rosdiana jurnal d iv kebidanan

11
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL DI PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCY DASAR (PONED) DARUL IMARAH ACEH BESAR ROSDIANA Mahasiswi Pada STIKes U’Budiyah Banda Aceh D-IV Kebidanan INTI SARI Latar Belakang: Terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (yang mencakup paritas, jarak kelahiran dan berat badan lahir), riwayat persalinan yang mencakup ekstraksi cunam, ekstraksi vakum dan episiotomy. Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Darul Imarah tahun 2013 merupakan salah satu puskesmas yang menerima persalinan dengan jumlah kunjungan rata-rata 120 ibu bersalin per tahunnya. Dari jumlah tersebut terdapat 56 ibu bersalin yang mengalami rupture perineum atau sekitar 46,7%. Hal yang mendasari penelitian dilakukan di Puskesmas Poned Darul Imarah karena masih banyak ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin normal di puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Darul Imarah Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah penelitian bersifat analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Darul Imarah dari bulan Januari 2012 sampai dengan Januari 2013 berjumlah 56 orang. Cara pengambilan sampel dengan total populasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil Penelitian: Ada pengaruh paritas terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal (p=0,040), ada pengaruh jarak kehamilan terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal (p=0,010), ada pengaruh berat badan bayi terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal (p=0,000), ada pengaruh riwayat persalinan terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal (p=0,001) di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) Darul Imarah. Kesimpulan: Pada penenlitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh paritas, jarak kehamilan, berat badan bayi, riwayat persalinan terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal Kata Kunci : Ruptur perineum, ibu bersalin normal Pendahuluan Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan di Indonesia dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya AKI di Indonesia termasuk tinggi, Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) AKI di Indonesia adalah 214/100.000 kelahiran hidup. Di negara maju hanya 27/100.000

Upload: nidia-ranah-azmi-lbs

Post on 20-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kebidanan

TRANSCRIPT

  • 1

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA RUPTUR

    PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL DI PUSKESMAS

    PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCY

    DASAR (PONED) DARUL IMARAH

    ACEH BESAR

    ROSDIANA

    Mahasiswi Pada STIKes UBudiyah Banda Aceh

    D-IV Kebidanan

    INTI SARI

    Latar Belakang: Terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (yang mencakup

    paritas, jarak kelahiran dan berat badan lahir), riwayat persalinan yang mencakup ekstraksi cunam,

    ekstraksi vakum dan episiotomy. Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

    (Poned) Darul Imarah tahun 2013 merupakan salah satu puskesmas yang menerima persalinan

    dengan jumlah kunjungan rata-rata 120 ibu bersalin per tahunnya. Dari jumlah tersebut terdapat 56

    ibu bersalin yang mengalami rupture perineum atau sekitar 46,7%. Hal yang mendasari penelitian

    dilakukan di Puskesmas Poned Darul Imarah karena masih banyak ibu bersalin yang mengalami

    ruptur perineum.

    Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ruptur

    perineum pada ibu bersalin normal di puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

    (Poned) Darul Imarah

    Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah penelitian bersifat analitik. Populasi dalam penelitian

    ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Darul Imarah dari bulan Januari 2012 sampai dengan Januari

    2013 berjumlah 56 orang. Cara pengambilan sampel dengan total populasi. Data dikumpulkan

    dengan menggunakan kuesioner selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat.

    Hasil Penelitian: Ada pengaruh paritas terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin

    normal (p=0,040), ada pengaruh jarak kehamilan terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu

    bersalin normal (p=0,010), ada pengaruh berat badan bayi terhadap kejadian ruptur perineum pada

    ibu bersalin normal (p=0,000), ada pengaruh riwayat persalinan terhadap kejadian ruptur perineum

    pada ibu bersalin normal (p=0,001) di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah.

