rubrik parenting jendela keluarga majalah hidayatullah

12

Upload: lentera-jaya-abadi

Post on 21-May-2015

260 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Page 2: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434 67

JendelaKeluarga

celah

S eorang ayah sedang berusaha membuka buah durian. Agar ta­ngannya terlindung dari goresan duri, ia menggunakan kaos kaki pada kedua belah tangannya.

Me lihat hal itu anak lelakinya berkata, “Ayah itu kaos kaki aku. Itu bukan untuk mem buka durian!” Mendengar ungkapan protes anaknya, sang ayah berkata, “Wah, ayah kira ini lap.” Anak itu kemudian pergi dan membawa lap. “Ayah ini lap, itu kaos kaki aku!”

Seorang ayah sedang berada di hadapan komputer ber sama anaknya. Tak lama ke­mu dian telepon selu ler nya berdering, lalu bercakap­cakap. Temannya itu me na nyakan apa yang sedang di la kukannya. Ayah anak itu berkata bahwa ia sedang membuat program kom pu ter. Tak lama kemudian te­le ponnya ditutup. Anak laki­laki yang memperhatikan ayahnya berkata, “Ayah se harusnya mengatakan bahwa ayah sedang main game bukan sedang membuat pro­gram.” Lalu anak itu me min ta ayahnya untuk menelepon lagi temannya dan me nga ta kan yang sebenarnya.

Dua kisah nyata di atas, kerap terjadi dalam kehi du­pan sehari­hari. Anak­anak usia dini di manapun secara fi trah cenderung mengatakan apa adanya. Sedangkan orang dewasa dengan berbagai alasan kadang tidak ber­ka ta sesuai fakta. Dalam beberapa kasus, orang de wasa melakukan hal tersebut karena pembelaan diri se ba gai­mana yang terjadi pada kisah pertama.

Lalu apa akibat yang terjadi pada si anak. Tentu saja anak akan belajar dari peristiwa dan pengalaman se ha­ri­hari. Pada kisah kedua, sang ayah bersedia meralat ja­waban pada temannya. Si anak akan belajar bahwa ma­nu sia kadang melakukan kesalahan dan bisa meminta maaf. Namun jika si ayah merasa berat hati untuk me­ne lepon temannya atau dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya, maka anak akan belajar, bahwa kita bisa menjawab tidak sesuai fakta. Itu adalah awal pelajaran tentang ketidakjujuran, dan jika sering terjadi maka

akan membentuk karakter anak menjadi pembohong.

Sebagai orangtua memang kita perlu menjaga wi ba wa, namun kewibawaan justru harus dilandasi nilai kebenaran. Howard Gardner sang penemu kecer­dasan jamak, atau yang dikenal dengan Multiple Intelligent me nga takan bahwa kenyamanan itu ada pada ke be naran. Jadi apapun yang benar, akan menyebabkan kenyamanan. Atau dengan kata lain, jika kita ingin merasa nyaman, maka la ku kan­lah kebenaran.

Umar bin Abdul Azis, meski menjabat sebagai kha li fah, dikenal sebagai ayah yang senantiasa menerima kritik anaknya. Dikisahkan suatu kali, usai memberikan pidato pemakaman khalifah sebelumnya, Umar langsung menuju rumahnya untuk beristirahat tidur karena ia merasakan kelelahan yang luar biasa. Melihat hal itu, sang anak, Abdul Malik, mengingatkan bahwa masih ada tugas yang harus dikerjakan. “Apakah ayah masih sempat tidur­tiduran, ayah belum berusaha mengembalikan hak­hak orang yang terzalimi?” ujar anak laki­lakinya itu.

Umar bin Abdul Aziz berkata bahwa ia sebelumnya begadang menjaga Khalifah Sulaiman. Ia berjanji bahwa setelah shalat Zuhur di masjid, ia akan menunaikan tugasnya itu.

Namun anak laki­lakinya kembali bertanya, “Wahai ayahku Amirul Mukminin, siapa yang menjamin ayah akan tetap hidup sampai waktu zuhur?”

Pertanyaan tersebut begitu menghentak nurani Umar bin Abdul Aziz, rasa kantuknya menguap, dan tubuh lelahnya kembali bertenaga.

Apa yang dilakukan Umar? Ia memeluk dan men­cium anaknya seraya berkata, “Alhamdulillah, Allah mem be ri ku seorang anak yang membantuku dalam uru­san agamaku.”

Semoga kita mampu mengambil hikmah. Penulis Buku Mendidik Karakter dengan Karakter

Jujur Membuat NyamanOleh Ida S. WIdayantI*

MH

ALA

DI/

SUA

rA H

IDAy

ATU

LLA

H

Page 3: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68

usrah

Bila Salah Memilih

PasanganK ebahagiaan bukanlah ter­

le tak pada seseorang atau kondisi. Namun, pada si kap dan kemauan kita untuk tetap bahagia dan

bersyukur.   Apakah Anda pernah merasa me­

nyesal menikahi orang yang se ka rang menjadi pasangan Anda? Atau bahkan menyesal mengapa memutuskan untuk menikah?

