salam redaksi€¦ · 1 salam redaksi teriring besarnya rahmat dan hidayah allah swt. sehingga...

16

Upload: others

Post on 29-Sep-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama
Page 2: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

1

Salam Redaksi

Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah

“Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus telah terbit kembali dengan

menyajikan berbagai tema tentang isu-isu pendidikan dan pendidikan

Islam yang sering menjadi sorotan dan pantauan serius baik dalam

pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan. Majalah “Tarbiya”

sekarang ini merupakan majalah yang terbut persemester yaitu setahun

dua kali yang bertujuan untuk memberikan wacana, ide, gagasan, solusi

akternatif dan menangani masalah pendiidikan yang berkaitan langsung

dengan pendidik, peserta didik, media, metode dan lingkungan dalam era

modernisasi pendidikan sekarang ini.

Pendidik dalam hal ini adalah guru dan orang tua merupakan faktor yang

terpenting dan dominan untuk mendidik, membimbing, melatih,

menagajar dan mengarahkan anak didik menjadi pribadi yang utama,

unggul dan sholeh. Namun seorang pendidik harus melengkapi diri

dengan model, strategi dan media yang membantu peserta didik lebih

dapat memahami materi khsuusnya materi keagamaan dan dapat

mengaplikasikannya dalam praktek kehidupan.

Dalam edisi kali ini segenap redaktur menyampaikan apresiasi yang tinggi

atas partisipasi dan karya-karyanya kepada seluruh penulis atas

tulisannya. Semoga menjadi amal shaleh di dunia dan akhirat dan

menjadi wacana yang baik bagi para pembaca.

Pada penerbitan edisi II 2017 ini masih banyak kelemahan dan

kekurangan di sana sini baik dari aspek isi atau materi, penulisan maupun

lokus pembahasan sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan selanjutnya, semoga bermanfaat.Amin

Redaktur

Page 3: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

2

Majalah Pendidikan Agama Islam

Volume 5, Nomor, 2 Juli-Desember 2017

Penanggung Jawab

Dr.H.Abdul Karim,M.Pd

Redaktur

Ahmad Falah,M.Ag

Amin Nasir,SS,M.Si

Moh.In’ami,M.Ag

Penyunting/Editor

Aat Hidayat,M.Pd.I

Maisyanah,M.Pd.I

Nur Zjulla,S.E

Desain Grafis

Drs.M.Yusuf

Moh.Tamrin

Segala sesuatu yang kita

lihat adalah bayangan oleh

apa yang kita tidak melihat.

- Martin Luther King Jr. -

ALAMAT REDAKSI

Jl. Conge Ngembalrejo PO. Box 51,

Telp. (0291) 432677 Fax. (0291) 441613

Kudus 59322 Email :

[email protected]

PENERBIT

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

ISSN : 2354-9955

Ilustrasi cover “Menciptakan Pendidik

Kreatif, Inovatif dan Religius”

Majalah TARbiyA diterbitkan oleh Prodi Pendidikan

Agama Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus setiap

3 (tiga) bulan sekali. Isinya memuat isu-isu pendidikan

Islam tekini dengan semangat menggali potensi

kecerdasan individu menuju prestasi paripurna dengan

basis nilai-nilai Islam toleran dan transformative

sehingga melahirkan para sarjana Islam yang bermutu

dan mampu memberi manfaat bagi lingkungannya.

Page 4: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

3

DAFTAR ISI

MODEL PENGUATAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM BERBASIS PESANTREN

PADA MADRASAH ALIYAH

Oleh : Ihsan ~ 004

MODEL PENDIDIKAN TAZKIYATUN NAFS

SOLUSI ALTERNATIF KEHAMPAAN SPIRITUAL

Oleh : Masrukhin ~ 013

PEMBELAJARAN FIQH BERBASIS

PADA PROBLEM

Oleh : Mundakir ~ 029

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM

KISAH AL-QUR’AN

Oleh : Zumrodi ~ 039

CARA MEMBANGUN RESILIENSI BAGI GURU

Oleh : M. Nur Ghufron ~ 044

MANUSIA DALAM KONSEP FILSAFAT ISLAM

Oleh : Makmun Mukmin ~ 051

SINERGERITAS ANTARA IMAN,

ILMU DAN AKAL

Oleh : Nadhirin ~ 058

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : Supa'at ~ 065

PENTINGNYA PENDIDIKAN AKHLAK

PADA REMAJA

Oleh : Ahmad Fauzan ~ 076

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

BAGI SISWA MADRASAH IBTIDAYAH

Oleh : Mohammad Dzofir ~ 83

Page 5: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

4

GURU SANG MOTIVATOR PENDIDIKAN

Oleh : Alfu Nikmah ~ 090

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA

DI KELUARGA

Oleh : Ismanto ~ 096

PEMBELAJARAN TANPA KEKERASAN

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh : Mufatihatut Taubah ~ 103