    Kesimpulan: Pada penenlitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh paritas, jarak

    kehamilan, berat badan bayi, riwayat persalinan terhadap kejadian ruptur perineum pada ibu

    bersalin normal

    Kata Kunci : Ruptur perineum, ibu bersalin normal

    Pendahuluan

    Pembangunan kesehatan yang

    dilaksanakan secara

    berkesinambungan di Indonesia

    dalam tiga dekade ini telah cukup

    berhasil meningkatkan derajat

    kesehatan. Namun demikian derajat

    kesehatan di Indonesia masih

    terhitung rendah apabila

    dibandingkan dengan negara-negara

    tetangga. Permasalahan utama yang

    dihadapi adalah rendahnya kualitas

    kesehatan penduduk yang antara lain

    ditunjukkan dengan masih tingginya

    Angka Kematian Ibu (AKI).

    Dibandingkan dengan Negara-negara

    ASEAN lainnya AKI di Indonesia

    termasuk tinggi,

    Menurut Riset Kesehatan Dasar

    (Riskesdas, 2010) AKI di Indonesia

    adalah 214/100.000 kelahiran hidup.

    Di negara maju hanya 27/100.000

  • 2

    kelahiran hidup sementara itu di

    negara berkembang AKI kira-kira

    mencapi 18 kali lebih tinggi sekitar

    480/100.000 kelahiran hidup. Salah

    satu penyebabnya karena

    pertolongan persalinan di negara

    berkembang, khususnya di Indonesia

    ditolong oleh tenaga dukun.

    Penyebab utama kematian ibu di

    negara berkembang adalah faktor

    obstetri langsung, yaitu perdarahan

    post partum, infeksi dan eklamsi

    (Rahmaningtyas, Wijayanti, &

    Kokoeh, 2010).

    Perdarahan postpartum merupakan

    penyebab kematian ibu, kematian ibu

    ini disebabkan oleh perdarahan

    antepartum (plasenta previa, solusio

    plasenta, kehamilan ektopik,

    plasenta previa, solusio plasenta,

    ruptur uteri). Salah satu penyebab

    perdarahan adalah robekan jalan lahir

    (ruptur perineum), robekan ini dapat

    terjadi bersamaan dengan atonia

    uteri. Perdarahan pasca persalinan

    dengan uterus yang berkontraksi baik

    biasanya disebabkan karena serviks

    atau vagina.Ruptur perineum adalah

    perlukaan jalan lahir yang terjadi

    pada saat kelahiran bayi baik

    menggunakan alat maupun tidak

    menggunakan alat. Ruptur perineum

    disebabkan paritas, jarak kelahiran,

    berat badan bayi, pimpinan

    persalinan tidak sebagaimana

    mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi

    vakum, trauma alat dan episiotomi

    (Nasution, 2007).

    Terjadinya ruptur perineum

    disebabkan oleh faktor ibu sendiri

    (yang mencakup paritas, jarak

    kelahiran, dan berat badan lahir),

    riwayat persalinan yang mencakup

    ekstraksi cunam, ekstraksi vakum

    dan episiotomi (Manuaba, 2006).

    Penelitian yang dilakukan oleh

    Hutomo (2009) yang berjudul

    Hubungan antara paritas dengan

    kejadian ruptur perineum spontan di

    RSUD Kota Surakarta hasil

    penelitian ini menunjukkan ada

    hubungan antara paritas dengan

    kejadian ruptur perineum

    Rumusan Masalah

    Masih tingginya persentase

    kejadian di Puskesmas Poned Darul

    Imarah dapat disebabkan oleh

    beberapa faktor, maka yang menjadi

    rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi terjadinya ruptur

    perinepum pada ibu bersalin normal

    di puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah?

    Tujuan Penelitian

    Tujuan umum

    Secara umum penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi terjadinya ruptur

    perineum pada ibu bersalin normal di

    puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah

    Tujuan khusus

    Untuk mengetahui pengaruh paritas

    terhadap kejadian ruptur perineum

    pada ibu bersalin normal di

    puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah.

    a. Untuk mengetahui pengaruh jarak kelahiran terhadap kejadian

    ruptur perineum pada ibu

    bersalin normal di puskesmas

  • 3

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned) Darul

    Imarah

    b. Untuk mengetahui pengaruh berat badan bayi terhadap

    kejadian ruptur perineum pada

    ibu bersalin normal di puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned) Darul

    Imarah

    c. Untuk mengetahui pengaruh riwayat persalinan terhadap

    kejadian ruptur perineum pada

    ibu bersalin normal di puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned) Darul

    Imarah

    Manfaat Penelitian

    1. Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu

    yang telah di dapat di bangku

    kuliah serta sebagai tambahan

    tentang faktor yang

    mempengaruhi terjadinya ruptur

    perineum.

