risk taker or gambler

3

Click here to load reader

Upload: william-wiguna

Post on 24-May-2015

196 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

So many Leader and Professional trap in their mind due to their daily activity which not satisfy anyone especially themself. Lets find out why?

TRANSCRIPT

Page 1: Risk taker or gambler

Copy Right by William Wiguna page 1

RISK TAKER or GAMBLER? Anda pernah atau sering dengan kata-kata: "Mind Your Own Business"? Begitulah peribahasa asing yang kalau diterjemahkan kira-kira seperti ini: "URUS KEPENTINGANMU SENDIRI" terjemahan masa kini mungkin sbb: "kepo amat sih". Mengapa muncul kata-kata demikian, kita bisa mengira bahwa keberadaan kita belum/tidak ada manfaatnya bagi orang lain tsb. So What? Terlihat kasar? Egois? atau memang diri kita yang "kepo" (kepengen tahu urusan orang lain) sehingga muncul perkataan seperti itu? Yang jelas muncul rasa kurang enak bila perkataan tersebut diarahkan kepada kita entah dengan nada bercanda, menawarkan kepada prospek atau saat serius di "meeting" resmi. Pasti lupa bahwa ada nasehat sbb: "pelanggan adalah raja", sayangilah musuhmu, "tomorrow will be better" dsb. Padahal pekerjaan kita sehari-hari memang harus berinteraksi dengan orang lain dan bahkan harus juga "menjual" sesuatu yang kita bisa "supply" kemungkinan besar kita bisa berada di zona tidak enak seperti cerita di atas? Apa yang perlu kita persiapkan? Pelatihan Teknis mungkin sudah mendapat nilai rata2 di atas 50-75 yang artinya Anda mungkin sudah memahami:

1. Company Profile, Product Knowledge, Price list bahkan Visi dan Misi dsb. 2. Sistem kerja, struktur kerja yang berlaku, job description dsb 3. Kontrak atau SPK atau SPAJ dsb

Mengapa hal tersebut tidak menjamin kita bisa diterima, bisa bermanfaat dan bahkan bisa meng-goal-kan penjualan kita hari ini atau setiap saat?

Beberapa dari kita mungkin sudah mendapatkan pelatihan/workshop rutin "Mengatasi Penolakan" atau "Problem Solving" dsb karena bukankah itu sesuatu yang wajib diikutkan dalam sistem pelatihan seorang Pemasaran atau Penjual serta pemegang jabatan apapun?

Belum lagi kita wajib belajar bercermin diri dan mengatakan pada diri kita bahwa kita pasti bisa dan menolak semua pikiran-pikiran ataupun perasaan negatif. Apalagi bila kita sudah biasa mendengarkan perkataan positif dan video kesaksian yang mungkin diwajibkan untuk diulang-ulang terus dari para pembicara/"Leader"/atasan sehingga kita bisa menirukan apa yang harus dilafalkan saat bertemu dengan prospek, pelanggan atau pun rekan/atasan dalam pekerjaan.

Tampaknya semua metode dan teori interaksi dengan sesama manusia kita sudah mendapatkan pembekalan dan seharusnyalah kita menang bukan?

Coba kita perhatikan dengan cara CHECK LIST sbb":

1. Berapa lama daya ingat seseorang, dimulai dari diri Anda sendiri: 1. Masih ingat berapa persen-kah kotbah di tempat ibadah 2 atau 3 minggu lalu? atau 2. Sebutkan pesan 1 kalimat dari pembicara idola Anda, kira-kira yang teringat nama

atau pesannya? Mana yang seharusnya lebih penting diingat untuk dipraktekkan? 3. Kalau kita jujur tidak ingat, kira-kira kita bisa praktekkan apa yang baik tersebut?

2. Apakah kita senang di-ingatkan:

Page 2: Risk taker or gambler

Copy Right by William Wiguna page 2

1. Oleh pembicara di tempat ibadah dengan kotbah yang sama terus setiap 2 atau 3 minggu?

2. Oleh pimpinan soal peraturan atau target yang belum tercapai setiap meeting atau akhir bulan?

3. Oleh debt collector soal hutang yang telah jatuh tempo dan telat dibayar? 3. Bagaimana perasaan seseorang yang sudah kaya, saat pulang malam dalam keadaan capai

dan selalu melihat pembantu sedang menikmati fasilitas TV LED 100in, DVD blueray, TV Cable, majalah2 dsb miliknya; Dan saat perasaan tersebut muncul:

1. Apakah senang atau rela mengabulkan bila sang pembantu tsb meminta naik gaji? 2. Atau kemungkinan ditambah pekerjaannya? 3. Bagaimana jawaban sang majikan bila sang pembantu bila setiap sore selalu

melaporkan pekerjaannya dan bila tidak ada pekerjaan lagi ybs meminta ijin menonton TV?