MAHASISWA EMAS LAHIR DARI

DOSEN BERHATI EMAS

Oleh : Puspo Nugroho ~ 109

KEWIBAWAAN GURU DALAM

MENUNDUKKAN PESERTA DIDIK

Oleh : Rochanah ~ 120

RIYADLOH DAN TIKRAR SEBAGAI METODE

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh : Shofaussamawati ~ 126

MENGIMPLEMENTASIKAN ENGLISH FOR

ISLAMIC PURPOSES UNTUK

MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Oleh : Suciati ~ 134

PENTINGNYA PENDIDIKAN MELEK MEDIA

Oleh : Ulfah Rahmawati ~ 140

Asus
Highlight
Page 6: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

MAHASISWA EMAS LAHIR DARI

DOSEN BERHATI EMAS

Oleh : Puspo Nugroho

Guru dalam pendidikan Islam memiliki sebutan yang

bermacam-macam. Nama tersebut melekat sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya seperti ustadz, murobi,

mu‟alim, mursyid, mu‟adib, mudarris, kyai, ajengan dan lain

sebagainya. Adapun menurut jenjang lembaga pendidikan

formal mulai dari PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP,

MA/SMA/SMK, PT, begitu pula para Dosen dan Mahaguru

lainnya yang memiliki segudang karya dan gelar memiliki

tugas dan tanggung jawab yang sama sebagaimana

amanah dalam Undang-Undang dasar 45, “mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Profesi ini memiliki peranan yang

teramat fital, posisi guru atau sebutan lainya yang

bermacam-macam tersebut secara hakikatnya memiliki

kesamaan dan tentunya menjadi ujung tombak

keberhasilan, kemajuan sebuah bangsa.

Profesi tersebut telah diakui memiliki banyak kontribusi

terhadap pembentukan sikap, perilaku, serta ketercapaian

transfer of knowladge kepada para peserta didik baik

secara individu maupun kelompok. Jasa para guru ini patut

dihargai dengan segala konsekuensi peningkatan

kesejahteraan dan taraf kehidupannya, karena mereka

merupakan tumpuan harapan bagi tercapainya kemajuan

sebuah bangsa. Tidak terbayangkan akan seperti apa masa

depan generasi muda dan kemajuan bangsa ini jika tanpa

sentuhan guru profesional yang berhati emas.

Perguruan tinggi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga

Keguruan) menjadi lembaga penting dalam membekali

para generasi muda dengan skill dan kemampuan sebagai

seorang pendidik profesional. Seorang guru atau calon

Page 7: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

TARbiyA (Majalah Pendidikan Agama Islam)

110

guru harus memiliki kompetensi sebagaimana yang

dipersyaratkan dalam undang-undang. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Salah satu dari beberapa kompetensi

yang harus dimiliki seorang guru atau caon guru adalah

kompetensi kepribadian, dalam hal ini sebagai calon

pendidik harus mampu menjadi the living model.

Penampilan, tingkah laku, wawasan, ketrampilan dan

khususnya etika akan menjadi teladan bagi siswa-siswinya.

Dalam islam, Rasululah adalah sosok guru sejati dimana

tujuan beliau diutus adalah sebagai uswatun hasanah, suri

tauladan yang baik untuk memperbaiki akhlak manusia

“Innama bu'itstu liutammima makarimal akhlaq”. Inilah misi

utama seorang pendidik dengan berbagai macam sebutan

tersebut.

Menurut Emile Durkheim pendidikan memiliki peranan fital

sebagai alternatif untuk menanamkan nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia.

“...Pendidikan adalah suatu sarana sosial-sarana dimana

suatu masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya. Guru

adalah agen masyarakat, mata rantai yang sangat penting

dalam pengalihan budaya. Tugas guru adalah menciptakan

suatu makhluk sosial, suatu makhluk yang bermoral.

