ruu ap 290708

105
1 NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007) RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET TERBATAS 23 JUNI 2008) KETERANGAN RANCANGAN UNDANG – UNDANG NOMOR……TAHUN……… TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan asas negara hukum yang demokratis semua tindakan hukum dan tindakan faktual Administrasi Pemerintahan yang dilakukan pejabat pemerintahan harus berdasarkan kepada ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik; b. bahwa penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang transparan, mudah, cepat, tepat, pasti, efisien, efektif, dan partisipatif memerlukan undang-undang yang memberikan perlindungan hukum kepada warga masyarakat dan aparatur pemerintah secara adil dan tidak berpihak; c. bahwa untuk menciptakan kepemerintahan yang baik dibutuhkan ketentuan hukum yang mengatur penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c maka perlu dibentuk Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan; RANCANGAN UNDANG – UNDANG NOMOR……TAHUN……… TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan asas negara hukum yang demokratis semua tindakan hukum dan tindakan faktual Administrasi Pemerintahan yang dilakukan pejabat pemerintahan harus berdasarkan kepada ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik; b. bahwa penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang transparan, mudah, cepat, tepat, pasti, efisien, efektif, dan partisipatif memerlukan undang-undang yang memberikan perlindungan hukum kepada warga masyarakat secara adil dan tidak berpihak; c. bahwa untuk menciptakan kepemerintahan yang baik dibutuhkan ketentuan hukum yang mengatur penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c maka perlu dibentuk Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan;

Upload: reza-wahyu

Post on 04-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asdedwfgvwe rgvsrewgv 323 gvedfger sdefvsd

TRANSCRIPT

Page 1: RUU AP 290708

1

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

RANCANGAN

UNDANG – UNDANG

NOMOR……TAHUN………

TENTANG

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa sesuai dengan asas negara hukum yang

demokratis semua tindakan hukum dan tindakan

faktual Administrasi Pemerintahan yang dilakukan

pejabat pemerintahan harus berdasarkan kepada

ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan

dan asas-asas umum pemerintahan yang baik;

b. bahwa penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

yang transparan, mudah, cepat, tepat, pasti, efisien,

efektif, dan partisipatif memerlukan undang-undang

yang memberikan perlindungan hukum kepada warga

masyarakat dan aparatur pemerintah secara adil dan

tidak berpihak;

c. bahwa untuk menciptakan kepemerintahan yang baik

dibutuhkan ketentuan hukum yang mengatur

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c maka perlu

dibentuk Undang-Undang tentang Administrasi

Pemerintahan;

RANCANGAN

UNDANG – UNDANG

NOMOR……TAHUN………

TENTANG

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa sesuai dengan asas negara hukum yang

demokratis semua tindakan hukum dan tindakan

faktual Administrasi Pemerintahan yang dilakukan

pejabat pemerintahan harus berdasarkan kepada

ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan

dan asas-asas umum pemerintahan yang baik;

b. bahwa penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

yang transparan, mudah, cepat, tepat, pasti, efisien,

efektif, dan partisipatif memerlukan undang-undang

yang memberikan perlindungan hukum kepada warga

masyarakat secara adil dan tidak berpihak;

c. bahwa untuk menciptakan kepemerintahan yang baik

dibutuhkan ketentuan hukum yang mengatur

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c maka perlu

dibentuk Undang-Undang tentang Administrasi

Pemerintahan;

Page 2: RUU AP 290708

2

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (1),

Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan perubahannya;

Dengan Persetujuan Bersama:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: UNDANG–UNDANG TENTANG

ADMINISTRASI

PEMERINTAHAN

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat

(1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I

ayat (2) UUD 1945 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: UNDANG–UNDANG TENTANG

ADMINISTRASI

PEMERINTAHAN

Page 3: RUU AP 290708

3

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA

NOMOR ......TAHUN.....

TENTANG

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

I. PENJELASAN UMUM

1. Dasar Pemikiran

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(sebagaimana telah diamandemen pada perubahan

pertama), kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya

menurut ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara Indonesia

adalah negara hukum. Hal ini berarti bahwa sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara Republik Indonesia

harus berdasarkan atas prinsip negara hukum dan prinsip

kedaulatan rakyat. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,

maka segala bentuk keputusan dan tindakan faktual

penyelenggara pemerintahan dengan demikian harus

berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum, dan tidak

berdasarkan kekuasaan yang melekat pada kedudukan

aparatur penyelenggara pemerintahan itu sendiri.

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA

NOMOR ......TAHUN.....

TENTANG

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

I. PENJELASAN UMUM

1. Dasar Pemikiran

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar. Selanjutnya menurut ketentuan

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, negara Indonesia adalah negara

hukum. Hal ini berarti bahwa sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara Republik Indonesia harus

berdasarkan atas prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip

negara hukum. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka

segala bentuk keputusan dan tindakan aparatur

penyelenggara pemerintahan dengan demikian harus

berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum, dan tidak

berdasarkan kekuasaan yang melekat pada kedudukan

aparatur penyelenggara pemerintahan itu sendiri.

Page 4: RUU AP 290708

4

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Penggunaan kekuasaan negara terhadap individu dan warga

negara bukanlah tanpa persyaratan. Individu dan warga

negara tidak dapat diperlakukan secara sewenang-wenang

sebagai obyek. Tindakan dan intervensi negara terhadap

individu harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang telah dibuat oleh legislatif dan asas-asas

umum pemerintahan yang baik. Pengawasan terhadap

Keputusan Pemerintahan merupakan pengujian apakah

setiap individu yang terlibat telah diperlakukan sesuai

dengan hukum dan memperhatikan prinsip-prinsip

perlindungan hukum yang secara efektif dapat dilakukan

oleh lembaga negara dan peradilan administrasi yang

independen.

Karena itu, sistem, proses dan prosedur penyelenggaraan

negara dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan

negara dan pembangunan harus diatur oleh produk hukum.

Tugas pemerintahan adalah untuk mewujudkan tujuan

negara sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD

1945 dan tugas tersebut merupakan tugas yang sangat luas.

Begitu luasnya cakupan tugas-tugas administrasi negara dan

pemerintahan, sehingga diperlukan peraturan yang dapat

mengarahkan penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

menjadi lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan

masyarakat (citizen friendly), membatasi kekuasaan

administrasi negara dalam menjalankan tugas pemerintahan,

pelayanan dan pembangunan.

Ketentuan penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

tersebut diatur dalam sebuah Undang-Undang yang disebut

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan.

Penggunaan kekuasaan negara terhadap individu dan

warga negara bukanlah tanpa persyaratan. Individu dan

warga negara tidak dapat diperlakukan secara sewenang-

wenang sebagai obyek. Tindakan dan intervensi negara

terhadap individu harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang telah dibuat oleh legislatif dan

asas-asas umum pemerintahan yang baik. Pengawasan

terhadap Keputusan Pemerintahan merupakan pengujian

apakah setiap individu yang terlibat telah diperlakukan

sesuai dengan hukum dan memperhatikan prinsip-prinsip

perlindungan hukum yang secara efektif dapat dilakukan

oleh lembaga negara dan peradilan administrasi yang

independen.

Karena itu, sistem, proses dan prosedur penyelenggaraan

negara dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan

negara dan pembangunan harus diatur oleh produk

hukum. Tugas pemerintahan adalah untuk mewujudkan

tujuan negara sebagaimana dirumuskan dalam

pembukaan UUD 1945 dan tugas tersebut merupakan

tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas-

tugas administrasi negara dan pemerintahan, sehingga

diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan menjadi

lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat

(citizen friendly), membatasi kekuasaan administrasi

negara dalam menjalankan tugas pemerintahan,

pelayanan dan pembangunan.

Ketentuan penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

tersebut diatur dalam sebuah Undang-Undang yang

disebut Undang-Undang Administrasi Pemerintahan.

Page 5: RUU AP 290708

5

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan ini menjamin

hak-hak dasar warga negara dan untuk menjamin

penyelenggaraan tugas-tugas negara sebagaimana

dituntut oleh suatu negara hukum sesuai dengan Pasal 27

ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I

ayat (2) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal

tersebut, warga negara tidak menjadi objek, melainkan

subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan

Administrasi Pemerintahan. Untuk memberikan jaminan

perlindungan kepada setiap warga negara, maka Undang-

Undang ini memungkinkan warga negara mengajukan

keberatan, kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan

yang bersangkutan atau melalui Komisi Ombudsman

Nasional atau melalui lembaga lainnya. Warga negara

juga dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan dan

tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan kepada

Pengadilan Tata Usaha Negara.

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan

menggambarkan secara khusus konkritisasi norma

konstitusi dalam hubungan antara negara dan warga

negara yang dikuasainya. Pengaturan Administrasi

Pemerintahan dalam sebuah Undang-Undang adalah

elemen penting dari sebuah negara yang memiliki budaya

hukum yang berkembang tinggi, terutama jika Keputusan

Pemerintahan yang dibuat oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dapat diuji melalui Peradilan Tata Usaha

Negara. Hal inilah yang merupakan nilai-nilai ideal dari

sebuah negara hukum. Penyelenggaraan kekuasaan

negara harus selalu berpihak kepada warganya dan

bukan sebaliknya.

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan ini menjamin

hak-hak dasar warga negara dan untuk menjamin

penyelenggaraan tugas-tugas negara sebagaimana

dituntut oleh suatu negara hukum sesuai dengan Pasal 27

ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I

ayat (2) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal

tersebut, warga negara tidak menjadi objek, melainkan

subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan

Administrasi Pemerintahan. Untuk memberikan jaminan

perlindungan kepada setiap warga negara, maka Undang-

Undang ini memungkinkan warga negara mengajukan

keberatan, kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang bersangkutan atau

melalui Komisi Ombudsman Nasional atau melalui

lembaga lainnya. Warga negara juga dapat mengajukan

gugatan terhadap keputusan dan tindakan Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

kepada Pengadilan Tata Usaha Negara.

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan

menggambarkan secara khusus konkritisasi norma

konstitusi dalam hubungan antara negara dan warga

negara yang dikuasainya. Pengaturan Administrasi

Pemerintahan dalam sebuah Undang-Undang adalah

elemen penting dari sebuah negara yang memiliki budaya

hukum yang berkembang tinggi, terutama jika Keputusan

Pemerintahan yang dibuat oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya dapat diuji

melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Hal inilah yang

merupakan nilai-nilai ideal dari sebuah negara hukum.

Penyelenggaraan kekuasaan negara harus selalu

berpihak kepada warganya dan bukan sebaliknya.

Page 6: RUU AP 290708

6

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Jaminan dan perwujudan warga negara sebagai subjek

dalam sebuah negara hukum, yang merupakan bagian dari

perwujudan kedaulatan rakyat, mensyaratkan Undang-

Undang Administrasi Pemerintahan. Kedaulatan warga

negara dalam sebuah negara tidak dapat dengan

sendirinya baik secara keseluruhan maupun sebagian

dapat terwujud. Pengaturan Administrasi Pemerintahan

dalam sebuah Undang-Undang menjamin bahwa

keputusan Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya terhadap warga negaranya tidak

dapat dilakukan dengan semena-mena. Tanpa ketentuan

hukum yang sesuai dengan Undang-Undang ini maka

warga negara (individu) maupun penduduk Indonesia akan

mudah menjadi obyek kekuasaan negara.

Disamping itu, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan

merupakan transformasi asas-asas umum

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (algemene

beginseelen van behoorlijk bestuur) yang telah

dipraktekkan selama berpuluh-puluh tahun dalam

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan. Undang-

Undang ini adalah konkritisasi asas ke dalam norma hukum

yang mengikat. Asas-asas umum penyelenggaraan

pemerintahan yang baik akan terus berkembang, sesuai

dengan perkembangan dan dinamika masyarakat dalam

sebuah negara hukum. Karena itu konkritisasi asas ke

dalam norma hukum dalam Undang-Undang ini berpijak

pada asas-asas yang berkembang dan telah menjadi dasar

dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia selama

ini.

Jaminan dan perwujudan warga negara sebagai subjek

dalam sebuah negara hukum, yang merupakan bagian dari

perwujudan kedaulatan rakyat, mensyaratkan Undang-

Undang Administrasi Pemerintahan. Kedaulatan warga

negara dalam sebuah negara tidak dapat dengan

sendirinya baik secara keseluruhan maupun sebagian

dapat terwujud. Pengaturan Administrasi Pemerintahan

dalam sebuah Undang-Undang menjamin bahwa

keputusan Badan atau Pejabat Pemerintahan terhadap

warga negaranya tidak dapat dilakukan dengan semena-

mena. Tanpa ketentuan hukum yang sesuai dengan

Undang-Undang ini maka warga negara (individu) maupun

penduduk Indonesia akan mudah menjadi obyek

kekuasaan negara.

Disamping itu, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan

merupakan transformasi asas-asas umum

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (algemene

beginseelen van behoorlijk bestuur) yang telah

dipraktekkan selama berpuluh-puluh tahun dalam

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan. Undang-

Undang ini adalah konkritisasi asas ke dalam norma hukum

yang mengikat. Asas-asas umum penyelenggaraan

pemerintahan yang baik akan terus berkembang, sesuai

dengan perkembangan dan dinamika masyarakat dalam

sebuah negara hukum. Karena itu konkritisasi asas ke

dalam norma hukum dalam Undang-Undang ini berpijak

pada asas-asas yang berkembang dan telah menjadi dasar

dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia selama

ini.

Page 7: RUU AP 290708

7

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Penambahan asas di dalam Undang-Undang dapat

dilakukan sejalan dengan perkembangan dan perubahan

yang terjadi di lingkungan masyarakat. Konkritisasi asas

ke dalam norma merupakan upaya untuk mewujudkan

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang

berdasarkan atas transparansi, akuntabilitas, kewajiban

hukum dan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

penyelenggaraan negara.

Ketentuan peraturan Administrasi Pemerintahan ini

menjadi dasar penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan dalam upaya meningkatkan tata

kepemerintahan yang baik (Good Governance) dan

sebagai upaya untuk mengurangi Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme. Pendekatan untuk mengurangi korupsi,

kolusi dan nepotisme lebih diarahkan sebagai tindakan

preventif dalam penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk

memperbaiki kualitas penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan, yang dapat mempengaruhi secara

proaktif proses dan prosedur Administrasi Pemerintahan

sehingga mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan

nepotisme. Disamping itu, Undang-undang Administrasi

Pemerintahan harus mampu menciptakan birokrasi yang

semakin baik, transparan dan efisien. Untuk itu

diperlukan penerapan instrumen yang memperjuangkan

secara aktif tidak saja sanksi-sanksi terhadap korupsi,

tetapi juga instrumen hukum yang secara positif dapat

memperkuat penegakan hukum, dan memperbaiki

perlindungan hukum kepada warga negara melalui

kontrol dan pemberian kesempatan pengaduan yang

formal dan informal, serta pembatasan kekuasaan

penyelenggara administrasi pemerintahan.

Penambahan asas di dalam Undang-Undang dapat

dilakukan sejalan dengan perkembangan dan perubahan

yang terjadi di lingkungan masyarakat. Konkritisasi asas ke

dalam norma merupakan upaya untuk mewujudkan

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang

berdasarkan atas transparansi, akuntabilitas, kewajiban

hukum dan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

penyelenggaraan negara.

Ketentuan peraturan Administrasi Pemerintahan ini menjadi

dasar penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan dalam

upaya meningkatkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Governance) dan sebagai upaya untuk mengurangi

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pendekatan untuk

mengurangi korupsi, kolusi dan nepotisme lebih diarahkan

sebagai tindakan preventif dalam penyelenggaraan

Administrasi Pemerintahan. Undang-undang ini

dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan

Administrasi Pemerintahan, yang dapat mempengaruhi

secara proaktif proses dan prosedur Administrasi

Pemerintahan sehingga mencegah terjadinya korupsi,

kolusi dan nepotisme. Disamping itu, Undang-undang

Administrasi Pemerintahan harus mampu menciptakan

birokrasi yang semakin baik, transparan dan efisien. Untuk

itu diperlukan penerapan instrumen yang memperjuangkan

secara aktif tidak saja sanksi-sanksi terhadap korupsi,

tetapi juga instrumen hukum yang secara positif dapat

memperkuat penegakan hukum, dan memperbaiki

perlindungan hukum kepada warga negara melalui kontrol

dan pemberian kesempatan pengaduan yang formal dan

informal, serta pembatasan kekuasaan penyelenggara

administrasi pemerintahan.

Page 8: RUU AP 290708

8

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pengaturan terhadap Administrasi Pemerintahan pada

dasarnya adalah upaya untuk membangun prinsip-

prinsip pokok, pola pikir, sikap, perilaku, budaya dan pola

tindak administrasi yang demokratis, objektif, dan

profesional dalam rangka menciptakan keadilan dan

kepastian hukum. Undang-Undang Administrasi

Pemerintahan merupakan keseluruhan upaya untuk

mengatur kembali (reformasi) tindakan faktual

penyelenggara pemerintahan berdasarkan Undang-

Undang Dasar, Falsafah dan asas-asas hukum yang

dihayati oleh masyarakat dan warga negara Indonesia;

dan bukan hanya semata-mata pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku agar pelayanan

pemerintahan kepada masyarakat dan pembangunan

negara dan bangsa benar-benar tertuju pada

peningkatan dan kesejahteraan dan keadilan bagi

masyarakat luas. Undang-Undang ini menjadi payung

hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan oleh semua

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya di Pusat dan Daerah.

