rsam usmani

18
RASM AL-QUR’AN BAB I PENDAHULUAN Pada zaman sekarang ini yang katanya zaman modern atau zaman yang sudah maju, sehingga hal-hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah jarang diperhatikan. Bahkan terkesan sepertinya harus dihilangkan dan dilupakan. Karena kataya sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi. Begitu juga dengan kitab suci kita yaitu Al-qur’an karim yang oleh banyak pihak mulai dan sudah diganggu ke- autentikannya dari segi manapun, termasuk juga dari segi tulisannya dan perbedaan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dan hal ini merupakan hal yang sangat mengganggu dan meresahkan di kalangan umat Islam. Sebagai contonya adalah dari kalangan orientalisme. Dalam banyak penelitan mereka, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat batil seputar Al-Quran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-Quran, menolak keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al- Quran dengan klaim bahwa itu hanyalah simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang ada pada kaum muslimin generasi 1

Upload: bustanoel

Post on 28-Jun-2015

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rsam Usmani

RASM AL-QUR’AN

BAB IPENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini yang katanya zaman modern atau zaman yang sudah

maju, sehingga hal-hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah jarang

diperhatikan. Bahkan terkesan sepertinya harus dihilangkan dan dilupakan. Karena

kataya sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.

Begitu juga dengan kitab suci kita yaitu Al-qur’an karim yang oleh banyak pihak

mulai dan sudah diganggu ke-autentikannya dari segi manapun, termasuk juga dari segi

tulisannya dan perbedaan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dan hal ini

merupakan hal yang sangat mengganggu dan meresahkan di kalangan umat Islam.

Sebagai contonya adalah dari kalangan orientalisme.

Dalam banyak penelitan mereka, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat

batil seputar Al-Quran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-

Quran, menolak keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran dengan

klaim bahwa itu hanyalah simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang ada pada

kaum muslimin generasi awal dulu, seperti yang ada pada teks mushhaf Utsmani. Ia

berkata bahwa huruf mim adalah simbol untuk mushhaf al-Mughirah, huruf Ha adalah

simbol untuk mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf Utsman. Menurutnya, simbol-

simbol itu secara tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf tersebut sehngga

akhirnya terus melekat pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian dari Al-Quran hingga

kini. Berkaitan dengan sumber penulisan Al-Quran, kaum orientalis menuduh bahwa isi

Al-Quran berasal dari ajaran Nasrani, seperti tuduhan Brockelmann. Sedangkan Goldziher

1

Page 2: Rsam Usmani

menuduhnya berasal dari ajaran Yahudi. Kaum orientalis yakin bahwa Al-Quran adalah

buatan Muhammad.[1]

Disinilah perlunya dan harusnya kita mempelajari kembali tentang ilmu Al-qur’an

dari awal sehingga tidak terjadi putusnya sejarah awal Al-qur’an diturunkan dan

dibukukan dalam bentuk mushaf seperti yang telah ada di zaman sekarang ini.

2

Page 3: Rsam Usmani

BAB IIRASM AL-QUR’AN

1. Definisi Rasm Al-quran Dan Rasm ‘Utsmani

Rasm qur’an yaitu penulisan mushaf Al-qur’an yang dilakukan dengan cara

khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang

digunakannya.

Penulisan Al-qur’an pada masa Nabi SAW dilakukan oleh para sahabat-sahabatnya. Nabi

juga membentuk tim khusus untuk sekretaris (juru tulis) Al-qur’an guna mencatat setiap

kali turun wahyu. Diantara mereka ialah; zaid binTsabit, Ubai bin Ka’ab dan Tsabit bin

Qais.[2]

Pada waktu itu mereka menulis Al-qur’an berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Baik

dalam penulisannya maupun dalam urutannya. Pada masa khalifah Abu Bakar sedikitnya

ada 70 hafidz Al-qur’an yang mati syahid dalam suatu peperangan meluruskan orang-

orang yang murtad dari agama Islam. Kemudian ketika itu Umar bin Khattab mengajukan

usul kepada khalifah untuk mengumpulkan catatan-catatan Al-qur’an menjadi satu.

Dengan berbagai pertimbangan Abu Bakar menerima usulan Umar, sehingga dibentuklah

tim penuls Al-qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Tim menulis ayat-ayat Al-qur’an

dengan berpegangan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang disimpan oleh Nabi SAW. dan

ayat-ayat yang dihapal oleh para sahabat yang masih hidup. Sesudah Abu Bakar wafat,

tulisan tersebut diserahkan kepada Umar bin Khattab lalu diserahkan lagi kepada

khafsoh.

