salinan - jdih.patikab.go.id filedengan rahmat tuhan yang maha esa bupati pati, menimbang : a. bahwa...

35
BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan perlu untuk menciptakan lingkungan hidup yang serasi, harmonis, tertib, teratur, nyaman dan tenteram serta untuk penegakan Peraturan Daerah di Kabupaten Pati, perlu mengatur ketentuan tentang ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar antara lain ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN

Upload: others

Post on 16-Sep-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

BUPATI PATI

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI

NOMOR 7 TAHUN 2018

TENTANG

KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan

pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan perlu

untuk menciptakan lingkungan hidup yang serasi,

harmonis, tertib, teratur, nyaman dan tenteram serta

untuk penegakan Peraturan Daerah di Kabupaten Pati,

perlu mengatur ketentuan tentang ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf e

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar antara lain ketenteraman, ketertiban

umum dan perlindungan masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Daerah tentang Ketertiban Umum dan Ketenteraman

Masyarakat;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

SALINAN

Page 2: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4247);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5025);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

Page 3: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang

Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 51,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3177);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3258), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

90 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5145);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 19 Tahun 2007

tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Kabupaten Pati

Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Nomor 18);

Page 4: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

14. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kabupaten Pati

Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Nomor 52);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 13 Tahun 2011

tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Tahun 2011 Nomor 13, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 61), sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pati

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Kabupaten Pati Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Pati

Tahun 2017 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Nomor 108);

16. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Pati Nomor 69);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2014

tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Pati (Lembaran Daerah Kabupaten

Pati Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Nomor 74);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 13 Tahun 2014

tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

(Lembaran Daerah Kabupaten Pati Tahun 2014 Nomor 13,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 196);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 4 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Perlindungan Terhadap Korban

Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (Lembaran Daerah

Kabupaten Pati Tahun 2015 Nomor 4, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Pati Nomor 83);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2016

tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Pati (Lembaran

Daerah Kabupaten Pati Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 98);

Page 5: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

21. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 13 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

(Lembaran Daerah Kabupaten Pati Tahun 2016 Nomor 13,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 99);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PATI

dan

BUPATI PATI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN

KETENTERAMAN MASYARAKAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pati.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Pati.

4. Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat

Satpol PP, adalah bagian perangkat daerah dalam

penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum

dan ketenteraman masyarakat.

5. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat

PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang

berdasarkan peraturan perundang- undangan ditunjuk

selaku Penyidik dan mempunyai wewenang untuk

melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup

undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-

masing.

Page 6: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,

Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha

Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk

apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun,

Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa,

Organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga

dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

kolektif dan bentuk usaha tetap.

7. Ketertiban adalah suatu keadaan kehidupan yang serba

teratur dan tertata dengan baik sesuai ketentuan

Perundang-Undangan yang berlaku guna mewujudkan

kehidupan masyarakat yang dinamis, aman, tenteram lahir

dan batin.

8. Ketenteraman adalah situasi dan kondisi yang mengandung

arti bebas dari gangguan dan ancaman baik fisik maupun

psikis bebas dari rasa ketakutan dan kekhawatiran.

9. Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat adalah

suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah

Daerah dan Masyarakat dapat melakukan kegiatannya

dengan tenteram, tertib dan teratur.

10. Alat perlengkapan jalan adalah rambu-rambu lalu lintas dan

marka serta yang tidak berkaitan langsung dengan pemakai

jalan seperti patok KM, pagar pengaman (guard rail).

11. Izin adalah persetujuan tertulis yang diterbitkan oleh Bupati

berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

terhadap suatu permohonan.

12. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap

orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dalam rangka perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat

memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Page 7: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

13. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa usaha

dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan

hidup manusia serta makhluk hidup lain.

14. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses

dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara

aman bagi manusia dan lingkungan.

15. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum

sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,

dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

16. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat

dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,

penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan

pemrosesan akhir sampah.

17. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam

tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan

sosial, budaya maupun kegiatan khusus.

18. Fasilitas umum adalah suatu sarana atau prasarana yang

peruntukannya untuk umum.

19. Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen

lansekap lainnya yang terletak di dalam Ruang Milik Jalan

maupun di dalam Ruang Pengawasan Jalan.

20. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu-

lintas umum.

21. Ruang milik jalan yang selanjutnya disebut Rumija adalah

ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar

manfaat jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,

pelebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas di masa

datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan

dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.

