salamun bab ii fix
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit. Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
Pasal 4 dan 5. Menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventiv,
kuratif dan rehabilitatif, untuk menjalankan tugas tersebut rumah
sakit mepunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
3
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit
berdasarkan pelayanan, Sumber Daya Manusia, fasilitas, sarana
prasarana dan administrasi dan manajemen. Klasifikasi rumah sakit
diperlukan untuk memberi kemudahan mengetahui identitas,
organisasi, jenis pelayanan yang diberikan dan kapasitas tempat
tidur.
a. Klasifikasi Berdasarkan Kemampuan Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus
4
1) Rumah sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam UU No. 44 tahun 2009 yaitu rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
2) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam UU No. 44 tahun 2009 yaitu rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Klasifikasi Berdasarkan Fasilitas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit . Rumah sakit umum dapat dibedakan berdasarkan unsur
pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan dibedakan menjadi
empat kelas yaitu A, B, C dan D sedangkan rumah sakit
khusus dapat dibedakan menjadi 3 kelas yaitu A, B, dan C.
1) Klasifikasi Rumah Sakit Umum
a) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua
belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)
subspesialis.Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat
5
ratus) buah dengan perbandingan tenaga keperawatan
dengan tempat tidur 1:1 dengan kualaifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.
b) Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8
(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah
dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan
tempat tidur 1:1 dengan kualaifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
Jumlah tempat tidur minimal 100 ( seratus) buah
dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan
tempat tidur 2:3 dengan kualaifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima [uluh) buah
6
dengan perbandingan tenaga keperawatan dengan
tempat tidur 2:3 dengan kualaifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan dirumah sakit.
2) Kalsifikasi Rumah Sakit Khusus
a) Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
lengkap.
b) Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
c) Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.
7
c. Klasifikasi Berdasarkan kepemilikan
Menurut UU No. 44 tahun 2009 Klasifikasi rumah sakit
berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit publik dan
rumah sakit privat.
1) Rumah Sakit publik) dapat dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Nirlaba yaitu badan hukum yang sisa hasil
usahanya tidak dibagikan kepada pemilik, tetapi
digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu anatara lain
yayasan, perkumpulan dan perusahaan umum.
2) Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero.
d. Klasifikasi Berdasarkan Pendidikan
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit
pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah
sakit pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah
Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara
terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
8
e. Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditasi
Rumah sakit telah terakreditas adalah rumah sakit yang
telah diakui secara formal oleh komite akreditas rumah sakit,
yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi
persyaratan untuk menjalankan kegiatan sesuai dengan fungsi
dan tugasnya. Menurut UU No. 44 tahun 2009 dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
2.1.4 Struktur Organisasi di Rumah Sakit
Struktur organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur
yang di bangun oleh suatu elemen perusahaan atau dari rumah sakit
tersebut yang memiliki tingkatan – tingkatan dan juga memiliki
tugas masing-masing dan mereka saling membutuhkan satu sama
lain. Dan organisasi tersebut berdiri dibawah naungan pemerintah
maupun tidak. Rumah Sakit yang tidak berada di bawah naungan
pemerintah adalah Rumah Sakit swasta.
a. Tugas dan Fungsi Organisasi di Rumah Sakit :
1) Direktur
Direktur Rumah Sakit Umum mempunyai tugas
pokok yaitu : Membantu dalam Pengelolaan Rumah
Sakit dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur mempunyai
fungsi sebagai berikut :
9
a) Perumusan kebijakan Rumah Sakit.
b) Penyusunan rencana strategi Rumah Sakit.
c) Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang
kesehatan.
2) Bagian Tata Usaha
Kepala bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok
yaitu memberikan pelayanan teknis dan administrasi
kepada semua unsur dilingkungan kantor di Rumah
Sakit. Dalam menyelanggarakan tugas, kepala bagian
tata usaha mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Penyusunan kebijakan bidang teknik administrasi
perencanaan, administrasi umum dan kepegawaian
serta administrasi keuangan dan aset Rumah Sakit.
b) Pembinaan, pengkoordinasian pengendalian,
pengawasan program dan kegiatan bagian tata
usaha:
(1) Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai
tugas pokok : Menyiapkan perumusan dan
fasilitas medis di Rumah Sakit. Dalam
menyelenggarakan tugas Kepala Seksi
Pelayanan Medik mempunyai tugas :
10
(a) Penyusunan program dan kegiatan Seksi
Pelayanan Medik.
(b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
Pelayanan Medik.
(c) Pembinaan, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan seksi Pelayanan
Medik.
