ringkasan formulasi kebijakan integrasi kebijakan jaminan
TRANSCRIPT
FORMULASI KEBIJAKAN INTEGRASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM UHC
Supriyantoro RINGKASAN DISERTASI PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
September 2014
PENDAHULUAN
SJSN BIDANG KESEHATAN/JKN 1 Januari 2014
UNIVERSAL HEALTH
COVERAGE
• UUD 1945 • Pasal 28H ayat (1) & (3) UUD 1945
• Pasal 34 ayat (3) UUD 1945
• UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN ▪ UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 1 ayat (1) dan pasal 2
Latar Belakang
• manajemen pengelolaan, paket manfaat, sasaran penerima bantuan iuran! bervariasi.
• Miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab Pusat ! integrasi • Perlu formula kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan
Jamkesda dalam skema Nasional baik dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun besaran iuran.
JAMKESMAS 2014
JAMKESDA: integrasi bertahap
Latar Masalah
PETA JALAN KEPESERTAAN JKN
(Ilustrasi ini dikutip dari Roadmap SJSN bidang Kesehatan, 2013)
Perumusan Masalah
Pertanyaan Penelitian: • Bagaimana pemetaan pola Jamkesda yang berjalan
selama ini di 33 provinsi di Indonesia (kemampuan fiskal, Manajemen pembiayaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran)?
• Bagaimana karakteristik Jamkesda dalam hal manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran?
• Bagaimana mengintegrasikan kebijakan SJSN dengan pola Jamkesda, khususnya dari aspek manajemen pengelolaan, paket manfaat danpenerima bantuan iuran?
Tujuan
Tujuan Khusus: • Diperolehnya peta berbagai pola Jamkesda yang berjalan selama ini di 33
provinsi di Indonesia (kemampuan fiskal, Manajemen pembiayaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran).
• Diperolehnya peta berbagai perbedaan dalam pengembangan Jamkesda, khususnya dalam hal manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran.
• Diperolehnya model strategi pengintegrasian Jamkesda secara komprehensif kedalam SJSN. khususnya dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran yang dapat diimplementasikan dalam kerangka desentralisasi.
Tujuan Umum: Diperolehnya formula model kebijakan Universal Health Coverage yang mampu mengintegrasikan sistem Jamkesda, khususnya dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran kedalam sistem Jaminan Sosial Nasional dengan tetap berlandaskan pada kerangka desentralisasi.
Decision-space approach
Tinjauan Pustaka
Kesuksesan pelayanan kesehatan bergantung pada desain kelembagaan yang efisien dan inovatif tanpa mengganggu kesetaraan akses kesehatan
Guillem López Casasnovas, David McDaid dan Joan Costa-Font (2009)
Sentralisasi: Kontrol
Kendali dan Sistem
Desentralisasi:
Perencanaan,
pembiayaan dan
manajemen publikBossert, Bowser dan Amenyah
(2007)Bossert (1998, 2000)
The range of effective choice that is allowed by the central authorities to be utilised by the local authorities
Tinjauan Pustaka: Teori yang digunakan untuk Dasar Formulasi Kebijakan
Rekomendasi kebijakan yang baik mencakup unsur: • Action focus, rekomendasi harus memuat
aksi agar kondisi yang sebaiknya terjadi dapat terwujud oleh kebijakan tersebut.
• Future oriented, rekomendasi harus menjelaskan keadaan sebelum dan sesudah kebijakan.
• Fact-value interdependence, rekomendasi harus mampu mengkaitkan fakta dan nilai, sehingga tidak sebatas aksi tetapi juga penerimaan nilai-nilai masyarakat.
• Value duality, rekomendasi harus mampu menggambarkan nilai intrinsik yang menjadi tujuan akhir dari kebijakan dan nilai ekstrinsik sebagai sasaran antara menuju tujuan akhir.
William Dunn, (2000)
terdapat beberapa kriteria yang biasa dipakai dalam mengukur ketepatan suatu formulasi kebijakan publik, antara lain :
– Kelayakan politik, – Kelayakan ekonomi, – Kelayakan keuangan/biaya, – Kelayakan administrasi, – Kelayakan teknologi, – Kelayakan sosial budaya,
dan – Kelayakan-kelayakan lain
sesuai dengan kriteria yang dibuat secara khusus.
