rumah, sebuah nikmat yang besar€¦ · [surat al fatihah ayat 2-5] allah ta’ala juga telah...
TRANSCRIPT
1
Rumah, Sebuah Nikmat Yang Besar
Allah Ta’ala adalah Robbul ‘Alamin (Robb nya alam semesta). Dan kata Robb itu sendiri
memiliki makna Al Kholiq (Pencipta), Al Malik (Penguasa/Pemilik), dan Al Mudabbir (Pengatur). Dia
adalah satu-satunya ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi oleh makhluq-Nya. Dia pula yang
memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang mulia yang tiada sesuatu pun menyerupai-Nya.
Sehingga, jika ada makhluq-Nya yang mukallaf (terkena beban syari’at yakni dari kalangan jin
dan manusia) memberikan sedikit saja bentuk peribadatannya kepada selain Allah, maka sungguh ia
telah terjatuh ke dalam perbuatan kesyirikan yang kelak akan membuat segala perbuatan amal
kebaikannya menjadi musnah dan ia kekal di dalam neraka selama-lamanya.
Allah Ta’ala berfirman :
لمين رب لل ٱلحمد ـ ٱلع (٢)
ن ـ ٱلرحيم ٱلرحم (٣)
لك ـ ين يوم م ٱلد (٤)
(٥) نستعين وإياك نعب د إياك
(2) Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam (3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, (4) Yang
menguasai hari pembalasan (5) Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan. [Surat Al Fatihah ayat 2-5]
Allah Ta’ala juga telah memberikan segala apa yang dibutuhkan oleh makhluq-Nya demi
kemashlahatan kehidupan mereka. Dan jika saja mereka mau untuk bersyukur kepada Allah, maka
pasti Allah akan menambah kebaikan bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman :
ا وءاتٮك مم نڪ ل ماسألت م وه و ت ح ٱلل وا نعم دو نوإنتع ـ نس ڪفار إنٱ لظل وم
Dan Dia (Allah) telah memberikan kepada kalian segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya. Dan
jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghitungnya. Sesungguhnya manusia
itu (kebanyakannya) sangat zholim dan sangat ingkar (terhadap nikmat-nikmat Allah). [Surat
Ibrohim ayat 34]
م ملٮ نشڪرت ملزيدنك ك ذاب لشديد وإذتأذنربو ولٮ نڪفرت مإن
Dan [ingatlah juga], tatkala Robb kalian memberitahukan : "Sesungguhnya jika kalian bersyukur,
pasti Aku akan menambah [nikmat] kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari [ni’mat-Ku], maka
sesungguhnya ‘adzab-Ku sangatlah pedih". [Surat Ibrohim ayat 7]
Salah satu dari sekian banyak nikmat-nikmat Allah tersebut kepada para hamba-Nya adalah
nikmat berupa rumah/tempat tinggal guna bernaung dari hal-hal yang membahayakan mereka.
Allah Ta’ala berfirman :
2
م جعل وٱلل ن لك ا ب ي وتڪ م م م وجعل سكن ل ود م ن لك م ج ـ ا ٱلنع م يوم تستخفوونها ب ي وت إقامتڪ م ويوم ظعنك
وافها ومن ا أ ا وأوبار ا وأشعارث ـ ا أث ع ـ حين إل ومت
م جعل وٱلل ما لك ل خلق م ـ م وجعل ظل ن لك ا ٱلجبال م ن ـ م وجعل أڪن تقيك م وسرٲبيل ٱلحر تقيڪ م سرٲبيل لك
تمو كذٲلك بأسڪ م ليڪ م ۥ نعمته ي م ت سلم ون لعلك
Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi
kalian rumah-rumah [kemah-kemah] dari kulit binatang ternak yang kalian merasa ringan
[membawa]nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan [dijadikan-Nya pula] dari
bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan [yang kalian pakai]
sampai waktu [tertentu]. (80) Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang
telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia
jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas dan pakaian [baju besi] yang
memelihara kalian dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian
agar kalian berserah diri [kepada-Nya]. (81) [Surat An Nahl ayat 80-81]
Oleh karena itu, dengan nikmat yang besar ini maka hendaknya setiap hamba Allah
mensyukurinya dan tidak mengkufurinya sehingga dikhawatirkan nikmat tersebut kelak akan Allah
cabut dari hamba tersebut. Tidaklah seorang hamba itu dikatakan bersyukur sampai ia mensyukuri
nikmat-nikmat Allah tersebut dengan hati, lisan, dan anggota badannya. Bersyukur dengan hati yakni
dia meyakini bahwa segala nikmat yang ia rasakan adalah dari Allah semata. Bersyukur dengan lisan
yakni dia memuji Allah atas segala nikmat yang ia rasakan. Bersyukur dengan anggota badan yakni
dia menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang baik.
