salinan - sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id · bab i pendahuluan a. latar belakang ... pendidikan...

20
1

Upload: tranphuc

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

2

SALINAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NOMOR 130 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA (POKJA) PENDIDIKAN

KELUARGA PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAN

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA

DIREKTUR JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Menimbang : a. bawa dalam rangka pembinaan pendidikan keluarga oleh dinas pendidikan

provinsi dan/atau dinas pendidikan kabupaten/kota melibatkan antar

bidang dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan

lembaga/organisasi masyarakat;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan pada Pasal 17 Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 tentang

Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan, perlu menetapkan

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk

Teknis Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Keluarga;

3

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 15);

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 91/M Tahun 2015

tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini

dan Pendidikan Masyarakat;

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

593);

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tentang

Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1378).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENDIDIKAN KELUARGA

PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAN DINAS PENDIDIKAN

KABUPATEN/KOTA.

Pasal 1

(1) Petunjuk Teknis Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Keluarga pada Dinas

Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana tercantum

dalam lampiran peraturan ini, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

4

(2) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagaimana yang dimaksud ayat (1) yaitu Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota yang belum membentuk kelompok kerja pendidikan

keluarga.

Pasal 2

Petunjuk Teknis Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Keluarga sebagaimana

dimaksud pada Pasal 1 merupakan pedoman bagi Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dalam pembentukan kelompok kerja pendidikan keluarga sesuai

kewenangannya.

Pasal 3

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal November 2017 Direktur Jenderal,

ttd

Harris Iskandar

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Bagian Hukum, Tatalaksana, dan Kepegawaian,

ttd

Agus Salim NIP 196308311988121001

5

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 130 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA (POKJA) PENDIDIKAN KELUARGA PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh berfungsinya peran keluarga, satuan

pendidikan, dan masyarakat sebagai tri-sentra pendidikan. Keluarga adalah merupakan

lembaga pendidikan yang pertama dan utama, sekaligus orang tua adalah pendidik yang

pertama dan yang paling utama bagi anak-anaknya. Menyadari arti penting dan strategisnya

peran keluarga dan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan, pada tahun 2015 Pemerintah

melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membentuk Direktorat

Pembinaan Pendidikan Keluarga di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini

dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas).

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pendidikan keluarga dengan

tujuan untuk memperkuat kerjasama antara keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat

sebagai tri sentra pendidikan dalam rangka membangun insan dan ekosistem pendidikan

keluarga yang mampu menumbuhkan karakter dan budaya literasi peserta didik berdasarkan

prinsip kemitraan dan gotong royong.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga memiliki

fungsi: (a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pendampingan pembelajaran, sumber

6

belajar, dan pendanaan pendidikan keluarga; (b) koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di

bidang pendampingan pembelajaran, sumber belajar, dan pendanaan pendidikan keluarga; (c)

peningkatan kualitas pendidikan karakter anak dan remaja; (d) fasilitasi sumber belajar dan

pendanaan pendidikan keluarga; (e) fasilitasi penjaminan mutu pendidikan keluarga; (f)

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendampingan pembelajaran,

sumber belajar, dan pendanaan pendidikan keluarga; (g) pemberian bimbingan teknis dan

supervisi di bidang pendidikan keluarga; (h) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang

pendidikan keluarga; dan (i) pelaksanaan administrasi Direktorat.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

mengembangankan kegiatan yang diarahkan untuk memastikan tercapainya visi dan misi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui: (1) peningkatan pemahaman orang tua

khususnya yang masih memiliki anak usia sekolah (di bawah 21 tahun) terhadap peran dan

fungsi keluarga dalam pendidikan anak; (2) peningkatan pengetahuan dan pemahaman

pelaku pendidikan keluarga tentang pengasuhan positif dan berbagai kiat mendidikan anak

dengan baik dan benar; (3) peningkatan pelibatan keluarga (orang tua) dalam pendidikan

anak di keluarga, satuan pendidikan (sekolah) dan masyarakat untuk mendukung

penumbuhan karakter (budi pekerti) dan budaya prestasi anak; dan (4) penyebarluasan

informasi barbagai praktik baik mendidik anak sebagai inspirator dan motivator bagi

keluarga maupun pelaku pendidikan keluarga lainnya.

