revisi bab ii

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 8 Demam Dengue/DF dan demam berdarah Dengue/DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. 9 b. Epidemiologi DBD di Indonesia adalah kedua terbesar setelah Thailand di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Selama tahun 1985-2004, di 6

Upload: nasrudin

Post on 31-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi Bab II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teoritis

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit

infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti.8

Demam Dengue/DF dan demam berdarah Dengue/DBD

(Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,

nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,

limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.9

b. Epidemiologi

DBD di Indonesia adalah kedua terbesar setelah Thailand di

kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Selama tahun 1985-2004, di

Indonesia tercatat angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)

terendah 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada

tahun 1998, dengan angka kematian terendah 422 orang pada tahun

1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. Pada wilayah tropis, DBD

umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak

terdapat genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak

6

Page 2: Revisi Bab II

nyamuk Aedes aegypty. Pada daerah perkotaan, umumnya wabah

DBD kembali meningkat menjelang awal musim kemarau.10

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk

genus Aedes (terutama A. aegepty dan A. albopictus). Beberapa

faktor diketahui berkatian dengan peningkatan transmisi virus

dengue yaitu : 1). Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan

menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari

satu tempat ke tempat lain ; 2). Pejamu : terdapatnya penderita di

lingkungan/keluarga, mobilasi dan paparan terhadap nyamuk, usia

dan jenis kelamin ; 3). Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan

kepadatan penduduk.10

c. Etiologi DBD

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh

virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga

flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm

terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul

4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan

DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau

demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia

dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang

antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti yellow fever,

Japanese encephalitis dan west Nile virus.11

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti

7

Page 3: Revisi Bab II

Sumber : Direktorat Jendral PPM & PL, 2004

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi

sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut

disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material

hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup

karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi

sendiri.11

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus

hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing

dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan

tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai

reaksi terhadap infeksi terjadi :11

1. Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat

anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas

8

Page 4: Revisi Bab II

kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang

intravaskular ke ekstravaskular.

2. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan

menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan

terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan.

3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau

mengaktivasi faktor pembekuan.

d. Gambaran Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik,

atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam

berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD).12

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2 – 7

hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini

pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi

renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.12

9

Page 5: Revisi Bab II

e. Tanda dan Gejala DBD

Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan

gejala:13

1. Mendadak demam tinggi antara 2-7 hari (380C – 400C derajat

celcius).

2. Tampak adanya bintik (purpura) perdarahan pada pemeriksaan

uji tourniquet.

3. Pada kelopak mata bagian dalam (konjungtiva) terdapat bentuk

perdarahan, buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir

bercampur darah (melena) dan mimisan (epitaksis).

4. Adanya pembesaran hati (hepatomegali).

5. Menurunnya tekanan darah sehingga bisa menyebabkan

penderita syok.

6. Terjadinya penurunan trombosit di bawah 100.000/mm3

(trombositopeni) pada pemeriksaan laboratorium darah hari ke 3

sampai hari ke 7.

7. Penderita mengalami mual, penurunan nafsu makan, muntah,

diare, sakit perut, menggigil, sakit kepala dan kejang.

8. Pada gusi terjadi perdarahan.

9. Adanya demam yang diderita oleh penderita menyebabkan sakit

pada persendian dan pegal

10

Page 6: Revisi Bab II

f. Klasifikasi Demam Beradah Dengue (DBD)

Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4

derajat : 14

DD/DBD Derajat Gejala laboratoriumDD Demam disertai 2 atau lebih

tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbita,mialgia, atralgia

Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan kebocoran plasma

DBD I Gejala di atas ditambah uji tourniquet (+)

Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma

DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan

Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma

DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah).

Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur

Trombositopenia (<100.000/ul), adanya kebocoran plasma

g. Patofisiologi DBD

11

Page 7: Revisi Bab II

Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini

masih diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang

kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya

demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.15

Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD

adalah :a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang

berparan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi

komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi

terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus

pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut Antibodi

Dependent Enhancement (ADE) ;b) Limfosit T baik T- helper

(CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam respon imunseluler

12

Page 8: Revisi Bab II

terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan

memproduksi interferongamma, IL- 2 dan limfokin, sedangkan TH2

memproduksi IL- 4, IL - 5, IL - 6 dan IL-10 ;c) Monosit dan

makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi

antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan

replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag ;d) Selain itu

aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan

terbentuknya C3a danC5a.15

 Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary

heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila

seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda.

