roy handoko-41183402060013-bab iv

Upload: erroy-van-radditszukage

Post on 14-Jul-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Profil PT Luxindo Internusa PT Luxindo Internusa adalah sebuah badan usaha yang bergerak di bidang Pakan Udang dan Pakan Ikan. didirikan pada tanggal 11 Januari 2001 di Jakarta, Indonesia. PT Luxindo Internusa berkedudukan di Jl. Muara Baru Ujung Blok E No 1 10, Jakarta Utara 14440. Pada tanggal 16 Mei 2004, pabrik PT Luxindo Internusa pindah alamat di Jl. Raya Narogong Km 14, Bantar Gebang, Desa Cikiwul Kode Pos Bekasi 17310. 4.1.2 Visi dan Misi PT Luxindo Internusa Visi PT Luxindo Internusa adalah menjadi perusahaan terkemuka dibidang penyediaan jasa dan produk pakan udang dan ikan serta sebagai mitra usaha yang profesional para petambak di kawasan Asia. Adapun misi perusahaan adalah :1.

Membangun usaha di bidang pelayanan jasa dan produk pakan udang dan pakan ikan dengan upaya untuk mengejar menjadi yang terdepan di Asia.

2.

Membangun kemitraan dengan para petambak secara profesional dan saling menguntungkan.

3.

Menganekaragamkan dan menanamkan modal pada usaha yang strategis, yang dapat menunjang peningkatan posisi bisnis Global group.

32

33

4.

Mempromosikan serta ikut andil pada usaha pengembangan masyarakat khususnya masyarakat petambak dan memiliki komitmen terhadap masalah keselamatan kerja, serta mejaga kelestarian alam dan lingkungan.

5.

Melayani pelanggan di Asia dengan harga yang bersaing serta produk dan pelayanan yang bermutu.

4.1.3

Value dan Komitmen Kebijakan Mutu Value PT Luxindo Internusa adalah sebagai berikut :

1.

Growing together kebersamaan.

adalah tekad

bersama yang dilandasi semangat

2.

Langkah nyata menciptakan produk berkualitas, proses yang efisien dan pelayanan prima.

3.

Organisasi yang berfokus pada kepuasan pelanggan baik external maupun internal.

4.

Bertekad menjalankan usaha dengan selalu mentaati etika profesional, etika lingkungan dan etika keselamatan dan kesehatan kerja.

5.

Aktif berperan dalam usaha mengembangkan perusahaan dengan selalu menjaga semangat improvement dan semangat pembelajaran.

6.

Leadership yang dilandasi integritas, loyalitas dan kejujuran. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pakan ikan dan udang

terintegrasi, maka manajemen bertekad memberikan pelayanan secara optimal kepada pelanggan dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada di perusahaan, melalui :

34

1. Selalu menjali hubungan baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan. 2. Peningkatan efisiensi di segala sektor untuk mendapatkan profitabilitas yang

optimal. 3. Optimalisasi produksi dengan berpedoman pada standar mutu, kepedulian terhadap K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dan kelestarian lingkungan.4. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan mendorong semangat

untuk improvement.5. Menerapakan,

memelihara

sistem

manajemen

mutu

dan

meningkatkan

efektifitasnya.

4.1.4

Struktur Organisasi PT Luxindo Internusa Struktur organisasi PT Luxindo Internusa terdiri dari Direktur Utama dan

General Manager, dengan gambaran umum pekerjaan sebagai berikut : 1. Direktur Utama a) Mengkoordinir penyusunan rencana perusahaan secara keseluruhan yang meliputi rencana keuangan, rencana pemasaran, rencana operasi, rencana SDM, dan rencana pengembangan.b) Mengawasi semua kegiatan khususnya sales dan marketing, dan program

pengembangan.c) Membina,

mengarahkan

serta mengawasi para manajer

agar

dapat

menjalankan tugas sesuai dengan job disc dan SOP yang ditetapkan sehingga sesuai dengan target yang ditetapkan.

35

2. General Manager a) Mengkoordinir penyusunan rencana perusahaan secara keseluruhan yang meliputi rencana keuangan, rencana pemasaran, rencana operasi, rencana SDM, dan rencana pengembangan. b) Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan semua kegiatan dan pekerjaan operasional perusahaan secara efisien dan efektif sehingga dapat tercapai target laba yang direncanakan. c) Membina, mengarahkan serta mengawasi para Manager dibawahnya agara dapat terpelihara kepercayaan antara bawahan dan atasan. Menjalankan kebijakan Direktur Utama. Selain itu, dibawah General Manager terdiri atas tujuh manager yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang, sesuai degan bidang yang dipimpinnya, adapun bidang-bidang tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fish Sales and Marketing Shrimp Sales and Marketing Purchasing Product Development Operation Finance and ACC Personel General Affair Untuk melihat lebih lengkap mengenai Struktur Organisasi PT Luxindo Internusa Bekasi dapat dilihat dilampiran skripsi.