Seorang kenalan yang su dah menikah dengan terus te rang me nga­takan bahwa yang me nye nang kan dalam pernikahan itu cuma se di­kit, nggak enaknya yang ba nyak. Dan ce lakanya, yang sedikit itulah yang se ringkali diekspos.

Meski ini cuma sebagian dari cur hat­nya, kenalan yang ketika itu belum genap setahun menikah, tetapi pernyataan ini ternyata mewakili ba nyak pernyataan­pernyataan lain yang masih tersembunyi di dasar hati. Walau memang tidak semua pasangan yang sudah menikah merasakan hal ini, tetapi sebuah jajak pendapat yang sangat sederhana di sebuah keluarga besar, mengabarkan bahwa hanya satu anak dari seluruh anak yang telah menikah, menyatakan tidak per nah berpikir untuk bercerai dari pa sangannya.

Jika Anda pun pernah berpikir hal

serupa, maka jangan merasa bah­wa Anda adalah orang terkonyol.Se bab, untuk bersyukur atas sesuatu kadang kita memang perlu merasakan kepahitan terlebih dahulu.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang merasa menyesal menikah dengan pasangannya. Di antaranya ada lah “dia tak seperti yang saya ha­rap kan.” Dia tak cukup saleh karena me ngingatkannya untuk shalat malam ketika pertandingan live sepakbola di televisi, membutuhkan berkali­kali te guran dengan kombinasi nada. Dia ternyata tak pernah ber­mura ja­’ah bersama karena alasan sibuk. Dia sa ngat tidak peka (bahasa halus untuk kata malas) pada kerepotan pekerjaan ru mah, dia tidak cantik saat berada di rumah, dia suka mengatur, baunya tak sedap.... Dia...dia...dia dan semua ber fo­kus pada kata “dia”.

 JANgAN MArAh

Baiklah, jika memang itu keluhan yang kita lontarkan atau bahkan le bih banyak lagi keluhan. Namun, ada satu hal yang sangat buruk jika di campurkan dengan keluhan. hal itu adalah kemarahan. Kemarahan akan membuat penyesalan menjadi dendam, ketidakpedulian atau hal yang lebih fatal seperti yang terjadi di Montana, AS awal September 2013.

Jordan Lee graham yang baru saja menikah dengan Cody Johnson selama satu pekan, tega membunuh suaminya. Ia melakukannya dengan cara men do­rong punggung Johnson hingga jatuh terjerembab ke dalam jurang dengan posisi wajah yang pertama menyentuh tanah. Peristiwa ini terjadi di area Loop Trail, glacier National Park, Montana, AS. graham mengaku melakukan se mua itu karena menyesal menikah dengan Johson.

Insiden ini berawal ketika gra­ham bertengkar dengan Johnson. Dia berusaha meninggalkan sua mi­nya,tetapi lengannya dipegangi oleh Johnson. graham pun membalikkan badannya dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Johnson. Karena kemarahannya, perempuan cantik ini pun mendorong punggung Johnson hingga jatuh ke jurang dan tewas.

Kemarahannya pula yang men­do rong graham berbohong pada pihak kepolisian dan bersikap tanpa penyesalan atas pembunuhan yang dilakukannya pada sang suami. Mes­ki pun, kerabat keluarga Johnson, Tracey Maness, justru menuturkan bah wa Johnson sangat sayang kepada graham dan sangat senang dengan pernikahannya.

Jadi, sebesar apapun  kekecewaan Anda pada pasangan, sekuat tenaga,

Oleh kartika ummu arina*

Page 4: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434 69

Jendela keluarga

kendalikanlah kemarahan.Pasalnya, itu hanya akan membuat kita melupakan fakta yang positif tentang rumah tang­ga kita bina. Juga lupa menengok pada seberapa besar yang telah diupayakan oleh diri sendiri. Lalu, bagaimana agar kita tetap bersyukur dan tak merasa salah telah memilihnya?

Walaupun pernikahan tidak seperti dalam dongeng Cinderella “live happily ever after,”akan tetapi kebahagiaan itu akan tetap ada setiap hari, meski mungkin tidak setiap hari dipenuhi kebahagiaan. 

 MeNSyuKurI hAL KeCIL

Cobalah untuk menjernihkan hati dan tengok sejenak, kebahagiaan apa yang dia hadirkan hari ini. Walaupun hanya sekadar mengucapkan terima kasih untuk secangkir teh hangat yang kita sediakan atau sekadar be­kal makanan sederhana yang telah di siapkannya di tengah kesibukannya mengasuh si kecil. Dia yang tak pernah pelit saat kita ingin membeli camilan di akhir bulan. Atau, sekadar kebahagiaan bahwa ia mau tetap bersama dan tidak pernah berlaku kasar.

Ingatlah juga kebahagiaan yang dia berikan,walaupun hanya berupa per­ha tian­perhatian kecil yang selintas tak berarti. Seorang istri pernah mengeluh bahwa suaminya selalu berada di ru­

orang­orang yang beriman.” (Al­Anbiyaa [21] : 88)

 Berdoalah dan hitunglah karunia yang dilimpahkan­Nya dengan adanya pasangan. Bahkan bila pasangan itu benar­benar menguji keimanan dan ke­sabaran, maka bersyukurlah atas karunia­Nya yang membuat kita harus selalu mendekat pada­Nya untuk men da patkan petunjuk atas masalah yang menimpa.  