Page 8: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

22. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang

menurut bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum

terhadap barang, jasa, orang/badan, yang dapat dilihat,

dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum.

BAB II

ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat

diselenggarakan berdasarkan atas asas ketaqwaan dan

keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

memperhatikan nilai-nilai budaya, susila, moral, keadilan,

perlindungan hukum, dan kepastian hukum.

Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan

Pasal 3

(1) Pengaturan tentang ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah

Daerah dalam mencegah, mengawasi dan menindak setiap

kegiatan yang mengganggu ketertiban umum.

(2) Pengaturan tentang ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran

masyarakat pada usaha menciptakan, menjaga dan

memelihara ketertiban, ketenteraman, keteraturan, dan

kelestarian lingkungan hidup.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 4

(1) Setiap orang dan/atau badan memiliki hak yang sama

untuk merasakan dan menikmati ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat.

Page 9: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

(2) Setiap orang dan/atau badan mempunyai hak untuk

mendapatkan perlindungan terhadap ancaman bahaya,

kerusuhan sebagai akibat dari tidak tertibnya masyarakat

dan adanya perusakan lingkungan hidup.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 5

(1) Setiap orang dan/atau badan berkewajiban menciptakan,

memelihara dan melestarikan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat.

(2) Setiap orang dan/atau badan berkewajiban untuk berupaya

mencegah terjadinya gangguan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat serta pencemaran lingkungan

hidup.

BAB IV

KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 6

Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat dalam

Peraturan Daerah ini, meliputi :

a. tertib lalu lintas dan angkutan jalan;

b. tertib lingkungan hidup;

c. tertib jalur hijau, taman, dan tempat umum;

d. tertib sungai, saluran, waduk, embung, pantai dan mata air;

e. tertib Bangunan Gedung;

f. tertib pemilik dan penghuni Bangunan Gedung;

g. tertib usaha pariwisata, rekreasi dan hiburan umum;

h. tertib usaha tertentu;

i. tertib kesehatan;

j. tertib kependudukan; dan

k. tertib sosial.

Page 10: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

Bagian Kedua

Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 7

(1) Untuk mewujudkan tertib lalu lintas dan angkutan jalan

setiap orang/badan dilarang :

a. mempergunakan ruang milik jalan selain peruntukan

jalan umum;

b. berdagang, menyimpan atau menimbun barang, bahan

bangunan atau sejenisnya di atas parit, dijalan/bahu

jalan, jembatan/dibawah jembatan dan tempat-tempat

lain yang bukan peruntukannya dan dapat menganggu

pengguna jalan kecuali atas izin Bupati atau pejabat

yang berwenang;

c. melakukan perbuatan yang dapat mengganggu

berfungsinya alat perlengkapan jalan, pot-pot bunga,

tanda-tanda batas persil, pipa-pipa dan besi saluran air,

hydrant, gas, listrik, papan nama jalan, lampu

penerangan jalan dan alat-alat sejenis yang ditetapkan;

d. mendirikan Bangunan Gedung/kios/rombong dan

berdagang di trotoar atau dengan cara apapun;

e. menempatkan, menjadikan garasi, membiarkan

kendaraan dalam keadaan rusak, rongsokan,

memperbaiki kendaraan beberapa hari lamanya dan

mengecat kendaraan, tambal ban di bahu jalan dan

trotoar;

f. melakukan sesuatu hal yang menyebabkan air

menggenang ke jalan yang dapat mengganggu kelancaran

lalu lintas;

g. membongkar/memuat barang-barang di jalan, bahu

jalan dan trotoar;

h. menggunakan trotoar dan bahu jalan sebagai tempat

parkir kendaraan yang dapat mengganggu pengguna

jalan;

i. bermain dengan dan/atau tanpa memakai alat

permainan di jalan umum dan di trotoar, kecuali diatur

lain oleh produk hukum daerah atau mendapat izin dari

pejabat yang berwenang;

Page 11: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

j. membuat, mendirikan dan/atau menyediakan

pemberhentian kendaraan umum selain terminal, sub

terminal, dan halte;

k. menimbun, meletakkan bahan galian c di atas trotoar,

jembatan, badan jalan, bahu jalan dan parit, kecuali

kegiatan proyek;

l. melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat berakibat

merusak sebagian atau seluruh badan jalan termasuk

kelengkapan sarana keselamatan jalan dan

membahayakan keselamatan lalu-lintas;

m. melakukan penjemuran barang-barang di bahu jalan;

dan/atau

n. mengemudikan kendaraan delman/sado dan sejenisnya

yang membiarkan kotoran hewannya berceceran di jalan.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. penghentian kegiatan; dan/atau

d. tindakan pembongkaran.

