retribusi pengendalian menara telekomunikasi · berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan...

21
1 RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI (sumber: www.persadasokkatama.com) A. PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap jasa telekomunikasi menjadikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia bergerak begitu cepat. Kondisi ini berdampak terhadap penyediaan layanan komunikasi yang meningkat melalui perluasan cakupan area dengan cara mendirikan menara telekomunikasi. Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut menaraadalah bangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi, sedangkan telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya 1 . Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek retribusi daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi merupakan salah satu dari empat jenis retribusi baru bagi daerah. Retribusi baru tersebut yaitu Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menetapkan bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diatur lebih lanjut melalui Peraturan Daerah 2 . Dalam penyusunannya, rancangan peraturan daerah yang berkaitan dengan retribusi daerah dikoordinasikan dengan Menteri 1 Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Komunikasi Informasi Nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi 2 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Upload: others

Post on 06-Sep-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

1

RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

(sumber: www.persadasokkatama.com)

A. PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap jasa telekomunikasi menjadikan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia bergerak begitu

cepat. Kondisi ini berdampak terhadap penyediaan layanan komunikasi yang

meningkat melalui perluasan cakupan area dengan cara mendirikan menara

telekomunikasi.

Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut “menara” adalah bangunan

khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan

telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan

penyelenggaraan telekomunikasi, sedangkan telekomunikasi adalah setiap

pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk

tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik,

radio, atau sistem elektromagnetik lainnya1.

Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009,

dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek retribusi daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi merupakan salah

satu dari empat jenis retribusi baru bagi daerah. Retribusi baru tersebut yaitu Retribusi

Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menetapkan

bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diatur

lebih lanjut melalui Peraturan Daerah2. Dalam penyusunannya, rancangan peraturan

daerah yang berkaitan dengan retribusi daerah dikoordinasikan dengan Menteri

1 Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Komunikasi Informasi Nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang

Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi 2 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Page 2: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

2

Keuangan terlebih dahulu sesuai dengan Pasal 189 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah yang

mengatur Retribusi Daerah harus menyesuaikan dengan Undang-Undang tersebut,

sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menyatakan bahwa retribusi

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dirasa tidak

sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan

penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

berlaku tanggal 2 Oktober 2014.

Pasal 409 huruf c Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah mencabut

ketentuan Pasal 157, Pasal 158 ayat (2) sampai dengan ayat (9), dan Pasal 159

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai pengawasan dan pembatalan

peraturan daerah tentang pajak dan retribusi.

Pasal 325 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014menjadi dasar Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan melaksanakan fungsi evaluasi Rancangan Perda tentang

Retribusi Daerah. Rancangan Perda kabupaten/kota tentang Retribusi Daerah yang

telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati/Walikota sebelum ditetapkan oleh

Bupati/Walikota disampaikan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk

dievaluasi. Evaluasi tersebut dimaksudkan untuk menguji kesesuaiannya dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.

Dalam melakukan evaluasi tersebut Gubernur berkonsultasi dengan Menteri Dalam

Negeri dan selanjutnya Menteri dalam Negeri berkoordinasi dengan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan.

Sementara untuk Rancangan Perda Provinsi tentang retribusi daerah yang telah

disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) Hari

disampaikan kepada Menteri untuk dievaluasi. Menteri melakukan evaluasi terhadap

rancangan Perda Provinsi tentang pajak daerah dan retribusi untuk menguji

kesesuaiannya dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan

kepentingan umum.3

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas lebih

lanjut terbatas pada:

1. Bagaimana Pengaturan Retribusi Daerah?

2. Bagaimana Pengaturan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi?

3. Bagaimana pengaturan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi setelah

ditetapkannya Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014?

3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 325.

