rpi 21 pengolahan hhk

24
Pengolahan Hasil Hutan Kayu KODEFIKASI RPI 21

Upload: mutiakhairunnisa

Post on 14-Feb-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

................

TRANSCRIPT

Page 1: RPI 21 Pengolahan HHK

Pengolahan Hasil Hutan Kayu

KODEFIKASIRPI 21

Page 2: RPI 21 Pengolahan HHK

LEMBAR PENGESAHAN                                                                                                                 

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF  (RPI) 

TAHUN 2010 ‐ 2014 

 

PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU 

 

Jakarta,   Februari 2010 

                          

Disetujui Oleh: 

Kepala Pusat, 

 Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS.   NIP. 19500703 197903 1 001  

  Koordinator 

 Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. NIP. 19580705 198903 1 007 

 Mengesahkan : Kepala Badan, 

 Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP. 19560929 198202 1 001 

 

Page 3: RPI 21 Pengolahan HHK

565Pengolahan Hasil Hutan Kayu

LEMBAR PENGESAHAN                                                                                                                 

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF  (RPI) 

TAHUN 2010 ‐ 2014 

 

PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU 

 

Jakarta,   Februari 2010 

                          

Disetujui Oleh: 

Kepala Pusat, 

 Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS.   NIP. 19500703 197903 1 001  

  Koordinator 

 Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. NIP. 19580705 198903 1 007 

 Mengesahkan : Kepala Badan, 

 Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP. 19560929 198202 1 001 

 

Page 4: RPI 21 Pengolahan HHK
Page 5: RPI 21 Pengolahan HHK

567Pengolahan Hasil Hutan Kayu

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................ 565

Daftar Isi ................................................................................................... 567

I. ABSTRAK .........................................................................................569

II. LATAR BELAKANG .........................................................................569

III. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 573

IV. HIPOTESIS ....................................................................................... 575

V. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................. 576

VI. LUARAN .......................................................................................... 577

VII. RUANG LINGKUP ............................................................................ 578

VIII. METODOLOGI ................................................................................. 579

IX. RENCANA TATA WAKTU .................................................................580

X. RENCANA LOKASI............................................................................581

XI. RENCANA ANGGARAN ....................................................................581

XII. ORGANISASI ................................................................................... 582

XIII. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 583

XIV. KERANGKA KERJA LOGIS ...............................................................584

Page 6: RPI 21 Pengolahan HHK
Page 7: RPI 21 Pengolahan HHK

569Pengolahan Hasil Hutan Kayu

I. ABSTRAKIndonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya

alam yang sangat kaya, selain sumber daya hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman, dengan berbagai jenis kayu, baik yang sudah dikenal maupun belum diketahui jenisnya atau bahan berlignoselulosa lainnya yang potensial untuk berbagai produk. Perkembangan teknologi dalam kurun waktu 10 tahun ini telah memberikan peluang memproduksi dolok berdiameter kecil dari hutan tanaman, yang melimpah pada diameter kisaran 9 -17 cm, salah satu cara penanganan yang lebih baik saat pasca tebang kayu tersebut sebelum dolok/kayu diolah lebih lanjut antara lain melalui teknik pengembangan penggergajian dolok kering akan meningkatkan rendemen dan kualitas kayu gergajiannya dibandingkan dengan teknikkonvensional,efisiensipengolahankayutanamancepattumbuhmelaluipenerapan bagan pengeringan berdasarkan sifat dan kualitas kayu. Dalam hal aplikasi teknologi pemanfaatan kayu berdiameter kecil dari hutan tanaman maupun bahan berlignoselulosa lain akan dikembangkan penelitian teknologi peningkatan kayu jenis andalan setempat untuk produk kayu pertukangan, pengembangan produk bambu komposit untuk bahan mebel dan bangunan, teknik produksi resorsinol alami untuk bahan perekat produk kayu komposit, teknologi reduksi emisi formaldehida produk panel kayu dengan arang aktif, dan penyusunan standar nasional produk kayu pertukangan.

Kata kunci: Kayu pertukangan HTI, daur teknis, bambu komposit, resorsinol alami, emisi formaldehida

II. LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, semua kegiatan harus memperhatikan aspek lingkungan. Oleh karena itu diperlukan sikap kearifan yang tinggi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Namun kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa untuk memenuhi kebutuhan manusia akan produk-produk kayu olahan yang terus meningkat semakin sulit dipenuhi karena ketersediaan kayu komersial berdiameter besar dari hutan alam tropis untuk pasokan industri pengolahan kayu semakin terbatas dan langka. Oleh karena itu, perlu solusi guna memenuhi kebutuhan bahan baku kayu dari jenis alternatif. Salah satunya adalah dari hutan tanaman yang umumnya berdiameter kecil, yang hingga kini masih dianggap sebagai kayu bernilai rendah, padahal potensinya cukup besar. Salah satu kelemahan sifat kayu yang berasal dari hutan tanaman adanya sifat inferior kayu reaksi yang disinyalir dapat mempersulit pengerjaan dalam pengolahannya, sehingga mempengaruhi macam dan mutu produk pengolahan kayunya (Hunt, 2000). Dengan demikian perlu berbagai upaya

Page 8: RPI 21 Pengolahan HHK

570 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

memecahkan masalah dalam pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu hutan tanaman khususnya untuk produk pertukangan, di antaranya dengan membentuk kayu–kayu ber-diameter kecil dari hutan tanaman sebagai balok girder, balok lamina maupun produk kayu komposit untuk berbagai produk kayu pertukangan.

