review rtrw kota semarang
TRANSCRIPT
Kelompok:Andiri Rahadian
Faradina IlmaNurma KumaladewiShahnaz Acrydiena
Latar Belakang
Konsep Pembangunan Wilayah Berkelanjutan:
- Pilar pembangunan berkelanjutan
- Model Compact City sebagai salah satu solusi
Kriteria Muatan Rencana Tata Ruang dalam Kaitannyadengan Pembangunan Wilayah Berkelanjutan
Analisis SWOT Kota Semarang
Rumusan Usulan Strategi Pembangunan berdasarkananalisis SWOT
Evaluasi RTRW Kota Semarang ditinjau dari efektivitaspenyelesaian masalah perkotaan
Kesimpulan Hasil Evaluasi
Rekomendasi Perbaikan
• Sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar ke-8 diIndonesia (BPS, 2010), Kota Semarang dihadapkan padaberbagai permasalahan akibat tingginya arus urbanisasi
• Disisi lain, Undang-Undang mengamanatkan disusunnya RTRW sebagai instrumen pengendalian pembangunan
• Perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektivitas RTRW Kota Semarang dalam mengakomodir potensi dan mengatasipermasalahan yang terjadi di Kota Semarang
• Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan
• Topografi Kota terdiri dari derah pantai, dataran rendah, dan perbukitan
• Dilintasi oleh sungai-sungai besar ,dan pada musim hujan, Kota Semarang sebagai daerah hilir, seringkali dilanda banjir akibat dari limpasan debit air dari sungai-sungai besar yang melintas tersebut
• Luas wilayah Kota Semarang sebesar 373,70 Km2 dengan penggunaan lahannya berupa lahan sawah seluas 39,56 Km2 (10,59%) dan 334,14 Km2 (89,41%) bukanlahan sawah
• Sebaran penduduk kota belum merata. Kecamatan Semarang Tengah merupakan wilayah terpadat, sedangkan Kecamatan Mijen merupakan wilayah dengan kepadatan terendah
• Dari sisi ekonomi, terdapat 2 sektor yang cukup besar sumbangannya dalam PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan
LATAR BELAKANG
• kemajuan dan kemakmuran suatu kota atau wilayah lebihsering dilihat dari parameter ekonomi (PDRB, GDP)
• Pembangunan yang hanya berorientasi ekonomi akanmenimbulkan ketidak seimbangan dan cenderungmengabaikan kelestarian alam
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai:
“ Pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhangenerasi saat ini tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya”
PEMBANGUNAN KOTA
BERKELANJUTAN
’
SOSIAL
’ EKONOMI
’
’
TATA KELOLA PEMERINTAHAN KOTA YANG BAIK
LINGKUNGAN
Compact city:
• suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya (Cowan, 2004)
• argumen kunci dalam konsep compact city adalah adanyasistem transportasi yang berorientasi pada angkutan umum, pencegahan penggunaan kendaraan bermotor serta pembatasan jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J. 2001)
A. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruangtersebut, maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidakdirencanakan
B. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup Pasal 14 menyatakan KLHS wajib disusunoleh pemerintah untuk memastikan bahwa prinsip pembangunanberkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalampembangunan suatu wilayah
Dalam kerangka KLHS, diharapkan agar RTR yang disusun dapat menjawabpertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah rancangan RTR berpotensi:
1. Mendorong timbulnya percepatan kerusakan sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan yang kini tengah berlangsung disuatu wilayah atau DAS?
2. Meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis ekologi?
3. Menurunkan mutu air dan udara termasuk ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk padat?
4. Meningkatnya jumlah penduduk golongan miskin sebagai akibat adanyapembatasan baru atas akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses?
5. Mengancam keberlanjutan penghidupan (livelihood sustainability) suatukomunitas atau kelompok masyarakat tertentu di masa mendatang?
