rumah limas arsitektur tradisional palembang2

32
RUMAH LIMAS ARSITEKTUR TRADISIONAL PALEMBANG A.ARSITEKTURAL 1. Sejarah perkembangan arsitektur palembang Zaman PraSejarah Warisan kebudayaan di kota palembang pada zaman prasejarah berupa patung-patung primitive, yang merupakan bagian dari kebudayaan megalitikum. Pada masa kerajaan Sriwijaya Peradaban itu terwujud dalam bentuk kompleks candi bumiayu, situs air karang anyar, patung budha, prasasti dan rumah rakit. Pada masa pengaruh Cina dan Majapahit Sudah mulai muncul rumah rakit dan rumah limas. Rumah rakit biasa dihuni oleh masyarakat sedang rumah limas oleh para kaum elite. Pada masa Keraton Jawa – Palembang Pada masa ini banyak kebudayaan Jawa yang mempengaruhi masyarakst palembang. Pengaruhnya antara lain bahasa (pawon, amben) dan arsitektur rumah ( Soko Guru /empat tiang utama) Pada masa Kesultanan Palembang. Agama yang kuat pengaruhnya pada masa kesultanan palembang adalah agama islam. Maka dari itu, banyak peninggalan-peninggalan yang cenderung berhubungan dengan budaya islam, misalnya mesjid agung.

Upload: wahyu-rianda

Post on 12-Aug-2015

528 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

RUMAH LIMAS ARSITEKTUR TRADISIONAL

PALEMBANG

A. ARSITEKTURAL

1. Sejarah perkembangan arsitektur palembang

Zaman PraSejarah

Warisan kebudayaan di kota palembang pada zaman prasejarah berupa patung-patung

primitive, yang merupakan bagian dari kebudayaan megalitikum.

Pada masa kerajaan Sriwijaya

Peradaban itu terwujud dalam bentuk kompleks candi bumiayu, situs air karang anyar,

patung budha, prasasti dan rumah rakit.

Pada masa pengaruh Cina dan Majapahit

Sudah mulai muncul rumah rakit dan rumah limas. Rumah rakit biasa dihuni oleh

masyarakat sedang rumah limas oleh para kaum elite.

Pada masa Keraton Jawa – Palembang

Pada masa ini banyak kebudayaan Jawa yang mempengaruhi masyarakst palembang.

Pengaruhnya antara lain bahasa (pawon, amben) dan arsitektur rumah ( Soko Guru /empat

tiang utama)

Pada masa Kesultanan Palembang.

Agama yang kuat pengaruhnya pada masa kesultanan palembang adalah agama islam.

Maka dari itu, banyak peninggalan-peninggalan yang cenderung berhubungan dengan budaya

islam, misalnya mesjid agung.

Rumah Limas memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

Atap berbentuk limas (piramida terpenggal)

Berdinding papan

Lantainya bertingkat – tingkat (kijing)

Memiliki ornament dan ukiran pada tiang, dinding dan plafonnya yang mencirikan

identitas budaya palembang.

Atap, dinding dan lantai bertopang di atas tiang –tiang yang tertanam di tanah

Page 2: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

Pengetahuan tentang arsitektur rumah limas ditransmisikan secara turun temurun dari

generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, bentuk dan komposisi dari

bangunan tersebut cenderung sama. Namun demikian, kondisi lingkungan yang berubah,

kebutuhan manusia yang semakin kompleks, dan khususnya, perubahan pola pikir manusia

pada akhirnya menyebabkan arsitektur rumah limas banyak mengalami perubahan.

Disamping itu, sulitnya bahan baku kayu karena jumlah hutan semakin sedikit menyebabkan

harga kayu menjadi sangat mahal dan kebutuhan terhadap runag yang semakin banyak karena

semakin banyak jumlah manusia mengharuskan adanya reinterpretasi terhadap rumah limas.

2. Bahan dan tenaga

A. Bahan-bahan

rumah tradisional limas sebagian besar terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan

dalam pembuatan rumah limas adalah jenis kayu bermutu baik, misalnya: sebagai

bahan tiang digunakan jenis petanang, unglen besi dan tembesu; dan untuk lantai dan

dinding menggunakan kayu merawan.

belah buluh. Belah buluh adalah bambu yang dibelah dua. Bahan ini digunakan untuk

membuat atap rumah.

genteng. Selain belah buluh, genteng juga seringkali digunakan sebagai atap.

B. Tenaga

Membangun rumah bukan pekerjaan mudah, tetapi pekerjaan besar yang

membutuhkan tenaga khusus untuk menanganinya. Adapun tenga untuk membangun

rumah adalah sebagai berikut:

tenaga perancang.