Bagian Ketiga

Tertib Lingkungan Hidup

Pasal 8

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang menangkap ikan dan

hasil perikanan lainnya dengan menggunakan bahan kimia,

bahan peledak atau bahan/alat yang dapat merusak

kelestarian lingkungan.

(2) Setiap orang/badan dilarang melakukan penambangan

pasir di laut dan/atau di sungai tanpa izin pejabat yang

berwenang.

Pasal 9

Pemanfaatan sumber daya ikan pada kegiatan penangkapan

dan pengolahan ikan wajib mengikuti ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 12: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

Pasal 10

Setiap orang/badan dilarang merusak pepohonan, tanaman,

mencemari air dan/atau mecemari udara pada waktu

berlangsungnya penyampaian pendapat, unjuk rasa dan/atau

pengerahan massa.

Pasal 11

Setiap orang dan/atau Badan dilarang:

a. melaksanakan usaha dan/atau kegiatan yang tidak sesuai

dengan yang telah ditetapkan dalam izin lingkungan

dan/atau Surat Penyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

b. mencoret-coret, menulis, melukis, menempel iklan atau

sejenisnya di pohon; dan/atau

c. melakukan perbuatan yang menyebabkan matinya pohon

peneduh/pelindung jalan atau memotong habis sebagian

untuk keperluan yang tidak jelas, kecuali pekerjaan

pemangkasan atau membuang karena membahayakan

keselamatan manusia atau fasilitas umum.

Pasal 12

(1) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib

Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,

Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 11, dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. teguran tertulis;

b. daya paksa polisional; dan/atau

c. pembekuan izin.

(2) Sanksi administratif daya paksa polisional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa :

a. penghentian sementara kegiatan;

b. pemindahan sarana;

c. penutupan;

d. pembongkaran;

e. pengamanan terhadap barang atau alat yang berpotensi

menimbulkan pelanggaran; dan/atau

Page 13: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

f. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan

pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi

lingkungan hidup atau membayar ganti kerugian sesuai

tingkat kerusakan yang ada di lapangan.

Bagian Keempat

Tertib Jalur Hijau, Taman, dan Tempat Umum

Pasal 13

Untuk mewujudkan tertib jalur hijau, taman, dan tempat

umum, setiap orang/badan, dilarang :

a. mempergunakan fasilitas umum yang bukan

peruntukannya, kecuali telah mendapatkan izin dari Bupati

atau Pejabat berwenang;

b. berdiri, duduk, menjemur dan menerobos pagar pada jalur

hijau;

c. berusaha atau berdagang, menyimpan atau menimbun

barang di jalur hijau atau tepi saluran kecuali mendapatkan

izin dari Bupati atau Pejabat berwenang;

d. berbuat asusila di jalur hijau, taman dan tempat umum

lainnya;

e. mendirikan bangunan gedung/kios/rombong dan berjualan

atau perbuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan atau

berubahnya fungsi jalur hijau;

f. melakukan kegiatan bongkar/muat barang-barang di jalur

hijau atau turap sungai;

g. melakukan penggalian di jalur hijau atau taman, kecuali

mendapatkan izin dari Bupati atau Pejabat berwenang ;

h. mengotori dan merusak drainase, jalur hijau dan fasilitas

umum lainnya;

i. mencoret, menempelkan, menulis, menggambar dan

mengotori dinding tembok/pagar bangunan gedung

pemerintah, rumah ibadah, jalur hijau, sekolah termasuk

tiang listrik/telepon atau fasilitas umum lainnya, termasuk

alat peraga yang dipergunakan untuk kepentingan politik;

Page 14: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

j. menebang, memangkas, merusak pohon pelindung dan

tanaman lainnya yang berada di fasilitas umum dan jalur

hijau, kecuali instansi berwenang;

k. menyebarkan selebaran, brosur, pamflet atau sejenisnya di

sepanjang jalan umum, kecuali telah mendapatkan izin dari

instansi berwenang;

l. memasang kain bendera atau kain bergambar, maupun

segala bentuk reklame atau sejenisnya di sepanjang jalan,

rambu-rambu lalu lintas, tiang penerangan jalan, pohon

pelindung ataupun bangunan lain, kecuali di tempat yang

telah ditentukan untuk itu dan/atau telah mendapatkan izin

dari Bupati atau Pejabat berwenang;

m. melakukan perbuatan yang dapat mengganggu berfungsinya

peralatan wi-fi publik, videotron dan CCTV yang terpasang di

tempat umum;

n. mendirikan tempat tinggal/pemukiman/permukiman di

lokasi tempat pemrosesan akhir sampah.