Kemudian, berfokuslah pada kele­bi hannya ketika kekecewaan sedang memuncak. Tanamkanlah pada hati kita bahwa bila kemudian memang benar ada hal­hal yang buruk bukan berarti pasangan kita orang yang buruk dan itu bukan berarti musibah untuk hidup kita. Bahkan, seharusnya itu mengajari kita untuk mencintai apa yang baik saat ini.

Jangan pernah menunggu hal be sar terjadi untuk membuat kita le bih mensyukuri kehadirannya.Se­baliknya, kita harus berjuang untuk meraih hal­hal kecil yang me ng gem­bi rakan dengan adanya dia di sisi. Itulah pentingnya mengabaikan hal­hal kecil yang mengganggu bila kita menginginkan kebahagiaan yang besar dalam rumah tangga yaitu ru­mah tangga yangsakinah wamaddah wa rah mah di dunia dan dapat bereuni di surga kelak. Penulis buku ‘Jadilah Suami Istri Bijak’

mah ketika libur,tetapi menyebalkan ka rena tidak pernah membantu pe kerjaan rumah. Namun, ternyata te man dekatnya justru bercerita bahwa suaminya tak pernah ada di rumah meski hari libur dengan dalih tadabur, tafakur, rihlah, de­el­el. Jadi, mana yang harus disyukuri dan dipilih sebagai kebahagiaan? yang harus disyukuri adalah kemauan kita untuk merasa bahagia dalam situasi seperti apapun yang kita hadapi.

Kebahagiaan memang bukanlah bi cara tentang situasi apa yang kita hadapi, tetapi tentang pikiran dan sikap kita sendiri. Bisa jadi se se orang dalam kondisi yang sangat me nyeng­sa rakan, namun dia mampu tetap berbahagia dengan keadaannya. Se perti Nabi Ayyub Alaihis sa­lam yang mendapat cobaan  luar biasa berupasakit dan ke sen di rian­nya, tetapi  tetap memilih bersyukur dan bersikap positif.

 BerDoALAh

Karena yang saat ini kita hadapi adalah ketentuan dari Allah , maka berdoalah kepada­Nya, memohon kemudahan dari apa yang membebani. Sebagaimana Allah berfirman, “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan

foTo

: Mu

h A

BDu

S Sy

AK

ur/

SuA

rA h

IDAy

ATu

LLA

h

Page 5: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70

Jangan Cubit Pipi Anakku!

tarbiyah

Bermula dari gemas, lalu berbuah trauma

D engan penuh semangat, Hani memasangkan jilbab pink di kepala Nasywa.

Balita montok yang tepat berusia 3 tahun itu semakin terlihat menggemaskan. Hani pun mencium pipi buah hatinya, “Subhanallah, Adik semakin cantik kalau pakai jilbab,” katanya memuji. Nasywa pun terkekeh geli akibat ciuman lembut ibunya.

Sore ini, ba’da asar sampai menjelang maghrib ada halaqah. Hani sengaja membawa Nasywa karena dianggapnya sudah mampu berinteraksi sosial, mengingat Nasywa sudah masuk di Kelompok Bermain. Ketika berangkat pun, Nasywa tidak menunjukkan kerewelan yang berarti. Malahan Nasywa ingin membantu ibunya membawa tas kecil berisi al-Qur’an, buku agenda, baju ganti dan makanan kecil untuk persiapan jika Nasywa bajunya kotor atau lapar.

Halaqah rutin diadakan setiap Rabu secara anjangsana di lingkungan perumahan. Berisi tadarus al-Qur`an, muraja’ah Juz Amma dan Hadits serta kultum. Selain itu, ditambah infaq halaqah.

Hani diantar suami sampai di depan rumah yang mendapat

giliran sebagai tuan rumah. Nasywa diturunkan dari motor, namun tidak mau berjalan. Pandangannya menatap tajam ibu-ibu yang lalu lalang masuk ke rumah tuan rumah. “Ayo Dik, ikut Ibu mengaji, tuh teman-temannya banyak,” kata Hani

Nasywa tidak bergerak. Kakinya seolah terpaku di tempat. Wajahnya kelihatan ketakutan.

“Aku tidak mau!““Lho enggak apa-apa, teman Ibu

baik kok.”Nasywa mulai merajuk. Sebentar

kemudian menangis meraung-raung.

“Aku tidak mau, aku takut,” teriaknya disela tangisnya.

Setelah lama tidak bisa membujuk Nasywa, akhirnya untuk kesekian kalinya Hani mengikuti halaqah sendirian. Sebenarnya Hani ingin melatih Nasywa agar

tidak takut pada ibu-ibu. Tidak takut pada orang asing di luar keluarga terdekat. Juga agar Nasywa mendengar suara ibu-ibu melantunkan ayat-ayat al-Qur’an bersama-sama secara nyata. Tidak melalui CD ataupun rekaman lainnya.