(2) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan,
mempunyai tugas pokok : Menyiapkan
perumusan dan fasilitas Pelayanan Keperawatan
di Rumah Sakit. Dalam menyelenggarakan
tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
mempunyai tugas sebagai berikut :
(a) Penyusunan program dan kegiatan seksi
Pelayanan Keperawatan.
(b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
Pelayanan Keperawatan.
(c) Pembinaan,pengkoordinasian,pengendalian,
pengawasan program dan kegiatan seksi
Pelayanan Keperawatan.
11
3) Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Kepala seksi Perlengkapan medik, mempunyai
tugas pokok :Menyiapkan perumusan dan fasilitas
perlengkapan Medik dan non medik di Rumah
Sakit.Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi
Perlengkapan Medik dan Non Medik mempunyai tugas :
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi
Perlengkapan Medik dan Non Medik.
b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
Perlengkapan Medik dan Non Medik.
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian,
pengawasan program dan kegiatan seksi
Perlengkapan Medik dan Non Medik
4) Bidang Pelayanan
Kepala Pelayanan, mempunyai tugas pokok :
Merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi
petunjuk, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan tugas bidang pelayanan. Dalam
menyelenggarakan tugas, Kepala bidang pelayanan
mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan
medik.
12
b) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan
keperawatan.
c) Penyelengaraan dan pengadaan perlengkapan medik
dan non medik.
5) Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala seksi pelayanan medik, mempunyai tugas
pokok yaitu menyiapkan perumusan dan fasilitas medis
di rumah sakit. Dalam menyelenggarakan tugas kepala
seksi pelayanan medik mempunyai tugas sebagai
berikut:
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi pelayanan
medik.
b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pelayanan
medik.
c) Pembinaan, pengendalian, pengawasan program dan
kegiatan seksi pelayanan medik.
6) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas
pokok yaitu menyiapkan perumusan dan fasilitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dalam
menyelenggarakan tugas kepala seksi pelayanan
keperawatan mempunyai tugas sebagai berikut :
13
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi
pelayanankeperawatan.
b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian ,
pengawasan program dan kegiatan seksi pelayanan
keperawatan.
7) Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Kepala seksi perlengkapan medik dan non medik,
mempunyai tugas pokok menyiapkan perumusan dan
fasilitas perlengkapan medik dan non medik di rumah
sakit dalam menyelenggarakan tugas kepala seksi. Dalam
menyelenggarakan tugas kepala seksi perlengkapan
medik dan non medik mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi
perlengkapan medik dan non medik.
b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian,
pengawasan program dan kegiatan seksi
perlengkapan medik dan non medik.
8) Bidang Penunjang
Kepala bidang penunjang mempunyai tugas pokok :
merencanakan operasional, memberi tugas, memberi
petunjuk, mengatur evaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan tugas bidang penunjang, dalam
14
menyelenggarakan tugas kepala bidang penunjang
mempunyai tugas :
a) Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan
diagnostik.
b) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan
sarana dan prasarana.
c) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan
sarana dan prasarana.
d) Penyusunan program dan kegiatan seksi logistik dan
diagnostik.
9) Kepala Seksi Logistik
Kepala seksi logistik dan diagnostik mempunyai
tugas pokok yaitu : menyiapkan perumusan dan fasilitas
perlengkapan logistik dan diagnostik di Rumah Sakit.
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi logistik dan
diagnostik
b) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian
pengawasan program dan kegiatan seksi logistik dan
diagnostik.
10) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana
Kepala seksi sarana dan prasarana, mempunyai tugas
pokok yaitu : menyiapkan perumusan dan fasilitas
15
perlengkapan sarana dan prasarana di Rumah Sakit
dalam menyelenggarakan tugas.
11) Kepala Seksi Pengendalian Instalasi
Kepala seksi pengendalian instalasi, mempunyai
tugas pokok yaitu mempersiapkan memperbaiki dan
memelihara sarana dan prasarana instalasi Rumah Sakit.
2.1.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen
atau unit atau fasilitas di suatu rumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan semua kefarmasian
yang ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti
diketahui pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat
obat tradisional (Siregar dan Amalia, 2004).
2.1.6 Gudang Farmasi
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lain yang tujuannya
16
digunakan untuk melaksanakan program kesehatan dirumah sakit
yang bersangkutan.
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat
penyimpanan yang merupakan kegiatan dan merupakan usaha
untuk mengelola barang persediaan farmasi yang dilakukan
sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar
dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang
aman dari pencuri dan mempermudah pengawasan stock. Gudang
farmasi berperan sebagai jantung dari managemen logistik karena
sangat menentukan kelancaran dari pendistribusian.Oleh karena itu,
maka metode pengendalian persediaan atau inventory control
diperlukan, dipahami dan diketahui secara baik.