Zainal Abidin (2004)
Kerangka Teori
Amanat UUD 1945
SJSN
< 2014 JAMKESDA
Action Focus
Future Oriented
Fact Value Interdp
Value Duality
≥ 1 Januari 2014 BPJS
Rekomendasi Strategi Integrasi Jamkesda pada BPJS
Alternatif Pola Pengelolaan Jamkesda
A l t e r n a t i f M a n a j e m e n Pengelolaan
Alternatif Paket Manfaat
Alternatif Bantuan Iuran
Dimensi Ketepatan Kebijakan (Zainal Abidin (2004)
Kelayakan politik
Kelayakan ekonomi
Kelayakan keu/biaya
Kelayakan administrasi
k e l a y a k a n l a i n d g n kriteria khusus.
Kelayakan teknologi
Kelayakan Sosbud
Dimensi Rekomendasi Kebijakan William Dunn
Kerangka Pemikiran
Formula model kebijakan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem Jamkesda yang ada di berbagai provinsi ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional adalah melalui formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat, dan pola kepesertaan penerima bantuan iuran secara nasional dengan tetap berlandaskan pada kerangka desentralisasi.
HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
Desain penelitian : mixed methods, studi multikasus terjalin Mixed Methods ! peneliti mengumpulkan, menganalisis dan mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif dalam satu studi tunggal (Creswell, 2009). desain multikasus terjalin ! Menurut Yin (2008), merupakan study case yang terdiri dari beberapa kasus dan beberapa unit analisis.
Desain Penelitian
• Tahap I & II ! 33 provinsi • Tahap III ! 6 Provinsi : Aceh, Sumbar, DKI Jakarta,
Gorontalo, NTT, Kepri • Penelitian dilakukan tahun 2013-2014
Alur Langkah Penelitian
Data primer : self administered questioner, pengamatan partisipatif, wawancara mendalam, FGD
Data sekunder: studi literatur, observasi dokumen, dsb.
Pengumpulan Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PROFIL JAMINAN KESEHATAN DAERAH
DI 33 PROVINSI
Propinsi PAD tahun 2012
Kapasitas Fiskal 2012 Kemiskinan (Mar '13) Manajemen Cost-sharing Pembiayaan
PaketManfaat
IndeksKapasi
tasFiskal
Kategori
JumlahPendud
uk
JumlahPendud
ukMiskin
% Penduduk
Miskin
JenisKepeserta
anPengelol
aProvinsi
Daerah Ket. Iuran Layanan
Dasar
KlaimLayananRujukan
Aceh Rp9.180.140.000.000
0,3237 Rendah
4.776.761
840.710 17,60% UHC PT. Askes
100% 0% Rp15.065
Kapitasi INA CBGs
JamkesmasSumatera
UtaraRp7.200.500.000.00
00,4199 Renda
h13.311.
7301.339.1
6010,06% Miskin Non
JamkesDinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp10.000
Tarif Perda
Tarif Perda
Diatur Perda
Sumatera Barat
Rp2.922.580.000.000
0,5305 Sedang
5.005.774
407.470 8,14% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
40% 60% Rp12.000
Kapitasi Tarif Perda
Jamkesmas
Riau Rp6.847.320.000.000
1,4030 Tinggi 6.078.756
469.280 7,72% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
65% 35% Rp10.000
Tarif Perda
INA CBGs
Jamkesmas
Jambi Rp2.662.700.000.000
0,9360 Sedang
3.298.017
266.150 8,07% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
30% 70% Rp10.000
Tarif Perda
Tarif Perda
Diatur Perda
Sumatera Selatan
Rp5.223.940.000.000
0,2136 Rendah
7.797.542
1.110.370
14,24% UHC Dinas Kesehatan
58% 42% Rp5.000
Tarif Perda
INA CBGs
Jamkesmas
Bengkulu Rp1.562.530.000.000
0,3440 Rendah
1.784.896
327.350 18,34% SKTM Dinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp10.000
Tarif Askes
INA CBGs
Jamkesmas
Lampung Rp3.721.020.000.000
