revisi bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teoritis
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti.8
Demam Dengue/DF dan demam berdarah Dengue/DBD
(Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.9
b. Epidemiologi
DBD di Indonesia adalah kedua terbesar setelah Thailand di
kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Selama tahun 1985-2004, di
Indonesia tercatat angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
terendah 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada
tahun 1998, dengan angka kematian terendah 422 orang pada tahun
1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. Pada wilayah tropis, DBD
umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak
terdapat genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak
6
nyamuk Aedes aegypty. Pada daerah perkotaan, umumnya wabah
DBD kembali meningkat menjelang awal musim kemarau.10
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk
genus Aedes (terutama A. aegepty dan A. albopictus). Beberapa
faktor diketahui berkatian dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu : 1). Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan
menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari
satu tempat ke tempat lain ; 2). Pejamu : terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilasi dan paparan terhadap nyamuk, usia
dan jenis kelamin ; 3). Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan
kepadatan penduduk.10
c. Etiologi DBD
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau
demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang
antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti yellow fever,
Japanese encephalitis dan west Nile virus.11
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti
7
Sumber : Direktorat Jendral PPM & PL, 2004
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi
sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut
disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material
hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup
karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.11
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus
hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing
dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan
tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai
reaksi terhadap infeksi terjadi :11
1. Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat
anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas
8
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular.
2. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan.
3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.
d. Gambaran Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik,
atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam
berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD).12
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2 – 7
hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini
pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi
renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.12
9
e. Tanda dan Gejala DBD
Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan
gejala:13
1. Mendadak demam tinggi antara 2-7 hari (380C – 400C derajat
celcius).
2. Tampak adanya bintik (purpura) perdarahan pada pemeriksaan
uji tourniquet.
3. Pada kelopak mata bagian dalam (konjungtiva) terdapat bentuk
perdarahan, buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir
bercampur darah (melena) dan mimisan (epitaksis).
4. Adanya pembesaran hati (hepatomegali).
5. Menurunnya tekanan darah sehingga bisa menyebabkan
penderita syok.
6. Terjadinya penurunan trombosit di bawah 100.000/mm3
(trombositopeni) pada pemeriksaan laboratorium darah hari ke 3
sampai hari ke 7.
7. Penderita mengalami mual, penurunan nafsu makan, muntah,
diare, sakit perut, menggigil, sakit kepala dan kejang.
8. Pada gusi terjadi perdarahan.
9. Adanya demam yang diderita oleh penderita menyebabkan sakit
pada persendian dan pegal
10
f. Klasifikasi Demam Beradah Dengue (DBD)
Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4
derajat : 14
DD/DBD Derajat Gejala laboratoriumDD Demam disertai 2 atau lebih
tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbita,mialgia, atralgia
Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan kebocoran plasma
DBD I Gejala di atas ditambah uji tourniquet (+)
Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan
Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma
DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah).
Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma
g. Patofisiologi DBD
11
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini
masih diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang
kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya
demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.15
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD
adalah :a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang
berparan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi
komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi
terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus
pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut Antibodi
Dependent Enhancement (ADE) ;b) Limfosit T baik T- helper
(CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam respon imunseluler
12
terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferongamma, IL- 2 dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL- 4, IL - 5, IL - 6 dan IL-10 ;c) Monosit dan
makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag ;d) Selain itu
aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a danC5a.15
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary
heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila
seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda.
Re - infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Kurang dan
Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti
lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
makrofag yang me - fagositosis kompleks virus – antibodi non
netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T
sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Inte
rferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi.
Berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL- 1, PAF (platelet
activating factor), IL -6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya
disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.
13
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks
virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran
plasma. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui
mekanisme :1) Supresi sumsum tulang, dan 2) Destruksi dan
pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada
fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan
supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi
peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis.
Kadar tromobopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia
justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi tromobositosis. Destruksi trombosit terjadi melalui
pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi, konsumsi trombosit
selama proses koagulopati. Gangguan fungsi trombosit terjadi
melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar β -
tromoboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi
trombosit. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan
endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian
menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam
berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam
berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor
pathway) . Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia
14
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1 - inhibitor
complex).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya pembesaran plasma ke-ruang ekstraseluler. Peningkatan
permeabilitas mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoprotenimia serta efusi
dan renjatan (syok). Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah dan
dengan hilangnya plasma, pasien mengalami syok Hipovalemik
apabila tidak segera diatasi. Sebab lain kematian pada DBD adalah
perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah syok berlangsung
lama dan tidak teratasi. Perdarahan ada DBD umumnya dihubungkan
dengan trombositopeni, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
sistem koagulasi. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti
terganggu oleh koagulasi.15
Terjadinya gangguan hematologi pada demam berdarah dengue yang
terjadi pada hematokrit dan hemoglobin. Nilai hematrokrit biasanya
mulai mengingkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan
makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DBD :
15
peningkatan nilai hematroktrit merupakan manisfestasi
hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma keruang
ekstravaskular disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang
rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang
dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan
sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya
nilai hematokrit tidak meningkat, bahkan malahan menurun. Kadar
hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi
paling awal yang ditemukan pada DBD.