Perkembangan teknologi pengolahan kayu dalam kurun waktu 10 tahun ini telah memberikan peluang memproduksi dolok berdiameter kecil dari hutan tanaman, yang melimpah pada diameter kisaran 9 -17 cm atau lebih. Untuk kayu - kayu yang berasal dari pohon cepat tumbuh di hutan tanaman cenderung mempunyai sifat inferior cacat bentuk seperti memang-kuk pada arah lebar, menggelinjang dan membusur pada arah memanjang kayu (Haygreen dan Bowyer, 1989). Hal ini berakibat menurunnya rendemen dan kualitas kayu penggergajian. Demikian pula halnya dengan adanya serangan organisme perusak kayu blue stain yang menurunkan kualitas kayu. Belum lagi adanya bahan ekstraktif yang sering menghambat jalannya perputaran mesin pengerjaan kayu. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah selama proses pengolahannya. Salah satu solusi mengatasinya yaitu dengan cara penanganan yang lebih baik saat pasca tebang kayu, sebelum dolok/kayu diolah lebih lanjut. Dengan teknik pengembangan penggergajian dolok kering, diharapkan akan meningkatkan rendemen dan kualitas kayu gergajiannya dibandingkan dengan teknik konvensional.

Banyak jenis kayu HTI berkualitas tinggi yang potensinya cukup besar namun sulit dikeringkan karena kadar air kayu segarnya sangat tinggi (kadar air 125- 207 %) dan memerlukan waktu pengeringan yang sangat lama untuk mendapatkan kadar air yang dipersyaratkan. Upaya mempercepat proses pengeringan pada kayu tanpa menurunkan kualitasnya disinyalir dapat melalui perlakuan peneresan sebelum pohon ditebang, dan guna mencegah ketidakseragaman warna kayu yang dikeringkan akan dicoba diatasi dengan teknik pengeringan tepat guna. Untuk itu akan dilakukan penelitian tentang efisiensi pengolahan kayu tanaman cepat tumbuh melalui penerapan bagan pengeringan berdasarkan sifat dan kualitas kayu. Kelemahan lain yang banyak dikeluhkan tentang kayu dari jenis HTI adalah rendahnya stabilitas dimensi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka akan dilakukan pula karakterisasi dan peningkatan stabilitas dimensi pada salah satu jenis kayu HTI, yaitu rasamala (Altingia excelsa Noronha).

Saat ini, daya saing industri pulp dan kertas Indonesia berada pada peringkat 12 dunia. Padahal Indonesia mempunyai keunggulan komparatif berupa iklim tropis yang dapat menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi dibanding negara-negara temperate. Rendahnya daya saing antara lain, sangat ditentukan oleh produktivitas pada proses industri, efisiensi,

Page 9: RPI 21 Pengolahan HHK

571Pengolahan Hasil Hutan Kayu

kualitas produk, pemakaian teknologi yang tepat dan inovasi produk. Dalam kaitan ini penelitian teknologi produksi pulp dan kertas perlu ditingkatkan mulai dari penanganan bahan baku, proses produksi yang menjamin kualitas dan produktivitas, pengendalian pencemaran lingkungan dan diversifikasi produk yang dapat diterima pasar.

Dalam upaya mendorong perkembangan industri pengolahan kayu, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan yang hasilnya terlihat antara lain dengan meningkatnya jumlah industri dengan keanekaragaman (diversifikasi) produknya. Sebagai contoh sekarang ini telah berkembang industri papan gipsum dan produk bare core yang telah diekspor. Di masa depan tidak mustahil jenis produk kayu lainnya seperti kayu pertukangan akan demikian pula. Guna mengendalikan mutu dan pemasaran berbagai produk kayu-kayu tersebut, perlu dibuat standar mutu produk kayu pertukangan yang sampai saat ini belum ada, sebagai bagian dari sistem Standardisasi Nasional yang dikoordinir oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Di samping kebutuhan standardisasi produk, kajian mengenai manajemen industri kehutanan untuk meningkatkan daya saing juga perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi industri kehutanan. Untuk itu dibutuhkan penetapan best practices, protocol dan standard of conduct dalam industri perkayuan. Hal ini menyangkut penanganan bahan baku, disain/tata letak, pengendalian proses produksi dan pengendalian mutu.

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, selain sumber daya hutan dengan berbagai jenis kayu, terdapat sumber daya alam lain yaitu bambu sebagai bahan berlignoselulosa lainnya yang cukup potensial. Potensi bahan berlignoselulosa ini perlu diupayakan secara optimal pemanfaatan dan standardisasinya agar tercipta diversifikasi produk sebagai sumber devisa negara selain dari sumber daya hutan berupa kayu.

Pada tahun 2000 diperkirakan luas tanaman bambu di Indonesia adalah sebesar 2.104.000 ha yang terdiri dari 690.000 ha luas tanaman bambu di dalam kawasan hutan dan 1.414.000 ha luas tanaman bambu di luar kawasan hutan (Anonim, 2005). Pemanfaatan bambu ini masih terbatas untuk mebel, barang kerajinan dan supit. Padahal pemanfaatan bambu dapat diperluas lagi, misalnya sebagai bahan bangunan dalam bentuk panel komposit seperti halnya balok lamina, venir lamina yang menggunakkan teknologi perekatan, sehingga terbentuk produk baru berupa papan bambu, balok bambu atau bambu komposit. Sampai saat ini penelitian pemanfaatan bambu menjadi beberapa jenis produk perekatan masih terbatas pada

Page 10: RPI 21 Pengolahan HHK

572 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

pembuatan bambu lamina, bambu lapis dan sejenisnya. Atas dasar tersebut maka perlu dilakukan penelitian pengembangan produk bambu komposit untuk bahan mebel dan bangunan.

