room b, korupsi sektor pendidikan

32
LANCAR KORUPSI KARENA DIULANG Paparan Fakta Korupsi Di Sektor Pendidikan : Studi Kasus Di Sumatera Utara T.R. Arif Faisal Koordinator Eksekutif Sentra Advokasi untuk Hak Pendidikan Rakyat, email : [email protected]

Upload: indonesia-anti-corruption-forum

Post on 27-May-2015

462 views

Category:

Government & Nonprofit


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Room b, korupsi sektor pendidikan

LANCAR KORUPSI KARENA DIULANGPaparan Fakta Korupsi Di Sektor Pendidikan :

Studi Kasus Di Sumatera Utara

T.R. Arif Faisal Koordinator Eksekutif Sentra Advokasi untuk Hak Pendidikan Rakyat,

email : [email protected]

Page 2: Room b, korupsi sektor pendidikan

Pendahuluan

Faktanya memang semua keluarga berurusan dengan pendidikan, setiap keluarga bersoal dengan sekolah anak-anaknya, baik urusan biaya, antar-jemput anak, prestasi anak, hingga kekerasan di sekolah yang akhir-akhir ini begitu ditentang oleh orang tua. Namun dari semua permasalahan pendidikan, kami akan melihatnya dari pendeka-tan pembiayaan, yang secara menyeluruh menyangkut politik anggaran dalam bi-dang pendidikan.

Page 3: Room b, korupsi sektor pendidikan

Pembiayaan, sebagaimana dilaksanakan, selalu beriringan dengan korupsi yang semakin merajalela. Bagaimana pembiayaan pendidikan

dilaksanakan? Bagai-mana korupsi dilakukan di sekolah dan dinas pendidikan, bagaimana modus dan siapa pelakunya?

Lalu bagaimana penegakan hukumnya? Apa pula dampak korupsi di sektor pendidikan

terhadap penyelenggaraan pendidikan? Sederet pertanyaan ini ialah topik-topik yang akan kita bahas dalam presentase singkat ini

Page 4: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut : Banyak pihak yang berusaha menghitung secara pasti biaya pendidikan

se-orang anak di sekolah. Tetapi perhitungan itu tetap saja tidak menghasilkan suatu gambaran yang memuaskan. Sebab pendidikan (baca : sekolah) terposisikan secara sosial, maka biaya pendidikan juga mengikuti susunan itu. Sekolah-sekolah di pusat kota (anak-anak golongan elit seperti pejabat, pengusaha, politisi, pegawai pemerintah), tentu berbiaya lebih tinggi dibanding dengan sekolah di pinggiran kota (anak tukang becak, pekerja rumah tangga, dan buruh kasar pabrik bersekolah disana).

Meskipun sekolah favorit di pusat kota lebih mahal, tetapi orang tua siswa tidak kesulitan membayarnya. Sangat berbeda dengan sekolah di pinggiran kota atau desa, biayanya begitu menyulitkan orang tua siswa.

Oleh karena itu tentu sebuah hasil studi tentang biaya pendidikan tidak dapat berlaku bagi semua golongan sosial. Lebih jauh, perhitungan tentang biaya juga menjadi sesuatu yang relatif. Dengan demikian, kesulitan membiayai sekolah anak, berapapun tingginya, tidak dirasakan oleh golongan elit perkotaan. Tapi bagi golongan sub-urban dan Perdesaan.

Page 5: Room b, korupsi sektor pendidikan

lanjut• Kampanye selama ini mengatakan bahwa

“pendidikan yang bermutu itu mahal.” • kampanye “sekolah gratis” melalui program-

program yang bersifat charity, dalam skema bantuan sosial

• Model penyaluran macam ini ternyata menguatkan pula diktum di atas, bahwa biaya pendidikan yang mahal itu ditanggung oleh masyarakat, dan pemerintah hanya “membantu” saja

Page 6: Room b, korupsi sektor pendidikan

Biaya Pendidikan satu jenjang hingga tamat, per-anak (biaya terendah SMP/SMA)