Sasaran utama program pendidikan keluarga adalah keluarga/orangtua yang memiliki anak

usia sampai dengan 21 tahun atau yang masih berstatus sebagai peserta didik PAUD, SD,

SMP, SMA, SMK, PKLK dan pendidikan kesetaraan (Paket A, Paket B, dan Paket C) pada

jalur PNF).

Pelaksanaan pendidikan keluarga melibatkan satuan pendidikan mulai jenjang PAUD hingga

sekolah menengah, baik pada jalur pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, serta

lembaga/organisasi/individu pegiat pendidikan keluarga, sehingga pembinaan pendidikan

keluarga di tingkat provinsi maupaun kabupaten dan kota melibatkan lintas bidang pada

dinas pendidikan, bahkan lintas instansi/lembaga sesuai dengan kewenangannya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Pelibatan

Keluarga pada Penyelenggaran Pendidikan mengatur pelaksanaan pelibatan keluarga pada

satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Agar implementasi Permendikbud tersebut

7

efektifitas dan kesinambungan program pendidikan keluarga perlu dibentuk Kelompok Kerja

(Pokja) Pendidikan Keluarga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Tugas utama Pokja

adalah membantu dinas pendidikan provinsi dan atau kabupaten/kota dalam pembinaan

dan/atau pendampingan pelaksanaan pendidikan keluarga pada satuan pendidikan sesuai

dengan kewenangannya.

Untuk membentuk Pokja Pendidikan Keluarga tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak

Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat diperlukan Petunjuk Peknis Kelompok Kerja

Pendidikan Keluarga. Petunjuk teknis tersebut dimaksudkan sebagai acuan untuk membentuk

Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga di tingkat Provinsi dan atau Kelompok Kerja

Pendidikan Keluarga di tingkat Kabupaten/Kota.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4586), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

4. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter;

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang

8

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 593);

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

1072);

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 47 Tahun 2015 tentang Rincian

Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan

Pendidikan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1802);

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 101);

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite

Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2117);

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Petunjuk

Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2017;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang

Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaran Pendidikan.

C. Tujuan

Tujuan Petunjuk Teknis Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga adalah untuk

memberikan acuan kepada dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota dalam menyusun

organisasi dan jumlah anggota Pokja Pendidikan Keluarga Provinsi dan Pokja Pendidikan

Keluarga Kabupaten/Kota dari unsur lintas bidang, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat,

pengawas/penilik, dan fasilitator yang diketuai oleh Sekretaris Dinas Pendidikan yang

dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan.

Selain itu, Petunjuk Teknis Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga ditujukan

untuk memberikan arahan dalam melaksanakan kegiatan dan evaluasi program kelompok

kerja.

9

BAB II

KELOMPOK KERJA PENDIDIKAN KELUARGA

A. Pengertian

Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan:

1. Pelibatan Keluarga adalah proses dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

2. Penyelenggaraan Pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan

pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar

proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

3. Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab

satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah

hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan

pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan nasional revolusi

mental.

4. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

kesetaraan.

5. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta

didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

6. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai

perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

7. Keluarga adalah unit terkecil dalam Masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami

istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah

dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

8. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang selanjutnya disebut Kementerian

adalah kementerian yang bertanggung jawab terhadap urusan pemerintahan di bidang

pendidikan dan kebudayaan.

9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur pengelenggara pemerintahan

daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom.

10. Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota dalam rangka

penyelenggaraan program pendidikan keluarga di satuan pendidikan, keluarga, dan

10

masyarakat.

