file · web viewdari masa ke masa psikologi masuk dalam segala aspek kehidupan manusia,...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu kejiwaan atau yang disebut dengan psikologi, ini ternyata telah ada
sejak filsafat muncul. Dalam perjalanannya filsafat mampu memberikan pengaruh
yang signifikan dalam perkembangan psikologi sampai menjadi Psikologi Ilmu
Pengetahuan yang otonom. Dari masa ke masa psikologi masuk dalam segala
aspek kehidupan manusia, kendatipun yang menjadi objek kajian psikologi itu
adalah manusia akan tetapi hewan pun menjadi bahan kajian psikologi dimana
psikologi tentang hewan lebih mudah ditemukan atau dicari dibandingkan dengan
menelusuri psikologi pada manusia yang malah semakin rumit. Secara spesifik
bisa dicontohkan realisasi psikologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada
sistem pembelajaran, seorang guru dalam menyampaikan materinya kepada anak
didik yang diakibatkan oleh banyaknya karakter pada anak didik sehingga untuk
mencari jalan keluarnya dengan cara mempelajari karakter anak didik melalui
ilmu psikologi.
Psikologi dan ilmu pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan
sebagai suatu disiplin ilmu bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia
sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana
tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan
kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya
tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu
subdisiplin ilmu pendidikan (educational psychology).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah kami adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi?
1 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
2. Apa definisi dari psikologi eksperimental?
3. Apa saja ciri-ciri dan sifat dari psikologi eksperimental?
4. Apa itu tiga teori konektivisme yang pertama?
C. MANFAAT
Ada dua manfaat dari makalah ini, yaitu:
1. Manfaat teoritis
Memberi sumbangan informasi berkaitan dengan materi
perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Otonom khususnya psikologi
eksperimental.
2. Manfaat praktis
a) Bagi mahasiswa semester 2 Jurusan Teknik Sipil, makalah ini dapat
dijadikan panduan dalam mempelajari materi perkembangan Ilmu
Pengetahuan yang Otonom khususnya psikologi eksperimental.
b) Bagi publik, makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
konsep-konsep perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Otonom
2 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
BAB II
PEMBAHASANA. SEJARAH PSIKOLOGI
Sejarah Perkembangan Psikologi:
1) Periode Pra berdirinya Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos =
kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung
karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi
dan ekspresi dari jiwa atau mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah
perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan
laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang sebagai kelahiran psikologi
sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa
Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk
pragmatisnya di benua Amerika. Berdasarkan pandangan tersebut, bagian
Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan
berbagai tokohnya.
2) Psikologi Modern
Psikologi modern dibagi menjadi dua yaitu:
a. Psikologi Ilmu Pengetahuan yang Otonom
Pada akhir abad ke-19 tahun 1879, Wilhem Wundt yang
berkebangsaan Jerman mendirikan laboratorium Psikologi pertama
di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu
yang berdiri sendiri. Salah satu karya Wundt adalah mendirikan
labolatorium psikologi yang pertama. Di dalam labolatorium itu
Wundt mendemonstrasikan apa yang sekarang kita kenal sebagai
3 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
sensasi dan persepsi. Inilah tonggak sejarah berdirinya psikologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri terlepas dari filsafat.
Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt
memprakenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam
eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut
Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang
menguraikan struktur dari jiwa.
Sekolah Würzburg merupakan landasan sejarah psikologi
eksperimental. Ini didirikan oleh sekelompok psikolog yang
dipimpin oleh Oscar Külpe. Mereka menyediakan ide-ide alternatif
untuk apa yang Edward dan Wilhelm Wundt Titchener telah
mengusulkan pada saat itu. Fokus utama studi mereka adalah
operasi mental, mengatur khusus mental (Einstellung) dan berpikir
imageless. Mengatur mental adalah jenis pemecahan masalah
strategi yang dapat dipicu oleh instruksi atau oleh pengalaman,
kecuali orang tersebut tidak menyadarinya. Hasil Sekolah
Würzburg telah membantu penurunan voluntarisme dan
strukturalisme. Hal ini juga membuat orang mulai
mempertanyakan validitas introspeksi sebagai alat penelitian.
