salamun bab ii fix

56
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit Pasal 4 dan 5. Menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara 3

Upload: damsz-funk

Post on 12-Dec-2015

422 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit. Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit

Pasal 4 dan 5. Menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventiv,

kuratif dan rehabilitatif, untuk menjalankan tugas tersebut rumah

sakit mepunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

3

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Klasifikasi Rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit

berdasarkan pelayanan, Sumber Daya Manusia, fasilitas, sarana

prasarana dan administrasi dan manajemen. Klasifikasi rumah sakit

diperlukan untuk memberi kemudahan mengetahui identitas,

organisasi, jenis pelayanan yang diberikan dan kapasitas tempat

tidur.

a. Klasifikasi Berdasarkan Kemampuan Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit

Khusus

4

1) Rumah sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam UU No. 44 tahun 2009 yaitu rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan

jenis penyakit.

2) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dalam UU No. 44 tahun 2009 yaitu rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu

jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. Klasifikasi Berdasarkan Fasilitas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah

Sakit . Rumah sakit umum dapat dibedakan berdasarkan unsur

pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan dibedakan menjadi

empat kelas yaitu A, B, C dan D sedangkan rumah sakit

khusus dapat dibedakan menjadi 3 kelas yaitu A, B, dan C.

1) Klasifikasi Rumah Sakit Umum

a) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua

belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)

subspesialis.Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat

5

ratus) buah dengan perbandingan tenaga keperawatan

dengan tempat tidur 1:1 dengan kualaifikasi tenaga

keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.

b) Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8

(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah

dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan

tempat tidur 1:1 dengan kualaifikasi tenaga

keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

c) Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

Jumlah tempat tidur minimal 100 ( seratus) buah

dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan

tempat tidur 2:3 dengan kualaifikasi tenaga

keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.

d) Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima [uluh) buah

6

dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan

tempat tidur 2:3 dengan kualaifikasi tenaga

keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.

2) Kalsifikasi Rumah Sakit Khusus

a) Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit

Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

lengkap.

b) Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit

Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

terbatas.

c) Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit

Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

minimal.

7

c. Klasifikasi Berdasarkan kepemilikan

Menurut UU No. 44 tahun 2009 Klasifikasi rumah sakit

berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit publik dan

rumah sakit privat.

1) Rumah Sakit publik) dapat dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat

nirlaba. Nirlaba yaitu badan hukum yang sisa hasil

usahanya tidak dibagikan kepada pemilik, tetapi

digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu anatara lain

yayasan, perkumpulan dan perusahaan umum.

2) Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan

tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau

Persero.

d. Klasifikasi Berdasarkan Pendidikan

Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit

pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah

sakit pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah

Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara

terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,

pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga

kesehatan lainnya.

8

e. Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditasi

Rumah sakit telah terakreditas adalah rumah sakit yang

telah diakui secara formal oleh komite akreditas rumah sakit,

yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi

persyaratan untuk menjalankan kegiatan sesuai dengan fungsi

dan tugasnya. Menurut UU No. 44 tahun 2009 dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan

akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.

2.1.4 Struktur Organisasi di Rumah Sakit

Struktur organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur

yang di bangun oleh suatu elemen perusahaan atau dari rumah sakit

tersebut yang memiliki tingkatan – tingkatan dan juga memiliki

tugas masing-masing dan mereka saling membutuhkan satu sama

lain. Dan organisasi tersebut berdiri dibawah naungan pemerintah

maupun tidak. Rumah Sakit yang tidak berada di bawah naungan

pemerintah adalah Rumah Sakit swasta.

a. Tugas dan Fungsi Organisasi di Rumah Sakit :

1) Direktur

Direktur Rumah Sakit Umum mempunyai tugas

pokok yaitu : Membantu dalam Pengelolaan Rumah

Sakit dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur mempunyai

fungsi sebagai berikut :

9

a) Perumusan kebijakan Rumah Sakit.

b) Penyusunan rencana strategi Rumah Sakit.

c) Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang

kesehatan.

2) Bagian Tata Usaha

Kepala bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok

yaitu memberikan pelayanan teknis dan administrasi

kepada semua unsur dilingkungan kantor di Rumah

Sakit. Dalam menyelanggarakan tugas, kepala bagian

tata usaha mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Penyusunan kebijakan bidang teknik administrasi

perencanaan, administrasi umum dan kepegawaian

serta administrasi keuangan dan aset Rumah Sakit.

b) Pembinaan, pengkoordinasian pengendalian,

pengawasan program dan kegiatan bagian tata

usaha:

(1) Kepala Seksi Pelayanan Medik

Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai

tugas pokok : Menyiapkan perumusan dan

fasilitas medis di Rumah Sakit. Dalam

menyelenggarakan tugas Kepala Seksi

Pelayanan Medik mempunyai tugas :

10

(a) Penyusunan program dan kegiatan Seksi

Pelayanan Medik.