Dalam hal ini gudang farmasi mempunyai fungsi seperti
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran obat, dengan kegiatan
seperti:
a. Penerimaan
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat
penting. Jenis, jumlah, kualitas, spesifikasi dan persyaratan
lainnya dari barang yang diterima harus sama dengan yang
tercantum dalam kontrak. Proses penerimaan sangat penting
karena pada proses ini dapat menyaring barang-barang yang
tidak bermutu dan tidak sesuai dengan spesifiasi yang telah
ditetapkan.
17
b. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengelolaan barang persediaan ditempat
penyimpanan. Pengelolaan tersebut harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga kualitas barang dapat dipertahankan
dan terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah
dan cepat, barang aman dari pencurian, mempermudah
pengawasan stock barang.
Untuk keperluan tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan seperti:
1) Perencanaan ruangan penyimpanan.
2) Perencanaan dan pengoperasian alat pengatur barang.
3) Penyelenggaraan prosedur peyimpanan.
4) Pengamanan.
5) Pengeluaran.
Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan, tepat
waktu , tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya.
Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan
persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan perencanaan
yang diterima oleh pemakai. Mekanisme pengeluaran barang
adalah sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) yang
artinya datang lebih dulu dikeluarkan lebih dulu, selain itu
dilihat dari masa kadaluwarsanya walaupun datangnya lebih
dulu atau terakhir tapi masa kadaluwarsanya dekat dikeluarkan
lebih dulu yang disebut FEFO (First Expire First Out).
18
Menurut menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
633/MENKES/SK/2000 tentang, pembentukan gudang
perbekalan kesehatan di bidang farmasi di kabupaten/kota
tertentu.Bahwa untuk memelihara mutu obat dan alat
kesehatan yang diperlukan dan untuk menunjang pelaksanaan
upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu perlu
dibentuk Gudang Perbekalan Kesehatan di bidang Farmasi di
Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia.
2.2 Uraian Khusus
2.2.1 Sejarah
a. Pendirian
Perkembangan tahap pertama dimulai pada tanggal 19
Agustus 1961 dengan dibentuknya Depot Kesehatan 002 yang
berkedudukan di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, dipimpin
oleh seorang Komandan yaitu Letnan Kolonel dr.Malikoel Saleh.
Pada tanggal 18 September 1962, dilakukan pemindahan kegiatan
ke Ciumbuleuit dengan personel dan peralatan kesehatan yang
sangat terbatas. Pelayanan rawat mondok, dengan kapasitas
sebanyak 20 buah tempat tidur, kemudian ditingkatkan menjadi
96 buah tempat tidur, ini dikarenakan beban pelayanan Depot
Kesehatan 002 yang semakin meningkat, antara lain melayani
penderita dari Lanud Sulaiman (dahulu Pangkalan Udara
Margahayu), Tasikmalaya, Kalijati, Jatiwangi (Sukani) serta
19
rujukan awak pesawat dari PAU Halim Perdanakusuma,
Iswahyudi dan Hassanudin.
b. Pengembangan
Sejalan dengan kegiatan yang semakin meningkat,
pembangunan tahap kedua dimulai bulai Mei 1964. Setelah
pembangunan tahap kedua selesai, kegiatan pelayanan kesehatan
semakin meningkat ditandai dengan penambahan kapasitas
tempat tidur menjadi 125 buah, demikian juga dengan
personelnya.
c. Perubahan Status Depot Kesehatan Menjadi Rumah Sakit
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan
Udara No.158 / PERS MKS / 1965 tanggal 31 Desember 1965,
maka sejak tanggal 1 Januari 1966. Rumah Sakit “Wisma
Angkasa Dharma” dipimpin oleh seorang Direktur, yaitu Letnan
Kolonel Udara dokter Malikoel Saleh. Pada tanggal 2 Mei 1966,
Rumah Sakit “Wisma Angkasa Dharma” ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RUSPAU) berdasarkan
keputusan Menteri/panglima Angktan Udara Nomor : 45 tahun
1966, Rumah Sakit Puaat Angkatan Udara (RUSPAU), dipimpin
oleh seorang Komandan yaitu Kolonel dokter Malikoel Saleh.
