salinan · peraturan pemerintah republik indonesia nomor 48 tahun 2016 tentang tata cara pengenaan...

42
Menimbang : Mengingat SALINAN tsRESIDEN R EPUBL IK IND ONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 84 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2O 14 tentang Administrasi Pemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pej abat Pemerintahan; 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa ka1i, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 292, Ta.mtrahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560 1); 2. a MEMUTUSKAN: bphn.go.id

Upload: others

Post on 21-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang :

Mengingat

SALINAN

tsRESIDENR EPUBL IK IND ONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 48 TAHUN 2016

TENTANG

TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIFKEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2O 14 tentang AdministrasiPemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Tata Cara Pengenaan Sanksi AdministratifKepada Pej abat Pemerintahan;

1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah diubah beberapa ka1i, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5679);

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentangAdministrasi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 292,Ta.mtrahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 560 1);

2.

a

MEMUTUSKAN:

bphn.go.id

Page 2: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-2-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARAPENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABATPEMERINTAHAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1 . Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalampengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh badandan f atau pejabat pemerintahan.

2. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalammelaksanakan Administrasi Pemerintahan yangmeliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,pemberdayaan, dan pelindungan.

3. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsuryang melaksanak€rn Fungsi Pemerintahan, baik dilingkungan pemerintah maupun penyelenggara negaralainnya.

4. Pelanggaran Administratif adalah pelanggaranterhadap ketentuan penyelenggaraan administrasipemerintahan sebagaimana yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 30 Tahun 2Ol4 tentangAdministrasi Pemerintahan.

5. Sanksi Administratif adalah sanksi yang dikenakanbagi pejabat pemerintahan yang melakukanpelanggaran administratif.

6. Atasan Pejabat adalah atasan pejabat lalgsung yangmempunyai kedudukan dalam organisasi atau stratapemerintahan yang lebih tinggi.

7. Pej abat

bphn.go.id

Page 3: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7.

8.

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

a

Pejabat yang Berwenang Mengenakan SanksiAdministratif adalah Pejabat Peme rintahan yangdiberikan kewenangan untuk mengenakan SanksiAdministratif.

Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badandan/atau Pej abat Pemerintahan atau penyelenggaranegara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atautindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

9. Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnyadisebut Kewenangan adalah kekuasaan Badandan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyeienggaranegara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukumpublik.

10. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang jugadisebut Keputusan Tata Usaha Negara atau KeputusanAdministrasi Negara yang selanjutnya disebutKeputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkanoleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalampenyelenggaraan pemerintahan.

1 1. Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnyadisebut Tindakan adalah perbuatan PejabatPemerintahan atau penyelenggara negara lainnyauntuk melakukan dan/atau tidak melakukanperbuatan konkret dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan.

12. Konflik Kepentingan adalah kondisi PejabatPemerintahan yang memiliki kepentingan pribadiuntuk menguntungkan diri sendiri dan/atau orang laindalam penggunaan Wewenang sehingga dapatrnempengaruhi netralitas dan kualitas Keputusandan/atau Tindakal yangdilakukannya.

dibuat dan/atau

1 3. Warga

bphn.go.id

Page 4: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-4-

13. Warga Masyarakat adalah seseorang atau badanhukum perdata yang terkait dengan Keputusandan/ atau Tindakan.

14. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yangselanjutnya disingkat AUPB adalah prinsip yangdigunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagiPejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusandan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

15. Berita Acara Permintaan Keterangan yang selanjutnyadisebut BAPK adalah laporan hasil aparat pengawasan

intern pemerintah.

Pasal 2

(1) Ruang lingkup pengaturan tata cara pengenaan

Sanksi Administratif bagi Pejabat Pemerintahan yangdiatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi:

a. Pejabat Pemerintahan yang

Fungsi Pemerintahan dalam

eksekutif;

b. Pejabat Pemerintahan yangFungsi Pemerintahan dalamy.udikatif;

c. Pejabat Pemerintahan yang

Fungsi Pemerintahan dalamlegislatif; dan

d. Pejabat Pemerintahan lainnya yangmenyelenggarakan Fungsi Pemerintahan yalgdisebutkan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 dan/atauUndang-Undang.

menyelenggarakan

lingkup lembaga

menyelenggarakan

lingkup lembaga

menyelenggarakan

lingkup lembaga

(2) Pengaturan

bphn.go.id

Page 5: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1)

(2t

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-5-

(21 Pengaturan tata cara pengenaan Sanksi Administratifkepada Pej abat Pemerintahan meliputi:

a. kewajiban Pej abat Pemerintahan;

b. Sanksi Administratif; dan

c. tata cara pengenaan Sanksi Administratif.

BAB II

KEWAJIBAN PEJABAT PEMERINTAHAN

Pasal 3

Pejabat Pemerintahan berkewajiban untukmenyelenggarakan Administrasi Pemerintahan sesuaidengal ketentuan peraturan perundang-undangan,kebij akan pemerintahan, dan AUPB.

