s c0151 0600177 chapter2' -...

33
8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori yang dibahas, yaitu semantik bahasa Indonesia dan semantik bahasa Arab. Berikut ini adalah pembahasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1 Semantik Bahasa Indonesia Dalam kajian linguistik (ilmu bahasa) makna adalah salah satu persoalan yang dapat dikaji secara mendalam. Penyelidikan makna dalam kajian linguistik disebut semantik. Dengan demikian, semantik merupakan bagian penting dalam linguistik. Banyak sekali hal yang layak dan perlu digali lebih rinci mengenai semantik bahasa Indonesia. Masyarakat penutur bahasa Indonesia terdiri atas kelompok-kelompok yang mewakili latar belakang budaya, pandangan hidup, dan status sosial yang berbeda. Sehingga, makna sebuah kata dapat menjadi berbeda atau memiliki nuansa yang berlainan. Berlainan dengan tataran analisis bahasa lainnya, semantik merupakan cabang linguistik yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi dan antropologi bahkan psikologi dan filsafat. Sosiologi mempunyai kepentingan dengan semantik karena penggunaan kata-kata tertentu untuk mengatakan suatu makna dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat. Sedangkan antropologi memiliki kepentingan dengan semantik karena analisis

Upload: hacong

Post on 25-Aug-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

8

BAB 2

SEMANTIK

Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan teori yang digunakan

dalam penelitian. Adapun teori yang dibahas, yaitu semantik bahasa Indonesia

dan semantik bahasa Arab. Berikut ini adalah pembahasan teori yang digunakan

dalam penelitian ini.

2.1 Semantik Bahasa Indonesia

Dalam kajian linguistik (ilmu bahasa) makna adalah salah satu persoalan

yang dapat dikaji secara mendalam. Penyelidikan makna dalam kajian linguistik

disebut semantik. Dengan demikian, semantik merupakan bagian penting dalam

linguistik. Banyak sekali hal yang layak dan perlu digali lebih rinci mengenai

semantik bahasa Indonesia. Masyarakat penutur bahasa Indonesia terdiri atas

kelompok-kelompok yang mewakili latar belakang budaya, pandangan hidup, dan

status sosial yang berbeda. Sehingga, makna sebuah kata dapat menjadi berbeda

atau memiliki nuansa yang berlainan.

Berlainan dengan tataran analisis bahasa lainnya, semantik merupakan

cabang linguistik yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti

sosiologi dan antropologi bahkan psikologi dan filsafat. Sosiologi mempunyai

kepentingan dengan semantik karena penggunaan kata-kata tertentu untuk

mengatakan suatu makna dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat.

Sedangkan antropologi memiliki kepentingan dengan semantik karena analisis

Page 2: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

9

sebuah makna dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya

pemakainnya (Chaer, 2002: 5). Berikut ini adalah penjelasan mengenai semantik

bahasa Indonesia.

2.1.1 Pengertian Semantik

Semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti

'tanda' atau 'lambang'. Kata kerjanya adalah semanio yang berarti 'menandai' atau

'melambangkan'. Kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dan

hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik

yang mempelajari makna arti dalam bahasa (Chaer, 2002: 2).

Dalam Kamus Linguistik semantik diartikan sebagai bagian dari struktur

bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur

makna suatu wicara. Definisi kedua, semantik adalah sistem dan penyelidikan

makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (Kridalaksana,

2001: 193). Pengertian semantik dalam KBBI adalah ilmu tentang makna kata dan

kalimat. Pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata (Depdiknas,

2008: 1258). Secara singkat dan populer dapatlah kita katakan bahwa semantik

adalah telaah mengenai makna (George, 1964: 1). Berdasarkan definisi-definisi

semantik yang telah dipaparkan di atas, peneliti menyimpulkan semantik adalah

cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna.

Page 3: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

10

2.1.2 Jenis Semantik

Bahasa memiliki tataran-tataran analisis, yaitu fonologi, morfologi,

sintaksis dan semantik. Objek studi semantik adalah makna dari satuan-satuan

bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Berikut ini adalah bagan

tataran analisis yang mengandung masalah semantik atau yang memiliki persoalan

makna.

Bagan tersebut memperlihatkan kedudukan serta objek studi semantik.

Oleh karena itu, dapat diklasifikasikan jenis semantik berdasarkan objek studinya,

berikut ini adalah penjelasannya (Chaer, 2002: 60-77).

(ada arti) semantik leksikal

Sem

antik

Bah

asa

Tata bahasa (gramatika)

Fonologi (fonemik)

Fonetik

Leksikon

Sintaksis

Morfologi

(tak ada semantik; tetapi tiap-tiap fonem berfungsi sebagai pembeda makna)

(tak ada semantik)

Fungsi (tak ada semantik; kosong dari arti)

Kategori

Peran Semantik gramatikal

Bagan 2.1: Tataran Analisis Semantik

(Verhaar, 1977: 125)

Page 4: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

11

1) Semantik Leksikal

Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina

leksikon (vokabuler, kosakata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah

leksem. Leksem lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil yang

memiliki makna. Kumpulan dari leksem-leksem suatu bahasa adalah leksikon.

Objek studi dari semantik leksikal adalah leksikon pada suatu bahasa.

Semantik leksikal menyelediki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa

tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem disebut makna

leksikal.

2) Semantik Gramatikal

Tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi

dan sintaksis. Semantik gramatikal objek studinya adalah makna-makna

gramatikal dari tataran morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang dari

linguistik yang mempelajari struktur interen kata serta proses-proses

pembentukannya. Sementara, sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata

dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan

kalimat.