(b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi

Pelayanan Medik.

(c) Pembinaan, pengendalian, pengawasan

program dan kegiatan seksi Pelayanan

Medik.

(2) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan,

mempunyai tugas pokok : Menyiapkan

perumusan dan fasilitas Pelayanan Keperawatan

di Rumah Sakit. Dalam menyelenggarakan

tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

mempunyai tugas sebagai berikut :

(a) Penyusunan program dan kegiatan seksi

Pelayanan Keperawatan.

(b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi

Pelayanan Keperawatan.

(c) Pembinaan,pengkoordinasian,pengendalian,

pengawasan program dan kegiatan seksi

Pelayanan Keperawatan.

11

3) Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

Kepala seksi Perlengkapan medik, mempunyai

tugas pokok :Menyiapkan perumusan dan fasilitas

perlengkapan Medik dan non medik di Rumah

Sakit.Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi

Perlengkapan Medik dan Non Medik mempunyai tugas :

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi

Perlengkapan Medik dan Non Medik.

b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi

Perlengkapan Medik dan Non Medik.

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian,

pengawasan program dan kegiatan seksi

Perlengkapan Medik dan Non Medik

4) Bidang Pelayanan

Kepala Pelayanan, mempunyai tugas pokok :

Merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi

petunjuk, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan

penyelenggaraan tugas bidang pelayanan. Dalam

menyelenggarakan tugas, Kepala bidang pelayanan

mempunyai fungsi :

a) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan

medik.

12

b) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan

keperawatan.

c) Penyelengaraan dan pengadaan perlengkapan medik

dan non medik.

5) Kepala Seksi Pelayanan Medik

Kepala seksi pelayanan medik, mempunyai tugas

pokok yaitu menyiapkan perumusan dan fasilitas medis

di rumah sakit. Dalam menyelenggarakan tugas kepala

seksi pelayanan medik mempunyai tugas sebagai

berikut:

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi pelayanan

medik.

b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pelayanan

medik.

c) Pembinaan, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan seksi pelayanan medik.

6) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Kepala seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas

pokok yaitu menyiapkan perumusan dan fasilitas

pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dalam

menyelenggarakan tugas kepala seksi pelayanan

keperawatan mempunyai tugas sebagai berikut :

13

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi

pelayanankeperawatan.

b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian ,

pengawasan program dan kegiatan seksi pelayanan

keperawatan.

7) Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

Kepala seksi perlengkapan medik dan non medik,

mempunyai tugas pokok menyiapkan perumusan dan

fasilitas perlengkapan medik dan non medik di rumah

sakit dalam menyelenggarakan tugas kepala seksi. Dalam

menyelenggarakan tugas kepala seksi perlengkapan

medik dan non medik mempunyai tugas sebagai berikut :

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi

perlengkapan medik dan non medik.

b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian,

pengawasan program dan kegiatan seksi

perlengkapan medik dan non medik.

8) Bidang Penunjang

Kepala bidang penunjang mempunyai tugas pokok :

merencanakan operasional, memberi tugas, memberi

petunjuk, mengatur evaluasi dan melaporkan

penyelenggaraan tugas bidang penunjang, dalam

14

menyelenggarakan tugas kepala bidang penunjang

mempunyai tugas :

a) Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan

diagnostik.

b) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan

sarana dan prasarana.

c) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan

sarana dan prasarana.

d) Penyusunan program dan kegiatan seksi logistik dan

diagnostik.

9) Kepala Seksi Logistik

Kepala seksi logistik dan diagnostik mempunyai

tugas pokok yaitu : menyiapkan perumusan dan fasilitas

perlengkapan logistik dan diagnostik di Rumah Sakit.

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi logistik dan

diagnostik

b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian

pengawasan program dan kegiatan seksi logistik dan

diagnostik.

10) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana

Kepala seksi sarana dan prasarana, mempunyai tugas

pokok yaitu : menyiapkan perumusan dan fasilitas

15

perlengkapan sarana dan prasarana di Rumah Sakit

dalam menyelenggarakan tugas.

11) Kepala Seksi Pengendalian Instalasi

Kepala seksi pengendalian instalasi, mempunyai

tugas pokok yaitu mempersiapkan memperbaiki dan

memelihara sarana dan prasarana instalasi Rumah Sakit.

2.1.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen

atau unit atau fasilitas di suatu rumah sakit, tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan semua kefarmasian

yang ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti

diketahui pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat

obat tradisional (Siregar dan Amalia, 2004).