0,2259 Rendah
7.826.783
1.163.060
14,86% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
0% 100% Dana Talanga
n
Rp10.000
Kapitasi Tarif Perda
Jamkesmas
Kepulauan Bangka Belitung
Rp1.384.820.000.000
2,0774 Sangat Tinggi
1.328.599
69.220 5,21% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
40% 60% Rp10.000
Tarif Perda
INA CBGs
Jamkesmas
Kepulauan Riau
Rp2.473.410.000.000
1,8416 Tinggi 1.960.681
126.660 6,46% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
67% 33% fee for service
Tarif Perda
Tarif RS Diatur Perda
DKI Jakarta Rp35.379.200.000.000
7,1707 Sangat Tinggi
9.977.183
354.190 3,55% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
0% 100% Dana Talanga
n
Rp5.000
Kapitasi INA CBGs
Diatur Perda
Jawa Barat Rp1.687.810.000.000
0,2956 Rendah
45.136.975
4.297.040
9,52% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
10% 90% Dana Talanga
n
Rp6.000
Tarif Askes
INA CBGs
Jamkesmas
Jawa Tengah
Rp11.694.500.000.000
0,1725 Rendah
32.506.525
4.732.950
14,56% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
40% 60% fee for service
Tarif Perda
Tarif Perda
Diatur Perda
DI Yogyakarta
Rp2.171.730.000.000
0,2846 Rendah
3.565.781
550.200 15,43% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
50% 50% Rp7.500
Tarif Perda
INA CBGs
Diatur Perda
Jawa Timur Rp15.401.500.000.0 0,2610 Renda 38.018. 4.771.2 12,55% Miskin Non Dinas 50% 50% Rp20.0 Tarif INA Jamkesm
MATRIKS PROFIL JAMKESDA 33 PROVINSI
Propinsi PAD tahun 2012
Kapasitas Fiskal 2012 Kemiskinan (Mar '13) Manajemen Cost-sharing Pembiayaan
Paket Manfa
atIndeksKapasi
tasFiskal
Kategori
JumlahPendud
uk
JumlahPendud
uk iskin
% Penduduk
Miskin
JenisKepesertaan
Pengelola
Provinsi Daerah Ket. Iuran
Layanan
Dasar
KlaimLayanan Rujukan
Nusa Tenggara Barat
Rp2.242.820.000.000
0,0742 Rendah
4.623.539
830.850 17,97% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
50% 50% Dana Talanga
n
Rp6.000
Tarif Perda
INA CBGs Jamkesmas
Nusa Tenggara Timur
Rp2.241.050.000.000
0,1148 Rendah
4.960.359
993.560 20,03% SKTM Dinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp1.000
Tarif Perda
Tarif Perda Diatur Perda
Kalimantan Barat
Rp1.164.430.000.000
0,6724 Sedang
4.478.277
369.010 8,24% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp12.000
Tarif Perda
INA CBGs Jamkesmas
Kalimantan Tengah
Rp2.514.030.000.000
1,4946 Tinggi 2.309.444
136.950 5,93% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp12.000
Tarif Askes
INA CBGs Jamkesmas
Kalimantan Selatan
Rp4.340.250.000.000
1,8407 Tinggi 3.810.063
181.740 4,77% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
60% 40% fee for service
Tarif Perda
INA CBGs Jamkesmas
Kalimantan Timur
Rp11.904.200.000.000
5,3085 Sangat Tinggi
3.926.733
237.960 6,06% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
40% 60% Rp16.000
Tarif Perda
Tarif Perda Jamkesmas
Sulawesi Utara
Rp1.834.910.000.000
0,6210 Sedang
2.340.102
184.400 7,88% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
0% 100% Dana Talanga
n
Rp6.500
Tarif Perda
Tarif Perda Diatur Perda
Sulawesi Tengah
Rp1.962.390.000.000
0,3257 Rendah
2.763.599
405.420 14,67% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
50% 50% Rp7.000
Kapitasi
Tarif Perda Jamkesmas
Sulawesi Selatan
Rp4.433.960.000.000
0,4047 Rendah
8.256.394
787.660 9,54% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