Pej abat Pemerintahan memiliki kewajiban:

a. membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuaidengan kewenangannya;

b. mematuhi AUPB dan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;

c. mematuhi persyaratan dan prosedur pembuatanKeputusan dan/ atau Tindakan;

d. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dalam menggunakan Diskresi;

e. memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badandan/atau Pej abat Pemerintahan yang memintabantuan untuk melaksanakan penyelenggaraanpemerintahan tertentu;

f. memberikan kesempatan kepada WargaMasyarakat untuk didengar pendapatnya sebelummembuat Keputusan dan/atau Tindatan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memberitahukan

bphn.go.id

Page 6: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUELIK INDONESIA

-6-

memberitahukan kepada Warga Masyarakat yangberkaitan dengan Keputusan dan/atau Tindakanyang menimbulkan kerugian paling lama 10(sepuluh) hari kerja terhitung sejak Keputusandan/atau Tindakan ditetapkan dan/ataudilakukan;

men5rusun standar operasional prosedurpembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;

memeriksa dan meneliti dokumen AdministrasiPemerintahan, serta membuka akses dokumenAdministrasi Pemerintahan kepada WargaMasyarakat, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;

menerbitkan Ke putusan ieriradap permohonanWarga Masyarakat, sesuai dengan hal-hal yangdiputuskan dalam keberatan/banding;

melaksanakan Keputusan dan/atau Tindakanyang sah dan Keputusan yang telah dinyatakantidak sah atau dibatalkan oleh Pengadilan,pejabat yang bersangkutan, atau Atasan Pejabat;dan

mematuhi putusan Pengadilan yang telahberkekuatan hukum tetap.

BAB III

SANKSI ADMINISTRATIF

h.

j

k.

t.

Bagian KesatuTingkat dan Jenis Sanksi Administratif

Pasal 4

Sanksi Administratif terdiri atas:a. Sanksi Administratif ringan;

b. Sanksi

bphn.go.id

Page 7: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b.

c.

PRESIDENR EPUALIK INDONESIA

-7 -

Sanksi Administratif sedang; dan

Sanksi Administratif berat.

Pasal 5

Sanksi Administratif ringan sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf a dikenakan bagi Pejabat Pemerintahan jikatidak:a. menggunakan Wewenang berdasarkan peraturan

f.

perundang-undangan dan AUPB ;

mencalttrmkan atau menunjukkan ketentuanperaturan perundang-undangan yang menjadi dasarKewenangan dan dasar dalam menetapkan dan/ataumelakukan Keputusan dan/ atau Tindakan;menguraikan maksud, tujuan, substansi, dampakadministrasi dan keuangan dalam menggrnakanDiskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggararldan menimbulkan akibat hukum yang berpotensimembebani keuangal negara;menyampaikan permohonan persetujuan secaratertulis kepada Atasan Pej abat dalam menggunakanDiskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaranserta menimbulkan akibat hukum yang berpotensimembebani keuangan negara;menguraikan maksud, tujuan, substansi, dandampak administrasi yang berpotensi mengubahpembebanan keuangan negara dalam menggunakanDiskresi yang menimbulkan keresahan masyarakat,keadaan darurat, mendesak dan/atau terjadi bencanaalam;menyampaikan pemberitahuan secara lisan atautertulis kepada Atasan Pejabat dalam menggunakanDiskresi yalg menimbulkan keresahan masyarakat,keadaan darurat, mendesak dan/atau terjadi bencanaalam;

g.menyampaikan...

b.

c.

d.

e.

bphn.go.id

Page 8: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

c.

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-8-

menyampaikan pemberitahuan sebagaimanadimaksud dalam huruf f paling lama 5 (lima) harikerja sebelum penggunaan Diskresi;menguraikan maksud, tujuan, substansi, dandampak yang ditimbulkan dalam menggunakanDiskresi yang terjadi dalam keadaan darurat,mendesak dan/atau terjadi bencan a alam;menyampaikan laporan secara tertulis kepada AtasanPejabat setelah penggunaan Diskresi sebagaimanadimaksud pada huruf h;menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud padahuruf i paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejakpenggunaan Diskresi;memberikan Bantuan Kedinasan yang diperlukandalam keadaan darurat;memberikan persetujuan atau penolakan terhadapIzin, Dispensasi, atau Konsesi yang diajukan olehpemohon paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejakditerimanya permohonan, kecuali ditentukan laindalam ketentuan peraturan perundang-undangan;menetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan yang tidak berpotensimemiliki KonflikKepentingan;

memberitahukan kepada atasannya dalam halterdapat Konfl ik Kepentingan;memberitahukan kepada pihak-pihak yangbersangkutan paling lama 10 (sepuluh) hari kerjasebelum menetapkan dan/atau melakukanKeputusan dan/atau Tindakan dalam hal Keputusanmenimbulkan pembebanan bagi Warga Masyarakat,kecuali diatur lain dalam ketentuan peraturanperundang-undangan;

h.

j

l.

k.

m.

n.

o.

p. meny,usun

l.

bphn.go.id

Page 9: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUAL IK INDONESIA

-9-

p. menJrusun dan melaksanakar pedoman umumstandar operasional prosedur pembuatan Keputusansesuai dengan kewenangan;

q. memberitahukan kepada pemohon bahwa

r.

permohonan diterima dalam waktu paling lama 5(lima) hari kerja sejak permohonan Keputusandan/atau Tindakan diajukan dan telah memenuhipersyaratan;memberitahukan kepada pemohon bahwapermohonan ditolak dalam waktu paling lama 5 (lima)hari kerja sejak permohonan Keputusan dan/atauTindakan diajukan dan tidak memenuhi persyaratan;membuka akses dokumen Administrasi Pemerintahankepada setiap Warga Masyarakat untuk mendapatkaninformasi, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;menyampaikan Keputusan kepada pihak-pihak yangdisebutkan dalam Keputusan;mengumumkan pembatalan Keputusan yangmenyangkut kepentingan umum melalui mediaM SSA;

menyelesaikan Upaya Administratif yang berpotensimembebani keuangan negara;menetapkan Keputusan sesuai permohonankeberatan dalam hal keberatan diterima;menetapkan Keputusan keberatan sesuai denganpermohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelahberakhirnya tenggang waktu;menetapkan Keputusan sesuai dengan permohonanbanding dalam hal banding dikabulkan; ataumenetapkan Keputusan banding sesuai denganpermohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelahberakhirnya tenggang waktu.

u.

