14 130,557560 ‐0,519600 Tanadi /KapisawarRJAP15 130,557390 ‐0,514480 Tanadi /KapisawarRJAP16 130,669633 ‐0,565767 Warasnus /YenbubaRJAP17 130,664117 ‐0,565100 Warasnus /YenbubaRJAP18 130,606333 ‐0,588150 Inburnos /KurkapaRJAP19 130,601783 ‐0,594933 Inburnos /KurkapaRJAP20 130,593590 ‐0,575460 Nyandesner RJAP21 130,569710 ‐0,554590 Mansuar /SawingraiRJAP22 130,567620 ‐0,554330 Mansuar SawingraiRJAP23 130,568917 ‐0,578167 Ikwan Iba / Jenbekwan RJAP24 130,538080 ‐0,580400 Mamba /ArborekRJAP25 130,533610 ‐0,578960 Mamba /ArborekRJAP26 130,496840 ‐0,548190 Indip /ArborekRJAP27 130,495360 ‐0,548370 Indip /ArborekRJAP28 130,376550 ‐0,272210 Kapisawar /WarsilapRJAP29 130,369450 ‐0,267650 Kapisawar /WarsilapRJAP30 130,362250 ‐0,303040 Biansi RJAP31 130,358367 ‐0,351817 Mutus RJAP32 130,359110 ‐0,372950 Mutus RJAP33 130,271917 ‐0,404383 Mios manggara RJAP34 130,269850 ‐0,405350 Mios manggara RJAP35 130,248500 ‐0,323417 Mansilo /ManyaifunRJAP36 130,244833 ‐0,322933 Mansilo /ManyaifunRJAP37 130,270950 ‐0,217483 Manfakwak /SerpeleRJAP38 130,271850 ‐0,219533 Manfakwak/ Serpele
55
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL RJAP01 – RJAP13, di perairan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
No. SUKU / Jenis RJAP 01
RJAP 02
RJAP 03
RJAP 04
RJAP 05
RJAP 06
RJAP 07
RJAP 08
RJAP 09
RJAP 10
RJAP 11
RJAP 12
RJAP 13
I ACROPORIDAE 1 Acropora acuminata - - + - - - - - - - - - - 2 Acropora aspera - - - + - - - - - - - + - 3 Acropora brueggemanni - - - + + + - - + - - + - 4 Acropora cerealis - - - - - - - - - - - - + 5 Acropora clatharata - - - - - - - + - + - - - 6 Acropora cytherea - - + - - - - - + + - - - 7 Acropora divaricata - - + - - - - - - - - + + 8 Acropora echinata - - + - - - - - - - - - - 9 Acropora florida - - + - - - - - - - + + - 10 Acropora formosa - - - + - - - - - + + - - 11 Acropora grandis - - - - - - - - - - + - - 12 Acropora granulosa - - - - - - + - - - - - - 13 Acropora horida - - - - - - - + - - - - - 14 Acropora humilis - - - - - - - - - - - + - 15 Acropora hyacinthus - - + - - - - - + - - - - 16 Acropora microclados - - - - - - - - - + - - - 17 Acropora microphthalma + + - - - - - - - - - + - 18 Acropora millepora - - + - - - - - - - + - + 19 Acropora nasuta + - - - + - - - - - - - - 20 Acropora nobilis - - - - - - + - + + + - - 21 Acropora palifera + - + - + + - - - - - - -
56
22 Acropora secale - - - + - - - - - - - - - 23 Acropora sp. - - - - - - + - - + - - - 24 Acropora tenuis - - - - - - + - - + - - - 25 Acropora valenciennesi - - + - - - - - - + - - - 26 Acropora valida + - - - - - - - - - - - - 27 Astreopora myriophthalma - + - - - - - - - - - - - 28 Montipora grisea + - - - - - - - - - - - - 29 Montipora informis + + + - - - - - - - - - - 30 Montipora sp. - - - - - - + - + + - - - 31 Montipora venosa - - + + - - - - - + - - - 32 Montipora verrucosa - - - - - - - + - - - - - II AGARICIIDAE 33 Coeloseris mayeri - - - - - - - - - - - - + 34 Pachyseris speciosa + + + - - - - - - - - - - 35 Pavona explanulata - - - - - + - - - - - - - 36 Pavona varians - - + - - - - - - - - - - III DENDROPHYLLIIDAE 37 Turbinaria sp. + - - - - - - - - - - - - IV EUPHYLLIDAE 38 Platygyra daedalea - - - - - - - - - + - - - 39 Platygyra lamellina - - - - - - - - - + - - - 40 Platygyra sinensis - - + - - - - - - - - - - 41 Platygyra sp. - - - - - - - - + - - - - V FAVIIDAE 42 Cyphastrea chalcidicum + - - - - - - - - - - + -
57
43 Diploastrea heliopora - - + - - - - - - - - - - 44 Echinopora horida - - - - + - - - - - - - - 45 Echinopora lamellosa - - - - - - - - - - + - - 46 Favia matthaii + - - - - - - - - - - - - 47 Favia maxima + - - - - - - - - - - - - 48 Favites flexuosa - + - - - - - - - - - - - 49 Goniastrea favulus + - + - + - - - - - - - - 50 Goniastrea pectinata - - - - - - - - + - - - - 51 Goniastrea sp. - - - - - - + - - - - - - 52 Leptoria phrygia - - - - + - - - - - - - - 53 Oulophyllia crispa - - - - - - - + - - - - - VI FUNGIIDAE 54 Fungia concinna - + + - - - - - - - - - - 55 Fungia echinata - - - - - - - - + - - - - 56 Fungia repanda - - - - - - - - - - - - - 57 Fungia sp. - - - - - - + + - - - - - 58 Herpolitha limax - - - - + - - - - - - - - 59 Podabacia crustacea - - + - - - - - - - - - - VII HELIOPORIDAE 60 Heliopora coerulea - - - - - - - - - + - - - VIII MERULINIDAE 61 Hydnophora rigida - - + - - - - - - - - - - 62 Merulina scabricula - + - - - - - - - - - - - IX MILLEPORIDAE 63 Millepora tenella - + - - - - - - - + - - -
58
X MUSSIDAE 64 Symphyllia radians - + - - - - - - - - - - - XI OCULINIDAE 65 Galaxea astreata - - - - - - - - + - - - - 66 Galaxea fascicularis - - - - - - - + - - - - - XII PECTINIIDAE 67 Mycedium elephantotus - - - + - - - - - - - - - 68 Oxypora lacera - - - - - - - - - + + - - 69 Pectinia lactuca - - - - - - - - - + - - - XIII POCILLOPORIDAE 70 Pocillopora verrucosa - - - - - - - + - - + - + 71 Seriatopora caliendrum - - - - - - - - - + - - - 72 Seriatopora hystrix - - + + - - - + - - - - - 73 Stylophora pistillata - - + + - - + - + + - - - XIV PORITIDAE 74 Porites cylindrica - + - + + - - - + - - + + 75 Porites lichen + + - - - + - - - - - - - 76 Porites lobata - - + - + - - - - - - - - 77 Porites lutea + - + + - - - - - - - - + 78 Porites nigrescens + - - - - - + + - - - - - XV SIDERASTREIDAE 79 Tubipora musica - - - + - - - - - - - - -
59
Lampiran 3. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL stasiun RJAP14 – RJAP26, di perairan Kabupaten Raja Ampat, 2008.