2.1.6 Gudang Farmasi

Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat,

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lain yang tujuannya

16

digunakan untuk melaksanakan program kesehatan dirumah sakit

yang bersangkutan.

Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat

penyimpanan yang merupakan kegiatan dan merupakan usaha

untuk mengelola barang persediaan farmasi yang dilakukan

sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar

dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang

aman dari pencuri dan mempermudah pengawasan stock. Gudang

farmasi berperan sebagai jantung dari managemen logistik karena

sangat menentukan kelancaran dari pendistribusian.Oleh karena itu,

maka metode pengendalian persediaan atau inventory control

diperlukan, dipahami dan diketahui secara baik.

Dalam hal ini gudang farmasi mempunyai fungsi seperti

penerimaan, penyimpanan, pengeluaran obat, dengan kegiatan

seperti:

a. Penerimaan

Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat

penting. Jenis, jumlah, kualitas, spesifikasi dan persyaratan

lainnya dari barang yang diterima harus sama dengan yang

tercantum dalam kontrak. Proses penerimaan sangat penting

karena pada proses ini dapat menyaring barang-barang yang

tidak bermutu dan tidak sesuai dengan spesifiasi yang telah

ditetapkan.

17

b. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk

melakukan pengelolaan barang persediaan ditempat

penyimpanan. Pengelolaan tersebut harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga kualitas barang dapat dipertahankan

dan terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah

dan cepat, barang aman dari pencurian, mempermudah

pengawasan stock barang.

Untuk keperluan tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan seperti:

1) Perencanaan ruangan penyimpanan.

2) Perencanaan dan pengoperasian alat pengatur barang.

3) Penyelenggaraan prosedur peyimpanan.

4) Pengamanan.

5)  Pengeluaran.

Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan, tepat

waktu , tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya.

Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan

persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan perencanaan

yang diterima oleh pemakai. Mekanisme pengeluaran barang

adalah sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) yang

artinya datang lebih dulu dikeluarkan lebih dulu, selain itu

dilihat dari masa kadaluwarsanya walaupun datangnya lebih

dulu atau terakhir tapi masa kadaluwarsanya dekat dikeluarkan

lebih dulu yang disebut FEFO (First Expire First Out).

18

Menurut menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

633/MENKES/SK/2000 tentang, pembentukan gudang

perbekalan kesehatan di bidang farmasi di kabupaten/kota

tertentu.Bahwa untuk memelihara mutu obat dan alat

kesehatan yang diperlukan dan untuk menunjang pelaksanaan

upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu perlu

dibentuk Gudang Perbekalan Kesehatan di bidang Farmasi di

Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia.

2.2 Uraian Khusus

2.2.1 Sejarah

a. Pendirian

Perkembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19

Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot Kesehatan 002 yang

berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin

oleh seorang Komandan yaitu Letnan Kolonel dr.Malikoel Saleh.

Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan pemindahan kegiatan

ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang

sangat terbatas. Pelayanan rawat mondok, dengan kapasitas

sebanyak 20 buah tempat tidur, kemudian ditingkatkan menjadi

96 buah tempat tidur, ini dikarenakan beban pelayanan Depot

Kesehatan 002 yang semakin meningkat, antara lain melayani

penderita dari Lanud Sulaiman (dahulu Pangkalan Udara

Margahayu), Tasikmalaya, Kalijati, Jatiwangi (Sukani) serta

19

rujukan awak pesawat dari PAU Halim Perdanakusuma,

Iswahyudi dan Hassanudin.

b. Pengembangan

Sejalan dengan kegiatan yang semakin meningkat,

pembangunan tahap kedua dimulai bulai Mei 1964. Setelah

pembangunan tahap kedua selesai, kegiatan pelayanan kesehatan

semakin meningkat ditandai dengan penambahan kapasitas

tempat tidur menjadi 125 buah, demikian juga dengan

personelnya.

c. Perubahan Status Depot Kesehatan Menjadi Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan

Udara No.158 / PERS MKS / 1965 tanggal 31 Desember 1965,

maka sejak tanggal 1 Januari 1966. Rumah Sakit “Wisma

Angkasa Dharma” dipimpin oleh seorang Direktur, yaitu Letnan

Kolonel Udara dokter Malikoel Saleh. Pada tanggal 2 Mei 1966,

Rumah Sakit “Wisma Angkasa Dharma” ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RUSPAU) berdasarkan

keputusan Menteri/panglima Angktan Udara Nomor : 45 tahun

1966, Rumah Sakit Puaat Angkatan Udara (RUSPAU), dipimpin

oleh seorang Komandan yaitu Kolonel dokter Malikoel Saleh.

