rhenald kasali blogspot com

10
Beranda SABTU, 15 SEPTEMBER 2012 Merosotnya Daya Saing - Sindo 13 September 2012 Setiap kali mengalami penurunan saya saing, bangsa-bangsa besar selalu ribut. Demikianlah ketika peringkat daya saing global Indonesia turun dari posisi 46 ke 50. Beda benar dengan negara-negara yang selalu berada di peringkat paling bawah: Haiti, Sieraleone dan Burundi. Seperti tak bertenaga dan tanpa daya, dari tahun ke tahun diam di sana. Keributan-keributan kecil tentu bukan hanya menjadi milik Indonesia. Di televisi saya melihat sejumlah diskusi yang menyebutkan walaupun peringkat Indonesia turun, investasi di bidang- bidang usaha tertentu (khususnya perkebunan) naik terus. Diskusi-diskusi baru berkisar seputar nilai investasi, belum pada produktivitas. Demikian pula belum ada yang mempersoalkan mengapa Malaysia lebih menarik bagi Tonny Fernandes untuk menjadi home-based Air Asia ketimbang Indonesia yang jelas-jelas marketnya jauh lebih besar. Demikian pula mengapa Lion Air lebih tertarik menggandeng Malindo untuk menjadi hub-nya ke bisnis penerbangan internasionalnya. Kalau ini dimasukan pasti akan lebih menarik. Dari Thailand Tharong Khanthong menulis pendapatnya di harian The Nation. Ia mempersoalkan mengapa peringkat Thailand ( peringkat no 38) bisa dinilai di bawah negeri yang tengah kesulitan dilanda ketidakpercayaan, Spanyol (peringkat ke 36). Spanyol baru saja meminta bail out fund sebesar 100 miliar euro. Kondisi ekonomi Spanyol sedang amat berat, sama seperti kondisi ekonomi Thailand saat dilanda krisis ekonomi di tahun 1997. Demikian pula bagaimana menjelaskan Rusia yang menguasai bisnis energy senilai USD 2 trilyun hanya menduduki posisi ke 67 dan India hanya di posisi 59. Bagaimana kita bisa menerima daya saing Israel (peringkat ke 26) lebih tinggi dari China (29) yang menguasai cadangan devisa terbesar di dunia? Namun satu hal yang perlu dipahami oleh pemimpin Indonesia, ekonomi dan bisnis sudah tidak dapat lagi dipisahkan, dan untuk membangun ekonomi atau kesejahteraan diperlukan pendekatan lebih dari sekedar kebijakan ekonomi makro. Kultur Ekonomi Vs Kultur Bisnis Meski bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, secara keilmuan semakin hari keduanya bergerak menurut landasan berpikir yang berbeda. Bangsa-bangsa yang unggul adalah bangsa yang mampu mengintegrasikan keduanya secara simultan. Yang satu menjaga kestabilan pada level negara, yang satu mengurus dunia usaha. Cara berpikirnya memang berbeda, namun begitu disatukan, hasilnya bisa menjadi produktivitas. Dalam hal inilah Indonesia perlu meninjau kembali konsep pembangunan ekonomi yang dibebankan pada Bappenas. Bappenas tidak bisa bekerja tanpa prinsip-prinsip strategic management karena perekonomian Indonesia telah berubah menjadi sebuah system yang kompleks. Indonesia telah berubah menjadi sebuah kekuatan besar dengan aktor yang amat beragam dengan pola pikir, cara bekerja atau kepentingan yang berbeda-beda dalam spektrum yang sangat luas. Tanpa strategic planning yang baik, apa yang telah dituangkan belum tentu dijalankan, dan apa yang dijalankan, belum tentu memenuhi apa yang diinginkan. Kalau bukan Bappenas, siapa yang memegang peran strategic planning di negeri ini? Kalau kita mengintip cara yang ditempuh bangsa-bangsa yang unggul, yang selalu menduduki peringkat atas, yang meski dilanda krisis tetap optimis menatap hari esok dan cepat kembali, maka kita bisa menyaksikan peran strategic planning yang begitu intensif. Negara bukan hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri, melainkan bekerja sama dengan dunia bisnis agar mampu menghasilkan kegiatan ekonomi yang lebih bernilai tinggi, lebih mampu menciptakan kesejahteraan melalui lapangan pekerjaan. Swiss dan Singapura misalnya, menduduki peringkat 1 dan 2, secara faktual bukanlah negara yang kaya dengan sumber daya alam. Namun mereka bisa keluar dari perangkap keterbatasan- keterbatasan, keluar dengan rangkaian strategi yang produktif. Tentu saja bukan tanpa masalah, namun negara yang dikelola dengan strategic planning yang baik berhasil mengambil alih keresahan yang dirasakan warganya (ketidakpastian) kedalam program-program yang adaptif dan mampu menjadi pemenang. Blog ini bukanlah blog pribadi Rhenald Kasali, melainkan blog yang berisi kumpulan artikel beliau yang dimuat di berbagai media massa di Indonesia. TENTANG BLOG INI Rhenald Kasali adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi universitas tersebut. Selain bergerak sebagai akademisi, pria bergelar Ph. D. dari University of Illinois ini juga produktif menulis. Buku-buku yang ditulisnya selalu menjadi perhatian kalangan bisnis dan hampir semua bukunya menjadi best seller di kalangan mahasiswa. Berikut beberapa buku yang telah ditulis Prof. Rhenald Kasali. Sembilan Fenomena Bisnis - 1997 Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting dan Positioning, Gramedia Pustaka Utama (1998) Sembari Minum Kopi Politiking di Panggung Bisnis, Gramedia Pustaka Utama Sukses Melakukan Presentasi, Gramedia Pustaka Utama (2001) Change!, Gramedia Pustaka Utama (2005) Recode Your Change DNA, Gramedia Pustaka Utama (2007) Mutasi DNAPowerhouse, Gramedia Pustaka Utama (2008) Wirausaha Muda Mandiri, Gramedia Pustaka Utama (2010) Myelin: Mobilisasi intengibles sebagai kekuatan perubahan, Gramedia Pustaka Utama (2010). Buku ini menjadi rujukan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia Cracking Zone, Gramedia Pustaka Utama (2011) Selain mengajar di Universitas Indonesia, ia juga menjadi dosen terbang di Program Magister Manajemen Universitas Sam Ratulangi, Universitas Tanjung Pura, Universitas Udayana, dan Universitas Lampung. Atas kerja kerasnya, Rhenald mendapatkan beberap penghargaan sebagai berikut. Piagam Penghargaan Satya Lencana PROFIL RHENALD KASALI Penghargaan 2 Share Share More Next Blog» Create Blog Sign In converted by Web2PDFConvert.com

Upload: arya-setyaki

Post on 01-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Rhenald Kasali

TRANSCRIPT

Page 1: Rhenald Kasali Blogspot Com

Beranda

SABTU, 15 SEPTEMBER 2012

Merosotnya Daya Saing - Sindo 13 September 2012

Setiap kali mengalami penurunan saya saing, bangsa-bangsa besar selalu ribut. Demikianlahketika peringkat daya saing global Indonesia turun dari posisi 46 ke 50. Beda benar dengannegara-negara yang selalu berada di peringkat paling bawah: Haiti, Sieraleone dan Burundi. Sepertitak bertenaga dan tanpa daya, dari tahun ke tahun diam di sana.

Keributan-keributan kecil tentu bukan hanya menjadi milik Indonesia. Di televisi saya melihatsejumlah diskusi yang menyebutkan walaupun peringkat Indonesia turun, investasi di bidang-bidang usaha tertentu (khususnya perkebunan) naik terus. Diskusi-diskusi baru berkisar seputarnilai investasi, belum pada produktivitas. Demikian pula belum ada yang mempersoalkan mengapaMalaysia lebih menarik bagi Tonny Fernandes untuk menjadi home-based Air Asia ketimbangIndonesia yang jelas-jelas marketnya jauh lebih besar. Demikian pula mengapa Lion Air lebihtertarik menggandeng Malindo untuk menjadi hub-nya ke bisnis penerbangan internasionalnya.Kalau ini dimasukan pasti akan lebih menarik.

