salam redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan...

40
Realita Haji : 1 Edisi VII / Tahun 2011

Upload: buikiet

Post on 30-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 1Edisi VII / Tahun 2011

Page 2: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 2Edisi VII / Tahun 2011

Salam Redaksi 3Surat Pembaca 4Sorotan 5Fokus Realita 6Info Daerah 13Perspektif 16Asrama Haji 18Opini 21Resensi Buku 27Hajisiana 32Kronika Dalam Negeri 34Kronika Luar Negeri 36 PIAK (Program Inisiatif Anti Korupsi) 38

Daftar ISI

Realita Haji : 2Edisi VII / Tahun 2011

Page 3: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 3Edisi VII / Tahun 2011

PengarahSlamet Riyanto

Penanggung JawabCepi Supriatna

Pimpinan RedaksiM. Amin Akkas

Wakil Pimpinan RedaksiAli Rokhmad

Sekretaris Redaksi Affan RangkutiRedaktur SeniorAhmad Baedowi

Mustofa HelmiRedaktur

A. KartonoZainal Abidin SupiAhmad Djunaedi

Bahar MaksumToto Sugiarto

EditorEdy Supriyatna

SuviyantoKadar SantosoNashir Maqsudi

Reza MuhammadDesain Visual & Fotografer

Syaiful AsifuddinTau q Erwin Haryadi

Misbachul MunirAhmad Rizal

Dhias Rangga AnantaSekretariatTamriyanto

Erwin JulistyawanRatna SalbiahKun Ismanto

Eko Dwi IriantoWidya NingsihFajris Saidah

Endang SugandiHerianto

Diterbitkan Oleh :Ditjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah Kementerian Agama RI

Alamat Redaksi :Gedung Kementerian Agama ,

Lt.VI/B.608Jl. Lapangan Banteng Barat, No.3-4

Jakarta Pusat 10710Telepon (021)3846446, Fax.

(021)34831417Email: [email protected]

Salam Redaksi

Gambaran Kemabruran HajiAssalamu’alaikum Wr. Wb

Usai penyelenggaraan ibadah haji, seperti sekarang ini, banyak orang mempertan-yakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya kiprah mereka di tengah-tengah masyarakat, tidak begitu nampak. Bahkan, secara kwantitas jumlah jemaah haji di negara kita cukup besar. Bayangkan, setiap tahun tidak kurang dari 220.000 orang menunaikan ibadah haji dari negara kita.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, telah berusaha membina mereka bekerjasama dengan IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) serta ormas-ormas keagamaan Islam lainnya, seperti dengan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan sebagainya. Tetapi itu tadi, karena kiprah mereka di tengah-tengah masyarakat tidak nampak, keberadaan mereka pun dipertanyakan.

Padahal, bisa kita yakini, semua jemaah haji, bukan hanya dari negara kita, tetapi dari seluruh penjuru dunia, saat menunaikan ibadah haji, harapan mereka adalah untuk meraih haji mabrur, karena kepada mereka Allah menjanjikan surga sebagai balasannya.

Tentu saja, untuk meraih haji mabrur tidak ringan tantangan dan ujian yang harus dihadapinya. Contohnya, seperti ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim alaihis salam. Beliau diuji harus menyembelih putranya, Ismail sebagai kurban. Istrinya, Siti Hajar ber-juang mencari air di tengah-tengah gurun sahara yang tandus untuk memberi minum Ismail yang kehausan hingga harus lari-lari kecil dari bukin shofa ke marwa beberapa kali dalam keadaan terik matahari yang menyengat. Jangan bayangkan, kondisi lokasi yang sekarang menjadi tempat sa’i itu seperti sekarang yang sejuk dengan berlasakan marmer.

Mampukah para jemaah haji menunaikan ibadah haji sebagaimana ujian yang harus dijalani oleh Nabi Ibrahim? Ingat, hampir seratus persen, ibadah haji merupakan napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim bersama keluarganya. Kalau mereka bisa bersabar, sebagaimana kesabaran Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah, insya Allah, mereka bisa meraih haji mabrur.

Bagaimana tanda-tanda kemabruran haji seseorang? Secara singkat Rasulullah SAW mengatakan, menyebarkan salam, memberikan makan pada orang lain. Dalam bahasa kekinian, hal itu bisa dikatakan dengan adanya kepedulian sosial. Peduli pada masyarakat sekitarnya untuk turut meningkatkan kesejahteraannya, peduli untuk ikut medidik masyarakatnya agar punya ilmu pengetahuan yang lebih baik, peduli pad masyarakat sekitar untuk meningkatkan kesehatan mereka dan sebagainya, termasuk langkah konkret memberikan makan pada mereka yang membutuhkannya.

Gambaran itu sebagai isi laporan utama atau fokus realita majalah yang kini ada di tangan pembaca yang budiman. Topik itu kita angkat sebagai upaya untuk saling mengingatkan, terutama kepada mereka yang telah menunaikan ibadah haji untuk bisa memelihara kemabruran hajinya dengan berkiprah di tengah-tengah masyarakatnya se-bagai wujud adanya kepedulian sosial tadi.

Laporan lainnya, tetap hadir sebagaimana biasanya. Seperti info kebijakan, opini, laporan dari daerah, manasik haji, resensi buku dan sebagainya.

Semoga apa yang kami sajikan dalam majalah yang kita cintai ini, bisa menambah wawasan kita dalam memahami arti penting penyelenggaraan ibadah haji yang hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup kita, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasu-lullah SAW. Selebihnya, Rasulullah lebih mengutamakan pengabdian atau ibadah sosial. Semoga bermanfaat

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Redaksi Realita Haji

Realita Haji : 3Edisi VII / Tahun 2011

Page 4: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 4Edisi VII / Tahun 2011

Bismillah.Assalamu’alaykum

Redaksi Kemenag,Semoga senantiasa dalam lindungan Allah.Ada pertanyaan, jika kami sudah divaksin dan masih valid ketika haji nanti dan kami sudah punya paspor sendiri, apakah biaya haji yang perlu kami bayar dipotong sejumlah biaya paspor & vaksin tsb? karena biaya yang dibayarkan adalah sudah termasuk pembuatan paspor & vaksinasi.

Jazakumullahu khairan.

Terimakasih telah menghubungi kami,

Perlu Anda ketahui, bahwa tidak ada prosedur pengembalian BPIH untuk pengurusan passport karena pengurusan passport menggunakan komponen indirect cost, jadi pengurusan passport memang tidak dibayarkan langsung oleh Jemaah oleh karena itu maka tidak ada pengembalian biaya. sedangkan vaksinasi adalah domain dari Kementerian Kesehatan dan setahu kami pemberian vaksin telah dianggarkan melalui APBN, oleh karena itu layanan-layanan tersebut adalah layanan yang tidak dibayar oleh Jemaah dan tentunya tidak ada pengembalian biaya.On Mon, 14 Nov 2011 04:02:08 -0800 (PST), Alif

Priyo W wrote:

On Fri, 11 Nov 2011 18:57:02 -0800 (PST), MaMoeTz SoeMaNdJaYa wrote:Info kurang lengkap apa saya yang kurang mencari....... tapi untuk info pemulangan kloter tidak ada....... yang saya mau tanyakan tanggal dan jam berapa kloter 5 (Jakarta) tiba di Indonesia....... kalo saya liat info pemulangan ada 2 yang mana yang benar

Abu Maryam Alifhttp://www.bukushahih.com/

Berdasarkan link:http://haji.kemenag.go.id/index.php/subMenu/info_publik_haji/penyelenggaraan_ibadah_haji/jadwalpulang/45

diketahui kloter 5 pondok gede tiba di Jakarta pada:15-11-2011 11.45 PONDOK GEDE 5 GIA7403Email secured by Check Point R75wlkmslm wr wb

On Mon, 31 Oct 2011 19:35:39 -0700 (PDT), Viska Rilina wrote:

Assalamualaikum wr.wb.Saya ingin menanyakan berapa lamakah pengambilan nomor porsi dari bank? padahal semua dokumen dari Depag Jaksel sudah diserahkan ke bank, tapi sesuai info dari Bank Syariah Mandiri bahwa jaringan antara bank dengan Depag Pusat sedang offl ine dan hal ini seudah memakan waktu lebih dari 2 minggu. Mohon penjelasannya.Terima kasih.Wassalam.

bisa diinfokan lebih lanjut mengenai nomor spph dan nomor registrasi pendaftarannya?, mengenai masalah pendaftaran jika terjadi problem teknis sesuai SOP pihak BSM menghubungi IT internal BSM dan HelpDesk Siskohat pusat, dan selama ini tidak pernah terjadi offl ine di BSM apalagi sampai dengan 2 minggu. bisa dinfokan personel yang memberikan info tersebut sehingga kami bisa meneruskan ke pihak BSM

terima kasih

On Mon, 7 Nov 2011 07:29:36 +0700, Palyono Tock wrote:Ass. wr. wb,

Saya ingin daftar haji, namun beberapa informasi yg saya peroleh meragukan saya khususnya tempat pendaftaranMohon bantuan informasi pendaftaran haji harus kekantor mana untuk lokasi rumah saya di Jakarta Timur. Atas perhatian dan bantuannya diucapkan terima kasih.

Terimkasih telah menghubungi kami,

Untuk tata cara pendaftaran haji silahkan anda kunjungi video multimedia di link berikut: http://haji.kemenag.go.id/index.php/subMenu/multimedia/video/detail_multimedia/22Jika anda berada dijakarta timur, silahkan anda datangi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur

Surat Pembaca

Page 5: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 5Edisi VII / Tahun 2011

Sorotan

Paska Haji:Saatnya Tunjukkan Kepedulian SosialDrs. M. Amin Akkas, M.Si

Selesai sudah penyelenggaraan ibadah haji 1432H/2011M. Para jemaah haji sudah kembali ke rumah masing-masing, kecuali beberapa orang yang meninggal dunia atau sedang menjalani rawat inap di beberapa rumah sakit di Arab Saudi.

Demikian juga para petugas haji dari berbagai instansi pemerintah, kini sudah kembali ke Tanah Air setelah sekitar 70 hari melayani para tamu Allah menunaikan rukun Islam ke lima di Tanah Suci demi meraih haji mabrur. Kini mereka siap-siap untuk mengadakan evaluasi atas tugas yang dilaksanakannya serta menyiapkan rencana penyelenggaraan ibadah haji tahun berikutnya.

Lantas bagaimana dengan para jemaah haji yang baru menyelesaikan kesempurnaannya sebagai orang Islam? Bagaimana peran mereka di tengah-tengah masyarakat setelah menyandang predikat sebagai Pak Haji atau Bu Hajjah. Karena, ketika menunaikan ibadah haji, sebenarnya mereka sedang menjalani latihan sekaligus ujian untuk kesempurnaan sebagai seorang muslim dan muslimah, sehingga ketika kembali ke tengah-tengah masyarakatnya, mereka harus menunjukkan, bagaimana berperan, minimal menunjukkan, kini mereka bukan seperti masyarakat kebanyakan yang belum menunaikan ibadah haji. Itu untuk menunjukkan, kalau mereka meraih haji mabrur.

Untuk menggambarkan seseorang meraih haji mabrur, ada baiknya kita perhatikan suatu riwayat yang sangat populer di kalangan masyarakat Islam. Pada suatu masa ada seseorang yang berniat menunakan ibadah haji. Untuk itu dia kumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk bisa sampai di Tanah Suci sekaligus bisa melaksanakan serangkaian ibadah haji. Perjalananpun dimulai jauh-jauh hari sebelum puncak ibadah haji, yakni wukuf di Arafah berlangsung mulai 8 Dzulhijjah.

Di tengah perjalanan, dalam suatu pemukiman masyarakat, dia menyaksikan beberapa orang di antaranya sedang kelaparan. Mereka terancam mati, jika tidak segera ditolong. Calon jemaah haji ini pun bimbang, apakah terus menunaikan badah haji atau menolong orang-orang yang sedang kelaparan tadi. Tanpa pikir panjang, dia pun menyerahkan bekal-bekalnya, sehingga orang-orang itu terselamatkan jiwanya. Dia pun kembali ke rumahnya, tanpa sempat menunaikan ibadah haji.

Sampai di rumahnya, dia mendapati seseorang berjubah putih, berpenampilan menarik dan ganteng. ‘’Selamat, Anda telah menjadi haji mabrur,’’ kata orang itu tanpa memperkanalkan dirinya dan orang yang ‘’gagal’’ menunaikan ibadah haji itu, juga tidak mengenalnya.

Orang ini pun sangat malu, karena para tetangganya sudah tahu, kalau dirinya berangkat menunaikan ibadah haji dengan bekal cukup. ‘’Ah jangan bercanda, saya malu tidak jadi menunakan ibadah haji,’’ ujarnya.

Belum sempat sang tamu menjawab, dalam sekejab telah menghilang. Rupanya tamu tadi malaikat yang diutus oleh Allah untuk memberitahukan, bahwa dirinya telah diangkat oleh Allah SWT meraih haji mabrur. Subhanallah......

Memperhatikan riwayat singkat tadi, menunjukkan bahwa Allah lebih memberikan perhatian kepada seseorang yang lebih memperhatikan orang lain, dari pada beribadah untuk dirinya sendiri, hatta dalam pelaksanaan ibadah haji sekalipun. Allah lebih menghargai dan memberikan derajat setinggi-tingginya, sederajat dengan haji mabrur terhadap seseorang yang lebih memperhatikan kehidupan sosialnya, termasuk membantu orang lain yang sangat memerlukan pertolongan.

Realita Haji : 5Edisi VII / Tahun 2011

Page 6: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 6Edisi VII / Tahun 2011

Haji Mabrur dijanjikan Allah dengan surga. Tanda kemabruran adalah salah satunya semakin meningkat kesalehan

sosialnya. Haji Ali, sebut saja namanya begitu. Ia pegawai biasa pada sebuah perusahaan negara. Gajinya yang tak seberapa besar ia kumpulkan hingga bisa menunaikan ibadah haji. Karena itu ia baru bisa berhaji setelah pensiun. Uang terkumpul cukup lama untuk memberangkatkan diri dan istrinya tahun 2008.

