s p p i p

15
S P P I P STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Pendampingan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) sebag bagian dari Strategi Pengembangan Kota (SPK) Kabupaten/Kot Sasaran Terselenggaranya kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur yang dapat mendukung percepat pembangunan kawasan perkotaan secara berdaya dan berhasil guna berdasarkan prinsip ta kepemerintahan yang baik. Sasaran operasional pemberian bantuan teknis ini adalah: 1. Tersedianya instrument pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan 2. Tersedianyaperangkat perencana dan pelaksana pembangunan di daerah 3. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investa pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Ruang Lingku Lingkup kegiatan bantuan dan pembinaan teknis penyusunan strategi pembangunan permukiman d infrastruktur perkotaan (SPPIP) ini akan mencakup : 1. Review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana yang telah dimiliki Pemerintah daerah 2. Penyediaan peta tematik sebagai dasar penyusunan alokasi ruang pusat permukiman dan jaring infrastruktur kota secara lebih akurat 3. Kegiatan pelatihan berjenjang 4. Penyelenggaraan forum konsultasi public dalam rangka: Pemberian informasi Penjaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan lain

Upload: bella-novitasari

Post on 16-Apr-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: S P P I P

S P P I P  

STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

Pendampingan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) sebagai bagian dari Strategi Pengembangan Kota (SPK) Kabupaten/Kota

Sasaran Terselenggaranya kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur yang dapat mendukung percepatan pembangunan kawasan perkotaan secara berdaya dan berhasil guna berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik. Sasaran operasional pemberian bantuan teknis ini adalah: 

1. Tersedianya instrument pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

2. Tersedianyaperangkat perencana dan pelaksana pembangunan di daerah

3. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

Ruang LingkupLingkup kegiatan bantuan dan pembinaan teknis penyusunan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan (SPPIP) ini akan mencakup : 

1. Review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana yang telah dimiliki Pemerintah daerah

2. Penyediaan peta tematik sebagai dasar penyusunan alokasi ruang pusat permukiman dan jaringan infrastruktur kota secara lebih akurat

3. Kegiatan pelatihan berjenjang

4. Penyelenggaraan forum konsultasi public dalam rangka:

Pemberian informasi

Penjaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan lain

Page 2: S P P I P

Daya tarik kehidupan perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi menyebabkan semakin banyak penduduk Indonesia yang beralih untuk tinggal dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Terkait dengan hal ini, sejumlah kajian memprediksikan jumlah penduduk Indonesia yang mendiami kawasan perkotaan akan terus meningkat dari tahun ke tahun dimana pada akhir 2025 jumlahnya akan mencapai sekitar 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Adanya konsentrasi penduduk perkotaan ini perlu disikapi dan diantisipasi lebih awal mengingat akan adanya beberapa persoalan wilayah perkotaan yang akan muncul.

Kecenderungan perkembangan perkotaan ditambah dengan indikasi munculnya beberapa persoalan di wilayah perkotaan tersebut mensyaratkan adanya penanganan yang lebih terpadu dalam konteks kota dan membutuhkan kejelasan payung dalam strategi pembangunan. Adapun selama ini penanganan yang terpadu tersebut mencoba diwadahi dalam dua bentuk produk perencanaan pembangunan, yaitu:

1. perencanaan pengembangan (development plan) yang memuat arahan dan Strategi Pengembangan Kota2. penataan ruang (spatial plan) yang memuat arahan dan strategi penataan ruang. Kedua produk ini pada

dasarnya harus berjalan secara sinergi satu dengan yang lain.

Penataan ruang (spatial plan) yang salah satu keluarannya adalah program pemanfaatan ruang pada dasarnya harus sejalan dengan arahan kebijakan, strategi, dan program dalam perencanaan pengembangan (development plan). Namun dalam kenyataannya antara penataan ruang (spatial plan) dan perencanaan pengembangan (development plan) seringkali tidak sinergi yang kemudian berdampak tidak adanya kejelasan arah pengembangan dan pembangunan kota.