20
d. Peningkatan Kegiatan
Setelah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara
(RUSPAU), kegiatan dukungan kesehatan dan pelayaan
kesehatan semakin meningkat pula. RUSPAU menerima
penderita rawat jalan dan rawat mondok anggota TNI Angkatan
Udara beserta keluarganya, yang berada dibawah perwatan
Komando Wilayah Udara V ( KOWILU V). Kegiatan dukungan
keehatan meliputi :
a) Operasi Temulawak I. Melaksanakan Operasi Temulawak I
dari mulai bulan Oktober 1967 sampai dengan November
1967.
b) Operasi Temulawak II. Melaksanakan Operasi Temulawak II
dan perencanaan operasi Wijaya Kusuma II dengan sasaran
pemeriksaan TBC pada anak usia 0-5 tahun.
c) Operasi Sehat I. Dilakukan mulai bulan Mei 1969 dan selesai
bulan Oktober 1969.
e. Rumah Sakit Integraed Use (Pemakaian Bersama).
Sejak tahun 1971, RUSPAU telah melaksanakan keputusan
KASAU tentang pemakaian bersama. Namun baru tahun 1974
keluar Surat Keputusan Menhamkam/PANGAB No.Skep/560/
V/1974 yang menyatakan RUSPAU berfungasi sebagai Rumah
Sakit Intergrated Use / Pemakaian Bersama ABRI.
21
f. Pemberian Nama RUSPAU dokter Mohammad Salamun.
Mengingat jasa-jasa Marsekal Muda dokter Mohammad
Salamun (Alm) pada bidang Kesehatan Penerbangan, dan beliau
pernah bertugas di lanud Husein sastranegara tahun 1951 sampai
1954, dengan berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor
Skep/2/II/1976, maka terhitung tahun 1967 nama RUSPAU
disempurnakan menjadi Rumah Sakit Pusat TNI/AU dokter
Mohammad Salamun.
g. Rumah Sakit ABRI Tingkat II.
Berdasarkan Surat Keputusan Menhamkam/Pangab nomor
Skep/226/II/1977 tanggal 28 Februari 1977 Ruspau dr.M.Salamun
dilklasifikasikan menjadi Rumah Sakit ABRI Tingkat II, dengan
demikian Ruspau dr. M. Salamun diberikan wewenang untuk
melayani anggota ABRI meliputi TNI-AU, TNI-AD, TNI-AL dan
POLRI.
h. Reorganisasi
1) Pembinaan Lanud Husein Sastranegara.
Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara
No.Kep/25/VII/1985 tanggal 11 Maret 1985, status RUSPAU
dr. M. Salamun mengalami perubahan alih kelola dari
pembinaan Direktorat Kesehatan beralih dibawah pembinaan
22
Lanud Husein Sastranegara, sehingga menjadi Rumah Sakit
dr. M. Salamun lanud Husein Sastranegara.
2) Sanatorium Paru Pacet.
Berdasarkan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No.
Kep/24/XII/1988 tanggal 20 Desember 1988, adanya
perubahan status sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit
paru Rumah Sakit dr. M. Salamun Lanud Husein
Sastranegara menjadi pusat pemulihan Kesehatan Awak
Pesawat Udara TNI Angkatan Udara dibawah Lakespra
Saryanto Ditkesau
3) Badan Pelaksana Teknis Direktorat Kesehatan TNI-AU
Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI
Angkatan Udara Tingkat.II dr. M. Salamun yang semakin
berkembangan dan semakin kompleks dalam permasalahan,
maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes
TNI-AU sehingga permasalahn Rumah Sakit dapat teratasi.
Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : kep/03/II/1998
tanggal 3 Februari 1998 tentang Pokok-pokok Organisasi dan
Prosedur Eselon Pelaksana Pusat Tingkat Mabesau, status
Rumah Sakit TNI-AU tk.II dr. M. Salamun Lanud Husein
Sastranegara kembali dibawah kendali Pusat sebagai
Badan Pelaksanaan Teknis Diskes TNI-AU dengan tugas
pokok sebagai berikut :
23
a) Melaksanakaan dukungan kesehatan bagi setiap operasi
TNI-AU.
b) Melaksanakan pelayanan kesehatan bagi anggota
TNI/keluarga.
c) Sebagai Rumah Sakit rujukan bagi Rumah Sakit TNI-AU
wilayah Jawa Barat.
2.2.2 Instalasi Farmasi di Rumah Sakit
Instalasi Farmasi RSAU Dr. M. Salamun memiliki 2 Unit
Apotek yang terdiri dari pelayanan yang dikhususkan untuk menerima
resep, meracik, memberikan informasi obat kepada pasien secara
langsung untuk pasien anggota TNI beserta keluarganya dan PNS
serta purnawirawan. Unit Apotek Pelayanan diatas dinamakan apotek
Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS). Sedangkan apotek Reguler
(Swasta, kontraktor) untuk melayani pasien umum atau swasta.