3) Semantik Sintaktikal

Objek dari semantik sintaktikal bertumpu pada hal-hal yang berkaitan

dengan sintaksis. Dalam sintaksis ada tataran bawahan, yaitu (1) fungsi

gramatikal, (2) kategori gramatikal, dan (3) peran gramatikal. Semantik sintaktikal

Page 5: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

12

masih berada dalam ruang lingkup tata bahasa atau gramatika. Sedangkan,

masalah semantik yang bukan masalah ketatabahasaan, misalnya masalah

topikalisasi kalimat dibahas pada wadah tersendiri adalah semantik kalimat

(Verhaar, 1977: 126). Semantik kalimat masih belum banyak diteliti dan perhatian

para ahli linguistik.

4) Semantik Maksud

Objek semantik maksud adalah pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa

seperti metafora, ironi, litotes, dan sebagainnya (Verhaar, 1977: 130). Semantik

maksud adalah studi semantik yang mempelajari makna sesuai dengan konteks

situasinya.

2.1.3 Kaidah Umum Semantik

Berikut ini adalah beberapa kaidah umum yang perlu diperhatikan

berkenaan dengan studi semantik (Chaer, 2002: 39-40).

(1) Hubungan sebuah kata/leksem dengan rujukan atau acuannya bersifat

arbitrer. Dengan kata lain, tidak ada hubungan wajib di antara keduannya.

(2) Secara sinkronik makna sebuah kata/leksem tidak berubah, secara diakronik

ada kemungkinan berubah. Maksudnya, dalam jangka waktu terbatas makna

sebuah kata tidakberubah, tetapi dalam jangka waktu yang relatif tidak

terbatas ada kemungkinan dapat berubah. Namun, bukan berarti setiap

kataberubah maknannya.

Page 6: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

13

(3) Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda pula maknannya. Maksudnya,

jika ada dua buah kata/leksem yang bentuknya berbeda, meskipun

perbedaannya sedikit, tetapi maknannya pasti akan berbeda. Oleh karena itu,

dua buah kata yang disebut bersinonim pasti kesamaan maknannya tidak

persis seratus persen. Secara operasional hal ini dapat dibuktikan. Misalnya,

kata kini dan sekarang adalah dua buah kata yang bersinonim. Kata

sekarang dalam frase istrinya yang sekarang tidak dapat diganti dengan

kata kini. Konstruksi istrinya yang kini adalah tidak berterima.

(4) Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda dengan sistem

semantik bahasa lain. Sistem semantik berkaitan erat dengan sistem budaya

masyarakat pemakai bahasa, sedangkan sistem budaya yang

melatarbelakangi setiap bahasa itu tidak sama.

(5) Makna setiap kata/leksem dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh

pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat yang bersangkutan.

Misalnya, makna kata babi pada kelompok masyarakat Indonesia yang

beragama Islam, tidak sama dengan yang bukan beragama Islam.

(6) Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding

terbalik dengan luasnya bentuk tersebut. Sebagai contoh bandingkan

bentuk-bentuk:

(1) a. kereta

b. kereta api

c. kereta api ekspres

d. kereta api ekspres malam.

e. kereta api ekspres malam luar biasa.

Page 7: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

14

Makna kereta pada (a) sangat luas, dan lebih luas dari (b); makna kereta

pada (b) lebih luas daripada (c); sedangkan (c) masih lebih luas daripada (d);

maka makna (d) masih lebih luas dari makna (e).

2.2 Makna dan Masalahnya

Makna adalah persoalan bahasa, tetapi keterkaitan dan keterikatannya

dengan segala segi kehidupan manusia sangatlah erat. Padahal segi-segi

kehidupan manusia itu sendiri sangatlah kompleks dan luas. Oleh karena itu,

sampai saat ini belum ada yang mendeskripsikannya secara tuntas (Chaer, 2002:

28). Berikut ini adalah penjelasan mengenai makna dan masalahnya.

2.2.1 Pengertian Makna

Makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala dalam

ujaran (Chaer, 2002: 33). Menurut KBBI makna memiliki dua definisi, yaitu (1)

arti; (2) maksud pembicaraan atau penulis; pengertian yang diberikan kepada

suatu bentuk kebahasaan (Depdiknas, 2008: 864). Sedangkan menurut Kamus

Linguistik makna memiliki empat definisi, yaitu (1) maksud pembicaraan, (2)

pengaruh suatu bahasa dalam pemahaman perseprsi atau perilaku manusia atau

kelompok manusia, (3) hubungan dalam arti kesepadanan antara bahasa atau

antara ujaran dalam semua hal yang ditunjukkannya, dan (4) cara menggunakan

lambang-lambang bahasa (Kridalaksana, 2001: 132).

Untuk dapat memahami makna, kita perlu memperhatikan teori yang

disebut tanda linguistik. Tanda linguistik (sign linguistique), yaitu terdiri atas (1)

Page 8: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

15

komponen yang mengartikan, yang berbentuk bunyi-bunyi bahasa dan (2)

komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua

komponen ini merupakan tanda atau lambang. Sementara itu, yang ditandai atau

yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut

referen atau hal yang ditunjuk. Jika digambarkan ke dalam bagan, tanda linguistik

itu adalah sebagai berikut.

Tanda linguistik yang dieja <meja>. Tanda ini terdiri atas unsur makna

atau yang diartikan 'meja' dan unsur bunyi atau yang mengartikan dalam wujud

runtutan fonem [m, e, j, a]. Tanda <meja> terdiri atas unsur makna dan unsur

bunyi yang mengacu pada suatu referen yang berada di luar bahasa adalah sebuah

meja, sebagai salah satu perabot rumah tangga. Kalau kata <meja> sebagai hal

yang menandai (tanda linguistik), maka sebuah <meja> sebagai perabot adalah

Tanda linguistik

'makna' yang diartikan

[bunyi] yang mengartikan

yang menandai (intralingual)

referen

yang ditandai (ekstralingual)

Bagan 2.2: Tanda Linguistik

(Saussure, 1974: 29)

Page 9: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

16

hal yang ditandai. Berikut ini bagan kaitan antara kata (meja) dengan makna

'meja', realisasi bunyinya [m, e, j, a] dan referennya yaitu sebuah meja (yang

ditampilkan adalah gambar, bukan benda sebenarnya).

