ringkasan rpp minerba

12
RINGKASAN KETENTUAN 4 RPP MINERBA I. RPP PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN USAHA PERTAMBANGAN RPP ini secara garis besar terdiri dari 3 Bab yaitu: (1) Bab I bagian Ketentuan Umum, (2) Bab II bagian Pembinaan dan Pengawasan, (3) Bab III bagian Penutup. Dari ketiga bab tersebut, ketentuan RPP lebih fokus pada Bab II yaitu masalah pembinaan dan pengawasan. Adapun pembinaan dan pengawasan secara umum dilakukan terhadap Pemerintah Daerah dan kepada pemegang izin. Sedangkan pihak yang berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan untuk tingkat pusat adalah Menteri ESDM yang kemudian kewenangan Menteri tersebut dapat dilimpahkan kepada Gubernur sebagai perwakilan di daerah. Untuk lebih jelasnya akan diurai sebagai berikut: i) PEMBINAAN (1) Kewenangan Pembinaan Pembinaan adalah: Upaya yang dilakukan oleh Menteri dan/atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan UU Minerba. Berdasarkan hal diatas, kewenangan PEMBINAAN prinsipnya terletak di MENTERI ESDM. Namun kewenangan tersebut dapat dilimpahkan kepada GUBERNUR untuk melakukan pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Subyek Pembinaan Menteri ESDM melakukan pembinaan penyelenggaraan usaha pertambangan yang dilakukan oleh: 1) Pemerintah provinsi 2) Pemerintah kabupaten/kota 3) Pemegang ijin pertambangan. Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 1

Upload: people-power

Post on 01-Nov-2014

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Ringkasan Rpp Minerba

RINGKASAN KETENTUAN 4 RPP MINERBA

I. RPP PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN USAHA PERTAMBANGAN

RPP ini secara garis besar terdiri dari 3 Bab yaitu: (1) Bab I bagian Ketentuan Umum, (2) Bab II bagian Pembinaan dan Pengawasan, (3) Bab III bagian Penutup.

Dari ketiga bab tersebut, ketentuan RPP lebih fokus pada Bab II yaitu masalah pembinaan dan pengawasan. Adapun pembinaan dan pengawasan secara umum dilakukan terhadap Pemerintah Daerah dan kepada pemegang izin. Sedangkan pihak yang berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan untuk tingkat pusat adalah Menteri ESDM yang kemudian kewenangan Menteri tersebut dapat dilimpahkan kepada Gubernur sebagai perwakilan di daerah. Untuk lebih jelasnya akan diurai sebagai berikut:

i) PEMBINAAN

(1) Kewenangan PembinaanPembinaan adalah: Upaya yang dilakukan oleh Menteri dan/atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan UU Minerba.

Berdasarkan hal diatas, kewenangan PEMBINAAN prinsipnya terletak di MENTERI ESDM. Namun kewenangan tersebut dapat dilimpahkan kepada GUBERNUR untuk melakukan pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Subyek PembinaanMenteri ESDM melakukan pembinaan penyelenggaraan usaha pertambangan yang dilakukan oleh:1) Pemerintah provinsi2) Pemerintah kabupaten/kota3) Pemegang ijin pertambangan.

(3) Ruang lingkup Pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

Pembinaan meliputi:a. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan usaha

pertambangan, meliputi:1) aspek perencanaan, meliputi:

(1) Pedoman penyusunan dan penyiapan rencana WP, WPN dan WPR;(2) Pedoman penetapan rencana produksi mineral dan batubara nasional;

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 1

Page 2: Ringkasan Rpp Minerba

(3) Pedoman rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar tambang;

(4) Pedoman Rencana Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri Mineral dan Batubara;

(5) Pedoman Rencana Teknis penetapan batas wilayah pertambangan;(6) Pedoman Pemrosesan Rencana Impor Barang;(7) Pedoman Rencana Kerja dan Anggaran Biaya;(8) Pedoman Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan;(9) Pedoman Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak;(10) Pedoman Perencanaan Pengolahan dan Pemurnian Mineral dan

Batubara.2) tata laksana, meliputi :

(1) Mekanisme penyampaian pelaporan pelaksanaan kegiatan pertambangan oleh Pemerintah daerah ke Menteri secara tertulis setiap 6 (enam) bulan.a) Pedoman laporan pengelolaan data dan informasi (format dan

materi laporan misalnya : jumlah KP, Penerimaan Negara);b) Pedoman penyampaian laporan rekomendasi teknis. (izin pinjam

pakai, bulk sampling, blending, bahan peledak);c) Pedoman pelaporan hasil pengawasan oleh daerah.