No. SUKU / Jenis RJAP 14
RJAP 15
RJAP 16
RJAP 17
RJAP 18
RJAP 19
RJAP 20
RJAP 21
RJAP 22
RJAP 23
RJAP 24
RJAP 25
RJAP 26
I ACROPORIDAE
1 Acropora acuminata - - - - - - - - - - - + + 2 Acropora aspera - - + + - - - - - - - - - 3 Acropora brueggemanni - - + - - - - + - + - - - 4 Acropora cytherea - - - - - + - - - - - - + 5 Acropora divaricata - - - - - + - - - - - - - 6 Acropora elseyi - + - - - - - - + - - - - 7 Acropora florida - - - - - - - - - - - - + 8 Acropora formosa - - + + + - - - - - - - - 9 Acropora granulosa + - - - - - - - - - - - -
10 Acropora hyacinthus - - - - - - + - - - - - + 11 Acropora microphthalma + - - + + - - - - - - - - 12 Acropora nasuta + - - - - - - - - + - - - 13 Acropora nobilis - - - - + - + - - - - - + 14 Acropora palifera + - - - - + + - - - - - + 15 Acropora robusta - - - - - - - - - - - - + 16 Acropora secale - - + - - + - - - - - - - 17 Acropora subglabra - - - - + + - - - - - - - 18 Acropora yongei - - + + + - + - - - - + - 19 Montipora aequituberculata - - + - - - - - - - - - - 20 Montipora efflorence - - - - - - - - - - - - +
60
21 Montipora foliosa - + + - - - + - - - - - - 22 Montipora grisea - - - - + - - - - - - - - 23 Montipora incrassata - - + - - - - - - - - - - 24 Montipora sp. + - - - - - - - - - - - - 25 Montipora venosa - - - - - - - - - - - - +
II AGARICIIDAE 26 Pachyseris speciosa + - - + - - - - - - - + - 27 Pavona varians - - - - - + - - - + - - -
III EUPHYLLIDAE 28 Euphyllia glabrescens - - - - - - - + - - - - - 29 Platygyra daedalea + - - - - - - - - - - - -
IV FAVIIDAE 30 Echinopora horida - - - - + - - - - - - - - 31 Echinopora lamellosa - - + - - - - - - - - - - 32 Favia speciosa + - - - - - - - - - - - - 33 Favia stelligera - - - - + - - - - - - - - 34 Goniastrea australiensis + - - - - - - - - - - - -
V FUNGIIDAE 35 Fungia concinna - + - - + - - - - - - - - 36 Fungia fungites + - - - - - - - + - - - - 37 Fungia repanda - - - - - - - - + - - - - 38 Heliofungia actiniformis + - - - - - - + - - - - - 39 Herpolitha limax - - - - - - - - + - - - -
VI HELIOPORIDAE 40 Heliopora coerulea - - - + - - - - - - - - -
61
VII MERULINIDAE 41 Merulina ampliata + - - - - - - - - - - - -
VIII MUSSIDAE 42 Lobophyllia hemprichii + - - - - - - - - - - - -
IX OCULINIDAE 43 Galaxea fascicularis - - - - - - - - - - - - +
X PECTINIIDAE 44 Mycedium elephantotus - - + - + - - - - - - - -
XI POCILLOPORIDAE 45 Pocillopora damicornis - - + - - - - - - - - - - 46 Seriatopora caliendrum + - - - + + - - - - - + - 47 Seriatopora hystrix + - - + + + + + - - + - - 48 Stylophora pistillata - - - + + + - - - + + + -
XII PORITIDAE 49 Goniopora sp. + - - - - - - - - - - - - 50 Porites cylindrica - - + + + + - - - - + - - 51 Porites lichen - - - - - + - - - - - - - 52 Porites lutea + - + + - - + - - - + - + 53 Porites nigrescens - - + + - + - - - - + + - 54 Porites rus - - - + + - - - - - - - -
XIII SIDERASTREIDAE 55 Tubipora musica - - - - - - - - - - + - -
62
Lampiran 4. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL stasiun RJAP27 – RJAP38, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
NO. SUKU / Jenis RJAP 27
RJAP 28
RJAP 29
RJAP 30
RJAP 31
RJAP 32
RJAP 33
RJAP 34
RJAP 35
RJAP 36
RJAP 37
RJAP 38
I ACROPORIDAE
1 Acropora aspera - - - - - - - - - - - +
2 Acropora brueggemanni - + - - - - - - - + + +
3 Acropora cerealis - - - - - - - - + - - -
4 Acropora clatharata + - - - - - - - - - - -
5 Acropora cytherea - - - - - - + + - - - -
6 Acropora divaricata - - - - - - + - - - - -
7 Acropora echinata - - - - - - - - + - - -
8 Acropora florida + - - - - - - + - + - -
9 Acropora formosa + + - - - - + + + + - -
10 Acropora grandis - - - - - - - - - - - +
11 Acropora granulosa - + - - - - - - - - - -
12 Acropora hyacinthus + - - - - - + - - - - -
13 Acropora loripes + - - - - - - - - - - -
14 Acropora microphthalma - - - - - - + - - + - -
15 Acropora nobilis - - - - - - - + - - - -
16 Acropora palifera - + - - - - + - + - - +
63
17 Acropora robusta - - - - - - - - - - - -
18 Acropora samoensis - - - - - - - - - + - -
19 Acropora secale + - - - - - - - - - - -
20 Acropora sp. - - - + - - - - - - - -
21 Acropora teres - - - - - - - - - - - +
22 Acropora valenciennesi + - - - - - - - - - - -
23 Acropora yongei + - - - - - + - - + - -
24 Anacropora puertogalerae - - - - - - - - - - + +
25 Montipora danae + - - - - - - - - - - -
26 Montipora digitata - - - + - - - - - - - -
27 Montipora foliosa - - - - - - - - + - - +
28 Montipora hispida - - - - - - + - + - - -
29 Montipora hoffmeisteri - - - - - - - - - - + +
30 Montipora informis - - - - - - - - - + + -
31 Montipora sp. + - + + - + - - - - - -
32 Montipora venosa - - - - + - - - + - + -
II AGARICIIDAE
33 Coeloseris mayeri - - - - + - - - - - - -
34 Pachyseris rugosa - - - - - - - - + - - -
64
35 Pachyseris speciosa + - - - - - - - - - - -
36 Pavona cactus - - - - - - - - - - - -
37 Pavona explanulata - - - - - - - - - - - -
38 Pavona varians - - - - - - - - - + - -