Pengetahuan tentang arsitektur rumah limas, biasanya diwariskan dari generasi

tua ke generasi berikutnya. Hanya saja, biasanya, tidak semua orang mempunyai

kemampuan untuk merancang bangunan rumah limas. Oleh karena itu, biasanya orang

yang akan membangun rumah bertanya dulu kepada orang tua bagaimana rancangan

rumah yang cocok dan baik untuk mereka.

tenaga ahli.

Setelah mendapatkan informasi dari tenga perancang, orang yang hendak

membangun rumah langsung menghubungi tenga ahli.

Page 3: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

tenaga umum.

Walaupun otoritas untuk mendirikan dan menyelesaikan bangunan rumah

kimas ada pada tenaga ahli dan anak buahnya; ada bagian tertentu yang harus

melibatkan tenga umum, misalnya dalam penggalian tanah dan pemasangan atap.

Tenaga umum ini biasanya tediri dari para tetangga dan kaum kerabat.

3. Waktu dan pemilihan tempat

Agar rumah dapat memberikan rasa nyaman kepada penghuninya, maka hal lain yang

harus dipertimbangkan, selain bahan-bahan dan tenga pembuatnya, adalah waktu dan tempat

pendiriannya.

Masyarakat palembang meyakini bahwa waktu yang terbaik untuk membangun rumah

tempat tinggal adalah hari senin. Hari senin dianggap sebagai hari yang paling baik karena

pada hari tersebut rasulullah Muhammad dilahirkan. Sedangkan tempat yang paling baik

untuk mendirikan rumah adalah berada di sekitar sungai. Tujuannya adalah agar bagian

belakang rumah dapat berbatasan langsung dengan sungai. Di samping itu, rumah limas

selalu diusahakan agar menghadap ke arah timur.

4. Tahapan pembangunan rumah limas

A. Persiapan

1) musyawarah

1. Suami-istri terlebih dahulu bermuyawarah tenteng keinginan mereka membangun

rumah.

2. Apabila antar suami dan istri telah mencapai kata sepakat, mereka mengadakan

upacara mendirikan rumah. Untuk mengadakan upacara ini, tuan rumah biasnya

menyembelih hewan baik yang berkaki dua seperti ayam ataupun berkaki empat

seperti kambing. Upacara ini biasanya diadakan pada malam jum'at.

3. Setelah pelaksanaan upacara siap, mereka mengundang para keluarga dekat dan

tetangga sekitar (jiron)

4. Setelah semua undangan hadir (atau sudah dianggap cukup), upacara dimulai dengan

penyampaian tujuan upacara dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa.

5. Setelah upacara selesai, dilanjutkan musyawarah berkaitan dengan rencana pendirian

rumah, diantaranya tentang tempat, waktu pendirian, pengadaan bahan dan penentuan

Page 4: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

tukangnya. Selain itu, forum musyawarah ini juga berguna untuk mencari solusi jika

orang yang hendak mendirikan rumah mengalami kesulitan.

6. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan bersama.

2) pengadaan bahan

1. Setelah mendapatkan masukan dari para keluarga, walaupun terkadang orang yang

punya hajat telah mempersiapkan bahan-banhan yang diperlukan sebelum

mengadakan musyawarah, mereka mulai mengumpulkan bahan-bahan yang

dibutuhkan, misalnya kayu, denga cara memesan kepada pedagang kayu ataupun

mencari sendiri ke hutan.

2. jika bahan rumah harus dipesan kepada pedagang kayu, maka kayu yang hendak

dipesan disesuaikan dengan kegunaannya (kebutuhannya). Misalnya untuk cagak atau

tiang dipesan sesuai dengan ketinggian rumah yang akan didirikan.

3. Setelah terkumpul, bahan-bahan tersebut direndam dalam air yang mengalir sekitar

tiga sampai enam bulan, bahkan ada yang hampir satu tahun. Khusus bahan-bahan

untuk membuat galar, dinding dan rangka jendela dan pintu dikumpulkan dalam

tempat yang terlindung, bangsal. Tujuannya adalah agar bahan-bahan trsebut dalam

kondisi kering saat digunakan. Setelah itu mempersiapkan atap rumah. Untuk atap

digunakan belah buluh, bambu yang dibelah dua.

B. Tahap pembangunan

Setelah semua bahan terkumpul, maka, sesuai dengan hari yang telah

ditentukan, proses pembuatan rumah dapat segera dimulai. Tahap-tahap pembangunan

rumah limas dapat diabgi ke dalam tiga bagian, yaitu: pembangunan bagian bawah,

bagian tengah, dan bagian atas.