Dari Thailand Tharong Khanthong menulis pendapatnya di harian The Nation. Ia mempersoalkanmengapa peringkat Thailand ( peringkat no 38) bisa dinilai di bawah negeri yang tengah kesulitandilanda ketidakpercayaan, Spanyol (peringkat ke 36). Spanyol baru saja meminta bail out fundsebesar 100 miliar euro. Kondisi ekonomi Spanyol sedang amat berat, sama seperti kondisiekonomi Thailand saat dilanda krisis ekonomi di tahun 1997. Demikian pula bagaimanamenjelaskan Rusia yang menguasai bisnis energy senilai USD 2 trilyun hanya menduduki posisike 67 dan India hanya di posisi 59. Bagaimana kita bisa menerima daya saing Israel (peringkat ke26) lebih tinggi dari China (29) yang menguasai cadangan devisa terbesar di dunia?

Namun satu hal yang perlu dipahami oleh pemimpin Indonesia, ekonomi dan bisnis sudah tidakdapat lagi dipisahkan, dan untuk membangun ekonomi atau kesejahteraan diperlukan pendekatanlebih dari sekedar kebijakan ekonomi makro.

Kultur Ekonomi Vs Kultur Bisnis

Meski bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, secara keilmuan semakin hari keduanyabergerak menurut landasan berpikir yang berbeda. Bangsa-bangsa yang unggul adalah bangsayang mampu mengintegrasikan keduanya secara simultan. Yang satu menjaga kestabilan padalevel negara, yang satu mengurus dunia usaha. Cara berpikirnya memang berbeda, namun begitudisatukan, hasilnya bisa menjadi produktivitas.

Dalam hal inilah Indonesia perlu meninjau kembali konsep pembangunan ekonomi yangdibebankan pada Bappenas. Bappenas tidak bisa bekerja tanpa prinsip-prinsip strategicmanagement karena perekonomian Indonesia telah berubah menjadi sebuah system yangkompleks. Indonesia telah berubah menjadi sebuah kekuatan besar dengan aktor yang amatberagam dengan pola pikir, cara bekerja atau kepentingan yang berbeda-beda dalam spektrumyang sangat luas. Tanpa strategic planning yang baik, apa yang telah dituangkan belum tentudijalankan, dan apa yang dijalankan, belum tentu memenuhi apa yang diinginkan. Kalau bukanBappenas, siapa yang memegang peran strategic planning di negeri ini?

Kalau kita mengintip cara yang ditempuh bangsa-bangsa yang unggul, yang selalu mendudukiperingkat atas, yang meski dilanda krisis tetap optimis menatap hari esok dan cepat kembali,maka kita bisa menyaksikan peran strategic planning yang begitu intensif. Negara bukan hanyasibuk mengurusi dirinya sendiri, melainkan bekerja sama dengan dunia bisnis agar mampumenghasilkan kegiatan ekonomi yang lebih bernilai tinggi, lebih mampu menciptakankesejahteraan melalui lapangan pekerjaan.

Swiss dan Singapura misalnya, menduduki peringkat 1 dan 2, secara faktual bukanlah negarayang kaya dengan sumber daya alam. Namun mereka bisa keluar dari perangkap keterbatasan-keterbatasan, keluar dengan rangkaian strategi yang produktif. Tentu saja bukan tanpa masalah,namun negara yang dikelola dengan strategic planning yang baik berhasil mengambil alihkeresahan yang dirasakan warganya (ketidakpastian) kedalam program-program yang adaptif danmampu menjadi pemenang.

Blog ini bukanlah blog pribadi RhenaldKasali, melainkan blog yang berisi kumpulanartikel beliau yang dimuat di berbagai mediamassa di Indonesia.

TENTANG BLOG INI

Rhenald Kasali adalah dosen FakultasEkonomi Universitas Indonesia dan KetuaProgram Pascasarjana Ilmu ManajemenFakultas Ekonomi universitas tersebut.Selain bergerak sebagai akademisi, priabergelar Ph. D. dari University of Illinois inijuga produktif menulis. Buku-buku yangditulisnya selalu menjadi perhatian kalanganbisnis dan hampir semua bukunya menjadibest seller di kalangan mahasiswa.

Berikut beberapa buku yang telah ditulis Prof.Rhenald Kasali.

Sembilan Fenomena Bisnis - 1997

Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,Targeting dan Positioning, GramediaPustaka Utama (1998)

Sembari Minum Kopi Politiking diPanggung Bisnis, Gramedia PustakaUtama

Sukses Melakukan Presentasi, GramediaPustaka Utama (2001)

Change!, Gramedia Pustaka Utama(2005)

Recode Your Change DNA, GramediaPustaka Utama (2007)

Mutasi DNA Powerhouse, GramediaPustaka Utama (2008)

Wirausaha Muda Mandiri, GramediaPustaka Utama (2010)

Myelin: Mobilisasi intengibles sebagaikekuatan perubahan, Gramedia PustakaUtama (2010). Buku ini menjadi rujukanperusahaan-perusahaan besar diIndonesia

Cracking Zone, Gramedia Pustaka Utama(2011)

Selain mengajar di Universitas Indonesia, iajuga menjadi dosen terbang di ProgramMagister Manajemen Universitas SamRatulangi, Universitas Tanjung Pura,Universitas Udayana, dan UniversitasLampung.

Atas kerja kerasnya, Rhenald mendapatkanbeberap penghargaan sebagai berikut.

Piagam Penghargaan Satya Lencana

PROFIL RHENALD KASALI

Penghargaan

2ShareShare More Next Blog» Create Blog Sign In

converted by Web2PDFConvert.com

Page 2: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 01:00 Tidak ada komentar:

Pembangunan ekonomi memiliki cara pandang tersendiri yang berpengaruh luas dalam pilihan-pilihan yang diberikan. Bila paradigma ekonomi melihat kekayaan dari segi sektor dan komoditi,strategic planning melihatnya dari kacamata segmen dan brand.

Tengok saja judul-judul berita surat kabar-surat kabar di berbagai negara. Bila suatu negaraperekonomiannya masih sederhana dan konsep pembangunannya masih economic based, makajudul-judul berita ekonomi selalu tentang sektor (seperti pertanian, pertambangan, dan keuangan)dan komoditi (beras, karet, kopi, emas dan seterusnya). Sedangkan di negara-negara yangperekonomiannya memiliki keunggulan daya saing, judul-judul berita sudah bukan lagi sektor dankomoditi, melainkan segmen dan brand. Pokoknya segala nama perusahaan dan merk sudah takbisa dihindari oleh media. Di Korea Selatan selalu ada berita dengan judul Samsung, Hyundai atauDaewo.

Di China ada judul Cnoock, atau Cinopec. Demikian pulalah kalau Anda ke Malaysia, Singapuraatau negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Bahkan di negara-negara itu jarang sekaliAnda temui judul-judul berita ekonomi yang mengedepankan sektor dan komoditi. Semuanyaberbicara nama, yaitu nama economic powerhouse.

Komoditi adalah hasil sumberdaya alam yang nilai tambahnya belum diolah menjadi kegiatanekonomi produktif. Bila panen raya terjadi, pasokan berlebih, maka harga akan turun, dankesejahteraan seluruh mata rantainya terganggu seperti yang sedang terjadi terhadap komoditaspertambangan di Kalimantan dan Sulawesi dewasa ini. Sebaliknya, masyarakat yang lebihsophisticated tidak lagi membeli kopi, atau cacao. Mereka membeli Starbucks, Kapal Api atauTorabika. Silver Queen, Van Houten, Lindt, atau Godiva. Begitu suatu bangsa membangun merek,inovasi mulai bekerja, paten mulai bermunculan dan infrastruktur diperbaiki. Suratkabar pun takmalu-malu menjadikan nama itu sebagai judul berita. Itulah yang diukur dalam indeks-indeks dayasaing yang menyangkut banyak hal. Merek dan economic powerhouse memerlukan iklim usahayang sehat sehingga kompetitif dan mampu menjalankan peran pendukung pemerintah sebagai jobsecurity.