Melalui guru, masyarakat menciptakan manusia sesuai

dengan masyarakat itu sendiri (Durkheim, 1961: xii-xiii).

Durkheim menambahkan :

“...Itulah tugas dan kemuliaan pendidikan, pendidikan

bukan hanya masalah memungkinkan seorang individu

berkembang sesuai dengan kodratnya, atau hanya

menyingkapkan segala kemampuan tersembunyi pada si

individu yang menunggu penampakannya. Pendidikan

Page 8: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

111

menciptakan makhluk baru (Elle cree dans I‟homme un etre

nouveau).

Pendapat Durkheim diatas apabila ditarik ke dalam realita

STAIN Kudus sebagai salah satu LPTK yang mencetak calon

tenaga kependidikan/keguruan tentunya pula mencetak

guru-guru baru sebagai makhluk yang baru. Anies

Baswedan (2012: xv) yang kala itu juga menjabat sebagai

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, dalam pengantar

bukunya Munif Chatib “gurunya manusia” menjelaskan

bahwa yang terpenting adalah bagaimana mencetak guru

berkualitas, jika kita bisa mencetak guru berkualitas, ini

adalah jalan menuju generasi masa depan yang

berkualitas.

Apabila guru tidak berkualitas, kepribadiannya tidak kokoh

dan cenderung mengambang, masyarakat bangsa

Indonesia yang memiliki budaya khas ketimuran akan

mudah terombang ambing oleh derasnya arus globalisasi.

Apabila hal ini terjadi pada calon guru di LPTK tentunya

akan semakin memperlemah keteguhan moralitas bangsa

kedepannya. Yang banyak terjadi generasi “zaman now”

banyak menganggap bahwa tradisi yang terbawa oleh arus

globalisasi adalah sesuatu yang modern dan maju

sehingga harus ditiru bila tidak ingin dikatakan ketinggalan

jaman, padahal apabila dilihat budaya tersebut belum

tentu sesuai dengan budaya luhur bangsa yang telah

dibangun ratusan tahun silam oleh para pendahulu kita.

Proses melahirkan generasi mahasiswa calon guru yang

berhati emas harus menjadi sebuah keniscayaan, hal

tersebut sangat menentukan nasib bangsa ini kedepannya.

Selain dari program pemerintah yang berkesinambungan

juga harus didukung para pelaku pendidikan termasuk

dosen dan seluruh civitas akademik disetiap perguruan

tinggi. Bagaimana membuat proses pendidikan tidak

hanya diarahkan pada kecerdasan intelektual semata dan

mengesampingkan kecerdasan emosional dan spiritual,

akan tetapi dari ketiga element tersebut bisa diramu

Page 9: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

TARbiyA (Majalah Pendidikan Agama Islam)

112

menjadi inti tujuan pendidikan yang mencakup intelektual-

emosional dan spiritual.

Pertanyaannya, mengapa proses melahirkan generasi calon

guru baru ini menjadi penting?. Apabila kita mau berfikir

kritis, negara ini secara tidak langsung masih terjajah

dengan beranekaragam warna. Solusi utama untuk keluar

dari keterpurukan tersebut adalah bagaimana negara ini

mampu meneguhkan kembali tujuan utama pendidikan

Islam melalui peran seorang guru/pendidik.

Masih ingatkah sebuah cerita dari Negeri Sakura. Tatkala

negeri tersebut luluh lantah oleh hantaman bom atom

Amerika, dua kota besar Hirozima dan Nagasaki hancur,

puluhan ribu nyawa melayang termasuk para guru, akan

tetapi mereka tidak putus asa dan akhirnya mampu

bangkit kembali, bahkan mampu berdiri sejajar bersaing

dengan negara adidaya tersebut.

Ada sebuah percakapan unik yang terekam antara dua

orang guru; “Pak, sekarang ini dunia pendidikan yang

sangat maju dengan segala macam fasilitas, kemudahan

mengakses ilmu, namun kenapa negara ini tidak bisa

menjadi negara yang besar seperti negara2 lainnya?

Kenapa seakan pendidikan kita belum mampu

mengimbangi pendidikan negara lain? Jika dibandingkan

dengan zaman dulu yang fasilitas sangat minimalis akan

tetapi mampu menelurkan generasi-generasi besar.