36

4.1.5

Jenis Produk Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa Jenis produk pakan ikan dan udang PT Luxindo Internusa Bekasi adalah

sebagai berikut : 1. Pakan Ikan Tabel 4.1 Produk Pakan Ikan PT Luxindo Internusa Bekasi No 1 Nama Pakan Ikan Lele Merah Ration LL 591 LL 592 LL 593 LL 595 LL 591 LL 592 LL593 LL595 3 Ikan Retail Merah R 552 R 553 R 555 4 Ikan Retail Kuning R 552 R 553 R 555 BD 582 BD 583 BD 585 9 Ikan Mas 8 Ikan Nila N 572 N 573 N 575 MS 572 MS 573 MS 575 No 6 Nama Pakan Ikan Patin Ration P 542 P 543 P 545 7 Ikan Gurame GR 562 GR 563 GR565

2

Ikan Lele Kuning

5

Ikan Bandeng

Sumber : Departemen Produksi PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010

37

Ration adalah klasifikasi produk yang menunjukan kegunaan pakan bagi ikan yang dibudidayakan, adapun klasifikasi adalah, ration dengan angka terakhir 1 menunjukan penggunaan pakan untuk ikan ukuran 5-6 cm, angka terakhir 2 menunjukan penggunaan pakan untuk ikan ukuran 7-10 cm, angka terakhir 3 menunjukkan penggunaan pakan untuk ikan ukuran 11-20 cm, dan angka terakhir 4 menunjukan penggunaan pakan untuk ikan ukuran 20 cm sampai dengan tak terhingga. 2. Pakan Udang Tabel 4.2 Produk Pakan Udang PT Luxindo Internusa Bekasi No 1 Nama Pakan Luxindo 39 Ration 390 391 392 A 392 B 393 A 393 B 393 C 790 791 792 A No 3 Nama Pakan Luxindo 79 Ration 790 791 792 A 792 B 793 A 793 B 793 C

2

Luxindo 79 Gold

792 B 793 A 793 B 793 C Sumber : Departemen Produksi PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010

Pakan Udang yang diproduksi oleh PT Luxindo Internusa diperuntukkan untuk udang panamay, yaitu udang putih yang biasa ditambak oleh petani udang.

38

Yang membedakan antara ketiga jenis pakan tersebut adalah kandungan protein dalam pakan, adapun pakan dengan nama Luxindo 39 memiliki tingkat protein yang paling tinggi, selanjutnya Luxindo 79 Gold yang memiliki tingkat protein sedang, dan Luxindo 79 dengan tingkat protein rendah. Ration dalam pakan udang diartikan sebagai klasifikasi produk yang menunjukan kegunaan pakan bagi udang yang dibudidayakan, adapun

klasifikasinya adalah, Ration dengan angka terakhir 0 menunjukan penggunaan pakan untuk udang ukuran < 0,1 gram, angka terakhir 1 menunjukan penggunaan pakan udang ukuran 0,1-1,0 gram, angka terakhir 2A menunjukan penggunaan pakan untuk udang ukuran 1,0-2,0 gram, angka terakhir 2B menunjukan penggunaan pakan untuk udang ukuran 2,0-5,0 gram, angka terakhir 3A menunjukan penggunaan pakan untuk udang ukuran 10,0-20,0 gram, dan angka terakhir 2B menunjukan penggunaan pakan untuk udang ukuran > 20,0 gram. 4.1.6 Pemasaran PT Luxindo Internusa Sebagai perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan dari konsumen, PT Luxindo Internusa menginginkan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat memenuhi pesanan dari konsumen tepat pada waktunya. Oleh karena itu pemasaran hasil produk yang dilakukan langsung oleh salesman perusahaan untuk pakan ikan dengan segmen pasar yaitu: Jabodetabek, Bogor, Purwakarta, Indramayu, Semarang, Tegal, Yogyakarta, serta Palembang. Sedangkan untuk pakan udang dilakukan oleh salesman dan depo yang tersebar dibeberapa daerah seperti:

39

Sukabumi, Pandeglang, Surabaya, Bayuwangi, Lampung, Bali, Sumbawa, Lombok, Makasar serta Singkawan. 4.2 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Luxindo Internusa, yang dimaksudkan untuk membahas pokok permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu : 1. Berapakah jumlah produk cacat yang terjadi pada bahan baku pada

pakan ikan dan udang PT Luxindo Internusa. 2. Berapakah jumlah produk cacat yang terjadi pada produk akhir pakan

ikan dan udang PT Luxindo Intenusa.3.

Apakah jumlah tingkat kecacatan yang terjadi masih berada dalam

batas pengawasan PT Luxindo Internusa. Berdasarkan pada ketiga pokok permasalahan di atas, maka penulis telah melakukan kegiatan penelitian yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara observasi lapangan dan wawancara langsung dengan narasumber yaitu dengan kepala QC, kepala produksi, kepala HRD, serta karyawan QC dan produksi yang terkait langsung dengan proses produksi pakan ikan dan udang pada PT Luxindo Internusa. Kemudian data dan informasi yang telah terkumpul tersebut selanjutnya akan dibahas dan dianalisis untuk menjawab kedua pokok permasalahan dalam skripsi ini.