No Jenis Volume Total

1 Biaya Awal 1 x 867.000 867.000

2 Biaya Tahunan 3 x 450.000 1.350.000

3 Biaya Semester 6 x 705.000 4.230.000

4 Biaya Bulanan 36 x 516.000 18.576.000

5 Biaya Insidental 3 x 80.000 240.000

6 Biaya Akhir 1 x 635.000 635.000

Total 25.898.000

Page 7: Room b, korupsi sektor pendidikan

Pendidikan Memiskinkan, Pemelihara Ketidakadilan Sosial

Bagaimana dengan nasib anak :• Para Pengangguran• Pekerja Rumah Tangga• Buruh tidak tetap (tani, harian, borongan, dsb)• Dan pekerja disektor yang tidak terlindungi

lainnya.

Page 8: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut :

• Pendidikan yang membawa perubahan, tentulah pendidikan bermutu, meningkatkan kualitas anak. Tetapi benarkah pendidi-kan sudah bermutu. Dan jika pendidikan bermutu memang mahal, benar-kah jika masyarakat yang harus menanggung biaya pendidikan yang mahal itu?

• Kenyataan diatas menunjukkan bahwa orangtua menanggung biaya pendidi-kan yang mahal dan bahkan memiskinkan. Parahnya biaya pendidikan tersebut menambah kesulitan dan beban keluarga miskin, menyebabkan tidak terpenuhinya atau dikuranginya kebutuhan yang lain.

• Selanjutnya yang semakin memperparah keadaan ialah, bahwa pendidikan berbiaya tinggi tersebut memupuskan harapan orangtua untuk dapat memperbaiki kehidupan keluarga. Sebab, pendidikan yang telah memiskinkan tersebut ternyata tidak membekali anak mereka, atau tidak mem-buka peluang bagi mereka, untuk mengakses sumber-sumber penghidupan yang layak sehingga bisa memperbaiki nasib keluarga.

• Kenyataan juga menunjukkan bahwa sebagian besar anak – anak sub urban, yang perempuan menjadi PRT dan atau TKI, sedangkan anak lelaki menjadi pekerja upahan atau menjadi buruh. Pada mereka tidak terdapat akses untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Selain karena pendidikan yang tidak bermutu di sekolah pinggiran, mereka juga tidak dibesarkan dengan gizi yang baik. Dengan demikian, pendidikan tidak dapat menjadi solusi dan membawa perubahan ekonomi masyarakat, malah bahkan mempertahan-kan keadaan, pendidikan yang mahal ini menjadi pemelihara ketidakadilan sosial.

Page 9: Room b, korupsi sektor pendidikan
Page 10: Room b, korupsi sektor pendidikan

Kerugian Negara 2004-2011Total Potensi

KerugianKerugian (Dalam

Penyidikan)Diperiksa di Pengadilan Kab/Kota

Diperiksa di Pengadilan

Tipikor Medan

5.608.029.547.723,

-

1.763.803.865.394,

-

335.458.759.892,- 136.767.720.047,-

Page 11: Room b, korupsi sektor pendidikan

Perbandingan Sumber Dana yang Dikorupsi di Sumatera Utara

APBD APBD Sumut APBN/D (DAK/BOS) APBN0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sumber Dana yang Dikorupsi

Page 12: Room b, korupsi sektor pendidikan

Peningkatan Angka Korupsi di Sumatera Utara 2004-2013

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

20

40

60

80

100

120

140

Korupsi per Tahun Anggaran

Page 13: Room b, korupsi sektor pendidikan

Persentase Korupsi pada Sektor-Sektor di Pemerintahan

Korupsi per Sektor

Sekretariat Daerah

Pekerjaan Umum & Bina Marga

Pertanian & Peternakan

Tata Ruang/Permukiman

Pendidikan

Kebersihan/Pertamanan/Pasar

Kehutanan

Kelautan & Perikanan

Kesehatan

Koperasi & UKM

BUMD

Pertanian & Peternakan

PPKAD

Lain-Lain

Page 14: Room b, korupsi sektor pendidikan

Jenis Korupsi Dana Pendidikan

Jenis Korupsi Dana Pendidikan

Bantuan Operasional/Dana RutinFasilitas Belajar/Buku/PeragaPembangunan/Rehab FisikPemotongan Insentif/Tunjangan Guru

