revisi_term paper_gilut sirajul munir & yana asmawaty

Upload: erlina-ratmayanti

Post on 10-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    1/33

    TUGAS

    OBAT-OBAT YANG SERING DIGUNAKAN DALAM

    ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

    Oleh:

    Yana Asmawaty

    Sirajul Munir

    Pembimbing:

    dr. Andi Irawan, Sp.FK

    Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi

    Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

    Samarinda

    2010

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    2/33

    OBAT-OBAT YANG SERING DIGUNAKAN DALAM

    ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

    Ilmu kesehatan gigi dan mulut adalah ilmu yang mempelajari gigi dan mulut

    termasuk perawatan karena sakit, rehabilitasi dan meratakan gigi. Di dalam tugas ini

    akan dibahas tentang obat-obat yang sering digunakan dalam perawatan gigi dan

    mulut tersebut.

    I. Golongan Antibiotik

    a. Beta Lactam

    Penicillin

    Ampicillin

    Amoxicillin

    Cephalosforin

    Generasi pertama (Cepadroxil)

    b. Tetracycline

    Tetracycline

    c. Makrolide

    Erythromycin

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    3/33

    AMPICILLIN

    1) Farmakodinamik

    Ampisilin termasuk golongan penisilin semisintetik yang berasal dari inti

    penisilin yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum

    luas yang bersifat bakterisid.

    Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap

    penisilina G dan bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :

    a) Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus yang

    tidak menghasilkan penisilinase.

    b) Kuman gram-negatif seperti gonokokus, H. influenzae, beberapa jenis E. coli,

    Shigella, Salmonella dan P. mirabilis.

    Ampicillin mampu menembus Gram-positif dan Gram-negatif bakteri. Ia

    berbeda dari penisilin karena adanya asam amino. Asam Amino membantu

    menembus selaput luar dari bakteri gram-negatif. Ampicillin bertindak sebagai zat

    inhibitor kompetitif dari enzim transpeptidase. Transpeptidase diperlukan oleh

    bakteri untuk membuat dinding sel. Dengan dihambatnya tahap akhir dari sintesis

    dinding sel bakteri, yang akhirnya mengarah ke sel lysis.

    2) Farmakokinetik

    Jumlah ampicillin dan senyawa sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian

    oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna.

    Dengan dosis lebih kecil persentase yang diabsorpsi relative lebih besar. Adanya

    makanan dalam saluran cerna akan menghambat absopsi obat sehingga terabsorpsi

    secara lambat di saluran cerna.

    Ampicillin juga didistribusikan luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh

    protein plasma hanya 20%. Ampicillin yang masuk ke dalam empedu mengalami

    sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresikan bersama tinja jumlahnya cukup

    tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada keadaan peradangan

    meningen. Pada bronchitis atau pneumonia, ampicillin di sekresi ke dalam sputum

    http://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Gram-positive&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhh0G3BzHbfv1mnqlXWwCc7kixMThAhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Gram-negative&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhg5on2Dweoao489SpJ1ueS-of-ChQhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Amino&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhjihSF6QlK43XrknrPDKUnjRgNOVQhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Cell_wall&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhgL04x3H0FEUJh0jL2nHPHHnAJGvwhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Lysis&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhgqKnts04cPhN7wHHF2E1Vtlw_BrQhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Gram-positive&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhh0G3BzHbfv1mnqlXWwCc7kixMThAhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Gram-negative&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhg5on2Dweoao489SpJ1ueS-of-ChQhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Amino&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhjihSF6QlK43XrknrPDKUnjRgNOVQhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Cell_wall&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhgL04x3H0FEUJh0jL2nHPHHnAJGvwhttp://209.85.173.101/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Lysis&prev=/search%3Fq%3Dampicillin%26start%3D90%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DfDe%26sa%3DN&usg=ALkJrhgqKnts04cPhN7wHHF2E1Vtlw_BrQ
  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    4/33

    sekitar 10% kadar serum. Bila diberikan sesaat sebelum persalinan, dalam satu jam

    kadar darah fetus menyamai kadar darah ibunya. Pada bayi prematur dan neonatus,

    pemberian ampicillin menghasilkan kadar darah yang lebih tinggi dan bertahan lebih

    lama dalam darah.

    Ampicillin mempunyai t 1 1,9 jam, secara parsial di metabolisme di

    hepar, dan di ekskresikan terutama melalui urine, disingkirkan melalui hemodialisis.

    3) Indikasi

    Infeksi pada rongga mulut dan rahang; misalnya infeksi periapikal, infeksi

    periodontal, abses dentogen, abses gingival dll.

    4) Kontraindikasi

    Kontraindikasi dari ampicillin adalah hipersensitif terhadap penisilina.