Pasal 14

Setiap orang dilarang menjual bahan bakar minyak (BBM)

secara eceran di jalur hijau, tempat umum, sarana dan

prasarana umum dan tempat ibadah, sekolah, bangunan

gedung dan/atau rumah tinggal, pabrik beserta tanah

pekarangan sekitarnya.

Pasal 15

(1) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Jalur

Hijau, Taman, dan Tempat Umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dan Pasal 14 dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. teguran tertulis;

b. pembinaan dan/atau pengiriman ke panti

rehabilitasi/panti sosial; dan/atau

c. daya paksa polisional.

Page 15: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

(2) Sanksi administratif daya paksa polisional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:

a. penghentian sementara kegiatan;

b. pemindahan sarana;

c. penutupan;

d. pembongkaran;

e. mengamankan barang atau alat yang berpotensi

menimbulkan pelanggaran;

f. penghentian sementara seluruh kegiatan; dan/atau

g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan

pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi

lingkungan hidup atau membayar ganti kerugian sesuai

tingkat kerusakan yang ada di lapangan.

Bagian Kelima

Tertib Sungai, Saluran, Waduk, dan Mata Air

Pasal 16

(1) Untuk mewujudkan tertib sungai, saluran, waduk, dan mata

air, setiap orang/badan dilarang :

a. membuang/memasukkan limbah bahan berbahaya dan

beracun atau zat kimia, limbah domestik dan industri

berbahaya pada sumber air yang mengalir atau tidak, di

sungai, jaringan air kotor, saluran air minum, sumber

mata air, kolam-kolam air minum dan sumber air minum

lainnya kecuali telah mentaati persyaratan yang

ditetapkan dalam izin pembuangan limbah cair;

b. bertempat tinggal atau tidur di daerah penguasaan

sungai, saluran, waduk, dan mata air;

c. mengambil dan menggunakan air sungai, saluran,

waduk, dan mata air untuk keperluan usaha yang

bersifat komersial tanpa izin dari pejabat yang

berwenang;

d. melakukan tindakan yang akan mengakibatkan

pendangkalan dan/atau pencemaran sungai, saluran,

waduk, dan mata air; dan/atau

e. melakukan kegiatan pembendungan sungai tanpa izin

dari pejabat yang berwenang.

Page 16: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan tertib sungai,

saluran, waduk, dan mata air sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau

c. daya paksa polisional.

(3) Sanksi administratif daya paksa polisional sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat berupa :

a. penghentian sementara kegiatan;

b. pemindahan sarana;

c. penutupan;

d. pembongkaran;

e. mengamankan barang atau alat yang berpotensi

menimbulkan pelanggaran; dan/atau

f. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan

pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi

lingkungan hidup atau membayar ganti kerugian sesuai

tingkat kerusakan yang ada di lapangan.

Bagian Keenam

Tertib Bangunan Gedung

Pasal 17

(1) Untuk mewujudkan tertib bangunan gedung, setiap

orang/badan dilarang :

a. mendirikan bangunan gedung atau bangunan lain,

menanam pohon atau tumbuh-tumbuhan dalam

kawasan listrik tegangan tinggi pada radius sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. mendirikan stasiun televisi, stasiun radio siaran dan

stasiun relay radio siaran tanpa izin dari pejabat yang

berwenang; dan/atau

c. mendirikan papan reklame dan/atau alat promosi

lainnya yang dipasang tanpa izin dari pejabat yang

berwenang.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib

Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis;

Page 17: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

b. penghentian kegiatan; dan/atau

c. pembongkaran.

Bagian Ketujuh

Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan Gedung

Pasal 18

(1) Untuk mewujudkan tertib pemilik dan penghuni bangunan

gedung, setiap orang/badan wajib :

a. menjaga keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban

lingkungan, kesusilaan, kepatutan, dan kelestarian alam

dilingkungannya;

b. membuat resapan air hujan pada setiap bangunan

gedung baik bangunan yang ada atau yang akan

dibangun, disesuaikan dengan luasan lahan yang ada

sesuai ketentuan teknis berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c. membuang bagian dari pohon, semak-semak, dan/atau

tumbuh-tumbuhan yang dapat mengganggu keselamatan

umum atau dapat menimbulkan bahaya bagi

sekelilingnya; dan/atau

d. memelihara dan mencegah kerusakan rumija karena

penggunaan oleh pemilik/penghuni bangunan gedung

atau rumah.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan tertib

pemilik dan penghuni bangunan gedung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. teguran lisan; dan/atau

b. teguran tertulis.