Ketika kesempatan haji ia peroleh dengan uang yang sangat halal itu,

Menata dan Mengelola Kemabruran Haji

Fokus Realita

Realita Haji : 6Edisi VII / Tahun 2011

Haji Mabrur dijanjikan Allah dengan surga tanda kemabruran adalah salah satunya semakin meningkat kesalehan sosialnya.

ia begitu bersyukur dan menangisi kemurahan Allah kepadanya. Sungguh nikmat berhaji dengan harta yang dimpulkan lama. Karena itu ketika Kakbah yang kokoh itu ia lihat pertama kali, ia hampir saja pingsan karena tak percaya. Ia lalu bersimpuh lama di hadapan Kakbah. “Ya Allah kami tak bisa membalas kebaikanmu,” katanya lantang di sisi Hajar Aswad. Sepulang haji, kesalehannya terlihat. Salat lima waktu hampir ia laksanakan secara berjemaah di masjid yang tak jauh dari rumahnya. Dari uang pensiunannya yang tak seberapa besar ia masih sisakan untuk dana sosial. Rumahnya

sederhana. Ia begitu menikmati hidup sebagai anugerah Allah ini.

Setiap bulan sekali, rombongan kloternya yang berjumlah 40 orang berhimpun mengadakan pengajian secara bergiliran. Mereka saling membawa makanan. Ceramah yang menyejukkan membuat mereka semakin menikmati hidup anugerah Allah ini. Setiap pertemuan selalu dihimpun dana untuk bantuan kemanusiaan. Mereka kemudian membuat koperasi yang bertujuan untuk membantu pengadaan lapangan kerja.

Jika Haji Ali melakukan hal

Page 7: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 7Edisi VII / Tahun 2011Realita Haji : 7

Edisi VII / Tahun 2011

itu semua dengan kloternya asal Tangerang, maka hal yang sama juga dilakukan jemaah haji asal Jawa Barat. Menurut Drs. H. Ahmad Saefurridjal, 52 tahun, sekretaris Pondok Pesantren Sirna Miskin, Babakan Ciparai, Kopo, Badung Selatan, hampir semua jemaah haji di wilayah itu memiliki kecenderungan yang sama.

Sebagai pembimbing KBIH Al-Hijaz yang kemarin ditunjuk sebagai TPIHI Kloter 5 Jawa Barat, ia tahu persis apa yang dilakukan jemaahnya.

“Rata-rata sepulang haji mereka haus kumpul-kumpul dengan sesama jemaah haji dan memperdalam ilmu agama,” kata kiai yang juga dosen Universitas Islam Nusantara Bandung dan anggota Pleno MUI Jawa Barat ini. Bagi jemaah Al-Hijaz bisa dilihat dari kemegahan masjid Al-Jihad di Kiara Condong serta fasulitas pendidikan di situ. “Jemaah tidak perlu diminta kalau urusan sumbang menyumbang,” kata sarjana IAIN Bandung ini.

Untuk mengarahkan kemabrurah haji, menurut Ajengan Saeful,

harus dimulai sejak jemaah hendak menunaikan ibadah haji. Dalam kaitan itu, ia selalu memberikan bimbingan secara teoritis melalui kajian fi kih empat mazhab.

“Ini perlu kita tekankan agar jemaha tidka menyalahkan otang lain,” katanya. Sering kali ia melihat orang yang menyalahkan orang lain karena tak memiliki penegrahuan. “Alhamdulillah, jemaah kami bisa faham. Sebab, bisa ditakutkan muncul sangkaan dia yang salah atau orang

lain yang salah. Meski jalur utama manasiknya tetap pada mazhab Syafi ’I yang dijadikan pegangan.” Kemudian, dengan pengetahuan empat mazhab itu ia bisa memilih waktu yang tepat untuk ukuran kemampuannya. “Haji itu berat,” tukasnya. Karena itu, ia menhyarankan jemaahnya tak perlu wudlu lagi ketika menyentuh wanita saat thawat. “Kalau ngikuti yang batal, wudlunya jauh. Kita ambil mazhab Maliki sebagai jakan darurat.”

Begitu juga mabit di Muzdalifah yang ada yang menyatakan wajib dan

dan Hanafi nyatakan sunnah. “Sering kali bus tak tahu medan langsung nyasar ke Mekah dari Arafah dan tidak mabit di Muzdalifah. Atau bus terpaksa keluar Muzdalifah sebelum tengah malam.” Padahal, batasan bermalam harus lewat tengah malam. Tapi, hitungan Arab Saudi, jam 23.00 dianggap tengah malam karena dihitung sejak magrib. Akibatnya banyak bus yang berangkat tanpa jemaah karena tunggu tengah malam. Dalam kaitan ini, bisa melihat kisah Umi

Saudah yang kesulitan ke Mina karena kegemukan sehingga ia berangkat duluan sebelum tengah malam dari Muzdalifah dan diikuti Sayyidatina Aisyah karena Umi Saodah sendirian.

“Dari sini boleh jika ada darurat.”

Dalam kaitan jamarat, afdal setelah tergelincir matahari. Imam Thawus (tabi’in) berhaji 40 kali menyatakan bahwa Rasulullah bukan melarang melontar di waktu lainnya dan tidak ada perintah sksplisit bakdazzawal.

Nabi hanya mencontohkan. Melontar jam 03.00 dan bukan dari

Page 8: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 8Edisi VII / Tahun 2011

Realita Haji : 8Edisi VII / Tahun 2011

Indonesia saja dan dibuka sejak 01.00 dinihari. “Pemerintah kita justru melarang bakdazzawal.

Disamping itu menjadi penting belajar membaca doa-doa karena terkait tempat mustajab, meskipun tak ada ajarannya. “Bahkan aAda yang pingin ulang umrah karena pingin dibimbing doa tawaf dan sainya.” Demikian juga perlunya bisa membaca Al-Quran. “Tidak semua jemaah haji bisa baca Al-Quran. Jadi perlu belajar dalam waktu tiga bulan bisa, termasuk muallaf.”

Bimbingan selain tentang manasik yang tak kalah penting adalah keimanan, bersuci, salat, dan akhlaqnya. “Ini kita bina terus, sebab, tidak semua jemaah sudah lengkap keimanannya, hanya keinginannya saja yang kuat untuk naik haji. Jadi, dilengkapi dengan pendidikan agama yang lain.” Termasuk bagaimana melaksanakan salat jenazah. Banyak jemaah kita yang tidak tahu cara salat jenazah. Begitu juga sujud tilawah. Di

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi setiap subuh hari Jumat selalu dibaca surah Assajdah yang ada sujud tilawah pada rekaat pertamanya. “Jika tak dijelaskan banyak jemaah yang salatnya kacau.”

Manasik Gaya TurkiJika pelajaran manasik haji di

Tanah Air hanya dilaksanakan dua minggu sekali, maka berbeda ketika sudah sampai di tanah suci. “Selama di Tanah suci seminggu justru dua kali kita lakukan di halaman Masjidil Haram dan Masjid Nabawi atau di hotel mengambil ruang makan, lobi, atau koridor.” Menurut Saefurrijal, cara ini ia adopsi dari cara pendalaman manasik haji jemaah haji Turki.

Pendidikan dan pendalaman manasik di Arab Saudi lebih banyak membahas kasus perkasus. Misalnya, kasus Arbain di Madinah ketika ada jemaah yang ketinggalan. “Jawaban kami, tak mengapa asal bisa salat

jemah di masjid Nabawi meskipun tak ikut jemaah yang resmi,” katanya. Ketika di Mekah juga ada selebaran yang menyatakan fadilah salat dengan kelipatan 100.000 kali itu tak hanya di Masjidil Haran. “Ini kita diskusikan sehingga bisa menolong jemaah yang tinggal jauh dari masjid. Atau kita cari masjid di sekitar pemondokan.”

Tapi, yang paling meresahkan adanya ceramah di masjid-masjid di luar Masjidil Haram yang menganggap semua amal ibadah kita jadi bid’ah dan musyrik. Ulama Saudi membatasi dam sama dengan kurban yang harus selesai pada hari-hari tasyrik. “Itu menyesatkan. Dam berbeda dengan kurban.” Begitu juga dengan tuduhan gelar haji sebagai bid’ah. Pakai kata sayyidina untuk Nabi Muhammad langsung dianggap musyrik. “Ada jemaah kita yang termakan dan salahkan kita. Tapi, setelah kita jelaskan semua mereka faham.”

Begitu juga soal tahiyyatul masjid di Masjidil Haram. Rasulullah

Page 9: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 9Edisi VII / Tahun 2011Realita Haji : 9

Edisi VII / Tahun 2011

SAW memang tidak melaksanakan tahiyyatul masjid selain thawaf. Tapi, itu kita harus lihat kondisinya masa lalu yang terbuka tak ada bangunan masjid. Rasulullah sendiri pernah melaksanakan thawaf dengan naik unta.

“Sekarang Masjidil Haram sudah berubah jadi bangunan sehingga menuruit saya sekarang boleh melaksanakan tahiyyatal masjid,” kata wakil ketua Assosiasi Bina Haji dan Umrah NU Jawa Barat itu.

Haji MabrurLantas, siapa yang tahu

kemabruran haji? Hanya Allah SWT saja yang tahu. Tapi, secara lahiriyah bisa kita lihat ia semakin saleh kehidupan kesehariannya. KBIH atau Ketua Rombongan pada kloter tertentu juga mengambil inisiatif membuat wadah semacam majelis taklim. “Setiap Selama malam kami selenggarakan pengajian yang dihadiri ratusan jemaah haji,” katanya. Sifat pengajian itu terbuka, tak peduli harus jemaah haji yang dikelolalanya. Memanf, ytang duharapkan datrantg adalah jemaah Al-Hijaz dan calon jemaah hajinya. Al-Hijaz berdiri sejak tahun 1996. Hingga kini sudah 15 kali memberangkatkan jemaah haji dengan jumlah jemaah bervariasi antara 40 sampai 90 jemaah. “Sayang kalau tidak ada bimbingan sepulang haji karena di sinilah dampak ibadah haji itu,” kata alumnus Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta tahun 1978 ini.

Sasaran Al-Hijaz adalah menjadikan jemaah haji yang dibinanya setidaknya bisa menjadi imam salat berjemaah dan memimpin tahlil. “Sebab, di masyarakat kita gelar haji itu berat dan akan selalu dikedepankan setiap ada acara keagamaan,” kata cucu KH Ahmad Dimyathi, Pendiri Pondok Pesantren Sirna Miskin yang juga teman dekat Menteri Agama KH Wahid Hasyim itu.

Banyak jemaah hajinya yang kini aktif di masyarakat. “Pada acara-acara tertentu ketua panitianya anggota jemaah kami,” kata Saefurrijal. Dalam penilaian Ajengan Saeful, jemaahnya semakin kerap ke masjid. “Kami sebagai pembimbing memberi tolok ukur kemabriuran itu dengan ibadahnya yang selalu meningkat. Kepedulian sosial jemaah Alhijaz juga meningkat. Ada yang suka rela mendorong jemaah yang harus menggunakan kursi roda saat tawaf dan sai. Ada saweran

karena ada jemaah kehilangan secara spontan,” kata salah seorang pengasuh pondok pesantren yang memiliki 1.500 santri itu.

Sekarang kita bisa bayangkan, jika 221.000 jemaah yang baru pulang itu seperti Haji Ali atau seperti anjuran Ajengan Saefurrijal, Negara ini akan segera menjadi negara yang digambarkan Allah sebagai _baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur._ Atau negara adil makmur dan _gemah ripah loh jinawi_. (MH)

Page 10: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 10Edisi VII / Tahun 2011

Haji mabrur merupakan dambaan setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji, namun haji mabrur selain dituntut

lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, juga diwujudkan dengan memperbanyak amal saleh dalam dimensi sosial, menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Para Hujjaj Agar Jadi Pelopor di Masyarakat

Menteri Agama Suryadharma Ali saat menyambut jemaah haji kloter terakhir di terminal haji bandara internasional, Soekarno-Hatta Cengkareng, Minggu (11/12) mengingatkan jemaah senantiasa agar menjaga kemabruran. “Jemaah juga agar menjadi pioneer (pelopor) di tengah masyarakat,” kata Menag

Ia berharap para hujjaj yang baru saja tiba dari tanah suci untuk selalu melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. “Sekarang ini sudah cukup banyak orang yang pandai bicara, kini kita harapkan orang yang mau berbuat untuk masyarakat, harapan ini hendaknya diwujudkan oleh jemaah,” tutur Menag.

Harapan senada juga dikemukakan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama HM Kusasi kepada jemaah haji yang baru saja tiba melalui Debarkasi Haji Balikpapan Kalimantan Timur. “Jaga dan pelihara secara terus menerus kemabruran dan kemaqbulan haji yang telah diperolah para jemaaah haji. Khususnya dengan menjaga diri dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah SWT,” kata Kusasi saat mewakili Gubernur Kaltim dalam sambutan jemaah kloter awal, baru-baru ini.

Kloter yang ini terdiri dari jemaah haji asal Kota Balikpapan dan Kabupaten Malinau Kaltim.

Selain meningkatkan kualitas hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) seperti ibadah shalat, zakat dan ibadah lainnya, kata Kusasi, para hujjaj hendaknya juga meningkatkan hablumminannas (hubungan antar sesama manusia) seperti ibadah sosial kemasyarakatan dan kegiatan sosial lainnya. Terutama lanjutnya, lestarikan persaudaraan dan silaturrahim antar sesama jamaah haji dengan cara bergabung dalam suatu wadah atau organisasi seperti Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) di daerah masing-masing.

Menurut dia, meskipun proses keberangkatan dan pemulangan jamaah haji merupakan rangkaian panjang dan cukup berat, namun mulia yang melibatkan banyak orang dan banyak pihak serta instansi dan fasilitas. “Apalagi, pengalaman berhaji tentunya sudah dirasakan masing-masing jamaah dengan suka dan dukanya yang berbeda antara orang. Itulah pengalaman spiritual, pengalaman ziarah yang cukup berarti dalam menuju kesempurnaan hidup duniawi, baik sebagai pribadi, masyarakat maupun sebagai insan pembangunan yang religious,” katanya.

Fokus Realita

Abdul Muis, Kepala Bidang Haji, Zakat dan Wakaf Kantor Kemenag Kalimantan Timur yang juga Sekretaris IPHI Kaltim.

Realita Haji : 10Edisi VII / Tahun 2011

Page 11: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 11Edisi VII / Tahun 2011

Pada tahun ini menurut Kakanwil Drs H.M Kusasi, M.Pd, jumlah jemaah ji Embarkasi Balikpapan termasuk petugas kloter yaitu berjumlah 5.873 orangdengan rincian, Provinsi Kaltim 3.109 orang, Provinsi Sulawesi Tengah 1.953 orang dan Provinsi Sulawesi

Utara 811 orang. Masa keberangkatan dimulai dari tanggal 02 Oktober s/d 30 Oktober 2011, sebanyak 19 kloter terbagi menjadi 2 (dua) gelombang. Gelombang pertama sebanyak 6 kloter dan gelombang kedua sebanyak 13 kloter. Sedangkan masa kedatangan tiba di Embarkasi Balikpapan

akan berlangsung dari tanggal 12 November s/d 12 Desember 2011.

