review karya ilmiah sri hardiyani

48
REVIEW KARYA ILMIAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA BUDIDAYA IKAN OLEH : NAMA MAHASISWA: SRI HARDIYANI NIM : 121110117 FAKILTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2013 1

Upload: eggy-jupar-jupar-bogel

Post on 03-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

hbujgbhgbhbh

TRANSCRIPT

Page 1: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

REVIEW KARYA ILMIAH

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BUDIDAYA IKAN

OLEH :

NAMA MAHASISWA: SRI HARDIYANI

NIM : 121110117

FAKILTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2013

1

Page 2: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

FORMAT

COVER……………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………

1.2 TUJUAN………………………………………………………………………

BAB II. KAJIAN TEORI…………………………………………………………………

BAB III. TEKNOLOGI KEGIATAN……………………………………………………

3.1 Persiapan………………………………………………………………………

3.2 Pelaksanaan……………………………………………………………………

3.2 Panen…………………………………………………………………………..

3.4 Pasca Panen…………………………………………………………………….

BAB IV. ANALISA USAHA……………………………………………………….........

BAB V. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

2

Page 3: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan

dan kebijaksanaan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’ Teknologi

TEPAT Guna Budidaya Ikan Kerapu Macan ” tepat pada waktunya.

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Dan

juga kami mengucapkan terimakasih kepada.

1. Bapak Indah Eka Raharjo selaku dosen pembimbing

2. Teman –teman yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik

dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya

bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Pontianak, Mei 2013

Penulis

3

Page 4: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang habitat hidupnya

di karang dan di dasar perairan berbatu, berdiam diri di dalam lubang-lubang untuk

menunggu mangsa. Dapat hidup di air laut maupun air payau karena mempunyai toleransi

tinggi terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Daerah penyebaran kerapu macan di mulai dari

Afrika Timur, Fasifik Barat Daya, Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Sedangkan

di perairan Indonesia yang populasinya cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa,

Sulawesi dan Pulau Buru (Mayunar; et.al.1991).

Kerapu macan mempunyai sifat hidup soliter, dimana hidupnya tidak bergerombol, baik

saat mencari makan maupun dalam keadaan bahaya. Namun pada saat akan memijah kerapu

macan akan bergerombol, ini terjadi beberapa hari sebelum bulan purnama penuh pada

malam hari. Di Indonesia, musim pemijahan ikan kerapu macan terjadi bulan Juli –

September dan November – Februari, terutama di Perairan Kepulauan Riau, Karimun Jawa

dan Irian Jaya. Dalam satu tahun musim pemijahan terjadi sebanyak 6-8 kali, sedangkan

pemijahan pertama (prespawning) terjadi 1-2 kali pemijahan dalam setahun (Basyarie, A.

1989).

kan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) umumnya dikenal dengan istilah

“groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik

dipasarkan domestik maupun pada internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi.

Ekspor ikan kerapu macan melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987

menjadi 57 ton pada tahun 1988. Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya

cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam

keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera

konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong

masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya

(Mayunar; et.al. 1991).

Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) telah dilakukan dibeberapa

tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena

keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang

4

Page 5: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis

Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui

pembenihan buatan, manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon (Basyarie, A. 1989).

1.2 TUJUAN

Tujuan dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk memperdalam ilmu

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja khususnya mengenai teknik pembenihan

ikan kerpu macam (Epinephelus fuscoguttatus) dengan panduan pengetahuan yang diperoleh

dari bangku kuliah dan perbandingan langsung di lapangan.

5

Page 6: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

BAB II. KAJIAN TEORI

2.1Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan yang pipih

memanjang dan agak membulat (Mucharie, A; et.al. 1991). Mulut lebar dan di dalamnya

terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001), menjelaskan bahwa rahang bawah dan atas

dilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat.

Gambar 1. Induk Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip

punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah. Jari-jari sirip

yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah, sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan

sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo

matang dengan tubuh bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical

berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo (Mucharie, A; et.al.

1991).

2.2 Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Menurut (Mucharie, A; et.al. 1991), menjelaskan bahwa kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum              : Chordata

Sub phylum       : Vertebrata

Class                  : Osteichtyes

6

Page 7: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

Sub class            : Actinopterigi

Ordo                  : Percomorphi

Sub ordo            : Percoidea

Family                : Serranidae

Sub family         : Epinephelinae

Genus                : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,

Spesies               : (Epinephelus fuscoguttatus)

2.3  Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)

Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup  diperairan karang

pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya keperairan yang

lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari.

Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat

favorit larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir

berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu tinggal di terumbu

karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Kerapu

besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang berlumpur di depan muara sungai (Mucharie,

A; et.al. 1991).

2.4  Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus) 

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat hermaprodit protogini yang berarti

setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin (change sex) dari betina dewasa

menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini memerlukan dalam waktu cukup lama dan terjadi

secara alami. Biasanya perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai berat 7 kg. (Sudjiharno,

2003).

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina ketika akan memijah akan

mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina akan berenang

bersama- sama  di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari pada saat bulan

gelap. Jumlah telur yang dihasilkan  dalam satu kali pemijahan tergantung dari berat tubuh ikan

betina. Misalnya ikan yang beratnya 8 Kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 telur. Telur yang

telah dibuahi bersifat non adhesive yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya.

7

Page 8: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 – 0,85 mm. telur yang

dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sudjiharno, 2003).