Re - infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga

mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Kurang dan

Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti

lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi

makrofag yang me - fagositosis kompleks virus – antibodi non

netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi

makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T

sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Inte

rferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi.

Berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL- 1, PAF (platelet

activating factor), IL -6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya

disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.

13

Page 9: Revisi Bab II

Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks

virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran

plasma. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui

mekanisme :1) Supresi sumsum tulang, dan 2) Destruksi dan

pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada

fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan

supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi

peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis.

Kadar tromobopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia

justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya

stimulasi tromobositosis. Destruksi trombosit terjadi melalui

pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi, konsumsi trombosit

selama proses koagulopati. Gangguan fungsi trombosit terjadi

melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar β -

tromoboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi

trombosit. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan

endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian

menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam

berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam

berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor

pathway) . Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia

14

Page 10: Revisi Bab II

namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1 - inhibitor

complex).

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan

terjadinya pembesaran plasma ke-ruang ekstraseluler. Peningkatan

permeabilitas mengakibatkan berkurangnya volume plasma,

terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoprotenimia serta efusi

dan renjatan (syok). Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan

hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah dan

dengan hilangnya plasma, pasien mengalami syok Hipovalemik

apabila tidak segera diatasi. Sebab lain kematian pada DBD adalah

perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah syok berlangsung

lama dan tidak teratasi. Perdarahan ada DBD umumnya dihubungkan

dengan trombositopeni, gangguan fungsi trombosit dan kelainan

sistem koagulasi. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin

disebabkan proses imunologis dengan terdapatnya kompleks imun

dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan

diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti

terganggu oleh koagulasi.15

Terjadinya gangguan hematologi pada demam berdarah dengue yang

terjadi pada hematokrit dan hemoglobin. Nilai hematrokrit biasanya

mulai mengingkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan

makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DBD :

15

Page 11: Revisi Bab II

peningkatan nilai hematroktrit merupakan manisfestasi

hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma keruang

ekstravaskular disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang

rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang

dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan

sirkulasi.

Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya

nilai hematokrit tidak meningkat, bahkan malahan menurun. Kadar

hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit

menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti

peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi

paling awal yang ditemukan pada DBD.

Jumlah leukosit dan hitung jenis pada penderita DBD dapat tejadi

leukopenia ringan sampai lekositosis sedang. Leukopeni dapat

dijumpai antara hari ketiga dan ketujuh dengan hitung jenis yang

masih dalam batas normal, jumlah granulosit menurun pada hari

ketiga sampai ke delapan. Pada syok berat, dapat dijumpai

lekositosis dengan netropenia absolut. Hal lain yang menarik adalah

ditemukan cukup banyak ( 20-50% ) limfosit bertransformasi atau

atipik dalam sediaan apus darah tepi penderita DBD, terutama pada

infeksi sekunder. Limfosit atipik ini merupakan sel berinti satu

(mononuklear ) dengan struktur kromatin inti halus dan agak padat,

serta sitoplasma yang relatif lebar dan berwarna biru tua. Oleh

16

Page 12: Revisi Bab II

karenanya sel ini juga dikenal sebagai limfosit plasma biru. Limfosit

plasma biru ini sudah dapat ditemukan sejak hari ketiga panas dan

digunakan sebagai penunjang diagnostik.

Penekanan sumsum tulang adalah bagi beberpa peneliti mengatakan

bahwa pada pemeriksaan sumsum tulang penderita DBD pada awal

masa demam, terdapat hipoplasi sumsum tulang dengan hambatan

dari semua sistem hemopoesis, terutama megakariosit. Setelah itu

pada hari kelima sampai kedelapan perjalanan penyakit, terjadi

peningkatan cepat eritropoesis dan megakariosit muda. Pada masa

konvalesensi sumsum tulang menjadi hiperseluler yang terutama

diisi oleh proses eritropoesis dan trombopoesis dengan pembentukan

eritosit dan trombosit yang sangat aktif.