(Sumber: KemenLH)
Muatan RTRW Kriteria
1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Mampu merangkum arah pembangunan berdasarkan potensi dan
karakteristik kota dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan
2 Rencana Struktur Ruang
a. Rencana Pusat-pusat Pelayanan Mendukung persebaran pusat-pusat pelayanan secara merata untuk
menghindari penumpukan aktivitas
b. Rencana sistem prasarana
1) Rencana sistem jaringan
transportasi
Mengembangkan sistem jaringan jalan yang terpadu dalam rangka
kemudahan aksesibilitas disesuaikan dengan prediksi kebutuhan
volume jalan
Mendorong pengembangan moda transportasi publik massal untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi
2) Rencana sistem prasarana lainnya
a) Sistem energi kelistrikan Mampu menjangkau pusat-pusat permukiman secara merata
b) Sistem jar. telekomunikasi Mampu menjangkau pusat-pusat permukiman secara merata
c) Sistem jar. SDA Mengidentifikasi wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung
Adanya pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai
untuk melindungi fungsinya
Mendorong sistem penyediaan air bersih berbasis PDAM sehingga
mengurangi penggunaan ABT
Mengembangkan sistem pengendali banjir kota
Muatan RTRW Kriteria
d) Infrastruktur perkotaan
1 Air limbah Terdapat sistem pengolahan air limbah baik limbah domestik maupun industri
2 persampahan Jumlah TPA dan TPS sesuai kebutuhan dan memenuhi criteria penempatan
lokasi
Jalur pengangkutan sampah mampu menjangkau pusat-pusat permukiman
secara merata
3 drainage Terbangun secara terstruktur sesuai dengan standar kebutuhan drainage
untuk menghindari permasalahan banjir
4 pejalan kaki Tersedia secara merata dalam kondisi baik serta terintegrasi dengan sistem
jaringan jalan
3 Rencana Pola Ruang
a. Rencana Kawasan Lindung
1) Hutan lindung Dipertahankan keberadaannya
Adanya pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan lahan sekitar hutan
lindung untuk menghindari perambahan hutan
2) Kaw. resapan air Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan ruang sekitar kawasan
3) Kaw. lindung setempat
(sempadan)
Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan ruang sekitar kawasan
4) RTH kota Adanya arahan untuk pemenuhan RTH perkotaan sebesar 30% dari luas kota
melalui:
- Pembangunan RTH baru
- Revitalisasi RTH yang terlantar
- Pemeliharaan dan peningkatan fungsi RTH yang sudah ada
5) Kawasan cagar budaya Revitalisasi kawasan cagar budaya
6) Kawasan rawan bencana
alam
Upaya pembebasan kawasan dari aktivitas dan pembangunan
Muatan RTRW Kriteria
b Rencana Kawasan Budidaya
1) Kaw. perumahan Perumahan kepadatan tinggi didorong di pusat kota dengan arahan pertumbuhan
hunian secara vertikal
Perumahan kepadatan sedang dan rendah dilokasikan di daerah pinggiran kota
dengan menjaga agar pertumbuhannya tidak mengganggu luasan kawasan lindung
2) Kaw.