Hubungan antara kata, konsep atau makna, dan benda atau hal yang

dirujuk oleh makna yang berada di luar bahasa, disebut refensial. Untuk sudut (a)

menggunakan sebuah symbol, untuk sudut (b) digunakan istilah thaught atau

reference untuk sudut (c) digunakan istilah refererent. Hubungannya adalah

symbol melambangkan thought atau reference, sedangkan thought atau reference

merujuk kepada referent. Sebuah kata/leksem mengandung makna atau konsep

itu. Makna atau konsep bersifat umum, sedangkan sesuatu yang dirujuk yang

berada di luar bahasa bersifat tertentu atau arbitrer. Berikut ini adalah bagan

segitiga semantik.

'meja'

<meja>

[m,e,j,a]

intralingual ekstralingual

(Sebuah meja)

Bagan 2.3: Keterkaitan antara Kata, Makna, Realisasi, dan Referen

(Ogden dan Richad, 1956:31)

Page 10: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

17

Kesulitan dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa

tidak selalu 'yang menandai' dan 'yang ditandai' berhubungan sebagai satu lawan

satu. Dalam arti kata, setiap tanda linguistik hanya memiliki satu makna.

Adakalanya hubungan itu berlaku sebagai satu lawan dua atau lebih. Ada juga

hubungan yang berlaku dua atau lebih lawan satu. Ketiga hubungan itu tampak

dalam bagan berikut.

1)

2)

3)

Contoh: 1) becak 'kendaraan umum tak bermotor beroda tiga'

2) pacar 'inai'

'kekasih'

3) buku 'lembaran kertas berjilid'

kitab

Bagan 2.5: Hubungan Tanda Linguistik

(Chaer, 2002: 6)

(b) konsep/makna

(a) kata/leksem (c) sesuatu yang dirujuk

(referens) Bagan 2.4: Segitiga Semantik

(Ogden dan Richad, 1956: 31)

Page 11: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

18

2.2.2 Jenis Makna

Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut

pandang. Ada beberapa pendapat ahli mengenai pembagian jenis makna. Ada dua

bagian makna, yaitu makna leksikal dan makna struktural (Ogden & Richads,

1956: 186). Sementara itu, makna dapat pula dibedakan berdasarkan makna

referensial dan makna presedensial. Kemudian, Heatherington menjelaskan bahwa

makna dapat pula dibagi berdasarkan makna leksikal dan makna leksikostruktural.

Lebih jauh makna leksikal dibagi berdasarkan makna denotatif dan makna

konotatif (Heatherington, 1980: 135-136). Dalam kaitannya dengan makna

denotatif dan konotatif Blooemfield menggunakan istilah central meaning atau

makna pusat dan marginal meaning atau makna tambahan (Bloomfield, 1958:

149). Menurut Aristoteles kata memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang

hadir dari kata itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai akibat

terjadinya proses gramatika (Ullman, 1972: 3).

Berdasarkan makna semantiknya makna dapat dibedakan antara makna

leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah

kata atau leksem makna dapat dibedakan antara makna referensial dan

nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata makna dapat

dibedakan antara makna denotatif dan konotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya

dibedakan antara makna kata atau makna istilah atau makna umum dan makna

khusus. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain makna dapat dibedakan

antara makna asosiatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainnya (Chaer, 2002: 60-77).

Berikut ini adalah penjelasan jenis makna menurut Chaer.

Page 12: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

19

1) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya yang sesuai

dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam

kehidupan kita. Makna leksikal juga dapat dikatakan makna yang sesuai dengan

kamus dasar, bukan makna pada kamus umum atau kamus besar karena pada

kedua kamus tersebut sudah disertakan makna idiom dan kiasan. Contohnya

adalah kata kepala makna leksikalnya adalah 'bagian tubuh di atas leher'.

Sedangkan, makna gramatikal adalah makna yang hadir akibat adanya proses

gramatika, yaitu afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Contohnya proses afiksasi

awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat batu sebesar itu terangkat juga oleh

adik melahirkan makna 'dapat'.

2) Makna Referensial dan Makna nonreferensial

Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada

tidaknya referen dari kata tersebut. Makna referensial adalah makna kata yang

memiliki referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata tersebut.

Contonya, kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena

keduanya memiliki referen, yaitu 'sejenis perabot rumah tangga' yang disebut

meja dan kursi. Sedangkan, makna nonreferensial adalah kata yang tidak

mempunyai referen. Contohnya adalah kata karena dan tetapi, kedua kata tersebut

tidak mempunyai referen.

Page 13: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

20

3) Makna Denotatif dan Konotatif

Setiap kata memiliki makna denotatif, tetapi tidak setiap kata mempunyai

makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan hasil

observasi alat indera. Makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual

objektif. Makna denotatif juga sering disebut dengan makna yang sebenarnya.