Jumlah leukosit dan hitung jenis pada penderita DBD dapat tejadi
leukopenia ringan sampai lekositosis sedang. Leukopeni dapat
dijumpai antara hari ketiga dan ketujuh dengan hitung jenis yang
masih dalam batas normal, jumlah granulosit menurun pada hari
ketiga sampai ke delapan. Pada syok berat, dapat dijumpai
lekositosis dengan netropenia absolut. Hal lain yang menarik adalah
ditemukan cukup banyak ( 20-50% ) limfosit bertransformasi atau
atipik dalam sediaan apus darah tepi penderita DBD, terutama pada
infeksi sekunder. Limfosit atipik ini merupakan sel berinti satu
(mononuklear ) dengan struktur kromatin inti halus dan agak padat,
serta sitoplasma yang relatif lebar dan berwarna biru tua. Oleh
16
karenanya sel ini juga dikenal sebagai limfosit plasma biru. Limfosit
plasma biru ini sudah dapat ditemukan sejak hari ketiga panas dan
digunakan sebagai penunjang diagnostik.
Penekanan sumsum tulang adalah bagi beberpa peneliti mengatakan
bahwa pada pemeriksaan sumsum tulang penderita DBD pada awal
masa demam, terdapat hipoplasi sumsum tulang dengan hambatan
dari semua sistem hemopoesis, terutama megakariosit. Setelah itu
pada hari kelima sampai kedelapan perjalanan penyakit, terjadi
peningkatan cepat eritropoesis dan megakariosit muda. Pada masa
konvalesensi sumsum tulang menjadi hiperseluler yang terutama
diisi oleh proses eritropoesis dan trombopoesis dengan pembentukan
eritosit dan trombosit yang sangat aktif.
Mekanisme penekanan sumsum tulang pada infeksi virus dijelaskan
sebagai akibat dari proses penekanan virus secara langsung, ataupun
karena mekanisme tidak langsung melalui produksi sitokin-sitokin
proinflamasi yang menekan sumsum tulang. Sebuah telaah pustaka
mengenai supresi sumsum tulang pada infeksi DBD menyatakan
proses ini terjadi dalam 6 fase yaitu fase pertama, saat terjadi supresi
sumsum tulang dari hari ke 3- 4 infeksi, fase kedua yaitu saat
timbulnya respon inflamasi dari sumsum tulang penjamu,
selanjutnya hari ketiga saat hari keempat atau kelima bebas panas
terjadi fase nadir dari neutrofil. Fase keempat terjadi hampir secara
17
simultan aktivasi dan mempercepat eliminasi sel yang terinfeksi.
Fase kelima masa pemulihan dan terakhir terjadi resolusi sitopenia.
h. Penularan Penyakit DBD
Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk
bersama darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk itu, virus
dengue akan berkembang biak dengan replikasi dan menyebar
diseluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada
dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam waktu satu minggu jumlahnya
dapat mencapai puluhan bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk
ditularkan kepada orang lain, maka setelah kapiler darah terkena alat
tusuk nyamuk (proboscis), sebelum darah orang itu dihisap, terlebih
dulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang
dihisap tidak membeku.10
i. Tempat perindukan dan kebiasaan hinggap
Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat
berisi air bersih yang berada didalam rumah atau berdekatan dengan
rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan
buatan manusia, seperti tempayan atau gentong tempat penyimpanan
air minum, bak mandi, tangki atau menara air, talang hujan,
jambangan atau pot bunga, kaleng, botol, drum, dan ban mobil yang
terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan, juga
18
berupa tempat perindukan alamiah seperti kelopak daun tanama,
tempurung kelapa,tebasan tonggak bambu, dan lubang pohon yang
berisi air hujan.10
j. Pencegahan penyakit DBD
Cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan ialah dengan
memberantas nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan virus
dengue, untuk memutuskan rantai penularannya. Pencegahan
penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti.14
k. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Penanggulangan penyakit DBD paling baik untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya
atau dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN - DBD) dengan melakukan 3M plus.