Mekanisme penekanan sumsum tulang pada infeksi virus dijelaskan

sebagai akibat dari proses penekanan virus secara langsung, ataupun

karena mekanisme tidak langsung melalui produksi sitokin-sitokin

proinflamasi yang menekan sumsum tulang. Sebuah telaah pustaka

mengenai supresi sumsum tulang pada infeksi DBD menyatakan

proses ini terjadi dalam 6 fase yaitu fase pertama, saat terjadi supresi

sumsum tulang dari hari ke 3- 4 infeksi, fase kedua yaitu saat

timbulnya respon inflamasi dari sumsum tulang penjamu,

selanjutnya hari ketiga saat hari keempat atau kelima bebas panas

terjadi fase nadir dari neutrofil. Fase keempat terjadi hampir secara

17

Page 13: Revisi Bab II

simultan aktivasi dan mempercepat eliminasi sel yang terinfeksi.

Fase kelima masa pemulihan dan terakhir terjadi resolusi sitopenia.

h. Penularan Penyakit DBD

Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk

bersama darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk itu, virus

dengue akan berkembang biak dengan replikasi dan menyebar

diseluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada

dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam waktu satu minggu jumlahnya

dapat mencapai puluhan bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk

ditularkan kepada orang lain, maka setelah kapiler darah terkena alat

tusuk nyamuk (proboscis), sebelum darah orang itu dihisap, terlebih

dulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang

dihisap tidak membeku.10

i. Tempat perindukan dan kebiasaan hinggap

Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat

berisi air bersih yang berada didalam rumah atau berdekatan dengan

rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari

rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan

buatan manusia, seperti tempayan atau gentong tempat penyimpanan

air minum, bak mandi, tangki atau menara air, talang hujan,

jambangan atau pot bunga, kaleng, botol, drum, dan ban mobil yang

terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan, juga

18

Page 14: Revisi Bab II

berupa tempat perindukan alamiah seperti kelopak daun tanama,

tempurung kelapa,tebasan tonggak bambu, dan lubang pohon yang

berisi air hujan.10

j. Pencegahan penyakit DBD

Cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan ialah dengan

memberantas nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan virus

dengue, untuk memutuskan rantai penularannya. Pencegahan

penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes aegypti.14

k. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Penanggulangan penyakit DBD paling baik untuk mencegah

penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya

atau dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN - DBD) dengan melakukan 3M plus.

Penggerakan PSN dengan 3 M plus adalah usaha dari-oleh dan untuk

masyarakat yang bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk Aedes

aegepty.16

l. Definisi KLB DBD

Definisi Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa

dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan

atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

19

Page 15: Revisi Bab II

daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang Kejadian Luar

Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman

Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.

2. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya DBD

Faktor yang yang berhubungan dengan terjadinya penyakit DBD:17

a. Agen penyebab DBD

Agen penyebab DBD adalah virus dengue termasuk grup B

arthropod borne virus dari family Flaviviridae dan dikenal ada 4

serotipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4.

b. Host

Manusia adalah penjamu (host) yang rentan mengalami DBD,

kerentanan individu terinfeksi virus dengue dipengaruhi mobilitas

penduduk, kepadatan penduduk, umur, jenis kelamin, pelaksanaan

PSN – 3 M, pengetahuan, pendidikan, status ekonomi.

1). Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk atau perpindahan penduduk antar daerah

merupakan salah satu predisposisi penularan DBD, hal ini

disebabkan penduduk yang carier mengalami DBD jika berkunjung

kedaerah lain maka individu tersebut merupakan penjamu (host)

yang membawa bibit Aedes aegepty yang dapat menjadi media

transmisi penularan DBD.

20

Page 16: Revisi Bab II

2). Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk merupakan indikator laju pertumbuhan

penduduk dalam suatu daerah, penduduk yang terlalu padat < 100 m

antar rumah merupakan kelompok masyarakat yang rentan

mengalami DBD.

3). Umur

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang

sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat

keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Faktor umur

menempatkan bahwa anak-anak dan lajut usia lebih rentan terhadap

infeksi DBD dibandingkan dengan orang dewasa.

4). Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah penentu sex manusia laki-laki ataupun

perempuan. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap

kerentanan individu, angka kesakitan DBD pada wanita lebih tinggi

dibandingkan pada pria. Wanita mempunyai respon imun yang lebih

kuat dibandingkan dengan pria.