S.

t.

v.

w.

v.

Z.

Pasal 6

bphn.go.id

Page 10: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-tseQ

{*

PRESIDENREPUALIK INDONESIA

_10_

Pasal 6

Sanksi Administratif ringan sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf a dikenakan bagi Atasan Pejabat apabilatidak:a. menetapkan persetujuan, petunjuk perbaikan, atau

penolakan terhadap permohonan persetujuan secaratertulis sebagaimana dimaksud pada Pasai 5 huruf ddalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah berkaspermohonan diterima;

b. memberikan alasan penolakan secara tertulis apabilamelakukan penolakan terhadap permohonanpersetujuan secara tertulis sebagaimana dimaksuddzrlam Pasal 5 huruf d;

c. memeriksa, meneliti, dan menetapkan Keputusanterhadap laporan atau keterangan Warga Masyarakatpaling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sej akditerimalya laporan atau keterangan adanya dugaanKonflik Kepentingan Pejabat Pemerintahan dalammenetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan;

d. menetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan dalam hal menilai terdapatKonflik Kepentingan Pejabat Pemerintahan dalammenetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan; atau

e. melaporkan keputusan sebagaimana dimaksud padahuruf c dan huruf d kepada atasan Atasan pejabat

dan menyampaikan keputusan tersebut kepadapejabat yang menetapkan Keputusan paling lama 5(lima) hari kerja.

Pasal 7

bphn.go.id

Page 11: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUALIK INDONESIA

- 11-

Pasal 7

Sanksi Administratif sedang sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf b dikenakan bagi Pejabat Pemerintahanapabila tidak:a. memperoleh persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dalam penggunaan Diskresi yang berpotensimengubah alokasi anggaran;

b. memberitahukan kepada Atasan Pejabat sebelumpenggunaan Diskresi dan melaporkan kepada AtasanPejabat setelah penggunaan Diskresi dalam ha_l

penggunaan Diskresi menimbulkan keresahan

masyarakat, keadaan darurat, mendesak dan/atauterj adi bencana alam;

c. menetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 1O

(sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterimasecara lengkap oleh Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan jika ketentuan peraturan perundang-

undangan tidak menentukan batas waktu kewajiban;

d. menetapkan keputusan untuk melaksanakanputusan pengadilan paling larna 5 (lima) hari kerjasejak putusan pengadilan ditetapkan;

e. mengemtralikan uang ke kas negara dalam halKeputusan yang mengakibatkan pembayaran dariuang negara dinyatakan tidak sah; atau

f. melaksanakan Keputusan dan/atau Tindakan yangsah dan Keputusan yang telah dinyatakan tidak sahatau dibatalkan oleh Pengadilan atau pejabat yangbersangkutan atau atasan yang bersangkutan.

Pasal 8

bphn.go.id

Page 12: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

_12_

Pasal 8

Sanksi Administratif berat sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf c dikenakan bagi Pejabat Pemerintahanapabila:

ir. menyalahgunalan Wewenang yang meliputi:1. melampaui Wewenang;

2. mencampuradukkan Wewenang; dan/ atau3. bertindak sewenzrng-wenang.

b. menetapkan dan/atau melakukan Keputusandan/atau Tindakan yang berpotensi memiliki KonflikKepentingan.

c. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 5, Pasal 6, atau Pasal 7 yang menimbulkankerugian pada keuangan negara, perekonomian

nasional, dan/atau merusak lingkungan hidup.

Pasal 9

Sanksi Administratif ringan sebagaimana dimaksudda-lam Pasal 4 huruf a, berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; atau

c. penundaan kenaikan pangkat, golongan,

dan/atau hak-hak jabatan.

Sanksi Administratif sedang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 huruf b, berupa:

a. pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi;

b. pemberhentian sementara dengan memperolehhak-hak jabatan; atau

c. pemberhential sementara tanpa memperolehhak-hak jabatan.

(1)

(2)

(3) Sanksi

bphn.go.id

Page 13: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

_13_

(3) Sanksi Administratif berat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 huruf c, berupa:

a. pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;

b. pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hakkeuangan dan fasilitas lainnya;

c. pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya sertadipublikasikan di media massa; atau

d. pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hakkeuangan dan fasilitas lainnya sertadipublikasikan di media massa.

(4) Sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 10

Sanksi Administratif ringan, Sanksi Administratif sedang,atau Sanksi Administratif berat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dijatuhkandengan mempertimbangkan unsur proporsional dankeadilan.

Pasal 11

Sanksi Administratif ringan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayal (1) dapat dijatuhkan secaralangsung oleh Pejabat yang Berwenang mengenakanSanksi Administratif.

Sanksi Administratif sedang atau Sanksi Administratifberat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

dan ayat (3) hanya dapat dijatuhkan setelah melaluiproses pemeriksaan internal.