Ekonomi berbasikan merek berdampak luas, mulai dari reputasi, standarisasi, kualitas SDMsampai infrastruktur dan birokrasi.Itulah sebabnya perencanaan ekonomi tidak bisa hanya dibangun di atas landasan berpikir yangdatar. Perencanaan ekonomi perlu dibuat dengan manajemen modern yang sophisticated, denganberupaya bersungguh-sungguh agar sumber daya alam Indonesia mampu menghasilkan merek-merek yang unggul dengan reputasi yang tinggi.

Saat ini masih banyak terjadi pengusaha-pengusaha nasional yang memindahkan kantoroperasionalnya di luar negeri dan mengoperasikan global brand-nya dari negara tetangga. Basisproduksinya yang bersifat commodity-based ditempatkan di Sumatera atau Kalimantan, tetapipackaging, marketing dan risetnya ada di negara lain. Merek-merek global ini tersebar luas diberbagai pasar dari Afrika hingga Amerika Latin, dan di sana sama sekali tidak tertulis kalimat“Made In Indonesia”

Jadi saya pikir Indonesia perlu cara berpikir baru dengan mengedepankan logika-logika bisnisuntuk memajukan kesejahteraannya. Indonesia perlu membangun puluhan Power House ekonomiyang mandiri, yang mampu menarik 52 juta sektor informalnya ke dalam sistem pertarungan globalyang lebih bermartabat. Dan untuk itu, logika modern management dan strategic planning harusada dalam pengorganisasian negara.

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

Pertemuan Orang-orang Gila - Jawapos 10 September2012

Di Semarang, malam minggu 8 September 2012 saya mengikuti rapat pimpinan asosiasi yangsetelah saya pikir-pikir terdiri dari "orang-orang gila". Dalam buku John Elkinton dan PamelaHartigan mereka disebut insane, bahkan unreasonable. Kalau sesuatu sudah dibilang tidak bisa,tidak menguntungkan, atau tidak menarik, mereka malah tertarik dan ingin membuktikansebaliknya. Dan yang diurus sebenarnya bukanlah hal yang menarik bagi orang lain: sampah,orang sakit, orang-orang yang dilahirkan cacat, miskin dan dibuang oleh keluarga, bahkan WC,kaum adat yang terpinggirkan atau pertanian yang dianggap perbankan beresiko tinggi tidakuntung dan seterusnya.

Dan hari Minggunya, 9 September, pemikiran-pemikiran orang-orang gila ini kami pamerkankepada kaum muda. Saya sendiri datang dengan membawa 20 orang mahasiswa UI yangtergabung dalam Young Fellow Rumah Perubahan. Kelak anak-anak muda ini akan memimpingerakan social entrepreneur, bukan kewirausahaan biasa.

Panggilan dan Terpanggil

Karya Satya 10 tahun dari PresidenRepublik Indonesia , Piagam No.112451/4-22/2004

Penghargaan "KREATIVITAS" di bidangPendidikan dari Yayasan PengembanganKreativitas, Yayasan PengembanganKreatifitas , Surat No. 46/SK-YPK/IV/2005

Piagam Penghargaan dari RektorUniversitas Indonesia sebagai PenulisBuku , UI , Piagam Penghargan Rektor UItgl. 9 Mei 2005

Alice & Charlote Biester Award (1995)

Dosen Terbaik, FEUI (2003)

Pada 4 Juli 2009, Rhenald dinobatkanmenjadi guru besar Ilmu Manajemen diUniverstas Indonesia. Saat pengukuhannyasebagai guru besar, Rhenald membawakanorasi ilmiahberjudul "Keluar dari Krisis:Membangun Kekuatan Baru Melalui CoreBelief dan Tata Nilai".

sumber www.wikipedia.com

Guru Besar

PENGIKUT

▼ ▼ 2012 (65)▼ ▼ September (7)

Merosotnya Daya Saing - Sindo 13September 2012

Pertemuan Orang-orang Gila - Jawapos10 September ...

Sunk Cost Trap - Jawapos 3 September2012

Perang Ginseng - Sindo 30 Agustus2012

Gu dan Bappenas - Sindo 23 Agustus2012

Bersiasat - Kompas 22 Agustus 2012

Berebut Rp. 50 T Uang Mudik - Jawapos13 Agustus 2...

► ► Agustus (4)

► ► Juli (7)

► ► Juni (12)

► ► Mei (4)

► ► April (6)

► ► Maret (8)

► ► Februari (8)

► ► Januari (9)

► ► 2011 (13)

ARSIP BLOG

converted by Web2PDFConvert.com

Page 3: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 00:59 Tidak ada komentar:

"Orang-orang Gila" yang saya maksud adalah orang yang suka "mendengar" suara-suara yang takdidengar banyak orang, dan bisa melihat yang tak terlihat. Tapi kata pendiri asosiasi yang sayaketuai ini (AKSI), Bambang Ismawan, sebenarnya semua orang "dipanggil" dan "ditunjukkan"untuk melihat, tetapi hanya orang-orang gila inilah yang terpanggil. Makanya, bagi manusianormal mereka ini bisa dianggap gila. Mereka mau berbagi walaupun belum punya mobil ataurumah sendiri. Memiliki bakat kewirausahaan, tapi untungnya tidak dipakai buat melayani orang-orang yang bisa membayar atau kelas menengah. Juga tidak dipakai untuk memperkaya dirisendiri, melainkan untuk melayani rakyat miskin. Walaupun mereka sudah membayar pajak dantugas itu harusnya dijalankan pemerintah, mereka ikhlas saja mengambil peran danmelakukannya.

Orang-orang yang terpanggil itu, katanya lagi, ketika bekerja seperti sedang kerasukan. Awalkerasukannya juga bermacam-macam. Ada yang dipanggil karena cacat seperti Irma Suryati,orang Kebumen yang melamar kerja kesana kemari selalu ditolak, sehingga lalu mengambil kainperca sisa dari sebuah pabrik garmen di Semarang yang biasanya hanya dibakar begitu saja. Dari situ ia buat keset yang dikerjakan bersama-sama kaum difabel. Namun ketika hasilnyabanyak, ia kesulitan menjual. "Saya bawa ke jakarta dengan truk besar, sampai di Tanah Abangpukul dua dini hari saat Jakarta sedang dilanda banjir besar tahun 2006," kenangnya. Tapi dariTanah Abang ia belajar menghadapi pasar dan mengenal pedihnya berurusan dengan premanJakarta.

Irma kini menjadi usahawan difabel yang melayani kaum difabel. Peserta rapat lainnya adalahSumadi yang pergi ke pelosok-pelosok Nusantara mengajarkan kaum miskin agar punya jambansehat (WC) dan hidupnya lebih bersih. Ia mengajarkan cara arisan agar penduduk kampungmemiliki sanitasi yang bersih. Sama seperti Sugeng yang sering kita lihat di program tivi KickAndy, si pembuat kaki palsu yang sejak kecil kehilangan kakinya.

Ada Haji Idin, jawara dari Betawi yang kadang disebut si Pitung. Dia bilang jawara itu orang yangberilmu, murah hati, lapang dada dan menghormati pemikiran orang lain. Walau hanyaberpendidikan kelas empat SD, ia sudah mendokumentasi tanaman Bambu Nusantara dengansegala karakternya. Dia tak menggunakan masanya untuk memeras, melainkan memperbaikipikiran para pengembang yang membuang sampah sembarangan atau merampas aliran tepisungai Ciliwung untuk mendapatkan air bersih. Semua itu dipakai untuk mensejahterakanmasyarakat yang tinggal dan mencari makan di pinggir kali.