Misalnya, kata perempuan dan wanita kedua kata ini memiliki denotasi yang

sama, yakni manusia dewasa bukan laki-laki. Makna denotasi sering juga disebut

sebagai makna dasar, sedangkan makna konotasi disebut makna tambanah. Makna

konotasi sebuah kata dapat berbeda antara kelompok yang satu dan kelompok

yang lainnya. Makna konotatif dapat berubah dari waktu ke waktu. Negatif dan

positifnya nilai rasa sebuah kata/leksem terjadi akibat digunakannya referen

sebagai sebuah perlambang. Misalnya, kata tunanetra dianggap lebih halus dari

pada kata buta. Sementara saat ini, kata tunanetra diganti menjadi kata cacatnetra

karena dianggap lebih halus lagi.

4) Makna Kata dan Makna Istilah

Perbedaan antara makna kata dan makna istilah adalah ketepatan makna

itu dalam penggunaannya secara umum atau secara khusus. Makna sebuah kata

secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dapat menjadi

bersifat umum. Makna kata akan jelas jika digunakan dalam konteks kalimat.

Misalnya, kata tahanan maknanya dapat 'orang yang ditahan' dapat juga 'hasil

perbuatan menahan' atau bahkan ada makna lain. Sedangkan, makna istilah adalah

makna yang digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi, tanpa

Page 14: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

21

konteks kalimat pun makna istilah sudah pasti. Misalnya, kata tahanan masih

bersifat umum tetapi sebagai kata istilah dalam bidang hukum kata tahanan

bermakna 'orang yang ditahan akibat suatu perkara'.

5) Makna Konseptual dan Asosiatif

Perbedaan antara makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan pada

ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan

makna lain. Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya,

sesuai dengan referennya, dan bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun. Jadi,

sebenarnya makna konseptual sama dengan makna referensial, makna leksikal,

dan makna denotatif. Sedangkan, makna asosiatif adalah makna yang dimiliki

sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan kata lain di luar

kebahasaan. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna 'suci' atau 'kesucian'.

Makna asosiasi berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang

berlaku dalam suatu masyarakat bahasa. Jadi, makna asosiasi sama dengan makna

konotatif.

6) Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau

kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-

unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia makna idiom terbagi menjadi dua,

yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-

unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna.

Page 15: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

22

Contohnya, yaitu membanting tulang dengan makna leksem 'bekerja keras',

menjual gigi dengan makna leksem 'tertawa keras-keras', dan meja hijau dengan

makna leksem 'pengadilan'. Sedangkan, idiom sebagian adalah masih ada unsur

yang memiliki makna leksikal sendiri. Contohnya, yaitu daftar hitam yang

memiliki makna 'daftar orang-orang yang dicurigai/dianggap bersalah' dan koran

kuning yang berati 'koran yang seringkali memuat berita sensasi'.

Idiom, metafor, dan ungkapan mencakup objek yang sama tetapi hanya

segi pandangannya yang berbeda. Ungkapan dilihat dari segi ekspresi kebahasaan

untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi dalam bentuk-bentuk satuan

bahasa tertentu yang dianggap paling tepat dan paling kena. Sedangkan, metafor

dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk memperbandingkan yang lain dari

yang lain.

Makna peribahasa merupakan makna yang memiliki asosiasi atau tautan

antara makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentuk peribahasa

itu dengan makna lain yang menjadi tautannya. Contohnya, kedua orang yang

selalu bertengkar dalam bentuk peribahasa dikatakan bagai anjing dengan kucing.

Kucing dengan anjing dalam kehidupan kita merupakan binatang yang tidak

pernah akur. Makna peribahasa bersifat memperbandingkan atau

mengumpamakan yang lazim disebut perumpamaan.

Page 16: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

23

7) Makna Kias

Makna kias sebagai oposisi dari makna sebenarnya. Oleh karena itu,

semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada

arti sebenarnya (arti leksikal, konseptual, atau denotatif) disebut arti kiasan.

Contohnya adalah puteri malam yang berarti 'bulan'.

2.2.3 Informasi dan Maksud

Makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala dalam

ujaran. Maka dari itu, ada prinsip umum dalam semantik yang menyatakan bahwa

bentuk kata atau leksem berbeda, maka maknanya pun berbeda, meskipun

perbedaannya hanya sedikit. Sedangkan, informasi adalah gejala di luar ujaran.

Misalnya, kata ayah dan bapak memang memberi informasi yang sama yakni

'orang tua laki-laki'. Sedangkan, maknanya tetap tidak persis sama karena

bentuknya berbeda. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(2) a. Ayah saya sakit.

b. Bapak saya sakit.

(3) a. Bapak presiden yang terhormat

b. Ayah presiden yang terhormat

Pada kalimat (2a) kata ayah dapat diganti dengan kata bapak sama seperti

yang ada pada kalimat (2b). Sedangkan, pada frase (3a) kata bapak tidak dapat

diganti dengan kata ayah pada frase (3b).

Selain informasi sebagai suatu gejala luar ujaran, ada lagi sesuatu yang

lain yang juga luar ujaran yakni maksud. Informasi dan maksud merupakan

Page 17: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

24

sesuatu gejala ujaran yang dapat dilihat dari segi objek atau sesuatu yang

dibicarakan. Maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau

pihak subjek. Seseorang yang berbicara atau mengujarkan sesuatu entah itu

berupa frase maupun kalimat, maksud yang disampaikan tidak sama dengan

makna lahiriah ujaran tersebut. Misalnya, pada contoh kalimat berikut.

(4) Koran, koran?

(5) Jeruk, pak?

Kedua kalimat tersebut tidak bermaksud bertanya, melainkan bermaksud

menawarkan. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang

disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Untuk dapat

membedakan antara maksud, makna, dan informasi perhatikan bagan berikut ini.