Proses pelayanan bagi jemaah sebelum berangkat ke tanah Suci yaitu para jamaah menyelesaikan proses imigrasi, pengambilan pasport, living cost dan pemeriksaan x-ray tas

tenteng, lalu menuju bus untuk diantar ke bandara Sepinggan Balikpapan.

Ditambahkannya, secara keseluruhan jemaah haji asal Embarkasi Balikpapan berjumlah 5.873 orang yang terbagi dalam 19 kloter masuk dalam dua gelombang pemberangkatan. Masing-masing Kaltim sebanyak 3.109 orang dan

Sulawesi Tengah (Sulteng) berjumlah 1.953 orang serta Sulawesi Utara (Sulut) sekitar 811 orang.

Kelompok Terbang (Kloter) pertama Jamaah Haji Kaltim dilepas secara resmi oleh Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak. Gubernur

dalam sambutannya berpesan kepada jamaah haji, agar menjaga kondisi fi sik dan fokus beribadah, “berhaji bukanlah rekreasi atau berbelanja, dan yang paling penting menjaga nama baik bangsa Indonesia, khususnya Provinsi Kaltim, dengan mentaati peraturan setempat dipemondokan, jangan merusak nilai-nilai ibadah”, jelasnya.

Kelompok Terbang (Kloter) pertama Jamaah Haji Kaltim dilepas secara resmi oleh Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak. Kloter satu ini merupakan gabungan dari Kota Balikapapan dan Kabupaten Malinau yang berjumlah 323 orang.

Kloter pertama ini tergabung dalam Gelombang Satu yang tergabung dalam Kloter 1-6 dan Gelombang kedua yang akan menerbangkan Kloter 7-19. Selain Kaltim yang juga ikut dalam Embarkasi Haji Balikpapan

adalah Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

Realita Haji : 11Edisi VII / Tahun 2011

Page 12: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 12Edisi VII / Tahun 2011

Gubernur mengatakan bahwa haji mabrur merupakan tujuan akhir dari ibadah ini, dimana ukurannya terlihat setelah sekembalinya dari ibadah haji ada peningkatan kadar keimanan dan

ibadah, ada perubahan akhlak dan tingkah laku menjadi lebih baik.

Ia juga berpesan, kepada petugas agar dapat menjalankan tugas dengan baik, tulus dan ikhlas, kepada jamaah

yang muda agar perhatian kepada yang tua, saling tolong-menolong dengan sesama. “Selamat jalan ke tanah suci, semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan, sehingga

ibadah Haji berjalan tertib, lancar, khusuk dan tawaddu, dan kembali ke tanah air dengan selamat”, ujarnya.

Memang tidak gampang bagi seseorang berkopiah putih alias

menyandang haji. Sebab hal itu tentu menjadi simbol keteladanan iman dan moral. Di sinilah peranan Ikatan Persatuan Haji Indonesia (IPHI) melakukan pembinaan keorganisasian demi mempertahankan keteladanan haji. IPHI sebagai organisasi para haji harus dapat mengemban amanah, peduli terhadap lingkungan, dan terus meningkatkan kualitas keilmuan, keimanan dan ketaqwaan, serta berpikir, menggali, memahami, dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

“Untuk mendukung cita-cita tersebut, antara lain diperlukan sistem pengorganisasian yang solid yang mampu melibatkan peran serta para hujjaj sesuai dengan profesi masing-masing dan mampu menampung bermacam aspirasi,” kata Abdul Muis, Kepala Bidang Haji, Zakat dan Wakaf Kantor Kemenag Kalimantan Timur yang juga Sekretaris IPHI Kaltim.

Ia juga mengungkapkan kegiatan IPHI di propinsi ini khususnya di ibukota propinsi yakni, kota Samarinda. Beberapa waktu lalu telah dibangun Gedung Haji berlantai tiga dengan biaya hampir Rp 1 Milyar, yang diresmikan pada 30 April 2008 oleh Ketua Umum IPHI saat itu H. Mubarok.

IPHI Samarinda juga telah membentuk Koperasi Haji pada tahun 2010 dengan berbagai kegiatan; menjual ATK, foto copy, pengadaan baju batik seragam haji, membuka kios-kios, mendirikan travel jual beli tiket pesawat serta mendirikan PT Persaudaraan Haji. Kegiatan lain yaitu majelis taklim serta takbir akbar dan peringatan hari-hari besar Islam. “Program yang direncanakan adalah mendirikan rumah sakit, Walikota Samarinda Syahari Jaang sudah merespon dan mendukung bahkan siap menyediakan tanah,” kata Abdul Muis. (KS)

Realita Haji : 12Edisi VII / Tahun 2011

Page 13: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 13Edisi VII / Tahun 2011

Hari itu Kamis 1 Desember 2011, langit diatas kota Yogyakarta, diselimuti oleh awan yang menggayut. Sehingga suasana mendung pun menyelimuti area Alun-alun Utara Yogyakarta. Meski tampak mendung, namun suasana di sebuah sudut di Gedung PDHI yang terletak di Alun-Alun Utara Yogyakarta itu tampak menyemburatkan

keceriaan oleh para hajjah yang siang itu tengah mengikuti sebuah ta’lim khusus kaum ibu PDHI yang berlangsung tiap tanggal 1 dalam setiap bulannya.

“Pak dari pengajian tadi ada seorang ibu yang baru pulang dari haji menyumbangkan bangku untuk PDHI,” tutur seorang ibu yang berusia setengah baya saat melaporkan kepada Wakil Sekretaris PDHI Yogyakarta, Drs.H. Djuanda YHS, di ruang kerjanya, Kamis 1 Desember 2021.

Mengomentari adanya sumbangan bangku dari jemaah haji tersebut, Djuanda menerangkan bahwa PDHI ini merupakan wadah bagi umat Islam khususnya para jemaah haji dalam berderma, gotong royong untuk melakukan amal jariyah. “Ini sesuai dengan salah satu garis-garis besar dalam pendirian PDHI yaitu mempelopori bergotong dan berdana untuk beramal jariyah,” terang Djuanda kepada Realita Haji di Sekretariat PDHI Yogyakarta, belum lama ini.

PDHI ini merupakan akronim dari perpanjangan Persaudaraan Djemaah Haji Indonesia, yang berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia menerangkan, oleh karena PDHI merupakan perkumpulan dari para jemaah haji dalam membina serta menjaga kemabruran pasca haji, maka di PDHI ini pun tak ada pengkotak-kotakan pandangan, seperti Islam Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama, yang ada hanyalah satu kata, muslim.

Menurut Djuanda, kegiatan yang dilaksanakan oleh Perkumpulan PDHI berorientasi pada aspek pemeliharaan ukhuwah Islamiyyah secara luas, usaha-usaha mencapai haji mabrur, pemanfaatan kemabruran ibadah haji dalam masyarakat, menggerakkan thalabul ilmi dan amal, pelopor kerja-kerja kolektif dan amal jariyah, tidak mencampuri urusan politik dengan menitikberatkan pada persoalan kerohanian semata.

Ajaran ukhuwah Islamiyah, tambahnya, hormat menghormati, bersikap husnudhon, harus dapat terlaksana dan dinikmati bersama. Baik yang membaca Fatihah dengan membaca Bismillah atau yang tidak, yang angkat tangan dengan do’a qunut saat sholat Subuh atau yang tidak membaca do’a qunut dan sebagainya. “Inilah antara lain yang

PDHI Yogyakarta

Wadah Memelihara Amal Sosial dan Ilmu

Info Daerah

Drs.H. Djuanda YHS Wakil Sekretaris PDHI Yogyakarta,

Page 14: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 14Edisi VII / Tahun 2011

melatarbelakangi berdirinya PDHI,” urai Djuanda.

Ya, sebanyak 31 orang jamaah haji Indonesia dari Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin oleh KH. Mathori Al Huda, yang saat menunaikan ibadah haji pada tanggal 17 Syawal 1371 H bertepatan dengan tanggal 22 Juli 1952 M telah menjadi saksi dan sekaligus sebagai pencetus atas didirikannya Persaudaraan Djama’ah Haji Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya PDHI telah menyempurnakan anggaran dasarnya, kemudian diberikan status Yayasan dengan Akta Notaris No. 27 tertanggal 15 Nopemeber 1977 dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1977 dengan Nomor 278/77.

Perkembangan selanjutnya, Yayasan PDHI melakukan penyempurnaan organisasi dengan akta notaries Umar Syamhudi, S.H., Nomor 40 Tanggal 23 Agustus 1991. Kemudian melakukan perubahan dengan nama Perkumpulan PDHI dengan akta notaries Hj. Pandam Nurwulan, S.H., M.H. dengan nomor 59 tanggal 31 Juli 2002.

Karena itu, untuk memelihara dan melanjutkan semangat para pendirinya itu, PDHI tak henti-hentinya melakukan pembinaan rohani kepada jemaah haji khususnya atau ummat Islam umumnya dalam memelihara kemabruran haji melalui pengajian-pengajian atau amal-amal soleh lainnya.

Pengajian LapananDalam PDHI ini ada dua model

pengajian yaitu Pengajian Ahad Paing dan Ahad Pon, yang siklusnya berjalan per 35 hari (istilah di Jawa Lapanan). Menurut Djuanda, masing-

Gedung PDHI Yogyakarta

RSIY PDHI depan

masing dari pengajian itu topiknya berbeda-beda. Pengajian Ahad Paing ini pesertanya para aghniya, yang kebanyakan menengah keatas. Kedua pengajian ini tempatnya berpindah-pindah aliasu keliling.

“Selain pengajian lapanan ada pula pengajian yang dilakukan mingguan yaitu berlangsung tiap Jum’at dan Sabtu. Jika pengajian pada hari Jum’at dengan topik bahasan tentang tafsir Qur’an, sedang Sabtu pagi topik bahasannya yang

berkaitan dengan hal-hal yang aktual disampaikan oleh para narasumber yang kompeten dibidangnya,” katanya.

Selain menyelenggarakan pengajian di gedung PDHI, pihak PDHI juga “menyebar” da’inya untuk melakukan pembinaan rohani kepada jemaah haji dengan melalui kunjungan ke berbagai masjid yang terdapat di pelosok-pelosok wilayah DIY. Dalam melakukan kunjungan ke masjid-masjid ini, Djuanda mengaku mengunjungi 140 masjid dalam

Page 15: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 15Edisi VII / Tahun 2011

35 hari. Kunjungan ini selain untuk silaturrahim juga diisi dengan tabligh dan dari pengajian-pengajian itulah PDHI bisa menghimpun dana untuk membangun pesantren, sekolah dan rumah sakit.

Menurut Djuanda, dalam menghimpun amal sosial ini PDHI kini telah mempunyai lembaga pendidikan seperti TK, MTs di Gunung Kidul, Ponpes Ibnul Qoyim, Koperasi BMT PDHI dan Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI. RSIY PDHI ini berada di bawah departemen litbang dan pengabdian umat dibidang sosial, amal shalih dan kesehatan.

Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI adalah salah satu diantara amal usaha yang didirikan oleh Perkumpulan PDHI. RSIY PDHI terletak di Jl. Solo KM 12,5 Kalasan Sleman Yogyakarta. Operasional pembangunan RSIY PDHI ini di amanahkan kepada Panitia Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1992. Panitia ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. H. Lamsudin, M.Med., Sc.,Sp. SK. Pembangunan ditandai dengan pemasangan tiang pancang pada tanggal 2 April 1997 dan gedung rawat jalan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 17 April 1999 (1 Muharam 1420 H), sedangkan operasional rumah sakit diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 6 November 2005 bertepatan dengan 4 Syawal 1426 H.

RSIY PDHI adalah Rumah Sakit yang dibangun dan didirikan oleh Perkumpulan PDHI dengan Surat Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah Sakit Bupati Sleman Nomor 503/2723/DKS/2005 tanggal 9 September 2005 dan Surat Ijin Operasional Tetap Rumah Sakit Nomor 503/2374/DKS/2011 tanggal 28 Juni 2011.

“Rumah sakit ini memiliki visi adalah terwujudnya rumah sakit yang berkualitas, moderen, handal dan kebanggan umat serta Islami. Sedang

RSIY PDHI depan

Kantor BMT PDHI

misinya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang cepat, akurat, professional, terakreditasi, mengedepankan kepuasan konsumen dan peduli kepada kaum dhuafa,” jelas Djuanda.

Dia menambahkan, RSIY PDHI ini berdiri diatas lahan seluas 38.673 meter persegi dengan jumlah tempat tidur sebanyak 60 buah. Sedikitnya ada 93 pasien rawat jalan dalam seharinya, dengan income perhari mencapai 29

juta. Pihak RSIY PDHI kini juga sedang mengembangkan ruang UGD yang pada Maret 2012 diharap sudah bisa beroperasi. RSIY ini masuk kategori tipe C. RSIY PDHI ini mulai tahun 2003 sampai sekarang dipimpinan oleh dr. H. Nurhidayat Nugroho, Sp. Rad.

Pada awal Juli 2011, RSIY PDHI bekerja sama dengan Pengajian Ahad Paing mengadakan khitanan massal bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dengan jumlah pendaftar mencapai 87 anak. (NM)

Page 16: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 16Edisi VII / Tahun 2011

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai

instansi dan lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan berkaitan dengan berbagai aspek, antara lain bimbingan, transportasi, kesehatan, akomodasi dan keamanan. Karena penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama baik bangsa, kegiatan penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggungjawab pemerintah. Namun, partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji. Partisipasi masyarakat tersebut dipresentasikan dalam penyelenggaraan ibadah haji khusus dan bimbingan ibadah haji yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat(1).

Untuk itu, pemerintah dalam mengapliaksikan peran serta dimaksud melakukan penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan dan pelayanan di bidang penyusunan standarisasi, akreditasi, perizinan dan optimalisasi peran serta jemaah pasca haji dalam rangka kemabruran

IPHI DALAM PERHAJIAN DI INDONESIA (PEMBERDAYAAN JEMAAH PASCA HAJI DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, INVESTASI DAN GERAKAN MORAL)

haji serta perumusan kebijakan teknis penyelenggara kelompok bimbingan ibadah haji dan pasca haji(2). Optimalisasi peran serta jemaah pasca haji dalam rangka kemabruran haji merupakan salah satu parameter dalam mewujudkan pembangunan nasional bidang sosial, budaya, ekonomi, dan keagamaan. Misi pembangunan nasional tersebut antara lain: mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antar umat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa(3).

Modal sosial jemaah pasca haji yang terwadahi dalam suatu komunitas Persaudaraan Haji adalah salah satu aset bangsa untuk turut serta di dalam membangun bangsa. Konsep persaudaraan tersebut

penting untuk memperoleh rahmat sebagaiman fi rman Allah SWT:

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepad Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujraat: 10).

