rotan di indonesia

27
Peluang pasar rotan tersertifikasi untuk meraup pasar baru dan memberikan nilai tambah untuk rotan jadi Ramadhani Achdiawan, Wisnu Caroko, Lisman Sumardjani Jakarta 22 November 2013

Upload: eagan

Post on 23-Feb-2016

347 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Peluang pasar rotan tersertifikasi untuk meraup pasar baru dan memberikan nilai tambah untuk rotan jadi Ramadhani Achdiawan, Wisnu Caroko , Lisman Sumardjani Jakarta 22 November 2013. Rotan tumbuh di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan Jawa Timur - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Rotan di Indonesia

Peluang pasar rotan tersertifikasi untuk meraup pasar baru dan memberikan nilai tambah untuk rotan jadi

Ramadhani Achdiawan, Wisnu Caroko, Lisman SumardjaniJakarta 22 November 2013

Page 2: Rotan di Indonesia

Rotan di Indonesia• Rotan tumbuh di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan Jawa Timur• Indonesia mensuplai 80% dari permintaan rotan dunia• Setidaknya 350 species ditemukan di Indonesia (secara

global 600 species), 6-7 spesies diperdagangkan secara komersil di Indonesia

• Lima juta orang di Indonesia bergantung kepada rotan, 50% di industry prosesing dan setengahnya lagi di pemanenan

Page 3: Rotan di Indonesia

Jenis Rotan yang Utama

• Sulawesi: Rotan liar (diameter besar);Calamus inops, Calamus zollingeri, Calamus ahliduri, Daemonorops sarasinorum, Calamus omatus, Calamus sp.– Produktifitas 1 - 2 ton/ hektar/ tahun– Tumbuh di hutan produksi, hutan konversi dan hutan

lindung• Kalimantan Timur dan Tengah: rotan dibudidaya (diameter

kecil)Calamus caesius, Calamus trachycoleus– Produktifitas 2 - 3 ton/ hektar/ tahun– Ditanam di bekas ladang

Page 4: Rotan di Indonesia

Rantai Pemasaran Rotan Indonesia

Sulawesi

Kalsel

Surabaya, Sidoarjo,

Gresik

Sukoharjo, Yogyakarta

Semarang, Jepara, Kudus

Cirebon, Majalengka, Tangerang,

Jakarta

Kaltim, KaltengRotan Mentah

Setengah jadi/jadi

Jadi

Source: SHK Report

Page 5: Rotan di Indonesia

Industri Mebel lokal/ pengrajin

Agen dari Industri di Jawa

 

Industri skala besar di Jawa

Agen dari Pedagang Besar

di Jawa 

Pedagang besar di Jawa

Industri menengah di

Jawa

Pedagang antar Pulau

 

Pedagang di Java

Industri menengah di

Jawa 

Pedagang antar Pulau

 

Pedagang besar di Kota lain

Industri menengah di

sentra industri 

Industri kecil Pedagang kecil di sentra industri

Industri mikro/ pengrajin

Pedagang antar Pulau

Pedagang besar di Kota lain

 

Industri menengah di

sentra industri 

Pola 1 Pola 2 Pola 3 Pola 4 Pola 5

Pengumpul di Kecamatan

Pengumpul di Kecamatan

 

Pengumpul di Kecamatan

 

Pengumpul di Kecamatan

 

Pengumpul di Kecamatan

 

Petani

Pengumpul di Desa

Petani Petani Petani Petani

Pengumpul di Desa

Pengumpul di Desa

Pengumpul di Desa

Pengumpul di Desa

RANTAIPEMASARANROTAN

Page 6: Rotan di Indonesia

Perbandingan harga rotan mentah dan beras

Page 7: Rotan di Indonesia

Latar Belakang Sertifikasi Rotan• Lingkungan: untuk meminimalisir resiko over eksploitasi

rotan (khususnya rotan liar)

• Bersifat sukarela bukan kewajiban (vs. SVLK pada kayu)

• Bisnis: Meraup ceruk pasar baru

• Laos sudah memulai sertifikasi rotan di tahun 2011

Page 8: Rotan di Indonesia

Skema Sertifikasi• Sertifikasi Pihak ketiga:

– FSC: Internasional, Prinsip sentralistik– LEI: Nasional, Prinsip Lokal

• Sertifikasi Pihak Pertama:– PGS (Participatory Guarantee System): Lokal, Prinsip

Lokal

Page 9: Rotan di Indonesia

Perbandingan Posisi Rotan• FSC: Rotan adalah hasil hutan ikutan, sehingga rotan

tersertifikasi FSC harus berasal dari hutan yang sebelumnya tersertifikasi FSC. Proses sertifikasi 2 tahap (Hutan lalu rotan)

• LEI dan PGS: Rotan (HHBK lainnya) adalah indikator keragaman hayati. Sehingga perspektif sertifikasi fokus pada pengelolaan rotan yang notabene juga bagian dari pengelolaan hutan. Sehingga tidak diperlukan sertifikasi hutannya terlebih dahulu (1 tahapan sertifikasi).