Mengacu pada kedua kondisi tersebut, maka Strategi Pengembangan Kota (SPK) yang merupakan strategi pembangunan berskala kota, berorientasi pada kebutuhan kota dan tidak sektoral, komprehensif dan terpadu, serta dapat menjadi acuan bagi strategi dibawahnya (sektoral) maupun para pemangku kepentingan, sangat dibutuhkan keberadaannya sebagai acuan pengembangan sektor di bawahnya dalam skala kota. Strategi ini dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan merupakan suatu alat yang akan dipakai oleh pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Sebagai acuan bersama seluruh pemangku kepentingan kota untuk membangun wilayah perkotaannya, pada dasarnya SPK ini tidak berdiri sendiri, namun terdiri atas aspek-aspek yang berkenaan dengan sektor unggulan, sektor penunjang, dan sektor strategis lainnya sebagai satu kesatuan. Salah satu aspek utama untuk terselenggaranya pembangunan wilayah perkotaan ini adalah aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan, dimana aspek ini menjadi awal dari adanya kehidupan perkotaan.

Page 3: S P P I P

Dalam perkembangannya, aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam pembangunan perkotaan seringkali justru menyumbang persoalan serius bagi kehidupan perkotaan itu sendiri. Banyak persoalan perkotaan yang bermula dari aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan, seperti tidak meratanya penyediaan infratruktur perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya. Persoalan-persoalan ini seringkali menjadi persoalan yang laten yang tidak tertangani secara optimal. Hal ini terjadi pada dasarnya karena ada beberapa faktor sebagai berikut:

Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali tidak atau belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota

Kebijakan dan strategi pembangunan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat instant, responsif terhadap persoalan yang ada, serta berorientasi pada ketersediaan program atau proyek pendukung, sehingga kebijakan dan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat parsial dan tidak komprehensif, serta tidak terpadu dengan kebutuhan strategi pembangunan perkotaan.

Tidak adanya atau belum adanya strategi khusus pembangunan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan secara keseluruhan.

Adanya tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota) Berkenaan dengan kondisi ini, maka perlu adanya penekanan penyusunan strategi pengembangan kota pada strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang nantinya diharapkan akan menjamin integrasi dan sinkronisasi penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan dengan program terkait lain. Penyusunan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan itu sendiri tetap didasarkan dan mengacu pada strategi pengembangan kota (SPK). Sebagai suatu proses yang sangat strategis dan signifikan yang akan diterapkan di kota/kabupaten dengan karakter yang berbeda, maka sangat disadari bahwa dalam proses penyusunannya akan sangat membutuhkan dukungan penguatan bersama, baik yang bersifat pemahaman, kapasitas maupun pengetahuan terhadap SPPIP ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pihak DJCK memberikan dukungan dalam bentuk bantuan dan bimbingan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas (capacity building) bagi propinsi, kota/kabupaten yang akan melaksanakan penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

rjen Cipta Karya: SPPIP Harus Bersinergi Dengan Rencana Penataan Ruang13/05/20110 Komentar

Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman Infrastuktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) harus bersinergi dengan rencana penataan ruang wilayah daerah. Sebagai contoh pengelolaan air, setiap kabupaten /kota harus mampu mensinergikan antara

Page 4: S P P I P

pembangunan infrastruktur  air minum dengan alokasi kebutuhan akan air baku dalam rencana penataan ruangnya.Demikian disampaikan Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono saat memberi arahan dalam acara Sosialisasi Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas  (RPKPP) tahun 2011 di Surabaya, kamis (12/5). Acara itu sendiri dibuka oleh Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Budi Susilo.Seperti kita ketahui pertumbuhan penduduk di perkotaan saat ini semakin pesat. Akibatnya,  hampir setiap ibukota propinsi memiliki permasalahan, baik di sektor air minum, listrik, jalan, maupun perumahan dengan timbulnya kantong-kantong  kumuh permukiman. Untuk mengatasi hal tersebut, khususnya Bidang Cipta Karya, pembangunan harus dilakukan secara sinergis tidak bisa berdiri sendiri karena keterbatasan prasarana dan sarana. SPPIP merupakan jawaban dalam hal itu, dimana SPPIP merupakan startegi untuk mensinergikan master plan baik dari sektor air minum, sampah dan juga permukiman. Meskipun demikian, SPPIP ini juga harus bersinergi dengan RTRW daerah setempat agar pembangunan yang dilakukan dapat efektif.

