review buku black water

13
Critical Review ‘Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Bidang Pertahanan dan Keamanan’ yang di-review dari buku karangan Jeremy Scahill yang berjudul: ”BLACKWATER; Membongkar Keterlibatan Tentara Bayaran Dalam Invasi Militer Amerika Serikat” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teori Perbandinga Politik Luar Negeri Dosen: Ahmad Khoirul Umam Oleh: Siti Octrina Malikah 209000061 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

Upload: riri-malikah-nasution

Post on 02-Jul-2015

167 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Review Buku Black Water

Critical Review

‘Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Bidang Pertahanan dan Keamanan’

yang di-review dari buku karangan Jeremy Scahill yang berjudul:

”BLACKWATER;

Membongkar Keterlibatan Tentara Bayaran Dalam Invasi Militer Amerika Serikat”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Teori Perbandinga Politik Luar Negeri

Dosen: Ahmad Khoirul Umam

Oleh:

Siti Octrina Malikah

209000061

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

UNIVERSITAS PARAMADINA

2011

Page 2: Review Buku Black Water

Dunia adalah sebuah tempat yang sangat

berbeda pada 10 September 2001, bagi sebagian

besar warga Amerika, nama Al-Qaeda belum

pernah mereka dengar, dan Saddam Hussein

masih menjabat sebagai Presiden Irak. Namun

setelah 11 September 2001, semuanya berubah

secara drastis terutama kebijakan militer

Amerika Serikat yang menggaungkan ‘global

war on terror’ secara langsung maupun tidak

langsung telah menempatkan sebuah perusahaan

militer swasta menjadi salah satu pemain utama.

Nama perusahaan itu adalah Blackwater USA.

Paper ini mengulas sebuah buku berjudul

Blackwater; Membongkar Keterlibatan

Tentara Bayaran dalam Invasi Militer

Amerika Serikat yang dinilai mampu

membongkar sosok perusahaan tentara bayaran

Blackwater USA dan menunjukkan betapa

berbahaya ketika pemerintah melimpahkan tugas

ketentaraan kepada pihak swasta.

Chapter I - Review

I.i Privatisasi Militer Amerika Serikat

Pada 10 September 2001, ketika Donald Rumsfeld berjalan menuju podium di

Pentagon untuk membacakan pidato pertamanya sebagai Menteri Pertahanan di bawah

George W. Bush. Rumsfeld pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan sebelumnya di

bawah Presiden Gerald Ford dari 1975-1977 dan dia kembali menduduki jabatan tersebut

dengan visi misi yang ambisius. Dalam pidato perdananya, ia membahas mengenai sebentuk

musuh yang sangat mengancam keamanan Amerika Serikat karena merupakan salah satu

benteng terakhir terpusat. Musuh ini diperintah oleh rencana lima tahun yang sangat

mendikte dan memaksakan kehendaknya ke seluruh zona waktu, benua, samudera, dan

Page 3: Review Buku Black Water

lainnya. Musuh ini bukanlah Uni Soviet karena musuh yang ini telah lama musnah. Musuh

ini bukan pula dictator-diktator tua dunia karena masa kejayaan mereka pun akan segera

berlalu. Musuh ini lebih dekat dan lebih tidak kelihatan namun telah mengancam pertahanan

Amerika Serikat dan menempatkan para anggota militer AS dalam bahaya. Ia adalah

‘birokrasi Pentagon’. Rumsfeld menyarankan perubahan besar-besaran dalam tata kelola

Pentagon dengan memberikan model baru yang berdasarkan sektor swasta sebagai insentif-

insentif bagi birokrasi untuk terus beradaptasi dan berkembang.

Keesokan paginya Pentagon benar-benar diserang oleh pesawat American Airlines

dengan nomor penerbangan 77 tipe Boeing 757 menabrak dinding sisi barat Pentagon.

Rumsfeld menggunakan kesempatan yang bahkan mungkin sebelumnya tidak pernah

terpikirkan olehnya tersebut untuk melancarkan apa yang menjadi isi pidato perdananya.

Kebijakan baru Pentagon akan sangat bergantung pada sektor swasta dan kontraktor yang

sangat banyak demi mencukupi kebutuhan militer AS dalam setiap peperangan, bahkan

pertempuran. Kebijakan ini kemudian dikenal dengan nama ‘Doktrin Rumsfeld’ dengan

menggunakan pendekatan yang mendorong orang-orang lebih pro-aktif, bukan reaktif1.

