review karya ilmiah sri hardiyani
DESCRIPTION
hbujgbhgbhbhTRANSCRIPT
REVIEW KARYA ILMIAH
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
BUDIDAYA IKAN
OLEH :
NAMA MAHASISWA: SRI HARDIYANI
NIM : 121110117
FAKILTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2013
1
FORMAT
COVER……………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………
1.2 TUJUAN………………………………………………………………………
BAB II. KAJIAN TEORI…………………………………………………………………
BAB III. TEKNOLOGI KEGIATAN……………………………………………………
3.1 Persiapan………………………………………………………………………
3.2 Pelaksanaan……………………………………………………………………
3.2 Panen…………………………………………………………………………..
3.4 Pasca Panen…………………………………………………………………….
BAB IV. ANALISA USAHA……………………………………………………….........
BAB V. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan
dan kebijaksanaan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’ Teknologi
TEPAT Guna Budidaya Ikan Kerapu Macan ” tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Dan
juga kami mengucapkan terimakasih kepada.
1. Bapak Indah Eka Raharjo selaku dosen pembimbing
2. Teman –teman yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya
bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Pontianak, Mei 2013
Penulis
3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang habitat hidupnya
di karang dan di dasar perairan berbatu, berdiam diri di dalam lubang-lubang untuk
menunggu mangsa. Dapat hidup di air laut maupun air payau karena mempunyai toleransi
tinggi terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Daerah penyebaran kerapu macan di mulai dari
Afrika Timur, Fasifik Barat Daya, Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Sedangkan
di perairan Indonesia yang populasinya cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa,
Sulawesi dan Pulau Buru (Mayunar; et.al.1991).
Kerapu macan mempunyai sifat hidup soliter, dimana hidupnya tidak bergerombol, baik
saat mencari makan maupun dalam keadaan bahaya. Namun pada saat akan memijah kerapu
macan akan bergerombol, ini terjadi beberapa hari sebelum bulan purnama penuh pada
malam hari. Di Indonesia, musim pemijahan ikan kerapu macan terjadi bulan Juli –
September dan November – Februari, terutama di Perairan Kepulauan Riau, Karimun Jawa
dan Irian Jaya. Dalam satu tahun musim pemijahan terjadi sebanyak 6-8 kali, sedangkan
pemijahan pertama (prespawning) terjadi 1-2 kali pemijahan dalam setahun (Basyarie, A.
1989).
kan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) umumnya dikenal dengan istilah
“groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik
dipasarkan domestik maupun pada internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi.
Ekspor ikan kerapu macan melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987
menjadi 57 ton pada tahun 1988. Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya
cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam
keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera
konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong
masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya
(Mayunar; et.al. 1991).
Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) telah dilakukan dibeberapa
tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena
keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang
4
sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui
pembenihan buatan, manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon (Basyarie, A. 1989).
1.2 TUJUAN
Tujuan dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk memperdalam ilmu
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja khususnya mengenai teknik pembenihan
ikan kerpu macam (Epinephelus fuscoguttatus) dengan panduan pengetahuan yang diperoleh
dari bangku kuliah dan perbandingan langsung di lapangan.
5
BAB II. KAJIAN TEORI
2.1Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan yang pipih
memanjang dan agak membulat (Mucharie, A; et.al. 1991). Mulut lebar dan di dalamnya
terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001), menjelaskan bahwa rahang bawah dan atas
dilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat.
Gambar 1. Induk Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip
punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah. Jari-jari sirip
yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah, sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan
sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo
matang dengan tubuh bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical
berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo (Mucharie, A; et.al.
1991).
2.2 Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Menurut (Mucharie, A; et.al. 1991), menjelaskan bahwa kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
6
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies : (Epinephelus fuscoguttatus)
2.3 Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup diperairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya keperairan yang
lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari.
Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat
favorit larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu tinggal di terumbu
karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Kerapu
besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang berlumpur di depan muara sungai (Mucharie,
A; et.al. 1991).
2.4 Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat hermaprodit protogini yang berarti
setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin (change sex) dari betina dewasa
menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini memerlukan dalam waktu cukup lama dan terjadi
secara alami. Biasanya perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai berat 7 kg. (Sudjiharno,
2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina ketika akan memijah akan
mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina akan berenang
bersama- sama di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari pada saat bulan
gelap. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan tergantung dari berat tubuh ikan
betina. Misalnya ikan yang beratnya 8 Kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 telur. Telur yang
telah dibuahi bersifat non adhesive yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya.
7
Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 – 0,85 mm. telur yang
dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sudjiharno, 2003).
2.5 Cara Makan dan Jenis Makanan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan karnifora yang
memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva ikan kerapu macan
memangsa larva moluska. ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat karnifora dan
cenderung menangkap/memangsa yang aktif bergerak di dalam air (Sudjiharno, 2003), ikan
kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari,
dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hingga menyergap mangsa
dari tempat persembunyiannya dengan cara makannya dengan memakan satu per satu makanan
yang diberikan sebelum makanan tersebut sampai ke dasar perairan (Sudjiharno, 2003).
2.6 Kualitas Air
a. suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan dan udang. Secara
umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhusampai batas tertentu yang
dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabakan
pengaruh lansung suhu juga pengarub kelarutan gas - gas didalam air termasuk oksigen.