(dalam keseluruhan

peristiwa pengujaran)

MAKNA Segi lingual atau

dalam ujaran

Semantik kalimat

gramatikal, dan leksikal

INFORMASI

Segi objektif

(yakni segi yang

dibicarakan)

(luar semantik;

ekstra lingual)

MAKSUD

Segi subjektif

(yakni dipihak pemakai

bahasa)

Semantik maksud

Bagan 2.6: Perbedaan antara Maksud, Makna, dan Informasi

(Verhaar, 1987 dalam Chaer, 2002: 36)

Jenis Semantik

Segi

Istilah

Page 18: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

25

2.3 Sebab-sebab Perubahan Makna

Salah satu aspek yang amat diminati dalam kajian makna ialah perubahan

makna dalam bahasa. Makna kata berubah karena perkembangan dalam bahasa itu

sendiri. Sifat bahasa yang dinamis menyebabkan adanya perubahan makna.

Perubahan makna dapat terjadi karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut, dijelaskan secara rinci pada penjelasan di bawah ini. Berikut ini adalah

yang sebab-sebab perubahan makna (Chaer, 2002: 132-140).

2.3.1 Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi

Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan bidang teknologi dapat

menyebabkan perubahan makna sebuah kata. Sebuah kata yang asalnya hanya

mengandung konsep makna yang sederhana, mengalami perubahan makna akibat

dari pandangan baru atau teori baru dalam suatu bidang ilmu atau pun akibat dari

perkembangan teknologi. Biasanya, kata tersebut tetap digunakan walaupun

konsep makna yang dikandung telah berubah. Perubahan makna kata sastra dari

makna 'tulisan' menjadi makna 'karya imajinatif' adalah salah satu contoh

perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru

mengenai sastra menyababkan makna kata sastra berubah.

Kata berlayar yang pada awalnya bermakna 'perjalanan di laut (di air)

dengan menggunakan perahu atau kapal yang digerakan menggunakan layar'.

Kata berlayar tetap saja digunakan walaupun saat ini kapal-kapal besar tidak

menggunakan layar, melainkan menggunakan bahan bakar minyak, bahkan tenaga

Page 19: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

26

nuklir. Hal tersebut, menandakan adanya perkembangan makna akibat dari

perkembangan teknologi.

2.3.2 Perkembangan Sosial dan Budaya

Perkembangan dalam bidang sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya

perubahan makna. Adanya interaksi antarmasyarakat pengguna bahasa dapat

melahirkan perkembangan sosial budaya yang berpengaruh terhadap perubahan

makna suatu kata. Sebuah kata yang pada mulanya hanya bermakna 'a' akibat

adanya perkembangan sosial dan budaya makna kata tersebut mengalami

perubahan menjadi 'b' atau 'c'. Biasanya, bentuk kata tetap sama, tetapi makna

yang dikandungnya berubah. Perbedaan makna kata dapat dilihat pada contoh-

contoh kalimat di bawah ini.

(6) a. Anita terlahir sebagai anak pertama dari dua saudara.

b. Feri adalah saudara saya yang berasal dari Jakarta.

c. Saudara berasal dari daerah mana?

Kata saudara pada kalimat (6a) berasal dari bahasa Sansekerta yang

bermakna 'seperut' atau 'sekandungan'. Setelah adanya perkembangan budaya kata

saudara memiliki makna 'istilah kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik,

sepupu, keponakan, dan lain sebagainya' seperti pada contoh kalimat (6b). Pada

kalimat (6c) kata saudara juga digunakan sebagai 'kata sapan' untuk menyebut

atau menyapa siapa saja yang pantas.

Page 20: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

27

2.3.3 Perbedaan Bidang Pemakaian

Setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata sendiri yang

hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.

Misalnya, dalam bidang pertanian ada kata-kata sendiri, yaitu benih, menuai,

menggarap, panen, membajak, menabur, menanam, pupuk, dan lain sebagainya.

Sedangkan, dalam bidang pelayaran ada kata tersendiri, yaitu sauh, berlabuh,

haluan, buritan, nahkoda, pelabuhan, dan juru mudi.

Kata-kata yang menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu, dalam

kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat digunakan dalam bidang lain atau

menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki

makna baru atau makna lain di samping makna aslinya. Pada frase di bawah ini

dapat dilihat perbedaan makna kata tersebut.

(7) a. menggarap sawah

b. menggarap skripsi

Kata menggarap pada frase (7a) berasal dari bidang pertanian yang

bermakna 'mengolah tanah'. Sedangkan, pada frase (7b) kata menggarap

digunakan dalam bidang lain dengan makna 'mengerjakan'. Kata-kata yang

digunakan pada bidang pemakaian yang berbeda, perlu diperhatikan ada atau

tidaknya keterkaitan antara makna kata tersebut dan makna aslinya. Kata-kata

tersebut dapat digunakan secara metaforis atau perbandingan. Jika kata yang

digunakan pada bidang pemakaian yang berbeda, tetapi maknanya masih saling

berkaitan atau ada persamaan antara makna yang satu dengan makna yang

lainnya, maka kata tersebut berada dalam poliseminya.

Page 21: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

28

2.3.4 Adanya Asosiasi

Seperti dibicarakan pada bagian sebelumnya, kata-kata yang digunakan di

luar bidang pemakaiannya masih ada hubungan atau pertautan makna dengan

makna aslinya. Dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(8) a. Dalam amplop itu selain dapat dimasukkan surat tetapi dapat

dimasukkan benda lain, misalnya uang.

b. Beri saja amplop maka urusannya pasti akan beres.

Kata amplop pada kalimat (8a) berasal dari bidang administrasi atau surat-

menyurat, makna asalnya adalah 'sampul surat'. Kata amplop pada kalimat (8b)

bermakna 'uang'. Asosiasi amplop dengan uang adalah berkenaan dengan wadah.