    5) Efek Samping

    Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan

    yang bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya

    pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5

    hari setelah pengobatan dihentikan. Gangguan pada saluran pencernaan seperti

    glossitis, stomatitis, mual, muntah, enterokolitis, kolitis pseudomembran, diare.

    Kadang-kadang disertai gelisah, colitis, kebingungan, kejang, pusing, masalah hati

    dan penyakit kuning, fungal infeksi, ruam, perubahan warna gigi pada anak-anak, dan

    hilangnya nafsu makan. Pada penderita yang diobati dengan Ampisilin, termasuk

    semua jenis penisilin dapat timbul reaksi hipersensitif, seperti urtikaria, eritema

    multiform. Syok anafilaksis merupakan reaksi paling serius yang terjadi pada

    pemberian secara parenteral.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    5/33

    6) Dosis Obat

    Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan sampai 1 jam sebelum makan.

    Terapi oral

    Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :

    o 250 - 500 mg setiap 6 jam.

    o Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang : 50 - 100 mg/kg BB

    sehari, diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

    o Pada infeksi yang berat dianjurkan diberikan dosis yang lebih tinggi.

    Terapi parenteral

    Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :

    Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit: 250 - 500 mg

    setiap 6 jam.

    Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg

    setiap 6 jam.

    Septikemia dan bakterial meningitis : 150 - 200 mg/kg BB sehari

    dalam dosis terbagi setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3

    hari selanjutnya secara i.m.

    Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang :

    Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 25 - 50 mg/kg

    BB sehari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

    Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 50 - 100

    mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

    Septikemia dan bakterial meningitis : 100 - 200 mg/kg BB sehari

    dalam dosis terbagi setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3

    hari selanjutnya secara i.m.

    Bayi berusia 1 minggu atau kurang : 25 mg/kg BB secara i.m./i.v.

    setiap 8 - 12 jam.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    6/33

    Bayi berusia lebih dari 1 minggu : 25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap

    6 - 8 jam.

    7) Bentuk sediaan Obat

    Sirup : 125 mg/5 ml, 250 mg/5 ml

    Tablet : 250 mg

    Capsul : 250 dan 500 mg.

    Serbuk injeksi : 500 mg/vial, 1gram/vial

    8) Interaksi Obat

    a) Allopurinol: Peningkatan kemungkinan ruam kulit, khususnya di

    hyperuricemic pasien yang mungkin terjadi.

    b) Antibiotik Bacteriostatic: Chloramphenicol, erythromycins, sulfonamides,

    atau tetracyclines dapat mengganggu bactericidal efek penicillins. Ini telah

    ditunjukkan dalam melihat, namun klinis penting dari interaksi ini tidak

    didokumentasikan dengan baik.

    c) Oral kontrasepsi: menurunkan efikasi konsentrasi oral sehingga menjadi

    kurang efektif dan peningkatan terobosan pendarahan mungkin terjadi.

    d) Tet

    e) Metrotrexat

    f) Antibiotik makrolid : menghambat aktivitas antibakterial ampicillin, sehingga

    berikan ampicillin 3 jam sebelum makrolid

    g) Chloramphenicol : menghambat aktivitas antibakterial, sehingga berikan

    ampicillin 3 jam sebelum chloramphenicol

    h) Atenolol : menurunkan konsentrasi atenolol serum

    AMOXICILIN

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    7/33

    Amoxicillin adalah salah satu aminopenicillin (semisintetik penicilin untuk gram

    negatif, terutama yang telah resisten terhadap penisilinase) yang strukturnya sangat

    berhubungan dengan ampicillin.

    1) Farmakodinamik

    Derivat penicillin yang menginhibisi sintesis dinding sel bakteri. Berdasarkan

    spektrum dari aktivitasnya, amoxicillin digolongkan kedalam aminopenicillin.

    Amoxicillin umumnya mempunyai spektrum dengan tingkat aktifitas yang

    sama dengan golongan penisilin yang lain.

    Pada percobaan in vitro amoxicillin lebih aktif melawan enterococci dan

    Salmonella tetapi kurang aktif dibandingkan ampicillin melawan Shigella dan

    Enterobacter.

    2) Farmakokinetik

    Absorbsi: Amoxicillin umumnya stabil dalam kondisi lambung yang

    asam, dan 74 - 92% dosis oral tunggal dari obat diserap oleh GI track,

    pencapaian puncak konsentrasi serum dari amoxicillin umumnya 2 -

    2.5 lebih tinggi dibandingkan ampicillin. Amoxicillin mencapaipuncak konsentrasi serum biasanya dalam 1 - 2 jam setelah pemberian

    oral kapsul amoxicilli

    Distribusi: amoxicilin berikatan dengan protein 20%

    Metabolieme: sebagian di hepar

    Ekskresi: amoxicilin dieksresi melalui urine, T 1-1,3 jam

    3) IndikasiInfeksi serta peradangan pada rongga mulut dan rahang; misalnya infeksi

    periapikal, infeksi periodontal, abses dentogen, abses gingival dll, dan yang

    hipersensitif pada golongan penisilin.

