revisi presus

93
PRESENTASI KASUS OSTEOARTHRITIS, HIPERURISEMIA, HIPERTENSI GRADE I, OBESITAS GRADE I, KATARAK SENILIS IMATUR DENGAN ASMA TERKONTROL PADA LAKI-LAKI LANSIA MANTAN PEROKOK BERAT DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH SERTA POLA MAKAN KURANG BAIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DALAM RUMAH TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Wirobrajan Disusun oleh: NURKAMILA 2009 031. 0092

Upload: arya-argamanda

Post on 01-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

presus kawan jos

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSOSTEOARTHRITIS, HIPERURISEMIA, HIPERTENSI GRADE I, OBESITAS GRADE I, KATARAK SENILIS IMATUR DENGAN ASMA TERKONTROL PADA LAKI-LAKI LANSIA MANTAN PEROKOK BERAT DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH SERTA POLA MAKAN KURANG BAIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DALAM RUMAH TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinikdi Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Wirobrajan

Disusun oleh:NURKAMILA2009 031. 0092

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2014

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUSOSTEOARTHRITIS, HIPERURISEMIA, HIPERTENSI GRADE I, OBESITAS GRADE I, KATARAK SENILIS IMATUR DENGAN ASMA TERKONTROL PADA LAKI-LAKI LANSIA MANTAN PEROKOK BERAT DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH SERTA POLA MAKAN KURANG BAIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DALAM RUMAH TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Disusun oleh:Nurkamila20090310023

Hari/Tanggal: 19 November 2014Tempat: Puskesmas Wirobrajan

Dokter Pembimbing FakultasDokter Pembimbing Puskesmas

dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFMdr. Nurzammi

Mengetahui,Kepala PuskesmasWirobrajan

dr. Iva Kusdyarini

vi

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan judul Osteoarthritis, Hiperurisemia, Hipertensi Grade I, Obesitas Grade I, Katarak Senilis Imatur dengan Asma Terkontrol Pada Laki-Laki Lansia Mantan Perokok Berat dengan Tingkat Sosial Ekonomi Rendah Serta Pola Makan Kurang Baik Dtan Tingkat Pengetahuan Rendah tentang Penyakitnya dalam Rumah Tangga Yang Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan.

Penulis menyadari selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. dr. Iva Kusdyarini, selaku Kepala Puskesmas Wirobrajan2. dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM selaku dosen pembimbing profesi3. dr. Nurzammi, dr. Nur Wahyuningsih, dr. Annisah, dr. Rally Galang Pratama Putra selaku dokter pembimbing puskesmas4. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Wirobrajan5. Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan iniDalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

Yogyakarta, November 2014 Penyusun,

Nurkamila

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR TABELviBAB I PENDAHULUAN71.Latar Belakang Masalah72.Profil Puskesmas Wirobrajan83.Perumusan Masalah104.Tujuan Penulisan105.Manfaat Penulisan11BAB II TINJAUAN PUSTAKA121.OSTEOARTHRITIS12A.Definisi12B.Faktor risiko12C.Epidemologi13D.Tanda dan Gejala13E.Patofisiologi14F.Diagnosis15G.Penatalaksanaan152.HIPERTENSI17A.Definisi17B.Faktor risiko17C.Etiologi dan Klasifikasi19D.Patofisiologi20E.Penatalaksanaan203.OBESITAS23A.Definisi23B.Faktor risiko23C.Epidemologi23D.Klasifikasi24E.Patofisiologi dan etiologi24F.Penatalaksanaan244.ASMA BRONKIAL25A.Definisi25B.Faktor risiko25C.Epidemologi255.KATARAK26A.Definisi26B.Klasifikasi26C.Patofisiologi26D.Diagnosis27BAB III LAPORAN KASUS281.Identitas282.Anamnesis283.Pemeriksaan Fisik314.Pemeriksaan Penunjang355.Riwayat Tekanan Darah366.Diagnosis Banding367.Diagnosis Kerja368.Penatalaksanaan36BAB IV381.Analisis Kasus382.Analisis Kunjungan Rumah393.Perangkat Penilaian Keluarga434.Diagnostik Holistik515.Manajemen Komprehensif52BAB V571.Kesimpulan572.Saran57DAFTAR PUSTAKA59

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas Wirobrajan Periode 1 Oktober-31 Oktober 2014 (diunduhtanggal 13 November 2014)10Tabel 2 Klasifikasi Tekanan darah20Tabel 3 Kategori BMI Dewasa24Tabel 4 Terapi Farmakologis Obesitas (Unyer, 2010)25Tabel 5 Pemeriksaan ekstrimitas34Tabel 6 Riwayat Tekanan Darah36Tabel 7 Komponen illnes38Tabel 8 Anggota Keluarga43Tabel 9 Family APGAR44Tabel 10 Family SCREEM46Tabel 11 Family Life Line47Tabel 12 Indikator Rumah Sehat47Tabel 13 PUGS50Tabel 14 PHBS51Tabel 15 Contoh menu makan 1 hari54