Sekolah Würzburg melanjutkan untuk mempengaruhi psikolog
Gestalt, termasuk Wertheimer.
Psikologi eksperimental diperkenalkan ke Amerika Serikat
oleh George Ladd Trumbull, yang mendirikan laboratorium
psikologi Universitas Yale pada tahun 1879. Pada tahun 1887,
Ladd Elemen Psikologi Fisiologis diterbitkan, buku teks Amerika
pertama yang ekstensif didiskusikan psikologi eksperimental.
Antara pendiri Ladd Laboratorium Yale dan buku nya, pusat
psikologi eksperimental di Amerika Serikat bergeser ke Johns
Hopkins University, di mana George Hall dan Charles Sanders
Peirce adalah memperluas dan kualifikasi pekerjaan Wundt.
4 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Pada paruhan kedua abad ke-20, frase "psikologi
eksperimental" telah bergeser dalam arti karena perluasan
psikologi sebagai suatu disiplin dan pertumbuhan dalam ukuran
dan jumlah sub-disiplin ilmu. Psikolog eksperimental
menggunakan berbagai metode dan tidak membatasi diri pada
pendekatan eksperimental ketat, sebagian karena perkembangan
dalam filsafat ilmu pengetahuan telah berdampak pada prestise
eksklusif eksperimen. Sebaliknya, metode eksperimen yang
sekarang banyak digunakan dalam bidang-bidang seperti psikologi
perkembangan dan sosial, yang sebelumnya tidak bagian dari
psikologi eksperimental. Ungkapan terus digunakan,
bagaimanapun, dalam judul dari sejumlah mapan, prestise tinggi
belajar masyarakat dan jurnal ilmiah, serta beberapa program
universitas penelitian dalam psikologi.
b. Psikologi abad XX
Sejarah Perkembangan Psikologi mengenai pendapat-
pendapat para tokoh-tokoh sejarah ilmu jiwa yang mengungkapkan
tentang ilmu kejiwaanya. Seperti yang telah diketahui dimana
sejarah telah membawa kita kedalam masa yang modrn seperti
pada saat ini. Terbentuknya perkembangan psikologi modern yang
tidak terlepas dari pengaruh tokoh-tokoh aliran psikologi yang
muncul mulai abad ke 20. Beberapa para ilmuan biologi dan fisika
mempunyai minat untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu
jiwa menurut prosedur ilmiyah modern. Bukti dari mempelajari
ilmu jiwa maka muncul beberapa aliran yaitu Strukturalisme
sebagai pemula yang mengangkat psikologi sebagai disiplin ilmu
yang otonom, dengan didirikan laboratorium psikologi yang
pertama dengan menggunakan prosedur penelitian. Dan terjadi pro
dan kontra karena banyak pendapat yang munculan membentuk
aliran-aliran psikologi lainya seperti:
5 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Psikologi Analisa
Psikologi Individual
Psikologi Neo Freudinamisme
Psikologi Gestalt
Psikologi Behaviorisme
Psikologi Refleksologi
B. DEFINISI PSIKOLOGI EKSPERIMENTAL
Eksperimental berasal dari kata eksperimen, artinya adalah salah satu
metode dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
sementara atau hipotesis secara ilmiah. Perbedaan metode penelitian eksperimen
dengan metode lain adalah adanya perlakuan atau manipulasi terhadap subjek
penelitian. Psikologi eksperimen adalah pendekatan metodologis daripada subjek
dan meliputi berbagai bidang dalam psikologi.” Sedangkan secara umum
Psikologi eksperimental adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang
menitikberatkan pada penggunaan metode penelitian eksperimen dalam meneliti
dan mengembangkan ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia dalam
konteks yang berbeda.