Dalam upaya menjaga keberlangsungan industri pengolahan kayu dengan keterbatasan bahan bakunya antara lain diatasi dengan meningkat-kan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan berupa kayu. Dalam produk-produk seperti kayu lapis, LVL, bare core, papan blok, papan partikel dan papan sambung, tidak bisa lepas dari kebutuhan perekat. Perekat yang digunakan sebagian besar masih impor dengan harganya yang sangat mahal terutama perekat berbasis resorsinol. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk memperoleh bahan perekat yang murah dan berdampak minimal terhadap lingkungan terus dilakukan.

Kayu merupakan biomaterial yang komponen utamanya adalah lignoselulosa dan bahan lain yang dikenal sebagai zat ekstraktif karena dapat diekstrak dengan bantuan pelarut baik polar maupun non-polar, tanpa merusak struktur selulosa/lignin dalam kayu. Beberapa macam zat ekstraktif dalam kayu adalah tanin dan polifenol lainnya, yang menurut berbagai hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perekat. Bahan perekat dari zat ekstraktif kayu dapat diperoleh dari limbah sehingga kayu yang mengandung bahan tersebut dapat meningkat lagi nilai tambahnya. Penemuan perekat berbahan dasar alami seperti tanin dari zat ekstraktif kulit kayu mangium (Santoso, 2005), mendorong dilakukannya penelitian lain untuk mendapat-kan bahan alternatif perekat alami.

Bahan-bahan serupa masih banyak terdapat dalam bagian-bagian dari pohon/kayu dari berbagai jenis. Salah satu jenis kayu yang mengandung bahan perekat alami adalah merbau (Intsia spp.). Bahan tersebut berasal zat ekstraktif bahan berlignoselulosa yang dapat diekstrak dari limbah kayunya berupa serbuk gergaji atau potongan-potongan kayu. Diduga masih terdapat jenis kayu lain yang kandungan bahan fenolik seperti tanin atau sejenisnya yang relatif tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan penelitian eksplorasi, karakterisasi dan uji coba produksi serta aplikasi resorsinol alami dari bahan berlignoselulosa berkadar ekstraktif tinggi untuk produk kayu komposit.

Perekat yang banyak digunakan oleh sebagian besar industri kayu di Indonesia untuk pembuatan panel kayu sampai saat ini adalah perekat sintetis kempa panas, seperti Urea Formaldehida (UF), Melamin Formaldehida (MF), dan Fenol Formaldehida (FF). Perekat yang memakai bahan formal-dehida dalam campurannya akan melepaskan emisi formaldehida ke udara dan dalam kadar tertentu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan

Page 11: RPI 21 Pengolahan HHK

573Pengolahan Hasil Hutan Kayu

seperti pusing, muntah-muntah, mata berair dan lain sebagainya (Roffael, 1993).

Upaya menurunkan emisi formaldehida terus dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya kandungan emisi formaldehida pada produk panel kayu. Sebelum tahun 1965 kandungan emisi formaldehida dapat mencapai 100 mg/100g dan terus mengalami penurunan hingga di bawah 5 mg/100g pada tahun 2002. Penggunaan perekat dari jenis pheno-plastik, melamin dan isosianat merupakan salah satu cara dalam menurunkan emisi formaldehida. Namun demikian jenis perekat tersebut harganya lebih tinggi dari UF dan dapat menurunkan kapasitas produksi (Santoso dan Sutigno, 1998; Wang, et.al., 2004; Dynea, 2005). Selain itu penanggulangan emisi formaldehida untuk menurunkan tingkat emisinya adalah dengan cara menurunkan perbandingan mol urea dengan formaldehida menjadi 1 : 1,1 namun demikian masih mengeluarkan formaldehida bebas, demikian juga apabila ditambahkam urea berlebih (Goldboard, 1998). Untuk hal itu perlu dicari upaya lain dalam menurunkan emisi formaldehida pada produk panel yang menggunakan perekat berbahan formaldehida. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan arang atau arang aktif yang berperan sebagai penyerap emisi formaldehida (Pari, et.al., 2006; Park et.al., 2006). Dalam upaya mengurangi tingkat emisi formaldehida dari produk panel kayu agar memenuhi standar Internasional maka perlu dilakukan penelitian teknologi reduksi emisi formaldehida produk panel kayu dengan arang aktif.

III. RUMUSAN MASALAH

Ketersediaan kayu berdiameter besar dari hutan alam untuk tujuan pengolahan menjadi produk tertentu semakin terbatas. Pengunaan bahan baku kayu alternatif dari hutan tanaman sering menimbulkan masalah dalam pemanfaatan dan pegolahannya karena ukurannya relatif kecil, di samping bentuknya yang tidak lurus (bengkok) dan kayu bercacat lain seperti adanya kayu reaksi. Penerapan teknologi pembuatan balok girder berukuran relatif besar menggunakan bahan baku kayu hutan tanaman diharapkan bermanfaat untuk berbagai produk kayu.

Dalam percobaan pembuatan produk-produk kayu dari dolok hasil tebangan seperti pembuatan produk laminasi telah banyak terjadi cacat yang dialami sebelum pembelahan pertama penggergajian, juga pewarnaan kayu pada beberapa jenis kayu telah menurunkan rendemen dan kualitas produk yang dihasilkan. Pemberian bahan propilaktik dan membuat kayu/dolok kayu yang akan diolah dalam kondisi kadar air yang kondusif diharapkan mampu untuk memperkecil masalah, Teknik menggergaji kering

Page 12: RPI 21 Pengolahan HHK

574 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

diharapkan akan dapat meningkatkan rendemen hasil kayu gergajian yang berkualitas lebih tinggi dibandingkan dengan teknik konvensional.