1) bagian bawah

1. Sebelum pembangunan rumah dilangsungkan, terlebih dahulu diadakan upacara

pendirian cagak. Upacara ini ditandai dengan penyembelihan hewan berkaki empat,

seperti kambing dan sapi.

2. Setelah mengadakan upacara, dilanjutkan dengan penggalian tanah untuk mendirikan

tiang.

3. Sebelum tiang dipancangkan, tiang tersebut diberi puting, tempat memasukkan

tapakan ke dalam tanah. Tiang yang pertama kali dipancangkan adalah tiang tengah,

kemudian diikuti dengan tiang-tiang lainnya.

Page 5: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

4. Setelah semua tiang didirikan kemudian mengerjakan siping, memahat tiang atau

membuat lobang untuk memaukkan kitau.

5. Setelah seping selesai dibuat, kitau diangkat dan dimasukkan ke lobang seping.

6. jika kitau sudah terpasang dengan sempurna, maka lubang tanah tempat pendirian

cagak ditimbun dengan tanah.

7. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan belandar yaitu pemasangan balok kayu

yang dipasang melintang di atas kitau dengan jarak antar belandar sekitar 40 cm

sampai 60 cm. Celah di antara belandar tersebut, nantinya, dipasang galar.

2) bagian tengah

Setelah bagian bawah selesai dibuat, maka dilanjutkan dengan pembangunan

bagian tengah rumah limas. Biasanya, ketika pengerjaan bagian bawah rumah limas

dikerjakan, bahan-bahan untuk rumah limas bagian tengah juga dipersiapkan,mulai

dari papan untuk lantai, dinding, daun pintu, jendela dan kebutuhan lainnya.

Pengerjaan bagian tengah merupakan pekerjaan inti pembangunan rumah

limas. Pemasangan dinding didahulukan, baru kemudian pemsangan galar, papan

untuk dinding, langit-langit dan lantai setelah disugu atau diketam agar permukaannya

halus. Secara sederhana, proses pembangunan rumah limas bagian tengah adalah

sebagai berikut:

1. Pemasangan sako, yaitu tempat melekatkan dinding. Sako-sako tersebut biasanya

dipasang pada sudut-sudut bangunan dan batas undakan (kekijing). Sako yang

dipasang pada sisi rumah dihubungkan dengan sento-sento. Pada sento-sento inilah

nantinya dinding rumah dipasang.

2. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan sako di atas undakan (kekijing) bagian

dalam. Keberadaan sako tersebut bukan untuk melekatkan dinding, tetapi sebagai

bahan penyangga alang ata. Biasnya sako yang ada di dalam rumah dibuat seindah

mungkin, diberi hiasan.

3. Dilanjutkan pemsangan jenang untuk tempat pintu kamar dan dapur, dan juga bisa

dimulai pemasangan rangka jendela. Diatas jenang biasanya diberi ram, sebagai

ventilasi udara.

4. Setelah proses persiapan bagian dalam selesai, barulah bagian-bagian penunjang

seperti lantai, dinding, pintu, jendela, dan lain sebagainya dipasang. Karena sebagian

besar kayu yang digunakan baru saja direndam dan kemungkinan besar belum benar-

Page 6: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

benar kering, kecuali bahan-bahan untuk pintu dan jendela yang sejak awal telah

dikeringkan, pemasangan bagian-bagian tersebut tidak langsung secara sempurna,

artinya dipasang dengan masih mempertimbangkan jika bagian tersebut ukurannya

berubah karena mengalami penyusutan.

3) bagian atas

Adakalanya pengerjaan bagian atas rumah limas dikerjakan lebih dulu dari

rumah limas bagian tengah. Hal tersebut dimaksudkan agar bahan-bahanpada bagian

tengah, seperti dinding dan lantai, terlindung dari hujan dan panas. Pekerjaan bagian

atas rumah limas terdiri dari pemasangan alang panjang, pengerap atau pelintang,

kuda-kuda alang sunan atau tunjuk langit, kasau, tumbukan kasau, reng dan

pemasangan atap.

Adapun proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:

1. Membuat lubang pada alang panjang untuk memasukkan puting-puting baik yang

ada di sako ataupun pada jenang.

