review makalah islam asia tenggara

103
ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM Oleh: Muhammad ridha A. Asal Usul Brunei Darussalam Terkait berbagai nama yang merujuk kepada sebutan Brunei Darussalam berdasarkan berbagai sumber dan catatan. Antara sumber dan catatan tersebut ialah dari catatan Negara China, Arab, dan juga Barat. Dalam bukunya Liku-liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam karangan Haji Zainuddin Haji Hassan, antara nama-nama yang merujuk kepada Brunei disebut ‘Po-li’ wilayahnya di sebuah pulau di sebelah tenggara Canton. Menurut catatan China zaman Dinasti Tang menyatakan Brunei dengan nama ‘Po-lo’ dan wilayahnya merujuk lokasi yang sama. Tetapi selepas tahun 642, 669, dan 711 M, nama ‘Po-lo’ tidak disebutkan lagi hingga ke zaman Dinasti Ming. Dalam zaman Dinasti Sung (960-1279 M) Brunei terkenal dengan nama Po-lo disebut ‘Puni’ terletak di laut barat daya juga. Menurut Charington, Puni adalah sama dengan Po-li. Sedangkan dalam bahasa Sankrit dengan nama Bharuna atau Varuna manakala pedagang Arab menyebut Zahaj atau Randj dan Kamarun (sebutan kepada Pulau Brunei) 1 . 1 Wan Ariffin Wan Yon, Kesultanan Melayu Brunei: Kemunculan, Perkembangan dan Pertemuan Dengan Peradaban Asing, Kuala Lumpur: 1 | Review Makalah MK. Islam Asia Tenggara

Upload: jasmadi-m-yunus

Post on 11-Sep-2015

83 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

review makalah mata kuliah islam asia tenggara

TRANSCRIPT

ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAMOleh:Muhammad ridha

A. Asal Usul Brunei DarussalamTerkait berbagai nama yang merujuk kepada sebutan Brunei Darussalam berdasarkan berbagai sumber dan catatan. Antara sumber dan catatan tersebut ialah dari catatan Negara China, Arab, dan juga Barat.Dalam bukunya Liku-liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam karangan Haji Zainuddin Haji Hassan, antara nama-nama yang merujuk kepada Brunei disebut Po-li wilayahnya di sebuah pulau di sebelah tenggara Canton. Menurut catatan China zaman Dinasti Tang menyatakan Brunei dengan nama Po-lo dan wilayahnya merujuk lokasi yang sama. Tetapi selepas tahun 642, 669, dan 711 M, nama Po-lo tidak disebutkan lagi hingga ke zaman Dinasti Ming. Dalam zaman Dinasti Sung (960-1279 M) Brunei terkenal dengan nama Po-lo disebut Puni terletak di laut barat daya juga. Menurut Charington, Puni adalah sama dengan Po-li.Sedangkan dalam bahasa Sankrit dengan nama Bharuna atau Varuna manakala pedagang Arab menyebut Zahaj atau Randj dan Kamarun (sebutan kepada Pulau Brunei)[footnoteRef:1]. Kedudukan Brunei dan pelabuhannya yang teduh serta hasil-hasilnya menjadikan Brunei terkenal di kalangan ahli pelayaran dan pedagang-pedagang yang berulang-balik dari tanah Arab ke India, Melayu, China dan sebaliknya melalui jalan perdagangan lama yang dikenali sebagai jalan sutera laut atau jalan rempah ke wilayah Melayu. [1: Wan Ariffin Wan Yon, Kesultanan Melayu Brunei: Kemunculan, Perkembangan dan Pertemuan Dengan Peradaban Asing, Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2005, hlm 25.]

Menurut catatan dari China, Kerajaan Brunei merupakan sebuah negeri yang tangku dan berpengaruh. Kewujudan Brunei telah lama dikenali dalam sumber catatan dari China dengan beberapa nama seperti Po-ni. Menurut seorang pengkaji sejarah Brunei, Haji Jamil Sufri, perbedaan riwayat China dari segi nama ini disebabkan oleh perubahan Dinasti yang berlaku di Negara China yang menyebut mengikut sebutan masing-masing.

B. Letak Geografis dan Sejarah Awal Brunei DarussalamSecara geografis Brunei Darussalam terletak di pantai barat-laut pulau Kalimantan Borneo dan berbatasan dengan Serawak disebelah barat daya, Sabah di sebelah timur laut, sedangkan disebelah barat dan selatan berbatasan dengan Negara Indoensia. Brunei adalah salah satu Negara yang mempunyai luas wilayah yang tergolong kecil, dan menempati urutan ke -148 di dunia setelah Siprus dan Trinidad. Dalam perbandingannya Negara Brunei Darussalam sebanding dengan luas wilayah Aceh Tengah di Indonesia. Dengan luas wilayah 5765 Km, berpenduduk sekitar 281.000 jiwa (tahun1995), dengan kepadatan 178 per mil. Penduduknya terdiri dari Melayu 65%, China 20% dan sisanya sekitar 15% adalah penduduk Brunei lainnya dari suku Dayak yang menghuni daerah pinggiran, dan tersebar di bagian barat-laut Borneo sepanjang daratan pesisir.[footnoteRef:2] [2: Ahmad Ibrahim, DKK, Islam di Asia Tenggara Perkembangan Kontemporee, LP3ES, 1990, hlm, 387]

Sejarah awal Brunei dapat dilacak berdasarkan sejarah zaman tamaddun manusia terawal yang di temui di kawasan yang dikenali sebagai Kota Batu. Dari aspek ketamadunnya, Brunei merupakan pusat peradaban manusia pada zaman antara 500 hingga 1000 tahun yang lalu. Ini terbukti dengan terdapatnya temuan-temuan seperti tembikar, mata uang. Tambahan pula pada zaman kegemilangan kemaharajaan Budha Sriwijaya pada abad ke -8. Borneo Barat adalah tempat persinggahan yang paling disukai ahli pelayaran dan pedagang dari India dan China.Selain itu terdapat pula cerita legenda Melayu Brunei yang terdapat dalam Syair Awang Semaun, terdapat kisah mengenai penemuan Negara Brunei. Dalam syair Negarakretagama pula, kerajaan Brunei dikatakan pernah menjadi jajahan taktuk Majapahit. Setelah diisyaratkan bebas dari pada Majapahit, Kerajaan Brunei bernaung dengan Negara China sehingga wujudnya interaksi erat antara Kerajaan Brunei dan Negara China. Dari sini dapat kita lihat bahwa Brunei mempunyai sejarah yang lama dan bukanlah hanya sebuah wilayah kecil tetapi sebuah Negara yang mempunyai sistem.

C. Sejarah Awal Masuknya Islam di Brunei DarusalamSejarah menyebutkan Brunei memang sudah melakukan kontak sosial dan perdagangan sebelum Islam berkembang di sana. Perjalanan perniagaan antara China dengan Brunei (Po-ni) menggunakan jong-jong (sejenis kapal kecil) membawa barang dagangannya seperti tembikar, perak, emas, kerang-kerangan dan kain sutera.[footnoteRef:3] [3: Dr, Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Lika-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam, Jabatan Pusat Sejarah Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, Brunei Darussalam, 1992, hlm XVIII]

Informasi lain ketika Tome Pires dan Ruy de Brito menyebutkan bahwa dengan membawa bahan-bahan mentah seperti beras, ikan, daging, madu lebah, emas dan kapur barus, selanjutnya dari Malaka, bahan-bahan ini di bawa pulang ke Pegu sedangkan bahan-bahan yang dibeli dan dibawa balik oleh pedagang-pedagang Brunei ialah kain India, cermin serta alat perhiasan dari Asia Barat.[footnoteRef:4] [4: Muhammad Yosuff Hashim, Kesultanan Melayu Malaka, Dewan Bahasa dan PErpustakaan Kementerian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur, 1990, hlm, 250]

Dari kontak kegiatan perniagaan ini diketahui bahwa masyarakat Brunei bertemu dengan para pedagang muslim, China, Persia dan India. Hal ini sangat erat dengan penaman Brunei itu sendiri, dan juga kita bisa melihat bahwa sebelum Islam datang ke Brunei agama yang di anut oleh masyarakat adalah Hindu-Buddha. Untuk mempekuat argumen ini kita bisa melacak dalam tulisan Negarakertagama yang disebutkan bahwa tradisi pengaruh Majapahit mencakup Sumatera, Semenanjung Melayu, Mendawai, Brunei dan Tanjung Puri di Kalimantan, termasuk timur Jawa meliputi Bali, Makasar, Banda dan Maluku.[footnoteRef:5] Hal lain bisa dilihat dari nama raja Brunei sebelum mereka berganti menjadi nama Islam dan juga penyebutan Brunei. Masuknya Islam Awang Alak Betatar sebagai babak baru bagi perkembangan Islam di Brunei. [5: D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggara, Usaha Nasional, Surabaya, hlm, 82-83]

Keberadaan agama Islam di wilayah Asia Tenggara serta perkembangan ISlamnya mempunyai sejarah yang berbeda. Karena agama Islam khususnya di Asia Tenggara dalam penyebarannya melalui media pergagangan dan Tarekat. Hal ini memicu kontak dengan pedagang pedagang muslim pada masa itu.Menurut Barbara Watsson dan dan Leonerd T, Andaya, bahwa Islam datang pertama kali ke Brunei dari bagian barat Asia Tenggara, setelah melalui India, Sumatera Utara, dan Malaka sejak abad XVI M. kemudian pendapat lain menyebutkan dari sisi Arkeologi yakni Batu Tarsilah atau Silsilah Brunei yang menjelaskan bahwa Islam datang ke Brunei pada abad XI Masehi. Batu Tarsilah dalam bentuk bendanya sebagai benda Arkeologi dari masa lalu kesultanan Brunei Darussalam dan berfungsi sebagai data kesejarahan melalui inskripsi dimana terukir di dalamnya kesultanan Brunei Darussalam. Data yang tertulis ialah berupa tentang susunan nama-nama raja yang pernah menaiki tahta kesultanan Brunei, sejak masa Awang Alak Betatar (Sultan Muhammad Shah) sampai sultan Muhammad Tajuddin.Selain Batu Tarsila, ternyata terdapat bukti lain dengan di temukan nisan Putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan tertanggal 440 H/1048 di perkuburan Muslim di jalan Penduduk, Bandar Seri Begawan.[footnoteRef:6] Sebagian menyebutkan bahwa makam tertua di Brunei adalah seorang muslimah bernama Mahdarah (Roqayah) yang meninggal tahun 1048 M/440 H, belum jelas latar belakang ketokohannya. Kemungkinan yang di maksud adalah putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al-Sultan.[footnoteRef:7] [6: Uka Tjandra sasmita, Arkeologi Islam Nusantara, Gramedia, Jakarta, 2009, hlm, 20] [7: Ibid, hlm, 26]

Mengenai islam di Brunei Darussalam kurang lebih dalam kurun masehi XIV. Sultan Islam Brunei pertama adalah Sultan Muhammad Shah.[footnoteRef:8] (Awang Alak Betatar) yaitu setelah baginda menikahi dengan puteri Johor (Singapura) kira-kira dalam tahun masehi 1368, Silsilah Raja-Raja Brunei versi Datu Imam Yaakub menyebutkan: [8: Sweeney, P.L.A., Silsilah Raja-Raja Brunei, JMBRAS, Vol. XLII, Part 2, 1968, hal 11-51]

Adalah yang pertama kerajaan di Negeri Brunei membawa Agama Islam dan mengikut syariat Nabi Muhammad Shallallah Alaihi wa Sallam, yaitu Paduka Seri Sultan Muhammad dan saudaranya Sultan Ahmad.[footnoteRef:9] [9: Ibid, hal 11]