Namun, ternyata Nasywa lebih suka bersama ayahnya yang berkumpul dengan bapak-bapak lainnya. Tak ada raut ketakutan atau kecemasan di wajah Naswya. Enjoy sekali. Mungkin karena bapak-bapak bukanlah “tukang gemas” seperti ibu-ibu.

Trauma masa BaTiTaBermula Nasywa berusia

4 bulan, saat mulai dapat menegakkan kepalanya dan merespon aksi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pipinya yang montok, membuat orang-orang menarik pipinya. Ditambah lagi Nasywa yang anaknya mudah tersenyum dan terkekeh, membuat orang-orang semakin gemas, sehingga tanpa sadar mendaratkan cubitannya di pipi Nasywa yang empuk. Sesungguhnya cubitan lembut penuh kasih sayang berbalut gemas. Namun kalau yang melakukan lebih dari satu orang, tentunya membuat Nasywa tidak nyaman. Apalagi kelembutan tangan seseorang berbeda-beda. Bisa

Oleh SRI RAhAYU*

Tak ada yang menyalah­kan mentowel pipi ba­ti ta yang kemudian berubah menjadi cu­bi tan. Siapapun akan memahami, perasaan gemas akan meliputi semua orang yang melihat batita yang sedang imut­imutnya.

Page 6: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434 71

Jendela keluarga

dibayangkan, bagaimana perasaan Nasywa merasakan “cubitan” yang berulang-ulang. Akhiranya menangislah Nasywa. Dengan menangis bukan berarti “serangan” cubitan itu berhenti sendiri.

“Lho, kok nangis, jadi jelek deh,” tanpa perasaan sang penggemas malah meledek bayi yang belum tahu arti sebuah ledekan.

“Afwan ya, pipi Nasywa dielus saja, jangan dicubit!” buru-buru Hani bersuara agar sang penggemas tak lagi melancarkan “serangannya,” baik verbal maupun non verbal pada batitanya (bayi tiga tahun).

“Gemes sih, kalau enggak dicubit, kurang puas deh,” sahut penggemas. Nah lho.

akiBaT salah PerlakuanSepertinya terlihat sepele

“mencubit” batita dengan segemas-gemasnya. Padahal apa yang dialami batita, menjadikan trauma yang cukup serius. Setiap bertemu dengan wanita siapa pun, Nasywa selalu berteriak dan menangis ketakutan. Berlari sembunyi sambil memegang pipinya, meski itu di rumahnya sendiri. Hani

datang dan duduk agak menjauh. Untuk memberikan kepercayaan pada Nasywa bahwa ia aman.

elus, Jangan DicuBiT

Tak ada yang menyalahkan mentowel pipi batita yang kemudian berubah menjadi cubitan. Siapa pun akan memahami, perasaan gemas akan meliputi semua orang yang melihat batita yang sedang imut-imutnya. Kebesaran Allah sajalah sehingga orang-orang merasa senang dengan hadirnya makhluk mungil pelanjut kehidupan.

Namun apakah tidak boleh ada perubahan mencubit pipi berganti dengan elusan dan sapaan yang lebih hangat? Tak lain agar anak tidak kaget dengan kontak tubuh yang mendadak dari orang yang tidak dikenalnya.

Dari kasus Nasywa sendiri, dia mulai berani lepas dari ibunya setelah belajar di kelompok bermain. Ustadzahnya yang paham dengan tahap perkembangan anak, tidak serta merta mentowel atau mencubit pipi Nasywa. Melainkan menyapanya dengan lembut. Mengulurkan tangan dan memuji penampilannya, serta tak lupa memanggil namanya. Tak lupa hadiah berupa kartu bergambar strobery bertuliskan nama Nasywa diberikan sebagai hadiah. Sikap hangat dan ramah membuat suasana jadi akrab. Nasywa pun mulai percaya bahwa ustadzahnya tidak akan menyakitinya.

Sebuah pelajaran yang berharga. Ketakutan dan ketidaknyamanan anak memang bukanlah penyakit, namun tetap harus diupayakan untuk diobati. Bagaimanapun juga, anak membutuhkan lingkungan yang aman, nyaman dan ramah bagi tumbuh kembangnya. Mulai sekarang, tidak perlu sungkan untuk mengatakan jangan cubit pipi anakku! Pengajar TK Ya Bunaya, Tuban, Jatim.

telah berusaha menenangkan Nasywa dengan memeluk dan memangkunya.

Akibat sering dicubit pipinya, akhirnya Nasywa takut dengan setiap orang. Terutama ibu-ibu, remaja putri atau anak-anak perempuan lainnya. Karena mereka adalah kelompok makhluk “penggemas” segemas-gemasnya. Sehingga tercipta persepsi yang salah dalam memori Nasywa. Bahwa mereka adalah makhluk yang akan “mencubit” dan menyakiti dirinya. Sebagai bentuk ekspresi penolakan mereka, Nasywa pun menjerit dan menangis sekeras-kerasnya.

Berbeda sekali kalau Nasywa berkumpul dengan ayahnya, teman kakak laki-lakinya ataupun teman-teman ayahnya. Dia merasa enjoy dan nyaman-nyaman saja. Malah terkadang minta gendong dan minta pangku. Mungkin karena ia aman dan nyaman, lantaran tidak ada yang ”gemas” mencubit pipinya.