2. Setelah itu, dilanjutkan pemasangan pengerap atau pelintang di atad palang panjang.

3. Dilanjutkan dengan pemasangan kuda-kuda.

4. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tunjuk langit. Pada tunjuk langit ini

biasanya digantungkan beberapa benda seperti: kendi dari tanah liat, setandan pisang

emas, beberapa butir kelapa, sebatang tebu, beberapa keping opak-ketan (sejenis

lempeng atau kempelang), dan selembar kain panjang sebgai umbul-umbul.

5. Bagian tengah rangka kap dipasang balok (rambatan tikus) agar kap tersebut lebih

kuat.

6. Dilanjutkan pemasangan kasau di atas rambatan tikus dan alang panjang. Jumlah

kasau yang dipasang disesuaikan dengan hitungan: kasau-langkau-penurun-bangkai

dan kembali lagi pada hitungan kasau. Jumlah paling baik adalah ketika hitungan

berhenti pada kata kasau.

7. Setelah semua kasau terpasang, maka ujung-ujungnya dipotong rata lalu ditutup

dengan sekeping papan yang disebut tumbukan kasau.

8. Kemudian pemasangan reng-reng diatas kasau. Reng-reng tersebut berfungsi sebagai

penahan dan tempat memsang atap.

9. Setelah semua reng-reng terpasang, dimulailah dengan pemasangan atapnya. Atap

rumah limas biasanya menggunakan belah buluh walaupun ada juga yang

Page 7: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

menggunakan genteng. Namun sebelum memasang atap rumah, terlebih dahulu

mengadakan upacara naik atap.

10. Setelah atap terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan simbar pada ujung pertemuan

atap dengan alang sunan dan sisi tegak bentuk limas.

11. Setelah bagian atap selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah pembuatan langit-

langit ruangan.

12. Setelah langit-langit ruangan selesai dibuat, maka ruma sudah siap untuk ditempati.

Namun sebelum ditempati, terlebih dahulu diadakan upacara nunggu rumah. Tujuan

upacara ini adalah agar yang menempati rumah tersebut mendapat kelematan dan

kemurahan rezeki.

5. Bagian-bagian rumah limas

Rumah limas adlaah rumah panggung yang lantainya berundak (kekijing) dan atapnya

berbentuk limas. Bagian depan rumah limas, pada sisi kanan dan kirinya, terdapat dua buah

tangga yang jumlah anak tangganya selalu berjumlah ganjil. Di sebelah tangga tersebut,

terdapat sebuah tempayan atau gentong berisi air untuk mencuci kaki. Tangga-tangga tersebut

langsung menuju pintu masuk rumah. Namun jika di rumah tersbut terdapat jogan, sejenis

beranda, maka tangga tidak langsung menuju pintu masuk rumah tetapi langsunng ke jogan.

Jogan berfungsi sebagai penghubung dengan pintu rumah dan sebagai tempat istirahat pada

siang dan malam hari. Di samping itu jogan dipergunakan utnuk menyimpan peralatna,

tempat upacara untuk anak-anak, dan sebagi tempat untuk menyaksikan jika di dalam rumah

terdapat kegiatan, khususnya acara kesenian.

Untuk sampai ke ruangan tengah, pada rumah limas terdapat beberapa undakan

(kekijing) yang pada sisi kanan dan kirinya terdapat sebuah jendela. Di antara kekijing

tersebut terdapat beberapa penyekat seperti dinding yang dapat diangkat. Dinding pada

kekijing yang dapat diangkat disebut kiyam. Khusus untuk kiyam yang selalu dibuka, kiyam

yang digunakan berukuran kecil. Namun perlu diketahui bahwa, penyekat antar kekijing

hanya terdapat pada kekijing pertama dan kekijing kedua saja sedangkan undakan berikutnya

tidak. Tinggi lantai antar kekijing sekitar 30 cm sampai 40 cm. Pada hari-hari biasa, kekijing

terakhir dipergunakan sebagai tempat tidur dan menyimpan barang-barang. Jika yang punya

rumah mempunyai anak gadis yang sudah dewasa, maka kamar tersebut disebut kamar gadis.

Jika anak tersebut kemudian menikah, maka kamar itu dijadikan kamar pengantin.

Page 8: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

Namun jika ada pelaksanaan upcara, maka kekijing mempunyai fungsi lain. Kekijing

pertama dipergunakan oleh kaum kerabat dan para undangan yang muda-muda. Kekijing

kedua ditempati oleh para undangan setengah baya. Sedangkan kekijing ketiga dan keempat

ditempati oleh para orang tua dan orang - orang yang dihormati.