Kepemimpinan baru di Pentagon datang ke tampuk kekuasaan dengan dua tujuan

utama yaitu: pertama untuk mengupayakan rezim di Negara-negara strategis dan kedua

untuk mengupayakan privatisasi dan outsourcing operasi militer. Salah satu dari pihak swasta

yang paling awal menerima telepon adalah sebuah perusahaan yang tidak begitu dikenal yang

beroperasi dari sebuah kamp fasilitas pelatihan militer swasta di dekat rawa-rawa Great

Dismal Swamp di Negara Bagian Carolina Utara, namanya Blackwater USA. Blackwater

adalah pasukan swasta yang dikuasai oleh satu orang: Erik Prince, seorang megajutawan

sayap kanan Kristen radikal yang membiayai bukan hanya kampanye presiden Bush tetapi

juga agenda yang lebih luas dari kelompok Kristen kanan. Bahkan, sampai buku ini di tulis,

Prince belum pernah memberikan uang sepeser pun kepada kandidat demokrat di mana hal

ini mengungkapkan keteguhan komitmen ideologinya.

Kekalahan cepat Taliban di Afghanistan memberikan semangat kepada Rumsfeld dan

pemerintah AS untuk melanjutkan invasi ke irak dengan mengikutsertakan para kontraktor

swasta sebagai bagian yang tak terpisahkan, dalam hal ini adalah tentara swasta terbesar yang

pernah dikirim ke medan perang melalui institusi bernama Blackwater USA. Sebelum

Rumsfeld turun dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan AS, ia melakukan langkah luar

1 Ditulis Rumsfeld di musim panas 2002 dalam sebuah artikel di Foreign Affair yang berjudul ‘Transforming the Military’

Page 4: Review Buku Black Water

biasa dengan mengklasifikasikan para tentara swasta sebagai bagian resmi dari mesin perang

AS. Dalam Tinjauan Empat Tahunan Pentagon 2006, Rumsfeld memberi sebuah kerangka

yang disebutnya “peta perubahan” Departemen Pertahanan, yang dikatakannya telah dimulai

pada 2001.2

I.ii Blackwater Berdiri

Pada mulanya, rancangan yang dibuat Erik Prince untuk Blackwater jauh lebih

sederhana, dan sebenarnya, rancangan-rancangan tersebut pun bukan dari dirinya sendiri. Ia

berfungsi sebagai mesin ATM yang siap menyediakan uang tunai bagi keberlangsungan

Blackwater, sementara detail rencana-rencana dan hampir keseluruhan perincian perusahaan

ini tidak dating dari Prince, tetapi datang dari salah satu mentornya di unit SEAL: AL Clark.

Sejak 1993 Clark telah mulai mengerjakan blueprint Blackwater ketika Ia yang

berpengalaman sebagai pelatih di angkatan laut menyadari bahwa angkatan laut tidak pernah

memiliki tempat latihan menembaknya sendiri sehingga dibutuhkan suatu organisasi yang

bisa memberikan sarana dengan fasilitas lengkap. Namun, ada satu elemen penting yang tidak

dimiliki rancangan Clark: uang. Clark pun tidak mengetahui bahwa salah satu dari orang

terkaya yang pernah mengabdi dalam angkatan bersenjata AS akan menjadi salah seorang

muridnya.

Pada 1996, Clark dipindahkan ke Tim 8 SEAl, untuk mengepalai program pelatihan

taktis. Letnan Erik Prince berada di dalam pleton utama yang dilatih Clark tetapi keduanya

tidak pernah mendiskusikan kerjasama dalam bisnis apapun. Pada akhirnya, Prince pergi

untuk menunaikan tugas dengan tim-8 SEAL hingga tujuh bulan kemudian Clark baru

mengetahui bahwa Prince tidak hanya mempunyai begitu banyak uang namun mereka berdua

sama-sama memiliki ketertarikan dalam dunia pelatihan swasta yang tengah berkembang.

Bagi Prince kematian sang ayah dan semakin memburuknya kesehatan istri pertamanya yang

mengidap kanker, Joan, telah menjadi pemicu untuk melakukan manuver bisnis keluarga.