Page 10: Rotan di Indonesia

Market - Product PositioningPenempatan posisi produk di pasar lebih cenderung kepada “symbolic positioning” (self-image enhancement, ego identification, belongingness and social meaningfulness, affective fulfillment) antara lain:• Produk ramah lingkungan• Sehat bagi keluarga dimana produk ditempatkan• Bergengsi• Merupakan bagian dari gerakan global • Bukan mass product, sehingga memiliki nilai ekslusifitas

Page 11: Rotan di Indonesia

Potensi pasar rotan sertifikasi• Tidak potensial pada Pasar Bawah: Sensitif terhadap harga. Mass product –

harga relative murah. Sangat mudah dipengaruhi oleh produk substitusi rotan plastik. Pertimbangan utama bukan kepada kualitas, durabilitas maupun artistik, tetapi lebih kepada fungsi dan harga.

• Pasar Menengah, Kualitas, durabilitas dan artistik sudah menjadi pertimbangan. Bila harganya masuk akal (tidak terlalu mahal) maka besar kemungkinan produk rotan sertifikasi masih bisa mendapatkan pasar di sini. Kenaikan harga akibat proses sertifikasi masih bisa diterima.

• Pasar Atas: Pertimbangan utamanya bukan berdasar harga tetapi berdasar kepada kualitas, durabilitas maupun artistik. Apakah produk “ramah lingkungan” ini cocok dengan interior ruangan saya? Apakah model atau disain produk yang saya beli ini merupakan model yang sedang “in”, atau cocok dengan tema ruangan?

Page 12: Rotan di Indonesia

Jenis Konsumen Produk Tersertifikasi

• Green (Hijau) : tahu akan produk tersertifikasi dan mendukungnya namun tidak membeli produk tersebut. Biasanya karena pertimbangan harga

• Greener (Lebih Hijau) : tahu dan paham akan produk tersertifikasi tapi belum membeli produk tersebut dikarenakan pertimbangan hal tertentu (biasanya harga yang masih dianggap tinggi) tapi akan membelinya bila cocok.

• Greenest (Paling Hijau) : tahu dan paham dan membeli produk tersertifikasi

Page 13: Rotan di Indonesia

Survey PasarNatural Marketing Institute

• LOHAS (Lifestyles of Health and Sustainability) : sangat sadar akan pentingnya produk hijau dan mempengaruhi segmen lain.

• Naturalites: tertarik dalam melindungi kelestarian lingkungan, dan berpola hidup sehat dengan mengkonsumsi produk organik

• Drifters: memiliki kecenderungan untuk gampang dipengaruhi oleh isu-isu yang populer termasuk isu kelestarian, biasanya adalah kaum muda

• Conventional: tidak terlalu sadar akan isu lingkungan

Page 14: Rotan di Indonesia

Preferensi Pasar atas Produk Rotan Tersertifikasi

• Kualitasnya bagus: bahan baku yang bagus, barang atau produknya dikerjakan dengan baik, penuh perhatian terhadap detil

• Durable: menggunakan bahan terbaik dan awet

• Artistik: modelnya sesuai dengan interior, fine art serta ada kecenderungan kepada produk asli yang memiliki nilai budaya, seperti anjat

Page 15: Rotan di Indonesia

Respon Pedagang• Brand PGS potensial untuk menggantikan label “fair

trade” yang digunakan oleh salah satu pedagang Premium Handicraft di Bali.

• Sebagai alternative dari label fair trade yang berbiaya 1.200 USD/ tahun.

• Konsumen tidak terlalu peduli dengan label “fair trade” namun tertarik dengan desain (original) dan cerita dari produk yang dijual

Page 16: Rotan di Indonesia

Respon Industri• Salah satu retailer dan industri global yang ada di Jakarta

saat ini tidak peduli dengan sertifikasi. Namun kepastian akan suplai bahan baku yang menjadi perhatian utama.

• Industri di KJM Katingan saat ini memproduksi mebel, padahal Katingan memiliki sumber bahan baku diameter kecil yang lebih besar diserap oleh industri kerajinan. Bisakah ke depan KJM bekerja sama untuk memproduksi kerajinan yang tersertifikasi dengan suplai bahan baku dari dalam Kalimantan Tengah?