Bagian belaknag dari ruma limas adalah dapur yang lantainya lebih rendah dari lantai

rumah sekitar 30 cm sampai 40 cm. Namunada juga dapur yang dibuat terpisah dari

bangunan rumah. Jika dapur merupakan bangunan tersendiri, maka untuk masuk ke dapur

harus menggunakan tangga. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat mempersiapkan dan

menyimpan bahan-bahan untuk memasak. Di dapur terdapat tungku dari batu-batu yang

diletakkan di atas lantai yang diberi lapisan tanah setebal 15 cm sampai 20 cm, alat-alat

memasak, tempat mencuci peralatan yang kotor, dan sebagainya.

6. Bentuk dan Fungsi Ruang    

Rumah tradisonal Limas mengandung nilai budaya dan historis. Hal ini dapat dilihat

dari bentuk arasitektur dan ragam hias yang erta kaitannya dengan system kepercayaan,

keperluan social, lingkungan, dan cara hidup masyarakatnya. Bangunan dengan arsitektur

tradisional selain sebagai tempat tinggal juga digunakan untuk berbagai upacara

adat.  Rumah Limas terdiri dari beberapa ruangan. Lantai rumah limas bertingkat-tingkat

dinamakan Bengkilas. Keekeejeeng (baca : kekijing) adalah penamaan yang diberikan pada

satu papan tebal yang memisahkan antara satu lantai dengan lantai lainnya. Papan tersebut

harus dibuat dari satu papan lurus dan tidak boleh disambung. Rumah tradisional Limas

Palembang paling sedikit mempunyai satu bengkilas dan paling banyak lima bengkilas.

Dalam ruangan ini para tamu didudukkan oleh tuan rumah menurut adat serta martabat

masing-masing artinya bila yang dituakan akan didudukkan pada bengkilas paling atas.

Berikut adalah ruangan-ruangan yang ada di dalam Rumah Limas :

KIJING

Page 9: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

PAGAR TENGGALONG

a) Ruangan paling depan, tepatnya lazim disebut Pagar Tenggalong. Pada ruang bagian

depan ini biasanya digunakan sebagai ruang tamu atau ruangan tunggu yang disebut

dengan Pamarekan, dan tingkatan lantainya dinamakan sebagai kijing pertama.

sedangkan untuk lantai disebut Bengkilas.

LAWANG KERENG/CIAM

b) Dari uraian di atas akan ditemui bagian-bagian lain yang merupakan ciri khas Rumah

Limas. Bagian depan tampak sebuah pintu yang disebut Lawang Kereng yaitu jalan

masuk ke ruang dalam. Pintu tersebut dapat diangkat, oleh karena itu disebut pintu

kipasatau lawang ciam. Bila diperhatikan ciam tersebut terbagi-bagi seperti jendela

yang dibagi-bagi oleh 9 tiang berukuran 20 m. Ciam tersebut cukup berat jika

diangkat ke atas, karena selain digunakan sebagai pintu juga berfungsi sebagai

plafond. Untuk hari-hari biasa artinya bukan hari raya atau sedang dilaksanakan

kegiatan upacara-upacara, pada dinding terdapat satu pintu berukuran normal

disebut lawang burotan.

Page 10: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

JOGAN

c) Pada lantai Bengkilas kedua terdapat ruangan yang disebut jogan, daerah ini ada yang

mempunyai dinding lengkap akan tetapi ada pula yang hanya mempunyai dinding dua

bagian yaitu bagian belakang dan bagian samping. Untuk Jogan yang mempunyai dua

bagian, berfungsi sebagai kamar tidur keluarga (anak laki-laki) dan sebagai kamar

tidur tamu. Jogan terletak pada bagian serambi depan, di sisi kanan dan kiri.

AMBEN PENGANTEN

d) Di ruangan berikutnya terdapat amben, tepatnya terdapat di ruangan keluarga. Jika di

dalam ruangan terdapat sebuah amben maka di hadapannya terdapat beeleek

jerooyang digunakan sebagai kamar tidur. Beeleek jeroo ini juga digunakan sebagai

kamar tidur untuk pengantin. Ruangan tersebut dilengkapi dengan berbagai hiasan

sebagai pelengkap upacara yang disebut pleeseer, yang dipasangkan pada bagian atas

dinding sebelah dalam amben. Di bawah ruangan amben digantungkan gegembong

dalam jumlah banyak. Demikian juga pada dinding sebelah dalam dipasangkan

Page 11: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

langsee, yaitu lembar kain panjang dan lebarnya sekitar 250 x 300 cm dengan motif 

bunga atau daun. Beberapa lembar langsee tersebut dipergunakan sebagai beber yang

diletakkan pada sekeliling tempat tidur pengantin tersebut.