“Strategi Pembangunan seperti SPPIP dan RPKPP ini harus mampu menjadi penjuru untuk memfasilitasi keterbatasan penyediaan prasarana ini,” kata Budi Yuwono.Budi juga mengingatkan, kehadiran SPPIP jangan hanya menambah rentetan dokumen yang kurang bermanfaat. Ia berharap, SPPIP dan RPKPP dapat mempertajam RPIJM Ditjen Cipta Karya dan membantu pembangunan permukiman perkotaan di IndonesiaSementara itu, Kepala Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Budi Susilo bercerita, Surabaya empat  tahun yang lalu dengan penduduk lebih dari  3 juta tidak indah seperti sekarang. Namun dengan sinergi yang kita lakukan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan Surabaya sekarang menjadi kota yang indah.“Pembuatan SPPIP dan RPKPP yang maksimal akan menghasilkan exit strategi yang baik,” kata Budi Susilo.Berdasarkan data Ditjen Cipta Karya, tahun 2010 lalu sudah terdapat 48 Kota yang menyusun SPPIP dan 27 yang membuat RPKPP. Untuk tahun 2011 ini Ditjen Cipta Karya menargetkan SPPIP sebanyak 63 kota dan RKPP sebanyak 56 kota. (dvt)

Sosialisasi SPPIP Oleh BAPPEDA

Sunday, 10 October 2010

Page 5: S P P I P

Bidang Fisik dan Prasarana BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangaunan Daerah) Kota Probolinggo kembali meyelenggarkan sosialisasi SPPIP (Strategi Pengembangan Pemukiman dan Infrastruktur Perkotaan), Rabu (6/10) sekitar jam 10.00, di Ruang Sabha Bina Praja Kantor Walikota Probolinggo.Sosialisasi diikuti sekitar 90 undangan, yang terdiri dari Lurah sekota Probolinggo, pemuka masyarakat, perwakilan masing – masing Bidang di BAPPEDA, Kabid Pemukiman dan Perumahan DPU (Dinas Pekerjaan Umum) Kota Probolinggo, Amin Fredy.Sebagai pengisi acara, turut diundang tim konsultan dari Surabaya yang bertempat di jalan Rungkut Asri Barat, terdiri dari Utami, Suko Istijanto, Muhammad Fajar dan Hari Susanto, dengan begitu inisiatif dalam memberikan dan saling bertukar pendapat tentang SPPIP yang ada diKota Probolinggo semakin lengkap.Acara dibuka oleh Kepala BAPPEDA, Budi Krisyanto, “Dalam mencapai RPJPD 2006 – 2015 yang harmonis dan berkualitas, Kota Perobolinggo memiliki visi, terwujudnya masyarakat Kota Probolinggo yang aman, demokratis,adil dan sejahtera, serta dengan sasaran pokok, untuk efisiensi dan efektivitas pembangunan dan pengelolaan sumberdaya daerah, terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat, serta tersedianya ruang publik secara memadai bagi partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan daerah”, katanya.“Tujuan penyusunan SPPIP adalah, Memberikan pendampingan bagi perangkat perencana & pelaksana pembangunan di daerah, dalam menyusun strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yang terintegrasi dengan sektor pembangunan lain, sesuai dengan peran, fungsi dan kontribusi yang diharapkan dalam mencapai tujuan pengembangan kawasan perkotaan”, tambah Budi Krisyanto.Kemudian dilanjutkan pemaparan oleh Utami, yang diteruskan oleh Muhammad Fajar, menjelaskan tentang Filosofi dan Prinsip Dasar SPPIP, diantaranya, strategi untuk memadukan Pengembangan Permukiman dengan Pengembangan Infrastruktur Perkotaan di

Page 6: S P P I P

tingkat kota/kabupaten, dan Berbasis wilayah dan kawasan, dalam lingkup kota, serta program yang berbasis pada kebutuhan (pengembangan) daerah (kota/kabupaten). Tidak kalah penting juga, peran pemangku kepentingan daerah  sangat tinggi dan menentukan, perlu dibahas lebih dalam lagi

R P K P P  

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

Pendampingan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di Perkotaan dan Perdesaan Sasaran Kawasan prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau permasalahan khusus sehingga perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Kesalahan mengantisipasi pola penanganan kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan pencapaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Termasuk dalam kawasan dengan kebutuhan penanganan khusus ini antara lain: a. Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan kumuh b. Kawasan permukiman yang dilengkapi/disertai dengan fungsi khusus dalam skala kota atau wilayah yang lebih luas seperti kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dll c. Kawasan perdesaan dipinggiran areal perkotaan (hinterland) atau buffer d. Kawasan permukiman berpotensi terkena bencana (alam maupun konflik sosial) 