Penggerakan PSN dengan 3 M plus adalah usaha dari-oleh dan untuk
masyarakat yang bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk Aedes
aegepty.16
l. Definisi KLB DBD
Definisi Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
19
daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang Kejadian Luar
Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
2. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya DBD
Faktor yang yang berhubungan dengan terjadinya penyakit DBD:17
a. Agen penyebab DBD
Agen penyebab DBD adalah virus dengue termasuk grup B
arthropod borne virus dari family Flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4.
b. Host
Manusia adalah penjamu (host) yang rentan mengalami DBD,
kerentanan individu terinfeksi virus dengue dipengaruhi mobilitas
penduduk, kepadatan penduduk, umur, jenis kelamin, pelaksanaan
PSN – 3 M, pengetahuan, pendidikan, status ekonomi.
1). Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk atau perpindahan penduduk antar daerah
merupakan salah satu predisposisi penularan DBD, hal ini
disebabkan penduduk yang carier mengalami DBD jika berkunjung
kedaerah lain maka individu tersebut merupakan penjamu (host)
yang membawa bibit Aedes aegepty yang dapat menjadi media
transmisi penularan DBD.
20
2). Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk merupakan indikator laju pertumbuhan
penduduk dalam suatu daerah, penduduk yang terlalu padat < 100 m
antar rumah merupakan kelompok masyarakat yang rentan
mengalami DBD.
3). Umur
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang
sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat
keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Faktor umur
menempatkan bahwa anak-anak dan lajut usia lebih rentan terhadap
infeksi DBD dibandingkan dengan orang dewasa.
4). Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah penentu sex manusia laki-laki ataupun
perempuan. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap
kerentanan individu, angka kesakitan DBD pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pada pria. Wanita mempunyai respon imun yang lebih
kuat dibandingkan dengan pria.
5). Pelaksanaan PSN – 3 M
Kegiatan ini adalah agar masyarakat tahu-mau-mampu mencegah
penyakit DBD di rumah dan lingkungannya dengan melakukan PSN-
DBD secara terus menerus. PSN-DBD dilakukan dengan cara “3M”:
a). Menguras tempat penampungan air
b). Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
21
c). Mengubur atau menyingkirkan barang bekas
6). Pengetahuan
Masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang manfaat praktik
PSN - 3M akan bertindak untuk melaksanakan praktik 3M dengan
teratur sebagai upaya pencegahan terjadinya kesakitan akibat DBD
sehingga jentik nyamuk tidak akan berkembang biak di lingkungan
rumah yang berpotensi menyebabkan DBD. 18
7). Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada penduduk juga sangat
berpengaruh terhadap penerimaan inovasi atau ide-ide baru yang
juga dapat menjadikan masyarakat sulit diajak berperan serta dalam
penanggulangan DBD.
8). Status ekonomi
Kejadian DBD sering terjadi pada masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah endemis dengan keadaan sosial ekonomi rendah.
c. Environment (lingkungan)
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang
terjadinya penyakit, hal ini Karena faktor ini datangnya dari luar atau
biasa disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi DBD:15
1). Suhu
Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC-
27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu
22
kurang dari 10ºC. Siklus hidup nyamuk dimulai dari telur, larva,
pupa, dan imago, fase telur, larva dan pupa berlangsung di air.
Nyamuk rumah bertelur pada awal musim hujan dengan jumlah telur
200 – 400 butir, telurnya diletakan digenangan atau dikubangan di
area terbuka. Nyamuk rumah mampu bertahan hidup selama 14 hari
pada suhu 20ºC dan 10 hari pada suhu 25ºC.16
2). Kelembaban udara
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan
peningkatan kejadian yang terus menerus dari vector borne disease.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor
yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis.
3). Musim dan curah hujan
Peningkatan curah hujan mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti, demikian pula pada musim penghujan dikarenakan
akan semakin banyak jumlah tempat penampungan air yang dapat
digunakan sebagai tempat perindukan. Perubahan musim akan
berpengaruh pada frekuensi gigitan nyamuk atau panjang umur
nyamuk dan berpengaruh pula pada kebiasaan hidup manusia untuk
lebih lama tinggal didalam rumah pada waktu musim hujan.
d. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan mempengaruhi tempat perkembang biakan
nyamuk Aedes aegypti terutama tempat-tempat penampungan air
sebagai media breeding place jentik nyamuk untuk berkembang.
23
Seperti bak mandi/WC, gentong, tempayan, vas bunga, tempat
minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain.