Dan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat rumah/tempat tinggal ini adalah dengan
menerapkan aturan-aturan Islam yang terkait dengan masalah rumah/tempat tinggal. Hal ini
tentunya menunjukkan kepada kita semua bahwasanya syari’at Islam itu adalah syari’at yang indah
dan sempurna. Tidaklah satu hal kecil pun melainkan telah dibahas aturannya di dalam syari’at
Islam, termasuk terkait masalah rumah/tempat tinggal. Sehingga sebagai seorang Muslim, janganlah
kita merasa rendah diri terhadap manusia yang lain untuk tetap istiqomah menjalankan aturan-
aturan Islam. Allah Ta’ala berfirman :
ٱليوم م أكمل م لك دينك م وأتمم ليك نعمت م ورضي م لك ـ سل ا ٱ دين
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan kepada
kalian nikmat-Ku, dan Aku telah ridho Islam itu sebagai agama bagi kalian. [Al Ma’idah ayat 3]
Terkait dengan masalah rumah/tempat tinggal, maka berikut ini adalah beberapa contoh
aturan Islam yang indah dan sempurna di dalam mengatur urusan rumah/tempat tinggal :
1. Tidak menjadikan rumah seperti kuburan yang tidak dilakukan ibadah padanya (sholat,
membaca Al Qur’an, dan semisalnya)
Hal ini sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam :
3
Dari Ibnu ‘Umar rodhiAllohu ‘anhuma, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda :
“Jadikanlah sebagian sholat kalian di rumah-rumah kalian! Dan janganlah kalian menjadikan
rumah-rumah kalian sebagai kuburan!” [Shohih Bukhori, nomor hadits 432]
Dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu berkata : Sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya
syaithon itu lari dari rumah yang dibacakan surat Al Baqoroh padanya.” [Shohih Muslim, hadits
nomor 780]
Dari dua hadits di atas, bisa kita ambil faedah bahwasanya kuburan bukanlah tempat
untuk melakukan ibadah seperti sholat dan membaca Al Qur’an. Dikecualikan adalah sholat
jenazah khusus bagi orang-orang yang belum sempat melakukan sholat jenazah bagi si mayit
dari kalangan orang-orang terdekat si mayit (anak, kerabat dekat, dan semisalnya), dan juga
mendo’akan kebaikan untuk si mayit.
Adapun membaca Al Qur’an di kuburan, berdo’a kepada kuburan, sholat di kuburan,
thowaf di kuburan dan semisalnya, maka hal tersebut tidaklah pernah dicontohkan oleh
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam. Bahkan hal tersebut bisa membuat pelakunya
terjatuh ke dalam perbuatan kesesatan atau bahkan kesyirikan.
Dari hadits riwayat Al Bukhori rohimahulloh di atas, yang dimaksudkan menjadikan
sebagian sholat dilakukan di rumah adalah sholat-sholat sunnah bagi kaum lelaki. Hal ini
dikarenakan sholat sunnah lebih utama dilakukan di rumah. Adapun sholat fardhu bagi
lelaki, maka wajib untuk dilakukan di masjid secara berjama’ah. Adapun bagi kaum wanita,
maka yang paling utama adalah melakukan sholat fardhu dan sholat sunnah di rumahnya.
2. Menghindarkan rumah dari patung dan photo/gambar makhluq bernyawa, musik,
anjing, jimat-jimat, dan semisalnya.
Hal ini dikarenakan semua hal tersebut adalah perkara yang harom di dalam syari’at
Islam. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
4
Hadits dari Ibnu ‘Abbas dan Abi Tholhah rodhiAllohu ‘anhum dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar”
[Shohih Muslim, hadits nomor 2106]
Hadits dari ‘Ali bin Abi Tholib rodhiAllohu ‘anhu bahwa ia berkata : “Maukah aku mengutus engkau
sebagaimana Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengutus aku ?” (yakni) :”Janganlah engkau
membiarkan ada gambar kecuali engkau menghapusnya, dan tidak pula kuburan yang
ditinggikan kecuali engkau meratakannya.” [ Shohih Muslim, hadits nomor 969]
Hadits dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : “Jibril ‘alaihissalam meminta izin kepada
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam kemudian Beliau bersabda : “Masuklah”. Lalu Jibril menjawab :
“Bagaimana saya akan masuk sementara di dalam rumahmu terdapat tirai yang bergambar?