4. Mengapa perasaan ybs bisa berbeda? dan siapa yang salah atau kurang "tahu diri" sebenarnya?

4. Bagaimana pelatihan yang telah diikuti apakah bisa ditunjukkan relevansi-nya dengan pekerjaan Anda sehari-hari, karena manusia sudah pelupa ngga suka diingatkan. Jadi bagaimana mengukur dampak sebuah pelatihan yang diikuti selama ini?

Apabila kita belum mampu menjawab atau mengatasi ke-empat pertanyaan/masalah tersebut dengan iklas maka besar kemungkinan kita akan memasuki zona "kepo" atau bersiaplah mendapatkan respon "MIND YOUR BUSINESS" dan tentunya Anda sudah tahu hasil lanjutannya bukan?

Salah satu pelajaran yang sangat penting saat kita memulai suatu bisnis baik sebagai profesional atau pengusaha adalah melalui hubungan bisnis maka pasar kita seharusnya semakin besar. Indikator ini sangat penting kita uji saat memulai/memperkenalkan bisnis. Terutama saat memberikan kartu nama kita apakah kita bertambah semangat atau berharap kita saja yang mendapatkan kartu nama sementara kita kurang berani menjelaskan siapa kita dan bisnis kita?

Pelajaran terpenting saat ini adalah "MIND YOUR BUSINESS" = URUS KEPENTINGANMU SENDIRI itu adalah KEBENARAN MUTLAK. Ini berarti ada pelajaran yang kurang dirasakan manfaatnya oleh orang lain saat kita mati-matian belajar soal Teknis yang bahkan mungkin sudah dipersiapkan oleh kita jauh-jauh hari. Dimulai dari:

1. Knowledge ("hard skill") di sekolah umum dan/atau khusus sd level lebih lanjut. 2. "Soft skill" juga diperoleh melalui kursus-kursus yang membekali kita seperti kursus

bahasa asing, Typing course, Kursus komputer, Kursus pidato, Kursus NLP, dsb.

Sampai disini jelas tidak ada yang salah, karena itu semua soal TEKNIS yang dipersiapkan mulai dari dasar sampai dengan kelas yang lebih lanjut. Masalahnya semua soal TEKNIS tadi saja belum mampu menjawab 4 indikator ("check list") tsb di atas bukan? Kenali lebih lanjut soal NON TEKNIS yang akan menyeimbangkan soal TEKNIS sehingga saat kita ber-interaksi dengan orang lain (baca: berbisnis) kita bisa mendapatkan rasio "TRY and RIGHT" yang lebih baik dari pada mencoba-coba dengan rasio "TRY and ERROR". Maksimal

Page 3: Risk taker or gambler

Copy Right by William Wiguna page 3

proses "TRY and ERROR" biasanya adalah 50:50 bukan? Pendekatan statistik seperti inilah yang sering menjadi modal utama yang membuat para "gambler"/penjudi berani mempertaruhkan harta/dirinya melakukan judi.

Coba kita bandingkan cara kerja dan hasil dari RISK TAKER dan GAMBLER sbb:

Mengapa kita tidak segera memulai dengan proses "TRY and RIGHT" yang menurut catatan pelatihan kami bisa mendekati KEBERHASILAN 100%? Dengan mampu menjawab ke- 4 indikator tersebut di atas maka bisa dipastikan Anda telah melakukan proses pelatihan NON TEKNIS dengan baik. Contoh-contoh proses pelatihan/pengukuran NON TEKNIS lainnya adalah meningkatnya passion dan perilaku positif dalam kondisi apapun, kemampuan mengerti prospek/pelanggan mengerti meningkat dsb. Lebih lanjut apa itu NON TEKNIS bisa dilihat di http://www.careplusindonesia.com/article2.php. Jadi mana yang Anda pilih dalam berhubungan/berbisnis mempersiapkan diri dengan benar menjadi: RISK TAKER atau GAMBLER?

Salam Karakter, Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI. Care Plus Indonesia® The First Life Time® Program & Counseling Office: Heartline Center Ground Floor, Jl. Permatas ari 1000 Lippo Karawaci, Tgr 15811. Telp/Fax: 02159492825 Twitter @williamwiguna FB Group: Care Plus Indonesia HP/WA: 0818-839-469 [email protected] [email protected] www.careplusindonesia.com

RISK TAKER GAMBLER

Perlu TEKAD Perlu NEKAD

Ada UKURAN RESIKO Tanpa/sedikit UKURAN RESIKO

Ada beberapa KRITERIA jelas Tanpa/sedikit KRITERIA

IKHLAS dengan dasar yang jelas HABIS-HABISAN

Prioritaskan TANTANGAN Semua TANTANGAN

Pemulihan Cepat Mungkin Tidak Bisa Dipulihkan

Mengorbankan diri sendiri Mengorbankan orang lain

Atas dasar Harapan Atas dasar Ketamakan

Motivasi dari KEBUTUHAN Motivasi dari KEINGINAN

Tahu ruang lingkup Ruang lingkup tidak jelas

Proses menjadi PEJUANG Proses menjadi PENJUDI

Fokus pada TRY and RIGHT Fokus pada TRY and ERROR