Page 3: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

3

C. PEMBAHASAN

1. Pengaturan Retribusi Daerah

a. Gambaran Umum Retribusi Daerah

Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur dengan meningkatkan taraf hidup, kecerdasan

dan kesejahteraan seluruh rakyat demi mewujudkan tujuan dari pembangunan

nasional, maka pelaksanaan pembangunan nasional harus dilakukan secara

merata di seluruh tanah air dan hal ini tidak terlepas dari adanya otonomi daerah

dalam rangka pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan indikator

“Derajat Kemandirian” suatu daerah yang ditentukan salah satunya oleh

kemampuan keuangan tiap pemerintah daerah.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

melaksanakan otonomi daerah dengan baik dibutuhkan pengelolaan sumber-

sumber pendapatan daerah yang baik pula khususnya dalam meningkatkan

kemampuan penerimaan pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah dan

retribusi daerah. Sesuai dengan tujuan tersebut, pemerintah menetapkan berbagai

kebijakan daerah yang diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mencabut dan

menyatakan tidak berlaku Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diharapkan oleh pemerintah dapat lebih

mendorong peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah.

Dalam undang-undang tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan

salah satu pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah. Sehingga dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah memperluas ruang

lingkup objek pajak daerah dan retribusi daerah serta memberikan keleluasaan

kepada pemerintah daerah dalam penerapan tarif pajak daerah dan retribusi

daerah.

Perubahan yang dibawa oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diantaranya adalah dengan

menambah jenis pajak dan retribusi daerah. Khusus untuk retribusi daerah

terdapat empat jenis retribusi jasa umum baru yang ditambahkan pengaturannya

yaitu Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan,

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dan Retribusi Izin Usaha

Perikanan.

Dalam memahami definisi tentang retribusi daerah, pengertian retribusi

daerah dapat ditelusuri berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, diantaranya:

1) Panitia Nasrun merumuskan retribusi daerah (Josef Kaho Riwu, 2005:171)

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena

memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan

Page 4: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

4

umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun

tidak Iangsung”.

2) Marihot P. Siahaan (2005:6) mengartikan bahwa retribusi daerah ialah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa ataupun pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan juga diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi maupun suatu badan.

Istilah retribusi oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai

pungutan uang oleh pemerintah (kota praja dan sebagainya) sebagai balas jasa4.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diketahui bahwa definisi retribusi daerah

yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan5.

Kemudian lebih lanjut pengertian pajak daerah berdasarkan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Mengacu pada pengertian retribusi daerah, secara umum unsur-unsur

pengertian retribusi daerah memiliki prinsip yang sama dengan pajak daerah dan

hanya dibedakan oleh kontra pestasi yang diperoleh oleh wajib pajak/retribusi.

Kontraprestasi dalam retribusi daerah langsung dapat dirasakan oleh pembayar,

hal tersebut dikarenakan pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis

retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan

penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.6

Berdasarkan pengertian tentang retribusi di atas dan penjelasan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dapat diketahui unsur-unsur yang melekat pada pengertian

retribusi daerah yaitu:

1) Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;

2) Pungutannya dapat dipaksakan;

3) Pemungutannya dilakukan oleh negara/pemerintah daerah;

4) Sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau Badan;

5) Imbalan atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar

retribusi.7

4 Definisi Retribusi. Kamus Bahasa Indonesia Online. Diperoleh 3 Oktober 2015, dari http:// http://kamusbahasaindonesia.org/retribusi/ 5 Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 6 Pasal 161 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 7 Penjelasan I Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Page 5: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

5

b. Wajib Retribusi Daerah

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Besarnya

retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa

atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan

penggunaan jasa (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

c. Ruang Lingkup Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek retribusi dibagi

menjadi tiga:

1) Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan8. Jenis retribusi

ini dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil/dan atau atas

kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan secara cuma-cuma

(Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum

didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek

keadilan9.

Berdasarkan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis Retribusi Jasa Umum meliputi:

a) Retribusi Pelayanan Kesehatan

Objek Retribusi Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di

puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai

pengobatan, dan rumah sakit umum daerah dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran (Pasal 111 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Objek Retribusi Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi

pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara, pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau

lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir

sampah, penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah

(Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8 Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, 9 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah di Indonesia. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hlm. 63

Page 6: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

6

c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan

Akta Catatan Sipil meliputi KTP, kartu keterangan bertempat tinggal,

kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas

penduduk musiman, kartu keluarga, akta catatan sipil yang meliputi

akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan akta pengakuan

anak, akta ganti nama bagi warga negara asing dan akta kematian (Pasal

113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat meliputi

pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan

pengurugan, pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat

pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau

dikelola pemerintah daerah (Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009).

e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Objek Retribusi Pelayanan parkir di Tepi Jalan Umum adalah

penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh

pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan (Pasal 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

f) Retribusi Pelayanan Pasar

Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar

tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola

pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang (Pasal 116

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Objek Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah

pelayanan pengujian kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermotor

di air sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah (Pasal 117 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Objek Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam

kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah terhadap

alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat

penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh

masyarakat (Pasal 118 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang

dibuat oleh Pemerintah Daerah (Pasal 119 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009).