    2. Bagi Petugas Kesehatan Sebagai masukan sumbangan

    tentang faktor yang

    mempengaruhi terjadinya ruptur

    perineum.

    3. Bagi Ibu bersalin Dapat menjadi bahan masukan

    tentang pencegahan ruptur

    perineum dan mengenali tanda-

    tanda ruptur perineum.

    Kerangka Konsep

    Mochtar (2005) menyebutkan bahwa

    terjadinya ruptur perineum

    disebabkan oleh faktor ibu sendiri

    seperti paritas, jarak kelahiran dan

    berat badan lahir, riwayat persalinan

    yang mencakup ekstraksi cunam,

    ekstraksi vakum dan episiotomi.

    Pedapat serupa juga disebutkan oleh

    Wiknjosastro (2006) yng

    menyebutkan bahwa ruptur

    perineum paling dominan disebabkan

    karena faktor ibu meliputi paritas,

    jarak kelahiran, riwayat persalinan

    dan berat badan lahir.

    Variabel Independent Variabel Dependent

    Hipotesa

    1. Ada pengaruh paritas terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah.

    2. Ada pengaruh jarak kelahiran terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah.

    3. Ada pengaruh berat badan bayi terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di puskesmas

    Pelayanan Obstetri

    Emergensi Neonatal Dasar

    (Poned) Darul Imarah.

    4. Ada pengaruh riwayat persalinan terhadap kejadian

    ruptur perineum pada ibu

    bersalin normal di puskesmas

    Jarak kelahiran

    Paritas

    Berat badan bayi

    Riwayat

    persalinan

    Ruptur

    Perineum

  • 4

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (Poned)

    Darul Imarah.

    Desain Penelitian Desain Penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini

    adalah penelitian bersifat analitik.

    Populasi dan Sampel

    Populasi yang akan digunakan dalam

    penelitian ini adalah seluruh ibu

    bersalin yang mengalami ruptur

    perineum di Puskesmas Poned Darul

    Imarah dari bulan Januari 2012

    sampai bulan Januari 2013 berjumlah

    56 orang.

    Sampel Teknik pengambilan sampel

    pada penelitian ini adalah total

    populasi dimana seluruh populasi

    dijadikan sampel yaitu 56 orang

    Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di

    Puskesmas Poned Darul Imarah

    Waktu penelitian dimulai dari waktu

    pengajuan judul sampai dengan

    penulisan laporan akhir,

    dilaksanakan pada tanggal 01 sampai

    dengan 05 Juli 2013

    Jenis Pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data dalam

    penelitian ini menggunakan data

    sekunder

    Analisa Data

    Analisa Univariat dilakukan

    untuk mengetahui distribusi

    frekuensi dan persentase masing-

    masing variabel, selanjutnya data

    ditampilkan dalam bentuk table dan

    narasi.

    Analisa Bivariat untuk

    mengetahui hubungan masing-

    masing variable indevenden terhadap

    dependen dengan menggunakan uji

    statistic chi- square. Dengan batas

    kemaknaan (=0,05), diolah dengan

    computer menggunakan SPSS.

    Hasil Penelitian

    Analisa Univariat

    Ruptur Perineum

    Tabel 1

    Distribusi Frekuensi Kejadian Ruptur

    Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di

    Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergency Dasar (PONED)

    Darul Imarah

    No Kejadian Ruptur

    Perineum

    n %

    1

    2

    Ringan

    Berat

    38

    18

    67,9

    32,1

    Jumlah 56 100

    Dari tabel di atas diketahui

    bahwa dari 56 responden, sebagian

    besar berada pada kategori ruptur

    perineum ringan yaitu 38 orang

    (67,9%).

