riwayat kehidupan dan pandangan tentang pendidikan hasyim asy'ary

22
14 Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari BAB I PENDAHULUAN Mempelajari sejarah pendidikan Islam dapat menambah wawasan kita, juga dapat mnjadi cerminan bagi kita agar dapat memperbaiki kekurangan dan kekeliruan kedepannya. Corak pemikiran yang tidak hanya satu berkembang di wilayah-wilayah Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi setempat. Hingga lahirlah para cendekiawan Islam yang menjadi tokoh besar dalam perjalanan sejarah. Salah satu di antaranya adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Seorang Kiyai besar yang menjadi pelopor berdirinya sebuah organisasi kemasyarakatan Nahdatul Ulama. Berdasarkan pandangannya yang berpatokan pada empat mazhab dan Ahlussunnah wal Jama’ah, serta mentolerir pendapat baru yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam, ia mengajarkan ajaran Islam kepada santrinya. Akan tetapi sebagaimana kita ketahui bersama, pada saat ini hampir sering terjadi perbedaan pendapat antara NU dan Muhammadiyah, yang sebenarnya hanya berbeda sudut pandang. Demikianlah permasalahan yang secara tidak langsung dan sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan Islam di Indonesia. Bagi yang cenderung sepaham dengan NU, maupun Muhammadiyah, dikhawatirkan akan menimbulkan konflik yang tidak sehat. Yang sebenarnya hal tersebut Filsafat Pendidikan Islam

Upload: syahid-mahyuddin

Post on 05-Jul-2015

176 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

BAB I

PENDAHULUAN

Mempelajari sejarah pendidikan Islam dapat menambah wawasan kita,

juga dapat mnjadi cerminan bagi kita agar dapat memperbaiki kekurangan dan

kekeliruan kedepannya. Corak pemikiran yang tidak hanya satu berkembang di

wilayah-wilayah Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi

setempat. Hingga lahirlah para cendekiawan Islam yang menjadi tokoh besar

dalam perjalanan sejarah. Salah satu di antaranya adalah K.H. Hasyim Asy’ari.

Seorang Kiyai besar yang menjadi pelopor berdirinya sebuah organisasi

kemasyarakatan Nahdatul Ulama.

Berdasarkan pandangannya yang berpatokan pada empat mazhab dan

Ahlussunnah wal Jama’ah, serta mentolerir pendapat baru yang tidak

bertentangan dengan syari’at Islam, ia mengajarkan ajaran Islam kepada santrinya.

Akan tetapi sebagaimana kita ketahui bersama, pada saat ini hampir sering terjadi

perbedaan pendapat antara NU dan Muhammadiyah, yang sebenarnya hanya

berbeda sudut pandang. Demikianlah permasalahan yang secara tidak langsung

dan sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan Islam di Indonesia. Bagi yang

cenderung sepaham dengan NU, maupun Muhammadiyah, dikhawatirkan akan

menimbulkan konflik yang tidak sehat. Yang sebenarnya hal tersebut sebaiknya

tidak menimbulkan permusuhan. Dalam mencari kebenaran Allah telah

memberikan kita wahyu dan akal. Namun untuk beberapa hal kita tidak tahu pasti

kebenaran yang benar-benar benar itu ada di pihak mana. Hanya Allah yang tahu.

Untuk itu, perlu bagi kita memahami masing-masing pemikiran dari para

tokoh. Agar kita tidak hanya menduga-duga dan sekedar beranggapan. Di sinilah

letak pentingnya suatu ilmu agar tidak sekedar ucapan kosong belaka.

Makalah ini berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Hasyim Asy’ari. Maka

isi makalah ini akan membahas mengenai pemikiran atau pandangannya dalam

pendidikan Islam. Juga akan membahas riwayat hidupnya agar kita dapat

memperkirakan latar belakang mengenai pola pemikirannya.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 2: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwatay Hidup K.H. Hasyim Asy’ari

K.H. Hasyim dilahirkan pada tanggal 24 Zulqa’dah

1287 Hdi desa Gedang, yang merupakan salah satu desa

yang ada di kabupaten Jombang, Jawa Timur atau

bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1871 M.1 Nama

lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ary ibn Abd

al-Wahid ibn Abd al-Halim dengan nama gelarnya

Pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang dikenal juga dengan sebutan Jaka

Tingkir Sultan Hadiwijaya ibn Abd Allah ibn al-Aziz ibn Abd al-Fatah ibn

Maulana Ishal dari Raden Ain al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.