Page 7: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

7

j) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

Objek Retribusi Pelayanan Penyedotan Kakus adalah pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakusyang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah (Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

k) Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan

limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan,

dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam

bentuk instalasi pengolahan limbah cair (Pasal 121 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

l) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Objek Retribusi Pelayanan Retribusi Tera/Tera Ulang adalah pelayanan

pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan

pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 122 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

m) Retribusi Pelayanan Pendidikan

Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah

Daerah (Pasal 123 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

n) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan

memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum

(Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2) Jasa Usaha

Objek Retribusi Jasa Usaha berupa pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi:

a) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal;dan/atau

b) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta. 10

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha

didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak

sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta

sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.11

Berdasarkan Pasal 127 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008, Jenis

Retribusi Jasa Usaha meliputi:

a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

10 Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 11 Ahmad Yani, op. cit. hlm. 64

Page 8: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

8

Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian

kekayaan Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan

daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah

tersebut (Pasal 128 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan penyediaan fasilitas

pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang

dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah

(Pasal 129 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

c) Retribusi Tempat Pelelangan

Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat

pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk

melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk

jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat

pelelangan (Pasal 130 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

d) Retribusi Terminal

Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir

untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan

fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal 131 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

e) Retribusi Tempat Khusus Parkir

Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus

parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah

daerah (Pasal 132 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah

pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan,

dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal 133 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

g) Retribusi Rumah Potong Hewan

Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan

fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan

pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal

134 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhan adalah pelayanan jasa

kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal

135 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Page 9: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

9

Objek Retribusi Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat

rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal 136 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009).

j) Retribusi Penyeberangan di Air

Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan

orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki

dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah (Pasal 137 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah adalah

penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah (Pasal 138 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3) Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu

oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.12

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan tertentu

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruhnya biaya

penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya penyelenggaraan

izin ini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,

penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari

pemberian izin tersebut13.

Menurut Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak dan Daerah Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :

a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin

untuk mendirikan suatu bangunan. Pemberian izin meliputi kegiatan

peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar

tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang,

dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB),

koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB),

dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan

dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati

bangunan tersebut (Pasal 142 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

12 Pasal 140 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah 13 Ahmad Yani, loc. cit.

Page 10: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

10

Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah

pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di

suatu tempat tertentu (Pasal 143 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

c) Retribusi Izin Gangguan

Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat

usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan yang dapat

menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk

pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus

untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau

kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi

norma keselamatan dan kesehatan kerja (Pasal 144 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

d) Retribusi Izin Trayek

Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang

pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang

umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu (Pasal 145 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

e) Retribusi Izin Usaha Perikanan

Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 141 huruf e adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau

Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan

pembudidayaan ikan (Pasal 146 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

2. Pengaturan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi diatur

dalam Pasal 110 ayat (1) huruf n.

1) Pengertian

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi diklasifikasikan

sebagai retribusi jasa umum dan merupakan salah satu jenis retribusi

daerah yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Pengaturan mengenai

menara telekomunikasi bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang

fungsional dan sesuai dengan tata bangunan menara telekomunikasi yang

serasi dan selaras dengan lingkungannya, serta mewujudkan tertib

penyelenggaraan bangunan menara telekomunikasi yang menjamin

keandalan teknis bangunan menara.

Page 11: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

11

2) Objek Retribusi

Berdasarkan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa objek

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang

untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang,

keamanan, dan kepentingan umum. (Pasal 124 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)

3) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa pengendalian menara

telekomunikasi. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau

Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan diwajibkan

untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong Retribusi Jasa Umum

4) Tujuan Retribusi

Keberadaan industri telekomunikasi di Indonesia saat ini mengalami

kemajuan yang pesat, hal ini dapat terlihat dari banyaknya operator

penyelenggara telepon di tanah air.

Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada para pelanggan dan

juga menunjang perkembangan industri telekomunikasi dibutuhkan beberapa

hal yang mendukung perkembangan industri ini, salah satunya yaitu

pembangunan menara telekomunikasi. Konsumen dan industri

pertelekomunikasian membutuhkan menara telekomunikasi untuk memperoleh

peningkatan kualitas komunikasi. Semakin banyak menara telekomunikasi di

Indonesia, maka akan semakin baik pula kualitas layanan dari para operator

telepon seluler.

Keberadaan telekomunikasi menjadi satu hal yang tidak dapat dilepaskan

dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Hal ini terjadi karena

penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi dipergunakan dalam kegiatan

yang terkait dengan hajat hidup masyarakat luas antara lain kegiatan

perekonomian, sosial, budaya, maupun dalam rangka pelaksanaan

pembangunan yang membuat keberadaan telekomunikasi menjadi kebutuhan

pokok masyarakat. Seiring dengan peran komunikasi yang semakin kuat,

keberadaan industri telekomunikasi juga hal yang amat penting sehingga

diperlukan sistem pengaturan industri telekomunikasi yang terkendali.

Kebijakan yang diformulasikan oleh pemerintah terkait industri

telekomunikasi dapat memberikan dampak positif maupun negatif dalam

pelaksanaannnya. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dapat

menjadi salah satu potensi dalam peningkatan pendapatan daerah, tetapi di sisi

lain pemerintah juga memiliki kewajiban untuk mengatur kebijakan Retribusi

Pengendalian Menara Telekomunikasi sehingga dapat memberikan rasa aman

yang berpengaruh dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Page 12: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

12

Dalam rangka menjalankan kebijakan pemungutan Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum,

Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal bersama-sama membentuk Pedoman Pembangunan dan

Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi. Hal ini ditujukan untuk

mewujudkan keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah dalam hal memberikan petunjuk pembangunan menara yang memenuhi

persyaratan administratif, teknis, tata bangunan, rencana tata ruang wilayah,

lingkungan dan aspek yuridis. Lingkup dari pengaturan pembangunan dan

penggunaan bersama menara ini meliputi persyaratan pembangunan dan

pengelolaan menara, zona larangan pembangunan menara, struktur bangunan

menara, perizinan pembangunan menara, tata cara pembangunan menara

bersama, retribusi izin pembangunan menara, serta pengawasan dan

pengendalian.

Salah satu yang menjadi latar belakang dibentuknya kebijakan mengenai

pemungutan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi yaitu antara lain

karena maraknya pendirian menara telekomunikasi yang dapat mengganggu

keamanan masyarakat sekitar dan merusak estetika kota. Saat ini terdapat

banyak menara telekomunikasi yang berdiri, baik yang sudah terdaftar maupun

yang belum tidak terdaftar, sehingga hal ini menjadi perhatian pemerintah

untuk melakukan pengendalian terhadap menara telekomunikasi yang telah

dibangun. Dengan maraknya pembangunan menara telekomunikasi, maka

munculnya kebijakan mengenai pemungutan Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi untuk memberikan tanggung jawab kepada pemerintah daerah

dalam penataan dan pengamanan menara telekomunikasi.

Terkait objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi yang diatur

sesuai dengan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa Objek Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1)

huruf n adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan

memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum. Seperti

halnya jenis retribusi lain maka sesuai dengan Pasal 156 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi

Pengendalian Menara Telekomunikasi ditetapkan melalui peraturan daerah

yang tidak dapat berlaku surut dan paling sedikitnya mengatur:

1) Nama, objek, dan subjek retribusi;

2) Golongan retribusi;

3) Cara mengukur tingkat penggunaan jasa pengendalian menara

telekomunikasi;

4) Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi;

5) Struktur dan besarnya tarif retribusi;

6) Wilayah pemungutan;

Page 13: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

13

7) Penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan

pembayaran;

8) Sanksi administratif;

9) Penagihan;

10) Penghapusan piutang retribusi yang kedaluwarsa; dan

11) Tanggal mulai berlakunya peraturan Daerah.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 151 dinyatakan :

(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara

tingkat penggunaan jasa dengan tarif retribusi.

(2) Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan

dasar alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah untuk

penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.

(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan

jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh pemerintah

daerah.