Perdagangan dan
jasa
Didorong pertumbuhannya secara vertikal di pusat kota
Persebaran kawasan pusat perbelanjaan skala besar perlu diperhatikan agar tidak
menambah beban aktivitas pusat kota
3) Kaw. perkantoran Didorong pertumbuhannya secara vertikal di pusat kota
4) Kaw. Industri Dibatasi pertumbuhannya agar tidak mengganggu kawasan dengan fungsi lindung
dan tidak menambah beban lingkungan akibat limbah produksi
5) Kaw. Pariwisata Didorong perkembangannya melalui infrastruktur yang memadai
Disusun arahan pemanfaatan yang secara khusus mampu mengangkat potensinya
6) Kaw. Ruang
terbuka non hijau
Ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di pusat kota sebagai media sosialisasi
7) Peruntukkan
ruang sektor
informal
Dialokasikan pertumbuhannya pada titik-titik tertentu dengan dilengkapi prasarana
yang memadai (perparkiran, air bersih, listrik, dll)
8) Kaw. pertanian Dipertahankan keberadaannya dan dilindungi dari tekanan alih fungsi lahan
Muatan RTRW Kriteria
4 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis
a. Kaw. Strategis
pertumbuhan
ekonomi
Dipertahankan di pusat kota
Didukung dengan infrastruktur sehingga berdaya optimal
b. Kaw. Strategis
bidang daya dukung
lingkungan
Revitalisasi fungsi kawasan dan perlindungan terhadap aktivitas yang
mengganggu fungsi
c. Kaw. Strategis
bidang sosial
budaya
Revitalisasi fungsi kawasan dan dukungan kegiatan yang mendukung
kepariwisataan
A. STRENGHT
1. Memiliki posisi geostrategis sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah dan berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa
2. Memiliki potensi pariwisata alam dengan kondisi topografi yang terdiri dari Kota Bawah dan Kota Atas
3. Memiliki potensi pariwisata sosial budaya karena memiliki bangunan-bangunan peninggalan sejarah dan keragaman etnis, budaya dan agama masyarakat
4. Adanya sarana pendidikan tinggi berskala nasional-internasional yaitu Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang
5. Masih adanya kawasan dengan fungsi lindung di terutama di Kota Atas
6. Pesatnya laju pertumbuhan sektor perdagangan, jasa, dan industri Kota Semarang
B. WEAKNESS
1. Rob dan Banjir di terutama di Kota Semarang bagian utara
Dikarenakan adanya penurunan muka tanah (land subsidance)
Pengambilan air tanah
Reklamasi pantai
Penambahan luasan kawasan terbangun
2. Kemacetan lalu lintas
Kualitas transportasi publik yang kurang baik
Beberapa titik kemacetan: Jatingaleh, Kaligawe, dan SimpangLima
3. Konversi Lahan yang tidak terkendali khususnya lahan pertanian
terjadi konversi lahan pertanian seluas 60,63 ha selama kurun waktu 2000-2009
Pola konversi terjadi di daerah pinggiran seperti Kecamatan Gunungpati, Tembalang, Gayamsari
Keberadaan lahan pertanian harus dipertahankan terutama untuk daerah yang berfungsi resapan
Jika diabaikan akan berdampak buruk bagi kota bawah terutama masalah banjir
4. Rusaknya Ekosistem Mangrove dan Abrasi di Kawasan Pesisir Kota Semarang
Perakaran mangrove efektif untuk perangkap sedimen, memperlambatkecepatan arus dan mencegah erosi pantai
Tak adanya penahan gelombang (mangrove), makin membuat terkikisnyapesisir di sepanjang pantai utara Jawa
Kawasan pantai Semarang masih memiliki lahan ekosistem mangrove seluas36,51 Ha yang 11 hektar diantaranya semakin rusak kondisinya
5. Kurangnya RTH di area perkotaan Kota Semarang
Konversi ruang terbuka hijau (RTH) menjadi bangunan menyebabkan degradasi kualiatas lingkungan Kota
Berkurangnya daerah resapan air, penghasil O2, penetralisir karbon, ruangaktivitas sosial, dan pengendali iklim mikro kota
Saat ini luasan RTH Kota Semarang adalah sebesar 7,71%, angka ini masih jauhdibawah target luasan RTH yang dimanatkan UUPR yaitu sebesar 30% dari luaskawasan perkotaan
No Kawasan Luas (Ha)
1 Taman Kota 15.70
2 Lapangan Olah Raga 72,99
