rtsp bab 3 kondisi fisik wilayah
DESCRIPTION
RTSPTRANSCRIPT
KONDISI FISIK WILAYAH
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa Plaju, Kecamatan Sembakung,
Kabupaten Nunukan ini memegang 3 prinsip utama, yaitu; mencipatakan satuan permukiman
transmigrasi yang layak huni, layak usaha dan layak berkembang. Dengan demikian maka
kedepannya nanti transmigran di dalamnya akan mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
dan cepat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut, maka syarat dan kriteria teknis
penyusunan tata ruang dalam penentuan keayakan permukiman harus terpenuhi melalui analisa
kesesuaian lahan dan analisa permukiman.
Secara umum Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa Plaju ini meliputi
beberapa tahapan yang akan dijabarkan secara rinci pada beberapa Bab berikut di bawah ini.
1.1.TAHAP PERSIAPAN
Tahap Persiapan merupakan awal dan seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada
tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaan pada tahap-
tahap berikutnya, antara lain:
1. Studi literatur, pengumpulan data-data sekunder mengenal lokasi pekerjaan, peta peta
penunjang dan dokumentasi yang berhubungan dengan legalitas lokasi
2. Penyiapan peta kerja, penyusunan rencana dan jadwal kerja
3. Pembentukan tim kerja
4. Penyiapan peralatan survey dan studio
5. Persiapan administrasi dan keuangan
Mobilisasi tim Survey dilaksanakan apabila seluruh tahap persiapan telah selesai, seluruh
bahan-bahan dan peralatan serta seluruh anggota Tim telah siap ke lapangan. Waktu
pemberangkatan anggota tim tergantung pada rencana dan jadwal kerja.
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 1
Bab
3
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
1.2.TAHAP SURVEY LAPANGAN
Tahap survey merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di lapangan untuk
memperoleh intormasi selengkap-lengkapnya, mengumpulkan dan menganalisa data primer
maupun sekunder yang merupakan data-data terbanyak yang lebih akurat dan relevan.
Secara umum kegiatan yang dilakukan pada tahap Survey lapangan adalah:
1. Orientasi lapangan;
2. Pengukuran dan Pemetaan Topografi;
3. Survey tanah dan evaluasi kesesuaian lahan;
4. Survey penggunaan lahan dan sumber daya hutan;
5. Survey iklim dan hidrologi;
6. Survey sosial-budaya dan ekonomi pertanian;
7. Tahap Analisa Data.
1.2.1. Orientasi Lapangan
Kegiatan ini untuk melihat kondisi lapangan secara menyeluruh dan menetapkan
awal kegiatan survey sesuai dengan rencana kerja yang telah disiapkan. Pada
kegiatan ini dicermati hal-hal sbb:
Legalitas lahan (status hutan)
SK Pencadangan
Usulan masyarakat
Surat pernyataan penyerahan lahan dari masyarakat/perorangan
Hasil musyawarah I, II dan III yang telah disepakati oleh semua pihak
1.2.2. Pengukuran dan Pemetaan Topografi
Pemetaan topografi bertujuan untuk memetakan calon lokasi sekaligus untuk
memperoleh informasi mengenai kemiringan lahan, status lahan, dan kondisi land use
eksisting. Hasil pemetaan topografi akan menjadi dasar dalam pembuatan peta tematik
lainnya. Survey kemiringan lahan akan menjadi masukan dalam pembuatan peta
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 2
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
kesesuaian lahan, informasi status lahan dan kondisi land use eksisting sebagai masukan
dalam penentuan kesesuaian pemukiman.
1. Pemasangan Titik Kontrol Tetap (Bench Mark)
Bench Mark (BM) dipasang sepanjang jalur pengikat (BM-0 sampai titik awal
poligon utama) dan di daerah perimeter (keliling) blok permukiman pada setiap
jarak antara 3 sampai dengan 4 Km. BM dipasang ditempat-tempat yang tanahnya
stabil. Apabila dipasang di tanah lembek (rawa) maka pondasi BM harus diperkuat
dengan kayu cerucuk.