20

d. Peningkatan Kegiatan

Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara

(RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayaan

kesehatan semakin meningkat pula. RUSPAU menerima

penderita rawat jalan dan rawat mondok anggota TNI Angkatan

Udara beserta keluarganya, yang berada dibawah perwatan

Komando Wilayah Udara V ( KOWILU V). Kegiatan dukungan

keehatan meliputi :

a) Operasi Temulawak I. Melaksanakan Operasi Temulawak I

dari mulai bulan Oktober 1967 sampai dengan November

1967.

b) Operasi Temulawak II. Melaksanakan Operasi Temulawak II

dan perencanaan operasi Wijaya Kusuma II dengan sasaran

pemeriksaan TBC pada anak usia 0-5 tahun.

c) Operasi Sehat I. Dilakukan mulai bulan Mei 1969 dan selesai

bulan Oktober 1969.

e. Rumah Sakit Integraed Use (Pemakaian Bersama).

Sejak tahun 1971, RUSPAU telah melaksanakan keputusan

KASAU tentang pemakaian bersama. Namun baru tahun 1974

keluar Surat Keputusan Menhamkam/PANGAB No.Skep/560/

V/1974 yang menyatakan RUSPAU berfungasi sebagai Rumah

Sakit Intergrated Use / Pemakaian Bersama ABRI.

21

f. Pemberian Nama RUSPAU dokter Mohammad Salamun.

Mengingat jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad

Salamun (Alm) pada bidang Kesehatan Penerbangan, dan beliau

pernah bertugas di lanud Husein sastranegara tahun 1951 sampai

1954, dengan berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor

Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1967 nama RUSPAU

disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI/AU dokter

Mohammad Salamun.

g. Rumah Sakit ABRI Tingkat II.

Berdasarkan Surat Keputusan Menhamkam/Pangab nomor

Skep/226/II/1977 tanggal 28 Februari 1977 Ruspau dr.M.Salamun

dilklasifikasikan menjadi Rumah Sakit ABRI Tingkat II, dengan

demikian Ruspau dr. M. Salamun diberikan wewenang untuk

melayani anggota ABRI meliputi TNI-AU, TNI-AD, TNI-AL dan

POLRI.

h. Reorganisasi

1) Pembinaan Lanud Husein Sastranegara.

Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara

No.Kep/25/VII/1985 tanggal 11 Maret 1985, status RUSPAU

dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola dari

pembinaan Direktorat Kesehatan beralih dibawah pembinaan

22

Lanud Husein Sastranegara, sehingga menjadi Rumah Sakit

dr. M. Salamun lanud Husein Sastranegara.

2) Sanatorium Paru Pacet.

Berdasarkan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.

Kep/24/XII/1988 tanggal 20 Desember 1988, adanya

perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit

paru Rumah Sakit dr. M. Salamun Lanud Husein

Sastranegara menjadi pusat pemulihan Kesehatan Awak

Pesawat Udara TNI Angkatan Udara dibawah Lakespra

Saryanto Ditkesau

3) Badan Pelaksana Teknis Direktorat Kesehatan TNI-AU

Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI

Angkatan Udara Tingkat.II dr. M. Salamun yang semakin

berkembangan dan semakin kompleks dalam permasalahan,

maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes

TNI-AU sehingga permasalahn Rumah Sakit dapat teratasi.

Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : kep/03/II/1998

tanggal 3 Februari 1998 tentang Pokok-pokok Organisasi dan

Prosedur Eselon Pelaksana Pusat Tingkat Mabesau, status

Rumah Sakit TNI-AU tk.II dr. M. Salamun Lanud Husein

Sastranegara kembali dibawah kendali Pusat sebagai

Badan Pelaksanaan Teknis Diskes TNI-AU dengan tugas

pokok sebagai berikut :

23

a) Melaksanakaan dukungan kesehatan bagi setiap operasi

TNI-AU.

b) Melaksanakan pelayanan kesehatan bagi anggota

TNI/keluarga.

c) Sebagai Rumah Sakit rujukan bagi Rumah Sakit TNI-AU

wilayah Jawa Barat.

2.2.2 Instalasi Farmasi di Rumah Sakit

Instalasi Farmasi RSAU Dr. M. Salamun memiliki 2 Unit

Apotek yang terdiri dari pelayanan yang dikhususkan untuk menerima

resep, meracik, memberikan informasi obat kepada pasien secara

langsung untuk pasien anggota TNI beserta keluarganya dan PNS

serta purnawirawan. Unit Apotek Pelayanan diatas dinamakan apotek

Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS). Sedangkan apotek Reguler

(Swasta, kontraktor) untuk melayani pasien umum atau swasta.