Ruang Lingkup Penanganan kawasan dengan kebutuhan penanganan khusus akan mencakup rangkaian kegiatan sebagai berikut: a. Penetapan kawasan yang diprioritaskan melalui SK Kepala Daerah . b. Deliniasi wilayah kerja, dan penetapan unit kerja terkait di tingkat lokal. c. Penyusunan rencana pengembangan kawasan yang berisikan:1) Rencana umum alokasi ruang kegiatan2) Penetapan konsepsi, program dan kegiatan yang akan dikembangkan 

Page 7: S P P I P

3) Penyusunan strategi pelaksanaan dan rencana teknik (DED) dan 4) Pengembangan kelembagaan pelaksanaan pembangunan di tingkat lokal dan komunitas, lengkap dengan prosedur, mekanisme dan rencana pelaksanaannya5) Pelaksanaan pembangunan fisik dan kegiatan sektoral terkait lain

Kawasan permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang keberadaannya seringkali mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang dikembangkan tersebut.

Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu: (1) permukiman yang berkembang karena faktor historis dan (2) permukiman yang berkembang karena diciptakan. Permukiman jenis yang pertama adalah permukiman yang telah berkembang sebelum suatu wilayah atau kota berkembang menjadi sangat pesat.  Permukiman jenis ini umumnya ditengarai sebagai titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami pada lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yang digunakan manusia untuk hidup seperti sungai dan lahan pertanian yang subur. Berkaitan dengan hal tersebut, umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis di sekitar sumber daya alam tersebut. Untuk permukiman jenis yang kedua adalah permukiman yang berkembang karena diciptakan oleh pengembang. Permukiman ini dikembangkan pada lokasi-lokasi yang umumnya berada di pinggiran kota untuk mengakomodir pertumbuhan pusat-pusat baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman jenis kedua ini juga dikembangkan untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota, serta memenuhi kebutuhan perumahan penduduk.

Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali. Adanya permintaan perumahan yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman ini menjadi salah satu pemberi sumbangan terhadap terjadinya fenomena urban.

Selain itu berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul dari kawasan permukiman, yaitu perumahan liar dan permukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman, maka kawasan permukiman merupakan salah satu kawasan yang perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luas kawasan permukiman yang besar di suatu wilayah atau kota dan banyaknya persoalan yang muncul, mengakibatkan tiap kawasan permukiman memiliki upaya penanganan yang berbeda-beda bahkan terkadang bersifat sangat spesifik., disebabkan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah atau kota, maka beberapa bagian bahkan perlu ditangani terlebih dahulu atau diberikan prioritas penangan bila

Page 8: S P P I P

dibandingkan dengan kawasan permukiman lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu adanya penanganan didasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim dikenal penanganan kawasan permukiman prioritas. 

Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Kesalahan mengantisipasi pola penanganan dan pemberian priotitas pada kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan capaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Adapun dalam konteks suatu wilayah atau kota, kawasan permukiman prioritas tersebut dapat berupa:

> Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau perdesaan yang memiliki nilai ekonomis dan atau strategis tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah atau kota yang bersangkutan.

> Kawasan permukiman yang dilengkapi/disertai dengan fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah kota atau wilayah yang lebih luas. Termasuk dalam kriteria ini seperti kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.

> Kawasan perdesaan yang berada dipinggiran areal perkotaan, dan berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota induknya.

> Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun konflik sosial) yang perlu diselesaikan segera agar program lain dapat diselenggarakan pada waktunya.

Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini, dalam konteks pembangunan, perlu diwadahi dalam suatu Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas atau yang disebut dengan RPKPP. RPKPP ini adalah suatu rencana yang memuat rencana aksi program strategis untuk penanganan persoalan permukiman dan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan. Adapun dalam pelaksanaannya RPKPP disusun berdasarkan pada prioritas strategis pengembangan kota dan perlu mengacu pada Strategi Pengembangan Kota (SPK), Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang ada. SPPIP dan RP4D ini menjadi acuan utama bagi penetapan kawasan yang akan diprioritaskan dan dasar arahan bagaimana persoalan pembangunan yang terdapat pada kawasan permukiman prioritas tersebut harus diselesaikan.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan dan penyelenggaraan penataan ruang, RPKPP ini merupakan suatu hal yang baru bagi suatu kota. Selama ini bentuk penanganan kawasan permukiman yang ada seringkali belum didasarkan pada prioritas maupun kebutuhan kota secara komprehensif dan belum sepenuhnya berbasis pada penanganan kawasan. Mempertimbangkan perlunya keberadaan RPKPP bagi suatu wilayah atau kota, maka pada tahun anggaran 2010, Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Pengembangan Permukiman memberikan bantuan teknis terhadap penyusunan RPKPP yang terwadahi melalui Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).