5). Pelaksanaan PSN – 3 M

Kegiatan ini adalah agar masyarakat tahu-mau-mampu mencegah

penyakit DBD di rumah dan lingkungannya dengan melakukan PSN-

DBD secara terus menerus. PSN-DBD dilakukan dengan cara “3M”:

a). Menguras tempat penampungan air

b). Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

21

Page 17: Revisi Bab II

c). Mengubur atau menyingkirkan barang bekas

6). Pengetahuan

Masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang manfaat praktik

PSN - 3M akan bertindak untuk melaksanakan praktik 3M dengan

teratur sebagai upaya pencegahan terjadinya kesakitan akibat DBD

sehingga jentik nyamuk tidak akan berkembang biak di lingkungan

rumah yang berpotensi menyebabkan DBD. 18

7). Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah pada penduduk juga sangat

berpengaruh terhadap penerimaan inovasi atau ide-ide baru yang

juga dapat menjadikan masyarakat sulit diajak berperan serta dalam

penanggulangan DBD.

8). Status ekonomi

Kejadian DBD sering terjadi pada masyarakat yang bertempat

tinggal di daerah endemis dengan keadaan sosial ekonomi rendah.

c. Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang

terjadinya penyakit, hal ini Karena faktor ini datangnya dari luar atau

biasa disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi DBD:15

1). Suhu

Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC-

27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu

22

Page 18: Revisi Bab II

kurang dari 10ºC. Siklus hidup nyamuk dimulai dari telur, larva,

pupa, dan imago, fase telur, larva dan pupa berlangsung di air.

Nyamuk rumah bertelur pada awal musim hujan dengan jumlah telur

200 – 400 butir, telurnya diletakan digenangan atau dikubangan di

area terbuka. Nyamuk rumah mampu bertahan hidup selama 14 hari

pada suhu 20ºC dan 10 hari pada suhu 25ºC.16

2). Kelembaban udara

Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan

peningkatan kejadian yang terus menerus dari vector borne disease.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor

yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis.

3). Musim dan curah hujan

Peningkatan curah hujan mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti, demikian pula pada musim penghujan dikarenakan

akan semakin banyak jumlah tempat penampungan air yang dapat

digunakan sebagai tempat perindukan. Perubahan musim akan

berpengaruh pada frekuensi gigitan nyamuk atau panjang umur

nyamuk dan berpengaruh pula pada kebiasaan hidup manusia untuk

lebih lama tinggal didalam rumah pada waktu musim hujan.

d. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan mempengaruhi tempat perkembang biakan

nyamuk Aedes aegypti terutama tempat-tempat penampungan air

sebagai media breeding place jentik nyamuk untuk berkembang.

23

Page 19: Revisi Bab II

Seperti bak mandi/WC, gentong, tempayan, vas bunga, tempat

minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain.

3. Pemeriksaan darah rutin

a. Pengertian pemeriksaan darah

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya, serta

bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel

darah dan menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang

terutama berperan pada proses pembekuan darah. 19

b. Fungsi pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah dalam laboratorium klinik di rumah sakit

mempunyai fungsi dan peranan sebagai berikut:20

1.   Sebagai penyaring (screening test) suatu penyakit.

Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk

mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes

atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat

memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit

dengan orang yang mungkin tidak menderita yang bertujuan

menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini

penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak

ada gejala atau keluhan). Contoh penyaring (screening test) adalah

pemeriksaan darah untuk mengetahui TORCH (Toksoplasma,

Rubela, Cytomegalovirus dan Herpes simplex).20

24

Page 20: Revisi Bab II

2.  Sebagai penunjang dan penegak diagnosis suatu penyakit.

Pemeriksaan darah dapat merupakan indikator penunjang

untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, hal ini penting

berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta

berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.

Contoh pemeriksaan darah untuk penunjang dan penegak diagnosis

suatu penyakit adalah pemeriksaan kadar Hb untuk menegakkan

diagnosa anemia.