Sampai saat ini pelaku industri di Indonesia belum banyak yang berminat memanfaatkan jenis mangium sebagai bahan baku kayu pertukangan. Terdapat dua permasalahan utama yang membuat kayu mangium kurang diminati sebagai kayu pertukangan: (1) batang pohon mudah pecah ujung ketika ditebang, (2) kayunya termasuk sulit dikeringkan terutama ketika kadar air masih di atas titik jenuh serat (kadar air ≥ 30%). Upaya mempercepat proses pengeringan pada kayu mangium tanpa menurunkan kualitasnya disinyalir dapat melalui perlakuan peneresan sebelum pohon ditebang, dan guna mencegah ketidakseragaman warna kayu yang dikeringkan akan dicoba diatasi dengan teknik pengeringan tepat guna.

Standar mutu produk kayu pertukangan masih terbatas, guna mengendalikan mutu dan pemasaran produk kayu kayu tersebut, perlu dibuat standar mutu produk kayu pertukangan, sebagai bagian dari sistem Standardisasi Nasional yang dikoordinir oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Di masa mendatang, berlakunya perdagangan bebas antar negara akan memacu industri perkayuan dalam negeri untuk memenangkan persaingan. Faktor yang dapat memenangkan persaingan tersebut salah satunya adalah mutu produk. Hingga saat ini telah berhasil disusun sejumlah standar nasional produk perkayuan. Namun implementasi standar tersebut masih rendah. Sementara itu, tuntutan dunia akan produk berstandar mutu internasional dan green products tidak dapat ditawar lagi. Untuk mendapatkan data dan informasi mutakhir terkait hal tersebut, diperlukan kajian dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu dan persaingan.

Dalam pemanfaatan bambu sebagai substitusi kayu pertukangan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Dalam bentuk pipih bambu mempunyai ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk menambah ketebalannya perlu dilakukan usaha laminasi. Kemajuan dalam teknologi perekatan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan bentuk dan dimensi bambu sebagai bahan substitusi kayu pertukangan.

Kebutuhan akan perekat kayu dalam negeri tetap tinggi sedangkan bahan perekat resorsinol sampai saat ini merupakan bahan impor dengan harga tinggi. Penemuan perekat berbahan dasar alami yang mengandung fenolik seperti tanin dari zat ekstraktif kulit kayu mangium mendorong dilakukannya penelitian serupa guna mendapatkan bahan alternatif perekat alami. Bahan-bahan fenolik masih banyak terdapat dalam bagian-bagian dari pohon/kayu dari berbagai jenis. Salah satu jenis kayu yang mengandung

Page 13: RPI 21 Pengolahan HHK

575Pengolahan Hasil Hutan Kayu

bahan perekat alami adalah merbau (Intsia spp.). Penelitian eksplorasi, karakterisasi dan uji coba produksi serta aplikasi resorsinol alami dari bahan berlignoselulosa berkadar ekstraktif tinggi untuk produk kayu komposit diharapkan mampu memperkaya sumber bahan baku perekat alami.

Persyaratan standar emisi formaldehida dari produk kayu yang dikeluarkan negara maju cenderung semakin ketat seiring dengan tingkat kesadaran manusia akan lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu perlu ditemukan teknik penurunan emisi formaldehida secara non kimiawi yang efisien dan ekonomis yang sampai saat ini belum banyak dilakukan sehingga perlu dikaji kelayakan dari segi teknis dan ekonomis.

IV. HIPOTESIS

1. Mutu produk panel kayu seperti papan lamina dari bilah broti dan balok girder yang dibuat dari jenis kayu hutan tanaman tertentu dapat memenuhi persyaratan sifat fisik dan mekanis/kekuatan hasil olahan untuk berbagai produk kayu pertukangan.

2. Pemberian bahan propilaktik membuat kayu/dolok kayu yang akan diolah dalam kondisi kadar air yang kondusif dan teknik menggergaji kering akan dapat meningkatkan rendemen hasil kayu gergajian.

3. Perlakuan peneresan dapat menurunkan kadar air pohon mangium sampai ke level kadar air yang aman, dapat memperbaiki sifat kayu dan sifat pengeringannya.

4. Pengeringan kombinasi tenaga surya dan panas tungku dapat meningkatkan mutu kayu mangium teresan, menghemat waktu dan biaya pengeringan.

5. Konsep standar Nasional Indonesia untuk produk kayu pertukangan dapat disusun berdasarkan hasil percobaan pengujian mutu produk tersebut dalam skala laboratorium dan mengolah data hasil uji produk sejenis dalam skala industri yang diperoleh dari berbagai industri kayu pertukangan.

6. Implementasi standar mutu dan harmonisasi dapat meningkatkan mutu, efisiensi dan membuka peluang keberterimaan produk oleh pasar.

7. Penerapan teknologi perekatan dalam pengolahan bambu dapat menghasilkan produk bambu komposit dengan kualitas dan dimensi yang sesuai untuk bahan mebel dan bangunan.

8. Kayu merbau mengandung bahan fenolik seperti tanin atau resorsinol yang dapat digunakan sebagai bahan perekat kayu

Page 14: RPI 21 Pengolahan HHK

576 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

9. Arang aktif dapat menurunkan konsentrasi emisi formaldehida pada produk panel kayu.

V. TUJUAN DAN SASARAN

Secara umum tujuan penelitian integratif Pengolahan Hasil Hutan Kayu ini adalah menghasilkan informasi dan teknologi tentang Pemanfaatan dan Peningkatan Kualitas Kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan serta menghasilkan Konsep Pemanfaatan dan Standardisasi Produk Kayu dan Bahan Berlignoselulosa lain, yang secara spesifik memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:

1. Memanfaatkan jenis tertentu kayu hutan tanaman melalui teknologi pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder. Sasaran penelitian adalah tersedianya data teknologi dan informasi teknis ilmiah pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder untuk berbagai produk kayu pertukangan.