39 Pavona venosa - - - - - - - - - + - -
III EUPHYLLIDAE
40 Euphyllia glabrescens - - - - - - - - - - - +
41 Physogyra lichtensteini - - - - - - - - + - - -
42 Platygyra sinensis - - - - - - - - - + - -
IV FAVIIDAE
43 Cyphastrea chalcidicum - - - - - - - - + - - -
44 Echinopora gemmacea - - - - - - - - - + - -
45 Echinopora lamellosa - - + - - - - - - - - -
46 Echinopora mammiformis - - - - - - - - - - + -
47 Favia matthaii - - - - - - + - - - - -
48 Favia palida - - - - - - - - + - - -
49 Favites flexuosa - - - - - - + - - - - -
50 Goniastrea favulus - - - - - - - - + - - -
65
51 Goniastrea retiformis - - - - - - - - - + - -
V FUNGIIDAE
52 Ctenactis echinata - - - - - + - - - - - -
53 Fungia concinna + - - - - - - - - - + -
54 Fungia paumotensis - - - - - - - - - - - +
55 Fungia sp. - - + - - - - - - - - -
VI MERULINIDAE
56 Hydnophora exesa - + - - - - - - - - - -
57 Hydnophora rigida - - - - - - - - - + - +
58 Merulina ampliata - - - - - - - - - - - +
59 Merulina scabricula - - - - - - - - - + - -
VII POCILLOPORIDAE
60 Pocillopora damicornis - - - + - - - - - - - -
61 Pocillopora verrucosa - - - - + - - - + + + -
62 Seriatopora caliendrum - - - - + - - - + - - -
63 Seriatopora hystrix - - + + - - - - + - + -
64 Stylophora pistillata - - - - + - - - - - - +
66
VIII PORITIDAE
65 Goniopora columna - - - - - - - - - - + +
66 Porites cylindrica - + + + - + + + + + - +
67 Porites lichen - - - - - - - - - - + -
68 Porites lobata - - - - + - + - - - - +
69 Porites lutea - + - + + - + + + + - +
70 Porites nigrescens + + - - - - - - - - - -
71 Porites rus - - - - - - - - + + - -
IX SIDERASTREIDAE
72 Psammocora profundacela - - - - - - - - - + - -
67
Lampiran 5. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 01 – RJAP 13, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Saonek Friwen Yanbeser Saporkren Yennavpnor
Megabentos RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP Tot. % Tot.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ind. Ind.
Acanthaster planci 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 2 0,38 Coral Mushroom (CMR) 30,00 26,00 43,00 39,00 28,00 47,00 32,00 19,00 44,00 57,00 29,00 28,00 22,00 444 84,57
Diadema setosum 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,00 3,00 0,00 15,00 29 5,52
Drupellasp. 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23,00 5,00 0,00 7,00 36 6,86
Large Giant Clam 1,00 0,00 0,00 0,00 2,00 1,00 2,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 1,33
Small Giant Clam 3,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 2,00 0,00 6 1,14
Large Holothurian 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,19
Small Holothurian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Lobsters 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Pencil Sea Urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Trochus sp. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Banded Coral Shrimp 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Jumlah Individu 34 28 44 39 30 48 34 19 45 92 38 30 44 525 100,00
Jumlah Jenis 3 3 2 1 2 2 2 1 2 4 4 2 3
68
Lampiran 6. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 14 – RJAP 26, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Kapisawar Sawingrai Kurkapa2 Yenbuba Yenbekwan Arborek1 Arborek2
Megabentos RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP Tot. % Tot.
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Ind. Ind.
Acanthaster planci 0,00 0,00 8,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 2,04 Coral Mushroom (CMR) 32,00 11,00 63,00 37,00 72,00 91,00 23,00 27,00 13,00 8,00 18,00 3,00 37,00 435 88,96
Diadema setosum 0,00 0,00 0,00 16,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16 3,27
Drupellasp. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 1,43
Large Giant Clam 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 4,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 1,23
Small Giant Clam 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 0,00 1,00 0,00 0,00 5 1,02
Large Holothurian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 0,00 1,00 1,00 2,00 2,00 0,00 8 1,64
Small Holothurian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 1 0,20
Lobsters 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Pencil Sea Urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Trochus sp. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,20
Banded Coral Shrimp 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Jumlah Individu 33 11 71 53 73 93 26 27 29 9 21 6 37 489 100,00
Jumlah Jenis 2 1 2 2 2 3 4 1 6 2 3 3 1
69
Lampiran 7. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL stasiun RJAP 27 – RJAP 38, Kabupaten Raja Ampat, 2008.
Kurkapa 1 Serpele Manyaifun Bianci Waisilap Meosmanggara Mutus
Megabentos RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP RJAP Tot. % Tot.
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Ind. Ind.