Page 15: Room b, korupsi sektor pendidikan

Jumlah Pelaku KorupsiTerduga/

Belum jadi Tersangka

Terperiksa/Tersangka

Belum diajukan Ke Pengadilan

TerdakwaPN Kab/Kota Pengadilan Tipikor Medan

2004-2011 2011 2012 2013

49 orang 171 orang 72 orang 51 orang 104 orang 120 orang

Page 16: Room b, korupsi sektor pendidikan

Persentase Jabatan Para Terdakwa Korupsi yang diperiksa di PN TPK Medan

Jabatan Pelaku Korupsi

Kepala Daerah

Kepala Dinas/Biro/PA/KPA

PPK

PPTK

Bendahara Pengeluaran/Umum

Rekanan/Swasta

Page 17: Room b, korupsi sektor pendidikan

Jaringan Politik Tingkat Lokal

Bupati/Walikota Gubernur

Polres dan Kejaksaan Negeri/Tinggi

Kodim/ Kodam

Media Massa & Pressure Group

Lainnya

Elit dan Tokoh Ormas Tingkat

Lokal

Elit Partai & Pimpinan DPRD

Pengusaha/ Black Market

Page 18: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lancar Mengulang Korupsi : Kasus Korupsi Pendidikan

• Kabupaten Langkat : Azizah M Seif (Kepala Dinas Pendidikan), dan tiga orang staf Dinas Pendidikan ; Adita Bangun, Ismail Gunawan, dan Legimun, telah dijatuhi hukuman karena melakukan korupsi pada kegiatan rehabilitasi gedung sekolah dan pengadaan ATK, yang bersumber dari DAK Pendidikan 2007. Korupsi Dinas Pendidikan kembali dilakukan oleh Syam Sumarno (Kepala Dinas Pendidikan) pada kegiatan Pengadaan Buku dan Alat Peraga yang juga bersumber dari DAK Pendidikan, pada tahun anggaran 2010.

• Kabupaten Dairi : Lamser Lumbangaol (Kepala UPT Dinas Pendidikan) diajukan sebagai terdakwa korupsi Dana Tunjangan Penghasilan Guru PNS Tahun 2010, di Pengadilan Tipikor Medan. Lamser yang merugikan negara Rp 136.000.000,- divonis 3 tahun penjara. Namun setahun berikutnya korupsi kembali berulang. Pasder Berutu (Kepala Dinas Pendidikan) juga telah ditetapkan sebagai tersangka korusi DAK/APBN Pendidikan 2011 oleh Kejati Sumatera Utara (9/01/2013).

• Kota Tebing Tinggi : Terjadi korupsi pendidikan secara berulang kali. Umi Kalsum (Kepala SMK N 3) mengorupsi dana Subsidi Program Layanan Dasar (School Grant), yang bersumber dari APBD 2006. Kemudian Kasinun (PPTK Dinas Pendidikan) mengorupsi dana pengadaan lahan SMKN 4 Tebing Tinggi yang bersumber dari APBD 2008. Selanjutnya M Zainal Abidin (Kepala SMP N 8) mengorupsi dana BOS yang bersumber dari APBN 2009.