Instalasi Farmasi mempunyai wewenang dan tugas pokok :

a. Wewenang yang dimiliki oleh Instalasi Farmasi yaitu menerima,

menyimpan dan menyalurkan, memproduksi dan bertanggung

jawab atas kebenaran perbekalan farmasi yang diterima, serta

bertanggung jawab atas penyimpanan, dan keamanan perbekalan

farmasi tersebut.

b. Tugas Pokok

1) Menerima perbekalan farmasi dari bagian pengadaan.

24

2) Meneliti kesesuaian pesanan mengenai jenis, jumlah,

bentuk tanggal kadaluarsa, dan nomor batch.

3) Menyimpan digudang penyimpanan serta menyalurkan.

4) Mendistribusikan sediaan farmasi keruangan rawat inap,

poliklinik dan sarana penunjang seperti Laboratorium,

Xray, gas medis (nitrogen, O2), reagen di RSAU

Dr.M.Salamun.

5) Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

6) Pengawasan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi.

7) Mencatat perbekalan farmasi yang diterima dan yang

digunakan kedalam kartu stock.

8) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang.

9) Mencatat perbekalan farmasi yang diterima dan yang

digunakan kedalam kartu stock.

10) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang.

c. Kegiatan Instalasi Farmasi

1) Perencanaan dan Pengadaan

Perencanaan dan pengadaan barang perbekalan

farmasi dilakukan oleh Instalasi Farmasi yang dibantu oleh

pihak gudang. Perbekalan Kesehatan (Bekkes) Dinas.

Perbekalan farmasi atau barang disuplay atau dikirim dari

Lafi AU atas perintah Diskesau yaitu Lafi AU sebagai

pelaksana. Pengiriman dilakukan secara persemester.

25

2) Perbekalan Kesehatan (Bekkes) Yanmas.

Perbekalan farmasi atau barang yang dibeli atau dipesan

dari Rekanan atau Pedagang Besar Farmasi resmi yang

telah ditentukan oleh pihak RSAU Dr.M.Salamun untuk

memenuhi kebutuhan farmasi di Rumah Sakit.

3) Pendistribusian

Instalasi Farmasi menyediakan dan mendistribusikan

perbekalan kebutuhan farmasi untuk melayani nota

permintaan, setiap ruangan yang ada nota permintaan

tersebut berisikan nama barang, jenis barang, dan jumlah

barang baik barang Dinas maupunYanmas. Ruangan

tersebut diantaranya ruangan rawat inap meliputi ruang

Parkit, Merak, Merpati, Kutilang, Perwira, Buana,

Dirgantara, Gelatik, Firdaus dan Cendrawasih. Poliklinik

meliputi ruang : poli jantung, dan poli mata, dan sarana

penunjang rumah sakit Laboratorium. Pemberian kebutuhan

farmasi pada setiap ruangan biasanya disesuaikan dengan

jumlah barang yang tersedia.

a) Pendistribusian Kepada Pasien

Sedangkan pendistribusian kepada pasien oleh unit

apotek dilakukan dengan sistem resep perorangan,

khusus pasien dinas yaitu pendistribusian perbekalan

farmasi baik pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

26

Instalasi Farmasi. pendistribusian lainnya dengan

menggunakan Sistem Unit Dosis yaitu pendistribusian

obat melalui resep perorangan yang disiapkan, dan

diberikan dalam dosis tunggal atau ganda yang berisi

obat dengan jumlah obat yang telah ditetapkan.

Sistem pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSAU

Dr.M.Salamun terdiri atas pelayanan resep BPJS yang

terdiri dari (resep pasien rawat inap dan resep pasien

rawat jalan) serta resep pasien swasta.

(1) Apotek BPJS

Obat-obatan BPJS mengacu pada

Formularium Nasional. Pelayanan Apotek BPJS

terbagi 2 antara lain, pelayanan resep pasien

rawat jalan dan pelayanan resep pasien rawat

inap.

(2) Apotek Reguler (Swasta)

Apotek swasta adalah apotek yang mulanya

berasal dari penanaman saham, dan setelah

berkembang maka apotek tersebut menjadi

Apotek RSAU Dr.M.Salamun.Obat-obat di

apotek reguler mengacu pada Formularium

Rumah Sakit yang di susun oleh apoteker dan

para dokter yang di evaluasi setiap 6 bulan

sekali.

27

Resep di apotek regular terdiri dari resep pasien

swasta dan resep pasien kontraktor, yang di

maksud dengan resep pasien swasta adalah

resep yang dibayar tunai oleh pasien, sedangkan

resep pasien kontraktor adalah biaya resep yang

ditanggung oleh instansi tempat pasien kerja,

yang dilakukan penagihan setiap sebulan sekali

(30 hari).