Sejak Masih sangat muda, Hasyim Asy’ari dikenal sangat pandai, penuh

ketekunan, dan rajin belajar. Pada usia 6 tahun, ia mulai belajar agama di bawah

bimbingan ayahnya sendiri , Kiai Asy’ari di desa Keras, dekat Jombang, tempat

ayahnya pindah dari Demak pada tahun 1876 M. Bidang-bidang yang dipelajari

dari ayahnya antara lain tauhid, hukum Islam, bahasa Arab, tafsir dan hadis. Dia

semakin cerdas, sehingga pada saat berusia 13 tahun saja sudah dapat membantu

ayahnya mengajar pada santri yang jauh lebih tua daripada dirinya. Pandidikan ke

berbagai pesantren ditempuh Hasyim Asy’ari mulai usia 15 tahun. Dia berpindah-

pindah dari satu pesantren ke pesantren lain di Jawa Timur dan Madura. Pada

tahun 1891, ia belajar di pesantren terkenal milik Kiai Ya’kub, Siwalan Panji

Sidoarjo, Jawa Timur.

Pada tahun 1892 Kiai Hasyim Meikah dengan Khadijah, putri Kiai

Ya’kub. Tidak berapa lama kemudian ia beserta istri dan mertuanya berangkat

haji ke Makkah yang dilanjutkan dengan belajar di sana. Akan tetapi, setelah

istrinya meninggal karena melahirkan yang disusul pula dengan putranya,

1 Dalam literatur lain menyebutkan bahwa beliau lahir pada tanggal 14 Pebruari 1871 M. Lihat Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 308.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 3: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

memnyebabkan ia kembali ke tanah air. TIdak berapa lama kemudian ia berangkat

lagi ke tanah suci, tidak hanya untuk menunaikan ibadah haji, tatapi juga untuk

belajar. Ia mnetap di sana kurang lebih selama tujuh tahun dan berguru pada

sejumlah ulama. Dia antaranya Syaikh Ahmad Amin al-Aththar, Sayyid Sultan

ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Aththar, Syaikh Sayyid Yamay, Sayyid

Alawi ibn Ahmad al-Saqqaf, Sayid Abbas Maliki, Sayid Abdullah al-Zawawy,

Syaikh Shaleh Bafadhal, dan Syaikh Sultan Hasyim Dagastani.

Pada tahun 1899/1900, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di

pesantren ayahnya, baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar

Cukir, pesantren Tebu Ireng, pada tanggal 6 Pebruari 1906. Pesantren yang baru

didirikan tersebut tidak berapa lama kemudian berkembang menjadi pesantren

yang terkenal di nusantara, dan menjadi tempat menggodok kader-kader ulama

untuk wilayah jawa dan sekitarnya. Pesantren Tebu Ireng pada awalnya terdiri

dari 28 orang santri yang diambil dari pesantren Gedang.2

Melalui pesantren Tebu Ireng, K.H. Hasyim Asy’ari sebenarnya memiliki

gagasan dan pemikiran pendidikan yang paling tidak tersimpul dalam dua

gagasan, yakni metode musyawarah dan sistim madrasah dalam pesantren. Ia

menetapkan metode musyawarah khusus pada santrinya yang hampir mencapai

kematangan. metode ini dikembangkan menyerupai metode diskusi yang terjadi

di antara santri kelas tingginya, yang berbeda dengan metode debat. Dalam

musyawarah, adanya sikap saling menghargai pendapat, toleransi dan tidak

memaksakan pendapat sendiri. karena yang diharapkan adalah dicapainya suatu

kesepakatan tentang kebenaran dan dengan solusi terbaik. juga dalam metode ini

tidak menyepelekan argumen yang berasal dari kalangan santrinya. Malah ini

ditumbuh kembangkan sehingga membuat santrinya lahir menjadi ulama yang

handal dan berwawasan tinggi.