3

Page 4: Rsam Usmani

2. Pola Penulisan Al-Qur`an Dalam Mushaf Utsmani

Bangsa Arab sebelu Islam dalam tulis menulis menggunakan khot Hijri. Setelah

datang Islam dinamakan Khot Kufi.[3]

Sejauh itu Bahasa dapat terpelihara dari kerusakan-kerusakan, karena ada

kemampuan berbahasa yang tertanam dalam jiwa mereka.

Pada masa khalifah utsman bin Affan, umat Islam telah tersebar ke berbagai

kepenjuru dunia sehingga pemeluk agama Islam bukan hanya orang-orang Arab saja.

Pada saat itu muncul perdebatan tentang bacaan Al-Qur’an yang masing-masing pihak

mempunyai dialek yang berbeda. Sangat di sayangkan masing-masing pihak merasa

bahwa bacaan yang di gunakannya adalah yang terbaik.[4]

Untuk mengantisipasi kesalahan dan kerusakan serta untuk memudahkan

membaca Al-Qur`an bagi orang-orang awam, maka Utsman bin Affan membentuk panitia

yang terdiri dari 12 orang untuk menyusun penulisan dan memperbanyak naskah Al-

Qur`an. Mereka itu adalah: 1. Sa`id bin Al-As bin Sa`id bin Al-As, 2. Nafi bin Zubair bin

Amr bin Naufal, 3. Zaid bin Tsabit, 4.Ubay bin ka`b, 5.Abdullah bin az-Zubair, 6.Abrur-

Rahman bin Hisham, 7.Khatir bin Aflah, 8. Anas bin Malik, 9.Abdullah bin Abbas, 10. Malik

bin Abi Amir, 11. Abdullah bin Umar, 12. Abdullah bin Amr bin al-As.[5]

Mereka inilah yang menyusun mushaf Al-Qur`an yang kemudian di kenal dengan

mushaf Utsmani, ada juga yang mengatakan bahwa panitia yang di bentuk oleh Utsman

ada empat orang mereka itu adalah Zaid bin Tsabit, abdulalh bin Zubair, Sa’id bin Al-As

dan Abdurrahman bin Al-Harits [6], karena di tetapkan pada masa khalifah Utsman bin

4

Page 5: Rsam Usmani

Affan. Mushaf itu ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu. Para Ulama meringkas kaidah-

kaidah itu menjadi 6 istilah, yaitu:

a. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, ataumeniadakan huruf). Contohnya,

menghilangkan huruf alif pada ya`nida` ,dari tanbih , pada lafadzh ,dan dari kata na.

b. Al-Jiyadah(penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang

mempunyai hokum jma` ( ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah

yang terletak di atas tulisan wawu) ( ).

c. Al-hamzah, salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah berharakat sukun,

di tulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh “i`dzan( ) dan “u`tumin”( ).

d. Badal (penggantian), seperti alif di tulis dengan wawu sebagai penghormatan pada

kata.

e. Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang di iringi kata

ma di tulis dengan di sambung ( ).

f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulis kata yang dapat di baca dua bunyi

disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf `Utsmani, penuli kata

semacam itu di tulis dengan menghilangkan alif, misalnya “maliki yaumiddin”( ). Ayat

di atas boleh di baca dengan menetapkan alif(yakni di baca dua alif),boleh juga hanya

menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).[7]

3. Kedudukan Rasm ‘Utsmani

Khalifah Utsman menyuruh ziad bin Tsabit untuk mengambil suhuf dari A’isyah

sebagai perbandingan dengan suhuf yang telah disusun oleh panitia yang telah dibentuk

Utsman, dan melakukan pengoreksian terhadap kesalahan-keslaahan yang ada pada

5

Page 6: Rsam Usmani

mushaf yang dipegang oleh panitia. Khalifah Utsman juga melakukan verifikasi dengan

suhuf resmi yang sejak semula ada pada Hafsah guna melakukan verifikasi dengan

mushaf yang dia pegang.

Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah ‘Utsman bersusah payah

mengumpulkan naskah tersendiri sedang akhirnya juga dibandingkan dengan suhuf yang

ada pada Hafsah. Alasan yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekedar upaya

simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan

orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam

kompilasi suhuf. Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahanbahan tulisan, naskah

Utsman tersendiri(independen) memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup

untuk melakukan usaha yang penting ini.[8]

Dalam keterangan diatas, tidak terdapat inkonsistensi di natara suhuf dan mushaf

tersendiri, dan dari kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks Al-qur’an

ini sudah benar-benar kukuh hingga abad ketiga. Kedua metodologi yang dipakai dalam

kompilasi Al-qur’an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.

