review jurnal pi fiskal.doc

15
Journal Review Administrative Overspending in Indonesia Districts : The Role of Local Politics BAMBANG SUHARNOKO SJAHRIR, KRISZTINA KIS-KATOS , and GÜNTHER G. SCHULZE I. Latar Belakang Sejak tahun 2001, wewenang Pemerintah Daerah (Pemda) semakin besar yang memegang tanggung jawab dalam administrasi, politik, dan otonomi fiskal. Pemda juga bertanggun jawab atas sektor-sektor publik, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, komunikasi,infratruktur, dan sektor lainnya (UU no 22 Tahun 1999). Namun dikatakan bahwa Pemda menghabiskan kira-kira sepertiga dari anggarannya (33,33%) pada administrasi umum dan tidak pada pelayanan publik. Jika kita bandingkan penggunaan anggaran untuk administrasi umum Indonesia dengan beberapa negera, seperti Amerika dan Inggris (3%), Norwegia (8%), dan Tanzania (13%), penggunaan anggaran untuk administrasi umum Indonesia lebih dari dua kali lipat dari negara-negara tersebut. Rata-rata dari proporsi penggunaan anggaran Pemda administrasi umum menempati urutan kedua (setelah Pendidikan sebesar 34%) yaitu sebesar 30% dari total anggaran Pemda. Mengapa pengeluaran untuk administrasi umum Pemda sangat tinggi (Inefisien) ? Peneliti mengatakan bahwa terdapat indikasi elit-elit politik memicu overspending pada administrasi. Mereka dikatakan tidak menggunakan uang yang tersedia untuk kepentingan publik yang lebih dibutuhkan rakyat, melainkan digunakan untuk Hendri Jonathan Sutanto

Upload: gunawan-lim

Post on 07-Nov-2015

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Journal ReviewAdministrative Overspending in Indonesia Districts : The Role of Local Politics

BAMBANG SUHARNOKO SJAHRIR, KRISZTINA KIS-KATOS , and GNTHER G. SCHULZEI.Latar Belakang

Sejak tahun 2001, wewenang Pemerintah Daerah (Pemda) semakin besar yang memegang tanggung jawab dalam administrasi, politik, dan otonomi fiskal. Pemda juga bertanggun jawab atas sektor-sektor publik, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, komunikasi,infratruktur, dan sektor lainnya (UU no 22 Tahun 1999). Namun dikatakan bahwa Pemda menghabiskan kira-kira sepertiga dari anggarannya (33,33%) pada administrasi umum dan tidak pada pelayanan publik. Jika kita bandingkan penggunaan anggaran untuk administrasi umum Indonesia dengan beberapa negera, seperti Amerika dan Inggris (3%), Norwegia (8%), dan Tanzania (13%), penggunaan anggaran untuk administrasi umum Indonesia lebih dari dua kali lipat dari negara-negara tersebut. Rata-rata dari proporsi penggunaan anggaran Pemda administrasi umum menempati urutan kedua (setelah Pendidikan sebesar 34%) yaitu sebesar 30% dari total anggaran Pemda. Mengapa pengeluaran untuk administrasi umum Pemda sangat tinggi (Inefisien) ?

Peneliti mengatakan bahwa terdapat indikasi elit-elit politik memicu overspending pada administrasi. Mereka dikatakan tidak menggunakan uang yang tersedia untuk kepentingan publik yang lebih dibutuhkan rakyat, melainkan digunakan untuk membesarkan kapasitas dari gedung administrasi, menambah jumlah mobil untuk keperluan administrasi, dan menambah frekuensi perjalanan dinas, seringkali hal ini disebut sebagai korupsi legal karena adanya korupsi dari penyalahgunaan anggaran untuk kepentingan sekelompok orang tertentu.