Instalasi Farmasi mempunyai wewenang dan tugas pokok :
a. Wewenang yang dimiliki oleh Instalasi Farmasi yaitu menerima,
menyimpan dan menyalurkan, memproduksi dan bertanggung
jawab atas kebenaran perbekalan farmasi yang diterima, serta
bertanggung jawab atas penyimpanan, dan keamanan perbekalan
farmasi tersebut.
b. Tugas Pokok
1) Menerima perbekalan farmasi dari bagian pengadaan.
24
2) Meneliti kesesuaian pesanan mengenai jenis, jumlah,
bentuk tanggal kadaluarsa, dan nomor batch.
3) Menyimpan digudang penyimpanan serta menyalurkan.
4) Mendistribusikan sediaan farmasi keruangan rawat inap,
poliklinik dan sarana penunjang seperti Laboratorium,
Xray, gas medis (nitrogen, O2), reagen di RSAU
Dr.M.Salamun.
5) Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
6) Pengawasan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi.
7) Mencatat perbekalan farmasi yang diterima dan yang
digunakan kedalam kartu stock.
8) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang.
9) Mencatat perbekalan farmasi yang diterima dan yang
digunakan kedalam kartu stock.
10) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang.
c. Kegiatan Instalasi Farmasi
1) Perencanaan dan Pengadaan
Perencanaan dan pengadaan barang perbekalan
farmasi dilakukan oleh Instalasi Farmasi yang dibantu oleh
pihak gudang. Perbekalan Kesehatan (Bekkes) Dinas.
Perbekalan farmasi atau barang disuplay atau dikirim dari
Lafi AU atas perintah Diskesau yaitu Lafi AU sebagai
pelaksana. Pengiriman dilakukan secara persemester.
25
2) Perbekalan Kesehatan (Bekkes) Yanmas.
Perbekalan farmasi atau barang yang dibeli atau dipesan
dari Rekanan atau Pedagang Besar Farmasi resmi yang
telah ditentukan oleh pihak RSAU Dr.M.Salamun untuk
memenuhi kebutuhan farmasi di Rumah Sakit.
3) Pendistribusian
Instalasi Farmasi menyediakan dan mendistribusikan
perbekalan kebutuhan farmasi untuk melayani nota
permintaan, setiap ruangan yang ada nota permintaan
tersebut berisikan nama barang, jenis barang, dan jumlah
barang baik barang Dinas maupunYanmas. Ruangan
tersebut diantaranya ruangan rawat inap meliputi ruang
Parkit, Merak, Merpati, Kutilang, Perwira, Buana,
Dirgantara, Gelatik, Firdaus dan Cendrawasih. Poliklinik
meliputi ruang : poli jantung, dan poli mata, dan sarana
penunjang rumah sakit Laboratorium. Pemberian kebutuhan
farmasi pada setiap ruangan biasanya disesuaikan dengan
jumlah barang yang tersedia.
a) Pendistribusian Kepada Pasien
Sedangkan pendistribusian kepada pasien oleh unit
apotek dilakukan dengan sistem resep perorangan,
khusus pasien dinas yaitu pendistribusian perbekalan
farmasi baik pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
26
Instalasi Farmasi. pendistribusian lainnya dengan
menggunakan Sistem Unit Dosis yaitu pendistribusian
obat melalui resep perorangan yang disiapkan, dan
diberikan dalam dosis tunggal atau ganda yang berisi
obat dengan jumlah obat yang telah ditetapkan.
Sistem pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSAU
Dr.M.Salamun terdiri atas pelayanan resep BPJS yang
terdiri dari (resep pasien rawat inap dan resep pasien
rawat jalan) serta resep pasien swasta.
(1) Apotek BPJS
Obat-obatan BPJS mengacu pada
Formularium Nasional. Pelayanan Apotek BPJS
terbagi 2 antara lain, pelayanan resep pasien
rawat jalan dan pelayanan resep pasien rawat
inap.
(2) Apotek Reguler (Swasta)
Apotek swasta adalah apotek yang mulanya
berasal dari penanaman saham, dan setelah
berkembang maka apotek tersebut menjadi
Apotek RSAU Dr.M.Salamun.Obat-obat di
apotek reguler mengacu pada Formularium
Rumah Sakit yang di susun oleh apoteker dan
para dokter yang di evaluasi setiap 6 bulan
sekali.
27
Resep di apotek regular terdiri dari resep pasien
swasta dan resep pasien kontraktor, yang di
maksud dengan resep pasien swasta adalah
resep yang dibayar tunai oleh pasien, sedangkan
resep pasien kontraktor adalah biaya resep yang
ditanggung oleh instansi tempat pasien kerja,
yang dilakukan penagihan setiap sebulan sekali
(30 hari).