3 Kawasan Hutan Non Budidaya 1.083,00
4 Pemakaman 270.50
5 Pekarangan dll 1.438,94
Total 2.881,13
Luas Kota Semarang 37.360,94
Prosentase RTH Kota Semarang 7,71%Sumber: Bappeda Kota Semarang 2012
6. Munculnya pusat-pusat permukiman baru yang tidak terkendali
Faktor kepadatan penduduk dan meningkatnya harga lahan di pusat kota menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di pinggiran Kota Semarang
Munculnya lokasi-lokasi hunian baru di pinggiran Kota Semarang mendorong terjadinya pertumbuhan spasial yang tidak terkendalidan kecenderungan pemanfaatan lahan yang tidak efisien
7.Perkembangan aktivitas kawasan industri berpengaruh terhadap fungsi lindung kawasan
Peruntukan lahan bagi kawasan industri yang berlokasi di pinggiran kota dikhawatirkan perkembangannya akan berpengaruh terhadap luasan kawasan lindung
keberadaan kawasan industri membawa dampak langsung yang diterima oleh permukiman yaitu sprawling, kebisingan dan polusi
1. Adanya kebijakan pengembangan ekonomi melalui pengembangan kawasan Joglosemar (Yogyakarta, Solo, Semarang)
Poros Joglosemar dikembangkan menjadi segitiga emas lokomotif pengembangan ekonomi mulai bisnis, jasa, pariwisata, industri, dan pembangunan infrastruktur
Upaya yang dilakukan melalui pembangunan infrastruktur dalam bentuk pengembangan bandar udara bertaraf internasional sertarencana pembangunan jalan tol Yogyakarta – Solo – Semarang
2. Adanya kerjasama investor terutama dalam bidang perdagangan dan jasa serta pariwisata
jumlah investor dan investasi selama 5 tahun telah mengalami kenaikan yaitu dari 1.560 investor pada tahun 2005 menjadi 2.253 investor pada tahun 2009
Kondisi ini perlu didukung perbaikan infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi
1. Kedudukannya sebagai Ibukota Provinsi Jateng dapat menjadi ancaman urbanisasi yang besar dari kota-kota di sekitarnya.
Tingginya arus urbanisasi yang tidak diimbangi oleh perbaikan dan penambahan sarana prasarana akan menyebabkanterjadi ketimpangan supply dan demand sehingga berdampak pada kesemrawutan kota
2. Bagian utara Kota Semarang merupakan bagian kota yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa
Letaknya yang di bagian pesisir merupakan ancaman tenggelamnya bagian utara Kota Semarang
terjadi penurunan muka tanah di wilayah pesisir Kota Semarang sebesar 5,165 cm/tahun
A. Strategi S-O Meningkatkan kerjasama regional dengan kota-kota disekitarnya
melalui perbaikan infrastruktur baik di bidang ekonomi, transportasi, pariwisata, dll
Memberikan kemudahan dalam berinvestasi dengan cara pengalokasian ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa serta penyediaan infrastruktur yang mendukung.
Pengaturan ruang-ruang kawasan budidaya secara optimal tanpa mengganggu luasan kawasan lindung.
B. Strategi S-T Pemanfaatan potensi ruang terbuka hijau di Kota Atas sebagai area
resapan air. Melakukan pengaturan kepadatan penduduk untuk menghindari
kekurangan pemenuhan prasarana dan sarana. Membentuk sub-sub pusat guna mendukung fungsi pusat kota
diantaranya untuk mencegah pertambahan kepadatan penduduk di pusat kota dan membatasi penggunaan sumberdaya di pusat kota.
C. Strategi W-O
Memperbaiki infrastruktur transportasi untuk mengurangi kemacetan dan menunjang pengembangan kawasan Joglosemar
Kebijakan penataan prasarana sarana serta kepadatan bangunan di kota.
Perbaikan daerah pesisir untuk pengembangan wisata pesisir.
Kebijakan penataan daerah pinggiran
Perkembangan aktivitas kawasan industri berpengaruh terhadap fungsi lindung kawasan.
D. Strategi W-T
Pembatasan penggunaan ABT untuk kegiatan perkotaan terutama di bagian utara Kota Semarang
Memperbaiki sistem transportasi massal guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Pembuatan Peraturan tentang pengendalian konversi lahan pertanian subur di pinggiran Kota Semarang.