2.5 Cara Makan dan Jenis Makanan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan karnifora yang

memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva ikan kerapu macan

memangsa larva moluska. ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat karnifora dan

cenderung menangkap/memangsa yang aktif bergerak di dalam air (Sudjiharno, 2003), ikan

kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari,

dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hingga menyergap mangsa

dari tempat persembunyiannya dengan cara makannya dengan memakan satu per satu makanan

yang diberikan sebelum makanan tersebut sampai ke dasar perairan (Sudjiharno, 2003).

2.6 Kualitas Air

a. suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan dan udang. Secara

umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhusampai batas tertentu yang

dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabakan

pengaruh lansung suhu juga pengarub kelarutan gas -  gas didalam air termasuk oksigen.

Semakin tinggi suhu, semakin kecil larutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi

ikan dan udangsemakin besar karean tingkat metabolisme semakin tinggi. Kisaran optimal suhu

yang baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25 – 32 (Asmawi, 1986).

Gambar 2, alat pengukur suhu ( thermometer)

8

Page 9: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

b. Salinitas

Salinitas (kadar garam) merupakan konsentrasi garam dalam air laut. Salinitas ini

berpengaruh terhadap tekanan osmotic sel tubuh. Dengan demikian, bila seekor ikan dipindahkan

dari habitat aslinya, misalnya dari salinitas tinggi ke salinitas rendah, berarti ikan tersebut

menghadapi ancaman kematian, kecuali jika ikan tersebut mampu mentoleransi perubahan

tersebut. Ikan kerapu macan umumnya menyukai salinitas 30 – 35 ppt  (Ghufran, 2001).

Gambar.3 alat ukur salinitas ( refakrometer)

c. pH

Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air

yang rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian iakn dengan gejala geraknya tidak

teratur, tutup insang tidak bergerak aktif, dan berenang sangat cepat dipermukaan air. Keadaan

air yang sangat basa jug adapt menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran pH air yang

cocok untuk budidaya ikan kerapu macan adalah 6,7 – 8,2. Selain itu perairan yang asam juga

berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan berkurang) (Bambang, 2000).

Gambar. 4 alt ukur pH (pH meter)

9

Page 10: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

2.7 Hama dan Penyakit Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)

Kasus penyakit yang paling banyak pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya

ikan kerapu yaitu :

1.      Penyakit infeksi pada ikan yang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Kelompok dari sel

tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip. Penyakit ini disebabkan olen virus

Lymphocystis. penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun

demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik.

2.      Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok

pangkal strip ekor dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan

beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio

alginolyticus, V algosus, V anguillarum dan V fuscus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan

dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan

oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan

mekanisme infeksi bakteri

3.      Penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sering ditemukan pada ikan kerapu macan adalah

terlihat bercak putih. Perlakuan bahan kimia pengendali parasit dapat dilakukan seperti

perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt

selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang sudah diperlakukan ke dalam wadah barn

bebas parasit.

Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat

patogen pada ikan kerapu tikus.

4.3.2.1. Vibrio alginolyticus

Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2) pada

media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa,

laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning

pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu

tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar

106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan

oleh infeksi bakteri V alginolyticus..

4.3.2.2. Vibrio anguillarum

Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen

10

Page 11: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi

bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%.

Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri.

Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan

ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh

swarm pada media padat non-selektif seperti NA.

4.3.3. Penyakit Protozoa

4.3.3.1. Cryptocaryonosis. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit

adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-

0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia.

Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada

kulit, produksi mukus yang berlebihan, kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu

makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi (borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari

bakteri.

Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih

memantapkan (diagnosis definitif) perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara

memotong insang, mengerok dari lendir.

Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. 4.3.3.2. Infestasi Trichodina

Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan

(substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit

ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan

seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga

seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan

Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.

Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat

sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada

ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas.

Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup

di kulit, contohnya adalah Trichodinella.

Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang

berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara melakukan pengerokan

11

Page 12: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

(scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran insang dan melakukan pemeriksaan secara

mikroskopis.

Pencegahan terhadap wabah penyakit adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan,

karena mewabahnya penyakit berkaitan dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan

terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin

200-300 ppm.

4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea

Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan

ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi

dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya.

Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri.

Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop.

Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah, yaitu hanya merendamnya dalam air tawar

selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin 200-250 ppm juga cukup efektif.

Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2 ppm dapat mematikan parasit.

12

Page 13: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

BAB III. TEKNOLOGI KEGIATAN

3.1 Persiapan

3.1       Alat dan Bahan

       Alat dan Bahan adalah sebagai Berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Fungsinya

No Nama Alat dan BahanFungsi

Alat1 Ember Untuk penempungan banih dan pakan alami2 Gayung Untuk penebaran larva ikan kerapu kedalam

bak3 pH Meter Untuk Mengukur pH4 DO Meter Untuk Mengukur oksigen terlarut (DO)5 Refraktometer Untuk mengukur salinitas 6 Thermometer Untuk mengukur suhu8 Seser Untuk pemanean telur dan larva9 Selang Untuk penggantian air dan pemberian pakan

rotifera10 Tabung oksigen Untuk oksigen pada saat packing11 Plastik Packing Untuk pengemasan benih12 Tudung saji Untuk menampung benih yang telah di

gerading13 Bak Kolektor Untuk menampung telur14 Freezer Untuk penyimpanan ikan rucah15 Genset Sebagai pembangkit listrik cadangan 16 Mikroskop Untuk pengamatan perkembangan telur

Bahan1 Induk kerapu macan Sebagai sampel praktek kerja lapang2 Kaporit Untuk menstrilkan bak induk dan bak larva3 Minyak ikan Untuk menyeimbangkan permukaan air 4 Pellet Sebagai pakan buatan pada larva dan benih5 Fitoplankton Sebagai pakan zooplankton6 Zooplankton Sebagai pakan larva7 Ikan rucah Sebagai pakan induk dan benih8 Air laut Sebagai media pembenihan 9 Air tawar Untuk menurunkan salinitas (kadar garam)

13

Page 14: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

3.3 Pelaksanaan

3.3.1   TeknikPengambilan Data

Teknik yang di pakai dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan

mengambil dua macam data, yaitu data primer dan skunder. Data primer di dapat dari observasi,

wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data skunder di dapat dari data yang di peroleh atau

dikumpulkan oleh orang lain dari sumber-sumber yang telah ada.