Selain metode musyawarah, K.H. Hasyim Asy’ari juga menerapkan

sistem pendidikan dengan memasukkan madrasah dalam pesantren. Meskipun

begitu, kajian kitab kuning yang menjadi ciri utama pesantren tetap

diselenggarakan. Pendidikan umum yang diajarkan kepada para santrinya adalah

2Ibid, hlm. 326.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 4: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

agar para santri memiliki pengetahuan lebih. Karena para santri tersbut tidak

semuanya dapat menjadi da’i, ulama, ataupun ustad. Kebanyakan dari mereka

justru menjadi warga biasa yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan

tertentu untuk mencari pekerjaan.

Begitulah K.H. Hasyim Asy’ari. Semenjak ia masih di pondok, ia telah

dipercaya untuk membimbing/mengajar santri baru. Ketika berada di Makkah, ia

juga sempat mengajar. Demikian pula ketika kembali ke Tanah air, diabdikan

seluruh hidupnya untuk agama dan ilmu. Kehidupannya banyak tersita untuk para

santrinya. Ia terkenal dengan disiplin waktu (istiqamah). Waktu mengajar adalah

satu jam sebelum shalat, dan satu jam usai shalat lima waktu.

Dalam penulisan, tidak kurang dari sepuluh kitab disusunnya, antara lain:

1. Adab al-Alim wa al-Muta’allim fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim fi Ahwal

Ta’allum wa ma Yataqaff al-Mu’allim fi Maqamat Ta’limih.

2. Ziyadat Ta’liqat, Radda fiha Mandhumat al-Syaikh “Abd Allah bin Yasin al-

Fasurani Allati Bihujubiha ‘Ala Ahl Jam’iyyah Nahdatul Ulama.

3. Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna al-Maulid al-Munkarat.

4. Al-Risalat al-Jami’at, Sharh fiha Ahwaal al-Mauta wa Asyirath al-Sa’at ma’

Bayan Mahfum al-Sunnah wa al-Bid’ah.

5. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin bain fihi Ma’na al-Mahabbah

Lirasul Allah wa ma Yata’allaq biha Man Ittaba’iha wa ihya’ al-Sunnatih.

6. Hasyisyah ‘ala Fath al-Rahman bi Syarth Risalat al-Wali Ruslam li Syaikh al-

Islam Zakariya al-Anshari.

7. Al-Durr al-Muntasirah fi Masail al-Tis’I Asyrat, Sharh fiha Masalat al-

Thariqah wa al-Wilayah wa ma Yata’allaq bihima min al-Umur al-Muhimmah

li Ahl al-Thariqah.

8. Al-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqathi’ah al-Ikhwan, bain fih Ahammiyat Shilat al-

Rahim wa Dhuhar Qath’iha.

9. Al-Risalat al-Tauhidiyah, wahiya Risalah Shaghirat fi Bayan ‘Aqidah Ahl

Sunnah wa al-Jama’ah.

10. Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al-‘aqaid.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 5: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

Disamping bergerak dalam dunia pendidikan, Kyai Hasyim menjadi

perintis dan pendiri organisasi kemasyarakatan NU (Nahdatul Ulama), sekaligus

sebagai Rais Akbar. NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M

bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1444 H. Organisasi ini menyebut diri mereka

sebagai Ahlusssunnah Waljama’ah dan mereka mempertahankan salah satu dari 4

mazhab dalam fiqih. Selain K.H. Hasyim Asy’ari, NU juga dipelopori oleh K.H.