0% 100% Dana Talanga
n
Rp6.500
Tarif Perda
Tarif Perda Diatur Perda
Sulawesi Tenggara
Rp1.811.980.000.000
0,3603 Rendah
2.351.598
301.710 12,83% Miskin Non Jamkes
Dinas Kesehatan
40% 60% Rp1.000
Tarif Perda
INA CBGs Jamkesmas
Gorontalo Rp180.039.000.000
0,3369 Rendah
1.099.886
192.590 17,51% UHC PT. Askes
60% 40% Rp6.000
Kapitasi
INA CBGs Jamkesmas
Sulawesi Barat Rp140.397.000.000
0,3940 Rendah
1.252.033
154.000 12,30% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
30% 70% Rp5.000
Kapitasi
Tarif Perda Diatur Perda
Maluku Rp267.850.000.000
0,3050 Rendah
1.651.308
321.840 19,49% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
0% 100% Dana Talanga
n
Rp6.000
Tarif Perda
INA CBGs Diatur Perda
Maluku Utara Rp1.196.750.000.000
0,8818 Sedang
1.112.533
83.440 7,50% Miskin Non Jamkes
PT. Askes
0% 100% Dana Talanga
Rp10.000
Tarif Perda
Tarif Perda Diatur Perda
MATRIKS PROFIL JAMKESDA 33 PROVINSI
Cakupan Peserta Jamkesda Per Provinsi (P2JK tahun 2014)
NAMA PROVINSI
JUMLAH PESERTA
JAMKESDA
PERSENTASE DARI TOTAL
PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
ACEH 2.226.352 45,98% 4.842.238
SUMATERA UTARA 1.208.893 9,31% 12.982.204
SUMATERA BARAT 1.141.149 23,54% 4.846.909
RIAU 1.341.395 24,22% 5.538.367
JAMBI 254.167 8,22% 3.092.265SUMATERA SELATAN 4.868.723 65,35% 7.450.394
BENGKULU 73.560 4,29% 1.715.518
LAMPUNG 4.513.155 59,32% 7.608.405BANGKA BELITUNG 739.027 60,41% 1.223.296
KEPULAUAN RIAU 174.730 10,41% 1.679.163
DKI JAKARTA 4.300.000 44,76% 9.607.787
BANTEN 479.170 4,51% 10.632.166
BALI 2.440.964 62,74% 3.890.757
NTB 572.976 12,73% 4.500.212
NTT 725.824 15,50% 4.683.827
KALBAR 585.157 13,31% 4.395.983
KALTENG 840.339 37,99% 2.212.089
KALSEL 1.077.575 29,71% 3.626.616
KALTIM 1.868.741 52,59% 3.553.143SULAWESI UTARA 490.981 21,62% 2.270.596SULAWESI TENGAH 483.968 18,37% 2.635.009SULAWESI SELATAN 4.892.070 60,89% 8.034.776SULAWESI TENGGARA 89.643 4,02% 2.232.586
GORONTALO 495.869 47,67% 1.040.164SULAWESI 1.158.651
Kapasitas Fiskal Provinsi dan Kab/Kota
Daerah Tingkat Kapasitas Fiskal
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Provinsi (33 Provinsi)
18(54,5%)
7(21,2%)
5(15,15%)
3(9,09%)
Kab/kota(491 Kab/kota)
290 (59,06%)
86(17,51%)
61(12,42%)
54(11%)
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah No 226 Tahun 2012
Hasil Kuesioner
Berdasarkan data kuesioner pada 33 Provinsi, terdapat 240 Kab/Kota yang layak diolah sebagai sampel dari total 491 Kab/Kota dalam Peta Kapasitas Fiskal Permenkeu no 226 tahun 2012.
Daerah Tingkat Kapasitas Fiskal Kab/KotaRendah &Sedang
Tinggi &Sangat Tinggi
Jumlah
Kab/kota 180 Kab/Kota (75%)
60 Kab /kota (25%)
240 Kab/Kota
Hubungan Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah
• Tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok kapasitas fiskal dengan manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan (p = 0,065).
• Perhitungan Mantel-Haenszel, diperoleh Common Odds Ratio Estimates sebesar 1,920 (Confidence Interval 95% =1,008 – 3,658; asymp. Sig 2 sided = 0,047).
! Kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) memiliki kecenderungan sebesar 1,920 kali lebih besar untuk memberikan manfaat Jamkesda yang sesuai atau bahkan melebihi manfaat Jamkesmas bila dibandingkan dengan kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah (sedang dan rendah).