Pengaturan terhadap Administrasi Pemerintahan pada

dasarnya adalah upaya untuk membangun prinsip-prinsip

pokok, pola pikir, sikap, perilaku, budaya dan pola tindak

administrasi yang demokratis, objektif, dan profesional

dalam rangka menciptakan keadilan dan kepastian hukum.

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan merupakan

keseluruhan upaya untuk mengatur kembali (reformasi)

tindakan aparatur penyelenggara pemerintahan

berdasarkan Undang-Undang Dasar, Falsafah dan asas-

asas hukum yang dihayati oleh masyarakat dan warga

negara Indonesia; dan bukan hanya semata-mata pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku agar

pelayanan pemerintahan kepada masyarakat dan

pembangunan negara dan bangsa benar-benar tertuju

pada peningkatan dan kesejahteraan dan keadilan bagi

masyarakat luas. Undang-Undang ini menjadi payung

hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan oleh semua

Badan atau Pejabat Pemerintahan di Pusat dan Daerah.

Page 9: RUU AP 290708

9

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

1BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama Pengertian

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Administrasi Pemerintahan adalah tatalaksana

dalam mengambil tindakan hukum dan/atau

tindakan faktual oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya.

2. Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum Lainnya adalah unsur yang melaksanakan

fungsi pemerintahan berdasarkan wewenang

pemerintahan.

3. Wewenang pemerintahan adalah wewenang diluar

kekuasaan legislatif dan yudisiil yang diperoleh

melalui atribusi atau delegasi.

4. Keputusan Pemerintahan adalah keputusan tertulis

dan/atau tidak tertulis yang dikeluarkan oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dalam lapangan hukum administrasi negara

yang diberi kewenangan untuk membuat keputusan.

5. Diskresi adalah wewenang Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau badan hukum lainnya yang

memungkinkan untuk melakukan pilihan dalam

mengambil tindakan hukum dan/atau tindakan

faktual dalam administrasi pemerintahan.

6. Upaya Administratif adalah pengajuan keberatan

terhadap Keputusan Pemerintahan dalam

lingkungan pemerintahan.

7. Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama Pengertian

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Administrasi Pemerintahan adalah tatalaksana

dalam mengambil tindakan hukum dan/atau

tindakan faktual oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan.

2. Badan atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur

yang melaksanakan fungsi pemerintahan

berdasarkan wewenang pemerintahan.

3. Wewenang pemerintahan adalah wewenang diluar

kekuasaan legislatif dan yudisiil yang diperoleh

melalui atribusi, delegasi, mandat.

4. Keputusan Pemerintahan adalah keputusan tertulis

dan/atau tidak tertulis yang dikeluarkan oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dalam lapangan hukum

administrasi negara.

5. Diskresi adalah wewenang Pejabat Pemerintahan

yang memungkinkan untuk melakukan pilihan dalam

mengambil tindakan hukum dan/atau tindakan

faktual dalam administrasi pemerintahan.

6. Upaya Administratif adalah pengajuan keberatan

terhadap Keputusan Pemerintahan dalam

lingkungan pemerintahan.

7. Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.

Page 10: RUU AP 290708

10

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

18. Kewenangan atribusi adalah kewenangan yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan pada

saat jabatan itu dibentuk.

9. Kewenangan delegasi adalah pelimpahan

kewenangan untuk mengambil Keputusan

Pemerintahan oleh suatu Badan kepada pihak lain

untuk melaksanakan kewenangan atas tanggung

jawab sendiri, dan tidak diberikan kepada

bawahan.

10. Mandat adalah penugasan oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan yang berwenang kepada

badan atau pejabat pemerintahan lain untuk

melaksanakan tugas pemerintahan atas nama

pemberi mandat

Page 11: RUU AP 290708

11

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 1

Cukup JelasPenjelasan

Pasal 1

Cukup Jelas

Page 12: RUU AP 290708

12

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

2 Bagian Kedua

Tujuan dan Asas

Pasal 2

Undang-undang ini bertujuan:

1. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan;

2. menciptakan kepastian hukum;

3. mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang;

4. menjamin akuntabilitas Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya;

5. memberikan perlindungan hukum kepada

masyarakat dan aparatur pemerintah;

6. menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang

baik dan peraturan perundang-undangan;

7. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

kepada masyarakat.

Bagian Kedua

Tujuan dan Asas

Pasal 2

Undang-undang ini bertujuan:

1. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan;

2. menciptakan kepastian hukum;

3. mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang;

4. menjamin akuntabilitas Badan atau Pejabat

Pemerintahan;

5. memberikan perlindungan hukum kepada

masyarakat dan aparatur pemerintah;

6. menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang

baik;

7. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat.

Page 13: RUU AP 290708

13

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 2

Cukup Jelas

Penjelasan Pasal 2

Cukup Jelas

Page 14: RUU AP 290708

14

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

3Pasal 3

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam

menjalankan hak, wewenang, kewajiban dan

tanggung jawabnya wajib melaksanakan asas-asas

umum pemerintahan yang baik.

(2) Asas-asas umum pemerintahan yang baik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diantaranya:

a.Asas kepastian hukum;

b.Asas keseimbangan;

c.Asas ketidakberpihakan;

d.Asas kecermatan;

e.Asas tidak melampaui, tidak

menyalahgunakan dan/atau mencampuradukkan

kewenangan;

f. Asas keterbukaan;

g.Asas profesionalitas;

h.Asas kepentingan umum.

(3) Asas-asas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat berkembang sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat dan

yurisprudensi.

Pasal 3

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya dalam menjalankan hak,

wewenang, kewajiban dan tanggung

jawabnya wajib melaksanakan :

a.Asas legalitas

b.Asas pengakuan dan perlindungan terhadap

Hak Asasi Manusia

c.Asas umum pemerintahan yang baik.

(2) Asas-asas umum pemerintahan yang baik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi :

a. Asas kepastian hukum;

b. Asas keseimbangan;

c. Asas ketidakberpihakan;

d. Asas kecermatan;

e. Asas tidak melampaui, tidak

menyalahgunakan dan/atau

mencampuradukkan kewenangan;

f. Asas keterbukaan;

g. Asas profesionalitas;

h. Asas kepentingan umum.

(3) Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat

berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan kebutuhan masyarakat

Page 15: RUU AP 290708

15

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 3

(1)Cukup jelas

(2)

a. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum

yang mengutamakan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

b. Asas keseimbangan adalah asas yang mewajibkan Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

untuk menjaga, menjamin, paling tidak mengupayakan

keseimbangan, antara: (1) kepentingan antar individu yang

satu dengan kepentingan individu yang lain; (2)

keseimbangan antar individu dengan masyarakat; (3) antar

kepentingan warga negara dan masyarakat asing; (4) antar

kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan

kepentingan kelompok masyarakat yang lain; (5)

keseimbangan kepentingan antara pemerintah dengan

warga negara; (6) keseimbangan antara generasi yang

sekarang dan kepentingan generasi mendatang; (7)

keseimbangan antara manusia dan ekosistemnya; (8)

antara kepentingan pria dan wanita.

c. Asas ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dalam mengambil keputusan mempertimbangkan

kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak

diskriminatif.

d. Asas kecermatan adalah asas yang mengandung arti bahwa

suatu keputusan harus didasarkan pada informasi dan

dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas

pengambilan keputusan sehingga keputusan yang

bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum

keputusan tersebut diambil atau diucapkan.

Pasal 3

(1)Cukup Jelas

(2)

a. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara

hukum yang mengutamakan landasan peraturan

perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan

keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan

pemerintahan.

b. Asas keseimbangan adalah asas yang mewajibkan

Badan atau Pejabat Pemerintahan untuk menjaga,

menjamin, paling tidak mengupayakan keseimbangan,

antara: (1) kepentingan antar individu yang satu dengan

kepentingan individu yang lain; (2) keseimbangan antar

individu dengan masyarakat; (3) antar kepentingan

warga negara dan masyarakat asing; (4) antar

kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan

kepentingan kelompok masyarakat yang lain; (5)

keseimbangan kepentingan antara pemerintah dengan

warga negara; (6) keseimbangan antara generasi yang

sekarang dan kepentingan generasi mendatang; (7)

keseimbangan antara manusia dan ekosistemnya; (8)

antara kepentingan pria dan wanita.

c. Asas ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan

Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam mengambil

keputusan mempertimbangkan kepentingan para pihak

secara keseluruhan dan tidak diskriminatif.

d. Asas kecermatan adalah asas yang mengandung arti

bahwa suatu keputusan harus didasarkan pada

informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung

legalitas pengambilan keputusan sehingga keputusan

yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat

sebelum keputusan tersebut diambil atau diucapkan.

Penjelasan

Page 16: RUU AP 290708

16

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

e. Asas tidak melampaui, tidak menyalahgunakan

dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan

adalah asas yang mewajibkan setiap Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya tidak menggunakan kewenangannya untuk

kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan

tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan

tersebut.

f. Asas keterbukaan adalah asas yang melayani

masyarakat untuk memperoleh informasi yang

benar, jujur, dan tidak diskrirninatif dalam

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

dengan tetap memperhatikan perlindungan atas

hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

g. Asas profesionalitas adalah asas yang

mengutamakan keahlian yang sesuai dengan tugas

dan kode etik yang berlaku bagi Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

mengeluarkan Keputusan Pemerintahan yang

bersangkutan.

h. Asas kepentingan umum adalah asas yang

mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, selektif dan tidak

diskriminatif.

(3) Penambahan asas-asas sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disesuaikan dengan yurisprudensi

atau peraturan perundang-undangan

e. Asas tidak melampaui, tidak menyalahgunakan

dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan

adalah asas yang mewajibkan setiap Badan atau

Pejabat Pemerintahan tidak menggunakan

kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau

kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan

tujuan pemberian kewenangan tersebut.

f. Asas keterbukaan adalah asas yang melayani

masyarakat untuk memperoleh informasi yang

benar, jujur, dan tidak diskrirninatif dalam

penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

dengan tetap memperhatikan perlindungan atas

hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

g. Asas profesionalitas adalah asas yang

mengutamakan keahlian yang sesuai dengan tugas

dan kode etik yang berlaku bagi Badan atau Pejabat

Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan yang bersangkutan.

h. Asas kepentingan umum adalah asas yang

mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, selektif dan tidak

diskriminatif.

(3) Penambahan asas-asas sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disesuaikan dengan yurisprudensi

atau peraturan perundang-undangan

Page 17: RUU AP 290708

17

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

4BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 4

Undang-undang ini berlaku bagi semua keputusan dan

atau tindakan faktual Administrasi Pemerintahan yang

dilakukan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum Lainnya yang diberikan wewenang

menyelenggarakan urusan pemerintahan.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 4

Undang-undang ini berlaku bagi semua tindakan hukum

Administrasi Pemerintahan yang dilakukan oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan yang diberikan wewenang

menyelenggarakan urusan pemerintahan.

Page 18: RUU AP 290708

18

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 4

Badan Hukum Lainnya adalah Badan atau Pejabat

yang menjalankan fungsi pemerintahan

berdasarkan kewenangan delegatif atau

pelimpahan kewenangan dan peraturan

perundang-undangan, antara lain otorita, lembaga

pendidikan, pengelola kawasan, notaris, BUMN

atau BUMD yang menjalankan fungsi

pemerintahan.

Pasal 4

Badan Hukum Lainnya adalah Badan atau Pejabat yang

menjalankan fungsi pemerintahan berdasarkan

penugasan, pelimpahan kewenangan atau penyerahan

kewenangan berdasarkan peraturan perundang-

undangan contoh antara lain otorita, lembaga

pendidikan, pengelola kawasan, notaris, BUMN atau

BUMD.

Penjelasan

Page 19: RUU AP 290708

19

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

5BAB III

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Kewenangan Administrasi Pemerintahan

Pasal 5

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya memperoleh wewenang melalui atribusi dan atau

delegasi

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dapat memberikan mandat kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan, kecuali ditentukan lain dengan peraturan

perundang-undangan

(3) Wewenang Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dibatasi oleh wilayah, materi dan waktu

(4) Keabsahan Keputusan Pemerintahan merupakan tanggung

jawab jabatan

(5) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya yang memiliki kewenangan untuk membuat dan

melaksanakan Keputusan Pemerintahan terdiri atas:

a.Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dalam wilayah hukum dimana Urusan Administrasi

Pemerintahan itu terjadi, atau;

b.Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dalam wilayah hukum dimana seorang individu atau

sebuah organisasi berbadan hukum melakukan aktivitasnya,

atau;

(6) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dalam wilayah hukum dimana seorang individu atau

organisasi berbadan hukum bertempat tinggal atau memiliki

tempat tinggal

(7) Kewenangan yang melibatkan lintas Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya dilaksanakan

melalui kerjasama antar Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang terlibat.

BAB III

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Kewenangan Administrasi Pemerintahan

Pasal 5

(1) Wewenang Badan atau Pejabat Pemerintahan dibatasi oleh substansi

wewenang, wilayah, dan waktu

(2) Substansi wewenang diatur berdasarkan ketentuan atribusi, delegasi

dan mandat.

(3) Keabsahan Keputusan Pemerintahan merupakan tanggung jawab

jabatan.

(4) Maladministrasi dalam pembuatan keputusan Pemerintahan

merupakan tanggung jawab pribadi

(5) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk

membuat dan melaksanakan Keputusan Pemerintahan terdiri atas:

a. Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum

dimana UrusanAdministrasi Pemerintahan itu terjadi, atau;

b. Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum

dimana seorang individu atau sebuah organisasi berbadan

hukum melakukan aktivitasnya, atau;

(6) Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam wilayah hukum dimana

seorang individu atau organisasi berbadan hukum bertempat tinggal

atau memiliki tempat tinggal

(7) Kewenangan yang melibatkan lintas Badan atau Pejabat Pemerintahan

dilaksanakan melalui kerjasama antar Badan atau Pejabat

Pemerintahan yang terlibat.

Page 20: RUU AP 290708

20

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

(8) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang mempunyai kewenangan untuk

membuat dan melaksanakan keputusan

ditetapkan dalam kerjasama tersebut, kecuali

ditentukan lain oleh peraturan perundang-

undangan.

(9) Apabila kewenangan yang dimiliki oleh suatu

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya telah berakhir, maka dalam

keadaan darurat Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

tersebut hanya dapat membuat keputusan atau

melakukan Tindakan Administrasi Pemerintahan

yang bersifat sementara.

(8) Badan atau Pejabat Pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) yang mempunyai

kewenangan untuk membuat dan melaksanakan

keputusan ditetapkan dalam kerjasama tersebut,

kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-

undangan.

(9) Apabila kewenangan yang dimiliki oleh suatu Badan

atau Pejabat Pemerintahan telah berakhir, maka

dalam keadaan darurat Badan atau Pejabat

Pemerintahan tersebut hanya dapat membuat

keputusan atau melakukan Tindakan Administrasi

Pemerintahan yang bersifat sementara.

(10) Keputusan atau tindakan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) tidak boleh menimbulkan kerugian bagi

pihak-pihak yang terkait, serta instansi lain, yang

menurut ketentuan perundang-undangan mengambil

alih kewenangan tersebut.

Page 21: RUU AP 290708

21

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 5

(1) Kewenangan atributif adalah kewenangan yang diperoleh dan diatur dalam

Undang-undang. Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya tidak dapat lagi menggunakan kewenangan setelah didelegasikan

kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya,

kecuali pendelegasian itu telah dicabut. Sedang kewenangan delegasi hanya

dapat diberikan jika hal itu ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

dan delegasi dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab sendiri

(delegator) dan delegasi tidak diberikan kembali kepada bawahan

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya dapat

memberikan mandat kepada Badan dan Pejabat Pemerintahan dan Badan

Hukum lainnya , kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang-

undangan. Penerima mandat dalam melaksanakan mandatnya harus

menyebut atas nama Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang memberi mandat tetap berwenang untuk menngunakan

sendiri kewenangan yang telah diberikan melalui mandat

(3) Apabila terdapat sengketa kewenangan maka Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang berwenang adalah Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang memiliki

kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(4)) Cukup jelas

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

(7) Kewenangan lintas Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dimaksud adalah apabila terdapat keterlibatan beberapa Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya terhadap satu atau lebih

Urusan Administrasi Pemerintahan.

(8) Cukup Jelas

(9)) Untuk mengisi kekosongan yang disebabkan oleh berakhirnya masa

kewenangan suatu Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dan terjadi keadaan darurat, maka Badan atau Pejabat Pemerintahan

dan atau Badan Hukum lainnya dapat membuat dan melaksanakan Keputusan

Pemerintahan yang bersifat sementara sampai terbentuknya kewenangan

yang baru. Keadaan darurat dimaksud antara lain bencana alam, kerusuhan

massa, force majeur, wabah penyakit, darurat militer dan hal lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan keadaan darurat lainnya.

Pasal 5

(1) Apabila terdapat sengketa kewenangan maka Badan atau

Pejabat Pemerintahan yang berwenang adalah Badan atau

Pejabat Pemerintahan yang pertama kali menangani Urusan

Administrasi Pemerintahan tersebut.