11. Penilik adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, dan

wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan

akademik dan managerial pada satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal

(Kelompok Belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, lembaga kursus dan pelatihan,

majelis taklim, dan Satuan PNF sejenis lainnya).

12. Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung

jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

pengawasan akademik dan managerial pada satuan pendidikan untuk jenjang

pendidikan formal (TK. SD, SMP, SMA, SMK, SLB).

13. Fasilitator adalah sumber daya manusia yang telah mengikuti pelatihan calon pelatih

pendidikan keluarga dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.

14. Praktisi atau ahli pendidikan adalah sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi

dalam bidang pendidikan keluarga.

B. Peran dan Fungsi

1. Peran

Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga memiliki peran sebagai berikut:

a) Pemberi pertimbangan (advisory body) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah

berdasarkan kewenangannya.

b) Pendukung (supporting agency), baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun

finansial dalam penyelenggaraan pendidikan keluarga.

c) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan keluarga.

d) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan pemangku kepentingan dengan

masyarakat.

2. Fungsi

Untuk menjalankan perannya, Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga memiliki fungsi

sebagai berikut:

a) Mendorong terwujudnya kerjasama penyelenggara pendidikan antara satuan

pendidikan, keluarga, dan masyarakat dalam mewujudkan insan dan ekosistem

11

pendidikan keluarga yang dapat menumbuhkan karakter dan budaya literasi peserta

didik berdasarkan prinsip kemitraan dan gotong royong;

b) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi), pemerintah dan

DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan program pendidikan keluarga;

c) Melakukan koordinasi/menjalin kemitraan dengan berbagai instansi terkait dalam

pelaksanaan program pendidikan keluarga di keluarga, satuan pendidikan, dan

masyarakat;

d) Melakukan koordinasi dan penguatan kepada pengawas, penilik, fasilitator dalam

rangka pendampingan, asistensi dan supervisi pelaksanaan program pendidikan

keluarga di keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat;

e) Melakukan pendampingan, supervise, dan asistensi pelakanaan pendidikan keluarga

kepada keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat;

f) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan keluarga yang diajukan oleh keluarga dan masyarakat;

g) Melakukan evaluasi, pengawasan, pelaporan, dan rekomendasi terhadap kebijakan

serta penyelenggaraan program pendidikan keluarga.

C. Tujuan Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga

Tujuan dibentuknya Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga ini adalah untuk:

1. Meningkatkan efektivitas koordinasi pelaksanaan pendidikan keluarga dengan berbagai

instansi/lembaga/organisasi terkait.

2. Meningkatkan kapasitas pengawas sekolah, penilik pendidikan nonformal,

pelatih/fasilitator pendidikan keluarga dalam rangka pendampingan, asistensi dan

supervisi pelaksanaan program pendidikan keluarga di keluarga, satuan pendidikan dan

masyarakat.

3. Meningkatkan efektivitas pembinaan dan pendampingan pelaksanaan pelibatan

keluarga/orang tua pada satuan pendidikan sesuai dengan kewenangannya.

D. Organisasi Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga

Pokja Pendidikan Keluarga adalah bagian dari dan berkedudukan di dinas pendidikan. Pokja

Pendidikan Keluarga pada dinas pendidikan provinsi disebut Pokja Pendidikan Keluarga

12

Provinsi, sedangkan Pokja Pendidikan Keluarga pada dinas pendidikan kabupaten/kota

disebut Pokja Pendidikan Keluarga Kabupaten/Kota.

Pokja Pendidikan Keluarga beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan

sebanyak-banyaknya 15 (lima belas) orang dipimpin oleh seorang ketua (diharapakan

sekretaris dinas pendidikan atau pejabat lain yang ditunjuk), seorang sekretaris, dan

beberapa orang anggota (sesuai dengan kebutuhan) yang terdiri dari unsur: dinas

pendidikan, UPT Pendidikan Pusat/Daerah, dinas atau instansi terkait, pengawas/penilik,

dan pelatih/fasilitator/pegiat pendidikan keluarga, dan unsur lainnya yang relevan.