Maka sebaiknya engkau potong bagian kepala dari gambar tersebut atau engkau jadikan sebagai
alas untuk berbaring. Karena sesungguhnya kami para malaikat tidak akan memasuki rumah
yang di dalamnya terdapat gambar (yakni gambar bernyawa).” [Sunan An Nasa’i, hadits nomor
5365 - shohih]
Termasuk dalil dari Surat Nuh ayat 23 :
ا وقونسر وثويع يغ او وا س اونود تذر مو نءالهتك تذر وقال وا
Dan mereka (musyrikin Quroisy) berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
sesembahan-sesembahan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan)
wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr.”
5
Dan berkata ‘Atho menukil dari Ibnu ‘Abbas rodhiAllohu ‘anhuma : “Kemudian jadilah patung-
patung yang ada pada kaumnya Nabi Nuh ‘alahis salam disembah di Jazirah Arab setelahnya.
Adapun Wadd adalah patung kepunyaan Kalb di Daumatul Jundal. Adapun Suwa` adalah patung
kepunyaan Hudzail. Adapun Yaguts adalah patung kepunyaan Murodi yang kemudian untuk Bany
Ghotif di daerah Juf kemudian Saba`. Adapun Ya’uq adalah patung kepunyaan Hamdan. Adapun
Nasr adalah patung kepunyaan Himyar khususnya keluarga Dzilkila’. (Kelima nama ini) adalah nama
orang-orang shaleh dari kaumnya Nuh ‘alahis salam. Maka tatkala mereka (orang-orang shaleh) itu
wafat, setan mempengaruhi kaumnya Nuh agar membuat patung-patung pada majelis-majelis
mereka yang mereka biasa duduk padanya (dalam rangka untuk mengingat mereka), dan (setan
juga mempengaruhi mereka) agar mereka menamakan patung-patung terrsebut dengan nama-
nama orang shaleh tersebut. Maka merekapun (kaum Nuh) melakukannya. Dan ketika itu mereka
(patung-patung itu) belum disembah. Akan tetapi tatkala orang-orang yang membuat patung
tersebut telah meninggal dan ‘ilmu agama telah hilang, maka patung-patung itupun disembah.”
[Shohih Bukhori, hadits nomor 4920.]
Dari Abi ‘Amir atau Abi Malik Al Asy’ari bahwa ia mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Kelak akan ada dari kalangan umatku suatu kaum yang mereka menghalalkan zina,
sutra (bagi lelaki), khomr, dan alat-alat musik……sampai akhir hadits.” [Shohih Bukhori, hadits
nomor 5590]
Juga hadits : ق إن ولة والتمائم الرو ك والت شر
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan guna-guna adalah syirik.” [HR. Abu Dawud (3883).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Asy Syaikh Al-Albany rohimahulloh dalam Shohih Al-Jami' (1632), dan
dihasankan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'iy rohimahulloh dalam Al-Jami' Ash-Shohih (3/499)]
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/adakah-jimat-dalam-islam/
6
3. Menutup rumah dari pandangan orang lain (dengan jendela dan kordin atau semisalnya)
demi menjaga ‘aurot penghuni rumah (menjaga privacy)
Rumah merupakan pelindung bagi penghuninya dari berbagai gangguan seperti panas/dingin,
hujan/angin, binatang yang berbahaya, pencuri, atau yang semisalnya. Termasuk pula dalam hal ini
adalah melindungi ‘aurot penghuninya dari pandangan orang-orang yang tidak berhak
memandangnya.
Syari’at Islam yang sempurna telah pula mengatur batasan-batasan ‘aurot seorang manusia. Bagi
lelaki adalah mulai bagian pusar sampai lutut, dan bagi wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali
wajah dan telapak tangan. Oleh karena itulah syari’at Islam telah mewajibkan bagi kaum Muslimin
dan Muslimat untuk berpakaian yang menutupi ‘aurotnya tersebut sehingga terjaga dari pandangan
orang lain. Dari hal ini, maka rumah pun menjadi penutup ‘aurot bagi penghuninya dari pandangan
orang lain.