Psikolog eksperimental secara tradisional melakukan penelitian,
menerbitkan artikel, dan mengajar kelas-kelas tentang neuroscience, psikologi
perkembangan, sensasi, persepsi, perhatian, kesadaran, belajar, memori, berpikir,
dan bahasa. Baru-baru ini, bagaimanapun, pendekatan eksperimental telah meluas
ke motivasi, emosi, dan psikologi sosial. Seringkali, manusia diperintahkan untuk
melakukan tugas-tugas di setup eksperimental. Sejak 1990-an, berbagai paket
perangkat lunak telah mereda presentasi stimulus dan pengukuran perilaku di
laboratorium. Terlepas dari pengukuran waktu respon dan tingkat kesalahan,
psikolog eksperimental sering menggunakan survei sebelum, selama, dan setelah
intervensi eksperimental dan metode observasi. Desain eksperimental dapat
dibagi menjadi tiga jenis besar: eksperimental, quasi-eksperimental dan non-
eksperimental
6 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
C. CIRI-CIRI DAN SIFAT PSIKOLOGI EKSPERIMENTAL
Ciri ciri penelitian eksperimen : peneliti mengubah kondisi kondisi
tertentu menurut rencana yang di tentukan, adanya variabel bebas dan tergantung,
adanya kesetaraan kelompok sebelum dan sesudah di berikan perlakuan, adanya
kendali penuh pada peneliti untuk memberi perlakuan sehingga memenuhi syarat
validitas dan realibilitas penelitian, adanya prosedur randomisasi atas subjek dan
kelompok untuk menjamin kesempatan yang sama bagi semua anggota populasi.
Sifat dari Psiokologi Eksperimen adalah menggunakan metode
eksperimen untuk pekerjaannya dan sering untuk penelitian. Penelitian yang
sering dilakukan adalah tentang sensasi dan presepsi, proses kognitif, learning,
motivasi, dan emosi.
D. TIGA TEORI KONEKTIVISME YANG PERTAMA
Sejak jaman yunani kuno, manusia sudah tertarik dengan kajian psikologi.
Pada zaman itu para filosof telah merenungkan topic-topik yang sekarang
dipandang sebagai kajian psikologi. Mulai abad ke-19 topik-topik tersebut mulai
di kaji sebagai secara eksperimental.
Laboratorium psikologi pertama didirikan oleh wihlem wundt di Jerman.
Wundt dan rekan-rekannya di bidang psikologi ilmiah yang pertamakali
terinspirasi oleh para filosof. Pada umumnya mereka tertarik oleh pengalaman
sadar manusia. Para psikolog eksperimental yang pertama mengkaji masalah-
masalah pemahaman sensasi, pikiran, perasaan manusia, perubahan kesadaran
komponen-komponen dasarnya citra-citra dalam memori.
Ada tiga teori konektivitas yang pertama yaitu:
1. Teori Ivan Petrovich Pavlov
Pengondisian Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang
behavioristic terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus
respon. Hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia menemukan bahwa
ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar
untuk membentuk prilaku (respon). Dalam hal ini, eksperimen yang
dilakukan oleh Pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
7 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari
deskripsi di atas.
Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing dapat mengeluarkan air liur (UCR). Jika anjinig dibunyikan
sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
(UCS) setelah di berikan bunyi bel terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR)akibat pemberian makanan. Setelah
perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otononom
anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya.
(CR).
Dalam eksperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku
anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan
mengeluarkan air liur walaupun tanpa di berikan makanan karena pada
awalnya anjinng tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi
bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah
berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respon (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam
proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut :
Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan
yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan reflex
organismic. Contoh : makanan.
Stimulus terkondisi (UC), suatu peristiwa lingkungan bersifat
netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS).
Contoh : Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan
dengan stimulus yang tidak terkondisi berupa makanan.
8 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Respon tidak terkondisi (UCR), reflex alami yang ditimbulkan
secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh : Mengeluarkan
air liur.
Reson terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul
akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh : Keluarnya air
liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Eksitasi dan inhibisi
Pengkondisian bila dijelaskan oleh kegiatan timbal balik dua
proses utama di otak, yaitu eksitasi dan inhibisi.