Walaupun Islam disebutkan secara resmi dalam zaman pemerintahan Sultan Muhammad Shah namun demikian kemungkinan besar islam yang tersebar di Brunei lebih awal daripada sejarah itu karena kedudukan Brunei di tengah-tengah Nusantara yang menjadikannya tempat pelaluan dan persinggahan pedagang Islam.Batu nisan yang terdapat di perkuburan Islam di Rangas, Bandar Seri Begawan dapat menguatkan lagi bukti tentang kedatangan Islam ini. Ini menunjukkan agama Islam telah di bawa masuk ke Brunei lebih awal dari pada tahun masehi 1368, hanya sesudah Sultan Muhammad Shah (Awang Alak Betatar) memeluk Islam barulah agama Islam menjadi resmi dan sejak saat itu mubaligh-mubaligh Islam telah berusaha menyebarkannya secara terang-terangan. Setalah Baginda Muhammad Shah mangkat pada 1402 kemudian digantikan oleh Putera Baginda Abdul Majid Hasan.Dalam penemuan batu nisan di Jalan Residency ada mencatat nama baginda Rokyah binti Sultan Abdul Majid Hasan ibnu Muhammad Shah al-Sultan. Oaring Cina member gelar Manajekana[footnoteRef:10]. Menurut sumber Cina Kerajaan Po-ni (sekarang disebut Brunei) sering bertukar-tukar utusan dengan China. Perbincangan berkaitan dengan Sultan Abdul Majid Hasan merupakan suatu topic penting yang menggambarkan betapa eratnya interaksi peradaban Melayu di Brunei ketika bersentuhan dengan peradaban China. [10: Wan Ariffin Wan Yon, Kesultanan Melayu Brunei: Kemunculan, Perkembangan dan Pertemuan Dengan Peradaban Asing, Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2005, hlm 56]

D. Perkembangan Islam di Brunei DarusalamBrunei memperoleh kemerdekaannya dari inggris pada tahun 1984. Konstitusi brunei menegaskan bahwa agama resmi brunei darussalam adalah islam mengikut mazhab shafii. Meski agama lain seperti Kristen, Budha, dan Hindu dapat dianut dan dilaksanakan secara damai dan harmonis, namun pemerintah menegaskan sejumlah batasan bagi pemeluk agama non-islam, anta lain pelarangan bagi non-muslim untuk menyebarkan agamanya. Akhir tahun 2000 dan 2001 pemerintah menahan orang kristen, karena dugaan aktivitas subversif (bawah tanah). Mereka akhirnya dilepaskan pada bulan oktober 2001 setelah bersumpah setia pada sultan. Tidak dibenarkan satu sekolahpun, termasuk sekolah swasta mengajarkan ajaran agama selain islam, termasuk materi perbandingan agama. Selain itu, seluruh sekolah termasuk sekolah cina dan kristen diharuskan mengajarkan materi pelajaran islam kepada seluruh siswanya.Berbagai pemeluk agama hidup berdampingan secara damai, namun interaksi gereja terhalang oleh etos Islam yang dominan yang tidak memperbolehkan pemeluk islam mempelajari keyakinan agama lain. Pada saat yang sama, tokoh-tokoh islam mengorganisir sejumlah kegiatan untuk mengajarkan dan menyebarkan islam yang mereka istilahkan dengan dialog meski dalam kenyataanya hanya berbentuk informasi satu arah.Kerajaan brunei dikenal menganut ideologi kerajaan islam melayu atau melayu islam beraja (MIB). Berbagai pertemuan dan acara seremonial ditutup dengan doa. Pada setiap upacara kenegaraan, non-muslim diharuskan memakai pakaian nasional yang mencakup tudung kepala bagi perempuan dan kopiah bagi laki-laki, kostum yang relatif identik dengan busana muslim. Seperti yang ditegaskan oleh Sultan Haji Hassanal Bolkiah Muizzaddin wa Daulah mengawali tahun 1991:Melayu Islam Beraja harus menegaskan identitas dan citra Brunei Darussalam yang kokoh di tengah-tengah negara non-skuler lainnya di dunia. Sebuah surat kabar resmi pemerintahan menjelaskan tentang melayu islam beraja sebagai berikut: Kerajaan Islam Melayu menyerukan kepada masyarakat untuk setia kepada rajanya, melaksanakan islam dan menjadikannya sebagai jalan hidup serta menjalani kehidupan dengan mematuhi segala karakteristik dan sifat sejati bangsa Melayu Brunei Darussalam, termasuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa utama.[footnoteRef:11] [11: Brunei Darussalam newsletter, 15 july 1991, hlm, 8.]

Seiring dengan penekanan akan urgensi Melayu Islam Beraja (MIB) sebagai mana di tegaskan pemerintah, awal tahun 1991 ditandai dengan bermacam perayaan peristiwa-peristiwa keagamaan, mulai dari isramiraj Nabi Muhammad, perayaan Nuzul Quran, perayaan hari raya Idul Fitri, memperingati tahun baru Hijriah, serta keikutsertaan Brunei dalam berbagai forum islam regional dan internasional, misalnya dengan menjadi tuan rumah Pertemuan Komite Eksekutif Dewan Dakwah Islam Regional Asia Tenggara, menghadiri pembukaan Festival Budaya Islam di Jakarta, serta menghadiri konferensi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Di sisi lain, pemerintah melarang jual beli minjuman keras. Sultan juga melarang pergerakan al-Arqam yang dinilai banyak kalangan sebagai gerakan yang menyebarkan ajaran sesat. Hal ini mencerminkan kokohnya pendirian pemerintah dalam menghadapi organisasi sempalan islam. Lebih jauh, besarnya perhatian Sultan terhadap aktivitasaktivitas keislaman seperti di kemukakan di atas, dapat diinterpretasikan sebagai dukungan pemerintah terhadap proses islamisasi dimana berperan sebagai perwujudan dari islam dan Kultur Melayu Brunei.Karena itu, MIB, nampaknya dapat digambarkan sebagai upaya pemerintah untuk membangun sebuah ideologi nasional serta mengartikulasikan budaya nasional sehingga diharapkan dapat memberikan arah dalam mengelola perubahan sosial yang cepat, dan dalam pembangunan bangsa. Melayu Islam Beraja berkaitan erat dengan evolusi adat istiadat dan tradisi Melayu Brunei. Melalui MIB, pemerintah menginginkan agar nilai-nilai budaya Melayu dan norma Islam dijalankan. Acara-acara upacara keagamaan yang banyak tertera dalam kalender Muslim memberikan gambaran tentang bagaimana ideologi nasional itu diungkapkan dalam kehidupan berbangsa.Dalam aspek hukum, hukum Brunei mencakup pelarangan khalwat ( hubungan intim namun tidak sampai melakukan zina antara dua jenis kelamin di luar hubungan pernikahan) dan larangan mengkonsumsi minuman yang memabukkan. Berdasarkan data statistic yang dikeluarkan oleh pejabat agama, sepanjang bulan Juli 2005 hingga April 2006 terdapat 386 kasus khalwat. Sebagian besar ditahan dan mendapat hukuman. Pejabat agama selalu melakukan razia makanan tidak halal dan mengandung alcohol. Mereka melakukan monitoring ke sejumlah restoran dan supermarket untuk memastikan bahwa yang mereka sajikan adalah makanan halal. Pegawai restoran yang ketahuan melayani muslim makan di siang hari Ramadhan juga dapat diperkarakan dan dihukum.

DAFTAR PUSTAKA

Wan Ariffin Wan Yon, Kesultanan Melayu Brunei: Kemunculan, Perkembangan dan Pertemuan Dengan Peradaban Asing, Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2005. Ahmad Ibrahim, DKK, Islam di Asia Tenggara Perkembangan Kontemporer, LP3ES, 1990. Dr, Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri, Lika-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam, Jabatan Pusat Sejarah Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, Brunei Darussalam, 1992. Muhammad Yosuff Hashim, Kesultanan Melayu Malaka, Dewan Bahasa dan PErpustakaan Kementerian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur, 1990. D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggar, Usaha Nasional, Surabaya.Uka Tjandra sasmita, Arkeologi Islam Nusantara, Gramedia, Jakarta, 2009. Sweeney, P.L.A., Silsilah Raja-Raja Brunei, JMBRAS, Vol. XLII, Part 2, 1968. Brunei Darussalam newsletter, 15 july 1991.

PERKEMBANGAN ISLAM DI SINGAPURAOlehJovial Pallitaran

A. Sejarah Awal Islam di Singapura1. Sejarah Singkat SingapuraSingapura adalah sebuah desa nelayan Melayu. Terbukti tempat ini menjadi luar biasa bermanfaat untuk memancing karena terletak di mulut sungai Singapura. Ini terjadi sebelum pendudukan Eropa, tetapi sekarang Singapura dikenal dengan jelas sebagai negara kota pulau. Banyak suku asli dan cerita rakyat hidup di daerah perbatasan pulau dan sungai.Sejarah menyatakan bahwa British East India Company yang dipimpin oleh Sir Stamford Raffles telah mendirikan sebuah tempat perdagangan di pulau yang menjadikan Singapura sebagai pusat komersial paling makmur pada tahun 1989. Kekuatan militer Singapura, di bawah British East India Company juga menjadi unggul. Kekuatan militer sebuah negara identik dengan kekuatan negara. Hal ini membuat Singapura sebagai pusat dari modernitas itu sendiri yang ditentukan melalui keberhasilan komersial dan kekutan militer. Secara berkelanjutan, Singapura dahulu merupakan inti dari hegemoni Inggris di Asia Tenggara.Pada tahun 1965 Singapura menjadi negara yang independen dan bergabung dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa pada 9 Agustus 1965. Belakangan, Singapura di tahun 1965 secara resmi menjadi bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September. Sejak kemerdekaannya Singapura telah berhasil lolos dari belenggu hegemoni dan standar hidup mereka telah meningkat secara drastis. Saat ini, Singapura berada di daftar teratas bagi wisatawan yang mencari surga di bumi. Investasi langsung asing meningkat dan peningkatan minat untuk memenuhi standar industri internasional telah merubah Singapura menjadi pusat daerah industri, pos perdagangan, pendidikan, urbanitas dan modernitas. Singapura hari ini membanggakan keunggulan fasilitasnya yang mengundang banyak orang datang dari berbagai negara dan dari semua jalan-jalan kehidupan. Perencanaan Industri dijabarkan ke dalam pelaksanaannya oleh Albert Winsemius, seorang ekonom Belanda, dengan itu Singapura memperoleh keuntungan dari perencanaan sosial dan ekonomi yang rapi. Berdasarkan peringkat GDP, Singapura adalah negara ke 5 termakmur di dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dana ekonomi Singapura telah diperas beberapa miliar dari cadangan resmi dengan izin Presiden sebagai bagian dari paket ketahanan pada 5 Februari 2009 di bawah bimbingan Menteri Keuangan Singapura, Tharman Shanmugaratnam. Cadangan resmi Singapura sendiri mencapai US $ 170,33 miliar. Menurut sebuah survei ekonomi, Singapura menduduki peringkat 10 sebagai kota paling mahal untuk hidup di dunia. Ini adalah akibat dari penduduk yang dinamis dan kosmopolitan di Singapura yang hidup dalam keselarasan dan kekayaan dengan orang Cina lokal yang membentuk etnis mayoritas.[footnoteRef:12] [12: http://www.anneahira.com/sejarah-singapura.htm]

