rpjmd bone bolango 200-2015

142
Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 52 Kabupaten Bone Bolango BUKU I

Upload: bella-novitasari

Post on 29-Nov-2015

520 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 52 Kabupaten Bone Bolango

BUKU I

Page 2: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 53 Kabupaten Bone Bolango

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. LATAR BELAKANG

Walaupun pembangunan daerah di Kabupaten Bone Bolango yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2003 - 2010 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, namun masih sangat beragam tantangan dan permasalahan pembangunan daerah yang perlu diatasi serta membutuhkan peran, inovasi dan sinergitas seluruh stakeholders pembangunan. Permasalahan mendasar tersebut diantaranya tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih cukup tinggi, keterbatasan infrastruktur wilayah, rendahnya kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan belum berorientasi pada penerapan prinsip-prinsip (mainstreaming) pembangunan berkelanjutan, masih rendahnya kualitas layanan pendidikan dan kesehatan, rendahnya kompotensi anak didik dan lulusan, terbatasnya infrastruktur dasar, rendahnya kapasitas aparatur pemerintahan dan belum efektif dan efisiennya tata kelola pemerintah daerah.

Untuk itu, sasaran dalam kurun waktu lima tahun ke depan, tidak hanya berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tetapi perlu didukung dengan reformasi birokrasi, peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat serta pemerataan pembangunan melalui pertumbuhan yang berkeadilan (growth with equity), yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya serta penyediaan infrastruktur dasar wilayah. Starategi pendekatannya dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan pendekatan integrasi antar sektor dan sinergitas antar wilayah dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bone Bolango yang berbasiskan pada pendekatan kearifan local (local wisdom).

Dalam kerangka peningkatan sinergitas, sinkronisasi dan integrasi segenap potensi pembangunan daerah tersebut, dibutuhkan sebuah rencana pembangunan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah di Bone Bolango dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Rencana pembangunan tersebut diwujudkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Bone Bolango menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango tahun 2011-2015 merupakan penjabaran dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2010 yang dituangkan dalam strategi pembangunan daerah

Page 3: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 54 Kabupaten Bone Bolango

berupa kebijakan dan program pembangunan, kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015 merupakan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dalam menyusun rencana strategi (Renstra) dan rencana kerja tahunan (Renja). RPJMD juga menawarkan sekaligus memberikan gambaran tentang berbagai program yang sebaiknya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat dalam mendorong proses pembangunan di daerahnya menuju terwujudnya kesejahtaraan bagi seluruh masyarakat yang adil dan tidak memihak serta tidak membedakan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten

Bone Bolango Tahun 2011-2015 ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang berkesinambungan.

Adapun tujuan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Bone Bolango adalah : 1. Menetapkan visi, misi, tujuan, strategi dan program pembangunan daerah

jangka menengah; 2. Menetapkan pedoman bagi penyusunan Rencana Strategis (Renstra)

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran;

3. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan serta Kabupaten/Kota yang berbatasan.

1.3. Landasan Hukum Dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun

2011-2015, beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan, yaitu sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar Negara tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

2. Undang-Undang No. 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 258, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4060);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269);

Page 4: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 55 Kabupaten Bone Bolango

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);

5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022);

9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

10. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 No 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

11. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

12. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);

13. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4585);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

Page 5: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 56 Kabupaten Bone Bolango

18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

28. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 11);

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

30. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 050/2020/SJ, tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah;

1.4. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Bone Bolango 2011-2015 merupakan dokumen penjabaran dari

Page 6: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 57 Kabupaten Bone Bolango

Diperhatikan Diacu

Pedoman

Pedoman Dijabarkan

Pedoman Bahan

Diacu Bahan

Pedoman

visi, misi dan program Bupati terpilih yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan RPJM Nasional.

Berikut ini adalah gambaran tentang hubungan RPJMD Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015 dengan dokumen perencanaan lainnya.

Gambar 1. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah berwawasan waktu 5 (lima) tahun yang dalam pelaksanaannya dijabarkan dalam rencana kerja tahunan atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), yang nantinya menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja (RENJA) SKPD. RPJM Nasional merupakan pedoman utama dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Bone Bolango, dengan mengadaptasikan arahan dalam RPJMN yang berkaitan dengan prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah berdasarkan kewenangan yang diberikan.

Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone Bolango juga mengacu pada RPJM Daerah Provinsi Gorontalo, dengan mensinergikan dan mensinkronisasikan berbagai kebijakan dan program Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Bone Bolango sesuai dengan kebutuhan rakyat dan kemampuan daerah.

Dokumen RPJMD juga akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Strategi (Renstra) SKPD yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. Selanjutnya Renstra SKPD akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD.

RPJM Nasional

RKP

RPJM Daerah

RKP Daerah

RPJP Daerah

RAPBD

APBD

RENSTRA SKPD

RENJA SKPD

RKA SKPD

DPA SKPD

Page 7: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 58 Kabupaten Bone Bolango

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015 berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 050/2020/SJ, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan RPJM Daerah dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Memuat evaluasi pembangunan daerah dan kondisi eksisting sampai dengan awal penyusunan RPJMD Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015 dalam setiap sektor pembangunan, tantangan yang akan dihadapi selama 5 (lima) tahun ke depan, serta isu strategis dalam kurun waktu 2011-2015.

BAB III VISI DAN MISI Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran serta indikator kinerja setiap misi pembangunan.

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Meliputi pembahasan mengenai strategi pembangunan yang digunakan oleh daerah dengan mengimplementasikan program Kepala Daerah sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi.

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Terdiri atas pembahasan mengenai arah pengelolaan pendapatan daerah, arah pengelolaan belanja daerah dan kebijakan umum anggaran.

BAB VI KEBIJAKAN UMUM Meliputi pembahasan mengenai kebijakan yang berkaitan dengan program

Kepala Daerah terpilih, sebagai arah bagi SKPD dalam merumuskan kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas dan fungsinya.

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Terdiri atas pembahasan mengenai Program pembangunan daerah yang

disusun dengan memperhatikan rancangan Renstra SKPD yang disiapkan

Page 8: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 59 Kabupaten Bone Bolango

oleh masing-masing SKPD dan pembahasan mengenai Rencana Kerja baik yang sifatnya regulasi maupun pendanaan.

BAB VIII PENUTUP Terdiri dari pembahasan mengenai Kaidah Pelaksanaan

Page 9: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 60 Kabupaten Bone Bolango

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH

Kabupaten Bone Bolango terbentuk pada tanggal 25 Pebruari 2003 melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango. Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah 1.984,58 Km2 atau sebesar ± 16,24% dari luas wilayah Provinsi Gorontalo yang secara administrasi terdiri atas 17 kecamatan definitive dan 1 kecamatan persiapan. Secara geografis, Kabupaten Bone Bolango terletak pada 0.30°~0.80° Lintang Utara dan 123.06°~123.56° Bujur Timur.

Dilihat dari ketinggian dari permukaan laut, wilayah Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merupakan dataran tinggi dan pegunungan seperti tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1.

Ketinggian Daerah Kabupaten Bone Bolango

dari Permukaan Laut

KETINGGIAN DARI

PERMUKAAN LAUT LUAS (Ha)

0 – 50 meter 3

50 – 100 meter 0

100 – 500 meter 14,41

500 – 1000 meter 48,65

1000 – 1500 meter 27,85

> 1500 meter 9,09

Sumber Data : BPS Kabupaten Bone Bolango

Page 10: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 61 Kabupaten Bone Bolango

Posisi geografis Kabupaten Bone Bolango yakni pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo.

Jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebanyak 131.781 jiwa dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 141.281 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 71.020 jiwa serta penduduk perempuan 70.701 jiwa yang tersebar pada 17 kecamatan ditambah 1 kecamatan persiapan. Jika dilihat dari kepadatan penduduk tahun 2009 sebesar 67 jiwa/km2 dan mengalami peningkatan menjadi 71 jiwa/km2.

2.1. EVALUASI PEMBANGUNAN 2005-2010

Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah yang meliputi bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, sarana dan prasarana, serta pemerintahan umum selama periode 2005-2010, yakni sebagai berikut.

2.1.1. Bidang Sosial Kemasyarakatan

Pembangunan daerah bidang sosial kemasyarakatan berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Bone Bolango. Kondisi tersebut tercermin pada kualitas hidup penduduk yang tercermin pada indikator pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan, pemuda, olah raga, seni budaya, dan keagamaan.

Pembangunan kualitas hidup penduduk Bone Bolango tetap menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Bone Bolango menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada Tahun 2008, IPM Bone Bolango mencapai angka 69,82 lebih tinggi dari capaian IPM rata-rata Provinsi Gorontalo sebesar 68,98. Pada tahun 2009, capaian IPM Bone Bolango meningkat menjadi 70,99.

Page 11: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 62 Kabupaten Bone Bolango

Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan. Derajat kesehatan penduduk Bone Bolango berdasarkan indikator Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) pada rentang waktu antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan adanya perbaikan.

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sarana Pos Pelayanan Terpadu mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2005 hanya berjumlah 7 unit, pada tahun 2009 meningkat menjadi 206 unit. Sarana Puskesmas juga mengalami peningkatan dari 8 unit tahun 2005 menjadi 19 unit pada tahun 2009. Disamping itu, Kabupaten Bone Bolango memiliki 2 buah Rumah Sakit Umum Daerah. Untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan minimal di kedua rumah sakit tersebut, Pemerintah Daerah telah mengadakan kerjasama dengan Universitas Hasanuddin Makassar dalam penyediaan dokter spesialis.

Dilihat dari aspek aksesibilitas pelayanan kesehatan masyarakat terdapat 23 desa yang sulit menjangkau sarana kesehatan dan 11 desa dengan kategori sangat sulit menjangkau sarana kesehatan. Desa yang sangat kesulitan menjangkau prasarana kesehatan sebagian besar berada di kecamatan terujung yaitu kecamatan Bulango Ulu, Bonepantai dan Kecamatan Persiapan Pinogu. Indikator sulit dimaksud adalah desa yang sarana kesehatannya masih bisa dijangkau tapi jarak tempuhnya sangat jauh atau jalan yang dilalui belum memadai (belum di aspal dan berbatu). Sedangkan indikator sangat sulit adalah desa yang lokasinya untuk menjangkau sarana kesehatannya harus melalui hambatan geographis yang berat.

Trend Perkembangan Sarana Pelayanan Kesehatan

Kabupaten Bone Bolango tahun 2005-2010

No Sarana 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Rumah Sakit 1 1 1 2 2 2

Page 12: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 63 Kabupaten Bone Bolango

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Puskesmas (PKM)

PKM Perawatan

PONED

PKM Pembantu

Polindes

Posyandu

Poskesdes

TFC

Pusling (R4)

8

-

-

38

52

168

-

-

7

11

3

-

38

52

168

-

-

7

11

3

-

38

50

156

-

-

9

14

2

2

36

48

197

16

-

14

18

2

2

36

48

204

24

1

18

19

2

3

33

27

218

49

1

18

Keadaan tenaga kesehatan di Kabupaten Bone Bolango tahun 2010 dari segi ratio perpenduduk masih jauh dari standar pelayanan minimal dari segi ratio perpenduduk.

Ratio Tenaga Kesehatan Perpenduduk Berdasarkan SPM

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010

NO INDIKATOR TARGET

2010

∑ TENAG

A YANG ADA SAAT INI

RASIO TENAGA

TERHDP PDDK SAAT INI

KEKURANGAN

1 Rasio Dokter Per - 100.000 Penduduk

40 11 7 33

2 Rasio Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk

6 2 1 5

3 Rasio Dokter Keluarga 1.000 2 1 1 1

Page 13: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 64 Kabupaten Bone Bolango

Keluarga

4 Rasio Dokter Gigi Per 100.000 Penduduk

11 1 1 10

5 Rasio Apoteker Per 100. 000 Penduduk

10 1 1 9

6 Rasio Bidan Per 100.000 Penduduk

100 53 35 65

7 Rasio Perawat Per 100.000 Penduduk

117.5 62 41 77

8 Rasio Ahli Gizi Per 100.000 Penduduk

22 16 10 12

9 Rasio Ahli Sanitasi Per 100.000 Penduduk

40 19 12 28

10 Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat Per 100.000 Penduduk

40 33 22 18

JUMLAH TOTAL 388.5 199 131 258

Bila dibandingkan dengan target pencapaian Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan untuk adalah 117,5 per 100.000 penduduk, rasio tenaga perawat dan bidan di Kabupaten Bone Bolango belum mencapai target. Hal ini berlaku pula pada jenis ketenagaan yang lainnya sebagaimana tersebut diatas dimana masing-masing kualifikasi pendidikan belum mencapai sebagaimana harapan yang termaktub dalam KEPMENKES NO. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 ) tentang Kebutuhan Nakes Berdasarkan Rasio Penduduk. Hal ini menyebabkan banyak puskesmas pembantu, polindes dan poskesdes yang tidak memiliki tenaga kesehatan yang menetap. Sebagian besar hanya dibuka pada hari hari tertentu saja.

Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, melalui Perda Nomor 5 tahun 2009 telah melaksanakan program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang dananya berasal dari APBD kepada 42.500 jiwa, disamping program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dananya berasal dari APBN dengan jumlah peserta 67.490 jiwa.

Page 14: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 65 Kabupaten Bone Bolango

Sehingga total jumlah jiwa yang telah mendapatkan jaminan kesehatan mencapai 109.990 jiwa.

Total coverage penjaminan kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango mencapai lebih dari 80% (termasuk jaminan kesehatan yang berasal dari Askes PNS/Pensiunan, Jamsostek, dan asuransi kesehatan komersial lainnya). Hal inilah menjadikan Kabupaten Bone Bolango menjadi salah satu penerima ASKES AWARD dari Pemerintah Pusat, oleh karena dinilai telah mempunyai komitmen yang tinggi dalam upaya pencapaian target TOTAL COVERAGE yang dicanangkan Pemerintah Pusat pada akhir 2014.

Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Status Gizi, dan indikator kesehatan lainnya. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2005 sampai saat ini masih fluktuatif, tetapi telah menunjukkan trend penurunan dari tahun ke tahun. AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 adalah 326,3 per 100.000 KLH, atau 9 kematian dari 2.758 KLH. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 435,9 per 100.000 kelahiran hidup atau 12 kasus kematian dari 2.753 KLH. Angka ini masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan target 2010 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian ibu terjadi pada masa bersalin dan nifas. Kasus terdapat di 9 wilayah kerja Puskesmas yakni

Puskesmas Bone, Bonepantai, Kabila Bone, Bulango, Bulango Selatan, Suwawa Tengah, Tilongkabila, Tapa dan Kabila masing-masing satu kasus.

Untuk Tahun 2010 jumlah kasus kematian Ibu sampai bulan September sebesar 5 kasus.

AKI

198

880

195

436326

0100200300400500600700800900

1000

2005 2006 2007 2008 2009

AKI

Page 15: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 66 Kabupaten Bone Bolango

Upaya menurunkan kematian ibu terus diupayakan melalui peningkatan jumlah desa Siaga, pemerataan sarana kesehatan, penyebaran tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat, pengembangan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), pengembangan puskesmas menjadi puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar di 3 Puskesmas, Bone Pantai, Suwawa dan Dumbayabulan), untuk memutuskan 3 Terlambat yang menjadi penyebab kematian yaitu : terlambat mengambil keputusan, terlambat transportasi dan terlambat tindakan.

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bone Bolango masih cukup tinggi . Tahun 2009 sebesar 18,8 per 1.000 KLH atau 51 orang per 2.716 KLH. Angka ini menunjukkan kenaikan dari tahun 2007.

Untuk Tahun 2010 jumlah kasus kematian bayi sampai bulan September sebesar 25 kasus.

AKB

18

11

8

15

19

02468

101214161820

2005 2006 2007 2008 2009

AKB

Page 16: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 67 Kabupaten Bone Bolango

Prevalensi gizi buruk di Kabupaten Bone Bolango menunjukkan penurunan yang cukup berarti dari tahun ke tahun walaupun masih fluktuatif. Penurunan prevalensi ini karena berbagai upaya penanggulangan yang dimulai dari deteksi dini, hingga rujukan ke Terapeutic Feeding Centre (TFC) dan pemberian makanan tambahan kepada balita gizi kurang dan gizi buruk.

Grafik Trend Prevalensi Gizi Buruk di

Kabupaten Bone Bolango 2005-2010

Page 17: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 68 Kabupaten Bone Bolango

Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan mulai tahun 2007. Ini merupakan gambaran bahwa pihak pemerintah melalui Dinas Kesehatan selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam memperoleh layanan kesehatan dasar. Salah satu program pemerintah pusat dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat miskin dalam memperoleh layanan kesehatan yakni JAMKESMAS. Serta khusus pemerintah daerah, menyediakan JAMKESDA bagi masyarakat miskin yang belum memperoleh JAMKESMAS.

Gizi Buruk

3,11

0,65

1,84

0,11

1,09

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

2005 2006 2007 2008 2009

Gizi Buruk

Page 18: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 69 Kabupaten Bone Bolango

Program pengembangan desa siaga di Kabupaten Bone Bolango sudah dimulai sejak tahun 2006. Hal ini mulai terlihat dari semakin meningkatnya jumlah desa siaga aktif dimana dalam pengembangannya, masyarakat lebih berperan. Sebagai contoh desa siaga Oluhuta, Kecamatan Kabila Bone yang menjadi salah satu Proyek Model Operasional Desa Siaga DHS 2 Nasional

Kepedulian masyarakat akan pentingnya kesehatan dari tahun ketahun semakin meningkat dalam hal penggunaan air bersih dan jamban keluarga. Hal ini didukung juga oleh peningkatan sarana yang memudahkan masyarakat mengakses air bersih.

Untuk indicator Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2005 sebesar 61 tahun telah meningkat menjadi 65 tahun pada tahun 2009 untuk laki-laki. Berdasarkan indikator status gizi balita, pada periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan adanya perbaikan gizi balita dengan status gizi buruk sebesar 3,11 di tahun 2005 menjadi 1,06 di tahun 2009. Penurunan prevalensi ini karena berbagai upaya penanggulangan yang dimulai dari deteksi dini, hingga

2005 2006 2007 2008 2009

Persentasi KK yang Memiliki Akses Air Bersih 31,1 39,2 60,8 38,7 60,4

Persentasi KK yang Memiliki Jamban Keluarga 24 27,6 38,9 21,2 53,2

010203040506070

Persentasi Kepemilikan Akses Air bersih dan Jamban keluarga

di Kabupaten Bone Bolango

Page 19: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 70 Kabupaten Bone Bolango

rujukan ke Terapeutic Feeding Centre (TFC) dan pemberian makanan tambahan kepada balita gizi kurang dan gizi buruk.

Dari segi indikator kesehatan reproduksi, Kabupaten Bone Bolango menunjukkan adanya peningkatan baik dari indikator keikutsertaan maupun dari jumlah penggunaan alat KB. Pada tahun 2009 jumlah wanita kawin yang ikut KB sebanyak 21.196 orang, meningkat sebanyak 3.522 orang atau 16,62 % dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 17.674 orang.

10 penyakit menonjol diwilayah Bone Bolango selang waktu Januari sd September 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

10 PENYAKIT MENONJOL TAHUN 2010

DI KABUPATEN BONE BOLANGO

No Jenis Penyakit Jumlah %

1 ISPA 8142 5.61

2 Infeksi Usus 6234 4.30

3 Observasi Febris 3079 2.12

4 Tekanan Darah Tinggi 2521 1.74

5 Tuberkulosis 2289 1.58

Page 20: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 71 Kabupaten Bone Bolango

6 Peny. Kulit dan Sub Kutan 1692 1.17

7 Peny. Saluran Pernafasan Bagian Bawah 1398 0.96

8 Infeksi Parasit dan Akibat Kemudian 952 0.66

9 Gastritis 870 0.60

10 Peny. Rongga Mulut 760 0.52

Berdasarkan kondisi di atas untuk mencapai derajat kesehatan yang diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain peningkatan akses pelayanan kesehatan, yaitu peningkatan kualitas ketenagaan, peningkatan fasilitas kesehatan serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.

Secara umum kinerja bidang pendidikan dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 menunjukkan trend peningkatan cukup baik terkecuali pada tahun 2008 sedikit mengalami penurunan angka partisipasi sekolah. Hal ini disebabkan aksesibilitas sarana Pendidikan yang sulit di jangkau oleh sebagian besar anak-anak usia sekolah yang berada di wilayah pesisir maupun daerah-daerah terpencil. Akibatnya anak-anak usia tersebut belum terjangakau oleh layanan Pendidikan, namun telah diarahkan pada lapangan kerja, dalam hal ini membantu orang tua dalam pekerjaan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Untuk mengantisipasi hal ini tahun 2008 di bangun 3 (tiga) Sekolah Dasar Kelas Jauh, ada 3 (tiga) SMP Satu Atap, dan 1 (satu) SMK Kecil.

Gambaran yang sangat mendasar dari hasil pendidikan diantaranya adalah kemampuan baca-tulis dari penduduk dewasa. Angka buta huruf penduduk Kabupaten Bone Bolango mengalami perkembangan yang fluktuatif dari tahun 2005 sampai dengan 2009, yaitu dengan pencapaian persentase angka buta huruf tahun 2009 mencapai 14,07 persen, sedangkan untuk angka RLS terlihat adanya peningkatan rata-rata lama sekolah menjadi 50,34% pada tahun 2009.

Kinerja pembangunan pendidikan berdasarkan indicator Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Mengulang Kelas (AMK), dan Angka Putus Sekolah (APS) di Kabupaten Bone Bone Bolango dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan trend perbaikan yang cukup baik sebagaimana tergambarkan pada table berikut. Khusus untuk kinerja partisipasi pendidikan untuk tingkat SLTA mengalami perbaikan cukup signifikan yang antara lain dipengaruhi oleh peningkatan

Page 21: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 72 Kabupaten Bone Bolango

penyebaran sarana prasarana pendidikan tingkat SLTA keseluruh wilayah Bone Bolango.

Jumlah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan

Angka Mengulang Kelas (AMK) tingkat SD s/d SLTA

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 s/d 2009

URAIAN T A H U N (%)

2005 2006 2007 2008 2009

Angka Partisipasi Kasar (APK) :

1. Tingkat SD 106,15% 95,32% 98,47% 102.22 105,16

2. Tingkat SMP 53,66% 66,07% 69,14% 66,78 78,89

3. Tingkat SMA 24,17% 34,67% 38,66% 45,92 68,85

Angka Mengulang Kelas (AMK)

1. Tingkat SD 6,32% 11,01% 12,19% 13,04% 9,86%

2. Tingkat SMP 0,34% 0,40% 0,42% 0,66% 0,11%

3. Tingkat SMA 0,62% 1,07% 0,45% 0,46% 0,34%

Angka Putus Sekolah

1. Tingkat SD 0,45% 1,09% 0,97% 1.01% 0,93%

2. Tingkat SMP 2,72% 2,79% 1,22% 0,89% 0.69%

3. Tingkat SMA 3,95% 0,52% 0,75% 0,72% 0,70%

Sumber data: Dinas Pendidikan Kab.Bone Bolango

Grafik Perkembangan Angka Partsipasi Murni (APM)

Page 22: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 73 Kabupaten Bone Bolango

dari Masing-masing Tingkat Pendidikan

Berkenaan dengan perbaikan angka putus sekolah, pada jenjang pendidikan dasar, angka putus sekolah agak meningkat dari 0,45 persen pada tahun 2005 menjadi 0,93 persen pada tahun 2009, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs mengalami penurunan dari angka 0,34 persen tahun 2005 menjadi 0,69 persen tahun 2009. Demikian pula untuk jenjang pendidikan SMA/MA yang menurun dari 3,95 persen tahun 2005 menjadi 0,70 di tahun 2009.

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana sangat mempengaruhi perbaikan kinerja pendidikan. Pada tahun 2005-2009 terjadi peningkatan sarana prasarana untuk pada semua tingkat pendidikan, yaitu Sekolah Dasar (SD) bertambah sebanyak 13 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertambah 21 unit, dan untuk Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertambah sebanyak 5 unit. Peningkatan jumlah prasarana pendidikan tersebut malah memperbesar rasio murid per sekolah SLTP dan sekolah SMU/SMK, masing-masing menjadi 127,29 dan 192,88 murid per sekolah. Namun jika ditinjau dari rasio anak usia sekolah pada masing-masing tingkat pendidikan dibandingkan dengan jumlah sekolah yang tersedia nampak jumlah sekolah untuk tingkat pendidikan SD, SLTP dan SLTA (SMU dan SMK) sudah relevan dengan jumlah siswa.

Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitik beratkan pada upaya akselerasi penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal. Untuk aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, perlu dilakukan

Page 23: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 74 Kabupaten Bone Bolango

langkah-langkah yang tepat melalui pembentukan lembaga tri partit antara pemerintah, dunia usaha, dan sekolah sebagai media untuk meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan, termasuk penyerapan lulusannya di dunia kerja.

Pelaksanaan pembangunan bidang ketenagakerjaan ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja di Kabupaten Bone Bolango agar terampil dan mahir, mampu menyelesaikan tugas-tugas ketenagakerjaan secara handal dan profesional sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu pembangunan juga dimaksudkan untuk mengurangi dan menekan tingkat pengangguran di Kabupaten Bone Bolango.

Peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja terus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Bone Bolango. Berbagai upaya yang telah dilakukan diantaranya pemberian pelatihan dan bimbingan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Perluasan kesempatan kerja masih tetap menjadi perhatian, diantaranya melalui pembukaan lapangan kerja baru khususnya penciptaan kerja sementara di desa.

Angka pengangguran terbuka di Kabupaten Bone Bolango pada akhir tahun 2008 yakni sejumlah 5,80%. Angka ini masih di atas rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi sebesar 5,65, tetapi masih lebih rendah dibandingkan TPT Kota Gorontalo yang mencapai, 9,64% dan Kabupaten Gorontalo Utara yang sebesar 6,70%. Pada tahun 2009, angka pengangguran terbuka tersebut cenderung memburuk menjadi 10,87% sehingga perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk perbaikan kinerja sektor ketenagakerjaan.

Jika dilihat dari lapangan kerja utama penduduk di Kabupaten Bone Bolango, sampai dengan tahun 2009 umumnya masih mendominasi lapangan kerja di sektor pertanian, kemudian sektor jasa dan sektor bangunan. Lapangan kerja sektor pertanian tersebut terdiri atas sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor peternakan, perkebunan dan perikanan.

Pemberdayaan Perempuan merupakan program yang bersifat spesifik ditujukan kepada peningkatan kapasitas dan kapabilitas kaum perempuan. Disamping itu berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan kesetaraan gender harus mampu memberi dampak terhadap peningkatan peran perempuan dalam hal peningkatan kualitas dan produktivitas kaumnya, sehingga tercipta sebuah kondisi dimana kaum perempuan mampu berinovasi,

Page 24: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 75 Kabupaten Bone Bolango

berkreasi serta berkontribusi dalam proses penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan.

Upaya pengarusutamaan gender masih perlu ditingkatkan, antara lain melalui peningkatan pemahaman tentang pengarusutamaan gender kepada seluruh lapisan masyarakat, peningkatan komitmen pemerintah, serta peningkatan pengarusutamaan gender kepada seluruh program dan kegiatan. Satu hal yang tidak kalah penting adalah penyediaan data dan informasi tentang gender sehingga Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dapat dihitung.

Pelaksanaan program kepemudaan dan olahraga ditujukan untuk menciptakan dan mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan dan mengorganisasikan dirinya sebagai wahana pendewasaan untuk melindungi seluruh generasi muda dari bahaya destruktif. Disamping itu juga, ditujukan untuk meningkatkan pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi dan pemasalan olahraga secara sistematis dan komprehensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi keolahragaan.

Pembangunan pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa, terus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri, terdapat berbagai wahana baik yang dikembangkan oleh Pemerintah, maupun atas inisiasi masyarakat seperti melalui berbagai organisasi kepemudaan.

Pembangunan dan pembinaan olahraga disamping optimalisasi olahraga prestasi, dilakukan juga upaya membangun budaya olahraga dalam masyarakat. Untuk meningkatkan pembinaan olahraga dimaksud masih diperlukan dukungan sarana dan prasarana olahraga, baik olahraga masyarakat maupun sarana olahraga terpadu dengan standar internasional.

Pembangunan kebudayaan di Bone Bolango ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Bone Bolango sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya daerah. Namun demikan, upaya

Page 25: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 76 Kabupaten Bone Bolango

peningkatan jati diri masyarakat Bone Bolango seperti halnya solidaritas sosial, kekeluargaan, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, kebersamaan, kesantunan dan kemandirian dirasakan makin memudar. Hal ini menunjukkan perlunya mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.

Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta memperkuat kelembagaan sosial. Kondisi kesejahteraan sosial masyarakat diindikasikan dengan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Di Bone Bolango pada tahun 2009 jumlah PMKS mencapai 4.755 PMKS. Dari jumlah PMKS tersebut, 27,91% didominasi oleh masalah lanjut usia terlantar, sementara masalah fakir miskin dan penyandang cacat masing-masing sebesar 21,03% dan 14,97%.

Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan prilaku dalam suasana dinamis dan kondusif,melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama dalam menciptakan Bone Bolango yang aman dan damai dapat diwujudkan. Kualitas kehidupan beragama di Bone Bolango telah mengarah pada kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, serta kesadaran dan toleransi antar umat beragama. Kondisi tersebut menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama serta antar umat beragama dengan pemerintah.

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bone Bolango sesuai dengan data BPS, pada periode 2004-2008 telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berbagai kebijakan multi sektor yang diimplementasikan telah memberikan pengaruh signifikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, angka kemiskinan masyarakat telah mengalami penurunan menjadi 19,97% dibandingkan dengan angka kemiskinan pada tahun 2007 dan 2008 yakni sejumlah 24% dan 22,7%.

2.1.2. Bidang Ekonomi Daerah

Page 26: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 77 Kabupaten Bone Bolango

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (Value Added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun, dimana faktor perubahan harga telah dikeluarkan.

PDRB Kabupaten Bone Bolango atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 sebesar 849.263 (jutaan rupiah) dan PDRB atas dasar konstan (tahun dasar 2000) sebesar 264.028 (jutaan rupiah). Struktur perekonomian daerah Bone Bolango didominasi oleh sektor pertanian (masyarakat agraris). Hal ini dapat dilihat berdasarkan peranannya terhadap PDRB yang mencapai 41.15 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga mempunyai andil yang cukup besar terhadap struktur ekonomi masyarakat Bone Bolango, yang kontribusi sektor ini mencapai 13,10 persen. Sektor lainnya yang mempengaruhi perekonomian Bone Bolango secara signifikan adalah sektor Jasa-jasa yang memberikan andil sebesar 12,21 persen juga sektor industri pengolahan yang mampu memberikan kontribusi sebesar 12,16 persen.

Angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 mencapai 6,88 persen. Ini menunjukkan peningkatan dibanding pada tahun 2008 yang mencapai 6,34 persen. Dilihat dari komposisi pertumbuhan sektoral, secara umum sector-sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang meningkat 13,71 persen. Pertumbuhan tinggi juga dialami oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 7,79 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian dan sektor bangunan mengalami

Page 27: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 78 Kabupaten Bone Bolango

kenaikan sebesar 5,03 persen dan 4,61 persen. Pertumbuhan terendah dialami oleh sektor jasa-jasa sebesar 1,74 persen.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum secara simultan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingginya jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tetap menjadi permasalahan strategis pembangunan daerah dalam jangka panjang walaupun PDRB Perkapita mambaik pada tahun 2009. PDRB perkapita Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 6.443.717 dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp. 5.517.301.

Pertanian di Kabupaten Bone Bolango secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, serta didukung oleh kondisi agro-ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Potensi sektor pertanian dan tanaman pangan di Kabupaten Bone Bolango terdiri dari beberapa komoditas yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi jalar dan ubi kayu.

Sektor pertanian memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, meskipun prosentasi penyerapannya cenderung menurun. Namun hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain (linkages) belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional, hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahan dan pemasarannya. Pengembangan yang bersifat sektoral pada system pertanian serta ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian.

Salah satu program pemerintah Bone Bolango di sektor pertanian adalah percepatan diversifikasi pangan, yang dilaksanakan melalui peningkatan ketersediaan pangan, buah dan sayuran, dan peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan lokal sebagai upaya untuk memperluas keanekaragaman pola konsumsi pangan masyarakat berbasis komoditi jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian.

Walaupun memiliki potensi lahan yang cukup besar untuk pengembangan penggemukan sapi dan rumput unggul untuk pakan ternak namun sektor peternakan di Kabupaten Bone Bolango belum memberikan hasil yang optimal, antara lain banyak lahan yang belum dimanfaatkan serta masih banyak peternak yang memelihara ternaknya dengan cara yang tradisional, rendahnya kualitas SDM

Page 28: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 79 Kabupaten Bone Bolango

peternak, kurangnya sarana dan prasarana peternakan, penguasaan teknologi budidaya ternak masih rendah serta keterbatasan modal.