2.2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Farmasi

a. Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Perbekalan Farmasi

Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk

menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan

pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Sedangkan pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Perencanaan

kebutuhan perbekalan Farmasi di RSAU Dr. M. Salamun

berdasarkan Formularium nasional dan Formularium Rumah

Sakit pada saat persediaan perbekalan Farmasi buffer stock, di

bagian gudang melakukan defecta untuk pemesanan obat dan alat

kesehatan (alkes) agar dapat memenuhi kebutuhan pasien.

Perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan

obat dan alat kesehatan untuk stok selama 3 hari berdasarkan

28

permintaan dari apotek reguler dan apotek BPJS, kecuali ada

permintaan khusus yang mendesak.

Perbekalan farmasi yang akan dipesan ditulis di buku

defecta. Buku defecta ini adalah buku yang berisi keperluan

barang yang telah mencapai stok minimal selama pelayanan. Data

barang yang habis atau hampir habis tersebut dapat dilihat dari

kartu stok masing–masing obat. Defecta pada apotek BPJS dan

reguler dilakukan setiap hari dan kemudian di serahkan kepada

bagian pengadaan.Kemudian ketua pengadaan melakukan

verifikasi data yang kemudian ditanda tangani oleh Ka.

IFRS.Kemudian perencanaan diproses oleh bagian pengadaan.

Tim unit yang terkait dalam perencanaan perbekalan farmasi di

RSAU Dr. M. Salamun adalah :

1) Tim penyusun rencana pendapatan dan belanja rutin Rumah

Sakit.

2) Tim penyusun program dan anggaran Rumah Sakit

Prinsip pengadaan perbekalan farmasi adalah tersediannya

seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah

yang memadai. Pedoman yang terkait dalam perencanaan

perbekalan farmasi di RSAU Dr. M. Salamun adalah :

1) Daftar Obat Essensial (DOEN), Formularium Rumah Sakit,

Standar terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang

berlaku.

2) Data catatan medik.

29

3) Anggaran yang tersedia.

4) Penetapan prioritas.

5) Siklus penyakit.

6) Sisa Persediaan barang.

7) Data pemakaian periode yang lalu.

Pada dasarnya prosespemesanan kebutuhan perbekalan

farmasi di IFRS ini baik apotek reguler ataupun apotek BPJS

sama, dengan cara menghubungi pihak PBF melalui telephone

tetapi pada pengadaan BPJS ada sedikit perbedaan sebelum

dilakukan order kepada PBF obat di data dan dibuat SP kemudian

diserahkan kepada kantor BPJS untuk verifikasi data meliputi

barang yang dipesan serta jumlah barang tersebut, kemudian

setelah mendapatkan cap dan tanda tangan kantor BPJS kemudian

di lakukan order kepada PBF, kemudian setelah barang datang,

dilakukan pengecekan barang sesuai faktur meliputi jenis, jumlah,

kadaluarsa, nomor bacth, dan kondisi barang. Apabila telah sesuai

maka barang yang di antar dicatat dibuku barang masuk, barang

tidak langsung di simpan ke dalam gudang masing-masing

apotek, tetapi masuk ke gudang transit terlebih dahulu untuk

dilakukan pemisahan barang BPJS dan barang reguler.

b. Penyimpanan Obat

Penyimpanan perbekalan farmasi bertujuan untuk

memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang

30

tidak bertanggung jawab, memudahkan pencarian dan

pengawasan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan

kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan

menerapkan prinsipFirst In First Out (FIFO) atauFirst Expired

First Out (FEFO). Pengendalian yang dilakukan adalah

pengendalian terhadap lingkungan (suhu,cahaya, kelembaban,

kondisi sanitasi dan ventilasi) untuk mempertahankan obatdan

alat kesehatan dalam kondisi dan persyaratan yang tepat.Sistem

pencatatan keluar masuknya barang juga perlu diperhatikan

dengan penerapan penggunaan kartustok serta sistem

penyimpanan yang digunakanuntuk mencegah tertimbunnya

barang-barang lama yang dapat mengakibatkan terlewatnya waktu

kadaluarsa obat atau sediaan lainnya.

Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr. M.

