revitalisasi pasar tradisional dan an sektor pariwisata kasus pasar raya padang dan sektor...

24
Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 1 NAMA : RIDHWAN . NO.BP : 06151126 DOSEN : Prof.Dr. Fashbir Noor Sidin SE,MSP TUGAS EKONOMI REGIONAL DAN PERKOTAAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Isu-isu Utama Pasar Tradisional Pasar tradisional mendapatkan keuntungan dari krisis keuangan dunia (global crisis) saat ini. Keinginan masyarakat/konsumen untuk memperoleh produk dengan harga murah di saat krisis membuat pasar tradisional terselamatkan dari desakan pasar modern. Kondisi ini bertolak belakang dengan pertumbuhan pasar modern yang kian agresif dan terus meningkatkan distribusi, promosi dan perbaikan model bisnis ritel. Mayoritas pasar tradisional dikuasai dan dikelola oleh Pemda setempat, biasanya di bawah kendali Dinas Pasar. Sejumlah kecil pasar tradisional dikembangkan melalui kerjasama antara Pemda dan perusahaan swasta, umumnya di bawah skema bangun, operasi, dan transfer (build-operate-transfer/BOT). Perusahaan swasta kemudian membayar setiap tahun kepada Pemda sejumlah dana yang telah disepakati. Pengelola pasar, yang diangkat oleh Kepala Dinas Pasar, mengelola pasar milik Pemda. Di beberapa kasus, pengelola pasar bertanggung jawab atas beberapa pasar sekaligus. Dinas Pasar menetapkan target retribusi pasar tahunan pada setiap pasar tradisional miliknya. Tugas utama yang diemban setiap kepala pasar adalah pemenuhan target yang sudah ditetapkan. Kegagalan pemenuhan target tidak jarang berbuntut pada pemberhentian langsung kepala pasar. Karena itu, penarikan dana retribusi dari

Upload: funkkop

Post on 27-Jul-2015

1.815 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 1

NAMA : RIDHWAN ���. �� � ����

NO.BP : 06151126

DOSEN : Prof.Dr. Fashbir Noor Sidin SE,MSP

TUGAS EKONOMI REGIONAL DAN PERKOTAAN

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan

tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau

koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar menawar.

Isu-isu Utama Pasar Tradisional

Pasar tradisional mendapatkan keuntungan dari krisis keuangan dunia (global

crisis) saat ini. Keinginan masyarakat/konsumen untuk memperoleh produk dengan

harga murah di saat krisis membuat pasar tradisional terselamatkan dari desakan pasar

modern. Kondisi ini bertolak belakang dengan pertumbuhan pasar modern yang kian

agresif dan terus meningkatkan distribusi, promosi dan perbaikan model bisnis ritel.

Mayoritas pasar tradisional dikuasai dan dikelola oleh Pemda setempat, biasanya

di bawah kendali Dinas Pasar. Sejumlah kecil pasar tradisional dikembangkan melalui

kerjasama antara Pemda dan perusahaan swasta, umumnya di bawah skema bangun,

operasi, dan transfer (build-operate-transfer/BOT). Perusahaan swasta kemudian

membayar setiap tahun kepada Pemda sejumlah dana yang telah disepakati.

Pengelola pasar, yang diangkat oleh Kepala Dinas Pasar, mengelola pasar milik

Pemda. Di beberapa kasus, pengelola pasar bertanggung jawab atas beberapa pasar

sekaligus. Dinas Pasar menetapkan target retribusi pasar tahunan pada setiap pasar

tradisional miliknya. Tugas utama yang diemban setiap kepala pasar adalah pemenuhan

target yang sudah ditetapkan. Kegagalan pemenuhan target tidak jarang berbuntut

pada pemberhentian langsung kepala pasar. Karena itu, penarikan dana retribusi dari

Page 2: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 2

para pedagang menjadi ajang perhatian utama dari setiap kepala pasar daripada

pengelolaan pasar yang lebih baik.

Ruh perdagangan bangsa

Pasar tradisional merupakan ruh perdagangan bangsa Indonesia Pasalnya, di

pasar tradisional terdapat interaksi antara pedagang dan pembeli, yang tidak dapat

ditemui di dalam pasar modern. Tawar-menawar, canda riang yang sesekali diselingi

rasa kerjdaksukaan merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang semakin

asing di tengah semakin banyaknya masyarakat berbelanja di pasar modem.

Maka dari itu. revitalisasi pasar tradisional pada dasarnya bukan hanya persoalan

teknis, melainkan bagaimana mengubah cara pandang masyarakat. Masyarakat harus

disadarkan bahwa berbelanja di pasar tradisional bukan berarti kuno dan

antimodemisme. Berbelanja di pasar tradisional merupakan bentuk penghargaan

terhadap diri sendiri dan menguji kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Pada akhirnya, keberadaan pasar tradisional sudah saatnya di-uri-uri

(dilestarikan). Salah satunya adalah dengan mengajak anggota keluarga berkunjung dan

berbelanja di pasar tradisional.

Kondisi pasar tradisional:

- Pasar Tradisional merupakan Infrastruktur ekonomi daerah, menjadi pusat

kegiatan distribusi dan pemasaran

- Keberadaannya kian menurun dengan berkembangnya perpasaran swasta

modern khususnya diperkotaan

- Berdasarkan Survey AC Nielsen pertumbuhan Pasar Modern (termasuk

Hypermarket) sebesar 31,4%, sementara pertumbuhan Pasar Tradisional - 8,1%

(SWA, Edisi Desember 2004).

- Serbuan pasar modern / hypermarket dengan dukungan kekuatan modal besar,

sistem dan teknologi modern, berhadapan langsung dengan pedagang pasar

tradisional.

- Image Pasar tradisional terkesan Becek, Kotor, kurang nyaman, dan Fasilitas

Minim : parkir, toilet, tidak ada tempat pengolahan sampah, fisik kurang terawat.

Page 3: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 3

- Kurang mampu berkompetisi dengan perpasaran swasta

- Lemah dalam manajemen dan kurang mengantisipasi perubahan

Kehadiran pasar modern yang memberikan banyak kenyamanan membuat

sebagian orang enggan untuk berbelanja ke pasar tradisional disebabkan : pertama,

supermarket dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga

yang lebih murah; kedua, informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan

mudah diakses publik; ketiga, supermarket menyediakan lingkungan berbelanja yang

lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka

pilihan pembayaran seperti kartu kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit

untuk peralatan rumahtangga berukuran besar; keempat, produk yang dijual di

supermarket, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan

dijual bila telah kedaluwarsa.

Keunggulan Pasar Tradisional

Pasar modern meskipun memiliki banyak kelebihan, akan tetapi dalam sistem

pasar modern penentuan harga tidak bisa ditawar/sudah ditetapkan. Sedangkan pasar

tradisional memiliki beberapa keunggulan, yakni :

(1) masih adanya kontak sosial saat tawar menawar antara pedagang dan pembeli.