Amplop adalah wadah, tetapi yang dimaksud adalah isi dalam ampop adalah uang.

Asosiasi dapat berkenaan dengan waktu, tempat, dan lain sebagainnya.

2.3.5 Pertukaran Tanggapan Indera

Pada hakikatnya, kelima alat indera manusia mempunyai tugas-tugas

tertentu untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Pada

kenyataannya, dalam penggunaan bahasa Indonesia banyak terjadi kasus

pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Mari kita

perhatikan contoh berikut.

(9) a. Masakan Marni rasanya pedas.

b. Kata-kata Marni cukup pedas.

Kata pedas seharusnya dirasakan oleh indera perasa lidah seperti pada

kalimat (9a). Sedangkan, pada contoh (9b) kata pedas menjadi tanggapan indera

Page 22: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

29

pendengar telinga. Pertukaran alat indera penanggap dapat disebut dengan

sinestesia.

2.3.6 Perbedaan Tanggapan

Setiap unsur leksikal atau kata, sebenarnya secara sinkronis telah

mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun, perbedaan pandangan dan norma

kehidupan di masyarakat menjadikan kata-kata memiliki nilai rasa tersendiri.

Nilai rasa adalah penilaian sekelompok masyarakat terhadap suatu kata, misalnya

kata tersebut memiliki nilai rasa tinggi atau menyenangkan dan ada pula kata yang

memiliki nilai rasa rendah atau kurang menyenangkan. Kata-kata yang nilainya

menjadi rendah lazim disebut peyoratif, sedangkan kata yang nilainya naik disebut

amelioratif. Misalnya, pada kata bini kini menjadi peyoratif, sedangkan kata istri

menjadi amelioratif. Nilai rasa peyoratif dan amelioratif pada sebuah kata tidak

memiliki ketentuan yang bersifat tetap. Nilai rasa hanya bersifat sinkronis. Secara

diakronis nilai rasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan pandangan hidup

yang sejalan dengan perkembangan sosial dan budaya.

2.3.7 Adanya Penyingkatan

Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata atau ungkapan ditulis atau

diucapkan secara singkat. Kata atau ungkapan tersebut biasanya sering digunakan,

maka tanpa dituliskan atau diucapkan secara lengkap orang sudah mengerti

maksudnya. Misalnya, kata lab untuk mengganti laboratorium dan kata perpus

untuk mengganti kata perpustakaan. Ada pula bentuk lain kependekan atau

Page 23: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

30

penyingkatan. Misalnya, RS untuk menggantikan Rumah Sakit, TNI untuk

menggantikan Tentara Nasional Indonesia, dan lain sebagainnya.

2.3.8 Proses Gramatikal

Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi akan

menyebabkan adanya perubahan makna. Perubahan makna yang terjadi akibat

dari proses gramatikal tidak dapat disebut sebagai perubahan makna, sebab bentuk

kata itu sudah berubah melalui proses gramatikal. Jika bentuk kata berubah

melalui proses gramatikal, maka maknanya pun ikut berubah. Proses gramatikal

telah melahirkan makna-makna gramatikal.

2.3.9 Pengembangan Istilah

Salah satu pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan

memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang telah ada dan memberi makna

baru. Pengembangan istilah dengan memanfaatkan kata bahasa Indonesia yang

telah ada dapat dilakukan dengan menyempitkan atau meluaskan makna bahkan

memberi makna baru pada kata tersebut. Misalnya, kata teras yang dulu bermakna

'inti kayu' atau 'saripati kayu' kini diangkat menjadi unsur pembentuk istilah untuk

makna 'utama' atau 'pemimpin'.

2.4 Jenis Perubahan Makna

Perubahan semantik atau perubahan makna disebabkan oleh beberapa

faktor seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Perubahan makna

Page 24: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

31

dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu perubahan yang sifatnya meluas,

menyempit, menghalus, mengasar, dan berubah total. Dalam penelitian ini,

peneliti lebih memeilih kata pergeseran dari pada perubahan. Padahal, dalam

analisis dan klasifikasi data digunakan teori perubahan makna. Jika melihat makna

kedua kata tersebut, kata pergeseran lebih sesuai dengan penelitian ini.

Pergeseran memiliki tiga makna, yaitu '(1) pergesekan; (2) peralihan,

perpindahan, pergantian; dan (3) Ki perselisihan, percekcokan' (Depdiknas, 2008:

449). Sedangkan, perubahan memiliki dua makna, yaitu '(1) hal (keadaan)

berubah, peralihan, pertukaran, (2) Man perbaikan aktiva yang tidak menambah

jumlah jasanya' (Depdiknas, 2008: 1514). Berikut ini dijelaskan beberapa jenis

perubahan makna.

2.4.1 Perluasan (Generalisasi)

Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari

yang khusus ke yang lebih umum, atau dari yang sempit ke yang lebih luas.

Biasanya makna kata pada masa baru lebih luas dari pada makna masa asal

(Tarigan, 1995: 160). Generalisasi juga merupakan gejala yang terjadi pada

sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna,

kemudian memiliki makna lain akibat dari beberapa faktor penyebab perubahan

makna. Simpulannya adalah perluasan makna atau generalisasi yang terjadi

sebagai hasil perluasan makna yang masih berada dalam lingkup poliseminya.

Oleh karena itu, makna-makna baru harus ada hubungannya dengan makna

Page 25: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

32

asalnya (Dale, 1971: 210). Berikut ini adalah contoh kata yang mengalami

perubahan makna cara meluas.