Semakin tinggi suhu, semakin kecil larutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi
ikan dan udangsemakin besar karean tingkat metabolisme semakin tinggi. Kisaran optimal suhu
yang baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25 – 32 (Asmawi, 1986).
Gambar 2, alat pengukur suhu ( thermometer)
8
b. Salinitas
Salinitas (kadar garam) merupakan konsentrasi garam dalam air laut. Salinitas ini
berpengaruh terhadap tekanan osmotic sel tubuh. Dengan demikian, bila seekor ikan dipindahkan
dari habitat aslinya, misalnya dari salinitas tinggi ke salinitas rendah, berarti ikan tersebut
menghadapi ancaman kematian, kecuali jika ikan tersebut mampu mentoleransi perubahan
tersebut. Ikan kerapu macan umumnya menyukai salinitas 30 – 35 ppt (Ghufran, 2001).
Gambar.3 alat ukur salinitas ( refakrometer)
c. pH
Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air
yang rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian iakn dengan gejala geraknya tidak
teratur, tutup insang tidak bergerak aktif, dan berenang sangat cepat dipermukaan air. Keadaan
air yang sangat basa jug adapt menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran pH air yang
cocok untuk budidaya ikan kerapu macan adalah 6,7 – 8,2. Selain itu perairan yang asam juga
berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan berkurang) (Bambang, 2000).
Gambar. 4 alt ukur pH (pH meter)
9
2.7 Hama dan Penyakit Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Kasus penyakit yang paling banyak pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya
ikan kerapu yaitu :
1. Penyakit infeksi pada ikan yang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Kelompok dari sel
tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip. Penyakit ini disebabkan olen virus
Lymphocystis. penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun
demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik.
2. Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok
pangkal strip ekor dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan
beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio
alginolyticus, V algosus, V anguillarum dan V fuscus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan
dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan
oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan
mekanisme infeksi bakteri
3. Penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sering ditemukan pada ikan kerapu macan adalah
terlihat bercak putih. Perlakuan bahan kimia pengendali parasit dapat dilakukan seperti
perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt
selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang sudah diperlakukan ke dalam wadah barn
bebas parasit.
Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat
patogen pada ikan kerapu tikus.
4.3.2.1. Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2) pada
media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa,
laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning
pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu
tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar
106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan
oleh infeksi bakteri V alginolyticus..
4.3.2.2. Vibrio anguillarum
Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen
10
terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi
bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%.
Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri.
Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan
ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh
swarm pada media padat non-selektif seperti NA.
4.3.3. Penyakit Protozoa
4.3.3.1. Cryptocaryonosis. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit
adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-
0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia.
Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada
kulit, produksi mukus yang berlebihan, kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu
makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi (borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari
bakteri.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih
memantapkan (diagnosis definitif) perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara
memotong insang, mengerok dari lendir.
Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. 4.3.3.2. Infestasi Trichodina
Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan
(substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit
ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan
seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga
seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan
Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.
Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat
sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada
ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas.
Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup
di kulit, contohnya adalah Trichodinella.
Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang
berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara melakukan pengerokan
11
(scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran insang dan melakukan pemeriksaan secara
mikroskopis.
Pencegahan terhadap wabah penyakit adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan,
karena mewabahnya penyakit berkaitan dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan
terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin
200-300 ppm.
4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea
Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan
ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi
dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya.
Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri.
Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop.
Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah, yaitu hanya merendamnya dalam air tawar
selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin 200-250 ppm juga cukup efektif.
Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2 ppm dapat mematikan parasit.
12
BAB III. TEKNOLOGI KEGIATAN
3.1 Persiapan
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan adalah sebagai Berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Fungsinya
No Nama Alat dan BahanFungsi
Alat1 Ember Untuk penempungan banih dan pakan alami2 Gayung Untuk penebaran larva ikan kerapu kedalam
bak3 pH Meter Untuk Mengukur pH4 DO Meter Untuk Mengukur oksigen terlarut (DO)5 Refraktometer Untuk mengukur salinitas 6 Thermometer Untuk mengukur suhu8 Seser Untuk pemanean telur dan larva9 Selang Untuk penggantian air dan pemberian pakan
rotifera10 Tabung oksigen Untuk oksigen pada saat packing11 Plastik Packing Untuk pengemasan benih12 Tudung saji Untuk menampung benih yang telah di
gerading13 Bak Kolektor Untuk menampung telur14 Freezer Untuk penyimpanan ikan rucah15 Genset Sebagai pembangkit listrik cadangan 16 Mikroskop Untuk pengamatan perkembangan telur
Bahan1 Induk kerapu macan Sebagai sampel praktek kerja lapang2 Kaporit Untuk menstrilkan bak induk dan bak larva3 Minyak ikan Untuk menyeimbangkan permukaan air 4 Pellet Sebagai pakan buatan pada larva dan benih5 Fitoplankton Sebagai pakan zooplankton6 Zooplankton Sebagai pakan larva7 Ikan rucah Sebagai pakan induk dan benih8 Air laut Sebagai media pembenihan 9 Air tawar Untuk menurunkan salinitas (kadar garam)
13
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 TeknikPengambilan Data
Teknik yang di pakai dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan
mengambil dua macam data, yaitu data primer dan skunder. Data primer di dapat dari observasi,
wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data skunder di dapat dari data yang di peroleh atau
dikumpulkan oleh orang lain dari sumber-sumber yang telah ada.