Tidak seperti pasar modern yang memaksa konsumen untuk mematuhi harga

yang sudah dipatok;

(2) keinginan masyarakat memperoleh produk dengan harga murah di saat krisis

membuat pasar tradisional terselamatkan dari desakan pasar modern; dan

(3) pasar tradisional menggambarkan denyut nadi perekonomian rakyat

kebanyakan. Di sana, masih banyak orang yang menggantungkan hidupnya, dari

mulai para pedagang kecil, kuli panggul, pedagang asongan, hingga tukang

becak. Di balik kelebihan tersebut, pasar tradisional biasanya becek dan bau,

malas tawar menawar, faktor keamanan (copet, dsb), resiko pengurangan

timbangan pada barang yang dibeli, penuh sesak, dan sejumlah alasan lainnya.

Page 4: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 4

Persoalan Pasar Tradisional

Permasalahan terkait pengelolaan pasar tradisional antara lain :

(1) permasalahan dan citra negatif pasar tradisional umumnya terjadi akibat kurang

disiplinnya pedagang, pengelola pasar yang tidak profesional, dan tidak tegas

dalam menerapkan kebijakan atau aturan terkait pengelolaan operasional pasar;

(2) pasar tradisional umumnya memiliki desain yang kurang baik, termasuk

minimnya fasilitas penunjang, banyaknya pungutan liar dan berkeliarannya

"preman-preman" pasar serta sistem operasional dan prosedur pengelolaannya

kurang jelas (Kompas, 16 Februari 2009);

(3) masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana

pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan

retribusi, menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengurangi pelanggan

pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi

pedagang tradisional.

Kendala terberat bagi pasar tradisional adalah sulitnya perbankan mengucurkan

kredit pembangunan pasar tradisional. Hal ini disebabkan beberapa kendala seperti

tidak jelasnya jenis aset pasar tradisional, serta status kepemilikan kios berupa hak pakai,

bukan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atau Hak Guna Bangunan (HGB). Selain kendala

tersebut, pasar tradisional juga dihadapkan pada permasalahan belum adanya bank

khusus untuk penyaluran kredit investasi revitalisasi pasar tradisional, dan belum

dibuatnya standar khusus pelayanan publik pasar tradisional.

Anggaran yang disediakan pemerintah hanya cukup untuk merehabilitasi fasilitas

mikro di pasar-pasar tersebut. Total dana yang tesedia untuk merevitalisasi pasar

tradisional pada tahun 2009 mencapai Rp 585 milyar berasal dari tiga sumber yakni

stimulus fiskal untuk penanggulangan krisis ekonomi global Rp 315 miliar, dana alokasi

khusus 120 milyar dan DIPA Depdag Rp 150 Miliar. Jumlah dana tesebut masih jauh dari

kebutuhan untuk memperbaiki seluruh pasar tradisional.

Kendala yang membuat perbankan sulit mengucurkan dana untuk pasar tradisional

antara lain :

(1) pengelola pasar tidak mengetahui aset yang dibutuhkan untuk mendapatkan

kredit bank. Sebagian besar kepemilikan kios di pasar tradisional berstatus hak

pakai. Pengelola pasar bersedia meningkatkan status menjadi Hak Pengelolaan

Page 5: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 5

Lahan (HPL bahkan menjadi HGB jika bank mensyaratkan perubahan status

tersebut);

(2) belum ada bank khusus yang ditunjuk pemerintah untuk revitalisasi pasar

tradisional; dan

(3) adanya persaingan dengan pasar modern. Pada saat ini yang dibutuhkan dalam

revitalisasi pasar tradisional yaitu pemotongan biaya transaksi, kreativitas, dan

inovasi untuk mengembangkan keunikan masing-masing pasar (Kompas,

Februari 2009).

Konflik antara pedagang pasar tradisional dengan pengelola dan Pemerintah

disebabkan :

(1) Dinas Pengelola Pasar sebagai leading sector tidak memiliki konsep yang jelas

mengenai model revitalisasi pasar tradisional, sehingga sangat tergantung pada

desain yang ditawarkan pengembang, apalagi keterbatasan dana turut

memperlemah posisi tawar Pemerintah Kota dalam bernegosiasi dengan

pengembang. Akibatnya, dalam sejumlah kasus, Pemerintah Kota justru

dirugikan ketika ternyata desain yang diterapkan pengembang tidak berhasil dan

pengembang akhirnya mengembalikan lagi proyek revitalisasi tersebut pada

Pemerintah Kota; dan

(2) tidak adanya political will dari Pemerintah Kota untuk membangun kesepahaman

antara pemerintah dengan para pedagang di pasar tradisional tentang model

revitalisasi yang akan diterapkan.

Solusi Permasalahan

Kunci solusi sebenarnya ada di tangan pemerintah. Yang diperlukan adalah

aturan tata ruang yang tegas yang mengatur penempatan pasar tradisional dan pasar

modern. Misalnya tentang berapa jumlah hypermarket yang boleh ada untuk setiap

wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak yang diperbolehkan dari pasar tradisional jika

pengusaha ingin membangun supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan untuk

mengantisipasi ancaman kebangkrutan pada pasar tradisional akibat kepungan pasar

modern yang tidak terkendali, dan memberikan wahana persaingan yang sehat antara

keduanya.

Page 6: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 6

Selain itu, perlu merubah “wajah” pasar tradisional agar bisa lebih nyaman dan teratur.

Sayangnya pembenahan pasar rakyat ini tampaknya lebih sering mengedepankan

kepentingan investor ketimbang kepentingan para pedagang sendiri. Harga kios yang

tinggi tanpa kompromi kerap membuat pedagang “alergi” mendengar kata

pembenahan. Keadaan ini tidak jarang akhirnya menimbulkan perselisihan antara

pedagang lama dengan investor yang ditunjuk pemerintah untuk merevitalisasi pasar

tradisional (Indrakh wordpress.com. 2007).

Saat ini, Departemen Perdagangan menfokuskan program 2009 pada pembinaan

dan revitalisasi pasar tradisional termasuk melakukan pelatihan manajemen pengelolaan

pasar tradisional, penyusunan model pembangunan dan pengelolaan pasar,

pelaksanaan pos ukur ulang dan perlindungan konsumen (Kompas, 16 Februari 2009).

Untuk menciptakan kondisi lingkungan pasar tradisional yang lebih baik dan

lebih nyaman, kebijakan-kebijakan yang akan membantu meningkatkan daya saing

pasar tradisional harus diciptakan dan dilaksanakan, dengan upaya-upaya : Pertama,

memperbaiki infrastruktur. Hanl ini mencakup jaminan tingkat kesehatan dan kebersihan

yang layak, penerangan yang cukup, dan lingkungan keseluruhan yang nyaman.

Contohnya, konstruksi bangunan pasar berlantai dua tidak disukai di kalangan

pedagang karena para pelanggan enggan untuk naik dan berbelanja di lantai dua.

Untuk itu, Pemerintah Daerah dan pengelola pasar tradisional swasta harus melihat

pasar tradisional bukan hanya sekadar sebagai sumber pendapatan.

Kedua, harus melakukan investasi dalam pengembangan pasar tradisional dan

menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Hal ini mensyaratkan pengangkatan

orang-orang berkualitas sebagai pengelola pasar dan memberikan mereka wewenang

yang cukup untuk mengambil keputusan sehingga mereka tidak hanya bertindak

sebagai pengumpul retribusi semata.