Bagian Kedelapan

Tertib Usaha Pariwisata, Rekreasi dan Hiburan Umum

Pasal 19

(1) Setiap orang/badan yang melakukan kegiatan usaha

pariwisata, rekreasi dan hiburan umum dilarang :

a. melakukan kegiatan usaha yang melebihi batas

waktu/jam yang ditentukan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku; dan/atau

Page 18: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

b. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu ketertiban

umum dan ketenteraman masyarakat.

(2) Pengelola dan/atau pemilik usaha pariwisata, rekreasi dan

hiburan umum wajib :

a. melarang, mengawasi, dan melaporkan pengunjung yang

membawa senjata tajam, narkoba, minuman beralkohol

dengan kadar tertentu sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan, serta melakukan perbuatan

asusila dan perbuatan pidana lainnya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan/atau

b. melarang pengunjung yang menggunakan seragam

sekolah, Aparataur Sipil Negara, Tentara Nasional

Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, kecuali

untuk kepentingan kedinasan.

(3) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Usaha

Pariwisata, Rekreasi dan Hiburan Umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. teguran tertulis;

b. pembekuan sementara Tanda Daftar Usaha Pariwisata;

c. penghentian sementara kegiatan; dan/atau

d. penutupan.

Bagian Kesembilan

Tertib Usaha Tertentu

Pasal 20

(1) Setiap orang/badan sebelum melakukan kegiatan usaha

wajib memiliki izin atau yang sejenisnya.

(2) Setiap orang/badan yang memiliki izin usaha wajib

menjalankan usaha sesuai dengan ketentuan perizinan yang

berlaku.

(3) Setiap orang/badan dilarang menempatkan dan/atau

menyimpan, membiarkan benda atau alat untuk

berdagang/melakukan usaha ditempat yang bukan

peruntukannya.

Page 19: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

(4) Setiap orang/badan dilarang menjadikan warung tempat

usaha atau sejenisnya untuk dijadikan tempat berkumpul

pelajar pada jam-jam pelajaran.

(5) Setiap orang/badan wajib menjaga ketertiban dan

ketenteraman, kebersihan serta menjunjung tinggi norma-

norma yang berlaku.

(6) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Usaha

Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat

(3), ayat (4) dan ayat (5) dapat dikenakan sanksi

administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. penghentian kegiatan; dan/atau

d. pencabutan izin.

Bagian Kesepuluh

Tertib Kesehatan

Pasal 21

(1) Untuk mewujudkan tertib kesehatan, setiap orang/badan

dilarang :

a. menyelenggarakan dan/atau melakukan pelayanan

kesehatan tanpa izin;

b. menyelenggarakan dan/atau melakukan praktek

pengobatan tradisional tanpa izin dari instansi yang

berwenang;

c. memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan,

menimbun, menyimpan, mengoplos, menjual dan

menyajikan minuman yang memabukkan atau

berbahaya; dan/atau

d. menyelenggarakan usaha/praktik salon kecantikan, toko

obat, spa, panti atau pijat tanpa izin.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib

Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikenakan sanksi administratif berupa :

a. teguran tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau

Page 20: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

c. penutupan.

Bagian Kesebelas

Tertib Kependudukan

Pasal 22

(1) Setiap orang yang berkunjung atau bertamu lebih dari 1 x

24 jam wajib melaporkan diri kepada pengurus Rukun

Tetangga/Rukun Warga setempat.

(2) Setiap penghuni rumah kost/kontrakan wajib melaporkan

diri kepada pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga

setempat dan mengurus administrasi kependudukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Setiap pemilik/pengelola rumah kost/kontrakan, rumah

susun dan apartemen wajib melaporkan penghuninya

kepada Kepala Desa/Lurah melalui pengurus Rukun

Tetangga/Rukun Warga setempat secara periodik 3 (tiga)

bulan.