Bone Bolango memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar, terutama dalam pengembangan usaha perikanan tangkap, usaha budidaya laut, serta potensi wisata bahari. Namun kondisi dan potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang besar ini belum diikuti dengan perkembangan bisnis dan usaha perikanan dan kelautan yang baik. Tingkat investasi sarana dan prasarana pendukung bisnis kelautan serta produksi sumber daya perikanan dan kelautan masih jauh dari potensi yang ada. Dilain pihak, lemahnya kondisi pembudidaya dan nelayan sebagai produsen menyebabkan kurang berkembangnya kegiatan dan pengelolaan industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan.

Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi masih perlu ditumbuhkembangkan. Hal tersebut disebabkan kurangnya efektifitas fungsi dan peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan serta rentannya UMKM terhadap perubahan harga bahan bakar. Masih tingginya kredit konsumsi dibandingkan dengan kredit investasi juga menghambat kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga kurang menopang aktivitas sektor riil. Selain itu, dibutuhkan pengembangan UMKM dan koperasi yang mampu mengembangkan agroindustri dan bisnis kelautan guna menunjang daya beli dan ketahanan pangan.

Sektor industri di Kabupaten Bone Bolango, didominasi oleh industri menengah dan industri kecil (industri rumah tangga) Keberadaan industri kecil di Kabupaten Bone Bolango merupakan segmen terbesar dari keseluruhan aktivitas usaha industri di Kabupaten Bone Bolango. Peran industri kecil dan menengah ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi daerah, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja.

Sektor perdagangan di Kabupaten Bone Bolango pengembangannya difokuskan pada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, khususnya pasar dalam negeri. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang, memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang yang terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan peningkatan akses pasar, dilakukan melalui promosi produk unggulan Bone Bolango.

Page 29: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 80 Kabupaten Bone Bolango

Bone Bolango memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam khususnya dari sisi produk wisata, baik wisata alam (eco-tourism), wisata budaya maupun wisata bahari. Keragaman alam dan budaya yang dimiliki tersebut merupakan modal dasar dalam pengembangan daya tarik wisata dan peningkatan pendapatan daerah serta stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan sektor pariwisata, tersebut, antara lain belum tertatanya objek wisata, rendahnya investasi dan kualitas infrastruktur pendukung, serta manajemen kepariwisataan daerah yang belum dikelola secara optimal.

2.1.3. Bidang Sarana dan Prasarana

Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, listrik dan energi, telekomunikasi, serta sarana dan prasarana permukiman. Kebutuhan akan infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap pengembangan wilayah, yaitu sebagai pengarah dan pembentuk struktur tata ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah, serta pengikat wilayah.

Hingga tahun 2009, kinerja pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan sebgaimana terlihat pada table berikut:

Indikator Keberhasilan Bidang Pekerjaan Umum

Kabupaten Bone Bolango sampai dengan Tahun 2010

1 % panjang jalan

kabupaten dalam kondisi baik

Panjang Jalan Kab. Dalam kondisi baik X100%

414

X 100% 95,40

Panjang seluruh Jalan Kabupaten 434,409

2 % Luas Irigasi kabupaten dalam kondisi baik

Luas Irigasi Kabupaten Baik X100% 1.546

X 100% 83,75

Luas Irigasi Kabupaten 1846

3 % Rumah tangga bersanitasi

jumlah rumah tangga ber sanitasi X100% 12.350

X 100% 79,26

jumlah total rumah tangga 15.582

4 % Kawasan kumuh luas kawasan kumuh X100%

256

X 100% 12,90

luas wilayah 1984

Page 30: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 81 Kabupaten Bone Bolango

5 % Kawasan yang masih terjadi genangan

luas kawasan genanganX100% 256

X 100% 12,90

luas wilayah 1984

6 Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah

ber HPL/HGB

luas ruang terbuka X100% 200.247

X 100% 100,00

luas wilayah ber HPL/HGB 200.247

Sumber data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bone Bolango

Kondisi infrastruktur transportasi darat yang lain seperti kurangnya ketersediaan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pengaman jalan, dan terminal serta belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda, menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban, keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas.

Pada sector transportasi laut, pada tahun 2007 telah dilaksanakan pengkajian tentang pembangunan pelabuhan laut teluk tomini yang berlokasi di Desa Molotabu Kecamatan Kabila Bone, sebagai antisipasi pengalihan Pelabuhan Laut Gorontalo yang saat ini sangat sulit untuk dikembangkan akibat pendangkalan pada muara sungai bone yang lokasinya dekat dengan pelabuhan gorontalo.

Pada aspek sarana dan prasarana sumber daya air dan irigasi, kondisi infrastruktur yang mendukung upaya konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dirasakan masih belum memadai. Potensi sumber daya air di Kabupaten Bone Bolango yang besar belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian dan kebutuhan air minum. Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan. Selain itu, kondisi jaringan irigasi juga belum memadai, walaupun dari tahun 2005 - 2009 jaringan irigasi yang dibangun mengalami peningkatan dari 1.173 m menjadi 2.539 m.

Pada aspek infrastruktur listrik dan energi, masih terdapat beberapa rumah tangga yang belum memperoleh layanan listrik karena adanya kebijakan dari pemerintah untuk membatasi jumlah pemasangan baru yang diakibatkan oleh krisis energi. Jumlah pelanggan listrik yang menggunakan listrik dari PLN selama 2008 berjumlah 11.831 pelanggan. Sebagian besar pelanggan tersambung

Page 31: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 82 Kabupaten Bone Bolango

melalui Unit Kerja KJG Kabila yang mencapai 6.649 Pelanggan atau 56,1% dari total pelanggan. Sementara yang memanfaatkan Unit PLN PP Tapa dan SR Bilungala masing-masing 3.130 dan 2.052 pelanggan. Dari ketiga unit kerja PLN di KAbupaten Bone Bolango (SR Bilungala, KJG Kabila, dan PP Tapa) besarnya KwH terjual selama tahun 2008 sebesar 11.345.208 KwH dengan nilai mencapai Rp. 6.051.777.000,00. Untuk listrik perdesaan, cakupan desa yang sudah mendapatkan tenaga listrik pada tahun 2010 hampir mencapai 89%, dimana hanya tinggal 15 desa yang belum memiliki infrastruktur listrik yaitu desa-desa yang terletak pada daerah terpencil, seperti desa-desa pada Kecamatan Bulango Ulu dan Kecamatan Persiapan Pinogu. Peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga terus diupayakan baik melalui pembangunan jaringan listrik yang bersumber dari PLN, maupun penyediaan sumber-sumber energi alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) mikro hidro, tenaga surya, dan angin. Ini bisa dilihat dari jumlah PLTMH yang dibangun berjumlah 4 unit serta PLTS yang mencapai 1.085 unit.

Pada aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah, dicirikan dengan adanya beberapa wilayah yang belum terlayani. Khusus jasa telepon kabel, hanya beberapa kecamatan saja yang telah memperoleh pelayanan, sebagian besar kecamatan di Kabupaten Bone Bolango belum merasakan layanan telepon kabel terutama yang lokasinya jauh dari perbatasan dengan Kota Gorontalo. Lambatnya pertumbuhan pembangunan sambungan layanan telepon kabel tetap tersebut salah satunya disebabkan oleh bergesernya fokus bisnis penyelenggara kepada pengembangan telekomunikasi bergerak (selular). Untuk akses sarana informasi dan telekomunikasi selular, di Bone Bolango tahun 2010 sudah hampir seluruh kecamatan dapat menikmati, kecuali untuk kecamatan Bulango Ulu dan Kecamatan Persiapan Pinogu. Di dua kecamatan ini, akses untuk informasi dan komunikasi tidak dapat dinikmati oleh masyarakat karena keterisolasian wilayah. Untuk pengembangan jaringan telekomunikasi perdesaan saat ini telah dilakukan berbagai upaya salah satunya melalui program desa berdering yang digagas oleh Pemerintah Pusat.

Kondisi sarana dan prasarana permukiman hingga akhir tahun 2009 masih belum memadai. Rendahnya cakupan pelayanan air minum disebabkan oleh terbatasnya kapasitas peralatan dan mesin PDAM untuk mencakup wilayah, serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana air minum, serta terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah.

Page 32: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 83 Kabupaten Bone Bolango

Peningkatan cakupan pelayanan air minum difokuskan pada masyarakat miskin di wilayah perdesaan melalui kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat melalui program PAMSIMAS maupun kerjasama pemerintah dengan negara pendonor seperti CARE melalui program SWASH serta CIDA melalui program EGSLP (Environmental Governance Sustainable Livelihood Program). Strategi penyediaan air minum berbasis masyarakat ini dirasakan telah cukup mampu mendorong peningkatan cakupan pelayanan dan keberlanjutan sarana dan prasarana air minum yang telah dibangun, walaupun hanya pada beberapa desa yang memang mengalami krisis air bersih.

Penanganan perumahan selang waktu 2005-2010 difokuskan pada upaya untuk mendorong pengembangan KASIBA dan LISIBA serta penataan permukiman masyarakat khususnya masyarakat petani dan nelayan melalui kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya ini diarahkan untuk mendorong penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah, peningkatan kualitas lingkungan perumahan oleh masyarakat, serta pengembangan kawasan permukiman baru yang lebih tertata. Namun demikian, percepatan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah perlu segera dilakukan dan pelibatan masyarakat serta dunia usaha dalam pengembangan perumahan di Bone Bolango perlu terus ditingkatkan. Di samping itu, implementasi pengembangan Kawasan Siap Bangun masih sangat minimal sehingga upaya-upaya untuk mendorong percepatan pengembangan kasiba/lisiba sangat diperlukan.

2.1.4. Bidang Pemerintahan Umum

Keberhasilan pembangunan Bidang Politik telah mulai tumbuh dengan baik yang salah satunya ditandai dari keberhasilan pelaksanaan Pemilu Gubernur 2007 dan Pemilu Nasional 2009 serta partisipasi politik masyarakat pada PILKADA 2010. Hal tersebut merupakan isyarat positif bahwa proses demokrasi berlangsung dengan baik dan mulai dapat diterima oleh seluruh stakeholders.

Pembangunan Bidang Hukum pada periode 2005 s/d 2010 diarahkan pada terwujudnya perlindungan Hak Asasi Manusia; terwujudnya keserasian produk hukum antara pusat, provinsi serta kabupaten dan terwujudnya inisiatif DPRD dalam pengusulan rancangan Perda. Capaian pembangunan bidang hukum ditandai oleh: (1) Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap HAM; serta (2) Penguatan sistem hukum daerah serta produk hukum daerah, yang

Page 33: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 84 Kabupaten Bone Bolango

terdiri dari Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan Bidang Hukum yakni:

1. Belum adanya grand design tentang pembuatan program legislasi daerah.

2. Peraturan per-undang-undangan tidak konsisten, sehingga terjadi pertentangan antara peraturan yang satu dengan lainnya.

3. Lemahnya budaya hukum masyarakat.

Pembangunan Bidang Ketertiban umum dan Ketentraman Masyarakat selama periode 2005 - 2010 difokuskan pada terwujudnya kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan masyarakat lingkungan masing-masing; dan terwujudnya perlindungan masyarakat dari bencana. Capaian kinerja Bidang Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat selama periode 2005 - 2010 adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan jumlah perlindungan masyarakat (Linmas);

2. Meningkatnya kesadaran masyarakat mentaati peraturan daerah;

3. Terkendalinya dan terdeteksinya secara dini gangguan ketertiban dan ketentraman masyarakat;

Pembangunan bidang aparatur daerah ditandai dengan jumlah aparatur Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Bone Bolango yang dalam tiga tahun terakhir trend pertumbuhannya cenderung meningkat. Jumlah pegawai negeri sipil hingga September 2010 yakni sejumlah 4.302 orang. Peningkatan profesionalisme aparatur terus dilakukan, baik melalui jalur pendidikan formal, jabatan serta pendidikan teknis substantif. Jumlah PNS Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 masih didominasi oleh tamatan SLTA sebanyak 1459 orang dan terkecil adalah tamatan S3 yakni 2 orang. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pendidikan aparatur di Kabupaten Bone Bolango masih relatif rendah dan perlu untuk ditingkatkan baik melalui pelatihan maupun pendidikan formal. Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Bone Bolango juga diperhadapkan dengan keterbatasan aparatur daerah yang telah memenuhi kualifikasi Diklat Kepemimpinan baik Diklat PIM IV, PIM III an PIM II.

Page 34: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 85 Kabupaten Bone Bolango

Pengendalian keseimbangan antara kebutuhan kualifikasi kompetensi aparatur daerah dengan minat mengikuti pendidikan formal melalui jalur ijin belajar dan tugas belajar, terus dilakukan secara berkesinambungan. Demikian pula, penajaman kompetensi aparatur ditempuh pula melalui mekanisme mutasi jabatan, mekanisme asessment pegawai, psikotest serta fit and proper test. Demikian pula telah dilakukan penerapan sistem rekruitmen terbuka dalam pengisian jabatan eselon II, melalui out sourcing dari luar lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, baik dari lingkungan Pemerintah Provinsi, instansi vertikal, juga dari lingkungan perguruan tinggi.

Peningkatan kinerja daerah juga diupayakan melalui perbaikan pelayanan publik. Salah satu langkah efektif untuk perbaikan pelayanan publik terutama dalam administrasi pemerintahan serta menghindari adanya pungutan ganda yang berakibat pada high cost economy dilakukan melalui pembentukan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) pada Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu.

Dalam aspek tata kelola pemerintahan, kinerja pemerintahan daerah dipandang belum berjalan secara efisien. Kondisi tersebut antaranya terindikasi pada struktur organisasi yang cenderung gemuk, koordinasi pemerintahan yang kurang berjalan optimal, budaya kerja yang belum berbasis kinerja, belum adanya analisis jabatan dan assessment centre bagi aparatur dalam pengisian jabatan dan penempatan pegawai.

Secara umum, permasalahan dalam pembangunan bidang aparatur tersebut, antara lain:

1. Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan rasional, sehingga struktur organisasi kurang proporsional;

2. Sistem manajemen kepegawaian belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas, kompetensi, dan remunerasi yang adil dan layak sesuai dengan tanggungjawab dan beban kerja, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; Sistem dan prosedur kerja di lingkungan aparatur negara belum efisien, efektif, dan berperilaku hemat;

3. Praktek penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang (korupsi) belum teratasi;

Page 35: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 86 Kabupaten Bone Bolango

4. Pelayanan publik belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat;

5. Terabaikannya nilai-nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi sehingga melemahkan disiplin kerja, etos kerja, dan produktivitas kerja.

2.2. ISU STRATEGIS

Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Adapun isu strategis pembangunan daerah yang masih membutuhkan penanganan secara serius dan sistemik, berkelanjutan serta komprehensif adalah :

2.2.1. Bidang Pemerintahan.

Issu yang lebih mendominasi dunia pemerintahan kita saat ini adalah Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Masih terdapat berbagai permasalahan fundamental dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang bermuara pada inefektifitas dan inefisiensi pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti besaran struktur organisasi yang tidak seimbang dengan beban kerja, rendahnya kompetensi dan profesionalitas sumber daya aparatur, pengelolaan administrasi yang lemah, kapasitas perencanaan yang rendah, belum optimalnya pengawasan dan pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan perlu dilakukan untuk memantapkan tatakelola pemerintahan yang lebih baik, dengan melakukan peningkatan kinerja secara terpadu. Implementasi Good Governance berupa penerapan prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas, supremasi hukum, efektifitas, efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan masih perlu diperkuat pelaksanaannya. Permasalahan struktur organisasi pemerintahan yang terlalu gemuk untuk sebuah model struktur pemerintah daerah pemekaran, berdampak pada inefektifitas fungsi – fungsi yang terdapat di dalamnya, dan pembebanan anggaran belanja operasional (belanja aparatur) yang memiliki porsi lebih besar dibanding belanja

Page 36: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 87 Kabupaten Bone Bolango

pembangunan (belanja publik). Konsekuensi lainnya adalah terjadinya inefisiensi dan inefektifitas pada beberapa satuan kerja tertentu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Restrukturisasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, diharapkan mampu memulihkan kondisi ideal pemerintahan daerah dan menciptakan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan Bone Bolango kedepan. Pembangunan birokrasi yang kuat merupakan elemen penting untuk menjaga agar kelangsungan pembangunan tetap berkelanjutan.

2.2.2. Bidang Ekonomi

Secara agregat, struktur perekonomian makro daerah Kabupaten Bone Bolango masih belum kuat, namun trend kinerja pertumbuhan ekonomi daerah meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir, dengan indikator makro tahun 2009 sebesar 6,88. Walaupun angka tersebut masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo sebesar 7,73. Demikian halnya dengan masalah kemiskinan masih cukup tinggi yakni 19,97% dan angka pengangguran yang masih dua digit yakni 10,08% pada tahun 2009, sebagai akibat dari implementasi kebijakan yang belum terintegrasi dan terarah.

Dalam rangka meminimalisir masalah tersebut, arahan kebijakan lebih ditujukan pada optimalisasi kinerja sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang tingkat penyerapan tenaga kerja cukup besar, serta menggali potensi daerah lainnya seperti sektor pertambangan, pariwisata dan industri, yang ditopang dengan ketersediaan dan mutu akses yang merata. Optimalisasi kinerja dari beberapa sektor tersebut, diharapkan juga memberikan multiplier effects terhadap penyediaan lapangan pekerjaan dan perbaikan struktur ekonomi daerah.

Kinerja sektor-sektor ekonomi juga belum menunjukkan keterpaduan arah dalam mempercepat laju pertumbuhan daerah. Sektor industri yang diharapkan menjadi sektor pemberi value added terbesar masih tertinggal geliat pertumbuhannya dibanding sektor-sektor ekonomi lainnya. Perkembangan sektor industri belum bersimbiosis dengan perkembangan sektor pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan dan penggalian yang mempunyai basis sumber daya terbesar di Kabupaten Bone Bolango. Kondisi di atas diperburuk pula oleh belum adanya komoditas unggulan daerah yang dapat menjadi “Prime Mover” akselerasi pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah.

2.2.3. Bidang Sosial Kemasyarakatan Masalah sosial di Bone Bolango masih perlu penanganan secara

terintegrasi antar sektor. Kondisi nyata yang baru saja dialami adalah terpuruknya kualitas pendidikan yang disebabkan oleh pemerolehan

Page 37: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 88 Kabupaten Bone Bolango

nilai ujian nasional menempati urutan terbawah di seluruh Provinsi Gorontalo. Seiring dengan itu pula, hal ini berdampak pada keterpurukan penilaian masyarakat terhadap dunia dan kualitas pendidikan Bone Bolango secara umum. Penyelenggaraan program peningkatan kesejahteraan harus dilaksanakan seiring dengan upaya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, agar mampu memberi kontribusi terhadap penyelenggaraan program pembangunan ekonomi yang makin berkualitas berlandaskan peningkatan produktivitas dan daya saing, serta semakin terciptanya kreativitas dan daya inovasi daerah. Demikian pula halnya dengan sektor kesehatan, walaupun telah terjadi perubahan dalam kualitas pelayanan melalui berbagai macam bentuk program dan kegiatan, namun masih perlu peningkatan, terutama pemenuhan akses layanan yang berkualitas dan merata untuk semua wilayah, penduduk dan terutama bagi masyarakat miskin yang berada di wilayah terpencil. Pemenuhan akses kesehatan yang merata dan berkualitas dapat memicu peningkatan derajat kesehatan masyarakat setempat, sehingga mereka mampu berperan secara aktif dalam memenuhi tuntutan dinamika hidup mereka. Masyarakat sehat, menjadikan daerah kuat. Disektor kesejahteraan social, saat ini penyandang masalah kesejahteraan sosial masih menghadapi kendala kemandirian, produktivitas, dan hak hidup normal. Mereka masih belum dapat menikmati secara layak segala akses pelayanan sosial yang memang sangat terbatas. Jumlah gelandangan, anak terlantar, pengemis, fakir miskin dan tuna susila di daerah ini memang belum terlalu banyak, akan tetapi Pemerintah Daerah tetap senantiasa melakukan monitoring dan pembinaan secara terus-menerus bagi kelompok kecil penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebut. Olehnya itu peranan tokoh agama, tokoh masyarakat dan keluarga tetap diberdayakan dalam rangka menjaga keutuhan tatanan moral dan kearifan lokal di Bone Bolango. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah masih terdapatnya kesenjangan gender, baik dalam akses, manfaat dan partisipasi dalam pembangunan dan penguasaan terhadap sumberdaya maupun upaya pembangunan ketahanan keluarga.

2.2.4. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Akselarasi pembangunan di daerah ini harus diimbangi dengan

perbaikan kualitas manajemen dan eksploitas sumber daya alam yang berwawasan lingkungan serta tidak menimbulkan dampak negatif untuk wilayahnya sendiri dan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan daerah tidak hanya bisa dinikmati oleh generasi sekarang, namun juga untuk generasi yang akan datang (sustainable

Page 38: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 89 Kabupaten Bone Bolango

development). Perlu implementasi prinsip – prinsip kelestarian lingkungan dan keutuhan ekosistem hutan, terutama yang berkenaan dengan rentannya sebagian besar wilayah tertentu terhadap bencana alam, seperti banjir, tanah longsor serta pencemaran air akibat penggundulan hutan yang tidak terkendali dan penambangan liar.

Dengan luas kurang lebih 16% dari luas wilayah Propinsi Gorontalo, berbagai keunggulan sumberdaya (National resource Adavantage) dimiliki Kabupaten Bone Bolango. Potensi pertambangan antaranya galian C, emas dan tembaga, potensi energy seperti panas bumi (geothermal), potensi sumber daya air, potensi perikanan dan kelautan serta berbagai potensi strategis lainnya harus diarahkan pengelolaanya dengan pendekatan pengelolaan yang berwawasan lingkungan.

2.2.5. Bidang Penataan Ruang. Dengan adanya perubahan regulasi dalam bidang penataan

ruang, yaitu UU Nomor 26 Tahun 2007, dan dinamika perkembangan daerah Kabupaten Bone Bolango, sedang dilakukan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone Bolango. Sampai dengan akhir tahun 2010 ini, perkembangannya sudah memasuki tahap penyiapan draft ranperda tentang revisi RTRW, sehingga diharapkan pada tahun 2011, Revisi RTRW Kabupaten Bone Bolango sudah diperdakan. Revisi penataan ruang wilayah tersebut telah menjadi agenda strategis daerah yang dibutuhkan untuk menjadi acuan dasar dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Bone Bolango. Revisi tersebut memfokuskan pada revisi pola pemanfaatan dan struktur ruang serta penetapan kawasan-kawasan strategis di Wilayah Kabupaten Bone Bolango.

Belum jelasnya arahan spasial pembangunan wilayah telah berdampak simultan pada belum adanya arahan pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang menjadi simpul utama penggerak perhubungan wilayah. Kondisi existing spasial yang telah tumbuh menjadi titik-titik pertumbuhan wilayah harus diarahkan secara lebih terintegrasi dan bersinergi dengan wilayah-wilayah lainnya melalui disain skenario pembangunan spasial jangka panjang.

2.2.6. Bidang Infrastruktur Saat ini kondisi dan design infrastruktur wilayah di Bone

Bolango belum terpetakan sesuai perencanaan penataan ruang dan analisa kebutuhan sektoral dan perwilayahan. Pembangunan prasarana dan sarana untuk semua sektor masih sangat kurang, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas, seperti jaringan transportasi, prasarana dan sarana perhubungan dan pariwisata sebagai potensi peningkatan pendapatan daerah, telekomunikasi dan informasi,

Page 39: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 90 Kabupaten Bone Bolango

sumber daya air, sarana air bersih dasn sanitasi di daerah – daerah terisolir dan terpencil, perumahan, bahkan infrastruktur pemerintahan daerah belum tercipta dan tertata dengan baik untuk memenuhi sebuah bentuk blok atau kawasan pusat pemerintahan daerah yang representatif.

2.2.7. Supremasi Hukum Proses penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat adalah tiga aspek penting yang telah dilaksanakan secara terpadu di Daerah Bone Bolango. Aspek – aspek ini telah berjalan dan bersinergi dengan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dengan melibatkan unsur eksekutif, legislatif dan yudikatif yang terbentuk dalam wadah musyawarah pimpinan daerah. Namun demikian, perbaikan dan pembenahan pemerintahan perlu dilakukan secara berkesinambukan, baik dari aspek struktur, manajerial, mekanisme maupun segala bentuk sistim yang digunakan, guna terciptanya mutu layanan dan penyelenggaraan pemerintahan yang credible, dalam menjalankan amanah rakyat sesuai prinsip Good Governance. Pengurangan berbagai macam bentuk ketimpangan dan penyimpangan dalam pengambilan keputusan dan penyalahgunaan wewenang masih memerlukan perhatian khusus guna perbaikan proses penyelenggaraan pemerintahan dimasa mendatang.

Page 40: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 91 Kabupaten Bone Bolango

BAB III

VISI DAN MISI

Bone Bolango adalah sebuah daerah pemekaran yang memiliki modal sangat besar, baik sumber daya alam, letak geografis, struktur demografis penduduk dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi serta variabilitas daya kreasi yang tidak terbatas. Dengan karakteristik tersebut, terdapat 2 (dua) keunggulan wilayah Kabupaten Bone Bolango dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya di Provinsi Gorontalo. Keunggulan tersebut yakni (1) keunggulan lokasi (locational advantage) dengan aksesibilitas yang sangat tinggi dengan pusat pelayanan pemerintahan dan social ekonomi, dan (2) keunggulan sumber daya alam (natural resources advantage) yang merupakan potensi besar bagi penguatan kapabilitas wilayah yang kompetitif (competitive regional capability).

Sejak tahun 2003, seluruh komponen pemerintahan bersama elemen masyarakat telah bersama-sama melakukan berbagai bentuk pembenahan, baik dari aspek pemerintahan, pembangunan maupun aspek pelayanan kepada masyarakat. Dari proses penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan layanan kepada masyarakat tadi, telah dihasilkan berbagai karya yang diciptakan dalam masa periode kepemimpinan dan penyelenggaraan pembangunan sebelumnya walaupun belum secara keseluruhan mencapai dan memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat Bone Bolango khususnya dan Gorontalo pada umumnya.

Hasil pelaksanaan berbagai bentuk kebijakan dan program dimaksud antara lain: pembangunan infrastruktur wilayah pada berbagai sektor, pembangunan pertanian dan peternakan melalui pemberian bantuan bibit ternak sapi kepada masyarakat, bantuan sosial melalui program jaminan kesehatan daerah, dan berbagai bentuk program lainnya yang telah diarahkan untuk kesejahteraan Masyarakat Bone Bolango termasuk terciptanya pemekaran wilayah kecamatan dan desa sebagai wujud implementasi otonomi pemerintahan di tingkat kecamatan dan desa guna perpendekan rentang kendali dan layanan kepada masyarakat walaupun disisi lain berdampak pula pada inefisiensi alokasi pembiayaan pemerintahan.

Disadari bahwa dari berbagai keberhasilan pembangunan berupa hasil karya yang telah dilakukan tersebut, masih terdapat pula beberapa masalah mendasar yang menuntut keseriusan untuk memperbaikinya dan merancang berbagai bentuk kebijakan program yang benar – benar memberi dampak ganda (multiplier effect) kepada masyarakat dan pertumbuhan daerah Bone Bolango.

Atas dasar pertimbangan kondisi wilayah dan isu strategis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka Visi dan Misi Pembangunan Daerah kedepan perlu disesuaikan dengan lebih memperhatikan relevansi kebijakan dan komitmen Bupati dan Wakil Bupati terpilih berdasarkan hasil Pemilihan Kepala Daerah 2010,

Page 41: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 92 Kabupaten Bone Bolango

dan kebutuhan masyarakat, efisiensi dan efektifitas pemanfaatan anggaran dan target kualitas output dan outcome program/kegiatan yang akan dilaksanakan di berbagai sektor pembangunan daerah di Kabupaten Bone Bolango.

3.1 VISI

Berdasarkan issu dan tantangan di atas serta pengalaman penyelenggaraan pemerintahan sebelumnya, maka tidak ada cara lain Pemerintah Kabupaten Bone Bolango yang baru harus memiliki kemampuan dan kemauan dalam hal membangun komitmen untuk melakukan perubahan terhadap kualitas dan tatanan penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan pelayanan publik, sehingga berbagai persoalan mendapatkan solusi – solusi yang relevan dengan issu yang dihadapi. Tanpa komitmen yang kuat dan daya kreativitas yang tinggi, penyelenggara pemerintahan dan pembangunan sulit akan tercapai. Oleh sebab itu, berbagai persoalan ini membutuhkan kerja keras semua pihak untuk membenahinya dan terutama melakukan perbaikan-perbaikan mendasar. Agar proses penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan benar-benar bermakna bagi semua pihak.

Pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan telah mewujudkan sebuah inspirasi realistis, terukur, terjangkau dan berwawasan masa depan tentang kabupaten Bone Bolango dengan pijakan visi pembangunan Kabupaten sebagai berikut:

“Terwujudnya pemerintahan yang amanah,

demi terciptanya masyarakat madani”.

Untuk mencapai Visi Pembangunan tersebut, maka ditetapkan Misi Pembangunan Kabupaten Bone Bolango 2010 – 2015 adalah sebagai berikut:

Page 42: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 93 Kabupaten Bone Bolango

1. Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis. 2. Menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan

berkeadilan.

Penjelasan Visi dan Misi di atas adalah sebagai berikut :

Pemerintahan yang amanah yang hendak diwujudkan adalah praktek penyelenggaraan pemerintahan yang secara melembaga tercegah dan terjaga dari keinginan dan kehendak bekerja hanya untuk meraup keuntungan secara individu, kelompok atau golongan tertentu. Pemerintahan amanah merupakan bentuk pemerintahan yang senantiasa terpanggil mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, melalui penyelenggaraan pemerintahan yang berdasarkan prinsip – prinsip Good Governance, yang meliputi partisipasi, penegakan hokum, transparansi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektivitas serta profesionalisme.

Masyarakat madani (civil society), adalah bentuk masyarakat demokratis, dimana para anggotanya menyadari akan hak dan kewajibannya dalam mewujudkan kepentingannya. Masyarakat madani tidak terbentuk secara sepihak hanya berupa masyarakatnya atau rakyatnya, melainkan dipersyaratkan harus memilki bentuk pemerintahan yang demokratis (democratic goverment), masyarakat yang memiliki karakteristik kehidupan yang bermartabat, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, menjunjung tinggi nilai dan norma adat, norma hukum, hidup bermasyarakat dan bersahaja, budaya gotong royong, mandiri, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan sendi – sendi keimanan serta memilki toleransi hidup beragama.

Selanjutnya Visi di atas dapat dijabarkan dalam implementasi Misi sebagai berikut :

Pemerintahan bersih adalah bentuk pemerintah yang dalam penyelenggaraan tugas dan tanggungjawabnya snantiasa terjaga dari sifat-sifat tercela menurut hukum negara maupun hukum agama. Pemerintahan bersih adalah pemerintahan yang tidak berkeinginan untuk malakukan berbagai bentuk penyimpangan, baik secara hukum adat, hukum agama, maupun hukum negara yang hendak merusak moralitas dan wibawa aparat dan institusi pemerintah itu sendiri, melalui praktek penyelenggaraan pemerintahan yang korup, kolusif dan nepotis.

Bentuk pemerintah yang senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat dibanding dengan kepentingan individu, kelompok dan golongan tertentu, terutama dalam hal melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang dilandasi dengan jiwa dan semangat sebagai pelayan, pelindung dan

Page 43: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 94 Kabupaten Bone Bolango

pengayom masyarakat, bukan memimpin berdasarkan pendekatan kekuasaan dalam arti memerintah. Dengan demikian tidak ada satu kebijakan Pemerintah yang dilaksanakan oleh penyelenggara pemerintahan bias bahkan menyimpang dari berbagai macam bentuk aspirasi dan kehendak rakyat.

Pemerintahan yang taat hukum, adalah bentuk pemerintahan yang senantiasa memahami makna hukum, menjunjung tinggi nilai – nilai hukum serta menjadikan hukum sebagai acuan utama dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan. Norma-norma hukum yang berlaku sebagai aturan yang disahkan melalui perundang-undangan atau peraturan pemerintah harus menjadi kerangka dasar yang mutlak diimplementasikan secara utuh dan demokratis serta ditegakkan dengan seadil-adilnya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta kehidupan bermasyarakat. Demikian pula tata nilai lokal yang telah dianut oleh masyarakat, wajib diperkuat sebagai sumber ajaran moral yang menuntun penyelenggaraan pemerintahan dan tata kehidupan bermasyarakat dengan tetap menghindari pemaksaan atas kehendak atas satu golongan terhadap golongan lain, satu kelompok kepada kelompok lain atau sub ordinasi antara satu dengan lainya.