(2) Kewenangan atribusi adalah kewenangan yang diatur dalam

undang-undang.

Kewenangan delegasi adalah pelimpahan kewenangan untuk

mengambil Keputusan Pemerintahan oleh suatu Badan kepada

pihak lain yang melaksanakan kewenangan atas tanggung

jawab sendiri, dan tidak diberikan kepada bawahan.

(3) Yang dimaksud dengan “keabsahan” adalah legalitas

(rechtmatigheid).

(4) Yang dimaksud dengan “maladministrasi” adalah perbuatan

tercela.

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

(7) Kewenangan lintas Badan atau Pejabat Pemerintahan

dimaksud adalah apabila terdapat keterlibatan beberapa

Badan atau Pejabat Pemerintahan terhadap satu atau lebih

Urusan Administrasi Pemerintahan.

(8) Cukup Jelas

(9) Untuk mengisi kekosongan yang disebabkan oleh berakhirnya

masa kewenangan suatu Badan atau Pejabat Pemerintahan

dan terjadi keadaan darurat, maka Badan atau Pejabat

Pemerintahan dapat membuat dan melaksanakan Keputusan

Pemerintahan yang bersifat sementara sampai terbentuknya

kewenangan yang baru. Keadaan darurat dimaksud antara

lain bencana alam, kerusuhan massa, force majeur, wabah

penyakit, darurat militer dan hal lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan keadaan darurat lainnya.

(10) Cukup Jelas

penjelasan

Page 22: RUU AP 290708

22

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

6Bagian Kedua

Penggunaan Diskresi

Pasal 6

(1) Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

yang menggunakan diskresi dalam mengambil

keputusan wajib mempertimbangkan tujuan diskresi,

peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

diskresi, dan asas-asas umum pemerintahan yang

baik.

(2) Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

yang menggunakan diskresi wajib

mempertanggungjawabkan keputusannya kepada

pejabat atasannya dan masyarakat yang dirugikan

akibat keputusan diskresi yang telah diambil.

(3) Keputusan dan/atau tindakan faktual Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diuji

melalui Upaya Administratif atau gugatan di Peradilan

Tata Usaha Negara.

(4) Ketentuan tentang tata cara penggunaan diskresi

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah .

Bagian Kedua

Diskresi

Pasal 6

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang diberikan

kewenangan diskresi dalam mengambil keputusan wajib

mempertimbangkan tujuan diskresi, peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar diskresi, dan

asas-asas umum pemerintahan yang baik.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang menggunakan

diskresi wajib mempertanggungjawabkan keputusannya

kepada pejabat atasannya dan masyarakat yang

dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah diambil.

(3) Keputusan dan/atau tindakan diskresi Badan atau

Pejabat Pemerintahan dapat diuji melalui Upaya

Administratif atau gugatan di Peradilan Tata Usaha

Negara.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang diskresi diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Page 23: RUU AP 290708

23

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 6

(1) Diantara asas-asas umum pemerintahan yang

baik yang paling mendasar adalah larangan

penyalahgunaan wewenang dan larangan

bertindak sewenang-wenang

(2) Pertanggungjawaban kepada atasan

dilaksanakan dalam bentuk tertulis dengan

memberikan alasan-alasan pengambilan

keputusan diskresi. Sedangkan

pertanggungjawaban kepada masyarakat

diselesaikan melalui proses peradilan

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

Pasal 6

(1) Diantara asas-asas umum pemerintahan yang baik

yang paling mendasar adalah larangan

penyalahgunaan wewenang dan larangan bertindak

sewenang-wenang

(2) Pertanggungjawaban kepada atasan dilaksanakan

dalam bentuk tertulis dengan memberikan alasan-

alasan pengambilan keputusan diskresi. Sedangkan

pertanggungjawaban kepada masyarakat

diselesaikan melalui proses peradilan

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 24: RUU AP 290708

24

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

7 Bagian Ketiga

Bantuan Kedinasan

Pasal 7

(1)Atas permintaan satu atau beberapa Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya, setiap Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya wajib

memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang meminta bantuan

tersebut untuk melaksanakan Urusan Administrasi Pemerintahan

tertentu.

(2) Syarat-syarat Bantuan Kedinasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi:

a. adanya alasan hukum bahwa keputusan dan Tindakan

Administrasi Pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri

oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang meminta bantuan;

b. kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya,

yang mengakibatkan suatu Urusan Administrasi

Pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

tersebut;

c. dalam hal melaksanakan suatu Urusan Administrasi

Pemerintahan, suatu Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya tidak memiliki pengetahuan dan

kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;

d. apabila untuk membuat keputusan dan melakukan kegiatan

pelayanan publik, suatu Badan atau Pejabat Pemerintahan

dan atau Badan Hukum lainnya membutuhkan surat

keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya lainnya;

e. jika satu Urusan Administrasi Pemerintahan hanya dapat

dilaksanakan dengan biaya, peralatan dan fasilitas yang besar

dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh suatu Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya.

Bagian Ketiga

Bantuan Kedinasan

Pasal 7

(1)Atas permintaan satu atau beberapa Badan atau Pejabat

Pemerintahan, setiap Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib

memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan yang meminta bantuan tersebut untuk

melaksanakan Urusan Administrasi Pemerintahan tertentu.

(2) Syarat-syarat Bantuan Kedinasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. adanya alasan hukum bahwa keputusan dan Tindakan

Administrasi Pemerintahan tidak dapat dilaksanakan

sendiri oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

meminta bantuan;

b. kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu

Badan atau Pejabat Pemerintahan, yang mengakibatkan

suatu Urusan Administrasi Pemerintahan tidak dapat

dilaksanakan sendiri oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan tersebut;

c. dalam hal melaksanakan suatu Urusan Administrasi

Pemerintahan, suatu Badan atau Pejabat Pemerintahan

tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

melaksanakannya sendiri;

d. apabila untuk membuat keputusan dan melakukan

kegiatan pelayanan publik, suatu Badan atau Pejabat

Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan

berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan atau

Pejabat Pemerintahan lainnya;

c. jika satu Urusan Administrasi Pemerintahan hanya dapat

dilaksanakan dengan biaya, peralatan dan fasilitas yang

besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh suatu

Badan atau Pejabat Pemerintahan.

Page 25: RUU AP 290708

25

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal jika

berdasarkan ketentuan perundang-undangan, Urusan

Administrasi Pemerintahan tersebut wajib dilaksanakan

sendiri oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang bersangkutan.

(4) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya yang meminta bantuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak dipungut biaya oleh instansi yang

memberikan bantuan, kecuali jika bantuan tersebut

membutuhkan biaya yang besar.

(5) Pengenaan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditetapkan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang memberikan Bantuan

Kedinasan berdasarkan ketentuan perundang-undangan

dan berdasarkan kesepakatan para pihak.

(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal jika

berdasarkan ketentuan perundang-undangan, Urusan

Administrasi Pemerintahan tersebut wajib dilaksanakan

sendiri oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

bersangkutan.

(4 Badan atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya

oleh instansi yang memberikan bantuan, kecuali jika

bantuan tersebut membutuhkan biaya yang besar.

(5) Pengenaan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditetapkan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

memberikan Bantuan Kedinasan berdasarkan ketentuan

perundang-undangan dan berdasarkan kesepakatan para

pihak.

Page 26: RUU AP 290708

26

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 7

(1) Yang dimaksud dengan Bantuan Kedinasan adalah

bantuan yang diberikan dalam rangka pembuatan

dan pelaksanaan Keputusan Pemerintahan

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang memberikan Bantuan

Kedinasan sebelum mengenakan biaya Bantuan

Kedinasan terlebih dahulu disepakati bersama

dengan Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang mendapat Bantuan

Kedinasan

Pasal 7

(1) Yang dimaksud dengan Bantuan Kedinasan adalah

bantuan yang diberikan dalam rangka pembuatan dan

pelaksanaan Keputusan Pemerintahan

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan

Bantuan Kedinasan sebelum mengenakan biaya

Bantuan Kedinasan terlebih dahulu disepakati bersama

dengan Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

mendapat Bantuan Kedinasan

Penjelasan

Page 27: RUU AP 290708

27

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

8Pasal 8

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dapat menolak memberikan Bantuan

Kedinasan, jika:

a. mengganggu pelaksanaan tugas Badan

Pemerintahan tersebut;

b. menyangkut dokumen Administrasi

Pemerintahan yang bersifat rahasia sesuai

peraturan perundang-undangan; atau

c. menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan Badan atau Pejabat Pemerintahan

dan atau Badan Hukum lainnya tidak

diperbolehkan memberikan bantuan;

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang menolak untuk memberikan

Bantuan Kedinasan kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

harus memberikan alasan penolakan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Jika suatu Bantuan Kedinasan mutlak dibutuhkan,

keputusan atas kewajiban memberikan Bantuan

Kedinasan ditetapkan oleh pejabat atasannya.

Pasal 8

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak

memberikan Bantuan Kedinasan, jika:

a. mengganggu pelaksanaan tugas Badan

Pemerintahan tersebut;

b. menyangkut dokumen Administrasi Pemerintahan

yang bersifat rahasia sesuai peraturan

perundang-undangan; atau

c. menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan Badan atau Pejabat Pemerintahan

tidak diperbolehkan memberikan bantuan;

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang menolak

untuk memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan

atau Pejabat Pemerintahan lainnya harus memberikan

alasan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

(3) Jika suatu Bantuan Kedinasan mutlak dibutuhkan,

keputusan atas kewajiban memberikan Bantuan

Kedinasan ditetapkan oleh pejabat atasannya.

Page 28: RUU AP 290708

28

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 8

(1) Yang dimaksud dengan dapat menolak

memberikan Bantuan Kedinasan adalah apabila

pemberian bantuan tersebut akan mengganggu

pelaksanaan tugas Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

yang diminta bantuan, misalnya antara lain

pelaksanaan Bantuan Kedinasan yang diminta

dikhawatirkan akan melebihi anggaran yang

dimiliki, keterbatasan sumber daya manusia,

mengganggu pencapaian tujuan dan kinerja

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya.

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Pasal 8

(1) Yang dimaksud dengan dapat menolak memberikan

Bantuan Kedinasan adalah apabila pemberian

bantuan tersebut akan mengganggu pelaksanaan

tugas Badan atau Pejabat Pemerintahan yang diminta

bantuan, misalnya antara lain pelaksanaan Bantuan

Kedinasan yang diminta dikhawatirkan akan melebihi

anggaran yang dimiliki, keterbatasan sumber daya

manusia, mengganggu pencapaian tujuan dan kinerja

Badan atau Pejabat Pemerintahan.

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 29: RUU AP 290708

29

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

9 Pasal 9

Tanggung jawab terhadap Tindakan Administrasi

Pemerintahan dalam Bantuan Kedinasan dibebankan

kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang membutuhkan Bantuan

Kedinasan, kecuali ditentukan lain berdasarkan

kesepakatan tertulis kedua belah pihak.

Pasal 9

Tanggung jawab terhadap Tindakan Administrasi

Pemerintahan dalam Bantuan Kedinasan dibebankan kepada

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang membutuhkan

Bantuan Kedinasan, kecuali ditentukan lain berdasarkan

kesepakatan tertulis kedua belah pihak.

Page 30: RUU AP 290708

30

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 9

Pemberian Bantuan Kedinasan kepada Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

yang membutuhkan antara lain aspek sarana dan

prasarana, tenaga profesional dan biaya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan Bantuan Kedinasan.

Pasal 9

Pemberian Bantuan Kedinasan kepada Badan atau

Pejabat Pemerintahan yang membutuhkan antara lain

aspek sarana dan prasarana, tenaga profesional dan

biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan Bantuan

Kedinasan.

Penjelasan

Page 31: RUU AP 290708

31

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

10 Bagian Keempat

Komunikasi Elektronis

Pasal 10

(1) Keputusan Pemerintahan yang berbentuk elektronis

berkekuatan hukum sama dengan Keputusan

Pemerintahan yang tertulis dan berlaku sejak

diterimanya keputusan tersebut oleh pihak yang

bersangkutan.

(2) Keputusan Pemerintahan dalam bentuk elektronis

wajib diikuti dengan pengiriman keputusan asli baik

dari Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya selambat-lambatnya 15

(limabelas) hari sejak tanggal pengiriman melalui

media elektronik.

Bagian Keempat

Komunikasi Elektronis

Pasal 10

(1) Pengiriman Keputusan Pemerintahan oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan melalui media elektronis

diperbolehkan jika anggota masyarakat dan Badan

Hukum memiliki akses untuk menerima dan membuka

secara elektronis keputusan tersebut.

(2) Bentuk cetak tertulis sebuah Keputusan Pemerintahan

dapat diganti dengan bentuk elektronis, jika tidak ada

ketentuan perundang-undangan yang melarangnya atau

mengatur lain.

(3) Keputusan Pemerintahan yang berbentuk elektronis

berkekuatan hukum sama dengan Keputusan

Pemerintahan yang tertulis dan berlaku sejak

diterimanya keputusan tersebut oleh pihak yang

bersangkutan.

(4) Keputusan Pemerintahan dalam bentuk elektronis diikuti

dengan pengiriman keputusan asli baik dari Badan atau

Pejabat Pemerintahan selambat-lambatnya 15

(limabelas) hari sejak tanggal pengiriman melalui media

elektronik.

Page 32: RUU AP 290708

32

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 10

(1) Cukup Jelas

(2) Untuk proses pengamanan pengiriman Keputusan

Pemerintahan, dokumen asli akan dikirimkan

apabila diperlukan dan dibutuhkan penegasan

mengenai penanggung jawab dari Pejabat

Pemerintahan yang menyimpan dokumen asli.

Jika terdapat permasalahan teknis dalam

pengiriman dan penerimaan dokumen secara

elektronis baik dari pihak pemerintah atau badan

hukum, maka kedua belah pihak berkewajiban

untuk saling memberitahukan secepatnya.

Pasal 10

(1) Media elektronis dimaksud dapat menggunakan

teknologi informasi dan telekomunikasi antara lain

email, fax, telex

(2) Bentuk elektronis dari suatu Keputusan

Pemerintahan antara lain berupa file elektronis

disertai dengan kode khusus otorisasi pengiriman

dari Pejabat yang menetapkan Keputusan

Pemerintahan.

(3) Cukup Jelas

(4) Untuk proses pengamanan pengiriman Keputusan

Pemerintahan, dokumen asli akan dikirimkan

apabila diperlukan dan dibutuhkan penegasan

mengenai penanggung jawab dari Pejabat

Pemerintahan yang menyimpan dokumen asli.

Jika terdapat permasalahan teknis dalam

pengiriman dan penerimaan dokumen secara

elektronis baik dari pihak pemerintah atau badan

hukum, maka kedua belah pihak berkewajiban

untuk saling memberitahukan secepatnya.

Penjelasan

Page 33: RUU AP 290708

33

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

11 BAB IV

PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Pihak-pihak yang berkepentingan

Pasal 11

(1) Pihak-pihak yang berkepentingan, merupakan pihak

langsung terkait dalam prosedur Administrasi

Pemerintahan adalah setiap orang, organisasi, dan

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya.

(2) Pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk terlibat

dalam prosedur Administrasi Pemerintahan meliputi:

a. individu yang cakap bertindak menurut hukum

perdata;

b. badan hukum yang diwakili oleh pengurus;

c. organisasi yang diwakili oleh pengurus;

d. Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang diwakili oleh

Pejabat Pemerintahan atau pejabat yang

ditunjuknya.

(3) Pihak-pihak dalam prosedur Administrasi

Pemerintahan terdiri atas:

a. Pemohon;

b. Termohon;

c. Pihak yang menjadi objek Keputusan

Pemerintahan.

BAB IV

PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Pihak-pihak yang berkepentingan

Pasal 11

(1) Pihak-pihak yang berkepentingan dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan adalah setiap orang,

organisasi, Badan Hukum Lainnya, dan Badan atau

Pejabat Pemerintahan.

(2) Pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk terlibat

dalam prosedur Administrasi Pemerintahan meliputi:

a. individu yang cakap bertindak menurut hukum

perdata;

b. badan hukum yang diwakili oleh pengurus;

c. organisasi yang diwakili oleh pengurus;

d. Badan atau Pejabat Pemerintahan yang diwakili

oleh Pejabat Pemerintahan atau pejabat yang

ditunjuknya.

(3) Pihak-pihak dalam prosedur Administrasi

Pemerintahan terdiri atas:

a. Pemohon;

b. Termohon;

c. Pihak yang menjadi objek Keputusan

Pemerintahan.

Page 34: RUU AP 290708

34

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 11

(1) Yang dimaksud dengan orang adalah orang

perseorangan atau badan hukum.

Yang dimaksud organisasi antara lain asosiasi,

perhimpunan, persatuan dan organisasi

kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Pasal 11

(1) Yang dimaksud dengan orang adalah orang

perseorangan atau badan hukum.

Yang dimaksud organisasi antara lain asosiasi,

perhimpunan, persatuan dan organisasi

kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 35: RUU AP 290708

35

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

12Pasal 12

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya dapat memanggil dan

melibatkan orang, dan organisasi dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan baik atas inisiatif

sendiri maupun atas permohonan.

(2) Jika terdapat kepentingan pihak ketiga, maka

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya harus memberitahukan

kepentingan tersebut kepada pihak yang

bersangkutan paling lambat 14 (empat belas) hari

sebelum prosedur Administrasi Pemerintahan

dimulai.