Page 19: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut• Kota Binjai : Elfrida Hanum (Kepala SDN 020267) melakukan korupsi dana BOS yang bersumber dari APBN

2006-2007. Misron Hayat (Kepala Dinas Pendidikan) melakukan korupsi rehab gedung dan infrastruktur sekolah yang bersumber dari APBN/DAK 2007. Kemudian terjadi korupsi pada proyek yang sama (rehabilitasi gedung) pada tahun 2008 oleh Rahmat Saleh (Kabid Sarpras) dan 2009 oleh Partoyo (Kabid Sarpras). Pada 2010 Dwi Anang Wibowo (Kepala Dinas Pendidikan), Bagus Bangun (PPK), Syahri Ginting (PPTK) dan Joni Maruli (Ka. Panitia Tender) melaku-kan korupsi pengadaan buku. Selain itu masih terdapat sejumlah dugaan korupsi seperti Dana PSB dan UAS (Dwi Anang Wibowo), dan Pungli Jabatan Kepala Sekolah (Walikota Idaham dan Dwi Anang Wibowo). Pada tahun 2013 ditemukan korupsi oleh Khaidir Nasution Kepala Sekolah SMAN 7 Kota Binjai terhadap uang Komite Sekolah T.A. 2011/2012 berjumlah Rp.300.000.000,-; uang Komite Sekolah (Juli s.d Desember 2012) berjumlah Rp.154.000.000,-; uang Komite Sekolah (Januari s.d Maret 2013) berjumlah Rp. 77.100.000,-; Bantuan Siswa Miskin (Juli s.d Desember 2011) berjumlah Rp. 13.650.000,-; Bantuan Siswa Miskin (Januari s.d Juni 2012) berjumlah Rp. 13.650.000,-; Bantuan Siswa Miskin (Juli s.d Desember 2012) berjumlah Rp. 15.600.000,-; Bantuan Siswa Miskin (Januari s.d Juni 2013) berjumlah Rp. 15.600.000,-; Dana OSIS berjumlah Rp 40.092.000,-; Bansos untuk Ruang Kelas Baru (RKB) berjumlah Rp.330.000.000,-, total yang jumlah yang dikorupsi sebesar Rp.959.792.000,- Kerugian Negara mencapai 5.444.380,- dari total nilai proyek 123.375.000,-. Pelaku divonis dengan hukuman 1 (satu) tahun penjara pada 28 April 2008.

• Total nilai proyek adalah 8.121.000.000,- yang bersumber dari APBN/DAK 2007. Pelaku sudah disidik oleh Kejaksaan Negeri Binjai.

• Total nilai proyek Rehabilitasi yang bersumber dari APBN/DAK ini ialah 15 miliar (2008) dan 10,6 miliar (2009).

• Total nilai proyek yang bersumber dari APBN/DAK 2010 ini ialah 2.250.405.500,-. Keempat pelaku sudah disidik di Kejari Binjai.

• Belum ditindaklanjuti melalui proses penyidikan. Masih dalam proses penyelidikan.

Page 20: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut• Kabupaten Karo : Kepala Dinas Pendidikan (Drs. AM) mengorupsi 663 juta dari 3,9 miliar

dana Rehabilitasi Gedung Sekolah dan Pengadaan Meubiler di 39 SD pada tahun 2005. Pada 2009 dan 2010 terjadi korupsi dalam proyek Karo Community College. Dan pada 2011 terjadi korupsi dana kegiatan rutin dan belanja ATK Dinas Pendidikan.

• Kabupaten Simalungun : Pada 2007 Zulkarnen Damanik (Bupati) mengorupsi DAK Pendidikan dengan total nilai proyek 18,025 miliar. Proyek yang sama dikorupsi lagi pada tahun 2009 oleh Lamhot Tua (Bend.Disdik) dengan nilai proyek 52 miliar. Pada 2010 Wasin Sinaga (Kepala Dinas Pendidikan) dan JR Saragih (Bupati) melakukan Dana Insentif Guru non PNS yang bersumber dari APBD senilai 1,2 miliar. Pada 2011 Wasin Sinaga melakukan pungli dana sertifikasi 1.300 orang guru.

• Kota Padangsidimpuan : Ali Imron Siregar (Kepala SDN 101730) melakukan korupsi pembangunan ruang kelas dan MCK yang bersumber dari APBN/DAK 2009. Pada tahun yang sama Panongonan Muda Hasibuan (Kepala Dinas Pendidikan) dan Maskur Hasibuan mengorupsi dana Reboisasi untuk Pendidikan yang bersumber dari APBN/DAK 2009.