Tabel 2.1

Tabel Contoh Perluasan Makna

No. KATA

MAKNA

ASAL MAKNA BARU

1. bapak 1 orang laki-laki;

lawan ibu, orang tua

perempuan

(Badudu dan Zain,

1994: 126)

1 orang tua laki-laki; ayah; 2

orang laki-laki yang dalam

pertalian kekeluargaan boleh

dianggap sama seperti ayah

(seperti saudara laki-laki ayah

atau ibu); 3 orang yang

dipandang sebagai orang tua atau

orang yang dihormati (spt guru,

kepala kampung); 4 panggilan

kepada orang laki-laki yang

lebih tua dari yang memanggil; 5

orang yang menjadi pelindung

(pemimpin, perintis jalan, dsb

yang banyak penganutnya); 6

Cak pejabat (Depdiknas, 2008:

138).

2.4.2 Penyempitan (Spesialisasi)

Proses spesialisasi atau pengkhususan, penyempitan mengacu kepada

suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih

sempit dalam aplikasinya (Tarigan, 1985: 45). Kata atau leksem tertentu pada

suatu waktu dapat diterapkan pada suatu kelompok umum, tetapi belakangan

mungkin saja semakin terbatas atau kian sempit dan khusus dalam maknanya

Page 26: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

33

(Keraf, 1980: 130). Perubahan makna menyempit merupakan gejala yang terjadi

pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas,

kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna. Simpulannya,

makna asal lebih luas dari pada makna baru (Chaer, 2002: 142). Berikut ini adalah

contoh kata yang mengalami perubahan makna cara menyempit.

Tabel 2.2

Tabel Contoh Penyempitan Makna

No. KATA MAKNA

ASAL MAKNA BARU

1. sarjana 1 orang alim; orang

yang dalam ilmunya;

2 ahli agama; 3 ahli

filsafat; 4 pemimpin

agama greja; domine;

5 Yahudi rabbi

(Badudu dan Zain,

1994: 1031)

1 orang pandai; 2 gelar strata

satu yang dicapai seseorang

yang telah menamatkan

pendidikan tingkat terakhir di

perguruan tinggi (Depdiknas,

2008: 1228).

2.4.3 Perubahan Total

Perubahan total adalah perubahan makna sebuah kata dari makna asalnya.

Kemungkinan makna yang baru masih memiliki sangkut paut dengan makna asal,

tetapi sudah jauh (Chaer, 2002: 142). Perubahan makna secara total menjadikan

sebuah kata atau leksem memiliki makna baru yang berbeda dari makna asalnya.

Berikut ini adalah contoh kata yang mengalami perubahan makna secara total.

Page 27: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

34

Tabel 2.3

Tabel Contoh Perubahan Makna secara Total

No. KATA MAKNA

ASAL MAKNA BARU

1. pena bulu

(Poerwadarminta,

1976: 876)

alat untuk menulis dengan tinta,

dibuat dari baja dsb yang

bentuknya runcing dan belah

(Depdiknas, 2008: 1043).

2.4.4 Penghalusan (Eufimia)

Penghalusan atau eufimia adalah gejala kata-kata atau bentuk-bentuk yang

dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan dari pada makna yang

digantikan. Kecendrungan untuk menghaluskan makna kata tampaknya

merupakan gejala umum dalam masyarakat Indonesia (Chaer, 2002: 144). Berikut

ini adalah contoh kata yang mengalami perubahan makna dengan penghalusan.

Tabel 2.4

Tabel Contoh Perubahan Makna Penghalusan

No. Makna biasa Makna lebih halus

(Eufimia)

1. pemecatan pemutusan hubungan kerja

(PHK)

2. penjara lembaga permasyarakatan

3. pembantu rumah tangga pramuwisma

4. penjaga toko pramuniaga

2.4.5 Pengasaran (disfemia)

Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran (disfeumia) adalah usaha

untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata

Page 28: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

35

yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan dalam

situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan (Chaer, 2002: 144).

Berikut ini adalah contoh kata yang mengalami perubahan makna dengan

pengasaran.

Tabel 2. 5

Tabel Contoh Perubahan Makna Pengasaran

No. Makna biasa Makna lebih kasar

(disfemia)

1. mengambil dengan

begitu saja

mencaplok

2. mengeluarkan mendepak

2.5 Semantik Bahasa Arab

Setiap bahasa memiliki kaidah semantik tersendiri. Begitu pun bahasa

Arab memiliki kaidah. Untuk menunjang penelitian ini, disertakan kaidah sematik

bahasa Arab sebagai informasi. Berikut ini dijelaskan mengenai perubahan makna

dalam semantik bahasa Arab.

2.5.1 Pengertian Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti

'tanda' atau 'lambang'. Akar kata sema adalah 's' dan 'm' sangat mirip dengan kata

) samatun dari kata (سمة) وسم( sama yang juga berarti tanda yang akar katanya

adalah ) س ) dan (م) . Kata kerja sema adalah semaino yang berarti 'menandai' atau

'melambangkan'. Tanda atau lambang yang dimaksud adalah tanda-tanda

linguistik. Padannanya dalam bahasa Arab adalah ilmu al-dilalah yang berasal dari

Page 29: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

36

kata ( د لة -يدل - دل ) dalla-yadillu-dilālah yang berati 'menunjukkan' seperti dalam

Alquran ( علي تجارةھل أدلكم ) hal adulllukum ‘alātijārah (Anwar, 1987: 144).

2.6 Perubahan Makna

Fenomena terpenting dari masalah perkembangan semantik dalam bahasa

Arab ada dalam 3 hal, yaitu takhsis makna, ta’mim makna, dan perubahan makna

secara total. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perubahan makna dalam

bahasa Arab (Anwar, 1987: 150-168).