(2) Pedoman penyusunan pelaporan pelaksanaan kegiatan pertambangan oleh pemerintah daerah ke Menteri

3) Pelaksana, meliputi :(1) Pedoman pelelangan WIUP untuk mineral logam dan batubara;(2) Tata cara perizinan pertambangan mineral logam dan batubara;(3) Tata cara perizinan pertambangan mineral bukan logam dan batuan;(4) Petunjuk pelaksanaan penetapan jabatan fungsional inspektur tambang

dan angka kreditnya;(5) Standar kegiatan teknis pertambangan;(6) Pedoman penyusunan laporan penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, eksploitasi, dan operasi produksi;(7) Pedoman Pelaporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan serta

pascatambang;(8) Pedoman pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja

pertambangan;(9) Pedoman pengawasan keselamatan operasi pertambangan;(10) Pedoman pengawasan teknis pertambangan;(11) Pedoman pengawasan konservasi bahan galian;(12) Pedoman pengawasan lindungan lingkungan pertambangan;(13) Pedoman dan tata cara Pengawasan Kewajiban Peningkatan Nilai

Tambah;(14) Pedoman penetapan harga mineral dan batubara.

4) Pengawasan, meliputi:Sekretariat PWYP-Indonesia 2009

2

Page 3: Ringkasan Rpp Minerba

1. Pedoman pengawasan oleh inspektur tambang;2. Pedoman penyidikan penyidik pegawai negeri sipil bidang pertambangan;3. Pedoman pengawasan batubara bagian pemerintah dalam bentuk in kind;4. Pedoman pengawasan Pengusahaan Pertambangan mineral dan

batubara;- Pengawasan Eksplorasi;- Pengawasan Operasi Produksi;- Pengawasan Usaha jasa pertambangan.

5. Pedoman pengevaluasian laporan kegiatan usaha pertambangaan;6. Pedoman pengawasan penerimaan negara.

b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi, meliputi:aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana dan pengawasan, kegiatannya dapat berupa sosialisasi, penyuluhan, lokakarya, inspeksi bersama, seminar, pertemuan teknis ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota.

c. pendidikan dan pelatihan, meliputi masalah teknis manajerial, teknis subtansi dan pengawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Departemen ESDM dan/atau kerja sama dengan Pemda, Perguruan tinggi, atau lembaga di dalam maupun luar negeri. Penyelenggaraan ini diselenggarakan setelah mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Sektor Energi dan Sumber Daya Alam (KA-LDP ESDM).

d. perencanaan, penelitian dan pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan usaha pertambangan di bidang mineral dan batubara.1) Untuk perencanaan meliputi Jangka Panjang, Jangka Menengah dan

Tahunan.2) Penelitian dan pengembangan (pasal 9) meliputi teknis, keekonomian dan

pemberdayaan masyarakat di bidang SDA. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan oleh pihak ketiga yaitu: pemerintah dengan pemda, perguruan tinggi, lembaga di dalam maupun luar negeri. (Pasal 10 RPP).

3) Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala meliputi:a. Proses penerbitan IUP atau IPRb. Pengawasan produksi dan penjualanc. Penerimaan negara

(4) Ruang Lingkup Pembinaan kepada Pemegang Izin Pertambangana. Menteri, Gubernur atau Bupati/walikota melakukan Pembinaan kepada

pemegang ijin (IUP, IPR dan IUPK). b. Pembinaan meliputi: administrasi pertambangan, teknis operasional, kompetensi

profesi, keuangan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 3

Page 4: Ringkasan Rpp Minerba

ii) PENGAWASAN1) Kewenangan dan Subyek Pengawasan

a. Menteri ESDM melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota.

b. Kewenangan Menteri tersebut dapat dilimpahkan kepada Gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2) Ruang lingkup Pengawasan, meliputi:- Administrasi, meliputi:

a. Evaluasi laporan perencanaan kegiatan usaha pertambanganb. Evaluasi laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan

- Operasional, antara lain:a. Teknis pertambangan b. Pemasaran c. Keuangan :

- Pengelolaan keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia- Perencanaan anggaran- Realisasi pengeluaran- Rencana dan realisasi investasi- Pemenuhan kewajiban pembayaran, antara lain kewajiban :

1) Iuran tetap untuk WIUP, WIUPK atau WIUPR2) Iuran produksi mineral logam, batubara, batuan dan mineral

bukan logam3) Pembayaran 10% dari keuntungan bersih bagi pemegang IUPK

mineral logam atau batubarad. Pengolahan data mineral dan batubara e. Konservasi sumber daya mineral dan batubara

3) Pembagian Kewenangan Pengawasan a. Menteri berwenang mengawasi kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan

oleh:- Pemegang IUP yang berada di lintas wilayah propinsi dan/atau wilayah laut

lebih dari 12 mil dari garis pantai;- Pemegang IUPK eksplorasi dan pemegang IUPK operasi produksi untuk

pertambangan mineral dan batubarab. Gubernur melakukan pengawasan kegiatan usaha pertambangan yang

dilakukan pemegang IUP yang wilayahnya berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dan operasio produksinya berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4 mil sampai dengan 12 mil.

c. Bupati/Walikota melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh:

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 4

Page 5: Ringkasan Rpp Minerba

- Pemegang IUP yang wilayahnya berada pada wilayah kabupaten/kota dan operasi produksi berada pada wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil;

- Pemegang IPR yang wilayahnya berada pada wilayah kabupaten/kota dan operasi produksi kegiatannya berada di wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil.