Eksitasi (extitation) adalah proses pembangkitan, proses yang
cendeung membuat respon terjadi. Sedangkan inhibisi (inhibition) adalah
proses penekanan yang cenderung mecegah respon terjadi. Kedua kegiatan
ini beroprasi dengan saling bertentangan. Diantara keduanya, eksitasi
memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan pengondisian.
Namun, inhibisi menjelaskan bagaimana berlangsungnya pengondisian
dalam hal-hal khusus.
Eksitasi dan inhibisi menghasilkan efek yang bertolak belakang, kedua
proses ini memiliki kemiripan, sebagaimana. Sebagaimana eksitasi,
inhibisi juga ber-iradiasi di atas korteks. Menurut Pavlov, interaksi di
antara kedua proses tersebut menyebabkan berlangsungnya banyak hal
dalam pengiondisian. Inhibisi muncul dalam situasi di mana eksitasi
menghasilkan efek yang berlainan atau tidak sejalan. Salah satu contoh
inhibisi adalah penghapusan (extinction). Jika lonceng dibunyikan
berulang – ulang, tanpa diikuti diberika makanan lagi, inhibisi akan
terbentuk di korteks tempat stimulus terkondisi dan melemahkan respon
terkondisi.
Aplikasi dan implikasi
Pavlov yakin bahwa prinsip pengkondisian bisa digunakan untuk
menjelaskan bermacam-macam fenomena. Terutama mengaitkan prinsip-
prinsip ini dengan kepribadian (personality). Ia memandang bahwa salah
9 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
satu hal yang penting yang menjadi pembeda di antara anjing dan di antara
manusia adalah keseimbangan antara eksitasi dan inhibisinya. Pribadi-
pribadi eksitatoris cenderung pada aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu di
kekang “kalau ragu lakukan saja, lakukan apa saja”, sementara pribadi-
pribadi inhibitoris cenderung pada sikap tidak merespon “kalau kamu
ragu-ragu, lebih baik jangan lakukan apa-apa”.
Pada akkhirnya Pavlov memandang konflik antara eksitasi dan
inhibisi sebagai dasar ganguan saraf.
Banyak dari tambahan ke dalam sistem Pavlov tersebut berupa
penemuan-penemuan mengenai hal apa saja bisa berfungsi sebagai stimuli
tidak terkondisi, berkondisi, dan respon. Salah satu contohnya adalah
pengondisian interoseptif (Interoceptive Conditining), dimana stimulus
berkondisi atau stimulus tidak terkondisi, atau keduanya langsung
disampaikan ke salah satu organ dalam. Respon-respon yang terkondisi
oleh stimulasi interoseptif seperti ini juga mengambil bentuk respon organ
dalam atau pasokan darah. Sebagai contoh, air dingin sebagai stimulus
tidak berkondisi bisa membuat ppembuluh darah di dinding perut
menyempit. Dan respon tidak berkondisi ini kemudian bisa dilatih agar
menjadi respon berkondisi terhadap stimulus berkondisi tertentu.
Pengkondisian semacam ini membuahkan proses jasmani d bawah sadar,
seperti berubahnya pasokan darah ke perut, di bawah control stimulus
terkondisi terntentu. Kadang-kadang stimulus berkondisi berupa kata-kata
yang diucapkan oleh seseorang. Dalam kasuss tersebut orang yang
mengucapak kata-kata itu menghasikan respon dibawah control sadarnya.
Dengan begitu pengondisian interoseptif menawarkan bagaimana cara
membuat proses jasmani dibawah sadar menjadi proses sadar.
2. Teori John. Watson
Perubahan kajian dari apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
manusia dirasakan oleh manusia menuju apa yang diupayakan oleh para
psikologi amerika. Pergerakan ini diwakili oleh juru bicara John B.
10 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Watson (1878-1958) melalui upaya ya membangun sistem yang radikal
untuk meninggalkan kajian-kajian psikologi yang tradisional tersebut.