    Paritas Tabel 2

    Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu

    Bersalin Normal Di Puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah

    No Paritas n %

    1

    2

    Primipara

    Multipara

    17

    39

    30,4

    69,6

    Jumlah 56 100

  • 5

    Dari tabel di atas

    diketahui bahwa dari 56 responden,

    sebagian besar mempunyai paritas

    multipara yaitu sebanyak 39 orang

    (69,6%).

    Jarak Kehamilan Tabel 3

    Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan

    Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergency Dasar (PONED)

    Darul Imarah

    No Jarak

    Kehamilan

    n %

    1

    2

    Risiko

    Tidak Berisiko

    25

    31

    44,6

    55,4

    Jumlah 56 100

    Dari tabel di atas diketahui bahwa

    dari 56 responden, sebagian besar

    mempunyai jarak kehamilan kategori

    tidak berisiko yaitu sebanyak 31

    orang (55,4%)

    Berat Badan Bayi

    Tabel 4

    Distribusi Frekuensi Berat Badan

    Bayi Di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah

    No Berat Badan

    Bayi

    n %

    1

    2

    Berisiko

    Tidak Berisiko

    18

    38

    32,1

    67,9

    Jumlah 56 100

    Dari tabel di atas diketahui

    bahwa dari 56 responden yang

    mempunyai berat badan bayi yang

    tidak berisiko yaitu sebanyak 38

    orang (67,9%).

    Riwayat Persalinan Tabel 5

    Distribusi Frekuensi Riwayat Persalinan

    Di Puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah

    No Riwayat

    Persalinan

    n %

    1

    2

    Spontan

    Tindakan

    44

    12

    78,6

    21,4

    Jumlah 56 100

    Dari tabel di atas diketahui

    bahwa dari 56 responden, sebagian

    besar mempunyai riwayat persalinan

    spontan yaitu sebanyak 44 orang

    (78,6%).

    Analisa Bivariat

    Pengaruh Paritas Terhadap

    Kejadian Ruptur Perineum

    Tabel 6

    Pengaruh Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal

    Di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)

    Darul Imarah

    No

    Paritas

    Kejadian Ruptur Perineum

    Jumlah

    p

    Berat Ringan

    n (%) n (%)

    1

    2

    Primipara

    Multipara

    6 (35,3)

    3 (7,7)

    11 (64,7)

    36 (92,3)

    17 (100)

    39 (100)

    0,029

    Berdasarkan tabel 6 diatas

    menunjukkan bahwa ibu yang

    berada pada kategori paritas

    primipara lebih besar

    persentasenya mengalami ruptur

    perineum berat (35,3%)

  • 6

    dibandingkan dengan ibu paritas

    multipara dengan persentase

    mengalami ruptur perineum berat

    (7,7%) di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah.

    Hasil analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,029 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh paritas

    terhadap kejadian rupture

    perineum.

    Pengaruh Jarak Kehamilan

    Terhadap Kejadian Ruptur

    Perineum

    Tabel 7

    Pengaruh Jarak Kehamilan dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin

    Normal Di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah

    No

    Jarak Kehamilan

    Kejadian Ruptur Perineum

    Jumlah

    p

    Berat Ringan

    n (%) n (%)

    1

    2

    Risiko

    Tidak Berisiko

    13 (52,0)

    5 (16,1)

    12 (48,0)

    26(83,9)

    25 (100)

    31 (100)

    0,010

    Berdasarkan tabel 7 diatas

    menunjukkan ibu yang berada pada

    kategori jarak kehamilan berisiko

    lebih besar persentasenya

    mengalami ruptur perineum berat

    (52,0%) dibandingkan dengan ibu

    yang mempunyai jarak kehamilan

    tidak berisiko mengalami ruptur

    perineum berat (16,1%) di

    Puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah.

    Hasil analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,010 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh jarak

    kehamilan terhadap kejadian

    rupture perineum.