Ketiga, peningkatan kinerja pengelola pasar dengan menyediakan pelatihan atau

evaluasi berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus secara konsisten berkoordinasi

dengan para pedagang untuk mendapatkan pengelolaan pasar yang lebih baik.

Kerjasama antar Pemda dan sektor swasta dapat menjadi contoh solusi untuk

meningkatkan daya saing pasar tradisional (www.semeru.co.id, 2007).

Page 7: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 7

Terakhir, bahwa pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah

permodalan dan jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah

saatnya Pemda dan lembaga keuangan setempat memperhatikan hal ini. Strategi

pengadaan barang yang kerap menjadi strategi utama pedagang tradisional adalah

membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan dana pribadinya.

Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi sangat rentan terhadap

kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan dan fluktuasi harga yang

tidak menentu.

Membatasi pasar modern

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, revitalisasi pasar tradisional

yang dilakukan pemerintah tidak boleh hanya memerhatikan kondisi pasar, volume

perdagangan, ketersediaan lahan untuk perbaikan pasar, dan desain rencana perbaikan

pasar;melainkan juga perlu membatasi pertumbuhan pasar modern.

Revitalisasi pasar tradisional tanpa membatasi pertumbuhan pasar modem tidak

ada gunanya. Ketika program revitalisasi pemerintah hanya dalam bentuk fisik tanpa

memperbaiki regulasi dalam menekan jumlah pasar modem, program ini hanya akan

semakin mematikan sektor usaha riil masyarakat kecil.

Kedua, Pemerintah daerah juga harus berani menata keberadaan pasar modern.

Pendirian pasar modem harus jauh dari keberadaan pasar tradisional.

Ketiga, pemerintah perlu memerhatikan persaingan harga. Persaingan harga

perlu dikelola dengan baik agar tidak merugikan pihak lain. Pedagang kecil yang selama

ini menggunakan pasar tradisional bisa kehilangan pelanggannya karena mereka

memilih berbelanja ke pasar modemdengan harga lebih murah.

Page 8: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 8

REVITALISASI PASAR RAYA PADANG SEBAGAI PASAR SENTRAL DI KOTA PADANG

Kota Padang berpenduduk + 800.000 orang yang dilayani oleh satu pasar

regional di Pasaraya dan enam belas pasar lokal tersebar mengikuti sebaran konsentrasi

penduduk. Pasar regional di pusat kota sangat dominan sehingga terjadi pemusatan

yang berlebihan yang menimbulkan kemacetan sebaliknya pasar lokal cenderung

kurang berkembang. Faktor kemacetan tersebut juga dipengaruhi oleh pertumbuhan

jumlah angkutan kota yang tinggi disamping dihapusnya terminal angkutan kota dan

antar kota untuk membangun pasar modern. Keadaan ini memberi gambaran tentang

kebijakan publik yang cenderung mengabaikan kepentingan publik.

Pasar regional dan pasar-pasar lokal tidak mengalami perkembangan yang

signifikan terutama pelayanan yang semakin buruk sehingga mendorong

perkembangan pasar semimodern. Telah tumbuh dan berkembang puluhan minimarket

sebagai alternatif tempat berbelanja disamping warung yang makin menggejala sejak

krisis ekonomi. Dalam lima tahun terakhir telah tumbuh lima pasar modern dan empat

diantaranya berdekatan dengan lokasi pasar regional. Berbagai keluhan bahkan

penolakan sudah disampaikan pedagang para pasar tradisional yang merasa tersaingi

kepada pemerintah namun ‘kafilah tetap berlalu’.

Pasar tradisional masih diminati karena berbagai pertimbangan antara lain faktor

emosional, jenis barang dan sifat perbelanjaan, jarak dan akses dan sebagainya. Suasana

belanja berkait dengan faktor emosional antara pembeli dan penjual menjadi satu faktor

penting dihubungkan dengan eksistensi pasar tradisional. Selain itu jenis barang dan

sifat perbelanjaan juga dapat berpengaruh karena beberapa pasar tradisional masih

mempertahankan hari-hari pasar tertentu yang ramai dikunjungi. Jarak relatif dekat

dengan permukiman dan akses yang tinggi terutama keberadaan ojek dan becak motor

sehingga berbelanja menjadi rekreasi yang menyenangkan.

Masa depan pasar tradisional tersebut dapat terancam oleh perkembangan pasar

semimodren dan modern berdasarkan preferensi berbelanja masyarakat. Jika keadaan

dan pelayanan pasar tradisional tidak berubah dan gaya hidup modern makin

menggejala maka pasar tradisional ini dapat saja ditinggalkan para pelanggannya.

Indikasi ke arah itu sudah mulai tampak walaupun belum dapat dijadikan pertanda

pergeresaran selera belanja masyarakat. Oleh sebab itu perlu perubahan keadaan

terutama faktor keamanan dan kenyamanan berbelanja di pasar tradisional seperti yang

ditawarkan oleh pasar semimodern dan modern.

Page 9: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 9

Pembangunan pasar modern dianggap relevan dengan perkembangan kota

antara lain diukur dari perubahan struktur fisik dan kegiatan ekonomi serta perilaku

masyarakat. Modernisasi ini kurang berpengaruh kepada perkembangan ekonomi kota

dimana kontribusi perdagangan dan transportasi tidak mengalami perubahan yang

signifikan sebagai akibat dari investasi tersebut. Pendapatan asli daerah dari pajak dan

retribusi daerah terutama berasal dari sektor pasar juga tidak terpengaruh oleh

keberadaan pasar modern. Jika ini sebagai indikatornya maka dapat dikatakan pasar

modern belum memberi sumbangan berarti kepada kemajuan ekonomi kota.

Kebijakan publik tentang revitaliasi pasar lokal sudah dicanangkan sejak lima

tahun yang lalu namun belum pernah direaliasikan. Kajian dan desain sudah dilakukan

namun aplikasi tentang pola pengembangan termasuk kemitraan belum dilakukan.

Berbagai masalah berkait dengan upaya revitalisasi termasuk respon masyarakat

tentang wujud revitalisasi. Jika revitalisasi itu ‘meruntuhkan’ pasar lama dengan

‘membangun’ pasar baru dengan standar tinggi cenderung menyebabkan biaya modal

pedagang semakin tinggi seterusnya berpengaruh kepada margin keuntungan dan

harga yang semakin tidak kompetitif.

Preferensi Masyarakat Berbelanja di Pasar Padang

Metoda observasi terhadap ketiga jenis pasar dilakukan untuk mengetahui

keadaan pasar dan berbagai faktor yang terkait dengan eksistensinya. Wawancara

dengan metoda sampel acak terpilih untuk mengatahui persepsi dan sikap serta

perilaku terhadap perkembangan konsep pasar. Pendalaman informasi untuk

menemukan akar masalah dan solusi yang ditawarkannya bagi perbaikan kebijakan

publik melalui diskusi dengan beberapa responden kunci. Proses ini melibatkan

sejumlah mahasiswa sebagai bagian proses belajar mengajar untuk meningkatkan

kemampuan mereka dalam memahami persoalan ekonomi riel.