Mengapa? Kenapa hal ini bisa terjadi?.”

Guru satunya pun kembali melontarkan pertanyaan

dengan maksud untuk menjembatani persoalan diatas,

dengan senyum ia menyampaikan:

Sudahkah kita (guru) selama mengajar menggunakan

hatinya?

Sesering apakah kita (guru) memper-hati-kan

(memberikan hati) kita kepada mereka?

Page 10: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

113

Sudahkan dan seberapa sering kita (guru) “men-tirakat-

i” anak didik kita?

Sesering apakah kita (guru) memuthola‟ah ilmu yang

Allah berikan kepada kita sebelum diberikan kepada

anak didik kita?

Sesering apakah kita (guru) memberikan hadiah kepada

anak didik kita?

Sejauh manakah kita (guru) benar-benar mengenal,

mencintai dan menyayangi anak didik kita?

Sudahkah kita (guru) benar-benar menjadi “orang tua”

dan guru yang patut digugu dan ditiru bagi mereka?

Apakah selama menjadi guru/pendidik, kita masih saja

berfikir “saya kerja dapat berapa ?”

Pertanyaanya, bagaimanakah menjadi guru yang berhati

emas?. Beberapa ikhtiar menuju pribadi guru berhati emas

diantaranya:

Ikhlaskan langkah mu

Hanya Guru yang berjiwa emas yang mampu melahirkan

generasi emas. Kompetensi, komitmen dan dedikasi yang

murni berpadu dengan kesantunan dan keihklasan adalah

prasyarat menjadi guru berjiwa emas. Komitmen ikhlas

seorang guru adalah lahirnya generasi pendidik yang

ikhlas dalam mengabdi. Menjadi seorang pendidik yang

bukan menjadi pemburu gaji tinggi, pemburu sertifikasi,

pemburu jabatan, ataupun sekedar berfikir jika aku

melakukan itu, apa yang aku dapatkan dan berfikir

pragmatis semata. Menjadi pendidik haruslah mampu

menerangi sesama, mampu membaur bersama menjadi

insan yang mampu menebar kasih sayang sebgaimana

Page 11: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

TARbiyA (Majalah Pendidikan Agama Islam)

114

Islam itu rahmatan lil alamin. Ini harus menjiwai setiap

pendidik Islam.

Profesi guru adalah profesi mulia, dijanjikan guru adalah

profesi yang mendekati tugas nabi dimana guru

menyampaikan risalah-risalah kebaikan mengantarkan

anak murid menjadi jauh lebih baik. Pada posisi ini

keikhlasan dalam mengabdi menjadi kunci utama.

Aktifkan Hati-mu

Selama ini banyak guru mengajar hanya menggunakan

kepalanya. Hal ini akan terjawab tatkala setiap guru

dinegeri ini tidak pernah meninggalkan HATI-nya dalam

setiap aktifitas. Ada ungkapan menarik yang sering kita

dengar tatkala sebelum bepergian kita berpamitan dengan

orang tua kita, suami atau istri kita atau juga orang yang

penting dalam hidup kita. Contoh percakapan suami-istri

dibawah ini :

Umi, abah berangkat ke kantor dulu yah..?

Dengan senyuman manis umi menjawab: iya bah, hati-hati

ya...

Jawaban yang sering muncul dan terdengar ditelinga kita.

Kata yang diulang berkali-kali, kata “hati-hati”, kenapa

bukan kata “jantung-jantung” atau “paru-paru” atau

“mata-mata”?. Hehehe unik tapi nyata kan, orang yang

berhati-hati yang pertama ditekankan adalah perasaan

atau feeling.

Maknanya disetiap keadaan apapun dan aktifitas apapun

kita diajak untuk selalu ingat hati, tidak pernah lupa akan

hati kita. karena hati merupakan hakikat manusia,

sekaligus menjadi poros kebaikan dan kerusakannya.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya

Nabi saw bersabda: "Ketahuilah sesungguhnya di dalam

Page 12: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

115

tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka

baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka

rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal

darah itu ialah hati.”