4) Kewajiban :- Pemegang IUP, IPR dan IUPK wajib menyampaikan laporan tertulis secara berkala

mengenai pengawasan tersebut kepada Menteri, gubernur, bupati atau walikota sesuai kewenangannya masing-masing.

- Gubernur atau bupati/walikota wajib meneruskan laporan tertulis kepada menteri secara berkala setiap 6 bulan.

iii) Masalah Pembinaan dan Pengawasan kepada Gubernur, Pemda (Kabupaten atau Kota) dan Pemegang ijin akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

iv) Pejabat penyidik pengawai negeri melakukan pemeriksaan dan pengusutan atas kebenaran laporan dari pemegang ijin sebagaimana dalam Pasal 17 ayat 2 mengenai adanya dugaan tindak pidana yang dilakukan pemegang ijin dalam kegiatan usaha pertambangan.

v) Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, Menteri dapat memberikan teguran kepada Pemda apabila dalam pelaksanaan kewenangannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 11 ayat (3)).

II. RPP TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA DAN WILAYAH PERTAMBANGAN

1. Prinsip utama kegiatan usaha pertambangan:- Pemerintah menetapkan Wilayah Pertambangan setelah berkoordinasi dengan

pemerintah daerah.- Wilayah Pertambangan terdiri atas :

Wilayah usaha pertambangan (WUP) Wilayah pencadangan negara (WPN) Wilayah pertambangan rakyat (WPR)

- Pelaku Usaha: Badan usaha Badan usaha milik negara Badan usaha milik daerah Koperasi Perorangan

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 5

Page 6: Ringkasan Rpp Minerba

Investor asing diperbolehkan mengikuti lelang dan harus membentuk badan hukum setelah dinyatakan sebagai pemegang dan IUP diterbitkan apabila akte pendirian telah disetujui oleh pihak yang berwenang.

- Jenis bahan galian Mineral logam Mineral bukan logam Batuan Batubara Radio aktif

2. WUPa. Pemerintah dapat melimpahkan kewenangan penetapan kepada gubernur b. WUP yang diusahakan disebut dengan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) c. Satu WUP terdiiri dari satu atau lebih WIUPd. Kriteria penetapan WIUP adalah letak geografis, kaidah konservasi, daya dukung

lingkungan dan optimalisasi sumber daya mineral/batubara dan tingkat kepadatan penduduk

e. Izin pengusahaannya adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP)f. 1 WIUP hanya diberikan 1 badan usaha, koperasi atau perseorangan.g. 1 badan usaha yang go publik (terbuka) dapat diberikan lebih dari 1 WIUP atau

WIUPK.h. Pemberian WIUP:

Untuk mendapatkan WIUP mineral/unsur logam dan batubara dilakukan dengan lelang

Untuk mendapatkan WIUP mineral/unsur bukan logam dilakukan dengan permohonan

i. Pemberian WIUPK:Untuk mendapatkan WIUPK mineral/unsur logam dan batubara diselenggarakan dengan cara prioritas atau lelang. Cara prioritas diberikan kepada BUMN dan BUMD, dengan menteri menawarkan terlebih dahulu WIUPK kepada BUMN dan BUMD. Dalam hal peminatnya lebih dari 1 BUMN/BUMD maka diterapkan sistem first come first served.

j. Pelelangan WIUP/WIUPK: WIUP/WIUPK ditetapkan oleh Pemerintah termasuk data pendukung dan

harga dasar lelang Pemerintah/Pemda (sesuai kewenangannya) mengumumkan adanya

pelelangan WIUP/WIUPK serta membentuk panitia lelang Paniti lelang:

a. Anggota panitia terdiri dari DESDM-Propinsi-Kabupaten/Kotab. Tugas dan wewenang al. (menilai kualifikasi, evaluasi penawaran,

melaksanakan lelang serta mengesahkan pemenang, mengumumkan ulang apabila peminat hanya 1 peserta)

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 6

Page 7: Ringkasan Rpp Minerba

Prosedur penentuan pemenang al. (penetapan peringkat, penunjukan pemenang, dalam hal peserta hanya 1 (satu)-maka ybs ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga dasar atau harga penawaran apabila ternyata lebih tinggi dari harga dasar))