Jemaah pasca haji melalui Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia terus

Aff an RangkutiRealita Haji

Perspektif

Page 17: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 17Edisi VII / Tahun 2011

berperan aktif dalam memberikan motivasi kepada para jamaah pasca haji, utamanya dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai kemabruran ibadah haji. Nilai-nilai kemabruran haji sangat penting untuk meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal soleh. Pasca haji, seorang muslim dituntut dan seyogyanya memilki kesadaran dan tanggung jawab yang lebih holistik, baik secara vertikal kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Allah SWT maupun secara horizontal kepada sesama umat manusia. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, sebagai salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam di tanah air, harus mampu menjadi wadah pemikat persaudaraan para haji dengan kegiatan amal ibadah yang bermanfaat bagi umat. Persaudaraan Haji diharapkan dapat ikut mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan akhlak yang mulia. Diharapkan juga persaudaraan haji dapat turut berkontribusi dalam mengembalikan kejayaan peradaban Islam di dunia(4) .

Realitas dan TantanganJemaah pasca haji sebagai

sebuah profesi yang amat besar dan merupakan kelompok elite masyarakat sudah ada sejak zaman penjajahan bahkan sebelumnya telah menempati posisi strategis di lingkungannya. Baik sebagai sosok insan muslim yang telah memiliki kedudukan ibadah yang lebih dimata masyarakatnya maupun dari sisi kedudukan sosial ekonominya termasuk pengalaman dan kelebihan-kelebihan lainnya. Hal ini menempatkan mereka pada posisi yang sangat potensial dan strategis sebagai sosok panutan yang pantas diteladani. Posisi dan potensi semacam ini terlah terbukti dalam lembaran-lembaran sejarah kehidupan berbangsa bahwa mereka adalah sebuah kekuatan yang patut diperhitungkan baik jumlah maupun

pengaruhnya berdasarkan lintas sejarah persaudaraan haji(5) .

1. Periode Sebelum KemerdekaanJemaah pasca haji pada periode

ini dimata masyarakatnya sebagai sosok manusia/muslim suci sehingga menyebutnyapun dengan panggilan yang suci yaitu haji atau hajjah, dan mereka tampil dalam pergaulan sebagai manusia yang berkepribadian baik dari tutur bahasa, tata busana maupun ibadah amaliyahnya.

Mereka pada masanya masih tergolong kelompok langka karena jumlah mereka yang terbatas ternyata memiliki jalinan silaturrahmi yang kental dan tinggi serta mereka senantiasa saling bertemu dalam reuni nostalgia. Terbukti dalam sejarah perjalanan Syeh Abdussamad Al-Falebani dan Syeh Muhammad Arsyad Al-Banjari serta Muhammad Yusuf bin Hidir Majjalawi Hidaytullah Tajul Halwati Al-Maqasari. Selalu saling berkunjung dan saling berhubungan baik secara langsung maupun melalui tulisan-tulisan (surat). Di dalam buku Zabdatul Asror dan risalah Assailani yang ditulis oleh Syeh Yusuf Tajul Halwati memberikan gambaran bagaimana eratnya para hujjaj ini, sehingga pada saat Syeh Yusuf dalam pembuangan di Sailor, jemaah haji dari Banten maupun Bugis bahkan dari Banjar dan Palembang selalu menyempatkan diri berkunjung ke tempat beliau di buang. Sehingga pemerintah penjajah Belanda pada saat itu merasa khawatir dengan pertemuan-pertemuan seperti ini melahirkan semangat revolusi, meyebabkan Syeh Yusuf dipindahkan ke Afrika Selatan yaitu Cafe Town.

Pemerintah Belanda dan Jepang merasa sangat khawatir dengan misi haji, yang dapat menularkan jiwa revolusi dan Islamisme yang pada saat itu sedang bangkit di Timur Tengah,

termasuk gelombang misi Istambul (Turki) sebagai pusat kekuatan agama Islam yang ditakuti saat itu.

2. Periode Orde LamaPada saat ini, kelompok-

kelompok/lembaga-lembaga jemaah pasca haji lahir dan mulai terbentuk, salah satunya diantaranya yang mempelopori munculnya Mukersah (Musyawarah Kerjasama Haji) Tahun 1964 adalah para Hujjaj yang berjuang untuk mencari kemudahan-kemudahan bagi para umat muslim yang berhaji dibantu dengan pihak pemerintah dan organisasi sosial Islam yang ada pada saat itu, dan yang lebih monumental sampai saat ini sekaligus menjadi embrio lahirnya Organisasi Persaudaraan Haji yaitu organisasi yang dibentuk oleh KH. Matori dan kawan-kawan, memproklamirkan berdirinya Persaudaraan Jemaah Haji Indonesia di Makkah Tahun 1952 yang lebih dikenal dengan nama PDHI.

3. Periode Orde BaruPada periode ini, lembaga-

lembaga jemaah pasca haji makin semarak dan kiprah soal keagamaannyapun semakin nyata sehingga hampir seluruh ibukota provinsi bahakan sebagian telah menembus ke tingkat pedesaan dan kecamatan telah terbentuk wadah lembaga jemaah pasca haji dengan nama yang beragam antara lain persaudaraan haji, Jami’yatul Hujjaj, Ikatan Persaudaraan Haji dan nama-nama sejenis.

Salah satu contoh adalah provinsi sulawesi Selatan sudah dapat dikatakan hampir seluruh pedesaan telah membentuk kelompok pengajian persaudaraan haji dan dipelopori Andi Palaguna saat beliau belum menjadi Gubernur sulawesi Selatan.

Pada periode inilah IPHI didirikan oleh Muktamar organisasi-organisasi

Page 18: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 18Edisi VII / Tahun 2011

Persaudaraan Haji tanggal 22-24 Sya’ban 1410 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 20-22 Maret 1990 Miladiyah, yang diprakarsai oleh organisasi-organisasi Persaudaraan Haji seluruh Indonesia.

4. Periode ReformasiSebagai salah satu organisasi

sosial kemasyarakatan Islam di tanah air, IPHI harus mampu menjadi wadah pemikat persaudaraan para haji dengan kegiatan amal ibadah yang bermanfaat bagi umat. Persaudaraan Haji diharapkan dapat ikut mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan nilai, moral dan akhlak yang mulia. Kegiatan-kegiatan sosial, budaya, ekonomi, investasi dan gerakan moral yang dilaksanakan oleh IPHI sebagai lembaga pasca haji terbesar di Indonesia telah diaplikasikan. Terbentuknya badan usaha milik organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (BUMO-IPHI) antara lain Koperasi Al-Mabrur, BPR-Persaudaraan Haji dan Majalah Haji, Pendirian Rumah Sakit Islam di Klaten Jawa Tengah, Rumah Sakit Khusus Bedah Dan Bersalin IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kota Batu Jawa Tengah, SMU unggulan di Bogor, Lembaga Amil Zakat Nasional Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (Laznas IPHI), dan banyaknya kegiatan sosial dan keagamaan telah dilakukan bekerjasama dengan jejaring sosial yang ada.

Hal ini terlaksana didukung dengan sumber daya dan dukungan anggota. IPHI memiliki cabang-cabangnya yang tersebar di 33 wilayah tingkat propinsi dan 450 kabupaten/kota. Dengan jumlah anggota sebesar 2,5 juta orang(6) . Tujuannya adalah memelihara dan mengupayakan pelestarian haji mabrur guna meningkatkan partisipasi umat dalam pembangunan bangsa dan negara

yang diridhoi Allah SWT(7) . Merupakan tugas berat yang harus dipikul seiring dengan perubahan corak atau ciri-ciri masyarakat yang berkembang di masyarakat yang diwarnai dengan trend dominan dan objektif antara lain(8):

• Terjadinya teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi;

• Kecenderungan perilaku masyarakat yang semakin fungsional ditandai dengan pola hubungan sosial hanya dilihat dari sudut kegunaan dan kepentingan;

• Masyarakat yang padat informasi.

5. Pendekatan Konsep Ekonomi Sebagaimana diamanatkan oleh

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya masyarakat adil dan makmur, berdasarkan demokrasi ekonomi, dengan mengembangkan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan. Guna mewujudkan tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional diarahkan pada perekonomian yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, handal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah perekonomian internasional(9).

Agar tercapai tujuan pembangunan nasional dan dapat berperan aktif dalam persaingan global yang sehat, diperlukan partisipasi dan kontribusi semua elemen masyarakat untuk menggali berbagai potensi yang ada di masyarakat guna mendukung proses akselerasi ekonomi dalam upaya merealisasikan tujuan pembangunan nasional .

Untuk itu, pemerintah memanfaatkan potensi seluruh

elemen masyarakat dalam dan mewadahinya dalam pilihan-pilihan dalam bertransaksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempererat integrasi bangsa. Peraudaraan haji pernah dilibatkan secara langsung sebagai anggota Dewan Pengawas dalam hal ini Ketua Umum IPHI yang mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan penerimaan, pengelolaan, dan pemanfaatan Dana Abadi Umat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Badan Pengelola Dana Abadi Umat.

Makna yang terkandung di dalam kontekstual Al-Qur’an Q.S. Al-Baqarah: 275, 280-283 bahwa Allah SWT telah memberikan petunjuk pelaksanaan dalam transaksi jual beli untuk mengaplikasikan dengan sistem dan prinsip syariah serta berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, tolong menolong, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).

Pengabaian nilai-nilai tersebutlah yang menciptakan kerusakan ekosistem perekonomian dengan memanfaatkan situasi dan kondisi atas konvensasi pertolongan yang diberikan, pemanfaatan harta yang dijaminkan atas hutang dan transaksi jual beli yang terpaksa dilakukan. Norma dan nilai yang telah direkonstruksi inilah yang melahirkan praktik riba, sehingga berdampak kepada datangnya azab Allah SWT dengan diperlihatkannya kehancuran ekosistem ekonomi.

Krisis demi krisis ekonomi terus berulang tiada henti, sejak tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998–2001, 2008 hingga sekarang. Fakta ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap lima tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia(10) .

Untuk menjaga stabilitas ini,

Page 19: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 19Edisi VII / Tahun 2011

Persaudaraan Haji diharapkan mampu mengaplikasikan konsep perekonomian Islam yang sesuai dengan syariah yang berlandaskan pada penetapkan prinsip yaitu:

• Tauhid;

• Keseimbangan;

• Kehendak bebas; dan

• Tanggungjawab.

Prinsip tersebut juga harus beretika: • Kejujuran;

• Keramahtamahan;

• Penawaran yang jujur;

• Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberikan waktu;

• Penjual hendaknya tidak memaksa pembeli dan tidak bersumpah dalam menjual;

• Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran;

• Tidak dibenarkan monopoli;

• Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi; dan

• Kesukarelaan(11) .

Transaksi dilakukan dengan pembiayaan sebagaimana aplikasi dan fungsi ekonomi syariah (12).

Fungsi Aplikasi Produk

Page 20: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 20Edisi VII / Tahun 2011

dan Tata Kerja Departemen Agama. Jakarta: 2006.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. (Jakarta: Pustaka Yustisia).

4. www.presidensby.info. Transkripsi Pengarahan Presiden Republik Indonesia Pada Acara Hut Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia. (JCC, 19 maret 2009: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan).

5. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Pedoman Pembinaan Lembaga Pasca Haji. (Jakarta.2004).

6. Co-Branding ATM Bank Mandiri dengan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI). www.bankmandiri.co.id. Jakarta, 6 April 2007.

7. Lampiran Keputusan Muktamar-IV Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Nomor: 05 Tahun 2005 Tanggal: 20 Maret 2005 Tentang: Penyempurnaan Angaran Dasar Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

8. Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, MA. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. (Jakarta.Penamadani: 2005).

9. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

10. Yulianto , Akhir Ekonomi Kapitalis? . www.hizbut-tahrir.or.id. 11. Prof. Dr. Umar Shihab, MA, Kontekstualitas Al-Qur’an Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an (Jakarta:Penamadani.2005).

12. Drs. M.Abduh Khalid.M.M.Si, Aplikasi Produk Bank Syariah. (UIKA:Bogor.2010)

Daftar Pustaka :

1. Departemen Agama Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan umrah. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Jakarta: 2009. 2. Departemen Agama RI Sekretariat Jenderal. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi

6. Pembangunan Moral, Sosial dan Budaya

Haji mabrur merupakan dambaan setiap muslim yang menunaikan ibadah haji dan dambaan haji mabrur itu hanya dituntut untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam bentuk pengamalan ibadah sesuai dengan syariah dan tanggungjawab sosial yang lebih dari sebelum berkeinginan dan sepulangnya dari melaksanakan ibadah haji. Untuk itu, jemaah pasca haji sebagai tauladan dan panutan ditengah masyarakatnya karena karakter keislaman yang semakin dalam diharapkan mampu menjadi pelopor pembangunan pendidikan melalui kerja sosial untuk meningkatkan pendidikan Islam dan umum. Penyebaran transformasi prilaku dan budaya menjadi ke arah yang lebih baik dan berkualitas dari yang sebelumnya ini merupakan asset yang abstrak yang dapat merubah tatanan kehidupan kearah yang sejahtera baik untuk membangun diri seutuhnya, orang lain dan lingkungannya. Keluarga yang sejahtara berlandaskan nilai-nilai ajaran agama akan membangun lingkungan yang sejahtera dan melahirkan tatanan masyarakat, kepemerintahan dan negara yang adil dan sentosa. Sikap kepedulian kepada sesama, sinergis, koordinatif, saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak segera dikembangkan. Mengingat Jemaah pasca haji, merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang potensial untuk mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Hadirnya lembaga/organisasi pasca haji seperti IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) merupakan salah satu parameter dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Kinerja nyata

para hujjaj yang melembagakan diri melalui Persaudaraan Haji untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermotif sosial telah banyak dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan bermotif sosial ini senantiasa terus dikembangkan dengan perencaan program strategik dan membangun jejaring sosial lebih banyak lagi baik pada unsur pemerintah, swasta dalam negeri maupun luar negeri. Kedepan diharapkan mampu meralisasikan mobilisasi pendanaan sosial melalui wakaf tunai berbentuk uang.

“Jemaah pasca haji, merupakan

salah satu modal dasar

pembangunan nasional yang

potensial untuk mewujudkan

masyarakat yang berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya dan

beradab”

Page 21: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 21Edisi VII / Tahun 2011

Kenangan berhaji

Kita wajib bersyukur karena seluruh jamaah haji yang masih hidup secara berangsur telah berada di negara, daerah asal, dan ru-mah masing-masing dengan menyimpan dan membawa banyak kenangan. Kecapaian badan hampir teralami oleh seluruh jamaah haji, sebagai yang pernah dilukiskan oleh rasulillah saw bahwa “Haji adalah ibadah yang melelah-kan namun nikmat”.