    4) Efek samping

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    8/33

    Paling sering diare dan rash, urtikaria, nyeri pada tempat injeksi i.m,

    tromboplebitis pada pemberian iv, kandidiasis oral atau vagina

    5) Sediaan dan nama dagang

    Sediaan; kapsul, 250 mg/kapsul, kaptab 500 mg/kaptab, serbuk injeksi,

    1g/vial, sirup kering 125 mg/5 ml sirop kering, 250 mg/5 ml sirop kering.

    Nama dagang; amoksisilin, abamox, abdimox, alphamox, amobiotik, amosine,

    amoxipen, amoxan, amoxipen, bimoxyl.

    ERITROMISIN

    1) Farmakodinamik

    Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan

    berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik

    atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya.

    Spektrum antimikroba. In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram

    positif, seperti Str. Pyogenes dan Str. Viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi

    terhadap eritromisin. S. Aureus hanya sebagian yang peka terhadap obat ini.

    2) Farmakokinetik

    Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktifitasnya hilang

    oleh cairan lambung dan absorpsi diperlambat oleh adanya makanan dalam lambung.

    Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi selaput

    yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan

    dosis oral 500 mg eritromisin basa dapat dicapai kadar puncak 0,3-1,9 g/ml dalam

    waktu 4 jam.

    Hanya 2-5% eritromisin yang diekskresi dalam bentuk aktif melalui urin.

    Eritromisin mengalami pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam cairan

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    9/33

    empedu dapat melebihi 100 x kadar yang tercapai dalam darah. Masa paruh eliminasi

    eritromisin adalah sekitar 1,6 jam. Dalam keadaan insufisiensi ginjal tidak diperlukan

    modifikasi dosis.

    Eritromisin berdifusi dengan baik kejaringan tubuh kecuali otak dan cairan

    cerebrospinal. Kadarnya dalam jaringan prostat hanya sekitar 40% dari kadar yang

    tercapai dalam darah. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah

    5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu. Obat ini dieksresi terutama melalui

    hati. Dialisis peritoneal dan hemodialisis tidak dapat mengeluarkan eritomisin dalam

    tubuh. Pada wanita hamil pemberian eritromisin stearat dapat meningkatkan aktifiatas

    serum aspartat aminotransferase (AST) yang akan kembali ke nilai normal walaupun

    terapi diteruskan.

    3) Indikasi:

    Gangren pulpa, pulpitis

    4) Efek samping

    Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya jarang

    terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem

    yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan

    yang terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan lagi di

    Indonesia). Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya

    berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolesistitis akut, mual dan muntah.

    Kemudian timbul ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia, transaminase plasma

    dan kadar bilirubin meninggi, kolesistogram tidak menunjukkan kelainan. Gejala

    klinis dan patologis sangat mirip dengan gangguan yang ditimbulkan oleh

    klorpromazin. Kelainan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi

    dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat

    tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral (terutama dalam dosis besar) sering

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    10/33

    menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah, dan nyeri epigastrium.

    Suntikan i.m lebih dari 100 mg menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 gr

    dengan infus i.v sering disusul oleh timbulnya tromboflebitis. Ketulian sementara

    dapat terjadi bila eritromisin diberikan dalam dosis tinggi secara i.v.

    5) Dosis dan bentuk sediaan obat

    Preparat Kemasan Posologi/cara

    pemakaian

    Keterangan

    Eritromisin Kapsul/tablet 250

    mg dan 500 mg

    Dewasa 1-2 g/hari,

    dibagi dalam 4

    dosis

    Anak: 30-50 mg/kg

    berat badan seharidibagi dalam 4

    dosis

    Dosis dapat

    ditingkatkan 2x

    lipat pada infeksiberat

    Obat diberikan

    sebelum makan

    Eritromisin stearat Kapsul 250 mg dan500 mg

    Suspensi oral

    mengandung 250mg/5 ml

    Dewasa: 250-500mg tiap 6 jam atau

    500 mg tiap 12 jam

    Anak: 30-50 mg/kgberat badan sehari

    dibagi dalambeberapa dosis

    Idem

    Eritromisin

    etilsuksinat

    Tablet kunyah 200

    mgSuspensi oral

    mengandung 200

    mg/5 ml dalam

    botol 60 mlTetes oral

    mengandung 100

    mg/2,5 ml dalam

    botol 30 ml

    Dewasa:400-800

    mg tiap 6 jam atau800 mg tiap 12

    jam.

    Anak: 30-50 mg/kg

    berat badan seharidibagi dalam

    beberapa dosis

    Obat tidak perlu

    diberikan sebelummakan

    6) Interaksi Obat

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    11/33

    Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid,

    siklosporin, digoksin, warfarin dan teofilin.