(4) Rumus harus mencerminkan beban yang dipikul oleh pemerintah daerah

dalam menyelenggarakan jasa tersebut.

(5) Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan

untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang.

(6) Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan

sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan

dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan

masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan

tersebut. Biaya meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan

biaya modal. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya

penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Retribusi

Penggantian Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan

pengadministrasian.14

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan

untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan

pelayanan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan

penerimaan retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.15

Berdasarkan ketentuan di atas dapat ditegaskan bahwa penetapan tarif

Retribusi Jasa Umum dalam hal ini termasuk juga Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi harus berdasarkan pada biaya penyediaan jasa dalam

hal biaya operasional, pemeliharaan, bunga dan biaya modal, dan biaya

tersebut hanya untuk menutupi sebagian biaya saja. Lebih jauh daripada itu,

penetapan tarif juga harus berdasarkan pada kemampuan masyarakat (jika tarif

14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 152. 15 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 161.

Page 14: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

14

retribusi dikenakan kepada masyarakat), aspek keadilan dan efektifitas

pengendalian atas layanan retribusi. Dengan adanya pemanfaatan ruang,

keamanan dan kepentingan umum untuk itu dibutuhkan suatu kerja bersifat

pengawasan (monitoring) dari pemerintah daerah sehingga pengawasan dalam

rangka pengendalian menara telekomunikasi dilakukan agar tetap sesuai

dengan tata ruang, keamanan dan kepentingan umum (Pasal 124). Biaya-biaya

itu khususnya menyangkut biaya operasional dengan catatan bahwa penetapan

tarif tidak untuk menutupi semua biaya pengawasan yang terkait dengan

penyediaan jasa pengawasan dan pengendalian menara, tetapi hanya untuk

sebagian biaya saja. Penerimaan retribusi pengendalian menara tersebut

nantinya akan digunakan untuk mendanai kegiatan pengawasan dan

pengendalian yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah16.

b. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XII/2014

Terkait dengan pelaksanaan ketentuan penarikan retribusi pengendalian

menara telekomunikasi, sebelumnya PT Kame Komunikasi Indonesia melalui

kuasa hukumnya, merasa dirugikan dengan berlakunya Penjelasan Pasal 124

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah lantaran praktiknya pemerintah daerah langsung menetapkan tarif

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebesar 2% (dua persen) dari

nilai jual objek pajak (NJOP). Penetapan tarif itu tidak lagi didasarkan pada

biaya-biaya pengawasan dan pengendalian17. Permasalahan tersebut menjadi

salah satu dasar pengajuan permohonan PT Kame Komunikasi Indonesia

kepada Mahkamah Konstitusi yang putusan atas permohonan tersebut sangat

berpengaruh dalam pelaksanaan penarikan retribusi pengendalian menara

telekomunikasi.

Dalam pengaturan tentang penetapan tarif retribusi pengendalian menara

telekomunikasi, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah memiliki ketidaksesuaian antar pasal khususnya terkait

dalam menentukan formula yang dipakai oleh pemerintah daerah dalam

penetapan tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi. Permasalahan

tersebut disebabkan oleh benturan ketentuan dalam Pasal 151, Pasal 152 dan

Pasal 161 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dengan ketentuan yang terdapat dalam Penjelasan Pasal 124,

yang selengkapnya berbunyi “mengingat tingkat penggunaan jasa pelayanan

yang bersifat pengawasan dan pengendalian sulit ditentukan serta untuk

kemudahan penghitungan, tarif retribusi ditetapkan paling tinggi 2% (dua

persen) dari nilai jual objek pajak yang digunakan sebagai dasar penghitungan

Pajak Bumi dan Bangunan menara telekomunikasi, yang besarnya retribusi

16 Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014 17 “Formulasi Tak Jelas, MK Hapus Tarif Menara Telekomunikasi”, diakses dari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt556468f6516ab/formulasi-tak-jelas--mk-hapus-tarif-menara-

telekomunikasi, pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 10.47

Page 15: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

15

dikaitkan dengan frekuensi pengawasan dan pengendalian menara

telekomunikasi tersebut”.