4.3

Data Produksi Pakan Ikan dan Udang

40

Data produksi pakan ikan dan udang dapat di lihat di lampiran 12. Tabel 4.3 Data Produksi Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa Tahun 2009 Bulan Jumlah Produksi Kerusakan Persentase 0.005% 0.003% 0.003% 0.012% 0.004%

Oktober 1723230 92 November 1585645 54 Desember 1962945 56 Jumlah 5271820 202 Rata - rata 1757273 67 Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 Grafik 4.1 Data Kecacatan Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa

Bulan Oktober, November, dan Desember 2009 Batas Toleransi

3% 2% 1% 0.005% 0.003 % 0% Oktober Sumber : Hasil Penelitian, 2010 4.3.1 November Desember 0.003 %

Data Produksi Pakan Ikan dan Udang Bulan Oktober 2009 Tabel 4.4

41

Data Produksi dan Proporsi Kecacatan Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa Bulan Oktober 2009 Jumah Jumlah Proporsi Produksi Kerusakan Kerusakan (n) (x) (x/n) 1 1/10/09 71801 3 0.004% 2 2/10/09 71801 9 0.013% 3 3/10/09 71801 5 0.007% 4 6/10/09 71801 2 0.003% 5 7/10/09 71801 2 0.003% 6 8/10/09 71801 3 0.004% 7 9/10/09 71801 2 0.003% 8 10/10/09 71801 5 0.007% 9 12/10/09 71801 3 0.004% 10 13/10/09 71801 1 0.001% 11 14/10/09 71801 4 0.006% 12 15/10/09 71801 1 0.001% 13 16/10/09 71801 1 0.001% 14 17/10/09 71801 3 0.004% 15 19/10/09 71801 3 0.004% 16 20/10/09 71801 2 0.003% 17 23/10/09 71801 3 0.004% 18 24/10/09 71801 7 0.010% 19 26/10/09 71801 13 0.018% 20 27/10/09 71801 2 0.003% 21 28/10/09 71801 5 0.007% 22 29/10/09 71801 5 0.007% 23 30/10/09 71801 6 0.008% 24 31/10/09 71801 2 0.003% Jumlah 1723230 92 0.128% Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Tanggal Pada tabel 4.4 jumlah produksi dapat di lihat di lampiran 12 dan untuk ratarata total produksi per hari di bagi dengan jumlah hari kerja. Perhitungan berdasarkan tabel 4.4 untuk bulan Oktober 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut :

42

p=

Banyaknya barang yang rusak Banyaknya barang yang di produksi 92 1723230 0,00005

n=

Jumlah produksi Banyaknya sampel yang di periksa 1723230 24 71801,25

UCL

= p sentral + 3 = 0.00005 + 3 = 0.00005 + 0,00009 = 0.00014

LCL

= p sentral - 3 = 0,00005 - 3 = 0,00005 0,00009 = -0.00004

43

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Kesimpulan : Dari perhitungan data dan grafik di atas maka dapat kita lihat bahwa kecacatan masih bersifat fluktuasi atau tingkat kecacatan masih naik turun, jadi kegiatan quality control pada bulan Oktober belum berjalan dengan baik atau belum bisa dikatakan baik. Tingkat kecacatan tanggal 26-10-2009 melebihi UCL (batas atas) yang seharusnya yaitu 0,014%. Hal itu terjadi karena pada hari tersebut lebih banyak tinggat kecacatan dari pada hari yang lain yaitu sebanyak 13 jumlah kecacatan dengan proporsi kecacatan 0,018% dapat di lihat pada tabel 4.4. Tingkat kecacatan bulan Oktober masih berada dibawah kendali atau diantara UCL (batas atas) dan LCL (batas bawah), dalam taraf nyata kerusakan yang ditargetkan

44

perusahaan adalah 3%, dan tingkat kecacatan pada bulan Oktober adalah 0,005% masih berada dibawah batas toleransi. Dari data di atas penulis menemukan indikator-indikator kecacatan pada hasil produksi pakan ikan dan udang, adapun indikator-indikator penyebab kecacatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Faktor-faktor Penyebab Kecacatan Pakan Ikan dan Udang Bulan Oktober 2009 No 1 2 3 Faktor-faktor Kecacatan Jumlah Kecacatan Persentase 71,74% 17,39% 10,87% 100,00%

Protein 66 Lemak 16 Abu 10 Jumlah 92 Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa penyebab kecacatan pada produk pakan ikan dan udang tersebut adalah disebabkan oleh faktor protein, lemak, dan abu. Dari ketiga faktor kecacatan di atas penyebab kecacatan yang paling dominan disebabkan oleh faktor protein yaitu protein yang tidak sesuai atau kurang dari spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan, spesifikasi perusahaan dapat di lihat di lampiran 1 dan lampiran 2. Adapun diagram pareto adalah sebagai berikut :

45

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dapat di lihat dari diagram diatas penyebab kecacatan yang paling dominan adalah protein sebesar 71,74%. Protein tersebut tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh perusahaan, departemen QC harus melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan sehingga penyebab kecacatan tidak terulang kembali pada proses produksi berikutnya. Untuk melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan yang paling dominan maka departemen QC menggunakan diagram fish bone, adapun diagram fish bone adalah sebagai berikut :

46

Gambar 4.1 Diagram Fish Bone Pada Faktor Penyebab Kecacatan Paling Dominan Bulan Oktober 2009

MANUSIA

MESIN

1. Tidak mempunyai keahlian 2. Kurangnya pengalaman kerja

1. Mesin pengering terlalu panas 2. Kurang perawatan

PROTEIN

1. Kelembaban udara

1. Kualitas rendah

bahan

baku

2. Penyimpanan kurang baik

LINGKUNGAN

MATERIAL

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Setelah dilakukan analisis menggunakan diagram fish bone terhadap faktor kecacatan yang paling dominan adalah mencakup kesalahan semua faktor. Mulai dari manusia, mesin, lingkungan, dan material. Faktor manusia menjadi faktor yang paling dominan karena tingkat keahlian dan kurangnya pengalaman pekerjaan menjadi