(4) Setiap pemilik/pengelola rumah kost dan/atau kontrakan

dilarang menerima penghuni rumah kost/kontrakan yang

berbeda lawan jenis dalam satu kesatuan bangunan/satu

kamar kecuali sudah berkeluarga yang dibuktikan dengan

dokumen yang sah.

(5) Setiap orang yang bermaksud atau telah tinggal dan

menetap di daerah wajib memenuhi persyaratan

administrasi kependudukan serta dilarang

menyalahgunakan data dan dokumen kependudukan.

(6) Persyaratan administrasi kependudukan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) termasuk Surat Keterangan Tempat

Tinggal (SKTT).

(7) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan tertib

kependudukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dapat dikenakan

sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

Page 21: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

c. denda administratif sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan/atau

d. penutupan rumah kost/kontrakan.

Bagian Kedua Belas

Tertib Sosial

Pasal 23

(1) Untuk mewujudkan tertib sosial, setiap orang/badan

dilarang :

a. bertempat tinggal di tempat yang bukan peruntukannya

dan melakukan kegiatan yang mengganggu ketertiban

dan ketenteraman masyarakat;

b. mencari penghasilan dan/atau meminta-minta di

persimpangan jalan, lampu lalu lintas dan fasilitas

umum lainnya;

c. menghimpun dan/atau mengoordinir tuna sosial untuk

dimanfaatkan dengan jalan meminta-minta/mengamen;

d. memberikan uang kepada gelandangan, pengemis,

pengamen, pengelap mobil dan/atau sejenisnya di jalan

dan/atau tempat umum lainnya;

e. meminta dana dari masyarakat untuk kegiatan tertentu

tanpa izin Bupati atau pejabat berwenang;

f. mempromosikan dan/atau menjual produk di

lingkungan instansi Pemerintah Daerah tanpa izin

pejabat yang berwenang; dan/atau

g. menyelenggarakan dan/atau menyediakan

fasilitas/tempat untuk melakukan segala bentuk

kegiatan perjudian.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan

sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. membuat pernyataan tertulis;

d. daya paksa polisional berupa pengusiran;

Page 22: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

e. uang atau barang yang diperoleh diamankan dan dapat

diminta kembali setelah mendapatkan persetujuan dari

pejabat yang berwenang;

f. denda administratif sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta

rupiah); dan/atau

g. pembinaan atau pengiriman ke panti rehabilitasi/pantai

sosial.

Pasal 24

(1) Setiap pengelola lembaga pendidikan, wajib :

a. mengawasi agar tidak terjadi praktek asusila,

penyalahgunaan narkotika, tawuran pelajar dan tindak

pidana lainnya; dan

b. berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah, Badan

Nasional Narkotika dan Kepolisian dalam melaksanakan

pencegahan, penindakan, dan pemberantasan asusila,

pencegahan penyalahgunaan narkotika dan tindak

pidana lainnya.

(2) Setiap pelajar dilarang berada diluar lingkungan sekolah

pada jam Sekolah kecuali memiliki Izin dari pihak sekolah.

(3) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan tertib sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat

dikenakan sanksi administratif berupa;

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. pembinaan;

d. pencabutan izin; dan/atau

e. penutupan.

Pasal 25

(1) Setiap orang/badan dilarang :

a. menyelenggarakan dan/atau menggunakan

rumah/tempat sebagai tempat-tempat pelacuran;

b. menjadi tuna susila;

c. menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang

lain untuk menjadi tuna susila;

d. memakai jasa tuna susila; dan

Page 23: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

e. berada di tempat atau kamar kost dan/atau kontrakan,

hotel, wisma dan sejenisnya dengan pasangan lain jenis

atau bukan muhrimnya dan/atau dengan pasangan

sejenis (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender/LGBT)

yang melakukan perbuatan asusila.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan tertib sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf

d dan huruf e dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan; dan/atau

b. Pembinaan atau pengiriman ke panti rehabilitasi/panti

sosial.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2),

Pasal 12, Pasal 15, Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 17 ayat

(2), Pasal 18 ayat (2), Pasal 19 ayat (3), Pasal 20 ayat (6), Pasal

21 ayat (2), Pasal 22 ayat (9), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat

(3), dan Pasal 25 ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 27

(1) Masyarakat berhak dan bertanggung jawab untuk berperan

serta dalam menciptakan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat.

(2) Setiap orang/badan dapat melaporkan kepada petugas

Satpol PP dan/atau Perangkat Daerah apabila terjadi

pelanggaran ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat.