3.  Sebagai differensial diagnosis suatu penyakit

Pemeriksaan darah dapat digunakan untuk membantu klinisi

mendiagnosa penyakit berdasarkan kemungkinan penyebab-

penyebab (differential diagnosis). contoh pemeriksaan darah

sebagai differensial diagnosis suatu penyakit adalah identifikasi

tumor, dengan menggunakan semua informasi dan pemeriksaan

fisik bersama dengan studi-studi laboratorium untuk memasang

suatu daftar dari kemungkinan penyebab-penyebab.20

a. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang

mengandung zat besi, kompleks tersebut berwarna merah dan

terdapat dalam eritrosit, hemoglobin mempunyai 4 gugus hame

yang mengandung besi fero dan empat rantai hemoglobin.

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa O2 pada sel darah

merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah

25

Page 21: Revisi Bab II

Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas

pembawa oksigen pada darah. Sedangkan Menurut William,

hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang

terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian

hame yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Hame

adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi.

Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin

dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam

tiap molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis

polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin

manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis polipeptida

dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141 gugusan

asam amino dan rantai β, yang masing - masingnya

mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin

A dinamai α2β2. pada penderita DBD hemoglobin seseorang

tertajadi penurunan dari biasanya.20

b. Hematokrit (Hct)

Hematokrit (Hct) adalah persentase seluruh

volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma

dengan cara memutarnya didalam tabung khusus

dengan waktu dan kecepatan tertentu dimana

nilainya dinyatakan dalam persen (%). Untuk

tujuan ini, darah diambil dalam semprit dengan

26

Page 22: Revisi Bab II

volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan

kedalam suatu tabung khusus berskala

hematokrit (tabung wintrobe). Untuk pemeriksaan

hematokrit darah tidak boleh dibiarkan

menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan.

Setelah tabung tersebut diputar dengan

kecepatan dan waktu tertentu, maka eritrosit

akan mengendap. Pada penderita DBD biasanya,

ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20%

dari nilai normalnya.

c. Trombosit

Trombosit (platelet) adalah jenis sel darah yang bertanggung

jawab untuk penggumpalan darah normal. Trombosit

berdiameter 2-3 mikron, tetapi bentuk yang besar muncul

ketika produksi meningkat. Produksi trombosit dikendalikan

oleh thrombopoietin. Trombosit bertahan selama 8-10 hari dan

jumlah tertinggi terjadi selama tengah hari. Beberapa obat

dapat meningkatkan jumlah trombosit dengan merangsang

produksi thrombopoietin

d. Leukosit

Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk

komponen darah. Sel ini berfungsi membantu tubuh melawan

berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan

27

Page 23: Revisi Bab II

tubuh. Jumlah yang sehat dalam tubuh adalah 7000-25.000 sel

per tetes.

Pada penderita saat sakit DBD leukositnya akan menurun

berkisar antara 3000-5800.

5.  Sebagai follow up suatu penyakit.

Mengetahui perkembangan panyakit setelah pasien mendapat

terapi pengobatan, serta untuk mengetahui ada tidaknya kelainan

atau penyakit yang dijumpai dan potensial membahayakan akibat

pemberian suatu obat. Contoh pemeriksaan darah sebagai follow up

suatu penyakit adalah pemeriksaan Hb setelah pemberian tablet Fe

selama 90 hari pada ibu hamil yang mengalami anemia.21

a. Imunoglobulin

Imunoglobulin M (IgM) adalah adalah antibodi terbesar IgM

ditemukan dalam darah dan cairan getah bening dan merupakan

jenis pertama dari antibodi yang dibuat sebagai respons terhadap

infeksi.

Imunoglobulin atau antibodi mengacu pada protein yang

mengikat antigen dalam kasus-kasus penyakit tertentu.

Keduanya, IgM dan IgG merujuk pada kelas imunoglobulin.

Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk

melawan antigen seperti bakteri dan virus. Jika IgM mengacu

pada antibodi yang dihasilkan segera setelah terpapar penyakit,

28

Page 24: Revisi Bab II

IgG mengacu pada respon nanti. IgG umumnya memberikan

kekebalan terhadap pasien hanya terhadap penyakit tertentu

yang spesifik pada penderita DBD antibodi seseorang akan

mengalami peningkatan.

b. Immunoglobulin G atau IgG

Immunoglobulin G atau IgG merupakan antibodi yang

ditemukan paling melimpah dalam tubuh manusia. Ia ditemukan

dalam semua cairan tubuh dan melindungi tubuh manusia

terhadap serangan bakteri dan virus pada penderita DBD

antibodi seseorang akan mengalami peningkatan dari biasanya.

