rplvl,qirupdvl3urylqvl%dqwhq6$/,1$1 · kronologi [2.2] pada tanggal 24 april 2019, pemohon...
TRANSCRIPT
1-55
KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN
PUTUSAN
Nomor:022/VI/KI BANTEN-PS/2019
KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN
1. IDENTITAS
[1.1] Komisi Informasi Provinsi Banten memeriksa, memutus dan menjatuhkan putusan dalam
Sengketa Informasi Publik Nomor: 022/VI/KI BANTEN-PS/2019 yang diajukan oleh:
Nama : Moch Ojat Sudrajat
Alamat : Kp. Narimbang Pasir RT 02/RW 03 Desa Narimbang Mulya, Kec.
Rangkasbitung, Kab. Lebak
Pekerjaan : Wiraswasta
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon
Terhadap
Nama Badan Publik : Biro Umum-Sekretariat Daerah-Provinsi Banten
Alamat : Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Jalan Syech
Nawawi AL-Bantani, Palima Serang Banten
Selanjutnya disebut sebagai Termohon
[1.2] Telah membaca surat permohonan Pemohon
Telah mendengar keterangan dari Pemohon dan Termohon
Telah memeriksa bukti-bukti dari Pemohon dan Termohon
Telah membaca kesimpulan dari Pemohon dan Termohon
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
2-55
2. DUDUK PERKARA
A. Pendahuluan
[2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah menyampaikan permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik kepada Komisi Informasi Provinsi Banten pada tanggal 27 Juni 2019, dan
selanjutnya diregister pada tanggal 28 Juni 2019 dengan Nomor: 022/VI/KI BANTEN-PS/2019.
Kronologi
[2.2] Pada tanggal 24 April 2019, Pemohon mengajukan Permohonan Informasi Publik Kepada
Kepala Bagian Tata Usaha pada Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Banten selaku PPID
Pembantu pada Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Banten melalui surat Nomor: 077/Pri-
KIP/IV/19 Perihal Permohonan Informasi/Dokumen yang dikirimkan melalui jasa pengiriman PT
Pos Indonesia dan diterima pada tanggal yang sama oleh saudara Syarif (berdasarkan bukti lacak
kirim PT Pos Indonesia). Adapun informasi yang diminta yaitu:
1. Dokumen atau yang sejenisnya berupa besaran PAD Provinsi Banten tahun 2017 dan 2018
sebagai dasar acuan perhitungan bersaran prosentase untuk Biaya Operasional Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten berdasarkan PP 109 Tahun 2000;
2. Dokumen atau yang sejenisnya tentang penetapan BESARAN PROSENTASE dari PAD
Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk Biaya Operasional Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten;
3. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Operasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
4. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Operasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
5. Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN
Biaya Operasional untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017
dan 2018
[2.3] Pada tanggal 06 Mei 2019, Termohon memberikan jawaban kepada Pemohon melalui surat
nomor: 045.4/268-TU-Umum/2019 Perihal Jawaban Permohonan Informasi Tertanggal 06 Mei
2019. Adapaun inti dari surat jawaban dari Termohon adalah sebagai berikut:
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
3-55
1. Besaran PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 sebagai dasar acuan perhitungan
besaran prosentase untuk Biaya Operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten.
Informasi yang dimaksud diluar penguasaan kami dan dapat diminta kepada OPD yang
menangani Pendapatan Daerah;
2. Penetapan besaran prosentase dari PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk Biaya
Operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, merujuk kepada Peraturan Pemerintah
Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Pasal 9 ayat (1);
3. Dokumen atau yang sejenisnya tentang besaran nilai anggaran Biaya Operasional untuk
Gubernur Banten 2017 dan 2018, dapat dikonfirmasikan lebih lanjut;
4. Dokumen atau yang sejenisnya tentang besaran nilai anggaran Biaya Operasional untuk
Wakil Gubernur Banten 2017 dan 2018, dapat dikonfirmasikan lebih lanjut;
5. Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang realisasi penggunaan anggaran Biaya
Operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten tahun 2017 dan 2018 tidak dapat kami
sampaikan karena sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik termasuk dalam kategori informasi yang dikecualikan
[2.4] Pada tanggal 09 Mei 2019 Pemohon mengajukan keberatan kepada Bapak Sekretaris
Daerah Provinsi Banten selaku atasan dari PPID Pembantu pada Biro Umum Sekretariat Daerah-
Provinsi Banten, melalui surat nomor: 088/Pri-KIP/V/19 Perihal Pernyataan Keberatan atas
ditanggapi tetapi tidak sebagaimana yang dimintakan oleh Pemohon Informasi Publik yang
dikirimkan melalui jasa pengiriman PT Pos Indonesia dan diterima pada tanggal yang sama oleh
Wowo (berdasarkan bukti hasil lacak kirim PT Pos Indonesia).
[2.5] Pada tanggal 21 Juni 2019 Termohon memberikan jawaban kepada Pemohon melalui surat
nomor 555/127-DKISP.PPID/2019 Perihal Jawaban atas keberatan Informasi Publik tertanggal 21
Juni 2019. Adapaun inti dari surat jawaban dari Termohon adalah permohonan keberatan sudah
ditanggapi oleh PPID Pembantu Biro Umum Setda Provinsi Banten dan Tim Pertimbangan
menguatkan tanggapan PPID Pembantu Biro Umum Setda Provinsi Banten.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
4-55
[2.6] Pada Tanggal 27 Juni 2019, Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik kepada Komisi Informasi Provinsi Banten dan selanjutnya diregister pada tanggal
28 Juni 2019.
[2.7] Pada tanggal 10 Juli 2019, telah dilaksanakan sidang pemeriksaan awal dengan dihadiri
oleh Pemohon langsung dan Termohon yang yang diwakili oleh Drs. Sukandar, M.Si sebagai
Kabbag Tata Usah pada Biro Umum Setda Provinsi Banten dan Ari Widodo, S.STP.,M.Si sebagai
Kasubbag Tata Usaha Biro & Perpustakaan pada Biro Umum Setda Provinsi Banten berdasarkan
Surat Perintah Tugas Nomor: 090/442-Um/2019 tertanggal 08 Juli 2019 yang ditandatangai oleh
Drs. Ahmad Syaukani, M.Si sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten.
[2.8] Pada tanggal 15 Juli 2019, telah dilaksanakan mediasi di Kantor Komisi Informasi Provinsi
Banten dengan dihadiri oleh Pemohon langsung dan Termohon yang yang diwakili oleh Ari
Widodo, S.STP.,M.Si sebagai Kasubbag Tata Usaha Biro pada Biro Umum Setda Provinsi Banten
berdasarkan Surat Perintah Tugas Nomor: 090/442-Um/2019 tertanggal 08 Juli 2019 yang
ditandatangai oleh Drs. Ahmad Syaukani, M.Si sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten
dan Dadi Supriadi sebagai Pelaksana pada Seksi Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik pada
Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian berdasarkan Surat Kuasa Khusus dari Drs.
H. Ahmad Syaukani, M.Si sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten serta dimediasi oleh
Achmad Nashrudin P, S.IP.,M.Si. Hasil mediasi para pihak sepakat untuk menunda mediasi
sampai hari Rabu tanggal 31 Juli 2019 Pukul 13.30 WIB.
[2.9] Pada tanggal 31 Juli 2019, telah dilaksanakan mediasi kedua di Kantor Komisi Informasi
Provinsi Banten dengan dihadiri oleh Pemohon langsung dan Termohon yang yang diwakili oleh
Agus Sunendar, S.H sebagai Kepala Sub Bagian Sengketa Hukum, Biro Umum Setda Provinsi
Banten, Ari Widodo, S,STP,M.Si sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha Biro & Perpustakaan,
Biro Umum Setda Provinsi Banten dan Dadi Supriadi sebagai Pelaksana pada Seksi Pelayanan
Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 180/327-Umum/2019 yang ditandatangani oleh Drs. H.
Ahmad Syaukani, M.Si sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten serta dimediasi oleh
Achmad Nashrudin P, S.IP.,M.Si. Mediasi dinyatakan gagal karena Pemohon menarik diri dari
proses mediasi.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
5-55
[2.10] Pada tanggal 13 Agustus 2019, telah dilaksanakan Sidang Pembuktian dengan
mendengarkan keterangan dari para pihak yang dihadiri oleh Pemohon langsung dan Termohon
yang diwakili oleh Rahmadi, S.H.,M.Si sebagai Kepala Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia pada Biro Hukum Setda Provinsi Banten, Drs. Sukandar, M.Si sebagai Kabbag Tata
Usaha pada Biro Umum Setda Provinsi Banten, Ari Widodo, S.STP.,M.Si sebagai Kasubbag Tata
Usaha Biro & Perpustakaan pada Biro Umum Setda Provinsi Banten dan Dadi Supriadi sebagai
Pelaksana pada Seksi Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi
Informasi Statistik dan Persandian Provinsi Banten, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor:
180/327-Umum/2019 yang ditandatangani oleh Drs. H. Ahmad Syaukani sebagai Kepala Biro
Umum Setda Provinsi Banten.
[2.11] Pada tanggal 20 Agustus 2019, telah dilaksanakan Sidang dengan agenda mendengarkan
keterangan saksi ahli yang dihadiri oleh Pemohon langsung dan Termohon yang diwakili oleh
Rahmadi, S.H.,M.Si dan Ari Widodo, S.STP.,M.Si berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor:
180/327-Umum/2019 yang ditandatangani oleh Drs. H. Ahmad Syaukani.
Alasan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
[2.12] Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID
Petitum
[2.13] Meminta Komisi Informasi Provinsi Banten untuk:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa informasi yang diminta oleh Pemohon adalah infomasi yang
Terbuka;
3. Memerintahkan kepada Termohon untuk memberikan fotocopy dokumen yang
dimohonkan oleh Pemohon;
4. Apabila Majelis Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten yang menerima,
memeriksa dan mengadili serta memmutuskan Sengketa Informasi ini berpendapat lain
mohon kiranya dapat memutus Sengketa informasi ini dengan seadil-adilnya
sebagaimana azas exaequo et bono, agar dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
6-55
B. Alat Bukti
Keterangan Pemohon
[2.14] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang pemeriksaan
awal tertanggal 10 Juli 2019. Pemohon menyatakan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa benar Pada tanggal 24 April 2019, Pemohon mengajukan Permohonan Informasi
Publik Kepada Kepala Bagian Tata Usaha pada Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi
Banten selaku PPID Pembantu pada Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Banten;
2. Bahwa informasi yang diminta adalah:
1) Dokumen atau yang sejenisnya berupa besaran PAD Provinsi Banten tahun 2017
dan 2018 sebagai dasar acuan perhitungan bersaran prosentase untuk biaya
operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten berdasarkan PP 109 Tahun
2000;
2) Dokumen atau yang sejenisnya tentang penetapan BESARAN PROSENTASE dari
PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk Biaya Operasional Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten;
3) Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Operasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
4) Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Operasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
5) Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentan REALISASI PENGGUNAAN
ANGGARAN Biaya Operasional untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Banten pada tahun 2017 dan 2018
3. Bahwa menurut Pemohon, dokumen yang dimohonkan oleh Pemohona adalah informasi
yang bersifat terbuka;
4. Bahwa Pemohon tidak memahami maksud “dapat dikonfirmasikan lebih lanjut” yang
terdapat dalam surat jawaban permohonan infomasi dari Termohon.
5. Bahwa setelah adanya surat jawaban dari Termohon, Pemohon dan Termohon tidak ada
komunikasi sama sekali;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
7-55
6. Bahwa untuk permohonan informasi pada angka 5 yaitu Mengenai SPJ adalah bagian dari
laporan keuangan dan menurut Pemohon adalah informasi yang bersifat terbuka;
7. Bahwa menurut pemahama Pemohon, ketika LKPJ Gubernur sudah disampaikan kepada
DPRD maka itu merupakan dokumen yang bersifat terbuka;
8. Bahwa pada tanggal 9 Mei 2019 Pemohona mengajukan keberatan kepada atasan
Termohon tapi tidak menyampaikan tembusannya kepada Termohon;
9. Bahwa surat jawaban dari Termohon atas keberatan Pemohon sudah diterima oleh
Pemohon pada tanggal 26 Juni 2019;
10. Bahwa tujuan permohonan informasi ini dalam rangka pengawasan dalam hal hal
transparansi dan efektifitas, apakah Biaya Operasional Gubernur itu sudah sesuai dengan
PP No 109 Tahun 2000;
11. Bahwa Biaya Operasioanl yang dimaksud dalam permohonan pemohon adalah apa yang
tercantum dalam PP No 109 Tahun 2000;
12. Bahwa informasi yang diminta mengenai Biaya Operasioanl Gubernur tahun 2017 dan
2018. Apabila informasi biaya operasioanl gubernur tahun 2018 belum bisa diberikan,
minimal informasi Biaya Operasioanl Gubernur tahun 2017 bisa diberikan.
[2.15] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang Pembuktian
tertanggal 13 Agustus 2019. Pemohon menyatakan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa laporan pengaduan ke Mabes Polri yang dilakukan Pemohon bukan untuk
melaporkan Pak Gubernur tapi tentang pengelolaan keuangan Biaya Operasionalnya.
Selanjutnya tergantung penyelidikan. Masalah hasil penyelidikan menemukan siapa yang
seharusnya bertanggung jawab biar penyidik yang menentukan;
2. Bahwa yang menjadi dasar laporan ke Mabes Polri oleh Pemohon adalah perda Banten no
4 tahun 2005 pasal 10 yang berbunyi “penganggaran atau tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk tujuan lain
diluar ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan ini dinyatakan melanggara hukum”
3. Bahwa jelas disebutkan dalam PP 109 Tahun 2000, anggaran harus dimasukan kepada
APBD. Sehingga pertanggung jawabannya harus mengacu kepada pengelolaan keuangan
APBD-nya.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
8-55
4. Bahwa dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 132 dinyatakan bahwa atas belanja
yang bersumber dari APBD harus disertai bukti yang lengkap dan sah. Begitu juga dalam
pergub No 2 Tahun 2018;
5. Bahwa maksud dari “harus disertai bukti yang lengkap dan sah” menurut pendapat
Pemohon bukan hanya sah saja tetapi juga harus lengkap .
6. Bahwa menurut Pemohon menggunakan rekaman sidang awal untuk dijadikan bahan
laporan ke Mabes Polri adalah boleh. Karena, pelaksanaan sidang awal terbuka untuk
umum dan Pemohon meminta rekaman sidang awal malalui mekanisme yang diatur dalam
Undang-Undang KIP, yaitu dengan mengirimkan surat resmi ke KI Banten.
7. Bahwa alasan Pemohon menanyakan besaran Prosentase BPO Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten, karena DKI Jakarta menggunakan 0,13% tidak menggunakan 0,15%.
8. Bahwa pelaporan yang dilakukan Pemohon ke Mabes Polri atas nama Organisasi
Perkumpulan Maha Bidik Indonesia dan kedudukan Pemohon pada Organisasi tersebut
adalah sebagai Ketua;
[2.16] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang mendengarkan
keterangan saksi tertanggal 20 Agustus 2019 Pemohon tidak menghadirkan saksi, namun
Pemohon menyatakan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa terkait laporan pengaduan oleh Pemohon ke Polisi, posisi terakhir sudah ditunjuk
tim yang akan menangani. Pemohon juga melampirkan LHP BPK RI tahun 2017 dimana
untuk BPO Gubernur dan Wakil Gubernur Banten belum dilakukan audit oleh BPK RI.