(1)

(2)

Bagian Kedua

bphn.go.id

Page 14: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1)

(2\

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

_14_

Bagian KeduaPej abat yang Berwenang Mengenakan

Sanksi Administratif

Pasal 12

Atasan Pejabat merupakan Pejabat yang BerwenangMengenakan Sanksi Administratif kepada pejabatPemerintahan yang diduga melakukan pelanggaranAdministratif.Dalam hal Pelanggaran Administratif dilakukan olehpejabat daerah maka Pejabat yang berwenangmengenakan Sanksi Administratif yaitu kepaladaerah.Dalam hal Pelanggaran Administratif dilakukan olehpejabat di lingkungan kementerian/ lembaga makaPejabat yang berwenang mengenakar SanksiAdministratif yaitu menteri/ pimpinan lembaga.Dalam hal Pelanggaran Administratif dilakukan olehhupati/u,alikota maka Pejabat yang berwenangmengenakan Sanksi Administratif yaitu gubernur.Dalam hal Pelanggaran Administratif dilakukan olehgubernur maka Pejabat yang berwenang mengenakanSanksi Administrasi yaitu mentai yang

urusan pemerintahan dalam negeri.Dalam hal Pelanggaran Administratif dilakukan olehmenteri/pimpinan lembaga maka pejabat yangberwenang menge nakan Sanksi Administratif yaituPresiden.

Pasal 13

(1) Pejabat yang Berwenang Mengenakan SanksiAdministratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 12mengenakan Sanksi Administratif kepada pejabatPemerintahan yangAdmiiristratif.

melakukan Pelanggaran

(3)

(4)

(s)

(6)

(2) Dalam

bphn.go.id

Page 15: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUALIK INDONESIA

-15-

Dalam hal Pejabat yang Berwenang MengenakanSanksi Administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak mengenakan Sanksi Administratifkepada Pej abat Pemerintahan yang melakukanPelanggaran Administratif, Pejabat yang Berwenangtersebut dikenakan Sanksi Administratif olehatasannya.

Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud padaayat (21 sama dengan jenis Sanksi Administratif yang

seharusnya dikenakan kepada Pejabat Pemerintahanyang melakukan Pelanggaran Administratif.Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), jugamengenakan Sanksi Administratif terhadap pejabat

Pemerintahan yang

Administratif.melakukan Pelanggaran

BAB IV

TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu

Laporan Dugaan Pelanggaran

Pasal 14

Dugaan Pelanggaran Administratif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (1) berasal dari laporan:a. pengaduan; atau

b. tindak lanjut hasil pengawasan.

(2t

f3t

(4)

Pasal 15

bphn.go.id

Page 16: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1)

(2t

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-t6-

Pasal 15

Laporan pengaduan sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 huruf a dapat dilakukan oleh Warga

Masyarakat.

Laporan pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (f)disampaikan kepada Atasan Pejabat.

Laporan pengaduan sebagaimana dimaksud padaayat (1), diajukan secara tertulis yang memuat palingsedikit:

a. nama dan alamat pihak yang mengadukan;b. nama, jabatan, dan alamat lengkap pihak yang

diadukan;

c. perbuatan yang diduga melanggar ketentuanpenyeienggaraan administrasi pemerintahan; dan

d. keterangan yang memuat fakta, data, ataupetunjuk terj adinya pelanggaran.

Laporan pengaduan sebagaimana dimaksud padaayat (3) disampaikan secara manual atau secaraelektronik.

Atasan Pej abat menjamin kerahasiaan identitaspelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

kecuali untuk kepentingan penegakan hukum.

Pasal 16

Laporan tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 huruf b dilakukan oleh

aparat pengawasan intern pemerintah.

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikal kepada Atasan Pejabat.

(4)

(s)

(1)

(2t

Pasal 17

bphn.go.id

Page 17: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2t

(s)

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-t7-

Pasal 17

(1) Pengaduan yang disampaikan oleh

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

wajib ditindaklanjuti oleh Atasan Pejabat dalam

waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanyalaporan pengaduan.

Dalam melakukan pemeriksaan atas pengaduan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Atasan Pejabat wajib berkoordinasi dengan aparatpengawasan intern pemerintah.

Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja AtasanPejabat tidak menindaklanjuti pengaduan masyarakat

tanpa alasan yarrg sah, Pejabat Yang Berwenang

Mengenakan Sanksi Administratif wajib menjatuhkanSanksi Administratif kepada Atasan Pejabat sesuai

dengan tingkat kesalahannya.

Pasal 18

Dalam hal pengaduan masyarakat tidak dilanjuti oleh

Atasan Pejabat tanpa alasan yang sah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3), Pejabat Yang

Berwenang Mengenakan Sanksi Administratif wajibmenyerahkan pengaduan masyarakat tersebut kepadaaparat pengawasan intern pemerintah untukdilakukan pemeriksaan.

Dalam waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak

diterimanya penyerahan pengaduan, aparatpengawasan intern pemerintah wajib melakukanpemeriksaan atas pengaduan tersebut.

(1)

(2t

(3) Apabila

bphn.go.id

Page 18: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1)

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

-18-

(3) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja aparatpengawasan. intern pemerintah tidak menindaklanjutipengaduan masyarakat tanpa alasan yang sah,

Pej abat Yang Berwenang Mengenakan Sanksi

Administratif wajib menjatuhkan Sanksi Administratifkepada aparat pengawasan intern pemerintah sesuai

dengan tingkat kesalahannya.

Pasal 19

Apabila dari hasil pemeriksaan atas pengaduan

masyarakat sebagaimala dimaksud dalam Pasat 17

ayat (1) dan Pasal 18 ayat (2) ditemukan unsurpidana, Atasan Pejabat dan aparat pengawasan internpemerintah dalam waktu 5 (lima) hari kerja wajibmenyerahkan pengaduan masyarakat tersebut kepada

aparat penegak hukum yang berwenang.

Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja AtasanPej abat dan aparat pengawasan intern pemerintahtidak menyerahkan pengaduan masyarakat yang

ditemukan unsur pidana kepada aparat penegak

hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat

Yang Berwenang Mengenakal Sanksi Administratifwajib menjatuhkan Sanksi Administratif kepada

Atasan Pejabat dan aparat pengawasan internpemerintah sesuai dengan tingkat kesalahannya.