3.3.2   Data Primer

Data primer dalah data yang diperoleh atau di kumpulkan langsung di lapangan oleh orang

yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data ini di peroleh

secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara

dan partisipasi aktif (Hasan, 2002).

a. Observasi

Menurut Surachmad (1978), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

systemmatis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapang ini observasi dilakukan

terhadap berbagai kegiatan pembenihan ikan kerapu macan meliputi kolam, kontruksi kolam,

pengairan, penanganan induk, penanganan telur, larva, pembesaran, pemberatasan hama dan

penyakit, panen dan pemasaran.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang di gunakan untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan bila ingin mengetahui hal-hal dari

responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan

mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara responden, pedoman

wawancara, dan situasi wawancara (Ridwan, 2002). Wawancara pada praktek kerja lapang ini

meliputi sejarah berdirinya Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue,

keadaan umum, struktur organisasi, pembenihan ikan, permasalahan yang dihadapi, hasil yang

dicapaidan lain sebagainya.

c. Partisipasi Aktif.

Bentuk prtisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta secara

langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pembenihan ikan kerapu macan

14

Page 15: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

seperti pemberian pakan, kapasitas benih dalam hatchery, kepadatan penebaran, analisa usaha

dan lain-lain.

3.3.3   Data Skunder

Data skunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh orang lain yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telahada. Data ini biasanya diperoleh dari

perpustakaan atau laporan-laporan peneliti terdahulu. Data skunder disebut juga data tersedia

(hasan, 2002). Dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini data sekunder diperoleh dari laporan-l

aporan pustaka yang menunjang, serta data yang di peroleh dari lembaga pemerintah, pihak

swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembenihan ikan

kerapu macan (Ephinepelus fuscoguttatus).

3.3.4 Sarana dan  Prasaranan

a. Sistem Penyedian Tenaga Listrik

Ketersedian tengaga listrik sangat dibutuhkan dalam aktifitas pembenihan karena hampir

sebagian peralatan yang dioperasikan membutukan tenaga listrik, oleh karena itu tenaga listrik

harus tersedia selama 24 jam. 

b. Sumber Air

Air yang digunakan adalah air laut yang dipompa dan dialirkan melalui pipa paralon yang

ditanam di bawah tanah. Adapun pipa paralon yang digunakan berukuran 6 inchi dengan panjang

200 m, pada ujung pipa dipasang filter hisap yang diberi lubang-lubang kecil. Hal ini untuk

menghindari kotoran yang ikut tersedot ke bak tendon. Penempatan filter hisap diletakan

melebihi surut air laut terenda dengan menggunakan pemberat yang terbuat dari semen beton.

Sebelum air dialiri kedalam bak larva, terlebih dahulu disaring di bak filter.

c. Jalan dan Transportasi

Kondisi jalan belum di aspal. Walaupun kondisi jalannya belum di aspal akan tetapi sering

dilalui oleh kenderaan sepeda motor, mobil dan masarat sekitarnya. Sarana transportasi yang ada

di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yaitu sebagai berikut :

         Mobil jenis double cabin untuk kenderan oprasional kepala balai.

         Mobil kijang inova untuk kenderan oprasional proyek.

         Sepeda motor honda karisma 125 untuk transportasi karyawan.

15

Page 16: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

3.3.5 Konstruksi Bak

3.3.5.1 Bak Tendon

Bak tendon adalah bak yang digunakan untuk menampung air laut yang dipompa atau

disedot dari laut, ketersediaan bak tendon sangat diperlukan karena penggunaan bak ini

mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

a.)      Air dapat didistribusikan secara gravitasi karena bak.

b.)      Dapat melakukan sterelisasi air terutama dengan menggunkan bahan kimia misalnya kaporit.

3.3.5.2 Bak Induk

Bak induk yang digunakan untuk kegiatan pembenihan kerapu macan adalah bak dari

beton. Bak induk kerapu macan berjumlah 2 buah bak pertama difungsikan sebagai bak

pemeliharan induk sekaligus bak pemijahan dan bak yang kedua difungsikan sebagai bak tendon

karena bak tendon di Balai Benih Ikan (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue tidak layak pakai

(masih dalam perehapan). Bak pemeliharaan induk sekaligus bak pemijahan dapat di lihat pada

gambar 3 dibawah ini :

Bak induk dilengkapi dengan bak penampungan telur yang diletakan disamping yang

dilengkapi dengan pembuangan air bagian atas bak yang akan mengalirkan air limpahan telur ke

bak penampungan telur. Selain pipa pembuangan bagian atas, bak induk juga memiliki

pembuangan yang ada didasar bagian tengah bak yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran

dan saluran u$tama ketika pengeringan.