Surat-Surat Pemohon
[2.17] Menimbang bahwa Pemohon mengajukan bukti surat/tertulis sebagai berikut:
No. Kode Bukti Bukti
1 Bukti P - 1 Foto copy Asli Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Moch Ojat Sudrajat
2 Bukti P - 2
Copy Surat nomor : 099/Pri-UMUM/VI/19 tertanggal 27 Juni 2019 Perihal
Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
3 Bukti P-3 Foto copy dari asli surat nomor : 077/Pri-KIP/IV/19 tertanggal 24 April 2019
Perihal Permohonan Informasi Publik
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
9-55
4
Bukti P - 4
Foto Copy dari asli surat tanggapan permohonan informasi nomor : 045-
4/168-TU-Umum/2019 tertanggal 06 Mei 2019 Perihal Jawaban Permohonan
Informasi
5 Bukti P - 5
Foto Copy dari asli Copy Surat nomor : 088/Pri-KIP/V/19 tanggal 09 Mei
2019 Perihal Pernyataan Keberatan atas ditanggapi tetapi tidak sebagaimana
yang dimintakan oleh Pemohon Informasi Publik
6 Bukti P - 6
Foto Copy dari asli surat Copy surat tanggapan atas keberatan Pemohon dari
PPID Utama Provinsi Banten Nomor : 555/127-DKISP.PPID/2019 tertanggal
21 Juni 2019 Perihal Jawaban atas keberatan Informasi Publik
7 Bukti P - 7 Foto Copy Peraturan Pemerintah (PP) nomor : 109 Tahun 2000 Tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah
Bukti P - 8
Foto Copy Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Banten nomor : 4 Tahun 2005
Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah
Provinsi Banten
Bukti P - 9 Foto Copy dari asli Akta Notaris Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA
Bukti P - 10
Foto Copy dari asli Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusai
Republik Indonesia Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Perkumpulan Maha Bidik Indonesia
Bukti P - 11
Foto Copy dari asli Formulir Permintaan Informasi Publik rekaman video
sidang sengketa register 022/VI antara Moch Ojat Sudrajat dengan Biro
Umum Setda Banten tertanggal 12 Juli 2019
Bukti P - 12
Copy artikel Tentang Penggunaan Dana Oprasional Dan Dana Biaya
Penunjang Oprasional di DKI Jakarta pada waktu Gubernur AHOK yakni
pengembalian sisa Dana dan jenis penggunaannya disebutkan
Bukti P - 13
Copy Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 45 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah
Bukti P - 14
Copy dari rilis resmi BPK Samarinda atas TEMUAN atas Penggunaan Dana
Biaya Oprasional Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak Pada
Tahun Anggaran 2013 yang Terindikasi berpotensi digunakan sebagai
tambahan penghasilan Kepala Daerah
Bukti P - 15
Foto Copy Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme
Bukti P - 16
Foto Copy Surat Penjelasan dari Direktorat Jendral Perbendaharaan Kantor
Wilayah Provinsi Banten nomor : S-287/WPB.11/BD.04 /2019 tanggal 16
Agustus 2019, Perihal Penjelasan atas surat an. Moch Ojat Sudrajat S
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
10-55
Bukti P - 17
Copy dari bagian PERGUB Banten nomor : 2 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2018
Bukti P - 18 Copy dari artikel Help Desk Akuntansi Dan Pelaporan keuangan DITJEN
Perbendaharaan Tentang Pengertian Bukti Yang Lengkap dan Sah
Bukti P - 19
Copy dari dokumen hasil AUDIT BPK Perwakilan Provinsi Banten berupa
LHP LKPD Provinsi Banten Tahun 2017, yg membuktikan bahwa atas biaya
oprasional dan Biaya Penunjang oprasional tidak menjadi obyek audit pada
tahun Anggaran 2017
Bukti P - 20
Copy Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian
Penghargaan Tindak Pidana Korupsi
Bukti P - 21
Copy dari bagian Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor : 002/X/ KIP-PS-
A/2010 Tanggal 8 Februari 2011 antara ICW selaku Pemohon dengan
MABES POLRI selaku Termohon
Bukti P - 22
Copy dari Artikel Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia Tentang
UU 14 Tahun 2008 yang dikatagorikan termasuk sebagai UU Tindak Pidana
Korupsi
[2.18] Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, Pemohon
meminta kepada Majelis Komisioner agar memberikan putusan:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan permohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan informasi yang dimohon adalah informasi yang bersifat terbuka sehingga
wajib dibuka dan diberikan kepada Pemohon
Keterangan Termohon
[2.19] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang pemeriksaan
awal tertanggal 10 Juli 2019. yang diwakili oleh Drs. Sukandar, M.Si sebagai Kabbag Tata Usah
pada Biro Umum Setda Provinsi Banten dan Ari Widodo, S.STP.,M.Si sebagai Kasubbag Tata
Usaha Biro & Perpustakaan pada Biro Umum Setda Provinsi Banten berdasarkan Surat Perintah
Tugas Nomor: 090/442-Um/2019 tertanggal 08 Juli 2019 yang ditandatangai oleh Drs. Ahmad
Syaukani, M.Si sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten, Termohon menyatakan
keterangan sebagai berikut:
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
11-55
1. Bahwa benar Termohon menerima surat Permohonan Informasi Publik dari Pemohon
tanggal 24 April 2019;
2. Bahwa pada tanggal 6 mei 2019 Termohon memberikan jawaban kepada Pemohon melalui
surat nomor: 045.4/168-Tu-Umum/2019 perihal jawaban Permohonan Informasi. Adapun
isi dari surat tersebut adalah:
1) Besaran PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 sebagai dasar acuan
perhitungan besaran prosentase untuk Biaya Operasional Gubernur dan Wakil
Gubernur, informasi yang dimaksud diluar penguasaan kami;
2) Penetapan besaran prosentase dari PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018
untuk biaya operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, merujuk kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pasal 9 ayat (1);
3) Dokumen atau yang sejenisnya tentang Besaran Nilai Anggaran Biaya Operasional
untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018, dapat dikonfirmasikan
lebih lanjut;
4) Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Operasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018
dapat dikonfirmasikan lebih lanjut;;
5) Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang Realisasi Penggunaan Anggaran Biaya
Operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten tahun 2017 dan 2018 tidak
dapat kami sampaikan karena sesuai Undang-Undang nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik termasuk dalam kategori informasi yang
dikecualikan
3. Bahwa yang dimaksud “dapat dikonfirmasikan lebih lanjut” yang terdapat dalam surat
jawaban adalah bisa dibicarakan lebih lanjut dengan Pemohon;
4. Bahwa setelah mengirmkan jawaban kepada Pemohon, Termohon belum melakukan
komunikasi dengan Pemohon;
5. Bahwa berdasarkan pemahaman Termohon dasar pengecualian informasi mengenai SPJ
adalah Undang-Undang nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
12-55
6. Bahwa Termohon mengetahui adanya keberatan dari Pemohon berdasarkan pemberitahuan
dari atasan Termohon;
7. Bahwa setelah dilakukan kordinasi antara PPID Utama dengan PPID Pembantu, Termohon
menjawab keberatan Pemohon dengan surat tertangagl 21 Juni 2019, yang pada intinya
menguatkan jawaban Termohon;
8. Bahwa yang menguasai Besaran PAD Provinsi Banten adalah Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA);
9. Bahwa pengecualian yang ada dalam surat jawaban adalah sepengetahuan Termohon dan
tidak berdasarkan uji konsekuensi;
10. Bahwa informasi yang diminta oleh Pemohon sebenarnya tidak semuanya ada di Biro
Umum, karena ada yang bagian ARTP dan ada bagian Biro Umum.
11. Bahwa informasi yang ada di Biro Umum terkait dengan Biaya anggaran Penunjang
Operasioanal (BPO) Gubernur dan Wakil Gubernur;
12. Bahwa dokumen yang diminta oleh Pemohon pada angka 1, 2, 3 dan 4 tidak dikuasai oleh
Termohon karena dokumen tersebut ditetapkan dengan SK Gubernur, dan ini adanya di
Biro Hukum.
13. Bahwa kewenangan Biro Umum terkait dengan Biaya Operasional Gubarnur dan Wakil
Gubernur hanya dalam hal penganggarannya saja;
14. Bahwa bila ada kegiatan Gubernur dan Wakil Gubernur membutuhkan Biaya Operasional,
tidak berbentuk SPJ tetapi hanya tanda terima saja;
15. Bahwa yang dimaksud dengan tanda terima yang ada di Biro Umum seperti kwitansi;
[2.20] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang Pembuktian
tertanggal 13 Agustus 2019 yang diwakili oleh Rahmadi, S.H.,M.Si sebagai Kepala Bagian
Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Biro Hukum Setda Provinsi Banten, Drs. Sukandar, M.Si
sebagai Kabbag Tata Usah pada Biro Umum Setda Provinsi Banten, Ari Widodo, S.STP.,M.Si
sebagai Kasubbag Tata Usaha Biro & Perpustakaan pada Biro Umum Setda Provinsi Banten dan
Dadi Supriadi sebagai Pelaksana pada Seksi Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik pada
Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian berdasarkan Surat Kuasa Nomor: 180/327-
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
13-55
Umum/2019 tertanggal 11 Juli 2019 yang ditandatangai oleh Drs. Ahmad Syaukani, M.Si sebagai
Kepala Biro Umum Setda Provinsi Banten, Temohon menyatakan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa di media masa dan media online saat ini sedang viral pemberitaan berkaitan Biaya
Penunjang Operasional Gubernur dan Wakil Gubernur. Yang oleh Pemohon melalui
organisasinya Perkumpulan Maha Bidik Indonesia telah dilaporkan ke Bareskrim Mabes
Polri tertanggal 02 Agustus 2019;
2. Bahwa dasar acuan laporan Pemohon melalui organisasinya Perkumpulan Mahabidik
Indonesia adalah video rekaman persidangan awal di Komisi Informasi Provinsi Banten
pada tanggal 10 Juli 2019;
3. Bahwa berdasarkan fakta, Pemohon tidak beritikad baik dan sudah tidak sesuai dengan
tujuan awal dari Permohonan Informasi Publik,
4. Bahwa menurut Termohon, dokumen SPJ adalah dikecualikan karena berkaitan dengan
informasi pribadi yang termasuk pendapatan pribadi gubernur sebagaimana yang terdapat
dalam pasal 6 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008;
5. Bahwa berdasarkan fakta sidang awal sampai mediasi serta yang sedang ramai mengenai
pengaduan Pemohon ke Mabes Polri, Termohon berkesimpulan, Pemohon tidak beritikad
baik sehingga dokumen yang diminta tidak diberikan. Tidak diberikan saja fakta
persidangan sudah dijadikan bahan laporan ke Mabes Polri apalagi diberikan, ini bisa
mengganggu ketentraman di tubuh pemerintahan;
6. Bahwa menurut Termohon Biaya Penunjang Operasioanl (BPO) beda dengan kegiatan
lain, karena BPO DPA-nya berupa Belanja Tidak Langsung (BTL) yang sama
perlakuannya seperti gaji yang cukup dengan tanda terima;
7. Bahwa kelengkapan administrasi pada BPO hanya tanda terima saja bentuknya, kecuali
belanja langsung yang bentuknya kegiatan maka itu harus secara rinci diuraikan
pertanggung jawabannya
8. Bahwa selama ini mengenai BPO Gubernur dan Wakil Gubernur tidak menjadi temuan
BPK;
9. Bahwa permohonan pada angka 1, dan 2, Termohon tidak menguasai karena ini ada di
Bapenda. Permohonan pada angka 3 dan 4 ada dan dikuasai oleh Termohon;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
14-55
10. Bahwa permohonan angka 2 berdasarkan ketentuan PP No 109 Tahun 2000 pasal 1 huruf
f bahwa PAD diatas 500 Milyar paling rendah 1,25 Milyar dan paling tinggi 0,15 %. Dan
prosentase Gubernur dan Wakil Gubernur Banten masuk di pasal ini karena PAD Banten
sebesar 4,5 Triliun.
11. Bahwa Termohon keberatan atas dilampirkannya Video rekaman sidang awal di KI Banten
sebagai bahan laporan ke Bareskrim Mabes Polri;
[2.21] Menimbang bahwa pada sidang Ajudikasi nonlitigasi dengan agenda sidang mendengarkan
Keterangan Saksi tertanggal 20 Agustus 2019 yang diwakili oleh Rahmadi, S.H.,M.Si dan Ari
Widodo, S.STP.,M.Si berdasarkan Surat Kuasa Khusus dari Drs. H. Ahmad Syaukani, M.Si
tertanggal 11 Juli 2019 yang ditandatangai oleh Drs. Ahmad Syaukani, M.Si. Termohon tidak
menghadirkan saksi namun Termohon menyatakan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa Termohon hanya memohon kepada majelis untuk menolak permohonan informasi
pulik dari Pemohon
Surat-Surat Termohon
[2.22] Menimbang bahwa Termohon mengajukan bukti surat/tertulis sebagai berikut:
1. Bukti T-1 Berita Media dari titik nol, pada hari Selasa tanggal 6 Agustus 2019 yang
meberitakan “Tidak ada SPJ, Biaya Operasional Gubernur dan Wagub
Banten Dilaporkan ke Mabes”
2 Bukti T-2 Berita Media Bantenhits, 6 Agustus 2019,… Moch Ojat Sudrajat mendapat
keterangan Biro Umum Pemprov. Banten yang menyatakan penggunaan dana
operasional gubernur dan wakil gubernur Banten tidak memakai surat
pertanggungjawaban atau SPJ”
3 Bukti T-3 Sinarlampung tanggal 7 Agustus 2019, yang mengatakan “Saya laporkan ke
Mabes Polri, terkait penyimpangan anggaran operasional Gubernur dan
Wakil Gubernur”
4 Bukti T-4 Copy Undang – undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
15-55
5 Bukti T-5 Copy Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
[2.23] Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, Termohon
pada prinsipnya memohon kepada Majelis Komisioner agar memberikan putusan:
1. Menolak Permohonan yang diajukan oleh Pemohon.
2. Memberikan putusan lain yang seadil-adilnya menurut rasa keadilan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. KESIMPULAN PARA PIHAK
[3.1] Menimbang bahwa Pemohon memberikan Kesimpulan Akhir kepada Komisi Informasi
Provinsi Banten Pada Hari Senin, tanggal 26 Agustus 2019. Sebagai berikut:
Rangkasbitung, 23 Agustus 2019
Kepada Yang Terhormat
MAJELIES KOMISIONER
KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN YANG MEMERIKSA DAN MENGADILI
SENGKETA INFORMASI PUBLIK,
REGISTER NOMOR : 022/VI/KI BANTEN-PS/2019
Jl. Raya Petir KM. 3 Banjarsari, Kec. Cipocok Jaya
Kota Serang – Banten.