Prince menjual kerajaan bisnis ayahnya, Edgar Prince, dan kemudian Ia membangun

kerajaannya sendiri dengan menggabungkan kecintaannya yang mendalam diberbagai aspek

seperti religi, politik, dan militer yang terwujud melalui Blackwater.3

I.iii Blackwater: Salah Satu Pemain Utama Militer AS

2 Quadrennial Defence Review Report, Departemen Pertahanan, 6 Febuary 2006.3 “wife of Prince Foudner disappointed by layoffs,” holand sentinel, 1 April 2004.

Page 5: Review Buku Black Water

Kisah Blackwater tidak bermula dari peristiwa 11/9, para eksekutifnya, maupun para

pendirinya. Blackwater merupakan perwujudan usaha seumur hidup para pejabat yang

menjadi inti tim peperangan di pemerintahan Bush. Saat perang teluk berlangsung pada 1991,

Dick Cheney, yang merupakan sekutu dekat Rumsfeld, adalah Menteri Pertahanan. Sebelum

meninggalkan posisi tersebut pada 1993, Cheney, menugaskan sebuah perusahaan studi,

Halliburton, yang belakangan dipimpinnya, untuk mempelajari bagaimana memprivatisasi

birokrasi militer dengan cepat. Semasa delapan tahun pemerintahan Bill Clinton, Cheney

bekerja pada sebuah lembaga think tank neo-konservatif berpengarruh, American Enterprise

Institute, yang memimpin penugasan percepatan proses privatisasi pemerintah dan militer.

Pada tahun 1995, Cheney berada pada posisi kemudi Halliburton, membangun sebuah

perusahaan yang akan menjadi satu-satunya kontraktor pertahanan terbesar bagi pemerintah

AS. Presiden Clinton, menerima sebagian besar agenda privatisasi ini yang pada akhirnya

memberi keuntungan besar bagi perusahaan Cheney selama konflik Negara-negara Balkan di

era 1990an.

Cheney dan Rumsfeld adalah anggota utama Project for a New American Century

(PNAC) yang dibentuk pada 1997 dengan tujuan melakukan penekanan terhadap Clinton

untuk menggulingkan rezim di Irak dengan mengadvokasikan sebuah kebijakan kekuatan

militer yang kemudian menjadi dasar sebagian besar agenda internasional pemerintahan

Bush. PNAC mengeluarkan laporan bertajuk “Membangun Kembali Pertahanan Amerika:

Strategi, Kekuatan, dan Sumber-Sumber Daya bagi Abad Baru” (Rebuilding Americas

Defend: Strategy, Forces, and Resources for New Centuries). Salah satu visi PNAC adalah

untuk mengadakan perubahan mesin perang AS yang saat itu diperkirakan akan memakan

waktu yang lama namun ternyata, serangan 11/9 telah menyediakan katalisator tersebut yaitu

sebuah pembenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dimanfaatkan untuk

memuluskan jalannya agenda privatisasi yang radikal ini. Sejak saat itu pula kontraktor

swasta seperti Blackwater mulai memiliki peran yang penting dalam industri militer AS.

I.iv Perkembangan Bisnis Blackwater

“Pada saat Anda ingin mengirim barang dalam semalam, apakah Anda menggunakan

jasa pos atau FedEx? Tujuan perusahaan kami adalah memberikan pelayanan kepada

pengamanan nasional seperti apa yang dilakukan FedEx bagi pelayanan pos” dijabarkan

Prince dalam sebuah panel diskusi dengan pejabat militer.4 Mungkin sinyal yang paling jelas

4 Eric Prince berbicara pada west conference 2006, 11 january 2006.

Page 6: Review Buku Black Water

menunjukkan bahwa transformasi seperti itu telah mulai berjalan adalah ketika Gedung Putih

memberikan kontrak pekerjaan untuk melindungi pejabat paling senior Amerika, Paul

Bremer, di Irak kepada Blackwater pada awal 2003. Ketika Paul Bremer, diutus Bush pada

tahun pertama pendudukan, menantang bahaya di Baghdad demi melaksanakan agenda Bush,

Ia dilindungi oleh Blackwater seperti halnya para duta besar AS selanjutnya disana. Majalah

Fortune melaporkan standar gaji bagi professional PSD (Professional Security Detail atau

pengawak keamanan pribadi) di Irak sebelumnya berkisar $300 (per orang) setiap harinya

namun begitu Blackwater memulai pekerjaannya untuk melindungi Paul Bremer tarifnya

melonjak menjadi $600 (per orang) setiap harinya.