3.3.5.3 Bak Pemeliharaan Larva

            Larva ikan kerapu macan di pelihara dalam bak yang terbuat dari semen (bak beton). Bak

pemeliharan larva ikan kerapu macan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4 x 2,5 x 1,25 m,

bak pemeliharaan larva tersebut berjumlah 8 buah dengan kapasitas 10 ton pada setiap sudut  bak

dibuat agak melengkung utuk menghindari penumpukan kotoran, selain menghindari

penumpukan kotoran dapat mempermuda sirkulasi air. Pada dasar bak terdapat pipa pembuangan

yang berukuran 3 inchi, sedangkan pada bagian dinding bak di bagian atas terdapat pipa

pemasukan air. Bak pemeliharan larva ditempatkan dalam ruang tertutup untuk menjaga

kesetabilan suhu dan menjaga intentitas cahaya. Bak pemeliharaan larva dapat dilihat pada

gambar 4 dibawah ini.

16

Page 17: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

3.3.6 Kegiatan Pembenihan

3.3.6.1 Persiapan Bak

Untuk mendukung keberhasilan  dalam pembenihan maka  harus dilakukan persiapan bak

sebaik mungkin. Sebelum digunakan, bak pemeliharan induk dan bak pemeliharaan larva

dikeringkan terlebidahu, kemudian disiramai dengan kaporit pada dinding serta dasar bak

kemudian dibiarkan selama 30 menit, setelah 30 menit dilakukan penyikatan dan pembilasan.

Setelah selesai pembersihan, dilakukan pengisian air sampai penuh dan dibiarkan selama satu

hari. Setelah satu hari, air yang ada di dalam bak dikeringkan dan bak di isi kembali sampai

penuh dan bak tersebut siap untuk di pergunakan. Adapu proses persiapan bak induk dan bak

larva dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini :           

3.3.6.2 Seleksi Induk

Induk ikan kerapu  macan berasal dari alam yaitu hasl tangkapan nelayan. Induk jantan

yang  di gunakan berukuran panjang 74 -77 cm dan berat 8 – 10 kg/ekor, induk betina berukuran

panjang 60 – 68 cm dan berat 5 – 7 kg/ekor.

Kematangan kelamin induk jantan diketahui dengan cara kanulasi dengan memasukan

selang plastik kedalam lubang kelamin ikan kemudian di hisap sperma yang keluar warna puti

susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menuntukan kualitasnya. Kematangan kelamin induk

betina ikan kerapu macan dapat diketahui dengan cara mengurut perut ikan (striping) kearah

genital papilla, telur yang di peroleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya.

Ciri-ciri induk ikan kerapu macan yang sehat yaitu berwarna coklat kehitaman, tubuh tidak

cacat, gerakan agresif (lincah). Ciri-ciri induk jantan yang matang gonad yaitu berwarna lebih

terang atau lebih cerah, ukuran badan panjang, agresif, lubang genital bewarna kemerahan.

Sedangkan cirri-ciri induk betina yang matang gonad yaitu perut gendut, gerakan tidak begitu

agresif, lubang genital berwarna kemerahan dan apabila distriping akan mengeluarkan telur.

3.3.6.3 Pemeliharaan Induk

Induk ikan kerapu dipelihara di dalam bak beton yang berbentuk lingkaran dengan

kapasitas air 200 ton dan jumlah induk yang ada berjumlah 30 ekor dengan perbandingan antara

jantan dan betina yaitu 1 : 5. induk jantan yang di pelihara 5 ekor dan induk betina yang

dipelihara 25 ekor . pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar dengan frekuensi pemberian

17

Page 18: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

satu kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB pagi hari. Metode pemberian pakan secara at

libibitung atau pemberian pakan ikan sampai kenyang. Pemberian pakan induk ikan kerapu

macan sebesar 1-3% dari total berat badan ikan/hari. Disamping itu diberikan pula fitamin E

dengan dosis 10 – 15 mg/kg berat badan induk yang telah dicampur kedalam pakan dengan

ferekuensi pemberian dua kali seminggu yaitu hari senin dan kamis. Bak pemeliharaan induk di

siphon dua kali seminggu. Pemberian pakan induk ikan kerapu macan dan penyiponan bak induk

dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :

      

3.3.6.4 Pemijahan

Kegiatan pemijahan ikan kerapu macan dilakukan secara pemijahan alami. Teknik

pemijahan dilakukan dengan metode manipulasi lingkungan yang dilakukan menjelang bulan

gelap yaitu dengan cara menaikan dan menurukan tinggi air selama 6 – 8 jam setiap hari,

permukan air yang diturunkan sampai 70 cm dari dasar bak induk. Pada sore hari pukul 16.00

WIB air bak di isi kembali sampai ke posisi semula yaitu 200 ton.Perlakuan ini dlakukan terus

menerus sampai induk memjah secara alami.

Induk ikan kerapu macan memija setiap bulan yaitu pada bulan gelap dimulai pada tanggal

30 Juli – 03 Agustus tahun 2011 berlansung selama 4 – 5 hari berturut-turut dan terjadi pada

malam hari antara jam 00.00 – 04.00.

3.3.7 Penangan  Telur

a. Pemanenan Telur dan Penghitungan Telur

Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dengan menggunakan scope

net yang mata jaringnya 400 mikron.Telur hasil pemanenan di tampung ke dalam bak fiber yang

telah disediakan dengan volume 1 ton.

b. Seleksi dan Penebaran Telur

Telur yang telah di tampung dalam bak fiber akan di seleksi dan diambil dengan cara

mengangkat aerasi dan mendiamkan telur tampa aerasi selama 4 menit, telur yang baik akan

mengapung atau akan melayang-layang kepermukaan air dan berwarna trasparan sedangkan telur

yang jelek akan mengendap didasar bak fiber. Kemuadian telur yang berkualitas akan

dipihdahkan kedalam aquarium untuk di tetaskan.

c. Penetasan Telur

18

Page 19: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

Penetasan telur dilakukan yaitu telur ditetaskan di dalam aquarium berkapasitas 100 liter.

Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan, pada suhu 28-29 0C dan salinitas

33-35 ppt. Setelah semua telur menetas maka aerasi dimatikan untuk memisahkan larva yang

baik dan larva yang buruk. Larva yang baik akan berenang di permukaan sedangkan larva yang

buruk akan tetap di dasar wadah. Larva yang berkualitas akan di panen dan dipindahkan ke bak

pemeliharaan larva.

3.3.8 Pemeliharaan Larva

a. Penebaran Larva

Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang diteteskan dalam wadah

penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran larva kedalam bak pemeliharaan larva harus

segera dilakukan karena kondisi di dalam wadah penetasan akan dapat menurunkan kualitas

larva itu sendiri jika dibiarkan terlalu lama, disamping itu kualitas air media penentasan juga

sudah menurun bersamaan dengan menetasnya telur. Adapun penebaran larva yang dilakukan di

Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue dilakukan pada malam hari  pada

pukul 20:00 WIB. Padat tebar yang dilkukan yaitu 10 ekor/liter.

b. Perkembangan Larva

Larva yang berumur 1 hari (D1) sampai D2 berwarna putih teransparan, bersifat

pelanktonis, bergerak mengikuti arus sistem belum berfungsi, serta masih mempunyai yolk egg

(kuning telur) sebagai cadangan makanan sehingga larva belum membutukan pakan tambahan

dari luar tubuh.Pada saat larva D3 cadangan makan atau kuning telur sudah terserat habis, dan

sistem penglitan sudah mulai berfungsi sehingga larva membutukan pakan dari luar

tubuhnya.Karaktristik fisik lainya yaitu adanya bintik hitam (pigmen) pada bagian dorsal.

Bintik hitam tersebut dapat dijadikan indikasi pertumbuhan, bilah bintik semakin

membesar dapat dipastikan larva dapat memangsa pakan yang tersedia secara optimal sehingga

mampu melewati fase kritis awal dan sebaiknya jika bintik hitam semakain kecil dan warna

tubuh tampak memucat dari warna asli larva tidak dapat memangsa pakan yang tersedia,

biasanya larva hanya mampu bertahan sampai dengan D4-D6 pada larva D6 bakal sirip

punggung (spina dorsalis) dan sirip perut (spina ventralis) mulai tampak berupa tonjolan dan

larva D9 spina suda terlihat jelas. Pertambahan spina berlangsung sampai larva berumur D20-

D25 dan selanjutnya akan meroduksi (berubah) menjadi duri keras pertama pada sirip dorsal dan

19

Page 20: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

sirip perut. Meroduksinya spina sampai umur D30-D35 diikuti dengan bertambah panjangnya

tubuh larva menjadi ikan mudah berwarna putih transparan sampai umur D35-D40 dan

selanjutnya ikan mudah mengalami perubahan warna (pikmentasi) yang sama seperti ikan

dewasa. Larva ikan kerapu macan dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini :

c. Pemberian Pakan Pada Larva

1. Chlorella(Nannochloropsis sp)

Fitoplankton Nannochloropsis spdiberikan pada saat larva berumur 1 hari (D1) dengan

kepadatan 500-100 x 103sel/ml. pemberiaan Nannochloropsis spsampai larva berumur 30 hari

(D30) dengan pemberian satu kali yaitu pada pagi hari. Fitoplankton ini digunakan sebagai pakan

Rotifera. Selain itu Nannochloropsis sp dapat juga berfungsi sebagai bahan pengkayaan dan

untuk mempertahankan kekeruhan air dalam pemeliharaan larva.

2. Rotifera(Branchionus sp)

Rotifera diberikan pada saat larva berumur 2 hari yaitu pada saat kuning telur habis 

dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml yang diberikan pada waktu sore hari. Pemberian Rotifera

terus dipertahankan sampai 30 hari (D30) dan diiberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.

3. Artemia

Naupli Artemiamulai diberikan pada saat larva berumur 15 hari (D15). Naupli Artemia

diberikan hanya 2 kali sehari sampai larva berumur 20 hari (D20) dengan kepadatan sebanyak 1-

3 ind/ml dan pada umur D21-D30 dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml diberikan 2-3 kali

sehari, selanjutnya pada umur D31-D40 dengan kepadatan sebanyak 5-7 ind/ml diberikan 3

kalisehari yaitu pagi, siang dan sore.

4. Pakan buatan

Pakan buatan diberikan pada saat larva berumur 12 hari (D12).Pakan buatan yang

digunakan adalah pellet merek love larva nomor 1, 2 dan 3. Pellet nomor 1 diberikan pada umur

D12-D20 sebanyak 1 gram/bak atau 80.000 ekor larva, diberikan 2 kali sehari. Pada umur larva

D21 pellet yang diberikan yaitu pellet nomor 1 dan nomor 2 sebanyak 2 gram/bak (1 geram

pellet nomor 1 dan 1 geram pellet nomor 2). Pada umor larva D31-D40 peliet yang diberikan

yaitu pellet nomor 2 dan nomor 3 sebanyak 3 gram/bak (1 gram pellet nomor 2 dan 2 gram pellet

nomor 3) dengan frekuesi pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.