Mengutip pendapatnya Sultoni dalam artikelnya

“Mendidik Dengan Hati” menuturkan: Mendidik dengan

Hati adalah cara Luar Biasa seorang guru untuk membantu

siswa menjadi manusia yang Luar Biasa. Semua Ucapan,

Perilaku dan Kata Batin Guru senantiasa lahir dari

kemurnian dan kesucian hati mereka yang terbimbing oleh

Cahaya Allah. Membuka tabir cahaya hati, mengaktifkan

cahaya hati dan memfungsikannya, bukan sekedar sebagai

pajangan, hiasan penyempurna fisik semata. Perlunya

memadukan dengan potensi rasio dan emosional. Sebuah

bagan yang bisa memperjelas proses meng-aktif-kan hati:

Kecerdasan intelegensi mencakup beberapa kompetensi

diantaranya kompetensi profesional dan kompetensi

pedagogik. Sedang kecerdasan emosional mencakup

kompetensi personal, kompetensi kepribadian dan sosial.

Dan kecerdasan spiritual mencakup kompetensi spiritual

atau religius. Untuk menjadi guru berhati emas

memerlukan proses berkesinambungan mencakup ketiga

unsur tersebut.

Page 13: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

TARbiyA (Majalah Pendidikan Agama Islam)

116

Berikan Hati-mu akan datang jawaban masalah

siswamu

Sebagaimana penuturan Sultoni dalam artikelnya : berikan

hati-mu (guru) akan datang jawaban masalah yang

dihadapi siswa-mu (guru). Bahasa take and give, prinsip

resiprokralitas sebagai sebuah sunatullah. Setiap peserta

didik juga memiliki hati yang menjadi inti kehidupan yang

mampu memancarkan keindahan akhlaknya. Seorang Guru

berhati emas dituntut mampu mengenali dan menggali

potensi dalam hati seorang anak sehingga mereka mampu

berkembang menjadi para kholifah yang berhati Abdullah.

Ingat kata sahabat Ali Bin Abi Thalib ra : Didiklah anak

kalian dengan pendidikan yang berbeda dengan yang

diajarkan padamu, karena mereka diciptakan untuk zaman

yang berbeda dengan zaman kalian.

Tirakat-ku (riyadhoh-ku) untuk para murid-ku

Bahasa tirakat (bersungguh-sungguh dalah hal ibadah

yang ditujukan dengan hajat tertentu) sering kita jumpai

dalam khasanah pendidikan islam klasik di tanah air.

Tirakat atau bisa disebut riyadhoh adalah usaha yang

masuk pada ranah intuisi. Riyadhoh dalam ilmu tasawuf

berarti latihan rohani dengan cara menyendiri (uzlah) pada

waktu-waktu tertentu untuk melakukan ibadah dan tafakur

(zikir) mengenai hak dan kewajibannya (Abdul Majid

dkk,2014:21). Kaitannya terhadap tujuan mendidik adalah

bagaimana dengan usaha tersebut kita memohon

pertolongan, bermunajat kepada Allah karena jiwa-jiwa

anak didik hakikatnya adalah milik Allah semata.

Tirakat atau riyadhoh bisa ditempuh melalui dua cara,

pertama : riyadhoh yang bersifat batiniah. Riyadhoh ini

dengan berusaha mengamalkan amalan tertentu sperti

dengan puasa dan do‟a. Mendekatkan diri seorang guru

kepada sang Maha Guru Allah azzawajallah yang memiliki

jiwa-jiwa para peserta didik. Jika dikaitkan dengan

Page 14: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

117

kompetensi seorang guru maka sisi ini termasuk kedalam

kompetensi religius, kekuatan spiritual. Kedua: riyadhoh

yang bersifat lahiriyah yaitu dengan berikhtiar

meningkatkan kompetensi paedagogik, profesional

kaitannya dengan kemampuan intelegensi seorang guru.

Hadiah ini untuk para murid-ku

Pertanyaanya, pernahkah kita memberikan hadiah untuk

murid kita? Berapa sekali kita memberikan hadiah kepada

anak didik kita? Hadiah bukan berarti harus sebuah barang

fisik yang dibungkus kado indah dengan hiasan pita cantik,

bukan itu. Dalam hal ini hadiah terindah seorang anak

didik adalah untaian do‟a yang diucapkan seorang guru

berhati emas dalam munajatnya. Sudahkah dan sesering

apakah kita mendoakan mereka? Kesuksesan mereka?

Keselamatan mereka? Minimal bacaan Al Fatihah untuk

mereka?

Selain itu hadiah bisa berupa senyuman, senyum seorang

guru kepada anak didik merupakan sebuah magnet yang

ampuh untuk mengajak kepada tujuan pendidikan.