Pada 28 Juni 2004, Bremer mengeluarkan keputusan yang dikenal sebagai Perintah 17

(Order 17) yang memberikan kekebalan bagi para tentara bayaran di Irak dari tuntutan

pengadilan.5 Hal itu berdampak luar biasa terhadap semangat pasukan swasta karena ketika

tentara-tentara AS diajukan kepengadilan untuk pembunuhan dan penyiksaan di Irak, tentara

swasta tidak mendapat perlakuan dengan standar yang sama. Blackwater secara terbuka

menyatakan bahwa pasukan-pasukannya berada diatas hukum, di mana mereka bersikeras

menyatakan mereka adalah orang-orang sipil sehingga kebal dari pengadilan militer namun

disisi lain, pasukan mereka adalah bagian dari Total Force (kekuatan militer penuh) AS.

Logika ini didukung tidak hanya oleh kekebalan virtual yang telah diberikan kepada para

tentara bayaran, tetapi juga oleh kegagalan pentagon dalam mengawasi pasukan swasta besar

ini, yang kini telah resmi diakui sebagai bagian dari mesin perang AS.

Pada Mei 2004, Blackwater diam-diam mencatatkan sebuah divisi baru, Greystone

Limited, di kantor pusat pemberian kontrak pemerintah AS. Tetapi, bukannya

menggabungkan perusahaan tersebut seperti divisi-divisi Blackwater lainnya, Greystone

didaftarkan di luar negeri, seperti di Negara Kepulauan Karibia, Barbados. Perusahaan ini

menjadi wujud korporasi “bebas pajak” sebagaimana diklarifikasikan oleh pemerintah AS.6

Greystone menawarkan tim-tim pertempuran yang dapat disewa oleh klien-klien diluar

negeri. Greystone dengan bangga mengatakan perusahaan tersebut menyokong dan melatih

tenaga kerjanya yang dihimpun dari para mantan professional berbagai satuan khusus

pertahanan, intelijen, dan penegak hukum yang siap dikirim keseluruh dunia dengan segera.

5 Perintah no. 17 koalisi kekuasaan sementara (Coalition Provisional Authority Order number 17) yang ditandatangani oleh Paul Bremer, 20 junni 2004.6 Salinan penulis, dokumen-dokumen registrasi kontraktor pusat untuk Greystone Limitted.

Page 7: Review Buku Black Water

Semakin banyaknya penggunaan tentara sewaan, pasukan swasta, atau yang disebut

sebagian orang sebagai tentara bayaran, menjadikan pertempuran sangat mudah dimulai,

ketika hanya dibutuhkan uang dan bukan penduduk. Jika warga Negara dipanggil untuk pergi

berperang, aka nada penentangan, perlawanan yang dibutuhkan untuk mencegah perang-

perang demi perluasan kekuasaan dan dalam kasus AS adalah perang-perang hegemoni

imperialis. Pasukan swasta hampir menjadi sebuah kebutuhan bagi AS yang bersikeras

mempertahankan hegemoninya yang mulai menurun. Penggunaan tentara swasta merupakan

preseden buruk yang dapat merusak demokrasi AS karena tindakan mereka mungkin tidak

terikat dengan konstitusi yang diberlakukan kepada para petinggi di AS dimana tidak petugas

polisi mereka tidak dilatih untuk melindungi hak-hak konstitusional. Bisa dikatakan mereka

tidak ada bedanya dengan pasukan kemeja coklat dari partai Nazi yang berfungsi sebagai

mekanisme pelaksanaan ekstra yudisial yang beroperasi diluar hukum. Penggunaan kelompok

para militer seperti ini merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi hak-hak umat

manusia.

Chapter II – Critical Point

Terlepas dari apakah saya setuju atau tidak dengan keberadaan tentara swasta seperti

Blackwater, ia telah berhasil memposisikan dirinya sebagai actor yang penting dalam

panggung internasional. Pemerintahan Bush yang menggunakan tentara swasta untuk

mengurangi resiko kehilangan tentara nasionalnya sekaligus menghidari penolakan

masyarakat atas invasi ke Irak telah menimbulkan problematik tersendiri yang dinilai cukup

rumit bagi konstelasi militer domestik AS.

Saya memandang telah terjadi pencederaan ideologi di AS melalui tentara swasta ini

jika ditinjau dari paham liberalism yang mereka terapkan. Liberalisme percaya bahwa

perdamaian dapat dicapai melalui kerjasama, selain itu paham ini juga menjunjung tinggi

sistem demokrasi karena dengan demokrasi Negara-negara akan lebih terhindar dari

peperangan dibandingkan Negara yang tidak demokratis. Seperti dijelaskan oleh Immannuel

Kant melalui Democratic Peace Theory di mana hal ini bisa ditinjau secara normatif dan

institusional. Secara normatif Negara demokratis yang berpusat pada rakyat akan selalu

memikirkan tentang untung rugi dalam memutuskan, oleh karena itu kemungkinan untuk

bernegosiasi, bertukan pemahaman, dan berunding bisa dilaksanakan untuk mencegah

Page 8: Review Buku Black Water

terjadinya perang. Secara institusional Negara demokratis mengenal konsep check and

balances dan distribusi kekuasaan sehingga keputusan bukan hanya di tangan kepala

pemerintahan melainkan terbagi di setiap unsure masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh

legislative. Demokrasi dengan seperangkat aturannya yang birokratis dan rijit akan

memperkecil kemungkinan untuk perang karena akan mengalami perundingan berkali-kali

oleh seluruh aspek masyarakat.

Bagi saya pribadi, kehadiran tentara swasta dalam dunia pertahanan dan keamanan

telah mencederai nilai-nilai kedamaian yang diusung paham demokrasi sebagaimana

dijelaskan Immanuel Kant melalui ‘Democratic Peace Theory’. Bagi Negara yang

menjunjung demokrasi seperti AS, perang tidak lagi sulit dilaksanakan karena perang tidak

mengirimkan tentara nasionalnya namun mengirimkan tentara swasta seperti Blackwater.

Sehingga dalam hal ini, tidak ada unsur birokrasi yang rijit sebaik secara normatif maupun

institusional untuk mengeksekusi perang demi mempertahankan hegemoninya di dunia.

Di lain sisi, para tentara swasta tersebut tidak terikat konstitusi pertahanan

sebagaimana tentara nasional AS sehingga menimbulkan kesulitan tersendiri untuk

pengikatan hukum. Sebagai tentara mereka tidak bisa diadili di pengadilan militer karena

sifatnya kontrak, tetapi mereka juga diragukan sebagai masyarakat sipil dikarenakan fasilitas,

kemampuan, dan misi yang mereka emban telah membuat mereka berbeda dengan

masyarakat sipil pada umumnya. Dari segi ini, telah terjadi pencederaan sistem hukum yang

ada di AS di mana telah terjadi ketimpangan penerapan hukum dikarenakan ketidakjelasan

status para tentara bayaran tersebut. Status hukum yang tidak jelas ini tidak boleh dibiarkan

berlarut-larut karena akan mempengaruhi sistem control terhadap tentara-tentara swasta

tersebut.

Ada banyak alasan mengapa tentara swasta ini sangat perlu untuk diregulasi dan

seharusnya menjadi prioritas bagi seluruh pemerintah. Salah satunya dengan mengawasi

mereka maka pemerintah bisa memastikan bahwa mereka memiliki akuntabilitas baik untuk

tindakan mereka di lapangan maupun ketransparanan perusahaan mereka. Banyak fakta

menyebutkan bahwa dikarenakan industri tentara swasta tidak terikat aturan dan sanksi

formal maka mudah bagi mereka mengelak dari segala bentuk hukuman. Ketika tidak ada

ikatan hukum formal yang jelas, tentara swasta yang melakukan pencederaan hak asasi

manusia tidak dapat diadili sesuai dengan kesalahannya karena tidak ada perangkat hukum

yang sahih dan mengikat.

Page 9: Review Buku Black Water

Referensi

1. Referensi Utama

Scahill, Jeremy. 2007. Blackwater: the Rise of the World’s Most Powerful Mercenary Army.

New York: Avalon Publishing Group, Inc.

2. Referensi Pelengkap

Harvey, David. 2005. A Brief History of Neoliberalism. New York: Oxford University Press

Kinsey, Christopher. 2006. Corporate Soldiers and International Security: the Rise of Private

Military Companies. New York: Routledge

Percy, Sarah. 2007. Mercenaries: the History of a Norm in International Relation. New

York: Oxford University Press