Riset ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisasi faktor-faktor apa yang memengaruhi terjadinya overspending administrasi di pemerintahan daerah. Di penelitian ini, peneliti mengembangkan sebuah model untuk melihat coefficient correlation antara Government Administrative Expenditures dengan faktor-faktor lain. II.MetodologiRiset ini dilakukan dengan metode empiris yang bertujuan untuk menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran administrasi dengan menggunakan estimasi Regresi OLS. Peneliti mengobservasi 399 daerah di seluruh Indonesia untuk periode 2001-2009. Data tersebut merupakan kumpulan data yang yang tidak seimbang (unbalanced) antara daerah lama dengan daerah baru yang dibentuk serta masing-masing daerah tersebut diperlakukan sebagai unit yang selama periode waktu yang digunakan. Pendekatan ini menungkinan untuk memisahkan tren antara daerah lama dengan daerah baru yang dibentuk. Standard of error yang digunakan adalah cluster standard error pada tingkat daerah parent.Persamaan estimasi baseline berkaitan dengan natural logarithm of per capital dari pengeluaran administrasi suatu distrik :

Variabel yang berkaitan dengan persamaan diatas (i) adalah 1,...,399 distrik selama periode 9 tahun (t =2001,...,2009). Faktor Invariant waktu (Xi) mencakup geographic controls for scale and technology (area, jarak dengan Jakarta, dll.) Faktor Variant waktu (Zit) mencakup lebih jauh dari scale and technology variables (populasi distrik, banyaknya desa, dan urbanisasi) sebagai variabel fiskal dan ukuran ekonomi. Indikator perekonomian dalam satu tahun direpresentasikan dengan yang mencakup shock mikroekonomi dan shock kebijakan. Splitting up indicator :

f(Sij) = j sij + j+sijp + j+sijc, (j=-4,.., 5) . Indikator ini mencatat tahun-tahun sebelum pemisahan daerah dari ditri sijp (Parent) menjadi distrik sijc (Child) districts. Melalui persamaan ini, kita akan melihat perbedaan yang jelas antara daerah parent dengan child, dimana seharusnya terdapat kapasitas administrasi baru yang akan dibangun, juga investasi untuk pembangunan infrastruktur sehingga biaya administrasi awal seharusnya lebih tinggi. III.

Hasil Penelitian(a)Hasil Baseline

Hasil regresi dari Baseline ini berfokus pada perbedaan teknologi administratif dan melakukan estimasi dari total pengeluaran administrative yang diklasifikasikan kedalam 4 bagian besar, yaitu: Pengeluaran untuk Staff, pengeluaran untuk barang modal, barang dan jasa, pengeluaran untuk keperluan lain-lain. Data tersebut kemudian tertuang dalam Tabel 1. Dapat kita perhatikan bahwa hubungan pengeluaran administrasi dengan jumlah populasi bernilai negatif atau dengan kata dengan peningkatan jumlah populasi akan mengurangi pengeluaran administrasi, kecuali pada bagian others. Lalu, semakin luas area dari distrik, semakin besar juga pengeluaran administrasi khususnya pada pos capital dan goods and services. Selanjutnya, banyaknya desa memiliki hubungan positif dengan pengeluaran administrasi , namun hubungannya tidak terlalu signifikan. Biaya administrasi berhubungan negatif dengan share of flat dan landlocked villages, meskipun efek ini secara statistikal signifikan hanya pada variabel kedua (Capital). Dalam perhitungan jarak ke pusat kota : semakin terpencil suatu daerah (remote area) biaya administrasi semakin kecil, namun biaya administrasi untuk pegawai meningkat. Seperti variabel lainnya, semakin besar area urbanisasi, semakin besar juga spending untuk administrasi kecuali pada pos others. Pada akhirnya, total pengeluaran admnistrasi meningkat seiring dengan kenaikan GDP per kapita (walaupun staff dan capital menunjukkan hubungan negatif namun tidak signifikan). Hal ini juga menunjukkan semakin tinggi aktivitas perekonomian suatu distrik, makin dibutuhkan juga biaya adminstrasi yang besar oleh karena daerah tersebut memerlukan pelayanan admnisitrasi yang canggih.Pengeluaran administrasi meningkat sehubungan dengan meningkatnya besaran fiskal (Hipotesis 2). Pengeluaran administrasi dan pendapatan per kapita memiliki elastisitas uniter (E=1), yang artinya kenaikannya proporsional terhadap ketersediaan sumber penghasilan.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa pengeluaran administrasi per kapita akan tinggi pada distrik yang memiliki edukasi yang rendah, direpresentasikan dengan angka melek huruf. Hal ini terlihat konsisten hubungannya dengan fakta di tabel yang dapat kita lihat bersama bahwa terdapat hubungan yang negatif antara angka melek huruf dengan pengeluaran admnisitrasi (terutama pada pos capital dan others). Begitu juga dengan hipotesis 6 bahwa kekayaan penghasilan distrik memicu untuk meningkatkan pengeluaran administrasi , hal ini konsisten, namun hasilnya tidak terlalu signifikan memengaruhi. (b)Pemekaran distrik baru