Pasal 12

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dapat memanggil

dan melibatkan orang, dan organisasi dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan baik atas inisiatif sendiri

maupun atas permohonan.

(2) Jika terdapat kepentingan pihak ketiga, maka Badan

atau Pejabat Pemerintahan harus memberitahukan

kepentingan tersebut kepada pihak yang bersangkutan

paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum prosedur

Administrasi Pemerintahan dimulai.

Page 36: RUU AP 290708

36

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 12

(1) Pemanggilan dan pelibatan seorang individu,

badan hukum, organisasi, dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan dimaksudkan untuk

memberikan klarifikasi, bukti, fakta-fakta yang

dibutuhkan, serta menghindarkan kerugian pihak

ketiga.

(2) Cukup Jelas

Pasal 12

(1) Pemanggilan dan pelibatan seorang individu, badan

hukum, organisasi, dalam prosedur Administrasi

Pemerintahan dimaksudkan untuk memberikan

klarifikasi, bukti, fakta-fakta yang dibutuhkan, serta

menghindarkan kerugian pihak ketiga.

(2) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 37: RUU AP 290708

37

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

13 Pasal 13

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dalam mengambil keputusan tidak

boleh berdasarkan atas pertimbangan kepentingan

pribadi atau tujuan lain selain maksud dan tujuan

dalam pemberian wewenang tersebut.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya wajib menjamin dan bertanggung

jawab terhadap setiap Keputusan Pemerintahan

yang dibuatnya.

Pasal 13

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dalam

mengambil keputusan tidak boleh berdasarkan atas

pertimbangan kepentingan pribadi atau tujuan lain

selain maksud dan tujuan dalam pemberian

wewenang tersebut.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib menjamin

dan bertanggung jawab terhadap setiap Keputusan

Pemerintahan yang dibuatnya.

Page 38: RUU AP 290708

38

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 13

(1) Yang dimaksud dengan kepentingan pribadi adalah

semua kepentingan yang tidak hanya

mendahulukan kepentingan pribadi sendiri, tetapi

juga mendahulukan kepentingan keluarga,

golongan, suku, agama tertentu, politik, ekonomi,

gender, dalam mengambil Keputusan

Pemerintahan.

(2) Cukup Jelas

Pasal 13

(1) Yang dimaksud dengan kepentingan pribadi adalah

semua kepentingan yang tidak hanya

mendahulukan kepentingan pribadi sendiri, tetapi

juga mendahulukan kepentingan keluarga,

golongan, suku, agama tertentu, politik, ekonomi,

gender, dalam mengambil Keputusan

Pemerintahan.

(2) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 39: RUU AP 290708

39

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

14Pasal 14

(1) Pejabat Pemerintahan dilarang mengambil

Keputusan Pemerintahan apabila Pejabat yang

bersangkutan merupakan:

a. pihak yang berkepentingan;

b. kerabat dan keluarga pihak yang terlibat ;

c. wakil pihak yang terlibat;

d. pihak yang bekerja dan mendapat gaji dari

pihak yang terlibat;

e. pihak yang memberikan rekomendasi

terhadap pihak yang terlibat; dan/atau

f. pihak-pihak lain yang dilarang oleh

Peraturan Perundang-undangan.

(2) Dalam hal Pejabat Pemerintahan dilarang

mengambil Keputusan Pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pengambilan Keputusan Pemerintahan

dilaksanakan oleh pejabat atasan atau pejabat lain

sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

(1) Pejabat Pemerintahan dilarang mengambil

Keputusan Pemerintahan apabila Pejabat yang

bersangkutan merupakan:

a. pihak yang berkepentingan;

b. kerabat dan keluarga pihak yang terlibat ;

c. wakil pihak yang terlibat;

d. pihak yang bekerja dan mendapat gaji dari

pihak yang terlibat;

e. pihak yang memberikan rekomendasi

terhadap pihak yang terlibat; dan/atau

f. pihak-pihak lain yang dilarang oleh

Peraturan Perundang-undangan.

(2) Dalam hal Pejabat Pemerintahan dilarang

mengambil Keputusan Pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pengambilan Keputusan Pemerintahan

dilaksanakan oleh pejabat atasan atau pejabat lain

sesuai peraturan perundang-undangan.

Page 40: RUU AP 290708

40

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 14

(1) Yang dimaksud dengan pihak-pihak lain di luar

para pihak yang disebutkan dalam huruf a sampai

huruf f juga termasuk para pihak yang memiliki

hubungan khusus dengan pembuat keputusan

seperti teman, tunangan, dan pengampu.

Yang dimaksud dengan kerabat antara lain

suami/istri Ibu, bapak, anak, kakek, nenek, cucu,

saudara kandung, anak dari saudara kandung,

mertua, kakak atau adik dari suami/istri (ipar),

suami/istri dari saudara kandung, saudara

kandung orang tua, saudara tiri, anak tiri, anak

angkat, anak asuh, mantan isteri, mantan suami,

dan anak di luar kawin.

(2) Yang dimaksud dengan pengambilan keputusan

adalah prosedur di dalam menentukan diterbitkan

atau tidak diterbitkannya suatu Keputusan

Pemerintahan.

Pasal 14

(1) Yang dimaksud dengan pihak-pihak lain di luar para

pihak yang disebutkan dalam huruf a sampai huruf f

juga termasuk para pihak yang memiliki hubungan

khusus dengan pembuat keputusan seperti teman,

tunangan, dan pengampu.

Yang dimaksud dengan kerabat antara lain

suami/istri Ibu, bapak, anak, kakek, nenek, cucu,

saudara kandung, anak dari saudara kandung,

mertua, kakak atau adik dari suami/istri (ipar),

suami/istri dari saudara kandung, saudara kandung

orang tua, saudara tiri, anak tiri, anak angkat, anak

asuh, mantan isteri, mantan suami, dan anak di luar

kawin.

(2) Yang dimaksud dengan pengambilan keputusan

adalah prosedur di dalam menentukan diterbitkan

atau tidak diterbitkannya suatu Keputusan

Pemerintahan.

Penjelasan

Page 41: RUU AP 290708

41

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

15 Pasal 15

(1) Pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan Keputusan Pemerintahan dapat

memberikan keterangan mengenai dugaan dan

kecurigaan tentang keberpihakan pejabat

pengambil keputusan kepada atasan pejabat

pengambil keputusan paling lambat 5 (lima) hari

kerja sebelum pengambilan keputusan dilakukan.

(2) Atasan pejabat pengambil keputusan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menyampaikan keterangan dimaksud secara

tertulis kepada pejabat pengambil keputusan dan

melaporkan kepada pejabat atasannya selambat-

lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak

disampaikannya keterangan mengenai dugaan

keberpihakan.

(3) Jika dugaan dan kecurigaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menyangkut pimpinan

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya, maka atasan dari pimpinan

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya tersebut mengambil

keputusan dan tindakan yang diperlukan.

Pasal 15

(1) Pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan Keputusan Pemerintahan dapat

memberikan keterangan mengenai dugaan dan

kecurigaan tentang keberpihakan pejabat pengambil

keputusan kepada atasan pejabat pengambil

keputusan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum

pengambilan keputusan dilakukan.

(2) Atasan pejabat pengambil keputusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan

keterangan dimaksud secara tertulis kepada pejabat

pengambil keputusan dan melaporkan kepada

pejabat atasannya selambat-lambatnya 5 (lima) hari

kerja sejak disampaikannya keterangan mengenai

dugaan keberpihakan.

(3) Jika dugaan dan kecurigaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) menyangkut pimpinan Badan atau

Pejabat Pemerintahan, maka atasan dari pimpinan

Badan atau Pejabat Pemerintahan tersebut

mengambil keputusan dan tindakan yang diperlukan.

Page 42: RUU AP 290708

42

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 15

(1) Keberpihakan pejabat dalam proses pengambilan

keputusan adalah upaya yang dilakukan oleh

seorang pejabat untuk mempengaruhi pejabat

pengambil keputusan yang menguntungkan diri

sendiri, kerabat, dan kelompoknya antara lain

dalam kegiatan bisnis, politik atau kegiatan sosial.

(2) Penyampaian keterangan secara tertulis di sertai

dengan data, dokumen dan bukti-bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

(3) Cukup Jelas

Pasal 15

(1) Keberpihakan pejabat dalam proses pengambilan

keputusan adalah upaya yang dilakukan oleh seorang

pejabat untuk mempengaruhi pejabat pengambil

keputusan yang menguntungkan diri sendiri, kerabat,

dan kelompoknya antara lain dalam kegiatan bisnis,

politik atau kegiatan sosial.

(2) Penyampaian keterangan secara tertulis di sertai

dengan data, dokumen dan bukti-bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 43: RUU AP 290708

43

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

16 Bagian Kedua

Pemberian Kuasa

Pasal 16

(1) Setiap orang dan organisasi dapat memberikan

kuasa tertulis yang bermaterai kepada seseorang

untuk mewakili dan bertindak atas namanya dalam

semua keputusan dan tindakan dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan.

(2) Penerima kuasa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus dapat menunjukkan surat

pemberian kuasa secara tertulis yang sah.

(3) Pembatalan pemberian surat kuasa kepada

seseorang hanya dapat dilakukan secara tertulis

dan berlaku pada saat surat tersebut diterima oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang bersangkutan.

(4) Jika dianggap tidak mampu dan tidak memiliki

kapabilitas yang sesuai maka penerima kuasa

dapat dinyatakan tidak berhak untuk melakukan

kuasa.

(5) Jika individu, badan hukum dan organisasi tidak

memiliki wakil yang dapat bertindak atas namanya,

maka Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya dapat menunjuk wakil dan

atau perwakilan pihak yang terlibat untuk mewakili

individu atau organisasi tersebut dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan.

Bagian Kedua

Pemberian Kuasa

Pasal 16

(1) Setiap orang dan organisasi dapat memberikan

kuasa tertulis yang bermaterai kepada seseorang

untuk mewakili dan bertindak atas namanya dalam

semua keputusan dan tindakan dalam prosedur

Administrasi Pemerintahan.

(2) Penerima kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus dapat menunjukkan surat pemberian kuasa

secara tertulis yang sah.

(3) Pembatalan pemberian surat kuasa kepada

seseorang hanya dapat dilakukan secara tertulis dan

berlaku pada saat surat tersebut diterima oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

(4) Jika dianggap tidak mampu dan tidak memiliki

kapabilitas yang sesuai maka penerima kuasa dapat

dinyatakan tidak berhak untuk melakukan kuasa.

(5) Jika individu, badan hukum dan organisasi tidak

memiliki wakil yang dapat bertindak atas namanya,

maka Badan atau Pejabat Pemerintahan dapat

menunjuk wakil dan atau perwakilan pihak yang

terlibat untuk mewakili individu atau organisasi

tersebut dalam prosedur Administrasi Pemerintahan.

Page 44: RUU AP 290708

44

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 16

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Kapabilitas untuk bertindak sebagai penerima

kuasa sekurang-kurangnya sehat jasmani dan

rohani, memenuhi syarat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a. Pejabat

Pemerintahan dapat menyatakan gugurnya

pemberian kuasa yang tidak memenuhi

kapabilitas. Syarat kapabilitas ini tidak berlaku

untuk penerima kuasa yang berasal dari kalangan

profesional seperti pengacara dan notaris.

(5) Cukup Jelas

Pasal 16

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Kapabilitas untuk bertindak sebagai penerima kuasa

sekurang-kurangnya sehat jasmani dan rohani,

memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2) huruf a. Pejabat Pemerintahan

dapat menyatakan gugurnya pemberian kuasa yang

tidak memenuhi kapabilitas. Syarat kapabilitas ini

tidak berlaku untuk penerima kuasa yang berasal dari

kalangan profesional seperti pengacara dan notaris.

(5) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 45: RUU AP 290708

45

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

17Bagian Ketiga

Prinsip-Prinsip Pengujian Administrasi

Pemerintahan

Pasal 17

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya berwenang:

a.memeriksa permohonan atas dasar kewenangan yang

dimilikinya.

b.menentukan sifat, ruang lingkup pemeriksaan, pihak

yang berkepentingan dan dokumen-dokumen yang

dibutuhkan untuk:

1. mempertimbangkan fakta-fakta dan bukti yang

menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan

dalam mengambil keputusan dan tindakan faktual.

2. menyiapkan bukti-bukti dokumen yang relevan

yang dibutuhkan, mengumpulkan informasi,

mendengarkan dan memperhatikan pendapat pihak

lain yang terlibat dan atau terkait, pernyataan

tertulis dan elektronis dari pihak yang

berkepentingan, melihat langsung fakta-fakta, saksi

ahli, dan bukti-bukti lain yang mendukung sebelum

diterbitkannya Keputusan Pemerintahan.

Bagian Ketiga

Prinsip-Prinsip Pengujian Administrasi

Pemerintahan

Pasal 17

Badan atau Pejabat Pemerintahan berwenang:

a. memeriksa permohonan atas dasar kewenangan

yang dimilikinya.

b. menentukan sifat, ruang lingkup pemeriksaan,

pihak yang berkepentingan dan dokumen-

dokumen yang dibutuhkan untuk:

1. mempertimbangkan fakta-fakta dan bukti

yang menguntungkan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam mengambil

Tindakan Administrasi Pemerintahan.

2. menyiapkan bukti-bukti dokumen yang

relevan yang dibutuhkan, mengumpulkan

informasi, mendengarkan dan

memperhatikan pendapat pihak lain yang

terlibat dan atau terkait, pernyataan

tertulis dan elektronis dari pihak yang

berkepentingan, melihat langsung fakta-

fakta, saksi ahli, dan bukti-bukti lain yang

mendukung sebelum diterbitkannya

Keputusan Pemerintahan.

Page 46: RUU AP 290708

46

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 17

Permohonan atas dasar kewenangan yang dimilliki

dapat berasal dari individu kepada Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya serta dari Badan atau Pejabat Pemerintahan

dan atau Badan Hukum lainnya.

Pasal 17

Permohonan atas dasar kewenangan yang dimilliki dapat

berasal dari individu kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan serta dari Badan atau Pejabat

Pemerintahan lainnya.

Penjelasan

Page 47: RUU AP 290708

47

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

18 Bagian Keempat

Dengar Pendapat Pihak Yang Berkepentingan

Pasal 18

(1) Pejabat Pemerintahan wajib memberikan kesempatan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

didengar pendapatnya mengenai fakta dan dokumen

yang terkait sebelum membuat Keputusan

Pemerintahan yang akibatnya memberatkan,

membebani atau mengurangi hak orang-perorangan.

(2) Pemberitahuan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dilakukan melalui undangan atau

pengumuman publikasi media massa untuk didengar

pendapatnya dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari

kerja sebelum diterbitkan Keputusan Pemerintahan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku apabila:

a. keputusan yang bersifat mendesak dan untuk

melindungi kepentingan umum;

b. keputusan yang tidak mengubah beban yang

harus dipikul oleh individu atau anggota

masyarakat yang bersangkutan;

c. dan/atau keputusan yang menyangkut

penegakan hukum.

Bagian Keempat

Dengar Pendapat Pihak Yang Berkepentingan

Pasal 18

(1) Pejabat Pemerintahan wajib memberikan kesempatan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

didengar pendapatnya mengenai fakta dan dokumen

yang terkait sebelum membuat Keputusan

Pemerintahan yang akibatnya memberatkan,

membebani atau mengurangi hak orang-perorangan.

(2) Pemberitahuan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dilakukan melalui undangan atau

pengumuman publikasi media massa untuk didengar

pendapatnya dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari

kerja sebelum diterbitkan Keputusan Pemerintahan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku apabila:

a. keputusan yang bersifat mendesak dan untuk

melindungi kepentingan umum;

b. keputusan yang tidak mengubah beban yang

harus dipikul oleh individu atau anggota

masyarakat yang bersangkutan;

c. dan/atau keputusan yang menyangkut

penegakan hukum.

Page 48: RUU AP 290708

48

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 18

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Keputusan yang menyangkut penegakan hukum

adalah keputusan sebagai pelaksanaan keputusan

sebelumnya. Contoh: keputusan administrasi

tentang relokasi bangunan di jalur hijau, keputusan

tentang pembongkaran rumah yang tidak memiliki

ijin.

Pasal 18

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Keputusan yang menyangkut penegakan hukum

adalah keputusan sebagai pelaksanaan keputusan

sebelumnya. Contoh: keputusan administrasi

tentang relokasi bangunan di jalur hijau, keputusan

tentang pembongkaran rumah yang tidak memiliki

ijin.

Penjelasan

Page 49: RUU AP 290708

49

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

19 Bagian Kelima

Hak Mengakses Dokumen Administrasi

Pasal 19

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya wajib memberikan kesempatan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mengakses dokumen Administrasi Pemerintahan.

(2) Hak mengakses dokumen administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku,

jika dokumen administrasi termasuk kategori

rahasia negara dan/atau melanggar kerahasiaan

pihak ketiga.

(3) Pihak-pihak terlibat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) memiliki kewajiban untuk menjaga

kerahasiaan dan tidak melakukan penyimpangan

pemanfaatan informasi yang diperolehnya.

Bagian Kelima

Hak Mengakses Dokumen Administrasi

Pasal 19

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib

memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mengakses dokumen

Administrasi Pemerintahan.