Selama 2 tahun Hani berusaha untuk “menerapi” Nasywa agar tidak takut dengan orang lain. Setiap ada pertemuan halaqah, arisan ataupun forum kelas, Hani dan Nasywa

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

HFO

TO: M

UH

ABD

US

SYA

KU

R/SU

ARA

HID

AYAT

ULL

AH

Page 7: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72

Sebaik-baik Nasehat

S ebaik-baik doa adalah doa orang-orang saleh yang Allah Ta’ala abadikan dalam al-Qur’an. Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala

memasukkannya ke dalam al-Qur’an kecuali karena doa itu Allah ridhai dan perkenankan. Begitu pun terkait perkara-perkara lainnya, termasuk nasehat orangtua. Sebaik-baik nasehat orangtua adalah apa yang Allah jadikan sebagai bagian dari ayat-ayat-Nya. Dan nasehat terbaik yang diberikan orangtua kepada anak itu adalah nasehat Luqman Al-Hakim kepada putranya.

Inilah nasehat yang Allah menyukai dan memuliakan. Inilah nasehat yang menjadikan Allah ridha dan memberikan berkah berlimpah kepadanya. Maka jika kita menginginkan kebaikan bagi anak-anak kita, sungguh, di antara nasehat-nasehat yang ingin kita sampaikan, amat penting bagi kita untuk menasehatkan kepada anak-anak kita apa yang Allah Ta’ala telah abadikan dalam al-Qur’an.

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kalamullah, yakni al-Qur’anul Karim. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Inilah panduan bagi kita dalam mendidik anak, utamanya dalam meletakkan dasar-dasar keimanan, akhlak dan adab. Semoga Allah

mengampuni saya, istri saya serta para orangtua yang lalai menanamkan ini kepada anak karena tak menyadari keutamaannya.

Mari kita telusuri nasehat Luqman Al-Hakim di dalam al-Qur’an surat Luqman. Semoga Allah Ta’ala berikan hidayah dan taufiq untuk mampu menasehatkan dengan baik kepada anak-anak kita. Semoga pula kita dapat memetik keutamaan-keutamaan yang ada di dalam nasehat tersebut.

Mari kita baca dengan pelan seraya memohon petunjuk dari Allah Ta’ala:

LaNdasaN KepribadiaN itu berNama syuKur

Ada pelajaran besar dari rangkaian nasehat Luqman kepada putranya. Yang pertama ditanamkan kepada anak adalah nasehat untuk bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, amat banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan sesungguhnya bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla itu pada dasarnya bersyukur kepada diri sendiri. Ini merupakan landasan yang sangat utama untuk terbentuknya pribadi yang matang.

Perhatikan firman Allah berikut ini, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,

Oleh fauzil adhim | fOTO muh. aBduS SYaKuR

kolom parenting

maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.  (Luqman [31]: 12)

Inilah hikmah yang Allah berikan kepada Luqman. Di antara hikmah itu adalah menyadari dan meyakini bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Andai manusia tidak bersyukur kepada-Nya, sungguh itu tidak sedikit pun mengurangi kemuliaan dan keterpujian-Nya. Maka, jika manusia bersyukur kepada Allah Ta’ala, semua itu manfaatnya kembali kepada dirinya sendiri.

Di antara fadhilah menanamkan ini kepada anak-anak kita –semoga Allah Ta’ala barakahi nasehat kita—maka anak akan memiliki landasan kepribadian yang kokoh. Ia tidak mudah minder karena melihat orang lain yang melebihi dirinya dalam sebagian perkara. Sesungguhnya, di antara hal yang sangat berharga bagi pertumbuhan pribadi anak adalah penerimaan diri apa adanya. Dan tidaklah seseorang mampu bersyukur dengan sebenar-benar syukur kecuali jika ia memiliki penerimaan diri yang baik. Bahkan lebih dari itu.

sebaiK-baiK LaraNgaN: JaNgaN perseKutuKaN aLLah!

Sesudah syukur kepada Allah Ta’ala, nasehat Luqman berikutnya adalah larangan mempersekutukan Allah dengan selainnya. Ini prinsip dasar tauhid yang melandasi apapun pelajaran agama yang diberikan

Page 8: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434 73

berikutnya. Tidak bermanfaat apapun amal yang dikerjakan oleh seseorang jika ia mempersekutukan Allah, meskipun ia merasa benar-benar mencintai Allah. Bukankah di antara orang-orang musyrik pun mencintai Allah? Hanya saja mereka mencintai Allah sebesar kecintaan mereka kepada sesembahan selain Allah. Ini yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 165.

Mari kita perhatikan ayat ini, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’.” (Luqman [31]: 13)

Apa yang dapat kita petik dari ayat ini? Tidak ada landasan yang lebih penting bagi keimanan anak-anak kita melebihi kemurnian tauhid dengan tidak mempersekutukan Allah ‘Azza wa Jalla. Sesungguhnya, syirik merupakan kezaliman yang sangat besar. Inilah yang perlu kita perhatikan agar segenggam iman anak kita tidak rapuh dan lemah.