(3) Pemerintah Daerah wajib memberikan jaminan keamanan

dan perlindungan hukum kepada pelapor sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

menindaklanjuti dan memproses secara hukum terhadap

laporan yang disampaikan oleh orang dan/atau badan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Page 24: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan

pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan pembinaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah

mengoordinasikan dengan instansi terkait.

(3) Pembinaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

di Daerah dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, dan

penyuluhan.

(4) Pembinaan dan Pengawasan Peraturan Daerah ini dilakukan

oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan instansi terkait sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

(5) Bupati dapat membentuk Tim Razia Gabungan yang

melibatkan instansi terkait dalam rangka penegakan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

BAB VII

PENYIDIKAN

Pasal 29

(1) Selain Penyidik POLRI, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu

di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus

sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

pidana di bidang pelanggaran Peraturan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum

Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan/ pengaduan berkenaan dengan

tindak pelanggaran ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan

mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran

perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pelanggaran ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat;

Page 25: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi

atau badan sehubungan dengan tindak pelanggaran

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan

dengan tindak pelanggaran ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang

bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan tindak pelanggaran ketertiban umum

dan ketenteraman masyarakat;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak

pelanggaran ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pelanggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan, antara lain menahan untuk

sementara waktu Kartu Tanda Penduduk atau Kartu

Identitas Kependudukan lainnya, menahan izin usaha dan

izin-izin lainnya, memasang / menempelkan stiker / papan

pengumuman pernyataan sebagai pelanggar dan atau

mengumumkan di media massa.

Page 26: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui

Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 30

(1) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 huruf i dan huruf m, melanggar ketentuan Tertib

Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1), melanggar ketentuan Tertib Sungai, Saluran,

Waduk dan Mata Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

huruf a, dan huruf d, melanggar ketentuan Tertib

Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat

(7), melanggar ketentuan Tertib Sosial sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25 huruf c dipidana sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan Tertib

Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan

atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah).

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 27: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pati.

Ditetapkan di Pati

pada tanggal 25 Juni 2018

BUPATI PATI,

Ttd.

HARYANTO

Diundangkan di Pati

pada tanggal 25 Juni 2018

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PATI,

Ttd.

SUHARYONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN 2018 NOMOR 7

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI, PROVINSI JAWA TENGAH :

(7/2018)

Page 28: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI

NOMOR 7 TAHUN 2018

TENTANG

KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

I. UMUM

Salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah

Daerah adalah penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman

Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten

Pati berkomitmen untuk menyelenggarakan urusan wajib tersebut dalam

rangka penegakkan Peraturan Daerah, menjaga ketenteraman dan

ketertiban guna terwujudnya Kesejahteraan.

Kondisi tersebut akan menjadi daya tarik bagi masyarakat luar

daerah untuk datang dan berkunjung serta menanamkan investasi yang

pada akhirnya memberikan kontribusi dalam pengembangan dan

pembangunan. Di Kabupaten Pati pengaturan mengenai ketertiban umum

harus diarahkan guna pencapaian kondisi yang kondusif bagi seluruh

aspek kehidupan masyarakat Kabupaten Pati. Dinamika perkembangan

dan kebutuhan masyarakat Pati yang dinamis dirasakan memerlukan

peraturan daerah yang menjangkau secara seimbang antara subjek dan

objek hukum yang diatur.

Oleh karena itu, dalam upaya menampung aspirasi dan mengatasi

kompleksitas permasalahan dinamika perkembangan masyarakat

diperlukan Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan Ketenteraman

Masyarakat. Peraturan Daerah ini diharapkan implementasi terhadap

penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat dapat

diterapkan secara optimal guna menciptakan Pati aman, damai dan

sejahtera. Peraturan Daerah ini mempunyai posisi yang sangat strategis

dan penting untuk memberikan motivasi dalam menumbuh kembangkan

budaya disiplin masyarakat Pati.

Page 29: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

huruf a

Cukup jelas.

huruf b

Cukup jelas.

huruf c

Cukup jelas.

huruf d

Yang dimaksud dengan “asusila” adalah sesuatu bertentangan

dengan nilai moral dan rasa kesusilaan masyarakat. Sifat asusila

yang menampilkan sensualitas, seks, eksploitasi tubuh manusia

yang sifatnya tidak senonoh yang dianggap tabu oleh masyarakat

yang masih menjujung tinggi nilai moral dan menyinggung rasa

malu kesusilaan orang lain.