Observasi dilakukan terhadap tujuh pasar tradisional, lima pasar semimodern dan

tiga pasar modern yang tersebar di empat wilayah Kota Padang. Ketujuh pasar

tradisional yaitu pasar Tanah Kongsi, Pasar Simpang Haru, Pasar Bandar Buat, Pasar

Siteba, Pasar Alai, Pasar Ulak Karang dan Pasar Lubuk Buaya. Kelima pasar semimodern

yaitu Damar Plaza, Mini Market Singgalang, Citra Swalayan, Mitra Swalayan dan Yossi

Swalayan serta tiga pasar modern yaitu Plaza Andalas, Minang Plaza dan Rocky Plaza.

Observasi tentang keadaan fisik, akses beserta sarana dan prasarana pendukung,

keamanan dan kenyamanan dan sebagainya.

Page 10: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 10

Keadaan pasar. Hasil observasi memberikan gambaran tentang kondisi fisik

bangunan pasar tradisional yang sudah tua karena umur teknisnya rata-rata di atas 15

tahun. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan

termasuk risiko kebakaran sehingga perlu pengaturan yang lebih baik untuk menjaga

kelangsungannya. Banyak pasar tradisional yang terbakar karena salah urus dalam

jaringan listrik disamping perilaku pedagang. Sebagian kecil responden mengeluhkan

kondisi fisik namun sebagian besar sebaliknya risau jika pasar direvitalisasi akan

menyulitkan bagi pedagang sebagai pertanda simpati mereka.

Tata letak. Pasar tradisional relatif kotor dan tidak tertata sebaliknya pasar

semimodern dan modern bersih dan tertata baik. Sebagian responden mengeluhkan

keadaan tersebut namun tidak dapat mengubah pilihannya. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu pendapatan, jenis perbelanjaan dan frekuensi serta karakteristik

pembelanja yang umumnya ibu rumah tangga. Keadaan pasar tidak dirisukan oleh

kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang berbelanja keperluan

harian dengan frekeunsi berbelanja 2-3 kali per minggu. Bagi mereka yang bekerja ada

pilihan lain yaitu membeli masakan karena lebih ekonomis.

Pasar tradisional menyediakan bahan mentah yaitu ikan, daging, ayam, sayur,

bahan makanan lainnya secara terbuka dan sebagian dibuang sebagai sampah yang

menyebabkan kotor dan bau. Di pasar semimodern dan modern semua bahan mentah

sudah dikemas yang ditempatkan dalam tempat pendinginan sehingga terhindari dari

kesan kotor dan tidak menimbulkan bau. Menurut responden, faktor kesegaran dan

dapat memilih menjadi pertimbangan bagi pembeli

Sirkulasi. Pasar tradional yang semrawut juga menjadi perhatian responden

karena merasa gerah dan tidak nyaman dengan suasana tersebut. Sebaliknya pasar

semimodern dan modern menata barang menurut kelompok bahkan didukung oleh

pendingin ruang untuk kenyamanan pelanggan. Para responden berharap agar

pengelola pasar mampu mengatur pedagang yang menggunakan lorong bagi pejalan

kaki karena mengurangi kenyamanannya bahkan dapat pula meningkatkan risiko

kecopetan dalam keadaan berdesakan. Faktor keamanan sangat terjamin di pasar

semimodern dan modern sebagai bagian dari promosi untuk menarik pelanggan.

Pedagang menggunakan toko sebagai tempat berjualan sekaligus gudang

sehingga memberi kesan sumpek dan berisiko kerugian besar jika terjadi kebakaran.

Bagi pedagang, keadaan ini menggambarkan ‘kemakmuran’ tokonya sehingga agak

sukat mengubah perilakunya. Mereka yakin dengan banyak ragam dan jumlah barang

Page 11: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 11

akan menarik pelanggan dan mempertahankan kelangsungan usaha. Keadaan ini dapat

menggambarkan toko dengan pelayanan penuh yang disebut ‘one stop shopping’

namun jika keadaan ini mengganggu ruang pembeli dan risiko kepada penjualnya maka

pengelola pasar perlu menertibkannya.

Keamanan dan kenyamanan. Sebagian besar responden mengakui tingkat

keamanan dan kenyamanan di pasar tradisional lebih rendah daripada pasar

semimodern dan modern namun kejahatan diakuinya jarang terjadi. Pasar semimodern

dan modern menyediakan petugas yang mengawasi pengunjung yang keluar masuk

sehingga kejahatan dapat diantisipasi. Responden mengakui pula tingkat kenyamanan

di pasar tradisional kurang karena faktor pencahayaan dan sirkulasi udara. Walaupun

faktor keamanan dan kenyamanan kurang terpenuhi namun mereka mengakui tetap

menyukai pasar tradsional terutama untuk belanja keperluan harian.

Kenyamanan juga terkait dengan ketersediaan faktor penunjang seperti akses

yang mudah dan langsung dengan pelayanan angkutan. Bahkan ada pula anak-anak

yang mau membawakan barang belanja dengan memberi sedikit tips sebaliknya di

pasar modern tersedia kereta untuk membawa belanjaan sampai ke tempat parkir tanpa

bayaran. Di pasar tradisional tersedia pula tempat jajan walaupun di pasar modern lebih

baik keadaannya namun faktor harga dan rasa mungkin jadi pertimbangan tertentu.

Tempat parkir diakui mereka bermasalah baik di pasar tradisional dan semimodern dan

modern karena terbatasnya lahan pasar untuk tempat parkir.

Sarana sosial seperti tempat beribadah umumnya tidak disediakan untuk

pengunjung karena waktu berbelanja relatif singkat antara setengah sampai dua jam

umumnya pagi hari. Tempat istirahat termasuk arena bermain anak juga tidak tersedia

di pasar tradisional sebaliknya pasar modern menyediakan tempat beribadah dan

tempat istirahat berupa bangku tempat duduk. Ini kelengkapan standar yang harus

disediakan oleh pengelola pasar modern karena fungsinya juga wadah rekreasi bagi

masyarakat. Kelengkapan itu berkait pula dengan waktu operasinya dari siang sampai

malam sebaliknya pasar tradisional beroperasi dari pagi sampai sore saja.

Pengunjung. Sebagian besar pengunjung pasar tradisional adalah ibu rumah

tangga terutama mereka yang tidak bekerja. Pada hari libur jumlah pengunjung

meningkat karena ibu rumah tangga yang bekerja juga menyempatkan diri berbelanja

ke pasar tradisional untuk mengisi lemari pendingin mereka. Kunjungan sangat tinggi

menjelang perayaan keagamaan karena ibu rumah tangga harus memasak untuk

keluarganya sebagai perlambang kesejahteraan keluarga. Kunjungan ke pasar modern

Page 12: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 12

kadang-kadang untuk mengetahui perkembangan mode terkini selain mengecek harga

karena pasar modern memajang semua barang termasuk harganya.

Sebagian besar pengunjung pasar modern adalah remaja dengan berbagai

kepentingannya dan ‘orang kampung’ karena fungsi pasar tersebut sebagai wadah

berbelanja dan rekreasi. Jumlah pengunjung ke pasar modern semakin meningkat jika

digelar ‘pesta diskon’ karena dipercayai harga barang-barang tertentu memang lebih

murah. Walaupun mempromosikan ‘diskon’ tidak selamanya barang-barang tersebut

lebih murah karena terkait dengan strategi penjual menarik pengunjung. Peningkatan

kunjungan ke pasar modern juga dipengaruhi oleh suguhan tertentu seperti pegelaran

musik atau perlombaan tertentu di plazanya..