2.2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Farmasi
a. Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Perbekalan Farmasi
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan
pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sedangkan pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Perencanaan
kebutuhan perbekalan Farmasi di RSAU Dr. M. Salamun
berdasarkan Formularium nasional dan Formularium Rumah
Sakit pada saat persediaan perbekalan Farmasi buffer stock, di
bagian gudang melakukan defecta untuk pemesanan obat dan alat
kesehatan (alkes) agar dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan
obat dan alat kesehatan untuk stok selama 3 hari berdasarkan
28
permintaan dari apotek reguler dan apotek BPJS, kecuali ada
permintaan khusus yang mendesak.
Perbekalan farmasi yang akan dipesan ditulis di buku
defecta. Buku defecta ini adalah buku yang berisi keperluan
barang yang telah mencapai stok minimal selama pelayanan. Data
barang yang habis atau hampir habis tersebut dapat dilihat dari
kartu stok masing–masing obat. Defecta pada apotek BPJS dan
reguler dilakukan setiap hari dan kemudian di serahkan kepada
bagian pengadaan.Kemudian ketua pengadaan melakukan
verifikasi data yang kemudian ditanda tangani oleh Ka.
IFRS.Kemudian perencanaan diproses oleh bagian pengadaan.
Tim unit yang terkait dalam perencanaan perbekalan farmasi di
RSAU Dr. M. Salamun adalah :
1) Tim penyusun rencana pendapatan dan belanja rutin Rumah
Sakit.
2) Tim penyusun program dan anggaran Rumah Sakit
Prinsip pengadaan perbekalan farmasi adalah tersediannya
seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah
yang memadai. Pedoman yang terkait dalam perencanaan
perbekalan farmasi di RSAU Dr. M. Salamun adalah :
1) Daftar Obat Essensial (DOEN), Formularium Rumah Sakit,
Standar terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang
berlaku.
2) Data catatan medik.
29
3) Anggaran yang tersedia.
4) Penetapan prioritas.
5) Siklus penyakit.
6) Sisa Persediaan barang.
7) Data pemakaian periode yang lalu.
Pada dasarnya prosespemesanan kebutuhan perbekalan
farmasi di IFRS ini baik apotek reguler ataupun apotek BPJS
sama, dengan cara menghubungi pihak PBF melalui telephone
tetapi pada pengadaan BPJS ada sedikit perbedaan sebelum
dilakukan order kepada PBF obat di data dan dibuat SP kemudian
diserahkan kepada kantor BPJS untuk verifikasi data meliputi
barang yang dipesan serta jumlah barang tersebut, kemudian
setelah mendapatkan cap dan tanda tangan kantor BPJS kemudian
di lakukan order kepada PBF, kemudian setelah barang datang,
dilakukan pengecekan barang sesuai faktur meliputi jenis, jumlah,
kadaluarsa, nomor bacth, dan kondisi barang. Apabila telah sesuai
maka barang yang di antar dicatat dibuku barang masuk, barang
tidak langsung di simpan ke dalam gudang masing-masing
apotek, tetapi masuk ke gudang transit terlebih dahulu untuk
dilakukan pemisahan barang BPJS dan barang reguler.
b. Penyimpanan Obat
Penyimpanan perbekalan farmasi bertujuan untuk
memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang
30
tidak bertanggung jawab, memudahkan pencarian dan
pengawasan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan
kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan
menerapkan prinsipFirst In First Out (FIFO) atauFirst Expired
First Out (FEFO). Pengendalian yang dilakukan adalah
pengendalian terhadap lingkungan (suhu,cahaya, kelembaban,
kondisi sanitasi dan ventilasi) untuk mempertahankan obatdan
alat kesehatan dalam kondisi dan persyaratan yang tepat.Sistem
pencatatan keluar masuknya barang juga perlu diperhatikan
dengan penerapan penggunaan kartustok serta sistem
penyimpanan yang digunakanuntuk mencegah tertimbunnya
barang-barang lama yang dapat mengakibatkan terlewatnya waktu
kadaluarsa obat atau sediaan lainnya.
Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr. M.
Salamun terbagi dalam tempat yang berbeda yaitu :
a) Apotek reguler
Penyimpanan obat dan alat kesehatan di apotek
reguler disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis,
penyimpanan pada Vaksin (Polio, BCG Kering, Campak
dan DTP) dan obat-obat Insulin seperti (Humolog,
Novorapid, Levemir dan Suppositoria) disimpan di lemari
es,kemudian obat-obatan yang termasuk kedalam golongan
narkotik dan psikotropik disimpan pada lemari yang terbuat
dari kayu kuat dan sudah terkunci dengan rapih. Kemudian
31
untuk alat kesehatan dan injeksi di simpan pada rak terpisah
,alat kesehatan seperti spuit, selang oxygen, wing neddle
dan alat kesehatan lainnya di simpan berdasarkan alfabetis.