2. Pengukuran Titik Kontrol
A. Pengukuran poligon utama
Koordinat (X,Y) titik kontrol tetap diukur dengan metoda poligon, dengan
persyaratan sebagai berikut:
Pengukuran dilakukan sepanjang garis batas luar (perimeter) areal survey dan
melalui semua BM yang telah dipasang terlebih dahulu
Jalur poligon hams merupakan loop tertutup.
Jarak antara titik bantu poligon (patok kayu sementara) harus diusahakan sejauh
mungkin.
Sudut poligon diukur dengan alat ukur sudut yang memiliki skala terkecil 1 (satu)
detik (1 second theodolite) dalam 1 sen (B, B, L, B), selisih sudut biasa dan luar
biasa 12 detik.
Jarak poligon diukur dan 2 (dua) arah yakni arah pergi dan arah pulang,
pembacaan dilakukan minimal 3 (tiga) kali. Sudut vertikal alat dibaca dalam
keadaan B dan LB. Koreksi sudut dianlara 2 (dua) titik pengamatan azimuth
mataharii 8 (delapan) detik.
B. Pengukuran Sipat Datar Utama
Elevasi titik kontrol tetap diukur dengan alat ukur Sipat Datar Otomatis (Automatic
Level) dengan persyaratan sebagai berikut:
Jalur pengukuran harus dibagi atas seksi-seksi, dimana panjang seksi maksimum
1,5 Km.
Beda tinggi seksi diukur dan 2 (dua) arah yang berbeda yakni arah pergi dan
pulang.
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 3
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Semua titik poligon harus ditentukan elevasinya (termasuk jalur pengukuran).
Jalur Sipat datar harus merupakan loop yang tertutup, termasuk jalur base line.
Jarak dan alat ke rarribu 50 meter.
Salah penutup beda tinggi 10 mm, dimana D adalah panjang jalur pengukuran
dalam Kilometer.
3. Pengukuran Pengikatan
Titik awal pengikatan (BM-0) dipasang pada tempat yang mudah diidentifikasi di
lapangan. Pemasangan titik-titik kontrol pengukuran di sepanjang jalur pengikatan,
BM, dengan jarak antara tiap BM 3-4 Km.
Pengukuran dilakukan dengan metode poligon sebagai berikut:
A. Pengukuran Poligon
Jalur pengikatan harus dirintis bersih dan dipasang patok kayu pada setiap jarak
200 m dan dikedua ujungnya.
Jarak antara titik bantu poligon (patok kayu sementara) harus diusahakan sejauh
mungkin.
Sudut poligon diukur dengan alat ukur sudut yang memiliki skala terkecil 1 detik
(1 second theoclolite) dalam 1 sen ganda (B, B, LB, LB) selisih sudut B dengan
LB 12 detik.
Jarak poligon diukur dengan alat ukur jarak optis dan 2(dua) arah yakni
arah pergi dan arah pulang. Pembacaan dilakukan minimal 3 (tiga) kali. Sudut
vertikal alat dibaca dalam keadaan B dan LB.
Koreksi sudut diantara 2 (dua) titik pengamatan azimuth matahari 8 (delapan)
detik.
B. Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran elevasi (Z) titik poligon jalur pengikatan dilakukan dengan alat ukur
Sipat datar otomatis (automatic level) dengan syarat sebagai berikut:
Jalur pengukuran harus dibagi atas seksi-seksi, dimana panjang seksi 1,5Km.
Beda tinggi seksi diukur dan 2 (dua) arah yang berbeda yakni arah pergi dan
pulang.
Semua titik poligon harus ditentukan elevasinya (termasuk jalur pengukuran).
Jarak dan alat ke rambu 50 meter.
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 4
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Salah penutup beda tinggi 10 mm, dimana D adalah panjang jalur pengukuran
dalam kilometer.
4. Pengukuran Situasi/Rintisan di Blok Lahan Usaha
Pengukuran situas dilakukan dengan system ray-ray (jalur rintisan) dengan jarak
antara 2 rintisan yang berurutan ± 100 meter. Posisi horizontal (X, Y) titik detail
ditentukan dengan metoda pengukuran poligon (poligon cabang), sedangkan
efevasinya (Z) diukur dengan alat ukur sitat datar otomatis. Pengukuran dilakukan
dengan syarat sebagai berikut:
A. Pengukuran Poligon Cabang
Pengukuran dilakukan disepanjang jalur rintisan.