47

kendala saat melakukan kegiatan produksi hal ini disebabkan karena karyawan tidak diberikan pelatihan (training). Sehingga mempengaruhi kelancaran produksi dan penggunaan mesin tidak maksimal atau tidak berjalan dengan baik, selain itu juga kurangnya perhatian dalam kondisi lingkungan tempat produksi mengakibatkan kualitas dari bahan baku jadi tidak baik. Dengan kata lain menyebabkan kadar protein pada bahan baku dan produk akhir tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dapat dilihat dari diagram di atas faktor penyebab kecacatan paling dominan pada bulan Oktober 2009 disebabkan oleh faktor manusia sebesar 39%, mesin 36%, lingkungan 14%, dan material 11%. Dari diagram tersebut dilihat bahwa faktor manusia mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kecacatan produk yang

48

menyebabkan kadar protein tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui adanya hubungan atau korelasi antara variabel bahan baku pakan ikan dan udang dan produk akhir pakan ikan dan udang pada bulan Oktober 2009 maka dilakukan perhitungan menggunakan analisis koefisien korelasi. Data bahan baku (X) berdasarkan lampiran 3 dan data produk akhir (Y) berdasarkan lampiran 4 dan 5, untuk total jumlah bahan baku (X) dan produk akhir (Y) hasil sesuai data yang di peroleh dari perusahaan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

49

Tabel 4.6 Koefisien Korelasi Pakan Ikan dan Udang Untuk Bahan Baku dan Produk Akhir yang mengalami Reject Bulan Oktober 2009 Bahan Baku Produk Akhir Reject (X) /kg Reject (Y) /kg 0 5 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 9 1 0 1 4 2 3 4 3 2 1 3 2 5 3 1 4 1 1 1 3 2 1 7 4 1 5 4 2 0 X2 0 25 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 4 0 81 1 0 1 16 4 Y2 9 16 9 4 1 9 4 25 9 1 16 1 1 1 9 4 1 49 16 1 25 16 4 0 231 XY 0 20 6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 36 1 0 4 8 0 80 x -1.21 3.79 0.79 -1.21 -0.21 -1.21 -1.21 -1.21 -1.21 -1.21 -1.21 -1.21 -1.21 0.79 -1.21 -1.21 0.79 -1.21 7.79 -0.21 -1.21 -0.21 2.79 0.79 y 0.38 1.38 0.38 -0.63 -1.63 0.38 -0.63 2.38 0.38 -1.63 1.38 -1.63 -1.63 -1.63 0.38 -0.63 -1.63 4.38 1.38 -1.63 2.38 1.38 -0.63 -2.63 x2 1.46 14.38 0.63 1.46 0.04 1.46 1.46 1.46 1.46 1.46 1.46 1.46 1.46 0.63 1.46 1.46 0.63 1.46 60.71 0.04 1.46 0.04 7.79 0.63 105.9 6 y2 xy

0.14 -0.45 1.89 5.21 0.14 0.30 0.39 0.76 2.64 0.34 0.14 -0.45 0.39 0.76 5.64 -2.87 0.14 -0.45 2.64 1.96 1.89 -1.66 2.64 1.96 2.64 1.96 2.64 -1.29 0.14 -0.45 0.39 0.76 2.64 -1.29 19.14 -5.29 1.89 10.71 2.64 0.34 5.64 -2.87 1.89 -0.29 0.39 -1.74 6.89 -2.08 65.63 3.88

29 63 141 Sumber : Hasil Penelitian, 2010

50

Perhitungan berdasarkan tabel 4.6 untuk bulan Oktober 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut : Koefisien korelasi linier dengan metode least square :

Koefisien korelasi dengan metode product moment :

Kesimpulan :

51

Jenis korelasinya adalah korelasi positif dan sangat rendah / lemah sekali hubungannya yaitu 0,046 data interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.1, artinya hubungan antara bahan baku dan produk akhir pada pakan ikan dan udang bulan Oktober 2009 bersifat positif. Jika tingkat kecacatan bahan baku naik atau meningkat maka tingkat kecacatan produk akhir tidak akan berpengaruh besar karena hubungannya sangat rendah / lemah sekali.

4.3.2

Sata Produksi Pakan Ikan dan Udang Bulan November 2009

52

Tabel 4.7 Data Produksi dan Proporsi Kecacatan Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa Bulan November 2009 Jumah Jumlah Proporsi Produksi Kerusakan Kerusakan (n) (x) (x/n) 1 2/11/09 66069 3 0.005% 2 3/11/09 66069 1 0.002% 3 4/11/09 66069 1 0.002% 4 5/11/09 66069 3 0.005% 5 6/11/09 66069 3 0.005% 6 9/11/09 66069 2 0.003% 7 10/11/09 66069 5 0.008% 8 11/11/09 66069 3 0.005% 9 12/11/09 66069 6 0.009% 10 13/11/09 66069 8 0.012% 11 14/11/09 66069 2 0.003% 12 16/11/09 66069 4 0.006% 13 17/11/09 66069 0 0.000% 14 18/11/09 66069 1 0.002% 15 19/11/09 66069 6 0.009% 16 20/11/09 66069 0 0.000% 17 21/11/09 66069 0 0.000% 18 24/11/09 66069 0 0.000% 19 25/11/09 66069 2 0.003% 20 26/11/09 66069 0 0.000% 21 27/11/09 66069 0 0.000% 22 28/11/09 66069 1 0.002% 23 29/11/09 66069 1 0.002% 24 30/11/09 66069 2 0.003% Jumlah 1585645 54 0.082% Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Tanggal