Sungguh merupakan suatu perkara yang ‘aib jika rumah kita terbuka begitu saja sehingga akan
tampaklah apa-apa yang ada di dalam rumah tersebut oleh pandangan orang lain. Dan termasuk
perkara yang ‘aib pula bagi seseorang untuk mencuri-curi pandang ke dalam rumah orang lain.
Dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : Abul Qosim (yakni Rosululloh) shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Jika ada seseorang yang mengintip rumahmu dengan tanpa idzin, lalu
engkau melemparnya dengan batu hingga terluka mata nya, maka tidak ada dosa atasmu.”
[Shohih Bukhori, hadits nomor 6902]
4. Rumah sebagai madrosah/sekolah sebagai sarana pendidikan bagi penghuninya
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam terhadap
keluarganya baik itu istri-istri maupun anak-anaknya. Juga perintah Allah kepada hamba-Nya untuk
menjaga diri-diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Dan salah satu cara menjaga diri dan
keluarga dari api neraka adalah dengan cara memberikan pendidikan keislaman kepada masing-
masing penghuni rumah tersebut.
Juga perintah Allah kepada kaum wanita Muslimah untuk tetap tinggal di rumah-rumah mereka
jika tidak ada keperluan syar’i untuk keluar rumah. Hal ini adalah dikarenakan fithroh seorang wanita
atau ibu adalah di rumah untuk mengurus dan mendidik keluarga mereka. Allah Ta’ala berfirman :
ہا ـ أيو ا ءامن وا ٱلذين ي م ق و م أنف سك ليك ا وأ ا نار وٱلحجارة ٱلناس وق ود
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan bebatuan! [Surat At Tahrim ayat 6]
7
ن ف وقرن ب ي وتك ج تبرجن و هلية تبرو ـ ٱل ول ٱلج
dan hendaklah kalian (kaum wanita Muslimah) tetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [Surat Al Ahzab ayat 33]
Termasuk pula dalam rangka menjadikan rumah sebagai madrosah islamiyyah adalah membuat
perpustakaan kecil (maktabah islamiyyah) yang memuat buku-buku atau kaset-kaset atau CD-CD
atau media semisalnya tentang keislaman yang benar dengan harapan tumbuhnya semangat
menuntut ilmu agama di dalam hati para penghuninya.
Dan perkara pendidikan yang paling penting adalah pendidikan tentang perkara tauhid (peng-
esa-an dalam peribadatan) kepada Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana nasihat Luqman Al Hakim
kepada anaknya yang diabadikan dalam surat Luqman ayat 12-13 :
نٱلحك ـ حميدولقدءاتينال قم لنفسهۦومنكفرفإنٱللغن ر ومنيشڪ رفإنمايشك رلل مةأنٱشك
ت شركبٱلل ب ن ـ ۥي ه ويعظ لبنهۦو ن ـ ظيم وإذقالل قم لم إنٱلش ركلظ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah.
Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (12), Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (13)
Lihat pula link http://pentasatriya.wordpress.com/2011/04/11/tahapan-pendidikan-anak-faedah-
ringkas-dari-surat-luqman/
5. Memisahkan tempat tidur anak-anak lelaki dan wanita jika sudah berusia 7 tahun atau 10
tahun
Termasuk keindahan dan kesempurnaan aturan Islam di dalam menumbuhkan sikap saling
menjaga diri dalam hal pergaulan antara lawan jenis adalah dengan cara memisahkan tempat tidur
antara anak lelaki dan anak wanita jika sudah berusia 7 tahun atau 10 tahun. Hal ini sebagaimana
sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
م بلغ إذا " ك د ع أو ق وا سنين سب ن ففر شهم بي وا فإذا, ف ر ر بلغ م سنين ش رب و ل فاض لة ال "
“Jika anak-anak kalian telah berusia 7 tahun, pisahkanlah di antara tempat tidur mereka. Dan jika
mereka telah berusia 10 tahun, pukullah mereka jika mereka meninggalkan sholat.” [Al Mustadrok
‘alash Shohihain karya Imam Al Hakim 1:201 , dan Sunan Ad Daruquthni 875]
وا " ر م م دك لة أو م بال ناء و ع أب م ، سنين سب رب و ها واض لي م ناء و ر أب ش ق وا ، سنين نه م وفر ال مضاجع في بي "
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat tatkala mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka
jika meninggalkan sholat tatkala mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”
[Sunan Abi Dawud, hadits nomor 495, menurut Al Albani haditsnya hasan shohih]
http://www.islamweb.net/hadith/hadithsearch.php
8
Termasuk dalam hal ini pula adalah memisahkan antara ruang tamu untuk tamu lelaki dan
ruang tamu untuk tamu wanita. Hal ini dikarenakan campur baur antar lawan jenis yang bukan
mahrom adalah terlarang di dalam Islam.