Page 30: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

huruf e

Cukup jelas.

huruf f

Cukup jelas.

huruf g

Cukup jelas.

huruf h

Cukup jelas.

huruf i

Cukup jelas.

huruf j

Cukup jelas.

huruf k

Cukup jelas.

huruf l

Cukup jelas.

huruf m

Cukup jelas.

huruf n

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

huruf a

Yang dimaksud dengan ”limbah cair” adalah sisa dari suatu

hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair dan

diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan.

huruf b

Cukup jelas.

huruf c

Cukup jelas.

huruf d

Cukup jelas.

Page 31: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Usaha Pariwisata, Rekreasi dan Hiburan

Umum”, antara lain :

a. daya tarik wisata, terdiri dari :

1. wisata alam;

2. wisata buatan; dan

3. wisata budaya;

b. kawasan pariwisata;

c. jasa transportasi wisata, terdiri dari :

1. angkutan jalan wisata; dan

2. angkutan wisata air;

d. jasa perjalanan wisata, antara lain :

1. biro perjalanan wisata; dan

2. agen perjalanan wisata;

e. jasa makanan dan minuman, antara lain :

1. restoran;

2. rumah makan;

3. kafetaria;

4. pusat jajanan makanan; dan

5. jasa boga/catering;

f. penyediaan akomodasi, antara lain :

1. hotel, antara lain :

a) hotel bintang; dan

b) hotel non bintang;

2. bumi perkemahan;

3. persinggahan karavan;

Page 32: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

4. wisma dan vila;

5. pondok wisata; dan

6. akomodasi lain/motel;

g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, antara lain :

1. gelanggang olahraga, antara lain :

a) lapangan golf;

b) rumah bilyar;

c) gelanggang renang;

d) lapangan tenis;

e) pacuan kuda;

f) gelanggang bowling;

g) futsal; dan

h) pusat kebugaran (fitness center);

2. gelanggang seni, antara lain :

a) sanggar seni;

b) galeri seni; dan

c) gedung pertunjukan seni;

3. arena permainan, antara lain :

a) sirkuit;

b) ATV (all terrain vehicle); dan

c) sirkus, akrobat dan sulap;

4. refleksi;

5. taman rekreasi, antara lain :

a) taman rekreasi; dan

b) taman bertema;

6. arena bernyanyi; dan

7. jasa impresariat/promotor;

h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi

dan pameran;

i. jasa informasi pariwisata;

j. jasa konsultan pariwisata;

k. jasa pramuwisata;

l. wisata tirta, adalah wisata sungai dan waduk, antara lain :

1. wisata arung jeram; dan

2. wisata dayung;

m. spa.

Page 33: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 20

Yang dimaksud “usaha tertentu” adalah usaha retail/toko kelontong,

usaha warung makan, usaha foto copy, usaha percetakan, usaha

penitipan kendaraan, usaha perdagangan pulsa, usaha promosi, usaha

rental mobil dan sejenisnya.

Pasal 21

Ayat (1)

huruf a

Cukup jelas.

huruf b

Cukup jelas.

huruf c

Yang dimaksud “menjual dan menyajikan minuman yang

memabukkan atau berbahaya” terutama kepada Pelajar

dan/atau anak di bawah umur.

huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

huruf a

Cukup jelas.

huruf b

Cukup jelas.

huruf c

Yang dimaksud dengan “Tuna Sosial” adalah penyandang

masalah kesejahteraan sosial termasuk diantaranya

gelandangan, pengemis, anak jalanan dan pengamen.

Page 34: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

Yang dimaksud dengan “Gelandangan” adalah orang-orang

yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma

kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta

tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di

wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.

Yang dimaksud “Pengemis” adalah setiap orang yang

mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka

umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap

belas kasihan dari orang lain.

Yang dimaksud “Anak jalanan” adalah berusia dibawah 18

tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan dan

ditempat-tempat umum lainnya.

huruf d

Cukup jelas.

huruf e

Cukup jelas.

huruf f

Cukup jelas.

huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Lembaga Pendidikan” adalah lembaga

pendidikan formal dan lembaga Pendidikan non formal baik Negeri

maupun swasta.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1)

huruf a

Cukup jelas.

Page 35: SALINAN - jdih.patikab.go.id fileDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pati yang berkelanjutan

huruf b

Cukup jelas.

huruf c

Cukup jelas.

huruf d

Yang dimaksud dengan “Tuna Susila” adalah seseorang

yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau

lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di luar

perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan

uang, materi, atau jasa.

huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 120