Page 17: Rotan di Indonesia

Potensial PGS - Pasar• Ceruk pasar yang potensial untuk produk PGS adalah

pasar domestik di kota besar atau daerah wisata. Khususnya Jakarta, Bali atau Yogyakarta.

• Konsumen untuk produk adalah para existing customer produk ethnic. Mereka cenderung memiliki income yang relative tinggi (kelas A dan B) serta para expat dan turis mancanegara

• Konsumen produk ethnic cenderung bersedia membayar dengan harga lebih tinggi

• Produk jadi yang cenderung diminati adalah kerajinan

Page 18: Rotan di Indonesia

Produk disertifikasi

X

Page 19: Rotan di Indonesia
Page 20: Rotan di Indonesia

Permintaan akan Rotan Tersertifikasi – Pasar Global

• Konsumen di Eropa pada umumnya belum sadar bahwa rotan dapat dipanen tidak lestari atau dampaknya

• Sertifikasi rotan cenderung untuk menjamin legalitas bahan baku rotan ketimbang isu kelestarian hutan

• Namun ada demand akan praktek yang sustainable di prosesing

• Keranjang rotan yang mahal akan sulit berkompetisi• Mebel mungkin dapat dijual dengan harga premium tapi

bukan isu sustainability melainkan desain• PGS cenderung berasosiasi dengan pasar lokal/ organic• Harga premium hanya akan berkisar 2-10%

Page 21: Rotan di Indonesia

Pertimbangan Penentuan Harga Jual

• Positioning produk jadi– Luxury atau menengah

• Konsumen (Customers)– Konsumen tidak berkeberatan dengan model

penentuan harga selama produk dinilai menarik • Biaya

– Biaya untuk memproduksi rotan tersertifikasi masih manageable. Desain dari produk jadi yang meningkatkan nilai jual

Page 22: Rotan di Indonesia

Model Penentuan Harga• Creaming or Skimming

– Produk jadi dijual dengan harga setinggi-tingginya sehingga volume penjualan yang sedikit dapat menutup biaya produksi. Target pasarnya early-adopters

• Premium Pricing– Harga jual dijaga tetap tinggi untuk menjaga image

• Value-based Pricing– Harga ditentukan oleh konsumen, biasanya berdasarkan

market survey

Page 23: Rotan di Indonesia

Peluang Peran Pemerintah• Pemberian insentif kepada pengguna produk rotan jadi

tersertifikasi. Antara lain insentif pengurangan pajak atau pembelanjaan atas produk tersertifikasi dianggap sebagai CSR (Corporate Social Responsibility)

• Penyematan predikat Ramah Lingkungan “Bintang Hijau” kepada instansi atau sektor swasta yang menggunakan produk tersertifikasi

• Dukungan penyederhanaan pengurusan legal bagi pihak yang terlibat di proses produksi produk tersertifikasi. Khususnya dukungan bagi petani/ pengumpul rotan di daerah produksi bahan baku

Page 24: Rotan di Indonesia

Pelurusan Mispersepsi Produk tersertifikasi

• Tidak wajib – Sukarela• Penambahan beban biaya – untuk meraih ceruk pasar

atas – pasar ekslusif• Harga yang diberlakukan bersifat ekslusif (bahkan bisa

10x dari harga produk biasa)• Produk jadi justru bisa berupa kerjainan orisinil yang

memiliki nilai historis dan sentimental• Rantai pemasaran akan bersifat lebih sederhana, bahan

mentah langsung masuk ke industri

Page 25: Rotan di Indonesia

Kesimpulan dan Rekomendasi• Sertifikasi Rotan potensial untuk dikembangkan di Indonesia,

apalagi Indonesia adalah produsen potensial rotan mentah terbesar di dunia

• Pasar untuk produk sertifikasi saat ini ada• Skema yang dipilih akan bergantung dengan pasar yang

dibidik• Baru skema FSC yang terbukti memiliki pasar sertifikasi rotan,

contoh kasus dari Laos. • Skema FSC lebih dikenal namun memiliki biaya yang lebih

tinggi. PGS cenderung low cost namun masih membutuhkan upaya untuk mencari pasar

Page 26: Rotan di Indonesia

Move Forward

• Pembentukan Working Group• Penentuan Sites:

– Eheng, Kutai Barat– Katingan, bekerjasama dengan KJM dan

asosiasi petani dan pengumpul

Page 27: Rotan di Indonesia

TERIMA KASIH