53

Pada tabel 4.7 jumlah produksi dapat di lihat di lampiran 12 dan untuk ratarata total produksi per hari di bagi dengan jumlah hari kerja. Perhitungan berdasarkan tabel 4.7 untuk bulan November 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut : p= Banyaknya barang yang rusak Banyaknya barang yang di produksi 54 1585645 0,00003 n= Jumlah produksi Banyaknya sampel yang di periksa 1585645 24 66068,54

UCL

= p sentral + 3 = 0,00003 + 3 = 0,00003 + 0,00007 = 0,00010

LCL

= p sentral - 3 = 0,00003 - 3 = 0,00003 - 0,00007 = -0,00004

54

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Kesimpulan : Dari perhitungan data dan grafik di atas maka dapat kita lihat bahwa kecacatan masih bersifat fluktuasi atau tingkat kecacatan masih naik turun, jadi kegiatan quality control pada bulan November belum berjalan dengan baik atau belum bisa dikatakan baik. Tingkat kecacatan tanggal 13-11-2009 melebihi UCL (batas atas) yang seharusnya yaitu 0,010%. Hal itu terjadi karena pada hari tersebut lebih banyak tinggat kecacatan dari pada hari yang lain yaitu sebanyak 8 jumlah kecacatan dengan proporsi kecacatan 0,012% dapat di lihat pada tabel 4.7. Tingkat kecacatan bulan November masih berada dibawah kendali atau diantara UCL (batas atas) dan LCL (batas bawah), dalam taraf nyata kerusakan yang ditargetkan

55

perusahaan adalah 3%, dan tingkat kecacatan pada bulan Oktober adalah 0,003% masih berada dibawah batas toleransi. Dari data di atas penulis menemukan indikator-indikator kecacatan pada hasil produksi pakan ikan dan udang, adapun indikator-indikator penyebab kecacatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Faktor-faktor Penyebab Kecacatan Pakan Ikan dan Udang Bulan November 2009 Faktor-faktor Jumlah Kerusakan Kerusakan 1 Protein 40 2 Lemak 8 3 Abu 6 Jumlah 54 Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Persentase 74,07% 14,81% 11,11% 100,00%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa penyebab kecacatan pada produk pakan ikan dan udang tersebut adalah disebabkan oleh faktor protein, lemak, dan abu. Dari ketiga faktor kecacatan di atas penyebab kecacatan yang paling dominan disebabkan oleh faktor protein yaitu protein yang tidak sesuai atau kurang dari spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan, spesifikasi perusahaan dapat di lihat di lampiran 1 dan lampiran 2. Adapun diagram pareto adalah sebagai berikut :

56

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dari data diatas penyebab kecacatan yang paling dominan adalah protein sebesar 74,07%. Protein tersebut tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh perusahaan, departemen QC harus melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan sehingga penyebab kecacatan tidak terulang kembali pada proses produksi berikutnya. Untuk melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan yang paling dominan maka departemen QC menggunakan diagram fish bone, adapun diagram fish bone adalah sebagai berikut :

57

Gambar 4.2 Diagram Fish Bone Pada Faktor Penyebab Kecacatan Paling Dominan Bulan November 2009

MANUSIA

MESIN

1. Tidak mempunyai keahlian 2. Kurangnya pengalaman kerja

1. Mesin pengering terlalu panas 2. Kurang perawatan

3. Tidak

di

beri

pelatihan

PROTEIN

1. Kelembaban udara

1. Kualitas rendah

bahan

baku

2. Penyimpanan kurang baik

LINGKUNGAN

MATERIAL

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Setelah dilakukan analisis menggunakan diagram fish bone terhadap faktor kecacatan yang paling dominan adalah mencakup kesalahan semua faktor. Mulai dari manusia, mesin, lingkungan, dan material. Faktor manusia menjadi faktor yang paling dominan karena tingkat keahlian dan kurangnya pengalaman pekerjaan menjadi

58

kendala saat melakukan kegiatan produksi hal ini disebabkan karena karyawan tidak diberikan pelatihan (training). Sehingga mempengaruhi kelancaran produksi dan penggunaan mesin tidak maksimal atau tidak berjalan dengan baik, selain itu juga kurangnya perhatian dalam kondisi lingkungan tempat produksi mengakibatkan kualitas dari bahan baku jadi tidak baik. Dengan kata lain menyebabkan kadar protein pada bahan baku dan produk akhir tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dapat dilihat dari diagram di atas faktor penyebab kecacatan paling dominan pada bulan November 2009 disebabkan oleh faktor manusia sebesar 38%, mesin 35%, lingkungan 10%, dan material 17%. Dari diagram tersebut dilihat bahwa faktor manusia mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kecacatan produk yang

59

menyebabkan kadar protein tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui adanya hubungan atau korelasi antara variabel bahan baku pakan ikan dan udang dan produk akhir pakan ikan dan udang pada bulan November 2009 maka dilakukan perhitungan menggunakan analisis koefisien korelasi. Data bahan baku (X) berdasarkan lampiran 6 dan data produk akhir (Y) berdasarkan lampiran 7 dan 8, untuk total jumlah bahan baku (X) dan produk akhir (Y) hasil sesuai data yang di peroleh dari perusahaan. adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