3.3.2 Data Primer
Data primer dalah data yang diperoleh atau di kumpulkan langsung di lapangan oleh orang
yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data ini di peroleh
secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara
dan partisipasi aktif (Hasan, 2002).
a. Observasi
Menurut Surachmad (1978), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
systemmatis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapang ini observasi dilakukan
terhadap berbagai kegiatan pembenihan ikan kerapu macan meliputi kolam, kontruksi kolam,
pengairan, penanganan induk, penanganan telur, larva, pembesaran, pemberatasan hama dan
penyakit, panen dan pemasaran.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang di gunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan bila ingin mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara responden, pedoman
wawancara, dan situasi wawancara (Ridwan, 2002). Wawancara pada praktek kerja lapang ini
meliputi sejarah berdirinya Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue,
keadaan umum, struktur organisasi, pembenihan ikan, permasalahan yang dihadapi, hasil yang
dicapaidan lain sebagainya.
c. Partisipasi Aktif.
Bentuk prtisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta secara
langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pembenihan ikan kerapu macan
14
seperti pemberian pakan, kapasitas benih dalam hatchery, kepadatan penebaran, analisa usaha
dan lain-lain.
3.3.3 Data Skunder
Data skunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh orang lain yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telahada. Data ini biasanya diperoleh dari
perpustakaan atau laporan-laporan peneliti terdahulu. Data skunder disebut juga data tersedia
(hasan, 2002). Dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini data sekunder diperoleh dari laporan-l
aporan pustaka yang menunjang, serta data yang di peroleh dari lembaga pemerintah, pihak
swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembenihan ikan
kerapu macan (Ephinepelus fuscoguttatus).
3.3.4 Sarana dan Prasaranan
a. Sistem Penyedian Tenaga Listrik
Ketersedian tengaga listrik sangat dibutuhkan dalam aktifitas pembenihan karena hampir
sebagian peralatan yang dioperasikan membutukan tenaga listrik, oleh karena itu tenaga listrik
harus tersedia selama 24 jam.
b. Sumber Air
Air yang digunakan adalah air laut yang dipompa dan dialirkan melalui pipa paralon yang
ditanam di bawah tanah. Adapun pipa paralon yang digunakan berukuran 6 inchi dengan panjang
200 m, pada ujung pipa dipasang filter hisap yang diberi lubang-lubang kecil. Hal ini untuk
menghindari kotoran yang ikut tersedot ke bak tendon. Penempatan filter hisap diletakan
melebihi surut air laut terenda dengan menggunakan pemberat yang terbuat dari semen beton.
Sebelum air dialiri kedalam bak larva, terlebih dahulu disaring di bak filter.
c. Jalan dan Transportasi
Kondisi jalan belum di aspal. Walaupun kondisi jalannya belum di aspal akan tetapi sering
dilalui oleh kenderaan sepeda motor, mobil dan masarat sekitarnya. Sarana transportasi yang ada
di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yaitu sebagai berikut :
Mobil jenis double cabin untuk kenderan oprasional kepala balai.
Mobil kijang inova untuk kenderan oprasional proyek.
Sepeda motor honda karisma 125 untuk transportasi karyawan.
15
3.3.5 Konstruksi Bak
3.3.5.1 Bak Tendon
Bak tendon adalah bak yang digunakan untuk menampung air laut yang dipompa atau
disedot dari laut, ketersediaan bak tendon sangat diperlukan karena penggunaan bak ini
mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a.) Air dapat didistribusikan secara gravitasi karena bak.
b.) Dapat melakukan sterelisasi air terutama dengan menggunkan bahan kimia misalnya kaporit.
3.3.5.2 Bak Induk
Bak induk yang digunakan untuk kegiatan pembenihan kerapu macan adalah bak dari
beton. Bak induk kerapu macan berjumlah 2 buah bak pertama difungsikan sebagai bak
pemeliharan induk sekaligus bak pemijahan dan bak yang kedua difungsikan sebagai bak tendon
karena bak tendon di Balai Benih Ikan (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue tidak layak pakai
(masih dalam perehapan). Bak pemeliharaan induk sekaligus bak pemijahan dapat di lihat pada
gambar 3 dibawah ini :
Bak induk dilengkapi dengan bak penampungan telur yang diletakan disamping yang
dilengkapi dengan pembuangan air bagian atas bak yang akan mengalirkan air limpahan telur ke
bak penampungan telur. Selain pipa pembuangan bagian atas, bak induk juga memiliki
pembuangan yang ada didasar bagian tengah bak yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran
dan saluran u$tama ketika pengeringan.
3.3.5.3 Bak Pemeliharaan Larva
Larva ikan kerapu macan di pelihara dalam bak yang terbuat dari semen (bak beton). Bak
pemeliharan larva ikan kerapu macan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4 x 2,5 x 1,25 m,
bak pemeliharaan larva tersebut berjumlah 8 buah dengan kapasitas 10 ton pada setiap sudut bak
dibuat agak melengkung utuk menghindari penumpukan kotoran, selain menghindari
penumpukan kotoran dapat mempermuda sirkulasi air. Pada dasar bak terdapat pipa pembuangan
yang berukuran 3 inchi, sedangkan pada bagian dinding bak di bagian atas terdapat pipa
pemasukan air. Bak pemeliharan larva ditempatkan dalam ruang tertutup untuk menjaga
kesetabilan suhu dan menjaga intentitas cahaya. Bak pemeliharaan larva dapat dilihat pada
gambar 4 dibawah ini.