“Berdasarkan penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa penetapan

tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sulit ditentukan karena

bersifat pengawasan dan pengendalian, sehingga dengan alasan untuk

memudahkan penghitungan dalam menetapkan tarif digunakanlah batasan

paling tinggi 2% (dua persen) dari NJOP”. Dampak dari penjelasan pasal

tersebut akhirnya membuat ketentuan penetapan tarif Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi tidak lagi berdasarkan pada biaya-biaya pengawasan

dan pengendalian. Dalam prakteknya, pemerintah daerah langsung menetapkan

tarif sebesar dari 2% (dua persen) dari NJOP yang bertentangan dengan

hakekat dari retribusi jasa umum. Akibatnya ketentuan penetapan tarif yang

yang diatur di Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal 161 tidak digunakan, bahkan

diabaikan oleh pemerintah daerah. Seharusnya, besarnya retribusi yang

terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan

tarif retribusi. Sampai saat ini, setidaknya sudah terdapat 158 (seratus lima

puluh delapan) Pemerintah Kabupaten/Kota yang Perda tentang Penetapan

Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi-nya langsung mematok

tarif 2% (dua persen) dari NJOP18.

Penetapan tarif menara telekomunikasi yang berdasarkan pada 2% (dua

persen) dari NJOP berakibat beban ekonomi tinggi (high cost economics) yang

akan berdampak negatif bagi investasi daerah. Dengan adanya biaya ekonomi

tinggi dalam Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi faktanya telah

mempersulit penyedia sarana prasarana telekomunikasi (penyedia menara dan

operator seluler) termasuk pemohon untuk mewujudkan biaya telekomunikasi

yang murah dan terjangkau, padahal komunikasi merupakan salah satu hak

dasar warga negara yang harus dipenuhi oleh negara. Hal tersebut merupakan

alasan retribusi pengendalian menara termasuk dalam kategori retribusi jasa

umum (bukan retribusi jasa usaha) karena tujuan utamanya memang untuk

pemenuhan kepentingan umum di bidang komunikasi.

Permasalahan di atas merupakan dasar pengajuan permohonan kepada

Mahkamah Konstitusi yang telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara

Konstitusi dengan Nomor 46/PUU-XII/2014, dengan Petitum untuk

menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak berkekuatan hukum

karena bertentangan dengan Pasal 28D dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar

1945 dan menyatakan penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diubah dengan kalimat

penetapan tarif retribusi berdasarkan pada biaya pengawasan dan pengendalian

18 Ibid hal 14

Page 16: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

16

menara telekomunikasi. Kebutuhan biaya pengawasan dan pengendalian dapat

dijabarkan dalam contoh formula penghitungan sebagai berikut19:

Deskripsi Biaya

(Rp)

Satuan Banyak Jumlah

Bulan

(Rp)

Keterangan

Honorarium

Petugas

Pengawas

3.000.000 Bulanan/

orang

2 orang 6.000.000 1 bulan = 22

hari kerja

1 tim terdiri

dari 2 orang

Transportasi 100.000 Harian/ tim 22 hari 2.200.000

Uang Makan 100.000 Harian/tim 22 hari 2.200.000

Alat tulis kantor 1.000.000 Bulanan/tim 1 1.000.000

Total biaya

pengeluaran per

tim per bulan

11.400.000

Deskripsi Kapasitas

Pengawasan

per Tim/hari

Jumlah hari

kerja per

bulan

Kapasitas

Pengawasan

per tim/bulan

Retribusi Pengendalian

Menara

Kegiatan

Pengawasan

dan

Pengendalian

Menara

3 Menara 22 66 Menara = 11.400.000/66

=Rp172.728/menara/bulan

atau

Rp2.072.728/menara/tahun

Atas permohonan tersebut, “Mahkamah Konstitusi mengabulkan

permohonan pemohon untuk seluruhnya melalui Putusan MK Nomor 46/PUU-

XII/2014 yang diputuskan dalam rapat Pemusyawaratan Hakim pada 17

November 2014, dengan Amar Putusan:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya:

1) Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5049) bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;

2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik

Indonesia sebagaimana mestinya”.

Pertimbangan mahkamah Konstitusi atas permohonan terkait keberatan

penetapan tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi maskimal 2%

19 Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014

Page 17: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

17

(dua persen) dari NJOP adalah Mahkamah Konstitusi memahami bahwa di satu

sisi penetapan tarif maksimal bertujuan agar tarif Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi tidak berlebihan dan memberatkan penyedia menara

dan penyelenggara telekomunikasi, namun di sisi lain, jika penerapannya di

setiap daerah adalah sama, tanpa memperhatikan frekuensi pengawasan dan

pengendalian, maka akan menimbulkan ketidakadilan. Ketentuan batas

maksimal 2% (dua persen) dari NJOP yang menyebabkan pemerintah daerah

mematok harga tertinggi yaitu 2% (dua persen) dari NJOP tanpa perhitungan

yang jelas merupakan ketentuan yang tidak memenuhi rasa keadilan. Karena

akibat patokan harga maksimal yang menyebabkan hampir di setiap daerah

menggunakan menggunakan batas maksimal untuk memberlakukan pengenaan

tarif yaitu 2% (dua persen) bagi setiap daerah dengan karakteristik yang

sesungguhnya berbeda adalah diskriminatif, sebagaimana juga memperlakukan

secara berbeda terhadap hal yang sama.

Batas Maksimal 2% (dua persen) bukan hanya ditujukan agar besaran

retribusi tidak terlalu tinggi, namun memang diakui karena adanya kesulitan

penghitungan. Dalam pengenaan pajak, hal yang tidak bisa dihitung, dan

penerapannya akan sulit seharusnya tidak menjadi sebuah objek pungutan,

karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum. Sebagai konsekuensi dari

kebijakan yang telah diambil, pemerintah seharusnya dapat menemukan

formula yang tepat untuk menetapkan tarif retribusi. Formula demikian dapat

diatur dalam peraturan yang lebih teknis. Adanya kesulitan dalam menghitung

besaran retribusi yang mengakibatkan ketidakjelasan dalam penentuan tarif

menjadikan penetapan tarif maksimal hanya bertujuan untuk mengambil jalan

pintas, menurut Mahkamah Konstitusi adalah tindakan yang tidak adil.

Meskipun menurut Mahkamah Konstitusi penetapan besaran tarif retribusi

baik dalam bentuk presentase ataupun jumlah rupiah merupakan kebijakan

yang terbuka bagi pemerintah untuk menentukannya (open public policy),

namun kepastian hukum yang adil tetap harus diperhatikan. Karena pengenaan

pungutan baik retribusi, pajak atau pungutan lainnya harus memperhatikan

prinsip pemungutan pajak (fiscal justice) yang meliputi kepastian hukum,

keadilan, kemudahan, dan efisiensi. Pengenaan tarif retribusi yang memberikan

batas maksimal 2% (dua persen) dari NJOP tanpa disertai dengan sistem

penghitungan yang jelas justru tidak memberikan kepastian hukum yang akan

menyebabkan ketidakadilan dalam penerapannya. Kepastian hukum dalam

mengenakan pungutan yang bersifat memaksa seharusnya meliputi kepastian

subjek, objek, besarnya tarif, dan waktu pembayarannya. Berdasarkan

penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menegaskan

bahwa tingkat penggunaan jasa pelayanan yang bersifat pengawasan dan

pengendalian sulit ditentukan penghitungannya, karena itulah ditentukan

presentase 2% (dua persen) sebagai batas maksimal penetapan tarif retribusi

pengendalian menara telekomunikasi. Menurut Mahkamah Konstitusi,

Page 18: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

18

penjelasan demikian menggambarkan tidak terpenuhinya prinsip kepastian

hukum, keadilan, kemudahan, dan efisiensi, padahal pemerintah dalam

memperluas objek baik pajak maupun retribusi seharusnya mempertimbangkan

prinsip-prinsip pemungutan pajak, sehingga dalam pelaksanaannya tidak

menimbulkan kesulitan dalam penghitungan dan penentuan tarif. Dengan

demikian Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa penjelasan Pasal 124

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan bertentangan dengan

Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

Sehubungan dengan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap permohonan

uji materi penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terkait tarif Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi, Kementerian Keuangan dhi. Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan mengeluarkan Surat Nomor : S-349/PK/2015 tanggal 9

Juni 2015, perihal Penghitungan Tarif Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi terkait Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang ditujukan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia, dengan penyampaian

hal sebagai berikut :

1. MK telah menerbitkan Putusan Nomor 46/PUU-XII/2014 yang diucapkan

pada hari Selasa tanggal 26 Mei atas perkara tersebut dengan amar putusan

mengabulkan gugatan Pemohon seluruhnya dan menyatakan bahwa

Penjelasan Pasal 124 UU PDRD yang menyatakan bahwa tariff retribusi

ditetapkan paling tinggi 2% (dua persen) dari NJOP PBB menara

telekomunikasi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak mempunyaikekuatan hukum

mengikat.

2. Berkenaan dengan putusan MK tersebut, diminta kepada seluruh Kepala

Daerah agar penghitungan tarif Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi yang telah dan akan diatur dalam Peraturan Daerah

berpedoman pada tata cara penghitungan tarif retribusi sebagaimana diatur

dalam Pasal 151, Pasal 152 dan Pasal 161 UU PDRD.

3. Terkait dengan hal tersebut di atas, diminta bantuan para Gubernur selaku

wakil Pemerintah Pusat di daerah untuk melakukan koordinasi dan evaluasi

atas pelaksanaan putusan MK dimaksud.

D. PENUTUP

Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut “menara” adalah bangunan

khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan

telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan

penyelenggaraan telekomunikasi sedangkan telekomunikasi adalah setiap pemancaran,

pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,

Page 19: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

19

isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau

sistem elektromagnetik lainnya.

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi diklasifikasikan sebagai

retribusi jasa umum dan merupakan salah satu jenis retribusi daerah yang dapat

dipungut oleh pemerintah daerah. Pengaturan mengenai menara telekomunikasi

bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang fungsional dan sesuai dengan tata

bangunan menara telekomunikasi yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, serta

mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan menara telekomunikasi yang menjamin

keandalan teknis bangunan menara.

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi diatur dalam Pasal 110 ayat (1)

huruf n Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, yang menyatakan bahwa Retribusi jasa umum diantaranya adalah retribusi

pengendalian menara telekomunikasi. Objek retribusi pengendalian menara

telekomunikasi diatur sesuai dengan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dengan berlakunya Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan

Daerah yang mengatur Retribusi Daerah harus menyesuaikan dengan Undang-Undang

tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menyatakan bahwa

retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

“Berdasarkan penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa penetapan tarif

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sulit ditentukan karena bersifat

pengawasan dan pengendalian, sehingga dengan alasan untuk memudahkan

penghitungan dalam menetapkan tarif digunakanlah batasan paling tinggi 2% (dua

persen) dari NJOP”. Bahwa dampak dari Penjelasan Pasal tersebut akhirnya membuat

ketentuan penetapan tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi tidak lagi

berdasarkan pada biaya-biaya pengawasan dan pengendalian. Dalam prakteknya,

pemerintah daerah langsung menetapkan tarif sebesar dari 2% (dua persen) dari NJOP

yang bertentangan dengan hakekat dari retribusi jasa umum.

Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya

melalui Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014 yang diputuskan dalam rapat

Pemusyawaratan Hakim pada 17 November 2014, dengan Amar Putusan:

“Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya:

1. Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indinesia Tahun 2009 Nomor

130, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) tidak

memiliki kekuatan hukum mengikat”.

Sehubungan dengan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap permohonan uji

materi penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Page 20: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

20

Daerah dan Retribusi Daerah terkait tarif Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi, Kementerian Keuangan dhi. Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan mengeluarkan Surat Nomor : S-349/PK/2015 tanggal 9 Juni 2015 perihal

Penghitungan Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi terkait Putusan

Mahkamah Konstitusi (MK) yang ditujukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota di

Seluruh Indonesia.

Page 21: RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI · Berdasarkan regulasi yang ada dan telah diundangkan sejak tahun 2009, dinyatakan bahwa menara telekomunikasi adalah salah satu objek

21

DAFTAR PUSTAKA

Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah di

Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008

tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi;

4. Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014;

Internet

1. http://kamusbahasaindonesia.org/retribusi/

2. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt556468f6516ab/formulasi-tak-jelas--mk-

hapus-tarif-menara-telekomunikasi/

3. http://www.djpk.kemenkeu.go.id/berita/564-perhitungan-tarif-retribusi-pengendalian-

menara-telekomunikasi-terkait-putusan-mahkamah-konstitusi-mk

Penulis: Deddy Ardianto

Disclaimer:

Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan

disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan

pendapat instansi.