60

Tabel 4.9 Koefisien Korelasi Pakan Ikan dan Udang Untuk Bahan Baku dan Produk Akhir yang mengalami Reject Bulan November 2009 Bahan Baku Produk Akhir Reject (X) /kg Reject (Y) /kg 1 2 0 1 0 1 0 3 0 3 0 2 0 5 0 3 5 1 6 2 2 0 1 3 0 0 0 1 0 6 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 0 21 33 Sumber : Hasil Penelitian, 2010 X2 1 0 0 0 0 0 0 0 25 36 4 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 1 1 4 77 Y2 4 1 1 9 9 4 25 9 1 4 0 9 0 1 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 113 XY 2 0 0 0 0 0 0 0 5 12 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 x 0,13 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 4,13 5,13 1,13 0,13 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 -0,88 1,13 -0,88 -0,88 0,13 0,13 1,13 0 y 0,63 -0,38 -0,38 1,63 1,63 0,63 3,63 1,63 -0,38 0,63 -1,38 1,63 -1,38 -0,38 4,63 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 -1,38 0 x2 y2 xy 0,08 0,33 0,33 -1,42 -1,42 -0,55 -3,17 -1,42 -1,55 3,20 -1,55 0,20 1,20 0,33 -4,05 1,20 1,20 1,20 -1,55 1,20 1,20 -0,17 -0,17 -1,55 -6,88

0,02 0,39 0,77 0,14 0,77 0,14 0,77 2,64 0,77 2,64 0,77 0,39 0,77 13,14 0,77 2,64 17,02 0,14 26,27 0,39 1,27 1,89 0,02 2,64 0,77 1,89 0,77 0,14 0,77 21,39 0,77 1,89 0,77 1,89 0,77 1,89 1,27 1,89 0,77 1,89 0,77 1,89 0,02 1,89 0,02 1,89 1,27 1,89 58,63 67,63

61

Perhitungan berdasarkan tabel 4.9 untuk bulan November 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut : Koefisien korelasi linier dengan metode least square :

Koefisien korelasi dengan metode product moment :

Kesimpulan :

62

Jenis korelasinya adalah korelasi negatif dan sangat rendah / lemah sekali hubungannya yaitu -0,109 data interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.1, artinya hubungan antara bahan baku dan produk akhir pada pakan ikan dan udang bulan November 2009 bersifat negatif. Jika tingkat kecacatan bahan baku naik atau meningkat maka tingkat kecacatan produk akhir tidak akan berpengaruh besar karena hubungannya sangat rendah / lemah sekali.

4.3.3

Data Prodeksi Pakan Ikan dan Udang Bulan Desember 2009

63

Tabel 4.10 Data Produksi dan Proporsi Kecacatan Pakan Ikan dan Udang PT Luxindo Internusa Bulan Desember 2009 Jumah Jumlah Proporsi Produksi Kerusakan Kerusakan (n) (x) (x/n) 1 1/12/09 85345 2 0,002% 2 2/12/09 85345 0 0,000% 3 3/12/09 85345 5 0,006% 4 4/12/09 85345 2 0,002% 5 5/12/09 85345 1 0,001% 6 7/12/09 85345 4 0,005% 7 8/12/09 85345 3 0,004% 8 9/12/09 85345 2 0,002% 9 11/12/09 85345 4 0,005% 10 12/12/09 85345 1 0,001% 11 14/12/09 85345 6 0,007% 12 15/12/09 85345 1 0,001% 13 16/12/09 85345 3 0,004% 14 17/12/09 85345 2 0,002% 15 21/12/09 85345 4 0,005% 16 22/12/09 85345 1 0,001% 17 23/12/09 85345 5 0,006% 18 24/12/09 85345 3 0,004% 19 25/12/09 85345 2 0,002% 20 26/12/09 85345 1 0,001% 21 27/12/09 85345 1 0,001% 22 29/12/09 85345 0 0,000% 23 30/12/09 85345 3 0,004% Jumlah 1962945 56 0,066% Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Tanggal

64

Pada tabel 4.10 jumlah produksi dapat di lihat di lampiran 12 dan untuk ratarata total produksi per hari di bagi dengan jumlah hari kerja. Perhitungan berdasarkan tabel 4.10 untuk bulan Desember 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut : p= Banyaknya barang yang rusak Banyaknya barang yang di produksi 56 1962945 0,00003 n= Jumlah produksi Banyaknya sampel yang di periksa 1962345 23 85345,44 UCL = p sentral + 3 = 0,00003 + 3 = 0,00003 + 0,00005 = 0.00008 LCL = p sentral - 3 = 0,00003 3 = 0,00003 0,00005 = -0.00002

65

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Kesimpulan : Dari perhitungan data dan grafik di atas maka dapat kita lihat bahwa kecacatan masih bersifat fluktuasi atau tingkat kecacatan masih naik turun, jadi kegiatan quality control pada bulan Desember belum berjalan dengan baik atau belum bisa dikatakan baik. Tingkat kecacatan bulan Desember masih berada dibawah kendali atau diantara UCL (batas atas) dan LCL (batas bawah), dalam taraf nyata keruskan yang ditargetkan perusahaan adalah 3%, dan tingkat kecacatan pada bulan Oktober adalah 0,003% masih berada dibawah batas toleransi.