Pengukuran topografi yang relatif datar, jarak antara 2 (dua) patok yang berurutan
pada setiap jalur rintisan 100 m, sedangkan pada topografi yang khusus (tidak
datar atau terdapat sungai), jarak patok harus diperpendek sesuai dengan
kebutuhan sehingga detail tersebut dapat tergambar dengan jelas.
Sudut poligon diukur dengan alat yang memiliki skala horizontal terkecil 20- 30
detik.
Jarak poligon diukur dengan pita ukur baja (fiber glass) dan dibaca sampal fraksi
milimeter, lalu dicek dengan jarak optis.
Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama, jadi jalur pengukuran
terikat sempurna dikedua ujungnya.
Salah penutup sudut maksimum adalah 5’ n, dimana n adalah jumlah titik
poligon.
B. Pengukuran Sipat Datar Cabang
Pengukuran dilakukan mengikuti jalur rintisan yang telah dilalui oleh pengukuran
poligon tertebih dahulu, semua titik detail (titik poligon cabang) harus ditentukan
elevasinya (dilalui alat ukur)
Beda tinggi setiap slag diukur dan 2 (dua) posisi alat (double stand)
Pengukuran dimutai dan diakhiri pada titik poligon utama, jadi jalur pengukuran
merupakan jalur yang terikat sempurna di kedua ujungnya
Salah penutup beda tinggi maksimum harus lebih kecil atau sama dengan 15 mm,
dimana D panjang jalur pengukuran dalam kilometer
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 5
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Titik patok di atas tanah harus diukur dan dicatat untuk mendapatkan tinggi tanah
eksisting
C. Pengukuran Situasi/Rintisan di Blok Lahan Permukiman
Pengukuran dilakukan dengan sistem ray-ray/jalur rintisan yang dibuat sejajar
dengan interval rintisan per 100 m. Pengukuran dilakukan dengan persyaratan
sebagai berikut:
Pengukuran dilakukan di sepanjang rintisan.
Pengukuran topografi pada daerah yang relatif datar, jarak antara 2 (dua) patok
yang berurutan dalam rintisan 50 m, sedangkan pada daerah yang bertopografi
khususjarak patok <50 m
Patok harus tertanam dengan kokoh, sehingga dapat diigunakan pada tahap
pengukuran selanjutnya
Posisi horizontal (X, Y) titik detail diukur dengan metoda poligon
Sudut poligon diukur dengan alat yang memiliki skala horizontal terkecil 20-30
detik
Jarak poligon diukur dengan pita ukur dan dibaca sampai fraksi milimeter, lalu
dicek dengan jarak opus
Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon base line
Elevasi titik detail (Z) diukur dengan metoda tachimetry secara simultan dengan
pengukuran poligon
Sudut vertikal alat ke target harus diukur dalam keadaan B dan LB
Tinggi alat dan patok harus diukur dan dicatat clengan baik
Salah penutup sudut poligon 5’ (detik) dimana n jumlah titik poligon
Salah penutup beda tinggi tidak boleh lebih dan 60 mm, dimana D = panjang
jalur pengukuran dalam kilometer
D. Pengolahan Data Ukur
Data hasil pengukuran harus langsung dihitung di lapangan agar ketelitian hasil
pengukuran segera diketahui
Pengukuran harus dicek kembali atau diulang apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi persyaratan
Perhitungan harus dilakukan pada formulir yang telah disetujui oleh pemberi
pekerjaan
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 6
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Semua formulir yang digunakan (hitungan dan pengukuran) harus diisi lengkap
dan rapi
Hasil pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa jalur pengukuran
Poligon dihitung dengan metoda Bowdictch dan Sipat datar dihitung dengan jenis
peralatan yang sederhana
1.2.3. Penelitian Tanah
Penelitian tanah bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitatif dan kuantitatif
mengenai Sipat fisik, kimia dan morfologi tanah maupun kondisi fisiografisnya yang
akan digunakan sebagai dasar dalam penilaian kesesuaian lahan dan perencanaan
permukiman.