Pelajaran lain yang penting adalah

mengawal anak dengan menyampaikan larangan-larangan tegas. Ini bukanlah kesalahan komunikasi. Apapun yang ingin kita lakukan, perlu ilmu untuk melaksanakannya dengan benar, baik itu berupa anjuran, perintah maupun larangan. Sebagian orang menghindari larangan karena munculnya beberapa asumsi yang dianggap ilmiah, meskipun sesungguhnya masih bersifat hipotetik (zhanniy; praduga).

sesudah tauhid, ada muraqabah

Sesudah memberi landasan tauhid, Allah Ta’ala tunjukkan hal penting yang tak boleh kita lalaikan, yakni memerintahkan kepada anak untuk berbakti kepada kedua orangtua (birrul walidain). Kebaikan terbesar sesudah tauhid adalah bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtua serta memperlakukan ibu-bapak dengan sebaik-baik perlakuan.

Sesudahnya, hal penting yang harus kita tanamkan adalah perasaan senantiasa diawasi oleh Allah. Dan ini dikuatkan dengan mengimani bahwa amal apapun, baik maupun buruk, besar maupun kecil, pasti akan dibalas oleh Allah Yang Maha Adil lagi Maha Halus.

Sebesar apapun keinginan kita untuk mengawasi anak, pada akhirnya tubuh kita akan melemah dan kemampuan kita akan mengendur. Sekuat apapun tekad kita untuk senantiasa memantau mereka, keterbatasan kita akan semakin besar. Maka, tidak ada penjagaan yang lebih baik melebihi perasaan senantiasa diawasi (muraqabah) oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam diri anak-anak kita.

Mari kita perhatikan, (Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman [31]: 16)

Inilah landasan penting sebelum kita menanamkan kepada mereka adab yang baik. Wallahu a’lam bish-shawab.

Jendela keluarga

Sebesar apapun keinginan kita untuk mengawasi anak,

pada akhirnya tubuh ki ta akan melemah dan ke mampuan

kita akan mengendur

IKLAN

Page 9: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74

Diasuh oleh : ustaDz hamim thohari

konsultasi keluarga

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74

Hibah untuk Anak

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Ayah saya sudah tua dan sakit-sakitan. Saya sen-

di ri tinggal jauh dari ayah, sedang kedua adik saya tinggal berdekatan, bahkan salah satunya tinggal serumah dengan ayah.

Pada Idul Fitri yang lalu, Ayah mengumpulkan anak-anaknya. Dengan disaksikan aparat desa dan tokoh agama setempat, Ayah berniat menghibahkan seluruh harta kekayaannya, baik yang berupa ru-mah tinggal maupun kebun.

Atas inisiatif Ayah sendiri, pembagian harta itu hendak diformalkan melalui notaris. Satu hal saja yang beliau minta agar diberi kesempatan me nge-lola kebunnya sampai beliau meninggal. Sebelum diformalkan saya ingin mendapat kepastian tentang pembagian tersebut, apakah sesuai dengan syariat? Jika tidak benar, bagaimana solusinya?

ABKalimantan

JAwAb:

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Banyak orangtua yang khawatir bahwa pem ba-

gian harta benda setelah mati justru menjadi fitnah di kemudian hari. Mereka takut jika ketenangannya di alam kubur justru terusik karena anak-anaknya berebut soal pembagian warisan.

Atas dasar kekhawatiran itu banyak orangtua yang kemudian menempuh jalan diluar ketentuan waris. Memang hukum waris sudah menjadi salah satu bagian dari sistem hukum nasional di bawah peradilan agama, akan tetapi keputusan pengadilan agama tentang waris itu bisa diperkarakan bila sa-lah satu pihak dari ahli waris tidak atau kurang me-

nye tu jui putusan tersebut dan membawanya ke pengadilan negeri. Ini salah satu kelemahan hu-kum kita.

Kedua, banyak kaum Muslimin yang masih tidak rela terhadap keputusan syariat tentang pembagian warisan tersebut. Bahwa lelaki mendapat dua bagian dari perempuan, misalnya, masih sering dipersoalkan.

Ketiga, pemahaman umat Islam sendiri terhadap masalah warisan masih sangat kurang. Banyak orang Islam yang belum tahu tentang hal tersebut. Mereka tidak memahami ilmu faraidh, juga tak mengerti fiqih mawarits.

Persoalan di atas perlu diselesaikan melalui so sialisasi syariat secara lebih intensif. Para ulama, guru agama, para dai, dan pemerintah pa da umumnya wajib mendidik umat dalam per-soa lan warisan. Wajib dilakukan penyebaran pe-ma haman, penyadaran, dan peragaan yang bisa dijadikan contoh panutan.

Kembali pada masalah utama, apa yang di la-ku kan oleh ayah Anda itu boleh dan dibenarkan syariat. Setiap orang boleh memberikan (atau da lam bahasa fiqih, menghibahkan) sebagian atau seluruh hartanya kepada orang lain, ter-ma suk kepada anaknya. Setelah pemberian ter-se but, maka orang tersebut (dalam hal ini ayah Anda) tak punya kuasa apapun terhadap har ta tersebut. Mau dijual, digadaikan, atau di ke lo la sendiri atau dikelolakan kepada orang lain ada-lah hak yang diberi. Kalau semua anak telah se-pa kat memberikan hak lagi kepada ayah Anda un tuk mengelola sampai akhir hayatnya, ma ka per se tujuan itu menjadi sah dan berlaku. Per se-tu juan itu bisa dicatatkan di notaris atau tidak, itu persoalan teknis.