• Ali Imron divonis 3 tahun penjara dan membayar Uang Pengganti sebesar 18 juta, atas korusi sebesar Rp 18 juta dari total nilai proyek 240 juta. Panongonan Muda Hasibuan divonis 1 tahun 6 bulan penjara, dan denda 50 juta.

Page 21: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut :• Kota Medan : Pada 2007 terjadi korupsi pembangunan gedung politeknik

Kesehatan Medan yang bersumber dari APBN senilai 9,3 miliar. Sebesar 2,940 miliar dikorupsi oleh Yong Ahe Nehe, Koesman Wisohudiono, dan Daulat Tampubolon. Korupsi terjadi lagi pada 2010, terhadap proyek pengadaan alat laboratorium Politeknik Medan, dengan nilai proyek 4,5 miliar dari APBN. Perbuatan Sihar Simamora, Syah-buddin Siregar, Herman Taher dan Dewi Komariah mengakibatkan negara dirugikan sebesar 2,1 miliar. Korupsi berulang lagi pada 2012 dalam proyek Rehabilitasi dan Pembangunan Gedung Sekolah dengan nilai proyek sebesar 40,4 miliar, yang dila-kukan oleh Rajab Lubis (Kadisdik), Zakaria Harahap (KPA), Eva Yunismin (PPTK).

• Kabupaten Deli Serdang : Pada 2007 Kepala Dinas Dikpora dan 27 orang Kepala Sekolah melakukan korupsi dana alokasi khusus pendidikan senilai 36,6 miliar. Pada 2010, Hj. Saadah (Kadisdikpora) mengorupsi 6 miliar dari 17,7 miliar dana Kesejah-teraan yang bersumber dari program Bantuan Daerah Bawahan APBD Provsu.

• Kabupaten Humbang Hasundutan : Binsen Tinambunan (Kepala SMP 3 Parlilitan) melakukan korupsi dana BOS dan BSM sebesar 158 juta dari total 300 juta, yang bersumber dari APBD 2008-2010. Korupsi berulang lagi pada 2011 terhadap proyek pengadaan komputer untuk LAB TIK senilai 100 juta, oleh SL (mantan Kabid Dikdas Dinas Pendidikan) yang bersumber dari APBN 2011.

Page 22: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut :Beberapa korupsi yang berulang di berbagai Kabupaten/Kota antara lain adalah, Labuhanbatu : Korupsi dana Sertifikasi 233 orang guru (senilai 6,7 miliar) oleh Halo-moan (bendahara Disdik) dan Agus Susanto (Plt. Kadisdik). Nias : Terjadi korupsi terhadap proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Sekolah senilai 49,5 miliar (APBN/DAK 2007-2008) dan proyek Rehabilitasi dan Pembangunan gedung sekolah senilai 20,5 miliar (APBN/DAK 2007). Pakpak Bharat : Drs. MM mengorupsi angga-ran Operasional Dinas Pendidikan (APBD 2005). Kota Sibolga : Rustam Manalu (Kadis Pendidikan) dan Lamser Tambunan melakukan korupsi Pengadaan Buku Per-pustakaan SD sebesar 570 juta dari 1,5 miliar yang bersumber dari APBN/DAK 2010. Kepala SMA Muhammadiyah 15 Sibolga melakukan korupsi Pembangunan Gedung Perpustakaan dengan nilai proyek 145 juta yang bersumber dari APBN 2007.

Page 23: Room b, korupsi sektor pendidikan

Rantai Doeka Tjita Rakyat yang Berkepanjangan

Page 24: Room b, korupsi sektor pendidikan

Dampak Sosial Korupsi Di Sektor Pendidikan

• Sebuah logika “sesat” yang dikembangkan pemerintah ialah, bahwa angka putus sekolah menurun setiap tahunnya. Padahal sesungguhnya, angka putus sekolah terakumulasi dari tahun ke tahun, karena siswa yang putus sekolah pada tahun sebelumnya tidak dapat ditanggulangi atau dikembalikan ke bangku sekolah pada tahun berikutnya.