Pasal 20

Masyarakat dapat menyampaikandugaan Pelanggaran Administratifoleh Pejabat Pemerintahan kepadahukum.

pengaduan atasyang dilakukanaparat penegak

(2) Dalam...

(2t

(1)

bphn.go.id

Page 19: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2t

(3)

(4)

(s)

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

_19_

Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerjasejak pengaduan dari masyarakat diterima, aparatpenegak hukum melakukan pemeriksaan ataspengaduan yang disampaikan oleh masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (l), seteiah terlebihdahulu berkoordinasi dengan aparat pengawasanintern pemerintah.Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksuclpada ayat (2) ditemukan bukti adanya penyimpanganyang bersifat administratif, proses pemeriksaan lebihlanjut diserahkan kepada aparat pengawasan internpemerintah.Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja aparatpenegak hukum tidak menyerahkan prosespemeriksaan lebih lanjut kepada aparat pengawasanintern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat(3) tanpa a-lasan yang sah, aparat penegak hukumdiberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangal.Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) ditemukan bukti adanya penyimpanganyang bersifat pidana, proses pemeriksaan lebih lanjutditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pemanggilan

Pasal 2 1

(1) Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran Administratif berdasarkan laporanpengaduan atau tindak lanjut hasil pengawasansebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16,dipanggil secara tertulis untuk diperiksa oleh AtasanPejabat yang menetapkan Keputusan.

(2) Pemarrggilan

bphn.go.id

Page 20: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(3)

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-20-

(2j Pemanggiiiu-t secara

Bagian Ketiga

Tata Cara Pengenaan Sanksi AdministratifSecara Langsung

Pasal 22

Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran Administratif ringan pemeriksaandilakukan oleh Atasan Pejabat.

tertulis bagi PejabatPemerintahan yang diduga melakukan pelanggaran

Administratif, dilakukan paling lambat 7 (tujuh) harikerja sebelum tanggal pemeriksaan.

Apabila Pejabat Pemerintahan yang didugamelakukan Pelanggaran Administratif pada tanggalyang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidakhadir, maka dilakukan pemanggilan kedua palinglambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnyayang bersangkutan diperiksa pada pemanggilanpertama.

Dalam menentukan tanggal pemeriksaan dalam suratpemanggilan pertama dan pemanggilan kedua harusmemperhatikan waktu yang diperlukan untukmenyampaikan dan diterimanya surat panggilan.Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukandalam surat pemanggilan kedua pejabat

Pemerintahan yang bersangkutan tidak hadir juga,maka Atasan Pejabat yang berwenang menjatuhkanSanksi Administratif berdasarkan alat bukti danketerangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

(41

(s)

(1)

(2) Pemeriksaan

bphn.go.id

Page 21: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2t

PRESIDENR EPUALIK INDONES'A

-21 -

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Atasan pejabat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukmengetahui:

a. Keputusan dan/atau Tindakan itu benar-benarada dan ditandatangani dan/atau dilakukan olehPejabat Pemerintahan;

b. Keputusan telah memenuhi syarat sahnyaKeputusan;

c. faktor yang mendorong atau menyebabkanterbitnya dan/atau dilakukannya Keputusandan/ atau Tindakan; dan

d. dampak atau akibat dari Keputusan dan/atauTindakan.

Pemeriksaal harus dilakukan dengan teliti, objektif,dan didukung dengan data sehingga pejabat yangBerwenang Mengenakan Sanksi Administratif dapatmengenakan sanksi dengan pertimbangan yangseksama tentang sanksi yang dikenakan kepadaPej abat Pemerintahan.

Pemeriksaan yang diiakukan oleh Atasan pejabat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukansecara tertutup.

Pasal 23

Atasan Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22ayat (1) dapat membentuk tim ad hoc untuk membantumelakukan verifikasi terhadap dugaan pelanggaran

Administratif.

(3)

(4t

Bagian Keempat

bphn.go.id

Page 22: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

-22-

Bagian Keempat

Tata Cara Pengenaan Sanksi AdministratifMelalui Proses Pemeriksaan Internal

Pasal 24

Pemeriksaan internal dilakukal oleh aparat pcngawaszrnintern pemerintah.

pasal 25

Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran Administratif sedang pemeriksaan dilakukanoleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Pasal 26

Dalam hal Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran Administratif adalah bupati dan/atau wakilbupati atau walikota dan/ atau wakil walikota,pemeriksaan dilakukan oleh aparat pengawasan internpemerintah provinsi/daerah selaku perangkat gubernursebagai wakil pemerintah pusat.

Pasal 27

Dalam hal Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran Administratif adalah gubernur dan/atau wakilgubernur, pemeriksaan dilakukan oleh aparat pengawasanintern kementeriarr yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.

Pasal 28

(1) Dalam ha1 Pej abat Pemerintahan yang didugamelakukan Pelanggaran Administratif adalah menteri,pemeriksaan dilakukan oleh aparat pengawasanintern pemerintah yang ditunjuk oleh Presiden.

(2) Dalam

bphn.go.id

Page 23: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

#*o]E-)-r:lg;

PRESIDENi:t ai,:ruaL li( tNDoNESIA

-23-

(2) Dalam hal Pejabat Pemerintahan yang didugamelakukan Pelanggaran Administratif adalahpimpinan lembaga, maka pemeriksaan dilakukan olehaparat pengawasan intern pemerintah lembaga.

pasal 29

Aparat pengawasan intern pemerintah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 24 bertugas:a.

b.melakukan klarifikasi dan validasi terhadap laporan;mengumpulkan fakta, data, dan/atau keteranganIain; danmemberikan pertimbangan kepada Atasal pejabatraengenai hasil pemeriksaan termasuk pengenaansanksinya.