Acanthaster planci 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1 0,21 Coral Mushroom (CMR) 3,00 133,00 124,00 16,00 27,00 19,00 10,00 47,00 3,00 0,00 15,00 6,00 403 84,49
Diadema setosum 0,00 0,00 0,00 36,00 14,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 51 10,69
Drupellasp. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14,00 0,00 0,00 14 2,94
Large Giant Clam 0,00 0,00 3,00 0,00 3,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 1,26
Small Giant Clam 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,21
Large Holothurian 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,21
Small Holothurian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Lobsters 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Pencil Sea Urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Trochus sp. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Banded Coral Shrimp 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
Jumlah Individu 3 133 127 52 45 19 11 47 3 15 15 7 477 100,00
Jumlah Jenis 1 1 2 2 4 1 2 1 1 2 1 2
70
Lampiran 8. Sebaran Jenis ikan karang di lokasi DPL stasiun RJAP01 – RJAP13, Kabupaten Raja Ampat, 2008
No. SUKU / Jenis RJAP
01
RJAP
02
RJAP
03
RJAP
04
RJAP
05
RJAP
06
RJAP
07
RJAP
08
RJAP
09
RJAP
10
RJAP
11
RJAP
12
RJAP
13 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Ctenochaetus binotatus - - - - - - + + + + - - - Target
2 Ctenochaetus striatus - - - - - - + - + + - - - Target
3 Naso lituratus - - - - - - - - - + - - - Target
4 Zebrasoma scopas + + + + + + + + + + + + Major
II APOGONIDAE
5 Apogon aureus - - - - - - - - - - - + - Major
6 Apogon sealei - - - - - - - - - - - + - Major
7 Cheilodipterus quinquelineatus - - - - - + - - - - - + + Major
8 Sphaeramia orbicularis - - - - - - - - - - - + - Major
III AULOSTOMIDAE
9 Aulostomus chinensis - - - - - - - - + - - - - Major
IV BALISTIDAE
10 Balistapus undulatus + + - - + + + + - + - + - Major
11 Rhinecanthus verrucosus - - - + + + - - - - - + - Major
V CAESIONIDAE
12 Caesio caerulaurea - - - - - - - - - + - - - Target
13 Caesio cuning - - + - - - - - + - - - - Target
14 Caesio teres + + + + - + - - - + - + + Target
15 Pterocaesio tessellata - - - - - - - - - + - + - Target
71
16 Pterocaesio tile - - - - - - - - - + - - - Target
VI CARANGIDAE
17 Caranx sexfasciatus - - - - - - - - - - - + - Target
18 Caranx sp. - - - - - - - - - - + - - Target
VII CHAETODONTIDAE
19 Chaetodon baronessa - - + + + + + + + + + + + Indicator
20 Chaetodon citrinellus + + - - + - - + + - + - - Indicator
21 Chaetodon collare - - - + - - - - - - - - - Indicator
22 Chaetodon ephippium - - + - - - - - - + - - - Indicator
23 Chaetodon guentheri - - - + - - - - - - - - - Indicator
24 Chaetodon guttatissimus - - + + - - - - - - - - - Indicator
25 Chaetodon kleinii + + + - - + - - - + + + + Indicator
26 Chaetodon lunula + + - + - - - - + - - - Indicator
27 Chaetodon melannotus - - + - - - - + + + + + - Indicator
28 Chaetodon meyeri - - - - - - - - - + - - - Indicator
29 Chaetodon octofasciatus - - - - - + - + + + - + - Indicator
30 Chaetodon ornatissimus + + - - - - - + - - - - - Indicator
31 Chaetodon rafflesii - - - - - - - - + - + + - Indicator
32 Chaetodon semeion - - + - - - - - - - - - - Indicator
33 Chaetodon speculum - - - - - - + - - - - + - Indicator
34 Chaetodon trifascialis - - - - - + + + - - + - - Indicator
35 Chaetodon trifasciatus - - - - + + + - + + - - - Indicator
36 Chaetodon unimaculatus - - - - + - - - - - - - - Indicator
72
37 Chaetodon vagabundus + + - - + - - - - + + - + Indicator
38 Chelmon rostratus + + + - - - - - - - - - - Indicator
39 Heniochus acuminatus - - - - - - - + - - - - - Indicator
40 Heniochus monoceros - - - + - - - - - - - - - Indicator
41 Heniochus varius + + + - + + - + + + + + - Indicator
VIII HAEMULIDAE
42 Plectorhinchus lessoni - - - - - - - - - + - - - Target
43 Plectorhinchus lineatus - - - - + - - - + - - + - Target
IX HOLOCENTRIDAE
44 Myripristis kuntee + + + - + - - - - - - - - Major
45 Sargocentron caudimaculatum - - - - + - - - - + - + - Target
46 Sargocentron sp. - - + - - - - - - - - - - Target
X LABRIDAE
47 Anampses meleagrides - - - - + - - - - - - + - Major
48 Bodianus mesothorax - - - - - - - - + - - - - Major
49 Cheilinus fasciatus - - - - + + + + + - - + + Target
50 Cheilinus trilobatus - - - + - - - - - - - + + Target
51 Choerodon anchorago - - - - - - - - + + + - + Major
52 Gomphosus varius - - - - - - + + + - + - - Major
53 Halichoeres chloropterus + + - - - - - - - - - - - Major
54 Halichoeres hortulanus - - - - + - - - - - - - + Major
55 Halichoeres melanurus - - - - + - - - - - - + - Major
56 Halichoeres scapularis - - - - - - - - - - - - + Major
73
57 Hemigymnus fasciatus - - - + - - - - - - - + - Target
58 Labroides dimidiatus + + - + + + + + - + + + + Major
59 Stethojulis strigiventer + + - - - - - - - - - + - Major
60 Thalassoma hardwicke + + + - + - + - + - + + - Major
61 Thalassoma jansenii - - - - + - - - - - - - - Major
62 Thalassoma lunare + + + + + + + + - - + + + Major
XI LETHRINIDAE