    TETRASIKLIN

    1) Farmakodinamik

    Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.

    Terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri Gram-

    negatif; pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui

    system transport aktif. Setelah masuk antibiotic berikatan secara reversible

    dengan ribosom 30S dan memcegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks

    mRNA-ribosom. Hal itu mencegah perpanjangan rantai peptide yang sedang

    tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.

    Efek antimikroba: golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama

    bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi

    obat ini.

    Spectrum antimikroba: tetrasiklin merupakan spectrum antibaktri luas yang

    meliputi Gram-positif dan Gram-negatif, aerob dan anaerob. Selain itu, juga

    aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela, dan protozoa

    tertentu.

    2) Farmakokinetik

    Absorbsi

    Kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Absorpsi ini sebagian besar

    berlangsung di usus halus bagian atas. Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan

    tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung, pH tinggi, pembentukan kelat (kompleks

    tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca, Mg 2+ , Fe 21 ,A13+ , yang

    terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan

    sebelum atau 2jam setelah makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik

    absorpsinya dari sediaan tetrasiklin biasa.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    12/33

    Distribusi

    Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang

    bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin tiap 6jam menghasilkan kadar sekitar2.0-2.5

    g/mL. Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20%

    kadar dalam serum. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat

    golongan ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang,

    serta di dentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus

    sawar plasenta, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi.

    Metabolisme

    Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati.

    Ekskresi

    Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada

    pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan

    tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum.

    Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi

    enterohepatik, maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi

    dihentikan. Bila terjadi obstruksi pads saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan

    mengalami akumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja. Absorpsi

    tetrasiklin tidak lengkap dengan waktu paruh 6-12 jam.

    3) Indikasi, kontraindikasi, efek samping

    Indikasi: Infeksi gingival akau: Acute necritizing ulcerative gingivitis,

    pencegahan pra dan pasca bedah dental

    Efek samping dan kontraindikasi

    Reaksi kepekaan. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin

    ialah erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah

    edema angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula terjadi pada

    waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silang antara berbagai derivat tetrasiklin sering terjadi.

    Reaksi toksik dan iritatif. Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian

    tetrasiklin per ora l, iare seringkali timbul akibat iritasi. Manifestasi reaksi iritatif yang

    lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat

    bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM tanpa anestetik lokal.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    13/33

    Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi

    seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pads granulosit dan

    trombositopenia.

    Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan

    tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi

    setelah pemberian parenteral. Wanita hamil atau masa nifas dengan

    pielonefri tis atau gangguan fungsi ginjal lain cenderung menderita

    kerusakan hati akibat pemberian golongan tetrasiklin. Karena itu tetrasiklin

    jangan diberikan pads wanita hamil kecuali bila tidak ada terapi pilihan

    lain. Golongan tetrasiklin bersifat kumulatif dalam tubuh, karena itu

    dikontraindikasikan pads gagal ginjal. Efek samping yang paling sering

    timbul biasanya berupa azotemia, hiperfosfaternia dan penurunan berat badan.

    Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasi darah dan memperkuat

    efek antikoagulan kumarin. Di duga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat

    kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat

    fisikokimia lipoprotein plasma.

    Tetrasiklin terikat sebagai kompleks Pada jaringan tulang yang

    sedang tumbuh. Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus

    dan anak. Bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai

    dan sering berlanjut sampai umur 7 tahun atau lebih. Timbulnya kelainan

    ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.

    Pada gigi susu maupun gigi tetap, tetrasiklin dapat menimbulkan

    disgenesis, perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya karies.

    Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua. Karena

    itu tetrasiklin termasuk tigesiklin jangan digunakan mulai pertengahan

    kedua kehamilan, masa menyusui dan anak sampai berumur8 tahun.

    4) Interaksi obat

    Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksi fluran maka dapat menyebabkan

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    14/33

    nefrotoksisitas. Bila dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas

    antimikrobanya dihambat.

    Karbamazepin, fenitoin, barbiturat dan alkoholisme kronik menginduksi enzim

    pemetabolisme doksisiklin sehingga waktu paruhnya dapat me mendek

    sampai 50%.

    Pemantauan waktu protrombin diperlukan bila obat ini harus diberikan bersama dengan

    warfarin.

    5) Sediaan dan dosis obat

    CEFADROXIL

    1) Farmakodinamik

    Cefalosforin termasuk antibiotik betalactam yang bekerja dengan cara

    menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sifat anti bakterinya bakterisid. Terutam

    akatif terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S.

    aureus dan streptokokus termasuk Str. Pyogenes, Str. Viridans dan Str. Pneumoniae

    2) Farmakokinetik

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    15/33

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    16/33

    lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Tetapi perlu

    diperhatikan pemakai maupun dokter bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir

    tidak ada.