Jadi Tuhan memanggil mereka dengan berbagai cara dan dalam bidang yang beragam. Ada yang"terpanggil" mengurusi kaum miskin di tepi sungai, ada yang mengurus anak-anak autis takmampu, pedagang kaki lima, orang cacat, dan seterusnya. Panggilan itu, kata Robert Greanleaf(1970) adalah sebuah panggilan suci yang datang secara original dari dalam jiwa, untuk melayanisesama. Katanya lagi, panggilan itu berawal dari kemampuan berempati, melihat perspektif darisisi lain, ketrampilan mendengarkan, menangkap foresight, dan punya kesadaran untuk bertindak.

Perspektif Kaum Miskin

Belakangan perhatian terhadap pasar kaum miskin lumayan cukup besar, namun sayangnyaperspektif yang dibangun adalah perspektif "pasar" yaitu kumpulan massa yang jumlahnya besardengan kekuatan konsumsi sebagai obyek pemasaran. Bagi mereka, the poor (kaum miskin)adalah the have not yang memerlukan bantuan pemerintah. Mereka akan berdaya kalaupemerintah meningkatkan subsidi dalam aneka bidang. Namun sayangnya subsidi ini sering tidaktepat sasaran, dan kalaupun ada, lebih membuat mereka sebagai human passengers yang hidupdalam ketergantungan dan kemiskinan berkelanjutan.

Pandangan baru menyebutkan mereka harus dipandang sebagai kelompok bukan tidak memilikiapa-apa, melainkan sebagai kelompok yang memiliki sesuatu. The poor is the have little. Merekapunya tenaga, otak yang waras, kesehatan (meki tak sesempurna kelas menengah), kegigihan,adat budaya, tanah (meski sedikit), sahabat dan sebagainya. Nah, orang-orang yang saya sebutgila ini, di AKSI (Asosiasi Kewirausahaan Social) menjadi sahabat-sahabat mereka untuk memberikekuatan dengan jaringan dan inisiatif agar masyarakat semakin mandiri. Kalau kita perhatikan,perekonomian sektor informal Indonesia saja jumlahnya sudah mendekati seperempat jumlahpenduduk nasional.

Mereka juga bisa menjadi mandiri dan berkontribusi kalau semakin banyak orang "gila" yang sayasebut diatas yang mau menjadi sahabat kaum miskin. Sektor informal itu, bagi BambangIsmawan bukanlah the have not, melainkan kelompok ekonomi yang aktif. Saatnya bagi Indonesiamemperbaiki cara pandang, mendidik lebih banyak manusia yang punya kepedulian dan empati,dan mau mendengarkan yang tak terdengar.

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

Sunk Cost Trap - Jawapos 3 September 2012

Anda mungkin pernah membaca kata-kata yang diucapkan Warren Buffet yang bunyinya begini:“Kalau Anda terpuruk masuk ke dalam sebuah lubang, cara terbaik yang bisa Anda lakukan

converted by Web2PDFConvert.com

Page 4: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 00:58 Tidak ada komentar:

minimal berhenti menggali tanahnya.”Kalimat ini begitu powerful, terutama untuk menjelaskanbetapa banyak CEO yang menggali lubang terus menerus ketika berhadapan dengan masalah,dengan mendiamkannya. Mendiamkan masalah dapat menjadikan masalah bak bakteripembusuk yang dapat menularkan kerusakan. Menuruti Warren Buffett, tentu saja minimal kitaharus bisa menghentikannya.

Tiga orang psikolog, Hammond, Keeney, dan Raiffa (2011) baru-baru ini melansir temuannya yangdalam metode pengambilan keputusan dikenal sebagai sunk-cost trap. Anda yang pernah belajarakutansi mungkin familiar dengan kata sunk-cost yang oleh sebagian penulis diterjemahkan (maaf,ini agak lucu bunyinya) menjadi biaya tenggelam.Maksudnya ya biaya yang sudah dikeluarkan(dan begitu besar) yang tak bisa diambil kembali. Ya dia hilang begitu saja. Nah disebut trap atauperangkap karena tidak lain, para pemimpin sering kali berputar-putar menyesali biaya itu denganmembiarkannya ada, padahal assetnya sudah hilang, tenggelam.

Hilang, lenyap, atau ? Beberapa hari lalu saya melihat siaran berita di televisi yang menunjukkan bagaimanaantusiasnya warga Cina menyaksikan perobohan dua buah gedung bertingkat tinggi di wilayahnya.Gedung bertingkat lebih dari 30 lantai itu dirobohkan dengan menggunakan dinamit sehinggadalam sekejap berubah menjadi puing-puing bebatuan.Mengapa para eksekutif pengelola gedungberani merobohkan kedua gedung itu? Bukankah masih bisa dipakai? Dan kalaupun sudah kumuh,apa sih susahnya direnovasi?

Begitu pikiran banyak orang.Sementara itu di banyak kota saya menyaksikan gedung-gedungkumuh dibiarkan begitu saja, bahkan sudah tidak dipakai sama sekali. Dibilang antik ya tidak,bahkan menjadi angker dan penuh sarang laba-laba.Tetapi saya pikir semua itu terjadi karenamanusia selalu mengalami sunk-cost trap dalam pengambilan keputusan. Daripada dirubuhkan, yalebih baik kita perbaiki saja, atau diamkan sajalah. Walaupun kita harus membayar biaya-biayaperawatannya.Hammond, Keeney, dan Raiffa memberi beberapa contoh yang saya kira adabanyak benarnya. Mereka menyebutkan apa yang dialami oleh para bankir yang menghadapinasabah-nasabah bermasalah. Setelah kredit diberikan beberapa waktu kemudan kredit itu macet.Apakah Anda berpikir para bankir akan menghentikan dan menjualnya kepada pihak ketiga?Ternyata tidak, rata-rata bankir di seluruh dunia ternyata justru menyalurkan kredit-kredit barudengan harapan usaha yang dibantu itu bisa hidup kembali. Padahal kredit yang macet itu adalahsunk-cost, dan kredit macet itu bertemu dengan bankir yang tersandera sunk-cost trap.

Di sini lain, saya juga melihat ada begitu banyak CEO yang menghadapi karyawan-karyawan yangbermasalah dan sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Kadang saya berpikir rumah mereka mungkinsudah bukan di sini lagi dan tentu saja mereka membutuhkan program karir kedua (the secondcareer). Namun berapa banyakkah CEO yang berani melakukannnya dan membuatkan programpensiun dini agar karyawan-karyawan itu bisa segera pindah? Anda benar, ternyata sangat sedikit.Mayoritas CEO justru memilih cara-cara lain yang bisa membuat para karyawannya tetapbertahan, bahkan menggali lubang-lubang besar pada perusahaan, yang ibarat kapalberpenumpang besar lambat laun bisa mengakibatkan kapal benar-benar tenggelam.

Setelah membaca cerita di atas, saya harap Anda pun mulai mengerti mengapa semua pemimpinpartai politik mendiamkan eksekutifnya yang bermasalah tetap menjadi pengurus partai. Merekamendiamkannya sama sekali, bahkan justru membelanya. Dan kalau sudah ditangkap KPK dandijadikan tersangka, paling-paling kalau mengerti orang-orang bermasalah itulah yang akanmengundurkan diri sendiri. Bukan diberhentikan. Ini jelas sekali.Pemimpin-pemimpin yang kitahormati itu, maaf, bukanlah good decision maker. Mereka terperangkap sunk-cost trap. Dan sunk-cost trap adalah perangkap yang dialami oleh decision maker yang lemah yang kurangmemiliki kemampuan multi-perspektif.Lantas apa yang dapat mereka lakukan?