e) Ruangan berikutnya yaitu sebelah amben bagian belakang terdapat pangkeeng yaitu

kamar tidur yang lebih kecil ukurannya dari beeleek jeroo yang dipergunakan sebagai

kamar tidur remaja putri.Pangkeng ini terletak pada serambi belakang dan

bersebelahan dengan garang.

f) Ruangan dalam teratas bengkilas disebutPedalon, ditopang oleh tiang-tiang mulai dari

atap terus sampai ke tanah. Konon tiang-tiang tersebut tidak boleh disambung karena

ruang tersebut juga merupakan tempat utama apabila berlangsung upacara adat. Pada

dinding pedalon kiri dan kanan dilengkapi dengan lemari yang disebut gerobok leket

atau gerobok senyawo. Lemari tersebut pada bagian atas atau dari tas sampai ke

bawah diberi kaca tembus pandang. Pada bagian bawah diberi ukiran dengan motif

peradoo (kuning emas).  

Page 12: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

g) Melalui pintu belakang ruangan Pedalon sebuah rumah limas akan ditemukan

bangunan belakang (Buri) yang disebut ruang makan (Garang). Garang ini juga

berfungsi sebagai pawon atau dapur. Pada umumnya panjang dapur tersebut sama

dengan lebar rumah, lantainya lebih rendah sekitar 30-40 cm.  Satu hal yang tidak

ditemukan adalah kamar mandi, karena pada masa lalu masyarakat umumnya

memanfaatkan sungai sebagai sarana tersebut.

Pada serambi belakang rumah limas melewati pintu garang, terdapat sebuah jembatan yang berfungsi sebagai  penghubung antara rumah limas yang satu ke rumah limas yang lain. Jembatan ini terdapat atap dan railing di sisi kanan dan kiri.jembatan ini dinamakan doorloop.

Page 13: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

7. Ragam hias

Salah satu ciri yang sangat mencolok dari rumah limas adalah hiasan-hiasannya.

Bentuk-bentuk hiasannya dalam rumah limas ada tiga macam, yaitu hiasan berbentuk flora,

hiasan berbentuk fauna, dan hiasan tenteng alam. Namun yang paling banyak digunakan

adalah hiasan berbentuk flora (tumbuh-tumbuhan).

Ada banyak gambar jenis tumbuhan yang sering dijadikan hiasan, khusunya daun dan

kembang. Pemilihan jenis tumbuhan yang akan digambarkan disesuaikan dengan tujuan

pembuatannya. Hiasan berbentuk kembang tanjung, misalnya, digunakan untuk

mengucapkan selamat datang. Karena tujuannya seperti itu, maka hiasan kembang tanjung

biasanya diletakkan di atas pintu. Adapun warna yang paling banyak digunakan untuk hiasan

rumah limas adalah warna merah hati ayam dan warna kuning keemasan.

8. Nilai-Nilai

Pendirian rumah liams berbentuk panggung merefleksikan beragam nilai yang hidup

dalam masyarakat palembang, diantaranya nilai budaya, religius dan sosial. Nilai-nilai

tersebut merupakan pengejawantahan dari kearifan lokan masyarakat. Kearifan lokal

merupakan pengetahuan masyarakat yang didapat dari membaca dan memahami fenomena

alam dan sosial di daerah setempat.

Nilai budaya dalam pendirian rumah limas dapat dilihat pada arsitekturnya yang

berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu. Bentuk rumah panggung dengan bahan-

bahan kayu, nampaknya, sebagai penyikapan terhadap kondisi tanahnya yang berupa rawa-

rawa sehingga selalu basah dan suhu udara yang panas. Dengan kondisi tanah yang basah

dan lingkungan yang panas maka desain rumah berbentuk panggung merupakan suatu

pemecahan yang tepat. Lantai yang tidak berada langsung di atas tanah memungkinkan

bangunan tidak akan terendam ketika hujan atau air pasang sedang naik. Suhu lingkungan

yang panas juga dapat diminimalisir dengan bentuk rumah yang cukup tinggi. Nilai budaya

juga dapat dilihat dari penyiapan bahan untuk membangun rumah. Kayu yang akan

digunakan dipilih yang mempunyai kualitas baik dan kemudian direndam dalam air yang

mengalir sehingga kayu tersebut akan menjadi kuat.

Pemilihan lokasi di pinggir sungai nampaknya dipilih berdasarkan alsan kebersihan.

Jika berdekatan dengan dengan sungai maka sampah-sampah dapat segera dibuang ke sungai.