Dengan hormat,
Perkenankanlah dalam kesempatan ini, saya selaku Pemohon Informasi Publik mengajukan
KESIMPULAN dalam Penyelesaian Sengketa Informasi, yang terjadi antara :
Nama : Moch Ojat Sudrajat S
Alamat : Kp. Narimbang Pasir RT 02/RW03 Desa Narimbang
Mulya, Kec. Rangkasbitung – Kab. Lebak. (Bukti P-1)
Selanjutnya disebut …………….……………………………………………………PEMOHON
DENGAN
Nama Badan Publik : Biro Umum – Sekretariat Daerah, Provinsi Banten
Alamat : Komplek Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
(KP3B) Kec. Curug, Kota Serang – Provinsi Banten.
Selanjutnya disebut ……………………………………………………..…………TERMOHON
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
16-55
Bahwa Sengketa Informasi Publik diajukan oleh Pemohon melalui Surat Permohonan
Penyelesaian Sengketa Informasi ke Komisi Informasi Provinsi Banten, dengan surat no : 099/Pri-
UMUM/VI/19 tanggal 27 Juni 2019. (Bukti P - 2)
Adapun kronologis permasalahan sehingga Pemohon mengajukan Penyelesaian Sengketa
Informasi dengan Termohon adalah sebagai berikut :
Bahwa Pemohon mengirimkan surat permohonan untuk memperoleh informasi, dengan surat
nomor : 077/Pri-KIP/IV/19 tanggal 24 April 2019 yang ditujukan kepada Kepala Bagian Tata
Usaha Pada Biro Umum – Sekretariat Daerah Provinsi Banten selaku PPID Pembantu di Biro
Umum di Sekretariat Daerah Provinsi Banten, melalui POS Indonesia dan diterima pada tanggal
24 April 2019 berdasarkan hasil lacak POS (Terlampir Hasil Lacak). (Bukti P-3)
Bahwa pada tanggal 08 Mei 2019, Pemohon menerima surat tanggapan dari Termohon dengan
nomor surat : 045-4/168-TU-Umum/2019 tanggal 6 Mei 2019, Perihal : Jawaban Permohonan
Informasi, yang ditandatangani langsung oleh Bapak Drs SUKANDAR, M. Si.(Bukti P – 4)
Bahwa atas tanggapan yang disampaikan oleh Termohon, yang pada intinya menyatakan bahwa
Informasi yang dimintakan oleh Pemohon masuk dalam katagori Informasi yang dikecualikan,
maka Pemohon kemudian mengirimkan surat pernyataan keberatan kepada atasan Termohon,
yakni Sekretaris Daerah Provinsi Banten.
Bahwa Surat Pernyataan Keberatan yang Pemohon kirimkan dengan nomor : 088/Pri-KIP/V/19
tanggal 09 Mei 2019, yang Pemohon kirimkan melalui POS, dan diterima pada tanggal 09 Mei
2019 berdasarkan hasil lacak POS.(Bukti P - 5)
Bahwa pada tanggal 26 Juni 2019, atasan Termohon mengirimkan surat jawaban atas pernyataan
keberatan yang disampaikan oleh Pemohon, dengan surat nomor : 555/127-DKISP.PPID/2019
tanggal 21 Juni 2019, yang pada intinya atasan Termohon menguatkan surat tanggapan yang
dikirimkan oleh Termohon.(Bukti P – 6)
Adapun dokumen yang dimintakan oleh Pemohon adalah berupa copy dokumen :
1. Dokumen atau yang sejenisnya berupa besaran PAD provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018
sebagai dasar acuan perhitungan besaran prosentase untuk biaya oprasional Gubernur dan
Wakil Gubernur Banten berdasarkan PP 109 Tahun 2000; (Bukti P – 7)
2. Dokumen atau yang sejenisnya tentang penetapan BESARAN PROSENTASE dari PAD
provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk biaya oprasional Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten;
3. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Oprasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
4. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya
Oprasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
5. Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang REALISASI PENGGUNAAN
ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten
pada tahun 2017 dan 2018.
Adapun tujuan dari permintaan informasi publik ini adalah :
1. Meningkatkan pengawasan masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntable
serta dapat dipertanggungjawabkan;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
17-55
2. Sehingga terwujudnya clean and clear government sebagaimana sering kali diucapkan oleh
Bapak Gubernur Provinsi Banten.
Yang Mulia Majelis Komisioner,
Pada Kesempatan yang baik ini, Saya selaku Pemohon, mengucapkan terima kasih kepada Majelis
Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten, atas dilangsungkannya persidangan dalam
permohonan sengketa informasi yang diajukan oleh Pemohon, dalam suatu ruang pembuktian
yang baik dan adil, dalam persidangan tersebut, para pihak diberikan ruang dan kesempatan yang
cukup serta berimbang, untuk menyampaikan argumentasinya masing – masing, atas
permasalahan yang mengemuka dalam sengketa informasi publik a quo.
Proses persidangan ini telah berlangsung dengan sangat menarik dan penuh dengan argumentasi
konstitusional dan hukum, serta aspek-aspek lain yang melingkupinya, termasuk masalah
sosiologis, perdebatan – perdebatan seputar jaminan konstitusional dan hukum terhadap hak atas
untuk memperoleh informasi publik berupa copy dokumen sebagaimana Pemohon cantumkan baik
dalam surat permohonan untuk memperoleh informasi, Surat Pernyataan Keberatan maupun dalam
surat permohonan penyelesaian sengketa informasi.
Lebih jauh untuk keperluan menyempurnakan seluruh proses persidangan yang telah
dilangsungkan, maka melalui uraian ini, Saya selaku Pemohon akan menyampaikan Kesimpulan
dari permohonan atas proses pemeriksaan di persidangan yang telah berjalan.
Kesimpulan ini sebagai penutup agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Majelis
Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten, agar dapat mengambil putusan yang berdasarkan
konstitusi dan aspirasi keadilan yang berkembang di masyarakat, dengan tidak
mengenyampingkan cita hukum lainnya, kepastian dan kemanfaatannya, serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA.
Bahwa dasar Pemohon mengajukan Permohonan kepada Komisi Informasi Provinsi Banten untuk
menyelesaikan Sengketa Informasi Publik ini adalah :
A. KEWENANGAN KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN
1. Pasal 1 angka (4) Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008, Tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP), menyatakan sebagai berikut :
“ Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan
peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk tekhnis standar layanan informasi publik
dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi
nonlitagsi
2. Pasal 26 angka (1) huruf a Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008, Tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), menyatakan sebagai berikut :
“ Komisi Informasi bertugas menerima, memeriksa dan memutus permohonan
penyelesaian Sengketa Informasi Publik memalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi
yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasakan alasan sebagaimana
dimaksud dalam UU KIP”;
3. Pasal 27 angka (3) huruf a Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008, Tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), menyatakan sebagai berikut :
“ Kewenangan Komisi Informasi Provinsi meliputi kewenangan penyelesaian sengketa
yang menyangkut Badan Publik tingkat Provinsi yang bersangkutan.”;
4. Pasal 37 ayat (1) Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008, Tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP), menyatakan sebagai berikut :
Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan kepada Komisi Informasi Pusat
dan/atau Komisi Informasi Provinsi dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota sesuai
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
18-55
dengan kewenangannya apabila tanggapan atasan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi dalam proses keberatan tidak memuaskan Pemohon Informasi Publik;
5. Pasal 1 ayat (6) Peraturan Komisi Informasi nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, menyatakan sebagai berikut :
“ Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya disebut
Permohonan adalah upaya penyelesaian sengketa yang diajukan oleh Pemohon
penyelesaian sengketa informasi publik kepada Komisi Informasi sesuai dengan peraturan
ini. “;
6. Pasal 1 ayat (7) Peraturan Komisi Informasi nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, menyatakan sebagai berikut :
“ Pemohon penyelesaian sengketa informasi publik yang selanjutnya disebut Pemohon
adalah Pemohon atau Pengguna Informasi Publik yang mengajukan Permohonan kepada
Komisi Informasi.”;
7. Pasal 5 Peraturan Komisi Informasi nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, menyatakan sebagai berikut :
“ Penyelesaian Sengketa informasi publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh
apabila :
a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan
PPID; atau
b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada
atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima
oleh atasan PPID.”;
8. Pasal 6 ayat (4) Peraturan Komisi Informasi nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, menyatakan sebagai berikut :
“ Dalam hal Komisi Informasi Kabupaten/Kota belum terbentuk, kewenangan
menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut badan publik tingkat
kabupaten/kota dilaksanakan oleh Komisi Informasi Provinsi.”;
Bahwa sebagaimana ketentuan tersebut diatas maka Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki
kewenangan dalam menyelesaikan Sengketa Informasi Publik antara Pemohon dengan Inspektorat
Provinsi Banten.
B. Kedudukan hukum Pemohon ( Legal Standing ).
Bahwa PEMOHON adalah Warga Negara Indonesia, yang saat ini memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dengan nomor : 3603282707710003 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi
Banten dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lebak dan beralamat sesuai KTP di Kp. Narimbang
Pasir RT 002 RW 003 Ds. Narimbang Mulya, Kecamatan Rangkasbitung – Kabupaten Lebak, dan
saat ini bertempat tinggal di Komplek BTN Pariuk Kedung Indah Blok BB No. 46, RT 03 / RW
09 Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak – Banten.
Bahwa dasar – dasar hukum Pemohon memiliki hak untuk mengajukan permohonan penyelesaian
sengketa informasi dan memperoleh informasi publik dimaksud adalah sebagai berikut :
1. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 1 angka (12) menyatakan bahwa : “ Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan
hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur
dalam undang – Undang ini;
2. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa : Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan
Ketentuan Undang – Undang ini;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
19-55
3. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 4 ayat (4) menyatakan bahwa : Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke
pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau
kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang – Undang ini;
4. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Banten Nomor : 4 Tahun 2005 Tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten,
Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan : “ Besarnya Biaya Oprasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dengan
memperhatikankan azas Keterbukaan, Proporsionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan
efektifitas”; (Bukti P – 8)
5. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Banten Nomor : 4 Tahun 2005 Tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten,
Pasal 8 ayat (3) yang menyatakan : “ Besarnya biaya penunjang oprasional Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan
potenso Pendapatan Asli Daerah paling rendah Rp 1,25 milyar dan paling tinggi sebesar
0,15 persen dengan memperhatikan azas Keterbukaan, Proporsionalitas, akuntabilitas,
efisiensi dan efektifitas”.
Bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan tersebut diatas serta data diri
Pemohon, maka Pemohon memiliki kedudukan hukum atau legal standing untuk mengajukan
permohonan Sengketa Informasi Publik ini.
C. Kedudukan hukum Termohon ( Legal Standing ).
Bahwa Biro Umum – Sekretariat Daerah Provinsi Banten adalah Badan Publik, hal ini dikarenakan
sampai saat ini untuk oprasionalnya masih menggunakan dana APBD dan Gaji Pegawainya juga
menggunakan dana APBD dan/atau APBN.
Bahwa berdasarkan aturan perundangan – undangan adapun yang dimaksud dengan Badan Publik
adalah :
1. Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik,
dalam Pasal 1 ayat (3), menyatakan bahwa : “Badan Publik adalah lembaga eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau
organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri“;
2. Pasal 1 angka (3) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar
Layanan Informasi Publik, menyatakan sebagai berikut :
“ Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri“;
Bahwa TERMOHON dalam hal ini Biro Umum – Sekretariat Daerah Provinsi Banten, memenuhi
ketentuan sebagaimana uraian tersebut diatas, karena keuangannya masih bersumber dari APBD
dan/atau APBN.
Bahwa dengan uraian tersebut diatas maka TERMOHON dalam hal ini Biro Umum – Sekretariat
Daerah Provinsi Banten memiliki legal standing atau kedudukan hukum sebagai TERMOHON
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
20-55
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kesimpulan dari Pemohon sebagai berikut :
1. Bahwa Majelies Komisioner Komisi Informasi Banten memiliki Kewenangan untuk
memeriksa dan mengadili sekaligus mengambil putusan atas sengketa informasi publik
antara PEMOHON dengan Inspektorat Provinsi Banten selaku TERMOHON;
2. Bahwa Pemohon memiliki Kedudukan Hukum (Legal Standing) sebagai Pemohon,
karena Pemohon adalah warga negara Republik Indonesia dan memiliki Kartu Tanda
Penduduk yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.
3. Bahwa TERMOHON, juga memiliki Kedudukan Hukum (Legal Standing) sebagai
Termohon, karena TERMOHON adalah Badan Publik yang untuk oprasionalnya
menggunakan dana dari APBD dan/atau APBN;
4. Bahwa atas pengiriman surat permohonan informasi dari Pemohon, Jawaban dari
Termohon, Pernyataan Keberatan dari Pemohon kepada atasan Badan Publik dan jawaban
/ tidak tanggapan dari atasan Badan publik sesuai dengan batasan WAKTU yang
dipersyaratkan dalam Undang – Undang nomor 14 Tahun 2008 Tentang KIP.
Majelies Komisioner Komisi Informasi yang Mulia,
Bahwa dalam rangka penyelesaian sengketa informasi antara Pemohon dengan Termohon, Komisi
Informasi Provinsi Banten telah melakukan persidangan, untuk itu Pemohon akan sampaikan
dalam Kesimpulan ini Fakta Persidangan yang terjadi, yakni sbb :
D. FAKTA PERSIDANGAN.
1. Sidang Pertama tanggal 10 Juli 2019.
Bahwa pada saat persidangan pertama tanggal 10 Juli 2019, dengan agenda pemeriksaan awal,
baik PEMOHON maupun TERMOHON hadir. TERMOHON diwakili oleh Bapak Sukendar
selaku PPID di Biro Umum – Sekretariat Privinsi Banten dan Bapak Ari Widodo selaku staf di
Biro Umum – Sekretariat Provinsi Banten.
Bahwa dalam persidangan awal tersebut dilakukan khususnya terhadap 4 (empat) hal oleh Majelies
Komisioner KI Banten, yakni :
a. Kewenangan KI Banten dalam menerima, memeriksa, dan memutus perkara a quo;
b. Legal standing Pemohon;
c. Legal Standing Termohon;
d. Batas Waktu Mekanisme Permohonan Informasi Publik Pemohon.
Bahwa pada Persidangan Pertama ini pun sempat dibahas Materi atau pokok permintaan Informasi
Publik yang dimintakan oleh Pemohon, dan berdasarkan keterangan dari Termohon, diketahui
bahwa :
Atas Permintaan Informasi Publik berupa berupa besaran PAD provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 yang dimintakan oleh Pemohon, dijawab oleh Termohon TIDAK
DIKUASAI dan disarankan meminta informasi publik ke BAPENDA atau BPKAD atau
BAPEDA Provinsi Banten, dan Pemohon menyetujui atas pernyataan dari Termohon;
Atas Permintaan Informasi Publik berupa penetapan BESARAN PROSENTASE dari
PAD provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk biaya oprasional Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten, yang dimintakan oleh Pemohon. Termohon menyatakan DIKUASAI,
yakni berupa copy SK Gubernur Banten;
Atas Permintaan Informasi Publik berupa BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018, yang dimintakan
Pemohon, Termohon menyatakan DIKUASAI, yakni berupa copy SK Gubernur Banten;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
21-55
Atas Permintaan Informasi Publik berupa BESARAN NILAI ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018, yang
dimintakan Pemohon, Termohon menyatakan DIKUASAI, yakni berupa copy SK
Gubernur Banten;
Atas Permintaan Informasi Publik berupa Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018, yang dimintakan oleh
Pemohon, dan TERMOHON menyatakan bahwa SPJ adalah termasuk dalam dokumen
yang dikecualikan, akan tetapi Termohon belum melakukan uji konsekwensi.