3. Pemeriksaan darah rutin
a. Pengertian pemeriksaan darah
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya, serta
bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel
darah dan menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang
terutama berperan pada proses pembekuan darah. 19
b. Fungsi pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah dalam laboratorium klinik di rumah sakit
mempunyai fungsi dan peranan sebagai berikut:20
1. Sebagai penyaring (screening test) suatu penyakit.
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk
mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes
atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit
dengan orang yang mungkin tidak menderita yang bertujuan
menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini
penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak
ada gejala atau keluhan). Contoh penyaring (screening test) adalah
pemeriksaan darah untuk mengetahui TORCH (Toksoplasma,
Rubela, Cytomegalovirus dan Herpes simplex).20
24
2. Sebagai penunjang dan penegak diagnosis suatu penyakit.
Pemeriksaan darah dapat merupakan indikator penunjang
untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, hal ini penting
berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta
berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
Contoh pemeriksaan darah untuk penunjang dan penegak diagnosis
suatu penyakit adalah pemeriksaan kadar Hb untuk menegakkan
diagnosa anemia.
3. Sebagai differensial diagnosis suatu penyakit
Pemeriksaan darah dapat digunakan untuk membantu klinisi
mendiagnosa penyakit berdasarkan kemungkinan penyebab-
penyebab (differential diagnosis). contoh pemeriksaan darah
sebagai differensial diagnosis suatu penyakit adalah identifikasi
tumor, dengan menggunakan semua informasi dan pemeriksaan
fisik bersama dengan studi-studi laboratorium untuk memasang
suatu daftar dari kemungkinan penyebab-penyebab.20
a. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang
mengandung zat besi, kompleks tersebut berwarna merah dan
terdapat dalam eritrosit, hemoglobin mempunyai 4 gugus hame
yang mengandung besi fero dan empat rantai hemoglobin.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa O2 pada sel darah
merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah
25
Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas
pembawa oksigen pada darah. Sedangkan Menurut William,
hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang
terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian
hame yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Hame
adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin
dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam
tiap molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis
polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin
manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis polipeptida
dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141 gugusan
asam amino dan rantai β, yang masing - masingnya
mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin
A dinamai α2β2. pada penderita DBD hemoglobin seseorang
tertajadi penurunan dari biasanya.20
b. Hematokrit (Hct)
Hematokrit (Hct) adalah persentase seluruh
volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma
dengan cara memutarnya didalam tabung khusus
dengan waktu dan kecepatan tertentu dimana
nilainya dinyatakan dalam persen (%). Untuk
tujuan ini, darah diambil dalam semprit dengan
26
volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan
kedalam suatu tabung khusus berskala
hematokrit (tabung wintrobe). Untuk pemeriksaan
hematokrit darah tidak boleh dibiarkan
menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan.
Setelah tabung tersebut diputar dengan
kecepatan dan waktu tertentu, maka eritrosit
akan mengendap. Pada penderita DBD biasanya,
ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20%
dari nilai normalnya.
c. Trombosit
Trombosit (platelet) adalah jenis sel darah yang bertanggung
jawab untuk penggumpalan darah normal. Trombosit
berdiameter 2-3 mikron, tetapi bentuk yang besar muncul
ketika produksi meningkat. Produksi trombosit dikendalikan
oleh thrombopoietin. Trombosit bertahan selama 8-10 hari dan
jumlah tertinggi terjadi selama tengah hari. Beberapa obat
dapat meningkatkan jumlah trombosit dengan merangsang
produksi thrombopoietin
d. Leukosit
Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel ini berfungsi membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
27
tubuh. Jumlah yang sehat dalam tubuh adalah 7000-25.000 sel
per tetes.
Pada penderita saat sakit DBD leukositnya akan menurun
berkisar antara 3000-5800.
5. Sebagai follow up suatu penyakit.
Mengetahui perkembangan panyakit setelah pasien mendapat
terapi pengobatan, serta untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
atau penyakit yang dijumpai dan potensial membahayakan akibat
pemberian suatu obat. Contoh pemeriksaan darah sebagai follow up
suatu penyakit adalah pemeriksaan Hb setelah pemberian tablet Fe
selama 90 hari pada ibu hamil yang mengalami anemia.21
a. Imunoglobulin
Imunoglobulin M (IgM) adalah adalah antibodi terbesar IgM
ditemukan dalam darah dan cairan getah bening dan merupakan
jenis pertama dari antibodi yang dibuat sebagai respons terhadap
infeksi.
Imunoglobulin atau antibodi mengacu pada protein yang
mengikat antigen dalam kasus-kasus penyakit tertentu.
Keduanya, IgM dan IgG merujuk pada kelas imunoglobulin.
Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk
melawan antigen seperti bakteri dan virus. Jika IgM mengacu
pada antibodi yang dihasilkan segera setelah terpapar penyakit,
28
IgG mengacu pada respon nanti. IgG umumnya memberikan
kekebalan terhadap pasien hanya terhadap penyakit tertentu
yang spesifik pada penderita DBD antibodi seseorang akan
mengalami peningkatan.
b. Immunoglobulin G atau IgG
Immunoglobulin G atau IgG merupakan antibodi yang
ditemukan paling melimpah dalam tubuh manusia. Ia ditemukan
dalam semua cairan tubuh dan melindungi tubuh manusia
terhadap serangan bakteri dan virus pada penderita DBD
antibodi seseorang akan mengalami peningkatan dari biasanya.
Keterangan :1. IgM merupakan antibodi yang langsung dihasilkan begitu
tubuh manusia terkena virus, bakteri atau racun.
2. IgG ditemukan di seluruh tubuh, terutama di sebagian
besar cairan tubuh, sedangkan IgM adalah ditemukan
terutama di darah dan cairan limfatik.
3. IgM lebih besar dalam ukuran dibandingkan dengan
IgG.
4. IgM bersifat sementara dan menghilang setelah beberapa
minggu yang kemudian digantikan oleh IgG.
6. Sebagai prognosis suatu penyakit.
Pemeriksaan darah dapat menyediakan informasi prognosis
atau perjalanan penyaki untuk memprediksi perjalanan penyakit
serta memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat
29
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Contoh pemeriksaan
darah sebagai prognosis suatu penyakit adalah pemeriksaan laju
glumerolus untuk menentukan stadium gagal ginjal kronik.
c. Cara pemeriksaan darah
Cara pemeriksaan hematologi dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut:19
1. Otomatis (hematology analyzer)
Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin
penghitung otomatis (hematology analyzer). Pemeriksaan dengan
mesin penghitung otomatis dapat memberikan hasil yang cepat.
Namun, analyzer memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang
abnormal, misalnya banyak dijumpainya sel-sel yang belum
matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis. Ketika jumlah sel
sangat tinggi sehingga analyzer tidak mampu menghitungnya. Pada
keadaan seperti ini, pemeriksaan manual sangat diperlukan.
2. Manual
Dalam kasus jumlah sel yang sangat tinggi dimana analyzer tidak
mampu menghitungnya, maka pemeriksaan manual menjadi
pilihan untuk dilakukan. Keuntungan dari penghitungan manual
adalah bahwa mesin penghitung otomatis tidak dapat diandalkan
dalam menghitung sel abnormal. Dalam hal ini diperlukan
pemeriksaan manual terhadap apusan darah. Pemeriksaan secara
mikroskopik akan memberikan informasi mengenai leukosit-
30
leukosit yang abnormal dan variasi bentuk eritrosit. Pemeriksaan
manual juga dapat memberikan informasi mengenai adanya jenis
sel lain yang biasanya tidak dijumpai dalam darah tepi, misalnya
sel plasma. Selain itu, adanya trombosit yang menggerombol
(clumps) yang menyebabkan rendahnya jumlah trombosit.
d. Jenis parameter darah rutin
Parameter darah rutin meliputi: Hemoglobin, Hematokrit,
Leukosit (White Blood Cell / WBC), Trombosit (platelet), Eritrosit
(Red Blood Cell / RBC), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC),
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR),
Hitung Jenis Leukosit, Platelet Disribution Width (PDW) dan Red
Cell Distribution Width (RDW).7
B. Penelitian terkait
Hasil penelitian Juniardi (2006) tentang hubungan hasil pemeriksaan
parameter hematologi dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue (DBD)
di RSUD Pagesangan Kota Mataram menunjukan bahwa dari hasil uji statistik
chi square didapat p value = 0,010 ada hubungan hasil pemeriksaan parameter
hematologi dengan derajat klinik DBD.2
C. Kerangka teori
31
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset
berasal atau dikaitkan:23
Sumber : 6 Gambar 2.4 Kerangka teori
D. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang berhubungan
antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan.23 Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Variabel independent Variabel dependent
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat digambarkan bahwa peneliti akan
32
Hasil pemeriksaan darah rutin Derajat klinik DBD
Kejadian DBD
Pemeriksaan darah rutin
- Hemoglobin
- - Trombosit
-
Derajat klinik DBDDerajat 1 Derajat IIDerajat IIIDerajat IV
mencari hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin, trombosit,
hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue (DBD) di
RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.
E. Hipotesis penelitian
1. Ha : Ada hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin, trombosit,
hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue
(DBD) di RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2013.
2. Ho : Tidak ada hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin
trombosit, hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam
Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2013.
33