Alasan kebersihan juga dapaat dilihat dari perletakan gentong air di sebelah tangga masuk

Page 14: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

rumah. Arah rumah yang diusahakan menghadap ke arah timur dengan jumlah ventilasi udara

yang cukup banyak berkaitan dengan pertimbangan kesehatan, yaitu agar rumah menerima

sinar matahari yang cukup banayak pada pagi hari dan sirkulasi udaranya lancar. Penggunaan

gambar tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan warna cerah menunjukkan pentingnya

kesehatan lingkungan.

Nilai religius dalam pendirian rumah limas dapat dilihat dalam pemilihan hari senin

sebagai hari untuk memualai pembangunannya. Nilai ini juga dapat dilihat dalam ritual-ritual

yang diadakan baik ketika mempersiapkan pembangunan, pelaksanaan pembangunan ataupun

ketika bangunan telah selesai dan hendak di tempati. Pelaksanaan ritual tersebut sangat

berkaitan dengan keyakinan. Nilai religius juga dapat dilihat pada jumlah anak tangga yang

selalu dalam hitungan ganjil. Mereka meyakini bahwa jumlah ganjil akan membawa

keberkahan bagi yang menempatinya, dan apabila berjumlah genap maka keluarga yang

menempati akan mengalami banyak kesulitan.

Nilai sosial dalam rumah limas dapat dilihat pada keberadaan kekijing atau tingkatan

teras rumah. Setiap kijing atau undakan menjadi simbol perbedaan garis keturunan asli

masyarakat palembang. Kijing (undakan) pertama merupakan teras paling rendah, merupakan

tempat berkumpulnya golongan kemas (Kms). Sedangkan kijing kedua, lebih tinggi dari

kijing pertama merupakan tempat berkumpulnya golongan para kiagus (Kgs) dan massagus

(Mgs). Dan kijing ketiga merupakan tempat untuk golongan raden dan keluarganya. Nuansa

sosial dalam rumah limas juga dapat dilihat dalam perayaan upacara. Tempat para undangan

ditentukan oleh status sosial mereka, misalnya golongan pemuda berkumpul di kijing

pertama, setangah baya berkumpul di kijing kedua, dan para orang tua seta yang dihormati

lainnya berkumpulnya dikijing ketiga, sedangkan para kaum ibu berkumpulnya di bagian

belakang.

9. Beberapa contoh & Foto bagian ruangan Rumah limas

Page 15: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

Rumah Tradisonal Limas H. Hasyim Ning, di Kelurahan 23 Ilir

Rumah Limas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta

Rumah Limas Haji Bayumi Wahab dekat Yayasan IBA

Rumah Limas di Jalan Demang Lebar Daun

Rumah Limas Haji Abdul Razak (HAR) Jalan Jend. Sudirman

Page 16: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

Rumah Limas di Museum Balaputradewa KM. 6 Palembang

Rumah limas Hasyim Ning di Jalan sekanak, 27 Ilir

Rumah limas Riamizad Riacudu di Desa Tanjung Sejaroh

tampak luar

Page 17: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

kekijing, depan

gegajah, amben

Page 18: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

ornamen, aksesoris

ruang keluarga

Page 19: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

pawon, dapur, belakang

Page 20: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

B. STRUKTURAL

1. Denah dan pembagian ruang

Rumah limas memiliki denah memanjang kebelakang, kebanyakan luasnya mencapai

400-1000 m2

Ruang depan :

Beberapa soko damas

Pagar tenggalong

Peranginan atau beranda. (Terdapat dua buah tangga)

”jogan” berfungsi sebagai tempat para pemuda. Perbatasan antara jogan dan kijing 3

terdapat ”lawang kyam/kyam-kyam/lawang kipas” karena bentuknya seperti kipas

lipat. fungsinya sebagai penyekat/dinding penuh tegak. Jika dibuka dinding itu akan

menempel hingga langit-langit,untuk menopangnya digunakan kunci/pegas.

Ruang tengah :

Pada setiap kekijing dilengkapi dua buah jendela (kanan-kirinya).

Kekijing 3 (bengkilas bawah) digunakan untuk para pejabat

Kekijing 4 (bengkilas pucuk) digunakan untuk tempat para datuk maharaja

Gegajah sebagai balairung/amben/balai musyawarah ruang ini merupakan pusat

rumah limas berada pada lantai teratas dan berkedudukan paling terhormat. Dan tepat

berada di bawah atap limas yang ditopang alang sunan dan soko sunan.