    1. Farmakodinamik

    Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan

    sampai sedang. Menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang berdasarkan efek

    sentral.

    Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan

    sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang

    lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini,

    demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.

    2. Farmakokinetik

    Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi

    tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan mass paruh plasma antara 1-

    3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol

    terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian

    asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya

    dengan asam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolik

    hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.

    Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan

    sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

    3. Indikasi

    Sebagai analgesik terutama setelah pencabutan gigi, setelah pemasangan kawat

    gigi. Dan sebagai terapi simptomatik pada keadaan infeksi seperti abses gigi,

    gingivitis, gangrene pulpa dan lain-lain.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    17/33

    4. Efek Samping

    Reaksi alergi jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan

    gejaia yang letbih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.

    Toksisitas akut. Terjadi akibat dosis toksik yang paling serius ialah nekrosis hati.

    Nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas

    dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB)

    parasetamol.

    5. Sediaan dan dosis

    Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup

    yang mengandung 120 mg/5 mL. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan

    kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis parasetamol untuk

    dewasa 300 mg-1 g per kali, dengan maksimum 4 g per hari; untuk anak 6-12 tahun :

    150-300 mg/kali, dengan maksimum 2 g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali

    dan bayi di bawah 1 tahun : 60 mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum 6 kali

    sehari.

    III. ANALGESIK ANTIINFLAMASI NONSTEROID

    Farmakodinamika

    Aktivitas antiinflamasi dari AINS tertutama diperantarai melalui hambatan

    biosintesis prostaglandin.

    Farmakokinetika

    Sebagian besar dari obat-obat diserap dengan baik, dan makanan tidak

    mempengaruhi bioavaibilitas mereka secara substansial. Sebagian besar dari AINS

    berikatan protein tinggi ( 98%), biasanya dengan albumin. Sebagian besar dari

    AINS dimetabolisme, beberapa oleh mekanisme fase I dan fase II dan lainnya oleh

    glukorinidasi langsung (fase II). Metabolisme dari sebagian besar berlangsung

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    18/33

    sebagian besar melalui enzim P450 kelompok CYP3A dan CYP2C dalam hati.

    Sekalipun ekskresi ginjal adalah rute yang paling prnting untuk eliminasi terakhir,

    hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi empedu dan penyerapan kembali

    (sirkulasi enterohepatis).

    Obat-obat yang sering digunakan yaitu:

    ASAM MEFENAMAT

    1) Farmakodinamik

    Inhibisi Siklooksigenase reversibel (inhibisi sintesis prostaglandin), secara

    nonselektif menurunkan pembentukan prostaglandin dan tromboksan A2, efek

    bervariasi pada sintesa Lipooksigenase.

    2) Farmakokinetik

    Absorbsi: mellaui oral; kadar puncak 2-4 jam

    Distribusi: asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma, ikatan dengan

    protein yaitu >90 %

    Metabolisme: di liver

    Ekskresi: melalui urin (sebagai metabolit), T 2-4 jam

    3) Indikasi

    Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai anti-inflamasi.

    4) Efek Samping

    Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare

    sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang

    usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain

    yang berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia

    hemolitik pernah dilaporkan.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    19/33

    5) Dosis

    Sedian asam mefenamat yaitu tablet 500 mg, kapsul 250 mg. Dosis asam

    mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Karena efek toksiknya tidak dianjurkan untuk

    diberikan kepada anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberian tidak melebihi 7

    hari.

    IBUPROFEN

    1) Farmakodinamik

    Inhibisi Siklooksigenase reversibel (inhibisi sintesis prostaglandin), secara

    nonselektif menurunkan pembentukan prostaglandin dan tromboksan A2, efek

    bervariasi pada sintesa lipooksigenase dan produksi leukotrien, antiinflamasi,

    antipiretik, aktivitas analgetik, menghambat agregasi platelet.

    2) Farmakokinetik

    Absorbsi: absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma

    dicapai setelah 1-2 jam.

    Distribusi: 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma

    Metabolisme: heparmetabolit inaktif dalam 24 jam

    Ekskresi: Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.

    Kirakira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau

    konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi. Tidak dieksresi

    ke ASI

    3) Indikasi:

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    20/33

    Sebagai antiinflamasi dan analgetik

    4)Efek samping:

    CNS: ansietas, bingung, depresi, mengantuk, lemah, insomnia, tremor

    Cardiovaskuler : CHF, disritmia, hipertensi, edema perifer, takikardi

    GI: anoreksia, hepatitis kolestasis, konstipasi, keram, diare, mulut kering,

    perdarahan GI, jaundice, mual, muntah

    Azotemia, hematuri, nefrotoksisitas, oliguria

    Kulit: pruritus, purpura, ruam, berkeringat

    5)Dosis dan sediaan:

    Sedian ibuprofen : generik: tablet 200 mg, 400 mg, Childrens motrin: syr

    100 mg/5mlx60 ml

    Dosis: antiinflamasi dewasa 3-4x400-800 mg. Maksimal 3200 mg/hari. Analgetik 3-

    4x200-400 mg,maksimal 1600 mg/hari. Anak 20 mg/kgBB/ hari (1600 mg/hr inti inflamasi).