63 Monotaxis grandoculis + - - - - - - + + + - - Target
XII LUTJANIDAE
64 Lutjanus biguttatus + + - + + + + + - - - - + Target
65 Lutjanus carponotatus - - - - - - - - - + + - - Target
66 Lutjanus decussatus + + - - - - + - - + + + + Target
67 Lutjanus fulviflammus - - + - - - - - - - - - - Target
68 Lutjanus fulvus - - - + - - - - - + - + - Target
69 Lutjanus gibbus + + - - - - - - - - - - - Target
XIII MULLIDAE
70 Parupeneus barberinus - - - - + + - - + - - - + Target
71 Parupeneus bifasciatus - - + - - - - + + + - - - Target
72 Parupeneus multifasciatus - - + - - - - - - - - - - Target
73 Upeneus tragula + + - - - - - - - - - - - Target
XIV NEMIPTERIDAE
74 Pentapodus trivittatus - - - + - - + + - - + + - Target
74
XV POMACANTHIDAE
75 Centropyge multifasciatus - - + - - - - - - - - - - Major
76 Centropyge tibicen - - - - - - - + - - - - - Major
77 Centropyge vrolikii - - - + - - - + - + - - - Major
78 Pomacanthus navarchus - - - - - - - - - + - - - Major
79 Pomacanthus sexstriatus - - - - - - - - - - - - - Major
80 Pygoplites diacanthus + + + + + - + - + + + - - Major
XVI POMACENTRIDAE
86 Abudefduf sexfasciatus + - + - + - - + - - + - Major
87 Abudefduf sp. + + - - - - - - - - - - - Major
88 Abudefduf vaigiensis + + + + + + - - + + - + + Major
89 Acanthurus auranticavus - - - - + - - + + - - - - Major
90 Acanthurus lineatus - - - - - - + - + + - + - Major
91 Acanthurus nigricans - - - - + - - + - - - - - Major
92 Acanthurus pyroferus - - - - - - - + + + - - - Major
93 Amblyglyphidodon curacao + + - - - - + + + + + - - Major
94 Amblyglyphidodon leucogaster - - - - - - - + + + - - - Major
95 Amblyglyphidodon nigroris - - - - - - - - + - - - - Major
96 Amphiprion clarkii + + - - - - + - - - + - - Major
97 Amphiprion perideraion - - - - - - + - - - - - - Major
98 Chaetodontoplus mesoleucus - - - - - + + - - + + - - Major
99 Chromis amboinensis - - - - + - + - - + - + - Major
100 Chromis lineata + + - - - - - - - - - - - Major
75
101 Chromis retrofasciata - - - - - - + - + + - - - Major
102 Chromis ternatensis + + + + + + + + + + + + Major
103 Chromis viridis - - - - - - - - + - + - - Major
104 Chromis xanthura - - - - + - - - - - - - - Major
105 Chrysiptera cyanea + + + - - - - - - - + + Major
106 Chrysiptera hemicyanea - - - - - - - - - - - - - Major
107 Chrysiptera rollandi - - - + + - - - - - - - + Major
108 Chrysiptera talboti - - - + - - - - - - - - - Major
109 Dascyllus aruanus - - + + - - - + - - - + Major
110 Dascyllus melanurus - - - - + - - - - - - + - Major
111 Dascyllus reticulatus - - + - - + - - + + + + - Major
112 Dascyllus trimaculatus + + - - - - - - - - + - - Major
113 Dischistodus perspicillatus - - + - + + - - - - + - + Major
114 Neoglyphidodon melas - - - + + - - - - + + - - Major
115 Neoglyphidodon nigroris - - - - - - + + - + - - - Major
116 Neopomacentrus azysron - - - - - - - - - - + - - Major
117 Plectroglyphidodon lacrymatus - - - - + - - - - - + - - Major
118 Pomacentrus brachialis - - - - - - + + - - + - - Major
119 Pomacentrus coelestis - - - - - - - - - - + + Major
120 Pomacentrus lepidogenys - - - + - - + - + + - + - Major
121 Pomacentrus moluccensis + + + + + + + + - - + + Major
XVII SCARIDAE
122 Scarus bleekeri - - - - - + - + + - - - + Target
76
123 Scarus dimidiatus - - - - - + - + + + - - + Target
124 Scarus ghobban + + + - - + - + + - - + - Target
125 Scarus schlegeli - - - - - - - - - - - + - Target
126 Scarus sordidus + + + - + + - - - - - + + Target
127 Scarus sp. - - + - - - - - - - - - - Target
XVIII SCOLOPSIDAE
128 Scolopsis bilineatus - - - + - - + - + + - - - Target
129 Scolopsis ciliatus - - - - + + - - - - - + - Target
130 Scolopsis lineatus - - + - - - - - - - - - - Target
131 Scolopsis margaritifer - - - - + - - + + + + + Target
XIX SERRANIDAE
132 Anyperodon leucogrammicus - - - - - - + - - - - - - Target
133 Cephalopholis boenak + - - + + - - - - - + + - Target
134 Cephalopholis cyanostigma - - - - - - - - - - - + - Target
135 Cephalopholis miniata - - - - + - - - - - - - - Target
136 Cephalopholis urodeta - - - - - - - - - - - + + Target
137 Cromileptes altivelis - - - - + - - - - - - - Target
138 Diploprion bifasciatum - - - - - - - - - + - - - Major
139 Epinephelus merra + - - - - - - - - - - + - Target
140 Pseudanthias huchtii - - - - - - - - - - + + Major
141 Pseudanthias squamipinnis - - - - - - - - - - - + - Major
142 Pseudanthias tuka - - - - - - - - - - - + - Major
143 Variola louti - - + - - - - - - - - - - Target
77
XX SIGANIDAE
144 Siganus doliatus - - - - - - - + + + + - - Target
145 Siganus puellus - - - - - - - - - + - + - Target
146 Siganus virgatus - - - + - - - - - - + - - Target
147 Siganus vulpinus - - + - + + - + - - - + - Target
XXI ZANCLIDAE
148 Zanclus cornutus - - - + + + - + + + - + - Major
78
Lampiran 9. Sebaran Jenis ikan karang di lokasi DPL stasiun RJAP14 – RJAP26, Kabupaten Raja Ampat, 2008
No. SUKU / Jenis RJAP
14
RJAP
15
RJAP
16
RJAP
17
RJAP
18
RJAP
19
RJAP
20
RJAP
21
RJAP
22
RJAP
23
RJAP
24
RJAP
25
RJAP
26 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Ctenochaetus binotatus - + - - + - + + - - - + + Target