Kelihatannya senyuman adalah hal yang sepele, amalan

dunia, akan tetapi jika diniati dengan ibadah dan ditujukan

kepada anak didik akan menjadi sebuah senjata ampuh

untuk menaklukkan hati-hati anak didik kita. Menurut

Mustaqim (2001:50) menegaskan bahwa hubungan antara

stimulus dan respon akan bertambah kuat manakala

hubungan tersebut akan diikuti oleh keadaan yang

memuaskan, oleh karenanya sebaiknya hadiah (reward)

lebih diutamakan daripada hukuman (punishment)

Cinta-ku untuk murid-ku

Guru yang baik adalah guru yang melandaskan

interaksinya dengan siswa di atas nilai-nilai cinta dan kasih

sayang, karena hanya hubungan berlandaskan cintalah

yang akan melahirkan keharmonisan. Sikap cinta, kasih,

Page 15: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

TARbiyA (Majalah Pendidikan Agama Islam)

118

dan sayang tercermin melalui kelembutan, kesabaran,

penerimaan, kedekatan, keakraban, dan sikap-sikap positif

lainnya. Cinta adalah sikap batin yang akan melahirkan

kelembutan, kesabaran, kelapangan, kreatifitas serta

tawakal sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW

(Munir, 2006:6).

Murid-ku juga Anak-ku

Orang tua yang begitu sayang kepada buah hatinya, pasti

akan rela melakukan apapun untuk putra-putrinya. Guru

adalah orang tua disekolah, yang memberikan asupan hati,

asupan rohani kepada peserta didik. Cara memposisikan

guru dihadapan muridnya akan menentukan masuknya

nilai inti pendidikan dalam diri peserta didik. Pendekatan

kekeluargaan akan memberikan kenyamanan dan rasa

aman bagi mereka, membangun keterdekatan ibarat

sebuah hubungan keluarga, menganggap setiap peserta

didik sebagai anak istimewa, murid-ku adalah anak-ku,

tidak membeda-bedakan antar individu akan mampu

memberikan perubahan citra diri dan karakternya. Bahasa

nguwong-ke anak (memanusiakan anak) menjadi hal yang

penting karena sejatinya peserta didik memiliki kecerdasan

yang majemuk (multiple intelegensi), setiap insan ingin

diakui keberadaanya.

Penutup

Siswa sebagai makhluk yang luar biasa akan menjadi

pribadi-pribadi luar biasa jika ia berada di tangan para

guru yang memiliki ilmu dan hati yang Luar Biasa. Dengan

mengaktifkan potensi lahiriyah dan batiniyah seorang guru

akan memberikan kekuatan besar dalam usaha mendidik

generasi-generasi berhati emas. Hal ini harus dimulai dari

lembaga pendidikan calon guru, tentunya Dosen menjadi

utama dalam hal ini sebagai contoh dan teladan

pembentukan karakter. LPTK menjadi induk pndidikan

karakter calon guru yang nantinya akan menjadi pendidik

Page 16: Salam Redaksi€¦ · 1 Salam Redaksi Teriring besarnya rahmat dan hidayah Allah Swt. Sehingga majalah “Tarbiya” edisi II Juli – Desember 2017 Program Studi Pendidikan Agama

Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

119

masa depan. Semoga dengan uraian singkat ini mampu

meneguhkan kita semua yang menjadi guru dan pendidik

dalam posisi apapun untuk berusaha menjadi guru-guru

berhati emas.

Referensi

Asdiqoh, Siti. 2009. Membangkitkan Energi Spiritual dalam

Pengajaran, Salatiga: Jurnal Mudarrisa STAIN Salatiga,

Volume 1 No 1.

Chatib, Munif. 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa.

Durkheim, Emile. 1961. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori

Dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Terj: Moral Education,

The Free Press of Glencoe, Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://arpanblogger.blogspot.com/2015/02/generasi-

emas-lahir-dari-guru-yang.html diakses 15 Maret 2015

Majid, Abdul dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group.

Munir, Abdullah. 2006. Spiritual Teaching. Yogyakarta:

Pustaka Insani Madani.

Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka

Pelajar bersama Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo.

Sultoni, Ahmad. 2009. Mendidik dengan Hati. Salatiga:

Jurnal Mudarrisa STAIN Salatiga, Volume 1 No 1.