    IV. GOLONGAN ANTIFUNGAL

    Obat-obat antifungal diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu: (Tripathi

    M.D 2001)

    1. Polyenes : amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin

    2. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin

    3. Azoles

    a. Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) :ketokonazole

    b. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    21/33

    Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus-

    kasus pada rongga mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin,

    miconazole, clotrimazole, ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole. (Mc

    cullough, 2005).

    Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja

    obat ini yaitu dengan cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap

    ginjal seringkali menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat

    digunakan sebanyak 4 kali /hari.

    Nystatin dihasilkan oleh streptomyces noursei,mekanisme kerja obat ini

    dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas

    membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U / 5ml dan bentuk cream

    100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture stomatitis.

    Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim

    cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi

    kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak normalan membran sel.

    Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4 kali /hari setengah sendok

    makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.

    Clotrimazole, mekanisme kerja sama dengan miconazole, bentuk

    sediaannya berupa troche 10 mg, sehari 3 4 kali.

    Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya

    dengan cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi

    perubahan permeabilitas membran sel, Obat ini dimetabolisme di hepar.Efek

    sampingnya berupa mual / muntah, sakit kepala,parestesia dan rontok. Sediaan

    dalam bentuk tablet 200mg Dosis satu kali /hari dikonsumsi pada waktu makan.

    Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita

    immunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet ,dosis 200mg/hari. selama 3

    hari.,bentuk suspensi (100-200 mg) / hari,selama 2 minggu. (Greenberg, 2003)

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    22/33

    Efek samping obat berupa gatal-gatal,pusing, sakit kepala, sakit di bagian perut

    (abdomen),dan hypokalemi.

    Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis termasuk

    pada penderita immunosupresiv. Efek samping mual,sakit di bagian perut, sakit

    kepala,eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi

    Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel . Absorpsi

    tidak dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50,mg,100mg,

    150mg dam 200mg Single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita

    hamil dan menyusui.

    AMPHOTERICIN B

    Indication & Dosage

    Oral:

    Oral candidiasis

    Adult: Using conventional amphotericin B: 1 ml of a 100 mg/ml oral suspension 4

    times daily retained in the mouth for a few minutes before swallowing or 10 mg loz

    dissolved in the mouth 4 times daily, increased to 8 loz daily if necessary or 100-200

    mg tab/suspension 4 times daily. Continue for 48 hr after lesions have cleared.

    Contraindications

    Hypersensitivity; lactation; do not give to patients receiving antineoplastics.

    Special Precautions

    Renal and hepatic impairment; pregnancy; monitor renal and liver function

    changes.

    Adverse Drug Reactions

    Topical: Local irritation, pruritus and skin rash. IV infusion: Fever, chills,

    convulsions, malaise; nausea, vomiting, diarrhoea, anorexia; tinnitus, vertigo, hearing

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    23/33

    loss; hypotension, hypertension, cardiac arrhythmias; peripheral neuropathy;

    phloebitis, pain at Inj site, disturbances in renal function and renal toxicity.

    Potentially Fatal: Anaphylactic reaction; leucoencephalopathy. Overdosage can result

    in cardio-respiratory arrest.

    Drug Interactions

    Increased toxicity with flucytosine. Drug induced renal toxicity enhanced in

    presence of other nephrotoxic medications. Antagonises effects of azole antifungals.

    Potentially Fatal: Potentiates K loss by corticosteroids. Avoid diuretics. Enhances

    digitalis toxicity and neuromuscular blocker effects.

    Pregnancy Category (US FDA): Category B

    Mechanism of Action

    Amphotericin B is a polyene antifungal antibiotic which alters cell membrane

    permeability by binding to ergosterol, thus causing leakage of cell components and

    subsequent cell death. It is active against Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus

    spp, B. dermatitidis, Candida spp, C. immitis, Conidobolus spp, C. neoformans, H.

    capsulatum, Mucor spp, P. brasiliensis, Rhizopus spp, Rodotorula spp. and S.

    schenckii.

    Absorption: Little or no absorption from the GI tract (oral).

    Distribution: Distributed widely, CSF (small quantities).

    Excretion: Via urine (small amounts); not removed by dialysis; 24 hr (elimination

    half-life); may be increased to 15 days in long-term treatment.