16
3.3.6 Kegiatan Pembenihan
3.3.6.1 Persiapan Bak
Untuk mendukung keberhasilan dalam pembenihan maka harus dilakukan persiapan bak
sebaik mungkin. Sebelum digunakan, bak pemeliharan induk dan bak pemeliharaan larva
dikeringkan terlebidahu, kemudian disiramai dengan kaporit pada dinding serta dasar bak
kemudian dibiarkan selama 30 menit, setelah 30 menit dilakukan penyikatan dan pembilasan.
Setelah selesai pembersihan, dilakukan pengisian air sampai penuh dan dibiarkan selama satu
hari. Setelah satu hari, air yang ada di dalam bak dikeringkan dan bak di isi kembali sampai
penuh dan bak tersebut siap untuk di pergunakan. Adapu proses persiapan bak induk dan bak
larva dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini :
3.3.6.2 Seleksi Induk
Induk ikan kerapu macan berasal dari alam yaitu hasl tangkapan nelayan. Induk jantan
yang di gunakan berukuran panjang 74 -77 cm dan berat 8 – 10 kg/ekor, induk betina berukuran
panjang 60 – 68 cm dan berat 5 – 7 kg/ekor.
Kematangan kelamin induk jantan diketahui dengan cara kanulasi dengan memasukan
selang plastik kedalam lubang kelamin ikan kemudian di hisap sperma yang keluar warna puti
susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menuntukan kualitasnya. Kematangan kelamin induk
betina ikan kerapu macan dapat diketahui dengan cara mengurut perut ikan (striping) kearah
genital papilla, telur yang di peroleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya.
Ciri-ciri induk ikan kerapu macan yang sehat yaitu berwarna coklat kehitaman, tubuh tidak
cacat, gerakan agresif (lincah). Ciri-ciri induk jantan yang matang gonad yaitu berwarna lebih
terang atau lebih cerah, ukuran badan panjang, agresif, lubang genital bewarna kemerahan.
Sedangkan cirri-ciri induk betina yang matang gonad yaitu perut gendut, gerakan tidak begitu
agresif, lubang genital berwarna kemerahan dan apabila distriping akan mengeluarkan telur.
3.3.6.3 Pemeliharaan Induk
Induk ikan kerapu dipelihara di dalam bak beton yang berbentuk lingkaran dengan
kapasitas air 200 ton dan jumlah induk yang ada berjumlah 30 ekor dengan perbandingan antara
jantan dan betina yaitu 1 : 5. induk jantan yang di pelihara 5 ekor dan induk betina yang
dipelihara 25 ekor . pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar dengan frekuensi pemberian
17
satu kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB pagi hari. Metode pemberian pakan secara at
libibitung atau pemberian pakan ikan sampai kenyang. Pemberian pakan induk ikan kerapu
macan sebesar 1-3% dari total berat badan ikan/hari. Disamping itu diberikan pula fitamin E
dengan dosis 10 – 15 mg/kg berat badan induk yang telah dicampur kedalam pakan dengan
ferekuensi pemberian dua kali seminggu yaitu hari senin dan kamis. Bak pemeliharaan induk di
siphon dua kali seminggu. Pemberian pakan induk ikan kerapu macan dan penyiponan bak induk
dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :
3.3.6.4 Pemijahan
Kegiatan pemijahan ikan kerapu macan dilakukan secara pemijahan alami. Teknik
pemijahan dilakukan dengan metode manipulasi lingkungan yang dilakukan menjelang bulan
gelap yaitu dengan cara menaikan dan menurukan tinggi air selama 6 – 8 jam setiap hari,
permukan air yang diturunkan sampai 70 cm dari dasar bak induk. Pada sore hari pukul 16.00
WIB air bak di isi kembali sampai ke posisi semula yaitu 200 ton.Perlakuan ini dlakukan terus
menerus sampai induk memjah secara alami.
Induk ikan kerapu macan memija setiap bulan yaitu pada bulan gelap dimulai pada tanggal
30 Juli – 03 Agustus tahun 2011 berlansung selama 4 – 5 hari berturut-turut dan terjadi pada
malam hari antara jam 00.00 – 04.00.
3.3.7 Penangan Telur
a. Pemanenan Telur dan Penghitungan Telur
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dengan menggunakan scope
net yang mata jaringnya 400 mikron.Telur hasil pemanenan di tampung ke dalam bak fiber yang
telah disediakan dengan volume 1 ton.
b. Seleksi dan Penebaran Telur
Telur yang telah di tampung dalam bak fiber akan di seleksi dan diambil dengan cara
mengangkat aerasi dan mendiamkan telur tampa aerasi selama 4 menit, telur yang baik akan
mengapung atau akan melayang-layang kepermukaan air dan berwarna trasparan sedangkan telur
yang jelek akan mengendap didasar bak fiber. Kemuadian telur yang berkualitas akan
dipihdahkan kedalam aquarium untuk di tetaskan.
c. Penetasan Telur
18
Penetasan telur dilakukan yaitu telur ditetaskan di dalam aquarium berkapasitas 100 liter.
Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan, pada suhu 28-29 0C dan salinitas
33-35 ppt. Setelah semua telur menetas maka aerasi dimatikan untuk memisahkan larva yang
baik dan larva yang buruk. Larva yang baik akan berenang di permukaan sedangkan larva yang
buruk akan tetap di dasar wadah. Larva yang berkualitas akan di panen dan dipindahkan ke bak
pemeliharaan larva.
3.3.8 Pemeliharaan Larva
a. Penebaran Larva
Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang diteteskan dalam wadah
penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran larva kedalam bak pemeliharaan larva harus
segera dilakukan karena kondisi di dalam wadah penetasan akan dapat menurunkan kualitas
larva itu sendiri jika dibiarkan terlalu lama, disamping itu kualitas air media penentasan juga
sudah menurun bersamaan dengan menetasnya telur. Adapun penebaran larva yang dilakukan di
Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue dilakukan pada malam hari pada
pukul 20:00 WIB. Padat tebar yang dilkukan yaitu 10 ekor/liter.
b. Perkembangan Larva
Larva yang berumur 1 hari (D1) sampai D2 berwarna putih teransparan, bersifat
pelanktonis, bergerak mengikuti arus sistem belum berfungsi, serta masih mempunyai yolk egg
(kuning telur) sebagai cadangan makanan sehingga larva belum membutukan pakan tambahan
dari luar tubuh.Pada saat larva D3 cadangan makan atau kuning telur sudah terserat habis, dan
sistem penglitan sudah mulai berfungsi sehingga larva membutukan pakan dari luar
tubuhnya.Karaktristik fisik lainya yaitu adanya bintik hitam (pigmen) pada bagian dorsal.
Bintik hitam tersebut dapat dijadikan indikasi pertumbuhan, bilah bintik semakin
membesar dapat dipastikan larva dapat memangsa pakan yang tersedia secara optimal sehingga
mampu melewati fase kritis awal dan sebaiknya jika bintik hitam semakain kecil dan warna
tubuh tampak memucat dari warna asli larva tidak dapat memangsa pakan yang tersedia,
biasanya larva hanya mampu bertahan sampai dengan D4-D6 pada larva D6 bakal sirip
punggung (spina dorsalis) dan sirip perut (spina ventralis) mulai tampak berupa tonjolan dan
larva D9 spina suda terlihat jelas. Pertambahan spina berlangsung sampai larva berumur D20-
D25 dan selanjutnya akan meroduksi (berubah) menjadi duri keras pertama pada sirip dorsal dan
19
sirip perut. Meroduksinya spina sampai umur D30-D35 diikuti dengan bertambah panjangnya
tubuh larva menjadi ikan mudah berwarna putih transparan sampai umur D35-D40 dan
selanjutnya ikan mudah mengalami perubahan warna (pikmentasi) yang sama seperti ikan
dewasa. Larva ikan kerapu macan dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini :
c. Pemberian Pakan Pada Larva
1. Chlorella(Nannochloropsis sp)
Fitoplankton Nannochloropsis spdiberikan pada saat larva berumur 1 hari (D1) dengan
kepadatan 500-100 x 103sel/ml. pemberiaan Nannochloropsis spsampai larva berumur 30 hari
(D30) dengan pemberian satu kali yaitu pada pagi hari. Fitoplankton ini digunakan sebagai pakan
Rotifera. Selain itu Nannochloropsis sp dapat juga berfungsi sebagai bahan pengkayaan dan
untuk mempertahankan kekeruhan air dalam pemeliharaan larva.
2. Rotifera(Branchionus sp)
Rotifera diberikan pada saat larva berumur 2 hari yaitu pada saat kuning telur habis
dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml yang diberikan pada waktu sore hari. Pemberian Rotifera
terus dipertahankan sampai 30 hari (D30) dan diiberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
3. Artemia
Naupli Artemiamulai diberikan pada saat larva berumur 15 hari (D15). Naupli Artemia
diberikan hanya 2 kali sehari sampai larva berumur 20 hari (D20) dengan kepadatan sebanyak 1-
3 ind/ml dan pada umur D21-D30 dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml diberikan 2-3 kali
sehari, selanjutnya pada umur D31-D40 dengan kepadatan sebanyak 5-7 ind/ml diberikan 3
kalisehari yaitu pagi, siang dan sore.
4. Pakan buatan
Pakan buatan diberikan pada saat larva berumur 12 hari (D12).Pakan buatan yang
digunakan adalah pellet merek love larva nomor 1, 2 dan 3. Pellet nomor 1 diberikan pada umur
D12-D20 sebanyak 1 gram/bak atau 80.000 ekor larva, diberikan 2 kali sehari. Pada umur larva
D21 pellet yang diberikan yaitu pellet nomor 1 dan nomor 2 sebanyak 2 gram/bak (1 geram
pellet nomor 1 dan 1 geram pellet nomor 2). Pada umor larva D31-D40 peliet yang diberikan
yaitu pellet nomor 2 dan nomor 3 sebanyak 3 gram/bak (1 gram pellet nomor 2 dan 2 gram pellet
nomor 3) dengan frekuesi pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
3.3.9 Pengelolaan Pakan
20
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Pakan
yang digunakan ada 3 macam yaitu :
a. Pakan alami
Pakan alami yang digunakan yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplanton yang
diberikan yaituNannochloropsis spyang sering dikenal dengan nama Chrorella laut merupakan
alga bersel tunggal, berntuk bulat dan beukuran 2-4 mikron. Nannochloropis sp di kultur secara
masal dalam bak semen yang berkapasitas 10 ton. Nannochloropsis sp digunakan sebagai pakan
Rotifera (Branchionus sp). Zooplankton yang diberikan yaituRotifera (Branchionus sp)dan
naupli Artemia. Rotifera (Branchionus sp) dikultur secara masal di bak semen yang berkapasitas
10 ton dan digukan sebagan pakan larva ikan kerapu macan. Sedangkan naupli Artemia dikultur
di bak konical berkapasitas 18 liter dan juga digunakan sebagai pakan larva ikan kerapu macan
pada umur 15 hari (D15).