2. Memperoleh teknologi pengerjaan yang cocok untuk pembuatan produk dari dolok kayu berdiameter kecil HTI dan menghimpun kriteria untuk peningkatan kualitas dan rendemen dalam pembuatan produk kayu pertukangan. Sasarannya adalah peningkatan rendemen dengan pengerjaan mudah yang menghasilkan produk berkualitas seperti mebel kayu, papan solid laminasi dengan tebal, lebar, berkestabilan dan berkualitas tinggi yang memenuhi persyaratan kayu konstruksi.

3. Mendapatkan data penurunan kadar air pohon mangium, perbaikan sifat kayu dan sifat pengeringannya, dengan sasaran tersedianya data mutu kayu mangium teresan, dengan waktu relatif singkat dan biaya pengeringan relatif murah.

4. Mendapatkan paket teknologi pemanfaatan bambu serta mengembang-kan diversifikasi produk pengolahan bambu sebagai bahan mebel dan bangunan. Sasarannya adalah tersedianya data dan informasi teknologi pembuatan bambu komposit (bambu lamina) serta karakteristiknya sebagai bahan mebel dan bangunan.

5. Mengoptimalkan pemanfaatan limbah kayu menjadi bahan perekat kayu alam dengan sasaran teridentifikasinya zat ekstraktif bahan berligno-selulosa dan karakteristiknya, diperolehnya teknik ekstraksi, isolasi dan purifikasi resorsinol alami dari ekstrak limbah bahan berlignoselulosa, diperolehnyanya formulasi perekat berbasis resorsinol alami dari ekstrak limbah bahan berlignoselulosa, diperolehnya teknik produksi resorsinol dan perekat berbasis resorsinol untuk produk kayu komposit, serta

Page 15: RPI 21 Pengolahan HHK

577Pengolahan Hasil Hutan Kayu

tersedianya contoh produk kayu komposit dengan perekat resorsinol hasil penelitian.

6. Menurunkan tingkat emisi formaldehida sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia dan produk panel kayu yang dihasilkan memenuhi standar internasional. Sasaran dari penelitian ini adalah tersedianya informasi teknologi peramuan perekat untuk menurunkan emisi formaldehida yang layak teknis dan ekonomis.

7. Mendapatkan data sebagai bahan penyusunan konsep Standar Nasional Indonesia untuk produk kayu pertukangan dengan sasaran tersedianya konsep SNI untuk kayu pertukangan.

8. Mendukung upaya peningkatan mutu, efisiensi dan kesesuaian spesifikasi teknis produk kayu olahan dengan standar internasional. Sasarannya adalah teridentifikasinya industri perkayuan yang telah mengimplementasikan standar nasional dan hambatan-hambatannya. Di samping itu, mendapatkan data dan informasi yang mendukung untuk harmonisasi standar nasional terhadap ISO.

VI. LUARAN

Luaran umum penelitian integratif Pengolahan Hasil Hutan Kayu ini adalah berupa sejumlah laporan ilmiah yang memuat informasi dan teknologi pengolahan hasil hutan kayu dan basis data berbagai paket teknologi peng-olahan kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan serta Standardisasi Produk Kayu dan Bahan Berlignoselulosa lain, yang diimplimentasikan dalam bentuk:

1. Tersedianya data teknologi dan informasi ilmiah pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder dari jenis tertentu kayu hutan tanaman, berikut aplikasi dan simulasi balok tersebut untuk berbagai produk kayu pertukangan.

2. Meningkatnya rendemen, kestabilan dimensi dan kualitas kayu melalui teknik penggergajian dolok kering dari jenis kayu yang secara teknis pengolahannya bermasalah.

3. Tersedianya contoh hasil percobaan/produk dengan data sifat-sifat kayu mangium hasil peneresan, informasi teknologi pengeringan dan pengolahan kayu mangium, serta rekomendasi umur optimum peneresan.

4. Konsep standar nasional produk kayu pertukangan dan bahan berlignoselulosa lain, serta data dan informasi mengenai industri pengolahan kayu yang telah mengimplementasikan standar nasional dan alternatif adopsi ISO untuk produk kayu olahan.

Page 16: RPI 21 Pengolahan HHK

578 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

5. Karakteristik jenis bambu sebagai bahan baku bambu komposit dan paket teknologi pembuatan bambu komposit sebagai bahan mebel dan bangunan.

6. Data dan informasi karakteristik ekstrak bahan berlignoselulosa, teknik ekstraksi, isolasi dan purifikasi resorsinol alami dari ekstrak limbah bahan berlignoselulosa, formula perekat berbasis resorsinol alami dari ekstrak limbah bahan berlignoselulosa, teknik produksi resorsinol dan perekat berbasis resorsinol untuk produk kayu komposit, dan contoh produk kayu komposit dengan perekat resorsinol hasil penelitian.

7. Tersedianya paket teknologi reduksi emisi formaldehida dari produk panel kayu dengan menggunakan arang aktif.

VII. RUANG LINGKUP

Secara garis besar penelitian integratif pengolahan hasil hutan kayu terdiri atas pengadaan bahan, persiapan, pembuatan produk, pengumpulan data sekunder dan pengujian mutunya serta evaluasi & analisis data, yang terbagi lagi atas:

1. Komoditas

Balok girder, kayu gergajian dari mangium dan jenis lainnya, bambu komposit untuk mebel dan bahan bangunan, resorsinol dari ekstrak limbah kayu, produk panel kayu beremisi formaldehida rendah.