Salamun terbagi dalam tempat yang berbeda yaitu :

a) Apotek reguler

Penyimpanan obat dan alat kesehatan di apotek

reguler disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis,

penyimpanan pada Vaksin (Polio, BCG Kering, Campak

dan DTP) dan obat-obat Insulin seperti (Humolog,

Novorapid, Levemir dan Suppositoria) disimpan di lemari

es,kemudian obat-obatan yang termasuk kedalam golongan

narkotik dan psikotropik disimpan pada lemari yang terbuat

dari kayu kuat dan sudah terkunci dengan rapih. Kemudian

31

untuk alat kesehatan dan injeksi di simpan pada rak terpisah

,alat kesehatan seperti spuit, selang oxygen, wing neddle

dan alat kesehatan lainnya di simpan berdasarkan alfabetis.

b) Apotek BPJS

Penyimpanan obat BPJS disimpan secara alfabetis

dan berdasarkan bentuk sediaan. Apotek BPJS tersedia rak

obat untuk menyimpan obat sesuai dengan fungsi obat

tersebut , antara lain rak obat antibiotik, paru, analgetik,

vitamin, diuretik, lambung, pengencer darah, tensi,

diabetes, jantung, asam urat, kemudin obat-obatan seperti

sirup, tetes mata, salep, nebulizer terdapat rak tersendiri.

c) Gudang BPJS

Pada gudang BPJS obat di simpan berdasarkan

bentuk sediaan, secara alfabetis tetapi pada gudang bpjs

penyimpanan untuk obat bermerk/obat paten dan obat

generik dilakukan penyimpanan pada rak yang berbeda,

kemudian untuk obat-obatan psikotropika dan narkotika

disimpan pada lemari yang terbuat dari besi dan memiliki

pintu ganda dan memiliki kunci yang kuat,di gudang

tersedia lemari pendingin untuk menyimpanan obat-obatan

seperti Vaksin (Polio, BCG Kering, Campak dan DTP) dan

obat-obat Insulin seperti (Humolog, Novorapid, Levemir

dan Suppositoria)

32

d) Gudang reguler

Penyimpanan obatpada gudang ini berdarkan

alfabetis dan bentuk sediaan kemudian untuk alat kesehatan

di simpan pada rak yang berbeda.

Pada dasarkan penyimpanan di RSAU

Dr.M.Salamun disimpan sesuai bentuk sediaan, warna,

alfabetis baik untuk obat atau alat kesehatan, kemudian

prinsip yang digunakan pada penyimpanan ini adalah First

In First Out (FIFO) atauFirst Expired First Out (FEFO).

c. Produksi dan Pengemasan Kembali

Produksi atau pengemasan kembali yang terdapat pada

apotek disini adalah pengemasan untuk sediaan betadine dan

alkohol 70%, betadine dan alkohol di kemas ke dalam botol 100

ml, pengemasan ini dilakukan oleh asisten apoteker.

d. Distribusi dan Penyerahan Obat

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr.M.Salamun pasien

terdiri atas pasien umum, kontraktor dan BPJS, pasien BPJS

meliputi pasien Askes sosial, Jamkesmas, Jamsostek, In Health,

KHS (TNI dan Polri).

33

Pendistribusian obat di RSAU Dr.M.Salamun dilakukan di

dua Apotek yaitu :

1) Apotek Reguler

Apotek reguler adalah apotek yang melayani pasien

untuk pasien umum dan pasien kontraktor serta pembelian

obat-obat bebas serta UPDS (Upaya Pengobatan Diri

Sendiri).

Pendistribusian obat pada pasien umum dimulai

dengan penyerahan resep kepada Asisten Apoteker (AA)

kemudian AA melakukan input data meliputi nama, alamat

pasien dan no telephone pasien, setelah itu dilakukan

skrining resep, kemudian dilakukan entry harga sesuai obat

yang tertera pada resep, kemudian pasien dipanggil kembali

untuk pemberitahuan harga obat tersebut jika pasien setuju

maka obat akan disiapkan oleh AA dan dilakukan

pembayaran, setelah obat selesai dikerjakan dan diberi label

serta etiket, kemudian pasien dipanggil oleh AA untuk

kemudian di serahkan obatnya.

Pendistribusian obat pada pasien kontraktor hal

pertama yang dilakukan pasien adalah menyerahkan obat

kepada AA kemudian dilakukan input data dan kelengkapan

dokumen, tetapi tidak dilakukan entry harga karena biaya

ditanggung oleh perusahaan setiap 1bulan sekali, setelah

dokumen lengkap dilakukan skrining resep setelah itu obat

34

disiapkan dan kemudian diberi etiket serta label kemudian

di serahkan kepada pasien.

Pembelian obat-obat bebas dan setelah pasien

melakukan pembelian maka petugas AA wajib menulis obat

yang dibeli di buku pembelian meliputi nama obat dan

jumlah obat yang dibeli, kemudian pada saat pergantian

shift obat-obatan yang telah ditulis di buku dilakukan entry

harga secara bersamaan oleh petugas AA.