a. Pakan buatan
Pakan buatan yang digunakan yaitu berupa pellet yang bermerek love larva nomor
1,2,3,4,5,6,7 dan 8. Pellet nomor 1,2 dan 3 digukan sebagai pakan larva ikn kerapu macan,
sedangkan pellet nommor 4,5,6,7 dan 8 digunakn sebagai pakan benih ikan kerapu macan.
a. Ikan Rucah
Ikan rucah adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan rucah di Balai
Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue digunakan sebagai pakan induk ikan
kerapu macan dan digunakan sebagai pakan benih. Untuk pakan induk deberikan 1 kali seari
yaitu pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Sedangkan untuk pakan benih diberikan 3 kali sehari
yaitu pada pagi, siang dan sore hari dan sebulum diberikan di potong-potong terlebih dahulu.
3.3.10 Pengukuran Kualitas Air
a. Suhu
Pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan alat thermometer dalam tigakali
pengukuran yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari sedangkan suhu yang terdapat adalah
sebbagai berikut : pada pagi hari 27 0C, pada siang hari 31 0C dan pada sore hari 29 0C. sesuai
dengan pernyatan Murtidjo (2002) kisaran uptimum suhu yang baik bagi kehidupan ikan kerapu
macan adalah 25-32 0C. Jadi dapat disimpulkan suhu air di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue normal dan sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu macan.
21
b. Salinitas
Pengukuran salinitas yaitu dengan menggunakan alat revraktometer.Pengukuran salinitas
di lakukan di semua bak induk dan bak larva ikan kerapu macan pada waktu pagi dan sore hari,
hasil yang didapatkan yaitu berkisar 33-35 ppt dengan nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan
laut memijah pada perairan dengan salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya
menyukai salinitas 30-35 ppt (Ghufran, 2001).
c. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlalur dilakukan yaitu dengan menggunakan alat DO meter.
Pengukuran di lakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasil pengukuran
sebagai berikut pagi hari 5,2, siang hari 6,1 dan sore hari, 5,8. Menurut Kordi(2001) Untuk
pertumbuhan dan reproduksi ikan laut, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.
d. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH yaitu dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran dilakukan pada
waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran yaitu berkisar antara 7,5-9
dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001) usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan
baik dengan pH 6,5-9.
Adapun untuk keterangan selanjutnya, hasil yang didapatkan selama pengukuran kualitas
air dapat diliat padatabel dibawah ini :
Table 2. Pengukuran Kualitas air
No Parameter Kisaran Satuan
1 Suhu 27-31 0C
2 Salinitas 33-35 ppt
3 Oksigen terlarut 5,2-6,1 ppm
4 pH 7,5-9 -
3.3.11 Pengendalian Hama dan Penyakit
Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa, pencegahan dan
pengobatan. Diaknosa yang tepat diperlukan dalam setiap rencana pengendalian penyakit,
termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan ekologi organisme penyebab penyakit.
Diaknosa yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan
yang lebih terarah.
22
Pada umumnya penyakit pada ikan kerapu macan di golongkan menjadi dua golongan
yaitu penyakit patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik yaitu penyakit yang disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, protozoa maupun motozoa sedangkan penyakit non patogenik yaitu
disebabkan oleh faktor lingkungan perarairan, biotoksin, polutan, rendahnya mutu pakan dan
akibat penggunaan bahan kimia dalam penanganan penyakit.
Penyakit sering menyerang pada ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit jenis kutu seperti
Argulusspyang merupakan golongan crustacea. Arasit ini menempel pada tubuh ikan terutama
pada bagian kulit dan sirip. Serangan ada jumlah besar akan mengakibatkan kematian karena
parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan
mudahterkenak infeksi yaitu jamur dan bakteri.
Parasit jenis Argulus spdi Balai Benih Ikan menyerang pada induk kerapu macan.
Sedangkan penanggulangannya yaitu dengan cara perendaman induk dengan air tawar yang telah
dicampur Acriflavine 3 gram/1000 L air selama 10-15 menit. Pada waktu perendaman, parasit
yang menepel akan lepas dan mati. Parasit yang mati akan terlihat jelas yaitu berwarna putih
transparan.