3.3.9 Pengelolaan Pakan

20

Page 21: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Pakan

yang digunakan ada 3 macam yaitu :

a. Pakan alami

Pakan alami yang digunakan yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplanton yang

diberikan yaituNannochloropsis spyang sering dikenal dengan nama Chrorella laut merupakan

alga bersel tunggal, berntuk bulat dan beukuran 2-4 mikron. Nannochloropis sp di kultur secara

masal dalam bak semen yang berkapasitas 10 ton. Nannochloropsis sp digunakan sebagai pakan

Rotifera (Branchionus sp). Zooplankton yang diberikan yaituRotifera (Branchionus sp)dan

naupli Artemia. Rotifera (Branchionus sp) dikultur secara masal di bak semen yang berkapasitas

10 ton dan digukan sebagan pakan larva ikan kerapu macan. Sedangkan naupli Artemia dikultur

di bak konical berkapasitas 18 liter dan juga digunakan sebagai pakan larva ikan kerapu macan

pada umur 15 hari (D15).

a. Pakan buatan

Pakan buatan yang digunakan yaitu berupa pellet yang bermerek  love larva nomor

1,2,3,4,5,6,7 dan 8. Pellet nomor 1,2 dan 3 digukan sebagai pakan larva ikn kerapu macan,

sedangkan pellet nommor  4,5,6,7 dan 8 digunakn sebagai pakan benih ikan kerapu macan.

a. Ikan Rucah

Ikan rucah adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan rucah di Balai

Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue digunakan sebagai pakan induk ikan

kerapu macan dan digunakan sebagai pakan benih. Untuk pakan induk deberikan 1 kali seari

yaitu pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Sedangkan untuk pakan benih diberikan 3 kali sehari

yaitu pada pagi, siang dan sore hari dan sebulum diberikan di potong-potong terlebih dahulu.

3.3.10 Pengukuran Kualitas Air

a. Suhu

Pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan alat thermometer dalam tigakali

pengukuran yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari sedangkan suhu yang terdapat adalah

sebbagai berikut : pada pagi hari 27 0C, pada siang hari 31 0C dan pada sore hari 29 0C. sesuai

dengan pernyatan Murtidjo (2002) kisaran uptimum suhu yang baik bagi kehidupan ikan kerapu

macan adalah 25-32 0C. Jadi dapat disimpulkan suhu air di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)

Busung Kabupaten Simeulue normal dan sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu macan.

21

Page 22: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

b. Salinitas

Pengukuran salinitas yaitu dengan menggunakan alat revraktometer.Pengukuran salinitas

di lakukan di semua bak induk dan bak larva ikan kerapu macan pada waktu pagi dan sore hari,

hasil yang didapatkan yaitu berkisar 33-35 ppt dengan nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan

laut memijah pada perairan dengan salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya

menyukai salinitas 30-35 ppt (Ghufran, 2001).

c. Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran oksigen terlalur dilakukan yaitu dengan menggunakan alat DO meter.

Pengukuran di lakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasil pengukuran

sebagai berikut pagi hari 5,2, siang hari 6,1 dan sore hari, 5,8. Menurut Kordi(2001) Untuk

pertumbuhan dan reproduksi ikan laut, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.

d. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH yaitu dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran dilakukan pada

waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran yaitu berkisar antara 7,5-9

dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001) usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan

baik dengan pH 6,5-9.

Adapun untuk keterangan selanjutnya, hasil yang didapatkan selama pengukuran kualitas

air dapat diliat padatabel dibawah ini :

Table 2. Pengukuran Kualitas air

No Parameter Kisaran Satuan

1 Suhu 27-31 0C

2 Salinitas 33-35 ppt

3 Oksigen terlarut 5,2-6,1 ppm

4 pH 7,5-9 -           

3.3.11 Pengendalian Hama dan Penyakit

Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa, pencegahan dan

pengobatan. Diaknosa yang tepat diperlukan dalam setiap rencana pengendalian penyakit,

termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan ekologi organisme penyebab penyakit.

Diaknosa yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan

yang lebih terarah.

22

Page 23: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

Pada umumnya penyakit pada ikan kerapu macan di golongkan menjadi dua golongan

yaitu penyakit patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik yaitu penyakit yang disebabkan

oleh virus, bakteri, jamur, protozoa maupun motozoa sedangkan penyakit non patogenik yaitu

disebabkan oleh faktor lingkungan perarairan, biotoksin, polutan, rendahnya mutu pakan dan

akibat penggunaan bahan kimia dalam penanganan penyakit.

Penyakit sering menyerang pada ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)

Busung Kabupaten Simeulue yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit jenis kutu seperti

Argulusspyang merupakan golongan crustacea. Arasit ini menempel pada tubuh ikan terutama

pada bagian kulit dan sirip. Serangan ada jumlah besar akan mengakibatkan kematian karena

parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan

mudahterkenak infeksi yaitu jamur dan bakteri.

Parasit jenis Argulus spdi Balai Benih Ikan menyerang pada induk kerapu macan.

Sedangkan penanggulangannya yaitu dengan cara perendaman induk dengan air tawar yang telah

dicampur Acriflavine 3 gram/1000 L air selama 10-15 menit. Pada waktu perendaman, parasit

yang menepel akan lepas dan mati. Parasit yang mati akan terlihat jelas yaitu berwarna putih

transparan.