2. Lepasnya Singapura dari MelayuKehidupan politik Melayu mengalami perubahan besar setelah terjadi perang dunia kedua. Hal ini bukan disebabkan oleh gerakan oposisi nasionalis terhadap pemerintahan Inggris, akan tetapi disebabkan oleh penyerahan kekuasaan Inggris kepada aristokrasi Melayu dan pembentukan negara Melayu yang merdeka yang diperintah oleh elit tradisionalnya.Kemerdekan Melayu bermula pada tahun1946, dengan rencana Inggris membentuk sebuah kesatuan Melayu yang digabungkan atau dengan melepaskan beberapa Negara kesultanan Melayu, Singapura dan Penang.[footnoteRef:13] Pihak Inggris bermaksud mengakhiri sejumlah kesultanan dan membentuk sebuah pemerintahan pusat untuk seluruh wilayah tersebut, dan memberikan kesempatan kepada imigran Cina dan India untuk mengakses kekuasaan politik. Rencana tersebut dengan serta merta ditentang oleh aristokrasi Melayu, yang pada tahun 1946 membentuk organisasi kesatuan nasional Melayu. Perlawanan yang sangat kuat tersebut memaksa pihak Inggris memodifikasi rencana mereka pada tahun 1948 diganti dengan sebuah pemerintahan Federasi Melayu dengan tetap mempertahankan keberadaan sejumlah pemerintahan kesultanan Melayu dan menjamin supremasi kepentingan warga Melayu. Meskipun demikian, pemerintahan federasi ini mendapat serangan dari partai Komunis Melayu, yang sebagian besar didukung oleh pekerja Cina. [13: Ghufron A. Masudi, Op Cit., hlm. 355]

Partai Komunis Melayu mengorganisir perlawanan anti Jepang pada tahun 1940-an. Setelah peperangan ini melancarkan gerakan gerilya terhadap pemerintahan federasi yang baru dan terhadap kelangsungan pengaruh Inggris yang terkandung dalam pemerintahan tersebut, akibatnya terjadi persekutuan antara organisasi kesatuan nasional melayu, asosiasi warga Cina dan asosiasi warga India-Melayu. Pada tahun 1957 terbentuk Negara Melayu merdeka dengan dukungan dari para pejabat Melayu, para pedagang Cina dan intelektual India di bawah pimpinan Tuanku Abdul Rahman. Di dalam konstitusi yang baru, dominasi warga Melayu dalam pendidikan dan birokrasi pemerintahan dan dominasi warga non-Melayu dalam perekonomian dikukuhkan. Islam ditetapkan sebagai agama resmi Negara Melayu, bahkan kebebasan beribadah mendapatkan perlindungan.Periode sepuluh tahun berlangsung dengan ketentraman sebelum bahasa Melayu menggantikan bahasa Inggris, Cina, dan bahasa Tamil di sekolah-sekolah pemerintah. Dan pada tahun 1963 federasi Melayu diorganisir kembali untuk memasukkan wilayah Borneo Utara dan Singapura. Akan tetapi Singapura melepaskan diri pada tahun1965[footnoteRef:14] dan federasi ini secara resmi dirubah namanya menjadi Malaysia.[footnoteRef:15] [14: Pada tahun 1965 Singapura menjadi negara yang independen dan bergabung dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa pada 9 Agustus 1965.Belakangan, Singapura di tahun 1965 secara resmi menjadi bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September.Sejak, kemerdekaannya Singapura telah berhasil lolos dari belenggu hegemoni dan standar hidup mereka telah meningkat secara drastic.] [15: Malaysia Negara federasi mencapai kemerdekaannya pada tanggal 31 Agustus 1957. Persekutuan atau federasi Malaysia terdiri negeri (Negara bagian) Johor, Malaka, negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Selangor, Trengganu dan negeri-negeri Borneo yaitu Sabah dan Sarawak]

3. Awal Masuknya Islam di SingapuraKedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan Dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mongol pada tahun 1258, berita Marco Polo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292.[footnoteRef:16]Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang, akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknya migran asli atau paling awal.[footnoteRef:17] Pendapat lain mengatakan bahwa sampai sekarang belum ditemukan bukti-bukti yang jelas kapan pertama Islam masuk ke Singapura, tetapi berdasarkan perkiraan ialah sezaman dengan masa-masa aktifnya para pedagang muslim berada di Malaka. Karena pada abad ke-8 para pedagang muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi adalah salah salah satu pedagang muslim yang berjasa menyebarkan Islam di tanah Melayu.[footnoteRef:18] [16: Sartono Kartodirjo,Sejarah Nasional Indonesia, jilid III (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975) hlm. 110] [17: Iik Arifin Mansurnoor dan Dadi Damadi, Minoritas Islam dalamEnsiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara,(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) hlm. 458] [18: Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),hlm. 379]

Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim:The Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwaSetelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Filipina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan telah melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.[footnoteRef:19] [19: http://ibnuhazm57.blogspot.com/2012/10/islam-di-singapura.html akses pada 06-01-15]

B. Perkembangan Peradaban Islam di SingapuraHari ini diperkirakan ada sekitar 15% penduduk Singapura beragama Muslim. Sebagian besar orang adalah Melayu.Pengikut lain termasuk dari komunitas India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia. 17 persen dari Muslim di Singapura berasal dari India. Sementara mayoritas Muslim di Singapura secara tradisional adalah Muslim Sunni yang mengikuti Mazhab Syafi'i, ada juga Muslim yang mengikuti Mazhab Hanafi serta sedikit Syiah.Islam di Singapura tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonial. Pada tahun 1915, penguasa kolonial Inggris mendirikan Dewan Penasihat Islam. Dewan ini bertugas untuk memberikan nasihat kepada penguasa kolonial mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam dan adat-istiadatnya. Singapura sudah terkenal sebagai negara yang menjembatani kepentingan Yahudi di Asia Tenggara. Tidak heran jika kemudian negeri ini menjadi basis Yahudi.[footnoteRef:20] Seperti di negara-negara sekuler lainnya, Islam di Singapura tidak mendapatkan tempat yang cukup. Misalnya saja, tidak boleh ada kumandang adzan. Seseorang boleh melakukan adzan di masjid, namun suaranya tak boleh keluar dari masjid. Ini yang diberlakukan oleh MUIS (Majelis Ulama Islam Singapura) sebuah lembaga semacam MUI di Indonesia yang memegang penuh otoritas beragama Islam di sini. Apa alasannya? Ini supaya orang non-muslim yang mayoritas tidak terganggu. Tak ada usaha dari MUIS untuk melakukan protes dan aksi untuk memperbaiki keadaan ini Tapi, hal ini tidak berlaku di wilayah Masjid Sultan, salah satu masjid tertua di Singapura. Di sekitar Arab Street ini, adzan boleh dikumandangkan lewatspeaker,dan menjalankan fungsinya sebagai pengingat dan pemanggil. Saat ini di Singapura terdapat 69 masjid.Semua masjid ini dibawah admistrasi MUIS sepenuhnya. [20: Musthafa dan Abdullah Aly,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 97.]

Di Singapura terdapat 6 madrasah yang dikelola oleh KementerianPendidikan. Berikut ini keenam madrasah tersebut.a. Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah.b. Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah.c. Madrasah Aljunied Al-Islamiah.d. Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah (khususputri).e. Madrasah Al-Sagoff Al-Arabiah (khusus putri).f. Madrasah Wak Tanjong Al-Islamia.

DAFTAR PUSTAKAAsep Ahmadi Hidayat, dkk. Studi Islam di Asia Tenggara, Bandung: Pustaka Setia, 2014.Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Ghufron A. Masudi,Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.Iik Arifin Mansurnoor dan Dadi Damadi, Minoritas Islam, dalamEnsklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.Musthafa dan Abdullah Aly,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 1998.Sartono Kartodirjo,Sejarah Nasional Indonesia, Jilid III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975.

Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islaam di Asia Tenggara, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010.

ISLAM DI MALAYSIAOleh:Fajrizal

A. Lintasan Islam Sejarah MalaysiaMalaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957. Singapura, Sarawak, Borneo Utara, dan Federasi Malaya bergabung membentuk Malaysia pada 16 September 1963. Tahun-tahun permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik militer dengan Indonesia dan keluarnya Singapura pada 9 Agustus 1965.Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografik yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh.Terletak di semanjung Malaka Asia Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya mempunyai luas wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di utara pulau Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang. Malaysia terdiri dari dua bagian, Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan sebuah semananjung yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur pegunungan dari utara ke selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar. Daratan rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah Kelantang dan Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Malaysia terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminister. Berikut ini dapat dilihat dalam peta semenanjung Malaysia Barat dan Timur.Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa-Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar. Bahasa Melayu dan Islam masing-masing menjadi bahasa dan agama resmi negara. Mayoritas penduduknya adalah muslim Suni pengikut Mazhab Syafi, Islam agama resmi.1. Proses masuknya Islam di MalaysiaSejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan..Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.Dalam kajiannya, T.W. Arnold mendapati bahawa pedagang-pedagang Arab telahpun menjalin hubungan perdagangan dengan rantau sebelah timur sejak sebelum abad Masehi lagi. Pada abad kedua Sebelum Masehi hampir keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab. Menjelang abad kesembilan Masehi kegiatan perdagangan orang Arab dengan Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya hubungan perdagangan antara orang Arab dengan China. Berdasarkan pandangan yang diberikan oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah semestinya apabila orang Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha menyebarkan agama tersebut di kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan perdagangan. Namun begitu, hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena ketiadaan maklumat bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan.Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia, dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.Isu kedua para penyebar Islam tersebut menurut T. W. Arnold. tidak datang sebagai penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.. Bagi penganut Hindu, yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang baru mereka kenali adalah amat menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan. itulah sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait erat dengan keluhuran agama tersebut.Isu ketiga suatu proses perubahan kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik kesamaan yang saling menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan kebudayaan Malaysia., gelar pemerintahan Kelantang. Dan jika kita lihat batu nisan tua tertulis arab ditemukan ke Kedah tahun 1963 pada makam Syekh Abdul Kadir bin Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H), abad ke-9 merupakan awal perkembangan Islam di kawasan selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut Cina Selatan, sebagaimana diakui Dinasti Sung (960-1279), bahwa masyarakat Islam telah tumbuh di sepanjang pantai laut Cina Selatan.Dalam sejarah negeri Kedah disebutkan bahwa Islam masuk ke Kedah pada tahun 1501 M, pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab di Kedah yang bernama Syekh Abdullah Yamani yang kemudian mengislamkan raja dan pembesar serta anak negeri KedahKedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim dan mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai setempat dan penguasa Islam. Sejak awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur perdagangan utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah Maluku, semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.Bahwa proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jasirah Arab, yang pada tahun 1980-an Islam di Malysia mengalami perkembanga dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegitan dakwah dan kajian Islam oleh kaum intelektual dan setiap tahun menyelenggarakan kegiatan Internasional yaitu Musabaqh Tilawatil Al-Qurn yang selalu diikuti oleh Qari dan Qariah Indonesia.Negara Malaysia yang menganut agama resmi Islam menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaiaan bagi masyarakat, walaupun pemegang jabatan adalah pemimpn-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi negara kebangsaan Malysia.1. Perkembangan Islam di MalaysiaAzyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades). Pertama, Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa kerajaan. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa disebut bottom up, dan pola kedua biasa disebut top down. Pola ini menyebabkan Islam berkembang pesat sampai pada saat sekarang di malaysia.Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan malaysia, Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.