Contoh: 1. Keanggotaan Kelompok Kerja Provinsi

No Nama Jabatan Struktural/Fungsional Jabatan dalam Pokja

1 Kepala Dinas Pendidikan Pembina 2 Sekretaris Dinas Pendidikan Ketua Pokja 3 Sekretaris Pokja 4 Kepala Bidang SMA Anggota 5 Kepala Bidang SMK Anggota

6 Kepala Bidang PKLK Anggota 7 UPT Pusat (PP/BP PAUD dan Dikmas) Anggota 8 Pengawas SMA*) Anggota 9 Pengawas SMK/PKLK*) Anggota 10 Fasilitator**) Anggota 11 Tenaga Administrasi Anggota 12 Tenaga Administrasi Anggota

*) Pengawas yang pernah mengikuti sosialisasi program pendidikan keluarga **) Fasilitator yang pernah mengikuti TOT yang diselenggaraakan oleh Direktorat Bindikkel

Jika wilayah pembinaan cukup luas/jumlah satuan pendidikan banyak, maka anggota pengawas dan/atau fasilitator dapat ditambah masing-masing menjadi dua orang.

2. Keanggotaan Kelompok Kerja Kabupaten/Kota

No Nama Jabatan Struktural/Fungsional Jabatan dalam Pokja

1 Kepala Dinas Pendidikan Pembina 2 Sekretaris Dinas Pendidikan Ketua Pokja 3 Sekretaris Pokja 4 Kepala Bidang SD Anggota 5 Kepala Bidang SMP Anggota 6 Kepala Bidang PNF/PAUDNI Anggota 7 Pengawas SD*) Anggota 8 Pengawas SMP*) Anggota 9 Penilik PNF/PAUDNI*) Anggota

10 Fasilitator**) Anggota 11 Tenaga Administrasi Anggota 12 Tenaga Administrasi Anggota

13

*) Penilik diutamakan yang pernah mengikuti sosialisasi program pendidikan keluarga **) Fasilitator diutamakan yang pernah mengikuti TOT yang diselenggaraakan oleh Direktorat Bindikkel

Jika wilayah pembinaan cukup luas/jumlah satuan pendidikan banyak, maka anggota pengawas, penilik, dan/atau fasilitator dapat ditambah masing-masing menjadi dua orang.

E. Hubungan dan Tata Kerja Organisasi

Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

menyusun Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dalam membuat kebijakan

sebagai perwujudan pelaksanaan tugas dan fungsi program pendidikan keluarga yang

dilaksanakan pembinaannya oleh dinas provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota melakukan pembinaan

implementasi program pendidikan keluarga kepada satuan pendidikan dengan mengacu

kepada NSPK. Satuan pendidikan melaksanakan pelayanan pendidikan keluarga kepada

masyarakat berdasarkan kebijakan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.

14

F. Jadwal dan Mekanisme Kerja

Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dapat

digambarkan sebagai berikut.

15

BAB III

PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KELOMPOK KERJA

A. Pembinaan Kelompok Kerja dan Strategi Pembinaan

1. Pembinaan Kelompok Kerja

Keberadaan Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Keluarga diharapkan dapat membantu

dinas pendidikan provinsi dan atau dinas pendidikan kabupaten/kota untuk meningkatkan

efektivitas dan kesinambungan program pendidikan keluarga. Untuk itu, diperlukan

pemberdayaan dan peningkatan kapasitas Pokja.

Daalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kapasitas Pokja Direktorat Pembinaan

Pendidikan Keluarga berkewajiban melakukan pembinaan Pokja provinsi dan

kabupaten/kota. Dengan demikian Pokja dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan

baik, sehingga dapat mengoptimalkan implementasi dari peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Pelibatan Keluarga pada

Penyelenggaraan Pendidikan.

