reviu jurnal internasional dengan teori sosial

9
1. Youth Involvement in Politically Motivated Violence: Why Do Social Integration, Perceived Legitimacy, and Perceived Discrimination Matter Hasil penelitian dalam Jurnal yang di tulis Lieven Pauwels, dan Maarten De Waele ini pada perinsipnya, menjelaskan tentang komflik politik, bagaimana keterlibatan Pemuda dalam Kekerasan bermotif Politik di kalangan pemuda Belgia. Sebagian anak muda ini telah beralih pada masyarakat sipil, di mana mereka menemukan peluang-peluang untuk membantu melahirkan perubahan. Keterlibatan pemuda dalam kekerasaan poliytik ini didorong oleh adanya suatu kepentingan tertentu, sehingga dari sisi prakktisnya perjuangan mereka akan membawa sebuah perubahan seperti yang dicita-citakan bersama oleh para pemuda itu, termasuk bisa merebut kekuasaan politik dengan jalan membangun kesadaran masa rakyat untuk sebuah revolusi. 2. Post War Violence in Guatemala: A Mirror of the Relationship between Youth and Adult Society Pasca Perang Kekerasan di Guatemala: A Cermin Hubungan antara Pemuda dan Masyarakat Dewasa.

Upload: kasman-renyaan

Post on 17-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1. Youth Involvement in Politically Motivated Violence: Why Do Social Integration, Perceived Legitimacy, and Perceived Discrimination Matter Hasil penelitian dalam Jurnal yang di tulis Lieven Pauwels, dan Maarten De Waele ini pada perinsipnya, menjelaskan tentang komflik politik, bagaimana keterlibatan Pemuda dalam Kekerasan bermotif Politik di kalangan pemuda Belgia. Sebagian anak muda ini telah beralih pada masyarakat sipil, di mana mereka menemukan peluang-peluang untuk membantu melahirkan perubahan. Keterlibatan pemuda dalam kekerasaan poliytik ini didorong oleh adanya suatu kepentingan tertentu, sehingga dari sisi prakktisnya perjuangan mereka akan membawa sebuah perubahan seperti yang dicita-citakan bersama oleh para pemuda itu, termasuk bisa merebut kekuasaan politik dengan jalan membangun kesadaran masa rakyat untuk sebuah revolusi.2. Post War Violence in Guatemala: A Mirror of the Relationship between Youth and Adult SocietyPasca Perang Kekerasan di Guatemala: A Cermin Hubungan antara Pemuda dan Masyarakat Dewasa.Masyarakat pasca Perang adalah konteks berisiko tinggi untuk partisipasi pemuda dalam kekerasan. Namun, ada variasi yang besar antara dan di dalam masyarakat pasca perang. Variasi partisipasi pemuda dalam kekerasan pasca perang terbaik dapat dipahami dengan berfokus pada konsekuensi pemutusan perang dan perang terhadap sosialisasi pemuda dan transisi menjadi dewasa. Sosialisasi dan transisi menjadi dewasa berdiri di tengah-tengah interaksi antara pemuda dan masyarakat dewasa dan membantu menjelaskan variasi dalam kekerasan pemuda dalam konteks risiko struktural yang tinggi.

3. Introduction: Violence, Justice and the Work of Memory.Pendahuluan: Kekerasan, Hukum dan Kerja Memori.Dalam artikel ini menjelaskan bahwa pencarian keadilan sejarah telah menjadi salah satu fitur mendefinisikan akhir dan awal abad ke dua puluh satu. Jadi, memiliki konsensus perlu mengingat kekerasan ketidakadilan masa lalu dan korbannya. Pencarian keadilan berkaitan erat dengan fokus pada ingatan sejarah: Perjuangan untuk keadilan akan bergantung pada kenangan ketidakadilan, dan mengingat publik kejahatan di masa lalu sehingga akan semakin dianggap salah satu sarana penting menebus kesalahan tersebut. Ingatan masyarakat yang merupakan memori kolektif dimana yang disebut terdahulu tidak terlepas dengan yang disebut kemudian. Memori dalam kaitannya dengan konstruksi identitas menjadi akan menjadi wacana social.4. Rewriting the World: Gendered Violence, the Political Imagination and Memoirs from the Years of Lead in Morocco Menulis ulang Dunia: Gender Kekerasan, Imajinasi Politik dan Memoar dari "Tahun Lead" di Maroko.dalam tulisan ini menjelsakan bahwa literatur penjara (Littrature carcrale atau adab al-sujun) telah menjelaskan dimensi dikecam sejarah postkolonial Maroko. Dengan berbagi kenangan pribadi mereka, mantan tahanan politik telah memicu perdebatan tentang kekerasan negara di bawah Hassan II (1961-1999). Ini eksplorasi gender dan relasional dimensi kekerasan dan kesaksian mengacu pada memoar diterbitkan dan wawancara dari Nour-Eddine Saoudi dan Fatna El Bouih, dua mantan tahanan politik Marxis-Leninis. Secara khusus, ia mengidentifikasi sarana yang Saoudi dan El Bouih berteori pengalaman pribadi mereka untuk mengecam sistem represi di Maroko. Kesaksian mereka menggambarkan peran memori sebagai situs transformatif badan dan imajinasi politik, menunjukkan harapan untuk masa depan yang berbeda dengan mendorong Maroko untuk terlibat dengan masa lalu yang kelam mereka.