Hibah ini sah jika dilakukan sebelum se-se orang menghembuskan nafas yang terakhir. Se telah seseorang mati, maka seluruh harta ke-ka yaannya menjadi harta waris. Harta ter se but harus dibagikan kepada ahli waris yang di te tap-kan syariat Islam setelah dikurangi biaya pe ngu-ru san jenazah dan pelunasan utang, bila ada.

Jika ada wasiat, maka wasiat itu tidak boleh melebihi 1/3 dari nilai harta warisan. Satu lagi, wasiat itu tidak berlaku bagi ahli waris. Untuk ahli waris akan diberlakukan ketentuan yang telah ditetapkan syariat. wallahu a’lam bish-shawab.

Page 10: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com60

SYIFA

Penyebab kematian ketujuh. Mayoritas penyebab kanker karena pola makan.

K anker, satu kata yang sangat ditakuti banyak orang. Ia menjadi salah satu penyebab kematian ketujuh di Indoneisa,

karena saking ganasnya penyakit tersebut. Ia mampu melawan sel-sel normal sehingga menjadi sel abnormal yang terus menggerogoti si pasien.

Yang lebih memprihatinkan, angka penderita kanker terus meningkat seiring perubahan gaya hidup di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, di sini ingin kita bincangkan bagaimana cara meminimalisir faktor risiko terjadinya kanker pada tubuh kita. Karena mayoritas penyebab kanker adalah pola makan yang buruk, maka perlu kita atur bagaimana pola makan yang baik untuk mencegah penyakit kanker.

Setiap diri memiliki potensi yang sama untuk terkena kanker, namun yang bisa dicegah adalah bagaimana kita menjauhi faktor-faktor pemicu kanker itu sendiri. Berikut beberapa pemicu kanker: makanan hasil rekayasa genetik (genetically modifield organism/GMO), daging olahan, minuman bersoda, makanan yang mengandung bahan pengawet, pemanis buatan (aspartam, siklamat,

asesulfam, dan lain-lain), penyedap rasa/MSG. Selain itu, juga makanan hasil pemurnian, rokok, radiasi UV, alkohol, merkuri, buah dan sayur yang tercemar pestisida dan juga faktor genetik.

Jika hal-hal tersebut sudah kita upayakan untuk menjauhinya, jangan lupa memperbanyak mengonsusmsi makanan yang mencegah timbulnya kanker, seperti makanan yang mengandung antioksidan. Antioksidan yang ada di alam biasanya berupa vitamin, polipenol, flavonoid, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas.

AwAs RAdikAl BeBAs Radikal bebas sebenarnya

berasal dari molekul oksigen yang secara kimia strukturnya berubah akibat dari aktivitas lingkungan. Aktivitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas antara lain radiasi, polusi, merokok dan lain sebagainya. Radikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk mencuri elektron yang ada pada molekul lain seperti DNA dan sel. Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Dapat dibayangkan jika radikal bebas banyak beredar, maka akan

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com60

Cegah PenyaKit KanKer dengan Herbal

Setiap diri memiliki potensi yang sama untuk

terkena kanker, namun yang bisa

dicegah adalah bagaimana kita

menjauhi faktor-faktor pemicu

kanker itu sendiri

Page 11: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434 61

banyak pula sel yang rusak. Maka, kerusakan yang ditimbulkan dapat menyebabkan sel tersebut menjadi tidak stabil dan berpotensi menyebabkan proses penuaan dan kanker.

Gejala penyakit kanker beda-beda, tergantung jenis kankernya. Misalnya:

Kanker payudara: adanya benjolan yang menetap, payudara terasa kencang, timbul nyeri di sekitar payudara, permukaan payudara berubah seperti kulit jeruk, timbulnya luka, dan lain-lain.

Kanker rahim: keputihan yang terus menerus, adanya pendarahan, adanya benjolan/seperti wanita hamil, timbul nyeri yang hebat di sekitar rahim.

Kanker hati: area rusuk bagian kanan terasa keras dan timbul nyeri, badan lemas, kurang nafsu makan, adanya riwayat hepatitis kronis, adanya riwayat perokok, pecandu alkohol, atau obat-obatan tertentu.

Kanker prostat: susah buang air kecil, BAK tidak tuntas, timbul rasa nyeri di kandung kemih.

Kanker paru: adanya riwayat

TBC, batuk berdarah, terkadang disertai nyeri di sekitar ketiak dan punggung, badan lemas, tidak nafsu makan, dan ada riwayat pecandu narkotika.

Apabila salah satu tanda tersebut sudah ada, janganlah dibiarkan, lakukan segera tindakan pengobatan dan jauhi semua faktor pemicu kanker. Perbanyak konsumsi makanan sumber antioksidan, konsumsi herba anti kanker, perbanyak olahraga, lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan ibadah baik sunnah maupun wajib, dan menghindari pantangan pemicu kanker.