Meninggalkan kajian-kajian tentang kesadaran dan mengkaji perilaku
itulah yang dilakukan oleh para psikologi Amerika. Tahun 1913 Watson
menerbitkan statmen formal pertama yang menguraikan pendirian itu,
pada sebuah artikel yang berjudul “psikologi dalam Pandangan
Behaviorisme “, hal ini yang menandai munculnya behaviorisme dalam
revolusi psikologi.
Hal ini dikatan behaviorisme karena Watson hanya tertarik pada
perilaku, bukan pada pengalaman sadar. Perilaku (behaviorisme) menurut
Watson tidak lebih rumit dari sekedar pergerakan otot-otot. Penentangan
Watson yang tidak menerima segala hal yang subjektif ke dalam psikologi
telah menuntut dirinya menolak lebih dari sekedar studi tentang
kesadaran. Target lain yang ia tolak adalah motivasi sebagai hal yang
terkait dengan isnting. Menurut pandangan Watson, insting terlalu
mentalistik sifat-sifatnya, ia menegaskan bahwa perilaku, disisi lain,
adalah persoalan mengenai refleks-refleks yang dikondisikan, yakni
mengenai respon-respon yang dipelajari melalui apa yang dewasa ini
disebut pengkondisian klasik. Kita menunjukkan sosialibitas atau agresi
bukan karena kita terlahir dengan insting untuk melainkan kita
pembelajaran melakukan hal itu melalui pengkondisian.
Upaya Watson menghancurkan teori-teori melebur bukan anya
sampai ke insting melainkan sampai ciri-ciri mental lainnya yang
dianggap bawaan manusia. Watson menyangkal bahwa manusia telahir
dengan kemampuan mental atau watak tertentu. Yang kita warisi hanyalah
tubuh kita dan sedikit refleks, perbedaan dalam hal kemampuan dan
kepribadian hanyalh perbedaan perilaku yang di pelajarinya. Secara
praktis tidak ada batasan mengenai akan seperti apa jadinya seseorang jika
dikondisikan secara tepat.
11 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Pembelajaran dalam interpretasi Watson, dimana ia memandang
semua pembelajaran sebagai pengkondisian klasik. Kita terlahir dengan
koneksi-koneksi stimulus respon yang disebut sebagai refleksi. Kita bisa
membangun berbagai koneksi stimulus respon melalui proses
pengkondisian. Jika sebuah stimulus baru terjadi berbarengan dengan
stimulus bagii respon refleks, setelah beberapa kali berpasangan seperti itu
maka stimulus yang baru itu sendiri saja akan menghasilkan respon.
Proses pengkondisian ini, mungkin setiap respn dalam pembendaharaan
refleks bawaan untuk muncul ketika ada stimulus baru selain yang semula
memunculkannya. Hal ini yang menurut Watson merupakan cara kita
belajar merespon situasi-situasi baru.
Bagaimanapun juga, pengkondisian semacam itu hanya bagian dari
proses pembelajaran. Kita bukan hanya harus belajar merespon situasi-
situasi baru, melainkan kita juga harus mempelajari respon-respon itu.
Pembentukan rangkaian semacam ini dimungkinkan karena masing-
masing respon menghasilkan sensasi respon menghasilakn sensasi otot
yang menjadi stimuli bagi respon berikutnya. Dengan demikian perilaku
baru yang kompleks diperoleh melalui kombinasi berurutan dari refleks-
refleks yang sederhana. Watson juga mengemukakan bentuk pembelajaran
melalui dua prinsip yaitu frekuensi dan resensi. Prinsip frekuensi
menyatakan semakin sering kita melakukan sesuatu respon terhadap
stimulus tertentu, semakin cenderung kita menjadikan respon tersebut
sebagai stimulus lagi. Begitu pula, prinsip resensi menyatakan bahwa
semakin baru atau terkini kita melakukan respon terhadap stimulus
tertentu, semakin cenderung kita melakukannya lagi. Apa yang membuat
kita bisa belajar berhubungan stimulus dan respon adalah semata-mata
karena keduanya berlangsung beriringan, karena itulah Watson disebut
sebagai seorang kontiguitas, yakni bahwa pembelajaran bisa dihasilkan
melalui keberiringan belaka, tanpa pengutan.