Pemerintahan demokratis yang hendak diwujudkan adalah pengelolaan pemerintahan berdasarkan pada partisipasi masyarakat yang terorganisir secara melembaga, dilaksanakan dengan penuh keterbukaan, iklim kompetititif yang sehat, akuntabel pada masyarakat sebagai konstituen. Sudah menjadi kewajiban pemerintah melibatkan masyarakat sejak dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional.

Oleh sebab, itu penyelenggaraan pemerintahan daerah mengikuti dan mengedepankan selera rakyat tanpa harus membedakan latar belakang warna kelompok, wilayah, atau perbedaan gender. Demikian halnya, seluruh proses penyelenggaraan pemerintah dilaksanakan secara transparan, agar rakyat tahu apa yang tengah dilaksanakan dan apa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Keseluruhan upaya ini, menunjukkan pertanggungjawaban moral pemerintah kepada rakyat.

Karena rakyat memiliki kedaulatan dalam menentukan arah kehidupan yang produktif, maju, dan mandiri di masa yang akan datang. Dengan modal kedaulatan itu, rakyat memiliki otoritas dalam melakukan kreasi dan inovasi sebagai bagian dari bentuk kebebasan berekspresi dan mengembangkan pilihan-pilihan yang sah dan dinilainya bermanfaat untuk masa kini dan akan datang.

Page 44: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 95 Kabupaten Bone Bolango

Masyarakat sejahtera, Berbagai bentuk kebijakan program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di wilayah manapun senantiasa menginginkan sebuah cita – cita yang ideal, yakni mewujudkan masyarakatnya hidup sejahtera. Pemahaman sejahtera adalah terciptanya dan terjaminya rasa aman dan makmur. Rasa aman mencerminkan keadaan jiwa yang tidak lagi terganggu oleh ancaman baik secara sosial maupun secara ekonomi. Makmur berarti selalu berada pada tingkatan berkecukupan, tidak lagi merasa kekurangan. Berbagai kebutuhan masayarakat tersedia. Makmur juga berarti bahwa masyarakat memiliki daya dan kemampuan untuk mengadakan segala macam bentuk kebutuhannya secara sendiri, maupun dapat memenuhi harapan kebutuhan masyarakat lainya.

Masyarakat mandiri yang ingin dituju adalah masyarakat yang benar-benar memiliki daya saing tinggi. Daya saing yang dimaksudkan adalah memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi, sehingga tahan dengan berbagai goncangan arus perubahan. Pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan yang hanya bermodalkan sumber daya alam tidaklah cukup untuk membawa menuju ke titik kemajuan. Perlu sumber daya manusia yang handal dan unggul di segala bidang.

Masyarakat yang berkeadilan, yang hendak diwujudkan dalam hal ini adalah masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan. Adil dalam arti bersama turut serta dalam pembangunan. Menyadari bahwa proses pembangunan dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatanya, maka tidak ada alasan untuk menghilangkan peran serta masyarakat dalam segala proses itu. Adil juga bermakna memiliki kedudukan yang sama di hadapan pemerintah. Setiap warga masyarakat berhak mendapatkan perlakuan yang sama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa membedakan antara laki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda.

3.2. MISI

Keinginan untuk menghadirkan pemerintahan daerah yang bersih, demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum demi terciptanya masyarakat sejahtera, mandiri, dan berkeadilan sosial adalah sebuah proses yang akan selalu berkelanjutan. Dengan berdasarkan pada permasalahan dasar yang dihadapi oleh pembangunan pada masa-masa sebelumnya dan visi yang hendak dituju maka dirumuskan misi. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan misi adalah Inplementasi dari Visi serta merupakan rumusan umum mengenai upaya – upaya yang akan dilaksanakan untuk

Page 45: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 96 Kabupaten Bone Bolango

mewujudkan visi. Secara detailnya misi Pemerintah Kabupaten Bone Bolango adalah :

3.2.1. Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis

Bersih dalam pandangan ini adalah terjaga dari berbagai praktek penyelenggaraan pemerintahan yang korup, kolusif dan nepotis. Pemerintahan bersih hanya dilakukan dengan cara menegakkan supremasi hukum, akuntabel terhadap rakyat, mengembangkan partisipasi publik, transparan kepada publik, pemanfaatan sumber daya dan kelembagaan yang efektif dan efisien, pelayanan publik yang profesional, dan berorientasi masa depan.

Dalam hal ini hukum dan peraturan harus ditegakkan tanpa pilih kasih, disertai dengan upaya mengembangkan nilai, norma dan etika lokal sebagai sumber hukum dalam masyarakat. Demikian halnya pemerintahan bersih hanya dapat diwujudkan melalui upaya-upaya yang berorientasi pada penjaminan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah kepada rakyat, di samping membuka akses informasi seluas-luasnya kepada rakyat tentang mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Dalam upaya membangun demokratisasi, dirasakan perlu upaya-upaya segar untuk mengefektifkan pelaksanaan peran dan fungsi demokrasi, terutama hubungan checks and balances (kontrol keseimbangan) kelembagaan penyelenggara pemerintahan dan lembaga politik maupun kemasyarakatan secara optimal. Kita juga merasakan pentingnya perumusan lebih lanjut pola hubungan pemerintah dan masyarakat yang tepat sesuai dengan kebutuhan demokratisasi.

Pada dasarnya, masyarakat perlu porsi kebebasan dalam menyampaikan aspirasinya, sehingga mereka benar – benar turut diberi peran secara aktif dalam upaya menilai dan mencari solusi setiap persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat itu sendiri. Proses assesment dan interfency lebih bersifat independen, dengan kapasitas dan kualitas sumber daya yang mereka miliki.

Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, proses demokrasi di berbagai daerah telah ditandai dengan kegiatan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, oleh rakyat dengan cara langsung, umum bebas dan rahasia. Di era reformasi dan

Page 46: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 97 Kabupaten Bone Bolango

demokratisasi saat ini , proses penataan politik yang dititikberatkan pada pengalokasian/representasi kekuasaan harus terus diwujudkan dengan meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan mekanisme seleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik serta mewujudkan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya kebebasan media masa serta keleluasaan berserikat, berserikat, berkumpul dan berpendapat setiap warga negara berdasarkan aspirasi politiknya masing – masing.

Penguatan pilar – pilar demokrasi yang sehat, harus terus dibangun menuju demokrasi yang lebih matang dan dewasa. Perbedaan dan benturan kepentingan serta sikap kritis berbagai pihak terhada pemerintah merupakan realita kehidupan demokrasi dan merupakan hak politik yang harus dihormati. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis, maka penyelenggaraan pemerintahan harus berlandaskan pada aturan hukum, memperkuat kualitas otonomi, memperkuat peran masyarakat, menegakkan hukum secara adil, konsekwen, tidak diskriminatif, dan memihak kepada rakyat kecil.

3.2.2. Menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan

3.2.2.1. Menciptakan masyarakat bone bolango yang sejahtera

Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diperoleh melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, perbaikan pengelolaan kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia serta optimalisasi dan peningkatan produktifitas berbagai bidang dan sektor pembangunan. Pembangunan di kabupaten Bone Bolango hendaknya ditujukan untuk membebaskan warga masyarakat dari berbagai belenggu yang menghambat pencapaian potensi dirinya secara hakiki. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas diri dan kualitas kehidupan warga masyarakat. Sebab akhirnya keberhasilan pembangunan sangat tergantung pada hasil penilaian keadaan warga masyarakatnya. Mewujudkan masyarakat sejahtera di daerah ini sangat ditentukan oleh kinerja perekonomian, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan, dan sedikit pada upaya meminimalkan ketimpangan dan penyimpangan dalam pengimplementasian kebijakan.

Page 47: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 98 Kabupaten Bone Bolango

Pemerintah memiliki komitmen dalam upaya penciptaan taraf kesejahteraan masyarakat dan bukan perorangan, sebagaimana menjadi nilai hakiki dari konsep demokratisasi ekonomi. Jika memungkinkan, seluruh produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan dibanding kemakmuran orang seorang. Maka dengan demikian kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan program pembangunan harus memberi manfaat pada mereka yang paling miskin dan paling kurang sejahtera.

Gagasan praktis tentang ekonomi kerakyatan atau asas-asas demokrasi ekonomi dalam konteks lokal Kabupaten Bone Bolango ditekankan pada bagaimana orientasi pembangunan, lebih melibatkan masyarakat yang bekerja dalam beberapa sektor dominan seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, industri terutama dalam konteks pemanfatanya. Sehingga dengan demikian akses masyarakat dalam jumlah besar terhadap lapangan kerja terbuka lebar. Implikasi dari semua ini, sudah tentu memperkuat kualitas penerimaan masyarakat sebagai salah satu elemen dasar pelaku pembangunan.

Konsep lain yang perlu mendapat perhatian kita semua adalah upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapabilitas dan kapasitas pemerintahan desa melalui implementasi otonomi desa. Konsep ini, dibayangkan sebagai kondisi yang diperlukan bagi efektivitas pembangunan ekonomi masyarakat yang sebagian besar hidup di wilayah desa. Otonomi desa akan membuat aparatur pemerintah daerah lebih terbuka dan akuntabel sehingga lebih tanggap (responsif) terhadap kebutuhan dan aspirasi lokal. Otonomi desa difungsikan untuk mengurangi angka kemiskinan di setiap wilayah pemerintahan terkecil. Diharapkan dengan adanya otonomi desa kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat miskin dapat terwujud dengan baik.

Peningkatan partisipasi perempuan dalam pembangunan juga menjadi bagian dari keinginan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera. Menyadari sedalam-

Page 48: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 99 Kabupaten Bone Bolango

dalamnya bahwa masalah mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Dengan demikian aspek pemerataan menjadi fokus utama pembangunan masa datang.

3.2.2.2. Menciptakan masyarakat bone bolango yang mandiri

Misi pemerintah Kabupaten Bone Bolango akan datang berorientasi pada perwujudan kemandirian. Pembangunan sesungguhnya adalah sesuatu yang "bersahabat", merupakan proses untuk memfasilitasi masyarakat mengembangkan hidup sesuai dengan pilihannya (development as a process of expanding the real freedoms that people enjoy). Bila manusia mampu mengoptimalkan potensinya, maka akan bisa maksimal pula kontribusinya untuk kesejahteraan bersama. Dengan demikian, kemakmuran sebuah bangsa dicapai berbasiskan kekuatan rakyat yang berdaya dan menghidupinya. Penyebab dari langgengnya kemiskinan, ketidakberdayaan, maupun keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas masyarakat. Aksesibilitas yang dimaksudkan adalah terfasilitasinya kebebasan politik, kesempatan ekonomi, kesempatan sosial (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain), transparansi, serta adanya jaring pengaman sosial. Penyebab utama kemiskinan adalah akibat ketiadaan akses yang dapat menunjang pemenuhan kehidupan manusiawi. Pada dimensi ekonomi, akibat distribusi akses sumber daya ekonomi yang tak merata menyebabkan rakyat miskin tak dapat mengembangkan usaha produktifnya. Sementara pada dimensi politik, akibat rakyat miskin sangat sulit mengakses dan terlibat berbagai kebijakan publik, maka kebijakan tersebut tak menguntungkan mereka.

Page 49: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 100 Kabupaten Bone Bolango

Kemandirian yang ingin dicapai tidak lebih pada upaya membangun daya saing masyarakat. Daya saing masyarakat itu sangat tergantung pada kualitas hidup. Kuat lemahnya daya saing sangat ditentukan oleh kualitas kehidupan masyarakat yang difasilitasi pemerintah. Elemen-elemen dasar kualitas hidup itu dicapai melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pembukaan akses seluas-luasnya pada masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan dan akses seluas-luasnya bagi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Semuanya harus terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah. Mandiri juga dapat diimplementasikan melalui penguatan akses masyarakat pada asset ekonomi diikuti dengan distribusi secara merata dan luas kepada seluruh warga masyarakat.

3.2.2.3. Menciptakan masyarakat bone bolango yang berkeadilan

Penyelenggaraan pembangunan yang berkeadilan adalah pembangunan dilaksanakan secara adil dan merata, serta dapat dinikmati oleh seluruh komponen dan lapisan masyarakat Bone Bolango. Konsep ini akan dapat menjadi sebuah motivasi dalam rangka meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta mengeliminir potensi konflik sosial.

Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah – wilayah strategis dan cepat tumbuh, perlu didorong sehingga dapat melahirkan rasa keadilan bagi masyarakat di berbagai wilayah, dengan mengembangkan wilayah – wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistim wilayah pengembangan ekonomi yang bersinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah secara adminstrasi, tetapi lebih ditekankan pada keterkaitan mata rantai proses produksi dan distribusi.

Oleh sebab itu, pendekatan pembangunan ke depan harus dilakukan dengan mengedepankan rasa keadilan dan pemerataan, selain dengan pemberdayaan masyarakat (societies empowerment) melalu skema arah kebijakan berbasis kebutuhan dan kawasan.

Page 50: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 101 Kabupaten Bone Bolango

3.3. INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan Bone Bolango dengan memperhatikan kontribusi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta pemangku kepentingan di Bone Bolango. Indikator kinerja tersebut merupakan implementasi dari target pencapaian Misi Pemerintah Bone Bolango tahun 2011 – 2015.

Indikator kinerja pembangunan daerah tersebut adalah sebagai berikut :

MISI PERTAMA : Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis

No Indikator Kinerja Tahun 2011 Target Menengah Target 2015

1. Pengelolaan Keuangan WDP WTP WTP 2. Jumlah kasus temuan

pemeriksaan Berkurangnya jumlah temuan pemeriksanaan

Menurunnya jumlah temuan

pemeriksaan

Menurunnya jumlah temuan

pemeriksaan 3. Tingkat partisipasi

pemilih - - Meningkat

4. Adanya SPM 2 SKPD 60% SKPD 100% SKPD 5. Skala kepuasan

masyarakat (skala 1-4) ≥ 2 ≥ 3 ≥ 3

6. Perda Tranparansi Anggaran

Belum ada Ditetapkan Perda Transparansi

Implementasi Perda

Transparansi 7. Persentase kesesuaian

Substansi dokumen Perencanaan SKPD dengan Hasil Musrenbang Kecamatan

Minimal 25% substansi dokumen

Perencanaan SKPD sesuai

dengan Hasil Musrenbang

Kecamatan

Minimal 40% substansi dokumen

Perencanaan SKPD sesuai

dengan Hasil Musrenbang

Kecamatan

Minimal 60% substansi dokumen

Perencanaan SKPD sesuai

dengan Hasil Musrenbang

Kecamatan 8. Jumlah perda yang

ditetapkan Bertambah Bertambah Bertambah

9. Tingkat penyimpangan Menurun Menurun Menurun

Page 51: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 102 Kabupaten Bone Bolango

pemanfaatan ruang 10.

Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas pembantuan

75% 80% 90%

11. Tingkat capaian ketepatan penyususnan/penyampaian Dokumen Perencanaan dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan

Tepat Waktu

Tepat Waktu

Tepat Waktu

12. Prosentase Tingkat capaian ketersediaan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan

65% SKPD mampu membuat

laporan tepat waktu

75% SKPD mampu membuat

laporan tepat waktu

100% SKPD mampu membuat

laporan tepat waktu

MISI KEDUA : Menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan

No Indikator Kinerja Tahun 2011 Target Menengah Target 2015

1. APM SD APM SLTP APM SLTA

98 65 43

99 68 45

100 72 50

2. Angka Melek Huruf 98% 99% 99,5 % 3. Angka Kematian Bayi

(Kelahiran Hidup/KH) 45/1000 KLH 40/1000 KLH 35/1000 KLH

4. Angka Kematian Ibu (Kelahiran Hidup/KH)

300/100.000 KLH

200/100.000 KLH 150/100.000 KLH

5. Angka Gizi Buruk Balita 1,05% 1.75% 1% 6. Kunjungan ibu hamil K-4 50 % 75 % 95 % 7. Cakupan kunjungan bayi 60 % 80 % 100 % 8. Desa siaga aktif 60 % 70 % 80 % 9. % Peran Perempuan dalam

Jabatan Publik 7% 10% 12%

10. Laju Pertumbuhan Ekonomi 7,1 % – 7,3% 7,8% 8,2% 11. Tingkat kemiskinan 18%-19% 16%-17% 14%-15% 12 PDRB Perkapita Rp. > 6,9 juta Rp. > 7,5 Juta Rp. > 8,5 Juta 13 IPM 71 72 72,5 14 Stuktur Ekonomi Sektor Primer

sebagai Prime Mover

Sektor Sekunder dan Tersier Meningkat

Sektor Sekunder dan Tersier Meningkat

Page 52: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 103 Kabupaten Bone Bolango

15 Jumlah unit usaha Meningkat Meningkat Meningkat 16 Penanaman Modal Meningkat Meningkat Meningkat 17 Infrastruktur dasar wilayah Meningkat Meningkat Meningkat 18 Persentase KK memiliki akses

air bersih 62% 67% 72%

19 Persentase KK memiliki jamban

55% 60% 65%

20 Usia harapan hidup 66 tahun 66,5 tahun 67 tahun 21 Indeks Gini 0,32 0,31 0,30 22 Tingkat Pengangguran

Terbuka 6% - 7% 5%-6% 4%-5%

23 Rasio elektrifikasi perdesaan Meningkat Meningkat Meningkat 24 Rasio elektrifikasi rumah

Tangga Meningkat Meningkat Meningkat

Page 53: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 104 Kabupaten Bone Bolango

BAB IV

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

Strategi daerah merupakan fokus prioritas pembangunan yang memungkinkan untuk dilaksanakan dan mengarah pada rencana tindak dan pemecahan permasalahan strategis pembangunan yang dihadapi daerah. Strategi pembangunan ini disusun sebagai upaya mengimplementasikan program Kepala Daerah, yang merupakan prinsip dasar rencana aksi yang dituangkan melalui program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan pembangunan daerah.

Strategi tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Bersifat penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dengan mempertimbangkan arah kebijakan yang tertuang dalam visi dan misi pembangunan daerah serta kebijakan pembangunan daerah.

2. Berdampak luas pada kepentingan masyarakat dan memerlukan penyelesaian mendasar atas permasalahan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang.

3. Realistis untuk dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kapasitas sumber daya yang dimiliki daerah.

Berdasarkan beberapa permasalahan dan pertimbangan di atas, maka ditetapkan strategi pembangunan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010-2015 yang diharapkan mampu menjembatani upaya pencapaian visi, misi dan tujuan pembangunan, yaitu: (1) Mewujudkan perbaikan tata kelola pemerintahan; (2) Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat; (3) Mewujudkan pengembangan potensi ekonomi lokal dan sumber daya alam; serta (4) Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana serta penataan ruang wilayah.

4.1. MEWUJUDKAN PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN

Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal tersebut terkait dengan tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan. Demikian pula, masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur daerah, merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan. Banyaknya permasalahan birokrasi tersebut diatas, belum sepenuhnya teratasi baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, berbagai faktor seperti demokrasi, desentralisasi, internal birokrasi itu sendiri, masih berdampak pada tingkat kompleksitas permasalahan dan dalam upaya mencari solusi lima tahun kedepan. Sedangkan dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi

Page 54: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 105 Kabupaten Bone Bolango

teknologi infomasi juga akan kuat berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang aparatur negara.

Dari sisi internal, faktor demokrasi dan desentralisasi telah membawa dampak pada proses pengambilan keputusan kebijakan publik. Dampak tersebut terkait dengan makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik; meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik antara lain tranparansi, akuntabilitas dan kualitas kerja publik serta taat pada hukum; meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab, kewenangan dan pengambilan keputusan.

Demikian pula, secara khusus dari sisi internal birokrasi itu sendiri, berbagai permasalahan masih banyak yang dihadapi. Permasalahan tersebut antara lain adalah: pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan masih banyaknya praktek KKN; rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan yang belum memadai; rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja; rendahnya pelayanan umum; rendahnya kesejahteraan PNS; dan banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.

Dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi informasi (e-Goverment) merupakan tantangan tersendiri dalam upaya menciptakan Good Governance, yakni pemeritahan yang bersih, baik dan berwibawa. Hal tersebut terkait dengan makin meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan faktor lingkungan politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi dengan cepat; makin derasnya arus informasi dari luar negeri yang dapat menimbulkan infiltrasi budaya dan terjadinya kesenjangan informasi dalam masyarakat (digital divide). Perubahan-perubahan ini, membutuhkan aparatur daerah yang memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang handal untuk melakukan antisipasi, menggali potensi dan cara baru dalam menghadapi tuntutan perubahan. Disamping itu, aparatur daerah harus mampu meningkatkan daya saing dan menjaga keutuhan wilayah. Untuk itu, dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan terintergrasi dalam mendorong peningkatan kinerja birokrasi aparatur daerah dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan akuntabel yang merupakan amanah reformasi dan tuntutan seluruh masyarakat Bone Bolango.

Berdasarkan kondisi penyelenggaraan pemerintahan tersebut di atas, maka strategi ini ditujukan untuk reformasi birokrasi yang dilaksanakan melalui penataan kelembagaan pemerintah agar menjadi lebih proporsional, efektif dan efisien dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas, tidak tumpang tindih, peningkatan profesionalisme, netralitas dan kesejahteraan aparatur

Page 55: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 106 Kabupaten Bone Bolango

serta penataan system ketatalaksanaan untuk mendukung kinerja pemerintah. Pada intinya, pemerintah daerah di dalam melaksanakan reformasi birokrasi, terfokus pada penataan organisasi, penataan proses bisnis dan penataan sumberdaya manusia.

Strategi ini juga diarahkan untuk mendorong pelaksanaan penegakkan supremasi hukum yang lebih baik, peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan public. Penegakkan hukum yang konsisten dengan tetap memperhatikan hak-hak asasi manusia dan menghindari adanya diskriminasi merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik. Tujuan akhir dari pembenahan hukum adalah menciptakan kondisi sosial politik masyarakat yang kondusif, terkristalisasi dalam tersedianya produk hukum, penyuluhan dan bantuan hukum, berkembangnya kehidupan politik yang demokratis, serta mengupayakan keamanan dan ketertiban umum.

Upaya pemberantasan korupsi telah banyak dilakukan dan hasilnya pun telah mulai dirasakan, Namun, masih banyak hal yang harus diselesaikan lebih lanjut. Sebagai contoh, akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, meskipun semakin menunjukkan kemajuan, namun kualitasnya masih perlu pembenahan, termasuk penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Disamping itu, budaya kerja produktif belum berkembang secara maksimal di lingkungan birokrasi. Pelaksanaan kode etik bagi aparat birokrasi public (code of conduct) masih kabur sehingga belum mampu menciptakan adanya budaya birokrasi yang sehat, seperti kerja keras, keinginan untuk berprestasi, kejujuran, rasa tanggungjawab, serta bersih dan bebas dari KKN.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kebijakan pelayanan publik diarahkan untuk penerapan standar pelayanan minimal (SPM) dalam penyelenggaraan pelayanan publik, penerapan pelayanan terpadu satu pintu, pembentukan badan layanan umum, pembinaan pelaksanaan kebijakan pelayanan publik serta peningkatan kompotensi SDM dan inovasi dalam manajemen pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan.

4.2. MEWUJUDKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MASYARAKAT

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat merupakan elemen penting dalam membangun manusia yang berharkat, bermartabat, bermoral dan memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam sikap mental, daya pikir dan daya ciptanya. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat juga merupakan instrument strategis dalam mendukung pencapaian target Millenium

Page 56: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 107 Kabupaten Bone Bolango

Development Goals (MDGs). Selain itu, pembangunan manusia sebagau insan, menekankan pada pendidikan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani, serta bergizi. Adapun pembangunan manusia sebagai sumberdaya pembangunan yaitu sebagai pelaku pembangunan menekankan pada masyarakat yang mempunyai etos kerja produktif, ketrampilan, kreatif dan inovatif, disiplin dan profesional, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berwawasan lingkungan dan kemampuan manajemen.

Dalam konteks pembangunan manusia, pembangunan daerah tidak dapat melakukannya secara singkat dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat dan keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat tidaklah terlepas dari masalah kemiskinan karena tidak terpenuhinya sebagian atau keselurahan kebutuhan dasar masyarakat. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap sumber daya atau faktor-faktor produksi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan termasuk aspek kebijakan pemerintah. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan, defenisi kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekolompok orang, laki – laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak–hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang dinamik, bahwa masyarakat miskin mempunyai hak – hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat yang lainnya.

Masalah kemiskinan di Kabupaten Bone Bolango perlu di kendalikan dan diupayakan supaya kemiskinan bisa diatasi dengan program–program yang bisa mengangkat harkat hidup masyarakat Bone Bolango. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat secara bertahap dipenuhi yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik. Tantangan yang dihadapi antara lain yaitu kurangnya pemahamam terhadap hak dasar masyarakat, dan masih kurang berpihaknya pemerintah (kearifan lokal), rendahnya partisipasi, keterbatasan akses masyarakat miskin terhadap sumberdaya, terutama masyarakat pedesaan dan daerah terpencil.

Oleh sebab itu, strategi daerah difokuskan pada prioritas pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, kebutuhan tersebut meliputi:

1. Kebutuhan pelayanan kesehatan dan gizi yang baikl 2. Kebutuhan pelayanan pendidikan yang berkualitas; 3. Kebutuhan kesempatan berusaha dan memperoleh pekerjaan; 4. Kebutuhan perlindungan hukum dan HAM; 5. Kebutuhan memperoleh rasa keadilan; 6. Kebutuhan untuk hidup beragama dan berbudayall 7. Kebutuhan untuk berpartisipasi dalam politik;

Page 57: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 108 Kabupaten Bone Bolango

8. Kebutuhan pelayanan kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang berkeadilan;

9. Kebutuhan berkreasi dan berinovasi. Rencana tindak pemenuhan hak dasar memuat tujuan dan target yang

ingin dicapai selama 5 (lima) tahun dengan target terukur sejauh data dan informasi tersedia, dan target kualitatif, langkah kebijakan, dan pelaksana. Pelaksanaan rencana tindak menegaskan adanya kewajiban pokok bagi pemerintah daerah sebagai pemegang mandat untuk menggunakan sumberdaya secara maksimal dalam mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dan progresif. Pemerintah daerah juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pengkajian terhadap hambatan dalam pemenuhan hak dasar.

Dalam menjalankan rencana tindak, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk mengelola anggaran, menerbitkan peraturan dan melakukan tindakan yang didasarkan pada hukum yang berlaku sehingga menjamin pemenuhan hak dasar, tidak menciptakan hambatan dan beban bagi masyarakat miskin, dan tidak mematikan inisiatif yang dilakukan oleh berbagai pihak. Selain itu, pemerintah daerah dapat membangun kerjasama dengan berbagai pihak terutama pihak investor dalam mengembangkan ekonomi lokal.

4.3. MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL DAN SDA

Format pembangunan yang dilakukan sejak awal memang telah diskenariokan untuk meletakkan bidang ekonomi sebagai prioritas yang harus tercapai sehingga bidang-bidang lain (politik dan sosial budaya) harus diposisikan sebagai pendukung bagi upaya tersebut. Konsekuensinya, paradigma stabilitas politik menjadi sumber utama dari pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi. Ini berarti seluruh potensi konflik di bidang politik yang mungkin akan muncul harus dimandulkan sejak dini, karena jika konflik tersebut mencuat maka target pembangunan ekonomi bisa meleset. Dengan jaminan stabilitas politik seperti itulah, kerangka umum pembangunan ekonomi daerah, secara teratur dan terorganisasi bisa direncanakan dan direalisasikan. Dalam hal ini, investasi sebagai sumber pokok pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, mendapatkan ruang dan jaminan yang lebih pasti.

Demi mengantisipasi berbagai macam permasalahan dan tantangan tersebut, menuntut pemerintah daerah untuk membuat suatu rancangan strategis dan kebijakan yang tepat, terarah dan mudah dintegrasikan. Oleh karena itu strategi pembangunan ekonomi lokal Kabupaten Bone Bolango

Page 58: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 109 Kabupaten Bone Bolango

untuk lima tahun kedepan, diarahkan untuk peningkatan produktivitas sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perdagangan, industri kecil dan menengah, koperasi, ketenagakerjaan dan pariwisata.

Pembangunan pertanian di Kabupaten Bone Bolango tetap dianggap sektor terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Beberapa alasan mendasar pentingnya pembangunan pertanian adalah : (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam; (2) pangsa terhadap pendapatan daerah cukup besar; (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini; (4) peranannya dalam penyediaan pangan masyarakat; (5) menjadi basis pertumbuhan di perdesaan.

Fakta menunjukkan bahwa walaupun potensi pertanian di Kabupaten Bone Bolango sangat besar, namun sampai saat ini, sebagian besar pelaku ekonomi yang terlibat dalam sektor pertanian yakni petani, merupakan golongan masyarakat sangat miskin. Sebagian besar petani masih hidup da, kondisi yang subsisten dengan posisi bargaining dan nilai tukar petani yang sangat lemah.

Berdasarkan permasalahan dan tantangan pembangunan sektor pertanian pada lima tahun kedepan, maka sasaran pembangunan pertanian diarahkan untuk: (1) Penajaman pelaksanaan “Panca Usaha Tani” yang meliputi, pemakaian dan perbaikan irigasi, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, serta perbaikan cara bercocok tanam (teknologi); (2) investasi proyek-proyek padat karya di perdesaan; (3) mengembangkan ciri khas komoditi daerah dengan mengadopsi teknologi yang ramah lingkungan; (4) peningkatan hak akses petani untuk memperoleh kredit pertanian; (5) pembangunan sistem agrobisnis dan usaha agrobisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistik.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai nilai strategis dan sangat prospektif disamping sebagai sektor unggulan Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Oleh karena itu dalam era otonomi daerah sekarang ini, sektor kelautan dan perikanan diharapkan mampu memberikan kontribusi utama dalam menggerakkan roda ekonomi daerah, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Disamping memiliki potensi yang begitu besar, sektor perikanan memiliki permasalahan klasik yang sering dihadapi. Permasalahan tersebut antara lain kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang ilegal dan merusak, seperti illegal fishing; belum optimalnya pengembangan perikanan budidaya, meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan di kawasan pesisir yang menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, masih

Page 59: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 110 Kabupaten Bone Bolango

rendahnya penguasaan teknologi perikanan berakibat pada rendahnya produktivitas dan nilai tambah produk perikanan, ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya perikanan antar kawasan serta belum lengkapnya kebijakan dan aturan dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, termasuk penegakan supremasi hukum.

Dalam proses pembangunan kelautan dan perikanan bukan hanya melibatkan pemerintah saja, namun peran swasta pun sangat diperlukan. Pemerintah berperan dalam hal pengaturan, pengawasan maupun pembinaan, sedangkan yang bersifat pengelolaan usaha diharapkan peran swasta dan masyarakat perikanan pada umumnya untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia secara berkesinambungan serta tetap menjaga kelestariannya.

Sama halnya dengan pertanian dan perikanan, walaupun memiliki potensi lahan yang cukup besar untuk pengembangan penggemukan sapi dan rumput unggul untuk pakan ternak namun sektor peternakan pun belum memberikan hasil yang optimal, antara lain banyak lahan yang belum dimanfaatkan serta masih banyak peternak yang memelihara ternaknya dengan cara yang tradisional, rendahnya kualitas SDM peternak, kurangnya sarana dan prasarana peternakan, penguasaan teknologi budidaya ternak masih rendah serta keterbatasan modal. Oleh karena itu pembangunan sektor peternakan diarahkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas peternakan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan pemasaran produk peternakan serta peningkatan kapasitas masyarakat veteriner.

Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuat tingkat stress yang ada pada manusia bertambah sehingga mereka membutuhkan suatu tempat dan suasana yang dapat menyegarkan badan dan pikiran, oleh karenanya dibutuhkan suatu tempat yang menjadi tujuan perjalanan atau biasa disebut dengan tujuan wisata. Menyikapi hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten Bone Bolango berupaya menyediakan sarana objek wisata, baik itu melalui pengembangan objek wisata yang sudah ada maupun pembukaan objek wisata baru. Kabupaten Bone Bolango yang mempunyai garis pantai yang panjang yang terpampang di sepanjang pesisir perairan pantai selatan (teluk tomini) memberikan peluang tersendiri untuk pengembangan wisata pantai khususnya lagi untuk wisata bawah laut yang terletak di Desa Olele, yang panorama dan kekayaan hayati bawah laut yang sangat menjanjikan sebagai daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.