Menjaga dan melestarikan mangrove di daerah pesisir
Pembuatan Taman sebagai RTH khususnya di kawasan perkotaan
Penyediaan Prasarana dan sarana dasar yang memadai sesuai kebutuhan dan jumlah penduduk Kota Semarang
A. Permasalahan kemacetan Kota Semarang
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Pada kebijakan pengembangan pola ruang, terlihat adanyaarahan untuk mengoptimalkan pengembangan kawasan dipusat kota melalui perwujudan pemanfaatan ruang yang efisiendan kompak
Pemusatan aktivitas di pusat kota akan menambah beban lalulintas jalan, hal ini harus ditangani strategi transportasi yang tepat
Salah satu kebijakan pengembangan struktur ruang berbunyi“Peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusatkegiatan”
2. Ditinjau dari rencana struktur ruang
a. Pusat-pusat pelayanan
• Kemacetan di Kota Semarang terpusat diBWK I, II, dan III
• Munculnya pusat-pusat permukimanbaru di daerahpinggiran kotaSemarang dapat dilihatsebagai potensikemacetan
• Pergerakan kendaraanakan menambahbeban jalan-jalanpenghubung
b. Rencana sistem jaringan jalanKONSEP MODEL STRUKTUR JARINGAN a. RADIAL
- Inner Ring Road- Midle Ring Road- Outer Ring Road
b. KONSENTRIK- Internal Radial- Regional Radial
Ke JAKARTA
Ke SOLO
Ke SURABAYA
Konsep Pola Jalan Kota Semarang (Radial Konsentrik)
c. Rencana Sistem Angkutan Umum
Dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan, sistem angkutanumum kota memegang peranan yang penting
Jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkatmenyebabkan pada titiktertentu luas jaringan jalan tidak akan mampu melayani kebutuhanpergerakan
Kondisi angkutan umum yang tidak nyaman serta trayek angkutan yang belum menjangkau seluruh bagian wilayah Kota Semarang menyebabkanpenggunaan angkutan umum belum menjadi prioritas warga kota.
Rencana angkutan umum yang dijabarkan pada rencana struktur masihbersifat umum
terlihat bahwa pemerintah daerah belum memiliki konsep yang jelasdalam pengambangan sistem transportasi berbasis angkutan umummassal
1. Ditinjau dari rencana struktur ruang
Adanya rencana pengembangan infrastruktur:
a. pengembangan kolam tampung air di KecamatanSemarang Utara;
b. pengembangan tanggul pantai di Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Genuk;
c. normalisasi aliran sungai di seluruh wilayah Kota Semarang;
d. peningkatan kualitas jaringan drainase di seluruh wilayahKota Semarang
Pelabuhan
Tambak
Permukiman
Stasiun
Industri
Peta Guna Lahan Eksisting Semarang Utara
Pelabuhan, Bandara & Stasiun
Kaw. Mix-use
Kaw. Wisata
Kaw. Perdagangan & Jasa
Industri
Rencana Pola Ruang Semarang Utara
RTH/lahan tidak terbangun
Permukiman
Peta guna lahan eksisting di Kec. Mijen, Kec. Gunung Pati, dan Kec. Ngaliyan
Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Holtikultura
Permukiman
Peta Rencana Pola Ruang di Kec. Mijen, Kec. Gunung Pati, dan Kec. Ngaliyan
Ditinjau dari Rencana Pola Ruang
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataanruang
Sudah termuat beberapa arahan pengelolaan kawasanpantai, diantaranya:
a. Melakukan penghijauan kawasan pantai; dan
b. Mengelola dan mengembangkan reklamasi pantai yang mendukung kelestarian lingkungan dan keberlanjutanpenghidupan masyarakat.