(2) Hak mengakses dokumen administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku,

jika dokumen administrasi termasuk kategori

rahasia negara dan/atau melanggar kerahasiaan

pihak ketiga.

(3) Pihak-pihak terlibat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) memiliki kewajiban untuk menjaga

kerahasiaan dan tidak melakukan penyimpangan

pemanfaatan informasi yang diperolehnya.

Page 50: RUU AP 290708

50

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 19

(1) Yang dimaksud dengan mengakses meliputi

membaca dan mengcopy. Pihak-pihak yang

berkepentingan adalah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11. Pejabat yang memberikan akses

wajib memperhatikan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan kerahasiaan pihak

ketiga dan kerahasaiaan negara.

(2) Yang dimaksud rahasia negara adalah

sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang

kearsipan, kerahasiaan negara, dan peraturan

perundang-undangan lainnya. Yang dimaksud

dengan kerahasiaan pihak ketiga adalah hal-hal

yang menyangkut data dan informasi pribadi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Cukup Jelas

Pasal 19

(1) Yang dimaksud dengan mengakses meliputi

membaca dan mengcopy. Pihak-pihak yang

berkepentingan adalah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11. Pejabat yang memberikan akses

wajib memperhatikan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan kerahasiaan pihak

ketiga dan kerahasaiaan negara.

(2) Yang dimaksud rahasia negara adalah

sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang

kearsipan, kerahasiaan negara, dan peraturan

perundang-undangan lainnya. Yang dimaksud

dengan kerahasiaan pihak ketiga adalah hal-hal

yang menyangkut data dan informasi pribadi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 51: RUU AP 290708

51

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

20BAB V

KEPUTUSAN PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Syarat-Syarat Sahnya Keputusan

Pasal 20

(1) Keputusan Pemerintahan wajib memenuhi syarat

formal yaitu:

a. dibuat oleh Pejabat yang berwenang;

b. memuat isi yang jelas, pasti dan dapat dimengerti;

c. mengikuti tata naskah dinas sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan;

d. ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan;

e. mencantumkan informasi mengenai hak-hak

pengajuan Upaya Administratif yang dapat

dilakukan.

(2) Keputusan Pemerintahan wajib memenuhi syarat

materiil meliputi:

a. didasarkan pada pertimbangan atau penilaian

dengan memperhatikan:

1. keseimbangan antara kepentingan orang-

perorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 ayat (1);

2. keseimbangan antara orang-perorang dengan

pihak lain yang terkena akibat dan/atau terkait

dari Keputusan Pemerintahan;

BAB V

KEPUTUSAN PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Syarat-Syarat Sahnya Keputusan

Pasal 20

(1)Keputusan Pemerintahan wajib memenuhi syarat

formal yaitu:

a. dibuat oleh Pejabat yang berwenang;

b. memuat isi yang jelas, pasti dan dapat

dimengerti ;

c. mengikuti tata naskah dinas sesuai dengan

ketentuan perundang- undangan;

d. ditetapkan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

e. mencantumkan informasi mengenai hak-hak

pengajuan Upaya Administratif yang dapat

dilakukan.

(2) Keputusan Pemerintahan wajib memenuhi syarat

materiil meliputi:

a. didasarkan pada pertimbangan atau

penilaian dengan memperhatikan:

1. keseimbangan antara kepentingan

orang-perorang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1);

2. keseimbangan antara orang-

perorang dengan pihak lain yang terkena

akibat dan/atau terkait dari Keputusan

Pemerintahan;

Page 52: RUU AP 290708

52

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

b. didasarkan atas kepastian hukum, keadilan, kepatutan dan

kewajaran serta aturan permainan yang lazim berlaku dan

menjadi kebiasaan dalam masyarakat yang bersangkutan;

c. memelihara kesamaan bertindak dan/atau memutus,

apabila fakta-fakta, keadaan dan situasi yang berkaitan

dengan Keputusan Pemerintahan yang sebelumnya

adalah sama dengan fakta, keadaan yang telah pernah

diputus oleh pejabat yang bersangkutan;

d. memperhatikan akibat dari ucapan atau perilaku Pejabat

Pemerintahan yang bersangkutan, yang diterima pemohon

dari keputusan yang telah dibuat oleh Pejabat

Pemerintahan;

e. memperhatikan akibat pembatalan suatu keputusan,

terutama yang mengakibatkan kerugian yang diderita oleh

pihak pemohon dan yang harus ditanggung oleh

Negara/Pemerintah;

f. menjelaskan pertimbangan-pertimbangan apa yang

menghasilkan keputusan yang diambil oleh Pejabat

Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan;

g. melaksanakan asas-asas pemerintahan yang baik;

h. tidak boleh bertentangan dan atau melampaui

kewenangan Pejabat Pemerintahan yang mengeluarkan

keputusan yang bersangkutan;

i. tidak boleh bertentangan dengan kewajiban hukum

Pejabat Pemerintahan yang memutuskan;

j. tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan atau

kewajiban yang berlaku di dalam masyarakat yang

bersangkutan;

k. tidak boleh menggunakan wewenang yang dimiliki untuk

tujuan yang lain dari pada tujuan untuk mana kewenangan

itu diberikan kepada Pejabat Pemerintahan yang memberi

keputusan atau arahan.

b. didasarkan atas kepastian hukum, keadilan, kepatutan dan

kewajaran serta aturan permainan yang lazim berlaku dan

menjadi kebiasaan dalam masyarakat yang bersangkutan;

c. memelihara kesamaan bertindak dan/atau memutus,

apabila fakta-fakta, keadaan dan situasi yang berkaitan

dengan Keputusan Pemerintahan yang sebelumnya

adalah sama dengan fakta, keadaan yang telah pernah

diputus oleh pejabat yang bersangkutan;

d. memperhatikan akibat dari ucapan atau perilaku Pejabat

Pemerintahan yang bersangkutan, yang diterima pemohon

dari keputusan yang telah dibuat oleh Pejabat

Pemerintahan;

e. memperhatikan akibat pembatalan suatu keputusan,

terutama yang mengakibatkan kerugian yang diderita oleh

pihak pemohon dan yang harus ditanggung oleh

Negara/Pemerintah;

f. menjelaskan pertimbangan-pertimbangan apa yang

menghasilkan keputusan yang diambil oleh Pejabat

Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan;

g. melaksanakan asas-asas pemerintahan yang baik;

h. tidak boleh bertentangan dan atau melampaui

kewenangan Pejabat Pemerintahan yang mengeluarkan

keputusan yang bersangkutan;

i. tidak boleh bertentangan dengan kewajiban hukum

Pejabat Pemerintahan yang memutuskan;

j. tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan atau

kewajiban yang berlaku di dalam masyarakat yang

bersangkutan;

k. tidak boleh menggunakan wewenang yang dimiliki untuk

tujuan yang lain dari pada tujuan untuk mana kewenangan

itu diberikan kepada Pejabat Pemerintahan yang memberi

keputusan atau arahan.

Page 53: RUU AP 290708

53

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

(3) Syarat formal sebagaimana dimaksud ayat (1)

dan syarat materiil sebagaimana dimasksud ayat

(2) didasarkan atas kewenangan yang sah,

sesuai prosedur yang ditetapkan peraturan

perundang-undangan; dan asas-asas umum

pemerintahan yang baik

(4) Keputusan Pemerintahan dapat berupa

keputusan tertulis, elektronis, tidak tertulis atau

tindakan lainnya.

(5) Atas permintaan pihak yang berkepentingan,

suatu Keputusan Pemerintahan yang bersifat

tidak tertulis harus diformalkan dalam bentuk

tertulis atau elektronis.

(6) Setiap Keputusan Pemerintahan baik yang

tertulis maupun elektronis, harus memuat nama

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya yang membuatnya.

(7) Terhadap Keputusan Pemerintahan yang bersifat

elektronis diberlakukan semua ketentuan seperti

halnya dalam Keputusan Pemerintahan yang

tertulis.

(3) Keputusan Pemerintahan dapat berupa keputusan

tertulis, elektronis, tidak tertulis atau tindakan

lainnya.

(4) Atas permintaan pihak yang berkepentingan, suatu

Keputusan Pemerintahan yang bersifat tidak tertulis

harus diformalkan dalam bentuk tertulis atau

elektronis.

(5) Setiap Keputusan Pemerintahan baik yang tertulis

maupun elektronis, harus memuat nama Badan

atau Pejabat Pemerintahan yang membuatnya.

(6) Terhadap Keputusan Pemerintahan yang bersifat

elektronis diberlakukan semua ketentuan seperti

halnya dalam Keputusan Pemerintahan yang

tertulis.

Page 54: RUU AP 290708

54

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 20

(1) Yang dimaksud dalam huruf d adalah bahwa

terhadap fakta yang sama tidak boleh dibuat

keputusan yang berbeda

(2) Cukup Jelas

(3) Terhadap Keputusan Pemerintahan berlaku asas

“praesumptio justae causa” atau setiap keputusan

harus dianggap sah sampai ada pembatalan.

Cacat yuridis menyangkut keabsahan keputusan

pemerintahan terjadi karena cacat wewenang,

cacat prosedur, cacat substansi

(4) Keputusan Pemerintahan yang bersifat lisan harus

ditindaklanjuti dengan keputusan dalam bentuk

tertulis atau elektronis jika didalamnya terdapat

kepentingan pihak yang bersangkutan dan/atau

diminta oleh yang bersangkutan

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

(7) Cukup jelas

Pasal 20

(1) Yang dimaksud dalam huruf d adalah bahwa

terhadap fakta yang sama tidak boleh dibuat

keputusan yang berbeda

(2) Cukup Jelas

(3) Keputusan Pemerintahan yang bersifat lisan harus

ditindaklanjuti dengan keputusan dalam bentuk

tertulis atau elektronis jika didalamnya terdapat

kepentingan pihak yang bersangkutan dan/atau

diminta oleh yang bersangkutan

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 55: RUU AP 290708

55

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

21

Pasal 21

(1) Sebuah Keputusan Pemerintahan yang memuat hak

atau tuntutan individu atau anggota masyarakat

dapat memuat ketentuan bersyarat, jika hal tersebut

tidak bertentangan dengan ketentuan hukum atau

dapat menjamin terpenuhinya syarat-syarat

Keputusan Pemerintahan.

(2) Ketentuan bersyarat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa:

a. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan batas waktu;

b. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

atas kejadian dimasa yang akan datang;

c. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan penarikan;

d. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan tugas;

e. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

yang bersifat susulan akibat adanya perubahan

fakta dan kondisi hukum.

Pasal 21

(1) Sebuah Keputusan Pemerintahan yang memuat

hak atau tuntutan individu atau anggota masyarakat

dapat memuat ketentuan bersyarat, jika hal tersebut

tidak bertentangan dengan ketentuan hukum atau

dapat menjamin terpenuhinya syarat-syarat

Keputusan Pemerintahan.

(2) Ketentuan bersyarat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa:

a. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan batas waktu;

b. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

atas kejadian dimasa yang akan datang;

c. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan penarikan;

d. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

dengan tugas;

e. ketentuan mulai dan berakhirnya keputusan

yang bersifat susulan akibat adanya

perubahan fakta dan kondisi hukum.

Page 56: RUU AP 290708

56

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 21

(1) Cukup Jelas

(2) Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya

keputusan dengan batas waktu adalah keputusan

yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan

dengan batas waktu; yang dimaksud dengan mulai

dan berakhirnya keputusan atas kejadian di masa

yang akan datang adalah keputusan yang

mencantumkan adanya ketentuan pembatasan

dengan kejadiaan tertentu; yang dimaksud dengan

mulai dan berakhirnya keputusan dengan penarikan

adalah keputusan yang mencantumkan adanya

ketentuan pembatasan dengan keputusan terhadap

penarikan keputusan; yang dimaksud dengan mulai

dan berakhirnya keputusan dengan tugas adalah

keputusan yang mencantumkan adanya ketentuan

pembatasan melalui tugas yang harus dilakukan; yang

dimaksud dengan mulai dan berakhirnya keputusan

yang bersifat susulan adalah adanya data, fakta dan

informasi yang berubah terhadap Keputusan

Pemerintahan.

Pasal 21

(1) Cukup Jelas

(2) Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya

keputusan dengan batas waktu adalah keputusan

yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan

dengan batas waktu; yang dimaksud dengan mulai

dan berakhirnya keputusan atas kejadian di masa

yang akan datang adalah keputusan yang

mencantumkan adanya ketentuan pembatasan

dengan kejadiaan tertentu; yang dimaksud dengan

mulai dan berakhirnya keputusan dengan penarikan

adalah keputusan yang mencantumkan adanya

ketentuan pembatasan dengan keputusan terhadap

penarikan keputusan; yang dimaksud dengan mulai

dan berakhirnya keputusan dengan tugas adalah

keputusan yang mencantumkan adanya ketentuan

pembatasan melalui tugas yang harus dilakukan;

yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya

keputusan yang bersifat susulan adalah adanya data,

fakta dan informasi yang berubah terhadap

Keputusan Pemerintahan.

Penjelasan

Page 57: RUU AP 290708

57

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

22 Bagian Kedua

Berlakunya Keputusan

Pasal 22

(1) Keputusan Pemerintahan berlaku sejak

ditetapkan, kecuali ditetapkan lain.

(2) Dalam hal batas waktu keberlakuan suatu

Keputusan Pemerintahan jatuh pada hari

Minggu atau hari Libur Nasional, maka batas

waktu tersebut jatuh pada hari berikutnya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) tidak berlaku jika kepada pihak yang

berkepentingan telah ditetapkan batas waktu

tertentu dan tidak bisa diundurkan.

(4) Batas waktu yang telah ditetapkan oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dapat diperpanjang sesuai

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Berlakunya Keputusan

Pasal 22

(1) Keputusan Pemerintahan berlaku sejak

ditetapkan, kecuali ditetapkan lain.

(2) Dalam hal batas waktu keberlakuan suatu

Keputusan Pemerintahan jatuh pada hari Minggu

atau hari Libur Nasional, maka batas waktu

tersebut jatuh pada hari berikutnya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak berlaku jika kepada pihak yang

berkepentingan telah ditetapkan batas waktu

tertentu dan tidak bisa diundurkan.

(4) Batas waktu yang telah ditetapkan oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dapat diperpanjang

sesuai ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 58: RUU AP 290708

58

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 22

(1) Pada dasarnya Keputusan Pemerintahan berlaku

sejak tanggal ditetapkan. Jika ada penyimpangan

terhadap saat mulai berlakunya hendaknya

dinyatakan secara tegas dalam diktum Keputusan

Pemerintahan. Penggunaan frasa mulai berlaku

efektif sedapat mungkin dihindari, karena frasa ini

menimbulkan ketidakpastian mengenai saat resmi

berlakunya Keputusan Pemerintahan.

(2) Cukup Jelas

(3) Yang dimaksud dengan batas waktu tertentu dan

tidak bisa diundurkan adalah ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Keputusan Pemerintahan yang

bersifat mengikat pihak yang terlibat

(4) Cukup Jelas

Pasal 22

(1) Pada dasarnya Keputusan Pemerintahan berlaku

sejak tanggal ditetapkan. Jika ada penyimpangan

terhadap saat mulai berlakunya hendaknya

dinyatakan secara tegas dalam diktum Keputusan

Pemerintahan. Penggunaan frasa mulai berlaku

efektif sedapat mungkin dihindari, karena frasa ini

menimbulkan ketidakpastian mengenai saat resmi

berlakunya Keputusan Pemerintahan.

(2) Cukup Jelas

(3) Yang dimaksud dengan batas waktu tertentu dan

tidak bisa diundurkan adalah ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Keputusan Pemerintahan yang

bersifat mengikat pihak yang terlibat

(4) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 59: RUU AP 290708

59

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

23 Pasal 23

(1) Setiap Keputusan Pemerintahan harus diberi alasan

yang bersifat faktual dan hukum yang menjadi dasar

pembuatan keputusan.

(2) Pemberian alasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak diperlukan jika keputusan tersebut diikuti

dengan penjelasan rinci.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku juga dalam hal pemberian alasan terhadap

keputusan yang bersifat diskresi.

Pasal 23

(1) Setiap Keputusan Pemerintahan harus diberi

alasan yang bersifat faktual dan hukum yang

menjadi dasar pembuatan keputusan.

(2) Pemberian alasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak diperlukan jika keputusan tersebut

diikuti dengan penjelasan rinci.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku juga dalam hal pemberian alasan terhadap

keputusan yang bersifat diskresi.

Page 60: RUU AP 290708

60

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 23

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Pasal 23

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 61: RUU AP 290708

61

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

24 Bagian Ketiga

Legalisasi Dokumen dan Arsip

Pasal 24

(1) Setiap Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya berwenang untuk melegalisasi dan

mengesahkan salinan atau copy dokumen dan/atau arsip

Administrasi Pemerintahan yang dibuatnya.

(2) Legalisasi dan pengesahan salinan atau copy dari dokumen

dan/atau arsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga

dapat dilakukan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang memiliki kewenangan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali

dinyatakan lain.

(3) Legalisasi atau pengesahan Keputusan Pemerintahan tidak

dapat dilakukan jika terdapat keraguan terhadap keaslian

isinya, baik karena robek, penghapusan kata, angka dan

tanda, perubahan, kata-kata yang tidak jelas terbaca,

penambahan atau hilangnya lembar halaman yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen tersebut.