Berikut ini adalah contoh herba-herba anti kanker: sambiloto, keladi tikus, kunir putih, daun dewa, tapak dara, rumput mutiara, habatusauda, buah makassar, dan mahkota dewa.

Semoga dengan mengenali tanda-tanda dan faktor pemicu terjadinya kanker, kita bisa lebih hati-hati dalam menjaga diri kita dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan pola makan yang tidak sehat agar dapat terhindar dari penyakit tersebut.* Ika Oktariyani, apoteker dan pengajar Thibun Nabawi/Suara Hidayatullah

61

BeriKut ini adalah maKanan yang mengadung antioKSidan:

• Beta karoten & karotenoid: bayam, ubi jalar, tomat, buah bit, brokoli, melon, wortel, jagung, mangga, persik, jeruk, labu,

• Vitamin C: paprika (merah, hijau atau kuning), strowberi, tomat, brokoli, melon, kembang kol, jeruk, melon, pepaya, nanas.

• Vitamin E: brokoli, wortel, lobak, paprika merah, bayam, sawi, dan lobak hijau, kacang-kacangan, biji bunga matahari.

• Zink: tiram, daging merah, unggas, kacang-kacangan, makanan laut, biji-bijian, sereal, produk olahan susu.

• Selenium: ikan tuna, daging sapi, unggas dan produk biji-bijian. • Polifenol: apel, brokoli, teh hijau, delima, manggis. • Antocyanin: blubery, cheri, raspberry, anggur merah, strowberi. • Sayur dan buah-buahan tersebut bisa menjadi salah satu menu makanan sehari-

hari kita. Namun apabila gejala kanker itu sudah ada, segera ambil tindakan.

NOPEMBER 2013/DZULQA’DAH 1434

Page 12: Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com62

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Dokter, saya terkena penyakit maag sejak 6 ta hun yang lalu, tepatnya sejak saya kelas 2 SMA hingga sekarang. Sejak SMP, saya memang jarang makan saat berangkat sekolah, tetapi sering ber­olahraga. Kebiasaan itu berlanjut hingga di kelas 2 SMA. Saya belum makan apapun sampai siang, dan sore harinya saya langsung main bola. Se te­lah usai, saya hanya makan kue saja. Esok pagi­nya, perut saya terasa sangat sakit tepatnya di ulu hati, rasanya seperti teriris dan terbakar.

Setelah diendoskopi, ketahuan kalau ada luka. Saya menjalani perawatan di rumah sakit, tetapi ka rena alasan biaya saya akhirnya keluar. Hingga ki ni, 6 tahun sudah saya menahan rasa sakit tiap kali beraktivitas, bahkan saya sudah tidak bisa olah raga, sebab rasa sakit di ulu hati. Beberapa pe ngo batan sudah saya lakukan, seperti minum ja mu. Bahkan astaghfirullahal ‘azhim, hingga yang bernuansa syirik.

Sekarang rasa sakitnya agak berkurang, apa­la gi setelah saya paksa melaksanakan puasa Ra­ma dhan. Mohon saran dari Dokter, bagaimana pe ngo batan herbal yang harus saya lakukan? Jazakallahu khairan katsiran.

RyanSamarinda

Luka Lambung

Rubrik ini berisi tanya-jawab seputar pengobatan ala Nabi (thibun nabawi) yang diasuh oleh dr Zaidul Akbar, konsultan dan praktisi

thibun nabawi dan herba Institut Thibbun Nabawi Indonesia (INTI). Kirimkan pertanyaan Anda melalui surat ke alamat redaksi atau

email: [email protected]

Diasuh oleh : dr Zaidul Akbar

Praktisi dan Konsultan Thibbun Nabawi dan Herba

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com62

Jawab

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Semoga penyakit yang Ryan derita saat ini diangkat dan diberi kesembuhan oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa tiada penyakit dari Allah SWT, ke­cuali pasti ada obatnya. Tetap bersabar dan ber ikh tiar sebagaimana yang dituntun oleh Ra su lul lah SAW.

Maag merupkan salah satu penykit yang sering dan banyak didapatkan pada masa kini. Hal ini di­aki batkan dari berbagai bahan makanan dan juga pro duk lainnya yang membuat keseimbangan pe­rut atau pencernaan terganggu.

Selain karena faktor infeksi di daerah lambug akibat mikroba, penyakit seperti ini juga bisa di aki­batkan oleh faktor kekurangan atau gangguan en­zim pada perut atau pencernan tubuh kita.

Untuk membantu mengatasinya beberapa hal berikut ini bisa Ryan konsumsi untuk membantu penyembuhannya:1. Madu + air hangat 5 sdm (sendok makan) sehari2. Minyak zaitun 3 sdm sehari3. Bawang putih kapsul, 3 x 2 kapsul sehari4. Jahe + kayu manis dibuat wedang/minuman de­

ngan takaran 2 ruas jahe dan 2 ruas kayu manis.Selain itu, menjelang tidur minumlah madu 1

sdm + air hangat. Semoga Allah SWT memberi kesembuhan. Wallahu a’lam.*