Strategi diatas masih bersifat umum dan belum adastrategi untuk memperbaiki ekosistem mangrove yang sudah rusak
2. Ditinjau dari Rencana Pola Ruang Lokasi kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan di kecamatan
Tugu dan Genuk Kebijakan mempertahankan kawasan pesisir terdapat pada
rencana kawasan lindung yaitu sempadan pantai Rencana sempadan pantai meliputi:
- perlindungan dan penguatan garis pantai- penghijauan sempadan pantai- pengaturan pemanfaatan sempadan pantai hasil reklamasi
dalam RTR juga disebutkan rencana untuk melakukan penanaman tanaman keras, tanaman perdu, dan pemasangan batu beton untuk melindungi pantai dari abrasi
3. Dintinjau dari arahan pengendalian pemanfaatan ruang belum dijabarkan instrument pengendalian yang secara khusus
mengatur pemanfaatan ruang pada kawasan pantai/pesisir
1.Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Adanya itikad pemerintah untuk menambah luasan RTH melalui
kebijakan pengelolaan kawasan lindunga yang berbunyi“peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah kota”
Kebijakan tersebut dijabarkan pada strategi yang berbunyi:1) Mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau
yang ada; 2) Mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih
fungsi; 3) Meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan
pusat kota; dan4) Mengembangkan kegiatan agroforestry di kawasan pertanian
lahan kering yang dimiliki masyarakat
2. Ditinjau dari rencana pola ruang
Rencana Pengembangan RTH Kota Semarang
RTHKoridor hijau
RTH Kaw. Rawangerakan tanah danlongsor
RTH EkowisataHutan Produksi
Peta RencanaRTH Kota Semarang (2011-2031)
Permasalahan minimnya luasan RTH……..(lanjutan)
3. Ditinjau dari arahan pemanfaatan ruang (indikasi program)
No Program Utama Lokasi Waktu Pelaksanaan Sumber
dana
Biaya Instansi
PelaksanaPJM I PJM II PJM III PJM IV
2016-2020 2021-2025 2026-2031
1 Penghijauan
sempadan pantai
Seluruh
wilayah
pantai
APBD 3.000 BLH, Din.
Pertanian,
DKP
2 Penghijauan
sempadan sungai
Seluruh
wilayah kota
APBD 3.000 BLH, Din.
Pertanian,
DKP
3 Penghijauan
sempada waduk
dan embung
Seluruh
wilayah kota
APBD 3.000 BLH, Din.
Pertanian,
DKP
4 Pengembangan
RTH
Seluruh
wilayah kota
APBD 30.000 Dintarsih,
Din.
Pertanian
Arahan pemenuhan RTH masih bersifat umum Diperlukan rencana aksi penambahan luasan RTH yang lebih operasional yang
menggambarkan program-program prioritas pembangunan RTH, lokasi, penambahanluasan, tahapan-tahapan pembangunan, dll agar target pemenuhan luasan RTH 30% betul-betul dapat tercapai.