2. Pelaksanaan Tugas Kelompok Kerja

Sesuai dengan tugas dan fungsi Pokja Pendidikan Keluarga melakukan pembinaan

pelaksanaan program pendidikan keluarga di satuan pendidikan. Pembinaan dilakukan

melalui monitoring dan supervisi. Monitoring ini diperlukan untuk memastikan

pelaksanaan program yang telah disusun oleh Pokja dapat dilaksanakan di satuan

pendidikan. Selain dari itu program monitoring juga dilakukan untuk melihat

implementasi program pelibatan keluarga di satuan pendidikan sesuai dengan rencana

tindak lanjut yang disusun oleh satuan pendidikan. Hasil monitoring diharapkan dapat

menjadi masukan untuk penguatan program Pokja dan pelaksanaan pendidikan keluarga

dapa satuan pendidikanpada tahun berikutnya.

Pembinaan implementasi program di satuan pendidikan juga dilakukan oleh Pokja

melalui supervisi implementasi program di satuan pendidikan. Program supervisi yang

dilakukan oleh penilik atau pengawas diintegrasikan dengan program tugas sebagai

penilik atau pengawas di satuan pendidikan dengan menggunakan instrument

16

pendampingan yang disediakan.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam mengatasi berbagai persoalan di satuan

pendidikan, Pokja juga melakukan pendampingan di satuan pendidikan dengan

menggunakan tenaga fasilitator atau praktisi pendidikan keluarga. Program

pendampingan Pokja Keluarga diharapkan dapat memberikan masukan bagi satuan

pendidikan dalam mengoptimalkan pelibatan keluarga di satuan pendidikan.

B. Pelaksanaan Tugas Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga

1. Memastikan implementasi peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30

Tahun 2017 di satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.

2. Meningkatkan kemitraan keluarga dengan satuan pedidikan dan masyarakat untuk

mensinergikan dan menyeleraskan program pendidikan di keluarga, satuan pendidikan,

dan masyarakat dalam rangka mewujudkan insan dan ekosistem pendidikan keluarga

yang aman, nyaman, menyenangkan, dan menumbuhkan karakter dan budaya prestasi.

3. Melakukan koordinasi pembinaan dan pendampingan pelaksanaan pendidikan keluarga

pada satuan pendidikan dengan dinas/instansi/lembaga/organisasi terkait.

4. Melakukan koordinasi dan memberdayakan pengawas, penilik, pelatih/fasilitator/pegiat

pendidikan keluarga dalam rangka pendampingan dan supervisi pelaksanaan program

17

pendidikan keluarga.

5. Melakukan pembinaan dan pendampingan pendidikan keluarga, khususnya terkait

dengan pelibatan keluarga dan masyarakat di satuan pendidikan.

6. Menampung dan menganalisis berbagai aspirasi, ide, dan kebutuhan pendidikan keluarga

dari satuan pendidikan dan masyarakat.

7. Melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan program

pendidikan keluarga.

8. Menyusun rekomendasi pelaksanaan program pendidikan keluarga tahun berikutnya.

C. Indikator Keberhasilan

1. Adanya program kerja di satuan pendidikan yang telah mengintegrasikan peraturan

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor 127

Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Implementasi Pelibatan Keluarga pada

Penyelenggaraan Pendidikan.

2. Adanya koordinasi antara Pokja Pendidikan Keluarga dengan instansi terkait tentang

penyelenggaraan pendidikan keluarga.

3. Adanya program kerja pembinaan dan supervisi pelaksanaan program pendidikan

keluarga di satuan pendidikan.

4. Adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh Pokja Pendidikan Keluarga terhadap

pengawas, penilik, dan pelatih/fasilitator/pegiat pendidikan keluarga, kepala satuan

pendidikan, guru tentang pelaksanan program pendidikan keluarga.

5. Adanya pembinaan dan pendampingan yang dilakukan dinas pendidikan dan instansi

terkait untuk memastikan implementasi program pendidikan keluarga sesuai dengan

petunjuk teknis.