Termohon juga menyatakan bahwa selama ini atas SPJ Biaya Oprasional untuk Gubernur
dan Wakil Gubernur Provinsi Banten, hanya berupa TANDA TERIMA semacam Kwitansi
Penerimaan saja.
Bahwa pada persidangan awal ini, salah seorang Majelies Komisioner sempat mengingatkan
kepada Termohon, tentang beberapa Yurisprudensi dan ketentuan Peraturan Perundang –
undangan yang menyatakan bahwa SPJ adalah dokumen terbuka atau dokumen publik.
Bahwa pada Persidangan awal ini, Majelies Komisioner KI Banten, memutuskan menerima
Permohonan Sengketa Informasi Publik yang diajukan oleh Pemohon dan melanjutkan ke agenda
sidang , yakni MEDIASI pada tanggal 15 Juli 2019.
2. MEDIASI tanggal 15 Juli 2019
Bahwa agenda sidang selanjutnya, yakni agendanya adalah MEDIASI, Mediasi dilakukan pada
tanggal 15 Juli 2019 dan Termohon meminta waktu untuk berkoordinasi dengan pimpinan dan
Pemohon maupun termohon sepakat untuk mengagendakan kembali MEDIASI pada tanggal 31
Juli 2019.
3. Sidang Ketiga tanggal 31 Juli 2019.
Bahwa pada agenda MEDIASI kedua pada tanggal 31 Juli 2019, pihak Termohon menyatakan
bahwa atas SPJ Biaya Oprasional tersebut, hanya berupa TANDA TERIMA berupa KWITANSI
Penerimaan dari pimpinan (Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) dan Termohon tidak dapat
memberikannya.
Pemohon dalam MEDIASI kedua ini menyatakan apabila memang SPJnya hanya berupa TANDA
TERIMA berupa KWITANSI saja, maka Pemohon meminta TANDA TERIMA berupa
KWITANSI untuk diberikan kepada Pemohon sebagai informasi Publik.
Bahwa karena tidak mencapai kesepakatan, maka Pemohon mengajukan untuk menarik diri dari
MEDIASI, dan disepakati oleh TERMOHON.
Bahwa Mediator KI Banten juga sudah berupaya untuk terjadiya kesepakatan antara Pemohon dan
Termohon, serta menyampaikan hak dan kewajiban dari masing – masing pihak.
Karena Mediasi gagal maka dilanjutkan pada persidangan dengan agenda PEMBUKTIAN.
4. Sidang Keempat tanggal 13 Agustus 2019.
Bahwa agenda sidang keempat ini adalah PEMBUKTIAN, TERMOHON menyampaikan
pernyataan yang pada intinya menganggap meminta kepada Majelis Komisioner yang memeriksa
dan mengadili serta memutuskan perkara a quo untuk menolak Permohonan Sengketa Informasi
Publik yang diajukan oleh Pemohon karena menganggap Pemohon sebagai Pemohon yang tidak
mempunyai itikad tidak baik, karena melakukan pelaporan ke Bareskrim Mabes Polri dengan
menggunakan bukti rekaman vidio sidang di KI Banten pada persidangan pemeriksaan awal atau
sidang pertama tanggal 10 Juli 2019, dengan menggunakan lembaga milik Pemohon, yakni
Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
22-55
Bahwa salah seorang Majelies Komisioner sempat mempertanyakan kepada Termohon apakah
merasa keberatan atau tidaknya akan penggunaan vidio persidangan di KI Banten dijadikan bukti
pelaporan ke Bareskrim Mabes Polri.
Bahwa pihak Termohon menyatakan keberatan dengan penggunaan vidio persidangan di KI
Banten yang digukan sebagai barang bukti pelaporan oleh Pemohon, yang sebelumnya tidak
meminta ijin kepada Termohon, dan Termohon tetap berpendapat bahwa atas penggunaan Dana
Biaya Penunjang Oprasional Kepala daerah tidak diSPJkan dan selama ini tidak menjadi temuan
BPK bahkan BPK telah memberikan opini WTP atas APBD Provinsi Banten Tahun Anggaran
2017 dan 2018.
Bahwa salah seorang Majelies Komisioner juga mempertanyakan masalah Pelaporan ke Bareskrim
Mabes Polri oleh Pemohon, mengenai beberapa hal yakni masalah cara memperoleh rekaman vidio
tersebut, kedudukan Pemohon dalam lembaga milik Pemohon dan benar atau tidaknya laporan
tersebut.
Bahwa atas pernyataan dari Termohon dan pertanyaan tersebut, Pemohon menjawab :
a. Bahwa dalam Surat Permohonan Informasi Publik dari Pemohon yang ditujukan kepada
Termohon, tertulis tujuan dari permohonan informasi publik tersebut adalah :
“ Meningkatkan Pengawasan Masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efesien, akuntable
serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga terwujudnya clean and clear government
sebagaimana sering kali diucapkan oleh Bapak Gubernur Provinsi Banten “
Sehingga adanya Laporan Pengaduan dari Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke
Bareskrim Mabes POLRI adalah WUJUD dari pertanggungjawaban atas penggunaan dari
Biaya Penunjang Oprasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah agar
TERWUJUDnya CLEAN and CLEAR Government.
Sehingga adanya Laporan Pengaduan dari Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke
Bareskrim Mabes POLRI justru MENDUKUNG secara langsung atas ucapan dari Bapak
Gubernur Provinsi Banten.
b. Bahwa benar ada pelaporan ke Bareskrim Mabes Polri yang dilakukan oleh Perkumpulan MAHA
BIDIK INDONESIA, yakni berupa “ Laporan Pengaduan Atas Dugaan Penyimpangan
dan/atau Tidak Dipertanggungjawabkannya Penggunaan Dana Oprasional Dan
Dana Penunjang Oprasional Gubernur Provinsi Banten Tahun anggaran 2017 dan
2018”;
c. Bahwa Pemohon benar menggunakan rekaman vidio di Persidangan KI Banten yakni pada
persidangan tanggal 10 Juli 2019 sebagai salah satu bukti yang dilampirkan dalam Laporan
Pengaduan Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA, dimana Pemohon sebagai Ketua
dari Perkumpulan tersebut, dan Perkumpulan Maha Bidik Indonesia adalah Badan Hukum
Perdata yang telah memiliki Akta Notaris (Bukti P – 9 ) dan telah terdaftar di
Kemenkumham RI (Bukti P -10) ;
d. Bahwa rekaman vidio persidangan di KI Banten pada tanggal 10 Juli 2019, didapatkan oleh
Pemohon dengan cara mengajukan permohonan resmi ke KI Banten, dan Pemohon
memiliki copy permohonan atas permintaan resmi tersebut ke KI Banten (Bukti P - 11).
e. Bahwa menurut Pendapat Pemohon, persidangan di KI Banten telah dinyatakan terbuka
untuk umum, oleh Ketua Majelis Komisioner yang memeriksa, mengadili dan memutuskan
perkara ini, dan rekman vidio persidangan di KI Banten pada tanggal 10 Juli 2019 juga
Pemohon dapatkan secara legal/resmi melalui proses permintaan informasi publik ke KI
Banten, serta Pemohon berpendapat tidak ada aturan yang melarang penggunaan vidio
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
23-55
rekaman persidangan di KI Banten untuk dijadikan sebagai salah satu bukti untuk
dilakukan proses penyelidikan dan/atau penyidikan di aparat penegak hukum.
Bahwa menurut pendapat Pemohon, Pemohon telah menemukan bukti permulaan awal
adanya dugaan tindak pidana yang telah terjadi ketika adanya dugaan penyimpangan
dan/atau tidak diSPJkannya dana oprasional dan dana penunjang oprasional gubernur
banten tahun anggaran 2017 dan 2018.
Bahwa salah satu dasar hukum untuk Pemohon melaporkan hal tersebut adalah ketentuan
Pasal 10 PERATURAN DAERAH (PERDA) Provinsi Banten nomor : 4 Tahun 2005
Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi
Banten, (Vide Bukti P – 8) yang menyatakan :
“ Penganggaran atau tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban belanja Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk tujuan lain diluar ketentuan yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini dinyatakan melanggar hukum.”
Bahwa menurut Pendapat Pemohon, penggunaan Dana Biaya Penunjang Oprasional tetap
harus diSPJkan karena baik dalam PP 109 Tahun 2000 maupun dalam PERDA Provinsi
Banten Nomor : 4 Tahun 2005, penggunaannya sangat spesifik dan terinci serta sangat
khusus untuk apa saja pos – pos biaya uang menjadi beban belanja dari Biaya Penunjang
Oprasional tersebut,
Bahwa Pemohon juga mencontohkan beberapa daerah lain seperti :
a. DKI Jakarta, yang dipertanggungkawabkan penggunaannya bahkan ada pengembalian
sisa dana Biaya Penunjang Oprasional yang dikembalikan ke Kas daerah era Gubernur
Basuki Cahaya Purnama (BTP) atau lebih dikenal dengan sebutan AHOK; (Bukti P –
12)
b. Provinsi Jawa Tengah bahkan diatur besaran biaya penunjang oprasionalnya serta
bagaimana cara pertanggungjawabnya dalam bentuk PERGUB no 45 Tahun 2015
Tentang Pedoman Biaya Penunjang Oprasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah; (Bukti P – 13)
c. Provinsi Kalimantan Timur tentang temuan BPK atas penggunaan Dana Biaya
Penunjang Oprasional Gubernur Awang Faroek Ishak pada Tahun anggaran 2013.
(Bukti P – 14)
Bahwa kemudian Majelis Komisoner KI Banten yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara ini, meminta kepada Termohon untuk menghadirkan saksi ahli yang memperkuat
dalil dari Termohon yang menyatakan atas penggunaan Biaya Penunjang Oprasional
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak harus di SPJ Kan, dan menunda
persidangan pada tanggal 20 Agustus 2019 dengan agenda Pemeriksaan Saksi Ahli dari
Termohon., dengan catatan persidangan akan dilakukan jika adanya pemberitahuan dari
Termohon tentang ada atau tidaknya Saksi Ahli dihadirkan serta jika tidak ada Saksi Ahli
maka akan langsung diagendakan sidang putusan pada tanggal 27 Agustus 2019, dengan
batas akhir penyerahan KESIMPULAN pada tanggal 23 Agustus 2019.
5. Sidang Kelima tanggal 20 Agustus 2019.
Bahwa pada Persidangan kelima ini, dengan agenda meminta keterangan Saksi Ahli dari
Termohon, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Majelies Komisioner yang memeriksa,
mengadili dan memutuskan perkara ini pada penutupan sidang Pemeriksaan Bukti, maka
Pemohon pada tanggal 19 Agustus 2019, melalui pesan WA (Whatsapp) menanyakan
kepada Panitera KI Banten tentang jadi atau tidaknya sidang pada tanggal 20 Agustus 2019,
dan jawaban dari pihak Panitera KI Banten belum dapat dipastikan karena belum ada kabar
dari pihak Termohon.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
24-55
Bahwa pada tanggal 20 Agustus 2019, Pemohon dalam perjalanan ke Serang, kira – kira
jam 09.00 mjenerima pesan WA (Whatsapp) dari Panitera KI Banten yang isinya bahwa
pihak Termohon tidak menghadirkan Saksi Ahli, dan ketika mendekati jam 10.00 Pemohon
mendapatkan telephone dari Panitera KI Banten bahwa persidangan tanggal 20 Agustus
2019 ini tetap akan dilaksanakan walaupun dari pihak Termohon tidak menghadirkan saksi
ahli.
JALANNYA PERSIDANGAN.
Setelah dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelies Komisioner KI
Banten yang memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara a quo, Majelies menanyakan
kepada Termohon tentang kehadiran Saksi Ahli.
Bahwa Termohon menjawab bahwa pihak Termohon tidak menghadirkan saksi ahli.
Bahwa kemudian salah seorang anggota Majelies Komisioner menanyakan kepada
Pemohon, perihal perkembangan atas Laporan di Mabes Polri, dan dijawab oleh Pemohon
bahwa sudah sampai di Biro Oprasi Mabes Polri untuk selanjutnya akan mendisposisi
dan/atau menunjuk Unit Kerja yang akan menangani Lapora tersebut.
Dan selanjutnya masih dari anggota Majelies yang sama, menanyakan kepada pihak
Termohon, apakah akan ada langkah hukum terhadap Pemohon, atas Laporan ke Mabes
Polri yang dilakukan oleh Pemohon dan dijawab oleh Termohon belum ada langkah ke
arah pelaporan dan itu semua tergantung dari Prinsipal.
Persidangan ditutup dengan menganggendakan penyampaian kesimpulan paling lambat
tanggal 26 Agustus 2019 dan Pembacaan Putusan pada tanggal 30 Agustus 2019.
6. TANGGAPAN KHUSUS PEMOHON
Bahwa dalam Penyampaian Kesimpulan atas Perkara a quo, Pemohon secara khsus akan
membahas 2 (dua) hal yakni :
a. Tentang Pernyataan dari Termohon yang menyatakan bahwa Laporan Perkumpulan
MAHA BIDIK INDONESIA ke Bareskrim Mabes POLRI dianggap Tidak Sesuai dengan
tujuan permintaan Informasi Publik dari Pemohon dan meminta kepada Majelis
Komisioner KI Banten, untuk menolak Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi
dengan alasan Pemohon tidak memiliki ITIKAD BAIK dengan alasan melakukan Laporan
Pengaduan ke Mabes Polri melalui Perkumpulan MAHA BIDIK INDOENSIA dimana
Pemohon adalah Ketua dari Perkumpulan tersebut; dan
b. Pernyataan salah seorang Majelies Komisioner KI Banten yang memeriksa, mengadili dan
memutuskan perkara a quo yang menyatakan alasan tentang adanya Laporan Pengaduan
ke Bareskrim Mabes Polri padahal persidangan di KI Banten atas perkara a quo belum
selesai..
Adapun tanggapan secara khusus dari Pemohon adalah sbb :
I. Untuk menjawab Pernyataan TERMOHON sebagaimana dimaksud pada huruf
(a) maka Pemohon dapat sampaikan sbb :
1. Bahwa ketentuan tentang Permohonan yang tidak dilakukan dengan sungguh – sungguh
dan itikad baik, diatur dalam KEPUTUSAN KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT
nomor : 01/KEP/KIP/V/2018 tanggal 25 Mei 2018.