Keterangan :1. IgM merupakan antibodi yang langsung dihasilkan begitu

tubuh manusia terkena virus, bakteri atau racun.

2. IgG ditemukan di seluruh tubuh, terutama di sebagian

besar cairan tubuh, sedangkan IgM adalah ditemukan

terutama di darah dan cairan limfatik.

3. IgM lebih besar dalam ukuran dibandingkan dengan

IgG.

4. IgM bersifat sementara dan menghilang setelah beberapa

minggu yang kemudian digantikan oleh IgG.

6.  Sebagai prognosis suatu penyakit.

Pemeriksaan darah dapat menyediakan informasi prognosis

atau perjalanan penyaki untuk memprediksi perjalanan penyakit

serta memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat

29

Page 25: Revisi Bab II

meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Contoh pemeriksaan

darah sebagai prognosis suatu penyakit adalah pemeriksaan laju

glumerolus untuk menentukan stadium gagal ginjal kronik.

c. Cara pemeriksaan darah

Cara pemeriksaan hematologi dibagi menjadi 2 yaitu sebagai

berikut:19

1. Otomatis (hematology analyzer)

Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin

penghitung otomatis (hematology analyzer). Pemeriksaan dengan

mesin penghitung otomatis dapat memberikan hasil yang cepat.

Namun, analyzer memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang

abnormal, misalnya banyak dijumpainya sel-sel yang belum

matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis. Ketika jumlah sel

sangat tinggi sehingga analyzer tidak mampu menghitungnya. Pada

keadaan seperti ini, pemeriksaan manual sangat diperlukan.

2. Manual

Dalam kasus jumlah sel yang sangat tinggi dimana analyzer tidak

mampu menghitungnya, maka pemeriksaan manual menjadi

pilihan untuk dilakukan. Keuntungan dari penghitungan manual

adalah bahwa mesin penghitung otomatis tidak dapat diandalkan

dalam menghitung sel abnormal. Dalam hal ini diperlukan

pemeriksaan manual terhadap apusan darah. Pemeriksaan secara

mikroskopik akan memberikan informasi mengenai leukosit-

30

Page 26: Revisi Bab II

leukosit yang abnormal dan variasi bentuk eritrosit. Pemeriksaan

manual juga dapat memberikan informasi mengenai adanya jenis

sel lain yang biasanya tidak dijumpai dalam darah tepi, misalnya

sel plasma. Selain itu, adanya trombosit yang menggerombol

(clumps) yang menyebabkan rendahnya jumlah trombosit.

d. Jenis parameter darah rutin

Parameter darah rutin meliputi: Hemoglobin, Hematokrit,

Leukosit (White Blood Cell / WBC), Trombosit (platelet), Eritrosit

(Red Blood Cell / RBC), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC),

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR),

Hitung Jenis Leukosit, Platelet Disribution Width (PDW) dan Red

Cell Distribution Width (RDW).7

B. Penelitian terkait

Hasil penelitian Juniardi (2006) tentang hubungan hasil pemeriksaan

parameter hematologi dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue (DBD)

di RSUD Pagesangan Kota Mataram menunjukan bahwa dari hasil uji statistik

chi square didapat p value = 0,010 ada hubungan hasil pemeriksaan parameter

hematologi dengan derajat klinik DBD.2

C. Kerangka teori

31

Page 27: Revisi Bab II

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset

berasal atau dikaitkan:23

Sumber : 6 Gambar 2.4 Kerangka teori

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang berhubungan

antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan.23 Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

:

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat digambarkan bahwa peneliti akan

32

Hasil pemeriksaan darah rutin Derajat klinik DBD

Kejadian DBD

Pemeriksaan darah rutin

- Hemoglobin

- - Trombosit

-

Derajat klinik DBDDerajat 1 Derajat IIDerajat IIIDerajat IV

Page 28: Revisi Bab II

mencari hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin, trombosit,

hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue (DBD) di

RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.

E. Hipotesis penelitian

1. Ha : Ada hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin, trombosit,

hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam Berdarah Dengue

(DBD) di RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun

2013.

2. Ho : Tidak ada hubungan hasil pemeriksaan darah rutin hemoglobin

trombosit, hematokrit, leukosit dengan derajat klinik Demam

Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2013.

33