2 Ctenochaetus striatus + + - - + - + + - - - + + Target
3 Naso lituratus - - - - - - - - - - - + + Target
4 Zebrasoma scopas + + - - + + + - + + + - + Major
II APOGONIDAE
5 Apogon aureus - - + - - - - - - - - - - Major
6 Apogon sealei - - - - + - - - - - - - - Major
7 Apogon sp. - - + - - - - - - - - - - Major
8 Cheilodipterus quinquelineatus - - + + - + - - - - - - - Major
III AULOSTOMIDAE
9 Aulostomus chinensis - - - - - - - - + - - - - Major
IV BALISTIDAE
10 Balistapus undulatus + - - + - + - - - + + + + Major
11 Melichthys vidua - - - - - - - - - + - - - Major
12 Rhinecanthus verrucosus - - + + - - - - - - - - - Major
V CAESIONIDAE
13 Caesio caerulaurea + - - - - - + + - - - - - Target
14 Caesio cuning - - + - + + - - + + + + - Target
15 Caesio teres - - + - + + - + + + + + - Target
79
16 Caesio xanthonota - - + - - - - - - - - - - Target
17 Pterocaesio tessellata + - + - + + + - - + - + + Target
18 Pterocaesio tile + - + + + - - + - + + - - Target
19 Pterois volitans - - - - - - - - - + - - - Target
VI CARANGIDAE
20 Caranx melampygus - - - - - + - - - - - - - Target
21 Caranx sexfasciatus - - - - + - - - - + - - - Target
22 Caranx sp. - - + - - + - + - - - - + Target
VII CHAETODONTIDAE
23 Chaetodon baronessa + - + + + + + - + + - - + Indicator
24 Chaetodon kleinii + - + + + + - + + + + + + Indicator
25 Chaetodon lunula - - - + + - - - + - - - Indicator
26 Chaetodon melannotus - - - + + + - - + - + + + Indicator
27 Chaetodon octofasciatus + + - - - - - + - - - - - Indicator
28 Chaetodon rafflesii - - - - - - + - - - + - - Indicator
29 Chaetodon speculum - - - - + - - - - - - - - Indicator
30 Chaetodon trifascialis - + - - - - + - - - - - + Indicator
31 Chaetodon trifasciatus + + - + - - - + + - - + + Indicator
32 Chaetodon vagabundus + + - - - - + - - - - + - Indicator
33 Heniochus varius - + + + + + - - + + + - - Indicator
VIII HOLOCENTRIDAE
34 Myripristis hexagonatus - + - - - - - - - - - - - Major
35 Myripristis kuntee - - + + - - + - - - - - - Major
80
36 Myripristis sp. - - - - - - - - + - - - - Major
37 Sargocentron caudimaculatum + - - + - - + - - - - - - Target
IX LABRIDAE
38 Anampses meleagrides - - - - + - - - - - - - - Major
39 Bodianus diana - - - - - - + - + - + - - Major
40 Bodianus mesothorax - - - - - - - - - - - - + Major
41 Cheilinus fasciatus + + - + + - + + + + - + + Target
42 Cheilinus trilobatus - + - - - - - + - - - + + Target
43 Cheilinus undulatus - - - - - - - - + - - - - Target
44 Choerodon anchorago + + - + - - - - - + - + + Major
45 Cirrhilabrus cyanopleura - - - - - - + - - - + - - Major
46 Diproctacanthus xanthurus - - - - - - + + + - + - + Major
47 Epibulus insidiator - - - - - - - - - - + - - Major
48 Gomphosus varius - + - - + - - - - + - + - Major
49 Halichoeres hortulanus - - - - - + - - - - - - - Major
50 Halichoeres melanurus + - + + + - + - - - + - - Major
51 Hemigymnus fasciatus - - + - - - + - - + - + + Target
52 Hemigymnus melapterus - - - - - - + - + - + + - Target
53 Labroides dimidiatus - + + + + + + + - - - + + Major
54 Thalassoma hardwicke + + + + + + + - - + + + - Major
55 Thalassoma lunare + + + + + + - + + + + + + Major
X LETHRINIDAE
56 Monotaxis grandoculis - + + - - - - - - - - - - Target
81
XI LUTJANIDAE
57 Lutjanus biguttatus + + - + + + - - - - - - - Target
58 Lutjanus carponotatus + - + - - - - - - - - - - Target
59 Lutjanus decussatus - + + + - - - + + + - + + Target
60 Lutjanus fulviflammus - - - - - + - - - - - - - Target
61 Lutjanus fulvus - - - - + - - - - - - - - Target
XII MULLIDAE
62 Parupeneus barberinus - + + - + + - - + + + - - Target
63 Parupeneus bifasciatus + + - - - - - - + + + + + Target
64 Parupeneus multifasciatus - - + - - - + - + - + + + Target
XIII NEMIPTERIDAE
65 Pentapodus caninus - - - + - - - - - + - - - Target
66 Pentapodus trivittatus + + - - - - - + + + - + - Target
XIV POMACANTHIDAE
67 Centropyge tibicen - - - - - - + - - - - - - Major
68 Centropyge vrolikii + + - + + + + + - + + + - Major
69 Pomacanthus navarchus + + - - - - - - + + - - - Major
70 Pomacanthus sexstriatus + - - - - - - - - - - - - Major
71 Pygoplites diacanthus + - + + + + + - + + - - + Major
XV POMACENTRIDAE
72 Abudefduf bengalensis - - + - - - - - - - - - - Major
73 Abudefduf sexfasciatus + - + - + - + + - - + - + Major
74 Abudefduf sp. - - - - - - - - - - - - - Major
82
75 Abudefduf vaigiensis + - + - + + + + - + + - + Major
76 Acanthurus auranticavus - - - - + - + - - - - - - Major
77 Acanthurus lineatus - - + - - + + - - + - - + Major
78 Acanthurus nigricans - - - - - + + - - - - + + Major
79 Acanthurus pyroferus - - - - - - - - - - + - + Major
80 Amblyglyphidodon curacao - + + + + - - + + - + + + Major
81 Amblyglyphidodon leucogaster - - + - - - - - + - + - + Major
82 Amblyglyphidodon nigroris - - - - - - + - + - - - - Major
83 Amphiprion clarkii - - - - - - - - + - - + - Major
84 Chaetodontoplus mesoleucus + + - - - + + + + + + + - Major
85 Chromis amboinensis - + - - + + + - - - + - - Major
86 Chromis retrofasciata + - - - - - - - - - - - - Major