Adapun khusus tentang Permohonan Pemohon yang dianggap oleh Termohon Tidak
Sesuai dengan Tujuan Permohonan Informasi, diatur dalam DIKTUM KEDUA huruf a,
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
25-55
dan dijelaskan pada DIKTUM KETIGA angka 2, adapun yang dimaksud dengan
Permohonan Tidak sesuai atau tidak ada RELEVANSInya dengan permohonan Pemohon
adalah sbb :
a. Mengajukan Permohonan Informasi Publik yang sama, dan/atau berbeda lebih dari satu
kali kepada Badan Publik yang sama dalam jangka waktu yang berdekatan;
b. Mengajukan Permohonan Informasi Publik lebih dari satu kali kepada Badan Publik
yang berbeda tetapi tidak ada perubahan terhadap subtansi yang sudah pernah diminta;
dan/atau
c. Permohonan Informasi Publik yang diminta tidak memiliki kerugian secara langsung
atas tidak diperolehnya informasi.
Bahwa dari ketiga Kriteria tersebut diatas, menurut pendapat Pemohon, tidak ada satupun
kriteria yang dapat dikenakan kepada Pemohon.
Bahwa adanya Laporan Pengaduan oleh Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke
Mabes POLRI yang mana salah satu alat buktinya adalah vidio rekaman persidangan di KI
Banten adalah justru sesuai dengan tujuan dari Permohonan Informasi Publik yang tertulis
di Surat Permohonan Informasi Publik yang ditujukan kepada Termohon, yakni :
“ Meningkatkan Pengawasan Masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efesien, akuntable
serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga terwujudnya clean and clear
government sebagaimana sering kali diucapkan oleh Bapak Gubernur Provinsi Banten “
Bahwa adapun Clean and Clear government secara umum dapat diartikan sebagai
Pemerintahan yang bersih, dan mengacu kepada ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang –
Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang PENYELENGGARAAN NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME, (Bukti P – 15)
dinyatakan :
“ Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang menaati asas asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.”
Dan diantara asas – asas umum penyelenggaraan negara adalah asas KETERBUKAAN
dan asas AKUNTABILITAS, dan berdasarkan PENJELASAN Pasal 3 UU no 28 Tahun
1999 disebutkan :
Angka 4 Pasal 3 UU no 28 Tahun 1999 menyatakan : Yang dimaksud dengan “Asas Keterbukaan” adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara.
Angka 7 Pasal 3 UU no 28 Tahun 1999 menyatakan : Yang dimaksud dengan “Asas Akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Bahwa permintaan Informasi Publik berupa Biaya Oprasional Kepala Daerah Dan wakil
kepala daerah yang dimintakan oleh Pemohon, Hak Pemohon sebagai masyarakat, sehingga sudah selayaknya Pemohon memperoleh haknya apalagi hak tersbut juga
diatur dalam UUD 1945 yang MENJADI KONSIDERAN dalam pembentukan UU 14
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
26-55
Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik yakni Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F,
dan Pasal 28 J UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahwa Biaya Oprasional dan Biaya Penunjang Oprasional dianggarkan dalam Anggaran
Pendaatan Dan Belanja Daerah (APBD), hal tersebut jelas tertulis baik dalam PP 109 tahun
2000 maupun PERDA Provinsi Banten nomor 4 Tahun 2005.
Bahwa argumentasi dari Termohon yang menyatakan bahwa Biaya Penunjang Oprasional
sebagai TAMBAHAN PENGHASILAN bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
karena penganggarannya dikatagorikan sebagai Belanja Tidak Langsung dan
pertanggungjawabannya cukup dengan TANDA TERIMA berupa KWITANSI adalah
suatu Pemahaman yang menurut Pendapat Pemohon adalah Keliru.
Pemohon berpendapat atas Biaya Penunjang Oprasional BUKAN sebagai TAMBAHAN
PENGHASILAN bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, karena berdasarkan
ketentuan sbb :
1. Jika dianggap sebagai TAMBAHAN PENGHASILAN maka berdasarkan UU
PERPAJAKAN, harus ada Bukti Potong atas PAJAK PENGHASILAN;
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 huruf (h) PP 109 tahun 2000 (Vide Bukti P – 7)
peruntukan Biaya Penunjang Oprasional adalah terbatas untuk :
a. Biaya Koordinasi;
b. Biaya Penanggulangan Kerawanan Sosial Masyarakat;
c. Biaya Pengamanan; dan
d. Biaya Kegiatan Khusus lainnya.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (2) PERDA BANTEN Nomor : 4 Tahun
2005 (Vide Bukti P – 8) peruntukan Biaya Penunjang Oprasional adalah terbatas untuk
:
a. Koordinasi yang meliputi Koordinasi vertikal, horizontal dan sub ordinatif;
b. Penanggulangan Kerawanan Sosial Masyarakat;
c. Pengamanan dan Biaya Kegiatan Khusus lainnya guna mendukung pelaksanaan
tugas Kepala daerah dan Wakil kepala daerah seperti kenegaraan, promosi dan
kegiatan protokoler lainnya.
4. Bahwa berdasarkan Surat Penjelasan dari Direktorat Jendral PERBENDAHARAAN
Kantor Wilayah Provinsi Banten nomor : S-287/WPB.11/BD.04/2019 tanggal 16
Agustus 2019, ( Bukti P – 16) pada angka 3 dinyatakan Biaya Oprasional dan Biaya
Penunjang Oprasional Gubernur dan Wakil Gubernur yang menggunakan dana yang
bersumber dari APBD pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah (Kas Daerah) setempat
dengan mengacu pada PERATURAN DAERAH serta ATURAN KEMENTRIAN
DALAM NEGERI.
Ketentuan PERATURAN DAERAH
Bahwa di Provinsi Banten ketentuan Biaya Oprasional dan Biaya Penunjang Oprasional Gubernur dan Wakil Gubernur sudah diatur
dalam PERDA no 4 Tahun 2005;
Bahwa berdasarkan ketentuan PERGUB Banten nomor 2 Tahun 2018 (Bukti P – 17) Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Beanja Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2018, pada ASAS
UMUM dinyatakan
Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan aturan perundang –
undangan;
Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung
dengan BUKTI YANG LENGKAP dan SAH serta harus
mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang, dan
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
27-55
bertanggungjawab atas kebenaran material yang imbul dari
penggunaan BUKTI dimaksud.
Ketentuan KEMENTRIAN DALAM NEGERI
Bahwa ketentuan PERMENDAGRI No 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH, pada Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“ Keuangan Daerah dikelola secara tertib, TAAT Kepada Peraturan Perundang – Undangan, Efektif, Efisien, Ekonomis, Transparan dan Bertanggung Jawab dengan memperhatikan Azas Keadilan, Kepatutan dan Manfaat untuk Masyarakat”.
Pada Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa : “ Menyatakan Secara Tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Bahwa Keuangan Daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat
guna YANG DIDUKUNG DENGAN BUKTI – BUKTI
ADMINISTRASI YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN;
Bahwa ketentuan PERMENDAGRI No 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH, pada Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“ Setiap Pengeluaran atas Beban APBD harus didukung dengan Bvukti
Yang Lengkap dan Sah”
Bahwa ketentuan PERMENDAGRI No 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH, pada Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa :
“ Bukti sebagiaman dimaksud pada ayat (1) harus mendapat Pengesahan
oleh Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab atas kebenaran
material yang timbul dari penggunaan Bukti dimaksud.
Bahwa berdasarkan artikel dari HELPDESK AKUNTANSI DAN PELAPORAN
KEUANGAN DITJEN PERBENDAHARAAN, mengenai Pengertian apakah yang
dimaksud dengan BUKTI PENGELUARAN YANG LENGKAP DAN SAH?
(Bukti P 18)
Jawabannya adalah : “ Bukti pengeluaran yang lengkap dan sah adalah Bukti
Pengeluaran YANG LENGKAP SESUAI DENGAN PERUNTUKANNYA dan
telah disahkan oleh Pejabat yang berwenang.
Bahwa disamping hal tersebut, diketahui berdasarkan dokumen yang Pemohon peroleh dari
BPK R.I. yakni berupa LHP LKPD Provinsi Banten (Bukti P -19) yang merupakan hasil Audit
BPK Perwakilan Banten atas APBD Tahun anggaran 2017 diketahui atas Biaya Oprasional
dan Biaya Penunjang Oprasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum dilakukan
audit.
Padahal pada Tahun Anggaran 2017 BPK membuat OPINI WTP kepada Pemprov Banten, hal
ini membuktikan bahwa WTP tersebut bukan berati atas seluruh OPD telah dilakukan audit
oleh BPK, BPK hanya melakukan Audit berupa SAMPLING dan dilakukan RANDOM dan
berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh bagian Humas BPK Perwakilan Banten baru
akan melakukan audit terhadap Biaya Oprasional dan Biaya Penunjang Oprasional Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten pada Tahun Anggaran 2018.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
28-55
II. Untuk menjawab Pernyataan salah satu Majelis Komisioner KI Banten
sebagaimana dimaksud pada huruf (b) maka Pemohon dapat sampaikan sbb :
1. Perihal Laporan Pengaduan (LAPDU) atau Pengaduan Masyarakat (DUMAS)
Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke Bareskrim Mabes Polri.
Bahwa atas Laporan Pengaduan Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke Bareskrim
Mabes Polri dilakukan atas dasar ketentuan :
a. PP nomor : 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (Bukti P – 20) menyatakan pada
Pasal 2 ayat (1) bahwa :
“Setiap Orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat berhak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi serta menyampaikan saran dan pendapat kepada Penegak Hukum dan atau Komisi mengenai perkara tindak pidana korupsi”;
b. PP nomor : 71 Tahun 2000Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyatakan pada Pasal 2 ayat (2)
bahwa :
“ Penyampaian Informasi, saran dan pendapat atau permintaan informasi harus dilakukan secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku, norma agama, kesusilaan dan kesopanan”;
c. PP nomor : 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyatakan pada Pasal 3 ayat (1)
huruf (b) bahwa :
“ Keterangan mengenai dugaan pelaku tindak pidana korupsi dilengkapi dengan bukti bukti permulaan”;
d. PASAL 10 Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Banten nomor : 4 Tahun
2005, yang menyatakan bahwa :
“ Penganggaran atau tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk tujuan lain diluar ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini dinyatakan melanggar hukum.”
Bahwa adapun mengenai Mengapa Laporan Pengaduan dilakukan pada saat
Persidangan di KI Banten belum selesai dapat disampaikan sbb :
a. Adanya YURISPRUDENSI yakni putusan KI Pusat dengan Nomor:
002/X/KIP-PS-A/2010 tanggal 8 Februari 2011 (Bukti P – 21) dan
sudah mempunyai KEKUATAN HUKUM yang TETAP antara Pemohon ICW dan Termohon MABES POLRI, persidangan dilakukan
bahkan sedang berlangsungnya PROSES PENYELIDIKAN yang
sedang dilakukan oleh Pihak MABES POLRI, atas permasalahan
REKENING GENDUT ;
b. Bahwa berdasarkan artikel dari Kementrian Hukum dan HAM R.I., (Bukti P
– 22) diketahui UU 14 Tahun 2008 diklasifikasikan sebagai UU daam
TINDAK PIDANA KORUPSI, sehingga Pemohon berpendapat justru
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
29-55
persidangan di KI Banten tentang perkara a quo telah membantu program
pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam program
Pemberantasan Dugaan Tindak Pidana Korupsi.
E. Kesimpulan Pemohon
1. Bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki Kewenangan untuk memeriksa,
mengadili dan memutuskan atas perkara a quo;
2. Bahwa Pemohon memiliki legal standing dalam perkara a quo;
3. Bahwa Termohon memiliki legal standing dalam perkara a quo;
4. Bahwa Batasan Waktu tidak melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam UU 14
Tahun 2008 maupun PERKI no 1 Tahun 2013.
5. Bahwa dokumen yang dimintakan oleh Pemohon adalah Informasi yang bersifat
TERBUKA dan dikuasai oleh Termohon kecuali pada point (1);
6. Bahwa Termohon dalam Persidangan mengakui atas Biaya Penunjang Oprasional Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten Penganggarannya ada di Biro Umum
Sekretariat Pemprov Banten;
7. Bahwa Termohon dalam Persidangan mengakui atas Biaya Penunjang Oprasional Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten SPJnya hanya berupa Tanda Terima
berupa Kwitansi;
8. Bahwa Pernyataan Termohon yang menganggap bahwa atas Laporan Pengaduan
Perkumpulan MAHA BIDIK INDONESIA ke Bareskrim Mabes Polri dengan bukti Vidio
persidangan di KI Banten dan meminta agar Majelis Komisioner KI Banten yang
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara a quo untuk menolak permohonan dari
Pemohon hanyalah ALIBI, tanpa berdasarkan aturan perundang – undangan yang berlaku
dan keterangan dari saksi ahli yang menguatkan ALINI dari termohon sendiri;
9. Bahwa Termohon berdasarkan Fakta Persidangan terlihat tidak memiliki itikad baik untuk
memberikan Informasi publik yang dimintakan kepada Pemohon
10. Bahwa Pemohon dalam Persidangan menyatakan bahwa atas Biaya Penunjang Oprasional
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten seharusnya di SPJ kan karena
peruntukan penggunaannya telah ditentukan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang – undangan yakni berupa :
a. PP 109 Tahun 2000 Kedudukan Keuangan kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
b. PERDA Provinsi Banten nomor : 4 Tahun 2005 Tentang Kedudukan Keuangan kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten
c. PERMENDAGRI nomor 59 Tahun 2007, terakhir diubah dengan PERMENDAGRI
No 21 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
d. PERGUB Banten nomor 2 Tahun 2018 Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Beanja Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2018; e. PP nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
11. Bahwa SPJ adalah dokumen terbuka, berdasarkan ketentuan dan Yurispridensi berupa : a. UU 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara Pasal 19 ayat (1);
b. PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4 ayat (1) yang
berlaku sampai dengan tanggal 11 Maret 2019;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
30-55
c. PP 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 3 ayat (1) yang
mulai berlaku pada tanggal 12 Maret 2019;
d. Pasal 4 ayat (1) Permendagri 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
yang telah 2 (dua) kali diubah dan terakhir diubah dengan Permendagri no 21 Tahun
2011 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
e. Pasal 13 ayat (1) huruf d angka (3) Peraturan Komisi Informasi No 1 Tahun 2010
Tentang Standart Layanan Informasi Publik;
f. Putusan PTUN – Bandar Lampung Nomor : 24/G/2012/PTUN-BL.