Sekadar mengendapkan kenangan-kenangan pros-esi ibadah haji itu, maka ada baiknya diurai kembali uru-tannya mulai dari, bagaima-na suka duka tatkala mulai mencanangkan niat untuk beribadah haji; betapa pentingnya mengikuti manasik haji; bagaimana senangnya memperoleh persaudaraan yang lebih luas ketika mulai dilebur ke dalam kelompok terbang, kelompok, dan regu.

Betapa bercampurnya rasa syukur dan sedih ketika dilepas oleh keluarga dan handai tolan pada saat mau mening-galkan kampung halaman; betapa bahagianya ketika memasuki embarkasi haji; demikian nikmatnya ketika mulai masuk ke area penerbangan internasional hingga masuk ke dalam “perut” pesawat, di mana pada umumnya calon jemaah haji kita baru kali itu merasakan enak dan nyamannya naik pesawat hingga tiba di Arab Saudi.

Opini

Sesuai dengan hirarki ibadah mahdlah islam yang pernah dijelaskan oleh Rasulillah saw, haji adalah ibadah yang menempati posisi tertinggi. Ibarat ketinggian suatu materi,

setiap pendaki dituntut untuk prima bukan hanya untuk menunjukkan kesanggupan mendaki melainkan membuktikan kesanggupan tersebut. Maka pantaslah bila ibadah puasa wajib ramadhan, misalnya,

bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan, sementara pergi melaksanakan haji berbekal taqwa. Muncul pertanyaan: Mau apa setelah berhaji?

Uraian berikut diharapkan menjawab substansi pertanyaan ini.

Mau Apa Setelah Berhaji ?Oleh Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A.Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Opini

Realita Haji : 21Edisi VII / Tahun 2011

Page 22: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 22Edisi VII / Tahun 2011

Kita masih ingat betapa bersy-ukurnya ketika mulai menginjakkan kaki dan menghirup udara serta mera-sakan iklim Arab Saudi; betapa mu-lai asingnya kita dengan bahasa dan budaya orang Arab; betapa bugarnya kita sepanjang perjalanan yang seben-tar-sebentar makan-minum lagi. Lagi pula, betapa sakral dan sucinya diri kita manakala mengenakan pakaian ihram; betapa kagumnya dan terheran-heran kita melihat wilayah Arab Saudi yang tandus, gersang, namun kehidupan rakyatnya sejahtera, makmur.

Kita bersyukur dan terharu ke-tika sampai di tanah haram Makkah Al-Mukarramah; betapa kagum dan bangganya kita ketika mulai melihat kawasan Masjid al-Haram; betapa sulitnya kita membahasakan segala puncak perasaan-pikiran kita ketika mulai melihat langsung Baitullah yang sebelumnya hanya kita sering sebut ketika hendak melaksanakan shalat. Ah, betapa nikmat, indah, dan bersyukurnya kita manakala memulai tawaf hingga mengakhirinya. Betapa beratnya lidah dan hilangnya semua hafalan doa manakala kita berada di Multazam untuk berdoa ke hadirat Al-lah karena larut dalam deraian air mata dan memuncaknya emosi rohani kita sebagai bagian dari syukur atas semua nikmat Allah selama ini.

Sungguh tidak terbayangkannya bagaimana perjuangan Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya mencanangkan tauhid secara monumental kepada umat manusia saat kita shalat dua rakaat di depan maqam Nabi Ibrahim a.s. Betapa nikmat dan hilangnya se-mua dahaga kita usai meminum air zam-zam. Masih terbayang indah dan bahagianya tatkala menapaki bukit Shafa dan Marwah serta perjalanan sebanyak tujuh kali dalam proses usai mengenang peristiwa bersejarah bagaimana perjuangan keluarga Nabi Ibrahim a.s. Kita gembira dan bersy-ukur manakala menyudahi proses rangkaian ibadah dengan mencukur

rambut atau bertahallul.

Allah Maha Pengasih yang men-gajarkan kesucian diri dan kehidupan

ini dengan pakaian ihram sebagai bentuk persiapan di hari tarwiyah untuk keesokan harinya berada di Pa-dang Arafah untuk melaksanakan inti rukun haji, wukuf. Betapa tidak adanya milik dan daya kita ketika berada di

lapangan miniatur akhirat yakni Pa-dang Arafah. Betapa penuhnya semua relung hati, pikiran, dan perasaan kita

manakala mendengarkan dan men-yaksikan langsung jutaan mulut ham-ba-hamba Allah hanya membesarkan, mengagungkan, dan memuji Allah le-wat takbir, tahmid, dan tasbih.

Mereka merasakan bagaimana

Realita Haji : 22Edisi VII / Tahun 2011

Page 23: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 23Edisi VII / Tahun 2011

tantangan dan godaan saat memasuki wilayah Muzdalifah saat mabit, salat sunnat, berzikir, berdoa, dan mengam-bil batu-batu kerikil untuk dilempar-kan di Jamarat (Ula, Wustha, Aqabah). Betapa agungnya kebesaran Allah kita rasakan dan lihat lautan manusia dis-ertai dominannya warna putih, baik pakaian ihram maupun hamparan tenda yang berwarna dan berben-tuk yang serupa dan berwarna putih yang ditempati oleh seluruh jamaah haji saat kita mabit di Mina dan mel-ontar di jamarat, kemudian bertahal-lul. Maka lega dan bahagianya kita bila selamat dari himpitan manusia yang menyesaki jamarat, demikian pula saat melakukan tawaf ifadhah di Baitulllah, Makkah Al-Mukarramah.

Selanjutnya, akan kita sudahi perjalanan atau “wisata rohani” kita di Kota Madinah Al-Munawwarah yang sebelum nabi Muhammad saw hijrah ke sana, bernama Yatsrib, untuk ber-musyahadah di depan makam Rasu-lullah Muhammad saw dengan men-yampaikan salam serta bershalawat kepada beliau, termasuk kepada dua sahabat beliau, Abu Bakar Al-Shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. serta para syuhada lainnya di makam Al-Baqi dan Jabal Uhud.

Memang berat, namun demikian pentingnya arti shalat fardu secara berjamaah tepat waktu di Masjid Nabi saw; serta betapa pentingnya kita menperluas pengetahuan dan wawasan kita mengenai peta awal berkembangnya Islam pada masa Ra-sulullah Muhammad saw dahulu kala. Hingga pada akhirnya, bagi jamaah yang masih hidup kembali ke tanah air Indonesia tercinta sujud syukur di tempat masing-masing sebagai tanda gembira kembali bisa kembali dengan keluarga, dan bergaul kembali dengan masyarakat sekitarnya serta beraktifi -tas menjalankan kembali profesinya seperti sediakala.

Semua alur urutan prosesi ibadah haji di atas, kalau kita cermati dan hay-

ati secara mendalam maka kehidupan kita di dunia ini pada hakikatnya adalah berhaji. Semua rukun Islam dan iman yang kita jalankan dan yakini sebelum berhaji, semuanya menjadi bekal dan modal utama kita berhaji. Maka, mere-ka yang meninggal sebelum berhaji, menurut Rasulullah Muhammad saw. suatu ketika, tinggal memiliki kema-tiannya apakah mau mati dalam kead-aan Yahudi atau Nasrani?

Maka, segerakanlah beribadah haji sebelum mendahulukan keper-luan lain dalam menjalani kehidupan ini. Jamaah haji mempunyai tanggung jawab besar dalam menjaga, memper-tahankan, dan meningkatkan semua training kehidupan yang sesungguhn-ya melalui pengalaman berhaji. Maka tolok ukur mabrurnya ibadah haji ada-lah sepulang dari tanah suci.

Haji, sarana “perjumpaan” dengan Tuhan

Adalah persoalan tersendiri bagi siapa pun pelaku haji untuk bisa mendekati Tuhannya. Adakah cara atau prosedur tertentu yang harus ditempuh? Adakah perbedaan yang signifi kan antara hamba-hamba-Nya yang pernah mendekat dengan yang tidak atau belum “berjumpa” dengan Tuhannya ? Pertanyaan-pertanyaan sejenis ini menurut siapa pun, teru-tama mereka yang sedang wukuf di Padang Arafah.

Kita semua menaruh harapan be-sar, kiranya semua orang yang hadir dan wukuf di Padang Arafah setiap tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahun, kiranya dapat memikirkan, menghay-ati, dan menjawab semua pertanyaan yang muncul seperti di atas. Melalui metode itu, setiap orang akan mampu merasakan betapa lezatnya melakukan “perjumpaan” dirinya dengan Tuhan-nya yang insya Allah akan mendata-ngkan energi ruhani yang selanjutnya berpengaruh besar secara signifi kan

terhadap diri dan kehidupannya yang akan ia suritauladankan kelak di dalam kesehariannya.

Lantunan doa yang layak untuk kita sampaikan kepada mereka yang baru pulang berhaji yaitu “Semoga Al-lah menerima hajimu, mengampuni segala dosamu, dan semoga meng-ganti semua pembiayaanmu. Karunia-kanlah kami haji yang mabrur, sa’i kami yang penuh syukur, dosa-dosa kami terampuni, amal salih kami diterima, dan usaha kami tidak pernah men-galami kerugian”.

Doa di atas merupakan harapan dan pernyataan dari siapapun kepada para jamaah haji yang memiliki rel-evansi langsung dengan puncak ritual haji, khususnya saat seseorang berada di hamparan Padang Arafah sebagai miniatur Padang Makhsyar di akhirat kelak. Keadaan itu, antara lain Allah swt meminta semua hamba-Nya secara in-dividual untuk menaampilkan dirinya tanpa adanya bantuan atau pengaruh dari siapapun. Karena pada hari kiamat nanti “harta dan anak tidak lagi bergu-na kecuali orang-orang yang mengha-dap Allah dengan hati yang jernih” (Q.s. Al-Syu`ara/26: 88-89). Lewat peristiwa sakral seperti ini, manusia diajari juga oleh Allah swt suatu konsep human-istik dan pandangan egalitarianisme yakni suatu paham yang berdimensi kemanusiaan dengan mengedepan-kan status dan kesetaraan individu di hadapan Allah yang disimbolkan oleh adanya pemakaian kain ihram.

Dari Baitullah ke Indonesia

Setiap orang yang melaksanakan ibadah haji atau umrah pasti berkun-jung ke Baitullah. Baitullah adalah bangunan pertama yang dibangun oleh manusia karena itu ia dinamai Bait al-`Atiq (Q.s. Al-Hajj/22:29,33). Dalam bahasa Semit disebut antique. Setiap yang antik semakin memiliki nilai lebih. Baitullah adalah pusat pe-

Realita Haji : 23Edisi VII / Tahun 2011

Page 24: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 24Edisi VII / Tahun 2011

manggilan Allah penguasa alam ini ke-pada manusia untuk berkenjung dan menunjukkan kesatuan komunitasnya sebagai manusia. Manusia dipang-gil melalui perantara nabi Ibrahim as. Baitullah sangat kaya dengan berbagai hal untuk kemanfaatan umat manusia dalam menjalani hidup dana kehidu-pannya. Beberapa dimensi penting Baitullah akan diurai secara singkat berikut ini.

Pertama, dari sisi ketuhanan. Bait-ullah mendatangkan pelajaran kepa-da siapapun yang mengunjunginya bahwa umat manusia adalah ham-banya Allah swt, tak ada perbedaan di antara mereka, mereka semuanya in-gin mendekat, diberkahi, dan dikasihi oleh Allah swt. Manusia menunjukkan kesejatian dirinya bahwa dirinya dicip-takan dan berada dalam genggaman kekuasaan Allah swt. Setiap manusia yang berkunjung ke Baitullah menun-jukkan bahwa dirinya lemah, karena itulah mereka membutuhkan bantuan dan pertolongan dari Yang Maha Kua-sa, Allah swt.

Kedua, dari sisi kemanusiaan. Bait-ullah mendatangkan pelajaran kepada siapa saja agar setiap manusia menya-dari betul bahwa ia berasal dari satu penciptaan, satu kesatuan komunitas, sederajat, setara, saling membutuh-kan, dalam kehidupannya harus me-miliki sifat tenggangrasa.

Ketiga, dari sisi daya tarik ban-gunan. Baitullah memberikan pela-jaran yang sangat berarti, terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga, bagaimana agar rumahnya memililiki daya tarik tersendiri dan mendatang-kan rasa tenang, rindu, kepada setiap orang yang mengunjunginya. Rupan-ya bangunan yang seperti itu tidak mempersyaratkan bahwa lahannya mesti luas, arsitektur bangunannya harus sesuai dengan konsep tertntu. Namun yang pasti bahwa suatu ban-gunan atau keluarga yang simpati daan menarik adalah dibangun atas landasan tauhid, dikerjakan dan dihuni

oleh orang yang shalih serta diperun-tukkan kehadirannya bagi kemasla-hatan orang banyak. Bangunan tidak boleh anker, menakutkan, dan sejenis-nya.

Keempat, dari segi ekonomi. Mari kita membayangkan atau mungkin berspekulasi dengan norma-norma angka sudah berapa banyak umat manusia yang mengunjungi Baitullah, dan berapa banyak uang yang mereka belanjakan di dua kota suci itu. Mung-

kin setiap jamaah haji selama di sana rata-rata membelanjakan uangnya antara SR 1000-3000 dari 2,5 – 4 juta orang pertahun ditambah mereka yang berumrah dalam rentang waktu

10 bulan. Ini menunjukkan bahwa suatu bangunan atau kawasan tidak boleh mengabaikan aspek ekonomi.

Andaikan, kita misalnya dari Indonesia yang populasinya dari waktu ke waktu meningkat pergi ke Baitullah mendatangkan nilai-nilai itu

Realita Haji : 24Edisi VII / Tahun 2011

Page 25: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 25Edisi VII / Tahun 2011

ke tanah air maka bisa dibayangkan negeri kita akan kebanjiran investor untuk berbisnis dan menanamkan sahamnya. Kedatangan mereka berinvestasi berimplikasi pada tersedianya lapangan kerja, mengatasi pengangguran, memacu rotasi perekonomian rakyat, mengentaskan kemiskinan, dan mendatangkan kesejahteraan bangsa.