2. Area/ geografis

Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

3. Aspek

Berdasarkan bidang/disiplin ilmunya, penelitian ini mencakup aspek pengolahan hasil hutan dan kimia kayu yang antara lain terdiri atas eksplorasi, penggergajian, pengeringan, ekstraksi, isolasi, purifikasi, formulasi dan aplikasi pada produk.

Page 17: RPI 21 Pengolahan HHK

579Pengolahan Hasil Hutan Kayu

VIII. METODOLOGI

A. Luaran dan Kegiatan

Luaran Penelitian Kegiatan

1. Laporan ilmiah yang memuat informasi dan teknologi pengolahan hasil hutan kayu dan basis data berbagai paket teknologi pengolah-an kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Kayu Pertukangan. (Laporan ilmiah, contoh produk, rekomendasi teknis, paket teknologi, konsep rancangan standar produk).

21.1.1.3. Teknologi pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder produk kayu pertukangan.

21.1.2.3. Teknologi pembuatan rumah kayu tahan gempa sistem knockdown.

21.1.3.3. Efisiensi pengolahan kayu tanaman cepat tumbuh melalui penerapan bagan pengeringan berdasarkan sifat dan kualitas kayu.

21.1.4.3. Peningkatan teknologi pemanfaatan kayu jenis andalan setempat prioritas nasional untuk produk kayu bangunan.

2. Teknologi pemanfaatan kayu dan bahan berlignoselulosa untuk pulp dan kertas (Laporan ilmiah, contoh produk, rekomendasi teknis, paket teknologi).

21.2.1.3. Uji coba produksi pulp dan kertas dari jenis-jenis pohon alternatif.

3. Konsep Pemanfaatan dan Standar-disasi Produk Kayu dan Bahan Berlignoselulosa lain (Laporan ilmiah, contoh produk, rekomen-dasi teknis, paket teknologi, konsep rancangan standar produk).

21.3.1.3. Pengembangan produk bambu komposit untuk bahan mebel dan bangunan.

21.3.2.3. Teknik produksi resorsinol alami untuk bahan perekat produk kayu komposit.

21.3.3.3. Teknologi reduksi emisi for-maldehida produk panel kayu secara non kimiawi.

4. Standardisasi proses dan produk industri perkayuan (Laporan ilmiah, contoh produk, rekomendasi teknis, paket teknologi, konsep rancangan standar).

21.4.1.3. Kajian dan Penyusunan standar nasional produk kayu pertukangan.

21.4.2.3. Kajian manajemen mutu industri perkayuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

21.4.3.3. Kajian implementasi dan harmonisasi standar nasional produk perkayuan untuk peningkatan mutu dan efisiensi.

B. Pendekatan Pelaksanaan/Metode untuk Pencapaian Luaran

1. Luaran 1. Diperoleh melalui eksplorasi, karakterisasi, penggergajian, pengeringan, ekstraksi, isolasi, purifikasi, formulasi dan aplikasi pada produk, uji coba.

2. Luaran 2. Diperoleh melalui eksplorasi, karakterisasi, pulping, formulasi dan aplikasi pada pembuatan produk, uji coba.

3. Luaran 3. Diperoleh melalui eksplorasi, karakterisasi, penggergajian, pengeringan, ekstraksi, isolasi, purifikasi, formulasi dan aplikasi pada produk, uji coba.

Page 18: RPI 21 Pengolahan HHK

580 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

4. Luaran 4. Diperoleh melalui pembuatan produk serupa produk pabrik & pengujiannya, pengambilan data primer maupun sekunder di industri, pengolahan dan evaluasi data, penyusunan draft/konsep standar produk, pengumpulan dokumen standar.

IX. RENCANA TATA WAKTU

Luaran No.

Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

1. 21.1.1.3

Teknologi pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder produk kayu pertukangan.

2. 21.1.2.3

Teknologi pembuatan rumah kayu tahan gempa sistem knock-down.

3. 21.1.3.3

Efisiensi pengolahan kayu tanaman cepat tumbuh melalui penerapan bagan pengeringan berdasarkan sifat dan kualitas kayu.

4. 21.1.4.3

Peningkatan teknologi pemanfaatan kayu jenis andalan setem-pat prioritas nasional untuk produk kayu bangunan.

5. 21.2.1.3

Uji coba produksi pulp dan kertas dari jenis-jenis pohon alternatif.

6. 21.3.1.3

Pengembangan produk bambu komposit untuk bahan mebel dan bangunan.

7. 21.3.2.3

Teknik produksi resorsinol alami untuk bahan perekat produk kayu kompo-sit.

8. 21.3.3.3

Teknologi reduksi emisi formaldehida produk panel kayu secara non kimiawi.

9. 21.4.1.3

Kajian dan Penyusun-an standar nasional produk kayu pertu-kangan.

10. 21.4.2.3

Kajian manajemen mutu industri perka-yuan untuk mening-katkan efisiensi dan produktivitas.

Page 19: RPI 21 Pengolahan HHK

581Pengolahan Hasil Hutan Kayu

Luaran No.

Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

11. 21.4.3.3

Kajian implementasi dan harmonisasi standar nasional produk kayu perkayuan untuk peningkatan mutu dan efisiensi.

X. RENCANA LOKASI

Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi

XI. RENCANA ANGGARAN

Luaran No. Kegiatan

Biaya (x Rp 1juta)

2010 2011 2012 2013 2014

1. 21.1.1.3

Teknologi pembuatan papan lamina dari bilah broti dan balok girder produk kayu pertukangan.

75 87 92

2. 21.1.2.3

Teknologi pembuatan rumah kayu tahan gempa sistem knock-down.

105 120

3. 21.1.3.3

Efisiensi pengolahan kayu tanaman cepat tumbuh melalui penerapan bagan pengeringan berdasarkan sifat dan kualitas kayu.