Pasal 30

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalamPasal 29, aparat pengawasan intern pemerintahberwenang:a. memanggil dan meminta keteralgan dari pelapor: danb. memanggil dan memeriksa Pejabat pemerintahan

yang dilaporkan dan/atau diduga melakukanPeianggaran Administratif.

pasal 3 1

Apabila diperlukan, aparat pengawasan intern pemerintahatau Pej abat yang Berwenang Mengenakan SanksiAdministratif dapat meminta keterangan dari pihak 1ain.

Pasal 32

(1) Sebelum melakukan pemeriksaan, aparatpengawasan intern pemerintah mempelajari tebihdahulu dengan seksama laporan, bahan, atau datamengenai Pelanggaran Administratif yang didugadilakukan oleh Pejabat pemerintahan yangbersangkutan.

(2) Pemeriksaan

bphn.go.id

Page 24: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2t

(3)

(4t

(s)

(6)

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-24-

Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti, objektif,dan didukung dengan data.

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan secara tertutup.Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dimuat dalam BAPK dengan lampiran data sebagaipertimbangan pengenaan jenis Sanksi Administratifyang akan dijatuhkan kepada Pejabat Pemerintahandimaksud.BAPK sebagaimana dimaksud pada ayat (41

ditandatangani oleh Pejabat yang memeriksa danPej abat Pemerintahan yang diperiksa.Dalam hal Pejabat Pemerintahan yang diperiksa tidakbersedia menandatangani BAPK sebagaimanadimaksud pada ayat (5) BAPK tersebut tetap dijadikansebagai dasar untuk pengenaan Sanksi Administratif.

Pasal 33

Hasil pemeriksaan dari aparat pengawasan internpemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat(4) dapat berupa:a. tidak terdapat kesalahan;b. terdapat kesalahan adrninistratif; atauc. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan

kerugian keuangan negara.

Pasal 34

(1) Dalam hal terjadi kesalahan administratif yangmenimbulkan kerugian keuangan negarasebagaimana dimaksud dalam pasal 33 huruf cbukan karena adanya unsur penyalahgunaanWewenang, Badan melakukan pengembalian uang kekas negara/ daerah.

(2) Dalam.

bphn.go.id

Page 25: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(21

(3)

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-25-

Dalam hal terjadi kesalahan administratif yangmenimbulkan kerugian keuangan Negarasebagaimana dimaksud dalam pasal 33 huruf ckarena adanya unsur penyalahgunaan Wewenang,Pejabat Pemerintahait rnelakukan pengernbalian uangke kas negara ldaerah.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengembalian uang ke kas negara dan tanggungjawab Badan dan/atau Pejabat pemerintahan akibatkerugian yang ditimbulkan dari Keputusan dan/atauTindakan yang dibatalkan diatur dalam peraturanpemerintah tersendiri.

Pasal 35

Dalam hal Badan dan/atau pejabat pemerintahan

keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenangmengenakan Sanksi Administratif, Badan dan/ atauPejabat Pemerintah dapat mengajukan permohonankepada pengadilan tata usaha negara untuk menilai adaatau tidak ada unsur penyalahgunaan Wewenang dalamKeputusan dan/atau Tindakan.

Pasal 36

Dalam hal terjadi kerugian keuangan negara bukan untukmelindungi kepentingan umum, dilakukan dengan iktikadtidak baik, dan untuk memperkaya diri sendiri atau oranglain atau badan, serta ditemukan bukti adanyapenyimpangan yang bersifat pidana, selain dilakukanpengembalian uang ke kas negara/daerah, aparatpengawasan intern pemerintah melaporkan danmenyerahkal proses lebih lanjut kepada aparat penegakhukum.

Pasal 37.

bphn.go.id

Page 26: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

-26-

Pasal 37

Pemeriksaan oleh aparat pengawasan intern pemerintahdilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

Pasal 38

Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37, apatat pengawasan intern pemerintahdapat membentuk tim yang terdiri dari unsur kepegawaiandal unsur lain sesuai kebutuhan.

Bagian Kelima

Pengenaan Sanksi Administratif

Pasal 39

Hasil pemeriksaan aparat pengawasan internpemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33menjadi pertimbangan bagi Pejabat yang Berwenangdalam mengenakan Sanksi Administratif.Keputusan pengenaan Sanksi Administratif harusdisebutkan jenis pelanggaran dan sanksi yangdikenakan kepada Pejabat Pemerintahan yangmelakukan Pelanggaran Administratif.

Pasal 4O

(1) Pejabat Pemerintahan yang berdasarkan hasilpemeriksaan terbukti melakukan beberapa jenisPelanggaran Administratif dikenai satu jenis SanksiAdministratif yang terberat setelahmempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.

(1)

(21

(2) Pej abat

bphn.go.id

Page 27: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2)

(3)

tJ.i

(4)

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-27 -

Pejabat Pemerintahan yang pernah dikenai SanksiAdministratif kemudian terbukti melakukanPelanggaran Administratif yang sifatnya sama dikenaiSanksi Administratif yang lebih berat dari SanksiAdministratif terakhir yang pernah dikenai.

Pejabat Pemerintahan tidak dapat dikenai SanksiAdministratif dua ka_li atau lebih untuk satuPelanggaran Administratif.

Bagian Keenam

Penyampaian Keputusan Sanksi Administratif

Pasal 41

( 1) Setiap pengenaan Sanksi Administratif ditetapkandengan keputusan pejabat yang BerwenangMengenakan Sanksi Administratif.