3.4 Grading dan Pemanenan
Grading atau pemilihan ukuran adalah salahsatu kegiatan dalam pendederan untuk
menyeleksi sekaligus memilah-milah benih sesuai dengan ukurannya. Adapun tujuan dari
grading yaitu untuk mendapatkan benih yang seragam ukurannya dan untuk mengurangi sifat
kanibalisme, karena ikan kerapu macan termasuk ikan buas dan memiliki sifat pemakan sesama
jenis. Penyeragaman ukuran ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Simeuluedilakukan pada saat larva berumur 35 hari (D-35) terutama apabila terdapat ukuran
yang berbeda. Pemilahan ukuran dilakukan dengan menggunakan alat tudung saji, kemudian
ikannya ditangkap dan ditampung dalam ember pelastik berkapasitas 20 liter, selanjutnya ikan
diseleksi berdasarkan ukuran dan dimasukan kembali ke dalam bak pemeliharaan.
Pemanenan dapat dilakukan setelah benih berukuran 5-7 cm atau 10-15 cm tergantung dari
permintaan dan pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap atau secara total sesuai dengan
permintaan. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahu aerasi dimatikan dan ketinggian air
diturunkan hingga 20-30 cm dari dasar bak. Pemanenan dilakukan dengan sistem terbuka dengan
cara benih digiring dan ditangkap dengan menggunakan alat tudung saji yang kemudian
23
dimasukan ke dalam tudung saji yg lain yang telah disiapkan. Setelah itu benih dihitung sesuai
dengan permintaan dan dimasukan kedalam plastik kemudian diberi oksigen.
24
BAB IV. ANALISA USAHA
4.1 Investasi
Investasi dalam suatu usaha adalah alokasi dana kedalam usaha yang bersangkutan,
dimana investasi tersebut meliputi penggunaan dana untuk pengadaan sarana produksi dan dana-
dana produksi selama usaha yang bersangkutan dijalankan .
4.2 Pembiyaan
Pembiayaan dalam suatu usaha adalah upaya yang telah dikeluarkan dengan prediksi nilai
uang untuk mencapai tujuan tertentu, baik barang maupun jasa. Secara umum pembiayaan suatu
usaha dikelompokan menjadi suatu pengeluaran pada biaya tetap (Fixed Cost) dan seluruh
pengeluaran pada biaya tidak tetap atau variable (VariabelCost).
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah seluruh biaya yang selam satu periode kerja/produksi, tetap jumlahnya
dan tidak mengalami perubahan. Biaya tetap berubah berubah meskipun volume produksi
berubah, sebagai contoh biaya tetap adalah penyusutan yang ditetapkan dalam suatu aktiva
dalam satu bulan per periode sebesar Rp. 100.000,- atau yang telah ditetapkan misalnya Rp.
200.000,- per bulan. Jadi biaya-biaya tidak langsung lainnya (Sigit,1979).
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama dengan volume
kegiatan, produksi bertambah maka biaya variable pun bertambah pula sebaliknya apabila
produksi turun. Biaya variable per unit sebesar Rp.25,- maka produksi 1.000 unit dibutuhkan
dana sebesar Rp. 25.000,-(Sigit,1979)
c. Biaya Total
Biaya totalmerupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya tidak
tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi atau berdasarkan waktu
misalnya ditetapkan setiap tahun (Sigit,1979)
4.3 Pendapatan
Pendapatan atau output adalah seluruh unit produksi yang dapat di nilai dalam rupiah.
Dalam menghitung pendapatan ini terdapat beberapa kriteria yaitu pendapatan kotor atau
pendapatan margin dan pendapatan bersih atau disebut sebagai laba (Kadariah,1978).
25
No Uraian Nilai (Rp)
1.2.
3.
4.
5.
6.
Penyusutaninvestasi
Gajiteknisi 1 orang Rp. 2.000.000,-/ bulan / orang
Gajistafteknisi 3 orang Rp. 500.000,-/ bulan / orang
Gajistafkantor 2 orang Rp. 300.000,-/ bulan / orang
KonsumsiKaryawan 9orang, Rp 7.500,-/ hari/orang
Perawatandanpakan 1 tahun, induk (3% x
108xRp7.500,-/kgx360)
93.430.000,-
48.000.000,-
18.000.000,-
7.200.000,-
24.300.000,-
8.748.000,-
Total 199.678.000,-
Table 14.BiayaVariabel( variable Cost) tahun 1 ( 3 siklus)
No Uraian Nilai (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Artemia 25 kaleng
Pembeliantelurkerapumacan 100.000 butir / bak x 3 x Rp. 5, -
x 8 bak
Pelet LL No. 2 : 3,5 kg
No. 3 : 7 kg
No. 4 : 10 kg
No. 5 : 10 kg
No. 6 : 16 kg
No. 7 : 16 kg
No. 8 : 16 kg
KRA. 83 kg
Obat – obatan :
- New BK 505 1,5 kaleng
- Artemia Booster 5 botol
- Anvibac 3 galon
- Elbaju 8 bag (@ 100 gram)
Pupuk alga 1 paket
Solar (9 x 30 x 6 x 1.685,-)
6.750.000,-
-
1.67.500,-
2.695.000,-
2.850.000,-
3.3000.000,-
3.040.000,-
3.040.000,-
3.040.000,-
1.687.390.-
510.000,-
2.000.000,-
750.000,-
1.000.000,-
3.000.000,-
2.729.700,-
26
7.
8.
9.
10.
Oli (2 x 9 x 12.000,-)
Listrik PLN 6 bulan
Bahan packing (oksigendan plastic)
Tenagakontrak (3 orang x 6 x 250.000)
216.000,
13.500.000,-
344.000,-
4.500.000,-
Total 68.650.000,-
Dibulatkan 68.650.000,-
No Uraian Jumlah (Rp)
1.