Pedagang atau penjual. Di pasar tradisional umumnya pedagang sekaligus

penjual termasuk anggota keluraga yang membantu sebagai penjual. Sebaliknya pasar

semimodern dan modern merekrut tenaga penjual yang sudah dilatih menjadi penjual

profesional. Jumlah pedagang di pasar tradisional sangat banyak termasuk pedagang

kaki lima sebaliknya di pasar semimodern dan modern sangat terbatas bergantung

kepada kemampuan modal dan jaringan bisnisnya. Ini sangat berpengaruh kepada pola

bisnis dimana ketergantungan kepada hasil penjualan sangat tinggi baik untuk

kelangsungan bisnis maupun untuk menghidupi keluarganya.

Sebagian besar penjual yang diwawancarai mengaku bekerja sebagai pramuniaga

karena tidak ada pilihan lain terutama dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang rata-

rata tamat sekolah menengah. Sebagian berpendapat jika ada sektor industri mungkin

mereka akan memilihnya sebaliknya sebagian dari mereka merasa betah dan menyukai

pekerjaan sebagai pramuniaga karena relatif santai dan suasana kerja menyenangkan.

Mereka mengaku tidak akan bekerja selamanya sebagai pramuniaga kecuali keadaan

menuntutnya seperti tidak punya sumber lain termasuk belum punya suami yang akan

menghidupinya.

Pola transaksi. Di pasar tradisional terjadi tawar menawar antara pembeli dan

penjual namun faktor kedekatan emosional sebagai pelanggan biasanya tidak terjadi

penawaran oleh pembeli karena percaya penjual telah memberi harga yang baik. Di

pasar semimodern dan modern ada kebijakan pelabelan harga untuk memberi

kepastian disamping terbatasnya pelayan. Keadaan ini tidak mungkin diterapkan di

pasar tradisional dimana pembeli tidak dapat memilih barang karena tidak tersedia

Page 13: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 13

pajangan barang. Sebagian penjual di pasar tradisional menerapkan pola harga pasti

untuk menghindari tawar menawar yang diakuinya sebagai cara nabi berdagang.

Pola transaksi berkait dengan marjin keuntungan dengan konsekuensi kepada

kemampuannya meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Di pasar tradisional, kemampuan

mengikat pelanggan akan membantu mencapai marjin keuntungan berdasarkan skala

ekonomi sebaliknya penjual yang ‘menerkam’ pembelinya hanya memperoleh marjin

besar. Di pasar semimodern terjadi pembedaan harga yang relatif murah untuk barang

kebutuhan harian karena menimbang skala sebaliknya barang lain pada harga normal.

Kebijakan ini menarik sebagian pembeli di pasar tradisional untuk beralih terutama

untuk kegiatan belanja bulanan barang keperluan harian.

Keuntungan. Sebagian besar pedagang di pasar tradisional mengaku berdagang

sekarang ini tidak dapat membuatnya menjadi ‘orang kaya’ kecuali mampu

meningkatkan kehidupan dari masa ke masa. Sebagian lainnya mengaku tidak mampu

memperkirakan keadaan masa depan karena persaingan semakin ketat termasuk

kemungkingan beralihnya pelanggan mereka ke pasar semimodern dan modern.

Keuntungan pedagang di pasar semimodern dan modern atas dasar kalkulasi dengan

skala besar dikurangi biaya operasi dan promosi dimana efisiensi dan efektivitas sangat

menentukan kelangsungan bisnisnya.

Sebagian dari pedagang di pasar tradisional tidak memiliki catatan yang

memadai bahkan ada yang tidak membuat catatan penjual dan pembelian. Keadaan ini

amat membahayakan dalam jangka panjang karena sukar menghitung keuntungan yang

sebenarnya. Walaupun demikian ada kiat tertentu dengan cara menabungkan sebagian

keuntungan atau terlibat dalam julo-julo atau arisan uang, Hanya mereka yang mampu

mengendalikan kegiatan bisnis dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti berjudi

atau kawin batambuah dapat bertahan. Selain itu juga berkait dengan kemampuan

menjaga kepercayaan dari pemasok yang memberi hutang.

Kebijakan publik. Sebagian besar pedagang pasar tradisional amat berharap

agar kebijakan publik dapat melindunginya dari persaingan yang mematikan dengan

pasar semimodern dan modern. Bentuk perlindungan tersebut antara lain pembatasan

jumlah pasar semimodern dan modern disamping lokasinya yang tidak berdekatan

dengan pasar tradisional. Menurut mereka pelangganmya terikat dengan faktor lokasi

yang berkait dengan akses dan interaksi terutama kemudahan angkutan umum. Mereka

Page 14: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 14

mengharapkan agar suasana pasar diperbaiki terutama berkait dengan faktor

kenyamanan pengunjung disamping faktor keamanannya.

Kebijakan lainnya berkaitan dengan spesialisasi antara produsen, distribusi dan

perdagangan, konsumen. Sangat sedikit yang ingin menjadi produsen karena lemahnya

perlindungan untuk meningkatkan kesejahtearaan produsen. Sebagian dari mereka

menjadi pedagang karena lebih mudah termasuk besaran modal usaha dan dapat

mengendalikan risiko berdasarkan modalnya berbanding sebagai produsen. Sifat

ekonomis tersebut menyebabkan sangat banyak pedagang di pasar tradisional terutama

pedagang kaki lima. Pemerintah perlu mengendalikan jumlahnya karena persaingan

seterusnya tingkat keuntungan ditentukan pula oleh jumlah pedagang.

Pasar Raya Padang Pasca Gempa 30 September 2009

Pemko Padang akan segera membangun Pasar Inpres I, II dan III di kawasan Pasar

Raya Padang yang runtuh akibat gempa 30 September 2009 lalu dengan bangunan

berlantai empat. Sebelum proses pembangunan dilaksanakan, Pemko Padang telah

mendatangkan konsultan nasional untuk mengkaji dan menganggarkan pagu dananya

dengan membuatkan studi kelayakan dengan umur pakai 30-40 tahun. Walikota

Padang, Fauzi Bahar mengemukakan hal itu dalam jumpa pers di Aula Balaikota Padang,

Dikatakan, dibangunnya pasar Inpres I, II dan III direncanakan empat lantai memiliki

2.000 unit kios yang dileng kapi tangga elektronik berupa lift, drainase dan penerangan

listrik dan pada lantai IV akan dibangun shelter. "Shelter dibangun, sekaligus tempat

pendaratan helikopter atau sebagai tempat evakuasi tsunami bagi warga pada radius 1

kilometer yang bisa menampung 12.000 warga,"

Dalam pembangunan pasar tradisioanl ala modern ini akan dibangun di atas

tanah seluas 13.600 m2 menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) “Dengan adanya peninjauan kali ini, Pemko Padang bersama konsultan

dapat menganggarkan pagu dananya sehingga dalam waktu dekat ini didapatkan hasil

studi kelayakan. Setelah itu Pemko Padang akan mengajukannya ke pusat,” Dalam

pembangunan Pasar Raya Padang yang rusak itu tidak ditenderkan, kendati dana

pembangunannya berasal dari APBN sebesar Rp232 miliar lebih Jika ditenderkan jelas

akan menghabiskan waktu sampai enam bulan lebih, sementara pasar tersebut

pascagempa mendesak dibangun guna menyelamatkan kegiatan perekonomian di Kota

Page 15: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 15

Padang, katanya lagi. Setelah didapatkan hasil studi kelayakan ini, Pemko Padang akan

mengajukannya ke pemerintahan pusat.