(21 Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)

disampaikan secara tertutup oleh pejabat yangBerwenang Mengenakan Sanksi Administratif kepadaPejabat Pemerintahan yang dikenakan SanksiAdministratif.Penyampaian keputusan Sanksi Administratifsebagaimana dimaksud pada ayat (21 dilakukanpaling lambat 5 (lima) hari kerja sejak keputusanditetapkan.Dalam hal Pejabat Pemerintahan yang dikenai SanksiAdministratif tidak hadir saat penyampaiankeputusan Sanksi Administratif, keputusan dikirimkepada Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

BAB V

bphn.go.id

Page 28: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

-28-

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 42

Ketentuan mengenai pengenaan sanksi pemberhentiansementara dan pemberhentian tidak tetap kepala daerahdan wakil kepala daerah dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan mengenaipemerintahan daerah.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43

Pada saat peraturan pemerintah ini berlaku, semuaPelanggaran Administratif yang dilakukan sebelumberlakunya Peraturan Pemerintah ini diprosesberdasarkan ketentuan yang berlaku pada saatPelanggaran Administratif dilakukan.Apabila terjadi Pelanggaran Administratif sebelumberlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belumdilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuandalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 44

Sanksi Administratif yang telah dijatuhkan sebelumberlakunya Peraturan Pemerintah ini dan sedang dijalanioleh Pejabat Pemerintahan dinyatakan tetap berlaku.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

pasai 45

Peraturan Pemerintah ini mulai berlakudiundangkan.

pada tanggal

Agar . . .

(1)

(2)

bphn.go.id

Page 29: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

-29-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Oktober 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 31 Oktober 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 230

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIADeputi Bidang Politik, Hukum,

an, Deputi Bidang Hukumg-undangan,

Asistendan

Rokib

bphn.go.id

Page 30: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I.

PRESIDENR EPUBL IK INDONESI,A

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 48 TAHUN 2016

TENTANG

TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIFKEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

UMUM

Penggunaan kekuasaan negara terhadap Warga Masyarakatbukanlah tanpa persyaratan. Warga Masyarakat tidak dapatdiperlakukan secara sewenang-wenang sebagai objek. Keputusandan/atau Tindakan terhadap Warga Masyarakat harus sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umumpemerintahan yang baik. Pengawasan terhadap Keputusal dan/atauTindakan merupakan pengujian terhadap perlakuan kepada WargaMasyarakat yang terlibat telah diperlakukan sesuai dengan hukumdan memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan hukum.

Dalam kaitannya untuk perlindungan hukum bagi masyarakatdari tindakan maladr:linistrasi yang clilakukan oleh pejabatPemerintahan, sanksi administratif dapat dijatuhkan dalam halPejabat Pemerintahan melanggar ketentuan sebagaimana disebutkandalam Pasal 80 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2O14 tentangAdministrasi Pemerintahan. Karena itu, tata cara pengenaan SanksiAdministratif terhadap Pejabat Pemerintahan perlu diatur dalamPeraturan Pemerintah.

Pengenaan Sanksi Administratif tersebut dilakukan oleh:

a. Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;b. kepala daerah apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat

daerah;c. menteri/pimpinan lembaga apabila Keputusan ditetapkan oleh

pejabat di lingkungannya; dand. Presiden apabila Keputusan ditetapkan oleh para

menteri/pimpinan lembaga.

Peraturan

bphn.go.id

Page 31: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II.

PRESIDENREPUALIK INDONESIA

-2-

Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan ketentuanPasal 84 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2Ol4 tentangAdministrasi Pemerintahan yang menentukan ketentuan lebih lanjutmengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 80, Pasal 81, pasal 82, d,an pasal g3 diaturdengan Peraturan Pemerintah.

Pengenaan sanksi administratif haruslah dilihat bukansebagai "upaya jera" terhadap pejabat pemerintahan yangmelaksanakan pelanggaran administrasi atas ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2074 tentang Administrasi pemerintahan.Pengenaan sanksi administratif tersebut merupakan upayameningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance) dansebagai upaya untuk mencegah praktik korupsi, kolusi, dannepotisme sehingga mampu menciptakan birokrasi yang semakinbaik, transparan, dan efisien.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Lingkuplembaga yudikatif meliputi Sekretariatdan Kepaniteraan Mahkamah Agung, SekretariatJencleral dan Kepanileraal MahkamahKonstitusi, Sekretariat Jenderal Komisi yudisial.

Huruf c

bphn.go.id

Page 32: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PR[9ID5NR EPUBLIK INDONESIA

-.)-

Huruf c

Lingkup lembaga legislatif meliputi SekretariatJenderal Majelis permusyawaratan Rakyat,Sekretarit Jenderal Dewan perwakilan Rakyat,Sekretariat Jenderal Dewan perwakilan Daerah danSekretariat DpRD.

Huruf d

Lingkup Pejabat pemerintahan lainnya yangmenyelenggarakan Fungsi pemerintahan yangdisebutkan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan/atau Undang-Undangmeliputi Sekretariat Jenderal dan Sekretariat padaLembaga Non Struktural.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup -jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup je1as.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

bphn.go.id

Page 33: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-4-

Pasal 9

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pangkat dan golongan disesuaikan denganketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014tentang Aparatur Sipil Negara.

Pengenaan sanksi administratif ringan berupa"penundaan kenaikan pangkat, golongan, dan/atauhak-hak jabatan,, bagi pejabat pemerintahan di luaraparatur sipil negara diatur sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan "uang paksa" adalahsejumlah uang yang dititipkan sebagai jaminanagar Keputusan dan/atau Tindakan dilaksanakansehingga apabila Keputusan dan/atau Tindakantelah diiaksanakan uang paksa tersebutdikembalikan kepada Pejabat pemerintahan yangbersangkutan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "pemberhentian sementara,,adalah pemberhentian dalam tenggang waktutertentu dengan dibebaskan atau tidakmenjalankan tugas dan wewenang jabatanAdministrasi Pemerintahan.