Model (1) dalam Tabel 2 tidak memerhitungkan distrik yang terpisah, sedangkan pada model (2) (6) memasukkan kondisi daerah yang sudah terpisah: kita akan melihat pembagian waktu dimana empat tahun pertama (-4,...-1) sebagai waktu sebelum terjadinya perpisahan, satu tahun sebagai waktu terjadinya perpisahan (0), lima tahun berikutnya (1,...,5) sebagai waktu setelah terjadinya perpisahan yang menimbulkan dua subjek baru parent dan child. Estimasi nilai dari besaran pengeluaran dituangkan dalam Figure2a dan Figure2b.

Dalam figure2a dapat kita lihat bahwa secara keseluruhan pengeluaran administrasi tidak meningkat; proses pemisahan tidak bernilai terlalu signifikan. Namun, di balik itu terdapat perubahan jelas dalam perubahan komposisi belanja pada distrik child. Jika kita membagi lagi : dapat kita lihat pada distrik parent, pengeluaran untuk karyawan untuk tahun-tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebagai persiapan pemisahan dan proses transfer ke distrik child, selanjutnya terjadi penurunan ke tingkat normal setelah proses pemisahan terjadi. Sebaliknya dari sisi distrik child, pada awalnya secara signifikan memiliki pengeluaran admnisitrasi yang rendah dan berusaha untuk merekrut pegawai pemerintahan dan kemudian peningkatan yang cukup signifikan pun terjadi pada tahun ke-4 dan ke-5. Pada bagian modal pengeluaran administrasi tidak terjadi perubahan modal per kapita yang signifikan. Sebaliknya, distrik child memiliki peningkatan biaya pada tahun ke-1 dan ke-2 oleh karena diperlukannya pembangunan kantor untuk digunakan pada distrik yang baru dan kemudian terjadi penurunan pada tahun ke-3 setelah proses pembentukan distrik baru selesai (lihat figure2b).

Dari bahasan ini dapat kita simpulkan bahwa pemekaran pada distrik yang baru tidak dapat menjelaskan terjadinya pengeluaran admnisitrasi yang tinggi. Malahan, ketidakadaan akuntabilitas adalah faktor utama yang mampu menjelaskan pengeluaran administrasi yang berlebihan pada pemerintahan daerah. (c)Mekanisme akuntabilitas

Efektivitas dari mekanisme akuntabilitas tidak dapat diestimasikan secara langsung oleh karena tidak dapat diobservasi secara langsung. Namun, kita dapat mengestimasinya dengan cara melihat mekanisme akuntabilitas sepanjang waktu atau dengan melihat variabel mekanisme akuntabilitas yang berhubungan kelebihan pengeluaran. Sekarang, kita akan menggunakan variabel pemilihan langsung, dimana dalam hipotesis 3 dikatakan bahwa dengan pemilihan langsung dapat mengurangi pengeluaran administrasi.