Setelah naskah mushaf tersebut selesai dibuat, maka disebarkan dan dibuat menjadi

beberapa duplikat dan dikirimkan ke beberapa tempat. Maka tak perlu lagi ada

fragmentasi tulisan Al-qur’an yang bergulir di tangan orang-orang. Oleh karena itu semua

pecahan tulisan (fragmentasi) Al-qur’an telah dibakar. Mus’ab bin Sa’d menyatakan

bahwa masyarakat telah menerima keputusan Utsman, setidaknya tidak mendengar

kata-kata keberatan. Riwayat lain mengukuhkan kesepakatan ini, termasuk Ali bin Abi

Thalib berkata,”Demi Allah, dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan

6

Page 7: Rsam Usmani

(mushaf) kecuali dengan persetujuan kami semua (tak ada seorang pun diantara kami

yang membantah)”.

Di dalam melakukan pengumpulan tujuan utama Utsman adalah ingin menutup

semua celah-celah perbedaan dalam bacaan Al-qur’an dengan mengirim mushaf atau

mengirim sekalian dengan pembacanya.dan juga dengan dua perintah:

1. Agar membakar semua mushaf milik pribadi yang berbeda denganmushaf

milikya harus dibakar.[9]

2. agar tidak membaca sesuatu yang berbeda dengan mushaf Utsmani. Oleh

karena itu adanya kesatuan secara total yang ada teks Al-qur’an di seluruh

dunia selama empat belas abad, diberbagai wilayah dengan warna-warni yang

ada, merupakan bukti keberhasilan Utsman yang tak mungkin tersaingi oleh

siapa pun dalam menyatukan umat Islam dalam satu teks.[10]

4. Hukum Penulisan Dengan Rasm Utsmani

Para ualma berbeda pendapat mengenai status Rasm utsmani atau Rasm Al-

qur’an. Pendapat-pendapat tersebut ialah:

a. Sebagian ulama berpendapat bahwa Rasm Al-qur’an itu bersifat tauqifi[11], sehingga

wasjib di ikuti oleh siapa saja ketika menulis Al-quran. Untuk menegaskan

pendapatnya,mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi

pernah bersabda Mu’awiyah, salah seorang sekretatarisnya,”Letakkan tinta. Pegang

pena baik-baik. Luruskan huruf ba’.bedakan huruf sin. Jangan butakan huruf min.

perbaguslah (tulisan) Allah. Panjangkanlah (tulisan) Ar-Rahman dan perbaguslah

(tulisan) Ar-RAhim. Lalu letakkan penamu di atas telinga kirimu, karena itu akan

7

Page 8: Rsam Usmani

memuatmu lebih ingat”.[12] Al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada

suatu riwayat dari Nabi yang dijadikan alas an untuk menjadikan Rasm Utsmani

sebagai tauqifi. Rasm Utsmani merupakan kreatif panitia yang telah di bentuk Utsman

sendiri atas persetujuannya. Jika di antara panitia itu ada berbeda pendapat dalam

menulis mushaf, maka hendaknya di tulis dengan lisan Quraisy karena dengan lisan

itu Al-Qur’an turun.[13]

b. Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi, tetapi

merupakan kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang di setujui Utsman dan

diterima ummat, sehingga wajib di ikuti dan ditaati siapapun ketika menulis Al-

Qur`an.[14] Banyak Ulama terkemuka menyatakan perlunya konsistensi

menggunakan Rasm Utsmani. Asyhab berkata ketika ditanya tentang penulisan Al-

qur`an, apkah perlu menulisnya seperti yang di pakai banyak orang sekarang, Malik

menjawab, “Aku tidak berpendapat demikian. Seseorang hendaklah menulisnya

sesuai dengan tulisan pertama.”[15]Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Haram

hukumnya menyalahi khot Utsmani dalam soal wawu, alif, ya` atau huruf

lainnya.”[16]

c. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah tauqifi. Tidak ada

halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara

untuk menuliskan Al-qur’an ayng berlainan dengan Rasm Utsmani.[17]

Berkaitan denganketiga pendapat diatas, Al-Qattan memilih pendapat yang kedua

karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-qur’an dari perubahan dan

penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan menulis Al-qur’an

sesuai dengan trend tulisan pada masanya, perubahan tulisan Al-qur’an terbuka lebar

8

Page 9: Rsam Usmani

pada setiap masa. Padahal, setiap kurun waktu memiliki trend tulisan yang berbeda-

beda. Al-qattan menegaskan bahwa perbedaan Khot pada mushaf-mushaf yang ada

merupakan hal lain. Yang pertama berkaitan dengan huruf , sedangkan yang kedua

berkaitan dengan cara penulisan huruf.[18] Untuk memperkuat pendapatnya, Al-

qattan mengutip ucapan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’b Al-Iman,”Siapa saja yang

hendak menulis mushaf hendaknya memperhatikan cara mereka yang pertama kali

menulisnya. Janganlah berbeda dengannya. Tidak boleh mengubah sediitpun apa-apa

yang telah mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan

kebenarannya lebih dipercaya, serta dapat memegang amanah dari pada kita. Jangan

ada diantara kita yang merasa dapat menyamai mereka.”