Abdul Wahab Hasbullah.3 Pada bagian lain, ia juga bersikap konfrontatif terhadap

penjajah Belanda. Sebagai contoh ia menolak menerima penghargaan dari

pemerintah Belanda. Bahkan pada saat revolusi fisik, ia menyerukan jihad

melawan penjajah dan menolak bekerja sama dengannya. Sementara pada masa

penjajahan Jepang, ia sempat ditahan dan diasingkan ke Mojokerto. Jabatan yang

pernah diterimanya adalah menjadi ketua Masyumi, ketika NU bergabung di

dalamnya. Ia wafat di Tebu Ireng, Jombang, pada usia 79 tahun tepatnya tanggal

25 Juli 1947 H/7 Ramadhan 1366 H.

B. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut KH. Hasyim Asy’ari

Untuk menuangkan pemikirannya tentang pendidikan islam, KH. Hasyim

Asy’ari telah merangkum sebuah kitab karangannya yang berjudul “Muta’allim

Fima Yahtaj Ilah Al-Muta’alim Fi Ahual Muta’allum Wa Yataqaff Al-Mu’allim Fi

Maqamat Ta’limah” yang dicetak pertama kali pada tahun 1415 H. Sebagaimana

umumnya kitab kuning, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih

ditekankan pada masalah pendidikan etika. Meski demikian tidak menafikan

beberapa aspek pendidikan lainnya. Keahliannya dalam bidang hadis ikut pula

mewarnai isi kitab tersebut. Sebagai bukti adalah dikemukakannya beberapa hadis

sebagai dasar dari penjelasannya, disamping beberapa ayat Al-Qur’an dan

pendapat para ulama.

Untuk memahami pokok pikirannya dalam kitab tersebut perlu pula

diperhatikan latar belakang ditulisnya kitab tersebut. Penyusunan karya ini boleh

jadi didorong oleh situasi pendidikan yang pada saat itu mengalami perubahan

3 Enung K. Rukiati dan Fenti Himawadi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,2006), hlm. 87.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 6: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisional) yang sudah

mapan ke dalam bentuk baru (modern) akibat dari pengaruh sistem pendidikan

Barat (Imperialis Belanda) diterapkan di Indonesia. Karyanya ini merujuk pada

kitab-kitab yang ditelaahnya dari berbagai ilmu yang langsung diterimanya dari

para gurunya ditambah dengan berbagai pengalaman yang pernah dijalaninya.

Dalam kitab tersebut beliau merangkum pemikirannya tentang

pendidikan Islam kedalam delapan bab, yaitu :

1) Keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar

2) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar

3) Etika seorang murid kepada guru

4) Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi

berasama guru

5) Etika yang harus dipedomi seorang guru

6) Etika guru ketika dan akan mengajar

7) Etika guru terhadap murid-murid nya

8) Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang

berkaitannya dengannya.4

Dari delapan pokok pemikiran di atas, Hasyim Asy’ari membaginya

kembali kedalam tiga kelompok, yaitu: signifikansi pendidikan; tugas dan

tanggung jawab seorang murid, tugas dan tanggung jawab seorang guru.5

Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah hasil

integralisasi dari delapan pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH. Hasyim

Asy’ari.

1. Sigifikansi Pendidikan

Dalam membahas masalah ini, ia banyak mengutip dari ayat-ayat Al-

Qur’an yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.

Sebagai contohnya ialah beliau mengambil pemikiran pendidikan tentang

keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan bagi yang menuntut ilmu. Tidak cukup

4 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 155-156.5 Ibid, hlm. 156.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 7: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

hanya ayat-ayat Al-Qur’an, pembahasan dalam bab pertama tersebut dilengkapi

dengan berbagai hadis Nabi dan pendapat para ulama, yang kemudian diulas dan

dijelaskan dengan singkat dan jelas. Misalnya ia menyebutkan bahwa tujuan

utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal yang demikian

dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk

kehidupan di akhirat kelak. Mengingat begitu pentingnya, maka syariat

mewajibkan untuk menuntutnya dengan memberikan pahala yang besar. Pada

bagian lain juga dijelaskan bahwa ilmu merupakan sifat yang menjadikan jelas

identitas pemiliknya.

KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu harus

memperhatikan dua hal pokok selain dari keimanan dan tauhid. Dua hal pokok

tersebut adalah :

a. bagi seorang peserta didik hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk

menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi

dan jangan melecehkan atau menyepelekannya

b.  bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih

dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu

hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat.

Hasyim Asy’ari juga menekankan bahwa belajar bukanlah semata-mata

hanya untuk menghilangkan kebodohan, namun untuk mencari ridho Allah yang

mengantarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.