Penelitian tanah dilakukan dengan cara-cara berikut:
Pemboran dan deskripsi profil pewakil dengan mengikuti rintisan topografi (rintisan
per 200 m) dengan interval pengeboran 250 m atau 1 (satu) titik per 5 ha di seluruh
areal survey.
Pengamatan pengeboran dan deskripsi profil dilakukan dengan mengikuti Pedoman
Pengamatan Tanah di Lapangan (DOK, KPT, 1969). Selain itu dilakukan deskripsi
lokasi terutama vegetasi, fisiografi, relief, lereng, keadaan drainase, keadaan -
tanah/genangan, keadaan batuan dipermukaan dan erosi serta tipe penggunaan
lahannya.
Pengambilan contoh tanah komposit dilakukan dengan kerapatan 1 contoh per 25 ha
dengan kedalaman 0 - 30 cm pada lahan pekarangan. Contoh tanah komposit diambil
paling sedilkit dan 4 pengeboran masing-masing pada jarak 50 m dan lubang
proflu/bor.
Setiap SPL dibuat 2 (dua) profil pewakil
Di areal dengan kondisi tanah bermasalah diperlukan rintisan tambahan untuk
mempertajam deliniasi SPL yang dihasilkan
Klasifikasi tanah dilakukan dengan menggunakan sistem Kiasifikasi Pusat Penelitian
Tanah (PPT, 1993) dan disebutkan padanannya menurut Sistem Taksonomi
Tanah/Soil Taxonomy (USDA, 1991) dan FAO-UNESCO (1985)
Hasil akhir penelitian tanah disajikan dalam bentuk Peta Satuan Lahan skala 1 :
10.000 untuk seluruh areal Survey, dan 1 : 5.000 untuk areal calon LP. Setiap titik
pengamatan diplot ke dalam peta tanah disertai deskripsinya.
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 7
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
1.2.4. Penelitian Iklim dan Sumberdaya Air
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui iklim, ketersediaan sumber air untuk kegiatan
usaha dan resiko banjir, penyusunan model usaha tani, pola dan jadwal tanam, penentuan
sumber air yang akan dikembangkan serta direkomendasikan perlu tidaknya
pengembangan drainase khusus pada calon permukiman transmigrasi jika dikembangkan
sebagai permukiman transmigrasi.
1. Penelitian lklim
Data penunjang yang dibutuhkan antara lain hasil studi yang pernah ada, peta
hodrologi, peta tipologi sumberdaya air, peta isohyet, peta DAS dan data iklim
setempat. Data iklim diambil dan stasiun penakar hujan setempat selama periode
minimal 10 tahun terkahir. Bila berjarak lebih dari 10 km dan lokasi studi, maka
akan diambil data iklim dan stasiun penakar terdekat dengan mempertimbangkan
Peta lsohyet yang ada.
2. Sumberdaya Air
Penyelidikan ini perlu melihat semua sub wilayah aliran sungai yang
mempengaruhi daerah studi, berdasarkan hasil studi yang ada, interpretasi foto
udara, peta DAS atau data sekunder lainnya
Potensi sumberdaya air diamati dengan membuat sumur uji di lahan pekarangan
dan pusat satuan permukiman (SP) sekurang - kurangnya 4 titik. Sumur uji dibuat
sampai kedalaman 10 m dengan menggunakan alat bor tangan untuk mengetahui
kedalaman aquifer. Sedangkan untuk menghitung debit sumur uji digunakan
metoda Recovery Test.
Hasil analisa laboratorium kualitas air minum yang direkomendasikan
dibandingkan dengan SK Menteri Kesehatan No. 416/MenKes/Pen/IX /1990,
clan untuk air pertanian dibandingkan dengan standar / kriteria FAO dan US
salinity stat.
Pengukuran Penampang Melintang Sungai, dilakukan pada sungai-sungai utama
yang mengalir di lokasi studi
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 8
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Pengukuran Hidro – Topografi.