Batas

bphn.go.id

Page 34: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUAL IK INDONESIA

-5-

Batas maksimal pemberhentian sementara palinglama 1 tahun dan setelah itu dapat diangkatkembali pada jabatan untuk sisa masa jabatannya.

Hak-hak jabatan yang dapat diperoleh selama masapemberhentian sementara yaitu gaji (sesuai dengantingkat pendidikan formal yang digunakanterakhir).

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (s)

Huruf a

Hak keuangan berupa gaji disesuaikan dengantingkat pendidikan formal terakhir yang digunakan.

Hak keuangan dan fasilitas lainnya diperolehsampai dengan diangkatnya pejabat definitif.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan "Sanksi lainnya" adalah sanksiyang diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5Tahun 2O14 tentang Aparatur Sipil Negara besertaperaturan pelaksanaannya dan ketentuan peraturanperundang-undangan sektor lain.

Pasal 10

bphn.go.id

Page 35: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONES'A

-6-

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Yang dimaksud dengan "pejabat daerah" adalahPejabat Pemerintahan yang melaksalakan fungsipemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan,pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, danpelindungan di lingkungan pemerintahan daerah.

Pejabat daerah yang dimaksud dalam peraturanpemerintah ini tidak termasuk anggota dewan perwakilanrakyat daerah.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Da-lam hal mengenakan sanksi administratif kepadabupati/walikota, kedudukan gubernur adalah sebagaiwakil pemerintah pusat.

Ayat (5)

bphn.go.id

Page 36: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-7 -

Ayat (5)

Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandalam negeri mengenakan sanksi administratif kepadagubernur baik sebagai wakil pemerintah pusat maupunsebagai kepala daerah provinsi.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Laporan pengaduan Warga Masyarakat kepada AtasanPejabat disampaikan langsung kepada Atasan pejabatatau melalui layanan pengaduan dari instansi atau unityartg menangani pengaduan.

Ayat (3)

Huruf a

Pelapor melampirkan identitas diri secara jelas danlengkap.

Huruf b

Yang dimaksud "alamat lengkap pihak yangdiadukan" adalah alamat kantor/instansi.

Huruf c

bphn.go.id

Page 37: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

Huruf c

Pelapor menyampaikan informasi dan data yangjelas dan lengkap mengenai bentuk, waktu, dantempat pelanggaran administratif dilakukan.

Huruf d

Cukup je1as.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (l)

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup je1as.

Ayat (21

Laporan tindak lanjut hasil pengawasan dapat berasaldari hasil pengawasan intern pemerintah yang dilakukanoleh aparat pengawasan intern pemerintah dan hasilpengawasan eksternal pemerintah yang dilakukan olehBadan Pemeriksa Keuangan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Cukup jelas.

Ayat (3)

bphn.go.id

Page 38: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBL IK INDONESIA

Ayat (3)

Pasal 18

Pasai 19

Ayat (1)

Pasal 2O

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

-9-

Sanksi Administratif yang dimaksud mengacu padaketentuan tingkat dan jenis Sanksi Administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, pasal 7,dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.

Sanksi Administratif yang dimaksud mengacu padaketentuan tingkat dan jenis Sanksi Administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, pasal 7,dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.

Cukup jelas.

Ayat (2)

Sanksi Administratif yang dimaksud mengacu padaketentuan tingkat dan jenis Sanksi Administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, pasal 6, pasal 7,dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.

Cukup jelas.

Pasal 2 1

bphn.go.id

Page 39: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-10-

Pasal 2 1

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Yang dimaksud dengan "tim ad ho|' adalah tim yang bersifatsementara dan bertugas membantu Atasan pejabat untukmelakukan verihkasi terhadap dugaan pelanggaran Administratifyang terdiri dari unsur pengawasan, unsur kepegawaian, danunsur lain yang menangani atau memiliki keterkaitan denganruang lingkup Pelanggaran Administratif yang dilakukan.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Yang dimaksud aparat pengawasan intern pemerintahadalah lembaga yang diberikan tugas dan fungsimelakukan pengawasan intern pemerintah.

Ayat (2)

bphn.go.id

Page 40: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUALIK INDONESIA

- 11-

Ayat (21

Cukup je1as.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 3O

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pa sa,l 32

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud "secara tertutup" adalah hanya diketahuidan dihadiri oleh Pejabat Pemerintahan yang diperiksadan aparat pengawasan intern pemerintah.

Ayat (a)

Jika hasil kesimpulan pemeriksaan menyatakan bahwaPelanggarar Administratif yang diduga dilakukan olehPejabat Pemerintahal tidak terbukti maka dimuat dalamLaporan Hasil Pemeriksaan dan dilakukan rehabilitasinama baik Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

Ayat (s)

bphn.go.id

Page 41: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-12-

Ayat (s)

Cukup je1as.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup je1as.

Pasal 4 1

bphn.go.id

Page 42: SALINAN · PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDENR EPUBLIK INDONESIA

-13-

Pasal 4 1

Cukup jelas.

Pasal 42

Yang dimaksud dengan ,,ketentuan mengenai pengenaan sanksi,,meliputi ketentuan mengenai pejabat yang berwenang yangmenjatuhkan sanksi dan tata cara penjatuhan sanksi yangdiatur dalam ketentuan peraturan perundang_undanganmengenai pemerintahan daerah.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5943

bphn.go.id