Page 25: Room b, korupsi sektor pendidikan

Di Indonesia

• Merujuk kepada angka kemiskinan memakai data BPS per September 2013, di Sumatera Utara Penduduk miskin sebesar 1.390.000,80, dengan pendapatan rata-rata Rp. 330 517 (kota) dan Rp. 292.186 (desa), perbandingan pendapatan dan pengeluaran yang harus ditanggung, maka dapat disimpulkan angka putus sekolah = angka kemiskinan.

• Di Indonesia, masih dengan data yang sama jumlah Penduduk Miskin 28 553.000,93 dengan pendapatan rata rata Rp. 308 826 (kota) dan

Rp. 275.779 (desa).• Maka disimpulkan angka putus sekolah = angka putus sekolah.

Page 26: Room b, korupsi sektor pendidikan

Kemana Yang Putus Sekolah dari tahun ke tahun tersebut

• angkatan kerja di Sumatera Utara berjumlah 6.322.414 orang (2009) 6.402.891 orang (2010). Sementara jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 5.800.771 orang (2009) 5.890.066 orang (2010) (RPJP Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.). Dari angka tersebut, angka pengangguran cukup besar di Sumatera Utara. Pe-ngangguran ini berkorelasi dengan tingkat kemiskinan di Sumatera Utara.

• Kedua, jumlah penduduk miskin, yakni penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Sumatera Utara pada bulan Maret 2009 sebesar 1.499.700 orang (11,51 persen), Maret 2010 berjumlah 1.490.900 orang (11,31 persen), Maret 2011 sebanyak 1.481.300 orang (11,33 persen), Maret 2012 sebanyak 1.407.200 orang (10,67 persen) dan September 2012 sebanyak 1.378.400 orang (10,41 persen). (Dirangkum dari berita resmi Badan Pusat Statistik Sumatera Utara).

Page 27: Room b, korupsi sektor pendidikan

Angka Kejahatan

No Jenis Kejahatan

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Pencurian 1.381 1.349 1.299 1.215

2 Pembunuhan 411 387 415 401

3 Pemerasan 327 298 285 277

4 Penggelapan 201 197 215 315

5 Penipuan 305 298 327 301

6 Perjudian 547 713 685 787

7 Perampokan 218 311 307 405

8 Kamtibmas 358 341 323 415

Page 28: Room b, korupsi sektor pendidikan

Pendidikan Pelaku

Rata-rata pelaku kejahatan kerah biru (blue collar crime), tidak tamat SD, tidak tamat SMP dan tidak tamat SMA (vide data Putusan)

Page 29: Room b, korupsi sektor pendidikan

Kesimpulan• Ketersediaan (Availability) sarana dan prasarana pendidikan yang

bermutu masih belum dipenuhi. Terbukti bahwa korupsi paling banyak dilakukan pada proyek pembangunan fisik (gedung/sarana sekolah). Ini berarti hal yang paling mendasar seperti ketersediaan fisik sekolah beserta fasilitas belajarnya, belum dipenuhi oleh pemerintah. Kemudian

• Keterjangkauan (Accessibility) sekolah secara sosial dan ekonomi masih diskriminatif. Terjadi kastanisasi dan komersialisasi sekolah dengan label strandar Internasional, Nasional, dan status lainnya. Sehingga anak-anak dari golongan sosial-ekonomi tertentu, tidak dapat mengakses sekolah pada golongan di atasnya. Sementara keterjangkauan dari aspek fisik, hanya Sekolah Dasar saja yang benar-benar darpat diakses tanpa mengeluarkan biaya tambahan (uang transport), sedangkan SMP dan SMA, kebanyakan diakses dengan biaya tambahan.