12. Bahwa berdasarkan dokumen LHP LKPD Provinsi Banten Tahun 2017 yang merupakan
dokumen hasil audit BPK Perwakilan Banten diketahui bahwa atas Biaya Oprasional dan
Biaya Penunjang Oprasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Banten
tidak menjadi obyek audit BPK Perwakilan Banten;
13. Bahwa Laporan Pengaduan di Mabes Polri dilakukan oleh Perkumpulan MAHA BIDIK
INDONESIA;
14. Bahwa Laporan Pengaduan di Mabes Polri adalah dalam rangka mendukung Program
Bapak Gubernur Banten dalam rangka CLEAN and CLEAR GIVERMENT;
15. Bahwa Laporan Pengaduan di Mabes Polri adalah dalam rangka mendukung Program
Pemerintah dalam upaya memberantas digaan tindak pidana Korupsi;
16. Bahwa Laporan Pengaduan di Mabes Polri, tidak menjadikan proses persidangan di KI
Banten terganggu bahkan sudah ada YURISPRUDENSInya yakni putusan KI PUSAT
nomor : 002/X/KIP-PS-A/2010 tanggal 8 Februari 2011 antara ICW sebagai Pemohon
dan Mabes POLRI sebagai Termohon dalam permasalahan Rekening Gendut;
17. Bahwa UU 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dikatagorikan oleh
Kemenkumham R.I. sebagai Undang – Undang dalam Tindak Pidana Korupsi;
F. Petitum Pemohon
Bahwa merujuk pada uraian yang Pemohon sampaikan diatas dan berdasarkan pada bukti – bukti
tertulis dan Pernyataan dari pihak TERMOHON, serta fakta persidangan dan berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang ada, untuk itu Pemohon tetap pada permohonan awal yaitu
memohon kepada Komisi Informasi Provinsi Banten c.q Majelies Komisioner yang memeriksa
dan mengadili dan memutus perkara a quo berkenan untuk memutus :
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan bahwa dokumen berupa :
a. Dokumen atau yang sejenisnya berupa besaran PAD provinsi Banten Tahun
2017 dan 2018 sebagai dasar acuan perhitungan besaran prosentase untuk biaya
oprasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten berdasarkan PP 109 Tahun
2000;
b. Dokumen atau yang sejenisnya tentang penetapan BESARAN PROSENTASE
dari PAD provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk biaya oprasional
Gubernur dan Wakil Gubernur Banten;
c. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN
Biaya Oprasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
31-55
d. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN
Biaya Oprasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan
2018;
e. Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang REALISASI PENGGUNAAN
ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Banten pada tahun 2017 dan 2018.
3. Memerintahkan kepada TERMOHON untuk memberikan hardcopy berupa :
a. Dokumen atau yang sejenisnya berupa besaran PAD provinsi Banten Tahun
2017 dan 2018 sebagai dasar acuan perhitungan besaran prosentase untuk biaya
oprasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten berdasarkan PP 109 Tahun
2000;
b. Dokumen atau yang sejenisnya tentang penetapan BESARAN PROSENTASE
dari PAD provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 untuk biaya oprasional
Gubernur dan Wakil Gubernur Banten;
c. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN
Biaya Oprasional untuk Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan 2018;
d. Dokumen atau yang sejenisnya tentang BESARAN NILAI ANGGARAN
Biaya Oprasional untuk Wakil Gubernur Provinsi Banten pada tahun 2017 dan
2018;
e. Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang REALISASI PENGGUNAAN
ANGGARAN Biaya Oprasional untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Banten pada tahun 2017 dan 2018.
Kecuali pada point (a) yang Tidak Dikuasi Oleh Termohon.
4. Apabila Majelies Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten yang menerima,
memeriksa dan mengadili Sengketa Informasi ini berpendapat lain mohon kiranya dapat
memutus Sengketa informasi ini dengan seadil-adilnya sebagaimana azaz exaequo et bono,
agar dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian Kesimpulan atas Sengketa Informasi Publik ini Pemohon sampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya Pemohon ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
PEMOHON
Moch Ojat Sudrajat S.
[3.2] Menimbang bahwa Termohon memberikan Kesimpulan akhir kepada Komisi Informasi
Provinsi Banten Pada hari Senin, tanggal 26 Agustus 2019. Sebagai berikut:
Serang, 26 Agustus 2019
Perihal
Kesimpulan Sengkta
Informasi Publik
Yth.
Kepada
Ketua Majelis Komisi Informasi Publik
Proivnsi Banten, yang memeriksa dan
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
32-55
:
Register Nomor
022/VI/KI BANTEN-
PS/2019
memutuskan Perkara Register Nomor :
022/VI/KI BANTEN-PS/2019
di-
S E R A N G
Yang bertandatangan dibawah ini :
1. Rahmadi, SH, M.Si. Kepala Bagian Bantuan Hukum dan HAM Biro Hukum Setda Prov.
Banten;----------------------------------------------------------------------
2. Drs. Sukandar, M.Si Kepala Bagian Tata Usaha Biro Umum Setda Provinsi Banten;-----------
3. Agus Sunendar, SH. Kepala Sub. Bagian Sengketa Hukum Biro Hukum Setda Prov. Banten;-
4. Ari Widodo, S.STP, M.Si Kepala Sub Bagian TU Biro dan Perpusatakaan, Biro Umum Setda
Provinsi Banten;----------------------------------------------------------
5. Dadi Supriadi Pelaksana pada Seksi Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas
Komunikasi Statistik dan Persandian;---------------------------
Domisili tetap dan berkantor di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten Jalan Syekh
Nawawi Al Bantani, Curug, Kota Serang Provinsi Banten:--------------
- Yang dalam hal ini, bertindak sebagai KUASA, oleh karenanya untuk dan atas nama Biro
Umum Setda Provinsi Banten; ------------------ (TERMOHON)
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 180/327-Umum/2019 tanggal 11 Juli 2019;-----
- Mengajukan KESIMPULAN terhadap Permohonan Pemohon, Perkara Nomor: 022/VI/KI
BANTEN-PS/2019, tersebut:-----------------------------------
- Telah membaca semua surat – surat Permohonan ini dari Pemohon dan Termohon;---------
- Telah membaca semua surat – surat bukti Sengketa Informasi Publik ini;---
- Dengan alasan-alasan hukum, sebagai berikut;-----------------------------------
Dengan alasan-alasan hukum, sebagai berikut:----------------------------------------
I. PAKTA DAN DATA
1. Pemohon mengajukan permohonan informasi kepada PPID Pembantu Biro Umum Setda
Provinsi Banten dengan Nomor : 077/Pri-KIP/IV/19, tanggal 24 April 2019, adapun
informasi yang dimohon adalah sebagai berikut :-------------------------------------
1) Besaran PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018 sebagai dasar acuan
perhitungan besaran prosentase untuk biaya operasional Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten;--------------------------------------
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
33-55
2) Penetapan besaran prosentase dari PAD Provinsi Banten Tahun 2017 dan 2018
untuk biaya operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten;-----------------------
3) Dokumen atau yang sejenisnya tentang besaran nilai anggaran biaya operasional
untuk Gubernur Banten Tahun 2017 dan 2018;------------
4) Dokumen atau yang sejenisnya tentang besaran nilai anggaran biaya operasional
untuk Wakil Gubernur Banten Tahun 2017 dan 2018;-----
5) Dokumen SPJ atau yang sejenisnya tentang realisasi penggunaan anggaran biaya
operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Banten Tahun 2017 dan 2018;-----------
2. PPID Pembantu Biro Umum memberikan jawaban informasi dimaksud kepada Pemohon
dengan Surat Nomor : 045.4/168-TU-Umum/2019, tanggal 6 Mei 2019;-------
3. Pemohon mengirimkan surat kepada Sekretaris Daerah Provinsi Banten selaku atasan
PPID Nomor : 088/Pri-KIP/V/19 tanggal 9 Mei 2019 perihal Pernyataan Keberatan atas
ditanggapi tetapi tidak sebagaimana yang dimintakan oleh Pemohon Informasi Publik;--
4. PPID Provinsi Banten mengirimkan jawaban atas Keberatan Informasi Publik kepada
Pemohon dengan Nomor : 555/127-DKISP.PPID/2019 tanggal 21 Juni 2019, dimana isi
surat dimaksud Tim Pertimbangan menguatkan tanggapan PPID Pembantu Biro Umum
Setda Provinsi Banten;------------------------------------------------------------------------------
5. Pemohon mengirimkan surat kepada Komisi Informasi Provinsi Banten Nomor : 099/Pri-
UMUM/VI/19 tanggal 27 Juni 2019 Perihal Permohonan Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik;----------------------------------------
6. Komisi Informasi Provinsi Banten mengeluarkan surat panggilan Nomor :
077/IV/KIPBANTEN-RLS/2019, yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 Juli
2019 pukul 13.30 WIB tempat Komisi Informasi Provinsi Banten, Agenda Pemeriksaan
Awal Sengketa Inforamsi Publik dengan Nomor Register 022/VI/KI BANTEN-PS/2019,
antara Moch. Ojat Sudrajat S sebagai Pemohon terhadap Biro Umum Setda Provinsi
Banten;----------
7. Bahwa pada sidang awal pada tanggal 10 Juli 2019, Majelis Komisi Informasi memeriksa
Legal Standing dari Pemohon dan Termohon, serta Pemohon menjelaskan terkait
Maksud dan Tujuan Informasi yaitu meningkatkan pengawasan masyarakat dan peran
aktif masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang
transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga
terwujudnya clean and clear government sebagaimana sering kali diucapkan oleh Bapak
Gubernur Provinsi Banten serta didokumentasikan oleh Sekretariat Komisi Informasi
Provinsi Banten;---------------------------------------------------------
8. Bahwa guna menindaklanjuti sidang pada angka 7 diatas, maka pada tanggal 31 Juli 2019
diadakan mediasi di Komisi Informasi Publik, namun tidak dicapai kata sepakat,
pemohon menarik diri dari Mediasi;-------------
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
34-55
9.Mengikuti perkembangan terbaru dari beberapa media massa/media on line saat ini sedang
ramai pemberitaan terkait dengan Biaya penunjang operasional (BPO) Gubernur dan
Wakil Gubernur Banten yang oleh pihak pemohon Moch. Ojat Sudrajat melalui
Organisasi lembaga swadaya masyarakat Perkumpulan Maha Bidik Indonesia telah
dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri pada Tanggal 2 Agustus 2019 (print out
pemberitaan terlampir);------------------------------------------------------------
10. bahwa dalam persidangan diakui oleh Pemohon, bahwa laporan pengaduan pihak pemohon
Moch. Ojat Sudrajat sebagai Organisasi lembaga swadaya masyarakat Perkumpulan
Maha Bidik Indonesia adalah video rekaman persidangan awal Komisi Informasi
Provinsi Banten pada Tanggal 10 Juli 2019, yang diperoleh dari Komisi Informasi
Provinsi Banten tanpa seijin Majelis Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten, hal
ini merupakan pelanggaran atas tujuan informasi dan kami anggap pemohon tidak
beritikad baik, sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf a, Peraturan Komisi Informasi Nomor
1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, yang berbunyi
:--------------------
(3) Yang dimaksud dengan permohonan yang tidak dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan itikad baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:------------
a. melakukan permohonan dalam jumlah yang besar sekaligus atau berulang-
ulang namun tidak memiliki tujuan yang jelas atau tidak memiliki
relevansi dengan tujuan permohonan;---------------------------
II. ANALISIS YURIDIS
1. Berdasarkan Fakta pada angka 9 tersebut diatas, kami beranggapan bahwa pemohon tidak
beritikad baik. Menurut termohon bahwa pihak pemohon sudah tidak sesuai dengan
tujuan awal dari permintaan informasi publik yaitu meningkatkan pengawasan
masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik sebagaimana surat pemohon Nomor: 077/pri-KIP/IV/19 Tanggal 24 April
2019, dimana Pemohon menggunakan informasi yang diperoleh sebagai bahan laporan
pengaduan kepada Aparat Penegak Hukum;-----------------
Menurut S.P. Siagian pengawasan adalah merupakan langkah sekaligus salah satu fungsi
organik manajemen yang sangat penting dikatakan demikian karena melalui pengawasan
diteliti apakah hal yang tercantum dalam melaksanakan dengan baik atau tidak;----------
------------------------
Kartini kartono (2002:153) memberi pengertian pengawasan adalah pada umumnya para pengikut
dapat bekerja sama dengan baik ke arah pencapaian sasaran dan tujuan umum organisasi
pengawasan untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghindari penyimpangan-penyimpangan jika
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
35-55
perlu segera melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan- penyimpangan tersebut;-------
--------------------------------
Menurut Situmorang dan Juhir (2001:22) maksud pengawasan adalah untuk :-------------
1. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak;---------------
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan yang baru;-------------
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah
kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan;----------------
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan)
seperti yang telah ditentuka dalam planning atau tidak;-
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
planning, yaitu standar;----------------------------------
Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 2001:22) juga mengemukakan tentang maksud
pengawasan, yaitu:---------------------------------------------
1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan;-----------------------------------------------
2. Untuk mengetahui apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan;----------------------
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan
kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk
memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah;-------------
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan
perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar;-----
Dari keempat pendapat di atas dapat diatas dapat disimpulkan bahwa maksud
pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala
sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, seta mengukur
tingkat kesalahan yang terjadi sehinga mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik;-
Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi
manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
peraturan.”;--------------------------------------------------------------------------
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara
untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik
pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
36-55
samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran
pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau
target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:---------------------------
1) Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;------------------------
2) Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;---------------------------
3) Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana;-----------
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan
dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi;------------------------------------------
Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:-----------
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta
dalam pengambilan keputusan;---------------------------
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-
proyek pembangunan;---------------------------------
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri;--------------------------------------
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu;-------------------
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;---------
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka;-----------------------------------------
Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang
(masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program
pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada
tahap evaluasi;------------------------------------------------------------------------------
2.Berdasarkan uraian di atas menurut termohon bahwa Pemohon Informasi telah melakukan
pelanggaran terhadap Pasal 3 jo Pasal 5, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, karena yang bersangkutan menyerahkan
atau menggunakan informasi yang diperoleh dan penggunaannya tidak
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
37-55
sesuai/bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
dimaksud Pasal 3 huruf c dan d yang berbunyi :--------------------------------------------
Undang-Undang ini bertujuan untuk:--------------------------------------------
c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik;-------------------------
d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan
efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;---------------------------------
III. KESIMPULAN
1. Menolak Seluruh Permohonan Pemohon karena Pemohon dianggap tidak beritikad
baik, dimana sudah menyalahgunakan tujuan permohonan informasi publik, menurut
termohon bahwa pihak pemohon sudah tidak sesuai dengan tujuan awal dari
permintaan informasi publik yaitu meningkatkan pengawasan masyarakat dan peran
aktif masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Hal ini
dibuktikan dengan pemohon mengadukan hal terkait informasi yang diminta ke Aparat
Penegak Hukum (Vide T.1, Vide T.2 dan Vide T3), tanpa terlebih dahulu
mengkonfirmasi atau meminta ijin kepada pihak terkait (Pihak Termohon dan Majelis
Komisioner) serta tidak memperhitungkan dampak dan akibat dari pengaduan
dimaksud dimana dapat mengganggu kenyamanan, ketentraman serta kinerja dari
pihak termohon maupun majelis komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten;-------
2. Memohon kepada majelis Komisioner Komisi Informasi Provinsi Banten agar
memutuskan bahwa permohonan informasi pemohon ditolak demi hukum dan
rasa keadilan;--------------------------------------------
Demikian Kesimpulan ini, kami sampaikan, semoga berkenan dan dapat diterima:-----------------
Hormat Kami
Atas nama Termohon Biro Umum Setda Provinsi Banten
Kuasa Hukumnya,
1. RAHMADI, SH, M.Si
(……………………..)