Pasar tersebut statusnya tetap pasar tradisional (milik pemerintah-Red). Bukan

sebaliknya, pasar modern karena yang mengelolanya bukan pihak ketiga (investor),

imbuh Walikota Terkait masalah kepemilikan, Fauzi mengingkatkan pedagang jangan

sampai hilang kartu kuning dan kalau tempat ber jualan rusak (rubuh-Red) hendaknya

bisa bertahan di tenda darurat Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan akan melakukan

pendataan siapa pedagang yang masih aktif berjualan di Pasar Raya Padang, imbuh

Fauzi Koordinator konsultan gedung dan bangunan, Bambang mengemukakan,

pihaknya akan mengeluarkan hasil studi ke layakan di awal tahun 2010 mendatang ka

rena sekarang pihaknya tengah melakukan survei dan proses penghitungan pagu dana

pembangunan pasar tradisional ala modern Ia mengatakan studi kelayakan untuk

merehabilitasi Pasar Inpres I, II, dan III yang hancur memakai sekitar Rp700 juta lebih.

“Kegiatan studi kelayakan meliputi se gala sesuatu yang dilakukan mulai dari gambaran

menyeluruh mengenai layak atau tidaknya pasar tersebut direhab, bagai mana pasar

tersebut dibangun dari sisi ma najemen organisasi, manajemen keuangan, sumber daya

manusia,

Page 16: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 16

POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM

KEBIJAKAN INDUSTRI PARIWISATA DAERAH

Studi Kasus Pariwisata Sumatera Barat

Pendahuluan

World Tourism and Trade Center (WTTC) menyatakan bahwa sektor pariwisata

saat ini merupakan industri terbesar didunia, sektor ini telah menjadi salah satu

penggerak utama perekonomian abad 21 bersama dengan industri telekomunikasi dan

teknologi informasi. Perkembangan industri pariwisata yang sangat dinamis dan terus

diperkuat oleh kemajuan tingkat kesejahteraan ekonomi didunia, menjadikan pariwisata

memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa didunia.

Pariwisata bahkan dimasukkan kedalam hak azazi manusia sebagaimana dinyatakan

oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa “where once travel was

considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”.

Sumatra Barat (Sumbar) sebagai daerah yang sudah dikenal sebagai salah satu

daerah tujuan wisata nasional tentu saja menyadari prospek pariwisata sebagai

unggulan daerah masa depan. Liberalisasi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

oleh Sumbar terutama (satu-satu nya?) adalah keindahan alam (natural beauty), namun

keindahan alam yang kita miliki tersebut belumlah dikelola secara maksimal. Sumatera

Barat memiliki banyak sekali potensi wisata alam seperti gunung, lembah/ngarai, pantai,

laut, goa, sungai, air terjun, danau dan hutan yang masih belum berkelanjutan

(sustainable) untuk dikembangkan.

Realitas Faktual dan Persoalan Pariwisata

Ketersediaan prasarana dan sarana untuk itu jelas memegang peranan yang

penting, dengan demikian diharapkan adanya usaha yang aktif bagi pemerintah daerah

di Sumatera Barat untuk menjamin keberlangsungan faktor-faktor pembangunan

pariwisata tersebut. Dengan menggunakan 8

Page 17: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 17

indikator seperti yang sudah dijelaskan di atas, masih terlihat sejumlah kelemahan

mendasar dalam pengelolaan pariwisata selama ini. Ini dengan dengan mudah dapat

kita saksikan di sejumlah objek wisata yang ada, dimana objek-objek tersebut

kebanyakan tidak diurus secara baik, malah kadang terkesan dibiarkan terbengkalai

begitu saja. Belum lagi kurangnya perhatian akan masalah kebersihan di sejumlah

pantai-pantai yang menjadi objek wisata.

Keamanan dan kenyamanan (kepuasan) merupakan salah satu faktor penting

bagi wisatawan selama berkunjung. Karena tujuan dan motivasi utama berwisata itu

sendiri untuk bersenang-senang (leisure), relaksasi, dan memperoleh kenyamanan

setelah penat menjalani rutinitas (bekerja) dan alieanasi dalam jangka waktu tertentu di

lingkungan kerja. Akan tetapi faktor ini sering terabaikan dalam realitas kepariwisataan

di Sumatera Barat. Banyak wisatawan yang memperoleh perlakukan yang tidak

mengenakkan di terminal bus, bandar udara oleh para calo ataupun para petugas

lainnya. Di kota Padang sebagian besar sopir taksi tidak menggunakan tarif resmi dalam

menetapkan ongkos kepada penumpang. Belum lagi kasus-kasus kecopetan uang dan

kamera yang sering dialami oleh turis asing di berbagai objek wisata atau tempat

penginapan. Malah harus diakui, dalam hal pelayanan di berbagai hotel dan restoran

sekalipun masih sering dijumpai sejumlah kelemahan terutama yang menyangkut

lambannya pelayanan kepada konsumen. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai

profesionalisme dalam manajemen pengelolaan industri jasa ini harus lebih

ditingkatkan, misalnya melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat reguler dan

berkelanjutan.

Merujuk kepada konsep yang dikemukakan oleh Wahab tentang ketersediaan

general infrastructures dan basic needs of civilized life untuk wilayah propinsi Sumatera

Barat secara umum sebenarnya sudah lumayan memadai. Jaringan jalan sudah

menjangkau seluruh objek wisata sekalipun yang berada di pelosok pedesaan dengan

kondisi yang baik. Demikian juga halnya dengan sistem telekomunikasi yang sudah

semakin lancar, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Akan tetapi yang

perlu menjadi catatan adalah pelayanan birokrasi pemerintah yang diberikan masih jauh

dari standar memadai dan memuaskan. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain,

petugas imigrasi, bea dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan pejabat-pejabat

pemerintah lain yang berkaitan dengan pelayanan kepada wisatawan. Layanan yang

diberikan petugas dan aparat pemerintah setempat merupakan cerminan bagi

wisatawan akan “citra” daerah itu sendiri setelah mereka pulang.

Page 18: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 18

Tingkat kepuasan yang diperoleh wisatawan selama kunjungan tentu saja akan

mempengaruhi keputusan mereka berikutnya untuk melancong di masa-masa akan

datang. Ini tentu saja akan mengakibatkan menurunnya tingkat kunjungan yang

selanjutnya berkurangnya devisa dan pemasukan bagi negara. Sebaliknya imej yang

terbentuk bersifat positif bagi wisatawan tersebut, dengan sendirinya akan menjadi

promosi bagi keluarga dan kerabat untuk ikut berkunjung di masa-masa datang.