66

Dari data di atas penulis menemukan indikator-indikator kecacatan pada hasil produksi pakan ikan dan udang, adapun indikator-indikator penyebab kecacatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Faktor-faktor Penyebab Kecacatan Pakan Ikan dan Udang Bulan Desember 2009 Faktor-faktor Jumlah Kerusakan Kerusakan 1 Protein 39 2 Lemak 14 3 Abu 3 Jumlah 56 Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Persentase 69,64% 25,00% 5,36% 100,00%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa penyebab kecacatan pada produk pakan ikan dan udang tersebut adalah disebabkan oleh faktor protein, lemak, dan abu. Dari ketiga faktor kecacatan di atas penyebab kecacatan yang paling dominan disebabkan oleh faktor protein yaitu protein yang tidak sesuai atau kurang dari spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan, spesifikasi perusahaan dapat di lihat di lampiran 1 dan lampiran 2. Adapun diagram pareto adalah sebagai berikut :

67

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dari data diatas penyebab kecacatan yang paling dominan adalah protein sebesar 69,64%. Protein tersebut tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh perusahaan, departemen QC harus melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan sehingga penyebab kecacatan tidak terulang kembali pada proses produksi berikutnya. Untuk melakukan investigasi terhadap penyebab kecacatan yang paling dominan maka departemen QC menggunakan diagram fish bone, adapun diagram fish bone adalah sebagai berikut :

68

Gambar 4.3 Diagram Fish Bone Pada Faktor Penyebab Kecacatan Paling Dominan Bulan Desember 2009

MANUSIA

MESIN

1. Tidak mempunyai keahlian 2. Kurangnya pengalaman kerja

1. Kurang perawatan 2. Umur alat

PROTEIN

1. Kelembaban udara

1. Kualitas rendah

bahan

baku

2. Penyimpanan kurang baik 3. Berbau

LINGKUNGAN

MATERIAL

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Setelah dilakukan analisis menggunakan diagram fish bone terhadap faktor kecacatan yang paling dominan adalah mencakup kesalahan semua faktor. Mulai dari manusia, mesin, lingkungan, dan material. Faktor manusia menjadi faktor yang paling dominan karena tingkat keahlian dan kurangnya pengalaman pekerjaan menjadi

69

kendala saat melakukan kegiatan produksi hal ini disebabkan karena karyawan tidak diberikan pelatihan (training). Sehingga mempengaruhi kelancaran produksi dan penggunaan mesin tidak maksimal atau tidak berjalan dengan baik, selain itu juga kurangnya perhatian dalam kondisi lingkungan tempat produksi mengakibatkan kualitas dari bahan baku jadi tidak baik. Dengan kata lain menyebabkan kadar protein pada bahan baku dan produk akhir tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dapat dilihat dari diagram di atas faktor penyebab kecacatan paling dominan pada bulan Desember 2009 disebabkan oleh faktor manusia sebesar 35%, mesin 32%, lingkungan 12%, dan material 21%. Dari diagram tersebut dilihat bahwa faktor manusia mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kecacatan produk yang

70

menyebabkan kadar protein tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui adanya hubungan atau korelasi antara variabel bahan baku pakan ikan dan udang dan produk akhir pakan ikan dan udang pada bulan Desember 2009 maka dilakukan perhitungan menggunakan analisis koefisien korelasi. Data bahan baku (X) berdasarkan lampiran 9 dan data produk akhir (Y) berdasarkan lampiran 10 dan 11, untuk total jumlah bahan baku (X) dan produk akhir (Y) hasil sesuai data yang di peroleh dari perusahaan. adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

71

Tabel 4.12 Koefisien Korelasi Pakan Ikan dan Udang Untuk Bahan Baku dan Produk Akhir yang mengalami Reject Bulan Desember 2009 Bahan Baku Produk Akhir Reject (X) /kg Reject (Y) /kg 0 2 0 0 2 3 0 2 0 1 0 4 0 3 0 2 0 4 0 1 2 4 0 1 1 2 0 2 2 2 0 1 0 5 2 1 0 2 0 1 0 1 0 0 0 3 9 47 Sumber : Hasil Penelitian, 2010 X2 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 4 0 1 0 4 0 0 4 0 0 0 0 0 17 Y2 4 0 9 4 1 16 9 4 16 1 16 1 4 4 4 1 25 1 4 1 1 0 9 135 XY 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 8 0 2 0 4 0 0 2 0 0 0 0 0 22 x -0,39 -0,39 1,61 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 1,61 -0,39 0,61 -0,39 1,61 -0,39 -0,39 1,61 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 -0,39 y -0,04 -2,04 0,96 -0,04 -1,04 1,96 0,96 -0,04 1,96 -1,04 1,96 -1,04 -0,04 -0,04 -0,04 -1,04 2,96 -1,04 -0,04 -1,04 -1,04 -2,04 0,96 x2 y2 xy 0,02 0,80 1,54 0,02 0,41 -0,77 -0,37 0,02 -0,77 0,41 3,15 0,41 -0,03 0,02 -0,07 0,41 -1,16 -1,68 0,02 0,41 0,41 0,80 -0,37 3,61

0,15 0,00 0,15 4,18 2,59 0,91 0,15 0,00 0,15 1,09 0,15 3,83 0,15 0,91 0,15 0,00 0,15 3,83 0,15 1,09 2,59 3,83 0,15 1,09 0,37 0,00 0,15 0,00 2,59 0,00 0,15 1,09 0,15 8,74 2,59 1,09 0,15 0,00 0,15 1,09 0,15 1,09 0,15 4,18 0,15 0,91 13,48 38,96