5. Penulisan dan Percetakan Rasm Utsmani

Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman bin Affan tidak memiliki harakat dan

tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Dan banya terjadi

kesulitan bagi orang non-arab yang baru masuk Islam. Oleh karena itu pada masa

khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), dilakukan penyempurnaannya.

Upaya ini tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan sampai abad

III H (atau akhir abad IX M). Tercatat tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang

pertama kali meletakkan titik pada Mushaf Utsmani, yaitu: Abu Al-Aswad Ad-Dau’ali,

Yahya bin Ya’mar(45-125 H) dan Nashr bin Asim Al-Laits (w.89 H).

Penulisan Al-quran ini di upayakan denga tulisan ayng bagus. Untuk pertama kaliAl-

qur’an di cetak di Bunduqiyah pada tahun 1530 M. Tapi ketika dikeluarkan, penguasa

gereja memerintahkan pemusnahan kitab suci ini. Cetakan selanjutnya dialkukan oleh

9

Page 10: Rsam Usmani

seorang jerman bernama hinkelman pada pada athun 1694 M. di jerman. Kemudian

disusul oleh Mracci pada tahun 1698 M. di Padoue. Sayangnya tak satupun Al-qur’an

cetakan I, II, III ini yang tersisa di dunia Islam dan sayangnya perintis tersebut bukan dari

kalangan Islam.

Penerbitan Qur’an dengan label Islam mulai pada tahun 1787, yang lahir di rusia.

Kemudian di kazan, lalu di Iran pada tahun 1248 H/1828 M. lima tahun kemudian 8 terbit

di Tabriz. Setelah dua kali diterbitkan di Iran setahun kemudian terbit di Jerman.

Di Negara Arab dimuali Raja Fuad dai mesir yang membentukpanitia khusus penerbitan

Al-qur’an di peremaptan pertama abad XX. Panitia yang di motori oleh para syaikh Al-

Azhar ini pada tahun 1342 H/1923 M. Sejak itulah Al-quran dicetak berjuta-juta mushaf di

Mesir dan berbagai negara lainnya.

10

Page 11: Rsam Usmani

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

Rasm Al-qur’an adalah tata cara penulisan Al-qur’an, yang biasa disebut juga

dengan rasm Utsmani. Status hokum Rasm Al-qur’an masih diperselisihkan dalam tiga

hal: apakah tauqifi, bukan tauqifi atau ishtilahi. Rasm Utsmani memiliki fungsi yang

sangat besar dalam menyatukan umat Islam. Pada awalnya rasm Utsmani tidak memiliki

tanda baca tapi kemudian di tambahi dan disempurnakan.

11

Page 12: Rsam Usmani

DAFTAR PUSTAKA

Al-Azami,M.M. 2005. The History Of Qur’anic Text. Terj. Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu Ilmu Al-Qur’an. Tarj. Mudzakkir AS. Bandung: Pustaka Litera AntarNusa.

Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

As-Suyuti, jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Darul Ma’arif.

As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi.

Az-Zanzani, Abu Abdullah. 1991. Wawasan Baru Tarikh Al-Qur’an. Tarj. Kamaluddin Marzuki Amwar. Bandung: MIZAN.

Chirzin, Muhammad. 2003. Permata Al-Qur’an. Yogyakarta: QIRTAS.

Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Qur’an II. Bandung: Pustaka setia.

12

Page 13: Rsam Usmani

FOOTNOTE

[1] http://gasus85.wordpress.com/

[2] Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Qur’an II. Bandung: Pustaka setia. Hal. 21.

[3] As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi. Hal. 361-362.

[4] As-Suyuti, jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Darul Ma’arif. Juz 5.

[5] Al-A’zami,M.M. 2005. The History Of Qur’anic Text. Terj. Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani Press. Hal. 99-100.

6. Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.hal.50

[7] Anwar, Rosihon. ibid.hal.50-52.

[8] Al-A’zami. Op cit. hal. 104

[9] Menurut Ibnu Hajar hal ini tergantung dari induvidu yang memilikinya, apa di hapus, di robek atau di bakar.

[10] Ibid. hal 107

[11] Yakni bukan produk manusia, tetapi merupakan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah, yang Nabi sendiri tidak memiliki otoritas untuk menyangkalnya.

[12] Anwar, rosihon. Op cit hal.52

[13] Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu Ilmu Al-Qur’an. Tarj. Mudzakkir AS. Bandung: Pustaka Litera AntarNusa.hal.215.

[14] Ibid. hal. 216.

[15]As-Suyuti, Jaluddin. Op. cit. hal 167.

[16] Ibid.

[17] Anwar,Rosihon. Op. cit. hal. 55.

[18] Ibid. hal. 56

13