    Pengaruh Berat Badan Bayi

    dengan Kejadian Ruptur Perineum

    Tabel 8

    Pengaruh Berat Badan Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin

    Normal Di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah

    No

    Berat Badan Bayi

    Kejadian Ruptur Perineum

    Jumlah

    p

    Berat Ringan

    n (%) n (%)

    1

    2

    Berisiko

    Tidak Berisiko

    12 (66,7)

    6 (15,8)

    6 (33,3)

    32 (84,2)

    18 (100)

    38 (100)

    0,000

    Berdasarkan tabel 8 diatas

    menunjukkan bahwa ibu yang

    mempunyai bayi dengan berat bayi

    berisiko lebih besar persentasenya

    mengalami ruptur perineum berat

    (66,7%) dibandingkan dengan ibu

  • 7

    yang mempunyai bayi berat badan

    tidak berisiko dengan

    persentasenya mengalami ruptur

    perineum berat (15,8%) di

    Puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah.

    Hasil analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh berat badan

    bayi terhadap kejadian rupture

    perineum.

    Pengaruh Riwayat Persalinan

    terhadap Kejadian Ruptur

    Perineum

    Tabel 9

    Pengaruh Riwayat Persalinan dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu

    Bersalin Normal Di Puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergency Dasar (PONED)

    Darul Imarah

    No

    Riwayat Persalinan

    Kejadian Ruptur Perineum

    Jumlah

    p

    Berat Ringan

    n (%) n (%)

    1

    2

    Spontan

    Tindakan

    9 (20,5)

    9 (75,0)

    35 (75,5)

    3 (25,0)

    44 (100)

    12 (100)

    0,001

    Berdasarkan tabel 9 diatas

    menunjukkan bahwa ibu yang

    kategori riwayat persalinan

    tindakan mempunyai persentasenya

    mengalami ruptur perineum berat

    (75,0%) dibandingkan dengan ibu

    yang mempunyai riwayat

    persalinan spontan dengan

    persentase mengalami ruptur

    perineum berat (20,5%) di

    Puskesmas Pelayanan Obstetri

    Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah.

    Hasil analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh riwayat

    persalinan terhadap kejadian

    rupture perineum.

    Pembahasan

    Pengaruh Paritas Terhadap

    Kejadian Ruptur Perineum

    Hasil penelitian menunjukkan

    Berdasarkan tabel 6 diatas

    menunjukkan bahwa ibu yang berada

    pada kategori paritas primipara lebih

    besar persentasenya mengalami

    ruptur perineum berat (35,3%)

    dibandingkan dengan ibu paritas

    multipara dengan persentase

    mengalami ruptur perineum berat

    (7,7%) di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah. Hasil

    analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,029 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh paritas

    terhadap kejadian rupture perineum.

    Paritas adalah jumlah anak

    yang dilahirkan oleh seseorang ibu

    baik hidup maupun mati. Paritas

    mempunyai pengaruh terhadap

    kejadian ruptur perineum. Pada ibu

    dengan paritas satu atau ibu

    primipara memiliki risiko lebih besar

    untuk mengalami robekan perineum

  • 8

    dari pada ibu dengan paritas lebih

    dari satu. Hal ini dikarenakan jalan

    lahir yang belum pernah dilalui oleh

    kepala bayi sehingga otot-otot

    perineum belum meregang

    (Wiknjosastro, 2006).

    Menurut asumsi peneliti

    mayoritas responden yang

    mempunyai paritas multipara

    mengalami kejadian ruptur perineum

    ringan, hal ini disebabkan karena ibu

    yang melahirkan 2 kali mengalami

    kejadian ruptur perineum ringan.

    Kejadian ruptur perineum ringan

    disebabkan karena ibu melahirkan

    normal sehingga ibu tidak

    mengalami robekan jalan lahir dan

    juga ibu telah dua kali melahirkan.

    Jika ibu melahirkan dengan ruptur

    perineum berat, sudah pasti ibu

    mengalami robekan jalan lahir

    dengan melahirkan hanya satu kali.