Jika kita lihat Tabel 3, pemilihan langsung memiliki hubungan positif namun tidak memiliki efek yang signifikan pada pengeluaran administrasi dan menunjukkan nilai yang sangat kecil (model 1). Ketika kita memasukkan faktor angka melek huruf pada pemilihan langsung, akan menghasilkan korelasi yang negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pemilih, mereka dapat menggunakan haknya dengan lebih baik. Dari hasil yang diperoleh, memang pemilihan langsung meningkatkan pengeluaran administrasi secara signifikan relatif terhadap bantuan fiskal yang rendah, dan menurunkan relatif terhadap sumber penghasilan yang lebih, dengan demikian akan meningkatkan pengeluaran admninistrasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemilihan langsung tidak menurunkan pengeluaran admnistrasi.

Selanjutnya tabel 4 memperlihatkan komposisi dari parlemen untuk membuktikan hipotesis 5 yang menyatakan bahwa pengeluaran administrasi per kapita akan meningkat pada distrik yang memiliki konsentrasi politik yang tinggi. Dari hasil analisis di tabel 4 terlihat bahwa lingkungan politik dalam arti komposisi dari parlemen yang menjadi faktor penting kelebihan pengeluaran. Konsentrasi ethno-linguistic nampaknya pengeluaran administrasi, namun efeknya dinilai kurang signifikan sehingga menghasilkan bukti yang kurang kuat untuk membuktikan hipotesis 6.

(d)Pengeluaran Perjalanan

Tabel 5 memerlihatkan bahwa terjadi kenaikan signifikan pada area distrik, urbanisasi, dan sumber fiskal, dan menurun pada populasi sebagai akibat dari economies of scale dan bagian desa yang mudah diakses. Distrik yang kaya akan penghasilan memiliki biaya perjalanan yang tinggi. Hal ini konsisten dengan resource curse yang mengakibatkan rendahnya kualitas institusional. Distrik dengan konsentrasi politik yang tinggi, pihak yang mendominasi memberikan kepada pegawainya pengeluaran untuk perjalanan yang lebih banyak.

IV.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat kita analisa kelebihan pengeluaran daerah-daerah di Indonesia berasal dari biaya administrasi. Sebesar sepertiga dari total anggaran , biaya administrasi menempati urutan kedua biaya terbesar dan juga telah terjadi penyalahgunaan alokasi biaya dari pelayanan publik menjadi administrasi untuk kepentingan kelompok. Kita dapat menyingkirkan faktor pemekaran wilayah yang ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kelebihan pengeluaran daerah. Faktor pemilihan langsung juga ternyata tidak cukup signifikan memengaruhi pengeluaran administrasi.

Riset memberikan hasil bahwa pengeluaran administrasi yang berlebihan sebagai akibat buruknya pengelolaan anggaran dan juga kurangnya akuntabilitas pada tingkat daerah. Kurang transparannya dan tingginya persaingan politik pemegang kepentingan memicu pengeluaran yang berlebihan dan menyebabkan pengelolaan anggaran pemerintah daerah menjadi tidak efisien dan tidak tepat sasaran (efektif).

Pemerintah Daerah perlu mengambil komitmen serius untuk menanggapi hal ini. Pemerintah Daerah perlu membenahi diri secara perlahan dengan cara transparan dalam hal penggunaan anggaran agar akuntabilitas pemerintah di mata masyarakat tetap terjaga dengan baik.Tabel 2 : Spesifikasi Baseline, Estimasi OLSFigure 2a Efek Splitting District,

jumlah pengeluaran administrasiFigure 2b Efek Splitting District, staff administrasi dan pengeluaran modal

Tabel 3 : Efek Pemilihan Langsung, Estimasi OLS

Tabel 4 : Efek Komposisi Parlemen, Estimasi OLS

Tabel 5 : Pengeluaran Perjalanan, Estimasi OLS

Statement of AuthorshipSaya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Journal Review terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama

: Hendri Jonathan Sutanto NPM

: 1206266656Tandatangan

:

Mata kuliah

: Perekonomian IndonesiaJudul makalah/tugas: Administrative Overspending in Indonesia Districts : The Role of Local PoliticsTanggal

: 5 Juni 2015Dosen

: Prof. Dr. M. Arsjad Anwar, S.E.

Prof. Dorodjatun K Jakti S.E., M.A., Ph.D.Hendri Jonathan Sutanto

1206266656