(4) Tanda Legalisasi atau pengesahan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) harus memuat:

a. penamaan yang jelas terhadap dokumen yang disahkan,

b. pernyataan kesesuaian antara dokumen asli dan

copynya,

c. pernyataan bahwa legalisasi hanya diperuntukkan untuk

tujuan yang tertentu jika dilakukan bukan oleh kantor

yang mengeluarkan keputusan,

d. tanggal dan tempat serta pejabat yang mengesahkan.

(5) Legalisasi atau pengesahan dokumen yang dilakukan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya tidak dipungut biaya apapun.

Bagian Ketiga

Legalisasi Dokumen dan Arsip

Pasal 24

(1) Setiap Badan atau Pejabat Pemerintahan berwenang

untuk melegalisasi dan mengesahkan salinan atau copy

dokumen dan/atau arsip Administrasi Pemerintahan yang

dibuatnya.

(2) Legalisasi dan pengesahan salinan atau copy dari

dokumen dan/atau arsip sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) juga dapat dilakukan oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan lain yang memiliki kewenangan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, kecuali

dinyatakan lain.

(3) Legalisasi atau pengesahan Keputusan Pemerintahan

tidak dapat dilakukan jika terdapat keraguan terhadap

keaslian isinya, baik karena robek, penghapusan kata,

angka dan tanda, perubahan, kata-kata yang tidak jelas

terbaca, penambahan atau hilangnya lembar halaman

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen

tersebut.

(4) Tanda Legalisasi atau pengesahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) harus memuat:

a. penamaan yang jelas terhadap dokumen yang

disahkan,

b. pernyataan kesesuaian antara dokumen asli dan

copynya,

c. pernyataan bahwa legalisasi hanya diperuntukkan

untuk tujuan yang tertentu jika dilakukan bukan

oleh kantor yang mengeluarkan keputusan,

d. tanggal dan tempat serta pejabat yang

mengesahkan.

(5) Legalisasi atau pengesahan dokumen yang dilakukan oleh

badan atau pejabat pemerintahan tidak dipungut biaya

apapun.

Page 62: RUU AP 290708

62

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 24

(1) Dokumen Administrasi dimaksud adalah setiap

informasi yang terdokumentasi dalam bentuk tertulis

atau bentuk elektronis yang dikuasai oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya dan berkaitan dengan aktivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan/atau pelayanan

publik. Kewenangan Notaris untuk mengesahkan

dokumen dilaksanakan sesuai peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang jabatan notaris.

(2) Legalisasi dan pengesahan Keputusan Pemerintahan

yang diterbitkan oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

memiliki kewenangan, sebelumnya dikonfirmasikan

keasliannya kepada pejabat yang menetapkan

Keputusan Pemerintahan.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Pasal 24

(1) Dokumen Administrasi dimaksud adalah setiap

informasi yang terdokumentasi dalam bentuk tertulis

atau bentuk elektronis yang dikuasai oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan berkaitan dengan

aktivitas penyelenggaraan pemerintahan dan/atau

pelayanan publik. Kewenangan Notaris untuk

mengesahkan dokumen dilaksanakan sesuai

peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang jabatan notaris.

(2) Legalisasi dan pengesahan Keputusan

Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan lain yang memiliki

kewenangan, sebelumnya dikonfirmasikan

keasliannya kepada pejabat yang menetapkan

Keputusan Pemerintahan.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 63: RUU AP 290708

63

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

25 Pasal 25

(1) Bahasa resmi yang dipergunakan dalam Keputusan

Pemerintahan adalah Bahasa Indonesia

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum Lainnya wajib menerjemahkan dokumen

dan/atau arsip Administrasi Pemerintahan yang

berbahasa asing atau berbahasa daerah kedalam

Bahasa Indonesia.

(3) Penerjemahan wajib dilakukan oleh penerjemah

resmi dan dilaksanakan dibawah sumpah.

Pasal 25

(1) Bahasa resmi yang dipergunakan dalam Keputusan

Pemerintahan adalah Bahasa Indonesia

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan Badan

Hukum Lainnya wajib menerjemahkan dokumen

dan/atau arsip Administrasi Pemerintahan yang

berbahasa asing atau berbahasa daerah kedalam

Bahasa Indonesia.

(3) Penerjemahan wajib dilakukan oleh penerjemah

resmi dan dilaksanakan dibawah sumpah.

Page 64: RUU AP 290708

64

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 25

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Pasal 25

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 65: RUU AP 290708

65

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

26Bagian Keempat

Penyampaian Keputusan

Pasal 26

(1) Keputusan Pemerintahan wajib disampaikan oleh Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

keputusan tersebut dan pihak ketiga yang terlibat.

(2) Pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat memberikan kuasa kepada

pihak lain untuk menerima Keputusan Pemerintahan.

(3) Keputusan Pemerintahan dalam bentuk tertulis yang

dikirim melalui pos atau kurir berlaku selambatnya-

lambatnya dalam waktu 14 (empatbelas) hari kerja

terhitung sejak tanggal penerimaan yang disertai dengan

tanda bukti penerimaan.

(4) Keputusan Pemerintahan yang dikirim melalui media

elektronis berlaku selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

terhitung sejak tanggal ditetapkan.

(5) Dalam hal terjadi permasalahan dalam pengiriman

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang bersangkutan harus memberikan

bukti dan tanggal pengiriman dan penerimaan.

Bagian Keempat

Penyampaian Keputusan

Pasal 26

(1) Keputusan Pemerintahan wajib disampaikan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan dalam keputusan tersebut dan

pihak ketiga yang terlibat.

(2) Pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat memberikan kuasa

kepada pihak lain untuk menerima Keputusan

Pemerintahan.

(3) Keputusan Pemerintahan dalam bentuk tertulis yang

dikirim melalui pos atau kurir berlaku selambatnya-

lambatnya dalam waktu 14 (empatbelas) hari kerja

terhitung sejak tanggal penerimaan yang disertai

dengan tanda bukti penerimaan.

(4) Keputusan Pemerintahan yang dikirim melalui media

elektronis berlaku selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.

(5) Dalam hal terjadi permasalahan dalam pengiriman

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan

harus memberikan bukti dan tanggal pengiriman dan

penerimaan.

Page 66: RUU AP 290708

66

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 26

(1) Cukup Jelas

(2) Surat kuasa harus dalam bentuk tertulis dan

bermaterai cukup.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Pasal 26

(1) Cukup Jelas

(2) Surat kuasa harus dalam bentuk tertulis dan

bermaterai cukup.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 67: RUU AP 290708

67

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

27Bagian Kelima

Perubahan, Pencabutan dan Pembatalan

Keputusan Pemerintahan

Pasal 27

Keputusan Pemerintahan tetap berlaku, sepanjang

keputusan tersebut tidak diubah, tidak dicabut, tidak

dibatalkan, batal demi hukum dan belum habis masa

berlakunya.

Bagian Kelima

Perubahan, Pencabutan dan Pembatalan

Keputusan Pemerintahan

Pasal 27

Keputusan Pemerintahan tetap berlaku, sepanjang

keputusan tersebut tidak diubah, tidak dicabut, tidak

dibatalkan, batal demi hukum dan belum habis masa

berlakunya.

Page 68: RUU AP 290708

68

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 27

Terhadap kepututsan pemerintahan berlaku asas

“praesumptio justae causa”, artinya “setiap

keputusan harus dianggap sah sampai ada

pembatalan”.

Cacat yuridis menyangkut keabsahan keputusan

pemerintahan terjadi karena cacat wewenang

(onbevoegd), cacat prosedur, cacat substansi

Yang dimaksud dengan:

1. diubah adalah perubahan sebagian isi suatu

keputusan oleh pembuat keputusan

2. dicabut adalah pencabutan keputusan yang

dilakukan oleh pembuat keputusan, atasan

langsung atau atas dasar putusan badan peradilan

3. dibatalkan adalah pembatalan keputusan melalui

pengujian oleh instansi atasan atau badan peradilan

4. batal demi hukum adalah pembatalan secara

otomatis suatu keputusan karena bentuk atau

materinya bertentangan dengan hukum dan

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

oleh Pejabat Pemerintahan atau putusan badan

peradilan

Pasal 27

Yang dimaksud dengan:

diubah adalah perubahan sebagian isi suatu keputusan

oleh pembuat keputusan

dicabut adalah pencabutan keputusan yang dilakukan oleh

pembuat keputusan, atasan langsung atau atas dasar

putusan badan peradilan

dibatalkan adalah pembatalan keputusan melalui pengujian

oleh instansi atasan atau badan peradilan

batal demi hukum adalah pembatalan secara otomatis

suatu keputusan karena bentuk atau materinya

bertentangan dengan hukum dan peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh Pejabat Pemerintahan atau

putusan badan peradilan

Penjelasan

Page 69: RUU AP 290708

69

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

28Pasal 28

(1) Keputusan Pemerintahan yang bertentangan dengan

hukum dan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dan tujuan pembuatannya, wajib diubah,

dicabut dan dibatalkan sebagian atau seluruhnya

dengan Keputusan Pemerintahan yang baru.

(2) Keputusan tentang perubahan, pencabutan, dan

pembatalan Keputusan Pemerintahan dibuat oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

mengeluarkan Keputusan Pemerintahan dan/atau

oleh atasannya.

Pasal 28

(1) Keputusan Pemerintahan yang bertentangan dengan

hukum dan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dan tujuan pembuatannya, wajib diubah,

dicabut dan dibatalkan sebagian atau seluruhnya

dengan Keputusan Pemerintahan yang baru.

(2) Keputusan tentang perubahan, pencabutan, dan

pembatalan Keputusan Pemerintahan dibuat oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

mengeluarkan Keputusan Pemerintahan dan/atau

oleh atasannya.

Page 70: RUU AP 290708

70

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 28

(1) Keputusan Pemerintahan yang menguntungkan

maupun yang merugikan pihak penerima

keputusan dapat dicabut dengan memberikan

alasan yang jelas sesuai peraturan perundang-

undangan.

(2) Cukup jelas

Pasal 28

(1) Keputusan Pemerintahan yang

menguntungkan maupun yang merugikan

pihak penerima keputusan dapat dicabut

dengan memberikan alasan yang jelas

sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Keputusan Pemerintahan yang tidak dicabut,

diubah dan/ atau dibatalkan setelah masa 1

tahun dinyatakan tetap berlaku

Penjelasan

Page 71: RUU AP 290708

71

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

29 Pasal 29

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang membuat Keputusan

Pemerintahan dapat memperbaiki setiap waktu

apabila terdapat kelalaian dalam penulisan,

kesalahan dalam penghitungan dan kesalahan

lainnya dalam keputusan tersebut dengan

mengeluarkan keputusan yang baru, dan

memberitahukan hal tersebut kepada semua pihak

yang terlibat secara tertulis.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya wajib menerbitkan Keputusan

Pemerintahan yang baru untuk mengganti

Keputusan Pemerintahan yang mengandung

kesalahan.

Pasal 29

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang membuat

Keputusan Pemerintahan dapat memperbaiki setiap

waktu apabila terdapat kelalaian dalam penulisan,

kesalahan dalam penghitungan dan kesalahan

lainnya dalam keputusan tersebut dengan

mengeluarkan keputusan yang baru, dan

memberitahukan hal tersebut kepada semua pihak

yang terlibat secara tertulis.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib

menerbitkan Keputusan Pemerintahan yang baru

untuk mengganti Keputusan Pemerintahan yang

mengandung kesalahan.

Page 72: RUU AP 290708

72

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 29

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

Pasal 29

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 73: RUU AP 290708

73

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

30 Pasal 30

(1) Keputusan Pemerintahan batal demi hukum jika

dibuat oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang nyata-nyata tidak

berwewenang untuk hal itu;

(2) Keputusan yang batal demi hukum sejak semula

dianggap tidak pernah ada;

(3) Keputusan Pemerintahan dapat dibatalkan, jika:

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan

b. dibuat oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya yang tidak berwenang;

c. dibuat tidak melalui prosedur yang

disyaratkan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11;

d. cacat materiil

(4) Keputusan badan atau pejabat pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang dinyatakan batal

demi hukum atau telah dibatalkan wajib

dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan atau

atasan yang bersangkutan

Pasal 30

(1) Keputusan Pemerintahan batal demi hukum jika

dibuat oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

nyata-nyata tidak berwewenang untuk hal itu;

(2) Keputusan yang batal demi hukum sejak semula

dianggap tidak pernah ada;

(3) Keputusan Pemerintahan dapat dibatalkan,

jika:dibuat oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan

yang tidak berwenang;dibuat tidak melalui prosedur

yang disyaratkan;cacat substansial.

Page 74: RUU AP 290708

74

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 30

(1) Batal demi hukum terjadi apabila Pejabat

Pemerintahan yang menerbitkan Keputusan

Pemerintahan tidak memiliki kewenangan

untuk menetapkan keputusan atau melampaui

batas kewenangan yang dimiliki. Oleh karena

itu keputusan dianggap tidak pernah ada atau

dikembalikan pada keadaan semula sebelum

keputusan dimaksud ditetapkan, dan segala

akibat-akibat hukum yang ditimbulkannya

dianggap tidak pernah ada (ex tunc).

(2) Cukup Jelas

(3) cukup jelas

(4) Cukup jelas

Pasal 30

(1) Batal demi hukum terjadi apabila Pejabat

Pemerintahan yang menerbitkan Keputusan

Pemerintahan tidak memiliki kewenangan untuk

menetapkan keputusan atau melampaui batas

kewenangan yang dimiliki. Oleh karena itu

keputusan dianggap tidak pernah ada dan

pembatalannya berlaku surut sampai waktu

sebelum keputusan dimaksud ditetapkan.

(2) Cukup Jelas

(3) Yang dimaksud dengan prinsip atribusi

kewenangan adalah kewenangan yang dimiliki

oleh Pejabat Pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan

Penjelasan

Page 75: RUU AP 290708

75

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

31Pasal 31

(1) Setiap Keputusan Pemerintahan yang merugikan

penerima keputusan dapat dicabut sebagian atau

seluruhnya.

(2) Setiap Keputusan Pemerintahan yang menguntungkan

pihak penerima dapat dicabut dengan pembatasan-

pembatasan sebagaimana diatur dalam Undang-undang

ini.

(3) Pemberian uang atau bentuk lainnya yang telah

dikeluarkan sebagai akibat dari Keputusan

Pemerintahan tidak dapat ditarik kembali dan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak

berlaku jika:

a. Keputusan Pemerintahan tersebut diterbitkan

melalui cara-cara penyuapan, ancaman kepada

pegawai atau pejabat, serta menyimpang dari

asas-asas umum pemerintahan yang

baik;Informasi yang diperlukan untuk membuat

Keputusan Pemerintahan tersebut mengandung

kesalahan atau tidak lengkap;

b. Jika pihak penerima sejak awal mengetahui

bahwa Keputusan Pemerintahan tersebut

bertentangan dengan hukum.

(5) Jika Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya memperoleh informasi dan fakta yang

dapat membenarkan pencabutan Keputusan

Pemerintahan, maka Keputusan Pemerintahan wajib

dicabut selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak

diperolehnya informasi dan fakta tersebut.

Pasal 31

(1) Setiap Keputusan Pemerintahan yang merugikan penerima

keputusan dapat dicabut sebagian atau seluruhnya.

(2) Setiap Keputusan Pemerintahan yang menguntungkan pihak

penerima dapat dicabut dengan pembatasan-pembatasan

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

(3) Pemberian uang atau bentuk lainnya yang telah dikeluarkan

sebagai akibat dari Keputusan Pemerintahan tidak dapat

ditarik kembali dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Badan atau Pejabat Pemerintahan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak

berlaku jika:

a. Keputusan Pemerintahan tersebut diterbitkan

melalui cara-cara penyuapan, ancaman kepada

pegawai atau pejabat, serta menyimpang dari

asas-asas umum pemerintahan yang

baik;Informasi yang diperlukan untuk membuat

Keputusan Pemerintahan tersebut mengandung

kesalahan atau tidak lengkap;

b. Jika pihak penerima sejak awal mengetahui bahwa

Keputusan Pemerintahan tersebut bertentangan

dengan hukum.

(5) Jika Badan atau Pejabat Pemerintahan memperoleh

informasi dan fakta yang dapat membenarkan pencabutan

Keputusan Pemerintahan, maka Keputusan Pemerintahan

wajib dicabut selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak

diperolehnya informasi dan fakta tersebut.

Page 76: RUU AP 290708

76

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 31

(1) Yang dimaksud dengan Keputusan Pemerintahan

dicabut sebagian adalah apabila materi tertentu dari

diktum keputusan yang dapat memberatkan penerima

keputusan, sedangkan materi lainnya tetap berlaku.

Yang dimaksud dengan Keputusan Pemerintahan

dicabut seluruhnya adalah seluruh materi keputusan

dicabut. Ketentuan ini terkait dengan ketentuan Pasal

27 dan penjelasannya. Setiap Keputusan

Pemerintahan yang memberatkan penerima keputusan

dapat dilaporkan ke Komisi Ombudsman Nasional/

Daerah dengan maksud agar Komisi Ombudsman

memberikan rekomendasi kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

mengeluarkan keputusan, untuk memperbaiki

keputusan itu sebagian atau seluruhnya, atau

membatalkannya atau menyatakan keputusan tersebut

batal demi hukum. Penanganan keberatan terhadap

Keputusan Pemerintahan yang dilakukan oleh Komisi

Ombudsman tidak dipungut biaya apapun.