Potensi wisata diwilayah Bone Bolango ini cukup prospektif khsusunya untuk wisata bahari, namun demikian dari banyaknya potensi wisata tersebut

Page 60: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 111 Kabupaten Bone Bolango

belum dimanfaatkan secara optimal baik oleh masyarakat, pemerintah maupun investor. Pengembangan wisata tidak hanya tergantung dari faktor sumberdaya alam saja, tetapi perlu memperhitungkan faktor lain yang tidak kalah pentingnya, seperti penyediaan fasilitas, aksesibilitas, keamanan dan sifat masyarakat sekitarnya dalam menerima kedatangan pengunjungnya.

Oleh karena itu strategi pembangunan pariwisata daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan adalah peningkatan kesiapan tujuan pariwisata daerah agar mampu bersaing di pasar regional dan global, meningkatkan iklim investasi yang kondusif di bidang pariwisata, meningkatkan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pemasaran pariwisata, meningkatkan kualitas kuantitas serta profesionalisme SDM pariwisata berbasis kompotensi dan standar internasional, meningkatkan kerjasama dan kemitraan yang efektif dan efisien antara pemerintah, swasta dan masyarakat, serta mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi perwujudan konkrit dari kegiatan ekonomi rakyat yang bertumpu pada kekuatan sendiri, terdesentralisasi, beragam dan merupakan kelompok usaha yang mampu menjadi “buffer” saat perekonomian dilanda krisis. Keragaman usaha UMKM seperti petani dan peternak kecil, nelayan tanpa perahu, industri kecil, industri rumah tangga, usaha kerajinan, pedagang kecil/eceran, tukang sayur, abang bentor, sopir angkot, tukang kredit, pengecer koran dan seterusnya adalah pelaku ekonomi yang memberi andil cukup besar dalam menggerakkan denyut nadi kehidupan masyarakat.

Sebagai kelompok kecil, UMKM selalu terjebak dalam problem keterbatasan modal, teknik produksi, pemasaran, manajemen dan teknologi. Oleh karena itu, untuk menguatkan perekonomian daerah, upaya pemberdayaan ekonomi diarahkan kepada usaha skala mikro dan kecil, yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya para pelaku ekonomi di kelompok usaha ini. Sementara itu, dalam penguatan kelembagaan koperasi, upaya pengembangan diarahkan agar dapat meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif anggotanya, terutama untuk usaha mikro dan kecil yang berkoperasi. Disamping itu pula, untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam rangka memperluas peranannya di dalam perekonomian daerah, diperlukan serangkaian pembinaan secara terpadu dan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, terutama bersumber pada masalah keterbatasan pengetahuan, informasi dan permodalan.

Salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah investasi. Kegiatan penanaman modal menghasilkan investasi yang

Page 61: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 112 Kabupaten Bone Bolango

akan terus menambah stok modal (capital stock). Peningkatan stok modal ini akan meningkatkan produkrivitas serta kapasitas dan kualitas produksi. Peningkatan daya tarik investasi akan dipengaruhi oleh upaya perbaikan iklim inevstasi. Belum optimalnya kinerja investasi saat ini disebabkan oleh adanya permasalahan iklim investasi, dari proses perizinan investasi, stabilitas keamanan daerah sampai dengan pelaksanaan realisasi investasi. Hal ini telah menyebabkan menurunnya minat untuk melakukan investasi, baik untuk perluasan usaha yang sudah ada maupun untuk investasi baru.

Untuk itu dengan adanya penciptaan lingkungan usaha yang kondusif serta penyederhanaan berbagai perangkat peraturan, diharapkan pengembangan investasi kedepan bisa lebih meningkat untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah ini.

Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian daerah tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem bumi. Walaupun belum sampai ketingkat yang rusak parah, namun kerusakan hutan di daerah Bone Bolango cukup mengkhawatirkan dimana dapat membawa bencana alam bagi daerah lain. Pada beberapa tahun terakhir ini, Kota Gorontalo mengalami banjir akibat kiriman air dari aliran sungai Bone maupun sungai Bolango, yang diakibatkan degradasi ekosistem hutan di daerah Bone Bolango serta dipengaruhi pula oleh kondisi topographi wilayah dan perubahan iklim global. Salah satu dampak kerusakan hutan lainnya adalah jumlah satwa yang terancam punah. Kondisi hutan ini diperparah lagi dengan masih berlangsungnya pola perombakan/perambahan kawasan hutan untuk berbagai kepentingan sektor pembangunan lain.

Oleh karena itu, strategi pembangunan sektor kehutanan pada 5 (lima) tahun kedepan memerlukan adanya kontrol sosial dengan melibatkan masyarakat setempat, masyarakat adat, maupun pemerintah daerah pada pengambilan kebijakan, pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan., dimana sistem pengelolaan hutan harus bersifat lestari dan berkelanjutan (sustainable forest management) yang memperhatikan aspek ekonomi–sosial–lingkungan secara bersamaan.

Amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta UU Nomor 12 Tahun 2008 memberikan peran lebih besar kepada daerah, dan hal tersebut harus diikuti dengan peningkatan kemampuan teknis/managerial aparat pemerintah daerah. Karakteristik industri pertambangan yang unik dan khusus memerlukan pemahaman yang mendalam, baik dari segi teknis penambangan, pembiayaan, maupun penanganan dampak sosial/lingkungan dari kegiatan penambangan, termasuk reklamasi dan konservasi. Rendahnya kemampuan aparatur daerah dalam pengelolaan pertambangan serta kurang harmonisnya peraturan perundangan

Page 62: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 113 Kabupaten Bone Bolango

lintas sektor, menyebabkan timbulnya permasalahan dalam perizinan, pengawasan eksploitasi, produksi, serta pengendalian dampak lingkungan dan konflik lahan.

Pengelolaan pertambangan yang tersebar pada beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bone Bolango khususnya potensi pertambangan emas dan mineral ikutannya serta galian C pemanfaatan maupun pengelolaannya memerlukan kajian yang lebih mendalam, ditata dan dikembangkan secara terpadu dengan pembangunan wilayah dalam suatu kerangka tata ruang yang terintegrasi dengan mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Strategi pembangunan pertambangan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan managerial aparatur daerah terutama dalam pengelolaan perijinan dan invetarisasi cadangan, menciptakan keamanan usaha dan berusaha dalam pengusahaan pertambangan, mendorong pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik, mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui pembinaan serta melaksanakan rehabilitasi kawasan bekas tambang.

Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Dengan demikian sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Dengan potensi Bone Bolango yang memliki kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah dan beragam, salah satu alternatif yang ditempuh dalam percepatan pembangunan ekonomi daerah adalah mengoptimalkan pengembangan perekonomian yang berbasis sumber daya alam. Kebijakan ekonomi yang lebih berpihak pada pertumbuhan jangka pendek yang memicu pola produksi dan konsumsi yang agresif, eksploitatif, dan ekspansif sehingga daya dukung dan fungsi lingkungan hidupnya semakin menurun, bahkan mengarah pada kondisi yang mengkhawatirkan harus dihindari dalam pengambilan kebijakan.

Sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan ke dalam kebijakan dan peraturan perundangan, terutama dalam mendorong investasi pembangunan jangka menengah (2011-2015). Prinsip-prinsip tersebut saling sinergis dan melengkapi dengan pengembangan tata pemerintahan yang baik (good governance) yang mendasarkan pada asas partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

4.4. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA SERTA PENATAAN

WILAYAH YANG TERARAH DAN TERINTEGRASI

Page 63: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 114 Kabupaten Bone Bolango

Sektor sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial budaya serta persatuan dan kesatuan, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan antar wilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumberdaya air ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit listrik dan pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demikian pula sarana dan prasarana lainnya, seperti jalan, jembatan dan pemukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonominya. Selain itu, diperlukan pula pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian maupun sosial.

Strategi pembangunan sarana dan prasarana jalan diarahkan untuk meningkatkan daya dukung kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana jalan, meningkatkan aksesbilitas wilayah di perdesaan, kantong-kantong produktif serta wilayah pelosok dan terpencil, serta meningkatnya partisipasi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan prasarana jalan.

Strategi pembangunan sarana dan prasarana air diarahkan untuk meningkatkan jumlah cakupan masyarakat yang terlayani air bersih, meningkatkan upaya menjaga kelestarian sumberdaya air, mengendalikan bahaya banjir, meningkatkan layanan jaringan irigasi, meningkatkan kinerja pengelolaan sumberdaya air serta meningkatkan sistem data dan informasi sumberdaya air.

Strategi pembangunan sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman diarahkan untuk penyediaan akses bagi masyarakat miskin, masyarakat pesisir dan masyarakat berpenghasilan rendah lainnya termasuk PNS terhadap perumahan yang layak, pengembangan dan penataan lingkungan perumahan, mengembangkan KASIBA dan LISIBA serta menyiapkan perangkat peraturannya dan peningkatkan peran swasta dalam penyediaan perumahan.

Strategi pembangunan sarana dan prasarana teknologi komunikasi dan informatika diarahkan untuk meningkatkan upaya ketersediaan sarana prasarana, dan layanan komunikasi dan informatika diseluruh desa khususnya desa terpencil, dan meningkatkan upaya penyediaan akses dan layanan komunikasi dan informatika yang modern.

Page 64: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 115 Kabupaten Bone Bolango

Dalam melaksanakan penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, perlu dilakukan penyusunan, sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan pelaksanaan serta berbagai pedoman teknisnya. Strategi pembangunan penataan ruang diarahkan untuk mewujudkan sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melaksanakan sosialisasi RTRW Kabupaten Bone Bolango kepada stakeholder, mengoptimalkan kapasitas dan kinerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD), meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang, serta meningkatkan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang.

Keberhasilan pelaksanaan keempat strategi pembangunan di atas tadi, memerlukan dukungan dari partisipasi masyarakat dan keberpihakan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam daerah berdasarkan prinsip pengelolaan sumber daya yang lestari dan berkelanjutan (sustainable development).

Page 65: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 116 Kabupaten Bone Bolango

BAB V

ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

5.1. ARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

Isu strategis yang semakin menjadi concern pemerintah dalam kebijakan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sejak Orde Baru hingga Orde Reformasi saat ini yakni fenomena ketergantungan fiskal (fiscal dependency) sebagian besar pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. dana perimbangan khususnya dana alokasi umum (DAU) telah dipandang sebagai satu-satunya solusi dalam menyelesaikan permasalahan pembiayaan pembangunan daerah yang pada akhirnya justru semakin menjebak daerah pada ketergantungan fiskal yang tinggi dan memperlemah kemandirian fiskal daerah.

Rendahnya kapasitas fiskal dan tingginya ketergantungan fiskal daerah Kabupaten Bone Bolango, dalam jangka panjang masih akan menjadi permasalahan fundamental yang memerlukan pemecahan yang bersifat komprehensif. Solusi tersebut tidak hanya sebatas pada tataran konsolidasi fiskal internal Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, tetapi juga menyangkut reformasi mendasar terhadap kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah.

5.1.1. Kinerja pendapatan daerah

Kinerja pendapatan asli daerah yang menjadi barometer penguatan kapasitas fiskal daerah dan derajat kemandirian daerah, dalam periode sejak Kabupaten Bone Bolango terbentuk sampai dengan tahun 2010 belum secara signifikan memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Bone Bolango. Dana perimbangan saat ini menempati proporsi yang sangat dominan dengan proporsi lebih dari 98% terhadap total pendapatan daerah. Dalam periode 2005-2009, ketergantungan daerah pada dana perimbangan mencapai 93,75% hingga 98,04% sebagaimana tergambarkan pada tabel 5.1. Sedangkan peranan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi serta lain-lain PAD sah hanya berkisar antara 1,96% - 3,50%. Oleh karena itu, kebijakan manajemen pendapatan daerah dimasa datang, dalam jangka panjang harus memberikan arah dan strategi yang tepat dan berkesinambungan bagi penguatan kapasitas fiskal daerah untuk mendukung pembiayaan program-program pembangunan daerah.

Page 66: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 117 Kabupaten Bone Bolango

Walaupun kondisi kapasitas fiskal Kabupaten Bone Bolango masih jauh dari harapan untuk membiayai kebutuhan fiskal daerah (fiscal needs), namun secara umum perkembangan pendapatan APBD Kabupaten Bone Bolango dalam kurun waktu Periode 2007-2009 menunjukkan trend yang meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 9,42%. Meskipun kurang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan belanja daerah, namun kenaikan tersebut cukup berarti untuk membiayai beberapa program pembangunan daerah serta merupakan starting point yang berarti bagi perbaikan kapasitas fiskal daerah.

Capaian kinerja pendapatan daerah menunjukkan bahwa realisasi pendapatan daerah pada tahun 2005 sebesar Rp.121.169.452.573,00 atau mencapai 95,74% dari target sebesar Rp.126.560.438.675. Untuk tahun 2006, capaian realisasi pendapatan daerah sebesar Rp.230.806.091.368 atau 96,78% dari target sebesar Rp.238.496.193.225,00. Hal tersebut tersebut menunjukkan bahwa realisasi capaian pendapatan daerah Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.109.636.638.795,00 atau naik sebesar 90.48%. Tahun 2007 realisasi pendapatan daerah sebesar Rp.271.991.834.669,00 atau 97,71% dari target sebesar Rp.278.365.623.631,00 atau naik sebesar 17.84%. Untuk tahun 2008, realisasi pendapatan daerah sebesar Rp.355.014.390.840,99 atau 99.53% dari target sebesar Rp.356.688.237.899,00 atau naik sebesar 30.52%. Namun pada tahun 2009, realisasi pendapatan daerah mengalami penurunan sejumlah -10.59%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan dana perimbangan sebesar Rp.33.294.953.224, dimana Pemerintah Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 tidak mendapat alokasi Dana Adhoc dibandingkan dengan tahun 2008 yang beroleh Dana Adhoc sebesar Rp.34.862.200.000.

Page 67: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 118 Kabupaten Bone Bolango

Tabel 5.1

Realisasi, Kontribusi Dan Pertumbuhan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005-2009

Uraian

2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi Kon-

tribusi (%)

Realisasi Kon-tribusi (%)

Pertum- buhan

(%)

Realisasi Kon-

tribusi (%)

Pertum-buhan

(%)

Realisasi Kon-tribusi (%)

Pertum- buhan

(%) Realisasi

Kon-tribusi

(%)

Pertum- buhan

(%)

Pendapatan Asli Daerah 2.368.885.422 1,96 2.864.144.687 1,24 20,91 5.169.301.590 1,90 80,48 4.641.642.222 1,31 (10,21) 11.105.320.832 3,50 139,25

Dana Perimbangan 118.800.567.151 98,04 226.941.946.681 98,33 91,03 262.853.686.566 96,64 15,82 330.890.019.629 93,20 25,88 297.595.066.405 93,75 (10,06)

Lain-lain Pendapatan Daerah Sah

- - 1.000.000.000 0,43 3.968.846.513 1,46 296,88 19.482.728.990 5,49 390,89 8.733.775.121 2,75 (55,17)

TOTAL PENDAPATAN

121.169.452.573 100 230.806.091.368 100,00 90,48 271.991.834.669 100 17,84 355.014.390.841 100 30,52 317.434.162.358 100 (10,59)

Page 68: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 119 Kabupaten Bone Bolango

5.1.1.1. Pendapatan asli daerah

Capaian kinerja pendapatan asli daerah menunjukkan bahwa pada tahun 2005 PAD memberikan kontribusi sebesar Rp.2.368.885.442,00 atau 1.96% terhadap total pendapatan daerah. Pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebesar Rp.2.864.144.687,00 atau 1,24% dari total pendapatan daerah. Tahun 2007 sebesar Rp.5.169.301.590,00 atau 1.90%. Tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar Rp.4.641.642.221,99 atau 1.31%. Sedangkan tahun 2009 meberikan kontribusi sebesar Rp.11.105.320.831,80 atau 3.50% terhadap total pendapatan daerah.

5.1.1.2. Dana perimbangan

Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak tetap sebagaimana digambarkan pada tabel 5.1. Alokasi dana perimbangan dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2009 mengalami dinamika sesuai perubahan faktor – faktor yang menjadi variabel perumusan besar kecilnya alokasi dana perimbangan ke daerah serta perkembangan penerimaan APBN khususnya penerimaan dalam negeri. Secara umum, realisasi dana perimbangan yang dialokasikan ke Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 8,23%.

Berdasarkan komposisi alokasi dana perimbangan, Dana Alokasi Umum (DAU) masih merupakan sumber pendapatan yang paling dominan yang besarannya berkisar antara 67% - 78% dari total alokasi dana perimbangan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar kedua yakni antara 9,5% - 15.5%, dan berikut Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap total Dana Perimbangan atau berkisar antara 7%-11%. Sedangkan dana transfer pusat lainnya seperti dana penyesuaian besarannya sangat variatif tergantung kebijakan keuangan pemerintah pusat.

5.1.1.3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Page 69: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 120 Kabupaten Bone Bolango

Lain – lain pendapatan daerah yang sah meliputi pendapatan hibah, bagi hasil dengan pemerintah provinsi, dana darurat dan dana penyesuaian. Realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2005 hingga 2009 sangat fluktuatif. Sumber utama dari lain – lain pendapatan yang sah berasal dari pendapatan hibah dan dana darurat. Dana ini diperoleh dari pemerintah pusat yang diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan daerah melalui penyediaan dan pengembangan bidang infrastruktur dan non infrastruktur, serta sarana pendukung lainnya yang menjadi urusan daerah. Penggunaan dana dimaksud diarahkan pada bidang infrastruktur pembangunan jalan, irigasi dan air bersih serta peningkatan sarana kesehatan. Sedangkan untuk dana darurat dialokasikan untuk membiayai program kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh anggaran daerah.

5.1.2. Target indikatif pendapatan daerah 2011-2015

Pendapatan daerah dimasa mendatang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata yang cukup baik dibanding periode 2007-2010 yang hanya 8,78%. Target pertumbuhan pendapatan daerah dalam periode 2011-2015 diharapkan akan meningkat secara signifikan dalam kisaran minimum 9%, atau dengan standar minimal berada diatas angka rata-rata inflasi tahunan. Pendapatan asli daerah diarahkan untuk tumbuh dengan rata-rata tahunan sebesar minimum 12%. Target peningkatan PAD tersebut didasarkan pada asumsi proyeksi kondisi ekonomi makro daerah yang cukup stabil dan kondusif dimasa datang. Asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan diperkirakan akan bergerak pada level minimum 6% dengan pergeseran struktur ekonomi yang mulai memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor-sektor sekunder dan tersier sebagai basis utama peroleh pendapatan asli daerah. Disamping itu, reformasi birokrasi dan pelayanan publik serta peningkatan kinerja pemerintahan daerah dalam periode 2010-2015 akan sangat memberikan efek positif bagi perkembangan dunia usaha dan dinamika sosial ekonomi daerah.

Page 70: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 121 Kabupaten Bone Bolango

Melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerah dalam periode lima tahun kedepan, ditargetkan pada akhir periode perencanaan akan terjadi peningkatan kapasitas fiskal daerah dengan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah diatas 2,4%. Disamping itu, ditargetkan ratio PAD terhadap PDRB akan berada diatas level 1% atau ditargetkan dapat mendekati nilai ideal ratio indikator desentralisasi fiskal pada negara-negara berkembang yaitu antara 1,5 – 2,0%.

Dengan kondisi kapasitas fiskal daerah yang masih rendah tersebut, diperkirakan bahwa dalam periode 2011 s/d 2015, peranan dana perimbangan utamanya dana alokasi umum masih dipandang merupakan sumber pendapatan yang akan menjadi penopang utama pembangunan daerah. Akan tetapi, dominasi peranan dana perimbangan tersebut ditargetkan menurun secara bertahap dan berkorelasi positif dengan penguatan kapasitas fiskal daerah dalam jangka panjang.

Pada akhir periode perencanaan ditargetkan bahwa proporsi dana perimbangan akan tumbuh dibawah tingkat rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah dengan sasaran jangka panjang untuk mengurangi secara bertahap ketergantungan fiskal yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Kontribusi dana perimbangan pada akhir tahun perencanaan ditargetkan untuk tidak melebihi 96% dari total pendapatan daerah.

Selain dana perimbangan, peranan lain-lain pendapatan daerah yang sah khususnya pendapatan yang berasal dari pendapatan hibah dan dana darurat serta bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi masih diharapkan akan memberikan kontribusi penting dalam penerimaan daerah, walaupun diprediksi bahwa sumber pendapatan ini besarannya akan cenderung fluktuatif tergantung dengan kondisi dan kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Pemanfaatan sumber pendapatan lain-lain yang sah khususnya dana hibah dan dana darurat diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan sarana prasarana wilayah serta penanggulangan bencana alam yang hampir setiap tahun melanda wilayah Kabupaten Bone Bolango.

Page 71: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 122 Kabupaten Bone Bolango

Tabel 5.2

Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2011-2015

U r a I a n

2011 2012 2013 2014 2015

Rp

(Dalam Jutaan)

Kontribusi (%)

Rp

(Dalam Jutaan)

Kontribusi (%)

Rp

(Dalam Jutaan)

Kontribusi (%)

Rp

(Dalam Jutaan)

Kontribusi (%)

Rp

(Dalam Jutaan)

Kontribusi (%)

PAD 6.956 1,83 7.730 1,97 8.605 2,11 9.594 2,27 10.711 2,44

Dana Perimbangan 334.482 96,78 350.206 96,59 376.717 96,39 394.053 96,18 402.255 95,96

Pendapatan Lain Sah 4.521 1,39 4.928 1,44 5.372 1,49 5.855 1,55 6.382 1,60

Total Pendapatan 345.959 100,00 362.864 100,00 380.694 100,00 399.502 100,00 419.348 100,00

Proyeksi didasarkan pada skenario moderat dengan asumsi:

- Pertumbuhan rata-rata tahunan ekonomi daerah minimum 6%

- Rata-rata pertumbuhan penerimaan dalam negeri netto minimum 5%

Page 72: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 123 Kabupaten Bone Bolango

- Pertumbuhan rata-rata pendapatan daerah minimum 8%

Page 73: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 124 Kabupaten Bone Bolango

5.2. ARAH PENGELOLAAN BELANJA DAERAH

5.2.1. Kinerja belanja daerah

Capaian realisasi belanja daerah Kabupaten Bone Bolango dalam periode 2005 - 2009 secara umum menunjukkan trend peningkatan yang cukup signifikan terkecuali pada tahun 2009 yang menurun -1,83% sebagaimana tergambarkan pada tabel 5.3. Pertumbuhan realisasi belanja daerah yang cukup besar tersebut terjadi pada tahun 2006 sebesar 94,29% yang utamanya dipicu oleh peningkatan kebutuhan untuk membiayai belanja operasional khususnya belanja pegawai dan belanja barang dan jasa serta membiayai kebutuhan belanja modal sebagaimana diuraikan pada pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Capaian Kinerja Belanja Daerah

Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005-2009

T a h u n Target Realisasi Capaian Realisasi

(%)

Pertumbuha

n (%)

2005 123.083.861.925 117.450.724.813 95,42

2006 238.539.854.440 228.198.584.273 95,66 94,29

2007 280.867.130.726 268.466.545.588 95,58 17,65

2008 356.688.237.899 332.757.873.274 93,29 23,95

2009 340.537.112.537 326.659.823.749 95,92 (1,83)

Page 74: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 125 Kabupaten Bone Bolango

Tabel 5.4.

Target dan Realisasi Belanja Daerah

Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005-2006

URAIAN TAHUN 2005 TAHUN 2006

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

BELANJA OPERASI 86.528.465.615,00 82.707.703.521,00 138.247.960.186,00 135.713.822.403,00

Belanja Pegawai/ Personalia

66.012.142.428,00 64.105.701.127,00 89.801.984.597,00 88.468.688.678,00

Belanja Barang dan Jasa

17.581.089.138,00 16.193.140.727,00 42.439.774.993,00 41.302.377.422,00

Belanja Bunga - - - -

Belanja Subsidi - - 9.000.000,00 9.000.000,00

Belanja Hibah - - - -

Belanja Bantuan Sosial

2.935.234.049,00 2.408.861.667,00 5.997.200.596,00 5.933.756.303,00

Belanja Bantuan Keuangan

- - -

BELANJA MODAL 36.493.995.310,00 34.681.600.292,00 99.713.894.254,00 91.906.786.870,00

Page 75: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 126 Kabupaten Bone Bolango

BELANJA TAK TERDUGA'

61.421.000,00 61.421.000,00 578.000.000,00 577.975.000,00

5.2.1.1. Belanja tidak langsung Belanja tidak langsung merupakan kelompok belanja

yang terdiri dari beberapa jenis belanja antara lain belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, serta belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa.

Berdasarkan tabel 5.5. nampak bahwa proporsi belanja tidak langsung dalam periode 2007-2009 berada dalam kinerja yang cukup ideal dari sisi peningkatan pelayanan publik, dengan proporsi berkisar antara 34% - 48% dari keseluruhan belanja daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa proporsi alokasi belanja aparatur tidak terlalu mendominasi dalam penyerapan anggaran secara keseluruhan.

Akan tetapi proporsi yang ideal tersebut menunjukkan trend yang cenderung memburuk dengan melihat pertumbuhan belanja tidak langsung dalam tiga tahun terakhir yang cenderung lebih besar dari pertumbuhan belanja langsung. Peningkatan belanja tidak langsung dalam tiga tahun terakhir tersebut meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 35,5%, sedangkan belanja langsung yang diharapkan lebih tinggi dari belanja tidak langsung, hanya tumbuh dengan rata-rata 1,41%.

Belanja pegawai merupakan belanja yang paling terbesar menyerap anggaran daerah yakni mencapai 84.03% dari total realisasi belanja tidak langsung. Belanja ini ditujukan untuk pembayaran gaji PNS, Pejabat Negara, tunjangan representasi DPRD, tambahan penghasilan, operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pada tahun 2007, realisasi belanja pegawai yakni sebesar Rp.85.749.338.069 atau 100,28% dari target sebesar Rp.85.511.990.201. Tahun 2008, realisasi belanja pegawai sebesar Rp.111.253.219.000 atau 99,65% dari target sebesar Rp.111.637.425.454, yang mengalami peningkatan sebesar Rp.25.503.880.931 atau

Page 76: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 127 Kabupaten Bone Bolango

naik sebesar 29.74%. Sedangkan untuk tahun 2009, realisasi belanja pegawai sebesar Rp.136.458.397.726 atau 98.80% dari target sebesar Rp.138.118.208.499 yang menunjukkan peningkatan sebesar Rp.25.205.178.726 atau meningkat sebesar 22.65% dari realisasi tahun 2008.

Selain belanja pegawai, belanja lainnya yang cukup besar yakni belanja hibah dan bantuan keuangan kepada pemerintah desa. Realisasi belanja hibah Tahun 2008 sebesar Rp.26.532.500.000 atau dengan capaian 100%. Pada tahun 2009, realisasi belanja hibah sebesar Rp.1.940.100.000,00 atau 100% dari target sebesar 1.940.100.000,00 yang menunjukkan penurunan tajam sebesar Rp.24.592.400.000. Tingginya belanja hibah pada tahun 2008 utamanya disebabkan oleh pelaksanaan program unggulan daerah pada sektor peternakan, dimana pemerintah daerah melalui program pengembangan usaha peternakan telah mengalokasikan bantuan langsung sapi ternak kepada kelompok usaha ekonomi masyarakat.

Untuk realisasi belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007 sebesar Rp.2.388.000.000 atau 75.09% dari target sebesar Rp3.180.000.000. Tahun 2008, realisasi belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa sebesar Rp.8.223.750.000 atau 99,05% dari target sebesar Rp.8.302.454.000, atau meningkat sebesar 244.37%. Sementara itu untuk tahun 2009, realisasi belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa sebesar Rp.8.665.700.000 atau meningkat sebesar 5.37% dibanding realisasi tahun 2008.

5.2.1.2. Belanja langsung

Belanja langsung merupakan kelompok belanja yang berpengaruh secara langsung terhadap program dan kegiatan yang umumnya memiliki dampak penting bagi kepentingan pelayanan publik. Belanja langsung tersebut meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Berdasarkan tabel 5.5 nampak bahwa realisasi belanja langsung Kabupaten Bone Bolango cenderung semakin menurun pertumbuhannya dibandingkan dengan realisasi belanja tidak langsung,

Page 77: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 128 Kabupaten Bone Bolango

bahkan pada tahun 2009 realisasi belanja langsung menurun hingga -8,97%..

Realisasi belanja modal dalam periode 2007-2009 peranannya sangat dominan dalam penyerapan anggaran belanja langsung yakni berkisar antara 52% - 56% dari total belanja langsung. Pada tahun 2007 realisasinyai sebesar Rp.100.619.385.234 dan tahun 2008 yakni sebesar Rp.104.823.152.481 atau meningkat sebesar 4.17%. Sementara itu untuk tahun 2009, realisasi belanja ini mengalami penurunan 15,39% atau menjadi Rp.88.688.908.206. Belanja modal tersebut merupakan jenis belanja yang membawa konsekwensi pada penambahan aset daerah yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana wilayah serta sarana prasarana pemerintahan untuk pelayanan publik.

Page 78: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 129 Kabupaten Bone Bolango

Tabel 5.5

Kontribusi dan Pertumbuhan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung

Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007-2009

URAIAN

TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009

TARGET REALISASI

Kontri-busi Thdp Total

Belanja (%)

TARGET REALISASI

Kontri-busi Thdp Total

Belanja (%)

Per-tum

-buh-an (%)

TARGET REALISASI

Kontri-busi Thdp Total

Belanja (%)

Per-tum

-buh-an (%)

Belanja Tidak Langsung

91.336.432.047 90.423.905.119 33,68 148.596.879.454 147.959.110.000 44,46 63,63 162.244.326.499 158.431.845.726 47,64 7,08

Belanja Langsung

189.530.698.679 178.042.640.469 66,32 208.091.358.445 184.798.763.274 55,54 3,79 178.292.786.038 168.227.978.023 52,36 -8,97

Total Belanja Daerah

280.867.130.726 268.466.545.588 100% 356.688.237.899 332.757.873.274 100% 23,95 340.537.112.537 326.659.823.749 100% -1,83

Page 79: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab V. RPJMD TAHUN 2011-2015 130 Kabupaten Bone Bolango

Page 80: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 131 Kabupaten Bone Bolango

5.2.2. Kerangka indikatif belanja daerah

Kerangka pengelolaan belanja daerah dalam periode 5 (lima) tahun kedepan masih akan tetap secara konsisten mengacu pada kebijakan belanja untuk urusan wajib dan urusan pilihan. Pembiayaan belanja wajib akan diarahkan secara proporsional pada kebutuhan strategis dan mendesak dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah. Belanja urusan wajib tersebut diarahkan dalam bentuk pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, penyerapan tenaga kerja, pengembangan ekonomi masyarakat, penataan birokrasi pemerintahan dan sistem jaminan sosial yang terdistribusi dalam 25 urusan wajib pemerintah.

Dalam periode 2011-2015, titik berat pembelanjaan urusan wajib akan difokuskan pada urusan pendidikan, urusan kesehatan dan urusan pekerjaan umum (infrastruktur wilayah). Sedangkan 22 (dua puluh dua) urusan lainnya akan tetap memperoleh dukungan anggaran sesuai dengan prioritas kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Belanja urusan wajib akan tetap menjadi komitmen dan kewajiban utama pemerintah daerah untuk melindungi dan meningkatkan derajat hidup masyarakat secara keseluruhan.

Disamping belanja urusan wajib, pembiayaan belanja urusan pilihan akan tetap juga menjadi komitmen penting pemerintah daerah sesuai dengan potensi sumber daya daerah dan kemampuan anggaran. Urusan pilihan tersebut akan diarahkan pada pembiayaan program-program yang berpotensi menjadi unggulan daerah dan atau yang telah eksis menjadi unggulan daerah antara lain bidang pariwisata, pertanian, perikanan dan kelautan, pertambangan dan energi, serta peridustrian.

Dalam periode 2010 - 2015, proporsi belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan akan dikembangkan dalam kerangka pendanaan sebagai berikut:

Tabel 5.6.