    Tidak semua ibu yang melahirkan

    mengalami ruptur perineum.

    Pengaruh Jarak Kehamilan

    Terhadap Kejadian Ruptur

    Perineum

    Hasil penelitian menunjukkan

    ibu yang berada pada kategori jarak

    kehamilan berisiko lebih besar

    persentasenya mengalami ruptur

    perineum berat (52,0%)

    dibandingkan dengan ibu yang

    mempunyai jarak kehamilan tidak

    berisiko mengalami ruptur perineum

    berat (16,1%) di Puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergency Dasar (PONED) Darul

    Imarah. Hasil analisis statistik

    dengan menggunakan uji chi square

    test diperoleh nilai p=0,010 < 0,05

    hal ini berarti ada pengaruh jarak

    kehamilan terhadap kejadian rupture

    perineum.

    Penelitian terdahulu yang

    berjudul tentang faktor-faktor yang

    berhubungan dengan terjadinya

    ruptur perineum pada ibu bersalin di

    RSCM Jakarta Periode Januari-April

    2009. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa ada hubungan jarak kelahiran

    dengan derajat ruptur perineum.

    Menurut asumsi penelitian

    mayoritas responden mempunyai

    jarak kehamilan beresiko mengalami

    kejadian ruptur perineum berat. Hal

    ini disebabkan karena ibu yang

    mempunyai jarak kehamillan kurang

    dari 2 tahun rata-rata mengalami

    robekan jalan lahir berat. Robekan

    jalan lahir disebabkan karena ibu

    melahirkan terlalu cepat sehingga

    proses pemulihan jalan lahir belum

    sempurna dan robekan perineum

    dapat terjadi pada saat melahirkan

    lagi.

    Pengaruh Berat Badan Bayi

    dengan Kejadian Ruptur Perineum

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa ibu yang mempunyai bayi

    dengan berat bayi berisiko lebih

    besar persentasenya mengalami

    ruptur perineum berat (66,7%)

    dibandingkan dengan ibu yang

    mempunyai bayi berat badan tidak

    berisiko dengan persentasenya

    mengalami ruptur perineum berat

    (15,8%) di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah. Hasil

    analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh berat badan

    bayi terhadap kejadian rupture

    perineum.

    Berat badan janin dapat

    mengakibatkan terjadinya ruptur

  • 9

    perineum yaitu pada berat badan

    janin diatas 3500 gram, karena risiko

    trauma partus melalui vagina seperti

    distosia bahu dan kerusakan jaringan

    lunak pada ibu. Perkiraan berat janin

    tergantung pada pemeriksaan klinik

    atau ultrasonografi dokter atau

    bidan. Pada masa kehamilan,

    hendaknya terlebih dahulu mengukur

    tafsiran beran badan janin (Chalik,

    2009). Dari uraian diatas terlihat

    bahwa faktor ibu dalam hal paritas

    memiliki kaitan dengan terjadinya

    ruptur perineum. Ibu dengan paritas

    satu atau ibu primipara mengalami

    resiko yang lebih tinggi. Jarak

    kelahiran kurang dari dua tahun juga

    termasuk dalam kategori risiko tinggi

    karena dapat menimbulkan

    komplikasi dalam persalinan. Dalam

    kaitannya dengan terjadinya ruptur

    perineum, maka berat badan bayi

    yang berisiko adalah berat badan

    bayi diatas 3500 gram.

    Menurut asumsi peneliti

    mayoritas responden mempunyai

    berat badan bayi berisiko ternyata

    mengalami kejadian rupture

    perineum berat. Hal ini disebabkan

    karena ibu bersalin yang melahirkan

    bayi dengan berat badan bayi kurang

    dari 2500 dan > 2500 mengalami

    ruptur perineum berat.

    Pengaruh Riwayat Persalinan

    terhadap Kejadian Ruptur

    Perineum

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa ibu yang kategori riwayat

    persalinan tindakan mempunyai

    persentasenya mengalami ruptur

    perineum berat (75,0%)

    dibandingkan dengan ibu yang

    mempunyai riwayat persalinan

    spontan dengan persentase

    mengalami ruptur perineum berat

    (20,5%) di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    (PONED) Darul Imarah. Hasil

    analisis statistik dengan

    menggunakan uji chi square test

    diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 hal

    ini berarti ada pengaruh riwayat

    persalinan terhadap kejadian rupture

    perneum.