Berdasarkan hasil beberapa riset pariwisata yang dilakukan terhadap wisatawan (turis

asing) membuktikan, bahwa sumber utama informasi tentang daerah (negara) yang

akan mereka kunjungi justru diperoleh dari teman-teman dan keluarga. Sumber

informasi lain yang persentasenya lebih rendah adalah lewat biro-biro perjalanan (tour

agency), buku pemandu wisata serta TV dan internet.

Merujuk ke persoalan di atas sudah saatnya pemerintah daerah Sumatera Barat,

melalui pejabat yang bertanggung jawab, melakukan berbagai pembenahan dalam

sebuah kerangka berpikir penuh kesadaran dan tanggungjawab untuk memajukan

dunia pariwisata Sumatera Barat.

Berdasarkan data statistik tingkat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia

mencapai angka 5,2 juta (tahun 2003). Dari angka tersebut propinsi Sumatera Barat

hanya memperoleh bagian kunjungan wisatawan asing sekitar 20-30 ribu setahunnya

atau hanya 0,5 % dari angka nasional. Padahal daerah ini memiliki kondisi alam yang

potensial (marketable) dengan dukungan infrastruktur memadai serta aksesibilitas yang

memungkinkan. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu usaha serius dalam merumuskan

berbagai kebijakan yang nantinya untuk diimplementasikan dalam sejumlah program

pariwisata yang realistis dan available.

Permasalahan

Pertumbuhan Industri pariwisata di Sumbar beberapa dekade ini terasa berjalan

di tempat. Penanganan yang semrawut ditengarai sebagai biang keladi semakin

lemahnya daya saing industri pariwisata sumbar dibanding dengan sektor lainnya.

Meskipun begitu dari data PDRB tahun 2006 industri pariwisata masih menempati

peringkat dua setelah pertanian sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dengan banyaknya keindahan alam yang belum diolah dengan baik, tentu saja Industri

pariwisata masih memiliki potensi yang lebih kuat untuk melampaui sektor pertanian

Page 19: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 19

sebagai sektor utama unggulan Sumatera Barat. Dengan segala keunggulan dan

kompetensi Sumatra Barat dalam menyediakan daya tarik wisata yang gejalanya secara

global memperlihatkan kembali ke alam (back to nature), sebuah peluang terbentang

dihadapan kita bersama. Sekarang tinggal bagaimana kita mengolah dan memanfaatkan

keindahan alam yang terbentang agar tidak sia-sia.

Untuk itu sebagai bahan diskusi kita coba memaparkan akar permasalahan maupun

kelemahan berbagai aspek pengelolaan wisata Sumatera Barat selama ini.

A. Aspek Pelaksanaan Otonomi Daerah

1. Pembagian kewenangan pemerintah, propinsi dan kabupaten/kota di bidang

pariwisata belum didukung dengan pedoman pelaksanaan yang jelas sehingga timbul

berbagai penafsiran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mekanisme hubungan kerja baik secara vertikal, horizontal belum tertata dengan baik,

menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan koordinasi/keterpaduan.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Sumbar sampai sekarang

masih terkendala sehingga kalau belum ditetapkan dikhawatirkan akan terjadi tumpang

tindih dalam mengembangkan objek wisata. Belum ditetapkannya RIPDA yang diajukan

oleh Dinas Pariwisata Sumbar ini akan mempengaruhi kebijakan serupa yang sedang

disusun oleh kabupaten/ kota.

2. Pengelolaan pariwisata baik dari aspek manajemen maupun teknis belum sepenuhnya

didukung dengan sumber daya manusia yang profesional.

B. Aspek Keterpaduan Pengelolaan

1. Penanganan pariwisata yang bersifat dinamis, multidimensional dan kompleks belum

didukung/berlandaskan kesamaan visi oleh aparat pemerintah (pusat, propinsi,

kabupaten/kota), kalangan industri pariwisata dan masyarakat, menyebabkan timbulnya

egoisme sektoral, kesalahan pemahaman terhadap substansi inti.

Page 20: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 20

2. Kebijakan, pedoman dan standar-standar teknis pariwisata belum didukung oleh

sistem informasi yang memadai (teknologi informasi) sehingga me-nyebabkan

sosialisasinya kurang efektif dalam rangka mewujudkan kesamaan pandangan dalam

pengelolaan pariwisata maupun dalam promosi.

Ini memang masalah yang elementer sekali di Sumbar dimana penerapan

teknologi informasi sangat minim. Data yang disajikan WTO terdapat hal yang menarik

yakni bahwa dikenali adanya 4 negara kelompok besar penyumbang wisatawan dunia

yakni Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Inggeris yang menyumbangkan 41% dari

pendapatan pariwisata dunia. Dari segi teknologi, keempat negara inipun merupakan

negara-negara terbesar pengguna teknologi informasi- internet, yakni 79 persen dari

populasi internet dunia (tahun 1997) k.l. 130 juta pengguna internet. Angka-angka ini

memperlihatkan memang ada korelasi yang erat antara pemakaian teknologi informasi

dengan peningkatan jumlah wisatawan di suatu negara. Internet memberikan semua

informasi yang dibutuhkan dalam dunia pariwisata. Hingga dikenal new truth dari

marketers pariwisata yakni;

“ if you are not online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web

then it may well be ignored by the millions of people who now have access to the

internet and who expect that every destination will have a comprehensive presence on

the Web. The Web is the new destination marketing battleground and if you are not in

there fighting then you cannot expect to win the battle for tourist dollars”

C. Aspek Peran Serta Masyarakat

1. Kurangnya apresiasi pemerintah terhadap peran serta masyarakat, dimana masyarakat

lokal serta pengusaha kecil menengah kurang diberi kesempatan untuk terlibat sebagai

pelaku industri usaha jasa pariwisata.

Pemerintah sebagai regulator selama ini mempercayai indikator keberhasilan pariwisata

adalah jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel berbintang, jumlah uang yang

dibelanjakan dll. Jadi pemerintah belum menempatkan tolak ukur keberhasilan dari

kesejahteraan masyarakat yang bersentuhan langsung dengan wisatawan (terutama

penduduk sekitar). Kesalahan cara berfikir para stakeholder pariwisata yang berfikir

pragmatis bahwa pengembangan pariwisata dikatakan sukses apabila mampu

mendulang investor sebanyak-banyaknya. Tanpa melihat bahwa sesungguhnya

Page 21: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 21

masyarakat pemilik tanah mampu melakukan investasi diatas tanah yang di milikinya

untuk pengembangan wisata.

2. Masih terbatasnya sosialisasi menyebabkan:

a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang potensi daerahnya serta timbulnya ekses

negatif atas keberadaan pariwisata dimata sebagian masyarakat (pengkambinghitaman

ABS – SBK dan Tanah Ulayat/communal).

b. tidak adanya rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat terhadap dunia pariwisata

khususnya dalam budaya pelayanan. Akibatnya buruknya pelayanan menjadi masalah

yang tidak pernah terselesaikan. Efek dari keadaan ini bisa dilihat dari tingginya angka

pelaku copet, tukang palak, WC umum yang kotor, sampah berserakan, harga yang

melonjak seenaknya dll. Hal ini juga disebabkan pemerintah hanya fokus kepada

pembangunan fisik berupa infrastruktur sementara melupakan pembangunan budaya

masyarakat terhadap dunia pelayanan pariwisata (hospitality).