UJI BIVARIAT
Gambaran Alokasi Anggaran Kesehatan (Rp. mil) dalam APBD Provinsi dan kabupaten/kota, Kapasitas Fiskal, per Kapita
Tahun 2013
DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT ANGGARAN KESEHATAN
0
2250000000000
4500000000000
6750000000000
9000000000000
Prov. Sulawesi Barat Prov. Sulawesi Tengah Prov. Sumatera Utara Prov. Jambi Prov. Kalimantan Selatan
KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGIKF SANGAT
TINGGI
Persentase Anggaran Kesehatan Berbanding Total APBD Prov dan Kab/Kota di Masing-masing Prov (2013)
DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT KELOMPOK KAPASITAS FISKAL DAN PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBD PROVINSI
0
3,25
6,5
9,75
13
Prov. Lampung Prov. Sumatera Utara Prov. Aceh Prov. Papua Barat Prov. Banten Prov. Kalimantan Timur
KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGIKF SANGAT
TINGGI
Anggaran Kesehatan APBD 20013 per Kapita per Provinsi
DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT ANGGARAN PERKAPITA
0
275000
550000
825000
1100000
Prov. Jawa BaratProv. Sulawesi Barat Prov. Gorontalo Prov. Banten Prov. Papua Barat Prov. DKI Jakarta
KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGIKF SANGAT
TINGGI
Kepesertaan & Paket Manfaat
Kepesertaan Paket Manfaat
Pengelolaan & Pembiayaan
Porsi Pembiayaan
Pemanfaatan Dana Talangan
Pola Iuran dan Pembayaran Klaim
0,7575
0,1212
0,1212
Non Iuran>19.225<19.225
Klaim Layanan Dasar
Klaim Layanan Rujukan
1) Non Iuran, 2) pembayaran diatas nilai iuran BPJS dan 3) Pembayaran dibawah iuran BPJS.
besaran pembayaran iuran Jamkesda
Pola Jamkesda di Provinsi
ANALISIS KESIAPAN DAN POLA INTEGRASI JAMKESDA
PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA
Pendalaman Kebijakan : Analisis Kesiapan dan Pola Integrasi Jamkesda di beberapa Provinsi di Indonesia
Indeks Kapasitas FiskalRendah Sedang Tinggi Sangat
TinggiAceh Sumut Sumsel Bengkulu LampungJabar JatengJatimD I Yogyakarta
SultengSulselSultraNTT NTBMaluku PapuaGorontaloSulbar
Sumbar JambiKalbarSulutM a l u k u UtaraBantenPapua Barat
RiauKaltengKalselBali Kepri
DKI JakartaKaltim Babel
Diambil 6 Provinsi (Aceh, NTT, Gorontalo, Sumbar, Kepri dan DKI) untuk dianalisis lebih lanjut berdasarkan: • Manajemen Pengelolaan • Paket Manfaat • Pola Bantuan Iuran
Karakteristik Anggaran APBD Provinsi Pada 6 Provinsi Terpilih
3 Fokus Pola Integrasi Jamkesda
Pola Manajemen Pengelolaan
Pola Paket Manfaat
Pola Sasaran Bantuan Iuran
Matriks Perbandingan Pola Manajemen Pembiayaan
Provinsi Pola Pembiayaan Penyelenggara
Sharing KETYandas Yankes
LanjutanProvinsi Kab/Kota
Aceh Kapitasi Klaim PT. Askes 100% 0% UHCSumatera Barat
Kapitasi Klaim PT. Askes 40% 60% Warga tanpa jamkes/miskin
Gorontalo Kapitasi Klaim PT. Askes 60% 40% UHCN u s a Tenggara Timur
1. Kapitasi2. Klaim ke
PT. Askes
1. Klaim Tarif RS
2. Klaim Tarif Perda
1. Dinkes2. Bendahara
Pemerintah3. PT. Askes4. RSUD
P r o v i n s i menyediaka n d a n a talangan
K e l e b i h a n beban daerah dialihkan ke Provinsi
Floating fund / dana talangan
D K I Jakarta
Kapitasi K l a i m Ta r i f INA CBGs
PT. Askes P r o v i n s i s e d i a k a n d a n a talangan
- Floating fund / dana talangan
Kepulauan Riau
Klaim Tarif INA CBGs – K a p i t a s i untuk Kab.
Klaim Tari f INA CBGs
Dinkes 66% 33% Warga miskin non-quota
Analisis Perbandingan Kebijakan Jamkesda di 6 Provinsi Terpilih
Dimensi D.I. Aceh
Sumatera Barat
Gorontalo NTT DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Politik dan Sosial + + + - - +
Ekonomi dan Keuangan
+ + + - - +
Administrasi - - - - + -
Teknologi + - + - +
Kelayakan Kebijakan Jamkesda di 6 Prov Terpilih
Dimensi D.I. Aceh
Sumatera Barat
Gorontalo NTT DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Action Focus + + + - + +Future Oriented + + + + + +Fact Value Interdependence
- - + - - -
Value Duality + + + - - +
Karakteristik Kebijakan Jamkesda di 6 Prov Terpilih
Perbandingan Antar Negara Obama Care AS NHIP Phillipina JKN saat ini Sentralisasi
Dinamis
Manajemen Pengelolaan
Dana dikumpulkan di Pusat, dikelola tidak langsung oleh pusat !bursa asuransi
Dana dikumpulkan oleh pusat ! Philhealth
Dikelola langsung oleh pusat ! BPJS Kesehatan
Pengelolaan langsung oleh pusat scr partisipatif Indikator pengelolaan disepakati daerahPaket Manfaat Fleksibel namun
tdp 10 Paket Manfaat utama yg wajib dipenuhi
Fleksibel namun terdapat paket manfaat wajib yang harus dipenuhi sesuai UU
Paket manfaat sesuai dengan yang diatur UU
Paket Manfaat Wajib + Benefit tambahan daerah+ Promotif Preventif
Cakupan PBI Mengacu garis kemiskinan federal, namun memperhitungkan karakteristik daerah, jumlahnya dapat melebihi
Penduduk miskin dan mendekati garis miskin. Subsidi silang bagi masyarakat tidak mampu.