b) Apotek BPJS
Penyimpanan obat BPJS disimpan secara alfabetis
dan berdasarkan bentuk sediaan. Apotek BPJS tersedia rak
obat untuk menyimpan obat sesuai dengan fungsi obat
tersebut , antara lain rak obat antibiotik, paru, analgetik,
vitamin, diuretik, lambung, pengencer darah, tensi,
diabetes, jantung, asam urat, kemudin obat-obatan seperti
sirup, tetes mata, salep, nebulizer terdapat rak tersendiri.
c) Gudang BPJS
Pada gudang BPJS obat di simpan berdasarkan
bentuk sediaan, secara alfabetis tetapi pada gudang bpjs
penyimpanan untuk obat bermerk/obat paten dan obat
generik dilakukan penyimpanan pada rak yang berbeda,
kemudian untuk obat-obatan psikotropika dan narkotika
disimpan pada lemari yang terbuat dari besi dan memiliki
pintu ganda dan memiliki kunci yang kuat,di gudang
tersedia lemari pendingin untuk menyimpanan obat-obatan
seperti Vaksin (Polio, BCG Kering, Campak dan DTP) dan
obat-obat Insulin seperti (Humolog, Novorapid, Levemir
dan Suppositoria)
32
d) Gudang reguler
Penyimpanan obatpada gudang ini berdarkan
alfabetis dan bentuk sediaan kemudian untuk alat kesehatan
di simpan pada rak yang berbeda.
Pada dasarkan penyimpanan di RSAU
Dr.M.Salamun disimpan sesuai bentuk sediaan, warna,
alfabetis baik untuk obat atau alat kesehatan, kemudian
prinsip yang digunakan pada penyimpanan ini adalah First
In First Out (FIFO) atauFirst Expired First Out (FEFO).
c. Produksi dan Pengemasan Kembali
Produksi atau pengemasan kembali yang terdapat pada
apotek disini adalah pengemasan untuk sediaan betadine dan
alkohol 70%, betadine dan alkohol di kemas ke dalam botol 100
ml, pengemasan ini dilakukan oleh asisten apoteker.
d. Distribusi dan Penyerahan Obat
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr.M.Salamun pasien
terdiri atas pasien umum, kontraktor dan BPJS, pasien BPJS
meliputi pasien Askes sosial, Jamkesmas, Jamsostek, In Health,
KHS (TNI dan Polri).
33
Pendistribusian obat di RSAU Dr.M.Salamun dilakukan di
dua Apotek yaitu :
1) Apotek Reguler
Apotek reguler adalah apotek yang melayani pasien
untuk pasien umum dan pasien kontraktor serta pembelian
obat-obat bebas serta UPDS (Upaya Pengobatan Diri
Sendiri).
Pendistribusian obat pada pasien umum dimulai
dengan penyerahan resep kepada Asisten Apoteker (AA)
kemudian AA melakukan input data meliputi nama, alamat
pasien dan no telephone pasien, setelah itu dilakukan
skrining resep, kemudian dilakukan entry harga sesuai obat
yang tertera pada resep, kemudian pasien dipanggil kembali
untuk pemberitahuan harga obat tersebut jika pasien setuju
maka obat akan disiapkan oleh AA dan dilakukan
pembayaran, setelah obat selesai dikerjakan dan diberi label
serta etiket, kemudian pasien dipanggil oleh AA untuk
kemudian di serahkan obatnya.
Pendistribusian obat pada pasien kontraktor hal
pertama yang dilakukan pasien adalah menyerahkan obat
kepada AA kemudian dilakukan input data dan kelengkapan
dokumen, tetapi tidak dilakukan entry harga karena biaya
ditanggung oleh perusahaan setiap 1bulan sekali, setelah
dokumen lengkap dilakukan skrining resep setelah itu obat
34
disiapkan dan kemudian diberi etiket serta label kemudian
di serahkan kepada pasien.
Pembelian obat-obat bebas dan setelah pasien
melakukan pembelian maka petugas AA wajib menulis obat
yang dibeli di buku pembelian meliputi nama obat dan
jumlah obat yang dibeli, kemudian pada saat pergantian
shift obat-obatan yang telah ditulis di buku dilakukan entry
harga secara bersamaan oleh petugas AA.