Karena itu hendaknya belajar diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan

nilai-nilai islam bukan hanya semata-mata menjadi alat penyebrangan untuk

mendapatkan meteri yang berlimpah. 6

2. Tugas dan Tanggung Jawab Murid

Murid sebagai peserta didik memiliki tugas dan tanggung jawab berupa

etika dalam menuntut ilmu, yaitu :

6 Lihat http://misbakhudinmunir.wordpress.com/wp-admin/post-new.php

Filsafat Pendidikan Islam

Page 8: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

a) Etika  yang harus diperhatikan dalam belajar

Dalam hal ini Hasyim Asy’ari mengungkapkan ada sepuluh etika yang

harus dipebuhi oleh peserta didik atau murid, yaitu :

1. membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniawian

2. membersihkan niat

3. tidak menunda-nunda kesempatan belajar

4. bersabar dan qonaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan

5. pandai mengatur waktu

6. menyederhanakan makan dan minum

7. bersikap hati-hati atau wara’

8. menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan yang pada

akhirnya menimbulkan kebodohan

9. menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan

10. meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi perkembangan

diri).7 Berdasarkan hal-hal tersebut, menunjukkan bahwa pendidikan rohani atau

jiwa itu penting dan dianjurkan, namun tidaklah menyampingkan pendidikan

jasmani juga.

b) Etika Seorang Murid Terhadap Guru

Etika seorang murid murid kepada guru, sesuai yang dikatakan oleh

Hasyim Asy’ari hendaknya harus memperhatikan sepuluh etika utama, yaitu :

1. hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dijelaskan atau

dikatakan oleh guru

2. memilih guru yang wara’ artinya orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak

disamping profesionalisme

3. mengikuti jejak guru yang baik

4. bersabar terhadap kekerasan guru

5. berkunjung kepada guru pada tempatnya atau mintalah izin terlebih dahulu

kalau harus memaksa keadaan pada bukan tempatnya

6. duduklah yang rapi dan sopan ketika berhadapan dengan guru

7 Samsul Nizar, Op. cit., hlm. 157.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 9: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

7. berbicaralah dengan sopan dan lemah lembut

8. dengarkan segala fatwanya

9. jangan sekali-kali menyela ketika sedang menjelaskan

10. dan gunakan anggota kanan bila menyerahkan sesuatu kepadanya.8

 

c) Etika Murid Terhadap Pelajaran

Dalam menuntut ilmu murid hendaknya memperhatikan etika berikut :

1. memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain untuk dipelajari

2. harus mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu-ilmu fardhu ‘ain

3. berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama

4. mendiskusikan atau menyetorkan apa yang telah ia pelajari pada orang yang

dipercayainya

5. senantiasa menganalisa, menyimak dan meneliti ilmu

6. pancangkan cita-cita yang tinggi

7. bergaulah dengan orang berilmu lebih tinggi (intelektual)

8. ucapkan bila sampai ditempat majlis ta’lim (tempat belajar, sekolah, pesantren,

dan lain-lain)

9. bila terdapat hal-hal yang belum diketahui hendaknya ditanyakan

10. bila kebetulan bersamaan banyak teman, jangan mendahului antrian bila tidak

mendapatkan izin

11. kemanapun kita pergi kemanapun kita berada jangan lupa bawa catatan

12. pelajari pelajaran yang telah diajarkan dengan continue (istiqomah)

13. tanamkan rasa semangat dalam belajar.9

 

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Dalam dunia pendidikan tidak hanya seorang murid yang memiliki

tanggung jawab. Namun seorang guru juga memiliki tanggung jawab yang hampir

serupa dengan murid, yaitu :

8 Ibid.9 Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 10: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

a) Etika Seorang Guru

Seorang guru dalam menyampaikan ilmu pada peserta didik harus

memiliki etika sebagai berikut :

1. selalu mendekatkan diri kepada Allah

2. senantiasa takut kepada Allah

3. senantiasa bersikap tenang

4. senantiasa berhati-hati

5. senantiasa tawadhu’ dan khusu’