6. Terlaksananya pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan sesuai dengan Permendikbud No. 30 Tahun 2017.

7. Adanya supervisi dan asistensi pelaksanaan program oleh penilik, pengawas, dan

pelatih/fasilitator pendidikan keluarga dalam rangka peningkatan kualitas pelibatan

keluarga pada satuan pendidikan dan masyarakat.

8. Adanya laporan kelompok kerja tentang pelaksanaan program di satuan pendidikan.

18

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan pengukuran kemajuan pelaksanaan

program Pendidikan keluarga yang telah ditetapkan pada tengah tahun/tengah periode dalam

rangka membantu pengelola program untuk menjawab segala pertanyaan berkaitan dengan

kegiatan yang dilakukan. Hasil dari monitoring digunakan sebagai bahan dalam penyusunan

laporan pelaksanaan program, disamping sebagai masukan dalam kegiatan evaluasi program

pendidikan keluarga.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh pengawas dan penilik sebagai anggota Pokja

yang menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh ioleh pejabat

berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan

pendidikan jalur pendidikan formal dan nonformal, dalam hal ini melaksanakan program

pendidikan keluarga sebagai tindal lanjut bimbingan tehnis pendidikan keluarga di satuan

pendidikan (Rencana Tindak Lanjut/RTL). Pelaksanaan monitoring dilaksanakan sesuai

dengan pelaksanaan program pada semester ganjil dan semester genap.

Hasil monitoring dan evaluasi yang menggunakan lembar pendampingan yang telah

disiapkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga (Lampiran 2) diolah oleh

kelompok kerja menjadi Laporan Kelompok Kerja yang formalnya telah disediakan

(Lampiran 1).

19

Monitoring dan evaluasi menggunakan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Kegunaan (Utility): ukuran baku untuk mengarahkan evaluasi menjadi jelas, tepat waktu

dan mempunyai pengaruh. Ukuran baku yang termasuk kegunaan ini antara lain:

indentifikasi pengamat, kredibilitas evaluator, seleksi dan lingkup informasi, interpretasi

penilaian, kejelasan laporan, ketepatan laporan dan dampak evaluasi.

2. Kelayakan (Feasibility): ukuran baku yang mengakui bahwa evaluasi dilakukan dalam

setting alami, dan evaluasi tersebut membutuhkan sumber-sumber yang berharga. Ukuran

baku dalam kelayakan ini adalah prosedur praktis, kelangsungan politis, dan keefektifan

biaya. Secara umum kelayakan menghendaki agar evaluasi itu realistik, bijaksana,

diplomatis, dan hemat.

3. Kepatutan (Propriety): ukuran baku yang merujuk bahwa evaluasi dilakukan secara sah,

beretika, jujur, lengkap, dan mendukung kepentingan semua pihak yang terlibat dalam

evaluasi.

4. Ketepatan (Accuracy): dilakukan sejak menyusun dan menvalidasi instrumen, mengolah

dan menganalisis data, sampai kepada pengambilan keputusan menggunakan informasi

yang akurat dan rasional baik melalui penilaian pakar dan panelis guna penetapan

keputusan pada setiap tahapan evaluasi.

20

BAB V

PENUTUP

Petunjuk Teknis ini merupakan acuan utama untuk membentuk dan/atau memperluas peran,

fungsi, dan keanggotaan Kelompok Kerja Pendidikan Keluarga Provinsi dan/atau

Kabupaten/Kota. Dalam membentuk Pokja tersebut pemrakarsa dapat berkonsultasi dengan

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Jika diperlukan, pembentukan Kelompok Kerja dapat

diatur melalui keputusan kepala daerah/sekretaris daerah dan/atau kepala dinas pendidikan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal November 2017 Direktur Jenderal, ttd

Harris Iskandar

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Bagian Hukum, Tatalaksana, dan Kepegawaian,

ttd

Agus Salim NIP 196308311988121001