SEKILAS SPPIPSPPIP merupakan suatu strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya yang penyusunannnya mengacu dan terintegrasi dengan arahan pengembangan kota secara komprehensif. RPKPP berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang diprioritaskan pembangunannya... Selengkapnya   »  

SPPIP

SPPIP merupakan suatu strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya yang penyusunannnya mengacu dan terintegrasi dengan arahan pengembangan kota secara komprehensif. 

Page 9: S P P I P

Karakteristik Penyusunan SPPIP :

penyusunan SPPIP kebih banyak dilakukan melalui proses sinkronisasi, akomodasi, dan adopsi dan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman

dan infrastruktur perkotaan yang ada

SPPIP tidak hanya berorientasi pada produk namun juga pada proses penyusunannya

kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun tidak dipandang sebagai kebijakan dan strategi sektoral,

melainkan mempertimbangkan keterkaitannya dengan pembangunan kawasan perkotaan secara keseluruihan; dan

kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan disusun dari skala kota/ kabupaten sampai dengan skala kawasan. Pada

skala kawasan, penyusunannya dilakukan dengan mengacu pada kebijakan dan strategi skala kota.

Fungsi SPPIP dalam Kerangka Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan:

sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastuktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-

program pembangunan lainnya yang telah ada;

sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang cipta karya di daerah, sehingga fasilitasi APBN dalam penyediaan

infrastruktur diprioritaskan pada daerah yang sudah memiliki Dokumen SPPIP/RPKPP;

sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;

sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai

dokumen; dan

sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala kota.

Page 10: S P P I P

Keluaran SPPIP 

1. Dokumen SPPIP, yang memuat:

Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

Identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen

pembangunan perkotaan.

Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur

permukiman perkotaan.

Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan)

Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan, yang memuat:

Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan diseminasi

Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan diseminasi

Materi yang disampaikan

Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan

Proses diskusi

Page 11: S P P I P

SEKILAS RPKPPRPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya pada kawasan prioritas di perkotaan. RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan tetap mengacu pada arah pengembangan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan...Selengkapnya   »

RPKPP

RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya pada kawasan prioritas di perkotaan. RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan tetap mengacu pada arah pengembangan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. 

Karakteristik Penyusunan RPKPP:

RPKPP berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang diprioritaskan pembangunannya

rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP dilakukan secara logis dan bertahap sesuai kebutuhan

rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki tingkat implementasi yang tinggi karena dalam penyusunannya melibatkan seluruh pemangku

kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan makro di atasnya

produk yang dihasilkan dari RPKPP dapat langsung diimplementasikan pada sebagian kawasan paling cepat pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini

mencakup juga perencanaan detail untuk kawasan pembangunan tahap 1.

Fungsi RPKPP dalam Kerangka Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan:

sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas; dan

Page 12: S P P I P

sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM

Keluaran RPKPP:

1. Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), yang memuat:

Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP

Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP

Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas

Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun

Kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana

penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000)

Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur bidang cipta karya untuk kawasan prioritas yang pembangunannya

akan dilaksanakan pada tahun pertama yang disajikan dalam bentuk 3D.

Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program dalam skala 1:5.000 (untuk kawasan prioritas) dan

skala 1:1.000(untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan, yang memuat

Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan sosialisasi;

absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan sosialisasi;

Materi yang disampaikan;

Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan

Proses penyelenggaraan partisipatif melalui pendekatan Community based Participatory Approach (CPA)

3. Dokumen Rencana Detail Desain (DED), yang memuat:

DED untuk komponen infrastruktur bidang cipta karya dan sektor terkait lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

4. Dokumen Profil Kawasan Permukiman Prioritas, yang memuat:

Page 13: S P P I P

Profil Kawasan Prioritas (aspek fisik dan non-fisik)

Hasil kajian potensi dan permasalahan kawasan prioritas

5. Dokumen Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas, yang memuat Konsep 3 dimensi (3D) pembangunan kawasan prioritas

TAHUN SPPIP RPKPP

2010 48 27

2011 60 54

2012 72 27