2.6.1 Takhsis makna

Takhsis makna adalah membatasi makna lafal umum terhadap makna

tertentu. Dengan demikian, makna kata tersebut cakupannya lebih sempit dari

makna yang asalnya. Contohnya, makna lafal yang menyempit kata (حريم) harĩm

yang berarti 'sesuatu yang tidak boleh disentuh', kini artinya menyempit menjadi

'perempuan'. Kata (الصحابة) sahãbah yang berarti 'teman' dalam arti luas kini

menyempit dan menjadi 'sahabat nabi'. Kata (التوبة) taubah yang berarti 'kembali'

kemudian menjadi 'kembali dari dosa'. Kata (الحج) haji yang berarti 'bermaksud'

menjadi 'bermaksud ke baitullah'.

2.6.2 Ta'mim makna

Ta'mim makna terjadi ketika adanya pergeseran dari makna khusus

menjadi makna umum. Misalnya, kata (لوح) lauh yang asalnya berarti 'sejenis

benda yang digunakan untuk menulisi', kemudian meluas artinya menjadi 'pelat',

Page 30: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

37

'bangun perahu', 'papan' dan 'orang besar tulang tangan dan kakinya'. Kata (البأس)

ba’as yang dulunya berarti 'kesusahan dalam perang' meluas menjadi 'kesusahan

dalam segala hal'. Kata (العقيقة) aqīqah yang berarti 'rambut bayi yang tumbuh

sejak dalam kandungan' meluas menjadi 'binatang yang disembelih ketika rambut

bayi dipotong'. Kata (المجد) majid yang berarti 'penuhnya perut binatang karena

makanan' meluas menjadi 'dipenuhi kemulian'.

2.6.3 Perubahan Total

Perubahan makna secara total adalah lafal dari cakupan pemakaian yang

biasa ke cakupan yang lain. Perubahan makna secara total terjadi karena dua hal,

yaitu perubahan makna karena relasi kemiripan dan perubahan makna karena

relasi ketidakmiripan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perubahan makna

secara total.

1) Perubahan makna karena relasi kemiripan/ istiarah (ا�ستعارة)

Isti’arah dalam ilmu balagah terjadi jika salah satu dari unsur tasybih

musyabbah, musyabah bih dan adat al-tasybih dibuang. Penggunaan istiarah

banyak digunakan pada kata-kata yang berubah maknanya karena adanya

kemiripan. Misalnya, kata (ثعبان) śa‘bãn yang berasal dari kata (ثعب) śa‘ba yang

berarti 'mengalir' berubah menjadi 'ular'. Kemiripan antara air dan ular adalah

cara bergeraknya. Air mengalir dan ular yang berjalan lurus seperti air yang

mengalir.

Page 31: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

38

Anggota tubuh manusia merupakan obyek istiarah yang banyak digunakan baik

dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia Sebagai contoh (رأس الشارع) ra’su

syar‘i, (ظھر ا/ر) ẓahrul ãrḍi, (رجل الكرسي) rijãlul kursĩ dan lain-lain. Demikian

pula anggota tubuh binatang misalnya (ذيل الفستان) żĩlul fustãn, (ذيل الصفحة) żĩluş

şofhah), (جناح الطائرة) jinãhuṭ ṭãirah. Kemudian dalam tumbuh-tumbuhan misalnya,

’ã‘ (العائلة) ,’furu (فرع) ,syajaratun nisbi (شجرة النسب) ĩlah, (ثمرة البحث) śamratul

baḥśi. Contoh lainnya adalah (تحية عاطرة) taḥiyatu ‘ãţirah, ( باردإستقبال ) istiqbãlu

bãri.

Ist’iarah sering pula digunakan pada pemakaian kata konkret terhadap

makna yang abstrak. Misalnya, pada kata (جسم المسكلة) jismul maskalah, (عقدالمسألة)

aqidul mas’alah, (ركز الفكرة) rikazul fikrah. Pemakaian isti’arah merupakan tradisi

orang Arab dalam berbicara. Hal tersebut, banyak dilakukan orang Arab ketika

menggubah syair maupun prosa.

2) Pergeseran makna karena relasi ketidakmiripan Al-majaz al-mursal

(المجازالمرسل)

Al-majaz al-mursal adalah pergeseran makna yang disebabkan karena

tidak adanya kemiripan antara makna asli dengan makna barunya. Hal Ini,

berbeda dengan takhsis dan ta’mim makna yang melahirkan penyempitan dan

perluasan makna. Pergeseran makna dalam al-majaz al-mursal disebabkan karena

adanya beberapa relasi, yaitu al-sababiyah, al-kulliyah, al-juz’iyah, al-halliyah,

al-mahalliyah, al-mujawarah, al-umum, al-khusus, dan i'tibar ma'na.

Page 32: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

39

Al-sababiyah menyebutkan akibat, tetapi yang dimaksud adalah

penyebabnya. Contohnya, dalam Alquran (اسابقد أنزلنا عليكم ل ) qad anzalnã ‘alaikum

libãsã yang bermakna 'sungguh telah kami turunkan (dari langit) pakaian untuk

kalian' kata (لباسا) libãsã yang bermakna 'pakaian' tidak mungkin turun dari langit,

tetapi yang dimaksud adalah hujan sebagai penyebabnya. Contohnya, al-kulliyah

menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebagian. Dalam Alquran

aidiyakum (أيديكم) faagsilǔ wujǔhakum wa aidĩyakum kata (فاغسلوا وجوھكم و أيديكم)

jamak (يد) yadun artinya 'tangan sampai bahu' tapi yang dimaksud di sini adalah

'tangan sampai siku'.

Page 33: S C0151 0600177 Chapter2' - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0600177_chapter2'.pdf · 8 BAB 2 SEMANTIK Pada bab ini peneliti memebahas mengenai landasan

40