6. Tidak mengganggu tetangga dengan aktifitas yang ada di dalam rumah
Syari’at Islam pun telah mengatur bagaimana etika di dalam bertetangga. Tetangga merupakan
orang yang terdekat dengan si penghuni rumah. Sehingga, di dalam syari’at Islam kedudukan
tetangga memiliki hak-hak yang cukup tinggi sehingga harus kita hormati.
Besar kecilnya kadar hak tetangga itu tergantung dari seberapa dekat hubungan tetangga
tersebut dengan kita. Tetangga yang Muslim yang masih memiliki hubungan kekerabatan tentunya
lebih besar haknya daripada tetangga yang Muslim yang tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Tetangga yang rumahnya dekat tentunya lebih besar haknya daripada tetangga yang rumahnya jauh.
Tetangga yang Muslim tentunya lebih besar haknya daripada tetangga yang non-Muslim.
Demikianlah seterusnya.
Berkaitan dengan hubungan bertetangga ini, maka Islam melarang umatnya untuk mengganggu
satu sama lainnya. Gangguan itu bisa berupa suara ribut dari dalam rumah kita atau posisi rumah
kita yang mengganggu kenyamanan tetangga (misalnya talang air yang mengarah ke rumah
tetangga, pepohonan yang menjulur ke pekarangan tetangga) atau semisalnya.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
Dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tidak akan masuk ke dalam al jannah bagi barangsiapa yang tetangganya tidak merasa aman
dari gangguan dirinya.” [Shohih Muslim, hadits nomor 73]
Dari Ibnu ‘Umar rodhiAllohu ‘anhuma ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku tentang perkara tetangga (yakni berbuat baik kepada
tetangga), sampai-sampai aku menyangka bahwa tetangga itu akan mewarisi.” [Shohih Bukhori,
nomor hadits 6015]
9
Dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia mengganggu
tetangganya! Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya
memuliakan tamu nya! Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya ia diam!” [Shohih Bukhori, nomor hadits 6018]
7. Jika hendak masuk rumah haruslah meminta idzin dan mengucapkan salam
Termasuk adab yang berkaitan dengan rumah adalah meminta idzin dan mengucapkan salam
tatkala hendak masuk rumah. Juga hendaknya seorang tamu itu memasuki rumah dari pintu
depannya, dan tidak langsung memasuki rumah orang lain tanpa ijin dari pintu belakang atau pintu
sampingnya, terlebih lagi dari jendela. Allah Ta’ala berfirman :
ہا ـ أيو ل وا ءامن وا ٱلذين ي ا تدخ وا حت ب ي وتڪ م غير ب ي وت وا تستأنس ل وت سل م لها م أ م خير ذٲلك م لك لعلك
ون تذكر
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu [selalu] ingat. [Surat An Nur ayat 27]
تأت وا بأن ٱلبرو وليس ا من ٱلب ي و ه ور كن ظ ـ وأت وا ٱتق من ٱلبر ول لعلڪ م ٱلل وٱتق وا أبوٲبها من ٱلب ي و
ون فلح ت
Dan bukanlah termasuk kebajikan itu memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. [Al Baqoroh ayat 189]
Termasuk pula dalam hal ini adalah wajib bagi seorang anak yang telah baligh untuk
meminta idzin jika hendak memasuki kamar orang tuanya. Hal ini untuk menjaga agar sang
anak tidak melihat ‘aurot atau ‘aib yang kemungkinan bisa terlihat jika ia masuk secara tiba-
tiba ke kamar orang tuanya. Allah Ta’ala berfirman :
ل بلغ وإذا ـ م ٱلطف ل م منك ذن وا ٱلح ذن ڪما فليستـ بي ن كذٲلك قبلهم من ٱلذين ٱستـ تهۦ لڪ م ٱلل ي ـ وٱلل ءاي
ليم حڪيم
Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti
orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Surat An Nur ayat 59]
Termasuk pula tuntunan yang indah dalam syari’at Islam adalah hendaknya tatkala bertamu
untuk mengucapkan salam sampai sebanyak 3x (bisa sambil mengetuk pintu dengan suara
secukupnya atau semisalnya) dengan jeda sekitaran waktu seseorang mengerjakan sholat yang
ringan, sambil tamu tersebut berdiri di tepi pintu.