Mengacu pada PBI Nasional
Mengacu pada PBI nasional, daerah dapat mengajukan kelebihan/tambahan PBI
MODEL FORMULASI KEBIJAKAN
Dasar Penyusunan Model Formulasi Kebijakan Integrasi Jamkesda dalam JKN
Hasil Analisis: •Terdapat pergeseran kewenangan kebijakan •Terdapat gap kondisi antar wilayah •Kondisi di lapangan seringkali berbeda dengan data dan asumsi nasional
Model Kebijakan: SENTRALISASI DINAMIS
Berfokus pada Rencana Aksi yang Jelas, Kuat dan Berkelanjutan (Action focus)
Memiliki Komitmen yang Sama dan Berorientasi Kedepan (future oriented)
Mengacu pada Kondisi Faktual di Lapangan serta Berfokus pada Kepuasan Daerah dan Masyarakat (fact value interdependence)
Mengacu pada Rencana Pembangunan Secara Keseluruhan (Value Duality)
Nilai yang Harus dipenuhi dalam Rekomendasi
Garis Besar
Model Sentralisasi Dinamis
Model Kebijakan: SENTRALISASI DINAMIS
Pengelolaan • Pengelolaan,
pengendalian dan pembiayaan dilakukan terpusat namun indikator pengelolaan, pengendalian dan
Paket Manfaat • Paket manfaat
dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan mengoptimalkan manfaat promotif preventif.
Cakupan PBI • Penentuan
penerima bantuan dan tarif secara dinamis dan melibatkan daerah namun tetap mengacu pada standar nasional dan regulasi
Ruang Fleksibilitas dalam Model Sentralisasi Dinamis
Skema PerbandinganModel Sentralisasi Dinamis & Model Desentralisasi Terintegrasi
Implementasi dan verifikasi
Pola Manajemen
Cakupan PBI Optimal: daerah dapat mengusulkan diatas jaminan PBI/iuran pusat mengacu standar nasional
Penentuan pola integrasi Jamkesda
Paket manfaat fleksibel:
paket manfaat wajib + kebutuhan daerah + Promotif
preventif
indikator partisipatif: indikator pengelolaan disepakati oleh daerah
Pola Paket Manfaat
Pola PBI
Pengelolaan Pusat secara partisipatif
Skenario Tahapan integrasi JKN
Pengelolaan Daerah secara terintegrasi
Sosialisasi dan koordinasi
Membentuk Institusi Pengelola
daerahberkoordinasi pusat
monitoring dan evaluasi
Paket Manfaat Daerah mengacu pada standar
nasional+paket manfaat wajib+promotif preventif
diluar PBI/ iuran yang dijamin pusat, daerah
menambah sendiri
melibatkan penilaian Daerah, dan pusat mengawasi fraud
melibatkan daerah
Terpusat melalui koordinasi BPJS
fasilitasi pusat melibatkan daerah
Model Sentralisasi Dinamis
Model Desentralisasi Terintegrasi
Daerah tidak terintegrasi
penuh
Daerah terintegrasi
penuh
Pusat selaku risk equalization terlibat penuh pengawasan,
mencegah fraud
Badan pengelola daerah dan menunjuk koord.peserta
asumsi: Daerah wajib terintegrasi dalam JKN
Daerah aktif bersama pusat
Seluruh Jamkesdaterintegrasi dalam sistem JKN
Redesain KebijakanPusat terlibat sesuai kewenangan
Daerah berhak memberikan usulan
Desentralisasi Terintegrasi Gufron Mukti dan Murtjahjo, 2008
PENERAPAN MODEL: Tahapan Strategis
Sentralisasi Dinamis
SKEMA PERBANDINGAN POLA JKN SAAT INI DAN MODEL SENTRALISASI DINAMIS
JKN SAAT INI SENTRALISASI DINAMIS
Manajemen Pembiayaan
Pembiayaan PBI sepenuhnya oleh Pusat Dimungkinkan sumber pembiayaan daerah atau cost sharing pusat-daerah sejauh masuk kedalam sistem JKN dan Kondisi fiskal daerah mampu.Sesuai UU pusat membiayai semua peserta PBI, namun bila fiskal Iuran secara nasional sama, namun