Kerangka Indikatif

Distribusi Alokasi Belanja Urusan Wajib dan Pilihan

Kabupaten Bone Bolango 2011-2015

NO JENIS Range

Page 81: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 132 Kabupaten Bone Bolango

Bawah (%)

Atas (%)

A Urusan Wajib 80 95

Pendidikan 32 35

Kesehatan 10 12

Pekerjaan Umum 20 25

22 urusan wajib lainnya

Perumahan rakyat; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perhubungan; lingkungan hidup; pertanahan; kependudukan dan catatan sipil; pemberdayaan perempuan; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; sosial; tenaga kerja; koperasi dan usaha kecil dan menengah; penanaman modal; kebudayaan; pemuda dan olah raga; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; pemerintahan umum; kepegawaian; pemberdayaan masyarakat dan desa; statistik; arsip;& komunikasi dan informatika

18 23

B Urusan Pilihan

Pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; pariwisata; kelautan dan perikanan; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

5 20

Mengacu pada arah kebijakan prioritas pembangunan daerah untuk lima tahun kedepan, maka arah kebijakan penganggaran untuk belanja wajib adalah sebagai berikut :

- Alokasi pendanaan untuk belanja urusan wajib akan diarahkan pada proporsi pendanaan antara 80% - 95%, yang difokuskan pada urusan pendidikan, kesehatan dan urusan pekerjaan umum. Belanja untuk urusan pendidikan pada setiap periode perencanaan diharapkan dapat melebihi alokasi minimal 20%.

- Alokasi pendanaan untuk belanja urusan pilihan akan upayakan dalam proporsi antara 5%-20% dengan memberikan prioritas pada beberapa urusan strategis yang merupakan keunggulan lokal, yakni: urusan pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata dan urusan industri.

5.3. ARAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Page 82: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 133 Kabupaten Bone Bolango

5.3.1. Kebijakan peningkatan pendapatan daerah

Walaupun Kabupaten Bone Bolango merupakan wilayah penyangga (buffer area) yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kebijakan dan ekspansi pertumbuhan Provinsi Gorontalo, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango saat ini sangat tergantung dan dipengaruhi juga oleh kebijakan fiskal daerah yang direfleksikan melalui instrumen APBD Kabupaten Bone Bolango. Karena itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah sebagai pencerminan hasil pelaksanaan pembangunan, maka peningkatan pendapatan daerah serta stimulus fiskal yang dilakukan melalui instrumen alokasi belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak langsung merupakan bagian penting dari proses pembangunan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango.

Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategis pembangunan daerah, pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bone Bolango diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah disamping upaya-upaya ekstensifikasi untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru. Upaya peningkatan pendapatan daerah tersebut difokuskan pada peningkatan pendapatan asli daerah, mengingat controllability-nya yang tinggi dibanding sumber-sumber pendapatan yang lain. Disamping itu, pendapatan asli daerah merupakan indikator penting bagi penguatan kapasitas fiskal dan derajat kemandirian fiskal daerah.

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa pendapatan daerah dimasa mendatang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata yang cukup baik dibanding periode 2007-2010 yang hanya 8,78% dengan proyeksi pertumbuhan rata-rata Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Bolango akan berada pada kisaran minimum 9%. Reformasi birokrasi pemerintahan daerah serta peningkatan kapasitas pelayanan publik merupakan basis utama yang akan memberi iklim kondusif bagi peningkatan aktivitas sosial ekonomi daerah termasuk peningkatan investasi masyarakat dan dunia usaha. Dinamika perkembangan dan pertumbuhan ekonomi tersebut secara langsung akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan pendapatan asli daerah dan sumber-sumber pendapatan daerah lainnya. Pertumbuhan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan usaha daerah termasuk melalui sumber pendapatan pengelolaan prasarana air bersih, akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan PAD lima tahun mendatang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi propinsi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang akan memberikan dampak positif bagi Penerimaan Pemerintah Provinsi

Page 83: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 134 Kabupaten Bone Bolango

Gorontalo dan Penerimaan APBN diyakini akan memberikan pengaruh positif bagi peningkatan alokasi dana transfer baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Beberapa kebijakan strategis yang akan terus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah yakni sebagai berikut:

a. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.

Intensifikasi pendapatan daerah adalah upaya pendapatan daerah melalui peningkatan jumlah wajib pajak dengan menumbuhkan kesadaran dan kepatahun wajib pajak, penyesuaian tarif, penyempurnaan terhadap aturan-aturan pelaksanaan, perhitungan dan pemungutan pajak/retribusi, dan sosialisasi tentang peraturan pajak dan retribusi. Sedangkan ekstensifikasi pendapatan daerah dapat dilakukan dengan penambahan jenis pajak/retribusi dan sumber PAD lainnya. Sumber penerimaan yang memiliki trend kenaikan setiap tahunya dapat dijadikan perimadona pendapatan, sedangkan sumber penerimaan yang penerimanya berfluktuasi cukup dipertahankan menjadi sumber penerimaan pendapatan.

Beberapa langkah yang akan ditempuh untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan extensifikasi antara lain:

1. Pendataan subjek dan objek pajak/retribusi daerah secara lebih akurat untuk menjamin bahwa seluruh subjek dan objek yang ada telah resmi ditetapkan sebagai wajib pajak.

2. Senantiasa melakukan penyesuaian terhadap peraturan daerah atau peraturan pelaksanaannya yang berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah, serta menginventarisir potensi sumber-sumber pendapatan baru dan menindaklanjuti dengan penerbitan peraturan daerah pajak daerah dan retribusi daerah baru dengan mempertimbangkan akibat-akibatnya pada distorsi pasar.

3. Monitoring dan evaluasi pengumpulan pajak dan retribusi daerah secara kontinyu dan berkesinambungan dengan terus membandingkan antara target dan realisasi maupun antara potensi dan target, sehingga jika memungkinkan perlu diadakan penambahan target sesuai dengan potensi riil di lapangan maupun mengidentifikasi jenis pajak dan retribusi yang capaiannya dalam tahun berjalan diprediksi tidak dapat memenuhi target sehingga dapat segera dicarikan solusi dan pemecahannya.

4. Meningkatkan tertib administrasi dan pengawasan pemungutan sumber- sumber PAD serta menerapkan reward dan punishment dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah.

Page 84: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 135 Kabupaten Bone Bolango

5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha untuk berinvestasi sehingga berdampak pada perluasan potensi objek pajak dan retribusi daerah.

6. Membangun BUMD yang kuat dan maju sebagai salah satu kontributor pemasukan PAD melalui pengelolaan yang profesional, produktif, inovatif dan kompetitif. Peranan Badan Pengelola air minum diharapkan dapat menjadi kontributor penting dalam peningkatan PAD melalui sektor sumber daya air sebagai potensi strategis daerah

7. Meningkatkan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak/retribusi.

b. Pendayagunaan Aset Daerah

Peningkatan PAD juga dapat dicapai melalui pendayagunaan aset yang dimiliki pemerintah daerah. Optimalisasi aset daerah tersebut dapat dilakukan dalam bentuk perbaikan manajemen aset daerah antara lain sarana pariwisata, sarana perdagangan (pasar-pasar tradisional), dan sarana pengolahan air bersih yang potensinya cukup menjanjikan untuk memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah. Pendayagunaan manajemen aset juga dapat dilaksanakan melalui pola kemitraan dengan masyarakat/dunia usaha atau pengembangan kerja sama antar wilayah.

c. Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Kebijakan ini diarahkan dalam rangka penguatan semua unit-unit pengelola pendapatan daerah baik BKAD sebagai unit pengendali utama maupun SKPD dan unit-unit pelaksana di lapangan yang berperan dan bertanggung jawab dalam pengumpulan pajak/retribusi daerah. Pengawasan terhadap tanggung jawab pengumpulan dan pengendalian pajak/retribusi daerah harus menjadi pula bagian integral dalam penguatan kapasitas kelembagaan pengelola pendapatan daerah.

d. Koordinasi dan Sinkronisasi Lintas Sektoral

Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendukung setiap strategi dalam upaya peningkatan pendapatan pajak/retribusi daerah dengan basis pembangunan ekonomi. Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas rendahnya rasio elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan pajak/retribusi daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa peningkatan kegiatan pembangunan yang mendukung potensi pajak daerah.

e. Peningkatan Kualitas dan kuantitas SDM bidang Keuangan

Page 85: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 136 Kabupaten Bone Bolango

Kebijakan ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang berhubungan dengan ekstensifikasi dan pelayanan penerimaan pendapatan daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah peningkatan kualitas SDM aparat dalam jangka pengelolaan pajak daerah melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang relevan.

f. Meningkatkan koordinasi dan informasi pendapatan daerah kepada Pemerintah Pusat dengan memberikan dukungan data yang cepat dan valid dalam rangka penetapan alokasi dana perimbangan sehingga alokasi dana perimbangan tersebut benar-benar sesuai dengan kondisi riil dan kebutuhan daerah.

g. Membantu peningkatan pemungutan pajak pusat seperti PPh dan lain-lain guna meningkatkan pendapatan daerah yang bersumber dari dana bagi hasil.

h. Peningkatan pengawasan manajemen pendapatan daerah. Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan pendapatan daerah yang dimulai sejak tahap perencanaan termasuk penetapan target pendapatan, potensi objek pajak/retribusi, serta tahap pelaksanaan pemungutan pajak/retribusi.

5.3.2. Kebijakan efektifitas dan efisiensi belanja daerah

Secara makro, kebijakan pengelolaan Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi alokasi belanja untuk kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara bertahap, komitmen Pemerintah Daerah untuk menempatkan kepentingan publik sebagai basis dan muara setiap kebijakan pembangunan akan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan manajemen belanja daerah Kabupaten Bone Bolango akan dikembangkan untuk:

Ø Meningkatkan kualitas pelayanan publik demi terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ø Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah.

Ø Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan

Ø Mengalokasikan anggaran secara proporsional pada sektor-sektor yang sifatnya mendesak dan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat luas.

Page 86: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 137 Kabupaten Bone Bolango

Ø Memberikan kompensasi kepada kelompok masyarakat miskin untuk mengurangi ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat.

Beberapa kebijakan strategis yang akan dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen belanja daerah dalam 5 (lima) tahun kedepan yakni sebagai berikut:

a. Reformasi Distribusi Anggaran Bagi Kepentingan Publik Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan harus diorientasikan untuk memenuhi kepentingan publik (Public Oriented) dan bukan semata-mata hanya untuk memenuhi hasrat kepentingan pemerintah. Reposisi kepentingan publik sebagai bagian inti dari kebijakan pembangunan harus menjadi grand strategy pembangunan daerah dengan melakukan reformasi kebijakan distribusi anggaran yang selama ini lebih banyak dialokasikan untuk belanja tidak langsung atau untuk mendanai kebutuhan belanja aparatur dengan proporsi kurang lebih 60% belanja tidak langsung dan 40% belanja langsung. Pembaharuan format kebijakan distribusi anggaran kearah kepentingan publik akan dilakukan secara bertahap dengan target akhir minimal 60% belanja langsung dan 40% belanja tidak langsung.

Untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, maka anggaran daerah sebagai salah satu alat kebijakan pemerintah daerah untuk pencapaian visi pembangunan diarahkan seoptimal mungkin untuk pencapaian sasaran strategis pembangunan daerah yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, rencana anggaraan sebagai instrumen strategis bagi pemerintah dalam mewujudkan sasaran program pembangunan diarahkan sebagai kerangka dasar bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat serta berperan sebagai stimulus fiskal bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

b. Meningintegrasikan sistem reward bagi peningkatan kinerja aparatur pemerintahan daerah melalui pengalokasian anggaran tunjangan kinerja aparatur daerah (TKAD) secara bertahap dan berkesinambungan sesuai kondisi dan kemampuan keuangan daerah.

c. Mengefektifkan distribusi anggaran belanja melalui strategi pertumbuhan tidak seimbang dengan titik berat pada ‘Modal Overhead Social (MOS)’ Sebagai upaya percepatan pembangunan ekonomi daerah, maka kebijakan pengalokasian anggaran pembangunan dalam periode 2011-2015 akan dikembangkan melalui pendekatan ”Pertumbuhan Tidak Seimbang” dengan memberikan titik berat pada sektor-sektor yang menjadi program strategis daerah.

Page 87: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 138 Kabupaten Bone Bolango

Pendekatan ini dikembangkan atas dasar keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga investasi diarahkan secara proporsional pada sektor terpilih dari pada serentak pada semua sektor. Pengembangan sektor terpilih tersebut diarahkan untuk membuat ketidakseimbangan ekonomi sedemikian rupa sehingga akan merangsang investasi ikutan dan kaitan pada kegiatan langsung produktif (KLP) di sektor-sektor lainnya sehingga effeknya akan membawa perekonomian secara berangsur bergerak dari lintasan pertumbuhan tak berimbang ke arah pertumbuhan berimbang.

Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan daerah untuk Periode 2011-2015 akan dititikberatkan pada pengembangan ekonomi daerah melalui “Modal Overhead Social (MOS)” yang dipandang sebagai sektor strategis (Strategic Sector) pembangunan jangka menengah, yakni:

- Pembangunan pendidikan - Pembangunan kesehatan - Pembangunan infrastruktur wilayah Implementasi kebijakan distribusi anggaran dimaksud diarahkan pula untuk dilakukan secara sinergis dan terintegrasi dengan kelompok sektor lainnya baik kelompok penyangga pertumbuhan (buffer sectors) maupun kelompok pendukung pertumbuhan (support sectors). Buffer sectors merupakan kelompok sektor yang akan menjadi pilar pembangunan ekonomi daerah. Sektor-sektor yang termasuk dalam kelompok ini yakni sektor pertanian dan perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, perhubungan, pariwisata, industri, perdagangan, usaha mikro, kecil dan menengah, koperasi, kesejahteraan sosial, tenaga kerja, transmigrasi, lingkungan hidup, kependudukan dan KB. Sedangkan support sectors merupakan kelompok sektor yang akan menjadi pendorong bagi dinamika dan akselerasi pembangunan pada leading sektor dan buffer sektor. Umumnya kelompok sektor ini lebih menitikberatkan pada penguatan kapasitas perencanaan, pemerintahan dan aparatur, pengelolaan keuangan, pengawasan, serta keamanan dan ketertiban daerah.

Rancangan indikatif pengalokasian anggaran untuk ketiga kelompok sektor pembangunan daerah tersebut diarahkan dalam kerangka distribusi belanja sebagai berikut:

Tabel 5.7.

Rancangan Indikatif Distribusi/Alokasi Belanja Langsung

Page 88: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 139 Kabupaten Bone Bolango

Periode 2011-2015

Kelompok

Belanja

ALOKASI ANGGARAN

Batas Minimal

(%)

Batas Maksimal

(%)

Strategic Sectors 50%

65%

Buffer Sectors 20%

30%

Support Sectors 15%

20%

d. Memprioritaskan distribusi alokasi belanja urusan pilihan untuk sektor-sektor basis (Base Sectors). Kebijakan distribusi dan alokasi anggaran yang merupakan stimulus fiskal bagi pertumbuhan ekonomi daerah akan diarahkan pada sektor-sektor basis (base sectors) yang menjadi ‘prime mover’ pertumbuhan ekonomi daerah sesuai potensi sumber daya alam yang dimilki, antara lain pariwisata, pertambangan, peternakan, perikanan dan kelautan serta industri yang berbasiskan keunggulan sumber daya lokal.

e. Pengalokasian anggaran penguatan otonomi desa melalui Alokasi Dana Desa (ADD) secara bertahap dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. Kebijakan ini disamping untuk memperkuat kapasitas dan kemandirian desa/kelurahan, juga diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan belanja daerah dengan melimpahkan sebagian urusan pengelolaan keuangan kepada pemerintah desa/kelurahan.

f. Penguatan manajemen belanja daerah dengan berlandaskan pada prinsip transparansi, akuntabilitas, disiplin, keadilan anggaran serta efektifitas dan efisiensi Pengelolaan Belanja Daerah.

Page 89: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 140 Kabupaten Bone Bolango

BAB VI.

ARAH KEBIJAKAN UMUM

Mengacu pada visi, misi, dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015, maka arah kebijakan pembangunan dalam periode 5 (lima) tahun kedepan diarahkan melalui 5 (lima) agenda pembangunan daerah, yakni sebagai berikut: 1. Agenda melaksanakan reformasi birokrasi pemerintahan daerah dan tata kelola

pemerintahan; 2. Agenda menciptakan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat yang berkualitas

dan berkeadilan; 3. Agenda mewujudkan pertumbuhan dan struktur ekonomi yang kokoh dan

dinamis; 4. Agenda mewujudkan pembangunan infrastruktur wilayah yang merata dan

berkualitas; 5. Agenda mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Implementasi kelima agenda strategis tersebut dilaksanakan dengan memberi aksentuasi pada 12 Program Strategis 2011-2015, yakni: 1. Reformasi birokrasi. 2. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 3. Peningkatan pelayanan publik. 4. Penegakan supremasi hukum. 5. Peningkatan kualitas layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu. 6. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 7. Penyetaraan gender, perlindungan anak dan manula. 8. Peningkatan pendapatan masyarakat. 9. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis produk unggulan lokal. 10. Optimalisasi pengelolaan obyek wisata sebagai sumber pendapatan daerah. 11. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur dasar yang berkualitas. 12. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

Untuk lebih mempercepat pencapaian target dari program-program prioritas tersebut, maka 3 (tiga) sektor fokus yang diharapkan dapat menjadi sektor basis (base sectors) pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, yaitu:

- Sektor pendidikan. - Sektor kesehatan. - Sektor infrastruktur wilayah.

Pengembangan ketiga sektor basis ini diarahkan untuk menjadi penopang utama dan pembuka peluang bagi berkembangnya sektor-sektor pembangunan daerah lainnya.

Sedangkan untuk memperkuat daya tumbuh bagi pembangunan ekonomi daerah dalam 5 (lima) tahun kedepan, program strategis Kabupaten Bone Bolango yang akan menjadi program unggulan (leading program), yakni: 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2. Pengembangan Pariwisata Daerah. 3. Pengembangan Usaha Pertanian dan Perikanan. 4. Pengembangan Usaha Industri Berbasis Sumber Daya Lokal (Resources Base).

Keempat program unggulan tersebut diharapkan dapat menjadi program pemicu dan mampu menjadi stimulator perekonomian daerah secara keseluruhan melalui pemberdayaan potensi sumber daya alam yang tersedia, serta memberikan

Page 90: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 141 Kabupaten Bone Bolango

multiplier effect terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, program unggulan tersebut diharapkan dapat memiliki dampak riil terhadap penyerapan tenaga kerja serta peningkatan produktivitas masyarakat. Keterkaitan kedepan (forward linkage) dan keterkaitan kebelakang (backward linkage) dari keempat program unggulan tersebut diarahkan untuk menjadi ujung tombak dan barometer pertumbuhan sector-sektor ekonomi lainnya.

Arah kebijakan pembangunan merupakan penjabaran visi dan misi pembangunan daerah dan menjadi pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan selama periode tahun 2011–2015 berdasarkan urusan pemerintahan.

6.1. AGENDA MELAKSANAKAN REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAHAN

DAERAH DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN.

Prioritas 1. Reformasi birokrasi Sasaran 1.1. Optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan pemerintah daerah Strategi 1.1.1. Penataan organisasi pemerintahan daerah Kebijakan : 1.1.1.1 Evaluasi kembali dan reposisi peran dan fungsi kelembagaan

pemerintahan agar dapat berfungsi secara lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih profesional, ramping, luwes, dan responsive

Evaluasi fungsi-fungsi kelembagaan pemerintah daerah dilaksanakan dalam rangka penataan organisasi pemerintah daerah guna menciptakan lembaga pemerintah daerah yang memiliki peran dan fungsi yang tepat, responsive, berkompoten dan profesional dalam pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

Penataan kelembagaan instansi pemerintah melalui reposisi peran dan kedudukan SKPD agar lebih proporsional, efektif dan efisien dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas, tidak tumpang tindih antar unit kerja dan antar instansi harus menjadi bagian strategis penataan kelembagaan. Pendekatan “New Public Management” dengan mengedepankan prinsip kemitraan dengan stakeholder lainnya akan menjadi instrument dasar dalam pengelolaan pembangunan daerah kedepan.

1.1.1.2. Mengembangkan birokrasi berkultur, dan berstruktur rasional-egaliter

Dalam membangun demokrasi, yang harus dilakukan adalah upaya-upaya segar untuk mengefektifkan pelaksanaan peran dan fungsi demokrasi terutama hubungan checks and balances (kontrol keseimbangan) kelembagaan penyelenggara pemerintahan dan lembaga politik maupun kemasyarakatan. Disamping itu pula perlu dibangun suatu penegakkan hukum yang fair dan tidak berat sebelah dan mendapatkan perlakuan yang sama di hadapan hukum.

1.1.1.3. Restrukturisasi organisasi pemerintahan daerah dengan prinsip ‘structure follows functions’

Page 91: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 142 Kabupaten Bone Bolango

Pelaksanaan restrukturisasi organisasi pemerintah daerah secara bertahap akan ditata kembali kelembagaannya. Langkah-langkah tersebut untuk meningkatkan koordinasi, kinerja, efisiensi serta sinergitas gerak SKPD guna mendukung pencapaian agenda pembangunan daerah. Restrukturisasi dimaksudkan untuk menciptakan kelembagaan organisasi pemerintah daerah yang efisien dan efektif sesuai tugas dan fungsi tiap instansi dan menghindari terjadinya tumpang tindih atau duplikasi peran. Restrukturisasi ini difokuskan pada penciptaan organisasi efektif dan efisien serta mampu memperkuat pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah.

Strategi 1.1.2. Penataan sistem dan manajemen pemerintah daerah Kebijakan: 1.1.2.1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintah

daerah Undang-undang nomor 32 tahun 2004 telah mendelegasikan

sebagian besar kewenangan dan fungsi pemerintahan pusat ke pemerintah daerah, dengan pengecualian dalam hal urusan pertahanan dan keamanan, kebijakan luar negeri, masalah moneter dan fiskal, hukum, dan urusan agama. Kewenangan kabupaten meliputi seluruh sektor kewenangan administrasi selain kewenangan yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat dan provinsi, termasuk pelayanan publik, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, transportasi, industri dan perdagangan, investasi, lingkungan hidup, urusan tanah, koperasi, dan tenaga kerja. Penyelenggaraan administrasi pemerintah daerah ditujukan pada pembangunan tatanan pemerintahan yang semakin bersih dan makin berwibawa (clean government and good governance ), dengan penyelenggaraan pemerintahan yang amanah melalui transparansi, partisipasi dan memperkuat akuntabilitas, membangun profesionalisme aparatur, serta meminimalisir campur tangan kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Kebijakan ini juga diarahkan untuk menindaklanjuti secara cepat dan tepat permasalahan penetapan dan penataan batas wilayah kabupaten maupun wilayah Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

1.1.2.2. Mengembangkan perilaku birokrasi yang bersikap netral terhadap

partai politik Kebijakan ini dilaksanakan untuk menciptakan aparatur yang

kompoten dan profesional dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana diharapkan bagi pejabat dan aparatur daerah dalam pengambilan keputusan harus dapat bersikap netral dan tidak menempatkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu dalam penerapan kebijakan publik. Harus dihindari terjadinya penunjukkan pejabat birokrasi yang karirnya bukan ditentukan oleh profesionalisme dan prestasi kerjanya, melainkan oleh pendekatan patrimonial dan kolusif.

Page 92: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 143 Kabupaten Bone Bolango

1.1.2.3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemerintahan

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara bertahap akan ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah daerah seperti penyusunan standard operating prosedur (SOP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan pemerintah daerah, diharapkan secara bertahap memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, SPM, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

1.1.2.4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintahan kecamatan dan desa/ kelurahan

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat . Melalui undang-undang ini juga, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi tanggungjawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah. Dalam rangka percepatan pembangunan di daerah, maka pemerintah daerah perlu penguatan dan peningkatan kapasitas serta pemberdayaan kelembagaan pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan, khususnya dalam pengelolaan pendapatan dan belanja desa sebagaimana diatur dalam PP RI Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan PERMENDAGRI Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Sebagai langkah awal pelimpahan kewenangan tersebut, maka pemerintahan desa harus menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) yang didahului dengan penyusunan rencana pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah. Rencana pembangunan desa dimaksud, disusun secara berjangka yang meliputi: (1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; dan (2) Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Selanjutnya dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan desa dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan desa, maka pemerintah daerah berkewajban mengalokasikan anggaran pembangunan desa melalui Alokasi Dana Desa (ADD) secara bertahap dan berkesinambungan yang ketentuan dan pengelolaannya di atur dalam PERMENDAGRI Nomor 37 Tahun 2007.

1.1.2.5. Mengintegrasikan budaya kerja “ bersih, melayani dan kompoten “ di lingkungan aparatur daerah

Dalam rangka peningkatan integritas aparatur yang merupakan upaya pencegahan KKN, dilakukan melalui pengembangan kebijakan dan penerapan disiplin pegawai, netralitas PNS, penerapan kode etik, pembuatan pakta integritas, dan pembatasan konflik kepentingan. Upaya ini harus disertai dengan penerapan mekanisme

Page 93: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 144 Kabupaten Bone Bolango

reward and punishment yang ketat bagi seluruh pejabat dan pegawai serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai integritas dan budaya kerja serta profesionalisme di lingkungan PNS. Melalui langkah ini dan simultan dengan berbagai kebijakan lainnya, diharapkan etos kerja pegawai negeri yang “ bersih, melayani dan kompoten “ dapat segera terwujud.

1.1.2.6. Memperbaiki pengelolaan PNS yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi dan mutasi PNS

Secara umum kualitas SDM aparatur belum dapat menunjang kinerja birokrasi yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh praktek manajemen kepegawaian yang sepenuhnya belum menerapkan sistem merit, mulai dari rekruitmen, promosi dan mutasi, diklat, penilaian kinerja, hingga sistem penggajian, pemberian reward dan pensiun. Oleh karena itu pemerintah daerah perlu memperbaiki sistem yang selama ini digunakan melalui penerapan sistem rekruitmen yang terbuka, kompetititf, dan berbasis kompotensi; sistem promosi dan mutasi yang terbuka dan kompetitif, serta berbasis kompotensi; penyusunan kebijakan tentang standar kompotensi; sistem diklat berbasis kompotensi yang serasi dengan sistem promosi dan mutasi yang sehat; serta penyempurnaan sistem penggajian dan sistem pensiun yang layak, adil dan berbasis kinerja.

1.1.2.7. Memperkuat sinergitas sehingga terbangun koordinasi antar lembaga/instansi daerah.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di daerah seringkali terjadi koordinasi yang terputus dan tidak sinerginya program dan kegiatan baik antar SKPD di lingkungan pemerintah daerah maupun antar pemerintah kabupaten dengan pemerintah provinsi. Hal ini diakibatkan karena adanya sikap arogansi dan ego sektoral dari masing-masing instansi pemerintah. Untuk itu perlu dibangun suatu hubungan kerjasama yang harmonis dan profesional demi pencapaian visi, misi dan agenda pembangunan daerah.

Prioritas 2. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa Sasaran 2.1.

Terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik, penuh integritas, taat kepada hukum yang berwibawa, transparan, profesional, dan akuntabel Strategi 2.1.1. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan Kebijakan: 2.1.1.1. Menuntaskan dan menanggulangi penyalahgunaan kewenangan

dalam bentuk praktik-praktik KKN

Page 94: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 145 Kabupaten Bone Bolango

Dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN dapat dicapai melalui upaya penindakan atas praktik KKN secara tegas dan tidak pandang bulu melalui jalur hukum dan pencegahan terjadinya praktik KKN melalui perbaikan tata kelola pemerintahan. Upaya penegakan hukum tidak hanya terbatas pada upaya untuk menjerat pelaku tindak pidana korupsi dengan tuntutan hukuman fisik, tetapi juga melalui upaya mendapatkan kembali aset negara yang telah dikorupsi misalnya melalui tuntutan ganti rugi (TGR). Selain upaya penegakkan hukum, diperlukan upaya-upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kewenangan. Upaya pencegahan dimaksudkan agar tindakan penyalahgunaan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Upaya pencegahan ini akan dilakukan dengan mengembangkan kebijakan dan penegakkan sistem integritas aparatur melalui: pemantapan kebijakan pengawasan, peningkatan efektivitas sistem pengawasan, peningkatan kuantitas dan kualitas internal auditor dan pengelola keuangan daerah, pengembangan kebijakan dan penerapan disiplin pegawai, netralitas PNS, penerapan kode etik, pakta integritas, dan pembatasan konflik kepentingan. Upaya ini harus disertai dengan penerapan mekanisme reward and punishment yang ketat bagi seluruh pejabat dan pegawai serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai integritas dan budaya kerja serta profesionalisme di lingkungan PNS.

2.1.1.2. Meningkatkan efektifitas pengawasan aparatur daerah melalui koordinasi dan sinergitas pengawasan internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat Hal lain yang perlu dilakukan dalam peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN adalah efektivitas pengawasan aparatur daerah, baik melalui pengawasan internal, eksternal dan lebih khusus lagi adalah pengawasan masyarakat. Masyarakat berperan besar untuk mengawasi dan mengadukan terjadinya malpraktek dan penyalahgunaan kewenangan serta untuk membantu pemerintah daerah dalam upaya pembenahan untuk mencapai pemerintah yang bersih.

2.1.1.3. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan yang partisipatif Tuntutan di era sekarang ini adalah pemerintah daerah hendaknya dapat berorientasi kepada efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja yang berorientasi kepada outcome (hasil), mampu memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat, partisipatif dan mampu melihat dan mengantisipasi permasalahan ke depan. Untuk itu, setiap SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dituntut untuk mampu mengoreksi dan mengevaluasi kinerja instansinya dalam pencapaian visi, misi, dan agenda pembangunan daerah, dimana nantinya hasil evaluasi tersebut menjadi acuan pada penyusunan perencanaan untuk tahun berikutnya dan dapat meningkatkan upaya pencapaian kinerja pembangunan. Selanjutnya, setiap SKPD dalam penyusunan

Page 95: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 146 Kabupaten Bone Bolango

rencana kerjanya baik tahunan maupun jangka menengah harus mampu menampung dan mengakomodir kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang sudah terbangun melalui musyawarah perencanaan. Penyusunan dokumen perencanaan yang dilaksanakan melalui musrenbang merupakan suatu proses penyusunan rencana yang bersumber dari upaya pengentasan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang digali dari tingkat pemerintahan yang paling bawah yaitu desa sampai dengan tingkat nasional. Olehnya itu, pelibatan pemangku kepentingan (stakeholder) secara partisipatif mutlak diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penyusunan dokumen perencanaan.

2.1.1.4. Melakukan penataan kembali sistem dan manajemen pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel Peningkatan integritas birokrasi ditunjukkan dari semakin membaiknya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Meskipun opini BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah masih menunjukkan disclamer, namun pengelolaan keuangan dan kemampuan untuk menyajikan laporan keuangan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kondisi ini tetap perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi, khususnya manajemen dan administrasi pengelolaan belanja dan pendapatan daerah. Proporsi belanja publik diarahkan untuk secara bertahap dapat lebih ditingkatkan sehingga alokasi belanja publik lebih besar dari belanja aparatur. Kapasitas fiskal daerah dalam jangka panjang diharapkan trend peningkatannya dapat lebih baik, serta sinergitas antara perencanaan keuangan dan perencanaan makro yang sudah dibangun dari tingkat desa dan kecamatan melalui musyawarah perencanaan akan lebih baik, sehingga memudahkan SKPD dalam pencapaian indikator-indikator capaian kinerja. Disamping itu, kapasitas sistem informasi keuangan daerah yang sudah dihubungkan secara on line ke seluruh SKPD, agar terus ditingkatkan sehingga memudahkan evaluasi dan analisa terhadap kinerja keuangan.

2.1.1.5. Memperbaiki sistem evaluasi dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan Dalam rangka mewujudkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan, diperlukan langkah-langkah kebijakan yang terarah, sistematis dan mendukung penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini akan dicapai melalui penerapan kebijakan kontrak kinerja bagi seluruh pejabat dan pegawai, penerapan manajemen kinerja pada seluruh SKPD, serta penerapan sistem sangsi dan penghargaan. Disamping itu pula, perlu ditingkatkan ketersediaan dan kualitas penyediaan data dan informasi evaluasi kinerja pemerintah daerah seperti dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertangungjawaban (LKPJ), Indikator Kinerja Utama (IKU), Laporan Pertangungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD), dan Penetapan Kinerja (PK). Ketersediaan dan kualitas

Page 96: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 147 Kabupaten Bone Bolango

dokumen/laporan tersebut dapat mempengaruhi penilaian kinerja pemerintah daerah.

2.1.1.6. Melaksanakan proses penyediaan barang/jasa secara transparan, terbuka dan akuntabel Sistem pengadaan barang dan jasa publik di lingkungan Pemerintah kabupaten Bone Bolango harus dilaksanakan dengan prinsip transparan, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu pula, sistem pengadaan barang dan jasa publik harus terus diperbaiki, seperti penerapan proses pengadaan melalui sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan fasilitasi Unit Layanan Pengadaan. Penerapan e-procurement tersebut semakin meningkatkan kualitas proses pengadaan secara lebih efektif, efisien, akuntabel serta didasarkan pada prinsip persaingan usaha yang sehat, transparan, terbuka dan perlakuan adil bagi semua pihak.