Mungkin sebaiknya Anda tunjukkan saja kolom ini pada mereka yang terperangkap di sana dankalau ini terjadi pada Anda, saya minta agar Anda mulai berani melihat sebuah masalah dariberbagai perspektif. Namanya asset, kalau sudah tidak ada nilainya hendaknya Anda bijakmenerimanya. Asset itu telah tenggelam dan Anda tak perlu berharap lagi, kecuali untuk alasan-alasan kemanusiaan. Sunk-cost trap adalah psychological trap yang mungkin dialami olehbanyak pengambil keputusan yang buruk.

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

SENIN, 10 SEPTEMBER 2012

Perang Ginseng - Sindo 30 Agustus 2012

Kalau Anda mengenal watak orang Korea dan Amerika, mungkin Anda akan sepakat dengan sayabahwa Samsung tak akan menyerah ditekan Apple. Meski minggu lalu Samsung didenda sebesar$ 1 miliar atas tudingan telah mengambil tanpa hak beberapa elemen kekayaan intektual Apple(yang tak diakui Samsung) dan minggu ini Apple meminta pengadilan melakukan injunction agarmelarang 8 produk Samsung beredar di seluruh pasar Amerika Serikat. Di lain pihak, Samsungbaru saja mengumumkan rencana ekspansinya dengan membuka pabrik besar-besaran diAmerika Serikat untuk memasok kebutuhan memory chip bagi Apple.

converted by Web2PDFConvert.com

Page 5: Rhenald Kasali Blogspot Com

Orang Korea yang saya kenal bersuara halus, namun berwatak keras. Daya juangnya seakan takpernah habis, sekuat tenaga yang dijanjikan akar ginseng. Mental menembusnya sangat kuat,sekalipun medan yang dihadapi berbahaya untuk dimasuki.Seperti itulah mereka menempati kawasan berbahaya di Los Angeles yang tak berani didiamiwarga Amerika sekalipun. Anda mungkin masih ingat bagaimana mereka mempersenjatai diritatkala LA dilanda kerusuhan berat pada tahun 1992. Bukannya lari seperti kebanyakan kelasmenengah kita yang mengalami hal serupa di Jakarta tahun 1998, mereka justru menghadapinya dengan senjata laras panjang. Padahal bahasa Inggris mereka pas-pasan. Dengan modalbahasa isyarat mereka menguasai titik-titik strategis di berbagai pelosok dunia. Sekeras bajaitulah pegolf perempuannya, Seri Park, dididik ayahnya menjadi juara dunia turnamen Golf.

Dua Perspektif BerbedaPada sisi lain mari kita lihat perspektif Apple. Langkah yang diambil Apple adalah cerminan watakorang Amerika yang saya kira mudah Anda kenal. Mereka sangat straight to the point, apa yangdirasakan itu yang diungkapkan, pegangan mereka adalah aturan hukum, kompensasi kerugiantanpa perasaan, dan sangat kompetitif. Orang Amerika yang kita kenal memang amat beragam,tetapi dunia mengenal mereka sebagai bangsa yang ingin mengatur dunia, dan merasa pusatdunia ada di rumah mereka.

Sejak kecil anak-anak di sekolah Amerika dibiasakan berbicara terbuka, menghargai kesetaraan,berkompetisi dan berinovasi. Melakukan plagiat adalah haram. Kalau mengutip kalimat oranglain sekalipun, maka harus disebutkan sumbernya. Itupun belum cukup. Para pelajar danmahasiswa wajib mengolah kembali kutipan milik orang lain itu dengan kata-kata buatan sendiri. Mereka menghargai originalitas ide dan kreativitas. Tapi begitu ada yang meniru, jangankanbangsa lain, bangsanya sendiri pun dikenakan sangsi berat. Seorang plagiator yang tertangkap takakan pernah bisa berkarier di dunia akademis sepanjang hdupnya, dan seorang pencuri karyacipta didenda sangat berat.

Di lain pihak Korea Selatan memasuki pasar dunia yang sudah lebih dulu dikuasai Jepang yangmenjadi obsesinya. Seorang ilmuwan Korea pernah mengatakan, jalur yang harus mereka laluiadalah inovasi melalui imitasi. Sedangkan bagi masyarakat Amerika, imitasi adalah perbuatankriminal yang berarti mencuri kekayaan orang lain dan bisa menghancurkan daya saing bangsakarena imitasi menghalangi niat orang lain berinovasi. Imitasi adalah disinsentif bagi inovasi,sehingga ujung-ujungnya konsumen sendiri yang dirugikan.Namun badan orang Korea terlalu kecil untuk melompat sejauh inovasi yang sudah dibangunAmerika selama dua abad. Maka imitasi yang dulu dilakukan Jepang kini mereka ikuti. Hanyasaja dunia telah berubah menjadi lebih kompleks, industri berteknologi tinggi semakin ruwet, danAmerika sudah semakin licin memagari dirinya dengan jeratan-jeratan hukum.

Jadi sesungguhnya bukan Amerika yang ingin mereka tundukkan, melainkan Jepang. KalauJepang bisa buat Honda, Korea buat Hyundai dan bunyina mirip. Platform pengembanganteknologinya mirip-mirip Jepang, tetapi diawali dengan tangan besi militer di bawah kekuasaanJendral Park Chung He. Nah begitu pasar otomotif dan konstruksi memasuki tahap saturation,Korea mengkopi cara Jepang mengembangkan platform IT.

Dulu Jepang, melalui korporasinya, Fujitsu juga pernah mempermalukan Intel saatmengembangkan micropocessor chip di tahun 1980-an. Meski hak patennya ada di Intel, Fujitsuselalu mampu meluncurkan chip yang kapasitasnya dua kali lebih besar dalam waktu enam bulanlebih cepat dari kemampuan Intel memasuki pasar. Toh Intel bukannya menyeret Fujitsu ke ranahhukum, melainkan melakukan switching ke chips komputer dan membiarkan Fujitsu berjaya dalamindustri game dan entertainment. Tetapi mengapa sekarang Apple begitu marah pada Samsung?

Nazar Keras KepalaBeberapa menit yang lalu, saat transit di bandara Sydney, saya menyaksikan sejumlah orang mendebatkan kasus Samsung. Seorang warga Korea menunjukkan tablet Samsung berlayarkaca anti gores yang tak bisa dibuat Apple. Baginya Samsung pahlawan. Samsung bukanlahplagiat sejati karena juga mengembangkan teknologi hardware. Dan baginya, konsumen telahdiuntungkan. Buktinya produk berteknologi sama bisa dipasarkan Samsung separuh harga Apple.

Orang amerika yang berada disampingnya ternyata tak membela Apple, ia justru mengutuknya. Iatidak bisa menerima langkah sweeping yang diajukan Apple yang melakukan injunction sebagailanjutan dari putusan peradilan yang memenangkan gugatannya. Injunction itu berupa permintaanagar 8 produk Samsung dilarang beredar di seluruh pasar Amerika. Seperti biasanya, setelah itulawyer Apple yang jeli melihat uang akan melakukan hal serupa di negara-negara lain.

Memang kalau diperhatikan, denda sebesar US$ 1 miliar yang diajukan kelihatan impresif. Tetapibagi perusahaan global yang sedang tumbuh jumlah sebesar itu hanya menarik di mata media. Harap maklum budget pomosi tahunan Samsung $ 2,75 miliar, Samsung adalah penguasa pasarhardware Android terbesar di benua Amerika (33%) mengalahkan LG, Moto, Sony dan HTC. Bahkan Samsung menjadi pemasok komponen dan memory chip yang penting bagi Apple. Samsung menguasai 70% pasar memory chip untuk handset berbasiskan Android dan Apple, jauhmelebihi Toshiba. Bahkan 40 % pasokan DRAM Apple datang dari Samsung.