Kelima, dari sisi toleransi. Baitul-lah mengandung unsur pelajaran yang demikian tinggi, di mana setiap orang yang datang ke sana menunjuk-kan kesatuannya yaitu mengabdikan dirinya kepada Sang Pencipta alam ini, Allah swt. Di sekitar Baitullah kita tidak menemukan adanya batas-batas tertentu yang disebabkan oleh karena perbedaan gender, kawasan geo-grafi s, ras atau etnik, bahasa. Kesemua perbedaan itu melebur menjadi satu. Bahwa perbedaan yang ada di luar Baitullah merupakan kekayaan umat dan kesemuanya akan lebur menjadi satu ketika sudah berada di pusaran Baitullah. Di sinilah kita menyaksikan apa yang dulu nabi Muhammad saw sabdakan “Perbedaan di antara kalian merupakan rahmat”.

Keenam, dari segi sosio-psikolo-gis. Ketika setiap bola mata manusia memandang Baitullah serta berdoa, lalu tanpa sadar air matanya akan ber-linang menatap salah satu kebesaran Allah di dunia ini. Setiap pengunjung Baitullah, meski di bawah terik ma-tahari yang menyengat, tetap mem-peroleh dan merasakan ketenangan jiwa. Berpapasan dengan siapapun dengan dialek bahasa yang berbeda-beda tetap merasakan ketenangan dalam kehidupan yang pluralistik. Di Baitullah itulah wujud egalitarianistik kita akan teruji sebagai Allah fi rman-kan “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya

Realita Haji : 25Edisi VII / Tahun 2011

Page 26: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 26Edisi VII / Tahun 2011

orang-orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang ber-taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal” (Q.s. Al-Hujurat/49:13).

Agenda Ketuhanan dan Kemanusiaan

Harus disadari bahwa dalam ban-yak hal, implementasi kemabruran ibadah haji sangat diharapkan oleh masyarakat kita di tanah air. Dua hal besar yang dikedepankan di sini seba-gai agenda bersama, terutama hujjaj, yakni ketuhanan dan kemanusiaan.

Para jamaah haji dituntut untuk semakin meningkatkan prestasi aki-dahnya, sebagaimana yang ia usaha-kan sejak mempunyai niat untuk men-unaikan ibadah haji dan menjalani prosesi ritual haji dan keagamaan lain-nya selama berada di tanah suci. Allah yang mengatur kehidupan kita, kita yang berusaha, Allah yang kita mintai ridha-Nya. Penting kiranya kita mem-bangun suatu komunitas masyarakat, bangsa, dan negara yang berbasis tauhid. Selain karena aspek itu sejalan dengan ajaran Islam juga sejalan den-gan amanat berbagai konstitusi ken-egaraan dan kedaerahan kita.

Sementara pada sisi kemanusiaan kita masih banyak yang perlu diting-katkan pembinaan dan penanganan-nya secara holistik. Potensi ini sangat memungkinkan untuk dilakukan ka-rena para jamaah haji kita berasal dari kota-desa, pendidikan rendah hingga tinggi, dari status kehidupan sosial mulai dari pejabat negara hingga rakyat, dan sejenisnya. Menerapkan pola pembangunan yang diteladan-kan oleh Rasulillah saw di Makkah hingga Madinah adalah contoh ideal bagaimana membangun individu manusia dan warga negara yang baik, ideal, dan tangguh serta bermar-tabat. Bahwa berhasil dan suksesnya suatu konsep pembangunan apapun haruslah diawali dari pembangunan moral.**

Kita bersyukur dan terharuketika sampai di tanah haram

Makkah Al-Mukarramah; betapa kagum dan bangganya kita ketika

mulai melihat kawasan Masjid al-Haram; betapa sulitnya kita

membahasakan segala puncak perasaan-pikiran kita ketika mulai

melihat langsung Baitullah yang sebelumnya hanya kita sering

sebut ketika hendak melaksanakan shalat. Ah, betapa nikmat,

indah, dan bersyukurnya kita manakala memulai tawaf hingga

mengakhirinya. Betapa beratnya lidah dan hilangnya semua

hafalan doa manakala kita berada di Multazam untuk berdoa

ke hadirat Allah karena larut dalam deraian air mata dan

memuncaknya emosi rohani kita sebagai bagian dari syukur atas semua nikmat Allah selama ini.

Realita Haji : 26Edisi VII / Tahun 2011

Page 27: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 27Edisi VII / Tahun 2011

Resensi Buku

Pendahuluan

Bermula dari berbagai hal dan perkara yang tampaknya kecil, sederhana dan dekat sekali dengan amaliah sehari-hari, sampai pada hal-hal besar yang penuh makna serta membawa pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan. Namun sayangnya, seringkali kurang atau tidak disadari, mengabaikannya, dan bahkan seolah tak pernah terjadi apa-apa serta tak ada apa-apa.

Padahal, banyak hal serta perkara yang kecil dan sederhana di mata manusia, tapi besar di mata Allah. Karenanya, kemudian baru menyadari, tampaknya kita harus senantiasa mencermati secara saksama apa pun yang akan kita lakukan dan bahkan kita ucapkan walau sekadar lewat seloroh atau guyonan, lebih-lebih lagi melalui perkataan dan pernyataan yang terlontar dari kesadaran dan bahkan dengan kesungguhan: dikemukakan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran penuh. Harus selalu diingat, selain ada dua malaikat pencatat yang selalu mencatat secara cermat apa pun yang kita perbuat dan setiap patah kata yang kita ucap, setiap perbuatan atau tindakan dan setiap perkataan ataupun pernyataan akan senantiasa memiliki akibat serta ‘menuntut’ tanggung jawab, baik di dunia ini maupun di Hari Perhitungan nanti, di kehidupan akhirat.

Bermula dari segala hal serta perkara yang tampaknya kecil dan sederhana pula, nilai (ibadah) haji, dan juga ibadah-ibadah lainnya, bisa menjadi berarti dan bisa pula sia-sia; mengantarkan pada sesuatu yang sungguh tidak pernah diduga sebelumnya; sesuatu yang sungguh luar biasa: Haji bisa mengantarkan pada maqam yang tinggi lagi mulia, dan bisa pula mengantarkan pada perilaku keji walau tersembunyi serta derajat yang serendah-rendahnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Jawaban dari pertanyaan ini memiliki rentetan cukup panjang dengan segala pernik persoalan yang kadang tampak sederhana sehingga kerap terabaikan atau diabaikan begitu saja. Sebagai contoh, kita seringkali melihat saudara kita atau bahkan kita sendiri menggunakan tangan kiri saat memegang gelas, mengangkatnya dan kemudian meminum seteguk air yang ada di dalamnya. Sebuah pemandangan yang telah lumrah dan jarang orang mempermasalahkannya.

Segala puji dan keagungan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Semesta, yang menciptakan manusia dalam gambar (Shurah)-Nya dan menjadikannya sebagai makhluk termulia. Shalawat dan salam atas Nabi akhir masa, al-musthafa, kekasih-Nya yang utama, yang menjadikan haji sebagai sarana pertemuan dengan-Nya dan perpisahannya dengan dunia.

Menjangkau Hakikat Haji

Achmad Nidjam

Realita Haji : 27Edisi VII / Tahun 2011

Page 28: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 28Edisi VII / Tahun 2011

Bukan masalah gelas atau minuman yang menjadi perhatian kita, bukan masalah gelas atau minuman apa yang akan kita bicarakan. Tapi, ‘bagaimana’ kita meminumnya: Kenapa ‘tangan kiri’? Bukankah tangan kiri tempatnya di belakang?

Apakah sebelum meneguk minuman itu kita ‘tak lupa’ menyebut nama Allah, mengucap bismillâh? Demikian pula ketika kita hendak memasukkan makanan ke mulut kita, apakah kita telah melakukannya dengan baik dan benar? Apakah kita melakukannya dengan tangan kanan dan tak lupa pula diawali dengan menyebut nama Allah, mengucap bismillâh? Hal yang tampaknya kecil namun secara hakiki dapat memberikan dampak serta pengaruh dalam perilaku dan kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Demikian pula dengan ibadah haji, yang sering tampak di permukaan justru pada hal-hal yang kasat mata, sehingga yang bersifat maknawi masih kurang mendapat perhatian.

Haji Bukan Sekadar Gelar

Sebagaimana dimaklumi, haji adalah sebuah perjalanan yang akan mengantarkan seseorang sampai pada ‘tujuan’ (al-hâjat) dan karenanya orang yang telah sampai pada ‘tujuan’ disebut al-hâj atau hâjun atau haji dalam bahasa Indonesia. Tidaklah mudah untuk mencapai tujuan (haji) ini. Seseorang harus menempuh perjalanan panjang yang penuh ujian dan cobaan. Karenanya, tidak mengherankan jika ada yang gagal di tengah jalan dan bahkan ada yang baru memulai tak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi, tidak mengherankan jika hanya sedikit orang yang mampu mencapai tujuan.

Dalam makna ini, lantas timbul pertanyaan ‘siapakah orang yang mampu mencapai tujuan dalam perjalanan (hajj) ini? Dengan kata lain, ‘apakah setiap orang yang telah melaksanakan ibadah haji benar-benar telah sampai pada tujuan dan “berhak” menyandang gelar haji? Gelar atau sebutan sangat bergantung pada ‘siapa yang memberi gelar atau sebutan itu’ dan ia melekat pada ‘siapa yang diberi gelar atau sebutan itu’. Seseorang yang telah mendapat atau diberi suatu gelar atau sebutan tertentu, dirinya dan gelar atau sebutan itu akan menyatu: Dia adalah gelar atau sebutan itu dan gelar atau sebutan

Realita Haji : 28Edisi VII / Tahun 2011

Page 29: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 29Edisi VII / Tahun 2011

itu adalah dirinya. Ibrahim as diberi gelar atau disebut khalîlullâh (sahabat Allah) oleh Allah karena dia khalîlullâh dan khalîlullâh adalah Ibrahim as. Demikian pula halnya dengan Muhammad Saw. Dia disebut habîbullâh (kekasih Allah) karena dia memang kekasih Allah: Muhammad Saw adalah kekasih Allah. Dalam tingkatan makna yang hampir sama akan tetapi

dalam maqam yang berbeda, setiap orang yang telah melaksanakan ibadah haji akan mendapat gelar atau sebutan al- hâjullâh (haji Allah), yakni orang yang telah mencapai ‘tujuan’ (Allah), atau dalam bahasa yang lebih terang, ‘orang yang telah mencapai-Allah atau bertemu-Allah’: bertemu Sang Kekasih. Inilah haji sejati. Barangkali inilah makna haji: Inilah hakikat haji.

Ada pula haji yang tidak mengantarkan pada keduanya, haji yang hampa, tanpa atsar, tanpa makna, tidak membawa perubahan serta pengaruh apa pun. Dengan kemurnian hati dan niat yang suci, marilah sama-sama mencoba mencermati hal ini secara jeli, dengan harapan supaya kita mampu meraih haji yang hakiki, haji sejati yang akan mengantarkan pada pertemuan dengan-Nya, Sang Kekasih Sejati: Haji yang akan menjadikan kita Manusia Sejati (maqam Insan Kamil), manusia yang hidupnya bermakna bagi diri dan sesamanya, dan mati sebagai syuhadâ, manakala ajal menjemputnya, dan tercatat di sisi-Nya sebagai penghuni surga sebagaimana mereka yang mati dalam berjihad di jalan Allah. Sebab, pahala haji setara dengan pahala jihad dan bahkan haji itu sendiri identik dengan jihad. Dalam hadits riwayat Abu Dzarrin al-Harawi menyebutkan bahwa “Apabila kalian telah meletakkan pelana kuda, maka bulatkanlah tekad untuk berhaji atau berumrah, karena salah satu dari keduanya merupakan jihad.”.

Disebutkan pula dalam hadits riwayat Said bin Manshur’ diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan mengatakan, “Saya ingin berjihad di jalan Allah”. Lalu Nabi berkata, “Maukah

aku tunjukkan kepadamu jihad yang tiada kesulitan di dalamnya?” Laki-laki itu menjawab, “Ya”. Rasulullah lalu bersabda: “Berhajilah ke Baitullah”. Dalam hadis lain diriwayatkan, “Di antara satu umrah dengan yang lain adalah tebusan dosa, dan haji mabrur pahalanya tiada lain adalah surga”. (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dari Abu Hurairah). Juga, “Haji mabrur akan memperoleh pahala surga.” (HR Ahmad, Thabrani, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, dan Hakim dari Jabir).

Realita Haji : 29Edisi VII / Tahun 2011

Page 30: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 30Edisi VII / Tahun 2011

Panggilan Suci

Ketika sampai dan menginjakkan kaki di Tanah Suci, seketika itu telah siap memenuhi panggilan suci dari Tuhan Yang Mahasuci (al-Quddûs), Sang Penguasa Tanah Suci, seketika itu pula berarti telah siap serta mempersiapkan diri untuk bertemu Sang Kekasih Sejati: Karenanya, kita harus mengosongkan-diri dari segala yang selain-Nya; hanya Dia yang ada. Seluruh pakaian harus dilucuti: pangkat, jabatan, gelar kehormatan, juga harta benda dan semua kekayaan duniawi tak lagi menyertai. Dengan hanya mengenakan pakaian ihram, sehelai kain putih yang melilit di badan. Pakaian ihram melambangkan kain kafan, simbol kematian, yang menyiratkan makna bahwa diri ini telah sepenuhnya siap meninggalkan dunia ini dan memasuki dunia-baru untuk bertemu Sang Kekasih Sejati; dengan kata lain, telah siap mati sebelum mati (al-maut qabla al-maut) untuk kemudian memasuki kehidupan yang hakiki.

Sebuah perhelatan besar sedang digelar (dan hanya berlangsung setahun sekali). Dari jarak yang sangat dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi kita, Dia melihat kita, senantiasa mengawasi setiap gerak-gerik kita, langkah-langkah kita, tutur kata dan laku-perbuatan kita: apa pun yang ada pada diri kita, apa pun yang tebersit dalam pikiran dan hati kita, tiada sedikit pun yang terlepas dari pengawasan serta penilaian-Nya, hingga Dia memutuskan apakah kita layak atau tidak bertemu dengan-Nya untuk memenuhi panggilan-Nya, menjadi tamu-Nya. Kita pun merajuk, mengiba, memohon, dan “merayu” agar kita diterima oleh-Nya. Karenanya, kita pun mengerjakan apa saja yang akan menjadikan-Nya senang, ridha (melalui amalan-amalan rukun, wajib maupun sunnah dalam suatu rangkaian ibadah haji dari awal hingga paripurnanya pelaksanaan rukun Islam yang kelima ini).

“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu wahai Tuhan yang tiada sekutu bagi-Mu; sungguh, segala puji hanya untuk-Mu, begitu pula segala nikmat dan kuasa; tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu.”