2.1.1.7. Menjalin kerjasama pembangunan serta pengembangan jaringan informasi antar daerah Pemecahan masalah kemiskinan, pengangguran, ketahanan pangan, kerusakan infrastruktur dan degradasi lingkungan di daerah serta percepatan pertumbuhan ekonomi memerlukan suatu manajemen pembangunan yang mengatur koordinasi dan kerjasama yang solid antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan permasalahan yang terjadi di daerah. Sinergi antar pusat dan daerah dan antar daerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan dan pengembangan wilayah. Selain itu, jalinan kerjasama baik antara pemerintah kabupaten/kota maupun antar pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi, dapat dibangun melalui jaringan informasi antar daerah yang dapat dilaksanakan melalui pembentukan suatu wadah jaringan kerjasama pemerintah daerah.

2.1.1.8. Mengembangkan penelitian dan iptek daerah. Pembangunan di perdesaan harus terus didorong pengembangan agroindustri padat pekerjanya, terutama bagi wilayah Kabupaten Bone Bolango yang didominasi oleh sector pertanian dan perikanan/kelautan melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna. Disamping itu pula, dalam rangka menciptakan daerah yang berdaya saing, pemerintah daerah dituntut untuk terus melaksanakan penelitian, penciptaan dan inovasi yang dapat menggali potensi-potensi sumberdaya yang dimiliki daerah, guna mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lingkungan dan peduli terhadap kelestariannya demi terjaminnya kehidupan dimasa yang akan datang.

2.1.1.9. Mengembangkan nilai, norma dan etika serta kehidupan beragama

Page 97: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 148 Kabupaten Bone Bolango

Dalam mendukung keberhasilan penciptaan aparatur yang berkompoten dan profesional dalam menjalankan tata pemerintahan yang baik, pemerintah daerah perlu mengembangkan nilai, norma dan etika lokal, melalui pengumpulan dan pengolahan serta penganalisaan bahan informasi hukum adat Gorontalo, penyusunan kerangka kerja lembaga-lembaga adat Gorontalo serta pelestarian warisan nilai budaya, norma dan etika lokal. Demikian pula, aspek perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak beragama sebagai bagian dari hak asasi warga negara, menjadi landasan pokok dalam pembangunan bidang agama.

Strategi 2.1.2. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas aparatur daerah Kebijakan: 2.1.2.1. Menciptakan Aparatur Daerah yang profesional, memiliki

kemampuan inovatif, kreatif dan bertanggungjawab atas tugas dan fungsinya

Peningkatan kualitas SDM aparatur daerah diarahkan untuk mewujudkan SDM aparatur yang profesional, netral dan sejahtera. Hal itu merupakan faktor penting dalam menunjang peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Kebijakan yang akan ditempuh dalam rangka penciptakan aparatur yang profesional, inovatif, kreatif dan bertanggungjawab adalah melalui penyelenggaraan diklat teknis, fungsional dan diklat penjenjangan/kepemimpinan aparatur serta pemberian beasiswa bagi aparatur daerah yang mengikuti pendidikan S1, S2 dan S3. Arah kebijakan pengembangan diklat aparatur diutamakan untuk mengisi kebutuhan kompetensi dan formasi jabatan.

2.1.2.2. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem

karier berdasarkan prestasi kerja Penyempurnaan sistem penggajian yang layak, adil dan berbasis

kinerja yang dapat dilaksanakan melalui pemberian Tunjangan Kesejahteraan Daerah (TKD) serta insentif lainnya kepada pegawai negeri sipil, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pegawai dan mendorong motivasi, semangat berprestasi dan integritas pegawai

2.1.2.3. Menginternalisasikan norma dan etika pemerintahan serta penegakan disiplin aparatur

Upaya pencegahan KKN dilakukan melalui pengembangan kebijakan dan penerapan disiplin pegawai, netralitas PNS, penerapan kode etik, pakta integritas, dan pembatasan konflik kepentingan. Upaya ini harus disertai dengan menginternalisasikan kembali norma dan etika pemerintahan di lingkungan PNS.

2.1.2.4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana aparatur penunjang operasional

Hingga saat ini, upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat belumlah optimal disebabkan karena masih terbatasnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang operasional SKPD, sehingga diperlukan

Page 98: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 149 Kabupaten Bone Bolango

suatu rencana yang perlu di implementasikan untuk melakukan percepatan penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan yang representatif yang mendukung efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi baik dalam optimalisasi pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan

Prioritas 3. Peningkatan pelayanan publik Sasaran 3.1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang berorientasi kebutuhan masyarakat Strategi 3.1.1. Memaksimalkan peran dan fungsi semua satuan kerja pemerintahan daerah sebagai pelayan masyarakat

Kebijakan: 3.1.1.1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan melalui pengembangan layanan publik yang tidak diskriminatif serta berorientasi kebutuhan masyarakat (customer oriented) dan tidak semata-mata untuk kepentingan kelompok tertentu.

3.1.1.2. Meningkatkan budaya partisipasi dengan mendorong peran aktif semua stakeholders dalam berbagai proses pembangunan sejak tahap perencanaan atau perumusan kebijakan, pelaksanaan hingga pengawasan pembangunan daerah. Peran aktif dimaksud tidak hanya sebatas ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan tetapi juga ikut menerima hasil pembangunan dan bertanggung jawab atas hasil pembangunan.

3.1.1.3. Meningkatkan budaya kerja aparatur yang profesional, inovatif, produktif, responsif, dan bertanggung jawab melalui perubahan mindset dan peningkatan kapasitas aparatur layanan publik, pengembangan budaya melayani (bukan dilayani), penguatan team work, penerapan budaya memperbaiki secara terus menerus ‘(kaizen)’ atas dasar prinsip efektifitas, efisiensi dan produktivitas, serta penerapan sistem evaluasi kinerja yang terarah dan berkesinambungan.

3.1.1.4. Meningkatkan transparansi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan media komunikasi, penerapan e-government serta penataan dokumen/arsip daerah.

3.1.1.5. Memperbaiki kualitas layanan publik dengan menciptakan regulasi daerah yang mendukung berlangsungnya efektifitas dan efisiensi layanan publik serta menstimulir tumbuhnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat.

3.1.1.6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan publik melalui penyediaan dan pendayagunaan sarana prasarana layanan publik, pengembangan pelayanan terpadu satu pintu dan pembentukan Badan Layanan Umum.

3.1.1.7. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan melalui penerapan standar pelayanan minimal (SPM)

Page 99: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 150 Kabupaten Bone Bolango

dan sistem evaluasi kinerja pelayanan publik pada semuan unit penyelenggaraan pemerintahan.

Prioritas 4. Penegakkan Supremasi Hukum

Sasaran 4.1. Tegaknya hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif dan memihak pada rakyat kecil Strategi 4.1.1. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang menjunjung tinggi supremasi hukum Kebijakan: 4.1.1.1. Mengembangkan kesadaran hukum dan penanaman nilai nilai

demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai HAM, persamaan hak, anti kekerasan serta nilai-nilai toleransi dengan mengembangan budaya hukum pada semua jajaran aparatur pemerintahan dan semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka penegakan supremasi hukum.

4.1.1.2. Melaksanakan penegakan regulasi daerah dan praktek yang bersifat tidak diskriminatif secara konsisten dengan menyelesaikan masalah-masalah hukum yang terkait dengan KKN serta pemberian sanksi bagi aparatur daerah yang melakukan tindakan KKN sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk lebih menjamin kepastian hukum, serta keadilan dan kebenaran dengan menjunjung tinggi penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM).

4.1.1.3. Meningkatkan integritas moral dan profesionalisme aparatur daerah untuk memulihkan dan menumbuhkan kepercayaan publik dengan memperkuat pengawasan terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

4.1.1.4. Melaksanakan penyuluhan dan bantuan hukum baik kepada aparatur daerah maupun kepada masyarakat dalam rangka penciptaan kondisi sosial politik yang kondusif serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban dalam masyarakat dengan melakukan pemetaan permasalahan hukum serta merumuskan pendekatan yang lebih dialogis dalam proses penyadaran hukum dan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat.

4.1.1.5. Melaksanakan pembinaan hukum daerah melalui pengkajian dan pengembangan regulasi daerah yang mendukung kegiatan pemeritahan dan pembangunan daerah, penataan administrasi dan dokumentasi hukum serta pengembangan manajemen informasi produk-produk hukum daerah dengan menyediakan akses informasi yang lebih luas kepada publik dalam rangka penguatan masyarakat sipil termasuk penggunaan media komunikasi bagi masyaraka luas.

4.1.1.6. Menginternalisasikan budaya kritik dilingkungan aparatur pemerintahan dengan memberikan jaminan kebebasan berpendapat, kebebasan dari rasa takut serta kebebasan berserikat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 100: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 151 Kabupaten Bone Bolango

6.2. AGENDA MENCIPTAKAN PELAYANAN KEBUTUHAN DASAR

MASYARAKAT YANG BERKUALITAS DAN BERKEADILAN

Prioritas 5. Peningkatan kualitas layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu Sasaran 5.1. Meningkatnya aksesibilitas dan mutu pendidikan masyarakat Strategi 5.1.1

Peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan Kebijakan: 5.1.1.1. Mengembangkan upaya pendidikan pra-sekolah dan melanjutkan

program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun melalui jalur formal maupun non formal, serta perbaikan kualitas pendidikan menengah. Pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar merupakan tahapan pendidikan yang sangat menentukan bagi penyiapan kemampuan dasar peserta didik. Tahapan ini menjadi instrumen penting pendidikan dalam upaya mengimplementasikan kebijakan “Pendidikan untuk semua” atau Education for all yang diwajibkan diikuti oleh setiap warga negara dalam kelompok usia tertentu (compulsory education). Pendidikan dasar adalah pendidikan mínimum yang wajib diikuti oleh setiap warga negara sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup layak sebagai warga negara dan harga diri suatu bangsa. Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun menunjukkan bahwa peserta didik dalam usia pendidikan dasar harus dapat menyelesaikan pendidikan dasarnya tanpa terputus selama 9 tahun, yaitu 6 tahun ditingkat SD dan 3 tahun ditingkat SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat. Dalam wajib belajar 9 tahun, semua lulusan SD 6 tahun harus bisa ditampung dijenjang SLTP sebagai bagian dari program pendidikan dasar 9 tahun. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupanya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya yang merupakan modal dasar bagi pembentukan manusia indonesia yang berkualitas. Peningkatan kualitas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata, melalui: (1) penyelenggaraan pendidikan dasar bermutu yang terjangkau sesuai stándar pelayanan minimal. (2) mengupayakan bantuan operasional sekolah; (3) peningkatan daya tampung SMP/MTs khususnya di daerah terpencil; (4) penurunan angka putus sekolah, angka mengulang kelas, peningkatan angka melanjutkan serta penurunan rata-rata lama sekolah; (5) melaksanakan rehabilitasi ruang kelas SD/MI dan SMP/MTs; (6) peningkatan mutu proses pembelajaran; (7) peningkatan kesempatan lulus SD/MI bagi keluarga miskin untuk dapat melanjutkan ke SMP/MTs; (8) menumbuhkankembangkan di lingkungan sekolah sikap saling menghargai, sportif, kerjasama, kepemimpinan, kemandirian, partisipatif, kreatif, inovatif, jiwa kewirausahaan serta pendidikan akhlak mulia.

Page 101: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 152 Kabupaten Bone Bolango

Pembinaan pendidikan menengah yang mencakup Sekeloh Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah diarahkan untuk memperluas jangkauan dan daya tampung anak didik, meningkatkan kesamaan kesempatan memperoleh pendidikan bagi kelompok yang kurang beruntung termasuk bagi mereka yang tinggal didaerah terpencil, meningkatkan kualitas pendidikan menengah sebagai landasan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan menengah, ketersediaan dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, serta meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah.

5.1.1.2. Membangun dan merehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan sampai ke daerah terpencil dan terisolasi. Faktor yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program pendidikan adalah sarana prasarana merupakan penunjang utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran baik pendidikan formal termasuk didalamnya memfasilitasi pembangunan perguruan tinggi maupun pendidikan non-formal. Olehnya itu, sangatlah penting untuk membangun dan merahabilitasi sarana prasarana pendidikan khususnya daerah-daerah terpencil dan terisolir yang mengacu pada kebijakan nasional dalam pengembangan wilayah tertinggal dan terisolir yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2004 – 2025 yaitu mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan. Pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi harus didasarkan pada kondisi riil dan kebutuhan, sehingga diperlukan pemetaanasi tentang kebutuhan dan kondisi existing ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayah kecamatan dan khususnya pada daerah-daerah terpencil atau terisolasi.

5.1.1.3. Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan serta meningkatkan upaya pemerataan guru ke seluruh wilayah, khususnya sampai ke daerah terpencil dan terisolasi. Disamping membangun dan merehabilitas sarana dan prasarana pendidikan tersebut diatas maka perlu ditingkatkan pemerataan guru keseluruh wilayah sampai ke desa terpencil dan terisolir sehingga dapat tercapai kuantitas dan kualitas pendidikan yang merata dengan memperoleh sumber daya manusia yang handal, berdayaguna dan berhasil guna. Pendidikan uuntuk semua (education for all) harus dilaksanakan secara terarah dengan upaya distribusi dan pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan keseluruh wilayah. Pemerataan tersebut tidak semata-mata hanya berkaitan dengan kuantitas disitribusi tenaga pendidik, tetapi juga berkaitan dengan ketersediaan kualifikasi pendidik yang ditempatkan pada seluruh wilayah. Guna memotivasi dan meningkatkan kualitas kinerja para pendidik didaerah terpencil dan terisolir, maka pemberian reward dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan didaerah terpencil atau terisolasi akan menjadi prioritas kebijakan

Page 102: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 153 Kabupaten Bone Bolango

daerah dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di daerah terpencil. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan dikembangkan melalui perbaikan sistem pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan sistem reward dan perlindungan kepada profesi pendidik, pengembangan siistem perencanaan dan pengendalian program profesi pedidik dan tenaga kependidikan, pelaksanaan sertifikasi bagai tenaga pendidik, uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar kompetensi, pembinaan kelompok kerja guru, pembinaan pusa pendidikan dan pelatihan guru (PPPG), serta pengembangan mutu dan kualitas program pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

5.1.1.4. Mendorong tumbuhnya pendidikan non-formal sebagai bagian strategis untuk mendukung pengembangan kualitas sumber daya manusia. Program pendidikan non formal bertujuan memberikan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal meliputi pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan untuk penduduk dewasa, pendidikan keluarga, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara lebih luas dan bervariasi. Pendidikan luar sekolah sebagai bagian strategis pendidikan non-formal juga akan dikembangkan bagi penduduk atau warga belajar yang tidak atau belum memperoleh pendidikan formal yang meliputi (a) penduduk yang masih buta aksara latin, angka dan Bahasa Indonesia (b) warga beajar yang belum menyelesaikan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan (c) pemberdayaan tempat/sanggar pusat-pusat kegiatan pembelajaran masyarakat.

5.1.1.5. Mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Undang-undang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Partisipasi masyarakat dan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk memajukan pendidikan sangat diperlukan. Keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu bisa diupayakan secara kongkrit melalui dukungan masyarakat. Untuk itu perlu digali sumber daya masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek pendidikan, tetapi juga berperan serta memberikan masukan pikiran, tenaga dan partisipasi pembiayaan bagi pembangunan pendidikan.

Strategi 5.1.2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan Kebijakan:

Page 103: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 154 Kabupaten Bone Bolango

5.1.2.1. Meningkatkan kualitas manajemen layanan pendidikan mulai pada tahap perencanaan dan pengawasan proses dan mutu penyelenggaraan pendidikan serta menyempurnakan kualitas proses belajar mengajar pada semua institusi pendidikan dengan mengembangkan sistem dan stándar jaminan mutu pendidikan. Permasalahan pendidikan yang paling mendasar dan membutuhkan penanganan secara komprehensif dan terarah yakni permasalahan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Faktor penyebabnya adalah lemahnya manajemen pendidikan yang dimulai pada tahap perencanaan dan pengembangan standar jaminan mutu pendidikan hingga pengawasan penyelenggaraan pendidikan. Disisi lain kualitas tenaga kependidikan yang mempunyai kreatifitas berpikir inovativ dalam mendesain dan mengembangkan kurikulum, materi pembelajaran, teknik, metode, pendekatan, dan pengunaan serta pemanfaatan media masih perlu ditingkatkan. Perbaikan manajemen layanan pendidikan dikembangkan melalui evaluasi dan pengendaian secara terarah terhadap kualitas kinerja bidang pendidikan, penerapan sistem dan informasi manajemen pendidikan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan-kegiatan ilmiah yang berorientasi pada perbaikan kualitas pendidikan, sosialisasi dan advokasi berbagai peraturan perundang-undangan bidang pendidikan, pengembangan kerja sama kelembagaan bidang pendidikan serta pembinaan dewan pendidikan dan komite sekolah.

5.1.2.2. Melanjutkan upaya-upaya penyelenggaraan pendidikan berbasis kawasan. Pendidikan berbasis kawasan berfungsi mengembangkan kapasitas sumber daya manusia yang relevan dengan kekhasan, potensi, kebutuhan, tantangan, peluang dan keunggulan serta prospek daerah dalam rangka pengembangan keunggulan dan percepatan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berkeadilan dengan arah : a. Pendidikan berbasis kawasan diselenggarakan untuk menunjang

tujuan pendidikan nasional. b. Pendidikan berbasis kawasan diselenggarakan sebagai suatu

proses kebudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

c. Pendidikan berbasis kawasan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya kewirausahaan, etos kerja dan kecakapan hidup sehingga mampu mengembangkan daerah.

Pengembangan pendidikan berbasis kawasan diarahkan pada pemanfaatan sumber daya lokal yang direlevansikan dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan. Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau jenjang pendidikan lainnya yang berbasiskan keunggulan sumber daya lokal (resources base) harus menjadi prioritas utama dalam mendukung pengembangan potensi dan pemenuhan kebutuhan daerah.

5.1.2.3. Meningkatkan minat baca masyarakat serta penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan.

Page 104: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 155 Kabupaten Bone Bolango

Buku adalah salah satu media pembelajaran utama yang harus selalu tersedia. Oleh karenanya guna mencapai pendidikan yang berkualitas, maka perlu di dukung oleh ketersediaan bahan bacaan khususnya buku-buku yang berhubungan dengan mata pelajaran yang berkualitas dan murah. Selain itu, untuk mengatasi keterbatasan sarana prasarana perpusatakaan yang dimiliki oleh sekolah, maka penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan dapat lebih dioptimalkan berdasarkan analisa kebutuhan anak didik.

5.1.2.4. Memperkuat penanaman nilai-nilai agama, budaya, dan kebangsaan di lingkungan pendidikan; Budaya, pendidikan dan agama merupakan bidang yang berkaitan satu sama lain dimana ketiga-tiganya berkaitan pada tingkat nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupannya dalam proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul dimasyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangan kehidupan bangsa yang lebih bermartabat melalui pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagaia anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Penyelenggaraan pendidikan agama diharapkan mampu mengembangkan pribadi dan akhlak mulia peserta didik. Melalui pendidikan agama, peserta anak didik mampu menjadikan nilai-nilai agama menjadi landasan moral, etika dan perilaku keseharian.

Sasaran 5.2. Meningkatnya kualitas pembinaan pemuda dan olahraga Strategi 5.2.1

Peningkatan prestasi olahraga dan peran pemuda Kebijakan: 5.2.1.1. Mewujudkan keserasian kebijakan pemuda dan olahraga di berbagai

bidang pembangunan Pembangunan pemuda diarahkan untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan dan menumbuhkan jiwa berprestasi guna meningkatkan kualitas pemuda melalui kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan serta meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan. Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan pemuda, maka kebijakan ini diarahkan untuk menciptakan sinergitas pembangunan pemuda dan olahraga dengan pembangunan bidang ekonomi, sosial budaya dan politik. Pembangunan bidang olahraga diarahkan untuk memperkuat semangat keolahragaan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani disamping memupuk semangat berprestasi melalui kegiatan keolahragaan. Upaya peningkatan semangat berprestasi tersebut dilakukan pula pada lembaga pendidikan formal maupun non-formal pada semua jenis dan jenjang pendidikan.

5.2.1.2. Pengembangan sarana dan parasarana olahraga dan kepemudaan.

Page 105: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 156 Kabupaten Bone Bolango

Sebagai wujud untuk meningkatkan semangat dan prestasi keolahragaan, pembinaan olahraga harus dilaksanakan secara terarah dan sinergis dengan pengembanggan sarana dan prasarana keolahragaan. Pembangunan sarana dan prasarana, diprioritaskan untuk jenis olahraga yang sudah dan berpotensi untuk menyumbangkan prestasi bagi Kabupaten Bone Bolango. Dalam jangka menengah upaya untuk penyediaan sarana dan prasarana olahraga dan kepemudaan sudah harus menjadi prioritas program Pemerintah Daerah melalui berbagai sumber pembiayaan. Peran serta masyarakat dan dunia usaha harus pula ditumbuhkembangkan dalam upaya mendukung ketersediaan sarana prasarana olahraga dan kegiatan kepemudaan.

5.2.1.3. Melaksanaan pembinaan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba Pencegahan dini terhadap penyalahgunaan narkoba harus di tempatkan sebagai bagian penting penanggulangan penyimpangan perilaku masyarakat khususnya generasi muda. Karena itu program pembinaan generasi muda diarahkan secara konseptual dan komprehensif sebagai usaha membangun moralitas dan etika individu untuk menjadi manusia yang matang kepribadiannya dan matang secara sosial guna menghindari pengaruh narkoba atau prilaku menyimpangan lainnya. Peran strategis Pemerintah Daerah melalui penguatan peran Badan Narkotika Kabupaten Bone Bolango serta dukungan dan partisipasi lembaga-lembaga kemasyarakatan harus menjadi pilar penting dalam pembinaan dan pengawasan penyalahgunaan penggunaan narkotika dan obat terlarang.

5.2.1.4. Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan dan kepemimpinan dalam pembangunan. Potensi pemuda dalam kewirausahaan dan kepemimpinan diarahkan untuk memberikan peluang yang lebih luas agar pemuda semakin mampu memperkuat jati diri dan potensinya untuk berperan dalam pembagunan jati diri bangsa. Agar sumua itu tercapai, proses pembinaan pemuda harus terus berlanjut dan berkesinambungan. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas pemuda, maka pemuda perlu dibekali dengan penguasaan ilmu pengetahuan, kreativitas, jiwa kepemimpinan dan kepeloporan. Peran Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sebagai wadah berhimpun organisasi kepemudaaan harus diberi ruang dan terus didorong untuk mengembangkan peran dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah.

5.2.1.5. Meningkatkan pembinaan olahraga dan penggalian bakat termasuk olahraga tradisional Pembinaan olahraga mempunyai peranan penting dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu pembinaan olahraga dapat menjadi sarana dalam pengembangan minat dan bakat yang dapat melahirkan bibit-bibit unggul yang mampu berkiprah ditingkat lokal, reginal, nasional maupun internasional. Pembinaan olahraga juga diarahkan untuk memupuk semangat sportivitas dan solidaritas bersama untuk membangun daerah. Disamping pembinaan olahraga modern, pembinaan olahraga tradisional akan terus dikembangkan sebagai upaya pelestarian budaya dan kekayaan daerah. Pembinaan

Page 106: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 157 Kabupaten Bone Bolango

olahraga tradisional dilngkungan masyarakat dan lembaga pendidikan serta aktvitas pemerintahan melalui kegiatan keolahragaan dan perlombaan atau turnamen olahraga perlu dikembangkan pula secara terpadu dengan kegiatan keolahragaan lainnya. Dalam upaya pembinaan prestasi olahraga perlu dikembangkan upaya pemberian penghargaan terhadap atlit, pelatih dan tenaga keolahragaan yang dipandang berprestasi memajukan kegiatan dan semangat keolahragaan. Pemberian penghargaan tersebut harus pula dapat memberi jaminan kesejahteraan secara berkelanjutan terhadap atlet dan pelatih olahraga berprestasi yang telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan dan prestasi olahraga di Kabupaten Bone Bolango.

Prioritas 6. Pemerataan Pelayanan Kesehatan Sasaran 6.1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Strategi 6.1.1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan berkualitas, meningkatkan system survailans, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan rujukan. Kebijakan: 6.1.1.1. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

Upaya pelayanan yang berkesinambungan mulai dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) akan dikembangkan dan diperbaiki secara terus menerus sesuai standar pelayanan kesehatan dan terintregasi dalam sistem pelayanan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang dilakukan ditingkat puskesmas dan unit pelayanan kesehatan dibawahnya akan terus ditingkatkan manajemen pelayanannya dan bersinergi dengan program kesehatan lainnya. Selain pelayanan kesehatan dasar, cakupan dan kinerja pelayanan kesehatan rujukan ditingkat rumah sakit baik Rumah Sakit Toto dan Rumah Sakit Tombulilato akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sumber daya yang tersedia. Peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan jumlah dan kualitas tenaga medis dan para medis di Rumah Sakit Toto dan Rumah Sakit Tombulilato secara bertahap akan dikembangkan.

6.1.1.2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga medis dan para medis. Peningkatan kualitas SDM kesehatan dapat dilakukan dengan program pembinaan, pendidikan dan pelatihan kepada tenaga medis dan paramedis sehingga diharapkan SDM tenaga medis dan para medis akan semakin professional dalam pelaksanaan tugas. Strategi percepatan jumlah tenaga kesehatan juga bisa dilakukan dengan membuat regulasi yang memudahkan lembaga pendidikan dan

Page 107: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 158 Kabupaten Bone Bolango

pemerintah daerah tanpa harus mengurangi standar kwalitas untuk membuka kelas-kelas kesehatan.sehingga dengan regulasi yang mudah ini akan dapat mendorong lembaga pendidikan dan pemda dalam mendidik dan melatih tenaga kesehatan yang nantinya akan berdampak pada semakin bertambahnya lulusan tenaga kesehatan.

6.1.1.3. Meningkatkan upaya-upaya pemerataan tenaga kesehatan ke seluruh wilayah, khususnya sampai ke daerah terpencil dan terisolasi. Upaya pemerataan tenaga kesehatan diawali dengan pemetaan kebutuhan tenaga medis yakni dokter, bidan, dan perawat serta tenaga teknis kesehatan lainnya agar target-target pemenuhan tenaga kesehatan dapat dievaluasi secara terarah, terpadu dan berkesinambungan. Pemerintah harus bekerja keras menyiasati pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan terutama bagi daerah terpencil dan daerah terisolasi harus menjadi prioritas daerah. Pemberian insentif bagi dokter, bidan desa, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dapat menjadi strategi pemerintah untuk merangsang SDM kesehatan agar bersedia di tempatkan di daerah terpencil dan terisolasi. Upaya lain untuk pemerataan tenaga kesehatan ini adalah dengan mengintensifkan kembali program-program pengabdian tenaga kesehatan seperti program PTT bagi dokter-dokter baru dan bidan PTT.

6.1.1.4. Meningkatkan ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar, dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat, sangat dibutuhkan ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Ketersediaan farmasi antara lain instalasi farmasi, Sumber daya manusia pengelola, sarana dan prasarana, penetapan tim pengendali dan pengelola farmasi serta pembentukan tim koordinasi dan perencana khusus obat dan intalasi farmasi serta penyiapan buffer stok obat untuk menunjang program kesehatan masyarakat harus dikelola secara terpadu dan berkesinambungan.

6.1.1.5. Meningkatkan kualitas gizi masyarakat dengan meningkatkan sosialisasi PHBS dab sadar gizi. Strategi pemerintah dalam menangani masalah gizi masyarakat melalui program desa siaga sampai keprogram desa siaga aktif bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan serta meningkatakn kemampuan dan kemauan masyarakat dibidang kesehatan. Strategi dasar ini akan terus dikembangkan bersama dengan strategi perbaikan gizi masyarakat.

6.1.1.6. Membangun dan merehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan sampai ke daerah terpencil dan terisolasi. Untuk menunjang pelayanan kesehatan sampai ketingkat desa khususnya daerah terpencil sangat dibutuhkan pembangunan dan rehabilitas sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah melalui APBD Kabupaten, APBD Propinsi maupun melalui APBN dengan membangun sarana dan prasarana seperti Puskesmas Pembantu dan Poskesdes dengan tujuan untuk mempermudah dan memperdekat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan menempatkan tenaga

Page 108: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 159 Kabupaten Bone Bolango

medis yang profesional dengan tunjangan pendapatan khusus daerah terpencil dan terisolir, serta penyediaan sarana dan obat-obatan melalui berbagai program kesehatan.

6.1.1.7. Mengembangkan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan meningkatkan koordinasi serta sinergitas program jaminan kesehatan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin telah dikembangkan suatu program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) utuk masyarkat miskin, akan tetapi program ini belum mampu mengakomodir seluruh masyarakat miskin yang ada didesa hal ini dibuktikan dengan masih adanya masyarakat yang masih menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kondisi ini menjadi salah satu kendala yang dialami oleh pihak PUSTU, PUSKESMAS dan Rumah Sakit dalam mengklaim pembiayaan atas pengobatan warga miskin sebab klaim pembiayaan hanya dibayarkan bagi warga miskin yang memegang kartu Jamkesmas. Mengingat masih banyaknya masyarakat miskin yang belum terakomodir pada JAMKESMAS, maka diadakan program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). Dalam rangka upaya pengembangan program ini perlu ditingkatkan koordinasi serta sinergitas dengan seluruh instansi yang terkait khususnya data yang akurat tentang penduduk miskin sehingga seluruh masyarakat miskin akan terakomodir pada program yang akan dilaksankan.

6.1.1.8. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kesehatan lingkungan. Partsipasi masyarakat sangat mempengaruhi pelaksanaan program kesehatan dan pengelolaan kesehatan lingkungan olehnya itu sangat dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam mengikuti berbagai sosialisasi program dan perencanaan dibidang kesehatan sehingga terjalin komunikasi, kolaborasi antara unsur perencana dan masyarakat dibidang kesehatan khususnya terhadap pengendalian penyakit dan pengelolaan kesehatan lingkungan, maka dengan demikian akan mempermudah pencapaian target pelaksanaan program kesehatan pada masyarakat.

6.1.1.9. Pengembangan sistem surveilans dan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan bencana yang didukung melalui peningkatan mutu data informasi epidemiologi. Pengembangan sistim informasi kesehatan sebagai instrumen dasar dalam pengelolaan upaya perbaikan kesehatan measyarakat akan dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang tersedia.

Prioritas 7. Penyetaraan gender, perlindungan anak dan manula Sasaran 7.1. Meningkatnya kualitas hidup, peran dan partisipasi perempuan dalam pembangunan Strategi 7.1.1.

Page 109: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 160 Kabupaten Bone Bolango

Mengintegrasikan perspektif (sudut pandang) gender ke dalam proses pembangunan Kebijakan: 7.1.1.1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender dan

pemberdayaan perempuan. Walaupun berbagai kemajuan telah dicapai dalam peningkatan kesetaraan gender, namun kualitas hidup dan peran kaum perempuan belum optimal, yang disebabkan beberapa permasalahan. Untuk itu, salah satu prioritas pembangunan gender pada lima tahun ke depan adalah peningkatan kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan. Melalui peningkatan pendidikan, sosialisasi serta kiprah kaum perempuan di harapkan akan tercipta sikap, pandangan dan penghormatan yang lebih baik terhadap peran wanita di berbagai bidang profesi dan pembangunan. Dengan ditetapkannya PP Nomor 38 Tahun 2007 dan PP Nomor 41 Tahun 2007, KB merupakan urusan wajib bagi pemerintah daerah dan kelembagaannya menjadi satu rumpun dengan urusan pemberdayaan perempuan. Oleh karena itu, penataan kelembagaan KB, peningkatan jumlah dan kompotensi tenaga pengelola serta pelaksanaan program KB menjadi prioritas daerah.

7.1.1.2. Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan. Untuk memastikan kesetaraan gender dan pengarusutamaan kaum perempuan dalam pembangunan dilakukan tiga strategi dasar; a. Memastikan pelaksanan instrument perundang-undangan

pengarusutamaan gender sebagai bagian rencana aksi pemerintah daerah.

b. Berbagai kebijakan pemerintah harus merefleksikan kesetaraan gender dan pengarusutamaan kaum perempuan

c. Penyesuaian sikap pandangan dan perlakuan masyarakat berkaitan dengan nilai,adat dan kultur bangsa

7.1.1.3. Meningkatkan akses perempuan lanjut usia dan penyandang cacat terhadap pemberdayaan kualitas hidupnya. Salah satu permasalahan pemberdayaan perempuan lanjut usia dan penyandang cacat adalah menurunnya produktivitas perempuan lanjut usia dan penyandang cacat yang disebabkan oleh hambata fisik sehingga membatasi aktifitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup. Permasalahan ini dapat diatasi dengan memberikan intervensi berupa pemberdayaan, pendidikan dan ketrampilan sebagai upaya mendorong peningkatan akses perempuan lanjut usia dan penyandang cacat terhadap pemberdayaan kualitas hidupnya.