87 Chromis ternatensis - + + + - + + - + + + - - Major
88 Chromis viridis - + - - + - - - - - - - + Major
89 Chrysiptera cyanea + + + - - + - - - + - + - Major
90 Chrysiptera hemicyanea - - - + + - - - - - - - - Major
91 Chrysiptera rollandi + - - - + - + - + - + + - Major
92 Chrysiptera talboti - - - - - - - - + - - - - Major
93 Dascyllus aruanus - - - + + - - - - - - - - Major
94 Dascyllus melanurus - - - - - - + - - - - - - Major
95 Dascyllus reticulatus + - - + - - + + - + - + + Major
96 Dascyllus trimaculatus + - - - - - - - - - - - - Major
97 Dischistodus perspicillatus + - - + - + - - - - - - - Major
83
98 Neoglyphidodon melas - - + + + + + + - + - + - Major
99 Neoglyphidodon nigroris + + - + + + - + - + - + - Major
100 Neopomacentrus azysron - - - - - - - - - - - - - Major
101 Plectroglyphidodon lacrymatus + - - - - - - - + - + + - Major
102 Pomacentrus brachialis + - - - - - - - - - - - + Major
103 Pomacentrus chrysurus - - - - - + - - - - - - - Major
104 Pomacentrus coelestis - - - + - + + - - - - + + Major
105 Pomacentrus lepidogenys + + - + - + + + - - - - + Major
106 Pomacentrus moluccensis + - + + + - - + + + + + + Major
XVI SCARIDAE
107 Scarus bleekeri + + + - - - - + + - - + + Target
108 Scarus dimidiatus + + + - + - - + + - + + - Target
109 Scarus ghobban - + + + + + - - + - + + + Target
110 Scarus sordidus - + + + + + - - + + + + - Target
111 Scarus sp. - - - - - - - - + - + - - Target
XVII SCOLOPSIDAE
112 Scolopsis bilineatus - - + + + - - + - + - + + Target
113 Scolopsis ciliatus - - - + + - - - - - - - - Target
114 Scolopsis lineatus + - - - - - - - - - - - - Target
115 Scolopsis margaritifer + + + - + - - - + + + + - Target
XVIII SERRANIDAE
116 Anyperodon leucogrammicus - - - - - - - - - - - - + Target
117 Cephalopholis boenak + - - - - + - + - + - - - Target
84
118 Cephalopholis cyanostigma + + - - + + - + + - + + + Target
119 Cephalopholis miniata - + - - - - - + - - + - - Target
120 Cephalopholis spp. - + - - - - - - - - - - - Target
121 Cephalopholis urodeta - - - + - + - - - + - - + Target
122 Diploprion bifasciatum - - - - - - - - + - - - - Major
123 Pseudanthias huchtii - - + + + + + - - + + +- + Major
124 Pseudanthias tuka - - - + - - - - - - - - - Major
125 Variola louti - - - - - + - - - + - - - Target
XIX SIGANIDAE
126 Siganus doliatus - + - - + - - - + + - - - Target
127 Siganus puellus - - - - - - - - + - - - - Target
128 Siganus virgatus - - + + - + - - - + - - - Target
129 Siganus vulpinus - - + + + - - - + + + - - Target
XX ZANCLIDAE
130 Zanclus cornutus + - + + - - + + + + + + + Major
85
Lampiran 10. Sebaran Jenis ikan karang di lokasi DPL stasiun RJAP27 – RJAP38, Kabupaten Raja Ampat, 2008
No. SUKU / Jenis RJAP
27
RJAP
28
RJAP
29
RJAP
30
RJAP
31
RJAP
32
RJAP
33
RJAP
34
RJAP
35
RJAP
36
RJAP
37
RJAP
38 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Ctenochaetus binotatus - - - - - + + - - + - - Target
2 Ctenochaetus striatus - - - - + + + - - + - - Target
3 Zebrasoma scopas + - - - + + + + - - + + Major
II APOGONIDAE
4 Apogon aureus - - + - - - - - - - - - Major
5 Apogon literalis - - - - - - - - + - - - Major
6 Apogon sealei - - + - - - - - - - - - Major
7 Apogon sp. - - + - - - - - - - - - Major
8 Cheilodipterus lineatus - - - - - - - - - - + - Major
9 Cheilodipterus quinquelineatus - - + - - + - - + + - - Major
10 Sphaeramia orbicularis - - + - - + - - - - - - Major
III AULOSTOMIDAE
11 Aulostomus chinensis - - - - - - + - - - - - Major
IV BALISTIDAE
12 Balistapus undulatus - - - - + + + + + - + - Major
13 Balistoides conspicillum - - - - - - - + - - - - Major
14 Odonus niger - - - - - + + - - - - - Major
V CAESIONIDAE
15 Caesio cuning - + + - - - + - + + + - Target
86
16 Caesio teres + + - - - + + - + + + - Target
17 Pterocaesio tessellata + - - - - - + + - + - - Target
18 Pterocaesio tile + - - - - + + + + + - - Target
VI CARANGIDAE
19 Caranx sexfasciatus - - - - - - + - - - - - Target
20 Caranx sp. - - + - - + - - - - + - Target
VII CHAETODONTIDAE
21 Chaetodon baronessa + - - - + - + + + + + + Indicator
22 Chaetodon bennetti + - - - - - - - - - - - Indicator
23 Chaetodon ephippium + - - - - - - - - - - - Indicator
24 Chaetodon kleinii + - - - + - + + + + + + Indicator
25 Chaetodon lunula - - - - + - - - + + - - Indicator
26 Chaetodon melannotus + - - - - - - + - - + - Indicator
27 Chaetodon octofasciatus - + + - - - - - - - - - Indicator
28 Chaetodon rafflesii + + - - - - + + - - - - Indicator
29 Chaetodon trifascialis + - - - - - + + - + - - Indicator
30 Chaetodon trifasciatus - - - - + - + + - - - + Indicator
31 Chaetodon ulietensis - - + - - - - - - - - - Indicator
32 Chaetodon vagabundus - - - - + - + + - + - + Indicator
33 Heniochus varius - - + - - - + - - - + + Indicator
VIII EPHIPPIDAE
34 Platax teira - - - - - + - - - - - - Target
87
IX HAEMULIDAE
35 Plectorhinchus lineatus - - - - - - - - + - - - Target
X HOLOCENTRIDAE
36 Myripristis kuntee - - + - - - + - - + - - Major
37 Sargocentron caudimaculatum + - - - - - - - - + - - Target
XI LABRIDAE