faskes di daerah rural lebih minim dibanding perkotaan (daerah subsidi kota) ! transport rujukan sdh dibiayai
Pola Iuran disusun dengan Pola Regional ! seperti Pola Tarif Regional dalam INA-CBGs (5 regional)
Paket Manfaat
Paket Manfaat secara nasional sama pusat menentukan SPM dgn manfaat dasar, daerah boleh melebihi manfaat yg ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.Dalam hal ini Pemerintah memberi ruang bagi karakteristik daerah , Cakupan PBI
Pemerintah pusat hanya menanggung miskin dan tidak mampu
Boleh diperluas, daerah mengajukan permintaan perluasan diluar miskin dan tidak mampu, sesuai kondisi/kemampuan daerah
Data ditetapkan pusat (top-down, by name-by address) menggunakan survey BPS !+/- 2,5jt jiwa terdeteksi tak sesuai
Daerah mengidentifikasi PBI sesuai kriteria Pusat (Bottom-up, by name by address) ! akurat dan efisien. Pusat menentukan kriteria mampu/tidak mampu dan memverifikasi data daerah (menghindari moral hazard)
Penerapan Model Skema Time Frame Integrasi Jamkesda dalam JKN
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Disimpulkan bahwa pemetaan pola Jamkesda yang berjalan selama ini di 33 provinsi di Indonesia dapat ditinjau sebagai berikut:
– Dari sisi manajemen pembiayaan, 13 Jamkesda Provinsi (39%) dikelola PT Askes , masih 20 Provinsi lagi yang harus didorong agar terintegrasi dengan JKN.
– Dari Sisi paket manfaat, 15 Provinsi (45,45%) mengatur sendiri manfaat yang akan diperoleh melalui Perda. Dalam pembayaran tarif layanan dasar, baru 5 provinsi yang menggunakan tarif layanan dasar mengacu pada Tarif Askes. Pada tarif layanan rujukan, 15 provinsi (45,45%) masih menggunakan tarif perda dan 1 provinsi (3,03%) masih menggunakan tarif RS.
– Dari sisi cakupan PBI, 12,12% atau 4 Provinsi yang telah mencapai Universal Health Coverage. Provinsi yang hanya menjamin penduduk miskin non Jamkesmas 27 Provinsi (81,81%). 2 Provinsi (6%) menggunakan SKTM.
Kesimpulan
Kesimpulan2. Disimpulkan bahwa pola jamkesda yang diambil setiap provinsi memiliki
karakteristik kebijakan yang sangat beragam dan berbeda dalam pendalamannya , dengan gambaran sbb:
• Dari sisi kemampuan fiskal, disimpulkan bahwa kapasitas fiskal daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan kebijakan jamkesda yang diambil.
• Dari sisi manajemen pembiayaan, terdapat perbedaan dalam kewenangan pengelolaan (melalui Askes atau Dikelola langsung); pembagian biaya (100% ditanggung Prov/Kab/Kota atau Cost sharing antara Prov/Kab/kota); dan tipe pembiayaan baik di tingkat pengelola (melalui anggaran atau iuran dengan nilai diatas atau dibawah iuran BPJS) maupun di tingkat faskes dasar dan rujukan (INA CBGs atau perda).
• Dari sisi paket manfaat, terdapat kesenjangan antarprovinsi dimana sebagian mengacu Jamkesmas dan sebagian mengacu pada Perda tersendiri.
• Dari sisi cakupan PBI, terdapat kesenjangan dimana terdapat daerah yang mampu menanggung seluruh pasien kelas III; hanya pasien miskin dan tidak mampu; dan hanya menanggung SKTM.