PERKEMBANGAN ISLAM DI VIETNAMOlehMuhammad Numan

A. VietnamVietnam artinya negeri selatan. Negeri ini mempunyai luas 329.556 km, dengan 54.427.000 jiwa dan tingkat kepadatan penduduk 165/km. Negara ini merupakan sebuah republik sosialis dengan kepala Negara Presiden, dan kepala pemerintahannya Perdana Menteri. Ibukota Hanoi, dan satuan mata uang Vietnam adalah dong (100 sau), bahasa resmi Vietnam. Lagu kebangsaannya Tien Quan Ca (The March To The Front). Dalam bahasa Vietnam negara ini dikenal dengan sebutan lengkap Cong Hua Xa Hoi Chu Nghia Vietnam.Pada Tanggal 2 September 1945, Ho Chi Minh di Hanoi mencanangkan Proklamasi Kemerdekaan Vietnam. Dimana dua Minggu sebelumnya, Soekarno pada 17 agustus 1945 menyampaikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.setelah perang Asia Pasifik berakhir pada 14 Agustus 1945 karena kekaisaran jepang menyatakan menerima tuntutan pihak sekutu supaya menyerah tanpa persyaratan.[footnoteRef:21] [21: http:/www.bersosial.net]

Sebelum 1945, Vietnam merupakan salah satu dari 3 negara indo cina jajahan Prancis, di samping Laos dan Kamboja. Sebelumnya, wilayah ini juga disebut Coachin China, Annam, atau Tonkin. Vietnam berbatasan dengan dengan China di Utara, Laos Dan Kamboja sebelah Barat, Serta di Sebelah Selatan dan Timur Laut China Selatan dan Teluk Tonkin.[footnoteRef:22] [22: Saifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm.200]

Vietnam memiliki kemiripan sejarah dengan Indonesia. Vietnam dijajah oleh Perancis selama lebih dari satu setengah abad, kemudian pada tahun 1941 digantikan oleh Jepang. Vietnam merdeka pada tanggal 2 September 1945 setelah berhasil mengusir Jepang yang telah menjajahnya selama 4 tahun. Akan tetapi kemerdekaan tersebut tidak diakui oleh Perancis yang masih merasa memiliki Vietnam. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perang dengan Perancis selama delapan tahun yang berakhir dengan kekalahan Perancis pada tahun 1854. Menyerahnya Perancis tidak mengakhiri peperangan di Vietnam. Karena Vietnam terpecah menjadi dua negara. Pertama Vietnam Utara yang merdeka di bawah pimpinan Ho Chi Minh. Yang kemudian berkembang menjadi negara komunis. Yang kedua Vietnam Selatan yang cenderung kapitalis karena didukung oleh Amerika Serikat. Perang saudara kedua negara pecah pada tahun 1969. Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat, akhirnya takluk dengan Vietnam Utara yang dibantu oleh negara-negara Timur, terutama RRC. Perang yang menewaskan ribuan rakyat kedua belah pihak dan sejumlah tentara Amerika masuk dalam istilah MIA (missing in action) ini baru berakhir pada tahun 1975, dan Amerika angkat kaki dari negara itu. Perang yang kejam ini sempat melahirkan killing field yang diangkat ke layar lebar oleh industri perfilman Hollywood. Dengan berakhirnya perang itu, maka pada tahun 1976 kedua Vietnam bersatu dalam satu bendera di bawah nama Republik Sosialis Demokrasi Vietnam, dengan lagu kebangsaan Tien Quan Cha.Vietnam beriklim Tropis, Yang Digolongkan Berdasarkan Sinar matahari, Curah Hujan Yang Tinggi, Kelembaban dengan dua musim yang berbeda: dingin dan kering dari Novemberke April dan musim yang Panas dan basah dari Mei Hingga Oktober. Temperatur rata rata per tahunnya adalah 22C hingga 27C. Namun Cuaca biasanya berbeda antara utara dan Selatan, antara daratan dan pegunungan.[footnoteRef:23] Negara Vietnam terbagi atas 59nwilayah dan 5 Kota Besar. Sejumlah Provinsi diklasifikasikan dalam delapan Wilayah, yaitu Northwest, Northeast, Red River Delta, North Central Coast, South Central Coast, Central Highland, Southeast, dan Mekong River Delta.[footnoteRef:24] [23: http:/www.vizos- Vietnam.Com] [24: Asep Ahmad Hidayat Dkk, Studi Islam Di Asia Tenggara, Pustaka Setia, Bandung , 2014, hlm. 109]

Hampir seluruh penduduk Vietnam (80%) adalah dari bangsa Vietnam, yang tinggal memusat di dua Delta, yaitu Delta Sungai Tengah dan Delta Mekong. Di Vietnam etnis minoritas adalah Chinese,(1.000.000 jiwa), Kampuchea (350.000), Melayu-Campa (20.000) yang hidup didaerah pedesaan. Selain itu dalam kelompok minoritas ini terdapat keturunan Thai (3.509.000), Man (100.000), Meo (80.000), Muong (25.000), Nung, Lolos, dan lain-lain.Agama utama penduduk Vietnam adalah Buddhisme. Meski demikian, 10% penduduk Vietnam selatan beragama Khatolik. Selain itu, terdapat juga para penganut agama Hoa-Hoa (yang erat hubungannya dengan Buddhisme), agama Chao Dai (yang erat hubungannya dengan Thaoisme), dan minoritas Muslim.

B. Masuknya Islam di Vietnam Para Sejarawan berbeda Pendapat tentang Tahun masuknya Islam ke Vietnam, Tetapi mereka sepakat bahwa Islam telah sampai keNegara ini pada Abad ke 10 dan Ke 11 Masehi melalui Jemaah dari india, Persia, dan pedagang Arab, Kemudian menyebar antara Jemaat Cham sejak adanya perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam yang saat ini dikenal dengan Kerajaan Cham.[footnoteRef:25] [25: Asep Ahmad Hidayat Dkk, Studi Islam Di Asia Tenggara, Hlm.109]

Islam masuk dan berkembangnya di Vietnam, khususnya Islam pada tahap awal tidak bisa dilepaskan dari kehadiran kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam diawali dengan uraian sejarah keberadaan Campa Kuno dan Etnis Campa.Campa, menurut literatur Cina dari negeri bernama Lin-Yi (yang muncul pada 192 M), terletak dibagian tengah negeri Vietnam sekarang, antara Gate Of Annam (Hoanh Son) di uatara dan sungai Donnai selatan. Penduduk Lin-Yi bertutur dalam bahasa Cham dari rumpun Austronesia. Sejak awal Lin-Yi negeri yang takluk pada china dan membayar upeti kepada China. Nama Campa disebut dan dipakai pertama kali dalam dua buah inskkripsi bahasa sansekerta, satunya bertarikh 658 M yang ditemukan bagian tengah Vietnam. Dan satu lagi ditemukan pada 668 M di kamboja. Abad VIII merupakan puncak kerajaan Campa, yang ditandai dengan kekuasaan wilayahnya daan kemajuan peradabannya. Pada masa ini, Campa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang terdiri dari kerajaan negeri : Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara dan Pandurangan yang masing-masing mempunyai pemerintah yang otonom dengan ibu negara Indrapura (Quang Nam sekarang). Kerajaan Campa mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetangganya, dengan China dan Vietnam diuatara, Kamboja dibarat, dan Nusantara di selatan. Contoh secara teratur mengirim utusan-utusan dan mengadakan hubungan ekonomi dan keagamaan dengan China. Ajaran agama yang dianut masyarakat Campa pada abad VIII dan IX adalah Buddha Mahayana, yang merambah Campa melalui sami (Pendeta Buddha) yang datang dari Cina. Adapun relasinya dengan nusantara bermula ketika terjadi perompakan besar-besaran oleh orang Jawa penghujung abad VIII. Hubungan itu kemudian menjadi lebih baik dalm bentuk hubungan perdagangan dan persahabatan.[footnoteRef:26] [26: Saifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 204 - 205]

Pada Abad IX , Kerajaan Campa dipengaruhi oleh oleh Budaya India dan agama Hindu & Budha.Memasuki masa setelah itu pada 939 M, muncul kekuatan baru di wilayah ini, yakni Dai Viet (kemudian menjadi Vietnam). Mulai sejak itu terjadi peperangan yang berkepanjangan antara Vietnam dan Campa. Pada 982 M, Vietnam berhasil menghancurkan ibu kota Indrapuraraja Campa memindahkannya jauh ke selatan, yakni ke Vijaya (Binh Dinh sekarang). Namun pada 1044, Dai Viet (Vietnam) bahkan berhasil menduduki kota Vijaya dan membunuh rajanya..berbagai usaha pernah dilakukan raja-raja Campa untuk membalas dendam dan menyerang Vietnam yang semakin dapat memperbesar wilayahnyadan mencaplok Campa. Suatu kali kerajaan Campa pernah kembali pada masa kejayaannya, meski hanya dalam durasi singkat, yaitu ketika diperintah oleh Che Bong Nga (1360-1390), dialah yang berhasil dalam usaha mengembalikan wilayah yang dirampas Vietnam dan dalam memerintah dengan cukup adil serta berjaya memerangi para perampok.Pada 1471, Raja Vietnam Le Thanh Tong menyerang Campa secara besar-besaran, dan menghancurkan Vijaya, membunuh lebih 40.000 penduduk, mengusir lebih dari 30.000 lainnya dari bumi Campa, bahkan lebih jauh lagi dia telah menghancurkan sisa-sisa kebudayaan Campa yang dipengaruhi Hindu/Buddha dan kemudian menggantikannya dengan kebudayaan China/Vietnam. Dengan kemenangan Le Thanh Tong 1471 itu, tamatlah riwayat kerajaan Campa belahan utara, khususnya Indrapura, Amarawati, Vijaya. Selanjutnya yang bertahan adalah sisa-sisa kerajaan Campa belahan selatan, yaitu Kauthara dan Panduranga, yang diperintahi oleh Bo Tri Tri dan pengganti-penggantinya. Kerajaan Campa mulai menerima kebudayaan melayu serta Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara, dan juga meningkatkan hubungan dengan negeri-negeri di Melayu dan Nusantara. Bahkan dikabarkan bahwa raja Campa yang bernama Po Klau Halu (1579-1603) sudah memeluk Islam dan pernah mengirim tentaranya untuk membantu Sultan Johor di Semenanjung Malaka untuk berperang menentang Portugis pada 1511.Bagaimanapun raja Ngunyen dari Vietnam menaklukan Khautara (1659) dan Panduranga (1697). Akibatnya, raja Pandurangan terakhir, Po Chei Brei terpaksa mengungsi meninggalkan negereinya bersama ribuan pengikutnya menuju Rong Damrei di Kamboja. Pada 1832 penguasa Vietnam Minh Menh melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap sisa-sisa terakhir penduduk Campa Panduranga, dan merampas seluruh sawah ladang mereka serta memasukkan wilayah Pandurangan menjadi bagian Vietnam. Hal ini menandai lenyapnya sisa-sisa kerajaan Campa terakhir dari peta bumi untuk selamanya, walaupun kebudayaan dan etnis Campa tetap berlanjut dipengungsian yakni Kamboja.Seperti telah diuraikan sebelumnya banyak orang Campa yang meninggalkan tanah airnya karena desakan Nan Tien atau pergerakan orang-orang Vietnam ke selatan. Untuk menyelamatkan diri mereka Hijrah ke Kamboja. Di Kamboja mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari Nusantara. Akulturasi budaya yang terjadi karena persamaan agama dan rumpun bahasa Austronesia tersebut membentuk sebuah komunitas masyarakat baru yang di sebut Melayu-Campa atau Java-Campa.[footnoteRef:27] [27: Saifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara ..Hlm. 207-208]

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa Islam muncul pada sisa-sisa kerajaan Campa belahan selatan, yaitu Kauthara dan Panduranga, yang diperintahi oleh Bo Tri Tri dan pengganti-penggantinya. yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara Sebelum 1579. Minoritas Muslim di Vietnam juga dipengaruhi oleh perang berkepanjangan serta genosida terhadap etnis Campa hingga mereka harus meninggalkan Tanah kelahiran. Disisi lain juga lemahnya kerajaan islam dalam mempersiapkan militer , angkatan perang serta peralatan perang dimasa itu.