Kepala Bagian Bantuan Hukum dan HAM
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Banten
2. Drs. SUKANDAR, M.Si (..……………..……..)
Kepala Bagian Tata Usaha Biro Umum
Setda Provinsi Banten
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
38-55
3. AGUS SUNENDAR, SH (..……………..……..)
Kepala Sub. Bagian Sengketa Hukum
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Banten
4. ARI WIDODO, S.STP, M.Si (..……………..……..)
Kepala Sub Bagian TU Biro dan Perpusatakaan
Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Banten
5. DADI SUPRIADI (..……………..……..)
Pelaksana pada Seksi Pelayanan Informasi dan
Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi Statistik
dan Persandian
4. PERTIMBANGAN HUKUM
[4.1] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Komisi Informasi Publik
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, pada hari pertama
sidang, Majelis Komisioner memeriksa hal-hal sebagai berikut:
1. Kewenangan Komisi Informasi Provinsi Banten;
2. Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan
penyelesaian sengketa informasi;
3. Kedudukan hukum (legal standing) Termohon sebagai Badan Publik di dalam sengketa
informasi;
4. Batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa informasi.
[4.2] Terhadap Keempat hal tersebut di atas, Majelis Komisioner berpendapat sebagai berikut:
A. Kewenangan Komisi Informasi Provinsi Banten
[4.3] Menimbang bahwa berdasarkan UU KIP juncto PerKI PPSIP, Komisi Informasi Provinsi
Banten mempunyai dua kewenangan, yaitu kewenangan Relatif dan kewenangan Absolut.
Kewenangan Relatif
[4.4] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan :
Pasal 6 Ayat (1) PerKI PPSIP
“Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang
menyangkut Badan Publik Pusat.”
Pasal 6 Ayat (2) PerKI PPSIP
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
39-55
“Komisi Informasi Provinsi berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang
menyangkut Badan Publik tingkat provinsi.”
Penjelasan Atas Pasal 6 Ayat (2) PerKI PPSIP
“Yang dimaksud dengan Badan Publik provinsi adalah Badan Publik yang lingkup
kerjanya mencakup provinsi setempat atau lembaga tingkat provinsi dari suatu lembaga
yang hierarkis. Contoh : Pemerintah Provinsi, DPRD Provinsi, Pengadilan tingkat banding,
Kepolisian Daerah, Komando Daerah Militer, BUMD tingkat Provinsi, Partai Politik
tingkat provinsi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tingkat provinsi, atau lembaga
tingkat provinsi lainnya. Termasuk menjadi kewenangan Komisi Informasi Provinsi adalah
sengketa dimana yang menjadi Termohon adalah Badan Publik yang tidak memiliki kantor
pusat atau kantor cabang, misalnya suatu yayasan yang hanya terdiri dari satu kantor saja
di Provinsi tertentu.”
[4.5] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UU KIP juncto Pasal 1 angka 11 dan Pasal
6 ayat (2) PerKI PPSIP yang pada pokoknya mengatur bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten
berwenang menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut badan publik tingkat
provinsi.
[4.6] Menimbang bahwa berdasarkan fakta permohonan bahwa Termohon Biro Umum Setda
Provinsi Banten adalah Badan Publik tingkat Provinsi yang berkedudukan di Provinsi Banten,
Maka Majelis Komisioner berpendapat bahwa kewenangan relatif telah terpenuhi.
Kewenangan Absolut
[4.7] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dinyatakan bahwa :
“Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan
peraturan pelaksananya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan
menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.”
[4.8] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU KIP juncto Pasal 1 angka 3
PerKI PPSIP dinyatakan bahwa :
“Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara Badan Publik dengan
Pemohon Informasi Publik dan/atau Pengguna Informasi Publik yang berkaitan dengan hak
memperoleh dan/atau menggunakan Informasi Publik berdasarkan peraturan perundang-
undangan.”
[4.9] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan :
Pasal 22 Ayat (1) UU KIP
“Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh
Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis.”
Pasal 22 ayat (7) UU KIP
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
40-55
"Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik
yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan
a. Informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;
b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada dibawah penguasaannya dan
Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang
diminta;
c. Penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17;
d. Dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi
informasi yang akan diberikan;
e. Dalam hal suatu dokumen mengandung rnateri yang dikecualikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat
dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;
f. Alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau
g. Biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta."
Pasal 36 ayat (1) UU KIP
"Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (1)."
Pasal 36 ayat (2) UU KIP
"Atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan tanggapan
atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara tertulis."
Pasal 26 ayat (1) huruf a UU KIP
"Komisi Informasi bertugas menerima, rnemeriksa, dan memutus permohonan
penyelesaian Sengketa Inforrnasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi
yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam UU KIP."
[4.10] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki PPSIP dinyatakan bahwa:
"Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh
apabila:”
a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan
PPID; atau
b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada
atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan
diterima oleh atasan PPID."
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 41 - 55
[4.11] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.7] sampai dengan paragraf
[4.10] Majelis Komisioner berpendapat bahwa yang menjadi kewenangan absolut
Komisi Informasi Provinsi Banten adalah terkait dua hal yakni :
a. Adanya permohonan informasi, keberatan dan permohonan penyelesaian
sengketa informasi publik kepada Komisi Informasi Provinsi Banten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Sengketa yang diajukan adalah sengketa informasi publik yang terjadi antara
Pemohon dengan Badan Publik.
[4.12] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.7] sampai dengan [4.11],
Majelis Komisioner berpendapat bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten berwenang
memeriksa, memutus, dan menjatuhkan putusan terhadap permohonan a quo.
B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
[4.13] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 12, Pasal 35 ayat (1) huruf d, Pasal
36 ayat (1), Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik juncto Pasal 1 angka 8, Pasal 30 ayat (1) huruf d dan huruf
e, Pasal 30 ayat (2), dan Pasal 35 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik juncto Pasal 1 angka 7, Pasal 9 ayat (1) dan
(2), Pasal 10, Pasal 11 ayat (1) dan (2) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013
tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang pada pokoknya Pemohon
merupakan Pemohon Informasi Publik yang telah mengajukan permohonan Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik kepada Komisi Informasi Provinsi Banten setelah terlebih
dahulu menempuh upaya keberatan.
[4.14] Menimbang bahwa permohonan a quo merupakan Permohonan Penyelesaian
sengketa Informasi Publik yang menyangkut Pemohon tidak puas terhadap tanggapan
atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 42 - 55
Keterbukaan Informasi Publik juncto Pasal 5 huruf a Peraturan Komisi Informasi Nomor
1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.
[4.15] Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta permohonan:
1. Pemohon atas nama Moch Ojat Sudrajat S adalah Warga Negara Indonesia
yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (Bukti P-1);
2. Pemohon telah mengajukan Surat Permohonan Informasi Publik kepada
Termohon. (Bukti P-3);
3. Pemohon telah mengajukan Surat Keberatan kepada Atasan PPID Termohon
(Bukti P-5);
4. Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Kepada Komisi Informasi Provinsi Banten (Bukti P-2).
[4.16] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.13] sampai dengan paragraf
[4.15] Majelis Komisioner berpendapat bahwa Pemohon memenuhi syarat kedudukan
hukum (legal standing).
C. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Termohon
[4.17] Menimbang bahwa Pasal 1 angka 2 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun
2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik menyatakan bahwa:
“Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi
nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri..”
[4.18] Menimbang bahwa Pasal 1 angka 8 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun
2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik menyatakan bahwa:
”Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya disebut
Termohon adalah Badan Publik yang diwakili oleh Pimpinan Badan Publik, atasan
PPID, atau pejabat yang ditunjuk dan diberi kewenangan untuk mengambil
keputusan dalam penyelesaian sengketa informasi.”
[4.19] Menimbang bahwa Biro Umum Setda Provinsi Banten merupakan Badan Publik
yang ada di lingkungan Provinsi Banten.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 43 - 55
[4.20] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.17] sampai dengan paragraf
[4.19] Majelis Komisioner berpendapat bahwa Termohon memenuhi syarat kedudukan
hukum (legal standing) sebagai badan publik di dalam Sengketa Informasi Publik.
D. Batas Waktu Pengajuan Permohonan Penyelesaian sengketa Informasi
[4.21] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik juncto Pasal 13 Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang
pada pokoknya permohonan penyelesaian sengketa informasi diajukan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari
Termohon atau berakhirnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja untuk Termohon
memberikan tanggapan tertulis.
[4.22] Menimbang bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, yaitu
salinan Surat Keberatan (Bukti P-5) dan formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik Kepada Komisi Informasi Provinsi Banten (Bukti P-2).
[4.23] Menimbang berdasarkan keterangan pada paragraf [4.21] dan paragraf [4.22],
Majelis Komisioner berpendapat bahwa permohonan penyelesaian sengketa informasi
yang diajukan oleh Pemohon tidak melebihi batas waktu pengajuan permohonan
penyelesaian sengketa Informasi.
E. Pokok Permohonan
[4.24] Menimbang bahwa dari fakta-fakta hukum, baik dalil Pemohon dan Termohon
maupun jawaban tertulis Pemohon dan Termohon, Majelis Komisioner menemukan fakta
hukum baik yang diakui maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai
berikut:
1. Fakta hukum dan dalil-dalil permohonan Pemohon yang tidak dibantah oleh
Termohon, karenanya fakta hukum tersebut menjadi hukum bagi Pemohon dan
Termohon sehingga hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu:
a. Pemohon telah mengajukan permohonan informasi publik sebagaimana
diuraikan dalam duduk perkara;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 44 - 55
b. Pemohon telah menempuh upaya keberatan kepada Atasan PPID
sebagaimana diuraikan dalam duduk perkara.
2. Bahwa Pemohon telah menegaskan bahwa informasi yang diminta adalah
informasi yang dimaksud pada paragraf [2.2];
F. Pendapat Majelis
[4.25] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan perselisihan
hukum di atas, Majelis Komisioner memberikan pertimbangan dan penilaian hukum
sebagai berikut:
[4.26] Menimbang bahwa pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menyatakan bahwa:
”Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan
publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingn publik”.
[4.27] Menimbang bahwa pasal 2 ayat (1) UU KIP menyatakan setiap informasi publik
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna informasi publik.
[4.28] Menimbang bahwa Pasal 3 UU KIP menyatakan bahwa: ”Undang-Undang ini
bertujuan untuk:
a. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik;
c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
dan pengelolaan Badan Publik yang baik;
d. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu transparan, efektif dan
efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang
banyak;
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
dan/ atau
g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan
Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.”
[4.29] Menimbang bahwa Pasal 6 UU KIP menyebutkan:
(1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 45 - 55
(3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari
persaingan usaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan. Bagian
Keempat Kewajiban Badan Publik
[4.30] Menimbang bahwa Pasal 7 ayat (1) UU KIP menyatakan:
”Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi
Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik,
selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan”.
[4.31] Menimbang Pasal 9 ayat (2) UU KIP menyatakan bahwa setiap Badan Publik
wajib mengumumkan informasi publik secara berkala meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. . informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
[4.32] Menimbang Pasal 11 ayat (1) UU KIP menyebutkan bahwa Badan Publik wajib
menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak
termasuk informasi yang dikecualikan;
b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;
c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
Badan Publik;
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan
yang terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat; dan/atau
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
[4.33] Menimbang bahwa Pasal 17 huruf h UU KIP yang menyatakan bahwa Setiap
badan publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon informasi publik untuk
mendapatkan informasi publik kecuali Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:
1. riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis
seseorang;
3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 46 - 55
4. hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan
rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau
5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan
satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan non formal i. memorandum
atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut
sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan;
[4.34] Menimbang Pasal 17 huruf i UU KIP menyatakan bahwa setiap Badan Publik
wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan
Informasi Publik, kecuali memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra
Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas Putusan Komisi Informasi
atau pengadilan.
[4.35] Menimbang Pasal 17 huruf j UU KIP menyatakan bahwa setiap Badan Publik
wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan
Informasi Publik, kecuali informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-
Undang.
[4.36] Menimbang Pasal 8 ayat (4) dan (5) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun
2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik (SLIP), menyebutkan bahwa:
(4) Dalam hal adanya permohonan Informasi Publik, PPID bertugas:
a. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik
dengan petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk
memenuhi permohonan Informasi Publik;
b. melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum
menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan;
c. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan
tegas, dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak;
d. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta
alasannya; dan
e. mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam
rangka peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
(5) Dalam hal terdapat keberatan atas penyediaan dan pelayanan Informasi Publik,
PPID bertugas mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan
diproses berdasarkan prosedur penyelesaian keberatan apabila permohonan
Informasi Publik ditolak.
[4.37] Menimbang Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun
2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (PP No
109 tahun 2000) menyatakan bahwa Untuk melaksanakan tugas-tugas Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah disediakan:
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 47 - 55
a. biaya rumah tangga dipergunakan untuk membiayai kegiatan rumah tangga
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
b. biaya pembelian inventaris rumah jabatan dipergunakan untuk membeli
barangbarang inventaris rumah jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
c. biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan dan barang-barang inventaris dipergunakan
untuk pemeliharaan rumah jabatan dan barang-barang inventaris yang dipakai atau
dipergunakan oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
d. biaya pemeliharaan kendaraan dinas dipergunakan untuk pemeliharaan kendaraan
dinas yang dipakai atau dipergunakan oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
e. biaya pemeliharaan kesehatan dipergunakan untuk pengobatan, perawatan
rehabilitasi cacat dan uang duka bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
beserta anggota keluarga;
f. biaya Perjalanan Dinas dipergunakan untuk membiayai perjalanan dinas dalam
rangka pelaksanaan tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
g. biaya Pakaian Dinas dipergunakan untuk pengadaan pakaian dinas Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah berikut atributnya;
h. biaya penunjang operasional dipergunakan untuk koordinasi, penanggulangan
kerawanan sosial masyarakat, pengamanan dan kegiatan khusus lainnya guna
mendukung pelaksanaan tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
[4.38] Menimbang Pasal 9 ayat (1) PP No 109 tahun 2000 menyatakan bahwa:
(1) Besarnya biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Propinsi ditetapkan berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah sebagai
berikut:
a. sampai dengan Rp. 15 milyar paling rendah Rp. 150 juta dan paling
tinggi sebesar 1,75%;
b. di atas Rp. 15 milyar s/d. Rp. 50 milyar paling rendah Rp. 262,5 juta dan
paling tinggi sebesar 1%;
c. di atas Rp. 50 milyar s/d. Rp. 100 milyar paling rendah Rp. 500 juta dan
paling tinggi sebesar 0,75%;
d. di atas Rp. 100 milyar s/d. Rp. 250 milyar paling rendah Rp. 750 juta dan
paling tinggi 0,40%;
e. di atas Rp. 250 milyar s/d. Rp. 500 milyar paling rendah Rp. 1 milyar dan
paling tinggi 0,25%/
f. di atas Rp. 500 milyar paling rendah Rp. 1,25 milyar dan paling tinggi
sebesar 0,15%.
[4.39] Menimbang pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dinyatakan bahwa
jangka waktu penyerahan dokumen baik ke Lembaga perwakilan dalam hal ini DPRD
Provinsi Banten maupun Pimpinan Daerah dalam hal ini Gubernur Provinsi Banten adalah
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya semester.
[4.40] Menimbang bahwa pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 Tentang Pemerikasaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara
menyebutkan :
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 48 - 55
(1) “laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum
(2) laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk
laporan yang memuat rahasia negara yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan
[4.41] Menimbang Pasal 22 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang
SLIP menyatakan bahwa:
“Seluruh Informasi Publik yang berada pada Badan Publik selain informasi yang
dikecualikan dapat diakses oleh Publik melalui prosedur permohonan informasi
publik.”