2) Apotek BPJS
Apotek BPJS hanya melayani pasien BPJS saja,
pendistribusian obat pada pasien BPJS hal yang pertama
dilakukan adalah penyerahan resep serta dokumen meliputi
SEP (Surat Elegibilitas Pasien) dan Resume Medik kepada
AA dilakukan di Loket A, kemudian AA memberikan
nomor antrian, setelah dilakukan cek riwayat pasien dan
kemudian dilakukan input data setelah data selesai
dilakukan entry harga setelah itu obat disiapkan oleh AA
kemudian pemberian etiket dan label, tetapi pada saat
penyerahan obat untuk pasien BPJS dilakukan di loket B
yang tempatnya masih berada di Apotek BPJS sementara
untuk pasien KHS dilakukan pengambilan obat di Apotek
Reguler, pada saat penyerahan resep hal yang disampaikan
35
meliputi cara penggunaan obat, waktu penggunaan obat,
dan fungsi obat.
e. Depo Obat
Depo obat yang ada di RSAU Dr. M. Salamun Bandung
ditempatkan di ruang OK dan ruang ICU. perbekalan farmasi
tersebut yang terdiri dari Obat-obatan yang fast moving
f. Penyediaan Informasi dan Edukasi bagi Staf Medik, Tenaga
Kesehatan lain, Pasien, Keluarga pasien dan Masyarakat
1) Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik dan
tenaga kesehatan. Pemberian informasi bagi para staf medik
biasanya dilakukan pada saat rapat komite medik, hal yang
biasanya disampaikan pada saat rapat komite medik
meliputi pengadaan obat baru, keefektifan penggunaan obat,
atau hal lainnya yang menyangkut pekerjaan kefarmasian.
2) Pemberian informasi bagi pasien, keluarga pasien dan
masyarakat. Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan
pelayanan untuk memberikan informasi secara akurat, tidak
biasa dan terkini kepada dokter, perawat, dan pasien.
Kegiatan dalam melaksanakan PIO meliputi : memberikan
informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif,
menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
36
lainnya hal. leaflet atau brosur tentang obat-obatan
termasuk kedalam Pelayanan Informasi Obat.
g. Pengawasan Expire date
Stok opname adalah istilah lain dari perhitungan fisik
persediaan. Tujuan diadakannya stock opname untuk mengetahui
kebenaran catatan dalam pembukuan, dengan diadakannya stock
opname maka akan diketahui apakah catatan dalam pembukuan
stok persediaannya benar atau tidak, jika ternyata ada selisih antara
stok opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan ada
transaksi yang belum tercatat atau bahkan ada kecurangan dari
sistem persedian, stok opname juga dapat mengetahui kadaluarsa
suatu obat karna dilakukan pengecekan pada obat-obat tersebut.
Pengawasan kadaluarsa obat di instalasi farmasi RSAU Dr.
M. Salamun yang di bantu oleh pihak gudang dan melakukan
pencatatan di kartu stock, dilakukan pada saat awal penerimaan
perbekalan farmasi baik sediaan farmasi berupa obat-obatan
maupun alat kesehatan. Sediaan farmasi yang masuk ke instalasi
farmasi maupun gudang dalam penyimpanan di gunakan sistem
FIFO dan FEFO.Kegiatan tersebut dilakukan agar pada saat
pelayanan obat, obat tersebut didahulukan keluar sebelum
kadaluarsa. Obat yang masuk daftar tersebut harus memenuhi
syarat agar obat tersebut dapat dikeluarkan lebih dahulu, antara lain
obat tersebut masih mempunyai bentuk fisik yang sesuai dan
37
bagus, mempunyai jarak minimal 3 bulan sebelum kadaluarsa dan
dalam keadaan baik. Dan dibuat buku defecta untuk memesan
sediaan farmasi baik berupa obat maupun alat kesehatan, untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Pengawasaan obat golongan
narkotika dan psikotropika harus di tempatkan di tempat yang
khusus tidak boleh di gunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika, harus di buat dari bahan yang kuat lemari di bagi dua
masing-masing dengan kunci yang berlainan. Obat narkotika dalam
pelaporannya harus di laporkan ke dinkes , jika perbekalan farmasi
telah kadaluarsa maka akan dimusnahkan, sedangkan untuk alat
kesehatan (alkes) akan dikembalikan kepada distributor dengan
tetap memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai aturan
dari distributor
2.2.5 Uraian Tugas dan Kewenangan Asisten Apoteker di Rumah Sakit
a. Memberikan informasi obat - obatan kepada pasien, keluarga
pasien dan tenaga kesehatan lain yang berada di rumah sakit.
b. Memelihara kelancaran pencatatan penambahan dan pengurangan
barang pada kartu stock.
c. Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan obat
dan alat-alat kesehatan dengan syarat-syarat teknis farmasi.
d. Melaksanakan permintaan barang ke gudang untuk stock
persediaan.
e. Pengawasan obat kadaluarsa.
f. Pembuatan laporan jumlah resep
38