Di ruang gegajah terdapat :

Ruang pengkeng

Terletak di kanan-kiri ruang gegajah.

Pintu pengkeng di tambah papan penghalang setinggi ±60cm.

Page 21: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

Ruang tertutup di kelilingi 4 dinding yang berfungsi sebagai kamar tidur keluarga atau

ruang pengantin, sehingga disebut pengkeng pengantin.

Amben tetuo

Digunakan sebagai tempat pemilik rumah menerima tamu kehormatan seperti besan

dan tempat pelamin pengantin pada saat upacara perkawinan.

Amben keluargo

Berfungsi sebagai ruang keluarga, karena dalam satu rumah dapat dihuni beberapa

keluarga inti.

Ruang pawon/service:

Terdapat ruang tansisisi (garang)

Ruang dapur yang berfungsi untuk kegiatan service. Ruang pawon ini memiliki

ketinggian lantai yang lebih rendah dari ruang gegajah.

2. PONDASI

Material pondasi ini adalah kayu unglen. Jenis kayu yang tahan air bahkan makin kuat

jika terkena air. Pondasi rumah disesuaikan dengan kondisi alam yang berawa. Teknisnya

menyerupai teknik “cakar ayam”.

Tiang “Cagak” berdiri di atas landasan papan tebal yang disebut ”Tapak-an cagak”.

Sedangkan tapak-an cagak yang saling menyilang dengan balok disebut “Botek-an”

Dengan system ujung lobang bernama “puting” dan “lobang puting”

Page 22: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

3. KOLOM

Dibagi 2, yaitu:

Soko Guru / Soko Sunan

Berukiran tinta kuning emas

Berdiameter 40-60 cm

Berbentuk bulat

Soko Damas

Berukiran transparan

Berbentuk bujur sangkar

Ukiran bermotif pucuk rebung (keagungan) dan bunga tanjung (kebesaran) di bagian

bawah

Bermotif kuncup dan kelopak bunga melati (sopan santun) di bagian atas

4. ATAP

Atap berbentuk limas

Kemiringan atap utama 600 dan kemiringan atap depan100-200

Konstruksi : kayu seru

Penutup atap berupa genteng Bela Boulo/genteng Palembang

Terdapat Simbar di tengah bubungan dan Tanduk Kambing di kiri – kanannya

SIMBAR (tanduk menjangan atau cerum coronarium) sebagai:

tumbuhan pelopor

hidup di pohon tinggi tinggi.

Sifat ini dianalogikan dengan masyarakat palemabang yang mandiri.

TANDUK KAMBING

Pada atap rumah terdapat hiasan “tanduk kambing”atau disebut juga “daun pandan”,

jumlah tanduk menunjukkan tingkat sosial pemilik rumah.

5. LANTAI dan DINDING

System Sambungan Lantai dan Dinding

Untuk lantai dan dinding digunakan system sambungan yang sama, dengan istilah

“system lanang betino” sesuai dengan artinya laki-laki dan perempuan papan-papan tegak ini

Page 23: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

saling mengait dan berpasangan. Pada lantai, Di setiap kijing memiliki beda ketinggian

sekitar 30cm-40cm. Pada bagian pengkeng ketinggian bertambah lagi 60 cm.

“System lanang-betino”

Sambungan antara tiang soko dengan papan dinding yang disusun tegak

6. PINTU

Pintu terbuat dari kayu unglen dan petanang. Satu daun pintu memiliki lebar sekitar

60cm-70cm.

Letak soko, alang panjang dan jenang/kusen. Di setiap pertemuan konstruksi ada ujung dan

lobangnya seperti “jalu” lawan ”spein dan “putting” lawan ”lobang putting”

7. JENDELA

Jendela dibuat berpasangan, berada di kanan kiri. Pada setiap ruangan memiliki 2

pasang jendela. Lebar masing-masing jendela sekitar 60cm-70cm.

Pada bagian atas jendela dan pintu, terlihat jelas ukiran indah huruf Arab (kaligrafi)

bertinta emas.

8. TANGGA

Tangga ini terbuat dari papan kayu uglen.Terdiri dari 7 anak tangga berdasarkan

filosofi 7 lapisan pegunungan – pengaruh Budhisme-.

Terdapat 4 tangga (2 di depan dan 2 disamping) semuanya menuju ke serambi. Model

tangga lurus (single flight stairway) dilengkapi besi berbentuk tombak

Page 24: Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2

9. PAGAR

Pagar tenggalong adalah pagar yang menjulang hingga plafon. Tujuan dari pagar di

buat tinggi adalah agar anak perempuan tidak keluar sembarangan.