75 86

4. 21.1.4.3

Peningkatan teknologi pemanfaatan kayu jenis andalan setem-pat prioritas nasional untuk produk kayu bangunan.

80 86 99 106 112

5. 21.2.1.3

Uji coba produksi pulp dan kertas dari jenis-jenis pohon alternatif.

77 87 96

6. 21.3.1.3

Pengembangan produk bambu komposit untuk bahan mebel dan bangunan.

75 86 97 102 110

7. 21.3.2.3

Teknik produksi resorsinol alami untuk bahan perekat produk kayu kompo-sit.

100 125 145 160 165

8. 21.3.3.3

Teknologi reduksi emisi formaldehida produk panel kayu secara non kimiawi.

75 80 95 100 105

Page 20: RPI 21 Pengolahan HHK

582 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Luaran No. Kegiatan

Biaya (x Rp 1juta)

2010 2011 2012 2013 2014

9. 21.4.1.3

Kajian dan Penyusun-an standar nasional produk kayu pertu-kangan.

60 76 97

10. 21.4.2.3

Kajian manajemen mutu industri perka-yuan untuk mening-katkan efisiensi dan produktivitas.

72 85

11. 21.4.3.3

Kajian implementasi dan harmonisasi standar nasional produk kayu perkayuan untuk peningkatan mutu dan efisiensi.

41 55

XII. ORGANISASI

No. Nama lengkap/Pendidikan akhir/Bidang keahlian Uraian tugas Unit Kerja

1. Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS/ Kehutanan/S3

Kepala Pusat P3HH

2. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si/S3/Kimia dan Pengolahan Hasil Hutan

Koordinator dan penyusun RPI bidang pengolahan hasil hutan kayu serta pelaksana kegiatan.

P3HH

3. Dr. Ir. Han Roliadi, M.Sc/S3/ Pengolahan Hasil Hutan

Menyusun PPTP dan RPTP Melaksanakan penelitian Menyiapkan bahan menyusun LHP

P3HH

4. Ir. Nurwati Hadjib,MS/S2 / Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

5. Ir. IM Sulastiningsih,MSc/S2/ Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

6. Ir.MI. Iskandar, MM S2/ Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

7. Jamaludin Malik, S.Hut.MT/ S2 / Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

8. Karnita Yuniarti, S.Hut, M.Wood.Sc/ S2 / Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

9. Ir. Edi Sarwono/S1/Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

10. Ir. Efrida Basri/S1/Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

11. Ir. Jamal Balfas, M.Sc/ S2 / Pengolahan Hasil Hutan

Pembantu Pelaksana P3HH

12. Abdurachman, ST/ S1 / Teknik Sipil S d a P3HH

13. Drs. Achmad Supriadi, MM/ S2 / Pengolahan Hasil Hutan

S d a P3HH

Page 21: RPI 21 Pengolahan HHK

583Pengolahan Hasil Hutan Kayu

No. Nama lengkap/Pendidikan akhir/Bidang keahlian Uraian tugas Unit Kerja

14. Dra. Sri Rulliaty, MSc/ S2 / Anatomi kayu

S d a P3HH

15. Dr. Gustan Pari/S3/ Energi Biomassa

S d a P3HH

16. Dra Jasni, M.Si/S2/Pengawetan kayu

S d a P3HH

18. Dian Anggraini, Magr/S2/Pulp & kertas

S d a P3HH

19. Dikdik A. Sudika / SAKMA / Teknisi Membantu pelaksanaan Penelitian P3HH

20 Agus Turoso/SMA/Teknisi S d a P3HH

21. Ujang Ruhyat/ SMA/ Teknisi S d a P3HH

22. Eman Suherman/ SAKMA/ Teknisi S d a P3HH

23. Rahmat/STM/Teknisi S d a P3HH

24. Endang S/SMA/Teknisi S d a P3HH

25. Usep Sudarji/SMA/Tenisi S d a P3HH

26. Saepuloh/SMA/Teknisi S d a P3HH

27. Hery Hermawan/STM/ Teknisi S d a P3HH

28. Sumardi/SMA/Teknisi S d a P3HH

29. Rd. Ali Hamzah/ SMA/ Teknisi S d a P3HH

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Statistik Kehutanan Indonesia tahun 2004-2005. Departemen Kehutanan. Jakarta

Dynea. 2005. Resin for ultra low formaldehyde emission according to the Japanese F**** quality. San Diego. Manfred Dunky.

Goldboard. 1998. Understanding gluing urea formaldehyde (UF) resin. http:// www.goldboard.com/ufresin. htm

Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1989. Forest Products and Wood Science. Iowa State University Press / Ames. 213-226 pp.

Hunt, J.F. 2000. Utilization of small-diameter crooked timbers for use in laminated structural boards through development of new sawing, laminating, and drying processes. Proposal No. 01.FPL.C2 to USDA Forest Service, Forest Products Laboratory. Madison, Wisconsin.

Page 22: RPI 21 Pengolahan HHK

584 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Pari G., K. Sofyan, W. Syafii., and Buchari. 2006. Tectona grandis activated charcoal as catching agent of formaldehyde on plywood glued with urea formaldehyde. Proceedings of the 8th Pacific Rim Bio-Based Composites Symposium. Kuala Lumpur. Malaysia.

Park, S.B., Su-Won K., Jong-Young P., dan Jung-Kwan Roh. 2006. Physical and mechanical properties and formaldehyda emission of particleboard with bamboo charcoal. Journal of Forest Science 69:50-59.

Roffael, E. 1993. Formaldehyde release from particleboard and other wood based panels. Forest Research Institute Malaysia (FRIM). Kuala Lumpur.