38 Anampses meleagrides - - - - - - - + - - - - Major
39 Bodianus axillaris - - - - - - + - - - - - Major
40 Bodianus diana - - - - - - - + - + - - Major
41 Bodianus mesothorax - - - - - + - - - - - - Major
42 Cheilinus chlorourus - - + - - - - - - - - - Target
43 Cheilinus fasciatus - - - - - - - - + + + + Target
44 Cheilinus trilobatus - + - - - - - - + - - + Target
45 Choerodon anchorago - - - - - - + - - + - - Major
46 Cirrhilabrus cyanopleura - - - - - - - + - - - - Major
47 Diproctacanthus xanthurus + + + - + + - + - - - - Major
48 Gomphosus varius - - - - + - - - - - - - Major
49 Halichoeres hortulanus + - + - - - - - + - - - Major
50 Halichoeres melanurus + - - - - - - + - + + + Major
51 Halichoeres scapularis - - - - + - - + - - - - Major
52 Hemigymnus fasciatus + - - - - - - - - - - - Target
53 Hemigymnus melapterus + - - - + + + - + - + - Target
54 Labroides dimidiatus - + + - + - - - + - + - Major
88
55 Thalassoma hardwicke - - - - - - + - + - + + Major
56 Thalassoma lunare + + + - + - + + + + + + Major
XII LUTJANIDAE
57 Lutjanus biguttatus - - + - - - - - + + - + Target
58 Lutjanus carponotatus - + - - - + - - - - - - Target
59 Lutjanus decussatus + + + - + - - + - + - + Target
60 Lutjanus fulvus + - - - - - - - - - - - Target
XIII MULLIDAE
61 Parupeneus barberinus + - - - - - + - + - - + Target
62 Parupeneus bifasciatus + - - - - + + + + - + + Target
63 Parupeneus multifasciatus + - - - - + + + + - - - Target
XIV NEMIPTERIDAE
64 Pentapodus caninus - - - - - - - - - - + + Target
65 Pentapodus trivittatus - - - - + - - - + - - + Target
XV POMACANTHIDAE
66 Centropyge bicolor - - - - + - - + - - - - Major
67 Centropyge tibicen - - - - - + - - + - - - Major
68 Centropyge vrolikii - + - - - + + + - + - - Major
69 Pomacanthus navarchus - - + - - + - + - - + - Major
70 Pomacanthus sexstriatus - - - - - - - + - - - - Major
71 Pygoplites diacanthus - - - - - - - - + + + + Major
XVI POMACENTRIDAE
72 Abudefduf sexfasciatus - - - - - - + - - - - - Major
89
73 Abudefduf vaigiensis - - - - + - + - + + - + Major
74 Acanthurus auranticavus - + + - - - + + - - + - Major
75 Acanthurus lineatus - - - - + - - + - + + - Major
76 Acanthurus nigricans + - - - - - - - - - - + Major
77 Acanthurus pyroferus - - - - + - - - - - - - Major
78 Amblyglyphidodon curacao + + + - - + - + + - + + Major
79 Amblyglyphidodon leucogaster + + - - - - - + + - + + Major
80 Amblyglyphidodon nigroris - + - - - - - - - - - - Major
81 Amphiprion clarkii - - + - - - - + + - - - Major
82 Chaetodontoplus mesoleucus + - + - - + - + - - - - Major
83 Chromis amboinensis + + - - - + + + - + + + Major
84 Chromis retrofasciata + - - - - - - + - - - - Major
85 Chromis ternatensis - + - - - + + + - + + + Major
86 Chromis viridis - - + - - + + + - - + - Major
87 Chrysiptera cyanea - + + - - - + - - + + + Major
88 Chrysiptera rollandi - + + - - + - + - - - + Major
89 Chrysiptera talboti - - - - - - - + - - - - Major
90 Dascyllus aruanus - - - - - - - - + - + - Major
91 Dascyllus melanurus - - - - + - - - - + + - Major
92 Dascyllus reticulatus + - - - - - + + - - - - Major
93 Dischistodus perspicillatus - + - - - - - - - - - - Major
94 Neoglyphidodon melas - + + - - + + + + + + - Major
95 Neoglyphidodon nigroris - - - - - + - + - + - + Major
90
96 Neopomacentrus azysron - + - - - - - - - - - - Major
97 Plectroglyphidodon lacrymatus + + - - + - - - - - + + Major
98 Pomacentrus brachialis + - - - - + + - - - - - Major
99 Pomacentrus chrysurus - + + - - - + - - + + - Major
100 Pomacentrus coelestis + - - - - - + + - + + - Major
101 Pomacentrus lepidogenys - - + - - - - - - - - - Major
102 Pomacentrus moluccensis + + + - + + + - - + - + Major
XVIII SCARIDAE
103 Chlorurus sordidus - - - - - + - - - - - - Target
104 Scarus bleekeri + + + - + - - + - - - - Target
105 Scarus dimidiatus - + - - + - + + + + + - Target
106 Scarus ghobban + + + - - + + + + + + - Target
107 Scarus schlegeli - - - - - - - - - + - + Target
108 Scarus sordidus + - - - - - + - + + + + Target
XIX SCOLOPSIDAE
109 Scolopsis bilineatus - - - - + - - - + + + + Target
110 Scolopsis ciliatus - - - - - - - - + - + + Target
111 Scolopsis margaritifer - + - - - + - + + + + + Target
XX SERRANIDAE
112 Cephalopholis boenak - - + - + - - - - + + - Target
113 Cephalopholis cyanostigma - - - - - - - + + - + - Target
114 Cephalopholis miniata - - - - - - - + - - - - Target
115 Cephalopholis urodeta - - - - + - - - - + - - Target
91
116 Epinephelus merra - - - - - - - - + - - - Target
117 Pseudanthias huchtii + - - - - + + + - - + - Major
118 Pseudanthias squamipinnis - - - - - - - - - - + - Major
119 Pseudanthias tuka - - - - - - - + - - - - Major
XXI SIGANIDAE
120 Siganus corallinus - - - - - - - + - - - - Target
121 Siganus doliatus + - - - - - - - + - - - Target
122 Siganus puellus + + - - - - - + - - - - Target
123 Siganus virgatus - - - - - - + - - + - - Target
124 Siganus vulpinus + - + - + + - + + + + + Target
XXII TETRAODONTIDAE
125 Canthigaster solandri - - + - - - - - - - - - Major
XXIII ZANCLIDAE
126 Zanclus cornutus + + + - - - + + - + + + Major
92