[4.42] Menimbang Pasal 37 Peraturan Komisi Informasi Provinsi Nomor 1 Tahun 2013
tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (PPSIP) menyebutkan bahwa:
“Ketua Majelis Komisioner memberikan kesempatan kepada para pihak untuk
menempuh proses mediasi terlebih dahulu dalam hal permohonan
penyelesaian sengketa dilakukan terhadap penolakan pemberian informasi
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g
UU KIP.”
[4.43] Menimbang Pasal 16 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang
SLIP menyatakan bahwa:
(1) PPID wajib melakukan pengujian konsekuensi berdasarkan alasan pasal 17
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan suatu
Informasi Publik sebagai Informasi yang dikecualikan
(2) PPID yang melakukan pengjian konsekuensi berdasarkan alasan pada pasal 17
huruf j Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik wajib menyebutkan
ketentuan yang secara jelas dan tegas pada undang-undang yang diacu yang
menyatakan suatu informasi wajib dirahasiakan
(3) Alasan sebagaimana dimaksud ayt (1) dan ayat (2) harus dinyatakan secara tertulis
dan disertakan dalam surat pemberitahuan tertulis atas permohonan Informasi
Publik
(4) Dalam melaksanakan pengujian konsekuensi, PPID dilarang mempertimbangkan
alasan pengecualian selain hal-hal yang diatur dalam pasal 17 Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik
[4.44] Menimbang bahwa Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1
Tahun 2013 tentang PPSIP menyebutkan :
(1) Para pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian informasi publik wajib
mengikuti proses penyelesaian sengketa informasi publik dengan sungguh-
sungguh dan itikad baik
(2) Komisi Informasi tidak wajib menanggapi permohonan yang tidak dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan Itikad baik
[4.45] Menimbang Pasal 4 ayat (3) huruf b dan c Peraturan Komisi Informasi Nomor 1
Tahun 2013 tentang PPSIP menyatakan bahwa yang dimaksud dengan permohonan yang
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 49 - 55
tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan itikad baik sebagaimana dimkasud pada
ayat (2 ) adalah:
b. melakukan permohonan dengan tujuan untuk mengganggu proses penyelesaian
sengketa
c. melakukan pelecehan kepada petugas penyelesaian sengketa dengan perlakuan di
luar prosedur penyelesaian sengketa
[4.46] Menimbang penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf c Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2013 tentang PPSIP menyatakan bahwa:
“yang dimaksud dengan pelecehan antara lain termasuk namun tidak terbatas pada
merendahkan petugas, pelecehan gender, dan pelecehan seksual”
[4.47] Menimbang Diktum Pertama Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat Nomor
01/KEP/KIP/V/2018 tentang Prosedur Penghentian Proses Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik yang Tidak Dilakukan dengan Sungguh-Sungguh dan Itikad Baik (Kep
KI Pusat No 01 Tahun 2018) menyebutkan bahwa:
“Komisi Informasi tidak wajib menanggapi permohonan penyelesaian sengketa
informasi Publik yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan itikad baik”
[4.48] Menimbang Diktum Kedua huruf b dan c Kep KI Pusat No 01 Tahun 2018
menyebutkan bahwa Permohonan yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
itikad baik sebagaimana dimaksud pada Diktum Pertama, yaitu:
b. melakukan permohonan dengan tujuan untuk mengganggu proses penyelesaian
sengketa
c. melakukan pelecehan kepada petugas penyelesaian sengketa dengan perlakuan di
luar prosedur penyelesaian sengketa
[4.49] Menimbang Diktum Ketiga angka 3 huruf d Kep KI Pusat No 01 Tahun 2018
menyebutkan bahwa melakukan permohonan dengan tujuan untuk mengganggu proses
penyelesaian sengketa, sebagaimana dimaksud pada Diktum kedua huruf b, yaitu:
“informasi yang diperoleh tidak digunakan sebagaimana tujuan permohonan
informasi publik dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan”
[4.50] Menimbang diktum Ketiga angka 4 Kep KI Pusat No 01 Tahun 2018 menyebutkan
bahwa melakukan pelecehan kepada petugas penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kedua huruf c, yaitu dilakukan secara:
a. Verbal; dan/atau
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 50 - 55
b. Non verbal
[4.51] Menimbang diktum Keempat huruf b Kep KI Pusat No 01 Tahun 2018
menyebutkan bahwa untuk menentukan permohonan dapat dikualifikasi sebagai
permohonan yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan itikad baik sebagaiman
dimaksud dalam Diktum Kedua dan Ketiga dilakukan dengan melalui Prosedur:
“Pemeriksaan pada sidang Ajudikasi Nonlitigasi”
[4.52] Menimbang diktum Kelima angka 3 Kep KI Pusat No 01 Tahun 2018
menyebutkan bahwa:
“pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Keempat hurut b, dilakukan
untuk pemeriksaan materi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga angka 3
dan angka 4 melalui proses yaitu dilakukan sebagaimana prosedur yang diatur
dalam Peraturan Komsisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013”
[4.53] Menimbang bahwa berdasarkan bukti-bukti (Bukti P-3) dan bukti fakta
persidangan, tujuan permohonan informasi adalah meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam rangka pengawasan untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik , yaitu
yang transparan, efektif dan efisien, akuntable serta dapat dipertanggung jawabkan.
[4.54] Menimbang berdasarkan fakta persidangan terungkap bahwa Pemohon melalui
Perkumpulan Maha Bidik Indonesia menggunakan video rekaman sidang agenda
pemeriksaan awal register 022/VI/KI BANTEN-PS/2019 sebagai bahan laporan ke
Mabes Polri.
[4.55] Menimbang bahwa pada hari pertama sidang, Majelis Komisioner hanya
memeriksa 4 hal yaitu: 1) Kewenangan Komisi Informasi Provinsi Banten; 2) Kedudukan
hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa
informasi; 3) Kedudukan hukum (legal standing) Termohon sebagai Badan Publik di
dalam sengketa informasi; 4) Batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa
informasi. Sehingga pernyataan Pemohon dan Termohon pada sidang awal mengenai
pokok perkara belum dinilai, dipertimbangkan dan diputus oleh Majelis Komisioner.
[4.56] Menimbang bahwa dengan adanya laporan ke Mabes Polri oleh Pemohon
sedangkan Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Komsisi Informasi Provinsi
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 51 - 55
Banten belum selesai berakibat pada terganggunya proses penyelesaian Sengketa
Informasi Publik. Faktanya termohon berkeberatan dengan laporan pengaduan tersebut.
[4.57] Menimbang bahwa berdasarkan bukti-bukti (Bukti T-1), (Bukti T-2), (Bukti T-3)
dan bukti fakta persidangan Termohon keberatan atas dilampirkannya Video rekaman
sidang awal di KI Banten sebagai bahan laporan ke Bareskrim Mabes Polri. Karena
menurut Termohon, Pemohon telah menyimpang dari tujuan awal Permohonan Informasi
Publik dan Pemohon sudah tidak beritikad baik sehingga bisa mengganggu ketentraman
di tubuh pemerintahan Biro Umum.
[4.58] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon mengakui bahwa
Pemohon melalui Perkumpulan Maha Bidik Indonesia (kedudukan Pemohon sebagai
Ketua) telah menggunakan video rekaman sidang pemeriksaan awal register 022/VI/KI
BANTEN-PS/2019 sebagai bahan laporan ke Mabes Polri
[4.59] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon menyampaikan
bahwa laporan yang dilakukan oleh Pemohon ke Mabes Polri merupakan Laporan
Pengaduan (Lapdu) terkait pengelolaan keuangan Biaya Operasionalnya bukan Pak
Gubernurnya dan yang menjadi dasar laporan adalah Pasal 10 perda Banten no 4 tahun
2005.
[4.60] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon berpendapat bahwa
menggunakan video rekaman sidang pemeriksaan awal untuk dijadikan bahan laporan ke
Mabes Polri adalah boleh. Karena, pelaksanaan sidang awal terbuka untuk umum dan
Pemohon telah meminta video rekaman sidang pemeriksaan awal malalui mekanisme
yang diatur dalam Undang-Undang KIP, yaitu dengan mengirimkan surat resmi ke KI
Banten.
[4.61] Menimbang berdasarkan fakta persidangan, Majelis Komisioner menilai
Pemohon yang telah melakukan laporan ke Mabes Polri dengan menggunakan rekaman
sidang awal sengketa Informasi Publik sedangkan proses persidangan belum selesai,
Pemohon telah menggunakan informasi yang diperoleh tidak digunakan sebagaimana
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 52 - 55
tujuan permohonan informasi publik dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
sehingga mengganggu proses penyelesaian sengketa.
[4.62] Menimbang berdasarkan fakta persidangan Majelis Komisioner menilai Pemohon
yang telah melakukan laporan ke Mabes Polri dengan menggunakan rekaman sidang awal
sengketa Informasi Publik sedangkan proses persidangan belum selesai, Pemohon telah
melakukan perbuatan diluar prosedur penyelesaian sengketa informasi publik sehingga
Pemohon telah melakukan pelecehan kepada petugas Penyelesaian Sengketa.
[4.63] Menimbang bahwa Majelis Komisioner menilai terhadap pernyataan Pemohon
boleh menggunakan Video rekaman sidang pemeriksaan awal sebagai bahan laporan ke
Mabes Polri Karena pelaksanaan sidang awal terbuka untuk umum. Majelis Komisioner
menilai bahwa yang dimaksud “ persidangan terbuka untuk umum” adalah terbuka untuk
umum pada saat berlangsungnya persidangan.
[4.64] Menimbang bahwa Majelis Komisioner mempunyai kewenangan absolut untuk
menerima, memeriksa dan memutus sengketa Iformasi Publik. Bahwa berdasarkan
paragraf [4.61] sampai [4.63] Majelis Komsioner menilai untuk tidak menanggapi
Permohonan Sengketa Informasi Publik dari Pemohon.
[4.65] Menimbang bahwa Majelis Komisioner sependapat dengan dalil termohon yang
disampaikan dalam kesimpulannya yang menyatakan bahwa Pemohon dianggap tidak
beritikad baik karena telah menyalahgunakan tujuan permohonan informasi publik
sehingga sudah tidak sesuai dengan tujuan awal dari permintaan informasi. Adapun dasar
hukum yang dijadikan dasar oleh Majelis Komisioner selain yang disampaikan oleh
Termohon adalah Pasal 4 ayat (3) huruf b dan c Peraturan Komisi Informasi Nomor 1
Tahun 2013 tentang PPSIP.
[4.66] Menimbang bahwa Majelis Komisioner menilai terhadap pernyataan Pemohon
dalam Kesimpulannya menyatakan bahwa tentang Permohonan yang tidak dilakukan
dengan sungguh – sungguh dan itikad baik, diatur dalam DIKTUM KEDUA huruf a, dan
dijelaskan pada DIKTUM KETIGA angka 2, KI Pusat nomor : 01/KEP/KIP/V/2018 dan
menurut pemohon dari kriteria dari aturan tersebut tidak ada satupun kriteria yang dapat
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 53 - 55
dikenakan kepada Pemohon. Mejelis menilai bahwa aturan yang menjadi dasar
Permohonan Pemohon dinyatakan sebagai permohonan yang tidak dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan itikad baik selain yang disampaikan Pemohon adalah Diktum
Kedua huruf b dan c dan dijelaskan dalam Diktum Ketiga angka 3 huruf d serta diktum
Ketiga angka 4 dan Majelis Menilai permohonan penyelesaian sengketa oleh Pemohon
termasuk dalam dalam kriteria aturan ini.
[4.67] Menimbang bahwa dalam kesimpulan Pemohon menyatakan behwa Laporan
Pengaduan dilakukan pada saat Persidangan di KI Banten belum selesai berdasarkan
Adanya YURISPRUDENSI yakni putusan KI Pusat dengan Nomor: 002/X/KIP-PS-
A/2010 tanggal 8 Februari 2011.
[4.68] Menimbang bahwa terhadap paragraf [4.67] Majelis Komisioner menilai bahwa
putusan tersebut diputuskan pada tahun 2011 saat itu sebelum adanya peraturan KI No 1
Tahun 2013 tentang PPSIP dan Keputusan KI Pusat No 1 Tahun 2018 yang mengatur
tentang permohonan yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dan itikad baik.
Sedangkan Majelis Komisioner dalam menilai Permohonan Pemohon register 022/VI/KI
BANTEN-PS/2019 selain berdasar Undan-Undang No 14 Tahun 2008 juga berdasar
peraturan KI No 1 Tahun 2013 tentang PPSIP dan Keputusan KI Pusat No 1 Tahun 2018.
[4.69] Menimbang bahwa majelis komisioner menilai terhadap kesimpulan Pemohon
terutama mengenai informsi SPJ Gubernur dan Wakil Gubernur sudah keluar kontek dari
sengketa Informasi Publik. Kesimpulan Pemohon lebih pada pertanggung jawabnnya
bukan informasi pertanggung jawaban. Sehingga penyelesaian perkara a quo telah
menyimpang dari substansi permohonan. Dengan demikian majelis berpendapat tidak
wajib menanggapi permohonan.
[4.70] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.53] sampai dengan paragraf
[4.69] Majelis Komisioner berpendapat bahwa Pemohon telah menggunakan informasi
yang diperoleh tidak digunakan sebagaimana tujuan permohonan informasi publik dan
melakukan permohonan dengan tujuan untuk mengganggu proses penyelesaian sengketa
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
- 54 - 55
Informasi Publik serta telah melakukan pelecehan kepada petugas penyelesaian sengketa
dengan perlakuan di luar perosedur penyelesaian sengketa.
[4.71] Menimbang berdasarkan uraian tersebut di atas. Majelis Komisioner berpendapat
bahwa Permohonan Informasi Pemohon yang ditujukan kepada Biro Umum Sekretariat
Daerah Provinsi Banten sesuai dengan paragrafh [2.2] tidak dapat diterima Dan Pemohon
dikualifikasi sebagai Pemohon yang tidak melakukan permohonan dengan sungguh-
sungguh dan itikad baik.
[4.72] Menimbang bahwa sehubungan Majelis berpendapat untuk tidak menanggapi
Permohonan Sengketa Informasi Publik dari Pemohon sehingga menghentikan dengan
tidak menerima permohonan permohon dalam perkara a quo maka mengenai pokok
permohonan tidak perlu dinilai dan dipertimbangkan lagi.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh uraian dan fakta hukum di atas, Majelis Komisioner berkesimpulan:
[5.1] Komisi Informasi Provinsi Banten berwenang untuk memeriksa dan memutus
perkara a quo.
[5.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan
permohonan penyelesaian sengketa informasi.
[5.3] Termohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai Badan Publik di
dalam sengketa informasi.
[5.4] Permohonan penyelesaian sengketa informasi yang diajukan oleh Pemohon tidak
melebihi batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa Informasi.
[5.5] Pemohon dikualifikasi sebagai Pemohon yang tidak melakukan permohonan
dengan sungguh-sungguh dan itikad baik
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten
S A L I N
A N
Komisi
Inform
asi Prov
insi B
anten