    NYSTATIN

    Indication & Dosage

    Oral

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    24/33

    Intestinal or oropharyngeal candidiasis

    Adult: 500,000 or 1,000,000 units 3-4 times daily.

    Child: As oral suspension: 100,000 units 4 times daily.

    Oral

    Oral candidiasis

    Adult: As pastilles or oral suspension; 100,000 units 4 times daily (US

    recommendation 200,000-400,000 units as lozenges or 400,000-600,000 units as oral

    suspension 4 times daily). Keep in contact with affected area for as long as possible.

    Avoid food and drink for 1 hr after dose. Continue for 48 hr after lesions have healed.

    Child: >1 mth: As pastilles or oral suspension; 100,000 units 4 times daily (US

    recommendation 200,000-400,000 units as lozenges or 400,000-600,000 units as oral

    suspension 4 times daily). Keep in contact with affected area for as long as possible.

    Avoid food and drink for 1 hr after dose. Continue for 48 hr after lesions have healed.

    Oral

    Prophylaxis of intestinal candidiasis

    Adult: 1,000,000 units daily in divided doses.

    Child: Infants, as oral suspension: 100,000 units daily.

    Special Populations: Higher doses may be required in immunocompromised patients.

    Administration

    May be taken with or without food.

    Contraindications

    Hypersensitivity.

    Special Precautions

    Pregnancy, lactation.

    Adverse Drug Reactions

    Diarrhoea, GI distress, nausea and vomiting. vaginal pessaries/cream: May

    damage latex contraceptives (e.g. diaphragms, condoms), additional contraceptive

    measures should be taken. Topical application: Irritation.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    25/33

    Food Interaction

    Oral suspension/drops: Reduced efficacy if food/drink taken within 1 hr of

    drug admin.

    Pregnancy Category (US FDA)

    ROUTE(S) : Mouth/Throat / PO / Topical Category C

    Mechanism of Action

    Nystatin, a polyene antifungal, binds to ergosterol in the fungal cell

    membrane. This binding affects the cell wall permeability allowing leakage of

    cellular contents

    MICONAZOLE

    Indication & Dosage

    Mouth/Throat

    Intestinal or oropharyngeal candidiasis

    Adult: As oral gel containing 20 mg/g (24 mg/ml): 5-10 ml after food 4 times a day.

    Retain near oral lesions before swallowing. Continue treatment until 48 hr after

    lesions have healed. For treatment of oral lesions, apply directly onto the lesions 4

    times a day for 5-7 days. Continue treatment until 48 hr after lesions have healed.

    Child: As oral gel containing 20 mg/g: 1 mth-2 y: 2.5 ml bid. 2-6 yr: 5 ml bid. >6 yr:

    5 ml 4 times a day. Retain near oral lesions before swallowing. Continue treatment

    until 48 hr after lesions have healed.

    Contraindications

    Hypersensitivity; hepatic impairment (oral gel). Porphyria.

    Special Precautions

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    26/33

    For external use only; discontinue if sensitization or irritation occurs.

    Pregnancy and lactation.

    Adverse Drug Reactions

    Nausea, vomiting, febrile reactions, rash, drowsiness, diarrhoea, anorexia and

    flushing, hepatitis. Local irritation and sensitisation, contact dermatitis.

    Potentially Fatal: IV: Anaphylactic reaction and cardiac arrest.

    Drug Interactions

    Increased toxicity reported with carbamazepine. Miconazole acts as an

    inhibitor of CYP3A4 and CYP2D6 and may, therefore, interact with a large number

    of drugs e.g. statins, HIV protease inhibitors, ciclosporin, tacrolimus, sildenafil,

    quinidine, pimozide.

    Potentially Fatal: Potentiates anticoagulant effect of warfarin. Increased risk of

    cardiotoxicity with cisapride, astemizole or terfenadine.

    Pregnancy Category (US FDA) Category C

    Mechanism of Action

    Miconazole inhibits ergosterol biosynthesis thus damaging fungal cell wall

    membrane and increases its permeability, allowing leakage of nutrients.

    Absorption: Incomplete from the GI tract (oral); minimal (topical).

    Metabolism: Hepatic; converted to inactive metabolites.

    Excretion: 10-20% of an oral dose will be excreted in urine (as metabolites), 50% of

    an oral dose is excreted as unchanged drug in the faeces. Elimination half-life: 40

    minutes (initial), 126 minutes (secondary), 24 hr (terminal).

    V. GOLONGAN ANTI SEPTIK

    1. Povidone Iodine

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    27/33

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    28/33

    Sediaan: Betadine gargle/mouthwash, Molexdine mouthwash, Neo Iodine

    gargle/mouthwash, Povidone iodine

    2. Sodium Hyaluronate

    ContentsHyaluronic acid

    IndicationsPrevention of mouth ulcer, gingivitis & plaque accumulation.

    DosageGargle 10 mL for 1-2 min twice daily.