2) Apotek BPJS

Apotek BPJS hanya melayani pasien BPJS saja,

pendistribusian obat pada pasien BPJS hal yang pertama

dilakukan adalah penyerahan resep serta dokumen meliputi

SEP (Surat Elegibilitas Pasien) dan Resume Medik kepada

AA dilakukan di Loket A, kemudian AA memberikan

nomor antrian, setelah dilakukan cek riwayat pasien dan

kemudian dilakukan input data setelah data selesai

dilakukan entry harga setelah itu obat disiapkan oleh AA

kemudian pemberian etiket dan label, tetapi pada saat

penyerahan obat untuk pasien BPJS dilakukan di loket B

yang tempatnya masih berada di Apotek BPJS sementara

untuk pasien KHS dilakukan pengambilan obat di Apotek

Reguler, pada saat penyerahan resep hal yang disampaikan

35

meliputi cara penggunaan obat, waktu penggunaan obat,

dan fungsi obat.

e. Depo Obat

Depo obat yang ada di RSAU Dr. M. Salamun Bandung

ditempatkan di ruang OK dan ruang ICU. perbekalan farmasi

tersebut yang terdiri dari Obat-obatan yang fast moving

f. Penyediaan Informasi dan Edukasi bagi Staf Medik, Tenaga

Kesehatan lain, Pasien, Keluarga pasien dan Masyarakat

1) Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik dan

tenaga kesehatan. Pemberian informasi bagi para staf medik

biasanya dilakukan pada saat rapat komite medik, hal yang

biasanya disampaikan pada saat rapat komite medik

meliputi pengadaan obat baru, keefektifan penggunaan obat,

atau hal lainnya yang menyangkut pekerjaan kefarmasian.

2) Pemberian informasi bagi pasien, keluarga pasien dan

masyarakat. Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan

pelayanan untuk memberikan informasi secara akurat, tidak

biasa dan terkini kepada dokter, perawat, dan pasien.

Kegiatan dalam melaksanakan PIO meliputi : memberikan

informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif,

menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan

36

lainnya hal. leaflet atau brosur tentang obat-obatan

termasuk kedalam Pelayanan Informasi Obat.

g. Pengawasan Expire date

Stok opname adalah istilah lain dari perhitungan fisik

persediaan. Tujuan diadakannya stock opname untuk mengetahui

kebenaran catatan dalam pembukuan, dengan diadakannya stock

opname maka akan diketahui apakah catatan dalam pembukuan

stok persediaannya benar atau tidak, jika ternyata ada selisih antara

stok opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan ada

transaksi yang belum tercatat atau bahkan ada kecurangan dari

sistem persedian, stok opname juga dapat mengetahui kadaluarsa

suatu obat karna dilakukan pengecekan pada obat-obat tersebut.

Pengawasan kadaluarsa obat di instalasi farmasi RSAU Dr.

M. Salamun yang di bantu oleh pihak gudang dan melakukan

pencatatan di kartu stock, dilakukan pada saat awal penerimaan

perbekalan farmasi baik sediaan farmasi berupa obat-obatan

maupun alat kesehatan. Sediaan farmasi yang masuk ke instalasi

farmasi maupun gudang dalam penyimpanan di gunakan sistem

FIFO dan FEFO.Kegiatan tersebut dilakukan agar pada saat

pelayanan obat, obat tersebut didahulukan keluar sebelum

kadaluarsa. Obat yang masuk daftar tersebut harus memenuhi

syarat agar obat tersebut dapat dikeluarkan lebih dahulu, antara lain

obat tersebut masih mempunyai bentuk fisik yang sesuai dan

37

bagus, mempunyai jarak minimal 3 bulan sebelum kadaluarsa dan

dalam keadaan baik. Dan dibuat buku defecta untuk memesan

sediaan farmasi baik berupa obat maupun alat kesehatan, untuk

memenuhi kebutuhan pasien. Pengawasaan obat golongan

narkotika dan psikotropika harus di tempatkan di tempat yang

khusus tidak boleh di gunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, harus di buat dari bahan yang kuat lemari di bagi dua

masing-masing dengan kunci yang berlainan. Obat narkotika dalam

pelaporannya harus di laporkan ke dinkes , jika perbekalan farmasi

telah kadaluarsa maka akan dimusnahkan, sedangkan untuk alat

kesehatan (alkes) akan dikembalikan kepada distributor dengan

tetap memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai aturan

dari distributor

2.2.5 Uraian Tugas dan Kewenangan Asisten Apoteker di Rumah Sakit

a. Memberikan informasi obat - obatan kepada pasien, keluarga

pasien dan tenaga kesehatan lain yang berada di rumah sakit.

b. Memelihara kelancaran pencatatan penambahan dan pengurangan

barang pada kartu stock.

c. Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan obat

dan alat-alat kesehatan dengan syarat-syarat teknis farmasi.

d. Melaksanakan permintaan barang ke gudang untuk stock

persediaan.

e. Pengawasan obat kadaluarsa.

f. Pembuatan laporan jumlah resep

38