3.4 Grading dan Pemanenan

Grading atau pemilihan ukuran adalah salahsatu kegiatan dalam pendederan untuk

menyeleksi sekaligus memilah-milah benih sesuai dengan ukurannya. Adapun tujuan dari

grading yaitu untuk mendapatkan benih yang seragam ukurannya dan untuk mengurangi sifat

kanibalisme, karena ikan kerapu macan termasuk ikan buas dan memiliki sifat pemakan sesama

jenis. Penyeragaman ukuran ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung

Simeuluedilakukan pada saat larva berumur 35 hari (D-35) terutama apabila terdapat ukuran

yang berbeda. Pemilahan ukuran dilakukan dengan menggunakan alat tudung saji, kemudian

ikannya ditangkap dan ditampung dalam ember pelastik berkapasitas 20 liter, selanjutnya ikan

diseleksi berdasarkan ukuran dan dimasukan kembali ke dalam bak pemeliharaan.

Pemanenan dapat dilakukan setelah benih berukuran 5-7 cm atau 10-15 cm tergantung dari

permintaan dan pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap atau secara total sesuai dengan

permintaan. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahu aerasi dimatikan dan ketinggian air

diturunkan hingga 20-30 cm dari dasar bak. Pemanenan dilakukan dengan sistem terbuka dengan

cara benih digiring dan ditangkap dengan menggunakan alat tudung saji yang  kemudian

23

Page 24: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

dimasukan ke dalam tudung saji yg lain yang telah disiapkan. Setelah itu benih dihitung sesuai

dengan permintaan dan dimasukan kedalam plastik kemudian diberi oksigen.

24

Page 25: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

BAB IV. ANALISA USAHA

4.1 Investasi

            Investasi dalam suatu usaha adalah alokasi dana kedalam usaha yang bersangkutan,

dimana investasi tersebut meliputi penggunaan dana untuk pengadaan sarana produksi dan dana-

dana produksi selama usaha yang bersangkutan dijalankan .

4.2 Pembiyaan

            Pembiayaan dalam suatu usaha adalah upaya yang telah dikeluarkan dengan prediksi nilai

uang untuk mencapai tujuan tertentu, baik barang maupun jasa.  Secara umum pembiayaan suatu

usaha dikelompokan menjadi suatu pengeluaran pada biaya tetap  (Fixed Cost) dan seluruh

pengeluaran pada biaya tidak tetap atau variable (VariabelCost).

a.    Biaya Tetap (Fixed Cost)

            Biaya tetap adalah seluruh biaya yang selam satu periode kerja/produksi, tetap jumlahnya

dan tidak mengalami perubahan.  Biaya tetap berubah berubah meskipun volume produksi

berubah, sebagai contoh biaya tetap adalah penyusutan yang ditetapkan dalam suatu aktiva

dalam satu bulan per periode sebesar Rp. 100.000,- atau yang telah ditetapkan misalnya Rp.

200.000,- per bulan.  Jadi biaya-biaya tidak langsung lainnya (Sigit,1979).

b.   Biaya tidak tetap

            Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama dengan volume

kegiatan, produksi bertambah maka biaya variable pun bertambah pula sebaliknya apabila

produksi turun.  Biaya variable per unit sebesar Rp.25,- maka produksi 1.000 unit dibutuhkan

dana sebesar Rp. 25.000,-(Sigit,1979)

c.    Biaya Total

            Biaya totalmerupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya tidak

tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi atau berdasarkan waktu

misalnya ditetapkan setiap tahun (Sigit,1979)     

4.3 Pendapatan

            Pendapatan atau output adalah seluruh unit produksi yang dapat di nilai  dalam rupiah. 

Dalam menghitung pendapatan ini terdapat beberapa kriteria yaitu pendapatan kotor atau

pendapatan margin dan pendapatan bersih atau disebut sebagai laba (Kadariah,1978).

25

Page 26: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

No Uraian Nilai (Rp)

1.2.

3.

4.

5.

6.

Penyusutaninvestasi

Gajiteknisi 1 orang Rp. 2.000.000,-/ bulan / orang

Gajistafteknisi 3 orang Rp. 500.000,-/ bulan / orang

Gajistafkantor 2 orang Rp. 300.000,-/ bulan / orang

KonsumsiKaryawan 9orang, Rp 7.500,-/ hari/orang

Perawatandanpakan 1 tahun, induk (3% x

108xRp7.500,-/kgx360)

93.430.000,-

48.000.000,-

18.000.000,-

7.200.000,-

24.300.000,-

  8.748.000,-

Total 199.678.000,-

Table 14.BiayaVariabel( variable Cost) tahun 1 ( 3 siklus)

No Uraian Nilai (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Artemia 25 kaleng

Pembeliantelurkerapumacan 100.000 butir / bak x 3 x Rp. 5, -

x 8 bak

Pelet LL    No. 2 : 3,5 kg

                  No. 3 : 7 kg

                  No. 4 : 10 kg

                  No. 5 : 10 kg

                  No. 6 : 16 kg

                  No. 7 : 16 kg

                  No. 8 : 16 kg

                 KRA.   83 kg

Obat – obatan :

                 - New BK 505 1,5 kaleng

                 - Artemia Booster 5 botol

                 - Anvibac 3 galon

                 - Elbaju 8 bag (@ 100 gram)

Pupuk alga  1 paket

Solar (9 x 30 x 6 x 1.685,-)

6.750.000,-

-

1.67.500,-

2.695.000,-

2.850.000,-

3.3000.000,-

3.040.000,-

3.040.000,-

3.040.000,-

1.687.390.-

510.000,-

2.000.000,-

   750.000,-

1.000.000,-

3.000.000,-

2.729.700,-

26

Page 27: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

7.

8.

9.

10.

Oli (2 x 9 x 12.000,-)

Listrik PLN 6 bulan

Bahan packing (oksigendan plastic)

Tenagakontrak (3 orang x 6 x 250.000)

   216.000,

13.500.000,- 

    344.000,-

4.500.000,-

Total 68.650.000,-

Dibulatkan 68.650.000,-

No Uraian Jumlah (Rp)

1.