5. Beliefs About the Strauss-Kahn Case in France and Germany: Political Orientation and Sexual Aggression Myths as Local Versus Global Predictors.Keyakinan Tentang Kasus Strauss-Kahn di Perancis dan Jerman: Orientasi Politik dan Agresi Seksual Mitos Lokal Versus global Prediktor.Pada bulan Mei 2011, Dominique Strauss-Kahn, kepala Dana Moneter Internasional dan anggota terkemuka dari Partai Sosialis Perancis, didakwa dengan percobaan perkosaan. Liputan media yang luas menyebabkan orang di seluruh dunia untuk berspekulasi tentang niat dan tanggung jawab. Sementara kasus ini tertunda. Penelitian ini untuk mengungkap seberapa kuat pembebasan tuduhan dari tersangka tergantung pada penerimaan mitos modern sekitar agresi seksual (AMMSA) dan atribut identitas yang sementara menonjol sebagai fungsi dari konteks local (jenis kelamin, kiri-kanan orientasi politik, kebangsaan). AMMSA adalah prediktor global exonerating tersangka di sub-sampel nasional, sedangkan kekuatan prediksi orientasi gender dan kiri-kanan bervariasi secara lokal: Untuk responden Perancis, sikap politik sayap kiri diprediksi pembebasan dari tuduhan yang dituduhkan pelaku, sedangkan hanya untuk responden Jerman, menjadi laki-laki yang diperkirakan pembebasan. Kami menyimpulkan bahwa interaksi global (agresi seksual mitos) dan (identifikasi sosial) setempat merupakan faktor yang mempengaruhi penilaian awam kasus ambigu terhadap kekerasan seksual.Dari kelima Jurnal di atas, jelas berbicara tentang kekerasan baik fisik maupun fisikis yang berorientasi pada terjadinya konflik. Sehingga dengan terjadinya konflik tersebut terciptalah sebuah perubahan dan tatanan social dalam masyarakat. Perubahan sikap individu, yang bisa baik, dan bisa pula buruk. Namun segala konflik terjadi bisa di kelola dengan baik sehingga dapat bermanfaat untuk pembentukan ingatan kolektif masyarakat. Karena setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku kekerasan, selalu berawal dari perilaku individu. Faktor penyebab dari perilaku kekerasan adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi meliputi kelainan jiwa. Faktor yang bersifat sosial antara lain konflik rumah tangga, faktor budaya dan faktor media massa.Kekerasan timbul karena adanya deprivasi relatif yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam sebuah masyarakat tidak mampu ditanggap dengan seimbang oleh sistem sosial & masyarakatnya.Konflik merupakan suatu fenomena kemasyarakatan yang senantiasa ada dalam kehidupan bersama. Sebenarnya konflik tidak usah dilenyapkan, akan tetapi perlu dikendalikan konflik akan senantiasa ada di masyarakat, hal tersebut karena dalam masyarakat itu terdapat otoritas. Hal tersebut dikandung maksud bahwa apabila di suatu pihak bertambah otoritasnya maka di lain pihak akan berkurang otoritasnya. Selain itu juga karena adanya perbedaan kepentingan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.Konflik dapat dikendalikan apabila kelompok yang terlibat dalam konflik dapat menyadari adanya konflik, dan perlu dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan. Di samping itu juga harus terorganisasi secara baik terutama yang menyangkut semua kekuatan sosial yang bertentangan. Dalam hal ini, apabila upaya pengendalian konflik itu tidak dilakukan maka konflik yang tertekan yang tidak tampak di permukaan, dapat meledak sewaktu-waktu dan merupakan tindakan kekerasan. Konflik yang tertekan dapat menyebabkan putusnya hubungan, dan apabila emosionalnya meninggi maka putusnya hubungan tersebut dapat meledak secara tiba-tiba. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka perlu dibentuk saluran alternatif sehingga rasa dan sikap pertentangan dapat dikemukakan dengan tidak merusak solidaritas.Menurut teori konflik George Simmel, bahwa dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat di dalamnya selalu mencangkup yang namannya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, cinta dan kebencian, dsb. Pendek kata Simmel melihat hubungan manusia selalu ditandai oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antar individu dan masyarakat. Bagi Simmel, konflik merupakan suatu yang essensial dari kehidupan sosial sebagai suatu hal yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial. George Simmel menambahkan, naif jika konflik dipandang sebagai suatu yang negatif dan konsensus dipandang sebagai suatu yang positif. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari konflik. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan ketertiban sebenarnya bersifat korelatif, keduanya sama-sama memperteguh dan juga menghancurkan bagian-bagian dari adat istiadat yang ada sebagai dialektika abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, adalah kesalahan sosiologis apabila memisahkan antara keteraturan dan ketidak teraturan misalkan konflik dan konsensus, sebab keduanya bukanlah realitas yang berbeda melainkan hanya beda dalam aspek formalnya belaka dari suatu realitas yang sama.Untuk diketahui bahwa dalam sebuah konflik terdapat pula konsensus sebab keduanya merupakan dualisme dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Dan dari konflik itu lah terjadi sebuah perubahan sosial di dalam masyarakat tersebut yang pada kenyataanya memiliki fungsi semakin bersemangatnya masing-masing kelompok untuk meningkatkan kualitasnya agar tidak kalah dengan kelompok saingannya.