Santoso, A. 2005. Kulit Mangium Sebagai Sumber Tanin Untuk Perekat. Di dalam: Penyelamatan Industri Kehutanan Melalui Implementasi Hasil Ristek. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2005 ; Bogor, 30 November 2005. Bogor: Pusat litbang Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan. hlm 165-175.

Santoso, A dan P. Sutigno. 1998. Several factors affecting the formaldehyde emission from wood-based panels. Proceedings The fourth pacific rim bio-based composites symposium. Bogor, Indonesia

Wang, W., X. Zang, and R. Lu. 2004. Low formaldehyde emission paricleboard bonded by UF-MDI mixture adhesive. Forest Product Journal 54(9): 36-39.

XIV. KERANGKA KERJA LOGIS

NarasiIndikator capaian

Cara verifikasi AsumsiOutput Outcome

(1) (2) (3) (4) (5)

Tujuan Umum:

Menghasilkan informasi dan teknologi pengolahan hasil hutan kayu yang efisien, mutu, nilai tambah dan daya saing tinggi dengan diversifikasi produk dan ramah lingkungan

Sejumlah laporan ilmiah yang memuat informasi dan teknologi pengolahan hasil hutan kayu

Sejumlah paket teknologi pengolahan hasil hutan kayu yang efisien dan daya saing tinggi dengan diversifikasi produk

Laporan Hasil Penelitian (LHP) teknologi pengolahan hasil hutan kayu

Sumberdaya penelitian cukup dan tepat waktu serta support industri kuat

Page 23: RPI 21 Pengolahan HHK

585Pengolahan Hasil Hutan Kayu

NarasiIndikator capaian

Cara verifikasi AsumsiOutput Outcome

(1) (2) (3) (4) (5)

A. Tujuan Umum:

Menghasilkan informasi dan teknologi Pemanfaatan dan Peningkatan Kualitas Kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan

Basis data 2 paket teknologi pengolahan kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan

Sejumlah Paket teknologi pengolahan kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan yang siap diadopsi

Data base, rekomendasi teknologi pengolahan kayu Hutan Tanaman dan Hutan Alam untuk Produk Pertukangan

Sumber daya penelitian cukup, izin pengambilan sampel dan kerjasam dengan industri memadai

Tujuan Khusus a.1:

Menghasilkan informasi dan teknologi pemanfaatan total kayu hutan tanaman untuk berbagai produk kayu

Sejumlah laporan ilmiah teknologi pemanfaatan total kayu hutan tanaman untuk berbagai produk kayu

Sejumlah paket teknologi pemanfaatan total kayu hutan tanaman untuk berbagai produk kayu siap diadopsi

Data base, rekomendasi teknologi pemanfaatan total kayu hutan tanaman untuk berbagai produk kayu

Sumber daya penelitian cukup, izin pengambilan sampel dan kerjasam dengan industri memadai

Tujuan Khusus a.2:

Menghasilkan informasi dan teknologi penanganan sifat kayu yang menimbulkan masalah dalam proses pengolahannya

Sejumlah laporan teknis penanganan sifat kayu yang menimbulkan masalah dalam proses pengolahannya

Sejumlah paket juknis penanganan sifat kayu yang menimbulkan masalah dalam proses pengolahannya siap pakai

LHP, rekomendasi teknis penanganan sifat kayu yang menimbulkan masalah dalam proses pengolahannya

Sumber daya penelitian cukup, izin pengambilan sampel dan kerjasama dengan industri memadai

Tujuan Khusus a.3:

Menghasilkan informasi dan teknologi pembuatan pulp dan kertas dari jenis-jenis pohon alternatif.

Sejumlah laporan teknis peningkatan kualitas kayu dan produk kayu tanaman

Sejumlah paket teknologi penyempurnaan kualitas dan produk kayu tanaman siap pakai

LHP, rekomendasi teknis peningkatan kualitas kayu dan produk kayu tanaman

Sumber daya penelitian cukup, izin pengambilan sampel dan kerjasam dengan industri memadai

Page 24: RPI 21 Pengolahan HHK

586 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

NarasiIndikator capaian

Cara verifikasi AsumsiOutput Outcome

(1) (2) (3) (4) (5)

Tujuan Khusus a.4:

Menghasilkan informasi teknis pertumbuhan pohon dan kualitas kayu hutan tanaman

Sejumlah laporan teknis pertumbuhan pohon dan kualitas kayu hutan tanaman

Sejumlah paket juknis penanganan pohon guna meningkatkan kualitas kayu hutan tanaman

LHP, rekomendasi teknis pertumbuhan pohon dan kualitas kayu hutan tanaman

Sumber daya penelitian cukup, izin pengambilan sampel dan kerjasama dengan industri memadai

Tujuan Khusus a.5:

Menghasilkan informasi teknis penentuan bagan pengeringan kayu hutan tanaman

Sejumlah laporan teknis penentuan bagan pengeringan kayu hutan tanaman

Sejumlah paket juknis penentuan bagan pengeringan kayu hutan tanaman siap pakai.

LHP, rekomendasi teknis penentuan bagan pengeringan kayu hutan tanaman.

Sumber daya penelitian cukup, dan laboratorium siap.

Tujuan Khusus a.6:

Menghasilkan informasi teknis pen-dugaan mutu pohon kayu berdiri menggunakan cara tidak merusak.

Sejumlah laporan teknis pendugaan mutu pohon kayu berdiri menggunakan cara tidak merusak.

Sejumlah paket juknis pendugaan mutu pohon kayu berdiri menggunakan cara tidak merusak, siap adopsi.

LHP, rekomendasi teknis pendugaan mutu pohon kayu berdiri menggunakan cara tidak merusak.

Sumber daya penelitian cukup, izin peng-ambilan sampel dan kerjasama dengan industri memadai.