7.1.1.4. Melakukan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di bidang ketenagakerjaan dalam pelatihan, pemagangan dan kewirausahaan. Memperhatikan data kondisi dan posisi perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan laki-laki pada semua sector pembangunan terutama pada sektor ketenagakerjaan yang menunjukan rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan dibandingkan laki-laki, maka perlu dikembangkan perencanaan dan penganggaran yang

Page 110: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 161 Kabupaten Bone Bolango

responsive gender khususnya dibidang ketenagakerjaan dalam pelatihan, pemagangan dan kewirausahaan untuk mendorong kemitrasejajaran dan keharmonisan dalam relasi sosial ekonomi untuk memberikan akses yang luas, peluang dan kesempatan yang sama dalam menggerakan sumberdaya pembangunan dan dapat bermanfaat secara adil.

Sasaran 7.2. Meningkatnya kualitas hidup serta perlindungan anak dan manula Strategi 7.2.1. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan anak dan manula Kebijakan: 7.2.1.1. Meningkatkan pembinaan dan perlindungan sosial bagi anak dan

manula Pembangunan perlindungan anak telah dilakukan sesuai dengan pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 dan prinsip-prinsip perlindungan anak menurut Konvensi Hak-hak Anak (KHA), yaitu non-diskriminasi (pasal 2); mempertimbangkan kepentingan terbaik anak (pasal 3); dan menghargai partisipasi anak (pasal12). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menegaskan bahwa perlindungan anak mencakup anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan dan mencakup hak-hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, mencegah segala bentuk kekerasan, eksploitasi, perdagangan, dan diskriminasi serta melindungi hak-hak anak untuk didengar pendapatnya. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap anak dan manula dilakukan pembinaan dan perlindungan sosial bagi anak dan manula agar mendapat kesempatan untuk memperoleh hak-haknya sebagai warga negara dan warga masyarakat serta menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan manula.

7.2.1.2. Meningkatkan upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan aksesbilitas pelayanan sosial dasar bagi anak dan manula Mengingat bahwa jumlah anak dan manula adalah bagian cukup besar dari jumlah penduduk, maka perlu dilakukan langkah-langkah intervensi pemenuhan kebutuhan dasar dan aksesbilitas pelayanan social dasar bagi anak dan manula sehingga keberadaannya dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan. Hal ini dilakukan mengingat bahwa anak adalah merupakan modal pembangunan bangsa sebagai penerus pembangunan bangsa. Dalam upaya perbaikan pelayanan social dasar bagi anak dan manula, maka koordinasi dan sinergitas kebijakan dan implementasi kebijakan perlindungan anak dan manula harus dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas pelaku pembangunan.

7.2.1.3. Meningkatkan pemberdayaan fakir miskin, anak terlantar, penyandang cacat dan kelompok rentan sosial lainnya Pemberdayaan fakir miskin, anak terlantar, penyandang cacat dan kelompok rentan sosial lainnya merupakan permasalahan sangat mendasar yang dihadapi pemerintah, olehnya itu sangat dibutuhkan berbagai program kerakyatan yang dapat menyentuh langsung

Page 111: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 162 Kabupaten Bone Bolango

sesuai dengan kebutuhan yang sangat mendasar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

7.2.1.4. Mengoptimalkan fungsi sarana dan prasarana kesejahteraan sosial Minimnya sarana dan prasarana masih mendominasi permasalahan pelayanan kesejahteraan sosial. Sebagai upaya pemecahan masaalah tersebut dilakukan penajaman pada tingkat kebijakan dan penetapan sasaran program dengan lebih mengoptimalkan fungsi sarana dan prasarana kesejahteraan sosial serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan social dengan didukung oleh peningkatan pengelolaan program, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM, serta tata kelola kepemerintahan. Pengembangan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial adalah berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis dalam rangka meningkatkan dan menghasilkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang lebih baik, melalui pengkajian kebijakan dan penyusunan rencana pelayanan kesejahteraan sosial.

7.2.1.5. Mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan sangatlah bersifat primer. Keluarga merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih menjadi tanggung jawab orang tuanya. Oleh karena itu, peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan kualitas kemampuan dan kepribadian anak dan manula harus secara berkesinambungan ditumbuhkembangkan.

6.3. AGENDA MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI

YANG KOKOH DAN DINAMIS

Prioritas 8. Peningkatan pendapatan masyarakat Sasaran 8.1. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan pengurangan angka kemiskinan Strategi 8.1.1. Pengurangan pengangguran Kebijakan : 8.1.1.1. Mengembangkan program-program perluasan dan pengembangan

kesempatan kerja secara menyeluruh dan terpadu dengan mendorong perkembangan sektor – sektor produktif yang berorientasi padat karya serta meningkatkan pelatihan ketrampilan, penerapan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja.

8.1.1.2. Meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk menciptakan tenaga kerja mandiri melalui pengembangan relevansi pelatihan kerja khususnya tenaga kerja pedesaan sesuai keunggulan sumber daya lokal dan daya saing pemasaran, pengembangan lembaga pelatihan kerja, pemasyarakatan budaya produktif inovatif serta penyediaan system informasi bursa kerja dan penempatan tenaga kerja.

8.1.1.3. Mendorong tumbuhnya wirausaha baru khususnya pada kelompok angkatan kerja baru diwilayah pedesaan melalui berbagai bentuk

Page 112: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 163 Kabupaten Bone Bolango

insentif fiskal maupun non fiskal serta bantuan penguatan kelembagaan jaringan usaha dan pemasaran.

8.1.1.4. Mengembangkan upaya-upaya untuk menjamin perbaikan nilai tukar petani (NTP) melalui pengendalian dan intervensi kebijakan baik pada sisi input produksi maupun output produksi.

8.1.1.5. Memperkuat permodalan usaha bagi sektor-sektor produktif khususnya usaha kecil dan menengah melalui bantuan permodalan dan pengembangan skim penjaminan kredit usaha bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Strategi 8.1.2. Pengembangan budaya usaha masyarakat miskin Kebijakan : 8.1.2.1. Mengembangkan database dan renstra penanggulangan kemiskinan

dengan menginventarisir dan memetakan kelompok-kelompok masyarakat miskin berdasarkan klasifikasi usaha dan karakteristik lainnya serta target-target sebaran lokasi kelompok masyarakat miskin.

8.1.2.2. Mengembangkan budaya usaha masyarakat miskin untuk membentuk jiwa wirausaha dan kegiatan usaha yang lebih maju melalui pengembangan pendidikan dan ketrampilan usaha, pendampingan usaha dalam bentuk bimbingan dan konsultasi, penciptaan jaringan kemitraan usaha, kemudahan akses terhadap berbagai sumber daya, penyediaan sarana prasana usaha bagi keluarga miskin, serta penyediaan lahan pertanian bagi petani/buruh tani yang tidak memiliki lahan melalui program transmigrasi.

8.1.2.3. Memberikan perhatian khusus kepada kelompok-kelompok masyarakat marginal; nelayan, petani berlahan sempit, pekerja pada kegiatan industri, jasa dan perdagangan, buruh kecil, dan kelompok masyarakat pada wilayah tertinggal dan terisolasi.

8.1.2.4. Melanjutkan upaya-upaya untuk mengentaskan kemiskinan melalui program pemberdayaan masyarakat dan perlindungan sosial kelompok masyarakat miskin antara lain berupa pemberian jaminan kesehatan masyarakat, bantuan beasiswa, subsidi RASKIN serta bantuan pemberdayaan masyarakat lainnya.

8.1.2.5. Mengembangkan upaya-upaya untuk mengurangi kesenjangan sosial dan pemerataan pendapatan masyarakat dengan memprioritaskan program-program Pro-Poor, Pro-Job, dan Justice for All dengan target kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah yang didukung oleh peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mengakses sumberdaya ekonomi produktif.

Prioritas 9. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis produk unggulan lokal Sasaran 9.1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah yang kokoh dan berkelanjutan Strategi 9.1.1. Pengembangan sektor-sektor unggulan daerah yang menjadi ‘Prime Mover’ pembangunan daerah melalui strategi pembangunan tidak seimbang serta pendekatan “Pro-growth dan Pro-environment”.

Page 113: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 164 Kabupaten Bone Bolango

Kebijakan: 9.1.1.1. Mengembangkan penelitian terhadap sektor dan komoditas unggulan

yang dapat menjadi ‘Prime Mover’ pembangunan daerah. 9.1.1.2. Menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah dan

pengembangan cluster yang berbasis keunggulan lokal dan daya saing pemasaran.

9.1.1.3. Meningkatkan produksi dan produktifitas di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan kelautan melalui penyediaan sarana dan prasarana produksi, pembinaan dan penyuluhan, penguatan manajemen usaha dan pemasaran produksi, serta penguatan kelembagaan produksi.

9.1.1.4. Mengembangkan usaha-usaha sektor industri kecil dan menengah termasuk industri kerajinan rumah tangga (home industri) yang berbasiskan kekhasan lokal termasuk industri kerajnan kerawang, industri aren dan industri pengolahan hasil pertanian, peternakan dan perikanan, melalui pembinaan usaha dan manajemen,

pengembangan pemasaran dan kelembagaan produksi, serta penciptaan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dunia usaha.

9.1.1.5. Meningkatkan upaya-upaya pembangunan pertambangan yang berwawasan lingkungan melalui pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha pertambangan khususnya PETI, serta pengembangan iklim kondusif bagi tumbuhnya partisipasi dunia usaha pada kegiatan sektor pertambangan dan usaha industri pertambangan. Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar cenderung mempengaruhi keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Untuk itu perlu adanya sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat agar terciptanya kesadaran akan dampak kerusakan lingkungan yang di akibatkan oleh pertambangan yang tidak terkendali.

9.1.1.6. Mengembangan kegiatan koperasi, usaha kecil dan menengah melalui pembinaan usaha dan manajemen serta bantuan permodalan. Salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi kerakyatan yaitu dunia usaha. Oleh karena itu pemberdayaan koperasi dan UMKM diarahkan pada pembangunan kompetensi, inovasi sehingga dapat lebih berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha secara lebih terstruktur dan terlembaga. Oleh karena itu kebijakan ini diarahkan untuk pembentukan forum koordinasi pemberdayaan koperasi dan UMKM, melaksanakan koordinasi penataan kelembagaan pengambangan UKM berbasis inovasi, pengembangan dan penguatan sentra-sentra produksi (cluster) usaha skala mikro dan kecil, terutama di desa tertinggal dan terisolir, mengupayakan dukungan pemasaran produk dan jasa koperasi dan UMKM melalui

Page 114: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 165 Kabupaten Bone Bolango

pengembangan dan penguatan kelembagaan, informasi pasar dan jaringan pemasaran, mengupayakan dukungan peningkatan akses koperasi dan UMKM dengan sumber pembiayaan, meningkatkan kompotensi pengusaha skala mikro, kecil, dan menengah serta koperasi, mengupayakan dukungan pengembangan kemitraan yang melibatkan koperasi dan UMKM dalam pengembangan produk-produk unggulan yang berbasis rantai nilai, sub kontrak, alih teknologi, pemasaran dan investasi.

9.1.1.7. Mengembangkan kerja sama dan mendorong peran lembaga keuangan dalam memajukan perekonomian rakyat Dalam kerangka pengembangan sektor usaha mikro dan kecil, sektor perbankan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan melalui penyaluran kredit dengan persyaratan yang mudah dan tinsgkat bunga yang terjangkau. Oleh karena itu, diharapkan peran pemerintah untuk menjembatani hubungan antara lembaga keuangan dengan pelaku ekonomi di daerah, sebagai upaya penciptaan struktur ekonomi daerah yang kokoh dan memajukan perekonomian rakyat.

9.1.1.8. Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha serta menciptakan iklim kondusif yang dapat mendorong tumbuhnya investasi masyarakat dan dunia usaha atau melalui pendekatan Public Private Partnership dalam pengembangan usaha-usaha unggulan daerah.; Salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah investasi. Peningkatan daya tarik investasi akan dipengaruhi oleh upaya perbaikan iklim inevstasi. Belum optimalnya kinerja investasi saat ini disebabkan oleh adanya permasalahan iklim investasi, dari proses perizinan investasi, stabilitas keamanan daerah sampai dengan pelaksanaan realisasi investasi. Hal ini telah menyebabkan menurunnya minat untuk melakukan investasi, baik untuk perluasan usaha yang sudah ada maupun untuk investasi baru. Untuk itu dengan adanya penciptaan lingkungan usaha yang kondusif dalam rangka mendorong tumbuhnya investasi masyarakat dan dunia usaha melalui pendekatan Public Private Partnership, penerapan kemitraan usaha kecil, menengah, dan besar serta penyederhanaan berbagai perangkat peraturan, diharapkan pengembangan investasi kedepan berbasis komoditas unggulan daerah bisa lebih meningkat untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah ini.

9.1.1.9. Melanjutkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan melalui program penyediaan kebutuhan untuk keluarga miskin dan pengembangan budaya berusaha masyarakat miskin;

9.1.1.10. Mendorong peran pemerintah dalam peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengakses sumberdaya ekonomi produktif. Peran pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas masayarakat sumberdaya ekonomi produktif dapat dilaksanakan melalui media pemerintah sebagai fasilitator maupun sebagai katalisator. Sebagai fasilitator, pemerintah melakukan beberapa kebijakan, di antaranya peningkatan kualitas pelayanan publik dan

Page 115: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 166 Kabupaten Bone Bolango

profesionalisme aparatur, penciptaan dan penyediaan regulasi dalam penanaman modal dan dunia usaha yang kondusif, penciptaan kemudahan aksesbilitas masyarakat ke sumberdaya ekonomi produktif, peningkatan keamanan, serta peningkatan kemudahan bagi dunia usaha. Demikian pula sebagai katalisator, pemerintah telah meningkatkan peran serta masyarakat, dunia usaha, dan lembaga non pemerintah, mewujudkan kerjasama yang harmonis, serta peningkatan dukungan terhadap sektor perbankan dalam membiayai pembangunan.

Strategi 9.1.2. Pengembangan desa mandiri invovatif, produktif dan berdaya saing melalui pengembangan desa-desa pertumbuhan (Growth Villages) Kebijakan: 9.1.2.1. Mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah melalui

pengembangan desa-desa pertumbuhan serta pengembangan usaha keterkaitan desa dan kota (rural urban lingkages). Persoalan mendasar yang sampai saat ini masih belum dapat diatasi sepenuhnya adalah adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan yang ditandai dengan rendahnya aksessibilitas pelayanan sarana dan prasarana ekonomi dan social. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut perlu dilakukan suatu upaya program percepatan pembangunan Desa/Kelurahan khususnya desa tertinggal dan terpencil, dengan prioritas peningkatan sarana dan prasarana desa/kelurahan untuk membuka aksesibilitas wilayah serta pengembangan ekonomi pedesaan sesuai potensi sumber daya lokal.

9.1.2.2. Mendorong kegiatan ekonomi rakyat di wilayah perdesaan termasuk desa terpencil, desa minus dan terkebelakang melalui pembangunan sarana dan prasarana desa; Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sangat mendukung gerakan pengembangan usaha rakyat pedesaan. Salah satu yang di butuhkan oleh masyarakat di daerah terpencil, desa minus dan terbelakang yaitu kebutuhan akan sarana dan prasarana yang umumnya masih sangat terbatas. Guna mendorong peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, peningkatan mutu SDM dan pengelolaan SDA di daerah terpencil, maka pemerintah daerah perlu meningkatkan infrastruktur, khususnya pembangunan sarana transportasi yang membuka keterisolasian wilayah, yang didukung dengan pembangunan sarana prasarana ekonomi dan sosial budaya yang memadai.

9.1.2.3. Mengembangan usaha ekonomi desa berbasiskan komoditas unggulan lokal dan daya dukung pasar khususnya usaha ekonomi mikro di desa tertinggal. Penyebab utama tingginya angka kemiskinan diwilayah pedesaan yakni terbatasnya kesempatan kerja serta sebagian besar masyarakat desa bekerja sebagai buruh denqan upah yang rendah, rata-rata pemilikan lahan yang sempit, produktivitas pertanian rendah serta terbatasnya akses masyarakat perdesaan kepada pelayanan umum. Olehnya itu, dalam kerangka peningkatan

Page 116: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 167 Kabupaten Bone Bolango

kapasitas masyarakat di perdesaan, maka pengembangan desa harus berdasarkan kondisi existing wilayah dengan basis sumberdaya ekonomi yang dimiliki. Berdasarkan modal dasar sumberdaya ekonomi tersebut, yang didukung dengan sumberdaya sosial budaya dan kearifan lokal, diharapkan terciptanya kemandirian desa. Pemerintah daerah harus berperan dalam mengembangkan sumberdaya ekonomi masyarakat perdesaan tersebut melalui pengembangan usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah berbasis komoditas unggulan masing-masing desa yang didukung dengan penyediaan sarana prasarana dan kemudahan pemasarannya.

9.1.2.4. Memperkuat kelembagaan usaha ekonomi pedesaan termasuk pembinaan manajemen dan pemasaran produk; Proses pembangunan daerah yang digerakkan oleh pengembangan ekonomi daerah umumnya diawali dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, melalui tahapan-tahapan yang dimulai dengan pusat pertumbuhan lokal, pengembangan klaster komoditas, sampai akhirnya terjadi proses aglomerasi wilayah, yang dapat memberi efek pengganda bagi daerah sekitarnya. Sebagai bagian dari tahapan pengembangan tersebut, beberapa upaya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan lokal dalam kerangka pengembangan keterkaitan desa-kota harus dilakukan, dengan membangun pusat pertumbuhan lokal yang baru maupun dengan mengembangkan pusat pertumbuhan lokal yang telah ada, melalui pengembangan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan sentra produksi. Untuk mendukung upaya penciptaan pusat-pusat pertumbuhan lokal tersebut, maka pemerintah daerah dituntut untuk mengembangkan dan memperkuat kelembagaan ekonomi perdesaan melalui pembinaan manajemen, pengembangan informasi pasar dan jaringan pemasaran.

9.1.2.5. Mengembangkan kemitraan usaha yang setara dan berkelanjutan bagi percepatan pembangunan ekonomi desa dengan mengembangkan keterkaitan desa kota (urban rural linkage) dan hubungan produksi dan distribusi yang saling menguntungkan. Sebagai wujud implementasi pembangunan perdesaan, telah diterbitkan Permendagri Nomor 51 tahun 2007 tentang pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat melalui Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD). Melalui regulasi tentang pembangunan desa tersebut dan dalam kerangka percepatan pembangunan ekonomi perdesaan, maka pemerintah daerah berperan untuk mengembangkan ketahanan desa-kota melalui suatu pola hubungan kemitraan yang mengutamakan keterkaitan mata rantai proses produksi maupun distribusi yang saling menguntungkan.

Prioritas 10. Optimalisasi objek-objek wisata sebagai sumber pendapatan daerah Sasaran 10.1. Meningkatnya peran dan fungsi wilayah kawasan guna pengembangan pariwisata daerah dalam menunjang pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan pendapatan daerah serta pelestarian budaya daerah

Page 117: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 168 Kabupaten Bone Bolango

Strategi 10.1.1. Pengembangan objek-objek wisata daerah Kebijakan : 10.1.1.1. Memantapkan kebijakan kepariwisataan daerah dengan membuat

rencana induk pengembangan pariwisata daerah serta master plan pengembangan objek-objek wisata daerah. Pembangunan pariwisata merupakan sektor andalan yang harus dikembangkan karena mampu mempengaruhi sektor-sektor lainnya. Pembangunan pariwisata mencakup dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan sosial budaya. Dimensi ekonomi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing dan sekaligus meningkatkan pendapatan daerah, dimensi social budaya melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat di daerah, melestarikan alam, melestarikan lingkungan serta menumbuhkan rasa kebangsaan nasional.Untuk itu perlu ada perencanaan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat pariwisata, melalui pengarahan dan petunjuk dalam pengembangan kepariwisataan serta mengadakan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat secara kontinyu. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan bidang pariwisata, maka pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPDA) serta master plan beberapa kawasan strategis obyek wisata daerah yang merupakan basis perencanaan pengembangan dan pengelolaan pariwisata daerah.

10.1.1.2. Mengembangkan wisata alam dan wisata budaya sebagai keunggulan lokal daerah melalui pengembangan objek wisata taman laut Olele, objek wisata pantai Botutonuo, objek wisata alam Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, objek wisata Lombongo, dan beberapa objek wisata budaya. Dengan pengembangan potensi kepariwisataan Bone Bolango diharapkan dapat digali sumber-sumber pendapatan daerah yang bermuara pada peningkatan kesehjahteraan masyarakat. Sebagai upaya pengembangan objek wisata daerah, pemerintah daerah diharapkan melaksanakannya melalui peningkatan kualitas jaringan sarana prasarana pendukung pariwisata, meningkatkan upaya pemasaran dan produk wisata daerah, pengembangan program desa wisata, serta peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan pemangku kepentingan pariwisata daerah.

10.1.1.3. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana infrastruktur pariwisata yang dapat menunjang kenyamanan dan aksesibilitas objek wisata. Salah satu penyebab keterpurukan pariwisata daerah adalah kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam menciptakan kenyamanan bagi wisatawan. Bencana banjir bandang yang telah merusak sarana dan prasarana objek wisata lombongo, tidak cepat diantisipasi dengan pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana di objek wisata tersebut, yang menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan di objek wisata tersebut. Sementara objek wisata lainnya, seperti objek wisata Taman laut Olele, objek wisata bahari Botutonuo, objek wisata pantai Kaidundu, serta objek wisata

Page 118: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 169 Kabupaten Bone Bolango

alam dan budaya lainnya, sarana dan prasarananya masih sangat terbatas. Untuk meningkatkan pendapatan daerah sektor pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bone Bolango harus mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara melalui penataan objek-objek wisata yang dengan prioritas pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana objek wisata yang sudah ada maupun pengembangan objek wisata baru.

Strategi 10.1.2. Pengembangan manajemen kepariwisataan daerah Kebijakan : 10.1.2.1. Mengembangkan kelembagaan pemasaran pariwisata daerah dengan

menciptakan unit khusus pengelola pariwisata dan memperkuat strategi dan upaya promosi wisata;

Kebijakan ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas pengelola pariwisata daerah, dengan membentuk unit khusus pemasaran dan promosi wisata yang bertugas melaksanakan penyusunan kebijaksanaan dan pembinaan teknis di bidang pemasaran dan promosi baik ditingkat lokal, nasional, dan internasional, serta menyusun rencana program promosi, memberikan layanan informasi, dan melaksanakan program kerjasama dan kemitraan.

10.1.2.2. Mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengelolaan objek- objek wisata daerah dengan mendorong peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam usaha pengembangan pariwisata daerah serta merumuskan langkah-langkah konstruktif bagi pengembangan kemitraan (partnership) dalam pengelolaan objek-objek wisata daerah. Kebijakan investasi pariwisata ditempuh dengan cara membangun sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, mempermudah kelancaran pengurusan perizinan usaha, dan membuka peluang investasi untuk mengelola tempat wisata, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Selain itu masyarakat diberikan penyuluhan dan pelatihan untuk dapat ikut menjaga dan melestarikan, serta meningkatkan dan mengembangkan mutu insan pariwisata. Dalam hubungan kemitraan pemerintah dan swasta, maka pemerintah berperan menyusun kebijakan dan regulasi serta menyediakan pelayanan perizinan, dan pengembangan kerjasama antara daerah yang memungkinkan pelaku bisnis di daerah masing-masing untuk saling mengembangkan investasi. Kemitraan akan mendorong peran swasta untuk semakin kondusif mengembangkan core bisinis pariwisata.

10.1.2.3. Mengembangkan kerjasama, sinkronisasi dan integrasi kebijakan antar daerah dalam pengelolaan paket-paket wisata. Pengembangan paket wisata dengan mengikutsertakan Kabupaten Bone Bolango sebagai bagian dari tujuan wisata yang terintegrasi dengan daerah tujuan wisata lainnya akan dilakukan dengan mengembangkan kerjasama dengan pemerintah atau stakeholders lainnya. Kerjasama dan sinkronisasi kebijakan pariwisata tersebut dikembangkan dengan mendorong peran aktif Pemerintah Provinsi

Page 119: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 170 Kabupaten Bone Bolango

untuk memfasilitasi pengembangan pariwisata, ataupun mengembangkan kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya yang mempunyai objek wisata strategis dan mempunyai daya jual tinggi.

6.4. AGENDA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

YANG MERATA DAN BERKUALITAS

Prioritas 11. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur dasar yang berkualitas Sasaran 11.1. Meningkatnya aksesbilitas wilayah Strategi 11.1.1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana jalan dan jembatan Kebijakan: 11.1.1.1. Melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan.

Tingkat kerusakan jalan akibat over loading dan sistem penanganan yang belum memadai, berakibat pada hancurnya jalan dan jembatan sebelum umur teknis jalan atau jembatan tersebut tercapai, sehingga diperlukan biaya tambahan untuk mempertahankan fungsi suatu jalan dan jembatan. Hal tersebut akan berpengaruh pada berkurangnya alokasi untuk jalan dan jembatan yang lain sehingga pada akhirnya pengelolaan seluruh jaringan jalan dan jembatan akan terganggu. Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dibuttuhkan tambahan kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur jalan dan jembatan melalui kebijakan dan system penanganan jalan dan jembatan yang dapat memelihara umur teknis jalan dan jembatan yang dibangun serta kebijakan pembangunan dan rehabilitasi jaringan jalan yang diarahkan pada ruas-ruas yang merupakan jalur utama perekonomian dan memiliki prioritas tinggi.

11.1.1.2. Membuka akses jalan dan jembatan menuju kantong-kantong produksi dan daerah terisolir. Pelaksanaan pembangunan selama ini telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah. Namun, perbedaan geografis dan kondisi alam menyebabkan masih adanya kesenjangan pembangunan. Dalam kerangka pemerataan pembangunan di daerah, maka pemerintah daerah perlu meprioritaskan pembangunan infrastruktur khususnya jalan dan jembatan yang menuju kantong-kantong produksi dan membuka keterisolaian wilayah sehingga wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertingalan pembangunannya dengan wilayah lain.

11.1.1.3. Melaksanakan penataan sistem transportasi jalan sejalan dengan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal) Penataannya dilaksanakan melalui penyusunan RUJTJ (Rancangan Umum Jaringan Transportasi Jalan) meliputi penataan simpul, ruang kegiatan, ruang lalu lintas serta penataan pola distribusi nasional sesuai dengan rencana kelas jalan.

Page 120: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 171 Kabupaten Bone Bolango

11.1.1.4. Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaran dan penyediaan prasarana jalan; Kebijakan ini diarahkan untuk menumbuhkembangkan peran dan partisipasi dunia usaha dan masyarakat guna memperlancar arus informasi, arus barang, jasa dan mobilitas penduduk dalam pembangunan peningkatan kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah.

11.1.1.5. Peningkatan pembinaan teknis transportasi di daerah; Dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan transportasi, maka mekanisme pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat guna membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan. Sedangkan pembinaan yang ditujukan kepada aparatur penyelenggara transportasi, dilaksanakan melalui pelatihan dan bimbingan teknis, guna menumbuhkembangkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM penyelengara transportasi.

11.1.1.6. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu: Berupaya mewujudkan pemenuhan pelayanan jasa dan keselamatan; global road safety partnership (GRSP) Indonesia; sosialisasi keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan; sosialisasi penggunaan sabuk keselamatan pada kendaraan bermotor.

11.1.1.7. Penataan sistem jaringan dan terminal, manajemen lalu lintas, fasilitas dan rambu jalan, penegakan hukum dan disiplin di jalan; Kebijakan ini ditujukan untuk mewujudkan sistem jaringan transportasi jalan yang tertata baik; penataan jaringan lintas (angkutan barang) dan jaringan trayek (angkutan penumpang); pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan nasional. Disamping itu juga menyangkut kebijakan tarif angkutan umum dan sistem kompetisi terhadap penawaran pelayanan yang paling efisien, penetapan standarisasi perlengkapan jalan, standar regulasi dan sertifikasi kendaraan bermotor, serta penyusunan perencanan teknis bidang LLAJ terkait dengan jaringan transportasi jalan, sarana angkutan jalan, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, lalu lintas jalan serta angkutan jalan.

Strategi 11.1.2. Penataan pusat-pusat kawasan sebagai basis pertumbuhan wilayah Kebijakan: 11.1.2.1. Memperkuat kebijakan pengembangan wilayah melalui penataan,

pemanfaatan dan pengendalian ruang, serta penetapan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, kawasan strategis dan kawasan khusus.

Dalam mempercepat pengembangan wilayah akan dilakukan upaya untuk mendorong perencanaan, penataan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang wilayah dengan prinsip harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah serta keserasian antar daerah. Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Sebagaimana diamanatkan

Page 121: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 172 Kabupaten Bone Bolango

dalam RPJMN Tahun 2010-2014, bahwa pembangunan wilayah Sulawesi diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan, mengembangkan bioenergi, serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf internasional. Dalam mendukung arahan pengembangan wilayah tersebut, maka pemerintah daerah diharapkan melaksanakan upaya mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal disekitarnya dalam suatu system wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industry dan distribusi. Disamping itupula, pemerintah daerah diharapkan mampu mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung dalam rangka mengurangi resiko bencana lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan asset-asset social ekonominya.

11.1.2.2. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana wilayah termasuk sarana perdagangan, jasa dan sarana sosial budaya. Sejalan dengan proses pembaharuan di berbagai bidang pembangunan, telah dilaksanakan perubahan mendasar dalam hal pola dan pembangunan bidang sarana dan prasarana. Pembangunan bidang sarana prasarana diprioritaskan pada penyediaan infrastruktur dasar agar dapat menjamin baik keberlangsungan fungsi masyarakat atau rumah tangga, maupun dunia usaha dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, memperkecil kesenjangan, dan mewujudkan keadilan. Infrastruktur dasar merupakan sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah karena tidak memiliki aspek komersial, sedangkan infrastruktur yang memiliki nilai komersial diharapkan dibiayai melalui partisipasi pihak swasta ataupun dibiayai bersama oleh pemerintah dan masyrakat. Penyediaan infrastruktur sosial, budaya dan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango diprioritaskan untuk menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur seperti air bersih, sanitasi, perumahan, transportasi, listrik serta informasi dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Penyediaan infrastruktur sosial, budaya dan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango juga diprioritaskan untuk menjamin kelancaran distribusi barang, jasa dan informasi.

11.1.2.3. Mengembangkan upaya-upaya penyediaan perumahan dan pemukiman khususnya masyarakat berpenghasilan rendah dan PNS. Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 H, pemerintah telah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase. Kebijakan ini diarahkan untuk penyiapan lahan bagi pembangunan perumahan,

Page 122: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 173 Kabupaten Bone Bolango

penyediaan akses bagi masyarakat miskin, masyarakat pesisir dan PNS, pengembangan dan penataan lingkungan perumahan, mengembangkan KASIBA dan LISIBA serta menyiapkan perangkat peraturannya dan peningkatkan peran swasta dalam penyediaan perumahan.

11.1.2.4. Mendorong peran masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan infrastruktur wilayah melalui pola kemitraan. Dengan kapasitas fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango yang sangat rendah, maka pemerintah harus mendorong partisipasi swasta, masyarakat dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana.

Sasaran 11.2. Meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian, dan industri dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian Strategi 11.2.1. Pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat dengan memperhatikan pola pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya air yang berkelanjutan Kebijakan: 11.2.1.1. Melaksanakan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali

kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan termasuk penguatan peran dan fungsi perusahaan daerah air minum serta pemantapan koordinasi baik antar institusi pemerintah maupun antara institusi pemerintah dengan institusi masyarakat Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi memerlukan beberapa langkah penyesuaian terhadap penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, BUMN/BUMD, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Lemahnya koordinasi antar instansi telah menimbulkan pola pengelolaan sumber daya air yang tidak efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Maraknya penyediaan air minum berbasis masyarakat juga terkendala tiadanya peraturan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pemerintah daerah perlu melakukan penataan dan pengaturan kembali kewenangan dan tanggungjawab di seluruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan air minum dan menjalankannya secara konsisten, serta meningkatkan kemampuan komunikasi, kerjasama dan koordinasi antar lembaga, antara Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dengan Pemerintah Kota Gorontalo, serta antar wadah koordinasi pengelolaan air minum yang telah terbentuk. Peran Perusahaan Air Minum Kabupaten Bonne Bolango perlu diperkuat kelembagaan dan manajemen pengolaannya melalui dukungan dan fasilitasi Pemerintah Daerah.