Maka, seperti yang saya duga, Samsung memilih bertempur ketimbang menarik diri. CaraSamsung memang berbeda dengan yang biasa ditempuh korporasi Jepang yang mudah menyerahkalau ditekan Amerika. Beberapa detik yang lalu CEO Samsung sudah membuat pernyataanyang sangat mengejutkan. "Kita akan terus bertempur dan bersungguh-sungguh menghadapikenyataan ini. Kita akan melakukan banding dan kami nyatakan akan terus berupaya untukmenjamin keberadaan barang-barang ini di berbagai jaringan retail di Amerika Serikat dan dunia,"

converted by Web2PDFConvert.com

Page 6: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 06:41 Tidak ada komentar:

ujarnya dalam sebuah press release.

Saya kira selain berwatak keras, Samsung juga paham bagaimana cara menghadapi lawyerAmerika Serikat. Menghadapi bangsa besar ini Anda tak bisa bermain dengan perasaan. Bangsaini harus dilawan dengan argumentasi. Bila Anda diam berarti tidak mengerti atau kalah. Dan bagiyang kalah, pintu terbuka lebar. Bukan dengan sowan, cium tangan atau membuat pernyataanmaaf di koran seperti yang menjadi ciri khas tuntutan para lawyer kita, melainkan membayar. Beberapa waktu saja Apple juga membayar ganti rugi sebesar 600 juta dolar kepada Nokia karenadianggap lalai menyalahgunakan perjanjian hak cipta dalam kasus IP. Selain itu Apple jugasepakat membayar sebesar $11,5 dari setiap penjualan iphone-nya kepada Nokia.

Nah sekarang Apple wajib mencari dana penggantinya. Mudah saja bukan? Kalau Samsung takbisa membayar, mereka akan mengalihkannya kepada pelanggannya. Itu saja. Mereka takpernah bepikir konsumen itu perasa, punya pertimbangan lain dan seterusnya. Mereka juga takberpikir hubungan jangka panjang dengan vendor-vendornya. Amerika adalah bangsa seperti yangsaya sebutkan di atas. Mereka pragmatis dan main logic, bukan win-win dan bukan hubungansaling membantu.

Media massa di Amerika menyebut cara yang ditempuh Apple sebagai cara pemungut pajak. Denda ini kini dikenal dengan istilah sebagai "Apple Tax".

Jadi bagi Samsung buat apa bawa-bawa perasaan atau memakai budaya Asia lainnya. Hadapisaja dengan perang ginseng, toh dengan beredarnya kasus ini brand power Samsung naikbeberapa kali lipat. Kendati harga sahamnya sempat anjlok dan platform baru bermunculan,Samsung masih punya kekuatan pasar yang besar. Samsung juga mulai mengincar Nokia danMicrosoft yang akan masuk besar- besaran ke dalam kategori produk yang sama.

Jadi bagi saya Perang Ginseng masih panjang. Ini adalah bagian dari perjuangan yang diajarkanguru-guru sekolah bisnis Amerika Serikat sendiri pada bangsa-bangsa Asia. Mereka mengajarkancara menyaingi korporasi dunia Amerika, bahkan cara menaklukkannya. Mereka mengajarkanpentingnya inovasi dan memiliki paten teknologi. Dan bagi negara seperti Indonesia, penting agarmenciptakan sophisticated corporate yang mampu menggantikan peran negara dalam penciptaankesejahteraan. Ini berarti penting bagi kita melakukan transfomasi dari factor-based economy(ekonomi berbaikan SDA) menjadi innovation-based economy. Dan dalam transformasi itu, intrik,saling menuntut dan menuduh dalam business law adalah hal yang biasa. Kata Ross Perot semuaitu ada aturannya, kecuali bila Anda memasuki ranah politik. Jadi adu pintar saja.

Mari kita pantau terus perang ginseng ini.

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

Gu dan Bappenas - Sindo 23 Agustus 2012

Bisakah perencanaan ekonomi dipisahkan dari aspek- aspek nonekonomi? Tentu saja bisa,tetapidi era perencanaan strategik seperti saat ini sungguh tak lazim.

Kecuali Bappenas masih bekerja seperti 30 tahun yang lalu, saat persoalan ekonomi belumsekompleks sekarang. Ibarat gerbong kereta api yang tak terangkai, sulit mencapai tujuan. Inilahyang dikhawatirkan China.Maka itu,penegakan hukum tidak dibiarkan jalan bebassendiri.Penegakan hukum in-line dengan pembangunan daya saing bangsa.Lihatlah apa yangterjadi di China saat hakim memutuskan Gu Kailai bersalah telah meracuni investor Inggris yangberbisnis dengan putranya, Bo Guagua. Gu divonis hakim dengan hukuman mati yangpelaksanaannya ditunda dua tahun.

Pemerintah Inggris dan rakyat China sama-sama menuntut keadilan, namun motifnya tidak sama.Pemerintah Inggris mengaku bisa menerima.Hukum terhadap orang penting bisa ditegakkan daninvestor senang. Apalagi, para analis politik mengatakan bahwa hukuman ini sekaligusmenuntaskan rivalitas politik tingkat tinggi, yang berarti regenerasi aman. Suami Gu, Bo Xilai yangkariernya pernah cemerlang itu,sebaliknya terhalang untuk menduduki posisi tertinggi dipartai.Mengapa semuanya berjalan smooth seperti terorkestrasi dengan baik?

Capital Outflow

Memang masih ada yang luput dari blueprintstrategi itu. Namanya juga bukan negeri demokratikseperti di sini. Rakyat China menggerutu. Bukan karena menentang hukuman mati, melainkankalau hukuman mati bagi rakyat bisa segera dieksekusi, mengapa istri pejabat harus ditunda?Lantas, apa hubungannya dengan investasi asing yang susah payah dibangun bertahun-tahun?

Bagi investor asing, China sangat menarik. Namun, apa artinya pasar dan daya beli kalau sistemhukumnya bobrok? Di mana peranan rencana strategis? Perencanaan bukan sekadar bagi-bagialokasi dan membuat usulan kebijakan, melainkan mengatur hubungan antar semua elemen,melakukan persiapan-persiapan, dan mengorkestrasinya ke dalam sebuah simfoni yang indah dansaling mewarnai. Maka jangan heran, kalau praktik penegakan hukum di Indonesia juga menjadi

converted by Web2PDFConvert.com

Page 7: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 06:41 Tidak ada komentar:

pantauan investor dan pemerintah negara-negara industri.

Hukum yang mandul,yang penegakannya terseok-seok, dan menjadi rebutan antara elite, bisamembalikkan semua kemajuan ekonomi dalam sekejap. Mungkin Anda masih ingat bagaimanainvestor ”menghukum” Indonesia melalui krisis moneter 1997–1998.Dibandingkan negara-negaraAsia lainnya, Indonesia adalah negara yang mengalami ”hukuman” yang sangat berat dalamrentang waktu yang paling panjang. Bekas- bekasnya masih tampak hingga hari ini denganteralihnya aset-aset milik pengusaha Indonesia ke tangan asing, pengangguran besar-besaran,danselama hampir sepuluh tahun perusahaan-perusahaan domestik tidak merekrut pegawai-pegawaibaru.

Akibatnya, generation gap di banyak perusahaan nasional masihbanyakdirasakansampai hariini.Sekitar 70% pegawai di perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN saat ini berusia di atas 45tahun dan hanya sekitar 20% yang berusia muda (27–32 tahun). Di antara kedua generasi itukosong melompong.Ke mana yang di tengah? Kemungkinan besar, yang kesulitan mencari kerjadan menjadi korban PHK telah mengisi sektor informal dan dunia usaha. Jumlahnya dewasa iniada di atas 50 juta orang. Namun, dampak yang paling dirasakan saat itu terutama adalahterjadinya pelarian modal secara besar-besaran.

Kita tentu berharap kesemrawutan penegakan hukum di Indonesia bisa segera dibenahi, daninvestor tidak memberikan hukuman yang sama seperti yang dialami sepanjang 1997–2005. Marikita bandingkan dengan Rusia yang dipandang sebagai negara yang sama menariknya denganChina, India, dan Indonesia. Bila penegakan hukum di China terus ditingkatkan, pemerintahanVladimir Putin agak mirip dengan di sini, kedodoran menangani mafia peradilan. Ia kurang menaruhperhatian mengorkestrasi penegakan hukum.