C. Perkembangan Islam di VietnamMasyrakat Muslim Vietnam biasanya dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, masyarakat Muslim pendatang yang berkembang di Kota Kota besar, seperti Ho Chi Minh (dahulu Saigon), Tay Ninh, dan An Giang, yang berbatasan dengan Kamboja. Mereka kebanyakan terdiri dari berbagai negeri dan bangsa. Kedua, masyarakat muslim Cam, yang merupakan penduduk lokal dan komunitas muslim tertua yang menepati dataran pesisir Vietnam Tengah, di Annam Lama, wilayah Thun Hai, Phan Rang, dan Nha Trang, serta juga kawasan Selatan, seperti Chau Doc dan Phan Thiet. Jumlah masyarakat muslim sekitar 1 persen dari seluruh populasi Vietnam, yakni sekitar 420.000 jiwa.Di bawah pemerintahan komunis sejak 1975, agama memang disingkirkan menjadi kegiatan personal ( pribadi ) yang sempit dan terbatas. Hanya karena pengalaman pernah merasakan tekanan yang tiada henti dalam berbagai era pemerintahan, daya tahan spiritual masyarakat Vietnam cukup tangguh.Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat Islam juga ikut menikmati perubahan politik tersebut: baik secara internal, dalam bentuk semakin terbukanya kegiatan keagamaan dan semakin pulihnya posisi sosial umat Islam; maupun eksternal, relasi yang dimilikinya dengan dunia internasional, khususnya hubungan dengan kelompok Cam di Kamboja dan pusat-pusat Islam Asia Tenggara, serta dana Islam Arab. Dengan dibangunnya pusat pengkajian dan pendidikan Islam dikota Ho Chi Minh dan dibukanya kantor perwakilan negara-negara sahabat yang mayoritas penduduknya muslim, suasana dikota tersebut tidak lagi mencerminkan suasana Anti Tuhan.[footnoteRef:28] [28: Saifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara ..hlm.209]

Menurut data Statistik Situs Department luar negeri Vietnam, Jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 70.700 ribu jiwa. Terdapat 100 masjid di beberapa bagian negeri, dan umat Islam tersebar di beberapa bagian negeri serta kelompok kecil terdapat di Ibu kota Ha Noi.[footnoteRef:29] [29: Asep Ahmad Hidayat Dkk, Studi Islam Di Asia Tenggara, Hlm.110]

Mazhab yang diikuti Ada dua Mazhab besar umat Islam di Vietnam, Yaitu Mazhab Sunni dan Bani . Mazhab Sunni tersebar di seluruh penjuru Negara, Kecuali dua Tempat antara Tuan Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas menganut mazhab SyafiI. Adapun Mazhab Bani berada di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan. Mazhab Bani tidak begitu dikenal oleh Umat Islam di dunia karena memiliki pengaruh kuat warisan dari India yang banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.[footnoteRef:30] [30: Asep Ahmad Hidayat Dkk, Studi Islam Di Asia Tenggara, Hlm.111]

DAFTAR PUSTAKASaifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara, Yogyakarta, Pustaka pelajar,2010Asep Ahmad Hidayat Dkk, Studi Islam Di Asia Tenggara, Bandung, Pustaka Setia 2014, islam-di-vietnam-orangorang-cham-di-negeri-komunis

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI ACEHOleh:Rahmad Syahputra

Berbicara mengenai pertumbuhan dan perkembangan Islam di Aceh. Aceh merupakan pusat Islam pertama di Asia Tenggara. Sangat banyak sekali pendapat para Ahli sejarah terkait mengenai masuknya Islam di Aceh Menurut sejarah, Agaknya kegiatan penyebaran agama Islam di sekitar lembah sungai Aceh sudah mulai dilakukan pada abad XII, hal ini dibuktikan dengan adanya berita tentang seorang muballigh Arab yang bernama Syekh Abdullah Arief yang meninggal pada tahun 506 H atau 1112 M. Berita ini dikutip oleh Zakaria Ahmad dari Syed Naguib AlAttas melalui Preliminary Statement on Aceh General Theory of the Islamization of the Malay Indonesian Archipelago, terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur pada tahun 1969.[footnoteRef:31] [31: Zakaria Ahmad, Menelusuri Aceh Pada Zaman Prasejarah dan Zaman Kuno (Menjelang Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh), cet.1, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam, 2009), hal. 108 109]

Selain itu sebagaimana di kutip oleh Zakaria Ahmad Van Leur juga menyebutkan bahwa berdasarkan berita dari Cina bahwa pada zaman Dinasti Tang pada abad VII dan VIII, diduga masyarakat Islam sudah ada di Kanfu (Kanton) dan di daerah Samudra. Ada dugaan bahwa pada tahun 674 telah ada koloni orang orang Islam di pantai barat Sumatera.[footnoteRef:32] [32: Zakaria Ahmad, Menelusuri Aceh Pada Zaman Prasejarah dan Zaman Kuno (Menjelang Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh), cet.1, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Nanggroe Aceh Darussalam, 2009), hal. 109. ]

Selanjutnya Marcopolo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 juga menyebutkan bahwa negeri Perlak sudah menganut agama Islam. Demikian juga dengan Samudra Pasai berdasarkan penemuan makam di bekas kerajaan tersebut diperkirakan kerajaan Samudra Pasai sudah menjadi kerajaan Islam pada tahun 1270.[footnoteRef:33] [33: Ibid., hal. 110. ]

Terkait Islam Masuk di Aceh sebagaimana di kutip oleh Khairil Mizwar Tentang kapan persisnya masyarakat Aceh menganut Agama Islam masih belum bisa dipastikan secara jelas dan tidak ada pendapat yang seragam dari para ahli. Sebagian ahli menyatakan agama Islam masuk ke Aceh pada abad ke 13 dengan buktibukti kunjungan Marcopolo dan penemuan makam Malik AsShaleh di Samudra Pasai[footnoteRef:34] (sekarang Aceh Utara). Pendapat tersebut dikemukakan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg.[footnoteRef:35] [34: H. M. Thamrin Z & Edy Mulyana, Perang Kemerdekaan Aceh, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD, 2007), hal. 22. ] [35: Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 302. ]

Pendapat tentang masuknya Islam ke Aceh pada abad ke 13 ini juga di dukung oleh Hoesen Djajadiningrat, A. Mukti Ali dan Mahmud Junus.[footnoteRef:36] Sedangkan sebagian ahli sejarah yang lain menyebutkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Aceh pada abad ke 7 dengan bukti adanya pemukiman masyarakat Islam di Kanton (Cina) dan beberapa tempat di daerah Sumatra.[footnoteRef:37] Pendapat kedua ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayid Alwi bin Tahir, A. Hasyimi dan Thomas W. Arnold. [36: Thamrin Z & Edy Mulyana, Perang Kemerdekaan, hal. 22.] [37: Ahmad, Menelusuri Aceh, hal. 111 112. ]

Selanjutnya mengutip dari tulisan Khairil Mizwar tentang Islam Masuk di Aceh, Sejarawan Nutosusanto dalam buku Sejarah Nasional Indonesia sebagaimana dikutip oleh Asep Zaenal Ausop, menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7-13 melalui para pedagang dari Gujarat dan India. Pendapat Nugroho yang terkesan ragu-ragu ini kemudian ditentang keras oleh sejarawan lainnya, Ahmad Mansur Suryanegara. Di dalam buku Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Ahmad Mansur berpendapat bahwa pendapat Nugroho itu dipublikasikan karena mendapat pengaruh dari Orientalis Belanda yang bernama Snouck Hugronyo. Menurut Ahmad Mansur, pendapat Snouk Hugronyo sama sekali tidak memiliki data yang valid tentang penyebaran Islam dari Arab ke Indonesia. [footnoteRef:38] [38: Khairil Mizwar, Islam Masuk Ke Aceh, Paper Proseding International Conference hal. 17-18 ]

Khairil Mizwar dalam tulisannya juga menuliskan Menurut Mansyur, Islam masuk ke Indonesia (Aceh) sejak abad ke 7 yakni 200 tahun sebelum Candi Borobudur didirikan; atau 500 tahun sebelum Kerajaan Majapahit berdiri. Sebagai buktinya, Mansur menyebutkan berdirinya Dinasti Tang dan besarnya pengaruh mazhab Syafii di Indonesia ketika itu. Marwati Djoened dan Nugroho sebagaimana dikutip oleh Ahmad Sukardja dan Asep Zaenal menjelaskan bahwa sewaktu Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada abad ke 7-8 Masehi, selat Malaka sudah dilalui oleh para pedagang muslim dalam menempuh perjalanan ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Pada abad itulah (7-8 M) diduga sudah ada masyarakat muslim di Sumatera.[footnoteRef:39] Pada perkembangan selanjutnya pendapat Nugroho dan Mansur Suryanegara dikompromikan oleh Van Leursejarawan Belanda yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia memang sejak abad ke 7 M, tetapi penyebarannya secara intensif baru terjadi pada abad ke 13 M.[footnoteRef:40] [39: Ibid. hal 18] [40: Ibid., hal. 19. ]

Jika merujuk kepada hasil Seminar Sejarah di Medan (tahun 1963: Masuknya Islam ke Indonesia); Banda Aceh (1978: Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh) dan Rantau Kuala Simpang (1980: Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), hampir dapat disimpulkan bahwa proses Islamisasi di Aceh sudah berlangsung sejak abad pertama Hijrah atau akhir abad ke tujuh/delapan Masehi.[footnoteRef:41] Pendapat tentang masuknya Islam ke Aceh pada abad ke 7 Masehi di dukung oleh Hamka, Moh Said, D. Q. Nasution, O. K Rahmat, Twk Hasyim, Dahlan Mansur dan juga beberapa sejarawan lainnya.[footnoteRef:42] [41: Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo, Pendidikan di Aceh dari Masa ke Masa, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD, 2009), hal. 29. ] [42: Thamrin,Perang Kemerdekaan, hal. 22. ]

Dahlan Mansur sebagaimana dikutip oleh Thamrin dan Edy Mulyana menyebutkan bahwa ada sebuah dokumen korespondensi yang tersimpan di mesium Madrid, Spanyol, yang berasal dari seorang raja Islam di Sumatera pada abad ke 7 Masehi dengan Khalifah Abdul Azis (717 720 M) menjelaskan bahwa agama Islam telah masuk ke Sumatera pada abad pertama Hijriyah.[footnoteRef:43] [43: Ibid., hal. 23. ]

Thamrin juga menyebutkan bahwa A. Mukti Ali dan Djajadiningrat berpendapat bahwa yang pertama kali menyiarkan agama Islam di Aceh adalah pedagang pedagang India sehingga agama Islam yang sampai ke Aceh sudah dipengaruhi oleh kebudayaan India. Sedangkan Zakiah Drajat berpendapat bahwa agama Islam yang datang ke Indonesia di bawa oleh orang orang Persia. Namun semua pendapat tersebut di tolak oleh Hamka dan menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh pedagang pedagang Arab dan agama Islam yang sampai ke Indonesia tersebut tidak bercampur dengan Hinduisme (India).[footnoteRef:44] [44: Ibid. ]

Pada umumnya para ahli sejarah berpendapat bahwa wilayah pertama di Nusantara yang menerima agama Islam adalah pantai Sumatera bagian utara khususnya Barus. Namun H. M. Zainuddin memiliki pendapat yang berbeda, beliau menyatakan bahwa daerah Peureulak yang pertama sekali menerima ajaran Islam. Beliau menyandarkan pendapatnya pada Kitab Idhahul Haq fi Mamlakatil yang ditulis oleh Abu Ishak Al Makarany.[footnoteRef:45] Berdirinya kerajaan Islam di Peureulak disebut pada tahun 225 H (840 M) dengan sultannya yang pertama bernama Sultan Alauddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah .[footnoteRef:46] [45: Ibid., hal. 24. ] [46: Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad Jilid 1, cet.4 (Medan: Harian Waspada, tt), hal. 64. ]