(2) Cukup Jelas

(3) Pemberian uang atau bentuk lainnya yang tidak dapat

ditarik kembali bertujuan untuk melindungi kepercayaan

dan kepentingan umum pihak-pihak yang beritikad baik

menerima uang atau bentuk lainnya.

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Pasal 31

(1) Yang dimaksud dengan Keputusan Pemerintahan

dicabut sebagian adalah apabila materi tertentu dari

diktum keputusan yang dapat memberatkan penerima

keputusan, sedangkan materi lainnya tetap berlaku.

Yang dimaksud dengan Keputusan Pemerintahan

dicabut seluruhnya adalah seluruh materi keputusan

dicabut. Ketentuan ini terkait dengan ketentuan Pasal 27

dan penjelasannya. Setiap Keputusan Pemerintahan

yang memberatkan penerima keputusan dapat

dilaporkan ke Komisi Ombudsman Nasional/Daerah

dengan maksud agar Komisi Ombudsman memberikan

rekomendasi kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan

yang mengeluarkan keputusan, untuk memperbaiki

keputusan itu sebagian atau seluruhnya, atau

membatalkannya atau menyatakan keputusan tersebut

batal demi hukum. Penanganan keberatan terhadap

Keputusan Pemerintahan yang dilakukan oleh Komisi

Ombudsman tidak dipungut biaya apapun.

(2) Cukup Jelas

(3) Pemberian uang atau bentuk lainnya yang tidak dapat

ditarik kembali bertujuan untuk melindungi kepercayaan

dan kepentingan umum pihak-pihak yang beritikad baik

menerima uang atau bentuk lainnya.

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 77: RUU AP 290708

77

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

32Pasal 32

Keputusan Pemerintahan yang sah dapat dicabut dan

dibatalkan sebagian atau seluruhnya jika memenuhi

salah satu unsur dibawah ini:

a. Harus sesuai dengan ketentuan persyaratan

pencabutan dan pembatalan dalam keputusan

tersebut dan/atau peraturan perundang-

undangan;

b. Apabila tidak dilaksanakan oleh penerima

keputusan sampai batas waktu yang ditentukan;

c. Apabila fakta-fakta dan syarat-syarat hukum

yang menjadi dasar Keputusan Pemerintahan

telah berubah;

d. Apabila dapat membahayakan dan merugikan

kepentingan umum;

e. Apabila tidak digunakan sesuai dengan tujuan

yang tercantum dalam isi keputusan.

Pasal 32

Keputusan Pemerintahan yang sah dapat dicabut dan

dibatalkan sebagian atau seluruhnya jika memenuhi

salah satu unsur dibawah ini:

a. Harus sesuai dengan ketentuan persyaratan

pencabutan dan pembatalan dalam keputusan

tersebut dan/atau peraturan perundang-

undangan;

b. Apabila tidak dilaksanakan oleh penerima

keputusan sampai batas waktu yang ditentukan;

c. Apabila fakta-fakta dan syarat-syarat hukum yang

menjadi dasar Keputusan Pemerintahan telah

berubah;

d. Apabila dapat membahayakan dan merugikan

kepentingan umum;

e. Apabila tidak digunakan sesuai dengan tujuan

yang tercantum dalam isi keputusan.

Page 78: RUU AP 290708

78

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 32

Unsur-unsur yang menjadi syarat pencabutan dan

pembatalan sebagian atau seluruhnya harus

dicantumkan dalam Keputusan Pemerintahan.

Pasal 32

Unsur-unsur yang menjadi syarat pencabutan dan

pembatalan sebagian atau seluruhnya harus

dicantumkan dalam Keputusan Pemerintahan.

Penjelasan

Page 79: RUU AP 290708

79

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

33 Pasal 33

(1) Atas permohonan pihak-pihak yang berkepentingan,

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dapat memperbaiki kembali

Keputusan Pemerintahan yang sudah ditolak atau

dibatalkan atau dicabut dengan alasan:

a. Ketentuan hukum yang menjadi dasar

pembuatan Keputusan Pemerintahan tersebut

berubah;

b. Terdapat fakta-fakta baru

(2) Permohonan perbaikan kembali Keputusan

Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan

sejak pihak-pihak yang berkepentingan mengetahui

perubahan ketentuan hukum dan fakta-fakta baru

sesuai ayat 1 huruf a dan b.

(3) Apabila permohonan perbaikan kembali keputusan

pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diterima, Badan atau pejabat pemerintahan dan atau

badan hukum lainnya yang bersangkutan wajib

mengganti keputusan dimaksud

Pasal 33

(1) Atas permohonan pihak-pihak yang berkepentingan,

Badan atau Pejabat Pemerintahan dapat meninjau

kembali Keputusan Pemerintahan yang sudah

ditolak atau dibatalkan atau dicabut dengan alasan:

a. Ketentuan hukum yang menjadi dasar

pembuatan Keputusan Pemerintahan

tersebut berubah;

b. Terdapat fakta-fakta baru

(2) Permohonan peninjauan kembali Keputusan

Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan sejak pihak-pihak yang berkepentingan

mengetahui perubahan ketentuan hukum dan fakta-

fakta baru sesuai ayat 1 huruf a dan b.

Page 80: RUU AP 290708

80

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 33

(1) Memperbaiki kembali keputusan dihindarkan

jangan sampai bertentangan dengan asas

kepastian hukum

(2) Cukup jelas

(3) Cukup jelas

Pasal 33

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 81: RUU AP 290708

81

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

34Pasal 34

(1) Dalam hal Keputusan Pemerintahan dibatalkan,

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya dapat menarik kembali semua

dokumen dan/atau arsip atau barang yang menjadi

akibat hukum dari keputusan tersebut atau menjadi

dasar penggunaan keputusan tersebut.

(2) Pemilik dokumen dan/atau arsip atau barang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengembalikan kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

mengeluarkan pembatalan tersebut.

Pasal 34

(1) Dalam hal Keputusan Pemerintahan dibatalkan,

Badan atau Pejabat Pemerintahan dapat menarik

kembali semua dokumen dan/atau arsip atau

barang yang menjadi akibat hukum dari keputusan

tersebut atau menjadi dasar penggunaan

keputusan tersebut.

(2) Pemilik dokumen dan/atau arsip atau barang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengembalikan kepada Badan atau Pejabat

Pemerintahan yang mengeluarkan pembatalan

tersebut.

Page 82: RUU AP 290708

82

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 34

(1) Pembatalan Keputusan Pemerintahan yang

menyangkut kepentingan umum harus diumumkan

melalui media. Sedangkan pembatalan

Keputusan Pemerintahan yang menyangkut

kepentingan orang perseorangan tidak perlu

diumumkan.

Dokumen dan/atau arsip sebagaimana dimaksud

antara lain berupa akte kelahiran, sertifikat tanah,

ijazah. Yang dimaksud dengan barang antara lain

berupa rumah, traktor, stempel PPAT.

(2) Cukup Jelas

Pasal 34

(1) Pembatalan Keputusan Pemerintahan yang

menyangkut kepentingan umum harus diumumkan

melalui media. Sedangkan pembatalan Keputusan

Pemerintahan yang menyangkut kepentingan orang

perseorangan tidak perlu diumumkan.

Dokumen dan/atau arsip sebagaimana dimaksud

antara lain berupa akte kelahiran, sertifikat tanah,

ijazah. Yang dimaksud dengan barang antara lain

berupa rumah, traktor, stempel PPAT.

(2) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 83: RUU AP 290708

83

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

35Pasal 35

(1) Pejabat Pemerintahan sesuai kewenangannya

wajib menyusun dan melaksanakan prosedur

pembuatan Keputusan Pemerintahan serta

diumumkan kepada publik.

(2) Pedoman umum standar prosedur pelaksanaan

dan materi muatan untuk pembuatan Keputusan

Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 35

(1) Pejabat Pemerintahan sesuai kewenangannya

wajib menyusun dan melaksanakan prosedur

pembuatan Keputusan Pemerintahan serta

diumumkan kepada publik.

(2) Pedoman umum standar prosedur pelaksanaan dan

materi muatan untuk pembuatan Keputusan

Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Page 84: RUU AP 290708

84

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 35

(1) Cukup Jelas

(2) Materi muatan berisi antara lain tahapan-tahapan

proses penyelesaian dokumen dan/atau standar

pelayanan yang dipersyaratkan dalam Keputusan

Pejabat Pemerintahan

Pasal 35

(1) Cukup Jelas

(2) Materi muatan berisi antara lain tahapan-tahapan

proses penyelesaian dokumen dan/atau standar

pelayanan yang dipersyaratkan dalam Keputusan

Pejabat Pemerintahan

Penjelasan

Page 85: RUU AP 290708

85

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

36 BAB VI

UPAYA ADMINISTRATIF, PENUNDAAN

PEMBERLAKUAN DAN GANTI RUGI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 36

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya diberi wewenang

berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk menyelesaikan upaya keberatan terhadap

Keputusan Pemerintahan.

(2) Penyelesaian upaya keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan batal

atau tidak sahnya Keputusan Pemerintahan,

dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan

tuntutan administratif.

(3) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya mengeluarkan keputusan

penolakan kepada pihak yang mengajukan Upaya

Administratif wajib mencantumkan informasi

mengenai hak-hak pengajuan upaya hukum yang

dapat dilakukan.

(4) Upaya Administratif terhadap Keputusan

Pemerintahan sepanjang tidak diatur oleh undang-

undang lainnya berlaku ketentuan undang-undang

ini.

BAB VI

UPAYA ADMINISTRATIF, PENUNDAAN

PEMBERLAKUAN DAN GANTI RUGI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 36

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan diberi wewenang

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk

menyelesaikan upaya keberatan terhadap Keputusan

Pemerintahan.

(2) Penyelesaian upaya keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan batal atau

tidak sahnya Keputusan Pemerintahan, dengan atau

tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan tuntutan

administratif.

(3) Badan atau Pejabat Pemerintahan mengeluarkan

keputusan penolakan kepada pihak yang mengajukan

Upaya Administratif wajib mencantumkan informasi

mengenai hak-hak pengajuan upaya hukum yang

dapat dilakukan.

(4) Upaya Administratif terhadap Keputusan

Pemerintahan sepanjang tidak diatur oleh undang-

undang lainnya berlaku ketentuan undang-undang ini.

Page 86: RUU AP 290708

86

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 36

(1) Cukup Jelas

(2) Pengadilan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan sengketa Administrasi

Pemerintahan jika seluruh Upaya Administratif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah

digunakan

(3) Cukup Jelas

(4) Upaya Administratif yang diatur oleh undang-

undang lainnya antara lain adalah Upaya

Administratif di bidang perpajakan,

kepegawaian, pelayaran, dan bea cukai

Pasal 36

(1) Cukup Jelas

(2) Pengadilan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa Administrasi Pemerintahan

jika seluruh Upaya Administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) telah digunakan

(3) Cukup Jelas

(4) Upaya Administratif yang diatur oleh undang-undang

lainnya antara lain adalah Upaya Administratif di

bidang perpajakan, kepegawaian, pelayaran, dan bea

cukai

Penjelasan

Page 87: RUU AP 290708

87

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

37 Bagian Kedua

Upaya Administratif

Pasal 37

(1) Keputusan Pemerintahan dapat diajukan Upaya Administratif dalam

waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diumumkannya

keputusan tersebut oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya.

(2) Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

secara tertulis kepada atasan dari Badan atau Pejabat Pemerintahan dan

atau Badan Hukum lainnya yang mengeluarkan Keputusan Pemerintahan

dan/atau kepada Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang mengeluarkan Keputusan Pemerintahan.

(3) Keputusan terhadap Upaya Administratif dibuat oleh atasan dari Pejabat

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

mengeluarkan Keputusan Pemerintahan.Dalam hal atasan dari Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya menilai

Upaya Administratif yang diajukan cukup alasan, maka atasan dari

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya wajib

mengeluarkan Keputusan Upaya Administratif yang membatalkan

dan/atau memperbaiki Keputusan Pemerintahan dimaksud.

(4) Dalam hal atasan dari Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya menilai Upaya Administratif yang diajukan tidak cukup

alasan, maka dibuat Keputusan Upaya Administratif yang berupa

penolakan. Keputusan Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dan ayat (4) dikeluarkan oleh:

a. Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya yang

mengeluarkan Keputusan Pemerintahan, kecuali Undang-undang

menetapkan lain;

b. Kepala Daerah apabila Keputusan Pemerintahan dikeluarkan oleh

Pejabat Daerah.

c. Presiden apabila Keputusan Pemerintahan dikeluarkan oleh menteri atau

pejabat setingkat menteri atau kepala lembaga pemerintah

(5) Keputusan Upaya Administratif yang berupa penolakan harus memuat

alasan penolakan dan memberikan penjelasan mengenai upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh para pihak.Keputusan Upaya Administratif

yang menimbulkan akibat keuangan harus menetapkan pihak yang

menanggung biaya.

(6) Pengajuan Upaya Administratif tidak dibebani biaya

Bagian Kedua

Upaya Administratif

Pasal 37

(1) Keputusan Pemerintahan dapat diajukan Upaya Administratif dalam

waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diumumkannya

keputusan tersebut oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan.

(2) Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

secara tertulis kepada atasan dari Badan atau Pejabat Pemerintahan

yang mengeluarkan Keputusan Pemerintahan dan/atau kepada Badan

atau Pejabat Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan.

(3) Keputusan terhadap Upaya Administratif dibuat oleh atasan dari Pejabat

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan.Dalam hal atasan dari Badan atau Pejabat Pemerintahan

menilai Upaya Administratif yang diajukan cukup alasan, maka atasan

dari Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib mengeluarkan Keputusan

Upaya Administratif yang membatalkan dan/atau memperbaiki Keputusan

Pemerintahan dimaksud.

(4) Dalam hal atasan dari Badan atau Pejabat Pemerintahan menilai Upaya

Administratif yang diajukan tidak cukup alasan, maka dibuat Keputusan

Upaya Administratif yang berupa penolakan. Keputusan Upaya

Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

dikeluarkan oleh:

a. Badan atau Pejabat Pemerintahan yang mengeluarkan Keputusan

Pemerintahan, kecuali Undang-undang menetapkan lain;

b. Kepala Daerah apabila Keputusan Pemerintahan dikeluarkan oleh

Pejabat Daerah.

c. Presiden apabila Keputusan Pemerintahan dikeluarkan oleh menteri atau

pejabat setingkat menteri atau kepala lembaga pemerintah

(5) Keputusan Upaya Administratif yang berupa penolakan harus memuat

alasan penolakan dan memberikan penjelasan mengenai upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh para pihak.Keputusan Upaya Administratif

yang menimbulkan akibat keuangan harus menetapkan pihak yang

menanggung biaya.

(6) Pengajuan Upaya Administratif tidak dibebani biaya

Page 88: RUU AP 290708

88

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 37

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

(6) a.Cukup Jelas

b.Cukup Jelas

c.Cukup Jelas

(7) Alasan penolakan menyangkut, antara lain fakta-

fakta yuridis, pertimbangan-pertimbangan dalam

pengambilan keputusan, ketidaksesuaian

permohonan, dan lain-lain

(8) Keputusan Upaya Administratif yang menimbulkan

akibat keuangan yang dimaksud adalah keputusan

yang mengakibatkan kerugian sebagian akibat

penundaan pelaksanaan Keputusan

Pemerintahan. Keputusan Upaya Administratif

yang menimbulkan akibat keuangan yang

penetapannya didasarkan ketentuan perundang-

undangan, pembiayaannya melalui APBN/APBD.

Terhadap Keputusan Pemerintahan yang

ditetapkan berdasarkan kelalaian atau karena

dipengaruhi oleh pihak ketiga, maka pembiayaan

dibebankan kepada Pejabat Pemerintahan atau

yang mengeluarkan Keputusan Pemerintahan

(9) Cukup Jelas

Pasal 37

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

(6) a.Cukup Jelas

b.Cukup Jelas

c.Cukup Jelas

(7) Alasan penolakan menyangkut, antara lain fakta-fakta

yuridis, pertimbangan-pertimbangan dalam

pengambilan keputusan, ketidaksesuaian

permohonan, dan lain-lain

(8) Keputusan Upaya Administratif yang menimbulkan

akibat keuangan yang dimaksud adalah keputusan

yang mengakibatkan kerugian sebagian akibat

penundaan pelaksanaan Keputusan Pemerintahan.

Keputusan Upaya Administratif yang menimbulkan

akibat keuangan yang penetapannya didasarkan

ketentuan perundang-undangan, pembiayaannya

melalui APBN/APBD.

Terhadap Keputusan Pemerintahan yang ditetapkan

berdasarkan kelalaian atau karena dipengaruhi oleh

pihak ketiga, maka pembiayaan dibebankan kepada

Pejabat Pemerintahan atau yang mengeluarkan

Keputusan Pemerintahan

(9) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 89: RUU AP 290708

89

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN

RAPAT KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

38Pasal 38

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya apabila dalam waktu 15 (limabelas)

hari setelah Upaya Administratif diajukan tidak

memberi jawaban atau memberi jawaban yang tidak

memuaskan, maka pihak yang bersangkutan dapat

melaporkan hal ini dan keberatan-keberatan lainnya

kepada Komisi Ombudsman Nasional/Daerah untuk

ditindaklanjuti dan diperhatikan oleh Badan atau

Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya

yang menerbitkan keputusan.