3. Belum dimilikinya pedoman yang komprehensif dalam upaya pengembangan

strategi/program pembangunan pariwisata berbasis masyarakat baik dilihat dari aspek

kriteria, konsep model (karakteristik daerah) maupun pedoman, mencakup: produk,

market, pedoman, pelatihan SDM dan perencanaan bisnis (statement operational

procedure) menyebabkan tersendatnya upaya pening-katan peran serta masyarakat di

bidang pariwisata.

Disini muncul pertanyaan apakah sebelum merumuskan program sudah terlebih dahulu

di lakukan survey dan riset mendalam terhadap masyarakat sebagai komponen

terpenting?

D. Aspek Promosi

1. Dana yang tersedia bagi pengembangan pariwisata sangat minim, dalam RAPBD

tahun 2006 hanya tersedia Rp 13 M itupun hanya tersedot oleh biaya operasional (65 %)

dan pembangunan infrastruktur belaka (35%).

2. Promosi selama ini dilakukan tidak terarah & fokus.

Page 22: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 22

Selama ini marketnya terlalu luas demi mengejar pangsa pasar global. Dengan dana

yang minim adalah mustahil untuk menggarap promosi secara tuntas ditataran dunia

yang begitu luasnya. Sepertinya belum terpikirkan perumusan target pasar yang

objektif. Misalnya dengan fokus menggarap hanya 3 negara yang paling potensial

contohnya Jepang, Belanda, malaysia, yang selama ini merupakan daftar pengunjung

wisatawan terbanyak. Secara sederhana pembagian upaya promosi misalnya akan dapat

ditempuh langkah-langkah dimana pemerintah pusat melakukan country-image

promotion, daerah melakukan destination promotion sesuai dengan keunggulan daerah

masing-masing, sedangkan industri atau swasta melakukan product promotion masing-

masing pelaku industri.

Itulah barangkali peta permasalahan yang bisa diuraikan pada kesempatan ini. Memang

tidak menyeluruh namun ada beberapa poin yang penting dan mendasar sekali

sehingga perlu mendapat perhatian kita bersama .

Optimalisasi Peran Masyarakat

Sesungguhnya jika memahami persoalan yang ada banyak hal yang bisa kita

lakukan demi memajukan industri pariwisata Sumbar. Hal yang mendasar sekali adalah

melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata tersebut. Dengan membentuk

Community Based Tourism Development (CBT) akan mampu meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup

masyarakat. Selain itu CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan

keputusan, dan dalam perolehan bagian pendapatan terbesar secara langsung dari

kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan demikian CBT akan dapat menciptakan

kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan membawa dampak positif terhadap

pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan

mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari peningkatan kegiatan pariwisata.

Selama ini pemerintah hanya melibatkan pelaku besar (hotel berbintang, Tour &

Travel, Restoran besar) dalam merangsang pertumbuhan pariwisata. Tentu saja

keuntungan/manfaat dunia wisata Sumbar saat ini hanyalah dinikmati oleh segelintir

orang itu saja. Padahal esensi industri pariwisata itu sendiri adalah demi kesejahteraan

seluruh lapisan masyarakat. Bagaimana agar semua elemen masyarakat mulai dari yang

terbesar hingga yang terkecil semua bergerak menjadi bagian dalam suatu system dan

Page 23: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 23

menuai pendapatan/kesejahteraan dari apa yang dinamakan industri pariwisata

tersebut.

Yang perlu diperhatikan juga, saat ini telah terjadi perubahan consumers-

behaviour pattern atau pola konsumsi wisatawan dunia . Mereka tidak lagi terfokus

hanya ingin santai dan menikmati sun-sea and sand, saat ini pola konsumsi mulai

berubah ke jenis wisata yang lebih tinggi, yang meskipun tetap santai tetapi dengan

selera yang lebih meningkat yakni menikmati produk atau kreasi budaya ( culture ) dan

peninggalan sejarah ( heritage ) serta nature atau eko-wisata dari suatu daerah atau

negara. Sesungguhnya culture dan heritage ini adalah nyawanya atau “roh” dari

kegiatan pariwisata Indonesia dan Sumbar khususnya. Tanpa adanya budaya maka

pariwisata akan terasa hambar dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk

dikunjungi. Sepertinya kembali merumuskan daya tarik wisata Sumbar adalah sesuatu

yang musti dilakukan secepatnya.

Oleh karena itu kita berharap dengan dibentuknya Masyarakat Pencinta

Pariwisata Sumbar (MAPPAS) ini, keberpihakan pemerintah sebagai regulator kepada

masyarakat akan semakin nyata. Untuk memenuhi harapan kita bersama itu terlebih

dulu musti jelas positioning MAPPAS dalam menjalan kan program2nya. Apakah hanya

sekedar menjadi lembaga think tank Gubernur atau menjadi sebuah Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang tentu saja bergerak berbasiskan masyarakat demi meningkatkan

taraf hidup masyarakat (empowering the grass root). Positioning itu mendasar sekali

karena dengan posisi sangat menentukan langkah langkah apa yang akan ditempuh

MAPPAS nantinya

Penutup

Demikianlah sedikit pemikiran untuk dijadikan bahan acuan kita bersama dalam

membahas kemungkinan akselerasi pertumbuhan pariwisata Sumbar di forum ini.

Dengan meningkatkan kemampuan dibidang ini diharapkan upaya pemulihan

perekonomian masyarakat akan dapat segera diwujudkan.

Pekerjaan ini memang dirasa sangat sulit dan memakan banyak waktu. Oleh

karena itu mari kita nantikan dan dukung kebijakan/program MAPPAS dalam rangka

mendorong terciptanya daerah wisata Sumbar yang sarat dengan nilai lokal dan simbol

Minangkabau nan humanis

Page 24: Revitalisasi Pasar Tradisional Dan an Sektor Pariwisata Kasus Pasar Raya Padang Dan Sektor Pariwisata Sumbar

Tugas Ekonomi Regional dan Perkotaan 24

Referensi

− Setiyanto, Y. Joko,2008.Masa Depan Pasar Tradisional.ASPARINO ( Asosiasi

Pengelola Pasar Indonesia),jakarta

− Sugianto,2009.Revitalisasi Pasar Tradisional.harian kontan

− S, zainuddin.Fil. M.si, 2009.Pasar Tradisional di antara Raksasa global.

padangtoday.com

− Fashbir Noor Sidin, 2000. Ekonomi Perkotaan. Buku Ajar di Fak. Ekonomi Unand

− Fashbir Noor Sidin, 2008. Mengembangkan Pasar Modern Dan Melindungi Pasar

Tradisional Dilematika Kebijakan Pembangunan Ekonomi Lokal. abstrak

− Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

− Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata. Bandung : Penerbit

Mandar Maju.

− Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

− Wahab, Salah. 1975. Tourist Management. London : Tourist International Press.

− Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005), Rencana Strategis

Pembangunan Kebudayaan danPariwisata Nasional 2005 – 2009, Jakarta.

− Porter, Michael E. (2004), Competitive Advantage: Creating and Sustaining

Superior Performance, with a new introduction, copyright 1985, Free Press

Publishing, New York.

− Pembangunan Sektor Pariwisata Di Era Otonomi Daerah