Ali Hasjmy dalam Bukunya Revolusi di Tanah Aceh juga berpendapat awal Islam itu masuk melalui perlak dan berdirilah kerajaan perlak sebagai kerajaan Islam pertama. Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan Islam paling awal tumbuh dan berkembang di Aceh. Kerajaan Islam yang terdapat di pesisir Timur daerah Aceh Kecamatan Perlak Aceh Timur sekarang. [footnoteRef:47] Perlak merupakan daerah penghasil kayu perlak, kayu bahan dasar kapal. Posisi Strategs dan hasil alam yang melimpah membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII hingga XII . sehingga perlak sering disinggahi oleh jutaan kapal dari Arab, Persia, Gujarat, malaka, Cina, serta dari seluruh kepulauan Nusantara. Karena singgah kapal-kapal asing itulah masyarakat berkembang, melalui perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat. [footnoteRef:48] [47: Muliadi Kurdi, Aceh di Mata Sejarawan ... ,h. 67] [48: H. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, Pustaka Insan Madani, Depok, 2007, hal 2]

Dikisahkan bahwa pada tahun 173 H sebuah kapal layar yang dipimpin oleh nahkoda Khalifah berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa angkatan dakwah sejumlah 100 orang, yang terdiri dari orang Arab, Persia dan India. Salah seorang dari mereka yaitu Sayid Ali dari suku Quraisy menikah dengan seorang putri Perlak bernama Makhdum Tansyuri yang merupakan adik dari Meurah raja Perlak yang bernama Syahir Nuwi. Dari perkawinan campuran ini lahirlah seorang anak laki-laki bernama Sayid Abdul Aziz yang dikemudian hari menjadi Sultan pertama Perlak pada tahun 225 H.[footnoteRef:49] [49: Amin, Sejarah Peradaban, hal. 331. ]

Jelasnya Menurut cacatan Syeikh Ishak Makarani Al Pasy dalam kitabnya Darul Haq, yang penulis kutib dari karangan A. Hasjmy, Sejarah berdirinya Kerajaan Islam Perlak diceritakan ;Bahwa dalam tahun 173 hijriah (800 M) telah berangkat dari teluk Kambey (Gujarat) sebuah kapal Angkatan Dakwah dibawah pimpinan Nakhoda Khalifah Bandar Perlak di Pantai Utara Pulau Sumatera. Dalam tahun itu juga mendarat disana.Angkatan Dakwah pimpinan Nakhoda Khalifah tersebut berjumlah 100 orang yang terdiri dari orangorang Arab (antaranya suku Quraisy), orang orang Persia dan Gujarat.Pada Waktu itu di Perlak telah lama berdiri kerajaan Hindu/Budha dan sebagian penduduknya beragama Hindu/ Budha, dan sebahagiaan lagi masih menganut kepercayaan Animisme.Angkatan Dakwah Nakhoda Khalifah yang mempunyai pengetahuan luas dalam berbagai bidang ilmu, pertama-tama pada mulanya mereka mengajar kepada rakyat Perlak cara-cara bertani yang baik, cara cara berdagang yang berhasil, cara- cara bertukang yang menguntunkan, cara-cara berumah tangga yang bahagia, dan lain sebagainya, sementara kepada penguasa diberi tuntunan bagaimana cara memerintah yang dapat membahagiakan rakyat.Setelah ajaran ini dinikmati oleh mereka dan dirasa ada manfaat, barulah dijelaskan bahwa itu semua adalah ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sehingga dengan sukarela para penguasa dan rakyat Perlak serentak meninggalkan agama lama mereka dan menganut agama baru yaitu Agama Islam.[footnoteRef:50] [50: Sejarah Awal Islam Masuk kewilayah Perlak yang merupakan cikal bakal terbentuknya kerajaan Islam Perlak . Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara. A. Hasjmy, Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 53-54.]

Setelah semua penduduk menganut Islam barulah pada saai itu yang juga sangat relatif singkat dalam tahun 225 Hijriah (840 Masehi) didirikanlah Kerajaan Islam Perlak sebagai Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara, bertepatan pada hari selasa tanggal 1 Muharam 225 Hijriah atau bertepatan pada tahun 840 Masehi.[footnoteRef:51] dinobatkan Sayid Abdul Aziz menjadi Raja Islam Pertama dari Kerajaan Perlak dengan Gelar Sulthan Alaiddin Saiyyid Maulana Abdul Aziz Syah. Yaitu putra dari salah seorang anggota Angkatan Dakwah Nakhoda Khalifah, yang kawin dengan puteri dari Meurah Perlak (Raja Perlak). [51: Sugiono MP, Biografi Seorang Guru di Aceh : Kisah Syamsuddin Mahmud Kepada Sugiono MP, (Jakarta: University Press, 2004), h. 12]

Setelah terbentuknya kerajaan Perlak maka barulah dilakukan usaha yang utama selanjutnya dilaksanakan yaitu mendirikan tempattempat pendidikan. Terutama pendidikan Islam bagi puteraputeri negara yang baru itu, dimana untuk pengajar yang mengajarkan langsung didatangkan guru-guru dari Arab, Persia, dan Gujarat untuk mengajari putera puteri negara tersebut.Para Sultan yang memimpin Kerajaan Islam Perlak adalah terdiri dari Ulama yang mempunyai pengetahuan yang luas, dan karena itu mereka sangat mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ulama Aceh sebagai Guru Dalam Melahirkan Human Resource di Aceh, dalam bidang ilmu pengetahuan ulama Aceh menjalankan fungsi sebagai guru di dalam dua institusi penting yakni dayah dan meunasah. Dua lembaga inilah tempat di mana para Ulama mengasah otak parasantri baik yang muda ataupun tua untuk menjadi khalifah yang baik di atas muka bumi.[footnoteRef:52] [52: Muhammad Thalal, dkk, Ulama Aceh Dalam Melahirkan Human Resource Di Aceh, (Banda Aceh : Yayasan Aceh Mandiri, 2010), h. 13]

Tempat-tempat pendidikan pada saat itu bernama Zawiyah, perkataan Zawiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti sudut, perkataan itu sendiri juga memiliki makna tersirat murni yaitu pusat ilmu yang ada hubungannya dengan sudut tiang Haramain (Mekkah dan Madinah).[footnoteRef:53] yang mana pada saat sekarang ini dikenal dengan Dayah. Dan setelah berdirinya tempat-tempat pendidikan yang bernama Zawiyah dalam Kerajaan Islam Perlak tersebut. Maka barulah pada abad ketiga hijriah (awal Abad ke sepulah Masehi), di dirikan pusat pendidikan Islam tinggi yang bernama Zawiyah Cot Kala, dan menjadi pusat ilmu yang pertama di Melayu. [53: Mohd Syukri Yeoh Abdullah Zawiyah Tanoh Abee Dalam Kenangan Makalah Seminar International Pendidikan Aceh Dalam Sejarah (Meulaboh : Sekolah Tinggi Agama Islam Teungku Dirundeng, 2013) , h. 2]

Zawiyah Cot Kala di dirikan oleh seorang pangeran yang Ulama bernama Muhammad Amin yang kemudian lebih dikenal dengan Teungku Chik Cot Kala, beliau juga sebagai atau Pimpinan Perguruan Tinggi tersebut. Setelah memimpin lebih dari 10 tahun, maka Teungku Chik Cot Kala Muhammad Amin di nobatkan sebagai Raja Perlak, dengan Gelar Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat.Jadi pertumbuhan perkembangan Islam pertama kali di Aceh terjadi yaitu setelah Kerajaan Islam Perlak terbentuk, dan pendidikan Islam pertama sekali berdiri itu diberi nama Zawiyah (Dayah), dan sangat banyak Zawiyah pada saat itu, salah satunya yaitu seperti Pusat Pendidikan Tinggi Dayah Cot Kala, yaitu adalah pusat Pedidikan Tinggi Islam pertama di Asia Tenggara, yang memepunyai jasa besar sekali dalam mengembangkan Islam di kepulauan Nusantara ini, di mana banyak sekali Ulama dan Sarjana alumninya yang kemudian menjadi perajurit perajurit pilihan dari angkatan Dakwah Islamiah. Bahkan sarjana-sarjana dari sinilah yang selanjutnya mengembangkan Islam seperti; ke Timur, ke Barat, ke Utara, dan ke Selatan Perlak, bahkan ke seberang Selat Malaka dan berbagai pelosok di kepulauan Nusantara ini.Dalam Britanica Encylopedia edisi 1957 disebutkan bahwa pada abad ke 13 Aceh yang oleh orang Arab dikenal dengan Alrami merupakan daerah yang berpenduduk muslim pertama di Nusantara.Wartawan senior, Jusuf Abdullah Puar dalam buku Masuknya Islam ke Indonesia dengan berpegang pada catatan Junus Jamil dan Pang Akob Peunaron yang disampaikan oleh Teungku Abdullah Ujoeng Rimba dalam Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara menyebutkan bahwa sejak tahun 225 361 H (840 972 M) Peureulak merupakan kerajaan Islam yang secara berturut-turut telah diperintah oleh delapan sultan.[footnoteRef:54] [54: Sugiono MP, Biografi seorang Guru di Aceh: Kisah Prof. DR. Syamsuddin Mahmud Kepada Sugiono MP, Ed II (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2009), hal. 12. ]

Adapun nama-nama Sultan Peurlak adalah sebagai berikut;1. Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (840 864 M)2. Sultan Alaidin Maulana Abdur Rahim Syah (864 888 M) 3. Sultan Alaidin Sayid Maulana Abbas Syah (888 913 M)4. Sultan Alaidin Maulana Ali Mughayat Syah (915 918 M)5. Pada tahun 918 928 terjadi pergolakan di Perlak6. Sultan Makhdum Alauddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (928 932 M) 7. Sultan Makdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (932 956 M)8. Sultan Makdum Abdul Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (956 983 M)[footnoteRef:55] [55: Khairil Mizwar, Sejarah Peradaban Islam Masuk ke Aceh , hal. 20.]