Manakala kemampuan memahami makna haji yang hakiki telah dimiliki, maka akan mampu menyadari bahwa setiap hamba yang datang ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji bukan atas kemauan sendiri, akan tetapi karena panggilan Ilahi, panggilan Tuhan yang menyebut diri- Nya ‘Allah’, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya: Satu-satunya Tuhan yang layak disembah dan menerima persembahan. Dialah tempat meminta dan memohon pertolongan. Dialah Tuhan satu- satunya, tempat bergantung dan menggantungkan diri. Tuhan yang tidak berketurunan dan tidak membutuhkan keturunan.

Sungguh, undangan atau panggilan-Nya merupakan suatu kehormatan yang tiada tara dan sebuah karunia yang didamba-damba oleh setiap hamba yang senantiasa mendambakan pertemuan dengan-Nya dan ingin meraih ridha-Nya. (“Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju, dan ridho-Mu kudamba selalu”). Tidak setiap orang memperoleh kesempatan ini, tidak setiap hamba mendapatkannya: Diundang atau dipanggil oleh Sang Penguasa Semesta ini untuk menjadi tamu-Nya di Tanah Suci-Nya serta memasuki Rumah Suci-Nya dan kemudian bertemu dengan-Nya. Hanya orang-orang yang telah dipilih dan dipilah oleh-Nya yang tersaring melalui suatu uji-kelayakan yang saksama, apakah seseorang layak atau tidak menjadi tamu-Nya dan memperoleh kesempatan bertemu dengan-Nya.

Dalam Ritual Tersembunyi Hakikat

Hakikat atau makna haji dapat ditangkap dan dipahami sebatas kemampuan daya jangkau serta kapasitas spiritual seseorang. Sementara hakikat atau makna haji itu sendiri tetap tersembunyi di balik ritual serta prosesi haji yang dijalani. Dalam hal ini, rangkaian kata-kata atau kalimat hanyalah alat atau sarana untuk mengungkap hakikat atau makna haji yang tersembunyi di dalam ‘haji’ itu sendiri dan tersimpan dalam-diri tiap-tiap haji: dalam pengalaman masing-masing orang, yang berbeda antara orang per orang. Demikian pula halnya dengan hakikat atau makna tiap-tiap sesuatu yang tetap tersembunyi di balik sesuatu itu sendiri, yang kadang tampak gelap dan penuh selubung misteri. Karenanya, hakikat atau makna hanya dapat disentuh melalui pengalaman, dengan cara merasakan serta mengalami sendiri. Dalam hal ini, kata-kata tak mampu menjangkaunya, ia tak bisa berbuat apa-apa. Apa yang mampu kata-kata lakukan hanya sebatas kemampuannya: menyampaikan apa yang mampu ia sampaikan. Tapi adakalanya hakikat atau makna sesuatu tersimpan di balik sesuatu yang tampak gemerlap, terang, dan transparan, mudah sekali dipahami. Namun demikian, hakikat atau makna dari tiap-tiap sesuatu tetap tersembunyi di balik sesuatu itu sendiri; tetap berada di seberang kata-kata, tersimpan di balik segala bentuk ungkapan dan pernyataan. Demikian pula halnya dengan ‘haji’, ibadah yang dilaksanakan hanya setahun sekali ini penuh dengan hakikat atau makna yang tak setiap orang mampu menangkapnya, apalagi memahami.

Realita Haji : 30Edisi VII / Tahun 2011

Page 31: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 31Edisi VII / Tahun 2011

Tempat-tempat pelaksanaan serta ritual-ritualnya menyimpan keajaiban-keajaiban yang penuh dengan hakikat atau makna, sehingga kata-kata kesulitan ketika akan mengungkapnya dalam bahasa manusia, melalui kata-kata.

Kata ‘haji’ telah sangat akrab di telinga, dan banyak pula di antaranya yang telah melaksanakan rukun Islam yang kelima ini, tapi tampaknya sedikit sekali yang benar-benar mampu memahami hakikat atau makna panggilan Ilahi ini, ‘haji’? Barangkali tiada seorang pun di muka bumi ini kecuali Nabi Saw dan orang-orang pilihan yang Dia kehendaki mampu mengungkap hakikat atau makna dari rukun Islam yang terakhir ini. Haji adalah sebuah ritual sakral yang penuh dengan makna yang tersembunyi serta i’tibâr yang sulit dijangkau oleh nalar. Hakikat atau makna haji hanya bisa disentuh ataupun dirasakan melalui pengalaman spiritual haji itu sendiri, baik pada setiap tempat pelaksanaan haji maupun dalam tahapan-tahapan ritual yang mengiringi seluruh prosesi haji. Karenanya, pengetahuan serta pemahaman tentang haji (hakikat atau maknanya) merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan manakala kita menyadari akan hal ini: Haji bukan sekadar ritual dan hanya berhubungan dengan kulit luar, sehingga ia tidak memberi bekas (atsar) apa-apa, hampa, tanpa makna. Makna dan hakikat haji dapat dipahami secara utuh sebagaimana pernah disampaikan Rasulullah Saw dalam khutbah Wada’-nya, yaitu: Persatuan adalah haji, cinta adalah haji, tabiat-tabiat dan perbuatan-perbuatan Tuhan adalah haji. Kesabaran, kebersyukuran, ketawakalan pada Tuhan, dan keimanan adalah haji. Menciptakan perdamaian dan menunjukkan kearifan adalah haji. Melihat akhirat di dalam diri kalian adalah haji dan menyadari semua kualitas Allah adalah haji. Persatuan dan cinta adalah haji (MR Bawa Muhaiyaddeen, 2007:19).

Haji adalah hakikat atau makna yang akan senantiasa memberi arti serta membawa perubahan bagi siapa saja yang telah melaksanakannya; bekas (atsar)-nya nyata, baik secara kasat mata maupun dalam keterselubungan. Yang kasat mata kadang diperlukan agar hakikat atau makna memendar serta memancar, menjadi rahmah dan berkah. Selubung pun diperlukan untuk menjaga supaya hakikat atau makna tetap terpelihara kemurniannya.

Perlu kita renungkan bersama apa yang disampaikan oleh orang yang terkenal sebagai orang mulia ini, Ja’far bin Muhammad al-Sadiq dalam Lantern of the Path mengenai Haji dalam sebagian kutipan kalimat berikut:

“If you intend to go on pilgrimage, before resolving on it devote your heart to Allah, stripping it of every preoccupation and every barrier between you and Allah. Entrust all your aff airs to your Creator and rely on Him in all your actions and

moments of stillness. Surrender to His decree, decision and judgement. Abandon this world, repose, and all creation. Perform those duties which you are bound to fulĴ l for other people”.

Berhaji adalah mengabdikan hati untuk Allah, mengosongkan diri dari seluruh keasyikan dan seluruh penghalang antara dirinya dengan Allah serta memasrahkan diri pada perintah-Nya, keputusan-Nya dan keadilan-Nya, dan kita berharap semoga dengan ridha-Nya kita dapat menjangkau hakikat haji, meski setetes. Wallâhu A‘lam bi al-Shawâb.

DAFTAR PUSTAKA

Muhaiyaddeen, M.R. Bawa. 2007. Haji: Perjalanan Menemukan Tuhan, terjemahan M. Sadat Ismail. Jakarta: Mediacita Ayatullah al-Hajj ash-Shaykh Husain Mazaheri, Secrets of the Hajj, diterjemahkan oleh Saleem Bhimji, (Kanada: Islamic Humanitarian Service), www.al-haqq.com, hlm. 3. Buku Lantern of The Path, merupakan terjemahan dari Misbah al-Shariyah wa Miftah al-Haqiqah, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Fadlullah Haeri, diterbitkan Zahra Publications. Nidjam, Achmad dan M. Sadat Ismail. 2007. Menuju Rumah Sang Kekasih: Rahasia Haji Mabrur. Jakarta: Penerbit Hikmah

*) Penulis adalah Kasubdit Pendaftaran Haji, naskah ini ditulis pada saat menjadi Widyaiswara Muda dan telah dimuat dalam buku Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI.

Realita Haji : 31Edisi VII / Tahun 2011

Page 32: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 32Edisi VII / Tahun 2011

Mustahil bin mustahal, kata Ahmad, orang Betawi ketika diceritakan bahwa di tanah air dewasa

sudah berdiri sebuah masjid dengan panggilan Masjid Mekkah.

Dengan nada suara penuh heran, Ahmad yang baru menunaikan ibadah haji pada musim haji 1432, lantas balik bertanya kepada pembawa cerita. Bila memang ada, dimana masjid itu? Kapan dibangun dan siapa pula yang memberi nama sebagai Masjid Mekkah. Apakah ada riwayat tersendiri dengan sebutan Mekkah?

Pertanyaan seperti Ahmad itu juga terlontar dari umat Muslim lainnya yang baru pulang beribadah haji saat mendengar certa bahwa di

MENJAGA KEMABRURAN HAJI DENGAN KESALEHAN SOSIAL

Indonesia kini sudah berdiri Masjid Mekkah. Jika berbicara kemungkinan, tentu bisa saja terjadi. Tetapi, dimana dan bagaimana bentuk masjid yang menyandang sebutan kota Mekkah itu.

Di Mekkah memang ada masjid terbesar di dunia, Masjidil Haram. Di kota Mekkah pun banyak masjid di berbagai lokasi pemukiman. Tetapi, mengapa ada masjid menggunakan nama kota Mekkah. Bisa jadi jika cerita itu benar, maka merupakan peristiwa yang pertama di Indonesia.

Sayangnya, untuk mencari Masjid Mekkah tergolong sulit. Sebab, masjid itu jika dicari di dalam peta tak bakal dapat dijumpai. Pasalnya, selain masjid itu tak terlalu besar juga tak memiliki papan nama seperti masjid-masjid

yang ada di tanah air. Kebanyak masjid memiliki papan nama dan alamat jelas. Bahkan, agar lebih dikenal luas, pengurus masjid menempatkan nama masjid besar-besar pada dinding masjid bersangkutan. Dan karena sulit dicari, lantas orang banyak berkesimpulan “jangan-jangan” Masjid Mekkah cuma ceria saja. Ada suara tapi jika dicari sukar dijumpai wujudnya.

Masjid Jamik Mekkah, demikian sebutan lengkapnya, sudah berdiri sejak 2005. Tepatnya di Jalan Bendul Merisi Indah, Surabaya. Warga sekitar masjid itu sendiri juga tak banyak tahu. Pasalnya, tulisan Masjid Mekkah hanya ditulis dengan huruf Arab. Bentuknya kecil, di atas marmer ukuran 30 x 40 Cm dan ditempel di tembok luar masjid menghadap timur.

Hajisiana

Page 33: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 33Edisi VII / Tahun 2011

Mengapa sampai disebut Masjid Mekkah? Warga sekitar pun tak mampu menjelaskan latarbelakangnya. Bahkan, para pengurusnya pun mengelak untuk menjelaskan latarbelakang pendirian masjid tersebut. Kalaupun ada keterangan, yang jelas rumah ibadah itu didirikan dimaksudkan untuk meningkatkan kesalehan sosial dan ketaqwaan umat muslim kepada Allah.

H. Satoto Katim, wakil ketua takmir, yang mengaku naik haji pada tahun 1983, menceritakan bahwa Masjid Jamik Mekkah ukuran masjid 15x15 meter. Ukuran tanah 21x21 dan mulai dibangun pada 2003.

Katanya, masjid jamik sudah banyak. Ditambahi dengan nama Mekkah lantaran masjid itu dapat bantuan dari orang Arab di Mekkah, melalui Yayasan Arab Nidaul Fitrah.

Kebetulan lagi, lanjut dia, Ketua Takmir Masjid Jammi Mekkah, H. Saiful, yang juga menjadi ketua RW II di kawasan tersebut, sering ke Arab. Ia banyak kenal orang Arab lantaran setiap tahun pergi umroh.

Satoto menyebut, pembangunan masjid, dengan daya tampung 300 orang, itu menghabiskan dana Rp700 jutaan. Sebanyak Rp300 juta berasal dari Arab. “Dengan demikian, ke Mekkah gak usah jauh,” katanya dengan nada bercanda.

Ketua Takmir Masjid Jamik, drh. H. Saiful, yang dijumpai secara terpisah, mengatakan, masjid tersebut diperkirakan mulai difungsikan secara penuh pada 2005. Ia mengaku pergi haji pada 2006. Karena itu ia menolak jika masjid itu dibangun dikaitkan kontribusinya sehingga masjid mungil dan indah itu dapat berdiri.

“Itu nggak ada hubungannya. Karena orang haji kan nggak boleh bilang begitu. Itu semua karena Allah,”

ia menjelaskan.

Namun diakui ketika berada di Mekkah banyak berdoa agar dapat dimudahkan membangun masjid. Sepulang dari ibadah haji, ia tak memiliki uang untuk membangun masjid. Maka, jadilah ia sebagai pengurus masjid.

“Saya juga menjadi pengurus masjid An Nur di Bendul Merisi sudah 7 tahun. Menjadi pengurus masjid dekat rumah saudara di Bogor, Jawa Barat. Alhamdulilah, sejak saat itu rezeki lancar,” kata Saiful, yang kini menjadi Direktur Marketing PT Wonokoyo, perusahaan pakan ternak di Surabaya.

Alumnus fakultas kedokteran hewan Unair Surabaya itu juga minta agar kontribusinya terhadap pembangunan masjid tidak dibesar-besarkan. Hal itu bisa saja melahirkan rasa ria yang bisa mengganggu kesalehan sosial seseorang.

DR KH Imam Ghazali Said MA, pengasuh pesantren An-Nur Surabaya mengatakan, pihaknya tahu sejarah berdirinya masjid tersebut. Masjid milik orang salafi . Sebelum berdiri, para penggegas pembangunan masjid tersebut minta bantuan dirinya, karena saat itu status tanahnya itu milik Pemkot Surabaya.

“Mereka ingin tanah itu dilepas untuk kepentingan sosial, insya-allah akan selesai dalam 2-3 tahun ke depan,” cerita Imam Ghazali.

Ia mengatakan, masjid itu memang dibangun atas bantuan Rabithoh Alam Islamiah. Hal itu bisa dilihat pada prasasti masjid. Tapi, yang jelas, mayoritas besarnya dana pembangunan datang dari seorang janda di daerah itu. Janda itu punya nazar untuk membangun masjid sepulang dari haji. Dinamakan Masjid Jamik Mekkah karena nazar sepulang menunaikan ibadah haji. (es)

Page 34: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 34Edisi VII / Tahun 2011

Menteri Agama Suryadharma Ali berharap kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dengan

Kerajaan Arab Saudi semakin baik, termasuk dalam penyelenggaraan ibadah haji. Apalagi Indonesia setiap tahun selalu menjadi negara terbanyak yang mengirimkan jemaah haji ke Tanah Suci.