Masing-masing pihak berjalan sendiri-sendiri, terpisah antara hukum dan ekonomi.Apa akibatnya?Menurut Credit Suisse, akibatnya, capital outlow di Rusia terus terjadi.Apalagi,beberapa hari laluinvestor tidak puas terhadapputusanpengadilanyang menjatuhkan tiga orang pelaku kerusuhan(pussy riot) hanya dua tahun penjara. Hukuman itu kurang mampu menyiutkannyalikaumholigansRusiadalam mengganggu ketenteraman. Agak mirip dengan ketidakmampuanpemerintah menangani ormas-ormas berjubah agama yang semakin hari semakin meresahkanmasyarakat di sini.

Kualitas penegakan hukum yang buruk telah mengakibatkan capital outflow di Rusia tahun lalumencapai USD81 miliar, meningkat 100% dari tahun sebelumnya.Tanpa perbaikan kualitaspenegakan hukum, diduga tahun ini capital outflow Rusia masih akan terus terjadi. Sebaliknya,penegakan hukum yang membaik di China dipercaya mampu mempertahankan appetite investor,bahkan financial inflow mencapai tertinggi sejak 12 bulan terakhir.

Perencanaan Strategis Ekonomi

Mengapa China, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam dan banyak negara lagi bisa melenggangringan dalam perekonomian dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini? Jawabnya adalah karenamereka telah menggunakan pendekatan strategic management dalam mengelola perencanaanekonominya. Singapura bahkan terang-terangan menggunakan pendekatan yang banyak dipakaioleh dunia bisnis. Bangsa-bangsa yang menciptakan kesejahteraan baru itu sadar betul, perannegara telah berubah dan negara saja tak bisa menciptakan kesejahteraan.

Dalam old school, perencanaan ekonomi dimotori oleh negara melalui policy dan incentive. Dalamnew school, perencanaan ekonomi merupakan sebuah rajutan bersama (a colaborative process)yang melibatkan banyak aktor pada berbagai tingkatan, dan tentu saja melibatkan institute forcollaborations.Pertanyaannya, siapa yang menjalankan peran sebagai kolaborator itu? ApakahKEN (Komite Ekonomi Nasional) yang salah satu anggotanya kini menjadi tersangka di KPK, atauBappenas, menko perekonomian atau siapa? Ini sangat memusingkan.

Institute for collaborations jelas tidak bisa jalan kalau hanya menjadi urusan pembuat kebijakanekonomi.Ini paradigma lama yang sama dengan rangkaian gerbong kereta yang tak dirangkai.Ekonomi tak bisa hanya diurus orang-orang ekonomi, apalagi cuma melulu kebijakan makro.Dalam new school, aktor utama penggerak ekonomi itu bukanlah pemerintah, melainkan duniausaha, perusahaan-perusahaan besar dan kecil yang menjalankan peran inovasi dan penciptaannilai. Jadi, buat apa memperbanyak PNS? Bukankah lebih baik memperkuat dunia usaha sepertiMalaysia yang memperkuat Petronas untuk menjalankan peran energy security.

Petronas yang inovatif dan creating value dibuat menjadi besar dan modern,tetapi aktor-aktorlainnya paham ke mana arahnya. Salah satunya ya penegakan hukum tadi,tetapi jalannya tak bisasendiri-sendiri.Ibarat tidur di atas kasur yang sama, doktrinnya kemerdekaan, tetapi igauannyatidak sama. Mimpi saja berkelahi

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

Bersiasat - Kompas 22 Agustus 2012Manusia bersiasat adalah biasa. Namun, di dunia akademis, pemimpin yang bersiasat identik

converted by Web2PDFConvert.com

Page 8: Rhenald Kasali Blogspot Com

dengan ”berpolitik”.

Pada tingkatan tertentu, bersiasat mengandung arti pengkhianatan terhadap kebenaran ataubermuslihat. Dan, dalam kepemimpinan akademis, hal seperti ini sangat tak disukai, bahkanmenciptakan kegelisahan.

Namun, ketika politik menjadi panglima dan suara menteri menjadi sangat menentukan, sulitdihindari calon rektor tidak ”berpolitik”. Suara menteri sangat menentukan dalam segala hal: sejakpemilihan sampai penurunan atau saat rektor melakukan kejahatan sekalipun.

Hubungan dengan kementerian menentukan anggaran dan karier seorang rektor di masa depan.Orang yang diinginkan warga kampus bisa tidak terpilih dan yang bersiasat tak bisa segera digantisepanjang pemerintah berpendapat lain.

Demikianlah kisruh yang diawali dari Universitas Indonesia (UI). Seperti Merapi yang terbatuk-batuk, ia hanya bisa menggetarkan bumi, sampai magmanya berhasil diletupkan. Selama katuppelepasnya disumbat, ia hanya bisa meleleh dan berceloteh. Sementara mereka yang tidakpaham hanya melihat dua kubu berseberangan dan rencana kudeta, yang seakan-akan pula bisadiselesaikan penengah dari luar.

Namun, alih-alih melepas katup, penyumbatnya justru ditambah sehingga energi di bawahmenguat dan ledakan tak terhindarkan.

Perspektif Penengah

Suka atau tidak suka, siasat akan berhadapan dengan siasat. Kultur akademis adalahmempertanyakan sesuatu dan menguji hipotesis sehingga pemimpin yang bersiasat cepatterungkap. Namun, sekali masyarakat akademis dipimpin oleh rektor yang bersiasat,penyelesaiannya menjadi rumit. Yang satu berpolitik, yang lain menguji dan membongkarnya.

Maka, para wali amanah dan penguasa perlu mereposisi perspektif. Dari perspektif pecundangmenjadi perspektif pemenang, merebut hati dan pikiran warga kampus yang muak pada kulturbersiasat.

Seorang rektor yang berkuasa dengan pola pikir ”bersiasat” akan menempuh banyak cara untukmenghindari kontrol dan tata kelola. Padahal, tata kelola adalah prasyarat bagi terbentuknyauniversitas kelas dunia yang diabdikan untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Tanpa tata kelolayang baik, universitas hanya menjadi menara gading. Perubahan berorientasi pada bangunan fisik,sementara sumber daya berubah menjadi beban dan prestasi menjadi prestise. Seperti kerajaan”kebenaran” Yunani yang beralih menjadi ortodoks, lalu berevolusi menjadi heresies (juragankebenaran).

Kepemimpinan berbasiskan ”siasat” di kampus akan menyesatkan dan mengadu domba. Arah dantujuan tidak konsisten. Kemarin bersekutu dengan kelompok mahasiswa beraliran keras, tetapisaat kedudukan terancam, beralih kepada kelompok moderat yang punya pandangan lebihhumanis. Akan tetapi, ini hanyalah skenario pertahanan yang tidak didasarkan karakter. Samahalnya dalam menghadapi pemerintah. Dulu membela otonomi, tetapi begitu kedudukan terancam,otonomi ditukar satuan kerja kementerian.

Lantas, bagaimana penengah yang didatangkan dari luar? Rektor yang bersiasat tak akanmembiarkan penengah menemukan kebenaran. Di UI, Majelis Wali Amanat (MWA) yang mewakilimasyarakat bukanlah hadir karena kehendak mereka. Sebagian besar hadir karena ”ada kelompokberkepentingan yang membawa”, baik calon rektor maupun yang ingin mempertahankannya.Sampai di sini para anggota MWA tentu perlu melakukan refleksi: siapa yang membawa saya kesini dan apa yang dituntut orang itu dari saya?Apakah saya telah ikut menjadi bagian dari masalah dan ikut bersiasat atau menjadi solusidengan memperbaiki perspektif?