1.2.5. Penelitian Sumberdaya Hutan dan Status Hutan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tegakan kayu, kelas hutan dan
status hutan serta enis flora dan fauna. Hasil penelitian potensi tegakan kayu sebagai
masukan dalam penentuan kelas hutan yang berguna dalam pengurusan ljin
Pemantaatan Kayu.
Penelitian mi dilakukan dengan cara sampling, yaltu dengan membuat plot sampel.
0,1 Ha (50 x 20 m), mengikuti jalur rintisan topografil dan dilakukan secara random.
Penelitian ini dilakukan hanya meliputi 1 % dan area yang digunakan untuk
permukiman (LP dan LU).
Garis tengah pohon yang diukur adalah 1,3 m diatas permukaan tanah (DBH)/1 0 cm
diatas banhr, untuk semua jenis pohon yang tidak rusak dan dikelompokkan dengan
garis tengah : 7 - 30 cm, 31 - 61 cm, 91 - 120 cm, dan diatas 120 cm. Kesalahan
penarikan contoh 10 % atau kurang pada taraf nyata 95 %.
1.2.6. Penelitian Sumberdaya Hutan dan Status Hutan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan ketersediaan lahan di daerah studi yang
bebas dan permasalahan.
Penelitian lapangan dilakukan dan dicatat pada semua kategoni yang diidentifikasi
dengan 1 pengamalan setiap 50 m sepanjang rintisan survey / penelitian tanah.
Data penelitian Iangsung di lapangan harus dilengkapi dengan data-data sekunder dan
instansi terkait.
Wawancara dengan kepala desa/Iurah dan petani/penduduk untuk mengetahui status
kepemilikan lahan.
Peta penggunaan lahan disajikan pada skala 1: 10.000.
1.2.7. Penelitian Aspek Sosial – Budaya – Ekonomi
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 9
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial budaya dan ekonomi penduduk
setempat dengan menggunakan wawancara serta survey instansional di desa dan
kecamatan.
Penelitian aspek sosial-budaya, untuk mengetahui jumlah penduduk dan
kepadatannya per km2, komposisi penduduk berdasarkan umur dan tekanan pada
kelompok usia kerja, tingkat perkembangan jumlah penduduk, komposisi penduduk
berdasarkan agama, rata-rata tIngkat pengeluaran keluarga, komposisi penduduk
berdasarkan mata pencaharian, kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk
lokal, fasilitas pelayanan sosial (pendidikan, kesehalan, periibadatan, koperasi desa,
dli), adat istiadat, hukum adat, pemilikan / penggunaan lahan, kemungkinan pengaruh
terhadap program transmigrasi, tanggapan penduduk terhadap program transmigrasi
dan perkiraan jumlah penduduk lokal yang terkena proyek.
Penelitian aspek ekonomi, untuk mengetahui luas dan jenis kepemilikan lahan usaha
dan cara mengusahakannya, jenis tanaman dan tingkat produksinya, kendala yang
dihadapi, teknik budidaya pertanian yang sudah diterapkan, ketersediaan sarana
produksi pertanian, kegiatan non perlanian, pemasaran hasil pertanian, peranan
koperasi desa, penyuluhan pertanian, hasil-hasil uji coba perlanian, keadaan
swasembada pangan, dan lain-lain.
Data sekunder dapat diperoleh dan desa/kampung dan kecamatan yang bersangkutan
atau dan dinas statistik kabupaten.
Untuk lokasi transmigrasi yang sudah ada di sekitar daerah studi hendaknya
dievaluasi tingkat keberhasilannya dengan mengacu kepada Keputusan Mentri
Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan RI Nomor : Kep 06/ME/1999
tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan Kesejahteraan
Transmigran.
1.2.8. Penelitian Aspek Regional
Bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aksesibilitas lokasi terhadap sistem
perhubungan dan pusat-pusat pelayanan yang ada, serta untuk mengetahui kebijaksanan
daerah studi dan sekitamya. Informasi tersebut dapat diperoleh dan RTRWP, RTRWK
dan rencana lain yang berkaitan dengan areal studi dan sekitarnya.