    Adverse Drug

    ReactionsHypersensitivity.

    MIMS ClassMouth/Throat Preparations

    Form/ sediaan Packing Photo

    http://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Betadine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Betadine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Betadine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Molexdine+mouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Molexdine+mouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Molexdine+mouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=sodium+hyaluronate&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=LstPgCtrl&subid=mimsclass&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mimssearch&searchcategory=THERAPEUTIC&searchstring=Mouth%2FThroat%20Preparations&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Betadine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Molexdine+mouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=Neo+Iodine+gargle%2Fmouthwash&h=mouthwash&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mng&name=sodium+hyaluronate&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=LstPgCtrl&subid=mimsclass&CTRY=IDhttp://www.mims.co.id/Page.aspx?menuid=mimssearch&searchcategory=THERAPEUTIC&searchstring=Mouth%2FThroat%20Preparations&CTRY=ID
  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    29/33

    Sanorine mouthwash

    Sanorine 0.025 % x 80 mL x 1's (Rp6000)

    Sanorine 0.025 % x 200 mL x 1's (Rp12000)

    Sanorine 0.1 % x 80 mL x 1's (Rp9000)

    Sanorine 0.1 % x 200 mL x 1's (Rp17500)

    LOCAL CORTICOSTEROID PREPARATIONS

    1. Triamcinolone

    Indication & Dosage

    Mouth ulceration

    Adult: A small amount (about 0.6 cm) of the 0.1% paste is pressed onto the lesion

    without rubbing until a thin film develops. Apply 2 or 3 times daily, preferably after

    meals. Re-evaluate if recovery does not occur after 7 days of treatment.

    Administration

    Should be taken with food.

    Contraindications

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    30/33

    Untreated systemic fungal, bacterial, viral or parasitic infection,

    hypersensitivity. Neonates (Parenteral)

    Special Precautions

    Diabetes; hypertension, renal and liver impairment; glaucoma; psychosis;

    delayed tissue healing; cirrhosis; heart failure; recent MI; hypothyroidism;

    osteoporosis; peptic ulceration; thromboembolic disorders.

    Adverse Drug Reactions

    HPA axis supression, intracranial hypertension, Cushing's syndrome, growth

    retardation in children; osteoporosis, fractures. Peptic ulceration; glaucoma;

    hyperglycaemia; GI upsets; increased appetite; increased fragility of skin; behavioural

    changes. Topical: Systemic absorption if applied to large areas, broken skin or under

    occlusive dressing.

    Potentially Fatal: Acute adrenal insufficiency may be precipitated by infection or

    trauma in patients on long-term corticosteroid therapy or rapid withdrawal.

    Drug Interactions

    Lowering of plasma salicylates levels. Increased risk of GI bleeding and

    ulceration with NSAIDs. Antagonised blood glucose-lowering effects of the

    antidiabetics. Increased risk of hyperkalaemia with amphotericin B, agonists, -

    blockers, potassium-depleting diuretics, theophylline. Increased clearance of the

    triamcinolone with ciclosporin, carbamazepine, phenytoin, barbiturate, rifampicin.

    Infections may develop if given with live vaccines.

    Pregnancy Category (US FDA)

    ROUTE(S) : Topical / Dental / Inhalation / Intra-articular / Intralesional / IM / Nasal

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    31/33

    Category C: Either studies in animals have revealed adverse effects on the foetus

    (teratogenic or embryocidal or other) and there are no controlled studies in women or

    studies in women and animals are not available. Drugs should be given only if the

    potential benefit justifies the potential risk to the foetus.

    Storage

    Intra-articular: Store between 20-25C (6877F). Intradermal: Store between

    20-25C (6877F). Intramuscular: Store between 20-25C (6877F).

    Topical/Cutaneous: Store between 15-30C.

    Mechanism of Action

    Triamcinolone has mainly glucocorticoid activity. It suppresses the migration

    of polymorphonuclear leukocytes and reduces capillary permeability thereby

    decreasing inflammation.

    Absorption: Absorbed systemically (topical).

    Distribution: Crosses the placenta. Protein-binding: Plasma albumin (much smaller

    extent than hydrocortisone).

    Excretion: Elimination half-life: 2-5 hr (plasma).

    Sediaan: Kenalog in Orabase [oint], Ketricin [oint], triamcinolone

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    32/33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Katzung B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Diterjemahkan oleh Dripa

    Sjabana, dkk. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

    2. Gunawan S.G. dkk (Eds). 2009.Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI

    3. Sanjaya H. 2008.MIMS Indonesia 2008. Jakarta: CMP Medica Asia Pte Ltd

    4. Sukandar, Elin Y, dkk. 2009.ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.

  • 7/22/2019 Revisi_Term Paper_Gilut Sirajul Munir & Yana Asmawaty

    33/33