Page 123: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 174 Kabupaten Bone Bolango

11.2.1.2. Meningkatkan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi befungsi yang mengalami kerusakan. Kebijakan pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi befungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan

11.2.1.3. Meningkatkan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses kegiatan Kebijakan ini diarahkan untuk menumbuhkembangkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap upaya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi melalui proses pendampingan, penyuluhan dan pembinaan serta mengupayakan pengelolaan jaringan irigasi dengan system kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat.

11.2.1.4. Meningkatkan upaya pemanfaatan sumberdaya air secara lestari dan berkelanjutan termasuk perlindungan daerah-daerah tangkapan air; Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan upaya optimalisasi pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah ekologi dan kelestarian lingkungan serta melindungi daerah tangkapan air/peresapan dari degradasi daerah aliran sungan, kebijakan alih fungsi lahan serta pemanfaatan ruang yang tidak sesuai konsep penataan ruang.

11.2.1.5. Melaksanakan penataan dan pengembangan sarana dan prasarana air bersih khususnya pada wilayah terpencil dan terisolasi Rendahnya ketersediaan prasarana penyedia air baku di perdesaan dan daerah terpencil menyebabkan tingginya eksploitasi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan pokok sehari-hari. Kebijakan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana sumber daya air yang sesuai dengan standar pelayanan minimal ditempuh melalui peningkatan cakupan kualitas layanan air baku secara optimal, berkelanjutan, adil dan merata yang ditempuh dengan memprioritaskan pemenuhan air untuk kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah defisit air serta pada wilayah tertinggal dan terpencil.

11.2.1.6. Mendorong rasa memiliki masyarakat pengguna air, yang merupakan faktor penting untuk menjamin keberlanjutan fungsi infrastruktur Kinerja kelembagaan pengelolaan sumber daya air belum optimal. Pelaksanaan pengelolaan sumber daya air masih kurang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Koordinasi antar instansi, antar pemerintah dan antar pemangku kepentingan belum optinal akibat pendekatan yang bersifat sektoral dan pembagian urusan dan tranggungjawab yang masih tumpang tindih. Disisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air masih rendah karena kurangnya pemahaman atas fungsi social, ekonomi dan lingkungan dari air. Olehnya itu, dalam upaya menjamin keberlanjutan fungsi infrastruktur sumber daya air, dilaksanakan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat dalam

Page 124: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 175 Kabupaten Bone Bolango

menjaga dan melestarikan serta memahami arti penting dari keberadaan infrastruktur tersebut.

11.2.1.7. Melakukan penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan Sistem data dan informasi sulit untuk diintegrasikan sehingga belum mampu mendukung efektifitas kinerja pengelolaan sumber daya air. Kualitas data dan informasi juga belum memenuhi standar. Kebijakan peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data dan informasi dalam pengelolaan sumber daya air ditempuh dengan membentuk jaringan informasi sumber daya air antar pemangku kepentingan, membangun dan mengoptimalkan jaringan basis data serta metode/proses pengumpulan data dan informasi, serta melakukan pengumpulan, pemutakhiran dan sinkronisasi data dan informasi secara rutin.

6,5. AGENDA MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

YANG BERKELANJUTAN

Prioritas 12. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan yang Berkelanjutan Sasaran 12.1. Meningkatnya kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Strategi 12.1.1. Pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan Kebijakan: 12.1.1.1. Memperkuat instrumen pendukung pengelolaan lingkungan yang

meliputi kapasitas kelembagaan dan regulasi daerah serta penegakannya secara konsisten; Berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup telah dilakukan, namun pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup masih terjadi. Di beberapa lokasi, tingkat pencemaran terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayatinya sudah melebihi baku mutu lingkunga, Akibatnya daya dukung dan data tampung lingkungan dalam mendukung program-program pembangunan menjadi menurun. Permasalahan lainnya yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan adalah rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola. Selain berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, pemanfaatan dan pengelolaan SDA sebagai sumber daya ekonomi juga berpotensi menimbulkan konflik antar daerah karena tidak adanya kejelasan hak dan kewenangan untuk mencapai pengelolaan

Page 125: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 176 Kabupaten Bone Bolango

SDA dan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan lestari. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi konflik dengan perumusan dan pengkajian peraturan-peraturan mengenai perlindungan lingkungan dan penegakkan hukumnya secara konsisten. Arah kebijakan ini ditujukan untuk terjaganya kelestarian SDA dan LH dan kemampuan SDA dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, meningkatnya sumberdaya manusia pengelola lingkungan, menguatnya kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup, harmonisnya kerangka regulasi dan terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan lingkungan hidup serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH sebagai dasar perencanaan pembangunan.

12.1.1.2. Menerapkan studi amdal pada kegiatan-kegiatan pembangunan serta meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan; Memperhatikan kondisi umum lingkungan hidup saat ini, maka diperlukan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan didukung program-program lintas sektor. Untuk mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya tampung lingkungan hidup, kerangka regulasi diarahkan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang dapat mendukung program pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, antara lain dengan penerapan studi AMDAL pada kegiatan-kegiatan pembangunan di Kabupaten Bone Bolango. Selain itu, upaya lainnya yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah dalam upaya pengendalian dampak kerusakan lingkungan akibat pelaksanaan program/kegiatan pembangunan dapat ditempuh melalui: pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sektor pembangunan. Selain itu, dapat ditempuh juga melalui perbaikan kerangka regulasi dan peningkatan upaya penegakkan hukum lingkungan secara konsisten, penerapan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan dunia usaha.

12.1.1.3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan melalui penguatan SDM pengelola lingkungan dan pembentukan Komisi Amdal Salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam penanganan kerusakan lingkungan hidup adalah rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan dan penguatan institusi pengelola lingkungan melalui pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan teknis bagi aparat, mengevaluasi kembali pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD pengelola lingkungan hidup serta pembentukan Komisi AMDAL Daerah.

Page 126: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 177 Kabupaten Bone Bolango

12.1.1.4. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan serta merehabilitasi kawasan bekas pertambangan; Pengurangan dampak negatif akibat dari kegiatan pertambangan dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan, baik air, tanah maupun udara, yang berlebihan akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral dan energi. Kegiatan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan diharapkan dapat mengurangi kegiatan pertambangan yang berdampak kerusakan lingkungan. Kebijakan ini dapat ditempuh melalui pembentukan pos pengaduan dan penyelesaian sengketa lingkungan hidup, monitoring dan evaluasi secara berkala kegiatan pertambangan, pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan sosialisasi. Sementara untuk mengembalikan fungsi baku lingkungan, dilaksanakan melalui rehabilitasi kawasan bekas pertambangan.

12.1.1.5. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya Secara umum permasalahan, hambatan dan tantangan dalam pembangunan kehutanan adalah belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan dalam rangka pelestarian, pengawetan dan pemanfaatan sumber daya hutan serta masih tingginya deforestasi dan degradasi hutan. Penyebab belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan karena belum terselesaikannya tata batas kawasan hutan, belum optimalnya sumber daya pengelola hutan, kejadian kebakaran hutan dan demografi, serta kurangnya partisipasi masyarakat. Untuk itu, pembangunan sumberdaya hutan ke depan tidak lagi difokuskan pada pemanfaatan kayu saja, tetapi perlu melihat manfaat hutan dalam mempertahankan keseimbangan siklus hidrologi. Pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan di daerah, perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembangunan kehutanan di daerah. Kebijakan peningkatan pengelolaan sumber daya hutan antara lain di arahkan untuk meningkatkan pengelolaan konservasi dan pendayagunaan taman nasional, memantapkan kawasan hutan, selesainya penunjukkan kawasan pengganti prosentase dari proses tukar menukar kawasan hutan dengan kawasan kompensasi, meningkatkan kelembagaan pengelola kawasan konservasi, kemandirian dan produktivitas, meningkatkan akses dan keterkaitan masyarakat dalam kegiatan konservasi yang dilaksanakan melalui collaborative management dan pemberdayaan masyarakat disekitar hutan, meningkatkan perlindungan dan pengamanan hutan dari berbagai macam ancaman (illegal loging perdagangan tumbuhan dan satwa liar secara ilegal, dan perambahan), meningkatkan upaya

Page 127: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 178 Kabupaten Bone Bolango

penegakkan hukum tindak pidana kehutanan, meningkatkan upaya pengawasan hutan melalui pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), melaksanakan program nasional gerakan rehabilitasi lahan (GERHAN) serta meningkatkan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin ketersediaan air.

12.1.1.6. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup. Masyarakat umumnya menganggap bahwa sumber daya alam akan tersedia selamanya dalam jumlah yang tidak terbatas, secara cuma-cuma. Air, udara, iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak akan pernah habis. Demikian pula pandangan bahwa lingkungan hidup akan selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya sendiri. Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak termotivasi untuk ikut serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya. Hal ini dipersulit dengan adanya berbagai masalah mendasar seperti kemiskinan, rendahnya pengetahuan, dan keserakahan. Tindak lanjut dari permasalahan membangun kesadaran masyarakat tersebut adalah: mengintensifkan kegiatan sosialisasi mengenai peraturan perundang–undangan bidang lingkungan hidup kepada masyarakat dan swasta, melaksanakan perlindungan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber air permukaan untuk irigasi pertanian dan sumber air bawah tanah untuk keperluan rumah tangga dimana semua pengaturan ini dimaksudkan agar tidak terjadi eksploitasi sumber air secara berlebihan, mengikutsertakan masyarakat pada kegiatan rehabilitasi hutan, serta perluasan akses masyarakat miskin terhadap SDA dan LH.

12.1.1.7. Meningkatkan upaya konservasi laut, dan wilayah pesisir, serta mengendalikan perusakan lingkungan dan merehabilitasi ekosistem yang rusak; Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat sehingga menyebabkan menurunnya ketersediaan sumber daya plasma nutfah dan meluasnya abrasi pantai. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi hutan mangrove serta terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang lamun telah mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity). Erosi ini juga diperburuk oleh perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang kurang tepat. Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai disebabkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan perairannya. Sementara itu, laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus meningkat. Beberapa muara sungai di gorontalo mengalami pendangkalan yang cepat, akibat tingginya laju sedimentasi yang disebabkan oleh kegiatan di lahan atas yang tidak dilakukan dengan benar, bahkan mengabaikan asas konservasi tanah. Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut juga berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama pencemaran pesisir dan laut

Page 128: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 179 Kabupaten Bone Bolango

terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan pertambangan. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing) yang kerap terjadi. Penambangan terumbu karang masih terjadi dimana-mana yang memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut. Kebijakan peningkatan rehabilitasi, konservasi, pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dapat dilakukan melalui: membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya laut dan pesisir dengan meningkatkan kapasitas pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), penegakkan hukum yang konsisten, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir dan laut, melaksanakan konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir yang meliputi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun, peningkatan penerapan hasil-hasil riset teknologi kelautan untuk mendukung pembangunan kelautan, serta meningkatkan penyediaan informasi dan statistik kelautan yang akurat dan tepat. Selain itu, dalam proses pembangunan kelautan dan perikanan bukan hanya melibatkan pemerintah saja, namun peran swasta pun sangat diperlukan. Pemerintah berperan dalam hal pengaturan, pengawasan maupun pembinaan melalui pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sektor sedangkan yang bersifat usaha diharapkan peran swasta dan masyarakat perikanan pada umumnya untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia secara berkesinambungan serta tetap menjaga kelestariannya.

12.1.1.8. Meningkatkan koordinasi internal pemerintahan serta koordinasi antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan; Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sebagai sumber daya ekonomi berpotensi menimbulkan konflik antar daerah. Hal ini dipengaruhi ketidakpastian hak dan kewenangan untuk mencapai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan lestari. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi konflik dengan mengkaji peraturan-peraturan mengenai perlindungan lingkungan dan penegakkan hukumnya secara konsisten, serta membangun mekanisme penyelesaian konflik tingkat daerah melalui meningkatkan koordinasi internal serta konsultasi antar wilayah khususnya urusan penataan ruang yang menjadi urusan bersama antar pemerintah kabupaten dengan pemerintah provinsi untuk mencegah timbulnya konflik antar sektor pembangunan, serta antara wilayah ekologis dengan administratif dalam hal pemanfaatan SDA dan lingkungan.

12.1.1.9. Melaksanakan pemantauan status lingkungan hidup secara berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim adalah rendahnya kapasitas

Page 129: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 180 Kabupaten Bone Bolango

sumber daya manusia dan institusi pengelola, serta ketersediaan data dan informasi yang perlu diperbaiki. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan institusi serta peningkatan kapasitas pelayanan serta ketersediaan data dan informasi yang cepat dan akurat, sehingga memudahkan pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan dan tindakan.

Strategi 12.1.2. Peningkatan manajemen Penanggulangan Bencana Alam Kebijakan: 12.1.2.1. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup

terutama dalam menangani masalah yang bersifat akumulasi, fenomena alam yang bersifat musiman dan bencana.

Salah satu penyebab terjadinya bencana adalah akibat dari kerusakan lingkungan, sementara permasalahan dan tantangan yang di hadapi dalam upaya pengelolaan lingkungan adalah masih terbatasnya kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan. Dalam kerangka peningkatan kapasitas kelembagaan lingkungan hidup untuk terjaganya kelestarian SDA dan LH dan kemampuan SDA dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, maka diupayakan meningkatnya sumberdaya manusia pengelola lingkungan, serta menguatnya kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup, yang ditunjang dengan harmonisnya kerangka regulasi dan terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan lingkungan hidup serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH sebagai dasar perencanaan pembangunan.

12..1.2.2. Memetakan potensi bencana dan titik-titik wilayah rawan bencana serta strategi penanggulangannya. Kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Bone Bolango, berpotensi timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks. Kompleksitas permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penaggulangan yang matang, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Setiap daerah mempunyai karakteristik ancaman dan risiko bencana yang berbeda, akan tetapi pola penanggulangan bencana harus dilakukan dengan pola yang sama.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana adalah penilaian resiko (pemetaan daerah rawan dan analisis resiko), pendidikan dan pelatihan (TOT) kepada aparat dan masyarakat, membangun pusat pengendalian operasi, penyusunan pedoman dan protap sebagai upaya untuk membangun mekanisme penanganan bencana yang efektif dan efisien, peningkatan kewaspadaan masyarakat, mengurangi resiko bencana serta kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Page 130: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 181 Kabupaten Bone Bolango

12.1.2.3. Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan risiko bencana dan memperkuat peringatan dini. Strategi pengurangan resiko bencana sebagai prioritas daerah dilaksanakan melalui identifikasi, pengkajian dan pemantauan resiko bencana serta penerapan sistem peringatan dini, yang pelaksanaannya diarahkan untuk pembuatan peta kawasan rawan bencana (KRB), pembuatan peta kebencanaan, pembangunan basis data bencana dan peta mikrozona rawan bencana, membangun system informasi rawan bencana, serta mengembangan budaya keselamatan dan ketahanan ditingkat masyarakat.

12.1.2.4. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektif. Salah satu upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sehubungan dengan memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana, pemerintah daerah dapat mengambil langkah-langkah: (1) identifikasi sumber daya (manusia, personil, peralatan dll); (2) identifikasi kemampuan penanganan kedaruratan; (3) penempatan logistik bantuan darurat sedekat mungkin dengan daerah Bencana, diperlukan gudang/depo; (4) pengembangan deteksi dan peringatan dini; (5) pembuatan kontingensi Plan; (6) pembuatan Rencana Operasi; dan (7) gladi kesiapan penanganan bencana yang dilakukan secara rutin.

12.1.2.5. Meningkatkan upaya penanggulangan banjir dengan mengutamakan pendekatan non konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan DAS dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah. Penanggulangan bencana dapat dilaksanakan melalui beberapa cara atau mekanisme. Salah satu penyebab bencana adalah kerusakan ekosistem hutan akibat tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan. Walaupun belum sampai ketingkat yang rusak parah, namun kerusakan hutan di daerah Bone Bolango cukup mengkwatirkan dimana dapat membawa bencana alam bagi daerah sendiri maupun daerah lain. Pada beberapa tahun terakhir ini, Kota Gorontalo dan beberapa kecamatan di Bone Bolango mengalami banjir akibat luapan air dari aliran sungai Bone maupun sungai Bolango. Untuk menanggulangi bencana banjir tersebut maka langkah-langkah preventif yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah antara lainnya adalah menerapkan konsep pembangunan hutan yang berkelanjutan melalui upaya rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis serta perlindungan dan konservasi sumber daya hutan pada daerah aliran sungai (DAS) yang terintegrasi dengan rencana penataan wilayah.

12.1.2.6. Mengamankan kawasan pesisir pantai dari abrasi terutama pada pusat-pusat pemukiman dan kegiatan ekonomi. Kerusakan ekosistem laut dan pesisir telah menyebabkan terjadinya abrasi pantai, yang pada beberapa tahun terakhir ini telah menyebabkan kerusakan rumah penduduk serta terganggunya kegiatan ekonomi masyarakat akibat tergerusnya tempat usaha,

Page 131: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 182 Kabupaten Bone Bolango

tanah dan kebun masyarakat. Terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang lamun telah mengakibatkan erosi pantai. Untuk itu, disamping kebijakan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengaman pantai, penting juga melaksanakan konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir yang meliputi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

12.1.2.7. Meningkatkan kerjasama pemerintah dan masyarakat pada tahap pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggapan, dan pemulihan sesuai kebijakan otonomi daerah. Upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana, tidak akan berhasil tanpa campur tangan dan partisipasi masyarakat. Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban bencana harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana, sehingga diharapkan bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar. Pelibatan masyarakat dilaksanakan dari tahap pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggapan sampai dengan pemulihan, untuk meningkatkan upaya penanggulangan bencana. Hal ini dapat diwujudkan melalui pengembangan budaya keselamatan dan ketahanan ditingkat masyarakat, pendidikan dan pelatihan serta penerapan gladi kesiapan penanganan bencana yang dilakukan secara rutin.

Page 132: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 183 Kabupaten Bone Bolango

BAB VII

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan beserta indikator kinerja yang diharapkan dapat tercapai selama periode RPJM Daerah Tahun 2011 - 2015.

1. MISI PERTAMA : Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis

1.1. Agenda 1 : Melaksanakan reformasi birokrasi pemerintahan daerah dan tata kelola pemerintahan

Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka menjalankan agenda melaksanakan reformasi birokrasi pemerintahan daerah dan tata kelola pemerintahan adalah:

1.1.1. Reformasi birokrasi Sasaran dari prioritas ini adalah optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan pemerintah daerah. Program yang akan dilaksanakan yaitu: 1. Program penataan daerah otonom (organisasi dan manajemen

pemerintahan). 2. Program peningkatan disiplin aparatur; 3. Program peningkatan kelembagaan dan kapasitas

pemerintahan desa/kelurahan; 4. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun desa; 5. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa; 6. Program pembinaan serta pengembangan aparatur

pemerintahan daerah. 1.1.2. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa

Sasaran dari prioritas ini adalah terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik, penuh integritas, taat kepada hukum yang berwibawa, transparan, profesional, dan akuntabel. Program yang akan dilaksanakan melalui prioritas ini adalah: 1. Program pengembangan data dan transparansi informasi

daerah; 2. Program pengembangan kerjasama pembangunan; 3. Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan

pembangunan daerah;

Page 133: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 184 Kabupaten Bone Bolango

4. Program perencanaan pembangunan daerah; 5. Program perencanaan pembangunan ekonomi; 6. Program perencanaan sosial dan budaya; 7. Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya

alam; 8. Program peningkatan sistem pengawasan internal dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH; 9. Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan

aparatur pengawasan; 10. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan

prosedur pengawasan. 15. Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan

keuangan daerah; 16. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan

kabupaten/kota; 17. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa; 18. Program Pendidikan Kedinasan; 19. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur; 20. Program pengembangan wawasan kebangsaan; 21. Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan; 22. Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban

dan keamanan; 23. Program pendidikan politik masyarakat; 24. Program perbaikan sistem administrasi kearsipan; 25. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah; 26. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana

kearsipan; 27. Program peningkatan kualitas pelayanan informasi; 28. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media

Massa; 29. Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan

komunikasi; 30. Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan

informasi; 1.1.3. Peningkatan pelayanan publik

Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan publik yang berorientasi kebutuhan masyarakat. Program utama yang akan dilaksanakan yaitu: 1. Program pelayanan administrasi perkantoran; 2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur; 3. Program fasilitasi mutasi Pegawai Negeri Sipil; 4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur; 5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

kinerja dan keuangan; 6. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil

kepala daerah; 7. Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat

daerah; 8. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi;

Page 134: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 185 Kabupaten Bone Bolango

9. Program peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah; 10. Program penataan peraturan perundang-undangan; 11. Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah; 12. Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan; 13. Program penataan administrasi kependudukan; 14. Program kerjasama informasi dengan mas media;

1.1.4. Penegakkan supremasi hukum Sasaran dari prioritas ini adalah tegaknya hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif dan memihak pada rakyat kecil. Program yang akan dilaksanakan melalui prioritas ini adalah: 1. Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat; 2. Program penataan peraturan perundang-undangan; 3. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan; 4. Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak

kriminal; 5. Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat

(pekat); 6. Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam

pendayagunaan sumberdaya laut;

2. MISI KEDUA : Menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan

2.1. Agenda 2 : Menciptakan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat yang berkualitas dan berkeadilan

Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka menjalankan agenda menciptakan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat yang berkualitas dan berkeadilan adalah: 2.1.1. Peningkatan kualitas layanan pendidikan yang terjangkau dan

bermutu. Sasaran prioritas ini adalah meningkatnya aksesbilitas dan mutu pendidikan masyarakat serta meningkatnya kualitas pembinaan pemuda dan olahraga. Program utama yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program pendidikan anak usia dini; 2. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun; 3. Program pendidikan menengah; 4. Program pendidikan non formal; 5. Program pendidikan luar biasa; 6. Program fasilitasi/pembinaan pendidikan tinggi 7. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; 8. Program pengembangan budaya baca dan pembinaan

perpustakaan; 9. Program manajemen pelayanan pendidikan;

Page 135: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 186 Kabupaten Bone Bolango

10. Program pengembangan nilai budaya; 11. Program pengelolaan kekayaan budaya; 12. Program pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda; 13. Program peningkatan peran serta kepemudaan; 14. Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan

kecakapan hidup pemuda; 15. Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba; 16. Program pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga; 17. Program pembinaan dan pemasyarakatan olah raga; 18. Program peningkatan sarana dan prasarana olah raga;

2.1.2. Pemerataan pelayanan kesehatan Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dengan program utama, yaitu: 1. Program obat dan perbekalan kesehatan; 2. Program upaya kesehatan masyarakat; 3. Program pengawasan obat dan makanan; 4. Program instalasi farmasi 5. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 6. Program perbaikan gizi masyarakat; 7. Program penyehatan lingkungan; 8. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular; 9. Program standarisasi pelayanan kesehatan; 10. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin; 11. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan

prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya; 12. Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah

sakit; 13. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit; 14. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan; 15. Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan; 16. Program peningkatan kesehatan ibu dan anak.

2.1.3. Penyetaraan gender, perlindungan anak dan manula Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya kualitas hidup, peran dan partisipasi perempuan dalam pembangunan serta meningkatnya kualitas hidup serta perlindungan anak dan manula. Program yang akan dilaksanakan melalui prioritas ini adalah: 1. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan; 2. Program pendidikan anak usia dini; 3. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita; 4. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia; 5. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan

perempuan; 6. Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan

anak; 7. Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan

perempuan;

Page 136: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 187 Kabupaten Bone Bolango

8. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan;

9. Program keluarga berencana; 10. Program kesehatan reproduksi remaja; 11. Program pelayanan kontrasepsi; 12. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan

KB/KR yang mandiri; 13. Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui

kelompok kegiatan dimasyarakat; 14. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan

konseling KRR; 15. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk

HIV/AIDS; 16. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan

dan pembinaan tumbuh kembang anak; 17. Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina

keluarga; 18. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-

PADU; 19. Program pembinaan anak terlantar; 20. Program pembinaan panti asuhan /panti jompo;

2.2. Agenda 3 : Mewujudkan pertumbuhan dan struktur ekonomi yang kokoh dan dinamis

Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka menjalankan agenda mewujudkan pertumbuhan dan struktur ekonomi yang kokoh dan dinamis adalah: 2.2.1. Peningkatan pendapatan masyarakat

Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat dan pengurangan angka kemiskinan; Program utama yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil

(KAT) dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya;

2. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial; 3. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial; 4. Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma; 5. Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks

narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya); 6. Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial; 7. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; 8. Program peningkatan kesempatan kerja; 9. Program perlindungan dan pengembangan lembaga

ketenagakerjaan. 2.2.2. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis produk unggulan

lokal.

Page 137: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 188 Kabupaten Bone Bolango

Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah yang kokoh dan berkelanjutan, dengan program utama yang akan dilaksanakan, meliputi: 1. Program penciptaan iklim usaha usaha kecil menengah yang

konduksif; 2. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan

kompetitif usaha kecil menengah; 3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha

mikro kecil menengah; 4. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi; 5. Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi; 6. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi; 7. Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana

daerah; 8. Program perlindungan konsumen dan pengamanan

perdagangan; 9. Program peningkatan kerjasama perdagangan internasional; 10. Program peningkatan dan pengembangan ekspor; 11. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri; 12. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan; 13. Program peningkatan kapasitas iptek sistem produksi; 14. Program pengembangan industri kecil dan menengah; 15. Program peningkatan kemampuan teknologi industri; 16. Program penataan struktur industri; 17. Program pengembangan sentra-sentra industri potensial 18. Program peningkatan kesejahteraan petani; 19. Program peningkatan ketahanan pangan

(pertanian/perkebunan); 20. Program peningkatan pemasaran hasil produksi

pertanian/perkebunan; 21. Program peningkatan penerapan teknologi

pertanian/perkebunan; 22. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 23. Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan

lapangan; 24. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak; 25. Program peningkatan produksi hasil peternakan; 26. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan; 27. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan; 28. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir; 29. Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan

maritim kepada masyarakat; 30. Program pengembangan budidaya perikanan; 31. Program pengembangan perikanan tangkap; 32. Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan; 33. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi

perikanan; 34. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan

air tawar

Page 138: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 189 Kabupaten Bone Bolango

2.2.3. Optimalisasi objek-objek wisata sebagai sumber pendapatan

daerah. Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya peran dan fungsi wilayah kawasan guna pengembangan pariwisata daerah dalam menunjang pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan pendapatan daerah serta pelestarian budaya daerah. Kegiatan utama yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program pengelolaan keragaman budaya; 2. Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan

budaya; 3. Program pengembangan pemasaran pariwisata; 4. Program pengembangan destinasi pariwisata; 5. Program pengembangan kemitraan.

2.3. Agenda 4 : Mewujudkan pembangunan infrastruktur wilayah yang merata dan berkualitas

Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka menjalankan agenda mewujudkan pembangunan infrastruktur wilayah yang merata dan berkualitas adalah: 2.3.1. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur dasar yang

berkualitas. Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya aksesbilitas wilayah serta meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian, dan industri dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian, dengan program utama yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program pembangunan jalan dan jembatan; 2. Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong; 3. Program pembangunan turap/talud/bronjong; 4. Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan; 5. Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong; 6. Program inspeksi kondisi jalan dan jembatan; 7. Program tanggap darurat jalan dan jembatan; 8. Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan

jembatan; 9. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan; 10. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa

dan jaringan pengairan lainnya; 11. Program penyediaan dan pengelolaan air baku; 12. Program pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai,

danau dan sumber daya air lainnya; 13. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air

limbah; 14. Program pengendalian banjir; 15. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; 16. Program percepatan pembangunan daerah tertinggal

Page 139: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 190 Kabupaten Bone Bolango

17. Program pengembangan desa-desa pertumbuhan. 18. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan; 19. Program pengembangan perumahan; 20. Program lingkungan sehat perumahan; 21. Program pemberdayaan komunitas perumahan; 22. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; 23. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya

kebakaran; 24. Program perencanaan tata ruang; 25. Program pemanfaatan ruang; 26. Program pengendalian pemanfaatan ruang; 27. Program pengembangan wilayah perbatasan; 28. Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan

cepat tumbuh; 29. Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan

besar; 30. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana; 31. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan; 32. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

LLAJ; 33. Program peningkatan pelayanan angkutan; 34. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan; 35. Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas; 36. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan

bermotor; 37. Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan

iklim laut; 38. Program pengembangan wilayah transmigrasi; 39. Program transmigrasi lokal; 40. Program transmigrasi regional

2.4. Agenda 5 : Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan

Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dalam rangka menjalankan agenda mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan adalah: 2.4.1. Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan

Sasaran dari prioritas ini adalah meningkatnya kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Program utama yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan; 2. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup; 3. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam; 4. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya

alam; 5. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber

daya alam dan lingkungan hidup;

Page 140: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 191 Kabupaten Bone Bolango

6. Program peningkatan pengendalian polusi; 7. Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan

dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan; 8. Program pengendalian kebakaran hutan; 9. Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan

laut; 10. Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH); 11. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana

alam 12. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa

dan jaringan pengairan lainnya; 13. Program penyediaan dan pengelolaan air baku; 14. Program pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai,

danau dan sumber daya air lainnya; 15. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air

limbah; 16. Program pengendalian banjir; 17. Program pemanfaatan ruang; 18. Program pengendalian pemanfaatan ruang; 19. Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan; 20. Program rehabilitasi hutan dan lahan; 21. Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan; 22. Program pemanfaatan kawasan hutan industri; 23. Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan; 24. Program perencanaan dan pengembangan hutan; 25. Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan; 26. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang

berpotensi merusak lingkungan; 27. Program pembinaan dan pengembangan bidang

ketenagalistrikan; 28. Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan

pengendalian sumberdaya kelautan.

Page 141: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 192 Kabupaten Bone Bolango

BAB VIII

P E N U T U P

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 – 2015 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010 – 2014. Dokumen strategis ini memuat Visi, Misi, Strategi dan Arah Kebijakan Daerah Jangka Menengah yang merupakan penjabaran Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Bone Bolango terpilih Tahun 2010-2015. Hal ini sesuai dengan amanat dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015, dijadikan pedoman dalam: 1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran.

2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten serta dengan daerah yang berbatasan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 selanjutnya menjadi acuan pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bone Bolango untuk tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015.

Sehubungan dengan hal tersebut, ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bone Bolango dengan

didukung oleh Instansi Vertikal yang ada di Wilayah Kabupaten Bone Bolango, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 dengan sebaik-baiknya.

2. Bupati, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan RPJM Daerah Kabupaten Bone Bolango 2011-2015 dengan mengerahkan semua potensi dan kekuatan daerah.

3. Sekretaris Daerah, berkewajiban mengkoordinasikan dan menjadi Pelaksana Harian dalam pelaksanaan RPJM Daerah Kabupaten Bone Bolango 2011 – 2015.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bone Bolango berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Kabupaten Bone Bolango serta menjamin konsistensinya.

5. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bone Bolango berkewajiban untuk melakukan pemantauan, fasilitasi dan mediasi terhadap penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Page 142: Rpjmd Bone Bolango 200-2015

Bab I. RPJMD TAHUN 2011-2015 193 Kabupaten Bone Bolango

2011-2015 ke dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bone Bolango.

6. Dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango tahun 2011-2015 perlu mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Bone Bolango agar terwujud keselarasan dan kesinambungan pembangunan daerah.

7. Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 dilakukan pada tahun ketiga dan pada akhir masa jabatan Bupati terhadap indikator kinerja misi, sedangkan evaluasi tahunan dilakukan terhadap indikator kinerja program dengan data yang diperoleh dari lembaga resmi atau survey yang dilakukan oleh Bappeda Bone Bolango atau unit lainnya yang diberi wewenang.

8. Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Bone Bolango tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015, maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005-2010 dinyatakan tidak berlaku lagi.

10. Mengingat masa bakti Bupati dan Wakil Bupati akan berakhir pada tahun 2015, maka untuk mengisi kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah yang ada, dipandang perlu untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Transisi Tahun 2015.

Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011-2015, sangat tergantung dari kesepakatan, kesepahaman, konsistensi dan komitmen bersama antara Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone Bolango dan pihak legislatif di DPRD serta pemangku kepentingan di Bone Bolango pada Tahun 2011-2015.

Plt. BUPATI BONE BOLANGO WAKIL BUPATI,

H A M I M P O U