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi
Strategi yang ditetapkan untuk mencegah dan mengatasi tumbuhnya pusat-pusat permukiman baru adalah pengembangan ruang kota yang kompak dan efisien
Strategi ini sesuai dengan konsep pembangunanberkelanjutan yang salah satunya menerapkan compact city
Baru berupa arahan untuk memusatkan kepadatan dipusat kota belum berisi arahan untuk permukiman baruyang bermunculan di pinggir kota
A
B
BB
C
Peta Rencana Zonasi kawasanperumahan
Perumahan kepadatan tinggi(BWK I, II, III, V)
Perumahan kepadatansedang (BWK IV, VI, VII, danX khusus kec. Tugu
Perumahan kepadatanrendah (BWK VIII, IX, dan X khusus kecamatan Ngaliyan)
B
A
C
Ditinjau dari rencana pola ruang
• Zonasi perumahan cukup tepat dansesuai dengan kondisi lapangan
• Belum mengakomodir pusat-pusatpertumbuhan baru seperti UNDIP diTembalang dan kawasan industri diNgaliyan yang berpotensi menjadikawasan berkepadatan tinggi
• Harus disusun RDTR untuk kawasantersebut untuk mengendalikansprawl
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Terdapat kebijakan pengembangan kawasan budidaya yang berbunyi“pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan dayadukung dan daya tampung lingkungan”
Sedangkan pada kebijakan tersebut terdapat strategi yang berbunyi“membatasi pengembangan kawasan industri”
2. Ditinjau dari rencana pola ruang
Terdapat 3 (tiga) klasifikasi kawasan industri di Kota Semarang, yaitu:
a. Kawasan berikat yang berlokasi di Kecamatan Semarang Utara danKecamatan Tugu
b. Kawasan industri dan pergudangan yang terletak di Kec. Genuk, Kec. Candisari, Kec. Mijen, Kec. Pedurungan, dan Kec. Semarang Timur
c. Kawasan industri kecil dan rumah tangga yang terdapat di Kec. Genuk dan Kec. Semarang Timur
Peta guna lahan eksisting Kota Semarang
Kaw. industri
Tambak
Kaw. industri
Kaw. transportasi
Kaw. wisata
Peta Rencana Pola Ruang Kota Semarang(2011-2013)
1. Kebijakan pembangunan yang ditetapkan melaluidokumen perencanaan tersebut belum menerapkanprinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secaraholistik, terstruktur, dan spesifik
2. Beberapa strategi penyelesaian permasalahan yang dimuat masih bersifat umum dan belum menjabarkanlangkah-langkah penyelesaian masalah yang aplikatif
3. beberapa rencana penempatan dan pengembangankawasan-kawasan budidaya dalam rencana pola ruangdikhawatirkan akan mengganggu fungsi lindung yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungankehidupan di Kota Semarang secara keseluruhan
1. Perlu dikembangkan sistem jaringan angkutan publik massal yang terintegrasi dan mampu menjangkau seluruh bagian wilayah kotauntuk mengantisipasi tren penggunaan kendaraan pribadi yang cenderung meningkat di masa yang akan datang yang berpotensimenimbulkan kemacetan dan menurunkan produktivitas kota.
2. Perlu dilakukan pembatasan aktivitas di Semarang Utara yang berpotensi meningkatkan penggunaan Air Bawah Tanah (ABT) yang berdampak pada penurunan muka air tanah dan peningkatan resikobanjir rob, selain itu perlu didorong penyelesaian masalah banjirmelalui pembangunan proyek-proyek pengendali banjir.
3. Perlu dilakukan pengendalian perizinan pembangunan yang ketatterutama pada kawasan-kawasan pinggiran Kota Semarang yang berfungsi sebagai daerah resapan air agar tidak beralih fungsimenjadi kawasan-kawasan terbangun.
4. Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci sebagai upayamemperbaiki dan menyelamatkan ekosistem di wilayah pesisir(mangrove dan pantai).
5. Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci dalam upaya penambahan luasanRTH Kota Semarang yang antara lain dapat dilakukan melalui:
• Penambahan luasan RTH baru (pembebasan lahan untuk pembuatantaman kota)
• Revitalisasi RTH lama (pembebasan kawasan sempadan sungai, sempadanrel kereta, sempadan SUTET, dll untuk dikembalikan fungsinya sebagai RTH)
• Pemeliharaan dan peningkatan fungsi RTH lama (taman-taman kota yang selama ini pasif)
• Peningkatan kerjasama dengan sektor swasta dalam rangka penghijauan
6. Perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan-kawasanpertumbuhan baru untuk mengendalikan dan menata pertumbuhan.
7. Perlu dilakukan pembatasan aktivitas kawasan Industri di dalam Kota Semarang karena keberadaannya mengancam fungsi lindung dan kelestarianlingkungan. Karena itu disarankan untuk mengalihkan kawasan industri padadaerah-daerah di luar batas administrasi Kota Semarang.