10
Jika si penghuni rumah menanyakan nama si tamu tersebut, maka hendaknya ia
menyebutkan nama jelasnya. Dan jika tidak ada jawaban maka hendaknya ia kembali pulang tanpa
berusaha mengintip-intip ada atau tidaknya si penghuni rumah tersebut. Hal ini sebagaimana sabda
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam :
جع فار ذنلكوإأ فإن ثلث ذان تئ س ا
“Meminta ijin (untuk bertamu) itu adalah 3 kali. Jika diijinkan (maka masuklah), dan jika tidak
maka pulanglah.” [Shohih Muslim, hadits nomor 2154, dari shohabat Abu Musa Al Asy’ari
rodhiAllohu ‘anhu]
Dari Jabir bin ‘Abdillah rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : Aku pernah mendatangi Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam, maka aku menyeru (untuk minta ijin). Kemudian Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam berkata:
“Siapakah ini?” Maka aku menjawab: “Saya”. Kemudian keluarlah Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam sambil berkata: “Saya, Saya” (menunjukkan ketidaksukaan Beliau). [Shohih Muslim,
hadits nomor 2155]
Shohih Sunan Abu Dawud, hadits nomor 5186 :
Dari ‘Abdillah bin Busr rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : “Adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam jika mendatangi pintu rumah suatu kaum, Beliau tidak menghadapkan dirinya langsung
di depan muka pintu. Akan tetapi Beliau menghadapkan dirinya di tepi pintu sebelah kanan atau
kiri, kemudian Beliau mengucapkan : “Assalamu’alaykum, Assalamu’alaykum”.
Termasuk pula dalam hal ini adalah jika keluar dari rumah hendaknya ia berdo’a dengan do’a
yang dituntunkan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam seperti :
Dari Anas bin Malik rodhiAllohu ‘anhu bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
ل رجخ إذا ته من الرج م فقال بي للا بس ل توكل ل للا حو ق وة و حينئذ ي قال قال بالل إ دي في وك
قي طان له فيق ول الشياطين له فتتنح وو ف آخر شي ل لك كي دي قد برج في قي وك وو
“Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: ‘BISMILLAAHI TAWAKKALTU
‘ALALLOOHI LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Dengan nama Allah aku bertawakal
kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘ Beliau bersabda, “Maka
pada saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan,
11
dan mendapat penjagaan’, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata
kepadanya (setan yang akan menggodanya, pent.), “Bagaimana (engkau akan mengoda) seorang
laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan penjagaan.” (HR. Abu Daud no. 595, At-
Tirmizi no. 3487, dan sanadnya dinyatakan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz dalam Tuhfah Al-Akhyar hal. 29)
Dari Ummu Salamah rodhiAllohu ‘anha dia berkata:
ل النبيو خرج ما ه للا لي تي من وسلم قطو بي فه رفع إ وذ الله م فقال السماء إل طر أو أضل أن بك أ
لم أو لمأظ أو أ زل أو أزل أو أ ضل هل أو أ ظ هل أو أج لي ي ج
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah keluar dari rumahku kecuali beliau memandang ke
langit seraya berdoa: “ALLAAHUMMA A’UUDZU BIKA AN ADHILLA AW UDHOLLA, AW AZILLA AW
UZALLA, AW AZHLIMA AW UZHLAMA, AW AJHALA AW UJHALA ‘ALAYYA (Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari saya tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzhalimi atau
dizhalimi, dan membodohi atau dibodohi).” (HR. Abu Daud no. 594, At-Tirmizi no. 3427, An-Nasai
no. 5391, Ibnu majah no. 388, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz dalam
Tuhfah Al-Akhyar hal. 29)
http://al-atsariyyah.com/doa-keluar-rumah.html
8. Menahan anak-anak tetap di dalam rumah jika malam tiba dan menutup pintu ketika
malam agar setan tidak masuk
Waktu malam antara terbenamnya matahari sampai masuk waktu ‘isya adalah saat di mana
setan banyak berkeliaran. Untuk itu, syari’at Islam yang sempurna ini telah mengajarkan kepada
umatnya untuk menahan anak-anak mereka tetap di dalam rumah di waktu tersebut. Hal ini
sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam :
Dari Jabir rodhiAllohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika malam telah
menyelimuti _ atau telah masuk gelapnya malam _ (yakni waktu antara tenggelamnya matahari
sampai ‘isya) maka tahanlah anak-anak kecil kalian (di dalam rumah). Hal ini karena
sesungguhnya setan-setan bertebaran di waktu itu. Jika telah lewat waktunya dari ‘isya maka
biarkanlah anak-anak kecil kalian (untuk keluar rumah). Dan kuncilah pintu rumahmu dengan
menyebut nama Allah. Dan matikanlah pelita-pelita (lampu) mu dengan menyebut nama Allah.