6. mengadukan segala persoalannya kepada Allah SWT

7. tidak menggunakan ilmunya untuk keduniawian saja

8. tidak selalu memanjakan anak didik

9. berlaku zuhud dalam kehidupan dunia

10. menghindari berusaha dalam hal-hal yang rendah

11. menghindari tempat-tempat yang kotor atau maksiat

12. mengamalkan sunnah nabi

13. mengistiqomahkan membaca al-qur’an

14. bersikap ramah, ceria, dan suka menebarkan salam

15.  membersihkan diri dari perbuatan yang tidak disukai Allah

16. menumbuhkan semangat untuk mengembangkan dan menambah ilmu

pengetahuan

17. tidak menyalahgunakan ilmu dengan menyombongkannya

18. dan membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.10

 

Dalam pembahasan ini ada satu hal yang sangat menarik, yaitu tentang

poin yang terakhir guru harus rajin menulis, mengarang dan meringkas. Hal ini

masih sangat jarang dijumpai, ini juga merupakan menjadi salah satu faktor

mengapa masih sangat sulit dijumpai karya-karya ilmiah. Padahal dengan adanya

guru yang selalu menulis, mengarang dan merangkum, ilmu yang dia miliki akan

terabadikan.

10 Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 11: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

b) Etika Guru dalam mengajar

Seorang guru ketika mengajar dan hendak mengajar hendaknya

memperhatikan etika-etika berikut :

1. mensucikan diri dari hadats dan kotoran

2. berpakaian yang sopan dan rapi serta berusaha berbau wewangian

3. berniat beribadah ketika dalam mengajarkan ilmu

4. menyampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah (walaupun hanya sedikit)

5. membiasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan

6. memberikan salam ketika masuk kedalam kelas

7. sebelum belajar berdo’alah untuk para ahli ilmu yang telah terlebih dahulu

meninggalkan kita

8. berpenampilan yang kalem dan menghindarkan hal-hal yang tidak pantas

dipandang mata

9. menghindarkan diri dari gurauan dan banyak tertawa

10. jangan sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, makan, marah, mengantuk, dan

lain sebagainya

11. hendaknya mengambil tempat duduk yang strategis

12. usahakan berpenampilan ramah, tegas, lugas dan tidak sombong

13. dalam mengajar hendaknya mendahulukan materi yang penting dan disesuaikan

dengan profesionalisme yang dimiliki

14. jangan mengajarkan hal-hal yang bersifat subhat yang dapat menyesatkan

15. perhatikan msing-masing kemampuan murid dalam meperhatikan dan jangan

mengajar terlalu lama

16. menciptakan ketengan dalam belajar

17. menegur dengan lemah lembut dan baik ketika terdapat murid yang bandel

18. bersikap terbuka dengan berbagai persoalan yang ditemukan

19. berilah kesempatan pada murid yang datang terlambat dan ulangilah

penjelasannya agar mudah dipahami apa yang dimaksud

20. dan apabila sudah selesai berilah kesempatan kepada anak didik untuk

menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.11

11 Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 12: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

 

Dari pemikiran yang ditawarkan oleh hasyim asy’ari tersebut, terlihatlah

bahwa pemikirannya tentang etika guru dalam mengajar ini sesuai dengan apa

yang beliau dan kita alami selama ini. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang

beliau fikirkan adalah bersifat fragmatis atau berdasarkan pengalaman. Sehingga

hal inilah yang memberikan nilai tambah begi pemikirannya.

c) Etika Guru Bersama Murid

Guru dan murid pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang berbeda,

namun terkadang seorang guru dan murid mempunyai tanggung jawab yang sama,

diantara etika tersebut adalah :

1. berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta menghidupkan

syari’at islam

2. menghindari ketidak ikhlasan dan mengejar keduniawian

3. hendaknya selalu melakukan instropeksi diri

4. menggunakan metode yang sudah dipahami murid

5. membangkitkan semangat murid dengan memotivasinya, begitu murid yang satu

dengan yang lain

6. memberikan latihan – latihan yang bersifat membantu

7. selalu memperhatikan kemapuan peserta didik yang lain

8. bersikap terbuka dan lapang dada

9. membantu memecahkan masalah dan kesulitan peserta didik

10. tunjukkan sikap yang arif dan tawadhu’ kepada peserta didik yang satu dengan

yang lain.12

Bila sebelumnya seorang murid dengan guru memiliki tugas dan

tanggung jawab yang berbeda, maka setelah kita telaah kembali, ternyata seorang

guru dan murid juga memiliki tugas yang serupa seperti tersebut di atas. Ini

mengindikasikan bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari tidak hanya tertuju pada

perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dan guru, namun juga

12 Ibid.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 13: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

keasamaan yang dimiliki dan yang harus dijalani. Hal ini pulalah yang

memberikan indikasi nilai utama yang lebih pada hasil pemikirannya.

4. Etika Terhadap Buku, Alat Pelajaran dan Hal-Hal yang Berkaitan

dengannya.

Satu hal yang paling menarik dan terlihat beda dengan materi-materi

yang biasa disampaikan dalam ilmu pendidikan pada umumnya adalah etika

terhadap buku dan alat-alat pendidikan. Kalaupun ada etika untuk itu, maka

biasanya itu bersifat kasuistik dan sering kali tidak tertulis. Sering pula itu

dianggap sebagai aturan yang sudah umum berlaku dan cukup diketahui oleh

masing-masing individu. Akan tetapi, ia memandang bahwa etika tersebut penting

dan perlu diperhatikan. Di antara etika yang ditawarkannya dalam masalah ini

antara lain:

a. menganjurkan dan mengusahakan agar memiliki buku pelajaran yang

diajarkan

b. merelakan, mengijinkan bila ada kawan meminjam buku pelajaran, sebaliknya

bagi peminjam harus menjaga barang pinjaman tersebut

c. letakkan buku pelajaran pada tempat yang layak dan terhormat.

d. Memeriksa terlebih dahulu bila membeli atau meminjamnya kalau-kalau ada

kekurangan lembarnya

e. Bila menyalin buku pelajaran syari’ah hendaknya bersuci dahulu dan

mengawalinya dengan Basmalah, sedangkan bila yang disalinnya adalah ilmu

retorika atau semacamnya, maka mulailah dengan Hamdalah (Puji-pujian) dan

Shalawat Nabi.13

BAB III

PENUTUP

13 Ibid, hlm. 166-167.

Filsafat Pendidikan Islam

Page 14: Riwayat Kehidupan dan Pandangan Tentang Pendidikan Hasyim Asy'Ary

14

Pemikiran Pendidkan Islam Hasyim Asy’ari

Untuk menuangkan pemikirannya tentang pendidikan islam, KH. Hasyim

Asy’ari telah merangkum sebuah kitab karangannya yang berjudul “Muta’allim

Fima Yahtaj Ilah Al-Muta’alim Fi Ahual Muta’allum Wa Yataqaff Al-Mu’allim Fi

Maqamat Ta’limah” . Dalam kitab tersebut beliau merangkum pemikirannya

tentang pendidikan Islam kedalam delapan poin, yaitu :

1. Keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar

2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar

3. Etika seorang murid kepada guru

4. Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi

berasama guru

5. Etika yang harus dipedomi seorang guru

6. Etika guru ketika dan akan mengajar

7. Etika guru terhadap murid-murid nya

8. Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang

berkaitannya dengannya.

 

Dari delapan pokok pemikiran di atas, Hasyim Asy’ari membaginya

kembali kedalam tiga kelompok, yaitu: signifikansi pendidikan, tugas dan

tanggung jawab seorang murid, serta tugas dan tanggung jawab seorang guru.

Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah hasil

integralisasi dari delapan pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH. Hasyim

Asy’ari, yaitu keutamaan ilmu dan keutamaan belajar mengajar, etika yang harus

diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid kepada guru, etika

seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi berasama guru,

etika yang harus dipedomi seorang guru, etika guru ketika dan akan mengajar,

etika guru terhadap murid-murid nya, dan etika terhadap buku, alat untuk

memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya.

Filsafat Pendidikan Islam