2.

Total biayatetap

Total biaya variable

199.678.000,-

68.650.000,-

Biayaproduksi 268.328.000,-

No Uraian Jumlah (Rp) Total Nilai

1.

2.

3.

4

Benih 4 cm   28.800

Benih 5 cm   45.120

Benih 6 cm   17.280

Benih 7 cm     4.800

4.000,-

5.000,-

6.000,-

7.000,-

115.200.000,-

225.600.000,-

103.680.000,-

  33.600.000,-

Total 478.080.000,-

No Uraian Jumlah (Rp)

1.

2.

Out put produksi (pendapatantahun 1)

Biayaproduksi

478.080.000

268.328.000

Labakotor 209.752.000

No Uraian Jumlah (Rp)

1. Penyusutaninvestasi 93.430.000,-

27

Page 28: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

2.

3.

4.

5.

6.

GajiTeknisi 1 orang, Rp. 2.000.000,-/ bulan/ orang

GajiStafteknisi 3 orang, Rp. 500.000,-/ bulan / orang

GajiStafkantor 2 orang, Rp. 300.000,-/ bulan / orang

Konsumsikaryawan 9 orang, Rp. 7.500,- / hari / orang

Perawatandanpakan 1 tahun, Induk (3% x 108 x Rp.

7.500,-/ kg)

48.000.000,-

18.000.000,-

  7.200.000,-

24.300.000,-

  8.748.000,-

Total 199.678.000

No Uraian Jumlah (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Artemia

Pellet  LL  No.2                                     45 klg

                 No.3                                       5 kg

                 No.4                                       8 kg

                 No.5                                     10 kg

                 No.6                                     24 kg

                 No.7                                    32 kg

                 No.8                                    38 kg

                 KRA 1,3                              68 kg

                   KRA                                       1.6 kg 

Obat-obatan

- New BK 505                                           6,5 kgl

- MB                                                      3,2 Botol (2.500

gr)

- Artemia Booster                                     10 Botol

- Elbaju                                                     16 bag (@ 100

gram)

Pupuk Alga 1 Paket

Solar (9 x 30 x 12 x 1.685,-)

Oil Genset (4 x 9 x 12.000,-)

Listrik PLN 1 Tahun

Bahan Packing (oksigendanPlastik)

12.150.000,-

   1.697.000,-

   3.080.000,-

   2.850.000,-

   3.300.000,-

   4.560.000,-

  6.080.000,-

  7.220.000,-

  1.382.440,-

     769.440,-

  2.210.000,-

  1.280.000,-  4.000.000,-  1.250.000,-  2.000.000,-

  3.500.000,-

  5.459.000,-

    432.000,

27.000.000,-

   1.840.000,-

   9.000.000,-

28

Page 29: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

TenagaKontrak 3 orang 1 tahun @ 250.000,-

Total BiayaVariabel 119.080.700,-

Dibulatkan 119.081.000,-

Keterangan :

  Tebartelur 5 siklus, 8 bak @ 100.000 butir = 4.000.000  butir

  HR 80 % = 3.200.000 (Do)

  SR D60 (5-7cm) 5% =160.000 ekorpenyabaranpertumbuhan

Benih 4 cm      36% = 57.600 ekor

Benih 5 cm      32% = 51.200 ekor

Benih 6 cm      21% = 33.600 ekor

Benih 7 cm      11% = 17.600 ekor

No Uraian Jumlah (Rp)

1.

2.

Out put produksi (Pendapatantahun II)

BiayaProduksi

826.200.000,-

318.759.000,-

   Labakotor 507.441.000,-

No URAIAN TAHUN I TAHUN II JUMLAH (Rp)

1.

2.

BiayaTetap

BiayaVariabel

199.678.000,-

68.650.000,-

199.678.000,

-

119.081.000,-

399.358.000,-

187.731.00,-

Total 268.328.000,- 318.759.000,

-

587.087.000,-

NO TAHUN PRODUKSI JUMLAH

(RP)

1. Tahun 1 478.080.000

2. Tahun 2 826.200.000

Total pendapatan 1.304.280.000

29

Page 30: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

NO URAIAN JUMLAH

(RP)

1.

2.

Output produksi (pendapatantahun 1 dan 11)

Biayaproduksi (Tahun 1 dan 11) 

1.304.280.000

   587.087.000

Labakotor (2 tahunproduksi)    717.193.000

4.4  Analisis Usaha

1. Payback period

Payback period x 1Tahun

x 1 Tahun = 2 Tahun, 11 bulan

2. BEP Kuantitas

NO TAHUN PRODUKSI BENEFIT COST B/C RATIO

1.

2.

Tahun 1

Tahun 11

478.080.000,-

826.200.000,-

268.328.000,-

318.759.000,-

1,78

2,59

30

Page 31: Review Karya Ilmiah Sri Hardiyani

BAB V. DAFTAR PUSTAKA

Basyarie, A. 1989. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Sub balai penelitian budidaya pantai. Bojonegoro. 26 hal.

Ghaufran, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 78 hal.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal.

Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani, dan T. Yokohama. 1991 Pemijahan Ikan Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatus). Bul. Pen. Perikanan (terbitan Khusus). 15 hal.

Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 89 hal.

Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan Larva Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen. Perikanan. (terbitan Khusus). 34 hal.

Riduwan, 2002. Skalah Pengukuran Variable-Variabel Penelitian.  Alfabeta. Bandung. 189 hal.

Sudjiharno, 2003. Perkembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung di Wilaya lampung. 53 Hal 

31