Berbeda dengan di atas Muhammad Ibrahim sebagaimana dikutip dalam Tulisannya Proses dan Munculnya Kerajaan-Kerajaan di Aceh beliau menuliskan Sultan Abdul Aziz memerintah sampai tahun 249 H. (864 M). dan setelah pemerintahannya menurut Idarul Haq ada 17 orang lagi Sultan yang memerintah kerajaan Perlak. Dengan demikian selama berdirinya Kerajaan Islam Perlak terdapat 18 orang sultan di sana yang secara kronologis urutannya sebagai berikut:1. Sultan Alaiddin Maulana Abdul Aziz Syah (225- 249 H = 840-864 M.). Masa pemerintahannya diarahkan pada perwujudan Perlak sebagai kerajaan Islam yang baru di bangun, terutama pengaturan organisasi pemerintahan yang kuat.2. Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdurrahim Syah (249-285 H. = 864-888 M.) kegiatan Sultan ini terutama diarahkan kepada pembangunan pendidikan Islam dan kemajuan ekonomi. Pada tahun 250 H. di bangun sebuah lembaga pendidikan Islam, yaitu : Dayah Bukit Ce Breek.3. Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah (285-300 H.) = 889-913 M.) pada saat ini pembangunan perlak sebagai kerajaan Islam telah mulai Nampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain : pertanian (lada dan hasil hutan), pertambangan (emas di daerah Alue Meah), kesenian (ukiran-ukiran dari gading gajah dan kayu, rapai, seni baca al-Quran, qasidah, dan lain-lain). Selain itu untuk peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan sebuah lembaga pendidikan baru juga didirikan, yaitu : Dayah Cot Kala pada tahun 899 M. di sebuah dataran yang disebut Aramia di sebelah Selatan Bandar Perlak. [footnoteRef:56] Selain itu ketika pemerintahan Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah, sultan ketiga, ulama-ulama bermazhab Sunni mulai masuk ke Perlak dan menebarkan pengaruh. Setelah Wafatnya Sultan pada Tahun 913 M. terjadi ketegangan antara Kaum Syiah dan Sunni, sehingga selama dua tahun berikutnya Kesultanan Perlak vakum kekuasaan, tidak memiliki sultan.[footnoteRef:57] [56: A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Percetakan Offset, Jakarta, 1993, hal. 408.] [57: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 3]

4. Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Ali Mughayat Syah (302-305 H. = 915-918 M). Peristiwa penting yang terjadi pada masa ini ialah pecahnya perang saudara yang berpangkal pada pertentangan aliran Syiah dengan Ahlussunnah. Peperangan ini berakhir dengan tumbangnya pemerintahan Saiyid (dinasti Azizah) yang beraliran Syiah dan timbulnya dinasti Makhdum dari bangsawan asli Perlak (Meurah) yang beraliran Ahlussunnah.[footnoteRef:58] M. Hariwijaya dalam bukunya Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara juga menuliskan: Setelah dua tahun tersebut, kaum Syiah memenangi persaingan, lantas pada tahun 915 M atau 302 H, Sultan Alaiddin Maulana Ali Muqhayat Syah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya, terjadi lagi ketegangan antara kaum Syiah dan Sunni, yang kali ini membawa kaum Sunni pada keunggulan. Akibatnya, para Sultan berikutnya diangkat dari golongan Sunni.[footnoteRef:59] [58: A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam, hal. 408.] [59: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 3]

5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (306-310 H. = 918-922 M.). kegiatannya terutama memperkuat kembali pemerintahan yang selama ini kacau akibat peperangan6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (310-334 H. = 922-946 M.) .Sebelum diangkat menjadi sultan ia adalah pengajar pada Dayah Tinggi Cot Kala dan usaha yang penting adalah mempersatukan kembali pertantangan antara keluarga Azizah dengan Makhdum dengan cara antara lain mengangkat seorang keturunan Azizah yang bernama Saiyid Maulana Abdullah menjadi mangkubuminya.7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (334-316 H. = 946-973 M.). Pada masa pemerintahannya kembali pecah perang saudara yang dapat diakhiri melalui perjanjian Alue Meuh pada tanggal 10 Muharram 353 H. Isinya yang penting ialah Perlak dipecah dua, yaitu : a. Perlak Baroh yang diperintah oleh dinasti Azizah dan,b. Perlak Tunong di bawah pemerintahan dinasti Makhdum.[footnoteRef:60] [60: A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam, hal. 409]

Senada dengan pendapat di atas M. Hariwijaya juga berpendapat bahwa setelah meninggalnya Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat atau seultan ke Tujuh, terjadi lagi ketegangan selama kurang lebih empat tahun antara golongan Syiah dan Sunni, yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian : Perlak Pesisir (Syiah) dan Perlak Pedalaman (Sunni).[footnoteRef:61] [61: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 3]

Dengan demikian pada waktu itu ada dua orang raja di Perlak. SebagaiSultan ke delapan, yaitu :8. -a. Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Mahmud Syah (365-377 H. = 976-988 M.) yang memerintah Perlak Baroh (Perlak Pesisir) dengan kota kedudukannya di Banda Perlak. b. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (365-402 H. = 976-1012 M.). di perlak Tunong (Perlak Pedalaman) dengan kota kedudukannya di Bandar Khalifah.Dalam hal itu pada tahun 986 datang serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sasaran pertama penyerangan itu tentu daerah perlak Baroh (Perlak Pesisir) yang menyebabkan Sultan Saiyid Maulana Mahmud Syah sendiri gugur. Sehingga setelah tentara Sriwijaya mundur dari Perlak pada tahun 1006 M. dalam rangka menghadapi tentara Dharma Wangsa di Pulau Jawa, Kerajaan Perlak dapat dipersatukan kembali.[footnoteRef:62] Suatu hal yang penting selama penyerangan Sriwijaya adalah meluasnya penyiaran Islam menembus daerah-daerah pedalaman, seperti ke daerah Isak, Lingga (Aceh Tengah sekarang) Serbojadi (daerah Lukop Sekarang) dan lain-lain. Bersamaan denga itu juga dibuka daerah-daerah peenghunian baru dalam rangka peningkatan produksi Negara. [62: Sultan Alaidin Sayid Maulana Syah tewas karena serangan olah pasukan Sriwijaya yang menyerang perlak, namun demikian seluruh Perlak justru bersatu kembali di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat dan beliau melanjutkan perjuangan melawan Kerajaan Budha Sriwijaya hingga tahun 1006. M. M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 3]

9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (402-450 H. = 1012-1059 M. ). Untuk lebih meningkatkan penyiaran Islam di Aceh Tengah, sultan ini mengirimkan Syeikh Sirajuddin kesana untuk menobatkan Adi Genali (Teungku Kawe Teupat) menjadi Raja Lingga yang baru menerima ajaran Islam.10. Sultan Makhdum Alaiddin Mansyur Syah Johan Berdaulat (450-470 H. = 1059-1078 M.). usahanya yang penting adalah pembinaan daerah-daerah penghunian baru yang dibuka selama penyerangan Sriwijaya, seperti daerah Salasari.11. Sultan Mkhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Berdaulat (470-501 H. = 1078-1108 M.). Dalam rangka menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan dengan para Saiyid Maulana, Sultan ini memperisterikan putrid Syarifah Hazizah dan dari perkawinan ini lahir seorang putrid, Nurul Ala yang nanti memainkan peranan penting dalam Kerajaan Perlak.12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat (501-527 .H) = 1108-1134 M.), diantara tindakannya yang penting selama pemerintahannya ialah pengangkatan Putri Nurul Ala binti Malik Abdullah Syah sebagai Mangkubumi dan Putri Nurul Qadimah sebagai kepala urusan keuangan (Baital Mal) . Sejak saat itu peranan wanita mulai Nampak dalam pemerintahan.13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-552 H. = 1134-1158 M.), nampaknya peranan wanita dalam pemerintahan mulai dipertanyakan pada waktu itu, sehingga menyebabkan pengunduran diri kedua putrid yang telah disebutkan di atas.14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H. = 1158-1170 M.).15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Berdaulat (565-592 H. = 1170- 1196 M.), usahanya yang cukup berarti ialah meningkatkan penyiaran Islam ke daerah-daerah yang belum Islam. Selama pemerintahannya dua negeri yang berhasil diislamkan, yaitu Kerajaan Indra Purba dan Kerajaan Seudu. Proses pengislaman di sini berlangsung cepat, karena yang mula-mula diislamkan ialah Raja Indra Purba beserta Putrinya Kesuma dan Laksamana Maharani Rian Nio (seorang putri) dari Kerajaan Seudu.16. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Jalil Syah Berdaulat (592-622 H. = 1196- 1225 M.).17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Berdaulat (622-662 H. 1225-1263 M.), masa pemerintahannya merupakan masa kemajuan bagi Kerajaan Perlak, terutama dalam bidang pembangunan pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiyah. Dalam kaitan dengan rencana yang disebutkan terakhir Sultan Muhammad Amin Syah telah mengawinkan dua orang putrinya masing-masing sebagai berikut :a. Putri Gang-gang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Shaleh dari Samudera Pasai.b. Putri Ratna Keumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang). Dengan perkawinan ini penyiaran Islam mulai meluas sampai semenanjung Melayu. (menurut A,. Hasjmy perkawinan ini dengan raja Peramesywara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah).18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H. = 1263-1292 M.), Sultan ini merupakan sultan terakhir dari Kerajaan Islam Perlak, sebab sepeninggalnya Perlak dipersatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang pada waktu pembangunan itu Sultan yang memerintah disana ialah SultanMuhammad Malikul Dhahir (1297-1226 M,), Putra Sultan Malikul Shaleh dengan ieterinya putrid Gang-Gang Sari yang berasal dari Perlak juga. Barangkali faktor putri yang berasal dari Perlak ini turut juga mempercepat proses pembangunan tersebut. Selanjutnya juga Informasi lain tentang masuknya Islam ke Indonesia. diutarakan oleh Sirajuddin Abbas, beliau menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada pagi-pagi benar yaitu pada tahun 17 Hijrah (638 M).[footnoteRef:63] Namun amat disayangkan dalam bukunya Sirajuddin Abbas tidak menyebutkan dari mana beliau memperoleh informasi ini. [63: Sirajuddin Abbas, Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi, cet. 15 (Jakarta Selatan: Pustaka Tarbiyah Baru, 2007), hal. 305. ]

Lebih lanjut Sirajuddin Abbas juga membantah teori yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 6 atau 7 Hijrah. Menurut beliau Islam pertama sekali berlabuh di bagian utara pulau Sumatra pada abad pertama Hijrah.[footnoteRef:64] Sirajuddin juga berkeyakinan bahwa Islam yang pertama sekali berkembang di Indonesia adalah bermazhab Syafii.[footnoteRef:65] [64: Ibid., hal. 313. ] [65: Ibid., hal. 314. ]

Namun Pendapat Sirajudin Abbas tersebut di bantah oleh Khairil Mizwar. Melalui Tulisannya Khairil Mizwar berpendapat pandangan yang disampaikan oleh Sirajuddin ini sangat tidak logis dan kontradiktif. Beliau menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia (Sumatra/ Aceh) pada abad pertama Hijrah, kemudian beliau menyatakan bahwa mazhab yang berkembang ketika itu adalah Mazhab Syafii. Logikanya bagaimana mungkin Mazhab Syafii masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah sedangkan Imam Syafii sendiri baru lahir pada tahun 150 H yang merupakan pertengahan abad ke 2 Hijrah. Apa mungkin Mazhab Syafii datang ke Indonesia jauh sebelum Imam Syafii lahir ? [footnoteRef:66] [66: Khairil Mizwar, Islam Masuk Ke Aceh. Paper Proseding International Conference. hal 21.]

Khairil Mizwar juga memberikan pendapat terhadap kisah masuknya Islam ke Aceh, untuk merujuk melalui analisis dari Sehat Ihsan Shadiqin dalam bukunya Tasawuf Aceh. Dalam bukunya Sehat menyebutkan; argumen yang menyatakan Islam masuk ke Aceh pada awal abad pertama Hijrah agak berlebihan. Kalau kita kembali melihat pada sejarah kemunculan Islam, Rasulullah baru menerima wahyu pada tahun 610 M. Antara wahyu pertama dan wahyu kedua ada kevakuman 2,5 tahun. Kemudian ia berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Dengan demikian persis pada tahun ke-7 kenabiaannya Rasulullah baru menyebarkan Islam secara terang-terangan. Dengan demikian sangat tidak logis kalau pada tahun 618 atau setahun setelah dakwah secara terang-terangan dilakukan Nabi, di Cina sudah berdiri permukiman muslim. Apalagi perjalanan laut dari Arab ke Cina membutuhkan waktu tahunanKalaupun data sejarah menunjukkan bahwa Islam masuk ke Aceh pada abad pertama Hijrah, maka itu terjadi pada masa Kulafaurrayidin, dibawah pimpinan Utsman bin Affan[footnoteRef:67] [67: Sehat Ihsan Shadiqin, Tasawuf Aceh, cet II (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2009), hal. 31 32. ]