Pasal 38

Badan atau Pejabat Pemerintahan apabila dalam

waktu 15 (limabelas) hari setelah Upaya Administratif

diajukan tidak memberi jawaban atau memberi

jawaban yang tidak memuaskan, maka pihak yang

bersangkutan dapat melaporkan hal ini dan keberatan-

keberatan lainnya kepada Komisi Ombudsman

Nasional/Daerah untuk ditindaklanjuti dan diperhatikan

oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

menerbitkan keputusan.

Page 90: RUU AP 290708

90

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Penjelasan

Page 91: RUU AP 290708

91

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

39

Pasal 39

Setiap orang, kelompok masyarakat atau organisasi

dapat mengajukan gugatan terhadap Keputusan

Upaya Administratif ke Pengadilan Tata Usaha

Negara.

Pasal 39

Setiap orang, kelompok masyarakat atau organisasi

dapat mengajukan gugatan terhadap Keputusan

Upaya Administratif ke Pengadilan Tata Usaha

Negara.

Page 92: RUU AP 290708

92

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 39

Ketentuan ini juga berlaku untuk sektor-sektor

pemerintahan yang memiliki Upaya Administratif khusus

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

Ketentuan ini juga berlaku untuk sektor-sektor

pemerintahan yang memiliki Upaya Administratif khusus

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan

Page 93: RUU AP 290708

93

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

40Bagian Ketiga

Penundaan Pemberlakuan

Pasal 40

(1) Upaya Administratif terhadap Keputusan

Pemerintahan secara hukum tidak menunda

pelaksanaan keputusan tersebut.

(2) Untuk penundaan keputusan harus ada keputusan

pejabat atas permintaan pemohon.

(3) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak berlaku pada:

a. Upaya Administratif terhadap penerimaan

dan/atau pengeluaran keuangan negara;

b. Ketentuan dan tindakan kepolisian yang tidak

dapat ditunda;

c. Pelaksanaan kepentingan umum yang bersifat

mendesak dan harus segera dilaksanakan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau

Badan Hukum lainnya.

(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, wajib memuat alasan yang

dinyatakan secara tertulis oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan dan atau Badan Hukum lainnya.

Bagian Ketiga

Penundaan Pemberlakuan

Pasal 40

(1) Upaya Administratif terhadap Keputusan

Pemerintahan secara hukum tidak menunda

pelaksanaan keputusan tersebut.

(2) Untuk penundaan keputusan harus ada keputusan

pejabat atas permintaan pemohon.

(3) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak berlaku pada:

a. Upaya Administratif terhadap penerimaan dan/atau

pengeluaran keuangan negara;

b. Ketentuan dan tindakan kepolisian yang tidak dapat

ditunda;

c. Pelaksanaan kepentingan umum yang bersifat

mendesak dan harus segera dilaksanakan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan.

(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, wajib memuat alasan yang

dinyatakan secara tertulis oleh Badan atau Pejabat

Pemerintahan.

Page 94: RUU AP 290708

94

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 40

(1) Penundaan pelaksanaan Keputusan Pemerintahan

terhitung mulai diterimanya permohonan Upaya

Administratif oleh Badan atau Pejabat yang

berwenang serta dibuktikan dengan bukti

penerimaan Upaya Administratif

(2) a. Penerimaan keuangan negara yang

dimaksud antara lain adalah pajak, cukai, bea

masuk, retribusi dan lain sebagainya.Pengeluaran

keuangan negara yang dimaksud antara lain

adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa

dan pembayaran kewajiban-kewajiban lainnya.

b. Ketentuan dan tindakan kepolisian yang tidak

dapat ditunda antara lain pengendalian

massa/demonstrasi, kemacetan dan/atau

kecelakaan lalulintas

c. Kepentingan umum yang mendesak adalah

kepentingan yang berkaitan dengan keselamatan

dan kemanfaatan bagi orang banyak dan harus

segera dilaksanakan

(3)Cukup Jelas

Pasal 40

(1) Penundaan pelaksanaan Keputusan Pemerintahan

terhitung mulai diterimanya permohonan Upaya

Administratif oleh Badan atau Pejabat yang

berwenang serta dibuktikan dengan bukti

penerimaan Upaya Administratif

(2) a. Penerimaan keuangan negara yang

dimaksud antara lain adalah pajak, cukai, bea

masuk, retribusi dan lain sebagainya.

Pengeluaran keuangan negara yang dimaksud

antara lain adalah belanja pegawai, belanja

barang dan jasa dan pembayaran

kewajiban-kewajiban lainnya.

b. Ketentuan dan tindakan kepolisian yang

tidak dapat ditunda antara lain pengendalian

massa/demonstrasi, kemacetan dan/atau

kecelakaan lalulintas

c. Kepentingan umum yang mendesak adalah

kepentingan yang berkaitan dengan

keselamatan dan kemanfaatan bagi orang

banyak dan harus segera dilaksanakan

(3) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 95: RUU AP 290708

95

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

41Bagian Keempat

Ganti Rugi

Pasal 41

(1) Pencabutan dan/atau pembatalan terhadap

Keputusan Pemerintahan wajib memuat ketentuan

ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dan disertai

dengan penyerahan kembali keputusan yang

dibatalkan beserta dokumen dan/atau arsip yang

terkait apabila kesalahan tersebut dilakukan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang menerbitkan keputusan.

(2) Besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memenuhi unsur keadilan dan

kelayakan

(3) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya menetapkan besarnya ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Bagian Keempat

Ganti Rugi

Pasal 41

(1) Pencabutan dan/atau pembatalan terhadap

Keputusan Pemerintahan wajib memuat ketentuan

ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dan disertai

dengan penyerahan kembali keputusan yang

dibatalkan beserta dokumen dan/atau arsip yang

terkait apabila kesalahan tersebut dilakukan oleh

Badan atau Pejabat Pemerintahan yang

menerbitkan keputusan.

(2) Besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memenuhi unsur keadilan dan

kelayakan

(3) Badan atau Pejabat Pemerintahan menetapkan

besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2)

Page 96: RUU AP 290708

96

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 41

(1) Apabila kesalahan tersebut dilakukan bersumber

dari pihak yang berkepentingan, maka

Keputusan Pemerintahan tidak boleh memuat

ketentuan tentang ganti rugi.

(2) Keadilan dan kelayakan adalah sebanding

dengan kerugian yang ditimbulkan akibat

Keputusan Pemerintahan. Penetapan besarnya

ganti rugi dapat dilakukan oleh lembaga penilai

yang profesional sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

(3) Penetapan ganti rugi atas dasar hasil penilaian

lembaga penilai yang profesional

Pasal 41

(1) Apabila kesalahan tersebut dilakukan bersumber

dari pihak yang berkepentingan, maka Keputusan

Pemerintahan tidak boleh memuat ketentuan

tentang ganti rugi.

(2) Keadilan dan kelayakan adalah sebanding dengan

kerugian yang ditimbulkan akibat Keputusan

Pemerintahan. Penetapan besarnya ganti rugi

dapat dilakukan oleh lembaga penilai yang

profesional sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

(3) Penetapan ganti rugi atas dasar hasil penilaian

lembaga penilai yang profesional

Penjelasan

Page 97: RUU AP 290708

97

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

42 BAB VII

TANGGUNG JAWAB BADAN ATAU PEJABAT

PEMERINTAHAN

Pasal 42

(1) Badan atau Pejabat Pemerintahan wajib bertanggung

jawab dan terikat atas keputusan yang ditetapkan dan

tindakan yang dilakukan selama dan setelah masa

jabatannya sesuai dengan peraturan perundangan

pada saat ditetapkannya Keputusan Pemerintahan

tersebut.

(2) Kewajiban bertanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan apabila keputusan

pemerintahan merupakan maladministrasi, maka

menjadi tanggung jawab pribadi pejabat yang

bersangkutan

(3) Pejabat pemerintahan yang mengambil keputusan

pemerintahan akan bertanggung jawab selama-

lamanya 1 tahun setelah tidak menjabat atau 1 tahun

setelah pensiun

(4) Besarnya kerugian imateriil dibatasi dan penetapannya

sebagaimana diatur dalam Pasal 41

(5) Keputusan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pihak-

pihak yang terkait , serta instansi lain, yang menurut

peraturan perundang-undangan mengambil alih

kewenangan tersebut

BAB VII

TANGGUNG JAWAB BADAN ATAU PEJABAT

PEMERINTAHAN

Pasal 42

Badan atau Pejabat Pemerintahan bertanggung jawab dan

terikat atas keputusan yang ditetapkan dan tindakan yang

dilakukan selama dan setelah masa jabatannya sesuai

dengan peraturan perundangan pada saat ditetapkannya

Keputusan Pemerintahan tersebut.

Page 98: RUU AP 290708

98

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 42

(1) Penetapan Keputusan Pemerintahan oleh

pejabat tidak berlaku surut jika memberi beban

kepada pejabat pemerintahan, sedang yang

berlaku surut adalah keputusan pemerintahan

yang menguntungkan kepada pejabat

pemerintahan.

(2) Maladministrasi adalah sesuatu tindakan atau

perilaku administrasi pejabat pemerintahan

yang menyimpang dan bertentangan dengan

kaidah atau norma hukum yang berlaku, atau

penyalahgunaan wewenang, dan tindakannya

itu menimbulkan kerugian atau ketidakadilan

pada masyarakat. Untuk mengukur

maladministrasi harus dibandingkan dengan

pejabat setara dan dalam situasi yang nyata

serta upaya yang setara

(3) Cukup jelas

(4) Hubungan antara pelanggaran kerugian atau

kerusakan harus berupa hubungan langsung

(5) Cukup jelas

Pasal 42

Penetapan Keputusan Pemerintahan oleh

pejabat tidak berlaku surut.

Penjelasan

Page 99: RUU AP 290708

99

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

43 BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 43

(1) Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat

Pemerintahan terhadap ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6,

Pasal 10 ayat (2), Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 ayat (2),

Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 24, Pasal

25, Pasal 26 ayat (1), Pasal 30 ayat (4) mengakibatkan

Keputusan Pemerintahan yang dibatalkan.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan

Hukum lainnya yang melakukan pelanggaran ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat

(2), Pasal 6, Pasal 10 ayat (2), Pasal 13, Pasal 14, Pasal

15 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20,

Pasal 26 ayat (1), Pasal 30 ayat (4) dikenai sanksi

administratif berupa:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pemberhentian sementara

d. Pemberhentian dengan hormat; atau

e. Pemberhentian tidak dengan hormat

f. Dikurangi dan/atau dicabut hak-hak jabatan dan

pensiun

g. Pembayaran kompensasi dan ganti rugi

h. Publikasi melalui media massa

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah

(4) Pembayaran kompensasi dan ganti rugi sebagaimana

tersebut pada ayat (2) huruf g hanya diberlakukan

kepada Badan.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 43

(1) Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat

Pemerintahan terhadap ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6,

Pasal 13, Pasal 14, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal

20, Pasal 24, Pasal 25, mengakibatkan Keputusan

Pemerintahan yang ditetapkannya menjadi batal demi

hukum.

(2) Badan atau Pejabat Pemerintahan yang melakukan

pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6, Pasal 13, Pasal

14, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 dikenai

sanksi administratif berupa:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pemberhentian sementara

d. Pemberhentian dengan hormat; atau

e. Pemberhentian tidak dengan hormat

f. Dikurangi dan/atau dicabut hak-hak jabatan dan

pensiun

g. Pembayaran kompensasi dan ganti rugi

h. Publikasi melalui media massa

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

(4) Pembayaran kompensasi dan ganti rugi sebagaimana

tersebut pada ayat (2) huruf g hanya diberlakukan

kepada Badan.

Page 100: RUU AP 290708

100

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

(5) Pelaksanaan sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh:

a. Atasan dari Pejabat Pemerintahan yang

menerbitkan Keputusan Pemerintahan;

b. Kepala Daerah apabila Keputusan

Pemerintahan dikeluarkan oleh Pejabat

Daerah;

c. Presiden apabila Keputusan Pemerintahan

dikeluarkan oleh para Menteri/Pejabat

setingkat Menteri/Kepala Lembaga

Pemerintah, Kepala Daerah.

(6) Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dikoordinasikan oleh menteri yang

bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan

Aparatur Negara.

(7) Dalam hal Pejabat Pemerintahan tidak

melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap, terhadap Pejabat Pemerintahan yang

bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa

pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi

administratif.

(8) Pelaksanaan upaya paksa sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) dilaksanakan oleh Juru Sita atas

perintah Ketua Pengadilan

(9) Pembayaran uang paksa dibebankan kepada

Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

(5) Pelaksanaan sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh:

a. Atasan dari Pejabat Pemerintahan yang

menerbitkan Keputusan Pemerintahan;

b. Kepala Daerah apabila Keputusan

Pemerintahan dikeluarkan oleh Pejabat Daerah;

c. Presiden apabila Keputusan Pemerintahan

dikeluarkan oleh para Menteri/Pejabat setingkat

Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah, Kepala

Daerah.

(6) Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dikoordinasikan oleh menteri yang

bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan

Aparatur Negara.

(7) Dalam hal Pejabat Pemerintahan tidak

melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap, terhadap Pejabat Pemerintahan yang

bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa

pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi

administratif.

(8) Pelaksanaan upaya paksa sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) dilaksanakan oleh Juru Sita atas

perintah Ketua Pengadilan

(9) Pembayaran uang paksa dibebankan kepada

Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

Page 101: RUU AP 290708

101

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 43

(1) Cukup Jelas

(2) Sanksi administratif dikenakan pada semua

pejabat dan pegawai Pemerintahan tersebut

pada huruf a sampai h dilakukan peraturan

perundang-undangan.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

(7) Uang paksa adalah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang nomor 9 Tahun 2004

tentang Peradilan Tata Usaha Negara

(8) Cukup Jelas

(9) Cukup Jelas

Pasal 43

(1) Cukup Jelas

(2) Sanksi administratif dikenakan pada semua pejabat

dan pegawai Pemerintahan tersebut pada huruf a

sampai h dilakukan peraturan perundang-

undangan.

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

(5) Cukup Jelas

(6) Cukup Jelas

(7) Uang paksa adalah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang nomor 9 Tahun 2004 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara

(8) Cukup Jelas

(9) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 102: RUU AP 290708

102

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

44BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(1) Kewenangan untuk memeriksa dan memutus

perkara yang berkaitan dengan tindakan Badan

atau Pejabat Pemerintahan dan atau Badan Hukum

lainnya yang menimbulkan kerugian material

maupun immaterial menurut Undang-Undang ini

dilaksanakan oleh Peradilan Tata Usaha Negara

(2) Perkara perbuatan melanggar hukum administrasi

pemerintahan oleh Pejabat Pemerintahan yang

sudah didaftar tetapi belum diperiksa oleh

pengadilan di lingkungan Peradilan Umum dialihkan

dan diselesaikan oleh Peradilan Tata Usaha Negara

(3) Perkara perbuatan melanggar hukum administrasi

pemerintahan oleh Pejabat Pemerintahan yang

sudah diperiksa tetap diselesaikan dan diputus oleh

pengadilan di lingkungan Peradilan Umum.

(4) Keputusan Pemerintahan berkekuatan hukum yang

sama dengan Keputusan Tata Usaha Negara

berdasarkan Undang-undang ini.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(1) Kewenangan untuk memeriksa dan memutus

perkara yang berkaitan dengan tindakan Badan

atau Pejabat Pemerintahan yang menimbulkan

kerugian material maupun immaterial menurut

Undang-Undang ini dilaksanakan oleh Peradilan

Tata Usaha Negara

(2) Perkara perbuatan melanggar hukum administrasi

pemerintahan oleh Pejabat Pemerintahan yang

sudah didaftar tetapi belum diperiksa oleh

pengadilan di lingkungan Peradilan Umum

dialihkan dan diselesaikan oleh Peradilan Tata

Usaha Negara

(3) Perkara perbuatan melanggar hukum administrasi

pemerintahan oleh Pejabat Pemerintahan yang

sudah diperiksa tetap diselesaikan dan diputus

oleh pengadilan di lingkungan Peradilan Umum.

(4) Keputusan Pemerintahan berkekuatan hukum

yang sama dengan Keputusan Tata Usaha

Negara berdasarkan Undang-undang ini.

Page 103: RUU AP 290708

103

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 44

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

Pasal 44

(1) Cukup Jelas

(2) Cukup Jelas

(3) Cukup Jelas

(4) Cukup Jelas

Penjelasan

Page 104: RUU AP 290708

104

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

45BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkannya

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-Undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAM RI

ANDI MATALATA

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun … Nomor…

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkannya

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-Undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAM RI

ANDI MATALATA

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun … Nomor…

Page 105: RUU AP 290708

105

NO RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT

KABINET TERBATAS 5 JULI 2007)

RUU AP JULI 2008 (SARAN RAPAT KABINET

TERBATAS 23 JUNI 2008)

KETERANGAN

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Penjelasan