12 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Jenis-jenis pembelajaran khusus Watson mengakui adanya peran
pewarisan melalui keturunan atau hereditas, di samping pengakuannya
yang sudah adanya refleks-refleks bawaan. Ia mengemukakan ada tiga
pola-pola gerak bukan pada perasaan-perasaan sadar.
Pembelajaran emosi berwujud pengkondisian ketiga pola respon
emocional inii terhadap stimuli baru. Watson menyatakan bahwa semua
perilaku kita cenderung untuk m elibatkan seluruh bagian tubuh. Kita
berpikir, kita mengungkapkan pendapat dengan menggerakkan tangan
atau tersenyum selai dengan kata-kata. Segala hal yang kita pikirkan,
rasakan, katakan atau kerjakan dalam berbagai kadarnya melibatkan
aktivitas segenap tubuh. Ini barang kali yang menjadi doktrin fundamental
behaviorisme.
Evaluasi terhadap Teori Watson kontribusi utama Watson bagi
perkembangan psikologi adalah penolakannya terhadap pembedaan antara
tubuh dan pikiran dan penekanannya pada studi perilaku objektif. Sama
halnya dengan teori-teori lain memusatkan perhatian pada perilak objektif,
minat yang kuat pada studi-studi hewan, kecenderungan pada analisa
stimulus respon, dan konsentrasi pada pembelajaran sebagai psikologi.
Hal ini yang menjadikan Watson dari segi tertentu sebagai bapak
intelektual. Namun, sistem teori Watson jauh dari komplet dalam
menangani problem-problem mendetail dalam hal pembelajaran. Dalam
membangun psikologi yang objektif, ia agaknya lalai dengan persoalan
yang sistematis yang lengkap dan logis. Semangatnya dalam
membebaskan psikologi dari subjektivisme dan kepercayaan pada
kecenderungan bawaan tidak bisa dibandingkan dengan masalah kompleks
dari sebuah teori.
3. Teori Edward L. Thorndike
Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah salah seorang penganut
paham psikologi tingkah laku. Bedasarkan hasil percobaannya di
laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia mengemukakan
13 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
suatu teori belajar yang dikenalkan dengan teori “pengaitan”
(connectionism). Teori tersebut menyatakan bahwa belajar pada hewan
dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip yang sama yaitu,
belajar merupakan peristiwa terbentuk ikatan (asosiasi) antara peristiwa-
peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas
sytimulus tersebut.
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat,
sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan
karena adanya perangsang. Asosiasi yang demikikan itu disebut “bond”
atau “connection”. Dalam hal ini, akan menjadi lebih kuat atau lebih
lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh
karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering
disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Dengan
adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberikan sumbangan
cukup besar didunia pendidikan tersebut, maka ia dinobatkan sebagai
salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
Selain hukum-hukum diatas, Thorndike juga mengemukakan
konsep transfer belajar yang disebutnya transfer of training. Konsep ini
maksudnya adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
untuk menyelesaikan suatu masalah baru, karena di dalam setiap masalah,
ada unsur-unsur pengetahuan yang telah dimiliki. Unsur-unsur yang
berasosiasi sehingga memungkinkan masalah yang dihadapi dapat selesai.
Unsur-unsur yang sailing berasosiasi itu membentuk suatu ikatan
sehingga menggambarkan suatu kemampuan. Selanjutnya, setiap
kemampuan harus dilatih secara efektif dan dikaitkan dengan kemampuan
lain selain itu, bentuk belajar yang paling khas baik pada hewan maupun
pada manusia menurutnya adalah “trial and eror learning atau selecting
and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu.