Dan tutuplah tempat-tempat minum mu dengan menyebut nama Allah. Dan tutuplah bejana-
bejana mu dengan menyebut nama Allah, sekalipun dengan cara meletakkan sesuatu di atasnya”.
[Shohih Bukhori, hadits nomor 3280]
12
Dari hadits di atas, terdapat faedah bahwasanya jika kita telah melakukan hal tersebut, maka
Allah akan melindungi anak-anak kita, rumah-rumah kita, tempat-tempat makan dan minum kita
dari gangguan setan dari kalangan jin dan manusia, juga melindungi dari gangguan hewan-hewan
atau sumber-sumber penyakit yang merugikan.
Demikianlah beberapa permasalahan yang terkait dengan rumah. Dari beberapa faedah di
atas, telah menunjukka kepada kita semua bahwasanya syari’at Islam merupakan syari’at yang
sangat indah yang sempurna. Maka sebagai seorang Muslim dan Muslimah, kita semua hendaknya
bersemangat untuk mau mengaplikasikan syari’at-syari’at Islam di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Janganlah kita merasa rendah diri atau minder dengan orang lain. Sungguh, jika seseorang telah
diberikan Taufiq oleh Allah Ta’ala untuk mau mengaplikasikan syari’at Islam dalam kehidupannya
sehari-hari, maka pasti ia akan mendapati dan merasakan keindahan dan kesempurnaan Islam. Dan
sungguh, hal tersebut merupakan anugerah yang sangat besar bagi dirinya, yang hendaknya ia
memuji Allah dengan hal tersebut.
Terakhir, sebagai seorang Muslim dan Muslimah kita semua tentunya juga telah memahami
bahwasanya rumah kita yang ada di dunia ini hanyalah tempat tinggal yang bersifat sementara.
Adapun tempat tinggal yang abadi kita adalah tempat tinggal yang ada di akhirat kelak yakni di
dalam al jannah. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita semua ke dalam al jannah (surga) dan
menghindarkan kita semua dari tempat tinggal yang paling jelek yakni an nar (neraka).
Surat An Nazi’at ayat 40-41 :
نٱلهوىوأمامنخافمقامرب هۦونه ٱلنفس
ٱلمأوى فإنٱلجنة
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan
hawa nafsunya, (40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal [nya]. (41)
Surat Ali ‘Imron ayat 198 :
م لدينفيہان ز ـ خ ر ـ تجرىمنتحتہاٱلنه ـ كنٱلذينٱتقوا ربه مله مجن ـ ل ندٱللخير وما ندٱلل ن
ل لبرار
Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya bagi mereka surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal [anugerah] dari sisi
Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.
Surat Ali ‘Imron ayat 151 :
وسن لق ف ق ل وب اومأوٮه م ٱلنار ن ـ لط لبهۦس وا بٱللمالمي نز أشرڪ ببما وا ٱلرو بئسمثوىٱلذينكفر
لمين ـ ٱلظ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang
yang zholim.
13
Shohih Muslim, hadits nomor 2561 :
رة،قال:قال ري أبي ن ال كافر منوجنة ؤ ال م ن ياسج ن هوسلم:"الدو لي ل للا ول للا رس
Dari Abi Huroiroh rodhiAllohu ‘anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Dunia adalah penjaranya orang Mu’min dan surga nya orang kafir”.
http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?bk_no=158&hid=5261&pid=41958
Allahu A’lam. BarokAllohu fikum.
diringkas dari khutbah Jum’at di Masjid Darul Arqom Perumahan Babatan Indah Kec.Wiyung
– Surabaya, pada tanggal 23 Muharrom 1434 / 07 Desember 2012 oleh Al Ustadz Muhammad
Irfan hafizhohulloh, dengan sedikit penambahan.