Harapan tersebut diungkapkan Menteri Agama di Jakarta, Kamis (8/12) saat acara jamuan makan malam dan pelepasan Duta Besar

Kronika Dalam Negeri

Kerjasama Penyelenggaraan Haji Indonesia-Arab Saudi Semakin Baik

Arab Saudi diIndonesia, Abdulrahman Muhammad Amin Al Khayyat. Abdulrahman yang telahbertugas selama lima tahun, tidak lama lagi akan meninggalkan Indonesia karena masa tugasnya sudah berakhir.

Tampak hadir Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Slamet Riyanto, Kepala Konsulat Kedubes Arab Saudi Khalid Al-Arraq. Atase Agama Kedubes Arab Saudi Syeikh Ibrahim bin Sulaiman an-Nughaimisyi, pimpinan ormas Islam, pimpinan

organisasi haji khusus serta pejabat di lingkungan Ditjen PHU. Dalam kesempatan itu Menag Suryadharma Ali dan Dubes Abdulrahman saling memberi cinderamata.

Menag mengatakan, selama ini kerjasama kedua negara sudah cukup baik, selama masa Abdulrahman menjadi Duta Besar memberi perhatian yang cukup besar seperti pada bidang pendidikan Islam, pemberian bea siswa, pembangunan masjid, bantuan buku-buku, juga undangan berhaji bagi para ulama Indonesia. “Juga kerjasama dalam penyelenggaraan

Page 35: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 35Edisi VII / Tahun 2011

haji dan umrah, kami memberi apresiasi setinggi-tingginya karena banyak sekali membantu sehingga penyelenggaraan haji berjalan sukses,” kata Suryadharma Ali.

Menurut Menag, pelayanan visa yang diberikan Kedutaan Arab Saudi sangat mengagumkan, 221 ribu visa jemaah haji Indonesia terlayani dengan baik, tepat waktu, sehingga jemaah tidak mengalami masalah apapun. “Atas nama Pemerintah Indonesia, penyelenggara haji dan umrah serta PIHK (Penyelenggara Ibadah Haji Khusus) kami mengucapkan terima kasih,” kata Menag yang mengenakan baju batik.

Menag mengakui, selama Abdulrahman menjadi duta besar di Indonesia banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai. Disebutkan capaian yang positif itu adalah adanya kenaikan kuota naik haji dari jamaah haji asal Indonesia. “Meski Yang Mulia meninggalkan Indonesia dan bertugas di tempat yang baru akan selalu memperjuangkan penambahan kuota bagi jemaah haji Indonesia,” kata Suryadharma disambut tepuk tangan hadirin

Dubes Abdulrahman Al Khayyat mengakui selama melaksanakan tugas sebagai duta besar di Indonesia tidak mengalami kendala dan halangan yang berarti dalam menjalan tugas. Ia merasa bangga bisa bekerja di Indonesia, untuk itu meski secara fi sik dirinya meninggalkan Indonesia namun hatinya tetap berada di sini.

Diungkapkan pria yang mengenakan pakaian tradisonal Arab itu, di mata pemerintahan dan rakyat Arab Saudi, Indonesia adalah negara yang penting sehingga negaranya memperhatikan secara khusus kedudukan Indonesia. Ia berharap Indonesia akan terus berkembang dan maju karena negara ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah dan tinggi.

“Saya tidak meninggalkan Indonesia kecuali dengan kenangan yang manis yang tidak dapat dilupakan, terasa ikatan batin dengan rakyat Indonesia yang ramah yang mencintai tamu,” ungkap Abdulrahman.

Dalam kesempatan itu, ia juga memuji penyelenggaraan ibadah

haji oleh Pemerintah Indonesia serta jemaah haji Indonesia. “Kesaksian ini bukan hanya dari kami, juga negara yang mengirim jemaah haji bahwa jemaah haji Indonesia adalah paling tertib dan paling baik,” ucap Abdulrahman. (KS)

Page 36: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 36Edisi VII / Tahun 2011

Salah satu kebiasaan penduduk Mekah pada hari Kamis membawa seluruh keluarganya masuk ke Kota Mekah. Mereka

menginap di hotel dan beribadah di Masjid Haram serta melakukan buka bersama dengan para jamaah umrah.

Mereka melakukan pelayanan langsung dan memberikan minuman dan sajian kurma yang sangat enak serta minuman khas Arab, kalau di Makassar semacam sarabba. Rasanya enak. Setelah diminum, tubuh terasa segar dan dapat membangkitkan semangat.

Penduduk Mekah menjadikan hari Jumat sebagai refreshing spritual karena memang hari Jumat merupakan liburan nasional bagi Saudi Arabia.

Mereka bersilaturahmi dengan para tamu Allah dan membagikan kurma, makanan, minuman sarabba khas Arab, buku-buku doa, dan sejumlah hadiah lainnya,.

Program ibadah hari jumat, yang semacam itikaf di Masjidil Haram. Mereka masuk hotel pada hari Kamis dan keluar setelah Salat Jumat.

Pemandangan seperti ini terjadi begitu baik dan penuh dengan ruhamaau bainahum tarahum rukkaan sujjada yabthaguna fadlan minallahi waaridwanah.

SarabbaAla Arab

Kronika luar Negeri

Realita Haji : 36Edisi VII / Tahun 2011

Page 37: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 37Edisi VII / Tahun 2011

Kelompok musik marawis, Syubbanul Akhyar (Pemuda Pilihan) dari Jakarta pimpinan Nanang Kurnia berhasil memukau lebih dari 1000

penonton dalam acara “The Ecstatic Journey: Music from around The Sufi World”, yang digelar di Gedung Kesenian Barbican Centre, London, Rabu (28/9) malam.

Tampil di awal pertunjukkan Syubbanul Akhyar yang membawakan empat buah lagu, Maulaya, Sholatun, Allahu Allah dan Annabi langsung mendapat sambutan dari penonton yang membayar tiket sebesar 25 Pounsterling. Syubbanul Akhyar tampil bersama kelompok musik sufi lainnya berasal dari Maroko, India dan Pakistan.

“Kami senang bisa tampil menghibur penonton pengemar musik sufi yang ada di Inggris, apalagi di Barbican Centre yang yang sangat

Musik SuĴ Syubbanul AkhyarPikat Penonton London

bergensi,” ungkap Nanang Kurnia kepada koreponden Antara London usai pertunjukkan yang berakhir pada Pukul 10 malam lebih .

Diharapkannya dengan tampilnya kelompok musik yang berasal dari Betawi ini dapat menambah syiar Islam dan memperkenalkan musik sufi dari Indonesia ke Negara Eropa dan Negara lainnya.

“Syubbayul Akhyar merupakan kelompok musik dari Betawi bukan dari Cirebon,” ujar Nanang.

Ia mengakui musik mereka masuk di Youtube dan membuat nama mereka dikenal di seluruh dunia. Pasalnya, karena seorang rekannya yang tinggal di Cirebon merekam dan kemudian memasukan musiknya, sehingga seolah berasal dari Cirebon.

Menurut Nanang, asal mulanya penampilannya mereka di Maroko dan di Eropa berawal dari video Youtube yang dilihat oleh Event Organisation

(EO) Anmaro Esia, Robert yang tertarik untuk bisa menampilkannya di Maroko.

Berkat kesuksesan kelompok Syubbanul Akhyar di Maroko membuat EO lainnya tertarik ingin mengundang mereka. Akhrnya dengan adanya kesepakatan dengan EO Zaman Production dari Perancis yang bernama Jean Harve, mengundang mereka untuk mengikuti festival musik sufi di tiga kota di Eropa yaitu di London, Nantes dan Paris di Cite De La Musique.

Dikatakannya sejarah terbentuknya Syubbanul Akhyar bermula dari perkumpulan remaja kampong Cipinang Prumpung di daerah Jatinegara Jakarta Timur pada 1996. Kelompok mengaji itu diisi dengan mendendangkan lagu-lagu qasidahan tempo dulu.

Keuletan dan kesabaran kelompok Syubbanul Akhyar sedikit

Kronika Luar Negeri

Page 38: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 38Edisi VII / Tahun 2011

demi sedikit berkembang seiring dengan banyaknya permintaan show di berbagai acara keagamaan di Jakarta sehingga memperlancar perkembangan sampai tampil di Istana dan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Nanang, persiapan yang dilakukannya untuk mengikuti tur selain di London, Syubbanul Akhyar yang telah membuat tujuh album rekaman juga akan tampil di kota Nanter dan Paris di Perancis, selama dua bulan dan setiap minggu latihan.

Kelompok musik yang terdiri dari Yusuf Chaerul Muhammad, Mursidi Zulkarnain Tohir, Yusuf Abdul Wahid Mohamad, Ahmad Infadz Sainie, Fuad Hasyim Sakiran, Engkin Zainal Mutagin, Heru Firmansyah pernah juga tampil di Fes Festival dengan dukungan dari Anmaro Performing Arts Production yang berdomisili di Belanda.

Manejer Syubbanul Akhyar, Sofi e Russo mengakui kelompok musik sufi yang berasal dari Jatinegara ini berhasil memperkenalkan kelompok musik Indonesia di Inggris, dan bahkan rekaman CD mereka yang berjudul Shalatun sebanyak 100 keping habis terjual.

Selama di London, seniman music hajir marawis plus ini sempat berkeliling kota London dan bahkan diundang oleh KBRI London makan siang dan berkunjung ke berbagai obyek wisata.

“Mereka sangat senang bisa tampil di Inggris dan kami harapkan penampilannya bukan yang pertama dan terakhir,” kata Sofi e Russo.

Dikatakannya Syubbanul Akhyar selanjutkannya akan melanjutkan turnya di Nanter dan Paris bersama kelompok music sufi dari Negara lainnya, bahkan kelompok musik dari Maroko mengajak mereka untuk berkolaborasi bersama. (ES)

Di negeri ini, sebutan korupsi sudah demikian populer. Banyak orang sepakat bahwa koruptor harus dienyahkan lantaran kerugian yang dialami membuat banyak orang menderita. Namun ternyata, masih saja ada orang tak peduli. Bahkan cibiran dan sikap pasimis bahwa korpusi bisa diberantas dianggap sebagai suatu tindakan

menegakkan benang basah.

Esensi dari korupsi adalah semua tindakan yang merusak serta menggoyahkan kehidupan masyarakat luas. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan keuangan negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi merupakan tindakan kejahatan keuangan, penyelewengan kekuasaan yang dilakukan demi tujuan pribadi atau golongan, yang pada akhirnya merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat luas.

Tak akan ada asap tanpa api. Tak ada akibat tanpa sebab. Korupsi di tanah air tak akan muncul tanpa pemantik atau faktor pendukung. Di lingkungan pemerintahan, efektitifi tas kerja birokrat dewasa ini tergolong belum menggembirakan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menyebut, kinerja pegawai sulit diukur karena lemahnya pengawasan.

Hal ini tentu memberi peluang terjadinya pelanggaran disiplin termasuk pula tindakan korupsi. Kenyataan ini bisa dipahami karena pegawai negeri gajinya masih rendah, waktu luang banyak yang mendorong terjadinya tindakan penyimpangan. Belum lagi besarnya kekuasaan yang dipegang seseorang (pejabat).

Awal reformasi di negeri ini, angin memberantas korupsi demikian tinggi dan pelakunya dimasukkan ke bui. Namun hal itu belum membuat pelaku korupsi surut, justru karena kebocoran keuangan terasa makin besar. Perseteruan antarlemaba penegak hukum pun kemudian makin seru. Tarik menarik apakah masih perlu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dipertahankan atau dibubarkan juga masih terdengar. Komitmen memberantas korupsi masih terkesan hanya sampai di bibir.

Namun harus diakui bahwa Indonesia juga harus belajar dengan China dalam hal memberantas korupsi. Jika Rasullah Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, Indonesia pun tak salah jika dalam hal memberantas korupsi belajar dengan para petinggi di negeri tirai bambu itu.

MENEGUHKAN KOMITMEN MEMERANGI KORUPSI

Program Inisiatif Anti Korupsi

Page 39: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 39Edisi VII / Tahun 2011

Harus diingat oleh publik bahwa kini ada fenomena baru para petinggi membawa nama Yang Maha Kuasa di dalam pembelaan dirinya di depan publik. Yang bersangkutan seolah dengan menyebut nama Tuhan merasa benar. Kenyataan itu pada akhirnya menjadi sebuah ironi memilukan lantaran mantan menteri agama saja, bahkan menteri lainnya yang dikenal alim, ternyata di depan meja hijau nyata-nyata dan meyakinkan mengaku menerima “dana panas” alias terlibat korupsi.

Memberantas korupsi memang perlu komitmen kuat dari semua elemen masyarakat. Bukan slogan atau memberantas korupsi dijadikan bahan retorika, penghias bibir rakyat bagi petinggi di atas mimbar.

Bersamaan masuknya tahun baru Islam, 1 Muharam 1433 H, seorang ulama yang juga Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor, Zainullah, mengatakan, bangsa Indonesia perlu segera melakukan hijrah dari budaya korupsi yang menggurita.

Menurut dia, peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW 1433 tahun silam adalah bukan semata dalam arti pindah secara fi sik dengan meninggalkan Kota Makkah menuju Madinah. Namun hijrah untuk mengubah kondisi masyarakat jahilillah atau bodoh menuju masyarakat yang lebih berakhlak dan beradab.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat memanfaatkan momentum tahun baru 1 Muharram

1433, sebagai wahana untuk melakukan perbaikan bersama menuju tata kehidupan yang lebih baik.

Momentum hijrah perlu dijadikan sebagai inspirasi untuk mendorong perubahan di tengah masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, saat ini tidak ada tantangan yang lebih besar selain memerangi budaya korupsi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun berharap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi 2011-2015 dapat melanjutkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pimpinan lembaga antikorupsi yang baru, dikatakannya, dipilih melalui serangkaian proses yang rumit dan transparan.

“Mereka hendaknya memikul amanah yang sebetulnya secara jelas diharapkan, yaitu menghentikan korupsi. Atau, sekurang-kurangnya mengurangi ke tingkat yang lebih rendah,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (5/12/2011).

Presiden mengatakan, pemberantasan korupsi harus dilakukan di semua tingkatan penyelenggaraan negara, mulai dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif

Seperti diberitakan sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat telah menyetujui empat pemimpin KPK baru, yakni Abraham, Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain. Ayo, teguhkan komitmen untuk memerangi korupsi. (es).

Realita Haji : 39Edisi VII / Tahun 2011

Page 40: Salam Redaksi 3 - riau.kemenag.go.idriau.kemenag.go.id/file/file/datamenu/nxyj1331353561.pdfyakan tentang kemabruran haji seseorang. Pertanyaan itu, mungkin wajar, karena seper-tinya

Realita Haji : 40Edisi VII / Tahun 2011