1.3.TAHAP ANALISA
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 10
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Pekerjaan pada tahap ini adalah mengolah dan menganalisa data-data pada tahap Survey
sehingga diperoleh gambaran menyeluruh kondisi daerah studi yang merupakan dasar dalam
merumuskan pola permukiman transmigrasi.
1.3.1. Analisa Tanah dan Evaluasi Kesesuaian Lahan
Analisa dilakukan untuk menilai status hara dalam tanah sehingga dapat diketahui jenis
dan tingkat masukan yang harus diberikan untuk meningkatkan kesuburan tanahnya.
Hasil analisa ini digunakan untuk penilaian kesesuaian lahannya.
1. Penilalan Kesuburan Tanah
Penilaian Kesuburan Tanah mengacu pada kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983)
berdasarkan hasil analisa laboratorium dan sejumlah contoh komposit dan profil
tanah.
Jenis analisa yang perlu ditakukan untuk contoh profil dan kesuburan adalah
sebagai berikut:
JENIS ANALISACONTOH
PROFIL
CONTOH
KESUBURANKETERANGAN
Tekstur dalam 3 fraksi
PH (H2O dan KCL 1:1)
Total P
Total K
Kapasitas Tukar
Kation/KTK
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Na dapat ditukar
Total N
C Organik
P Tersedia
Al, H dapat ditukar
Kadar abu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Contoh kesuburan
secara kualitatif
dilakukan di
lapangan dengan
menggunakan
Soil Test Kit
Keterangan : (√) = Dilakukan, (-) = Tidak Dilakukan
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 11
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
Persentase Kejenuhan Aluminium (ASP) maksimum pada lapisan tanah sebesar
40% dianggap memenuhi syarat tumbuh setiap jenis tanaman, sehingga aplikasi
kapur pendahuluan dihitung untuk mencapai angka tersebut.
2. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menilai potensi dan faktor pembatas serta
masukan-masukan yang diperlukan guna meningkatkan produktivitas lahan bagi
pengembangan berbagai komoditas pertanian.
Penilaian dilakukan secara aktual dan potensial terhadap masing-masing SPL untuk
penggunaan padi sawah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan serta
beberapa komoditi yang direkomendasikan berdasarkan kondisi spesifik lokasi.
Kriteria penilaian mengacu pada Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas
Pertanian, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Tahun 2000. Hasil analisa
kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk Peta Kesesuaian Lahan skala 1: 10.000
pada seluruh areal survai dan 1: 5.000 untuk calon LP.
1.3.2. Analisa Tata Ruang
Analisa ini dimaksudkan untuk mencari bentuk struktur tata ruang permukiman dan pola
penggunaan lahan yang paling optimal berdasarkan kondisi lapangan yang diketahui dan
berbagai informasi/analisa lainnya. Beberapa sasaran yang ingin dicapai dan proses
analisa ini adalah:
Delineasi areal studi yang layak untuk dikembangkan sebagai lahan pekarangan,
Fasifitas Umum, dan Lahan Plasma
Perkiraan daya tampung calon permukiman
Pola pengelompokan perumahan dan fasilitas umum
Pola jaringan jalan (lay Out)
Hasil analisa tata ruang merupakan masukan dalam proses penyusunan RTSP
Pendahuluan yang akan dijadikan arahan untuk melakukan pengukuran yang lebih detail
(rintisan 250 m dan 125 m) pada calon Lahan Pekarangan dan Fasilitas Umum. Pola tata
ruang yang telah dirumuskan di atas, kemudian disempurnakan berdasarkan hasil
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 12
LAPORAN PENDAHULUAN DINSOSNAKERTRANS KAB. NUNUKAN
pengukuran detail. Hasil evaluasi ini menjadi masukan untuk menetapkan bentuk RTSP
definitif.
1.4.PENYUSUNAN LAPORAN DAN ALBUM PETA
Penyusunan laporan dan Album Peta pada pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Satuan
Permukiman (RTSP) dan Rencana Teknis Jalan (RTJ) Desa Plaju ini mengacu pada ketentuan
dalam Kerangka Acuan Kerja yang telah disusun oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi T.A. 2013.
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) Desa
Plaju
Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan – T.A. 2013
3 - 13