”Siapa yang membawa” membentuk perspektif dan gambaran penyelesaian. Bila perspektifnyastatus quo, dapat dipastikan sama-sama bersiasat memadamkan pemberontakan. Bilaperspektifnya adalah tata kelola, dapat dipastikan arahnya adalah penyelesaian. Jadi, sudahtepatkah perspektifnya dan sudah diujikah kebenarannya?

Bukan Kekuasaan

Banyak orang berpikir kekuasaan adalah sumber korupsi. Saya tidak menyanggahnya. Namun,Aung San Suu Kyi mengatakan, ”Bukanlah kekuasaan yang membuat seseorang korup,melainkan rasa takut. Takut mempertanggungjawabkan perbuatan membuat seseorang takutkehilangan jabatan.”

Warga UI tentu tak ingin kekisruhan berumur lama seperti penderitaan Suu Kyi. Namun, pjs rektorutusan pemerintah yang baru mulai bekerja punya banyak pilihan. Mempertahankan kekisruhandengan perspektif mereka yang takut ”kehilangan” atau dengan perspektif kebenaran danmengembalikan tata kelola.

Jika ingin mengembalikan kultur akademik, menghentikan kisruh, mengembalikan UI sebagaikampus rakyat kelas dunia, ”dengarkanlah” dari para pendidik berdedikasi yang sehari-harimenyaksikan kepemimpinan yang bermasalah. Mereka adalah akademisi yang jauh dari ambisi

converted by Web2PDFConvert.com

Page 9: Rhenald Kasali Blogspot Com

Diposkan oleh Rhenald Kasali di 06:40 Tidak ada komentar:

jabatan, tidak suka bersiasat, selain ingin berkarya dan menciptakan impak. Mereka tahu apayang harus diperbaiki.

Rhenald KasaliFounder Rumah Perubahan

Rekomendasikan ini di Google

Berebut Rp. 50 T Uang Mudik - Jawapos 13 Agustus 2012Sekitar 15,4 Juta orang, akan melakukan perjalanan mudik. Berbeda dengan pemudik migran dinegara-negara lain yang cenderung turun, di Indonesia justru naik 4,17% dibandingkan 1432 H. Iniberarti lapangan pekerjaan masih terpusat di kota-kota besar dan pembangunan masih tak merata.Memakai bell curve, maka diperkirakan akan berputar sekitar 50 triliun rupiah hanya dalam duaminggu. Dan jumlah ini bisa naik 2-3 kali lipat, dipicu oleh hutang.

Hitungannya begini, 60% rata-rata pemudik (9,2 juta orang) adalah karyawan kerah biru yangminimal menerima Rp. 1 juta rupiah THR dan membawa minimal dua bulan dari tabungannyasetahun bekerja. Jadi rata-rata bisa membawa Rp. 3 juta rupiah. Totalnya mencapai 27,6 triliun.

Lalu 20% pemudik berstatus sosial atas yang menggunakan mobil pribadi, kereta api eksekutifdan pesawat terbang, diperkirakan ada 3,1 juta orang dan masing-masing akan menghabiskanminimal Rp. 9 juta sehingga mencapai 27,9 triliun rupiah. Sedangkan kelompok yang kurangberuntung, yaitu 20% terbawah, juga 3,1 juta orang akan membawa pulang rata-rata Rp. 500.000,-sehingga menjadi 1,53 triliun rupiah. Jadi totalnya sekitar Rp. 57,03 triliun. Ditambah pengeluarankartu kredit dan hutang jumlahnya bisa menjadi sekitar 150 triliun rupiah. Namun angkakonservatifnya, sepertiganya, yaitu sekitar Rp. 50 triliun.

Uang sebesar itu terutama akan mengalir ke bisnis telekomunikasi, transportasi, hiburan, pakaian(fashion), dan makanan melalui anak-anak dan remaja. Perputaran uang dalam jumlah besar iniberlangsung cepat sehingga membuat lonjakan permintaan dan sekaligus kekosongan beberapahari setelah itu. Celakanya, sebagian besar dinikmati oleh merek-merek asing dalam bentukroyalti, bunga, pulsa, dan sebagainya. Belum ada pemimpin yang menggugah kesadaran memakaimerek lokal, menabung atau berinvestasi.Enduransi PerusahaanRezeki sebesar itu disikapi bisnis dengan perspektif yang berbeda-beda. Ada perspektif ajimumpung, dan ada yang sebaliknya, yaitu kesempatan membalas budi.Perspektif pertama ada di kepala pengusaha-pengusaha di bidang usaha yang saya sebutkan diatas. Menggenjot iklan, promosi penjualan dengan tawaran-tawaran yang menggoda bahkanmenjerat pelanggan. Diskon, potongan harga, display, kredit, tukar mobil bekas dengan yang barudan seterusnya. Intinya adalah agar konsumen cepat-cepat mengambil keputusan dan membelilebih banyak. Bahwa setelah itu Anda harus mencicil, menanggung hutang, itu bukan urusanmereka.

Seharusnya aparat pemerintah, pelayan-pelayan publik dan lembaga watch dog bekerja lebihgencar saat konsumen menjadi sasaran “vacum cleaner” yang menyedot kesejahteraannya.Peringatan-peringatan harus banyak diberikan agar konsumen tidak jatuh miskin setelah hari rayaberlalu.Perspektif kedua melihat lebaran sebagai sarana berbagi, yaitu opportunity untuk mengikat“kesetiaan”. Sulit dikatakan berbagi dalam marketing adalah murni spiritual, namun hal ini jugatidak dimungkinkan kalau eksekutifnya tidak memiliki kepekaan sosial.

Tahun ini Sido Muncul misalnya, mengirimkan mudik gratis sebanyak 300 bis atau sekitar 12.000 –16.000 orang. Selain itu Holcim, BNI, BRI, Jasa Raharja, Carefour, Giant, Honda, Yamaha,Sariwangi, Indofood, Alfamart, dan Indomaret masing-masing mengirim antara 20-200 bis. Tercatatjuga Pemda Jawa Tengah yang menyediakan 190 buah bis. Dari Gresik saya mendengar baru 1perusahaan, yaitu Wiharta Karya Agung. Padahal di kawasan industri ini ada lebih dari 1.500perusahaan yang mampu mengantarkan para buruh dan pekerja informal pulang mudik.

Perspektif berbagi sendiri baru bisa dinilai kesungguhannya dari enduransinya. Saya mengamati,kebanyakan pengusaha dan pemimpin tidak memiliki enduransi yang panjang. Pemda Bantenmisalnya, gencar membantu para pemudik gratis tahun lalu. Namun tahun ini tiba-tiba tidak adalagi. Saya tidak tahu persis apakah pemprov Jateng masih akan melakukannya kembali tahun-tahun depan kalau tidak mendekati pilkada. Hal serupa terlihat pada banyak perusahaan yangganti CEO ganti perspektif. Jelas tindakan ini tidak didorong oleh falsafah korporat dan tidak adaguidance dari corporate values.

Sepanjang pengamatan, hanya Sido Muncul dan Indofood yang memiliki enduransi yang panjang.Indofood telah melakukannya lebih dari 5 tahun, sedangkan Sido Muncul telah 22 tahun. Wajar biladitemui Mbok-Mbok jamu asal Wonogiri yang sudah ikut mudik lebih dari 20 kali.

Perspektif berbagi memerlukan keteguhan. Berbagi adalah sikap mulia yang diajarkan para nabibesar, apapun agama pemberi dan siapapun yang menerimanya. Anda tak harus beragama Islamuntuk berbagai di hari raya Idul Fitri, dan Anda tak harus beragama Kristen untuk berbagi di hariNatal. Tak perlu melihat warna kulit, agama/kepercayaan atau suku untuk membahagiakan, ataumengurangi beban orang lain. Sebab berbagi itu indah. Bahkan, jika usaha atau kesehatan Andasedang susah, berbagilah. Maka Anda akan sehat.

converted by Web2PDFConvert.com