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang MasalahOsteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi multifaktorial yang melibatkan faktor lingkungan, genetik, serta gaya hidup (lifestyle). Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan usia, karena itu disebut juga dengan penyakit sendi degeneratif di mana keseluruhan struktur sendi mengalami perubahan patologis. Hal ini ditandai dengan kerusakan kartilago hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. (Fauci, 2008)Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Menurut penelitian, satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis yang mengarah ke OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa, selain OA pada pinggul dan tangan (Felson, 2008). Prevalensi osteoartritis di Indonesia diperkirakan 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40 % dari populasi di atas 70 tahun menderita OA, dan 80 % pasien OA memiliki keterbatasan gerak dalam berbagai derajat, dari ringan hingga berat yang berakibat mengurangi kualitas hidup penderita karena prevalensi yang tinggi, bersifat progresif dan memiliki dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju maupun berkembang. Penanganan maksimal yang diperlukan menjadikan peranan dokter keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan penyakit pasien. Tidak hanya dari segi pengobatan saja, tetapi juga diperlukan penanganan yang berkesinambungan dan menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan upaya yang nyata untuk dapat menjaga kualitas hidup pasien, mulai dari usaha pencegahan, promotif, kuratif hingga rehabilitatif serta tidak hanya mengobati pasien sebagai disease namun juga memperhatikan illness yang kemudian dapat muncul oleh karena penyakit yang diderita.

Profil Puskesmas WirobrajanBerdasarkan Profil Kesehatan Wirobrajan tahun 2013, kecamatan Wirobrajan memiliki satu puskesmas induk yaitu Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara: Kecamatan Tegalrejo2. Sebelah timur: Kecamatan Ngampilan dan Kecamatan Matrijeron3. Sebelah selatan: Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul4. Sebelag barat: Kecamatan Kasihan, Kabupaten BantulLuas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km2 dengan pembagian kelurahan menjadi tiga kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan Pakuncen yang terletak di bagian utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan Wirobrajan terletak di bagian tengah dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan Patangpuluhan terletak di bagian selatan dengan 51 RT dan 10 RW.

Diagram 1 Grafik perbandingan luas wilayah Wirobrajan berdasarkan luas kelurahanJumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 28.152 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW, serta 36 posyandu. Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang mengacu pada Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Medik seperti derajat kesehatan, keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pelayanan kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inapmemiliki fasilitas ambulans dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang pada saat jam kerja dapat digunakan. Kegiatan pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), balai kesehatan ibu dan anak/keluarga berencana (BKIA/KB), unit farmasi, unit kesehatan sekolah (UKS), konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan poli lanjut usia (lansia), konseling PHBS, konseling psikologi, dan konseling berhenti merokok.Dalam rangka memeuhi sasaran wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pelayanan kedokteran keluarga memiliki peranan penting. Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai satu unit dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin, bagian organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. Pelayanan ini dijadikan sebagai penapis (gate keeper) terutama di tingkat pelayanan primer sehingga diharapkan dapat lebih efektif untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Berikut adalah rekapitulasi 10 besar diagnosis pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Wirobrajan 1 Oktober-31 Oktober 2014 :

Tabel 1 Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas Wirobrajan Periode 1 Oktober-31 Oktober 2014 (diunduhtanggal 13 November 2014)NoKode DiagnosisNamaJumlah

1I10Hipertensi Primer462

2E11Type 2 : Non Insulin Dependen DM301

3J00Nasopharingitis Acute ( Common Cold )224

4R42Pusing kepala dan kepeningan112

5M25.5Arthalgia86

6Z27.3Need for immunization againts Diphtheria-Tetanus-Pertussis with Poliomyelitis [ DTP + polio ]70

7J02Pharingitis66

8Z34Pengawasan Kehamilan Normal64

9R50Demam yang sebabnya tidak diketahui61

10K30Dyspepsia61

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah:1. Bagaimana pengaruh pola hidup yang tidak sehat dengan penyakit osteoartritis?2. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan yang kurang terhadap penyakit osteoartritis dengan perkembangan penyakitnya?3. Bagaimana pendekatan ilmu kedokteran keluarga terhadap pasien dengan dan osteoartritis?

Tujuan PenulisanBerikut adalah tujuan penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit osteoartritis yaitu:1. Untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.2. Untuk memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit osteoartritis. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu edukasi dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang osteoartritis sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang terjadi.

Manfaat PenulisanBerikut adalah beberapa manfaat penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit osteoartritis:1. Manfaat untuk puskesmasSebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi dokter muda dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.

2. Manfaat untuk pasienSebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan manajemen mandiri penyakit, sehingga dapat mengoptimalkan usaha penyembuhan penyakit yang diderita.

3. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. OSTEOARTHRITISDefinisiAmerican College of Rheumatology (ACR), mengklasifikasikan 13 kelompok penyakit pada sendi yang biasa disebut dengan arthropaties dan dibagi menjadi dua kelompok besar, yatu penyakit sendi inflamasi dan non inflamasi. (Hochberg, 2012)Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi multifaktorial yang melibatkan faktor lingkungan, genetik, serta gaya hidup (lifestyle). Penyakit ini sangat erat katannya dengan usia, karena itu disebut juga dengan penyakit sendi degeneratif. OA ditunjukkan dengan adanya degenerasi kartilago persendian (terutama lutut, pinggul dan tangan), diikuti dengan osteofit sehingga menyebabkan nyeri pada sendi pada saat digerakkan atau menampung beban, dan membaik dengan istirahat. (Usatine, 2012)

Faktor risikoFaktor risiko OA antara lain :1. Usia lanjut2. Riwayat trauma, pada sendi (sprain, strain, dislokasi, fraktur)3. Stress mekanis dalam waktu lama ataupun aktifitas fisik yang repetitif, biasanya berhubungan dengan pekerjaan (misal : atlet, penari balet)4. Adanya inflamasi pada struktur sendi. Ketika proses inflamasi tersebut berlangsung, dihasilkan enzim yang memiliki kemampuan mencerna sel-sel kartilago5. Instabilitas sendi karena kerusakan struktur anatomi seperti kapsul sendi, ligamen, atau tendon6. Kelainan neurologis (misal : neuropati dibaetes, charcot neuropatic joints). Kelainan ini menyebabkan berkurangnya rasa nyeri dan menurunnya reflek proprioseptor sehingga meningkatkan kecenderungan terjadinya gerakan ataupun posisi abnormal7. Adanya deformitas tulang kongenital atau didapat8. Obat-obatan (colchicine, indometasin, steroid) yang menstimulasi aktivitas enzim collagen digesting pada membran sinovial9. Kelainan hematologis atau endokrin, seperti hemofilia (menyebabkan perdarahan kronis pada persendian) dan hiperparatiroid (menyebabkan hilangnya kalsium tulang)10. Obesitas, yang menyebabkan sendi menopang berat yang berlebihan dalam waktu lama

EpidemologiOA dialami 10 % laki-laki dan 13 % wanita berusia lebih dari 60 tahun. Resiko OA juga semakin meningkat bla mengalami cedera pada lutut di masa remaja ataupun dewasa (RR 2,95) dan obesitas (RR : 1,5 sampai 2,07). (Usatine, 2012)

Tanda dan Gejala1. OA biasanya muncul pada dekade ke-5 atau 6 kehidupan. Meskipun asimptomatis, perubahan permukaan sendi umum ditemukan setelah usia 40 tahun.2. Tanda umum adalah nyeri dan kaku, pembesaran/pembengkakan, nyeri tekan, terbatasnya pergerakan, dislokasi parsial dan deformitas3. nyeri/kaku pada 1/lebih sendi, biasanya pada sendi-sendi yang berfungsi untuk menopang berat badan. 4. Gejala biasanya membaik dengan istirahat/mengurangi penggunaan sendi5. Pada pemeriksaan fisik terdapat keterlibatan sendi sentral dan perifer. Sendi perifer yang biasanya terlibat : tangan, pergelangan tangan, lutut dan kaki. Sendi sentral : lower cervical spine, lumbosacral spine, bahu dan pinggul.6. Nyeri di malam hari (nocturnal pain) biasanya tidak membaik dengan istirahat dan sangat mungkin diikuti dengan parestesia ( kebas, perih, ataupun terasa seperti ditusuk-tusuk)7. Adanya pembesaran jaringan tulang pada bony elargement pada Sendi DIP (Heberden nodes)/ sendi PIP (Bouchard nodes)

Patofisiologi

Bagan 1 Patofisiologi OA (Fauci, 2008)

DiagnosisThe American College of Rheumatology menggunakan kriteria berikut :1. LututNyeri lutut, osteofit pada pemeriksaan radiologi, dan 1 dari 3 : usia >50 tahun, kekakuan yang berlangsung 140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg sebesar 50-60%. 3) Jenis kelamin Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko menderita hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita. 4) Penyakit ginjal Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara, yaitu: Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan mengembalikkan tekanan darah menjadi normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan enzim yaitu renin, yang memicu pembentukkan hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran aldosteron. b. Faktor yang dapat dikontrol 1) Stress Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatik. 2) Obesitas Mengalami kelebihan berat badan memberi beban pada jantung dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Itulah sebabnya diet untuk menurunkan tekanan darah seringkali juga dirancang untuk mengontrol kalori. Biasanya diet untuk mengurangi makanan berlemak dan menambahkan gula, dan meningkatkan asupan buah-buahan sayuran, protein tanpa lemak, dan serat. 3) Intake sodium dan natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136-145 mEq/L. Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na dalam darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali.

4) Merokok Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung meningkat, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.5) Aktifitas fisik rendah

Etiologi dan KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui. Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel 2 Klasifikasi Tekanan darahSistolDiastol

Normal100 Mmhg

PatofisiologiHIPERTENSI

Bagan 2 Patofisiologi Hipertensi (Fauci, 2008)

PenatalaksanaanTujuan umum pengobatan hipertensi adalah : a. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). b. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan dengan: a. Terapi nonfarmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obese disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Natrium yang direkomendasikan