72

Perhitungan berdasarkan tabel 4.13 untuk bulan Desember 2009 setelah data diolah adalah sebagai berikut : Koefisien korelasi linier dengan metode least square :

Koefisien korelasi dengan metode product moment :

Kesimpulan :

73

Jenis korelasinya adalah korelasi positif dan sangat rendah / lemah sekali hubungannya yaitu 0,16 data interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.1, artinya hubungan antara bahan baku dan produk akhir pada pakan ikan dan udang bulan Desember 2009 bersifat positif. Jika tingkat kecacatan bahan baku naik atau meningkat maka tingkat kecacatan produk akhir tidak akan berpengaruh besar karena hubungannya sangat rendah / lemah sekali. Berdasarkan dari data di atas mengenai indikator-indokator penyebab terjadinya kecacatan pada hasil produksi pada pakan ikan dan udang untuk mudah dipahami maka penulis menggabungkan indikator-indikator penyebab kecacatan dari bulan Oktober, November, dan Desember 2009. Adapun indikator-indikator kerusakan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Indikator-indikator Penyebab Kecacatan Bulan Oktober, November, dan Desember 2009 Pakan Ikan dan Udang FaktorPersentase Persentase faktor (%) (%) Oktober Kecacatan November 1 Protein 71,74% 74,07% 2 Lemak 17,39% 14,81% 3 Abu 10,87% 11,11% Sumber : PT Luxindo Internusa Bekasi, 2010 No Persentase (%) Desember 69,64% 25,00% 5,36%

74

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dari data di atas dari bulan ke bulan faktor penyebab kecacatan pada hasil produksi menunjukan hasil yang cenderung sama dan penyebab kecacatan yang paling dominan disebabkan disebabkan oleh kadar protein yang tidak sesuai spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Persentase bulan Oktober (71,74%), November (74,07%), dan Desember (69,64%).4.4

Solusi Permasalahan Tujuan dari pengawasan kualitas adalah untuk memastikan apakah hasil dari

proses produksi sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dalam kerangka pengawasan kualitas yang sering kita jumpai selama ini proses pengendalian dititikberatkan pada inspeksi hasil akhir sementara, melalui sistem TQM pengawasan kualitas dilakukan mulai dari pemeriksaan barang masuk, barang dalam proses, dan produk akhir.

75

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, proses penerapan TQM dilingkungan PT Luxindo Internusa adalah mengacu pada sistem kebijakan mutu yang diterapkan oleh perusahaan yang dijadikan sebagai satu acuan dalam strategi mempertahankan mutu yang dituangkan dalam startegi sasaran mutu perusahan. Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan TQM pada PT Luxindo Intenusa belum berjalan dengan baik, karena jumlah kecacatan pada hasil produksi masih naik turun walau pun tingkat kecacatan masih berada di antara UCL (batas atas) dan LCL (batas bawah). Dalam taraf nyata standar kecacatan yang diterapkan oleh perusahaan yaitu 3%, adapun rata-rata kecacatan produk pada hasil produksi bulan Oktober, November, dan Desember 2009 adalah 0,008%. Data lengkap analisis data tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.14 Hasil Analisis Perhitungan P-Chart Bulan Oktober, November, dan Desember 2009 Bulan Standar Kerusakan Perusahaan UCL P LCL Kesimpulan

Oktober 3% 0,014% November 3% 0,010% Desember 3% 0,008% Analisis 3% 0,032% Keseluruhan Sumber : Hasil Penelitian, 2010

0,005% 0,003% 0,003% 0,011%

-0,004% -0,004% -0,002% -0,010%

Masih berada pada batas toleransi Masih berada pada batas toleransi Masih berada pada batas toleransi Masih berada pada batas toleransi

76

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dari grafik diatas maka dapat dilihat bahwa proporsi kerusakan pada bulan Oktober, November, dan Desember 2009 masih berada pada batas toleransi dan kecacatan tidak melampaui standar yang ditetepkan oleh perusahaan yaitu 3%. Dalam semua hal di atas harus di evaluasi kembali untuk memastikan apakah masalah kecacatan produk ini memang sudah diatasi dengan baik dan sudah mencapai target, dan apabila target tercapai secara penuh, apakah harus direvisi ulang rencana perbaikan sehingga kesalahan tidak terulang kembali. Setelah dilakukan analisis menggunakan diagram fish bone terhadap faktor kecacatan yang paling dominan adalah mencakup kesalahan semua faktor. Mulai dari manusia, mesin, lingkungan, dan material. Adapun evaluasi diagram fish bone adalah sebagai berikut :

77

1. Manusia a. Memberikan pelatihan kepada karyawan yang belum mempunyai pengalaman. b. Diberikan motivasi sehingga karyawan tersebut akan lebih semangat bekerja. 2. Mesin a. Melakukan perawatan mesin rutin dalam waktu berjangka. b. Menjalankan mesin dengan menggunakan geset. c. Mengecek suhu mesin sesuai kebutuhan. 3. Lingkungan a. Menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu lembab. b. Ada ventilasi udara supaya ada sirkulasi udara atau pergantian udara. 4. Material a. Jangan disimpan terlalu lama di gudang. b. Melakukan pengecekan supaya bahan baku yang ada bisa terpantau dengan baik.