    Menurut JNPK-KR (2002).

    Apabila terjadi peregangan perineum

    yang berlebihan sehingga ditakuti

    akan terjadi robekan perineum,

    misalnya pada primipara, persalinan

    sungsang, persalinan dengan

    ekstraksi cunam, ekstraksi vakum

    dan anak besar. Meskipun episiotomi

    rutin sering dilakukan di masa lalu

    (karena para penolong persalinan

    percaya bahwa dengan melakukan

    episiotomi akan mencegah penyulit

    dan infeksi.

    Menurut asumsi peneliti

    mayoritas ibu bersalin yang

    mengalami riwayat persalinan yang

    spontan ternyata mengalami kejadian

    ruptur perineum berat, sedangkan

    ibu bersalin yang mengalami

    riwayat persalinan tindakan ternyata

    mengalami ruptur perineum ringan.

    Hal ini disebabkan karena ibu

    bersalin yang mempunyai riwayat

    persalinan dengan tindakan tentu

    mengalami ruptur perineum ringan

    dikarenakan ibu pada saat

    melahirkan harus menggunakan alat-

    alat, seperti operasi sehingga jalan

    lahir tidak terjadi robekan jalan lahir.

    Sedangkan pada ibu yang

    mempunyai riwayat persalinan

    spontan mempunyai rupture

    perineum berat karena ibu

    melahirkan normal, dan sudah pasti

    mengalami robekan jalan lahir.

  • 10

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Ada pengaruh paritas terhadap

    kejadian ruptur perineum pada

    ibu bersalin normal di Puskesmas

    Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergency Dasar (PONED) Darul

    Imarah

    2. Ada pengaruh jarak kehamilan

    terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah.

    3. Ada pengaruh berat badan bayi

    terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah.

    4. Ada pengaruh riwayat persalinan

    terhadap kejadian ruptur

    perineum pada ibu bersalin

    normal di Puskesmas Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergency

    Dasar (PONED) Darul Imarah.

    Saran

    a. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dapat

    mengaplikasikan ilmu yang telah

    di dapat di bangku kuliah serta

    sebagai tambahan tentang faktor

    yang mempengaruhi terjadinya

    ruptur perineum.

    b. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat menjadi

    masukan sumbangan tentang

    faktor yang mempengaruhi

    terjadinya ruptur perineum.

    REFERENSI

    Budiarto, 2006. Biostatistik Untuk

    Kedokteran dan Kesehatan

    Masyarakat. EGC, Jakarta

    Depkes. 2007. Pelatihan Asuhan

    Persalinan Normal & Inisiasi

    Menyusu Dini. JNPK KR,

    Jakarta

    Handaya. 2009. Penanganan

    preeklampsia/eklampsia.

    Prosiding Seminar Konsep

    Mutakhir Preeklampsia,

    Jakarta

    Liewellyin, 2008. Dasar-Dasar

    Obstetri dan Ginekologi.

    Hipokrates, Jakarta

    Marthius, 2007. Bedah kebidanan

    Martius, EGC, Jakarta

    Mochtar, 2005, Sinopsis Obstetri

    Fisiologi Patologi, Edisi III,

    EGC, Jakart

    Machfoedz, 2009. Metode

    Penelitian, Fitramaya,

    Yogyakarta

    Rukiyah, A.Y, dkk. 2009. Asuhan

    Kebidanan II (Persalinan).

    CV. Trans Info Media,

    Jakarta

    Rahmawati, 2011. Perawatan Masa

    Nifas. Fitramaya,

    Yogyakarta

    Saifuddin. 2006. Pelayanan

    Kesehatan Maternal Dan

    Neonatal. Bina Pustaka,

    Jakarta

    Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu

    Kandungan. Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo, Jakarta

  • 11