Persyaratan lelanga. Persyaratan administratifb. Persyaratan teknisc. Persyaratan finansial

Pelelangan WPN/WIUPK/IUPK dilaksanakan hanya oleh pemerintah saja.k. Permohonan WIUP:

1. Pemohon mengajukan permohonan kepada2. pemerintah/Gubernr/Bupati/Walikota (sesuai kewenangan)3. Memenuhi persyaratan yaitu administrasi, finansial, teknis , dan

lingkungan4. First Come‐First Serves

l. Kewajiban Pemegang IUP/IUPK:1. Pemegang IUP dan IUPK dapat memanfaatkan prasarana dan sarana umum

untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undnagan

2. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah

3. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang serta menyediakan dana jaminan reklamasi dan pasca tambang

4. Pemegang IUP dan IUPK operasi produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.

5. divestasi

3. WPR

Penetapan WPRdilakukan oleh bupati/walikota setelah berkoordiansi dengan DPRD Dalam penetapan WPR terlebih dahulu diumumkan kepada masyarakat Sebagai wadah kegiatan tambang rakyat Izin pengusahaannya adalah Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Kriteria WPR adalah :

a. Mempunyai cadangan sekunder yg terdapat di sungai, tepi sungai dan antara tepi sungai

b. Mempunyai cadangan primer dgn kedalaman maks 25 mc. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purbad. luas maks 25 hektare. Merupakan wilayah kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang

kurangnya 25 tahun

4. WPN

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 7

Page 8: Ringkasan Rpp Minerba

Penetapan WPN dilakukan oleh Pemerintah (untuk kepentingan nasional) dgn memperhatikan aspirasi daerah dan persetujuan DPR

WPN yang diusahakan disebut dengan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK)

WIUPK ditetapkan oleh pemerintah setelah berkoordiansi dengan pemerintah daerah

1 WIUPK hanya diberikan 1 badan usaha, koperasi atau perseorangan. 1 badan usaha yang go publik (terbuka) dapat diberikan lebih dari 1 WIUPK. Pelelangan dan kewajiban pemegang IUPK sama dengan ketentuan WIUP. Penetapan WIUPK dengan mempertimbangkan :

a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negerib. Sumber devisa negarac. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasaranad. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomie. Daya dukung lingkunganf. Penggunaan teknologi tinggi dan modal yang besar

5. Divetasi

i.Diwajibkan bagi PMA (100% sahamnya dimiliki oleh Asing)ii.Setelah 5 tahun berproduksi

iii.Divestasi paling sedikit harus mencapai 20% secara bersamaan melalui pemilikan langsung

iv.Ditawarkan secara bersamaan kepada Pemerintah, PEMDA, BUMN/D dan Badan Usaha Swasta Nasional

v.Apabila terdapat peminat bersamaan dari butir iv maka prioritas diberikan secara berturut-turut kepada Pemerintah, Pemda, BUMN, BUMND baru kemudian ke Badan Usaha Swasta Nasional

vi.Divestasi saham harus terlaksana dalam jangka waktu paling lambat pada triwulan keempat tahun keenam berproduksi.

III. RPP REKLAMASI DAN PASCATAMBANG1. Kewajiban Pemegang ijin dalam reklamasi dan pasca tambang:

a. Pemegang IUP, IPR, IUPK wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang untuk memulihkan fungsi lingkungan menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan

b. Pemegang IUP, IPR, IUPK wajib menyediakan jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang sesuai dengan perhitungan rencana biaya reklamasi dan perhitungan rencana biaya pascatambang yang telah disetujui oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota.

2. Jaminan reklamasi:a. Jaminan reklamasi dalam bentuk: deposito berjangka, bank garansi atau asuransi

atau cadangan akuntansib. Jaminan pasca tambang dalam bentuk deposito berjangka

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 8

Page 9: Ringkasan Rpp Minerba

3. Pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang dilakukan dengen menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang yang penyusunannya berdasarkan AMDAL, UKL dan UPL

4. Menteri, gubernur atau bupati/walikota memberikan : persetujuan atas rencana reklamasi dan rencana pasca tambang dalam jangka waktu

paling lama 30 hari kerja sejak menerima rencana tersebut. Pengawasan pelaksanaan reklamasi dan pascatambang

5. Penyerahan lahan pascatambang diserahkan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota. Dalam hal perlu dana untuk melakukan pemeliharaan, sesuai dengan kewenangannya Menteri, gubernur atau Bupati/Walikota memerintahkan pemegang ijin pertambangan untuk menempatkan dana amanah (trust fund)

6. Pelanggaran atas ketentuan reklamasi dan pasca tambang, pemegang ijin pertambangan akan diberikan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan penghentian kegiatan pertambangan.

Sekretariat PWYP-Indonesia 2009 9