2.
Total biayatetap
Total biaya variable
199.678.000,-
68.650.000,-
Biayaproduksi 268.328.000,-
No Uraian Jumlah (Rp) Total Nilai
1.
2.
3.
4
Benih 4 cm 28.800
Benih 5 cm 45.120
Benih 6 cm 17.280
Benih 7 cm 4.800
4.000,-
5.000,-
6.000,-
7.000,-
115.200.000,-
225.600.000,-
103.680.000,-
33.600.000,-
Total 478.080.000,-
No Uraian Jumlah (Rp)
1.
2.
Out put produksi (pendapatantahun 1)
Biayaproduksi
478.080.000
268.328.000
Labakotor 209.752.000
No Uraian Jumlah (Rp)
1. Penyusutaninvestasi 93.430.000,-
27
2.
3.
4.
5.
6.
GajiTeknisi 1 orang, Rp. 2.000.000,-/ bulan/ orang
GajiStafteknisi 3 orang, Rp. 500.000,-/ bulan / orang
GajiStafkantor 2 orang, Rp. 300.000,-/ bulan / orang
Konsumsikaryawan 9 orang, Rp. 7.500,- / hari / orang
Perawatandanpakan 1 tahun, Induk (3% x 108 x Rp.
7.500,-/ kg)
48.000.000,-
18.000.000,-
7.200.000,-
24.300.000,-
8.748.000,-
Total 199.678.000
No Uraian Jumlah (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Artemia
Pellet LL No.2 45 klg
No.3 5 kg
No.4 8 kg
No.5 10 kg
No.6 24 kg
No.7 32 kg
No.8 38 kg
KRA 1,3 68 kg
KRA 1.6 kg
Obat-obatan
- New BK 505 6,5 kgl
- MB 3,2 Botol (2.500
gr)
- Artemia Booster 10 Botol
- Elbaju 16 bag (@ 100
gram)
Pupuk Alga 1 Paket
Solar (9 x 30 x 12 x 1.685,-)
Oil Genset (4 x 9 x 12.000,-)
Listrik PLN 1 Tahun
Bahan Packing (oksigendanPlastik)
12.150.000,-
1.697.000,-
3.080.000,-
2.850.000,-
3.300.000,-
4.560.000,-
6.080.000,-
7.220.000,-
1.382.440,-
769.440,-
2.210.000,-
1.280.000,- 4.000.000,- 1.250.000,- 2.000.000,-
3.500.000,-
5.459.000,-
432.000,
27.000.000,-
1.840.000,-
9.000.000,-
28
TenagaKontrak 3 orang 1 tahun @ 250.000,-
Total BiayaVariabel 119.080.700,-
Dibulatkan 119.081.000,-
Keterangan :
Tebartelur 5 siklus, 8 bak @ 100.000 butir = 4.000.000 butir
HR 80 % = 3.200.000 (Do)
SR D60 (5-7cm) 5% =160.000 ekorpenyabaranpertumbuhan
Benih 4 cm 36% = 57.600 ekor
Benih 5 cm 32% = 51.200 ekor
Benih 6 cm 21% = 33.600 ekor
Benih 7 cm 11% = 17.600 ekor
No Uraian Jumlah (Rp)
1.
2.
Out put produksi (Pendapatantahun II)
BiayaProduksi
826.200.000,-
318.759.000,-
Labakotor 507.441.000,-
No URAIAN TAHUN I TAHUN II JUMLAH (Rp)
1.
2.
BiayaTetap
BiayaVariabel
199.678.000,-
68.650.000,-
199.678.000,
-
119.081.000,-
399.358.000,-
187.731.00,-
Total 268.328.000,- 318.759.000,
-
587.087.000,-
NO TAHUN PRODUKSI JUMLAH
(RP)
1. Tahun 1 478.080.000
2. Tahun 2 826.200.000
Total pendapatan 1.304.280.000
29
NO URAIAN JUMLAH
(RP)
1.
2.
Output produksi (pendapatantahun 1 dan 11)
Biayaproduksi (Tahun 1 dan 11)
1.304.280.000
587.087.000
Labakotor (2 tahunproduksi) 717.193.000
4.4 Analisis Usaha
1. Payback period
Payback period x 1Tahun
x 1 Tahun = 2 Tahun, 11 bulan
2. BEP Kuantitas
NO TAHUN PRODUKSI BENEFIT COST B/C RATIO
1.
2.
Tahun 1
Tahun 11
478.080.000,-
826.200.000,-
268.328.000,-
318.759.000,-
1,78
2,59
30
BAB V. DAFTAR PUSTAKA
Basyarie, A. 1989. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Sub balai penelitian budidaya pantai. Bojonegoro. 26 hal.
Ghaufran, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 78 hal.
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani, dan T. Yokohama. 1991 Pemijahan Ikan Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatus). Bul. Pen. Perikanan (terbitan Khusus). 15 hal.
Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 89 hal.
Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan Larva Kerapu Macan, (Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen. Perikanan. (terbitan Khusus). 34 hal.
Riduwan, 2002. Skalah Pengukuran Variable-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. 189 hal.
Sudjiharno, 2003. Perkembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung di Wilaya lampung. 53 Hal
31