Kesimpulan3. Disimpulkan bahwa untuk mengintegrasikan kebijakan SJSN dengan
Jamkesda, diperlukan model formulasi mampu mengatasi permasalahan di lapangan antara lain:
• dari sisi manajemen pembiayaan, terdapat pergeseran kewenangan yang selama ini terdesentralisasi di daerah baik kabupaten/kota dan provinsi menjadi tersentralisasi melalui JKN.
•dari sisi paket manfaat, gap antarwilayah yang memiliki kesejahteraan berbeda sehingga dapat berpotensi menimbulkan konflik.
•dari sisi cakupan PBI, data PBI di pusat sebagian diantaranya belum sesuai dengan kenyataan karena dinamika kondisi daerah yang berbeda-beda dan tidak terintegrasinya data.
Untuk mengatasinya maka diperlukan model yang: •berfokus pada rencana aksi yang jelas, kuat dan berkelanjutan (action focus),
•memiliki komitmen yang sama dan berorientasi kedepan (future oriented),
•mengacu pada kondisi faktual di lapangan serta berfokus pada kepuasan daerah dan masyarakat (fact value interdependence), dan
•mengacu pada rencana pembangunan secara keseluruhan (value duality)
4. Sesuai hipotesis pada penelitian ini, dan berdasarkan analisis terhadap kapasitas fiskal daerah serta kelayakan dan karakteristik kebijakan dalam pengelolaan jamkesda di 33 propinsi, maka diformulasikan suatu model kebijakan pengintegrasian berupa model Sentralisasi Dinamis. Model ini diharapkan dapat menjembatani tuntutan integrasi Jamkesda kedalam JKN dan dinamika hubungan pusat dan daerah dengan tetap memberikan ruang bagi desentralisasi.
Kesimpulan
Saran Teoritis
• Penetapan pola pengelolaan pembiayaan yang berbasis pada hasil atau result based financing.
• Pengutamaan kemampuan daerah dalam paket manfaat. • Pelaku kebijakan di pusat harus mampu menyamakan
persepsi pelaku kebijakan dibawahnya • Konsep formulasi kebijakan integrasi harus memberikan
ruang fleksibilitas yang lebih besar bagi daerah dalam sentralisasi kebijakan integrasi jamkesda.
• Pengembangan model Sentralisasi Dinamis memberikan ruang fleksibilitas yang lebih besar bagi daerah dalam sentralisasi kebijakan integrasi jamkesda berbasis pada pendekatan decision-space.
Manajemen Pembiayaan
Dimungkinkan sumber pembiayaan daerah atau cost sharing pusat-daerah sejauh masuk kedalam sistem JKN dan Kondisi fiskal daerah mampu.Sesuai UU pusat membiayai semua peserta PBI, namun bila fiskal tidak cukup, tentukan pagu di tiap daerah sesuai anggaran , daerah penuhi kekurangannya.Secara bertahap pusat penuhi dgn tahapanrioritas daerah yg kapasitas fiskal rendah termasuk DTPKPola Iuran disusun dengan Pola Regional -! seperti Pola Tarif Regional dalam INA-CBGs (5 regional)
Paket Manfaat
pusat menentukan SPM dgn manfaat dasar, daerah boleh melebihi manfaat yg ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Dalam hal ini Pemerintah memberi ruang bagi karakteristik daerah , misal: daerah gugus kepulauan, tertinggal, perbatasan , daerah industri dll.
Cakupan PBI
Boleh diperluas, daerah mengajukan permintaan perluasan diluar miskin dan tidak mampu, sesuai kondisi/kemampuan daerahDaerah mengidentifikasi PBI sesuai kriteria Pusat (Bottom-up, by name by address) ! akurat dan efisien. Pusat menentukan kriteria mampu/tidak mampu dan memverifikasi data daerah (menghindari moral hazard)
Saran Praktis
Saran Praktis
• Tahapan integrasi Jamkesda dapat dilakukan dengan beberapa alternatif : – Pemerintah Pusat secara penuh mampu membiayai
seluruh kebutuhan JKN secara langsung ! integrasi Jamkesda dilakukan secara serentak
– Pemerintah Pusat mampu membiayai seluruh kebutuhan JKN secara bertahap ! integrasi dilakukan dengan tahapan prioritas:
DTPK ! Kapasitas Fiskal rendah & sedang ! Kapasitas Fiskal tinggi & sangat tinggi .
– Pemerintah Pusat tidak memiliki kemampuan untuk sepenuhnya membiayai masyarakat miskin dan tidak mampu dalam JKN ! Perlu kontribusi pemda
TERIMA KASIH