14 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Eksperimennya yang terkenal adalah dengan menggunakan kucing
yang masih muda dengan kebiasaan-kebiasaan yang masih belum kaku,
dibiarkan lapar, kemudian dimasukkan dalam kurungan yang disebut
“problem box”. Dimana konstruksi pintu kurungan tersebut dibuat
sedimikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu pintu
kurungan akan terbuka dan kucing akan terbuka dan mencapai makanan
(daging) yang ditempatkan diluar kurungan itu sebagai hadiah atau
sebagai penarik bagi si kucing yang lapar itu. Pada usaha (trial) yang
pertama, kucing itu melakukan bermacam-macam gerakan yang kurang
relevan bagi memecahkan problemnya, seperti mencakar, menubruk,
sampai menyentuh tombol sehingga pintu terbuka. Namun waktu yang
dibutuhkan dalam usaha yang pertama ini adalah lama. Percobaan yang
sama seperti itu dilakukan secara berulang-ulang, pada usaha-usaha (trial)
berikutnya dan ternyata waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan
problem itu makin singkat. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari
kurungan tersebut, tetapi dia belajar mempertahankan respon-respon yang
benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah.
Dengan demikian diketahui bahwa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih
respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau pecobaan-percobaan
(trial) dan kegagalan-kegagalan (eror) terlebih dahulu.
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and eror” atau
“selecting and connecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara
mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan percobaan ini,
kucing tersebut cederung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
tidak mempunyai hasil. Setiap respon menimbulkan stimulus yang baru,
selanjutnya stimulus yang baru ini akan menimbulkan respon lagi,
demikian selanjutnya.
15 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara
stimulus dan respon ini mengikuti hokum-hukum berikut :
Hukum kesiapan (law of readiness), hukum ini pada intinya
menyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila peserta didik telah
benar-benar siap untuk belajar. Dengan perkataan lain, apabila
suatu materi pelajaran diajarkan kepada anak yang belum siap
untuk mempelajari materi tersebut maka tidak aka nada hasilnya.
16 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
BAB III
KESIMPULANKesimpulan :
Bahwa Psikologi Eksperimental adalah salah satu cabang dari ilmu
psikologi yang menitikberatkan pada penggunaan metode penelitian eksperimen
dalam meneliti dan mengembangkan ilmu psikologi yang mempelajari perilaku
manusia dalam konteks yang berbeda.
Dari penjelasan yang sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa
Psikologi Eksperimen mulai berkembang pada akhir abad ke-19 tahun 1879,
Wilhem Wundt yang berkebangsaan Jerman mendirikan laboratorium Psikologi
pertama di Leipzig. Yang kemudian Wundt dimana sebagai tokoh Psikologi
Eksperimental memprakenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam
eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme
karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa.
Laboratorium psikologi pertama yang didirikan oleh Wihlem Wundt di
Jerman. Wundt dan rekan-rekannya di bidang psikologi ilmiah yang pertamakali
terinspirasi oleh para filosof. Pada umumnya mereka tertarik oleh pengalaman
sadar manusia. Para psikolog eksperimental yang pertama mengkaji masalah-
masalah pemahaman sensasi, pikiran, perasaan manusia, perubahan kesadaran
komponen-komponen dasarnya citra-citra dalam memori
Sehingga arti dari Psikologi Eksperimental adalah salah satu cabang dari
ilmu psikologi yang menitikberatkan pada penggunaan metode penelitian
eksperimen dalam meneliti dan mengembangkan ilmu psikologi yang
mempelajari perilaku manusia dalam konteks yang berbeda.
17 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”
BAB IV
PENUTUPDaftar Pustaka
http://vijaymorales.blogspot.com/2011/04/sejarah-perkembangan-psikologi.html?
m=1
http://succes-styler.blogspot.com/2011/10/sejarah-psikologi-eksperimen.html?
m=1
http://nafnizon.blogspot.com/2011/05/psikologi-eksperimen_29.html?m=0
http://moeslimmadani.blogspot.com/2012/07/makalah-psikologi.html?m=1
http://imtaq.com/tujuan-mempelajari-psikologi/
18 Makalah Psikologi Pendidikan “Psikologi Eksperimental”