Kharil Mizwar juga menjelaskan bahwa kutipan di atas Sehat berkesimpulan bahwa Islam datang ke Aceh pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Dan Analisis ini sekaligus merupakan bantahan logis terhadap sebagian kalangan yang mengklaim bahwa Islam sudah datang ke Aceh pada saat Rasul masih hidup. Khiaril Mizwar Dalam pandangannya terhadap pendapat ini beliau berpendapat lebih mendekati kebenaran jika dibanding dengan pendapat lainnya sebagaimana sudah di uraikan diatas. Selain itu M. Hariwijaya sebagaimana penulis kutip dalam Bukunya yang berjudul Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, menyebutkan :Pada tahun 30 Hijriah atau 615 Masehi, Khalifah Usman Ibn Affan mengirim delegasi ke Cina. Delegasi tersebut bertugas memperkenalkan agama Islam. Waktu itu hanya berselang sekitar 20 Tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. Dalam perjalan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Usman ternyata sempat singgah di kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 674 M. Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera.[footnoteRef:68] [68: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 1]

Jadi dari sini Penulis juga berkesimpulan sependapat terhadap pendapat di atas bahwa Islam datang ke Aceh pada masa Khalifah Utsman bin Affan . sedangkan abad berapa Islam masuk di Aceh penulis berpendapat menyatakan bahwa Islam masuk ke Aceh pada abad ke 7 M. Berita Marcopolo menyebutkan, pada saat persinggahannya di Pasai pada tahun 692 H. atau 1292 M, telah banyak ulama Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula dari Ibnu Batutah, Pengembara Muslim dari Maghribi (sekarang Maroko). Ketika singgah di Aceh pada tahun 746 atau 1345 M. Ibnu Batutah menuliskan bahwa di Perlak dan Pasai telah tersebar Mazhab Syafii. [footnoteRef:69] [69: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 4]

M. Hariwijaya juga menuliskan : Pada Awal Abad ke 13, di ujung Sumatera berdiri kerajaan baru dibawah Sultan Malik al-Shaleh, bernama Samudera Pasai, sementara Kerajaan Perlak setelah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat menjadi sultan terakhir. Setelah ia meninggal Perlak di satukan dengan Kerajaan Samudera Pasai dibawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al Zahir, Putra Malik al-Shaleh[footnoteRef:70] [70: M. Hariwijaya, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, hal, 5]

KEMAJUAN ISLAM PADA ABAD KE I7 Aceh[footnoteRef:71] dalam sejarah merupakan sangat menarik dibicarakan terutama pada masa dahulu, dimana ketika Aceh masih dalam bentuk Kerajaan Kerajaan Islam. Aceh[footnoteRef:72] salah satunya pada masa Abad XVII. Betapa hebat nya aceh pada saat itu sehingga tercatat dalam sebuah sejarah yang pada masa itu Bidang agama khususnya dan ilmu pengetahuan sangat dikenal oleh kalangan luar aceh pada saat itu, kemudian syiar dan ajaran islam dapat dikembangkan. Dan selain sebagai ibu kota Kerajaan Aceh dan berperan sebagai salah satu pusat pemerintahan, juga pernah berperan sebagai pusat satu pusat perdagangan, pendidikan dan tamaddun dikawasan Asia Tenggara. [71: Menurut sumber-sumber yang kita ketahui , Islam untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriah ( abad ke tujuh / delapan Masehi ) dan langsung dari arab. Dan selanjutnya sebuah daerah yang pertama sekali didatangi oleh islam, dan jelas setelah terbentuknya masyarakat islam, maka raja islam pertama berada di aceh . Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo, Kerajaan Kerajaan Islam di Aceh, Cet Pertama, Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, h. 14] [72: Letak geografis aceh terletak diujung bagian utara pulau sumatera. Ia merupakan bagian yang paling barat dari kepulauan indonesia. Memanjang dari barat laut dan keselatan, dengan batas-batasnya sebagai berikut : sebelah utara dengan Teluk Benggala dan Selat Malaka ; sebelah selatan dengan daerah Sumatera Utara ; sebelah timur dengan Selat Malaka ; dan sebelah barat dengan Samudra Hindia. Secara astronomis, dia terletak diantara 95o 13 dan 98o 17 Bujur Timur dan antara 2o 48 dan 5o 40 Lintang Utara.Luas seluruh daerah ( yang termaksuk wilayah Propinsi Aceh sekarang ) beserta dengan pulau-pulau yang termaksuk wilayahnya 58.000 Km2. Keseluhan wilayah ini dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu : 1. Bagian pantai sebelah barat, 2. pantai sebelah timur, dan 3. Pantai bagian tengah. Kedua bagian pesisirnya ( sebelah barat dan timur ), sebagian berpantai curam dan sebagian berawa-rawa, sedangkan bagian tengah merupakan dataran tinggi. Rusdi Sufi, Struktur Kerajaan Aceh, Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, h. 44]

Ketika Kerajaan Aceh telah mencapai puncak kejayaannya (abad XVII)[footnoteRef:73] banyak dikunjungi para cendikiawan (ulama dan pujangga), baik dari manca negara maupun domestik. Di antara mereka yang datang ini ada yang kemudian menetap di Aceh dan ada pula yang kembali ke negeri asalnya. Selama di Aceh mereka ada yang berprofesi guru sebagai pengajar khususnya dalam ilmu agama dan ada juga sebagai pengarang buku tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Karena banyaknya guru dan pengarang yang berdomisili di Aceh menjadikan Aceh sebagai "kiblat" studi tentang Islam dan ilmu pengetahuan lainnya di Nusantara pada waktu itu.[footnoteRef:74] [73: Zaman dimana cukup gemilang, ditandai dengan berbagai kemajuan Drs, Syahrizal, Syeikh Abdurrauf Syiah Kuala dan Corak Pemikiran Hukum Islam ( Kajian Terhadap Kitab Mirat al Tullah Tentang Hakim Wanita ),Tesis Institut Agama Islam Negeri Ar- Raniry, Banda Aceh, 1995, h. 1] [74: Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo, Ragam Sejarah Aceh, Cet I, Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2004, h. 65]

Kerajaan Aceh Darussalam pada masa Iskandar Muda[footnoteRef:75], Dalam masa pemerintahannya, adalah sebuah masa yang cukup baik dimana khususnya Pendidikan Islam pada masa ini mencapai puncak dan sanggup menjadikan Kerajaan Aceh Darussalam Sebagai Pusat Kegiatan Ilmu di Asia Tenggara. [75: Masa Pemerintahan Ratu Safiatuddin, yang mana dalam inilah tampil sejumlah besar ulama dengan karya karya ilmiah bermutu. A. Hasjmy, Wanita Aceh Sebagai Negarawan dan Panglima Perang, Cet I, Bulan Bintang, Jakarta, 1996, h. 22 ]

Pada masa zaman ini pemerintahan memang diakui bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dibidang Pendidikan Islam tambah semarak dan meningkat. Syeikh Nuruddin Ar-Raniry[footnoteRef:76] dalam bukunya Bustanus Salatin antara lain juga menegaskan bahwa : .....Banda Aceh Darusalam pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin terlalu makmur, dan makanan pun sangat murah, dan segala manusia pun dalam kesentosaan dan mengikut segala barang sabdanya. ......... [footnoteRef:77] [76: Syeikh Nuruddin Ar-raniry merupakan seorang ulama yang hidup pada masa pemerintahan Safiatuddin. Nama lengkapnya ialah Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri al-Quraisyi asy-Syafi'i, keturunan Arab, dilahirkan di Ranir dekat Surat di Gujarat (India). Setelah menjadi ulama, hijrah ke Aceh dan mendapat kedudukan penting dalam badan pemerintahan Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) dan juga pada awal pemerintahan Sultan Tajul Alam Safiatuddin (1641-1675). Tampaknya ia, bersama dengan Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, merupakan tokoh pendidikan yang paling berpengaruh di Aceh selama abad XVII dan karenanya telah mengundang sejumlah ahli untuk mengadakan studi terhadap dirinya. Ia di Aceh penentang ajaran wujudiyah yang diajarkan Hamzah Fansuri dan yang dikembangkan Syamsuddin Pasei, karena ajaran itu dianggap menyesatkan ajaran Islam. Dengan bantuan sultan Aceh pada masanya (Iskandar Tsani), Nuruddin Ar-Raniri berhasil memberantas ajaran wujudiyah dengan membakar kitab-kitab karangan Hamzah fansuri dan Syamsuddin Pasei di muka Mesjid Baiturrahman Bandar Aceh Darussalam; dan juga dengan membunuh beberapa pengikut ajaran tersebut. Selama di Aceh Nuruddin Ar-Raniri paling produktif menulis kitab-kitab mengenai ilmu Islam, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu klasik. Sehubungan dengan ini A.Daudy telah berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 29 judul karangannya (termasuk yang ditulis di luar Aceh) yang meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti ilmu fiqh, hadist, tauhid, sejarah, tasawuf, firaq (sekte-sekte agama); dan sebagain besar karangannya itu ditulis untuk menyanggah ajaran wujudiyah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumathrani. Di antara tulisan-tulisannya itu adalah Al-Shirath al Mustaqim, Hidayat al- Habib fi Al Targhib wal-Tarhib, Nubdzah fi Da'wa al-zhill ma'a Shahibihi, Asrar al-Insan fi Ma'rifat al-Ruh wa al Rahman, Ma'ul Hayat li Ahl al-Mamat, Syifa' 'ul-Qulub, Hujjat al-Shiddiq lidaf 'i al-Zindiq, Al-Lama'an fi Takfir man Qala bin Khalq al Qur'an dan Bustanus Salatin. Yang tersebut terakhir adalah merupakan karya sastra Nuruddin Ar-Raniri yang terbesar dan paling tinggi mutunya dalam kesusastraan Melayu klasik. Kitab ini selain mengandung nilai-nilai keagamaan, juga mempunyai nilai-nilai sejarah, khususnya mengenai sejarah Kerajaan Aceh. Setelah lama menetap di Aceh, pada tahun 1644 Nuruddin Ar-Raniri kembali ke kampung kelahirannya (Ranir, India) dan pada tanggal 21 September 1658 tokoh yang sebagian besar usianya diabdikan kepada ilmu pengetahuan ini meninggal dunia di sana. Untuk mengenang jasa-jasanya selama di Aceh, sekarang namanya diabadikan pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniri di Darussalam, Banda Aceh. Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo, Ragam Sejarah Aceh, Cet I, Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2004, h. 67] [77: A. Hasjmy, Wanita Aceh Sebagai Negarawan dan Panglima Perang, Cet I, Bulan Bintang, Jakarta, 1996, h. 23]

Dan zaman ini, Pendidikan islam dan banyak guru-guru dan pujangga berkiprah di Aceh. Para ilmuan dan sastrawan juga begitu berkiprah, seperti Hamzah Fansuri[footnoteRef:78], yang merupakan seorang pujangga dan guru agama yang terkenal dengan ajaran Tasawuf Wujudiah nya. Syamsudin as Sumarthrani atau ebih dikenal dengan Syamsuddin Pasei, yang merupakan murid Hamzah Fansuri dalam paham Wujudiyah. kemudian Tokoh Pendidikan lain seperti Syeikh Abdurrauf Singkel atau Syiah Kuala yang merupakan seorang guru besar yang sangat berpengaruh, dimana beliau menuliskan kitab tafsir al-Quran yang pertama dengan menggunakan bahasa melayu. Tafsir yang bermutu tinggi, dan sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang tafsir Turjumanul Mustafik telah dipelajari diseluruh wilayah yang berbahasa Melayu di Asia Tenggara. dan masih banyak sekali tokoh tokoh pendidikan yang dimasa ini dipandang sebagai guru-guru, serta karangan-karangannya dalam berbagai disiplin ilmu. Dan sumbangan pemikiran mereka sangat bermanfaat bagi masyarakat Nusantara. [78: Ia dilahirkan di Fansur, sebuah desa yang letaknya diperkirakan tidak seberapa jauh dari Barus dan dekat letaknya dengan Singkel sekarang. Kemudian ia mengembara, antara lain, sampai ke ibukota Bandar Aceh Darussalam pada masa pemerintahan