Page 30: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lanjut :

• Keberterimaan (Acceptability) masyarakat terhadap kurikulum dan model pendidikan masih sangat problematis. Beberapa program pendidikan seperti Ujian Nasional dan Uji Kompetensi Guru banyak ditentang oleh masyarakat. Bahkan yang terakhir, perubahan kurikulum KBK, lalu KTSP menjadi kurikulum 2013, diperdebat-kan oleh banyak kalangan. Terutama guru, sebagai pelaksana langsung kurikulum di kelas, menganggap perubahan kurikulum tidak berpengaruh pada pembelajaran di kelas, sebab apapun kurikulumnya, tidak akan mengubah model pembelajaran. Tentu kita melihat ada masalah yang lebih mendasar pada pelaksanaan kurikulum.

Page 31: Room b, korupsi sektor pendidikan

Lebih lanjut :• Adaptability (Kesesuaian) pendidikan terhadap perubahan masyarakat dan

perkembangan, menunjukkan respon dunia pendidikan yang temporer dan seketika. Sektor pendidikan lebih bersifat reaktif dari pada antisipatif, sehingga terlalu sibuk menanggapi gejolak perubahan dunia atau nasional, sampai kehilangan arahnya sendiri. Misalnya sekolah-sekolah saat ini sibuk dengan pergeseran ke Teknologi Informasi, sehingga dianggap model pembelajaran yang baik adalah yang menggu-nakan komputer atau fasilitas yang berbau IT. Selain itu, banyak sekolah-sekolah merespon perubahan global dengan pembelajaran bahasa inggris, dengan tujuan agar lulusannya dapat bekerja di perusahaan asing. Respon-respon sekolah yang “latah” ini sangat buruk, dan tidak dapat menjadi pilar pembangunan nasional, karena hanya mampu menyediakan “kuli-kuli” untuk bekerja pada perusahaan asing yang beroperasi di tanahnya sendiri. Demikian pula respon-respon perubahan kuri-kulum yang berkutat pada persoalan teknis-metodis pembelajaran, sembari mening-galkan fundamen pendidikan.

Page 32: Room b, korupsi sektor pendidikan

RUJUKAN

• Laporan Penelitian diterbitkan dalam buku bertajuk Politik Lokal di Indonesia, Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia-KITLV Jakarta, 2007.

• Putusan Nomor 07/PID.B/TPK/2011/PN/JKT.PST atas nama terdakwa Syamsul Arifin SE, • SAHDAR, Penelitian Pendidikan yang Memiskinkan ini pernah disampaikan sebelumnya

dalam acara Launching Buku Orang Kampung Melawan Korupsi, di Hotel Four Season, Jakarta Januari 2012, yang diselenggarakan oleh Partnership for Governance Reform, didukung oleh UNODC.

• SAHdaR, Laporan investigasi pada Penerimaan Siswa Baru (PSB) 2011 dan 2012• SAHDAR, Laporan akhir tahun 2011, “Menggugah Publik, Untuk Partisipasi di Sekolah”.• SAHDAR, Laporan akhir tahun 2012, “Pesimisme Governance”. • SAHDAR dan FH USU, Laporan Penelitian “Penerapan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik oleh Pejabat Negara: Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan pada Kasus Korupsi di Sektor Pelayanan Publik Dibidang Pendidikan dan Kesehatan di Sumatera Utara, yang ini didukung oleh The Asia Foundation (TAF) Indonesia.

• SAHDAR, Laporan Penelitian tentang Efektivitas Pemberantasan Korupsi atau dalam tema Evaluasi Kinerja Penegak Hukum ini dilaksanakan secara bersamaan di Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Sumatera Utara, yang ini didukung oleh The Asia Foundation (TAF) Indonesia.

• SAHDAR, Laporan Investigasi tahun 2013, Kasus Guru Binjai.• SAHDAR Laporan Awal Tahun 2014, WAJAH KORUPSI DI SUMATERA UTARA Menguak

Realita Di Balik Statistik Pemberantasan Korupsi di Sumatera Utara 2004-2012. • Sutherland, Edwin, Principles of Criminology, New York, JB Lippincott Company, 1947.• Tomasevski, Katarina, Pendidikan Berbasis Hak Asasi, Proyek Kerja Sama antara Pelapor

Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak atas Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO.